SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997
PROYEK AKHIR
Disusun dalam rangka penyelesaian studi Diploma III Teknik Mesin untuk mencapai predikat Ahli Madya
Oleh : Nama
: Arif Prabowo
NIM
: 5250302034
Program Studi : Teknik Mesin DIII Jurusan
: Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005
ABSTRAK
Arif Prabowo, 2005, Sistem Pngapian CDI Pada Honda GL Pro 1997, Proyek akhir : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan tinggi pada koil pengapian yang disalurkan ke busi hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api listrik tersebut digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. Adanya bunga api listrik merupakan salah satu syarat agar mesin bisa hidup. Sistem pengapian yang digunakan pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 yaitu sistem pengapian CDI (Capasito Discharge Ignition). Sistem pengapian ini terdiri dari beberapa componen utama yaitu Baterai, Unit CDI, koil pulsa (pick up coil), koil pengapian, dan busi. Baterai befungsi sebagai sumber arus dan koil pulsa berfungsi sebagai pemberi sinyal ke unit CDI serta mengatur waktu pengapian. Unit CDI berfungsi sebagai penyalur dan pemutus arus sedangkan koil pengapian berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi yang kemudian menghasilkan bunga api listrik pada busi. Gangguan yang terjadi pada sistem pengapian Honda GL Pro 1997 adalah tidak dihasilkannya loncatan bunga api listrik atau bunga api yang dihasilkan kurang baik. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemilik sepeda motor Honda GL Pro 1997 untuk menjaga agar kondisi sistem pengapiannya tetap baik adalah dengan melakukan perawatan pada komponen dengan menjaga kebersihannya. Jika terjadi kerusakan, penggantian komponen harus dilakukan sesuai dengan Standard agar tidak terjadi kerusakan pada componen yang lain.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Proyek akhir tahun 2005 dengan judul “Sistem Pengapian Pada Honda GL Pro 1997” telah dipertahankan dihadapan sidang penguji tugas akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Pada hari : Tanggal :
Pembimbing
Penguji I
Drs. Budiarso Eko, M.pd
Drs. Budiarso Eko, M.pd
NIP.131285577
NIP.131285577 Penguji II
Drs. Suratno NIP. 130368005 Ketua Jurusan
Ketua Prodi
Drs. Pramono
Drs. Wirawan Sumbodo, MT
NIP. 131474226
NIP. 131876223 Dekan,
Prof. Dr. Soesanto NIP. 130875753
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : 1. Sesungguh nya hidup itu hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. 2. Sholatlah kamu sebelum mati. 3. Jadikan hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini.
PERSEMBAHAN : 1. Bapak dan ibu yang terhormat. 2. Om dan tante serta seluruh keluargaku
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya atas lindungan, hidayah, dan inayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Sistem Pengapian CDI Pada Honda GL Pro 1997” ini dengan baik. Laporan proyek akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mahasiswa Teknik Mesin Diploma III. Terselesaikannya pembuatan Proyek akhir dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Pramono, ketua jurusan teknik mesin universitas negeri semarang. 2. Drs.H. Budiarso Eko, MPd, dosen pembimbing proyek akhir. 3. Hadromi, S.Pd, kepala laboratorium teknik mesin universitas negeri semarang. 4. Drs. Widi Widayat, pembimbing lapangan pembuatan proyek akhir. 5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Proyek Akhir Teriring do’a semoga Allah SWT mencatat perbuatannya sebagai amal ibadah dan mendapatkan balasan pahala. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan lapoaran ini. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis hanya memohon kepada Allah SWT agar mengampuni segala kekurangan dan kesalahan penulis, serta menjadikan laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amin. Semarang,
Juli 2005
Penulis v
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
ABSTRAK ...................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
3
C. Tujuan ....................................................................................
4
D. Manfaat ...................................................................................
4
E. Sistematika Penulisan ..............................................................
4
PEMBAHASAN ..........................................................................
6
A. Kajian Teori ............................................................................
6
B. Konstruksi dan cara kerja.........................................................
17
C. Komponen ...............................................................................
19
D. Kerusakan................................................................................
24
E. Mendeteksi dan mengatasi kerusakan ......................................
25
BAB II
vi
F. Pembahasan .............................................................................
34
BAB III PENUTUP ....................................................................................
36
A. Simpulan .................................................................................
36
B. Saran .......................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
38
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
39
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Generator.....................................................................................
7
Gambar 2. Koil pengapian ............................................................................ 10 Gambar 3. Busi ............................................................................................. 11 Gambar 4. Komponen Sistem Pengapian CDI ............................................... 12 Gambar 5. Prinsip Kerja CDI ....................................................................... 14 Gambar 6. Prinsip spark advance .................................................................. 16 Gambar 7. Konstruksi Sistem Pengapian CDI Honda GL Pro 1997 .............. 17 Gambar 8. Konstruksi Baterai ....................................................................... 19 Gambar 9. Rangkaian Kunci Kontak ............................................................. 20 Gambar 10. Diagram Sirkuit CDI.................................................................. 21 Gambar 11. Induksi Bersama ........................................................................ 22 Gambar 12. Konstruksi Busi ......................................................................... 23 Gambar 13. Tabel Langkah Mendeteksi Kerusakan....................................... 25 Gambar 14. Mengukur Celah Busi ................................................................ 29 Gambar 15. Membersihkan Busi Dengan Alat .............................................. 30 Gambar 16. Membersihkan Busi Dengan Sikat ............................................. 30 Gambar 17. Memeriksa Kumparan Primer Dengan Multitester ..................... 31 Gambar 18. Memeriksa Kumparan Skunder Dengan Multitester ................... 31 Gambar 19. Pengukuran Tahanan Pick up coil .............................................. 32 Gambar 20. Pengukuran Tahanan Kumparan Pengisian ................................ 33
viii
Gambar 21. Batas Air Dalam Baterai ............................................................ 33 Gambar 22. Pengukuran Berat Jenis Dan Pengisian Baterai .......................... 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Gambar engine stand.................................................................
39
Lampiran 2. Gambar unit CDI dan koil pengapian ........................................
40
Lampiran 3. Surat keterangan .......................................................................
41
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong manusia untuk selalu menciptakan inovasi baru. Perkembangan teknologi yang semakin canggih juga terjadi pada dunia otomotif, khususnya sepeda motor. Sepeda motor merupakan alat transportasi darat yang banyak digunakan oleh manusia, seiring dengan banyaknya aktifitas diluar rumah yang selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk itu sepeda motor merupakan alat yang cocok untuk mendukung aktifitas dan rutinitas manusia. Kemajuan teknologi dibidang otomotif yang semakin canggih salah satunya adalah sistem pengapian pada sepeda motor. Sistem pengapian merupakan sistem yang sangat penting dalam sepeda motor. Sistem tersebut berfungsi sebagai penghasil bunga api pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah terkompresi. Sistem pengapian ini sangat berpengaruh pada tenaga dan daya yang dibangkitkan oleh mesin tersebut. Sistem pengapian yang dipakai pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 adalah sistem pengapian CDI (capasitor discharge ignition). Sistem pengapian CDI merupakan penyampurnaan dari sistem pengapian magnet konvesional (sistem pengapian dengan kontak platina) yang mempunyai kelemahan-kelemahan sehingga akan mengurangi efisiensi kerja mesin.
xi
Sebelumnya sistem pengapian pada sepeda motor menggunakan sistem pengapian konvensional. Dalam hal ini sumber arus yang dipakai ada dua macam, yaitu dari baterai dan ada pula yang dari generator. Perbedaan yang mendasar dari sistem pengapian tersebut adalah pada sistem pengapian baterai menggunakan baterai (aki) sebagai sumber tegangan, sedangkan untuk sistem pengapian magnet menggunakan arus listrik AC (alternating current) yang berasal dari alternator. Sekarang ini sistem pengapian magnet konvensional sudah jarang digunakan. Sistem tersebut sudah tergantikan oleh banyaknya sistem pengapian CDI pada sepeda motor. Sistem CDI mempunyi banyak keunggulan dimana tidak dibutuhkan penyetelan berkala seperti pada sistem pengapian dengan platina. Dalam sistem CDI busi juga tidak mudah kotor karena tegangan yang dihasilkan oleh kumparan sekunder koil pengapian lebih stabil dan sirkuit yang ada dalam unit CDI lebih tahan air dan kejutan karena dibungkus dalam cetakan plastik. Pada sistem ini bunnga api yang dihasilkan oleh busi sangat besar dan relatif stabil, baik dalam putaran tinggi maupun putaran rendah. Hal ini berbeda dengan sistem pengapian magnet dimana saat putaran tinggi api yang dihasilkan akan cenderung menurun sehingga mesin tidak dapat bekerja secara optimal. Kelebihan inilah yang membuat sistem pengapian CDI yang digunakan sampai saat ini. Sistem pengapian CDI pada sepeda motor sangat penting, dimana sistem tersebut berfungsi sebagai pembangkit atau penghasil tegangan tinggi untuk
xii
kemudian disalurkan ke busi. Bila sistem pengapian mengalami gangguan atau kerusakan, maka tenaga yang dihasilkan oleh mesin tidak akan maksimal. Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 memakai sistem pengapian CDI yang berbeda dengan sebelumnya. Perbedaan tersebut teletak pada sumber arus yang digunakan. Sumber arus pada Honda GL Pro 1997 adalah baterai. Hal ini berbeda dengan Honda GL Pro sebelumnya yang menggunakan generator sebagai sumber arus. Kelebihan dari penggunaan baterai adalah tegangan yang dihasilkan lebih stabil bila dibandingkan dengan generator Atas dasar latar belakang itulah, maka pada laporan tugas akhir ini penulis mencoba untuk melakukan pembahasan mengenai sistem pengapian CDI pada sepeda motor honda GL Pro 1997 dalam judul “SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997” dengan alsan sebagai berikut : 1. Sistem pengapian CDI berperan sangat penting unutk menjamin bahwa sepeda motor tersebut dapat dihidupkan. 2. Menambah literatur yang membahas mengenai sistem pengapian sepeda motor, gangguan yang mungkin terjadi dan cara mengatasi gangguan tersebut terutama pada sepeda motor Honda GL Pro 1997. 3. Kompleknya masalah mengenai sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL pro 1997 sehingga memerlukan pembahasan lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan pembahasan mengenai sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997 dengan rumusan masalah sebagai berikut : xiii
1. Bagaimana konstruksi dan cara kerja sistem pengapian sepeda motor Honda GL Pro 1997. 2. Gangguan kerusakan apa sajakah yang biasa terjadi pada sistem pengapian sepeda motor HondaGL Pro 1997. 3. Bagaimana cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konstruksi, fungsi dan cara kerja sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro1997. 2. Mengetahui kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997. 3. Mengetahui cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian sepeda motor Honda GL Pro 1997. D. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan proyek akhir berikut ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah pengetahuan tentang nama komponen, konstruksi, fungsi, dan cara kerja sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997. 2. Sebagai masukan bagi pemilik sepeda motor Honda GL Pro 1997 dalam mengatasi gangguan pada sistem pengapian CDI. 3. Menambah informasi bagi para pembaca khususnya pada sistem pengapian CDI.
xiv
E. Sistematika penulisan Sistematika penulisan proyek akhir ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut: 1. Bagian awal Berisi tentang judul proyek akhir, abstrak, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran. 2. Bagian isi Bagian ini mencakup tiga bab yaitu: Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Bab II Analisis sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997, yang membahas mengenai kajian, konstruksi, dan cara kerja sistem pengapian CDI tersebut, analisis cara kerja komponen, serta cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997. Bab III Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran. 3. Bagian penutup Pada bagian akhir berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran
xv
BAB II SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997
A. Kajian Teori Sebuah motor bakar menghasilkan tenaga dari pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang telah dikompresikan didalam ruang bakar. Campuran bahan bakar dan udaraterbagi menjadi tiga, yaitu campuran gemuk, sedang dan kurus. Pada motor bensin, Pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang terkompresi dilakukan oleh percikan bunga api listrik. Percikan bunga api tersebut dihasilkan oleh busi yang mendapatkan aliran arus bertegangan tinggi dari koil pengapian Dalam sistem pengapian sepeda motor selalu menggunakan busi. Busi menghasilkan percikan bunga api listrik dan membakar campuran bahan bakar serta udara yang terkompresi dalam ruang bakar akan mengawali proses pengapian. Tegangan yang diperlukan untuk membuat busi memercikkan bunga api listrik adaah sekitar 10.000 volt – 20.000 volt. Sistem pengapian ini sangat berpengaruh pada tenaga atau energi yang dibangkitkan oleh mesin. Pada sepeda motor urutan sistem pengapian dapat dijelaskan menjadi beberapa tahap yaitu penyediaan dan penyimpanan energi listrik di baterai, penghasil tegangan tinggi, menyalurkan tegangan tinggi ke busi, dan pelepasan bunga api pada elektroda busi. Tanpa adanya tahapan tersebut maka pembakaran dalam sebuah motor bensin tidak akan terjadi.
Dalam suatu sistem pengapian terdiri dari bagian-bagian yang penting yaitu sebagai berikut: 1. Baterai
xvi
Baterai merupakan sumber arus bagi lampu-lampu pada kendaraan. Selain itu baterai juga berfungsi sebagai sumber arus pada sistem pengapian. Prinsip kerja dari baterai adalahpada saat kutup positif (timbal oksida) dan kutup negatif (timbal) bereaksi dengan larutan elektrolit (asam sulfat) maka akan terjadi pelepasan muatan elektron. Elektron yang bergerak dari kutub negatif ke kutub itu akan menjadi arus listrik. 2. Generator Dalam sebuah generator terdiri dari dua bagian yaitu rotor yang berupa magnet dan beberapa kumparan. Generator ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa pada saat terdapat garis gaya magnet yang terputus oleh lilitan kawat, maka pada lilitan kawat tersebut akan timbul gaya gerak listrik induksi. Arus listrik yang dihasilkan merupakan arus bolak balik atau AC (Alternating Curent). Arus tersebut yang akan menyuplai sebagian besar arus saat motor berjalan. Gambar dari generator dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Generator (Sumber : Daryanto, 2004) 3. Pemutus arus Pemutus arus ada dua macam yaitu dengan memakai platina atau dengan menggunakan sistem CDI. Pada penggunaan platina memakai sistem
xvii
seperti pada sakelar. Platina berfungsi sebagai pemutus arus yang mengalir ke kumparan primer pada koil pengapian. Dengan bekerjanya platina ini maka medan magnet pada koil selalu berubah-ubah yang mengakibatkan timbulnya tegangan sekitar 10.000 volt pada kumparan skunder. Bekerjanya platina ini diatur oleh poros kam, sehingga waktu atau saat penyalaan dari gas bahan bakar dalam silinder dapat diatur menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Pada platina waktu akan terbuka, akan timbul bunga api. Untuk menghindari hal tersebut digunakanlah kondnsor sebagai pengaman atau peredam. Selain penggunaan platina juga ada sistem yang mampu bekerja untuk memutus arus ke kumparan primer koil pengapian tanpa adanya percikan api, yaitu sistem CDI. Pemutusan arus yang dilakukan oleh unit CDI adalah dengan cara menahan arus dalam kondensor saat SCR mati dan mengalirkannya ke kumparan primer koil saat hidup. 4. Kondensor menurut sifatnya, kondensor dapat menhan sejumlah muatan listrik menurut kapasitas dan dalam waktu tertentu. Oleh sebab itulah kondensor dapat digunakan sebagai peredam atau penghisap arus listrik ekstra yang timbul akibat adanya tegangan induksi diri pada kumparan primer yang dapat menimbulkan bunga api listrik pada platina. Kondensor ini biasanya dibuat dari kertas isolasi dan kertas perak. Pada sistem CDI kondensor berada pada unit CDI yang telah dikemas dalam cetakan plastik. Dalam unit CDI ini kondensor berfungsi untuk menahan arus saat SCR kemudian mengalirkannya kekumparan primer koil
xviii
pengapian saat SCR hidup. Dalam sistem CDI tidak akan terjadi loncatan bunga api listrik seperti pada penggunaan platina sehingga kerja yang dilakukan lebih efektif. Koil penyalaan 5. koil pengapian Arus listrik yang datang dari generator ataupun baterai akan masuk kedalam koil. Arus ini mempunnyai tegangan sekitar 12 volt dan oleh koil tegangan ini akan dinaikkan sampai mencapai tegangan sekitar 10.000 volt. Dalam koil terdapat kumparan primer dan skunder yang dililitkan pada plat besi tipis yang bertumpuk. Pada gulungan primer mempunyai kawat yang dililitkan dengan diameter 0,6 sampai 0,9 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 200 lilitan. Sedangkan pada kumparan
skunder mempunnyai lilitan kawat
dengan diameter 0,05 sampai 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 20.000 lilitan. Karena perbedaan pada jumlah gulungan pada kumparan primer dan skunder maka pada kumparan skunder akan timbul tegangan kira-kira 10.000 volt. Arus dengan tegangan tinggi ini timbul akibat terputus-putusnya aliran arus pada kumparan primer yang mengakibatkan tegangan induksi pada kumparan skunder. Karena hilangnya medan magnet ini terjadi saat terputusnya arus listrik pada kumparan primer, maka dibutuhkan suatu sakelar atau pemutus arus. Dalam hal ini bisa memakai platina (contac breaker) atau sistem CDI. Gambar dari koil penyalaan dapat dilihat pada gambar 1. Lilitan Primer Lilitan Skunder Ke Busi Pembungkus Dari CDI
xix
Inti Besi
Gambar 2. Koil Pengapian (Sumber : Daryanto, 2004)
5. Busi Busi adalah suatu alat yang dipergunakan untuk meloncatkan bunga api listrik di dalam silinder ruang bakar. Bunga api listrik ini akan diloncatkan dengan perbedaan tegangan 10.000 volt diantara kedua kutup elektroda dari busi. Karena busi mengalami tekanan, temperatur tinggi dan getaran yang sangat keras, maka busi dibuat dari bahan-bahan yang dapat mengatasi hal tersebut. Pemakaian tipe busi untuk tiap-tiap mesin telah ditentukan oleh pabrik pembuat mesin tersebut. Jenis busi pada umumnya dirancang menurut keadaan panas dan temperatur didalam ruang bakar. Secara garis besar busi dibagi menjadi tiga yaitu busi dingin, busi sedang (medium type) dan busi panas. Busi dingin adalah busi yang menyerap serta melepaskan panas dengan cepat sekali. Jenis ini biasanya digunakan untuk mesin yang temperatur dalam ruang bakarnya tinggi. Busi panas adalah busi yang menyerap serta melepaskan panas dengan lambat. Jenis ini hanya dipakai untuk mesin yang temperatur dalam ruang bakarnya rendah. Gambar bagianbagian dari busi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
xx
Mur terminal
Insulator Rumah metal
Gasket
Inti dari tembaga Ulir
Elektroda center
Celah busi Elektroda Massa
Tipe panas
Tipe dingin
Gambar 3. Busi (Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama,2004) Sistem pengapian pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) atau sistem pengapian pengosongan kapasitif yang merupakan penyempurnaan dari sistem pengapian magnet konvensional dengan kontak platina. Penyempurnaan terletak pada penggantian titik kontak (breaker point) dengan unit CDI.
xxi
Penggantian titik kontak dengan unit CDI dimaksutkan untuk menghindari motor sulit dihidupkan karena pada titik kontak mudah sekali teroksidasi, aus, dan sensitif terhadap air. Bila titik kontak platina teradi hal – hal tersebut maka akan mempengaruhi kinerja dari sepeda motor. Dengan penggantian titik kontak dengan unit CDI maka kemungkinan kerusakan dan gangguan akan dapat diminimalkan, sehingga akan diperoleh sistem pengapian yang lebih baik. Bila sistem pengapian baik maka motor akan mudah untuk dihidupkan. Sebuah sistem pengapian CDI umumnya terdiri dari komponen– komponen seperti pada gambar berikut ini.
Rotor
Koil pengisian Koil pengisian
Unit CDI
Koil pengapian
Koil Pulsa
Gambar 4. Komponen sistem pengapian CDI (Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) Sistem
pengapian
CDI
mempunyai
komponen-komponen
yang
mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Timing circuit yang berfungsi untuk memberikan arus secara otomatis pada SCR (Silicoln Control Rectifier) yang berfungsi sebagai thiristor switch.
xxii
2. Charge coil (koil pengisian) berfungsi untuk menghasilkan arus listrik yang akan disimpan didalam kapasitor dalam unit CDI. 3. Unit CDI berfungsi untuk menyalurkan arus menuju kumparan primer dalam ignition coil sesuai dengan sinyal pengapian dari timing circuit. 4. Ignition coil (koil pengapian) berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi. 5. Busi yang berfungsi untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik guna membakar campuran bahan bakar dan udara yangtelah terkompresi. Dalam sebuah sistem pengapian CDI, arus yang dibangkitkan oleh koil pengisian akan disimpan dalam kapasitor yang ada di dalam unit CDI. Sebelum masuk kapasitor tersebut arus telah diubah menjadi arus searah (DC) oleh dioda. Arus yang masuk dalam timing circuit akan mengalir sebagai sinyal pengapian yang menyalakan SCR yang berfungsi sebagai sakelar thyristor. Pada saat SCR terpicu oleh sinyal sehingga menyala (dalam keadaan ON), maka gate atau pintu didalamnya akan menyababkan muatan listrik yang disimpan dalam kapasitor akan dilepaskan menuju kumparan primer koil pengaian untuk kemudian mengalir kembali ke kapasitor, sehingga pada kumparan skunder koil akan timbul tegangan induksi atau tegangan tiba-tiba (high voltage surge) yang membuat busi memercikkan bunga api listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh koil pengapian akan tergantung pada perbandingan jumlah lilitan pada kumparan primer dan kumparan skunder. Atau dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pada saat magnet yang dipasang pada rotor melewati kutub selatan, arus akan mengalir melalui koil pengapian sehingga pada busi akan muncul percikan bunga api
xxiii
listrik. Oleh sebab itu saat pengapian pada sistem pengapian CDI ditentuka oleh timing circuit yang sudah di setting 20o B. T. C. D pada 6000 rpm. . Koil eksistesi
Koil pengapian
Busi
Koil pulsa
SCR konduktif
Busi
Gambar 5. Prinsip kerja CDI (Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) Prinsip kerja unit CDI dalam sistem pengapian ini adalah pada saat arus mengalir dari koil eksistensi maka arus AC tersebut akan diubah menjadi arus searah dan disimpan dalam kapasitor. Arus yang diinduksikan di dalam koil pulsa mengalir melalui aliran sinyal ignition dan menyalakan thyristor (SCR). Pada saat thyristor dinyalakan muatan listrik yang disimpan dalam kondensor dilepaskan ke kumparan primer dari koil pengapian, sehingga menghasilkan tegangan tinggi tiba-tiba pada kumparan skunder. Dengan kata lain, bila magnit yang ditetapkan pada rotor melewati koil pulser maka arus akan mengalir ke koil pengapian untuk kemudian bunga api dihasikan oleh busi. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa timing dari
xxiv
pengapian ditentukan oleh penetapan posisi dari koil pulsa. Ini berarti bahwa sistem CDI tidak mmemerlukan penyetelan timing dari pengapian. Sistem CDI mempunyai banyak keunggulan yang membuatnya masih digunakan sampai sekarang ini. Sifat - sifat dari sistem CDI yaitu sebagai berikut: 1. Mogoknya motor karena kotornya titik-titik kontak dapat dihindarkan. 2. Tidak terjadi loncatan bunga api yang melintasi celah titik-titik kontak platina, dan karenanya voltase skunder stabil sehingga start dan performa yang sangat baik pada kecepatan rendah terjamin. 3. Saat putaran tinggi bunga api yang dihasilkan oleh busi lebih stabil sehingga mesin akan bekerja secara optimal. 4. Pemeliharaan mudah karena tidak ada persoalan aus pada titik-titik kontak dan pada “breaker arm heel”. 5. Tidak memerlukan adanya penyetelan ignition karena tidak memakai titik-titik kontak dan cam. 6. Busi tidak mudah kotor karena voltase skunder yang lebih tinggi. 7. Sirkuit yang ada di dalam sistem CDI dibungkus dalam cetakan plastik, sehingga lebih tahan air dan kejutan. Selain keunggulan diatas, sistem CDI juga mempunyai perbedaan dengan sistem konvensional dalam hal pemajuan waktu pengapian. Pemajuan waktu pengapian pada sistem pengapian magnet konvensional mengandalkan gaya sentrifugal yang terjadi pada bobot governor disaat mesin berputar. Gaya sentrifugal yang bekerja pada bobot governor tersebut akan membuatnya terlempar keluar dan menyebabkan cam governor bergerak untuk memajukan
xxv
waktu pengapian. Sedangkan pada sistem pengapian CDI, pemajuan waktu pengapian dilakukan dengan jalan mengubah waktu yang dibutuhkan untuk membangun voltase yang dihasilkan koil pulsa. Seperti terlihat pada gambar dibawah, voltase koil pulsa bertambah bila kecepatan rotor naik. Pada saat yang sama voltase naik lebih cepat. Ini berarti bahwa voltase mencapai “gate trigger level” dari thyristor lebih cepat dengan perbedaan sudut engkol. Pada gambar 6 menunjukkan posisi (a) adalah keadaan saat mesin pada posisi stasioner (800-900 rpm), (b) saat mesin pada kecepatan sedang(+ 4000 rpm) dan posisi (c) adalah saat mesin pada kecepatan tinggi (+ 7000 rpm).
+
Gambar 6. Prinsip spark advance pada sistem pengapian CDI (Sumber : Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)
xxvi
B. Konstruksi dan cara kerja sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 Sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 memakai arus searah (DC) yang disuplai secara langsung dari aki. Konstruksi sistem pengapiannya ditunjukkan oleh gambar berikut.
Magnet
SCR Tr Baterai
Pengontrol waktu pengapian
Unit CDI
Busi
Gambar 7. Konstruksi sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997 (Sumber : Anonim, 1994 : C 16) Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa konstruksi sistem pengapian CDI pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 adalah terdiri dari baterai, koil pulsa, unit CDI, koil pengapian, timing circuii, sakelar utama (main switch)dan busi (spark plug). Cara kerja dari sistem pengapian yang ditunjukkan oleh gambar diatas adalah pada saat kunci kontak ON arus mengalir dari baterai ke sekering kemudian ke kunci kontak. Dari kunci kontak arus diteruskan ke kumparan primer pada kumparan penguat arus di unit CDI sehingga arus stand by di kaki kolektor transistor (Tr).
xxvii
Pada sepeda motor 4 tak setiap melakukan satu kali proses pembakaran memerlukan dua kali putaran poros engkol. Saat putaran poros engkol yang pertama pick up coil menghasilkan tegangan dan tegangan ini diatur oleh sirkuit pengontrol waktu pengapian untuk mengaktifkan saklar pada kaki basis transistor sehingga transistor hidup. Apabila transistor hidup (ON) maka arus yang stand bay di kaki kolektor transistor akan mengalir ke massa, sehingga timbul kemagnetan pada inti besi kumparan penguat arus. Setelah pick up coil tidak menghasilkan arus lagi, transistor transitor pada kumparan penguat arus akan mati. Hal ini menyebabkan kemagetan pada inti besi kumparan penguat jadi hilang, sehimgga menimbulkan tegangan induksi pada kedua kumparan penguat arus tersebut. Tegangan yang dihasilkan oleh kumparan skunder akan lebih besar dari kumparan primer dan tegangan ini akan disearahkan oleh dioda untuk mengisi kapasitor. Pada putaran poros engkol yang kedua, pick up coil kembali menghasilkan tegangan. Tegangan yang dihasilkan ini diatur oleh ignition timing control circuit untuk mengaktifkan SCR. Karea SCR aktif (ON) maka arus yang disimpan oleh kondensor akan dikeluarkan melalui SCR ke kumparan primer pengapian sehingga menyebabkan tegangan induksi pada kedua kumparan pengapian. Tegangan induksi yang dihasilkan kumparan skunder mencapai sekitar 10.000 volt. Tegangan ini akan diteruskan oleh kabel tegangan tinggi menuju ke busi. Karena pada busi terdapat celah, maka akan menyebabkan loncatan bunga api listrik yang digunakan dalam pembakaran.
xxviii
C. Komponen sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 1. Baterai Baterai pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 dipakai sebagai sumber arus lampu-lampu dan sistem pengapian. Apabila mesin sudah hidup tugas dari baterai diambbil alih oleh kumparan pengisian. Mengingat pentingnya peraqnan baterai tersebut , maka kondisi baterai harus selalu dijaga. Salah satunya adalah dengan jalan mengontrol ketinggian air dalam baterai yang akan selalu berkurang karena dipengaruhi oleh reaksi kimia di dalam baterai itu sendiri. Apabila menambah air dalam baterai pastiakanlah bahwa yang dipakai adalah air destilasi dan jangan memakai air ledeng atau air lainnya. Selain itu kebersihan dari kedua kutub baterai harus selalu dijaga untuk menjamin suplai arusberjalan dengan dngan lancar tanpa terhalang oleh adanya kotoran.
Gambar 8. Konstruksi baterai (Sumber : Northop RS, 1987) Prinsip kerja baterai dalam menghasilkan arus listrik adalah pada saat kutub positif (timbal dioksida) dan kutub negatif (timbal) bereaksi dengan larutan elektrolit (asam sulfat) mak akan terjadi pelepasan muatan elektron. Elektron yang bergerak dari kutub negatif ke kutub positif itu akan menjadi arus listrik
xxix
2. Kunci kontak Kunci kontak merupakan sakelar utama yang disamping menghubungkan baterai dengan seluruh sistem yang ada di sepeda motor (termasuk sistem pengapian), juga berfungsi untuk menghubungkan kumparan pengisian dengan unit CDI . Pada saat kunci kuntak diputar ke posisi (ON), maka titik kontak yang ada di kedua terminalnya akan saling behubungan, sehingga arus listrik dapat mengalir dari satu terminal ke terminal yang lainnya.
Kunci kontak Ke unit CDI
Baterai
Gambar 9. Rangkaian kuci kontak
3. Timing circuit Timing circuit berfungsi untuk mengatur waktu pengapian dan sebagai sinyal pengapian bagi SCR. Arus yang dihasilkan oleh magnet merupakan arus bolak balik dan akan diubah menjadi arus searah oleh dioda.
xxx
4.
Unit CDI Dari baterai Ke koil
Koil pulsa
Pengontrol waktu pengapian
Gambar 10. Diagaram sirkuit CDI (Sumber : anonim, 1994 : C 18) Cara kerja dari rangkaian unit CDI diatas adalah saat ada arus yang mengalir dari baterai, maka arus akan melewati kumparan penguat dan stand by di kaki kolektor transistor (Tr). Saat transistor hidup karena adanya arus yang dibangkitkan oleh koil pulsa, maka arus yang stand by di kaki kolektor transostor akan mengalir ke massa. hal ini menyebabkan terjadinya kemagnetan pada inti besi kumparan penguat. Jika koil pulsa tidak mengalirkan arus lagi maka kemagnetan akan menjadi hilang, sehingga timbul tegangan induksi pada kedua kumparan penguat tersebut. Tegangan induksi pada kumparan skunder akan mengisi kapasitor setelah disearahkan oleh dioda terlabih dahulu. Pada putaran poros engkol yang kedua koil pulsa kembali menghasilkan arus yang akan menghidupkan SCR. Karena SCR aktif maka arus yang ada didalam kapasitor akan dikeluarkan ke kumparan primer koil pengapian 5. Koil pengapian Koil pengapian berfungsi untuk mengubah arus yang diterima CDI menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan loncatan bunga api listrik pada celah busi. Tegangan pada kumparan skunder diasilkan dari induksi bersama, dimana
xxxi
prinsip kerja dari induksi bersama yaitu apabila pada inti besi dililit dua buah kumparan (kumparan primer dan skunder) dan pada kumparan primar dialiri arus listrik kemudian arus listrik tersebut diputus secara tiba-tiba mak tegangan induksi terjadi pada kedua kumparan tersebut. Besar tegangan induksi pada kumparan skunder tergantung dari perbandingan gulungan antara kumparan primer dengan kumparan skunder seperti terlihat dari perbandingan berikut ini : Ep/Np = Es/Ns Dimana
Ep = Teangan induksi pada kumparan primer Es = Tegangan induksi pada kumparan skunder Np = Jumlah lilitan pada kumparan primer Ns = Jumlah lilitan pada kumparan skunder
meter
Kumparan Skunder
Kumparan Primer Baterai Kunci kontak
Gambar 11. Induksi bersama (Sumber : Anonim, 1999 : 47) 6. Busi Busi merupakan komponen terakhir pada sistem pengapian sepeda motor yang berfungsi sebagai penghasil bunga api listrik sebagai reaksi dari tegangan tinggi yang dihasilkan oleh koil pangapian. Gambar busi pada sepeda motor dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
xxxii
Mur terminal
Insulator Rumah metal
Gasket
Inti dari tembaga Ulir
Elektroda center
Celah busi Elektroda Massa
Gambar 12. Konstruksi busi (Sumber : Teknik Perawatan Sepeda motor, 2004) Busi dapat mencapai temperatur 2000
0
C pada langkah kerja, dan pada
langkah masuk, busi tersebut didinginkan oleh campuran bahan bakar dan udara secara tiba-tiba. Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997, busi mengalami perubahan suhu yang sangat cepat setiap dua kali putaran poros engkol. Tekanan didalam silinder lebih rendah daripada tekanan atmosfir pada langkah masuk, tetapi pada langkah kerja meningkat menjadi lebih dari 45 atm. Saat kondisi tersebut pada busi tidak boleh terjadi kebocoran. Atas dasar itulah, maka pemilihan busi harus disesuaikan dengan kondisi operasi mesin atau disesuaikan dengan nilai panas yang dimiliki oleh busi tersebut. Nilai panas adalah kemampuan busi untuk meradiasikan sejumlah panas. Nilai panas busi dapat diketahui melalui panjang unsur insulator (T). Busi dingin mempunyai, mengakibatkan permukaan yang bersinggungan dengan api menjadi lebih kecil, dan jalur perambatannya lebih pendek sehingga prosesnya akan lebih xxxiii
cepat. Pada busi panas ujung insulatornya lebih panjang dengan permukaan singgung dengan api lebih besar. Hal ini menyebabkan jalur perambatan panasnya lebih panjang sehingga prosesnya lebih lambat. Busi yang baik menurut ciri-ciri fisiknya adalah dengan warna ulir kuning keemasan, permukaan kutub negatifnya rata, serta menghasilkan bunga api yang berwarna keniru-biruan dan terpusat pada anoda dan katoda busi. Pemilihan busi yang tepat dapat dilihat dari warna insulatornya, yaitu berwarna coklat terang untuk pemakaian busi yang sesuai dengan kondisi operassi mesin. Sepeda motor Honda GL Pro 1997 menggunakan busi dengan kode yaitu X24EP - U9 dan DP8EA – 9.
D. Kerusakan sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 Kerusakan yang terjadi pada sistem pengapian CDI sepeda motor Honda GL Pro 1997 dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan (suhu yang cepat berubah) atau karena usia pemakaian. Pengaruh lingkungan yang menyebabkan gangguan antara lain adalah kelembaban udara dan faktor cuaca. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh usia adalah karena pemakaian yang terus menerus dengan kondisi dialiri arus, maka menyebabkan berubahnya sifat dan spesifikasi komponen. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian Honda GL Pro1997 adalah tidak dihasilkannya loncatan bunga api yang sempurna. Kerusakan tersebut terjadi apabila salah satu komponen sistem pengapian pengalami gangguan, dimana gejalanya adalah sebagai berikut.
xxxiv
1. Harga tahanan terukur pada beberapa komponen tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh usia pemakaian, atau akibat terkena panas listrik yang terus menerus. 2. Kondisi fisik pada masing-masing komponen menunjukkan adanya tandatanda kerusakan, misalnya keretakan, terkelupasnya atau terputusnya isolator kabel tegangan tinggi. 3. Kondisi sambungan antar kabel dari masing-masing komponen yang sudah mengalami kerusakan, kelonggaran, atau terhalang kotoran, dimana hal tersebut akan mengganggu aliran arus listrik. E. Mendeteksi dan mengatasi kerusakan sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 Berikut ini merupakan tabel mengenai langkah mendeteksi kerusakan yang mungkin terjadi pada sistem pengapian dan alternatif perbaikannya. Subrakitan yang
Rincian yang harus diperiksa
diperksa 1. Sekering
2. Kunci kontak
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan
a.Tahanan antar ujung.
a. Ohm meter.
b.Kondisi dalam sekering.
b. Pemeriksaan visual.
a.Kondisi
hubungan
antar a. Pemeriksaan visual.
terminal.
b. Ohm meter.
b.Kondisi kabel penghubung. 3. Busi
a. Kondisi anoda dan katoda.
a. Pemeriksaan visual.
b. Celah busi.
b. Feeler gauge.
c. Bunga api pada busi.
c. Pemeriksaan visual.
xxxv
4. Koil pengapian
5. Unit CDI
a. Tahanan kumparan primer.
a. Ohm meter.
b. Tahanan kumparan skunder.
b. Ohm meter.
a. Tahanan antar terminal.
a. Ohm meter.
b. kondisi kabel-kabel
b Pemeriksaan visual
penghubung. 6. Koil pulsa
atau multitester.
a. Tahanan kabel-kabel dengan
a. Ohm meter.
massa. b. Kondisi kabel penghubung. 7. Koil pengisian
b. Pemeriksaan visual.
a. Tahanan kabel-kabel dengan a. Ohm meter. massa. b. Kondisi kabel penghubung.
b. Pemeriksaan visual. a.
8. Baterai
a. Pemeriksaan air
a. Pemeriksaan visual
b. Berat jenis elektrolit
b. Hidrometer
Gambar 13. Tabel langkah mendeteksi kerusakan (Sumber : Anonim) Langkah pemeriksaan untuk mengetahui kondisi dari komponen pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dalam keadaan baik dan layak untuk dipergunakan berdasarkan diagram diatas, maka harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.
xxxvi
1. Pemeriksaan sekering a. Secara visual Secara visual sekering dapat diperiksa melalui kawat penghubung yang ada didalam tabung sekering menggunakan multitester. Bila kawat penghubung putus berarti sekering rusak, maka sekering perlu diganti dengan yang baru. b. Menggunakan multitester Cara pengetesan yaitu dengan meletakkan posisi multitester pada ohm meter. Kemudian letakkan kabel tester pada kedua ujung sekering. Bila jarum bergarak berarti sekering dalam keadaan baik dan bila diam berarti sekering putus. 2. Pemeriksaan kunci kontak a. Secara visual Kunci kontak dapat diperiksa dengan cara melihat sambungan kabel/terminal pada kunci kontak. Bila sambungan putus berarti aliran arus dari sumber arus terputus b. Menggunakan multitester Cara dengan menggunakan multitester yaitu dengan meletakkan multitester pda posisi ohm meter. Setelah itu letakkan kabel tester pada kedua terminal kunci kontak. Bila jarum bergerak berarti kunci kontak dalam keadaan baik. Kunci kontak terputus bila jarum tidak bergerak dan kunci kontak harus diganti
xxxvii
3. Pemeriksaan Busi a. Melalui percikan bunga api Untuk memeriksa bunga api, tutup busi harus dilepas terlebih dahulu dengan menggunakan kunci busi. Berikutnya busi dimasukkan ke tutup busi dan ditempelkan pada kepala silinder. Untuk mengetahui percikan pada busi, staterlah motor dalam keadaan busi masih ditempelkan pada kepala silinder. Bila api berwarna biru keputihanberarti masih baik dan bila berwarna merah atau tidak ada bunga api maka harus diganti. b. Pemeriksaan secara visual Busi menandakan dari kondisi operasi sepeda motor, oleh sebab itu penentuan busi yang tepat dapat dilihat dari keadaan busi tersebut. Berikut ini beberapa keadaan yang terdapat pada busi : 1) Busi normal Bila bahan bakar yang digunakan tanpa timbal, maka isolator pada busi berwarna abu-abu atau keputih-putihan. Tetapi bila pada bahan bakar mengandung tibal,isolatornya berwarna coklat muda. 2) Busi berwarna kehitam hitaman Warna kehitam-hitaman pada busi dapat disebabkan karena isolator elektroda busi terlapisi oleh karbon kering. Kemungkinan penyebabnya adalah nilai panas yang tidak tepat, campuran yang terlalu kaya dan elemen udara yang tersumbat. Hal ini menyebabkan api yang dihasilkan tidak sempurna. Untuk itu elemen saringan udara dan setelan karburator harus diperiksa, bila tidak terjadi apa-apa busi harus diganti dengan yang satu tangga lebih panas.
xxxviii
3) Busi terbakar Busi terbakar akan mempunyai tanda-tanda isolator berwarna putih pucat dan anoda serta katodanya menjadi cepat aus. Kemungkinan penyebabnya adalah pemakaian busi yang tidak tepat atau campuran bahan bakar yang terlalu miskin. Cara mengatasinya adalah denganmemeriksa karburator atau dengan mengganti busi yang satu tingkat lebih dingin. c. Celah busi Celah busi adalah jarak antara elektroda tengah dengan elektroda massa. Bila celah tersebut terlalu dekat kesalahan pengapian bisa terjadi dan bila terlalu lebar bunga api tidak akan terjadi pada busi tersebut. Karena itu celah busi harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pada sepeda motor Honda GL Pro 1997 celah businya adalah 0,8 – 0,9 mm. Pengukuran celah busi dapat dilakukan dengan feeler gauge.
Gambar 14. Mengukur cealah busi (Sumber :Daryanto, 2004)
xxxix
d. Membersihkan busi Untuk menghilangkan karbon pada busi dapat dilakukan denga dua cara yaitu dengan menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat. Kalu menggunakan alat, langkah pertama yang kita lakukan adalah meluruskan elektroda (ground). Bersihkanlah isolator hingga putih dengan cara memutar busi pada alat pembersih busi. Biasanya 10-20 detik waktu pembersihan sudah cukup. Bila dibersihkan terlalu lama elektroda akan menjadi aus.
Gambar 15. Membersihkan busi dengan alat (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) Pembersihan busi tanpamenggunakan alat dapat dilakukan dengan menggunakan sikat kawat halus. Karbon dihilangkan dari dalam busi dan pembersihan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak elektrida busi. Bila elektroda telah aus, kikirlah agar datar kembali. Dan yangterahir setelah celah busi sesuai dengan spesifikasi.
xl
Gambar 16. Membersihkan busi dengan sikat (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004)
4. Pemeriksaan koil pengapian Kondisi koil pengapian dapat dengan mudah dicek bila menggunaka multitester. Pengecekan kumparan primer dilakukan dengan cara menempelkan salah satu kabel tester ke terminal positif ignition coil dan menempelkan kabel yang satunya ke bodi ignition coil. Bila jarum menyimpang berarti kumparan primer dalam keadaan baik. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah 0,4 – 0,6 ohm. Kabel tegangan tinggi
Inti
Kabel primer
Gambar 17. Memeriksa kumparan primer dengan multi tester (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) Pengecekan kumparan skunder adalah dengan menempelkan kabel tester pada terminal positif ignition coil dan kabel yang satunya kita tempelkan pada kabel tegangan tegangan tinggi. Tahanan yang harus terukur (Standart) adalah 7 – 9 kOhm Inti
Kabel tegangan tinggi
xli
Gambar 18. Memeriksa kumparan skunder dengan multitester (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) 5. Pemeriksaan sambungan kabel CDI Pemeriksaan sambungan kabel CDI dapat dilakukan dengan dengan cara pengecekan kelonggarannya. Bila sambungan longgar, harus diperbaiki agar dapat rapat kembali. 6. Pemeriksaan unit CDI Pemeriksaan unit CDI dapat dilakukan dengan melepas sambungan kabel CDI terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar terminal diukur menggunakan ohmmeter. Bila tahanannya tak terhingga atau kurang dari spesifikasi, unit CDI harus diganti. 7. Pemeriksaan tahanan pick up coil Pemeriksaan pick up coil dilakukan dengan cara mancabut sambungan kabel terlebih dahulu. Kemudian tahanan antar ujung kabel diukur dengan ohmmeter. Bila tahananya takterhingga atau kurang dari spesifikasi yaitu antara 500 – 600 ohm pada 20 0C.
.magnit
Gambar 19. Pengukuran tahanan pic up coil (Sumber : Anonim, 1994 : C 60)
xlii
8. Pemeriksaan tahanan Kumparan pengisian Pemeriksaan tahanan pengisian dilakuakan dengan cara mencabut sambungan kabel magnet. Ujung dari kabel-kabel dan massa diukur tahanannya dengan menggunakan ohmmeter. Jika ukuran tahanan tidak tepat, kumparan pengisian harus diganti. Tahanan standartnya adalah 0,2 – 2 Ohm pada 20 0C.
Kumparan pengisian
Ohm meter
Gambar 20. Pengukuran tahanan kumparan pengisian (Sumber : Anonim : C 64)
9. Pemeriksaan Baterai Pemeriksaan pada baterai dilakukan dengan memeriksa air dalam baterai tersebut. Bila air kurang dari batas yang telah ditentuka harus segera di isi kembali.
Batas maksimum Batas minimum
Gambar 21. Batas air dalam baterai (Sumber : Anonim : C 64) Selain air, hal yang sangat penting adalah pengisian dalam baterai tersebut. Keadaan pengisian dapat diketahui dengan mudah dengan cara
xliii
mengukur berat jenis elektrolit menggunakan hidrometer. Untuk mengukur berat jenis, masukkan hidrometer kedalam sel dan hisaplah elektrolit secara perlahanlahan. Bacalah pengamatan setinggi mata. Pembacaan harus diantara 1,23 – 1,26 pada suhu 20 0C. Bila pembacaan berada dibawah ambang batas maka aki dalam kedaan kosong dan harus di isi kembali. Pengisian pada baterai dapat dilihat pada gambar berikut. Pipa gelas
Hidrometer
Gambar 22. Pengukuran berat jenis dan pengisian aki (Sumber :Hadi Suganda, Katsumi Kageyama, 2004) F. Pembahasan Sistem pengapian pada Honda GL Pro 1997 mempunyai komponen utama yaitu kumparan pengisian, pick up coil, Unit CDI, ignition coil, dan busi. Pemasangan komponen-komponen ini harus dilakukan secara urut dan benar. Baterai pada sepeda motor Honda GL Pro dipakai sebagai sumber arus pada sistem pengapian dan lampu-lampu. Bila mesin sudah hidup tugas baterai diambil alih oleh kumparan pengisian. Fungsi dari sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah untuk menghasilkan loncatan bunga api pada busi yang digunakan sebagai awal pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Syarat untuk sempurnanya sistem pengapian CDI adalah harus ada tegangan listrik yang tinggi. Arus tegangan
xliv
tinggi ini harus mampu menghasilkan loncatan bunga api pada busi pada waktu dan posisi yang tepat dengan langkah torak atau pada saat akhir langkah kompresi, kemudian untuk yang terakhir adalah komponen dari sistem pengapian harus kuat dan tahan lama. Sistem pengapian CDI mempunyai kebaikan dan kekurangan diantaranya sebagai berikut : 1. Kebaikan a. Mesin mudah dihidupkan dalam keadaan dingin. b. Busi lebih awet karena elektroda tidak cepat aus. c. Kemungkinan terjadi hambatan api pada busi lebih kecil. d. Busi tidak mudah kotor. e. Puncak tegangan tinggi tercapai dalam waktu yang singkat dan pelepasannya lebih pendek. f. Tidak diperlukan penyetelan pengapian karena tidak ada titik kontak g. Tidak ada kepekaan terhadap pengaruh cuaca. h. Mesin tetap jalan teratur dalam kecepatan tinggi. 2. Kekurangan a. Harganya yang mahal. b. Ketahanan panasnya mencapai suhu 45
0
C, lebih dari itu bagian
transistornya akan meleleh. c. Masa kerjanya hanya berkisar antara 50.000 sampai 60.000 km.
xlv
Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997, maka pengecekan dilakukan dari komponen yang paling ahir yaitu Busi. Hal ini dilakukan karena busi merupakan komponen yang mudah rusak.
xlvi
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Dari uraian sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 dapat diperoleh simpulan bahwa : 1. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah berfungsi untuk mengatur bunga api listrik pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. 2. Sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 terdiri atas baterai kunci kontak, koil pulsa (Pick up coil), unit CDI, koil pengapian, dan busi. Dengan prinsip ditimbulkannya loncatan bunga api pada busi karena adanya tegangan tinggi tiba-tiba yang dialirkan oleh koil pengapian menuju busi. Koil pengapian mendapatkan arus dari pengosongan muatan pada kapasitor yang terdapat didalam unit CDI. 3. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah tidak adanya bunga api listrik pada busi atau bunga api yang dihasilkan busi tidak baik (kemerah-merahan dan menyebar). 4. Cara mendeteksi kerusakan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 adalah dengan pengetesan loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi. Bila api yang dihasilkan oleh busi tidak baik atau bahkan tidak ada berarti sistem pengapiannya mengalami kerusakan. Sedangkan cara mengatasi kerusakannya adalah dengan melakukan perbaikan atau penggantian
xlvii
komponen yang mengalami kerusakan yaitu busi, koil pengapian, unit CDI, pick up coil, dan kumparan pengisian setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan kondisi komponen tersebut.
B. Saran Dari uraian bab sebelumnya penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Untuk menghasilkan daya mesin yang baik dan waktu pengapian yang tepat, maka konstruksi sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997 harus selalu diperiksa setiap 3000 km agar kondisinya tetap baik. 2. Perawatan pada sistem pengapian CDI pada Honda GL Pro 1997 harus dilakukan dengan selalu menjaga kebersihannya. 3. Bila terjadi kerusakan pada sistem pengapian CDI Honda GL Pro 1997, penggantian komponen harus sesuai dengan komponen aslinya agar tidak terjadi kerusakan pada komponen yang lain.
xlviii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Buku Pedoman Repparasi Honda, Jakarta : PT. Astra Internasional. Anonim, 1999, New Step I Training Manual, Jakarta : (tidak diterbitkan) Daryanto, 2004, Teknik Sepeda Motor, Bandung :Yrama Widya. Northop RS, 1987, Teknik Sepeda Motor, Bandung : Pustaka Setia Suganda Hadi, Kageyama Katsumi, 2004, Pedoman Perawatan Sepeda Motor, Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
xlix
l