MAKALAH SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Oleh :
Nama : MI Natalis Widhiasti NIM
: 11130055
Kelas
: 11.7B.01
DAFTAR ISI
Judul Makalah ……………………………………………………………………. 1
Daftar Isi …………………………………………………………………………. 2
BAB I PENGERTIAN PERILAKU POLITIS …………………………………. 3
BAB II METODE-METODE PERILAKU POLITIS …………………………… 4
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………… 8
Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 9
BAB I PENGERTIAN PERILAKU POLITIS
Salah satu cara pendekatan dalam pengambilan keputusan adalah dengan perilaku politis. Dalam bab I ini akan dijelaskan mengenai perilaku politis. Cara pengambilan keputusan dengan perilaku politis adalah pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif atau dengan kata lain secara bersamasama/gabungan. Juga dianggap teori deskriptif ( bersifat menggambarkan apa adanya) yang menyarankan agar organisasi tempat pengambil keputusan bekerja membatasi pilihan yang ada. Keputusan diambil jika beberapa orang yang terlibat dalam proses ini menyetujui bahwa telah menemukan pemecahan masalah. Mereka melakukan hal itu dengan cara saling menyesuaikan diri dan saling berunding mengikuti peraturan permainan cara pengambilan keputusan dalam organisasi pada masa lalu. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan apakah hasil keputusan itu dapat dilaksanakan secara politis.
BAB II METODE-METODE PERILAKU POLITIS
Perilaku politis memiliki beberapa metode yang umum dan dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan di tingkat operasional. Dalam Bab II ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai metode-metode yang ada dalam perilaku politis tersebut. Di antaranya adalah Tawar-menawar Inkremental ( Incremental Bargaining ), Peninjauan Kembali ( Mixed Scanning ), Agregatif ( Aggregate ), dan Keranjang Sampah ( The Garbage Cane ) atau Model Pembuatan Non-Keputusan ( Nondecisionmaking Model ).
1.
Metode Tawar-Menawar Inkremental ( Incremental Bargaining ) Metode ini merupakan model paling mendasar dalam aktivitas organisasi, yaitu penyelesaian
pengambil
keputusan
melalui
negosiasi.
Karakteristik
dari
inkrementalisme ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya tidak terlalu jauh dari status quo. Hasil keputusannya diperoleh melalui proses tawar-menawar yang melelahkan dan persuasif melalui perdebatan dan negosiasi. Dalam persidangan badan perwakilan rakyat, metode ini paling banyak digunakan, bahkan juga di kalangan birokrasi apabila mereka sedang membahas anggaran.
Contohnya : Seperti di saat kita sedang melakukan tawar menawar di pasar tradisional, antara penjual dan pembeli pasti akan saling bernegosiasi, untuk pembeli yang kurang suka menawar pasti akan cepat mencapai kesepakatan harga,
namun bagi pembeli yang perhitungan pasti akan butuh waktu yang lama dalam tawar-menawar, dan jika harga akhir tidak sesuai dengan yang diharapkan, bisa jadi pembeli tidak jadi membeli barang yg diinginkan, maka dari itu proses tawar menawar ini begitu melelahkan dan kadang tanpa hasil yang baik.
2.
Metode Peninjauan Kembali ( Mixed Scanning ) Metode ini menawarkan suatu kompromi antara keputusan rasional dan inkrementalisme. Maksud kompromi di sini ialah bahwa para pengambil keputusan dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan ruang lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua perspektif tersebut, yaitu yang berjangka panjang dan luas dengan yang sempit bertahap dengan maksud mencegah mereka membuat keputusan inkremental yang kurang melihat jauh ke depan.
Contohnya : Saat kita memutuskan untuk pindah kerja ( resign ), pasti kita akan berpikir jauh, apakah di tempat kerja yang baru nanti akan lebih baik dari yang sekarang, pastinya kita tidak mau gegabah dengan mengambil keputusan secara cepat, karena dampaknya pasti aka nada penyesalan jika nantinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu kita pasti akan memikirkannya matangmatang dalam membuat keputusan tersebut.
3.
Metode Agregatif ( Aggregate ) Metode ini mencakup antara lain teknik delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Sering kali metode ini memanfaatkan konsultan dan timtim staf yang bekerja keras dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan
politik. Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Contohnya : Seperti di saat kita (orang awam) terkena masalah hukum, maka kita pasti akan menemui ahli hukum seperti pengacara atau mungkin kita membawa saksi dari pihak kita, untuk mengambil keputusan dalam masalah hukum , kita pasti memerlukan orang-orang yang ahli di bidang tersebut untuk membantu kita dalam menyelesaikan masalah tersebut.
4.
Metode Keranjang Sampah ( The Garbage Cane ) atau Model Pembuatan NonKeputusan ( Nondecision-making Model ) Model ini dikembangkan oleh March dan Olsen. Model ini merupakan hasil evolusi dari Carnegie Model dan Incremental Decision Process Model. Perbedaannya adalah, jika Carnegie dan Incremental Decision Process Model memberikan informasi mengenai bagaimana keputusan tunggal terbentuk, maka Garbage Can Model menggambarkan bagaimana alur setiap keputusan dibuat dalam organisasi secara keseluruhan. Dalam model keranjang-sampah ini menolak model rasional, bahkan
rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam pengambilan keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan, dan pada masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. Dalam membahas alternatif-alternatif, justru yang paling banyak diungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi cara terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu. Pembahasan tentang pengambilan keputusan diwarnai oleh kepetingan pribadi, klik, persekutuan, mitos, konflik,
pujian dan tuduhan, menggalang persahabatan baru, melepas ikatan lama, mencari kebenaran dan menampilkan kekuasaan.
Garbage can model memiliki 4 macam konsekuensi, antara lain: a) Solusi dapat saja terbentuk meskipun organisasi tidak sedang mengalami masalah. b) Pilihan dapat ditentukan meskipun terkadang tidak memecahkan permasalahan. c)
Permasalahan dapat berlarut-larut, karena partisipan terbiasa dengan masalah yang
terjadi dan menyerah untuk menyelesaikannya. d) Tidak semua masalah dapat terpecahkan. Garbage can model cocok untuk digunakan pada pengambilan keputusan pada keadaaan problematik dengan informasi mengenai permasalahan yang sangat minim.
Contohnya : Seperti dalam rapat anggota dewan perwakilan rakyat, di dalam rapat tersebut pasti lebih banyak pendapat pribadi atau memiliki tujuan pribadi untuk menguntungkan diri sendiri ataupun kelompoknya, tanpa melihat masalah tersebut dari sisi rakyat, tapi lebih dari sisi mereka pribadi. Sehingga yang lebih banyak terjadi adalah keputusan-keputusan yang keluar nantinya, malah lebih menyulitkan rakyat, bukan malah membut rakyat sejahtera.
BAB III KESIMPULAN
Setelah saya membahas pendekatan dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan perilaku politis , maka dapat disimpulka bahwa pengambilan keputusan ini sebaiknya dilakukan secara bersama-sama, bukan berdasarkan kepentingan pribadi. Dan di dalam beberapa metodenya kurang efektif karena hanya membuang-buang waktu tanpa mendapat hasil keputusan yang baik. Sehingga sebaiknya kita dalam menggunakan perilaku politis serta metode-metodenya dapat secara bijaksana, agar keputusan untuk bersama dapat tercapai, tanpa perlu ada perdebatan atau negosiasi yang terlalu memakan waktu yang lama. Sekian makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan jika ada kekurangan atau pun kesalah dalam penulisan makalah ini, mohon dapat dimaklumi adanya. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. lib.uin-malang.ac.id 2. mheea-nck.blogspot.com 3. vysnuvjaya.blogspot.com