Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE Wildan Fauzi1 Program Studi Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat 40285 Telp. (022) 6652069 E-mail:
[email protected]
1
ABSTRAK Kelurahan Cigugur Tengah merupakan salah satu Pemerintahan yang berada di Kecamatan Cimahi Tengah, mendapatkan beberapa bantuan dari Pemerintah, diantaranya bantuan dana Rutilahu. Dalam proses pembangunan sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode Electre. Metode Electre merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multi kriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode ini dipilih karena mampu menyelesaikan rekomendasi dari kasus multi kriteria dalam penentuan calon penerima bantuan dana Rutilahu. Berdasarkan hasil pengujian, sistem yang dibangun dapat membantu pengambilan keputusan pada bagian BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) program bantuan dana Rutilahu dengan cepat dan tepat dengan hasil yang objektif dan tidak memihak pada salah satu penduduk. Kata Kunci: Rutilahu, Sistem Pendukung Keputusan, Electre. dapat membantu dalam menentukan siapa yang berhak didahulukan dalam mendapatkan bantuan dana Rutilahu. Salah satu metode yang digunakan untuk sistem pendukung keputusan adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality). Metode Electre merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multi kriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode ini digunakan karena mampu menyelesaikan rekomendasi dari kasus multi kriteria dalam penentuan calon penerima bantuan dana rutilahu. Penelitian sebelumnya penggunaan metode Electre digunakan untuk pemilihan produksi sepatu dan sandal ‘(Akshaeri, 2013)‘, untuk pemilihan sepeda motor honda ‘(Agung, 2008)‘, untuk pemilihan tanaman toga ‘(Sanda, 2008)‘, dan untuk menentukan kenaikan pangkat dan gaji berkala ‘(Sutrisno, 2013)‘..
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan akan rumah layak huni semakin meningkat, namun tidak seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat ekonomi lemah yang mengharuskan hidup dalam rumah yang tidak layak huni. Bantuan dana Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni) merupakan program pemerintah yang berupa bantuan dana untuk perbaikan rumah yang tidak layak huni. Bantuan dana Rutilahu ini harus dapat tepat sasaran kepada penduduk tidak mampu yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai syarat penerima bantuan dana Rutilahu, sehingga penduduk tidak mampu penerima bantuan dana Rutilahu dapat menerima bantuan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penduduk tidak mampu yang berhak menerima bantuan rumah tidak layak huni ditentukan oleh BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Untuk menentukan layak tidaknya, penduduk harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu dari kondisi rumah (bangunan) yang meliputi kondisi luas ruangan, kondisi jenis lantai, kondisi jenis atap, kondisi jenis dinding, kondisi sumber penerangan (listrik), kondisi pembuangan akhir (wc), dan kondisi sumber air minum. Akan tetapi pihak penentuan dalam hal ini yaitu pihak BKM masih mengalami kesulitan seperti dalam pengolahan datanya membutuhkan ketelitian, sehingga memungkinkan terjadinya rangkap data juga terjadinya kesalahan dalam penentuan penduduk yang harus diutamakan, sehingga diperlukan suatu sistem pendukung keputusan yang
1.2
Rumusan Masalah Adanya kesulitan pengolahan data penduduk calon penerima bantuan dana Rutilahu dalam proses penyeleksiannya karena membutuhkan ketelitian, sehingga memungkinkan terjadinya rangkap data juga terjadinya kesalahan dalam penentuan penduduk yang harus diutamakan, sehingga diperlukan suatu sistem terkomputerisasi yang dapat merekomendasikan siapa yang berhak didahulukan dalam mendapatkan bantuan dana Rutilahu.
432
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
b.
Pembobotan matriks Pembobotan matriks ternormalisasi merupakan hasil perkalian dari normalisasi matriks keputusan dengan bobot kriteria yang diambil dari rata-rata jumlah altertanif yang ada. c. Menentukan concordance index dan discordance index Concordance index dan discordance index didapatkan dari hasil perbandingan antara setiap alternatif yang telah didapatkan. d. Menghitung concordance set dan discordance set Concordance dan discordance didapatkan dari proses menentukan concordance index dan discordance index. Hasil dari concordance didapatkan dari penjumlahan bobot setiap alternatif, dan hasil discordance didapatkan dari pembagian setiap alternatif yang telah ada dari discordance index. e. Menentukan matriks concordance dan matriks discordance Matriks concordance dan discordance didapatkan dari perbandingan antara perhitungan concordance dan discordance dengan matrik ternormalisasi yang telah dihitung sebelumnya. f. Menentukan aggregate dominance matriks Agregat dominan didapatkan dengan membandingkan antara matriks concordance dengan nilai threshold concordance dan threshold discordance, sehingga mendapatkan matriks yang bernilai 1 atau 0. g. Eliminasi alternatif yang less favourable Dalam proses ini electre merankingkan setiap alternatif yang ada dengan menyesuaikan setiap perhitungan yang telah dilakukan pada proses sebelumnya. 3. Keluaran Keluaran yang dihasilkan yaitu berupa perankingan dan rekomendasi penerima yang layak menerima bantuan dana rumah layak huni.
1.3
Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat sistem yang memberikan rekomendasi ataupun usulan penerima bantuan dana Rutilahu untuk mendukung pengambil keputusan dengan menggunakan metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality) 1.4
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan di dalam penentuan penerima bantuan dana rumah layak huni ini dengan menggunakan metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality). Masukan Data : Data Kriteria Rumah Tidak Layak Huni
Proses : Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria
Menentukan bobot preferensi
Perhitungan menggunakan metode electre
Keluaran Data : Rekomendasi penerima bantuan dana rumah tidak layak huni
Gambar 1. Metodologi Penelitian Keterangan : Dalam metodologi penelitian ini ada 3 tahapan, yaitu : 1. Masukan Dalam metode penelitian ini masukannya adalah data dari setiap alternatif untuk setiap kriteria. Alternatif yang dimaksud disini adalah masyarakat calon penerima bantuan dana rumah layak huni. 2. Proses Dalam tahapan kedua, terdapat beberapa langkah yang di lakukan, dalam metode electre yaitu sebagai berikut : a. Normalisasi matriks keputusan Matriks keputusan ternormalisasi merupakan perhitungan perbandingan dari setiap alternatif berdasarkan kriteria yang didapatkan dari hasil nilai terbobot pada fungsi keanggotaan masing-masing alternatif.
2. PEMBAHASAN 2.1 Program Bantuan Dana Rutilahu Undang-undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga,
433
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga.
r
Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu di dalam proses pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tidak seorangpun tahu secara tidak pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Sistem pendukung keputusan biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang. Sistem pendukung keputusan lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. Sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia ‘(Kusrini, 2007)‘.
ij
ISSN: 2089-9815
x x
ij
2.2
, Untuk i = 1,2,3, … m dan j
m
2
i 1
ij
= 1,2,3, … n
(2.1)
Keterangan : = normalisasi pengukuran pilihan dari ij
r
alternatif dan kriteria. m = Alternatif. n = Kriteria. Sehingga didapat matriks
r11 R r 21 r m1
r r r
R hasil normalisasi
2n mn
r r r
... ... ...
12 22
m2
1n
R adalah matriks yang telah dinormalisasi atau disebut normalized decision matrix. Dimana m menyatakan alternatif, n menyatakan kriteria dan
r
ij
adalah normalisasi pengukuran pilihan
dari alternatif ke- i dalam hubungannya dengan kriteria ke- j .
2.3
Electre (Elimination and Choice Translation Reality) Electre merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode Electre digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria akan dieliminasi, dan alternatif yang sesuai dapat dihasilkan, dengan kata lain Electre digunakan untuk kasus-kasus dengan banyak alternatif. Namun, hanya sedikit kriteria yang dilibatkan. Suatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa ‘(Kusumadewi, 2006)‘. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah menggunakan metode Electre adalah sebagai berikut :
2.
Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi. Setelah dinormalisasi, setiap kolom dari matriks R dikalikan dengan bobot-bobot (
w)
yang
j
ditentukan
oleh
pembuat
keputusan. Sehingga, wighted normalized matrix adalah V RW adalah yang ditulis persamaan (2.2).
v11 V v21 ... vm1
v v
22
...
v
m2
w1 r11 RW w1 r 21 ... w1 r m1
1. Normalisasi matriks keputusan Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang compareable. Setiap normalisasi dapat dilakukan dengan ij
r
Dimana
2n = .. ... vmn
v v
... ... ... ...
12
wr wr
1n
2
12
2
22
...
wr 2
m2
... ... ... ...
2n n ... wn r mn
wr wr n
W adalah :
persamaan (2.1) :
w1 0 W ... 0 434
0
w
2
... 0
0 0 ... 0
... ... ... ...
0 , dan wn
1n
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
n
i 1
w 1
d
(2.2) Menentukan concordance dan discordance index Untuk setiap pasang dari alternatif k dan l ( k , l 1,2,3,..., m dan k 1 ) kumpulan kriteria J dibagi menjadi dua subsets, yaitu concordance dan discordance. Bilamana sebuah kriteria dalam satu alternatif termasuk concordance adalah : kl
j , vkj vij , untuk
kl
j , k kj
D d 21 ... d m1
j 1,2,3,..., n
5.
ij
(2.4)
c
kl
v v
ij
d
d d
12
... ...
d
... ... ... ...
13 23
...
d
m2
m3
2n ...
d d
1n
kl
c (2.7)
= indeks dari matriks V.
Dengan nilai threshold ©, adalah :
= indeks dari matriks V.
c c
kl
f
kl
... ...
c
m2
c c
13 23
...
c
kl
1 , jika
c
kl
c dan
f
kl
0 , jika
c
kl
c
(2.9) b.
Discordance Untuk membangun matriks dominan discordance juga menggunakan bantuan nilai threshold, yaitu :
Sehingga matriks concordance yang dihasilkan adalah : 12
l 1
Dan setiap elemen matriks F sebagai matriks dominan concordance ditentukan sebagai berikut :
jc w w j
c
n
k 1
(2.8)
(2.5)
C c21 ... cm1
n
m * (m 1)
Hitung matriks concordance dan discordance a. Concordance Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks concordance adalah dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk dalam subset concordance :
c
b.
vln); m, n 1,2,3,...
mn
= himpunan discordance.
kl
kj
4.
vmn ln); m, n, d klv
Menentukan matriks dominan concordance dan discordance a. Concordance Matriks dominan concordance dapat dibangun dengan bantuan nilai threshold, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks concordance dengan nilai threshold.
v , untuk j 1,2,3,..., n
Keterangan : = himpunan concordance. C
D
mn
Selanjutnya diperoleh matriks discordance :
(2.3) Sebaliknya, komplementer dari subset ini adalah discordance, yaitu bila :
D
max( v max( v
(2.6)
3.
C
kl
ISSN: 2089-9815
m3
... ... ... ...
d d
2n ...
c c
1n
n
n
k 1
l 1
kl
m * (m 1)
(2.10) Dan nilai setiap elemen untuk matriks G sebagai matriks dominan discordance ditentukan sebagai berikut :
Discordance Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks discordance adalah dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk dalam subset discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya adalah :
g d
kl
kl
1 , jika
d
kl
d dan
g
kl
0 , jika
d (2.11)
435
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
6.
C5 : Kondisi Sumber Penerangan (Listrik) C6 : Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (WC) C7 : Kondisi Sumber Air Minum
Menentukan aggregate dominance matrix Langkah selanjutnya adalah menentukan aggregate dominance matrix sebagai matriks E, yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen matriks F dengan elemen matriks G, sebagai berikut :
e
kl
f
kl
*g
2.5
Praproses Tahap praproses pada metode Electre yaitu menentukan rating kecocokan pada setiap kriteria. Rating kecocokan ditentukan berdasarkan dari hasil wawancara dengan Fasilitator bantuan dana rumah tidak layak huni Teguh Mulyono, terdiri dari :
kl
(2.12) 7.
a.
Eliminasi alternatif yang less favourable Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila alternatif
A
k
baik daripada
e
kl
1 maka
merupakan pilihan yang lebih
A
r
b.
sehingga baris dalam
matriks E yang memiliki jumlah
e
kl
1
paling sedikit dapat dieliminasi. Dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi alternatif lainnya.
c.
Proses Data Masukan Data yang digunakan sebagai masukan meliputi kondisi ruangan, kondisi lantai, kondisi atap, kondisi dinding, kondisi sumber penerangan (Listrik), kondisi pembuangan akhir (WC), dan kondisi air minum. Kriteria data masukan tersebut merupakan indikator yang digunakan untuk rekomendasi calon penerima bantuan dana rumah tidak layak huni.
d.
2.4
e.
f.
Tabel 1. Proses Data Masukan No. C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7
A A1 10m2 Kayu
A2 9m2 Keramik
Genteng Bambu 450 Watt Kolam Air Kemasan
Asbes Triplek 900 Watt Kolam Sumur Bor
A3 9m2 Semen (Aci) Seng Tembok 450 Watt Sungai Sumur Bor
ISSN: 2089-9815
g.
A4 9m2 Kayu Genteng Triplek 900 Watt Sungai Air Kemasan
Kondisi Luas Ruangan Sempit = 1 (<= 9 Meter²) Sedang = 2 (10-13 Meter²) Lebar = 3 (>14 Meter²) Kondisi Jenis Lantai Buruk = 1 (Tanah, Bambu, Kayu) Sedang = 2 (Semen/Aci) Baik = 3 (Keramik) Kondisi Jenis Atap Buruk = 1 (Seng, Ijuk) Sedang = 2 (Genteng, Asbes) Baik = 3 (Beton) Kondisi Jenis Dinding Buruk = 1 (Bambu, Rumbia) Sedang = 2 (Seng, Triplek) Baik = 3 (Tembok, Beton) Kondisi Sumber Penerangan (Listrik) Buruk = 1 (<= 450 Watt) Sedang = 2 (900-1300 Watt) Baik = 3 (>2.200 Watt) Kondisi Pembuangan Akhir (WC) Buruk = 1 (Lubang Tanah) Sedang = 2 (Kolam, Sawah, Sungai) Baik = 3 (Tangki, SPAL) Kondisi Sumber Air Minum Buruk = 1 (Air Hujan, Air Sungai) Sedang = 2 (Sumur Bor, Pompa) Baik = 3 (Air Kemasan/Air Isi Ulang.
Bobot untuk setiap kriteria didapat dari hasil wawancara bersama Teguh Mulyono yaitu Fasilitator bantuan dana rumah tidak layak huni, dengan ketentuan sebagai berikut : W={3, 3, 4, 4, 2, 2, 1}, keterangan bobot W sebagai berikut : 1. Indeks 1 (W1) diisi dengan angka 3 yang menunjukkan bobot untuk kondisi ruangan. 2. Indeks 2 (W2) diisi dengan angka 3 yang menunjukkan bobot untuk kondisi lantai. 3. Indeks 3 (W3) diisi dengan angka 4 yang menunjukkan bobot untuk kondisi atap. 4. Indeks 4 (W4) diisi dengan angka 4 yang menunjukkan bobot untuk kondisi dinding. 5. Indeks 5 (W5) diisi dengan angka 2 yang menunjukkan bobot untuk kondisi sumber penerangan (listrik).
Keterangan : A : Alternatif A1 : Dadan Heryana A2 : Asep Suherman A3 : Dedi Nazri A4 : Ajat Sujana C : Kriteria C1 : Kondisi Luas Ruangan C2 : Kondisi Jenis Lantai C3 : Kondisi Jenis Atap C4 : Kondisi Jenis Dinding
436
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
6.
Indeks 6 (W6) diisi dengan angka 2 yang menunjukkan bobot untuk kondisi pembuangan akhir (WC). Indeks 7 (W7) diisi dengan angka 1 yang menunjukkan bobot untuk kondisi sumber air minum.
7.
2.6
3.
ISSN: 2089-9815
Menentukan himpunan concordance dan discordance index. Menentukan himpunan concordance seperti pada Persamaan (2.5), sebagai berikut :
C
12
V 11 V 21 1,8972 0,9486
Hasil Praproses
V
12
V 22 0,7746 2,3238
V
13
V 23 2,2188 2,2188
V
14
V 24 0,9428 1,8856
V
15
V 25 0,6324 1,2648
V
16
V 26 1 1
V
17
V 27 0,5883 0,3922
Tabel 2. Hasil Praproses
Alternatif
C 1 2 1 1 2
A1 A2 A3 A4
C 2 1 3 2 1
C 3 2 2 1 2
Kriteria C 4 1 2 3 2
C 5 1 2 1 2
C 6 2 2 2 2
C 7 3 2 2 3
2.7
Proses Electre Normalisasi matriks keputusan Tahap ini setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable seperti pada Persamaan (2.1). 1.
| x |
R
11
2
2
21
31
x x
1 0,3162 3,1662
x x
1 0,3162 3,1662
x x
2 0,6234 3,1662
21
31
41
41 1
Dan seterusnya sampai
C
2.
| x7 | sehingga didapat
Menentukan himpunan discordance seperti pada Persamaan (2.6), sebagai berikut :
0,2582 0,5547 0,2357 0,3162 0,7746 0,5547 0,4714 0,6324
0,5 0,5
0,5164 0,2773 0,7071 0,3162 0,2582 0,5547 0,4714 0,6324
0,5 0,5
D
12
0,5883 0,3922 0,3922 0,5883
Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi. Matriks V merupakan hasil perkalian R dengan W (bobot), dimana W={3, 3, 4, 4, 2, 2, 1}. Untuk mencari matriks V dihitung berdasarkan pada Persamaan (2.3), sebagai berikut : 1,8972 0,9486 V 0,9486 1,8972
43
Himpunan {1,3,6,7} {1,3,5,6,7} {1,2,3,6,7} {2,3,4,5,6} {1,2,3,5,6,7} {2,3,4,5,6} {2,4,5,6} {1,4,6,7} {2,4,6} {1,2,3,4,5,6,7} {1,3,4,5,6,7} {1,3,5,6,7}
kl
C12 C13 C14 C21 C23 C24 C31 C32 C34 C41 C42 C43
matriks R hasil normalisasi seperti pada Persamaan (2.2), sebagai berikut : 0,6324 0,3162 R 0,3162 0,6324
C .
Tabel 3. Himpunan Concordance
10 3,1622
2 0,6234 3,1662
1
R
11
1
R
2
x x
1
R
2
2 111
Dan seterusnya hingga
0,7746 2,2188 0,9428 0,6324 2,3238 2,2188 1,8856 1,2698
1 1
1,5492 1,1092 2,8284 0,6324 0,7746 2,2188 1,8856 1,2648
1 1
0,5883 0,3922 0,3922 0,5883
437
V 11 V 21 1,8972 0,9486
V
12
V 22 0,7746 2,3238
V
13
V 23 2,2188 2,2188
V
14
V 24 0,9428 1,8856
V
15
V 25 0,6324 1,2648
V
16
V 26 1 1
V
17
V 27 0,5883 0,3922
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
Dan seterusnya hingga
D . 43
D
12
max | 0,7746 2,3238 |; | 0,9428 1,8856 |; | 0,6324 1,2648 | | 1,8972 0,9486 |; | 0,7746 2,3238 |; | 2,2188 2,2188 |; max | 0,9428 1,8856 |; | 0,6324 1,2648 |; | 1 1 |; | 0,5883 0,3922 |
Tabel 4. Himpunan Discordance
D
Himpunan {2,4,5} {2,4} {4,5} {1,7} {4} {1,7} {1,3,7} {2,3,5} {1,3,5,7} {} {2} {2,4}
kl
D12 D13 D14 D21 D23 D24 D31 D32 D34 D41 D42 D43 4.
12
13
12
12
max | 0,7746 1,5492 |; | 0,9428 2,8284 | | 1,8972 0,9486 |; | 0,7746 1,5492 |; | 2,2188 1,1092 |; max | 0,9428 2,8284 |; | 0,6324 0,6324 |; | 1 1 |; | 0,5883 0,3922 |
max| 0,7746 |; | 1,8856 | max| 0,9486 |; | 0,7746 |; | 1,1096 |; | 1,8856 |; | 0,1961 | 1,8856 1 1,8856
dan seterusnya hingga , sehingga menghasilkan matriks discordance sebagai berikut :
0,6123 D 0,5884 0
W 1 W 3 W 5 W 6 W 7
3 4 2 2 1 12
C
W 1 W 3 W 6 W 7
3 4 2 1 10
C
1,5492 1 1,5492
Hitung matriks concordance dan discordance. Menghitung concordance menggunakan persamaan (2.7), sebagai berikut :
C
max | 1,5492 |; | 0,9428 |; | 0,6324 | | 0,9486 |; | 1,5492 |; | 0,9428 |; | 0,6324 |; max | 0,1961 |
D
ISSN: 2089-9815
W 1 W 2 W 3 W 6 W 7
3 3 4 2 1 13
5.
dan seterusnya hingga C . 43
Nilai dari komponen matriks disusun berdasarkan himpunan concordance dengan bobot (W) dan dijumlahkan, sehingga menghasilkan matriks concordance sebagai berikut :
1 1 0,8496 0,6123 1 0,8496
1 1 1
Menentukan threshold dari matriks dominan concordance dan discordance. Threshold didapat dari penjumlahan seluruh elemen matriks dibagi ukuran matriks. Menghitung matriks dominan concordance menggunakan persamaan (2.10), sebagai berikut : 10 12 13 15 15 15 11 10 9 19 16 12 4 * (4 1)
10 12 13 15 15 15 C 11 10 9 19 16 12
C
Menghitung discordance. Untuk menghitung nilai dari elemen pada matriks discordance adalah dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk dalam subset discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya seperti pada Persamaan (2.8), sebagai berikut :
Sehingga, matriks dominan concordance adalah :
156 13 12
1 F 0 1
0
0 1
0 1
0
1 1 0
Menghitung matriks dominan discordance mengunakan Persamaan (2.12), sebagai berikut :
438
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
kondisi jenis dinding, kondisi sumber penerangan (listrik), kondisi tempat pembuangan akhir (wc), dan kondisi air minum sehingga dapat membantu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam proses penentuan calon penerima bantuan dana Rutilahu. Sistem menghasilkan keluaran berupa rekomendasi calon penerima bantuan dana Rutilahu yang layak menerima bantuan berdasarkan ranking terbaik. Hasil pengujian kualitas secara fungsional sistem menggunakan black box testing sesuai dengan perancangan yang telah dibangun.
1 1 1 0,6123 0,8496 0,6123 0,5884 1 1 0 1 0,8496 D 4 * (4 1)
9,5122 12
Sehingga, matriks dominan discordance adalah :
0 G 0 0 6.
1 1
1 1
1
1 0 1
PUSTAKA Agung A, Gede I, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Sepeda Motor Honda Menggunakan Metode ELECTRE Berbasis Web, STIKom Jurnal, Volume 12 Nomor 12, September 2008, Surabaya. Daihaini, U.D, 2001, Komputerisasi Pengambil Keputusan, Elex, Media Komputindo, Jakarta. Kusrini, 2007, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta: Andi. Kusumadewi, Sri., Hartati., Harjoko., Wardoyo. 2006. Fuzzy Multy Attribute Decision Making (FUZZY MADM). Yogyakarta: Graha Ilmu. R. M. U. W. Syeril Akshaeri, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Produksi Sepatu dan Sandal Dengan Metode Electre” Jurnal Online Matematika S1 Eurekamatika, vol I, 2013. Sanda T. T., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Tanaman Toga dengan Metode ELECTRE, STIKom Jurnal, Vol 12 No 10, September 2008, Surabaya. Sutrisno, Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat, Bandung: Perpustakaan UNIKOM, 2013.
Menentukan aggregate dominance matrix Matriks memberikan urutan pilihan alternatif sehingga dalam matriks yang memiliki angka 1 dieliminasi. Dengan demikian, alternatif terbaik adalah alternatif yang mendominasi alternatif lainnya. Menentukan matriks secara matematis menggunakan Persamaan (2.14), sebagai berikut :
1 F 0 1 7.
1
0
0 1
0 1
0
1 0 1 × G 0 0 0
1
1 1
1 1
1
1 0 1
Eliminasi alternatif yang less favourable Matriks E dihasilkan dari perkalian matriks F dan matriks G, sebagai berikut :
0 E 0 0
0
0 1
0 1
0
ISSN: 2089-9815
1 0 0
Hasil dari perhitungan dengan metode Electre maka diperoleh peringkat yang paling tinggi yaitu Dadan Heryana, Asep Suherman, dan Ajat Sujana karena jika mengindikasikan bahwa alternatif merupakan alternatif terpilih. 3.
KESIMPULAN Pada penelitian ini telah menghasilkan sebuah sistem untuk menentukan calon penerima bantuan dana rumah tidak layak huni dengan menerapkan metode Electre. Metode Electre pada sistem ini dapat melakukan proses eliminasi dan menghasilkan alternatif yang lebih mendominasi alternatif lainnya dalam merekomendasikan calon penerima bantuan dana Rutilahu dengan kriteria yaitu kondisi luas ruangan, kondisi jenis lantai, kondisi jenis atap,
439