94
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam sistem dengan kepentingan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendekatan sistem. Melalui prosedur metodologi dalam rancang bangun pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri, diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang komplementer dan komprehensif terhadap sejumlah kebutuhan masing-masing komponen pelaku sehingga tercipta suatu sistem yang harmonis. Dinamika lingkungan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri berupa biaya produksi serta harga jual nilam dan minyak nilam yang cenderung berfluktuasi, dapat diatasi melalui rancang bangun model yang dapat diaplikasikan ke dalam sistem berbasis computer. Model tersebut dibangun melalui empat komponen utama, yaitu Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), Sistem Manajemen Basis Model (SMBM), Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (SMBP), dan Sistem Pengolahan Terpusat (SPT). Selain itu model tersebut juga dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna. Sebagai tujuan akhir dari pengembangan model adalah membantu semua pihak dalam pengambilan keputusan terutama
kepada
koperasi
usahatani
dan
usaha
lepas
panen,
industri
penyuling/eksportir, lembaga keuangan, dan Pemerintah Pusat/Daerah, baik dalam bentuk formulasi strategi maupun operasional. Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan mengorganisasikan
dan
mengendalikan
seluruh
komponen
sistem,
serta
memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem Pengolahan Terpusat divisualisasikan dalam bentuk Menu Utama yang terdiri dari Basis Data, Basis Pengetahuan dan Basis Model. Sistem Manajemen Dialog merupakan bagian sistem yang memungkinkan pengguna dengan mudah berinteraksi dengan sistem. Sistem Manajemen Dialog dalam sistem penunjang keputusan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri
95
menyediakan fasilitas interaktif antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan analisis sistem nyata, agroindustri minyak nilam melibatkan beberapa elemen dengan pola interaksi yang sangat kompleks. Oleh karena itu perlu disusun suatu model yang terstruktur, sederhana tetapi dapat merepresentasikan sistem nyata. Model Sistem Penunjang Keputusan dirancang dalam bentuk perangkat lunak berbasis komputer yang berfungsi sebagai Sistem Penunjang Keputusan yang diberi nama PAP-Klaster (Pemberdayaan Agroindustri Perdesaan dengan Pendekatan Klaster).
Cakupan Model PAP-Klaster PAP-Klaster
dirancang
sebagai
sistem
pendukung
keputusan
yang
mengintegrasikan beberapa sub-model yang saling berhubungan dan didukung oleh basis data serta basis pengetahuan. Fitur-fitur yang disiapkan merupakan elemenelemen rinci yang disusun berdasarkan diskusi dengan praktisi sebagai pengguna dan literatur. Pada Halaman utama ini pengguna dapat memasukkan username dan password. Gambar 28 menunjukkan halaman depan dari PAP-Klaster.
Gambar 28 Tampilan halaman depan PAP-Klaster
96
Konfigurasi model dirancang dalam paket program komputer sistem penunjang keputusan. Paket program tersebut bertujuan untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan berkenaan dengan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Gambar 29 menunjukkan konfigurasi SPK PAP-Klaster dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna (user).
Data
Model
Pengetahuan
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (KBMS)
Daftar stakeholder Klaster Agroindustri Nilam Data internal pelaku klaster (data keuangan, data produksi, data pemasaran, data sumber daya)
Model Kelayakan Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan Model Kesepakatan Harga Model Pengukuran Kinerja
Penentuan Fungsi Sasaran Penentuan Kendala Utama Indikator Kinerja Usaha tani dan Industri Kecil Penyulingan Penentuan Indikator Kinerja
Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen Dialog
PENGGUNA
Gambar 29 Konfigurasi SPK PAP-Klaster Sistem penunjang keputusan (SPK) pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
97
Analisis Biaya Analisis biaya ini menganalisis basis data berdasarkan kriteria finansial berupa PBP (Payback Period), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C-ratio (Benefit-Cost-Ratio), dan BEP (Break Event Point). Analisis sensitivitas dilakukan pada berbagai skenario, proyeksi cash-flow, dan analisis laba-rugi. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi layak atau tidak layak usahatani dan industri kecil penyulingan.
Optimasi Kesepakatan Harga Optimasi
kesepakatan
harga
pada
usahatani
dilakukan
berdasarkan
kesepakatan antara harga jual nilam kering dari petani dan harga beli nilam kering oleh industri kecil penyulingan. Tujuan dari optimasi kesepakatan harga ini adalah untuk member keuntungan yang memadai bagi usahatani dan industri kecil penyulingan.
Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian dari sistem yang mengelola dan mengatur seluruh komponen, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat berfungsi sebagai koordinator dan pengendalian dari operasi Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Klaster Agroindustri Minyak Atsiri.
Sistem Manajemen Dialog Sistem Manajemen Dialog merupakan fasilitas yang diberikan untuk berkomunikasi antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem ini akan mempermudah pengguna dalam pemakaian program. Hal ini dikarenakan sistem yang dibuat user friendly. Sistem Manajemen Dialog perlu dirancang dengan tampilan menarik agar pengguna mudah mengerti dengan alur kerja penggunaan program serta membuat pengguna tidak merasa bosan.
98
Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data merupakan salah satu komponen penting dari suatu sistem karena adanya perbedaan kebutuhan data. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian sistem yang didalamnya terdiri dari basis data yang dapat digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat tetap, tidak dapat diubah ataupun dimanipulasi dan berperan sebagai input bagi pengembangan sistem. Juga dapat berisikan basis data yang merupakan mekanisasi integrasi berbagai jenis data internal dan eksternal. Ada kemungkinan basis data harus dimanipulasi atau diubah dalam penggunaannya agar menghasilkan model tertentu. Sistem manajemen basis data pada model pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Hal ini dimaksudkan agar keluaran model lebih aktual dan sesuai kondisi ketika model akan digunakan. Gambar 30 menunjukkan tampilan menu utama program PAP-Klaster yang memiliki tiga menu, yaitu: (1) analisis usaha, (2) kinerja, dan (3) kelembagaan.
Gambar 30 Tampilan menu utama PAP-Klaster
99
Struktur Biaya Usahatani Nilam Analisis usaha dari usahatani memiliki basis data struktur biaya investasi dan biaya produksi usahatani. Data proyeksi produksi usahatani dalam kg nilam kering per hektar selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama 0 persen, bulan keenam 100 persen, dan bulan kesembilan 90 persen dengan umur ekonomis proyek satu tahun. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 3 menunjukkan struktur biaya investasi dan Tabel 4 menunjukkan struktur biaya produksi usahatani. Tabel 3 Struktur biaya investasi usahatani nilam No 1 2 3 4
Uraian Sewa lahan Cangkul Sabit Sprayer Total
Satuan
Volume
Harga (Rp)
Total Biaya (Rp/ha)
Rp/ha/th buah buah buah
1 5 5 2
1 000 000 50 000 50 000 200 000
1 000 000 250 000 250 000 400 000 1 900 000
Tabel 4 Struktur biaya produksi usahatani nilam No
Uraian
1
Biaya Variabel: - Benih - Pupuk urea - Pupuk TSP - Pestisida - Obat semprot rumput - Karung - Tenaga Pembukaan Lahan - Tenaga angkut bibit Sub Total
2
Biaya Tetap: - Tenaga Penanaman - Tenaga Pemupukan dan Pengendalian - Tenaga Pemanenan Sub Total Total
Satuan
Volume
Harga (Rp)
Total Biaya (Rp/ha)
tanaman kg kg botol buah buah HOK
25 000 60 30 3 2 100 58
175 2 200 2 500 35 000 35 000 1 000 35 000
4 375 000 132 000 75 000 105 000 70 000 100 000 2 030 000
HOK
26
40 000
1 040 000 7 927 000
HOK HOK
14 20
20 000 20 000
280 000 400 000
HOK
43
20 000
860 000 1 540 000 9 467 000
100
Gambar 31 menunjukkan tampilan asumsi dan kofisien budidaya nilam PAP-Klaster dan Gambar 32 menunjukkan tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster.
Gambar 31 Tampilan asumsi dan koefisien budidaya nilam PAP-Klaster
Gambar 32 Tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster
101
Struktur Biaya Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Basis data struktur biaya industri kecil penyulingan terdiri dari biaya investasi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya perawatan. Data proyeksi industri kecil penyulingan dalam kg minyak nilam per tahun selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama sampai bulan ke dua puluh 100 persen, dengan umur ekonomis proyek 20 bulan. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 5 menunjukkan biaya investasi, Tabel 6 menunjukkan biaya operasional, Tabel 7 menunjukkan biaya penyusutan dan Tabel 8 menunjukkan biaya perawatan industri kecil penyulingan. Tabel 5 Biaya investasi industri kecil penyulingan minyak nilam No 1 2 3 4 5
Uraian
Satuan
Volume
unit unit unit
1 1 1
100 000 000 10 000 000 10 000 000
100 000 000 10 000 000 10 000 000
unit unit
1 1
3 000 000 100 000
3 000 000 100 000 123 100 000
Alat Penyulingan Mesin Rajang Rumah Suling dan Tungku Katrol Bak Angkut Total
Harga (Rp)
Total Biaya (Rp)
Tabel 6 Biaya operasional industri kecil penyulingan minyak nilam No 1
2
Uraian Biaya variabel (per siklus): - Kayu bakar - Air - Listrik - Jerigen plastik 30 kg Sub Total Biaya tetap: -Nilam kering -Tenaga kerja Sub Total Total Biaya
Satuan
Volume
m3 paket paket paket
3 1 1 1
Harga (Rp)
Total biaya (Rp)
40 000 100 1 000 6 000
120 000 100 1 000 6 000 127 100
Kg HOK
300 1
4 500 60 000
1 350 000 60 000 1 410 000 1 537 100
102
Tabel 7 Biaya penyusutan industri kecil penyulingan minyak nilam No
Uraian
1 2 3
Alat Penyulingan Mesin Rajang Rumah Suling dan Tungku Katrol Bak Angkut Total
4 5
Biaya (Rp)
Umur
Penyusutan (%)
Biaya Penyusutan (Rp)
100 000 000 10 000 000 10 000 000
5 5 5
10 10 15
2 000 000 200 000 300 000
3 000 000 100 000
5 4
15 10
90 000 2 500 2 592 500
Tabel 8 Biaya perawatan industri kecil penyulingan No
1 2 3 4 5
Uraian
Biaya (Rp)
Alat Penyulingan Mesin Rajang Rumah Suling dan Tungku Katrol Bak Angkut Total
Perawatan (%)
Biaya Perawatan (Rp)
100 000 000 10 000 000 10 000 000
1 1 1
1 000 000 100 000 100 000
3 000 000 100 000
1 1
30 000 1 000 1 231 000
Tabel 9 menunjukkan biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAPKlaster. Tabel 10 menunjukkan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster. Tabel 9 Biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP-Klaster N o
Uraian
1
Alat penyulingan Mesin rajang Rumah suling dan tungku Katrol Bak angkut
2 3
4 5
Total
Jumlah (unit)
Harga (ribu Rp)
Sub total (ribu Rp)
Umur (thn)
Penyusut an (%)
1
100 000
100 000
5
1 1
10 000 10 000
10 000 10 000
1 1
3 000 100
3 000 100 123 100
10
B.penyusut an (ribu Rp) 2 000
Perawa tan (%) 1
B.perawa tan (ribu Rp) 1 000
5 5
10 15
200 300
1 1
200 100
5 4
15 10
90 2.5
1 1
30 1
2 592.5
1 231
103
Tabel 10 Jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster (Rp) No Awal Tahun 1 74 922 060 2 68 678 555 3 62 435 050 4 56 191 545 5 49 948 040 6 43 704 535 7 37 461 030 8 31 217 525 9 24 974 020 10 18 730 515 11 12 487 010 12 6 243 505 Total
Pokok 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 6 243 505 74 922 060
Bunga 749 221 686 786 624 351 561 915 499 480 437 045 374 610 312 175 249 740 187 305 124 870 62 435 4 869 934
Total 6 992 726 6 930 291 6 867 856 6 805 420 6 742 985 6 680 550 6 618 115 6 555 680 6 493 245 6 430 810 6 368 375 6 305 940 79 791 994
Struktur Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis pengetahuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perancangan Indikator Kinerja Perancangan indikator kinerja (IK) dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang selanjutnya bisa diderivasikan menjadi beberapa sub kriteria. Dalam perancangan ini identifikasi kriteria dilakukan dengan akuisisi pengetahuan pakar baik melalui kajian pustaka, brainstorming dengan pakar maupun dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada pakar dalam bentuk kuesioner semi terbuka. Pakar yang dilibatkan sebanyak 6 orang yang terdiri dari 2 orang praktisi usahatani dan industri kecil penyulingan, 3 orang dari pemerintah dan 1 orang akademisi. Tujuan dari perancangan indikator kinerja ini adalah untuk mendapatkan indikator kinerja kunci dari klaster agroindustri minyak atsiri.
104
Pembobotan Indikator Kinerja Pembobotan indikator kinerja dilakukan untuk menghasilkan indikator kinerja kunci berdasarkan bobot dari masing-masing indikator kinerja. Dalam pembobotan ini digunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap indikator kinerja yang ada. Dengan menggunakan AHP dapat dihasilkan struktur indikator kinerja dan indikator kinerja kunci (IKK) yang dihasilkan.
Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang diberikan dalam pengelolaan
model untuk perhitungan yang dapat digunakan dalam
proses
pengambilan keputusan. Sistem manajemen basis model disusun berdasarkan empat model, yaitu: (1) model analisis kelayakan usaha, (2) model kesepakatan harga, (3) model pengukuran kinerja, dan (4) model kelembagaan. Masing-masing basis model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Model Kelayakan Usaha Model analisis kelayakan usaha dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan guna mendapatkan nilai tambah, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui “PAP-Klaster”. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui
105
kriteria finansial berupa NPV (Net Present Value) adalah nilai bersih yang diterima proyek selama umur ekonomis pada saat ini; PBP (Pay Back Period) merupakan nilai yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali; IRR (Internal Rate of Return ) adalah nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol, atau tingkat suku bunga yang menunjukkan bahwa nilai penerimaan sama dengan jumlah seluruh biaya investasi sekarang; B/C ratio (Benefit-Cost-Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang dengan nilai biaya bersih; dan BEP (Break Even Point) adalah analisa titik pulang pokok di mana tingkat volume penjualan akan impas untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Skenario yang dilakukan pada model kelayakan usaha ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, (2) dengan penurunan harga jual sebesar 20%, dan (3) dengan penurunan harga jual sebesar 40%. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model analisis kelayakan usaha berupa analisis laba-rugi, analisis cash flow, dan kriteria kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam.
Sub model Kelayakan Usahatani Nilam Sub Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel 2007. Gambar 33 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan usaha.
106
Mulai Input Basis Data Usahatani: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya 3. Target produksi kebun: 10.000 kg/ha/tahun
Input Skenario Model Usahatani: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual nilam kering
Hitung: Biaya investasi Biaya produksi
Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio
Layak?
Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow
Selesai
Gambar 33 Diagram alir model analisis kelayakan usaha
107
Gambar 34 menunjukkan Tampilan Sub Model Kelayakan Usahatani Nilam.
Gambar 34 Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari Sub-Model Kelayakan Usaha untuk usahatani nilam berasal dari data struktur biaya usahatani yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel, dan nilainilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Biaya investasi yang diperlukan untuk usahatani nilam dengan luas lahan 10 000 m2 sebesar Rp 1 900 000. Biaya produksi usahatani sebesar Rp 9 467 000, sehingga modal kerja yang diperlukan adalah sebesar Rp 11 367 000 2) Analisis kelayakan finansial usahatani nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa usaha 1 tahun (12 bulan) Jangka waktu pengembalian pinjaman 12 bulan
108
Jarak tanam 0.6 m x 0.8 m, jumlah tanaman di lapang untuk 1 ha adalah adalah 20 834 tanaman Jumlah bibit yang disediakan adalah 25 000 tanaman dengan kematian bibit di lapang ± 16% Umur tanaman saat panen pertama adalah bulan ke 6, dan panen selanjutnya setiap 3 bulan sekali Satu tahun 3 kali panen, jumlah produksi per panen sebanyak 12 000 kg, Harga jual nilam basah adalah Rp 1 200/kg atau harga jual nilam kering sebesar Rp 4 500/kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Persentase produksi bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-5 sebesar 0%, bulan ke-6 sebesar 100%, bulan ke-9 sebesar 90%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan finansial perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20%. Skenario ketiga adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%.
Skenario 1 Pada skenario pertama yang merupakan kondisi normal yaitu pada harga jual nilam basah Rp 1 200/kg, biaya produksi Rp 9 467 000, usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 14 019 145; NPV sebesar Rp 12 130 935; IRR sebesar 14.60%; PBP selama 4.97 bulan, dan B/C Ratio sebesar 1.35. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usahatani layak untuk dijalankan.
109
Skenario 2 Pada skenario kedua terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20% yaitu pada harga jual Rp 960. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 6 675 145; NPV sebesar Rp 5 414 029; IRR sebesar 7.81%; PBP selama 10.25 bulan, dan B/C Ratio sebesar 1.16. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi kedua tersebut usahatani nilam layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual hingga 20% Skenario 3 Pada skenario ketiga terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%, yaitu pada harga jual Rp 720. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp -668 855; NPV sebesar Rp -1 302 877; IRR sebesar -0 92%; PBP selama 20 bulan; dan B/C Ratio sebesar 0 96. Hasil analisis sensitivitas pada skenario ketiga menunjukkan bahwa usahatani nilam juga mulai tidak layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual nilam hingga 40%. Berdasarkan analisis sensitivitas usahatani nilam, pada penurunan harga jual 40% usahatani tidak layak dijalankan. Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani nilam pada ketiga kondisi dengan luas lahan 1 ha. Tabel 11 Hasil kelayakan finansial usahatani nilam 10.000 m2 (1 ha) pada kondisi normal, biaya produksi naik 65%, harga jual turun 40% Parameter Kelayakan
Kondisi Normal (Skenario 1)
Penurunan Harga Jual(20%) (Skenario 2)
Penurunan Harga Jual (40%) (Skenario 3)
Keuntungan bersih/tahun (Rp)
14,019,145
6 675 145
-668,855
NPV (Rp)
12,130,935
5 414 029
-1,302,877
14,60
7.81
-0,92
PBP (bulan)
4,97
10.25
20
B/C Ratio
1,35
1.16
0,96
LAYAK
LAYAK
TIDAK LAYAK
IRR (%)
Hasil Analisis
110
Gambar 35 menunjukkan hubungan B?C ratio dengan skenario 1, 2, dan 3. Gambar 36 menunjukkan hubungan keuntungan per tahun dengan skenario 1, 2, dan 3.
B/C Ratio 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
B/C Ratio
Kondisi normal
Harga jual turun 20%
Harga jual turun 40%
Gambar 35 B/C ratio pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40%
Keuntungan per tahun 15000000 10000000 5000000
Keuntungan per tahun
0 -5000000
Kondisi normal
Harga jual turun 20%
Harga jual turun 40%
Gambar 36 Keuntungan per tahun pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40% Sub-model Kelayakan Usaha Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Sub-Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel 2007. Gambar 37 menunjukkan tampilan biaya
111
pembelian mesin, Gambar 38 menunjukkan tampilan jadwal angsuran pinjaman, dan Gambar 39 menunjukkan tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam. Gambar 40 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam.
Gambar 37 Tampilan biaya pembelian mesin agroindustri minyak nilam PAP-Klaster
Gambar 38 Tampilan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster
112
Gambar 39 Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam
113
Mulai
Input Basis Data Industri Kecil Penyulingan: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya
Input Skenario ModelIndustri Kecil Penyulingan: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual minyak nilam
Hitung: Biaya investasi - Biaya penyusutan Biaya operasional - Biaya pemeliharaan
Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow
Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio
Layak?
Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow
Selesai
Gambar 40 Diagram alir sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam
114
Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam untuk terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Perhitungan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Lampiran 2) Analisis kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa proyek 20 bulan Jangka waktu pengembalian pinjaman 20 bulan Kapasitas alat suling 300 kg nilam kering Rendemen sekitar 1,2% Jumlah kapasitas produksi sebesar 112,50 kg/bulan Lama penyulingan per satu kali suling adalah 8 jam Jumlah jam kerja adalah 8 jam/hari, 1 minggu 5 hari kerja atau sebanyak 260 hari/tahun Persentase terjual adalah 100% Harga jual minyak nilam adalah Rp 450.000 per kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Penyusutan peralatan sebesar 10% Persentase produksi tahun 1 sampai tahun ke 12 sebesar 100%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan usaha perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan, penurunan harga jual minyak nilam sebesar 33,7%, 45% dan 50%. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi kenaikan dan penurunan rendemen minyak nilam sebanyak 0,05%.
115
Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada rendemen 1.2% dengan harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.7%, 45%, dan 50%. Dalam kondisi normal (rendemen 1,2% dan harga jual Rp 450.000), industri kecil penyulingan minyak nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 234 221 718; NPV sebesar Rp 216 615 449; IRR sebesar 47.99%; PBP selama 2.10 bulan; B/C Ratio sebesar 1.69. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 33,7%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 86 817 918; NPV sebesar Rp 78 362 017; IRR sebesar 20.68%; PBP selama 4.49 bulan; B/C ratio sebesar 1.26. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 45%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 37 391 718; NPV sebesar Rp 32 004 041; IRR sebesar 9.99%; PBP selama 7.18 bulan; B/C ratio sebesar 1.11. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Sedangkan bila harga jual diturunkan sebesar 55%, maka keuntungan bersih per tahun Rp -6 348 282; NPV sebesar
Rp -9 020 717; IRR sebesar -2.05%;
PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar 0,97. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 1.
116
Tabel 12 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55% Parameter Kelayakan
Kondisi Normal
Penurunan Harga jual 33,7%
Penurunan Harga Jual 45%
Penurunan Harga Jual 55%
Keuntungan bersih/tahun (Rp)
234 221 718
86 817 918
37 391 718
-6 348 282
NPV (Rp)
216 615 449
78 362 017
32 004 041
-9 020 717
47.99
20.68
9.99
-2.05
PBP (bulan)
2.10
4.49
7.18
21
B/C Ratio
1.69
1.26
1.11
0,97
LAYAK
LAYAK
LAYAK
TIDAK LAYAK
IRR (%)
Hasil Analisis
Merujuk pada hasil analisis sensitivitas skenario I, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan, bila penurunan harga jual minyak nilam minimal 45% dari kondisi awal yaitu pada harga jual Rp 247 500 per kg. Gambar 41 menunjukkan grafik B/C ratio pada ke empat kondisi di atas.
B/C ratio 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Kondisi normal Penurunan harga Penurunan harga Penurunan harga jual 33.7% jual 45% jual 55%
Gambar 41 B/C ratio dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55%
117
Gambar 42 menunjukkan hubungan keuntungan bersih per tahun pada ke empat kondisi di atas.
Keuntungan /tahun 250000000 200000000 150000000 100000000
50000000 0 Kondisi normal -50000000
Penurunan Penurunan Penurunan harga jual 33.7% harga jual 45% harga jual 55%
Gambar 42 Keuntungan bersih per tahun dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 50%
Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada harga jual Rp 202 500 dan kenaikan rendemen minyak nilam sebesar 0.05%, yaitu pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3% dan1.35%. Dengan rendemen 1.2%, maka keuntungan bersih per tahun Rp -6 348 282; NPV sebesar
Rp -9 020 717; IRR sebesar -2.05%; PBP selama 21 bulan; B/C
ratio sebesar 0.97. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.25%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 1 852 968; NPV sebesar
Rp -1 328 575; IRR sebesar 0.57%; PBP selama
21 bulan; B/C ratio sebesar 1.00. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan.
118
Dengan kenaikan rendemen menjadi 1,3%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 10 054 218; NPV sebesar
Rp 6 363 567; IRR sebesar 2.98%; PBP selama
10.61 bulan; B/C ratio sebesar 1.02. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.35%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 18 255 468; NPV sebesar Rp 14 055 709; IRR sebesar 5.22%; PBP selama 9.29 bulan; B/C ratio sebesar 1.05. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 2. Tabel 13 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35% Parameter Kelayakan
Rendemen 1,20%
Rendemen 1,25%
Rendemen 1,30%
Rendemen 1,35%
Keuntungan bersih/tahun (Rp)
-6 348 282
1 852 968
10 054 218
18 255 468
NPV (Rp)
-9 020 717
-1 328 575
6 363 567
14 055 709
-2.05
0.57
2.98
5.22
21
21
10.61
9.29
0,97
1.00
1.02
1.05
TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK
LAYAK
LAYAK
IRR (%) PBP (bulan) B/C Ratio Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas skenario 2, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan bila rendemen minyak yang dihasilkan minimal 1.3%. Gambar 43 menunjukkan grafik hubungan B/C ratio dengan harga jual Rp 225 000 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%. Gambar 44 menunjukkan grafik hubungan keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp 202 500 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.
119
B/C ratio 1.06 1.04 1.02 1 0.98 0.96 0.94 0.92 Rendemen 1.2%
Rendemen 1.25%
Rendemen 1.3%
Rendemen 1.35%
Gambar 43 B/C ratio dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.
Keuntungan / tahun 20000000
15000000 10000000 5000000 0 Rendemen 1.2% Rendemen 1.25% Rendemen 1.3% Rendemen 1.35%
-5000000 -10000000
Gambar 44 Keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp 202 500 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.. Merujuk pada hasil analisis sensitivitas, industri kecil penyulingan minyak nilam lebih sensitif terhadap perubahan rendemen minyak nilam dibandingkan terhadap perubahan harga jual minyak nilam. Pada rendemen 1.2%, usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada harga jual Rp 247 500. Sedangkan jika harga jual minyak nilam Rp 202 500, maka usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada rendemen 1.3%.
120
Model Kesepakatan Harga Untuk memperoleh model kesepakatan harga digunakan metode optimasi dengan teknik Fibonacci. Kuester dan Mize (1973) menyatakan teknik Fibonacci merupakan sebuah prosedur untuk melakukan aliminasi interval yang dimulai dengan batasan awal dari peubah-peubah bebas. Teknik Fibonacci termasuk metode pencarian pada kelompok optimisasi problema tak linier berkendala variabel tunggal. Komponen-komponen biaya yang perlu diperhatikan dalam optimalisasi harga kesepakatan ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan usahatani maupun industri kecil penyulingan, diantaranya adalah biaya produksi, biaya pemanenan, biaya penyimpanan, dan biaya transportasi. Harga kesepakatan (win-win solution) nilam ditentukan berdasarkan selisih antara harga yang diharapkan usahatani dan harga yang diharapkan oleh industri kecil penyulingan minyak nilam. Dalam hal ini usahatani mengharapkan harga jual nilam kering yang tinggi sesuai dengan harga produksi yang dikeluarkannya dan di sisi lain industri kecil penyulingan minyak nilam mengharapkan harga beli nilam yang rendah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi fungsi tujuannya adalah usaha untuk mengeliminasi selisih harga tersebut untuk memperoleh harga yang adil. Model kesepakatan harga dirancang dengan tujuan untuk memperoleh optimasi kesepakatan: (1) harga
jual nilam antara usahatani nilam dengan industri kecil
penyulingan, dan (2) harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan industri penyulingan/eksportir, yang selanjutnya disebut eksportir. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir guna mendapatkan keuntungan yang adil dan transparansi, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui “PAP-Klaster”. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil
121
penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Struktur biaya eksportir diperoleh dari informasi dari pengguna dan pakar. Formulasi yang digunakan untuk menghitung optimasi kesepakatan harga dilakukan bedasarkan program Optsys. Skenario yang dilakukan pada model kesepakatan harga ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, yaitu kondisi saat penelitian, (2) pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam murni rendah, dan (3) pada saat produktivitas usahatani rendah, harga jual minyak nilam murni tinggi. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model kesepakatan harga berupa kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan, dan kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dan eksportir minyak nilam.
Sub-model Kesepakatan Harga Jual Nilam Harga beli nilam oleh industri kecil penyulingan.minyak nilam dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya penyulingan/pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan industri. Harga jual nilam oleh usahatani dihitung dengan memperhatikan luas lahan, biaya total usaha tani, produktivitas lahan dan keuntungan usaha tani. Untuk menghitung keuntungan yang diharapkan oleh usahatani digunakan. Nilai Kebutuhan Hidup Minimum (Upah Minimum Ratarata/UMR) yang berlaku di Kabupaten Kuningan yaitu Rp 700 000. Tampilan sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari biaya usahatani dan biaya industry kecil penyulingan, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual nilam menggunakan beberapa asumsi teknis, yaitu pada usahatani nilam, yang dihasilkan oleh petani dengan luas lahan 1 hektar, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes: a) Produksi total nilam basah per tahun, 1 tahun 3x panen, sebesar 36 000 kg; b) Panen
122
pertama pada bulan ke-6, selanjutnya tiap 3 bulan sekali; c) Harga jual nilam basah Rp 1 200 per kg; d) Total penerimaan usahatani sebesar Rp 43 200 000 /ha/tahun; e) Merujuk pada arus kas usahatani, total biaya usahatani per tahun Rp 15 169 000; f) Keuntungan usahatani per tahun yaitu Rp 28 031 000 . Pada industri kecil penyulingan, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Harga nilam kering sekitar 3.75 x harga nilam basah, jadi harga nilam kering Rp 4 500/kg; e) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp 341 578/kg; f) Harga pasar minyak nilam tahun 2011 Rp 450 000/kg; g) Biaya simpan dan transportasi Rp 2 500/kg; h) Keuntungan per kg diasumsikan 4% dari harga jual minyak/kg, yaitu Rp 18 000; i) 1 kg minyak nilam membutuhkan 66 kg nilam kering (4.5 kg minyak nilam membutuhkan 300 kg nilam kering). 3) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual nilam adalah harga jual nilam yang dapat menguntungkan usahatani dan industri kecil penyulingan. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi 36 000 kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 200 dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 450 000. Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi 42 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000. Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu total produksi 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 525 000. Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam Rp 1 200 per kg dan harga jual minyak nilam kasar Rp 450 000 per kg. Biaya pengolahan industri kecil penyulingan sebesar Rp 41 578 yaitu (biaya tenaga kerja+energy+air+listrik+jerigen)/4.5 kg.
123
Keuntungan industri kecil penyulingan diasumsikan 10% dari harga jual minyak nilam yaitu Rp 45 000/ kg.
Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL
= = = =
luas lahan (ha) biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) keuntungan usaha tani (Rp/tahun) produktivitas lahan (kg/ha/tahun)
Jadi, HJn = Rp 1 200 per kg HBn
= HJmn - BP - BS – KI = 450 000 –41 578 – 2 500 – 45 000 = Rp 360 922/ 250 kg nilam basah = Rp 1 444 /kg nilam basah
Keterangan: HJmnk BP BS KI
= = = =
harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) biaya pengolahan (Rp/kg) biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg)
Jadi, HBn = Rp 1 444 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn – X) (X – HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 321.98 per kg atau Rp 1 322 per kg Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi nilam 42 000 kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, biaya operasional usahatani Rp 13 652 100 per tahun, dan keuntungan usahatani Rp 28 347 900 per tahun.
124
Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL
= = = =
luas lahan (ha) biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) keuntungan usaha tani (Rp/tahun) produktivitas lahan (kg/ha/tahun)
Jadi, HJn = Rp 1 000 per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp 41 578 per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam,per kg yaitu Rp 40 000, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 400 000 per kg. HBn = HJmn - BP - BS – KI = 400 000 – 41 578 – 2 500 – 40 000 = Rp 315 922 / 250 kg nilam basah = Rp 1 264/ kg nilam basah Keterangan: HJmnk BP BS KI
= = = =
harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) biaya pengolahan (Rp/kg) biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg)
Jadi, HBn= Rp 1 264 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn – X) (X – HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 131.97 per kg atau Rp 1 132 per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, biaya operasional usahatani Rp 20 400 000 per tahun, keuntungan usahatani Rp 13 200 000.
125
Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL
= = = =
luas lahan (ha) biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) keuntungan usaha tani (Rp/tahun) produktivitas lahan (kg/ha/tahun)
Jadi, HJn = Rp 1 400 per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp 41 578 per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam per kg, yaitu Rp 52 500, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 525 000 per kg.
HBn
= HJmnk- BP - BS – KI = 525 000 – 41 578 – 2 500 – 52 500 = Rp 428 422 / 250 kg nilam basah = Rp 1 714/ kg nilam basah
Keterangan: HJmnk BP BS KI
= = = =
harga jual minyak nilam biaya pengolahan biaya simpan dan transportasi keuntungan industri kecil penyulingan
Jadi, HBn= Rp 1 714 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn – X) (X – HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 556.97 per kg atau Rp 1 557 per kg. Sub-model Kesepakatan Harga Jual Minyak Nilam Harga beli minyak nilam oleh eksportir dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan eksportir. Harga jual nilam oleh industri kecil penyulingan minyak nilam dihitung dengan
126
memperhatikan kapasitas alat penyulingan, biaya total industri kecil penyulingan, produktivitas penyulingan dan keuntungan industri kecil penyulingan. Tampilan sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari biaya industri kecil penyulingan dan biaya eksportir, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual minyak nilam menggunakan beberapa asumsi yang digunakan pada industri kecil penyulingan dengan kapasitas alat penyulingan 300 kg. Pada industri kecil penyulingan, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp 1 537 100 per kali suling; e) Harga pasar minyak nilam Rp 450 000 per kg Pada eksportir, data yang diperlukan merujuk pada informasi pelaku maupun pakar, yaitu: a) Harga pasar minyak nilam murni Rp 540 000 per kg; b) Biaya pengolahan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp 27 500; c) Biaya simpan 4% dari harga minyak nilam murni, yaitu Rp 21 600; d) Keuntungan per kg diasumsikan 5% dari harga jual minyak murni per kg, yaitu Rp 27 000. 3) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual minyak nilam adalah harga jual minyak nilam yang dapat menguntungkan industri kecil penyulingan dan eksportir. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam per kg Rp 1 200, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 450 000 dan harga jual minyak nilam murni per kg Rp 540 000. Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu produksi total 42 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000, dan harga jual minyak nilam murni
127
Rp 450 000 per kg. Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam Rp 1 400 per kg, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 525 000 per kg. Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan adalah Rp 450 000 per kg, biaya pengolahan per kali suling Rp 1 537 100, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp 487 900 per kali suling. Jadi, HJmnk= Rp 450 000 per kg Pada eksportir, harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 60 atau Rp 540 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Keuntungan eksportir diasumsikan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp 27 000 per kg. = HJmnm – BPe - BSe – KE = 540 000 – 27 000 – 21 600 – 27 000 = Rp 464 400 /kg
HBmnk
Keterangan: HJmnm BPe BSe KE
= = = =
harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) keuntungan eksportir (Rp/kg)
Jadi, HBmnk = Rp 464 400 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk – X) (X – HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 457 199 per kg.
128
Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000, biaya pengolahan per kali suling Rp 1 342 100 (merujuk biaya operasional), pendapatan Rp 1 800 000, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp 457 900 per kali suling Jadi, HJmnk = Rp 400 000 per kg Pada eksportir, biaya operasional 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 11 250, biaya simpan 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 11 250, keuntungan eksportir 4% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 18 000. Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 50 atau Rp 450 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): = HJmnm - BPe - BSe – KE = 450 000 – 11 250 – 11 250 – 18 000 = Rp 409 500 /kg
HBmnk
Keterangan: HJmnm BPe BSe KE
= = = =
harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) keuntungan eksportir (Rp/kg)
Jadi, HBmnk = Rp 409 500 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk – X) (X – HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani tinggi, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 400 000 per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani rendah, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 525 000, biaya operasional per kali suling Rp 1 792 100 (merujuk biaya operasional), pendapatan
129
Rp 2 362 500, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling, dan keuntungan industri Rp 570 400 per kali suling. Jadi, HJmnk = Rp 525 000 per kg Pada eksportir, biaya operasional 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500, biaya simpan 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500, keuntungan eksportir 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500. Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 70 atau Rp 630 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): = HJmnm - BPe - BSe – KE = 630 000 – 31 500 – 31 500 – 31 500 = Rp 535 500 /kg
HBmnk
Keterangan: HJmnm BPe BSe KE
= = = =
harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) keuntungan eksportir (Rp/kg)
Jadi, HBmnk = Rp 535 500 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk – X) (X – HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada produktivitas usahatani rendah, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 530 249 per kg. Merujuk pada Skenario 1, 2, dan 3 dari sub-model kesepakatan harga jual nilam dan sub-model harga jual minyak nilam,dilakukan validasi harga jual nilam dan minyak nilam dengan menggunakan tiga skenario.Total penerimaan dan biaya operasional merujuk pada aliran kas. Biaya operasional eksportir dihitung sebagai kesepakatan harga beli minyak nilam + biaya pengolahan 5% + biaya simpan 5%. Skenario 1 Validasi kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam dilakukan dengan analisis sensitivitas terhadap margin keuntungan yang dihasilkan oleh usahatani,
130
industri kecil penyulingan , dan eksportir. Skenario 1 dilakukan pada produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi 36 000 kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 322, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar Rp 457 199 per kg, total produksi eksportir 50 000 kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp 540 000 per kg. Tabel 14 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 1. Tabel 14 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 322 per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 457 199 per kg No
Uraian
Usahatani
Industri Kecil Penyulingan
Eksportir
1
Penerimaan per tahun (Rp)
47 592 000
246 887 460
27 000 000 000
2
Biaya operasional/ tahun (Rp)
20 400 000
184 452 000
24 209 950 000
3
Margin keuntungan/tahun (Rp)
27 192 000
44 435 460
2 790 050 000
4
Margin keuntungan / tahun (%)
57.71
18
10.34
Skenario 2 Skenario 2 dilakukan pada produktivitas usahatani tinggi, yaitu total produksi 42 000 kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 132/kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 404 749 per kg, total produksi eksportir 70 000 kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp 450 000 per kg. Tabel 15 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 2. Tabel 15 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 132 per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 404 749 per kg No.
Uraian
Usahatani
Industri Kecil Penyulingan
Eksportir
1
Penerimaan per tahun (Rp)
47 544 000
254 991 870
31 500 000 000
2
Biaya operasional/tahun (Rp)
18 360 000
204 484 000
29 119 930 000
3
Margin keuntungan/tahun (Rp)
28 184 000
49 507 870
2 380 070 000
4
Margin keuntungan/ tahun (%)
59.27
19.42
7.56
131
Skenario 3 Skenario 3 dilakukan pada produktivitas usahatani rendah, yaitu total produksi 24 000 kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 557/kg, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar Rp 530 249 per kg, total produksi eksportir 20 000 kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp 630 000 per kg. Tabel 16 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 3. Tabel 16 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 474 per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 530 249 per kg No
Uraian
Usahatani
Industri Kecil Penyulingan
Eksportir
1
Penerimaan per tahun (Rp)
37 368 000
191 696 400
12 600 000 000
2
Biaya operasional/ tahun (Rp)
27 435 000
147 688 000
11 234 980 000
3
Margin keuntungan/tahun (Rp)
9 933 000
44 008 400
1 365 020 000
4
Margin keuntungan / tahun (%)
26.58
22.96
10.83
Merujuk pada hasil analisis sensitivitas kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam, margin keuntungan tertinggi dari usahatani dan industri kecil penyulingan terjadi pada produktivitas usahatani tinggi atau skenario 2. Pada produktivitas usahatani rendah atau skenario 3, margin keuntungan usahatani sangat turun dibandingkan dengan skenario 1 dan 2. Sedangkan margin keuntungan industri kecil penyulingan dan eksportir sedikit meningkat. Gambar 45 menunjukkan margin keuntungan dari para pelaku usaha pada produktivitas sedang, rendah dan tinggi.
132
Kesepakatan Harga Jual Nilam dan Minyak Nilam Margin Keuntungan (%)
70 60 Usahatani
50
40
Industri Kecil Penyulingan
30 20
Eksportir
10 0 Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Gambar 45 Analisis sensitivitas kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam
Model Pengukuran Kinerja Model pengukuran kinerja dirancang dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan atau kinerja klaster agroindustri minyak nilam yang diukur berdasarkan beberapa kriteria yang selanjutnya dapat diderivasikan menjadi beberapa sub kriteria. Dalam perancangan model pengukuran kinerja ini menggunakan metode IPMS dan identifikasi kriteria-kriteria perlu dilakukan secara akurat. Identifikasi kriteria kinerja klaster agroindustri minyak nilam tidak sepenuhnya berdasarkan pengetahuan dari pakar, melainkan juga dari hasil kajian dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya. Brainstorming dan akuisisi pendapat dari pakar diperlukan untuk mengklarifikasi, memverifikasi dan sekaligus memberikan masukan tambahan kriteria yang masih belum teridentifikasi. Oleh karena itu penyusunan kuesioner untuk pakar didasarkan pada hirarki kriteria. Selanjutnya berdasarkan hirarki kriteria tersebut disusun penilaian terhadap beberapa kriteria dan sub kriteria yang telah didefinisikan. Pada penelitian ini identifikasi kebutuhan stakeholder dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan pada sejumlah pakar baik di bidang praktisi, akademisi, maupun pemerintahan.
133
Identifikasi Kebutuhan Stakeholder Informasi
tentang
kebutuhan
Stakeholder
sangat
diperlukan
dalam
perancangan sistem pengukuran kinerja Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan pada Klaster Agroindustri Minyak Nilam. Stakeholder adalah seluruh elemen pemangku kepentingan yang terdiri dari pelaku industri baik inti maupun pendukung dan institusi terkait lainnya, termasuk di dalamnya adalah pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Berdasarkan pendekatan sistem dan pembagian level organisasi dapat diketahui stakeholder Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan adalah pihak-pihak yang
terkait
dengan
klaster
agroindustri
minyak
nilam
seperti
petani,
pedagang/pengumpul nilam kering, petani-penyuling, industri kecil penyulingan, pedagang/pengumpul minyak nilam dan industri pendukung lainnya termasuk institusi/dinas
terkait.
Dari
masing-masing
stakeholder
tersebut
kemudian
diidentifikasi kebutuhannya dan dilakukan seleksi untuk melihat adanya kesamaan kebutuhan dari masing-masing stakeholder. Pada penelitian ini identifikasi kebutuhan stakeholder dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan pada sejumlah pakar dan pelaku. Pakar dalam konteks adalah individu yang mempunyai komitmen, kompetensi dan kapasitas secara substansi yang diharapkan dapat merepresentasikan pandangan/jawaban dari seluruh stakeholder Usahatani dan Industri Kecil Penyulingan dalam Klaster Agroindustri Minyak Nilam. Hasil identifikasi kebutuhan stakeholder dilakukan pembobotan dengan perbandingan berpasangan. Tabel 17 menunjukkan pembobotan Indikator Kinerja (IK) usahatani dan industri kecil penyulingan.
Tabel 17 Nilai bobot Indikator Kinerja usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam No 1
Kriteria dan Sub Kriteria LEVEL HARAPAN 1.1 Peningkatan kesejahteraan pelaku 1.2 Rantai nilai yang kokoh 1.3 Keunggulan komparatif yang berkelanjutan
Bobot relatif (%) 45.58 25.91 10.24
134
1.4 1.5 2
3
4
Kemampuan berinovasi Pertumbuhan hasil usahatani dan industri kecil penyulingan minyak nilam LEVEL KRITERIA UTAMA 2.1 Aspek ekonomi 2.2 Aspek lingkungan 2.3 Aspek teknis 2.4 Aspek sosial LEVEL SUB KRITERIA 3.1 Akseptabilitas sosial 3.2 Ketenagakerjaan 3.3 Akseptabilitas teknis 3.4 Finansial 3.5 Pertumbuhan 3.6 Kapasitas produksi industri penyulingan minyak nilam 3.7 Kelembagaan 3.8 Pasokan nilam kering 3.9 Pendistribusian minyak nilam LEVEL SUB SUB KRITERIA 4.1 Kriteria ketenagakerjaan 4.1.1 Penyerapan tenaga kerja 4.1.2 Kualitas SDM 4.1.3 Sarana peningkatan kualitas SDM 4.2 Kriteria kelembagaan 4.2.1 Efektivitas fungsional 4.2.2 Keterwakilan industri 4.3 Kriteria finansial 4.3.1 Harga beli nilam kering dan minyak nilam 4.3.2 Harga jual minyak nilam kasar 4.3.3 Penjualan nilam dan minyak nilam tahunan 4.3.4 Keuntungan usahatani dan industri kecil tahunan 4.4 Kriteria pertumbuhan 4.4.1 Pertumbuhan usahatani dan industri kecil minyak nilam 4.4.2 Kontribusi terhadap devisa tahunan
9.51 8.75
43.54 31.70 13.75 11.01 19.52 18.18 15.85 14.51 14.51 10.20 3.67 2.79 0.76
6.06 6.06 6.06 1.84 1.84 5.99 3.22 3.22 2.08 12.70 1.81
Tabel 17 Nilai bobot Indikator Kinerja usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam (lanjutan) No
Kriteria dan Sub Kriteria 4.5 4.5.1 4.5.2 4.5.3 4.6
Kriteria Pasokan nilam dan minyak nilam Pasokan nilam dan minyak nilam tahunan Pasokan nilam sekali panen Keterlambatan pasokan Kapasitas usahatani dan industri kecil
Bobot relatif (%) 1.34 1.13 0.32
135
4.6.1 4.6.2 4.6.3 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.1.4 5.1.5 5.2 5.2.1 5.2.2 5.3 5.3.1 5.3.2 5.4 5.4.1 5.4.2 5.5 5.5.1 5.5.2 6.1 6.1.1 6.1.2
Luas lahan dan kapasitas penyulingan Frekuensi panen dan penyulingan Rendemen Kualitas SDM Lulus > SMU Lulus SMU Lulus SMP Lulus SD Tidak lulus SD Sarana peningkatan kualitas SDM Jumlah Balai Pelatihan Pertanian dan Industri Nilam Jumlah Sekolah Kejuruan Pertanian dan Pengolahan Hasil Nilam Efektivitas fungsional Kualitas sistem evaluasi Mekanisme koordinasi Keterwakilan industri Jumlah usahatani dan industri kecil penyulingan Jumlah industri pendukung Penyerapan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja Tingkat turn over tenaga kerja Mekanisme koordinasi kelembagaan Prosentase kehadiran wakil usahatani dan industri kecil Jumlah pertemuan
0.34 0.34 0.34 1.40 1.40 1.40 1.40 0.47 3.03 3.03
0.92 0.92 0.92 0.92 3.03 3.03 0.80 0.11
Penetapan Tujuan (Objectives) Setelah kebutuhan stakeholder ditentukan, kemudian ditetapkan tujuannya. Dari hasil penelitian dapat ditentukan 5 tujuan sebagai upaya yang akan dilakukan industri kecil penyulingan minyak nilam dalam memenuhi keinginan dari stakeholder. Kelima tujuan yang dimaksud yaitu (1) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha (45.58%), (2) rantai nilai yang kokoh (25.91%), (3) keunggulan komparatif yang berkelanjutan (10.24%) (4) kemampuan berinovasi (9.51%), dan (5) pertumbuhan usahatani dan industri kecil penyulingan (8.76%). Penetapan Indikator Kinerja Kunci Dari hasil kuesioner para pakar dapat dirumuskan sebuah struktur hirarki kriteria klaster agroindustri minyak nilam. Seluruh kriteria dan sub kriteria yang berhasil diderivasi memiliki prioritas yang berbeda dalam penentuan kinerja agroindustri
136
minyak nilam. Penentuan didasarkan pada bobot masing-masing yang dihasilkan dari pengolahan hasil penilaian pakar dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Seluruh kriteria dan sub kriteria yang berhasil diderivasi memiliki prioritas yang berbeda dalam penentuan kinerja usaha tani nilam. Rekapitulasi hasil eksplorasi kriteria keberhasilan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam menunjukkan bahwa terdapat 51 Indikator Kinerja (IK) yang tersusun berdasarkan level harapan, kriteria dan sub kriteria. Indikator Kinerja Kunci (IKK) ditetapkan sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat pencapaian masing-masing tujuan. Dari 51 IK yang dihasilkan dapat ditetapkan 16 IKK. Tabel 18 menunjukkan 16 IKK yang berhasil diidentifikasi dari 51 Indikator Kinerja. Validasi IKK Validasi IKK dilakukan setelah IKK yang teriidentifikasi disusun dalam bentuk hirarki Sistem Perancangan Kinerja dengan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Dari hirarki sistem perancangan kinerja dihasilkan level teratas kinerja agroindustri minyak nilam, level di bawahnya kriteria kinerja dilihat dari berbagai aspek dan level paling bawah adalah IKK. Proses validasi ini dilakukan dengan cara mengembalikan hirarki SPK tersebut kepada pengambil keputusan di agroindustri minyak nilam untuk memberikan penilaian apakah IKK dan hirarki SPK yang ada sudah sesuai atau belum dalam arti valid atau perlu perbaikan. Berdasarkan proses validasi yang dilakukan ternyata IKK yang tersusun dinyatakan valid berdasarkan pendekatan sistem bisnis agroindustri penyulingan minyak nilam.
Tabel 18 Daftar alternatif Indikator Kinerja Kunci No. IKK 1 2
Kriteria / Sub Kriteria Penyerapan Tenaga Kerja Kualitas SDM
No.
Indikator Kinerja Kunci (IKK)
1
Jumlah tenaga kerja (%)
2
Tingkat turn over tenaga kerja
1
Jumlah SDM tidak lulus SD (%)
2
Jumlah SDM berpendidikan SD (%)
137
3 4 5 6 7
3
Jumlah SDM berpendidikan SMP (%)
4
Jumlah SDM berpendidikan SMU (%)
5
Jumlah SDM berpendidikan > SMU (%)
Sarana Peningkatan 1 Kualitas SDM 2
Jumlah balai pelatihan industri nilam
Efektivitas Fungsional
1
Kualitas sistem evaluasi
2
Mekanisme koordinasi
1
Jumlah pertemuan
2
Prosentase kehadiran wakil petani
1
Jumlah kelompok tani
2
Jumlah petani per kelompok
Mekanisme koordinasi Keterwakilan industri Pasokan tahunan
nilam
Jumlah sekolah kejuruan pertanian
kering 1
Jumlah pabrik penyulingan
2
Jumlah industri pendukung
Spesifikasi IKK Proses spesifikasi IKK dilakukan untuk mengetahui deskripsi yang jelas tentang IKK, tujuan, keterkaitan dengan tujuan, target, formula/cara mengukur IKK, frekuensi pengukuran, frekuensi review, siapa yang mengukur, dan apa yang mereka kerjakan seperti pada Tabel 19.
Tabel 19 Spesifikasi IKK IKK No.
1
Deskripsi
Penyerapan tenaga kerja
Tujuan
Untuk memastikan jumlah tenaga kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu sehingga Usaha Tani dan Industri Kecil
138
Penyulingan dapat berkembang Terkait dengan Cara mengukur Frekuensi pengukuran
Tujuan “Pertumbuhan Usaha Industri Kecil Penyulingan”
Tani
dan
Dengan kuesioner Setahun sekali
Frekuensi review Siapa yang mengukur
Setahun sekali
Sumber data
Tim evaluasi dan pengendalian kinerja
Siapa yang punya
Data Usaha Tani Nilam dan Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Usaha Tani, Industri Kecil Penyulingan, institusi/dinas terkait
Dengan PHA, Indikator Kinerja dan Indikator Kinerja Kunci yang dihasilkan dapat digambarkan dalam sebuah struktur hirarki kinerja. Gambar 46 menunjukkan struktur hirarki dari kinerja usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam.
Gambar 46 Struktur hirarki kinerja usahatani nilam dan industri kecil minyak nilam
139