SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PEGAWAI HONORER BERPRESTASI PADA MA MA’ARIF KALIREJO DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) RAHMAN FAUZI Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung Telp. (0729) 22240 website: www.stmikpringsewu.ac.id E-mail :
[email protected] ABSTRAK Pegawai merupakan faktor pendukung dalam sebuah instansi, karena dengan adanya pegawai yang memiliki standar kualifikasi maka produktivitas instansi pasti akan tetap terjaga dan semakin meningkat. Proses pemilihan pegawai berprestasi merupakan proses yang rumit dan memerlukan pertimbanganpertimbangan yang cermat. Untuk memperoleh informasi yang cepat dan akurat akan prestasi kinerja pegawai yang tepat (memenuhi kriteria yang diharapkan), dibutuhkan suatu proses otomatisasi dengan menggunakan teknologi. Oleh karena itu kebutuhan sebuah sistem yang berbasis komputer dirasa sangat perlu guna memenuhi tuntutan akan kebutuhan informasi. Ditambah lagi pemilihan pegawai honorer berprestasi di MA Ma’arif Kalirejo masih di lakukan secara manual. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian. Penelitian yang dilakukan adalah membuat sebuah sistem yang dapat memberikan pertimbangan dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan pegawai honorer berprestasi. Dengan menggunakan metode AHP dalam pengolahan data, hal ini memungkinkan sistem dapat memberikan perangkingan sesuai dengan kualitas masing-masing pegawai dan diharapkan dapat mempermudah pengambil keputusan dalam menentukan honorer berprestasi. Hasil dari penelitian ini berbentuk sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat mengolah data pemilihan pegawai honorer berprestasi menjadi sebuah pertimbangan yang valid. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan pengambil keputusan menjadi terbantu dalam menentukan pegawai honorer mana yang berprestasi dalam instansi. Selain itu Sistem pendukung keputusan ini membantu melakukan perubahan kriteria,dan perubahan nilai bobot. Hal ini berguna untuk memudahkan pengambil keputusan yang terkait dengan masalah pemilihan pegawai honorer berprestasi, sehingga akan di dapatkan pegawai honorer yang paling layak diberi reward atau penghargaan. Kata kunci : Sistem Pendukung Keputusan, AHP, Prestasi pegawai/honorer), MA Ma’arif.
1. Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu instansi. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi kerja pegawai honerer di MA Ma’arif Kalirejo. Penilaian kinerja harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap honorer. Dengan melakukan proses penilaian kinerja maka prestasi yang dicapai setiap honorer dengan nilai baik sekali, baik, cukup atau kurang bisa diketahui. Penilaian prestasi penting bagi setiap karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
Proses penilaian kinerja pegawai honorer merupakan proses yang rumit dan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat. Untuk memperoleh informasi yang cepat dan akurat akan prestasi kinerja honorer yang tepat (memenuhi kriteria yang diharapkan), dibutuhkan suatu proses otomatisasi dengan menggunakan teknologi. Oleh karena itu kebutuhan sebuah sistem yang berbasis komputer dirasa sangat perlu guna memenuhi tuntutan akan kebutuhan informasi. Penilaian kinerja berarti para bawahan mendapat perhatian dari atasannya sehingga mendorong honorer semangat untuk bekerja, asalkan proses penilaian jujur dan objektif serta ada tindaklanjutnya. Tindak lanjut dari penilaian kinerja dimungkinkan pegawai dipromosikan, dikembangkan dan atau balas jasanya dinaikkan.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas Sistem penunjang keputusan untuk menentukan pegawai honorer berprestasi yang ada pada MA Ma’arif Kalirejo masih konvensional. Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana cara membuat sistem Penunjang keputusan untuk menentukan pegawai honorer berprestasi pada MA Ma’arif Kalirejo menggunakan metode AHP? 1.3. Batasan Masalah 1.
2.
Metode yang digunakan yaitu metode AHP untuk menentukan pegawai honorer di MA Ma’arif Kaliarejo Aplikasi sistem ini dibangun menggunakan borland Delphi.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan Sistem Penunjang keputusan pegawai honorer berprestasi Pada MA Ma’arif Kalirejo. 1.5. Manfaat Penelitian Mahasiswa dapat melihat dan menghadapi langsung masalah di dunia kerja yang dimulai dari menentukan peluang, analisa masalah, penentuan sistem sampai implementasi sistem sehingga dihasilkan produk yang bermanfaat.
(e) Pengujian untuk berprestasi
memilih
Honorer
2. Landasan Teori 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support Systems (DSS) adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. DSS ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma (Turban,2005) Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kamampuan pemecahan maupun penanganan masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur dimana 2 tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan itu seharusnya dibuat (Kusrini, 2007). Kerangka konsep Sistem Pendukung Keputusan yang terdiri dari data; eksternal dan internal, komputer di luar sistem , manajemen model, pengetahuan manajer, dialog manajemen dan manajer ( user ) seperti gambar 1. (Effraim, 2007)
1.6. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: 1. Alat dan bahan (a) Nama pegawai Honorer pada MA Ma’arif Kalirejo (b) Faktor-faktor yang menentukan pemilihan pegawai honorer berprestasi (c) Ms. Access (d) Borland Delphi Gambar 1 konsep sistem pendukung keputusan
2. Langkah-langkah dan cara penelitian:
2.2. Pegawai Honorer Berprestasi
(a) Studi pustaka (b) Pengumpulan data karyawan dan faktorfaktor yang menentukan pemilihan honorer berprestasi diambil dari MA Ma’arif Kalirejo (c) Metode penelitian kriterianya menggunakan AHP (d) Implementasi perancangan ke software Ms. Access dan Delpi
dalam
Hal utama yang dituntut oleh perusahaan dari pegawainya adalah prestasi kerja mereka yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Namun pegawai honorer tidak bisa diperlakukan seenaknya seperti menggunakan faktor-faktor produksi lainnya (mesin, modal, dan bahan baku). pegawai honorer juga harus selalu diikutsertakan dalam setiap kegiatan dan memberikan peran aktif untuk menggunakan alat-alat yang ada. Karena tanpa peran aktif
honorer, alat-alat canggih yang dimiliki tidak ada artinya bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Hasibuan (2005) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Bernardin dan Russel (1993) dalam Sutrisno (2007) memberikan definisi tentang prestasi kerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-funsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kuru waktu tertentu. Byars dan Rue (1984) dalam Sutrisno (2007) mengartikan prestasi sebagai tingkat kecakapan seseorang pada tugas-tugas yang mencakup pada pekerjaannya. Pengertian tersebut menunjukkan pada bobot kemampuan individu di dalam memenuhi ketentuanketentuan yang ada di dalam pekerjaannya. Sedangkan prestasi kerja adalah hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadi serta persepsi terhadap peranannnya dalam pekerjaan itu. Jadi prestasi kerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tugas. Dari batasan tersebut jelaslah bahwa yang dimaksudkan dengan prestasi kerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. 2.3. MA Ma’arif Kalirejo MA Ma’arif adalah sebuah sekolah Lembaga pendidikan Ma’arif NU yang terletak di jalan Raya Kalirejo di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, yang diketuai Bpak Imam Mukhayan.Yayasan Ini pertama kali didirikan oleh Bpk Kiai Rohani dan Bpak Kiai Sudarmo pada tanggal 1 Januari 1964, dengan Luas Tanah 3125 M2. MA Ma’arif Kalirejo dirintis hingga sekarang dan sudah Terakriditasi B Yang sekarang dipimpin Oleh Kepala Sekolah Bpak Sulaiman S.Pd.I.
2.4. Penilaian Kinerja penilaian kinerja merupakan sebagian penting dari budaya organisasi dan diperlukan untuk menilai kemajuan menuju tujuan organisasi (Daley, 1993 dan Farr, 1983). Selain itu definisi yang lain bahwa penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi Karyawan dan sumbangan serta kepentingan bagi
Karyawan (Dale Yoder, 1981. ; Rafikul Islam, 2005). Karena penilaian kinerja merupakan hal yang sangat penting maka harus hati-hati dalam menerapkan penilaian kinerja. Sistem penilaian kinerja yang tidak efektif akan membawa banyak masalah termasuk rendah moral, penurunan produktivitas karyawan, yang mengurangi antusiasme karyawan dan dukungan untuk organisasi (Somerick, 1993;Rafikul Islam, 2005). Dengan berkembangnya waktu dan berkembangnya permasalahan, maka banyak sekali para pakar yang mengembangkan teoriteori baru, diantaranya (Vallance, 1999) menjelaskan metode penilaian kinerja yang digunakan di Singapura dan memeriksa peran budaya organisasi pada proses penilaian di negara-negara. Singapura mengadopsi Potential Appraisal System (PAS) kriteria yang digunakan adalah 1) ‘helicopter quality’ yaitu kemampuan seseorang untuk menganalisa masalah atau isuisu dalam mengambil semua faktor penting. 2) ‘intellectual qualities’ yaitu daya analisis, imajinasi dan mampu menghadapi kenyataan. 3) ‘results orientation. 4). ’leadership quality’ yaitu kemampuan untuk memotivasi, mendelegasikan dan berkomunikasi. (Gomes, 1995 ; Rafikul Islam, 2005). Proses penyusunan penilaian kinerja menurut (Mondy dan Noe, 1993 ; Hasibuan, 2009) terbagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang ditunjukkan pada gambar
Gambar 2 Kerangka Penyusunan Penilaian Kinerja 2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan awal tahun 1970-an oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg. AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang
memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi. (Kadarsah Suryadi, 1998) AHP ini juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategistrategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1993).
Max xij kriteria i Min xij kriteria i benefit
4.
Jadi, AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan. Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ‘ekspert’ sebagai input utamanya. Kriteria ekspert disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif merupakan hal yang sangat pen+ting mengingat makin kompleksnya permasalahan di dunia dan tingkat ketidakpastian yang makin tinggi. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian. Bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsisten sempurna maka penilaian perlu diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang. Langkah penyelesaian metode AHP: 1. 2. 3.
Menentukan kriteria yang dijadikan acuan pengambilan keputusan. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R. 𝑥 𝑖𝑗
𝑀𝑎𝑥 𝑥 𝑖𝑗
𝑟𝑖𝑗 =
Jika j atribut keuntungan (benafit)
= nilai terkecil dari setiap
= jika neilai terbesar adalah baik cost = jika nilai terkecil adalah terbaik Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan yaitu penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik sebagai solusi. 𝑛
𝑉𝑖
𝑤𝑗 𝑟𝑖𝑗 𝑗 =1
Keterangan Vi = rangkin untuk setiap alternatif Wj = nilai bobit dari setiap kriteria Rij = nilai rantin kinerja ternormalisasi
3.
Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian tindakan atau sering disebut action research. Langkah-langkah pokok yang ada dalam metode penelitian action research adalah : 1. 2. 3.
6. 7.
Definisikan masalah dan tetapkan tujuan. Lakukan telaah/studi pustaka. Rumuskan hipotesis atau strategi pendekatan yang spesifik. Susun rancangan penelitian dan jelaskan prosedur -prosedur serta kondisinya. Tentukan kriteria evaluasi dan teknik pengukuran untuk umpan balik. Laksankan eksperimen. Analisis data, evaluasi dan susun Laporan
4.
Perancangan dan Implementasi
4. 5.
4.1. Perancangan 4.1.1. Gambaran Umum Sistem
𝑖 𝑀𝑖𝑛 𝑥 𝑖𝑗 𝑖 𝑥 𝑖𝑗
= nilai terbesar dari setiap
Jika j atribut biaya (cost)
Keterangan : Rij = nilai ranting kinerja ternormalisasi Xij = nilaiatribut yang dimiliki dari setiap kriteria
Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja yang diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-
tiap departemen lalu diproses melalui pemodelan menggunakan SAW. Satu karyawan menilai teman sedepartemennya, dan seorang kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada di MA Ma’arif Kalirejo. Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteriakriteria penilaian. Analisis dokumen-dokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan. Kemudian setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan analisis pada setiap karyawan. Pengambil keputusan dalam hal ini departemen SDM melakukan proses komunikasi dengan sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Departemen SDM dapat melakukan pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada sesuai model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan karyawan yang berprestasi berdasarkan prioritas. 4.1.2. Analisis Sistem Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan. Atau secara lebih mudahnya, analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Tahap analisis sistem ini merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Tugas utama analis sistem dalam tahap ini adalah menemukan kelemahan kelemahan dari sistem yang berjalan sehingga dapat diusulkan perbaikannya
Gambar 3 diagram konteks 4.1.2.2. DFD level 0 Diagram alir data atau Data Flow Diagram (DFD) adalah gambaran sistem secara logikal. Gambaran ini tidak tergantung pada perangkat keras, perangkat lunak, struktur data atau pengorganisasian file. Dalam penyusunan Data Flow Diagram (DFD) harus berpedoman kepada context diagram yang telah ada sebelumnya. Artinya proses yang ada pada diagram konteks diuraikan kembali secara lebih terinci ke dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD).
4.1.2.1. Diagram Konteks Tujuan dari sistem adalah untuk mempercepat pengambilan keputusan, perincian-perincian yang mudah dipahami sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan sistem. Desain sistem pada hakekatnya bukanlah sekedar mempercepat atau mengoptimalkan kegiatan operasi tapi juga mencakup standarisasi dengan hasil dalam penghematan waktu dan biaya.
Gambar 4DFD level 0
4.1.2.3. DFD Level 1 (Pendataan Karyawan) Dalam diagram ini digambarkan algoritma secara umum semua proses yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan karyawan berprestasi.
normalisasi matriks kuadrat penghitungan konsistensi rasio.
tersebut,
dan
Gambar 7 DFD level 1 4.1.2.6. DFD Level 1 (Pengolahan Penilaian)
Gambar 5 DFD level 1
Pada proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk menghitung nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang telah dilakukan. Nilai konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya kriteria penilaian yang ada.
4.1.2.4. DFD Level 1 (Pendataan Kriteria dan Bobot) Diagram ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses AHP kriteria Penilaian. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input kriteria penilaian, set skala perbandingan berpasangan, dan analisis kriteria Penilaian. Dalam AHP kriteria Penilaian ini, pengguna harus memasukkan kriteria-kriteria penilaian yang akan dipakai pada form penilaian karyawan.
Gambar 8 DFD level 1 4.1.2.7. ERD (Entity Relationship Diagram) Rancangan basis data dan basis model yang digunakan terdiri dari data honorer, alamat, data nilai dan data kriteria. Relasi anta r tabel diperlihatkan seperti gambar entity relationship diagram dibawah ini :
Gambar 6 DFD level 1
4.1.2.5. DFD Level 1 (Pendataan Nilai Kriteria) Setelah perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses selanjutnya adalah proses perhitungan nilai intensitas kriteria. Proses perhitungan nilai intensitas kriteria penilaian ini dimulai dengan melakukan pengkuadratan matriks yang dihasilkan pada saat perbandingan berpasangan, kemudian dilanjutkan proses
Gambar 9. Entity Relationship Diagram
4.2. Implementasi 4.2.1. Form Menu Utama Menu utama terdiri dari dua versi yaitu: jika bagian kepegawaian yang melakukan login maka menu Menu proses AHP, Laporan, dan user tidak aktif dan jika kepala kantor atau TU yang melakukan login Menu File yang tidak aktif
4.2.4.
Form Input Nilai
Input nilai kriteria digunakan untuk mengisi nilai setiap bobot nilai kriteria yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan AHP
Gambar 9 form menu utama
Gambar 11 input nilai 4.2.5.
4.2.2.
Form Input Pegawai
Input data pegawai di gunakan untuk memasukakan semua data yang berhungan dengan pegawai sebagai identitas dari pegawai yang ada pada kantor.
Form ini digukan untuk mengetahuhui urutan ranking pegawai berdasarkan hasil penilaian yang dperoleh setiap pagawai mulai dari nilai paling tinggi sampai paling rendah.
Gambar 10 form input pegawai 4.2.3.
Form Input Kriteria
Input kriteria digunanakan untuk mengisi kriteria yang digunakan dalam penilaian pegawai yang ada dalam kantor
Form Proses Penilaian
Gambar12 form proses penilaian 4.2.6.
Pengujian Tabel 1 kriteria bobot
Kriteria (Cj) Prestasi kerja Sikap kerja Kerjasama Disiplin Inisiatif
Bobot (W) 5 4 3 2 1
Hasil : 1.
Gambar form input kriteria
Roni 4.2.7. 4.2.8. 4.2.9. 4.2.10. 4.2.11.
Prestasi Kerja Sikap Kerja Kerjasama Disiplin Inisiatif
:8 :7 :5 :6 :7
2.
5.
Edi 4.2.12. 4.2.13. 4.2.14. 4.2.15. 4.2.16. Bambang 5.1.1. 5.1.2. 5.1.3. 5.1.4. 5.1.5.
Bambang Prestasi Kerja Sikap Kerja Kerjasama Disiplin Inisiatif
:9 :5 :5 :6 :7
Prestasi Kerja Sikap Kerja Kerjasama Disiplin Inisiatif
:6 :8 :8 :9 :6
Tabel 2Penilaian Kinerja. Kriteria Nama C1 C2 C3 C4 Roni 8 7 5 6 Edi 9 5 5 6 Bambang 6 8 8 9 6.
C5 7 7 6
6 6 = = 0,666 max{8; 9; 6} 9
𝑅32 =
8 8 = =1 max{7; 5; 8} 8
𝑅33 =
8 8 = =1 max{5; 5; 8} 8
𝑅34 =
9 9 = =1 max{6; 6; 9} 9
𝑅35 =
6 6 = = 0,857 max{7; 7; 6} 7
Matriks R
𝑅=
Hitung Roni
𝑅31 =
0,888 1 0,666
0,875 0,625 1
0,625 0,625 1
0,666 1 0,666 1 1 0,875
𝑅11 =
8 8 = = 0,888 max{8; 9; 6} 9
𝑅12 =
7 7 = = 0,875 max{7; 5; 8} 8
𝑅13 =
5 5 = = 0,625 max{5; 5; 8} 8
𝑅14 =
6 6 = = 0,666 max{6; 6; 7} 9
𝑅15 =
7 7 = =1 max{7; 7; 6} 7
Jadi nilai terbaik ada pada V3 dengan demikian bisa di putuskan bahwa Bambanglah yang menjadi pegawai honorer berprestasi berdasarkan penilaian.
𝑅21 =
9 9 = =1 max{8; 9; 6} 9
5. Penutup
W = (5 4 3 2 1 ) Proses perangkingan V1 = (5) (0,888) + (4) (0,875) + 3 (0,625) + (2) (0,666) + (1) (1) = 12,147 V2 = (5) (1) + (4) (0,625) + 3 (0,625) + (2) (0,666) + (1) (1) = 11,147 V3 = (5) (0,666) + (4) (1) + 3 (1) + (2)(1) + (1) (0,875) = 13.025
Edi
5 5 𝑅22 = = = 0,625 max{7; 5; 8} 8 𝑅23 =
5 5 = = 0,625 max{5; 5; 8} 8
𝑅24 =
6 6 = = 0,666 max{6; 6; 9} 9
𝑅15 =
7 7 = =1 max{7; 7; 6} 7
5.1. Kesimpulan Dari penelitian kesimplan. 1.
2.
ini
dapat
diambil
suatu
Dengan adanya sistem pendukung keputusan untuk pemilihan pegawai honorer berprestasi di MA Ma’arif Kalirejo dapat membantu dalam memberikan rekomendasi dan pertimbangan dalam menentukan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja nantinya melalui data perangkingan dari hasil penilaian yang telah diolah dalam sistem tersebut. Sistem pendukung keputusan pemilihan pegwai honorer berprestasi di MA Ma’arif
Kalirejo diharapkan membantu dalam meningkatkan kualitas penilaian kinerja karyawan dan mengurangi kesalahan– kesalahan yang dilakukan sebelum adanya sistem pendukung keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/499/jbptuniko mpp-gdl-anglingfaj-24921-2-babii.pdf d
5.2. Saran
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem
Untuk meningkatkan kinerja dan menyempurnakan sistem pendukung keputusan yang telahdibuat, peneliti memberikan saran
http://unsa.ac.id/ejournal/index.php/ijcss/article/v iew/853
sebagai berikut : 1.
2.
Diharapkan dibuatnya sistem pendukung keputusan lainnya sehingga proses pengambilan keputusan dalam perusahaan semakin mudah dan cepat. Misalnya sistem pendukung keputusan evaluasi kinerja karyawan , dan lain-lain. Karena keterbatasan waktu dalam membangun sistem pendukung keputusan ini maka peneliti tidak dapat membangun sistem ini secara lebih detail dan lengkap, salah satu contohnya seperti belum adanya fitur untuk menunjukkan grafik peningkatan kinerja karyawan tiap periodenya yang dapat digunakan untuk alat evaluasi bagi instansi terkait. Sehingga diharapkan kedepannya dapat dilengkapi dan lebih dikembangkan lagi.
http://www.itmaranatha.org/jurnal/jurnal.informa tika/Jurnal/Des2010/artikel/artikelpdf/des 10_3.pdf http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud -262-bab14revisi.pdf Jogiyanto, Hm. Analisis dan Disain Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset. 2005 . Kadarsah, Suryadi, dan Ramdani, M.Ali. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Idealisasi dan Implementasi kosep pengambilan keputusan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002. Kusrini dan Muksin, Awaladin., 2006, Sistem Pendukung Keputusan untuk Promosi Jabatan, Prosiding Kopwil IV, Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten. Kusumadewi, Sri, dkk. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MAD M ) . Yogjakarta: Graha Ilmu, 2006. O'brien, 2005, Pengertian Sistem [ online], (http://deeyan.blogspot.com/2005/06/penge rtian sistem-website.html Turban, Efraim, et all . Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas) edisi ketujuh jilid 1. Yogjakarta : Andi Offset. 2005 .