Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
SISTEM TERDISTRIBUSI UNTUK COURSE MANAGEMENT SYSTEM (STUDI KASUS : FTI UNTAR) Farenco1) Lely Hiryanto2) Bagus Mulyawan3) 1)2)3)
Teknik Informatika Universitas Tarumanagara Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1, Blok R Lt. XI, Jakarta 11440 email :
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected]
ditunjang dengan menggunakan program aplikasi berbasis web yang menggunakan konsep Course Management System. Program aplikasi berbasis web tersebut dinamakan e-class. Pada awalnya e-class banyak digunakan, namun belakangan program aplikasi tersebut sudah jarang dipakai oleh dosen dan mahasiswa dikarenakan beberapa alasan tertentu. Maka dari itu, perlu dirancang suatu program aplikasi berbasis web dengan konsep Course Management System yang lebih sesuai dan lebih dapat mengakomodasi hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di lingkungan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
ABSTRACT Distributed Systems for Course Management System is a system designed using the System Development Life Cycle (SDLC) method in order to help activities that related to teaching and learning activities in the Faculty of Information Technology Tarumanagara University. Inside the program, there are several modules, such as student attendance module, online quiz module, and lecture materials processing module. Student attendance module is used to record student attendance, and display it in a report. Course materials processing module is used to process lecture materials so later they can be used as a place to share course materials. Based on the test results, the modules in the program has gone very well and can be accepted by the faculty. Student attendance module and the student attendance report is able to help faculty and staff departments to record and view student attendance at every teaching and learning activities.
2. E-Learning Berbagai pendapat dikemukakan untuk mendefinisikan e-learning. Jaya Kumar C. Koran mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.[2] Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha – usaha pengajaran lewat teknologi elektronik, internet. intranet, satelit, tape audio atau video, tv interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Kesemua media elektronik tersebut bertujuan membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah sehingga e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Kegiatan e-learning ini termasuk dalam model pembelajaran individual.[3] Perbedaan pembelajaran tradisional dengan elearning yaitu kelas “tradisional”, pengajar dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu
Key Words Faculty of Information Technology Tarumanagara University, Course Management System, Students Attendance, Online Quiz, Course Materials Processing
1. Pendahuluan Kegiatan perkuliahan merupakan media yang sangat penting bagi mahasiswa untuk menambah ilmu atau pengalaman. Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan seperti absensi mahasiswa, absensi dosen, pendistribusian bahan kuliah, dan pemberian tugas atau pelaksanaan kuis. Seiring dengan bertambah majunya peradaban manusia, kini hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan dapat diatur atau dikelola dengan menggunakan program aplikasi berbasis Course Management System (CMS). Course Management System (CMS) adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat materi perkuliahan online berbasiskan web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil - hasilnya.[1] Dengan menggunakan konsep Course Management System (CMS) dalam kegiatan perkuliahan, maka secara tidak langsung mahasiswa telah memegang kendali penuh atas proses pembelajarannya sendiri. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dalam kegiatan perkuliahannya juga
48
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Khoe Yao Tung mengatakan bahwa setelah kehadiran pengajar dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil pengajar yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.[4] Cisco menjelaskan filosofis elearning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM,dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya.[5] Makin baik keselarasan antar isi materi dan alat penyampaian dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama - lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini didukung dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan, dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
2.2 Konsep E-Learning Metode pengajaran konvensional yang diselenggarakan di dalam kelas memiliki keterbatasan keterbatasan yang dapat menghambat proses penyampaian ilmu pengetahuan yang berkembang demikian cepat. Beberapa keterbatasan dapat disebabkan karena masalah waktu dan tempat. Berbagai elemen yang terdapat dalam e-learning antara lain[6] : 1. Materi pendidikan, elemen ini merupakan hal utama dalam e-learning. Materi disajikan dalam bentuk modul yang bisa diakses dengan mudah. 2. Peserta didik (pembelajar), pembelajar merupakan elemen yang menjadi penerima ilmu pengetahuan dari proses pembelajaran. 3. Komunitas online, komunitas ini dapat dalam bentuk forum diskusi, mailing list, maupun chatting. Melalui komunitas online peserta dapat saling berkomunikasi, bertanya, dan menjawab baik dengan sesama peserta maupun dengan pengajar. 4. Penyelenggara e-learning, penyelenggara mencakup semua komponen yang bertanggung jawab dalam lancarnya proses pembelajaran mulai dari administrator, pengajar, teknisi, hingga perancang materi. 5. Aplikasi e-learning, aplikasi ini menjadi suatu media perantara dalam proses pembelajaran. Aplikasi harus dapat mendukung pembelajaran yang efisien.
2.1 Karakteristik E-Learning Karakteristik e-learning, antara lain pertama, memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa atau dosen dan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal – hal yang protokoler. Kedua, memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal – hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan dinamis, Onno W. Purbo mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang
Perbedaan utama antara konsep penyelenggaraan pembelajaran konvensional dan e-learning adalah adanya media antarmuka berbasis web yang digunakan selama proses pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional interaksi dilakukan dalam bentuk tatap muka, sedangkan dalam e-learning dapat dilakukan melalui media elektronik.
2.3 Pengembangan model E-Learning Pendapat Haughey tentang pengembangan elearning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.[7] Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan
49
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya epenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, ernet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada pelajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Pelajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs situs yang relevan. Dalam tatap muka, pelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Konsep inilah yang digunakan dalam perancangan sistem ini. Web enhanced course adalah pemanfaatan emanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situssitus situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web eb yang menarik dan diminati, melayani bimbingan, dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
3.
Course Management System
learning, maka Dalam proses penyelenggaraan e-learning dibutuhkan sebuah Course Management System atau Learning Management System,, yang berfungsi untuk mengatur tata laksana penyelenggaraan pembelajaran di dalam model e-learning.. Sering juga LMS dikenal sebagai CMS (Course Course Management System), System umunya Course Management System dibangun berbasis web, yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat diakses oleh pesertanya. Gambar 1 menunjukkan bagaimana cara kerja sebuah Course Management System.
Gambar 1 Course Management System
Pada umumnya, secara dasar Course Management System memberikan sebuah tool bagi instruktur, educator atau pendidik untuk membuat website pendidikan dan mengatur akses kontrol, sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya. Selain menyediakan pengontrolan, Course Management System juga menyediakan berbagai berba tools yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, seperti menyediakan layanan untuk mempermudah upload dan share material pengajaran, diskusi online, chatting,, penyelenggaraan kuis, survey, laporan (report) dan sebagainya.
3.1 Spesifikasi Course Management System Jason Cole mengungkapkan bahwa secara umum, fungsi - fungsi yang harus terdapat di dalam sebuah Course Management System,, antara lain[8] : 1. Uploading and sharing materials Umumnya Course Management System menyediakan layanan untuk mempermudah proses publikasi konten. Dengan menggunakan editor HTML, H kemudian mengirim dokumen melalui FTP server, sehingga dengan demikian mempermudah instruktur untuk menempatkan materi ajarnya sesuai dengan de silabus yang mereka buat. Kebanyakan instruktur meng-upload silabus perkuliahan, catatan materi, penilaian, dan artikel artikel siswa kapanpun dan di manapun mereka berada. 2. Forums and chats Forum online dan chatting menyediakan layanan komunikasi omunikasi dua arah antara instruktur dengan pesertanya, baik dilakukan secara sinkron ((chat) maupun asinkron (forum,email). ). Sehingga dengan fasilitas ini, memungkinkan bagi pelajar untuk menulis tanggapannya dan mendiskusikannya dengan teman - temannya yang lain. 3. Quizzes and surveys digunakan Kuis dan survey secara online dapat untuk memberikan grade secara instan bagi pelajar. Hal ini merupakan tool yang sangat ba baik digunakan untuk mendapatkan respon (feedback)) langsung dari pelajar yang sesuai dengan kemampuan dan daya serap yang mereka miliki. Proses ini dapat juga dilakukan dengan membangun sebuah bank soal, yang kemudian semua soal tersebut dapat di generate secara acak untuk muncul dalam kuis. 4. Gathering and reviewing assignments Proses pemberian nilai ilai dan skori skoring kepada pelajar dapat juga dilakukan secara online dengan bantuan Course Management System 5. Recording grades Fungsi lain dari Course Management System adalah melakukan perekaman data grade pelajar secara otomatis, sesuai konfigurasi dan pengaturan yang dilakukan oleh instruktur dari awal perkuliahan dilaksanakan.
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
2. Forums and chats Dalam Course Management System di FTI Untar, hanya tersedia forum saja. Tampilan forum dibuat seperti tampilan status box pada situs jejaring sosial sehingga pengguna Course Management System di FTI Untar dapat bebas berkomunikasi layaknya pada situs jejaring sosial. Gambar 4 menunjukkan tampilan modul forum pada Course Management System FTI UNTAR.
3.2 Rancangan Course Management System FTI UNTAR Sistem yang dirancang adalah sistem terdistribusi untuk Course Management System. Tujuan dari sistem yang dirancang ini adalah untuk memperbaiki sistem serupa (e-class) yang pernah digunakan di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dan juga untuk mendukung hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan atau pembelajaran di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Sistem yang dirancang ini dibuat dengan menggunakan PHP dan MySql. Sistem ini dibuat dengan menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC). Sistem ini dibuat berbasis web agar dapat diakses lebih mudah oleh semua orang, terutama oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Sistem ini dibuat dengan konsep web centric course yang dimana konsep tersebut merupakan pengembangan model dari e-learning. Konsep web centric course digunakan agar kegiatan perkuliahan di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara dapat berjalan secara online maupun secara tatap muka (konvensional).
3.3 Modul UNTAR
Course
Management
System
Gambar 4 Tampilan modul forum
3. Quizzes and surveys Dalam Course Management System di FTI Untar, soal kuis dapat tampil secara acak, kuis berjalan dengan durasi agar mahasiswa dapat mengerjakan dengan serius dan teliti, namun soal kuis belum mendukung soal yang mengandung equation atau persamaan dan soal kuis untuk kuis online hanya soal dengan tipe pilihan ganda. Gambar 5 menunjukkan tampilan modul kuis Course Management System FTI UNTAR.
FTI
Modul – modul yang terdapat di dalam Course Management System FTI UNTAR, antara lain : 1. Uploading and sharing materials Materi ajar ditempatkan pada setiap pertemuan, sehingga memudahkan mahasiswa dalam mengunduh materi dari dosen. Gambar 2 dan gambar 3 menunjukkan tampilan modul upload – download Course Management System FTI UNTAR.
Gambar 5 Tampilan modul kuis
4. Gathering and reviewing assignments Dalam Course Management System di FTI Untar, tugas yang sudah dikerjakan, di-upload kembali kepada dosen untuk diberi nilai. Nilai kuis tampil setelah waktu pelaksanaan kuis selesai. Gambar 6 menunjukkan tampilan tugas Course Management System FTI UNTAR.
Gambar 2 Tampilan Upload Bahan Kuliah
Gambar 6 Tampilan modul tugas
Gambar 3 Tampilan download Bahan Kuliah
51
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
5. Recording grades Dalam Course Management System di FTI Untar, nilai yang disimpan dalam basis data hanya nilai tugas dan nilai kuis. Gambar 7 dan Gambar 8 menunjukkan tampilan nilai tugas dan nilai kuis mahasiswa.
4. Pengujian Setelah tahap perancangan dan pembuatan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah menguji jalannya aplikasi. Tahapan ini bertujuan untuk mencari kesalahan pada program (Bug, Runtime error) dan juga kekurangan aplikasi. Tahap ini sangat penting untuk memastikan kualitas perangkat lunak yang telah dibuat. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada sistem terdistribusi untuk Course Management System (Studi Kasus : FTI UNTAR), dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan dari hasil pengujian modul yang telah dilakukan, fungsi – fungsi pada tiap modul dalam program ini telah berfungsi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. 2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap calon pengguna, dapat disimpulkan bahwa fitur – fitur yang terdapat dalam program dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan user serta dapat membantu kegiatan belajar mengajar di lingkungan FTI Untar. 3. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk modul absensi mahasiswa, data daftar peserta mata kuliah pada aplikasi sudah sama dengan data daftar peserta mata kuliah yang sebenarnya.
Gambar 7 Tampilan Nilai Tugas
Tabel 1 Perbandingan hasil pengujian pada modul absensi mahasiswa
Gambar 8 Tampilan Nilai Kuis
6. Students Attendance Dalam Course Management System di FTI Untar, ditambahkan satu modul yang disesuaikan dengan kebutuhan FTI Untar, yaitu absensi mahasiswa. Daftar peserta mata kuliah diambil dari file dengan format .txt, kemudian file tersebur diproses dan dimasukkan ke dalam basis data. Dari hasil proses tersebut, dosen dapat mencata kehadiran mahasiswa dan program dapat menampilkan jumlah kehadiran mahasiswa dalam bentuk report. Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan tampilan dari report absensi mahasiswa.
Gambar 9 Report Absensi Mahasiswa
Pengujian Pengujian I
Keterangan Pada pengujian pertama, dimasukkan data dpmk pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012.
Pengujian II
Pada pengujian kedua, dimasukkan data dpmk dari semester ganjil 2012/2013.
Pengujian III
Pada pengujian kedua, dimasukkan data dpmk dari semester ganjil 2012/2013 dengan tabel mahasiswa yang sudah dilengkapi.
Hasil Hasil yang didapat adalah terdapat beberapa kelas mata kuliah yang tidak masuk ke basis data dikarenakan perbedaan jadwal kuliah semester ganjil 2011/2012 dengan semester ganjil 2012/2013. Hasil yang didapat adalah semua isi data masuk ke dalam basis data, namun nama mahasiswa tidak tampil pada program dikarenakan tabel mahasiswa dalam basis data belum lengkap. Hasil yang didapat adalah program dapat menampilkan daftar peserta mata kuliah sesuai dengan data yang dimasukkan.
4. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data, untuk modul kuis online, mahasiswa hanya dapat mengikuti kuis satu kali, soal kuis tampil secara acak atau random, nilai mahasiswa akan muncul saat waktu Gambar 10 Report Absensi Mahasiswa dalam bentuk KSM
52
Jurnal Ilmu Komputer dan Sistem Informasi
1. Untuk pengembangan aplikasi ini kedepannya, diharapkan operator dapat meng-import file dengan format .xlsx atau .csv ke dalam modul absensi mahasiswa, guna mengefisiensikan proses penginputan data. 2. Dapat mendukung soal yang berisi equation atau persamaan.
pelaksanaan kuis telah selesai, dan mahasiswa hanya dapat mengikuti kuis pada waktu dan dalam durasi yang telah ditentukan. Tabel 2 Perbandingan hasil pengujian modul kuis
Pengujian Pengujian IV
Keterangan Link untuk mengikuti kuis.
Pengujian V
Membuat soal kuis untuk mahasiswa.
Pengujian VI
Soal tampil secara acak.
Pengujian VII
Durasi pengerjaan kuis.
Pengujian VIII
Daftar peserta dan nilai kuis.
Hasil Link untuk mengikuti kuis hanya akan muncul saat waktu pelaksanaan kuis telah tiba. Dosen dapat membuat soal dan dapat melihat soal kuis yang telah dibuat. Soal kuis untuk mahasiswa tampil secara acak Mahasiswa mengerjakan soal kuis dalam durasi yang telah ditentukan, apabila durasi telah habis, maka mahasiswa tidak dapat mengerjakan soal kuis lagi. Daftar peserta kuis dan nilai kuis tampil setelah waktu pelaksanaan kuis selesai dilaksanakan.
REFERENSI [1] Riyadi Triwijaya, 19 Januari 2012, “Learning Management System (LMS)”, http://riyadi2405.wordpress.com/2010/04/25/lms-learningmanagement-system/. [2] Jaya Kumar C. Koran, 2002. “Aplikasi ELearning Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Di SekolahSekolah Malaysia : Cadangan Perlaksanaan Pada Senario Masa Kini, Pasukan Projek Rintis Sekolah Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan”, Kementerian Pendidikan Malaysia [3] Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo, 2002, “E-Learning berbasis PHP dan MySQL”, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. [4] Khoe Yao Tung, 2000, “Pendidikan dan Riset di Internet”, Dinastindo, Jakarta. [5] Cisco, 19 Februari 2012, “e-Learning : Combines Communication, Education, Information, and Training”, http://www.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearnin g. [6] Siahaan, S., 24 Januari 2013, “E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran”, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/sudirman.h tm. [7] Haughey, M. & Anderson, T, 1998, “Networked Learning: The pedagogy of the Internet”,Cheneliere/McGraw-Hill,Montreal. [8] Jason Cole & Helen Foster, 2008, “Using Moodle,2nd Edition”, O’Reilly, Sebastopol.
5. Kesimpulan dan Saran Farenco, saat ini sedang menjalani studi pada program studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada program aplikasi Sistem Terdistribusi untuk Course Management System ( Studi Kasus : FTI UNTAR ), dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Fitur – fitur yang terdapat di dalam aplikasi dapat diterima dan telah memenuhi kebutuhan user untuk dapat membantu kegiatan belajar mengajar di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, namun masih terdapat kekurangan, yaitu soal kuis pada program ini belum mendukung soal yang bersifat equation atau persamaan. 2. Modul absensi mahasiswa dapat menampilkan data daftar peserta mata kuliah sesuai dengan daftar peserta mata kuliah yang sebenarnya yang dalam pengujian menggunakan daftar peserta mata kuliah pada semester ganjil 2012/2013.
Lely Hiryanto, memperoleh gelar Sarjana Teknik pada tahun 2001 dari Universitas Tarumanagara. Kemudian memperoleh gelar M.Sc dari Department of Computing, Curtin University of Techonology, Australia pada tahun 2006. Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Informatika di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara. Bagus Mulyawan, memperoleh gelar S.Kom dari Universitas Gunadharma . Kemudian memperoleh gelar MM dari Universitas Budi Luhur. Saat ini menjabat sebagai staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara.
Saran-saran yang dapat diberikan bagi mereka yang ingin mengembangkan Sistem Terdistribusi untuk Course Management System ( Studi Kasus : FTI UNTAR ) adalah sebagai berikut :
53