SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROMOSI KARYAWAN DENGAN METODE "MATCHING PROFILE" Ahmad Nurrudin Safriandono Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstrak:. Decision Support System (DSS) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pengambil keputusan (manajer) memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan permasalahan yang semi/tidak terstruktur. SPK mendayagunakan resource individu-individu secara intelek dengan kemampuan komputer untuk meningkatkan kualiutas keputusan. Kata kunci : sistem, pendukung, keputusn
masuk dari para pelamar kemudian akan
PENDAHULUAN Sumber
daya
manusia
(SDM)
mengadakan
seleksi
administratif
merupakan salah satu faktor penting
terhadap surat lamaran yang masuk
yang mempengaruhi berjalannya operasi
sebelum diadakan beberapa tahapan test
dalam sebuah perusahaan. Perusahaan
yang lain terhadap calon karyawan.
yang mempunyai sumber daya manusia
Meskipun
bagian
telah
tahapan
test
yang baik dalam setiap bagian akan
mengadakan
mempunyai kelebihan dan daya saing
sebelum seorang calon karyawan benar-
yang baik. Sumber daya manusia yang
benar diterima oleh perusahaan akan
berkualitas bagi perusahaan diperoleh
tetapi
perusahaan pada saat pertama membuka
permasalahan mengenai sistem promosi
informasi lowongan kerja yang akan
karyawan, permasalahan sekarang terjadi
diikuti dengan para pelamar kerja yang
adalah ketidakcocokan karyawan untuk
akan melamar di perusahaan tersebut.
bekerja dalam bagian tertentu dalam
Bagian
Resources
perusahaan, meskipun bagian HRD telah
Departement) merupakan bagian yang
berusaha semaksimal mungkin untuk
bertanggung jawab dalam pemilihan
mengenali potensi calon karyawan untuk
calon karyawan yang sesuai dengan
ditempatkan di suatu departemen sesuai
kualifikasi yang ditetapkan perusahaan.
kualifikasi yang telah ditetapkan, namun
Bagian ini akan menyeleksi puluhan
permasalahan tersebut masih saja terjadi.
bahkan ratusan lamaran kerja yang
Hal
HRD
(Human
beberapa
HRD
masih
ini
saja
akan
terjadi
beberapa
berpengaruh
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 1 JURNAL TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
pada 101 1
kaderisasi/pergantian ataupun promosi
mulai meneliti dan mengembangkan
jabatan karena hal tersebut akan didasari
SPK
atas kompetensi dari tiap-tiap jabatan
mengkarakteristikannya sebagai sistem
dan karyawan yang bersangkutan.
berbasis
Decision Support System (DSS)
yang
kemudian
komputer
membantu
para
mereka
interaktif
pembuat
yang
keputusan
atau dalam bahasa indonesia disebut
dalam memanfaatkan data dan model
sebagai Sistem Pendukung Keputusan
dalam
(SPK)
terstruktur.
merupakan
sistem
berbasis
komputer interaktif yang membantu pengambil
keputusan
(manajer)
memecahkan
masalah
Melihat kondisi di atas, maka dalam penelitian ini peneliti memilih judul
memanfaatkan data dan model untuk
“SISTEM
menyelesaikan
yang
KEPUTUSAN
semi/tidak terstruktur. DSS merupakan
KARYAWAN
sistem
“MATCHING PROFILE”
permasalahan
informasi
interaktif
yang
semi
PENDUKUNG PROMOSI DENGAN
METODE
menyediakan informasi, pemodelan, dan memanipulasi digunakan
data.
Sistem
untuk
itu
membantu
pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktural dan situasi yang tidak pun
terstruktur, dimana tak seorang tahu
sacara
pasti
bagaimana
TINJAUAN PUSTAKA Sistem
Pendukung
Keputusan/
Decision Support System (DSS) Pada buku karangan Efraim Turban dan Jay E Aronson yang berjudul “Decision
Support
System
and
keputusan seharusnya dibuat (Alter,
Intelligent System” (1995) dijelaskan
2002). SPK mendayagunakan resource
mengenai
individu-individu secara intelek dengan
pendukung keputusan sebagai alat bantu
kemampuan
pengambilan keputusan. Dalam buku
komputer
menngkatkan
kualitas
untuk keputusan.
tersebut
konsep
juga
dasar
dijelaskan
sistem
mengenai
Konsep mengenai SPK pertama kali
struktur dan komponen-komponen yang
diperkenalan pada tahun 1970-an oleh
membangun
Michael S Scott Morton dengan istilah
keputusan.
“Management
Keputusan/Decision
Decision
System”
,beberapa perusahaan dan para ahli
102 JURNAL
(DSS)
secara
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
sistem
pendukung
Sistem
Pendukung
Support
umum
System
didefenisikan
102
sebagai sebuah sistem yang mampu
bobot yang dimasukkan oleh pengambil
memberikan
kemampuan
keputusan.
masalah
maupun
pemecahan kemampuan
Komponen
manajemen
pengkomunikasian untuk masalah semi
berfungsi
terstruktur.
dalam
permasalahan, sehingga masalah lebih
bukan
mudah
Tujuan
pengambilan
DSS
keputusan
untuk
model
menyederhanakan
dipahami.
Manajemen
mengantikan manajer melainkan alat
pengetahuan bersifat optional artinya
yang
dalam
boleh digunakan boleh tidak. Komponen
Komponen-
ini biasa digunakan jika modelnya
mendukung
mengambil komponen
manajer
keputusan. yang
ada
dalam
DSS
digambarkan dalam gambar 1 berikut:
berbasis kecerdasan buatan. Manajemen dialog
merupakan
komponen
yang
menjembatani komunikasi antara user dan program (user interface). Dalam
pengambilan
keputusan
sebuah sistem harus mampu melewati beberapa fase-fase proses pengambilan keputusan.
Menurut
mangatakan
bahwa
Simon proses
(1977) tersebut
meliputi tiga fase utama: inteligensi, Sumber : (Efraim Turban, Jay E. Aronson dan Ting Peng Liang, Decision Support Systems and Intelligent Systems, Edisi 7, Jilid 1, 2005 : 64-65)
desain,
dan
menambahkan implementasi.
kriteria. fase
Ia
kemudian
keempat,
Monitoring
yakni dapat
data
dianggap sebagai fase kelima – bentuk
berfungsi untuk menyimpan data-data
umpan balik. Akan tetapi, menurut
yang dihasilkan dari internal, eksternal
Efraim Turban, Jay E. Aronson dan Ting
organisasi, dan privat data. Data internal
Peng Liang memandang monitoring
dalam aplikasi ini adalah data karyawan
sebagai fase inteligensi yang diterapkan
yang diperoleh dari bagian kepegawaian.
pada fase implementasi.
Komponen
manajemen
Tidak ada data eksternal yang digunakan dalam aplikasi ini. Sementara data privat yang digunakan adalah data kriteria dan
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 103 TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching JURNAL Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
103 103
masalah ke solusi dengan pengambilan keputusan dapat dijelaskan dengan loop umpan balik tersebut. Proses
pengambilan
keputusan
dimulai dari fase inteligensi. Realitas diuji, dan masalah diidentifikasi dan ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan. Pada fase desain, akan dikonstruksi
sebuah
merepresentasikan
model
sistem.
yang
Hal
ini
dilakukan dengan membuat asumsiSumber : (Efraim Turban, Jay E. Aronson dan Ting Peng Liang, Decision Support Systems and Intelligent Systems, Edisi 7, Jilid 1, 2005 : 64-65)
asumsi yang menyederhanakan realitas dan
menuliskan
hubungan
diantara
semua variabel. Model ini kemudian divalidasi, dan ditentukanlah kriteria
Model
Simon
merupakan
karakterisasi yang paling kuat dan lengkap
mengenai
keputusan
pengambilan
rasional.
konseptual
Gambaran
mengenai
pengambilan
keputusan
proses ditunjukkan
Ada aliran aktivitas yang terusberlangsung
mulai
dari
inteligensi sampai desain sampai pilihan (bold line), namun pada sembarang fase bisa jadi ada fase dimana perlu kembali ke fase sebelumnya (umpan balik). Pemodelan pada dasarnya adalah bagian dari
proses
tersebut.
untuk mengevaluasi alternatif tindakan yang
telah
diidentifikasi.
pengembangan
model
Proses sering
mengidentifikasi solusi-solusi alternatif, dan demikian sebaliknya. Fase pilihan meliputi pilihan terhadap solusi yang
pada Gambar 2 diatas.
menerus
dengan menggunakan prinsip memilih
Adanya
sifat
diusulkan
untuk
model
(tidak
memerlukan masalah yang disajikan). Solusi
ini
viabilitasnya.
diuji
guna
Begitu
menentukan solusi
yang
diusulkan tampak masuk akal, kita siap untuk fase terakhir: fase implementasi keputusan (tidak memerlukan sebuah sistem)
“tampak keos” pada jalur dari penemuan
104 JURNAL
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
104
Hasil implementasi yang berhasil
mempercepat proses matching antara
adalah terpecahkannya masalah riil.
profil jabatan (soft kompetensi jabatan)
Kegagalan implementasi membuat kita
dengan profil karyawan (soft kompetensi
harus kembali ke fase sebelumnya. Pada
karyawan) sehingga dapat memperoleh
dasarnya, kita dapat kembali ke fase
informasi
sebelumnya sesuai dengan fase dimana
mengetahui
kita
jabatan
mengalami
kendala
atau
kekurangan.
lebih
cepat,
gap
dengan
baik
untuk
kompetensi
antara
pemegang
jabatan
maupun dalam pemilihan kandidat yang paling
Pencocokan Profile (Matching Profile) Profile
matching
sesuai
untuk
suatu
jabatan
(ranking kandidat).
merupakan
suatu proses yang sangat penting dalam
Penentuan Ranking Kandidat dalam
manajemen SDM dimana terlebih dahulu
“Matching Profile”
ditentukan
kompetensi
(kemampuan)
Dalam
yang diperlukan oleh suatu jabatan.
(ranking)
Kompetensi/kemampuan
untuk
haruslah
dapat
tersebut
dipenuhi
oleh
pemegang/calon pemegang jabatan.
penentuan
kandidat
suatu
dijelaskan
yang
jabatan,
secara
peringkat diperlukan
seperti
telah
mendetail
pada
sebelumnya, bahwa terdapat aspek yang
Dalam proses profile matching
menentukan, adalah sebagai berikut :
secara garis besar merupakan proses
• Aspek Kapasitas Intelektual
membandingkan
• Aspek Sikap Kerja
antara
kompetensi
individu ke dalam kompetensi jabatan
• Aspek Perilaku
sehingga dapat diketahui perbedaan
Kemudian aspek-aspek ini, dibagi
kompetensinya
(disebut
juga
gap),
menjadi
2
bagian
untuk
proses
semakin kecil gap yang dihasilkan maka
perhitungannya dengan memilahnya ke
bobot nilainya semakin besar yang
dalam dua kelompok, yaitu :
berarti memiliki peluang lebih besar
a. Core Factor (Faktor Utama)
untuk
karyawan
menempati
posisi
Core
factor
merupakan
tersebut. Adapun sistem program yang
(kompetensi)
yang
dibuat adalah software profile matching
menonjol/paling
dibutuhkan
aspek paling oleh
yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 105 TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching JURNAL Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
105 105
suatu jabatan yang diperkirakan dapat
bekerja,
menghasilkan kinerja optimal.
merupakan fungsi dari motivasi dan
b. Secondary factor (Faktor Pendukung) Secondary factor adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor.
dan
hasil
kerja
yang
kemampuan, memiliki aspek sebagai berikut : 1. Energi Psikis 2. Ketelitian dan Tanggungjawab 3. Kehati-hatian
DESAIN DAN IMPLEMENTASI Variabel-variabel Kompetensi
Pemetaan
Gap
4. Pengendalian Perasaan 5. Dorongan Berprestasi
Variabel-variabel dan cara perhitungan
6. Vitalitas dan Perencanaan
yang dipergunakan dalam pemetaan tersebut yang terdiri dari aspek-aspek, antara lain sebagai berikut : a.Kapasitas
1. Dominance
Intelektual,
menggambarkan
c. Perilaku, dengan aspek antara lain :
yang
kecerdasan,
kepandaian, ataupun kemampuan untuk
2. Influence 3. Steadiness 4. Compliance
memecahkan persoalan yang dihadapi, mempunyai aspek antara lain :
Proses penentuan bobot tiap aspek akan
1. Common Sense
melalui proses pendeskripsian dari pihak
2. Verbalisasi Ide
manajemen
3. Sistematika Berpikir
untuk
4. Penalaran dan Solusi Real
perusahaan.
Sumber
Daya
Manusia
jabatan
yang
ada
tiap
di
5. Konsentrasi 6. Logika Praktis 7. Fleksibilitas Berpikir 8. Imajinasi Kreatif 9. Antisipasi 10. Potensi Kecerdasan (IQ)
Proses Perhitungan Pemetaan Gap Kompetensi Yang dimaksud dengan gap disini adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan atau dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini.
b. Sikap Kerja, yang menggambarkan kecenderungan bertingkah laku dalam
106 JURNAL
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
106
Gap = Profil Karyawan - Profil Jabatan
Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa profil jabatan untuk tiap sub-aspek yang tertera
Sedangkan untuk pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap aspeknya mempunyai perhitungan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan untuk tiap aspeknya, dimana meliputi : • Kapasitas Intelektual Pada aspek ini, setelah dilakukan
dalam tabel tersebut adalah sebagai berikut : (01) = 3, (02) = 3, (03) = 4, (04) = 4, (05) = 3, (06) = 4, (07) = 4, (08) = 5, (09) = 3, dan (IQ) = 4. Kemudian
sebagai
contoh,
diambil
karyawan dengan kode PS012 dimana profilnya adalah : (01) = 2, (02) = 4, (03)
proses perhitungan gap antara profil
= 3, (04) = 3, (05) = 2, (06) = 2, (07) = 4,
karyawan dan profil jabatan untuk
(08) = 3, (09) = 2, dan (IQ) = 3.
masing-masing
dimana
Sehingga hasil gap yang terjadi untuk
dalam aspek Kapasitas Intelektual ini
tiap sub-aspeknya adalah : (01) = -1,
berjumlah 10 sub-aspek, kemudian
(02) = 1, (03) = -1, (04) = -1, (05) = -1,
gap-gap tersebut dikumpulkan menjadi
(06) = -2, (07) = 0, (08) = -2, (09) = -1,
2 tabel yang terdiri dari : field ‘(-)’,
dan (IQ) = -2.
untuk menempatkan jumlah dari nilai
Setelah proses perhitungan ini selesai
gap yang bernilai negatif, sedangkan
maka gap-gap tersebut dikumpulkan
field ‘(+)’, untuk jumlah dari nilai gap
menjadi 2 field seperti dapat dilihat pada
yang bernilai positif. Sebagai contoh,
tabel 1. Dalam contoh ini, maka
dapat dilihat pada tabel 1 :
karyawan tersebut memiliki gap “(-)”
aspeknya
Tabel 1. Tabel Kapasitas Intelektual
sejumlah -11 dan gap “(+)” sejumlah 1.
untuk Pengelompokan Gap • Sikap Kerja Cara perhitungan untuk field gap-nya pun sama dengan perhitungan pada aspek
sikap
kerja.
Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 107 TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching JURNAL Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
107 107
Tabel 2. Tabel Sikap Kerja untuk Pengelompokan Gap
• Perilaku Cara perhitungan untuk field gap-nya pun sama dengan perhitungan pada aspek
sikap
kerja.
Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Tabel Perilaku untuk Pengelompokan Gap
Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa bobot dari profil jabatan meliputi : (JML) = 3, (SA) = 4, (DI) = 2, (SI) = 3, (TG) = 3, (TP) = 5. Kemudian diambil contoh untuk profil dari karyawan dengan kode PS012 dengan kriteria sebagai berikut : (JML) = 3, (SA) = 4, (DI) = 3, (SI) = 1, (TG) = 3,
Sehingga hasil gap yang terjadi untuk tiap sub-aspeknya adalah : (JML) = 0, (SA) = 0, (DI) = 1, (SI) = -2, (TG) = 0,
= 5. Seperti contohnya karyawan dengan kode PS012 dengan kriteria : D = 4, I = 4, S = 4 dan C= 4. Sehingga
(TP) = -4. sesuai
dengan
cara
pengumpulan gap seperti pada aspek Kapasitas Intelektual, maka dapat dilihat bahwa untuk field “(-)” mempunyai total –6 dan untuk field “(+)” mempunyai total 1.
dari profil jabatan pada aspek Perilaku ini antara lain : D = 3, I = 3, S = 4 dan C
(TP) = 1.
Kemudian
Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa bobot
dengan nilai yang sudah ada maka dapat dilihat bahwa hasil perhitungan gap yang
terjadi
dari
karyawan
yang
bersangkutan adalah D = 1, I = 1, S = 0 dan C = -1. Setelah didapatkan tiap gap dari masingmasing karyawan maka tiap-tiap profil diberi bobot nilai dengan patokan tabel
108 JURNAL
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
108
bobot nilai gap. Seperti bisa dilihat pada
Dengan profil karyawan seperti terlihat
tabel 4.
pada tabel di atas dan dengan acuan pada
Tabel 4. Tabel bobot nilai gap No
Selisih (Gap)
Bobot Nilai
1
0
6
2
1
5,5
3
-1
5
4
2
4,5
5
-2
4
6
3
3,5
7
-3
3
8
4
2,5
9
-4
2
10
5
1,5
11
-5
1
Keterangan
tabel bobot nilai gap seperti ditunjukkan pada tabel 4, maka karyawan dengan kode PS012 akan memiliki nilai bobot
Tidak ada Gap (kompetensi sesuai yang dibutuhkan) Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level Kompetensi individu kurang 1 tingkat/level Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level Kompetensi individu kurang 2 tingkat/level Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level Kompetensi individu kurang 3 tingkat/level Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level Kompetensi individu kurang 4 tingkat/level Kompetensi individu kelebihan 5 tingkat/level Kompetensi individu kurang 5 tingkat/level
tiap sub aspeknya seperti terlihat pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6. Tabel Kapasitas Intelektual Hasil Bobot Nilai Gap
Contoh hasil pemetaan gap kompetensi sikap kerja : Tabel 7. Tabel Sikap Kerja Hasil Pemetaan Gap Kompetensi
Field untuk Pengelompokan Sehingga tiap karyawan akan memiliki tabel bobot seperti contoh-contoh tabel yang ada dibawah ini. Contoh hasil pemetaan gap kompetensi
Menjadi bobot nilai gap seperti pada tabel 8 di bawah ini : Tabel 8. Tabel Sikap Kerja Hasil Bobot Nilai Gap
intelektual :
Tabel 5. Tabel Kapasitas Intelektual Hasil Pemetaan Gap Kompetensi
Perhitungan
dan
Pengelompokan
Core dan Seconday Factor Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 109 TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching JURNAL Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
109 109
aspek dikelompokkan lagi menjadi 2
Untuk lebih jelasnya pengelompokkan
kelompok yaitu kelompok Core Factor
bobot nilai gap dapat dilihat pada contoh
dan Secondary Factor.
perhitungan aspek kapasitas intelektual
Untuk perhitungan core factor dapat
sebagai berikut :
ditunjukkan pada rumus di bawah ini :
Tabel 9. Tabel Pengelompokan Bobot Nilai Gap Aspek Kapasitas Intelektual
1
Sub Aspek
01
02
03
04
09
05
06
07
08
I Q
Profil Jabatan
3
3
4
4
3
3
4
4
5
4
PS012
5
5,5
5
5
5
5
4
6
4
4
Core Factor
Secondary Factor
4,9
4,8
Keterangan : NCI :
Nilai
rata-rata core factor
Seperti dapat dilihat pada tabel 9 di atas,
intelektual
terlebih dahulu telah ditentukan terlebih
NC : Jumlah total nilai core factor
dahulu sub-aspek mana yang menjadi
intelektual
core
IC : Jumlah Item core factor
(misalnya sub-aspek 01, 02, 05, 08 dan 09)
factor
maka
dari
aspek
sub-aspek
intelektual
sisanya
akan
Sedangkan untuk perhitungan secondary
menjadi secondary factor. Kemudian
factor dapat ditunjukkan pada rumus di
nilai core factor dan secondary factor ini
bawah ini :
dijumlahkan sesuai rumus. Sehingga didapatkanlah bahwa untuk karyawan berkode PS012 memiliki core factor intelektual rata-rata = 4,9 dan secondary factor intelektual rata-rata = 4,8. Hal yang sama juga dilakukan terhadap
Keterangan :
aspek sikap kerja dan aspek perilaku.
NSI : Nilai rata-rata secondary factor intelektual
Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek
NS : Jumlah total nilai secondary factor intelektual
diatas kemudian dihitung nilai total
IS : Jumlah Item secondary factor
110 JURNAL
Dari hasil perhitungan dari tiap aspek
berdasar
prosentase
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
dari
core
dan
110
secondary
yang
diperkirakan
Sesuai dengan rumus untuk perhitungan
berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap
ranking di atas maka hasil akhir dari
profil. Contoh perhitungan dapat dilihat
karyawan dengan kode PS012 dapat
pada rumus di bawah ini :
dilihat tabel 11 di bawah ini :
Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai total
dapat
dilihat
pada
contoh
Tabel 11. Tabel Hasil Akhir Proses
perhitungan aspek kapasitas intelektual
Profile matching
sebagai berikut : Tabel 10. Tabel Nilai Total Aspek 1
PS012
NI
NSK
NP
Hasil Akhir
24,3
13,3
9
13,35
Kapasitas Intelektual
1
Sub Aspek
Core Factor
Secondary Factor
NI
PS012
24,5
24
24,3
Setelah tiap kandidat mendapatkan hasil akhir seperti contoh pada tabel 11
Hal yang sama juga dilakukan terhadap aspek sikap kerja dan aspek perilaku. 60 % NCI + 40 % NSI = NI (Nilai Total Aspek Intelektual )
di
atas,
peringkat
atau
dapat ranking
ditentukan dari
tiap
kandidat berdasarkan pada semakin besar nilai hasil akhir maka semakin besar
Perhitungan Ranking
maka
pula
kesempatan
untuk
menduduki jabatan yang ada, dan
Hasil akhir dari proses profile matching
begitu pula sebaliknya.
adalah ranking dari kandidat yang diajukan untuk mengisi suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking mengacu pada
hasil
perhitungan
tertentu.
Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini : Keterangan : NI : Nilai Kapasitas Intelektual NSK : Nilai Sikap Kerja NP : Nilai Perilaku
KESIMPULAN Penentuan ranking mengacu pada hasil perhitungan
tertentu.
Ranking
dari
kandidat yang diajukan untuk mengisi suatu jabatan tertentu semakin besar nilai hasil akhir maka semakin besar pula
kesempatan
untuk
menduduki
jabatan yang ada dan begitu pula sebaliknya.
Sistem Pendukung Keputusan Promosi 111 TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5,Karyawan No. 2, MaretDengan 2010 HalMetode 101 - 112“Matching JURNAL Profile" – Achmad Nuruddin Safriandono
111 111
DAFTAR PUSTAKA DHerman, Julius, Membangun Decision Support System, Penerbit ANDI Kadarsah, Suryadi, dan Ramdani, M.Ali. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Idealisasi dan Implementasi kosep pengambilan keputusan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002. Kusrini dan Muksin, Awaladin., 2006, Sistem
Pendukung
Keputusan
untuk Promosi Jabatan, Prosiding Kopwil IV, Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten. Turban, Efraim Aronson, Jay E, and Liang, Ting Peng. 2005, Decision Support System and Intelegence Systems.
7th
Edition,
jilid1,
Penerbit ANDI.
112 JURNAL
TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 2, Maret 2010 Hal 101 - 112
112