SISTEM PENENTUAN KOMODITAS TANAMAN PRIORITAS PADA SUATU LAHAN DENGAN METODE MATCHING (PENCOCOKAN)
SKRIPSI
Oleh
SUNGGUL J. SIMANJUNTAK 030308041/TEKNIK PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
SISTEM PENENTUAN KOMODITAS TANAMAN PRIORITAS PADA SUATU LAHAN DENGAN METODE MATCHING (PENCOCOKAN)
SKRIPSI
Oleh
SUNGGUL J. SIMANJUNTAK 030308041/TEKNIK PERTANIAN
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
(Achwil Putra Munir, STP.,M.Si) Ketua
(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
Each land had its characteristics and had its respective limitations that will determine his capacity, therefore to develop them, process of evaluation was needed that was different for each type of land. Therefore, to grow the crop well, information recieved from survey of the land could predict the growth of the crop with low risk of failure. The reasearch was aimed at collecting data, information and knowledge on factors that played role in the determining compatibility of crop to type of land and to develop the information system that was cheap, fast, highquality, flexible, and safe by optimising the utilisation of land resources and only utilised outside input as additional elements of the land resources. The development of the system (Spektalahan) was using WAMP (Windows, Apache, My SQL and PHP 5) softwares using land characteristic data and growth condition of crop data. The Spektalahan procedure was using the matching method, that is to match the attribute of land characteristics with growth condition of the crop to produced crop priority compatibility to each land. Key words : Spektalahan, Matching Method, Land Evaluation and Computer Based Support System Decision
ABSTRAK
Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan pengevaluasian tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat memprediksi pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Pembangunan sistem (Spektalahan) menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL dan PHP 5) dengan data yang dibutuhkan adalah data karakteristik lahan dan data persyaratan tumbuh tanaman. Cara kerja Spektalahan menggunakan metode matching yaitu dengan mencocokan atribut dari karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman sehingga dihasilkan prioritas kesesuaian tanaman pada setiap lahan. Kata Kunci: Spektalahan, Metode Matching, Evaluasi Lahan, Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Komputer i Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
RINGKASAN
SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK,“Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas pada suatu Lahan dengan Metode Matching (Pencocokan)” di bawah bimbingan Achwil Putra Munir, selaku ketua komisi pembimbing dan Saipul Bahri Daulay selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan dan membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan lokal dengan meminimalkan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah sebagai media pertumbuhan tanaman, habitat jasad tanah, sistem daur-ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penjernihan air.
Mengingat tanah
memainkan peranan amat penting dalam ekosistem kita, maka kita harus hati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian untuk memprediksi lebih banyak serta lebih teliti berbagai tujuan yang lebih spesifik mengenai pengolahan tanah dan pemanfaatannya dalam pertanian. Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan
kapabilitas
atau
kemampuannya,
sehingga
untuk
ii Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Misalnya untuk menentukan tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan yang benar dan tepat, informasi tentang tanah dan kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu yang sangat diperlukan. Anjuran untuk menanam tanaman tertentu untuk konservasi lahan hanya akan berhasil jika tanaman yang dianjurkan itu memang sesuai ditanam di tempat tersebut.
Kalaupun hendak menanam
tanaman tertentu karena memang dianjurkan dari segi konservasi tanah, agar tanaman tersebut dapat bisa tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat membantu pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah.
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya lahan terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan tertentu. Hasil dari survei tanah tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik tanah untuk bidang pertanian, yang lebih dikenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan proses keragaan (performance) lahan apabila lahan digunakan untuk tujuan tertentu atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan. Ada beberapa alasan mengapa pengambilan keputusan menjadi sulit yaitu pertama, jumlah alternatif yang tersedia jauh lebih banyak dari pada sebelumnya. Semakin banyak data serta informasi yang tersedia semakin banyak alternatif yang dapat diidentifikasi dan dieksplorasi. Kedua, biaya akibat kesalahan dapat menjadi besar dan kompleksitas. Ketiga, ada perubahan terus-menerus di dalam lingkungan yang berfluktuasi dan semakin tidak jelas di beberapa elemen yang iii Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
berpengaruh. Akhirnya keputusan harus diambil dengan cepat untuk merespon pasar. Kemajuan di bidang teknologi, khususnya web secara dramatis telah meningkatkan kecepatan untuk mendapatkan informasi dan untuk membuat keputusan yang efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan. Bentuk pengembangan aplikasi sistem informasi ini disebut Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas pada suatu Lahan (Spektalahan) dengan Metode Matching (Pencocokan). Penelitian ini merupakan rancang bangun sebuah sistem informasi dengan menggunakan software WAMP (Windows, Apache, My SQL, PHP 5) dan hardware berupa teknologi internet serta jaringan, komputer dan teknologi multimedia dalam membangun spektalahan ini. Sedangkan data yang dibutuhkan yaitu data karakteristik lahan pada desa Wonosari, Tanjung Mulia dan Bangunsari, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara sebagai sampel lahan atau daerah dan data persyaratan tumbuh tanaman berupa tanaman jagung, pisang, kedele, kacang hijau dan padi sawah sebagai sampel tanaman pangan beserta data cara pembudidayaan tanaman tersebut. Spektalahan menggunakan metode pencocokan (matching) antara atribut karakteristik lahan dengan atribut persyaratan tumbuh tanaman. Atribut tersebut berupa: keadaan iklim (curah hujan dan temperatur), topografi (kemiringan lereng), kelas drainase (erosi), tekstur (kedalaman efektif), kandungan hara (npk rata-rata, pH, ktk, kb, c-organik). iv Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
Dari pencocokan yang dilakukan oleh Spektalahan pada submenu wilayah dan proses pencocokan didapatkan hasil pencocokan berupa kelas kesesuain lahan terhadap tanaman yang kemudian ditetapkan prioritas tanaman yang cocok dibudidayakan pada suatu lahan (pedon). Kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman terdiri dari dua bagian yaitu: 1) tingkat kelas kesesuaian lahan yang diwakilkan oleh angka yaitu 0 untuk Sangat Sesuai (S1) tanpa pembatas, 1 untuk Sangat Sesuai (S1) dengan pembatas ringan, 2 untuk Cukup Sesuai (S2) dengan pembatas sedang, 3 untuk Sesuai Marginal (S3) dengan pembatas berat dan 4 untuk Tidak Sesuai (N) dengan pembatas sangat berat. Sebagai contoh pada desa Bangunsari 2 atau pada pedon 6 prioritas tanamannya ialah padi sawah, jagung, kedele, kacang hijau dan pisang. Proses prioritas tersebut didasarkan pada tingkat kelas kesesuaian lahan Tanjung Mulia terhadap masing-masing tanaman berturut-turut ialah S3w, S3w, S3w, S3wf dan S3wsf. Keterangan dari kelas kesesuaian contohnya untuk tanaman padi sawah yang berada pada prioritas pertama karena kelas kesesuaian berada pada kelas Sesuai Marginal (S3) dengan jumlah faktor pembatas hanya satu yaitu kelas drainase (w). Sementara pada tanaman pisang yang menempati prioritas terakhir karena memiliki kelas kesesuaian Sesuai Marginal (S3) dengan jumlah faktor pembatas sebanyak 3 faktor pembatas yaitu kelas drainase (w), kedalaman efektif (s) dan kandungan hara (f) yaitu pada atribut kb dan c-org.
v Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aek Loba Pekan pada tanggal 21 Juni 1986 dari Ayah Edward Manahan Simanjuntak dan ibu Asli Harianja. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negri 2 Balige dan pada tahun 2003 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB, pada Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Medan pada tahun 2003-2008. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Horti Jaya Lestari (HJL-Dokan).
vi Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas pada suatu Lahan dengan Metode Matching (Pencocokan)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP., M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2009
Penulis vii Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Hal ABSTRAK .................................................................................................. i RINGKASAN PENELITIAN ...................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 Kegunaan Penelitian.......................................................................... 10 TUJUAN PUSTAKA Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan ............................................ Produktivitas ..................................................................................... Klasifikasi Kesesuaian Lahan ............................................................ Persyaratan Tumbuh Tanaman .......................................................... Kualitas dan Karakteristik Lahan....................................................... Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ................................................. Defenisi SPK ......................................................................... Karakteristik dan Nilai Guna SPK ......................................... Komponen SPK ..................................................................... Proses Pembangunan SPK .....................................................
11 15 16 18 19 29 29 32 34 36
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. Alat dan Bahan.................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................
39 39 40 40
HASIL DAN PEMBAHASAN Perancangan Sistem .......................................................................... Perancangan Subsistem Model............................................... Perancangan Pangkalan Data ................................................. Tahap Analisis ........................................................... Perancangan Logik ..................................................... Perancangan Fisik ...................................................... Perancangan Subsistem Dialog .............................................. Deskripsi Sistem ...............................................................................
47 47 48 48 49 51 54 54
viii Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
Menu Utama .......................................................................... 54 Rincian Sub-sub Menu........................................................... 55 Proses Pencocokan ............................................................................ 57 Hasil Kesesuaian Lahan .................................................................... 64 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................... 66 Saran .............................................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 68 LAMPIRAN ................................................................................................ 71
ix Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Fase-fase pembangunan sistem penunjang keputusan ............................. 46 2. E-R Diagram Spektalahan ................................................................................ 49 3. Menu utama ........................................................................................... 55 4. Submenu wilayah dan proses pencocokan .............................................. 56 5. Isi dalam submenu site admin ................................................................ 58 6. Hasil proses pencocokan Spektalahan .................................................... 59 7. Tampilan detail pencocokan ................................................................... 63
x Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan .................... 22 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng ............................................................ 23 3. Tingkat bahaya erosi .............................................................................. 28 4. Kelas kemasaman (pH) tanah ................................................................. 29 5. Tabel perancangan fisik Spektalahan ...................................................... 51 6. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kedele ......................... 60 7. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah .................. 60 8. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman jagung ......................... 61 9. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau ................ 61 10. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman pisang ......................... 62 11. Hasil kesesuaian lahan pada setiap daerah .............................................. 64 12. Hasil prioritas tanaman pada setiap daerah .............................................. 64
xi Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
LAMPIRAN
1. Gambar DFD Spektalahan ....................................................................... 72 2. Entitas pada perancangan logik ............................................................... 73 3. Gambar flowchart Spektalahan ............................................................... 74 4. Karakteristik lahan .................................................................................. 75 5. Persyaratan tumbuh tanaman jagung ....................................................... 76 6. Persyaratan tumbuh tanaman kedele ........................................................ 76 7. Persyaratan tumbuh tanaman pisang ........................................................ 77 8. Persyaratan tumbuh tanaman padi sawah ................................................. 77 9. Persyaratan tumbuh tanaman kacang hijau .............................................. 78
xii Sunggul J. Simanjuntak : Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas Pada Suatu Lahan Dengan Metode Matching (Pencocokan), 2009. USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan pembangunan juga menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung,
kondisi pertanian nasional masih
dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: 1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan, 2) berkurangnya daya dukung lingkungan, 3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif, 4) meluasnya lahan kritis, 5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan, 6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani, 7) meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan, dan 8) terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat. Masalah tersebut muncul karena pembangunan selama ini cenderung bias pada pemacuan pertumbuhan produksi pada jenis tanaman tertentu, serta peran pemerintah dan swasta sangat dominan. Masyarakat petani hanya berperan sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan. Sektor pertanian juga tidak lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi sebagai penyangga untuk menyukseskan industrialisasi sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi (Saptana dan Ashari, 2007). Sebagaimana
telah
dipahami
bersama
oleh
berbagai
kalangan,
pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya bagi
1
2
negara-negara berkembang, bagi negara maju pun pertanian tetap mendapat perhatian dan perlindungan yang sangat serius. Membahas pertanian adalah membahas tentang ”kelangsungan hidup”. Pertanian adalah penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Selama manusia di dunia masih memerlukan bahan pangan untuk menjamin kelangsungan hidupnya maka pertanian tetap akan memegang peran yang sangat penting. Meskipun dalam kenyataannya, persepsi akan arti penting pertanian kadang-kadang dilupakan oleh banyak orang (Subejo, 2007). Data statistik juga menujukkan bahwa secara nasional, kita masih mengalami kekurangan produksi pertanian. Untuk mencukupi kebutuhan pangan, kita masih melakukan impor beberapa komoditas pangan. Hal ini secara rinci dilaporkan dalam Susenas dan berita resmi statistik 2003 seperti dianalisa oleh Darmawan dkk (2004) yang melaporkan bahwa selama tahun 2003 kita masih impor beras, gula, kedelai, gandum, jagung, ternak sapi, tepung telur, susu bubuk, makanan olahan, garam, singkong dan kacang tanah. Kekurangan produksi tersebut, semestinya menjadi peluang karena Indonesia memiliki potensi pertanian tropik yang sangat besar. Semangat dan tekad untuk menjadi bangsa yang mandiri perlu dibangun sehingga solusi untuk menyelesaikan problem tersebut adalah bukan impor namun dengan memacu dan mengoptimalkan produksi. Pertanian nasional mestinya bisa memproduksi dengan biaya yang lebih murah, dapat menghemat devisa serta menyediakan lapangan kerja yang sangat banyak. Dalam hal produk pertanian tropik, Indonesia sebenarnya berpotensi tidak hanya swasembada namun juga menjadi eksportir.
3
Secara operasional, Turner et al. (1993) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai upaya memaksimalkan manfaat pembangunan ekonomi dengan syarat dapat mempertahankan dan meningkatkan jasa, kualitas dan kuantitas sumber daya alam sepanjang waktu. Selanjutnya United State Department of Agriculture (USDA) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai pertanian yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan, mengkonservasi sumber daya alam, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan. Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan kelembagaan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang (FAO, 1989). Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah sebagai media pertumbuhan tanaman, habitat jasad tanah, media bagi kontruksi, sistem daur-ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penjernihan air. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam ekosistem kita, maka kita harus hati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari kerusakan. Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian untuk memprediksi lebih banyak serta lebih teliti berbagai tujuan yang lebih spesifik mengenai pengolahan tanah (Dent dan Young, 1981). Setiap tanah mempunyai sifat dan keterbatasan masing-masing yang akan menentukan kapabilitas atau kemampuannya, sehingga untuk mengembangkannya diperlukan suatu tindakan khusus yang berbeda untuk setiap jenis tanah.
4
Misalnya untuk menentukan tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan yang benar dan tepat, informasi tentang tanah dan kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu yang sangat diperlukan. Anjuran untuk menanam tanaman tertentu untuk konservasi lahan hanya akan berhasil jika tanaman yang dianjurkan itu memang sesuai ditanam di tempat tersebut. Kalaupun hendak menanam tanaman tertentu karena memang dianjurkan dari segi konservasi tanah, agar tanaman tersebut dapat bisa tumbuh dengan baik maka informasi yang diperoleh dari hasil survei tanah dapat membantu pertumbuhan tanaman tersebut dengan resiko kegagalan yang rendah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuantujuan tertentu. Informasi ini sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumber daya lahan baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain, agar bermanfaat secara optimal dan berkesinambungan. Hasil dari survei tanah tersebut dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik tanah untuk bidang pertanian, pariwisata maupun pemanfaatan lainya, yang lebih dikenal dengan evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan proses keragaan (performance) lahan apabila lahan digunakan untuk tujuan tertentu atau sebagai metode yang menjelaskan atau memprediksi kegunaan potensial dari lahan (van Diepen et al, 1991). Apabila potensi lahan sudah dapat ditentukan, maka perencanaan penggunaan lahan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan yang rasional, paling tidak mengenai apa yang dapat ditawarkan oleh sumber daya lahan tersebut. Dengan demikian, evaluasi lahan merupakan alat perencanaan
5
penggunaan lahan yang strategis karena dapat memprediksi keragaan lahan mengenai keuntungan yang diharapkan dari penggunaan lahan dan kendala penggunaan lahan yang produktif (FAO, 1995). Inventarisasi sumber daya lahan menurut Rayes (2007) merupakan kegiatan yang sangat penting, mengingat sumber daya lahan merupakan sumber daya alam yang langka sehingga perlu informasi yang benar dan akurat agar sumber
daya
lahan
dapat
dimanfaatkan
dengan
sebaik-baiknya
secara
berkesinambungan. Pada dasarnya evaluasi sumber daya lahan membutuhkan informasi. Jenis informasi sumber daya lahan yang perlu dievaluasi terdiri atas 5 kelompok, yaitu tanah, iklim, topografi dan geologi, vegetasi dan sosial ekonomi. Aspek tanah yang penting adalah kedalaman lapisan penghambat perakaran (kedalaman efektif tanah), drainase, tingkat kesuburan tanah, retensi hara, salinitas tanah, ada tidaknya unsur yang bersifat racun bagi tanaman, keadaan lengas tanah, kapasitas air dan kemungkinan mengalami penggenangan atau banjir. Informasi tentang keadaan topografi dan geologi meliputi derajat kemiringan dan panjang lereng, posisi dalam bentang lahan dan ketinggian tempat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas lahan. Vegetasi penting dipertimbangkan dalam evaluasi lahan karena dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi lahan maupun kesesuaian lahan bagi penggunaan tertentu melalui kehadiran tanaman-tanaman indikator. Jenis vegetasi tertentu yang tumbuh di suatu daerah mencerminkan bahwa vegetasi tersebut dapat dikembangkan di daerah tersebut. Dengan demikian kita
6
dapat memprediksi tanaman yang memerlukan persyaratan tumbuh yang hampir serupa dengan tanaman indikator. Informasi keadaan sosial ekonomi penting dipertimbangkan dalam menilai kesesuaian suatu lahan, karena dapat memberikan gambaran seberapa jauh keuntungan akan diperoleh jika dilakukan penanaman atau pengembangan suatu tanaman tertentu dalam suatu lahan. Meskipun dalam suatu lahan memberikan kesesuaian yang tinggi dari segi agro-ekologi, tetapi jika dari segi ekonomi kurang menguntungkan karena biaya produksi terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh karena pemasarannya sulit dan lain sebagainya maka sebaiknya tanaman tersebut tidak dikembangkan di lahan tersebut. Disamping sumber daya lahan, terdapat penentu yang lain yang menyebabkan setiap tempat berbeda-beda karakteristiknya, yaitu sumber daya agroklimat, sumber daya hayati dan sumber daya manusia dan nilai kultural. Oleh karena itu, pendekatan sumber daya setempat perlu dicermati dalam pelaksanaan program pembangunan pertanian. Terutama keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dilihat dari ketersediaan input lainnya. Walaupun niatnya jelas, namun dalam implementasi di lapangan, pemerintah selama ini kelihatan kurang konsisten dalam usahanya memenuhi pupuk bersubsidi untuk petani agar ketahanan pangan tidak terganggu. Tanpa ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai dan dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan petani, yang pada
7
umumnya miskin, akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian (Tambunan, 2008). Pertanian dan penyuluhan juga sedang menghadapi sejumlah persoalan serius yang tidak mudah dipecahkan. Pada masa lampau, peningkatan produksi pangan yang lebih banyak dipengaruhi oleh peningkatan areal pertanian. Namun, hal itu saat ini tidak mungkin lagi terjadi karena sebagian lahan telah beralih fungsi untuk non pertanian dan sebagian lagi telah berkurang tingkat kesuburannya akibat erosi ataupun pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kelestariannya. Upaya untuk mempertahankan tingkat ketahanan petani dalam berusaha
tani sangat
diperlukan,
khususnya
bagi
negara
yang
masih
mengandalkan pertanian sebagai basis kehidupan sebagian besar masyarakatnya seperti di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, petani semakin dihimpit dalam kesulitan untuk mempertahankan usahatani yang dikelolanya guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Kaum petani di Indonesia menderita dan terbeban berat dalam mengangkat harkat hidupnya pada saat kemajuan teknologi sudah tidak dapat dihindari. Selama ini mereka jarang menikmati masa panen yang memuaskan. Penyuluh formal (dari instansi pemerintah) yang memilih dari segi teknis, yang seharusnya mampu membuka lebih lebar peluang bagi petani dalam upaya peningkatan kemandiriannya belum memberikan peran seperti yang diharapkan. Peran ini semakin penting manakala petani membutuhkan pihak atau suatu solusi yang mampu membantu mereka dalam proses mencari dan mengambil
keputusan
pada
alternatif-alternatif
untuk
peningkatan
kesejahteraannya tanpa harus merasa digurui dan diintervensi oleh pihak lain. Proses komunikasi antara penyuluh dengan petani dan memahami petani dengan
8
sistem sosialnya sangat diperlukan dalam proses pengembangan kemandirian petani dalam berusaha tani (Nayu dan Dedy, 2006). Ada beberapa alasan mengapa pengambilan keputusan menjadi sulit yaitu pertama, jumlah alternatif yang tersedia jauh lebih banyak dari pada sebelumnya karena sistem teknologi dan komunikasi telah meningkat, terutama web/internet dan search engine-nya. Semakin banyak data serta informasi yang tersedia semakin banyak alternatif yang dapat diidentifikasi dan dieksplorasi. Kedua, biaya akibat kesalahan dapat menjadi besar dan kompleksitas. Ketiga, ada perubahan terus-menerus di dalam lingkungan yang berfluktuasi dan semakin tidak jelas di beberapa elemen yang berpengaruh. Akhirnya keputusan harus diambil dengan cepat untuk merespon pasar. Kemajuan di bidang teknologi, khususnya web secara dramatis telah meningkatkan kecepatan untuk mendapatkan informasi dan untuk membuat keputusan yang efektif dan efisien (Vitt, dkk., 2002). Selain kecepatan di mana data dan informasi dapat diakses, alternatifalternatif pengambilan keputusan pun harus dianalisis. Hal ini membutuhkan waktu (skala manusia = lambat) dan pikiran. Sekalipun memiliki informasi yang semakin banyak dan semakin baik dari pada sebelumnya, namun waktu telah menghambat pengambilan keputusan untuk mendapatkan apa yang diperlukan dan membagikannya kepada yang lain (Hoch dkk, 2001). Dari uraian di atas dimana terdapat banyak masalah yang dihadapi mulai dari masalah pada lahan pertanian maupun masalah kebutuhan petani akan informasi dan pengetahuan yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman juga sampai kepada masalah pengambilan keputusan atas beberapa alternatif pilihan
9
dalam hal menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan yang dipunyai sampai kepada informasi tentang pedoman bercocok tanam pada setiap tanaman yang ingin ditanam sehingga nantinya dapat menciptakan suatu pengoptimalan produksi. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi yang ditujukan sebagai sistem pengambilan keputusan yang tentunya sistem ini harus didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi serta ketersediaan data, informasi, pengetahuan dan kepakaran (mengenai karakteristik suatu lahan dan persyaratan tumbuh suatu tanaman) dalam membantu mengatasi masalahnya. Suatu bentuk pengembangan aplikasi sistem informasi ini disebut Sistem Penentuan Komoditas Tanaman Prioritas pada suatu Lahan dengan Metode Matching (Pencocokan). Sistem pengambilan keputusan suatu jenis tanaman pada suatu lahan dengan menggunakan metode pencocokan antara karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman ini menggunakan internet sebagai teknologi informasi dan komunikasinya agar dapat diakses oleh para pengguna dengan cepat, murah dan batasan dimensi waktu dan wilayah yang luas. Dengan demikian dapat membantu para petani dalam mengatasi masalah penentuan jenis tanaman pada lahan yang akan ditanam sehingga tercipta sentralisasi dan karakteristik suatu produk pertanian pada suatu wilayah tersebut yang selanjutnya akan menghantarkan petani pada masa depan dengan lebih pasti dan lebih sejahtera.
10
Tujuan Penelitian 1. Menghimpun data, informasi dan pengetahuan tentang faktor yang berperan dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan. 2. Membangun sistem informasi yang murah, cepat, bermutu, fleksibel dan aman dalam penentuan kesesuaian jenis tanaman pada suatu lahan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan dan hanya menggunakan pemanfaatan input luar sebagai pelengkap unsur-unsur yang kurang dalam sumber daya lahan tersebut.
Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Unversitas Sumatera Utara. 2. Untuk mempermudah penentuan kesesuaian tumbuh tanaman pada suatu lahan yang akan menghasilkan produktivitas yang optimal dan berkesinambungan. 3. Untuk memberikan suatu cara pembudidayaan tanaman yang sesuai pada suatu lahan tersebut dengan baik dan benar secara lengkap. 4. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
11
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan Jika kita mengamati tanah pada suatu tempat dan membandingkannya dengan tanah di tempat lain, maka akan terlihat beberapa perbedaan warna, tekstur keadaan
permukaan
dan
lain-lain.
Belum
lagi
jika
mengamati
dan
mendeskripsikan profil tanahnya, jelas sekali akan terlihat perbedaan dalam hal susunan dan sifat horizon tanah. Perbedaan-perbedaan itu kadang-kadang dapat terjadi di tempat-tempat yang berdekatan yang hanya berjarak beberapa meter saja karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi, dan geografi yang bervariasi. Variasi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan yang lebih atau kurang sesuai dalam pengertian fisik dan atau ekonomi yang paling tidak sebagian terjadi secara sistematik dan sebab-sebab yang diketahui dengan pasti. Adanya perbedaan (variasi) tersebut menyebabkan timbulnya perbedaan potensi masing-masing tanah bagi pengembangan suatu tanaman atau komoditas tertentu maupun untuk kepentingan di luar pertanian (Rositter, 1996). Kesuburan tanah dari segi pertanian dinilai dari produksi tanaman (bobot kering/Ha) dan kualitas tanaman (kandungan karbohidrat, protein dan vitamin) yang merupakan hasil rata-rata dari beberapa tahun. Tanah yang subur merupakan tanah yang secara terus menerus memberikan hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Kesuburan tanah dibedakan atas : 1) kesuburan tanah potensial, yaitu sifat yang menunjukkan kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, menurut jumlah dan keseimbangan tertentu secara berkesinambungan untuk
12
menunjang pertumbuhan tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya berada pada keadaan yang optimal. Kesuburan tanah aktual, yaitu keadaan kesuburan tanah alami tanpa dilakukan upaya perbaikan tingkat kesuburannya. Dengan demikian, suatu tanah pada suatu satuan lahan tertentu dapat memiliki kesuburan alami yang tinggi, namun tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut berproduksi rendah karena faktor produksi yang lain membatasi pertumbuhan tanaman. Evaluasi kesuburan tanah ditujukan untuk menilai karakteristik lahan dan menentukan kendala utama kesuburan tanah serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah. Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan . Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha
tani atau
komoditas tertentu yang produktif. Pengertian kesesuaian
lahan berbeda dengan kemampuan
lahan.
Kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di suatu wilayah. Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah,
13
semakin tinggi kemampuan lahan tersebut. Misalnya suatu lahan yang topografi atau reliefnya datar, tanahnya dalam, tidak terpengaruh oleh banjir dan iklimnya cukup basah, biasanya memiliki kemampuan lahan yang cukup baik untuk pengembangan tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Sedangkan kesesuaian lahan adalah kesesuaian dari suatu bidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik, misalnya padi, jagung, kedelai dll. Kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan aktual disebut juga kesesuaian lahan alami, pada kondisi saat dilakukan evaluasi lahan tanpa ada perbaikan yang berarti dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang ada dalam suatu lahan. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan, jenis usaha perbaikan karakteristik kualitas lahan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan dicapai, setelah diadakan usaha-usaha perbaikan tertentu yang diperlukan, terhadap faktor-faktor pembatasnya.
14
Faktor-faktor pembatas dalam evaluasi lahan dibedakan atas faktor pembatas yang bersifat permanen dan non-permanen (dapat diperbaiki). Faktor pembatas yang bersifat permanen merupakan pembatas yang tidak memungkinkan untuk diperbaiki dan kalaupun dapat diperbaiki, secara ekonomis sangat tidak menguntungkan. Faktor pembatas yang mudah diperbaiki merupakan pembatas yang mudah diperbaiki dan secara ekonomis masih dapat memberikan keuntungan dengan masukan teknologi yang tepat. Dalam hal ini hendaklah diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya yang diperluakan untuk perbaikan-perbaikan tersebut. Jenis usaha perbaikan karakteristik kualitas lahan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih mungkin untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai. Dalam melakukan evaluasi lahan, sifat-sifat fisik lingkungan daerah yang akan dievaluasi dibagi atas beberapa satuan lahan dan setiap satuan lahan dibedakan ke dalam beberapa kualitas lahan. Setiap kualitas lahan pada umumnya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Beberapa karakteristik lahan umumnya berhubungan satu sama lain di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan atau pertumbuhan tanaman.
15
Produktivitas Produktivitas merupakan hasil persatuan lahan, tenaga kerja, modal, waktu ataupun input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Orang luar cenderung mengukur produktivitas usaha tani menurut hasil total biomassa, hasil komponen-komponen tertentu (misalnya gabah) hasil ekonomis atau keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil per satuan lahan. Para petani memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mendefenisikan produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat penanaman atau penyiangan, atau dengan satuan air irigasi yang dimanfaatkan. Dalam hal ini pembahasan produktivitas difokuskan pada bagaimana penggunaan input atau masukan dapat ditekan seminimal mungkin tanpa harus mengurangi hasil produksi dari tanaman tersebut. Berbicara tentang penggunaan input yang merupakan ukuran produktivitas pada sistem pertanian di daerah tropis, termasuk Indonesia cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu: •
Penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (High External Input Agriculture). HEIA ini sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal yang besar, selain itu karena pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak menimbulkan dampak besar bagi ekologi.
seimbang
16
•
Pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar, hingga terjadi degradasi sumber daya alam yang disebut “LEIA” (Low External Input Agriculture)
•
Sistem pertanian yang dapat menjadikan pertanian yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan, kualitas pangan, dan keselamatan. Dimana pertanian berkelanjutan ini menggunakan input luar yang rendah atau disebut juga “LEISA” (Low External Input and Sustainable
Agriculture)
yaitu
pertanian
yang
mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal tanpa mengesampingkan pemanfaatan input luar namun hanya sebagai pelengkap unsure-unsur yang kurang dalam ekosistem atau sumber daya lokal. LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dalam jangka panjang (Reijntjes et al, 2003).
Klasifikasi Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut matching antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat ordo, kelas, subkelas dan unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum atau global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai
17
(S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo Sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : Sangat Sesuai (S1), Cukup Sesuai (S2), dan Sesuai Marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo Tidak Sesuai (N) tidak dibedakan atas kelas kesesuaian ke dalam kelas-kelas. Sub-kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas. Satuan (unit) adalah keadaan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Pembagian dan defenisi secara kualitatif masing-masing kelas dengan menggunakan 3 kelas untuk ordo Sesuai dan 2 kelas untuk ordo Tidak Sesuai, adalah sebagai berikut : •
Kelas S1: Sangat Sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap
penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatasnya bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. •
Kelas S2 : Cukup Sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan sangat
berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan sedikit tambahan masukan (input) untuk mempertahankan tingkat pengelolaan lahan. •
Kelas S3 : Sesuai Marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, dan faktor
pembatasan ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas, memerlukan
18
masukan yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal yang tinggi. •
Kelas N : Tidak Sesuai Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat
berat dan sulit untuk diatasi sehingga tidak mungkin untu penggunaan yang lestari.
Persyaratan Tumbuh Tanaman Persyaratan penggunaan lahan dari sebuah tipe penggunaan lahan adalah suatu perangkat kualitas lahan yang akan dibutuhkan agar tipe penggunaan lahan yang spesifik dapat berfungsi dengan baik. Persyaratan tersebut dapat berupa persyaratan ekologis, pengelolaan, konservasi dan perbaikan. Semua jenis komoditas, termasuk tanaman pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu, yang berbeda satu sama lain. Persyaratan tersebut terutama terdiri atas energi radiasi, temperatur (suhu), lengas (kelembaban), oksigen, dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan. (FAO, 1983). Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif
tanah. Pada
umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik sehingga aerasi tanah cukup baik. Dengan demikian akan cukup tersedia oksigen dalam tanah dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik serta mampu menyerap unsur hara secara optimal.
19
Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batasan kisaran minimum, optimum, dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut merupakan batasan kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan atau sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut di atas merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N).
Kualitas dan Karakteristik Lahan Kualitas Lahan Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan
20
merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan, sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah. Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri atas : • Ketersediaan air • Ketersediaan hara • Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran • Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah • Kemudahan lahan untuk diolah • Salinitas dan alkalinitas • Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit) • Ketahanan terhadap erosi • Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan • Bahaya banjir • Rezim temperatur • Energi radiasi
21
• Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) • Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Karakteristik Lahan Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas : a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng, dan lain lain. b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain lain. Macam dan jumlah kualitas lahan dan karakteristik lahan dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan skala dan tujuan evaluasi serta kondisi lahan. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan kedalaman tanah seperti tekstur, kedalaman efektif, kapasitas tukar kation (KTK), reaksi tanah atau derajat kemasaman tanah (pH), unsur hara dalam tanah (N, P2O5, K2O) yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman. Untuk kualitas lahan retensi hara (KTK, pH) dan ketersediaan hara karena relatif lebih mudah diatasi tidak merupakan pembatas utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan ke kelas N. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan di berikan pada Tabel 1.
22
Tabel 1. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan. Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rata -rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm), Kelembaban (%), Lamanya bulan kering (bln)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Keadaan media perakaran(rc)
Tekstur, Bahan kasar (%), Kedalaman tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm), Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan, Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%), Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan (%)
Sumber: Djaenudin et al. (2003). Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.
23
Topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bentuk wilayah dan kelas lereng No.
Relief
Lereng (%)
1.
Datar
<3
2.
Berombak/agak melandai
3-8
3.
Bergelombang/melandai
8-15
4.
Berbukit
15-30
5.
Bergunung
30-40
6.
Bergunung curam
40-60
7.
Bergunung sangat curam
> 60
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada
24
daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah.
Iklim Suhu Udara Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928) dalam Mohr et. al. (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut: T = 26.3oC – 0.61 h ........................................................................... (1)
Keterangan : T
= temperatur (oC)
26,3oC = temperatur rata-rata pada permukaan laut H
= ketinggian tempat dalam hektometer (100 meter)
Suhu udara rata-rata di tepi pantai berkisar antara 250C hingga 270 C.
Curah Hujan Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis.
25
Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama satu hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya. Tanah Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. Drainase Tanah Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Berlebihan
: air yang berlebihan segera keluar dari tanah dan tanah hanya akan menahansedikit air sehingga tanaman akan segera kekurangan air.
Baik
: tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah >150 cm, berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat karatan (bercak-bercak kuning coklat atau kelabu ).
26
Agak Baik
: tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercakbercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
Agak Buruk
: lapisan tanah atas beraerasi baik. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah (sekitar 40 cm dari permukaan tanah).
Buruk
: bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
Sangat Buruk : seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Tekstur Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti pengelompokan kelas tekstur di bawah ini: Halus
: Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus
: Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang
: Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berrdebu, debu
Agak kasar
: Lempung berpasir
Kasar
: Pasir, pasir berlempung
Sangat halus : Liat (tipe mineral liat 2:1)
27
Bahan Kasar Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi: Sedikit
: < 15 %
Sedang
: 15 - 35 %
Banyak
: 35 - 60 %
Sangat Banyak
: > 60 %
Kedalaman Tanah Kedalaman tanah, dibedakan menjadi: Sangat Dangkal
: < 20 cm
Dangkal
: 20 - 50 cm
Sedang
: 50 - 75 cm
Dalam
: > 75 cm
Ketebalan Gambut Ketebalan gambut, dibedakan menjadi: Tipis
: < 60 cm
Sedang
: 60 - 100 cm
Agak Tebal
: 100 - 200 cm
Tebal
: 200 - 400 cm
Sangat Tebal
: > 400 cm
Alkalinitas Menggunakan nilai persentase natrium dapat ditukar (exchangeable sodium percentage atau ESP) yaitu dengan perhitungan:
ESP =
Na dapat tukar x 100 ..................................................................(2) KTK tanah
28
Nilai ESP 15% sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13
Na +
SAR =
Ca + + + Mg + + 2
...............................................................................(3)
Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut: Tabel 3: Tingkat bahaya erosi Tingkat bahaya erosi
Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr)
< 0,15
Ringan (r)
0,15 - 0,9
Sedang (s)
0,9 - 1,8
Berat (b)
1,8 - 4,8
Sangat berat (sb)
> 4,8
29
Kemasaman Tanah Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-50 cm seperti dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Kelas kemasaman (pH) tanah Kelas
pH tanah
Sangat masam
< 4,5
Masam
4,5 - 5,5
Agak masam
5,6 - 6,5
Netral
6,6 - 7,5
Agak alkalis
7,6 - 8,5
Alkalis
> 8,5
Sistem Pendukung Keputusan
Defenisi Defenisi awal sistem pendukung keputusan (SPK) menunjukkan SPK sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai SPK sebagai berikut: Sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif, yang membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model
30
keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semistruktur dan tidak terstruktur (Man dan Watson). Menurut Gorry dan Scott Morton (1971) sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur. Menurut Keen dan Scott Morton (1978) sistem pendukung keputusan memadukan sumber daya intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalahmasalah tidak terstruktur. SPK merupakan suatu cara untuk mengatur atau mengorganisir informasi dengan tujuan penggunaan dalam pengambilan keputusan (Kendall dan Kendall, 1992). SPK secara tidak langsung memberikan output dalam bentuk laporan, tetapi lebih bertujuan untuk menyediakan atau menunjang proses pengambilan keputusan melalui penyajian informasi yang di disain untuk pemecahan masalah dan kebutuhan aplikasi. Jadi, SPK tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan menajerial dengan membuat keputusan untk pengguna (Render dan Stair, 1994). SPK adalah sistem yang memberi penekanan pada proses, bukan pada produk seperti halnya sistem informasi manajemen (Management Information System = MIS). Interaksi antara pengambil keputusan (Decision Maker = DM) dengan sistem merupakan fokus dalam SPK. Melalui interaksi dalam sistem, DM
31
akan diberikan pilihan atau alternatif oleh SPK yang dapat membantu DM dalam membuat keputusan. O’Brien (1990) menuliskan bahwa SPK terdiri dari beberapa komponen, yaitu : •
Perangkat keras (hardware resource) berupa sistem komputer yang terhubung dengan jaringan telekomunikasi
•
Perangkat lunak (software resource) terdiri dari paket software SPK yang disebut SPK generator, yang meliputi modul basis data, model dan manajemen dialog
•
Basis data yang mengandung data dan informasi yang diekstrak dari suatu organisasi, data eksternal, dan basis data manajer
•
Basis model yang merupakan kumpulan dari model matematis dan teknik analitis yang disimpan dalam berbagai modul program dan file.
•
Sumber daya manusia (people resources) yaitu manajer atau staf spesialis untuk mengeksplorasi alternatif keputusan. Penerapan SPK telah berkembang di berbagai bidang, termasuk bidang
pertanian. Baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan telah mulai menggunakan SPK. Untuk tanaman suatu komoditi yang sama bisa terdapat lebih dari satu SPK, terutama disebabkan sudut pandang perancang SPK yang berbeda.
32
Karakteristik dan Nilai Guna Berbagai karakteristik yang membedakan SPK dengan sistem informasi lain yaitu: 1. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semistruktur ataupun tidak terstruktur 2. Dalam
proses
pengolahannya,
SPK
mengombinasikan
model-
model/teknik-teknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari informasi. 3. SPK, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif. 4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibelitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi pada kebuuhan pemakai. Dengan berbagai karakter khusus seperti yang dikemukakan di atas, SPK dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan dimaksud di antaranya meliputi: 1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi pemakainya. 2. SPK membantu pengambil kepuutusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
33
3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan 4. Walaupun suatu SPK, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia mampu menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Karena SPK mampu manyajikan berbagai alternatif. 5. SPK dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan. Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan di atas, SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah: 1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya. 2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar) 3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya 4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena walau bagaimana pun canggihnya suatu SPK, dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
34
Komponen-Komponen SPK SPK terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yaitu:
1.
Subsistem Data (Data Base) Subsistem data merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data (data base) yang dioganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen pangkalan data (Data Base Management System/DBMS). Melalui manajemen pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.
2. Subsistem Model (Model Base) Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Kalau pada pangkalan data, organisasi data dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut dengan pangkalan model. Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model pada sistem pangkalan model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. Artinya harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk
memodifikasi
atau
perkembangan pengetahuan.
menyempurnakan
model,
seiring
dengan
35
3. Subsistem Dialog (User System Interface) Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu: • Bahasa aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti, keyboard, joystick, atau key function lainnya. • Bahasa tampilan (display atau presentation language), yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter, dan lain-lain • Basis pengetahuan (knowledge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif. Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal sebagai gaya dialog (dialog style). Gaya dialog ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya: 1. Dialog perintah Dalam dialog ini pengguna memberikan perintah-perintah yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang ada pada SPK.
36
2. Dialog tanya jawab Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna, dan pengguna menjawab, kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna. 3. Dialog menu Model dialog ini merupakan gaya dialog yang paling populer dalam SPK. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Menu ini akan ditampilkan pada monitor. Dalam menentukan pilihannya pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu, dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban tertentu. 4. Dialog masukan/keluaran Dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukkan perintah dan data. Disamping form input, juga disediakan form keluaran yang merupakan respon dari sistem. Setelah memeriksa keluaran, penggunaan dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya. Proses Pembangunan SPK Pada dasarnya, Daihani (2001) untuk membangun suatu SPK dikenal 8 tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap ini yang paling penting dilakukan adalah perumusan masalah serta penentuan tujuan dibangunnya SPK. Langkah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, karena akan menentukan pemilihan jenis SPK yang akan dirancang serta metode pendekatan yang akan dipergunakan.
37
2. Penelitian Berhubungan dengan pencarian data serta sumber daya yang tersedia. 3. Analisis Dalam tahap ini termasuk penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan serta sumber daya yang dibutuhkan. 4. Perancangan Pada tahap ini dilakukan perancangan dari ketiga subsistem utama SPK yaitu subsistem basis data, subsistem model dan subsistem dialog. 5. Konstruksi Tahap ini merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem yang ada digabungkan menjadi suatu SPK. 6. Implementasi Tahap ini merupakan penerapan SPK yang dibangun. Pada tahap ini terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan yaitu testing, evaluasi, penampilan, orientasi, pelatihan, dan penyebaran. 7. Pemeliharaan Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus untuk mempertahankan keandalan sistem 8. Adaptasi Dalam tahap ini dilakukan pengulangan terhadap perubahan kebutuhan pengguna Sehubungan dengan permasalahan yang sering dihadapi dalam pembuatan sebuah keputusan adalah permasalahan bersifat tidak terstruktur dan atau semi terstruktur, maka dalam hal ini persepsi seorang pengambil keputusan akan
38
kebutuhan sebuah informasi sangat diperlukan, namun demikian dari informasi yang telah diperoleh seringkali juga tidak dapat memenuhi sebuah penyelesaian yang baik. Oleh karena itu banyak sekali terjadi dalam pembangunan sebuah SPK sering dilakukan melalui suatu proses prototipe.
39
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga bulan Maret 2009 bertempat di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Bahan Adapun data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data syarat tumbuh tanaman (Sumber : Djaenudin et al, 2003) 2. Data karakteristik lahan pada Kabupaten Deli Serdang. 3. Data cara pembudidayaan tanaman.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perangkat keras •
Teknologi Internet
•
Komputer Pribadi dan Jaringan
2. Perangkat lunak •
Skrip HTML
•
Basisdata Relasional (My SQL)
•
Pemograman Web (PHP) dan Apache
40
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan rancang bangun sebuah sistem informasi yang merupakan sistem pendukung keputusan yang disebut sistem penentuan komoditas tanaman prioritas pada suatu lahan (Spektalahan) dengan metode matching.
Pelaksanaan Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Fase A : Perencanaan Penyuluh formal (dari instansi pemerintah) belum memberikan peran dalam memberikan informasi pertanian dalam hal pemanfaatan atau pengolahan sumber daya lahan sehingga berdampak kepada sistem pertanian yang cenderung kepada sistem pertanian penggunaan input yang berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu: penggunaan input luar secara besar-besaran yang sering disebut “HEIA” (High External Input Agriculture) dan pemanfaatan sumber daya lahan lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar yang disebut “LEIA” (Low External Input Agriculture). Proses komunikasi antara penyuluh dengan petani dan memahami petani dengan sistem sosialnya sangat diperlukan dalam proses pengembangan kemandirian petani dalam berusaha tani pada saat kemajuan teknologi sudah tidak dapat dihindari. Selama ini mereka jarang menikmati masa panen yang memuaskan. Peran ini semakin penting manakala petani membutuhkan pihak atau suatu solusi yang mampu membantu mereka dalam proses mencari dan mengambil keputusan pada alternatif-alternatif untuk pemanfaatan atau pun
41
pengolahan lahan secara optimal tanpa harus merasa digurui dan diintervensi oleh pihak lain.
Untuk itu diperlukan suatu pengembangan aplikasi sistem informasi pertanian yang dapat memberikan informasi dalam mendukung pemanfaatan dan pengolahan lahan pertanian sehingga dapat menghasilkan pertanian yang berkelanjutan atau disebut juga LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Sistem ini merupakan SPK disebut Spektalahan yang akan memberikan hasil prioritas tanaman pada setiap lahan, cara bercocok tanam yang baik dan benar dan detail pencocokan yang berisikan pencocokan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman untuk menghasilkan kelas kesesuaian tanaman pada lahan. Dari detail pencocokan ini dapat dilihat faktor pembatas utama pada lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga dapat dilakukan perbaikan faktor pembatas utama lahan tersebut agar lahan dapat menunjang pertumbuhan tanaman untuk mendapatkan hasil panen tanaman yang maksimal.
b. Fase B : Penelitian Dalam hal kebutuhan data, Spektalahan membutuhkan data persyaratan tumbuh setiap tanaman dan data setiap karakteristik lahan. Untuk itu perlu dilakukan pengambilan data karakteristik lahan pada suatu lahan. Data yang dibutuhkan merupakan data karakteristik lahan dengan data persyaratan tumbuh tanaman yang disebut sebagai atribut berupa: • Ketersediaan air • Ketersediaan hara
42
• Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran • Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah • Kemudahan lahan untuk diolah • Salinitas dan alkalinitas • Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit) • Ketahanan terhadap erosi • Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan • Bahaya banjir • Rezim temperatur • Energi radiasi • Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) • Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
c. Fase C : Analisis Sistem Pada fase ini ditentukan atribut apa saja yang akan dipakai pada sistem sesuai dengan perkembangan kebutuhan atribut yang diperlukan dan kondisi ketersediaan data yang ada. Untuk mempercepat proses matching dibutuhkan beberapa kebutuhan sistem dan dukungan teknologi yaitu: Kebutuhan Sistem: •
Skrip HTML dan Pemograman Web (PHP)
•
Basisdata Relasional (MySQL) dan Apache.
•
Data, Informasi, dan Pengetahuan Kesesuaian Lahan serta Persyaratan Tumbuh suatu Tanaman
43
Dukungan Teknologi: •
Komputer Pribadi dan Jaringan
•
Teknologi Internet Masalah spesifik yang akan diselesaikan oleh sistem ini ialah proses
proses penentuan jenis tanaman akan memberikan produktivitas yang optimal. Proses penentuan dilakukan dengan melakukan pencocokan antara atribut pada karakteristik lahan dengan atribut yang terdapat pada persyaratan tumbuh tanaman, dari hasil pencocokan akan didapatkan hasil tingkat atau kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman. Hasil tingkat kesesuaian lahan (KL) didasarkan pada kesesuaian terendah dari parameter yang ada, atau dapat digambarkan sebagai berikut: Kes_Lahan = Min (Kes_parameter) Parameter yang dipakai pada sistem berupa curah hujan, temperatur, kemiringan lereng, tekstur, kedalaman efektif lahan, kelas drainase, erosi, kandungan hara yaitu npk rata-rata, pH, ktk, kb dan c-org.
Dengan demikian, apabila salah satu parameter menghasilkan kesesuaian N maka kesesuaian lahan akan menghasilkan kesesuaian N. Oleh sebab itu, untuk hasil kesesuaian S1 hanya bisa didapatkan apabila semua parameter memiliki kesesuaian S1. Sistem ini memberikan informasi lahan yang aktual dan aman tentang hasil kesesuaian lahan karena dalam kehidupan tanaman ditentukan oleh kondisi minimum yang diperlukannya.
44
d. Fase D : Perancangan Sistem Perancangan SPK ini akan dipisahkan menjadi 3 subsistem yaitu: 1. Perancangan Subsistem Model 2. Perancangan Pangkalan Data Dimana akan dilakukan atas berberapa tahap yaitu: tahap analisis, tahap perancangan logik, tahap perancangan fisik, dan implementasi 3. Perancangan Subsistem Dialog (user interface)
e. Fase E : Pembangunan Sistem Pada fase ini diintegrasikan komponen subsistem pendukung keputusan berupa subsistem model, subsistem pangkalan data dan subsistem dialog yang telah dirancang menjadi satu kesatuan sistem. Sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang dan dapat memperoleh hasil pengolahan yang dilakukan oleh sistem
f. Fase F : Penerapan Fase penerapan ini meliputi beberapa tugas sebagai berikut: 1) Orientasi; pada fase ini berkaitan dengan teknik atau instruksi 2) Pengetesan; dalam fase ini data keluaran yang dihasilkan oleh sebuah sistem harus dikumpulkan dan dibandingkan dengan spesifikasi perancangannya. 3) Evaluasi; pada fase ini sistem yang diterapkan harus dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana sebuah sistem dapat memberikan jenis tanaman yang memang sesuai pada lahan tersebut.
45
4) Demonstrasi; pada fase ini penting sekali untuk menunjukkan kemampuan sebuah operasional sistem secara penuh mengenai kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam menggunakan sistem. 5) Pelatihan; fase ini menekankan pentingnya sebuah pelatihan bagi para pemakai sebelum mereka secara langsung berinteraksi dengan sistem.
g. Fase G : Pemeliharan dan Dokumentasi Fase pemeliharaan dan dokumentasi ini berhubungan dengan kegiatan perencanaan untuk secara terus menerus menunjang kelanjutan dari sebuah sistem. Sebuah dokumentasi sangat diperlukan untuk pengembangannya.
h. Fase H : Adaptasi Fase adaptasi membutuhkan peninjauan ulang mengenai setiap langkah yang sudah dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan perubahan dari kebutuhan pemakai.
46
Fase A
Fase B
Fase C
Perencanaan: Penilaian Kebutuhan, diagnosis masalah, dan sasaran SPK
Penelitian: Bagaimana menentukan kebutuhan? Apakah sumber daya yang digunakan sesuai?
Analisis: Pendekatan apa yang paling baik ? Sumber daya apa yang seharusnya dibutuhkan? perancangan konsepsual
Fase D
Perancangan Model Antarmuka
Perancangan Sistem Proses (basis model)
Perancangan Basis Data SPK
Perancangan Komponen Pengetahuan
Pembangunan: Mengintegrasikan Komponen SPK Fase E
Fase F
Penerapan: Pengujian dan Evaluasi, Demonstrasi, Orientasi, Pelatihan , dan Pengembangan
Fase G
Pemeliharaan dan Pendokumentasian
Fase H
Adaptasi : Proses dilakukan secara berulang untuk mengembangkan sistem
Gambar 1: Fase-fase pembangunan sistem pendukung keputusan (Turban, 1993)
47
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perancangan Sistem Perancangan Spektalahan dilakukan dengan menggunakan software WAMP (Windows, Apache, MySQL, dan PHP5) dan tahap perancangannya dilakukan menjadi 3 subsistem yaitu:
Perancangan Subsistem Model Perancangan subsistem model berfungsi sebagai fasilitas pengelolaan berbagai model. Model adalah suatu peniruan alam nyata, kendala yang sering dihadapi dalam merancangan suatu model ialah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata. Dalam sistem ini model dirumuskan sebagai fungsi yang menggambarkan hubungan antar objek-objek yang berperan dalam penentuan kesesuaian. Pada metode matching, kesesuaian dari seluruh parameter dibandingkan dengan tidak menggunakan pembobotan. Hasil tingkat kesesuaian lahan (KL) berdasarkan kesesuaian terendah dari parameter (Kki, Kkl, Kkte, Kkde, Kkh) yang ada, atau dapat digambarkan sebagai berikut: KL = Min (Kki, Kkl, Kkte, Kkde, Kkh) Keterangan: KL
= Kesesuaian lahan hasil matching (pencocokan)
Kki
= Kesesuaian iklim berupa curah hujan dan temperatur
Kkl
= Kesesuaian kemiringan lereng
Kkte
= Kesesuaian tekstur dan kedalaman efektif lahan
48
Kkde = Kesesuaian kelas drainase dan erosi Kkh
= Kesesuaian kandungan hara yaitu npk rata-rata, pH, ktk, kb dan c-org Sebagai contoh, apabila salah satu parameter menghasilkan kesesuaian N
maka kesesuaian matching akan menghasilkan kesesuaian N. Oleh sebab itu, untuk hasil kesesuaian S1 hanya bisa didapatkan apabila semua parameter memiliki kesesuaian S1.
Perancangan Pangkalan Data Dalam perancangan data akan dilakukan atas berberapa tahap yaitu:
Tahap Analisis Pada tahap ini dianalisa keterkaitan dan hubungan yang terjadi di antara entitas pembentuk sistem pendukung keputusan ini. Tahap ini juga merupakan tahapan yang bertujuan dalam menentukan apakah pendekatan yang digunakan sesuai atau tidak, dan metode pencocokan (matching) yang digunakan sangat sesuai dengan sistem ini juga dengan hasil tingkat kesesuaian tanaman karena hasil tersebut sama apabila dilakukan proses pencocokan secara manual selain itu metode matching ini lebih aman digunakan dalam penentuan kesesuaian, karena kesesuaian parameter minimum yang digunakan. Pada tahap ini dianalisa keterkaitan dan hubungan yang terjadi di antara entitas pembentuk sistem pendukung keputusan ini. Keterkaitan dan hubungan tersebut digambarkan melalui E-R Diagram seperti terlihat pada gambar 2 berikut di bawah ini:
49
n
1
province
R1
n
1
R2
kabupaten
kecamatan
1
n
R5
n
n
n
R4
lahan
desa
R3
1
tekstur
n
n
1
R6
n
Tekstur kriteria
R7
Evaluation criteria
n
1
Plant comodity
R8
Keterangan : R 1 n
= relation (hubungan) = one = many Gambar 2: E-R Diagram Spektalahan
Tahap Perancangan Logik (Logical Database Design)
Hubungan antara entitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Hubungan antara entitas province dengan entitas kabupaten adalah one to many karena setiap kabupaten hanya memiliki satu provinsi sedangkan provinsi memiliki sedikitnya satu kabupaten dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu kabupaten.
50
Hubungan antara entitas kabupaten dengan entitas kecamatan adalah one to many karena setiap kecamatan hanya memiliki satu kabupaten sedangkan kabupaten memiliki sedikitnya satu kecamatan dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu kecamatan. Hubungan antara entitas kecamatan dengan entitas desa adalah one to many karena setiap desa hanya memiliki satu kecamatan sedangkan kecamatan memiliki sedikitnya satu desa dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu desa. Hubungan antara entitas desa dengan entitas lahan adalah many to many karena setiap lahan dapat memiliki satu desa atau lebih sedangkan desa juga dapat memiliki sedikitnya satu lahan dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu lahan. Hubungan antara entitas tekstur dengan entitas lahan adalah one to many karena setiap lahan hanya memiliki satu tekstur sedangkan tekstur dimiliki sedikitnya satu lahan dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu lahan Hubungan antara entitas tekstur kriteria dengan entitas tekstur adalah one to many karena setiap tekstur hanya memiliki satu tekstur kriteria sedangkan untuk setiap tekstur kriteria memiliki sedikitnya satu tekstur dan sebanyakbanyaknya lebih dari satu tekstur. Hubungan antara entitas tekstur kriteria dengan entitas evalution criteria adalah many to many karena satu evaluation criteria digunakan oleh paling sedikit satu tekstur kriteria atau paling banyak adalah lebih dari satu tekstur kriteria demikian juga untuk satu tekstur kriteria dapat menggunakan sedikitnya satu evaluation criteria dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu evaluation criteria.
51
Hubungan antara entitas tekstur kriteria dengan entitas plant comodity adalah one to many karena setiap plant comodity hanya memiliki satu tekstur kriteria sedangkan untuk setiap tekstur kriteria dapat memiliki sedikitnya satu plant comodity dan sebanyak-banyaknya lebih dari satu plant comodity.
Tahap Perancangan Fisik (Physical Database Design) Pada bagian perancangan logik tabel yang sudah mengalami normalisasi akan menghasilkan tabel-tabel baru. Dalam bagian ini tabel-tabel tersebut akan diwujudkan secara fisik dan rancangan yang dilakukan meliputi komponen tabel beserta ukuran dan tipe datanya. Rancangan tersebut tampak seperti tabel 5 di bawah ini: Tabel 5: Tabel perancangan fisik Spektalahan Tabel 5.1: Propinsi Nama Field province_id province_name province_code
Tipe Integer Varchar Varchar
Ukuran 11 (digit) 255 (character) 20
Tabel 5.2: Kabupaten Nama Field kab_id kab_name kab_code
Tipe Integer Varchar Varchar
Ukuran 11 (digit) 255 (character) 20
Tabel 5.3: Kecamatan Nama Field kec_id kec_name kec_code
Tipe Integer Varchar Varchar
Ukuran 11 (digit) 255 (character) 20
Tabel 5.4: Desa Nama Field desa_id desa_name desa_code
Tipe Integer Varchar Varchar
Ukuran 11 (digit) 255 (character) 20
52
Tabel 5.5: Tekstur Nama Field tekstur_id tekstur_name tekstur_symbol
Tipe Integer Varchar Varchar
Tabel 5.6: tekstur kriteria Nama Field Tipe tk_id Integer tekstur_id Integer Tabel 5.7: Lahan Nama Field lahan_id desa_id lahan_symbol lahan_rainlevel lahan_yeartemperature lahan_slope lahan_drainage lahan_texture lahan_effectivedeepness lahan_n lahan_p lahan_k lahan_ktk lahan_ph lahan_kb lahan_corg lahan_erotion Tabel 5.8: page Nama Field page_id page_time page_title page_desc
Tipe Integer Integer Varchar Float Float Float Float Float Float Varchar Varchar Varchar Float Float Float Float Float
Tipe Integer date varchar longtext
Tabel 5.9: plant_commodity Nama Field Tipe pc_id Integer pc_name date pc_desc varchar pc_period longtext
Ukuran 11 (digit) 255 (character) 30
Ukuran 11 (digit) 11
Ukuran 11 (digit) 11 20 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 1 1 1 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5
Ukuran 11 (digit) 10 255
Ukuran 11 (digit) 10 255
53
Tabel 5.10: web_setting Nama Field Tipe settings_id Integer setting_desc Varchar Tabel 5.11: evaluation_criteria Nama Field Tipe ec_id Integer pc_id Integer ec_symbol Varchar ec_rainlevelmin Float ec_rainlevelmax Float ec_yeartemperaturemin Float ec_yeartemperaturemax Float ec_slopemin Float ec_slopemax Float ec_drainage double ec_erotion double ec_effectivedeepnessmin Float ec_effectivedeepnessmax Float ec_n Varchar ec_p Varchar ec_k Varchar ec_ktkmin Float ec_ktkmax Float ec_phmin Float ec_phmax Float ec_kbmin Float ec_kbmax Float ec_corgmin Float ec_corgmax Float ec_index integer Tabel 5.12: webmaster Nama Field wm_id wm_user wm_pass wm_ip_last wm_date_last wm_counter wm_ip wm_date
Tipe Integer Varchar varchar Varchar date Bigint Varchar date
Ukuran 11 (digit) 255
Ukuran 11 (digit) 11 4 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 22 22 10,5 10,5 1 1 1 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 10,5 1
Ukuran 11 (digit) 15 255 20 10 22 20 10
54
Perancangan Subsistem Dialog (user interface)
Subsistem dialog merupakan fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas subsistem ini dibagi atas tiga komponen yaitu bahasa aksi, bahasa tampilan dan basis pengetahuan yang dikombinasikan sebagai gaya dialog. Gaya dialog yang dipakai oleh Spektalahan ialah gaya dialog menu, dimana pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Dalam menentukan pilihannya pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu, dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban tertentu serta dapat menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna.
Deskripsi Sistem A. Menu Utama Menu ini merupakan tampilan pertama ketika program dijalankan. Menu utama ini terdiri atas 6 submenu yaitu: 1.
Submenu Beranda
2.
Submenu Tentang
3.
Submenu Wilayah dan Proses Pencocokan
4.
Submenu Cara Pembudidayaan Tanaman
5.
Submenu Credit
6.
Submenu Site Admin
Tampilan Menu Utama di layar selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3 berikut di bawah ini:
55
Gambar 3: Tampilan Menu Utama
B. Rincian Sub-Submenu
Submenu Beranda Menu yang merupakan tampilan depan dari sistem ini. Menu ini berisikan atas submenu tentang spektalahan, submenu bagaimana cara bekerja spektalahan dan submenu credit.
Submenu Tentang Menu yang berisikan pada pengertian, kebutuhan, batasan jumlah tanaman dan jumlah daerah, kegunaan dan tujuan Spektalahan.
Submenu Bagaimana cara bekerja Menu yang berisikan tentang bagaimana cara kerja sistem dalam melakukan proses pencocokan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman (beserta flowchart proses pencocokan).
56
Submenu Wilayah dan proses pencocokan Menu ini merupakan fasilitas untuk mengetahui hasil tingkat kesesuaian tanaman, dimana proses pencocokan terletak pada sebelah kanan atas layar, dimana dalam penggunaanya user dapat memilih daerah yang tersedia pada textbox kemudian dieksekusi dengan mengklik tombol proses matching. Setelah itu sistem akan memunculkan tampilan komoditas tanaman yang sesuai secara detail pada setiap desa yang dipilih oleh pengguna. Sehingga pengguna dapat mengetahui hasil tingkat kesesuaian jenis tanaman yang ditentukan terhadap suatu lahan yang ada, beserta proses detail pencocokannya secara lengkap bagaimana tingkat kesesuaian lahan tersebut pada tiap daerah untuk tiap jenis tanaman. Menu ini juga berisikan atas nama dan kode wilayah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa dan hasil tingkat kesesuaian lahannya sebagaimana terlihat pada gambar 4 berikut di bawah ini.
Gambar 4: Submenu wilayah dan proses pencocokan
57
Submenu Cara pembudidaya Merupakan tampilan tentang bagaimana cara pembudidayaan tanaman yang ada secara lengkap. Dalam hal ini hanya terbatas dalam jenis tanaman pangan yang juga hanya dibatasi atas 5 jenis tanaman pangan yaitu tanaman kedelai, jagung, padi sawah, kacang hijau dan pisang.
Submenu Credit Menu ini berisikan tentang tempat dan lokasi pembuatan, alat dan bahan, serta metode yang digunakan dalam pembangunan Spektalahan beserta nama perancang sistem, programmer dan nama dosen pembimbing.
Submenu Site admin Submenu ini menyediakan fasilitas untuk merubah, menghapus dan menambah isi basis data. Menu ini sangat penting karena merupakan fasilitas awal untuk memasukkan seluruh referensi yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya dan pada menu ini pula model-model perhitungan diarsipkan. Menu ini hanya diperuntukkan untuk admin bukan untuk pengguna sehingga tampilan ini didukung oleh user name, proteksi spam dan kata sandi sebagai proteksi keamanan apabila ingin masuk atau login pada basis data. Basis data yang disediakan dalam sistem ini antara lain: Data provinsi, data kabupaten, data kecamatan, data desa, data tanaman, data tekstur, data lahan, data kriteria tanaman, cara pembudidayaan tanaman, pengaturan log, keluar log. Seperti yang terlihat pada gambar 5 berikut di bawah ini:
58
Gambar 5: Isi dalam submenu site admin
Proses Pencocokan (Matching) Proses pencocokan yang dilakukan antara data kesesuaian tumbuh tanaman hanya menggunakan 5 jenis sampel tanaman yang termasuk kedalam jenis tanaman pangan yaitu: kedele, pisang, kacang hijau, padi sawah dan jagung. Sementara daerah yang ingin diketahui kesesuaian tumbuh tanaman hanya terdiri dari 6 daerah pada 3 desa yang terletak pada Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara yaitu: desa Wonosari, Tanjung Mulia, Bangunsari yang masing-masing desa dibagi menjadi 2 daerah, yang akan diketahui kelas kesesuaian masing-masing tanaman yang paling sesuai untuk dibudidayakan pada daerah tersebut. Untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan pada tiap daerah yang telah ditentukan terhadap sampel jenis tanaman pangan digunakan metode matching yang pada proses pencocokan ini dilakukan pada tiap atribut baik pada lahan yang
59
disebut atribut karakteristik lahan maupun pada tanaman yang disebut persyaratan tumbuh tanaman dimana atribut yang digunakan terdiri atas: •
Keadaan iklim (curah hujan dan temperatur)
•
Topografi (kemiringan lereng)
•
Kelas drainase (erosi)
•
Tekstur (kedalaman efektif)
•
Kandungan hara (npk rata-rata, pH, ktk, kb, c-organik) Proses pencocokan pada masing-masing atribut akan menghasilkan suatu
prioritas kesesuaian komoditas tanaman yang sesuai pada daerah yang dipilih dimana dalam tampilan sistem ini selain terdapat urutan jenis tanaman yang sesuai juga tingkat kesesuaian beserta cara pembudidayaan tanaman yang terpilih seperti yang terlihat pada gambar 6 berikut di bawah ini :
Gambar 6: Hasil proses pencocokan Spektalahan
Proses pencocokan sebenarnya dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mencocokan tiap atribut pada karakteristik lahan dengan persyaratan
60
tumbuh tanaman yang secara sederhananya dapat disusun kedalam sebuah tabel sehingga mempermudah dalam melakukan pencocokan seperti terlihat pada tabletabel di bawah ini: Tabel 6. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kedele
Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan iklim * Curah hujan (mm/5 bln) * Temperatur tahunan (0C) Topografi *K.lereng (%) Kelas drainase *Erosi Tekstur *Kedalaman efektif (cm) Kandungan hara * NPK rata-rata (kg/ha) *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org. (%) Kelas kesesuaian lahan
c
Derajat Pembatas P3 P4 P5
P1
P2
P6
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
1 3 0 2 2
1 3 0 2 2
1 3 0 2 2
1 3 0 0 2
1 3 0 2 2
1 3 0 2 2
0 0 1 0 1 S3w
0 0 1 0 1 S3w
0 0 2 1 1 S3w
t w s f 0 0 3 3 1 1 2 3 1 1 S3wf S3wf
0 0 2 1 1 S3w
Tabel 7. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah
Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan iklim * Curah hujan tahunan (mm) *Temperatur Topografi *K.lereng (%) Kelas drainase Tekstur *Kedalaman efektif (cm) Kandungan hara * NPK rata-rata (kg/ha) *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org Kelas kesesuaian lahan
c
P1
Derajat Pembatas P2 P3 P4 P5
P6
0 -
0 -
0 -
0 -
0 -
0 -
2 3 0 1
2 3 0 1
2 3 1 1
2 3 0 1
2 3 0 1
2 3 0 1
0 1 0 S3w
0 0 0 S3w
0 1 1 S3w
0 0 2 S3w
t w s f 0 0 0 1 3 1 S3wf S3w
61
Tabel 8. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman jagung
Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan iklim * Curah hujan 5 bulanan (mm) * Temperatur 5 bulanan (0C) Topografi *K.lereng (%) Kelas drainase *Erosi Tekstur *Kedalaman efektif (cm) Kandungan hara * NPK rata-rata (kg/ha) *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org. (%) Kelas kesesuaian lahan
c
P1
Derajat Pembatas P2 P3 P4 P5
P6
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
0 1
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
0 0 2 0 1 S3w
0 0 1 0 1 S3w
0 0 2 1 1 S3w
t w s f 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 1 0 1 1 S3w S3wf S3w
Tabel 9. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau
Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan iklim * Curah hujan 4 bulanan (mm) * Temperatur 4 bulanan (0C) Topografi *K.lereng (%) Kelas drainase *Erosi Tekstur *Kedalaman efektif (cm) Kandungan hara * NPK rata-rata (kg/ha) *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org. (%) Kelas kesesuaian lahan
c
P1
Derajat Pembatas P2 P3 P4 P5
P6
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
1 3 0 0 2
t w s f 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 3 1 1 3 0 0 0 1 2 0 3 3 3 2 3 3 S3wf S3wf S3wf S3w S3wf S3wf
62
Tabel 10. Hasil matching kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan iklim * Curah hujan tahunan (mm) * Temperatur tahunan (0C) Topografi *K.lereng (%) Kelas drainase *Erosi Tekstur *Kedalaman efektif (cm) Kandungan hara * NPK rata-rata (kg/ha) *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org. (%) Kelas kesesuaian lahan
c
P1
Derajat Pembatas P2 P3 P4 P5
P6
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 3 0 0 3
0 3 0 0 3
0 3 0 0 3
0 3 0 0 3
0 3 0 0 3
0 3 0 0 3
t w s f 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 0 0 2 3 3 3 3 3 2 3 3 S3wsf S3wsf S3wsf S3ws S3wsf S3wsf
Keterangan : c = climate (iklim) t = topography (topograpi) w = wetness (drainase, erosi) s = solum (kedalaman efektif) f = soil fertility (kesuburan tanah/kandungan hara)
Derajat pembatas
Kelas Kesesuaian
0 (tidak ada pembatas)
S1
1 (pembatas ringan)
S1—S2-2
2 (pembatas sedang)
S1—S2
3 (pembatas berat)
S2—S3
4 (pembatas sangat berat)
N1—N2
63
Pada sistem ini juga ditampilkan proses pencocokan yang dapat dilihat pada submenu wilayah dan proses pencocokan apabila dalam tampilan hasil pencocokan yaitu tampilan komoditas yang sesuai pengguna atau user mengklik link pada tingkat kesesuaian tanaman, maka sistem akan menampilkan suatu tampilan yang disebut detail pencocokan seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut di bawah ini:
Gambar 7: Tampilan detail pencocokan
Tampilan ini dapat membantu para pengguna untuk mengetahui bagaimana proses penetapan tingkat kesesuaian tanaman berdasarkan pencocokan atribut dari karakteristik lahan tersebut dengan jenis tanaman yang ingin dibudidayakan juga dapat mengetahui atribut apa saja yang menjadi faktor pembatas tanaman di lahan tersebut. Sehingga apabila ingin melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pembudidayaan tanaman pada satu jenis tanaman suatu
64
lahan tersebut dapat dilakukan perbaikan faktor pembatas tersebut untuk dapat meningkatkan kelas kesesuaian tanamannya. Hasil Kesesuaian Lahan Dari proses pencocokan yang dilakukan baik secara manual melalui tabel pencocokan setiap jenis tanaman maupun dari hasil pencocokan sistem (Spektalahan) dapat dirangkumkan suatu hasil kesesuaian lahan terhadap jenis tanaman yang dilanjutkan dengan hasil prioritas tanaman di setiap daerah, seperti yang terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut di bawah ini:
Tabel 11. Hasil kesesuaian lahan di setiap daerah Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman
p1
p2
p3
p4
p5
p6
Kedele
S3w
S3w
S3w
S3wf
S3wf
S3w
Jagung
S3w
S3w
S3w
S3w
S3wf
S3w
Kacang hijau
S3wf
S3wf
S3wf
S3w
S3wf
S3wf
Padi sawah
S3w
S3w
S3w
S3w
S3wf
S3w
S3wsf
S3wsf
S3wsf
S3ws
S3wsf
S3wsf
Pisang
Tabel 12. Hasil prioritas tanaman di setiap daerah Prioritas Tanaman Nama Daerah 1
2
3
4
5
Wonosari 1 (P1)
Padi Sawah Jagung
Kedele
Kacang Hijau
Pisang
Wonosari 2 (P2)
Padi Sawah Jagung
Kedele
Kacang Hijau
Pisang
T. Mulia 1 (P3)
Padi Sawah Jagung
Kedele
Kacang Hijau
Pisang
T. Mulia 2 (P4)
Padi Sawah Jagung
Kacang Hijau
Kedele
Pisang
Bangunsari 1 (P5)
Padi Sawah Jagung
Kedele
Kacang Hijau
Pisang
Bangunsari 2 (P6)
Padi Sawah Jagung
Kedele
Kacang Hijau
Pisang
65
Dari hasil evaluasi lahan yang dilakukan dapat dilihat semua kesesuaian lahan di setiap daerah berada pada kelas kesesuaian S3 dengan jumlah faktor pembatas yang berbeda-beda, untuk kelas kesesuaian lahan di setiap daerah berada pada kelas kesesuaian S3, hal ini terjadi karena kondisi lahan di setiap daerah pada salah satu atribut karekteristik lahan memang pada kondisi yang sangat buruk, dapat dilihat karakteristik lahan pada atribut kelas drainase dan atribut kandungan hara khususnya pada kandungan C-Organik yang tidak memenuhi kebutuhan setiap tanaman.
Namun dalam melakukan perbaikan pada atribut yang memiliki kondisi yang buruk contohnya pada atribut kelas drainase lahan yaitu dengan melakukan pembuatan saluran drainase dan perbaikan pada atribut kandungan hara dengan menambahkan pupuk yang dapat meningkatkan kandung C-Organik. Dengan demikian dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan satu tingkat atau lebih sehingga kelas kesesuaian lahan dapat lebih baik lagi untuk tanaman yang nantinya dapat memberikan hasil panen ataupun produksi yang maksimal.
66
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Prioritas tanaman di setiap daerah umumnya sama ialah padi sawah, jagung, kedelai, kacang hijau dan pisang. Kecuali di T. Mulia 2 ialah tanaman padi sawah, jagung, kacang hijau, kedelai dan pisang. 2. Faktor pembatas utama di setiap daerah yaitu kelas drainase (w) dan kandungan hara lahan (f) khususnya kandungan C-organik. 3. Penentuan faktor pembatas utama pada kelas drainase dan kandungan hara terjadi karena memang buruknya tingkat drainase dan rendahnya kandungan bahan organik (kesesuaian lahan berada di kelas Sesuai Marginal) di setiap lahan tersebut. 4. Kelas kesesuaian lahan yang tertinggi berada pada kelas Sesuai Marginal (S3) dengan satu faktor pembatas yaitu S3w dan yang terendah berada pada kelas kesesuaian S3 dengan tiga jumlah faktor pembatas yaitu S3wsf
Saran 1. Perlu dilakukan penambahan atribut karakteristik lahan dan syarat tumbuh tanaman yang lebih banyak (lebih spesifik) untuk meningkatkan keakuratan dan ketelitian hasil Spektalahan. 2. Untuk peningkatkan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan perbaikan atribut karakteristik lahan, misalnya perbaikan drainase dan kandungan hara dilakukan dengan membangun suatu saluran drainase dan melakukan pemupukan pada lahan yang ingin dilakukan penanaman.
67
3. Perbaikan faktor pembatas lahan yang terdapat pada tampilan Detail Pencocokan dalam Spektalahan harus dilakukan sesuai dengan konsep LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture).
68
DAFTAR PUSTAKA
Beek, K.J., 1978. Land Evaluation for Agriculture Development. ILRI Publication 23, Wageningen : ILRI Daihani, D.U., 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta Darmawan, Thomas dan Masroh, Antuji H, 2004. Pentingnya Nilai Tambah Produk Pangan dalam Buku Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis para Pakar untuk Kemajuan Pertanian Indonesia (editor: Siswono Yudo Husodo dkk), Penebar Swadaya, Jakarta. Dent, D. and A. Young, 1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen and Unwin. London. Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-947425-6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia. Food and Agriculture Organization, 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. Rome, Italy: FAO. Food and Agriculture Organization, 1983. Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No 52. Food and Agriculture Organization. 1989. World. The State of Food and Agriculture. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy. Food and Agriculture Organization, 1995. Planning for Sustainable Use of Land Resources: Towards A New Approach. FAO Land and Water Bulletin 2 Rome Italy. Gorry, G.A. and M.S. Scott Morton, 1971. A Framework for Management Information Systems. Sloan Management Review, Vol. 13, No. 1. Hardjowigeno, S., Widiatmaka, 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hoch, S.J., H.C. Kunreuther, with R.E. Gunther, 2001. A Complex Web of Decisions chapter 1 in Wharton on Making Decisions. New York: Jhon Wiley
69
Keen, P.G.W., and M.S. Scott Morton, 1978. Decision Support Systems: An Organizational Perspective. Reading MA: Addison-Wesley. Kendall, K.E. & J.E. Kendall, 1992. System Analysis and Design. 2 nd Ed. New Jersey : Prentice Hall International, Inc Mohr, E.C.J., F.A. van Baren & J. Schuylenborgh, 1972. Tropical Soil. A Comprehensive Study of Their Genesis. Thrid revised and enlarged edition. Moution-Ichtiar Baru-van Hoeve. The Hague-Paris-Djakarta. Nayu Nurmalia dan Dedy Kusnadi, 2006. Peranan Penyuluh Formal dalam Pengembangan Kemandirian Petani. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No. 2, November 2006 O’Brien, J.A., 1990. Management Information System: A Managerial end User Prespective. International Student Edition. Boston: Irwin, Inc. Rayes, M.L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit ANDI Yogyakarta. Reijntjes, C.Berts., Haverkort dan Waters-Bayer, 2003. Pertanian Masa Depan. Cetakan ke-3, diterjemahkan oleh Y. Sukoco. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Render, B. & R.M. Stair Jr., 1994. Quantitative Analysis for Management. 5 th Ed. Boston: Ballyn & Bacon. Rossiter, D.G., 1996. A Theoretical Framework for Land Evaluation. GEODERMA, 72 (1996):165-202. Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan melalui Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang Pertanian, 26(4), 2007 Subejo, 2007. Memahami dan Mengkritisi Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia. Makalah Ilmiah pada Temu Nasional Mahasiswa Pertanian Indonesia /Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM), Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian Ugm, Yogyakarta 15 Februari 2007. Tambunan, T.T.H., 2008. Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Turban, E., 1993. Decision Support and Expert Systems: Management Support System. Macmillan Publishing Company. New York. USA. Turner, P.K., D. Pearce, and I. Bateman. 1993. Environmental Economic: An Elementary Introduction. John Hopkins University Press, Baltimore.
70
van Diepen, C.A., Van Keulen, H., Wolf, J., & Berkhout, J.A.A. 1991. Land Evaluation : from Instuition to Quantification, in Advances in Soil Science, Stewart, B.A., Editor. New York: Springer. P. 139-204 Vitt, E., Luckevich, and S. Misner, 2002. Business Intelligence: Making Better Decisions Faster. Redmond, WA: Microsoft Press.
71
Lampiran 1: Gambar DFD Spektalahan
Data Karakteristik Lahan 1.1 Masukkan Data Karakteristik Lahan Data Karakteristik Lahan
Karakteristik Lahan
Admin sistem Data Kriteria Tanaman 1.3 Masukkan Data Kriteria Tanaman
Data Lokasi
1.2 Masukkan Data Lokasi
Data Kriteria Tanaman
Data Karakteristik Lahan
Data Lokasi
Karakteristik Lahan
Kriteria Tanaman
Data Kriteria Tanaman Data Karakteristik Lahan
Proses Matching
Tampilan Tanaman Prioritas User / Pengunjung
72
Lampiran 2: Entitas pada perancangan logik Entitas
provinsi
kabupaten
kecamatan desa
lahan
tekstur
tekstur kriteria
evaluation criteria
plant comodity
Atribut
province_id province_name kabupaten_id kabupaten_name kecamatan_id kecamatan_name desa_id desa_name lahan_id lahan_symbol lahan_rainlevel lahan_yeartemparature lahan_slope lahan_drainage lahan_effektivedeepness lahan_n lahan_p lahan_k lahan_ktk lahan_pH lahan_kb lahan_corg lahan_erotion tekstur_id tekstur_symbol tekstur_name tk_id ec_id ec_rainlevelmin ec_rainlevelmax ec_yeartemperaturemin ec_yeartemperaturemax ec_slopemin ec_slopemax ec_drainage ec_effectivedeepnessmin ec_effectivedeepnessmax ec_n ec_p ec_k ec_ktkmin ec_ktkmax ec_phmin ec_phmax ec_kbmin ec_kbmax ec_corgmin ec_corgmax ec_erotion pc_id pc_name pc_desc pc_period
Keterangan
kode unik provinsi nama provinsi kode unik kabupaten nama kabupaten kode unik kecamatan nama kecamatan kode unik desa nama desa kode unik lahan symbol lahan curah hujan di lahan temperature di lahan k emiringan lereng lahan drinase lahan kedalaman efektif lahan unsur nitrogen lahan unsur posfor lahan unsur kalium lahan ktk lahan kemasaman lahan kb lahan c-organik lahan erosi lahan kode unik tekstur symbol tekstur nama tekstur kode unik tekstur kriteria kode unik kriteria evaluasi curah hujan minimum curah hujan maksimum temperature minimum temperature maksimum kemiringan lereng minimum kemiringan lereng maksimum drainase kedalaman efektif minimum kedalaman efektif maksimum unsur nitrogen unsur posfor unsur kalium ktk minimum ktk maksimum kemasaman minimum kemasaman maksimum kb minimum kb maksimum corg minimum corg maksimum erosi kode unik komoditas tanaman nama tanaman deskripsi tanaman periode tanaman
73
Lampiran 3: Gambar Flowchart Spektalahan
Mulai
Input
Proses pencocokan
tidak
Sudah lengkap
ya
Proses perangkingan tanaman
tidak
Sudah semua tanaman
ya
Informasi tanaman prioritas
Selesai
74
Lampiran 4: Karakteristik Lahan Karakteristik Lahan
Simbol
Keadaan Iklim * Curah Hujan Tahunan (mm) * Temperatur Tahunan (0C) Topografi * K.lereng (%) * Erosi * Kelas drainase * Tekstur Kedalaman Efektif (cm) Kandungan Hara * N-tersedia (kg/ha) * P2O5 (kg/ha) * K2O (kg/ha) Retensi Hara *pH *KTK (me/100g) *KB (%) *C-Org. (%)
c
Wonosari P2 P1
T. Mulia P3
P4
Bangun Sari P5 P6
1685 26,74
1685 26,74
1685 26,74
1685 26,74
1685 26,74
1685 26,74
3 Tanpa Buruk Liat 50
3 Tanpa Buruk Liat 50
3 Tanpa Buruk Lempung Berliat 50
3 Tanpa Buruk Liat 50
3 Tanpa Buruk Liat 50
3 Tanpa Buruk Liat 50
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
6,73 15,53 94,55 0,655
6,33 17,82 87,96 0,79
6,19 11,15 64,40 0,705
5,88 17,23 43,09 0,9
5,84 19,14 27,66 0,79
6,11 14,94 63,39 0,71
t
w s f
75
Lampiran 5: Persyaratan Tumbuh Tanaman Jagung Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan
Keadaan Iklim
Simbol
Temperatur
w
Erosi Tekstur
s
Kedalaman Efektif (cm) Kandungan Hara
2
3
4
S1
S1-2
S2
S3
N1
700-900
900-1200
1200-1600
1600-10000
-
24-26
26-32
32-35
35-40
40-60
0-2
2--4
4--8
8--16
16-99
Baik
Sedang
Cepat
Buruk
Sgt Buruk
Tanpa
Ringan
Sedang
Berat
Sgt Berat
Halus-Agk Hls
Sedang
Agak Kasar
Kasar
Sgt Hls
150-100
100-75
75-50
50-20
20-0
TTT
SSS
SRR
RRR
-
t
K.Lereng (%) Kelas Drainase
1
c
Curah Hujan (mm/thn) Topografi
0
f
NPK Rataan (kg/ha) pH
5.5-7
7-7.8
7.8-8.2
8.2-8.5
8.5-14
KTK (me/100g)
24-40
24-16
16-8
8-0
-
KB (%) C-Org. (%)
80-100 5.0-0.8
80-50 0.8-0.4
50-35 0.4-0
35-20 -
20-0 -
Lampiran 6: Persyaratan Tumbuh Tanaman Kedele Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan
Simbol
0
1
2
3
4
S1
S1-2
S2
S3
N1
1700-1200
1200-800
800-600
600-0
-
27-30
30-32
32-34
34-60
-
0-3
3--5
5--8
8-99
-
Baik
Sedang
Cepat
Buruk
Sgt Buruk
Tanpa
Ringan
Sedang
Berat
Sgt Berat
Agak Hls, Sedang
Agk Kasar
Halus
Kasar
-
150-100
100-75
75-50
50-0
-
TTT
SSS
SRR
RRR
-
pH
6.5-7.5
7.5-8.5
8.5-14
4-6
0-4
KTK (me/100g)
40-20
20-15
15-10
10-0
-
KB (%) C-Org. (%)
100-80 5.0-1.0
80-60 1.0-0.5
60-50 0.5-0.25
50-0 0.25-0
-
Keadaan Iklim
c
Curah Hujan (mm/5bln) Temperatur Topografi
t
K.Lereng (%) Kelas Drainase
w
Erosi Tekstur
s
Kedalaman Efektif (cm) Kandungan Hara NPK Rataan (kg/ha)
f
-
Lampiran 7: Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan
Keadaan Iklim
Simbol
Temperatur
w
Erosi Tekstur
3
4
S1
S2
S3
N1
2500-1500
1500-1250
1250-1000
1000-0
25-27
28-30
30-35
35-60
0-8
8--16
17-40
Baik
Sedang
Buruk
40-99 Sgt Buruk
Tanpa
Sedang
Berat
Sgt Berat
Agak Kasar, Sgt Halus
Kasar
t
K.lereng (%) Kelas drainase
2
c
Curah hujan (mm/thn) Topografi
1
s
Kedalaman efektif (cm)
Halus-Sedang 150-100
100-75
75-50
50-0
TTT
SSS
SRR
RRR
pH
7.5-5.6
5.6-5.2
5.2-0
7.5-14
KTK (me/100g)
40-16
16-0
-
-
KB (%) C-Org. (%)
100-50 5.0-1.5
50-35 0.8-1.5
35-0 0.8-0.5
-
Kandungan hara
f
NPK rataan (kg/ha)
Lampiran 8: Persyaratan Tumbuh Tanaman Padi Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan
Simbol
0
1
2
3
4
S1
S1-2
S2
S3
N1
2000-1500
1500-1000
1000-750
750-0
-
27-23
23-19
-
-
-
0-1
1--3
3--8
8-99
-
Baik
Sedang,Buruk
Buruk
Sgt buruk
-
Tanpa
Ringan
Sedang
Berat
Sgt Berat
Sgt Halus
Halus
Sedang
Kasar
-
100-80
80-50
50-25
25-0
-
TTT
SSS
SRR
RRR
-
pH
7.5-6.0
6.0-4.0
7.5-8.0
8.0-8.2
0-4.0
KTK (me/100g)
40-16
16-10
10-5.0
5.0-0
-
KB (%) C-Org. (%)
100-80 1.5-0.6
80-50 0.6-0.7
50-35 0.7-0.9
35-0 -
-
Keadaan Iklim
c
Curah Hujan (mm/thn) Temperatur Topografi
t
K.Lereng (%) Kelas Drainase
w
Erosi Tekstur
s
Kedalaman Efektif (cm) Kandungan Hara NPK Rataan (kg/ha)
f
77
Lampiran 9: Persyaratan Tumbuh Tanaman Kacang Hijau Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan
Keadaan Iklim
Simbol
Temperatur
w
Erosi Tekstur
s
Kedalaman Efektif (cm) Kandungan Hara NPK Rataan (kg/ha)
2
3
4
S1
S1-2
S2
S3
N1
450-500
500-600
600-1000
1000-10,000
-
18-20
20-24
24-27
27-30
30-60
0-2
2--4
4--8
8--16
16-99
Baik
Sedang
Cepat
Buruk
Sgt Buruk
Tanpa
Ringan
Sedang
Berat
Sgt Berat
Halus
Sedang
-
-
-
150-100
100-75
75-50
50-20
20-0
TTT
SSS
SRR
RRR
-
t
K.Lereng (%) Kelas Drainase
1
c
Curah Hujan (mm/4bln) Topografi
0
f
pH
5.8-7.0
7-7.6
7.6-8.0
8.0-8.2
8.2-14
KTK (me/100g)
40-24
24-16
16-10
10-0
-
KB (%) C-Org. (%)
100-50 5.0-2.0
50-35 2.0-1.2
35-20 1.2-0.8
20-0 0.8-0
-
78