ABSTRAK
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI (Studi Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi)
Oleh : Ike Sulistyawati
Dosen Pembimbing : Lutfi Harris, SE.,MAk., Ak Kelancaran proses produksi merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah perusahaan. Permintaan konsumen akan produk pakan udang sangat besar, sehingga diperlukan kelancaran proses produksi pada perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengendalian internal pembelian yang bertujuan untuk mengadakan bahan baku saat stok bahan baku di gudang telah menipis. Bagian PPIC akan mengajukan permintaan pembelian bahan baku kepada departemen pembelian. Akan tetapi kelangkaan bahan baku pada pasaran yang disebabkan oleh musim menjadi masalah bagi departemen pembelian. Departemen pembelian akan kesulitan mendapatkan fish meal yang diminta oleh sub departmen PPIC, proses produksi pun terhambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana system informasi pembelian dan system pengendalian pembelian bahan baku pada perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti berusaha menggambarkan system informasi pembelian dan system pengendaliannya yang diterapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa system informasi pembelian yang diterapkan perusahaan telah efektif. Perusahaan selalu menjadwalkan pembelian bahan baku sebelum bahan baku di gudang habis. Sistem pengendalian pembelian bahan baku pun efektif dengan adanya pemisahan fungsi yang terkait, lengkapnya dokumen – dokumen pembelian, audit keuangan dan audit ISO Kata kunci : kelancaran proses produksi, sistem pengendalian internal, kelangkaan bahan baku dan system pembelian.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di era persaingan global, suatu industry harus mampu memenuhi kriteria standar yang diinginkan oleh pasar dan peka terhadap perubahan lingkungan, agar tetap eksis dalam persaingan pasar yang semakin ketat. Sebagai bagian penting dari kepekaan lingkungan tersebut adalah bagaimana upaya perusahaan untuk segera merespon preferensi konsumen. Jumlah pesaing yang semakin banyak bermain di industri sejenis memberikan kesempatan lebih luas kepada konsumen untuk memilih produk yang mampu memenuhi harapan konsumen. Situasi inilah yang menuntut pihak perusahaan agar dapat bersikap lebih aktif dan produktif dalam mengelola usahanya sehingga perusahaan
bukan
hanya
mampu
bertahan
saja
tetapi
juga
mampu
untuk
menyeimbangkan diri dalam lingkungan usahanya. Pada dasarnya yang bertanggungjawab dalam mengelola aktivitas perusahaan adalah pihak manajemen. Manajemen memerlukan peta yang menggambarkan berbagai kegiatan yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa serta informasi sumber daya yang dikorbankan untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Manajemen harus memahami berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen. Dengan pemahaman ini manajemen dapat melakukan perbaikan terus menerus kegiatan untuk memproduksi dan menyerahkan produk dan jasa kepada konsumen. Persediaan bahan baku adalah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting (Gitusudarmo,2002:94). Dalam aktivitasnya setiap perusahaan yang melakukan proses produksi, keberadaan persediaan bahan baku menjadi salah satu faktor penentu dalam mendukung aktivitas produksi yang dilakukan. Pembelian persediaan baku bertujuan untuk memenuhi tingkat permintaan konsumen yang akan datang. Dalam pembelian persediaan bahan baku perusahaan membutuhkan biaya yaitu pemesanan bahan baku dan penyimpanan bahan baku. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu
2
mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal yang dapat menjamin kelancaran kegiatan proses produksi. Dalam proses produksi yang lancar harus tersedia tenaga kerja mesin, bahan baku, dan dana yang cukup. Dalam melakukan proses produksinya perusahaan sering terjadi kesalahan baik yang bersifat operasional maupun yang tidak. Kesalahan dalam proses produksi yang bersifat operasional dapat menyebabkan terlambatnya hasil produksi atau ketidaksesuaian dalam kualitas hasil produksi, disamping itu keterlambatan dan kesalahan pembelian bahan baku dapat menyebabkan terlambatnya hasil produksi atau ketidaksesuaian dalam kualitas hasil produksi. Kegagalan dalam aktivitas pembelian yang menyangkut masalah harga. Kuantitas dan kualitas mempunyai peranan terhadap aktivitas lainnya, misalnya kualitas bahan baku yang salah akan mengakibatkan kualitas hasil produksi juga akan rendah dan hal ini mempunyai dampak yang luas terhadap aktivitas penjualan. Demikian pula apabila nilai pembelian salah dalam arti perolehan cukup tinggi sebagai akibat adanya manipulasi dan lain – lain, akan mengakibatkan harga pokok penjualan akan tinggi sehingga tidak dapat bersaing dalam pemasaran. Dalam hal – hal seperti inilah peranan pengendalian pembelian bahan baku sangat dibutuhkan dalam suatu perusahaan, yaitu untuk mencegah dan meminimalisasikan kegagalan dalam pembelian bahan baku. Salah satu cara untuk menunjang kelancaran proses produksi adalah dengan menghindari kesalahan yang dapat terjadi waktu pembelian bahan baku, yaitu dengan adanya pengendalian pembelian bahan baku yang memadai. Pengendalian bahan baku harus mendapat perhatian yang besar dari pihak manajemen perusahaan, karena pengendalian atas pembelian bahan baku yang baik menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan. Melalui pengendalian pembelian bahan baku yang baik maka dapat mendukung proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar. Masalah yang sering muncul adalah ketika musim hujan maka pembelian bahan baku terhambat akibat sulitnya bahan baku tersebut diperoleh. Karena suplier juga kesulitan memenuhi perusahaan atas bahan baku tepung lemuru (fish meal) yang diakibatkan oleh musim penghujan. Pada bulan Desember hingga Maret fish meal yang 3
diproduksi tidak mencapai angka 130.000 kg, hal ini dikarenakan susahnya mendapatkan pasokan fish meal dari suplier. Pada bulan April fish meal meningkat. Puncaknya ada dibulan Agustus fish meal yang diproduksi dapat menembus angka 177.205 kg. Karena pada bulan April hingga Oktober fish meal mudah didapat. Faktor cuaca berperan dalam hal ini, dimana ketika musim penghujan ikan lemuru yang merupakan bahan baku dari fish meal ini susah didapat,sehingga pasokan fish meal pun terhambat. Atas dasar uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dan membahas bagaimana “Pengendalian Intern Pembelian Bahan Baku Dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi” (Studi kasus pada PT Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengingat pentingnya peranan pengendalian intern di dalam pembelian bahan baku pada PT. Suri Tani Pemuka (PT. STP), maka penulis mencoba merumuskan masalah: 1. Bagaimana system pembelian bahan baku pada PT. STP? 2. Apakah system pembelian bahan baku pada PT. STP telah efektif? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mencari dan mengetahui jawaban yang tepat atas masalah – masalah yang penulis kemukakan dalam bagian perumusan masalah diatas. Tujuan lainnya yaitu penulis ingin menyelesaikan penyusunan skripsi sesuai dengan kenyataan dan berlandaskan ilmiah sehingga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. 1.4 Kontribusi Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi: 1. Kontribusi praktis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam rangka perbaikan dan pengembangan dari praktik – praktik yang dianggap sudah memadai. 4
2. Kontribusi Akademis a. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah, khususnya terhadap pengendalian internal. b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Agar bisa ditelaah oleh lebih banyak orang yang diharapkan dapat dijadikandasar bagi penelitian dan acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitandengan masalah ini dimasa yang akan datang.
5
BAB II Metodelogi Penelitian
2.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. (M.Nasir, 2003) menjelaskan bahwa metode penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Sedangkan pengertian penelitian deskriptif menurut (Supardi, 2005) adalah penelitian yang dilakukan pada taraf dan analisis untuk mengungkapkan keadaan atau peristiwa yang sebenarnya. Sedangkan definisi untuk penelitian studi kasus, (Nasir, 2003) studi kasus adalah penelitian tentang status obyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat berupa individu, kelompok lembaga atau masyarakat. (Indriantoro, 1999) penelitian studi kasus adalah penelitian karakteristeristik yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Tujuan penelitian studi kasus adalah melakukan penyelidikan secara mendalam subjek penelitian tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek penelitian tersebut. Lingkup penelitian kemungkinan berkaitan dengan suatu siklus kehidupan atau hanya mencakup bagian tertentu dan kejadian secara keseluruhan (Indriantoro, 1999). Alasan menggunakan pendekatan studi kasus pada penelitian yang dilakukan di perusahaan PT.Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi adalah untuk menganalisis 6
pengendalian sistem pembelian bahan baku pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi ketika terjadi kelangkaan ikan pada musim hujan dan untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang latar belakang dan kondisi yang terjadi pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi kemudian mengungkapkannya pada penelitian ini.
2.2 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di bagian pembelian PT Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed yang beroperasi di Banyuwangi 2.3 Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui media perantara dan berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Menurut Cooper dan Emory (1997), sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian kita. Data primer dapat berupa opini orang secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian, dan hasil pengujian. Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal pembelian bahan baku. Penulis juga melakukan wawancara dengan bagian pembelian, bagian QC dan bagian F&A. Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti melalui media perantara (diperoleh dan dicatat dari pihak lain). Menurut Cooper dan Emory (1997), sumber data sekunder adalah studi yang dilakukan oleh pihak lain untuk sasaran mereka sendiri. Data ini dapat berupa dokumen, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip baik dipublikasi atau pun tidak. Antara lain, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, deskripsi kerja, prosedur akuntansi untuk pembelian bahan baku, dan penerapan pengendalian internal terhadap pembelian bahan baku. 2.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 7
1. Studi Pustaka Kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan landasan teori yang relevan, dengan membaca literatur, artikel, laporan – laporan yang berhubungan dengan penelitian dan sumber – sumber lainnya. 2. Studi Lapangan Pencarian data dan informasi dengan cara terjun langsung ke objek penelitian, yaitu PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi. Metode ini dapat dilakukan dengan cara: a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhdap hal – hal yang perlu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik yang ada dilokasi penelitian, dengan cara mempelajari buku – buku dan dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, yang ditujukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. b. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pimpinan perusahaan serta kepala bagian (bagian pembelian, bagian quality control, dan bagian akuntansi dan keuangan) yang berwenang terhadap objek yang diteliti. Tujuan wawancara ini adalah memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pengendalian internal pembelian bahan baku PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi. c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari arsip – arsip yang dimiliki oleh perusahaan. Metode pengumpulan data ini adalah dengan melakukan pengumpulan dokumen – dokumen yang diperlukan dan diperoleh dari objek yang diteliti. 2.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian ilmiah karena dengan menggunakan analisis data – data yang diperoleh dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif atau non statistik dimana data – data yang berhasil dikumpulkan diolah dan kemudian dianalisis yang merupakan suatu cara atau langkah dalam mengelola data primer 8
untuk memecahkan masalah penelitian. Tahap pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengumpulkan data – data dan informasi yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Mengelola dan menganilisis data kemudian dibandingkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka sehingga didapat suatu kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan secara umum PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi yang meliputi sejarah perusahaan, visi, misi, komitmen, tata nilai, bidang usaha, dan struktur organisasi. 2. Menganalisis dan memahami praktik sistem pengendalian internal atas pembelian bahan baku pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi yang dikelola oleh bagian pembelian, bagian quality control, dan bagian akuntansi & keuangan.
9
BAB III Hasil dan Pembahasan 3.1 Tujuh Pengendalian Umum Pengendalian umum didesain untuk meyakinkan bahwa lingkungan pengendalian organisasi stabil dan ditangani dengan baik untuk mencapai keefektifan pengendalian aplikasi. Hasil analisis penulis pada tujuh pengendalian umum pada PT. STP Banyuwangi terdiri dari pengendalian organisasi, pengendalian dokumentasi, pengendalian pertanggung jawaban asset, pengendalian praktek manajemen, pengendalian pusat informasi, Pengendalian otorisasi, dan pengendalian hak akses. 3.1.1
Pengendalian Organisasi Pengendalian Organisasi di dalam siklus pembelian PT. STP Banyuwangi
dengan memisahkan tanggung jawab fungsi – fungsi yang terkait dalam siklus pembelian. Oder pembelian hanya bisa dilakukan oleh departemen pembelian yang didasarkan pada permintaan pengadaan bahan baku oleh sub departemen PPIC. Penerimaan, pembongkaran, dan penyimpanan bahan baku hanya bisa dilakukan oleh sub departemen gudang yang terpisah dengan sub departemen produksi. Pelaksanaan pembayaran pun hanya bisa dilakukan oleh bagian keuangan, dan pencatatan transaksi pembelian dilakukan bagian akuntansi. 3.1.2
Pengendalian Dokumentasi Dokumen – dokumen yang harus ada pada siklus pembelian bahan baku pada PT.
STP Banyuwangi adalah surat permintaan pengadaan bahan baku yang dibuat oleh sub departemen PPIC. Karena bagian PPIC yang bertugas merencanakan kebutuhan bahan baku dari suatu produk. Bagian PPIC menjadwalkan kebutuhan bahan baku berdasarkan permintaan konsumen terhadap suatu produk. PPIC harus selalu memantau ketersediaan bahan baku di gudang, dan ketika bagian PPIC menjadwalkan 10
produksi suatu produk dan menghitung bahan baku yang tersedia tidak mencukupi maka bagian PPIC mengajukan permintaan pembelian bahan baku kepada department pembelian. Bagian pembelian pun mulai mencari pemasok dari bahan baku tersebut, dan melakukan negoisasi harga serta meminta sampel bahan baku untuk dicek apakah bahan baku tersebut sesuai dengan standart PT. STP Banyuwangi. Setelah sampel dikirim sampel akan dicek oleh department QC. Departemen QC akan mengeluarkan hasil analisis yang berisi penilaian mutu bahan baku tersebut apakah layak diterima atau tidak. Jika layak diterima maka hasil analisis dari department QC tersebut dan negosasi harga akan disampaikan kepada Head Of Unit (HOU). Jika HOU tidak setuju dengan harga maka department pembelian melakukan negoisasi ulang, jika tidak ditemukan harga yang sesuai maka department pembelian harus mencari pemasok lain. Jika terjadi kesepakatan harga, order pembelian tersebut divalidasi dan oleh pembelian difax ke pemasok, didistribusikan ke accounting ( lembar 1 & 2) dan untuk arsip pembelian (lembar 3). Pembelian kemudian menginput data order pembelian dan memberitahukan jadwal kedatangan bahan baku kepada departemen gudang, QC, PPIC. Jika bahan baku telah diterima maka departemen pembelian memproses pembayaran tagihan dari pemasok menggunakan bukti barang masuk, surat jalan, bukti timbang, dan hasil analisa bongkaran bahan baku. 3.1.3
Pengendalian Pertanggungjawaban Aset Pengendalian pertanggungjawaban asset dalam siklus pembelian bahan baku
berarti pertanggungjawaban terhadap bahan baku, pemeliharaan bahan baku dilakukan oleh
sub
departemen
gudang.
Mereka
bertanggung
jawab
penuh
dalam
penataan/penyimpanan bahan baku. Pemeriksaan persediaan bahan baku dilakukan dengan membandingkan catatan persediaan bahan baku dengan jumlah fisik bahan baku yang terdapat pada gudang. 3.1.4
Pengendalian Praktek Manajemen PT. STP Banyuwangi merekrut karyawan sesuai untuk setiap fungsi
pembelian. Contohnya karyawan yang berlatar pendidikan akuntansi, manajemen. 11
Setiap calon karyawan akan diberi tes wawancara untuk menentukan apakah kompetensi calon karyawan tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh PT. STP Banyuwangi atau tidak. Setelah diterima karyawan tersebut akan diberi training agar mengetahui system yang berjalan pada PT. STP Banyuwangi, dalam hal ini system pembelian bahan baku. 3.1.5
Pengendalian Pusat Informasi Seperti yang telah dijelaskan diatas pembelian bahan baku didasarkan pada
permintaan sub departemen PPIC. Karena bagian PPIC yang bertugas merencanakan kebutuhan bahan baku dari suatu produk. Bagian PPIC menjadwalkan kebutuhan bahan baku berdasarkan permintaan konsumen terhadap suatu produk. PPIC harus selalu memantau ketersediaan bahan baku di gudang, dan ketika bagian PPIC menjadwalkan produksi suatu produk dan menghitung bahan baku yang tersedia tidak mencukupi maka bagian PPIC mengajukan permintaan pembelian bahan baku kepada department pembelian. Bagian pembelian pun mulai mencari pemasok dari bahan baku tersebut, dan melakukan negoisasi harga serta meminta sampel bahan baku untuk dicek apakah bahan baku tersebut sesuai dengan standart PT. STP Banyuwangi. Setelah sampel dikirim sampel akan dicek oleh department QC. Departemen QC akan mengeluarkan hasil analisis yang berisi penilaian mutu bahan baku tersebut apakah layak diterima atau tidak. Jika layak diterima maka hasil analisis dari department QC tersebut dan negosasi harga akan disampaikan kepada Head Of Unit (HOU). Jika HOU tidak setuju dengan harga maka department pembelian melakukan negoisasi ulang, jika tidak ditemukan harga yang sesuai maka department pembelian harus mencari pemasok lain. Jika terjadi kesepakatan harga, order pembelian tersebut divalidasi dan oleh pembelian difax ke pemasok, didistribusikan ke accounting ( lembar 1 & 2) dan untuk arsip pembelian (lembar 3). Pembelian kemudian menginput data order pembelian dan memberitahukan jadwal kedatangan bahan baku kepada departemen gudang, QC, PPIC. Jika bahan baku telah diterima maka departemen pembelian memproses pembayaran tagihan dari pemasok menggunakan bukti barang masuk, surat jalan, bukti timbang, dan hasil analisa bongkaran bahan baku. 12
3.1.6
Pengendalian Otorisasi Pengendalian otorisasi pada siklus pembelian bahan baku pada PT. STP
Banyuwangi sebelum terjadi pembelian bahan baku departemen pembelian akan mencarikan pemasok dan penawaran harga dari pemasok. Departemen QC akan mengecek kualitas contoh bahan baku. Saat manajer QC sudah mengatakan bahan baku dari pemasok maka departemen pembelian meminta otorisasi pembelian kepada HOU dengan membawa hasil analisis dari departemen QC dan surat penawaran harga dari pemasok. Jika HOU sudah mengotorisasi baru order pembelian dapat dilaksanakan. 3.1.7
Pengendalian Hak Akses Pengendalian hak akses berarti karyawan tidak bisa
mengakses seluruh
kegiatan, hanya beberapa kegiatan yang bisa diakses oleh setiap karyawan. Sebagai contoh hanya bagian keuangan yang mempunyai akses ke ruang penyimpanan kas perusahaan. Beberapa computer pun diberi password agar orang – orang yang tidak berpentingan bisa mengakses data yang ada dalam computer.
13
BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan hasil penelitian pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi (PT. STP Banyuwangi) sebagai berikut: Sistem pembelian bahan baku pada PT. STP Banyuwangi sudah efektif. PT. STP Banyuwangi selalu melakukan perencanaan pemakaian bahan baku, sehingga PT. STP Banyuwangi mengetahui stock bahan baku dan dapat melakukan pembelian bahan baku sebelum bahan baku benar – benar habis di gudang. Sistem pengendaliannya pun efektif, dengan adanya pemisahan fungsi, penetapan wewenang dan tanggung jawab, adanya otorisasi, audit keuangan dan audit ISO. Dengan system pengendalian yang efektif ini system pembelian dapat berjalan dengan semestinya, dan mengurangi resiko terjadinya kercurangan dalam system pembelian. Namun perencanaan pembelian bahan baku tidak dapat berjalan lancar ketika musim penghujan dan fish meal mengalami kelangkaan. Kelangkaan fish meal dipasaran membuat PT. STP Banyuwangi kalang kabut, karena produksi akan berjalan tidak sesuai rencana, terutama produksi pakan udang yang menggunakan bahan baku fish meal. PT. STP Banyuwangi terkadang terpaksa menerima fish meal dengan kualitas jelek agar produksi tetap berjalan. Bahkan tidak jarang produksi pakan udang yang berbahan baku fish meal berhenti karena department pembelian tidak dapat menemukan pemasok fish meal walaupun sudah mencari dari beberapa daerah lain. Sehingga PT. STP tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan, tentu saja hal ini dapat mengecewakan pelanggan.
14
15