SISTEM INFORMA I ASI BISN NIS BERBA ASIS UM ML (Uniified Modeeling Langguage) UN NTUK AGROINDUSTRI BIOPE ELET LIM MBAH PE ELEPAH SAWIT S
SKRIPSII
AKHM MAD SYAIIFUDIN F34104096 6
FAK KULTAS T TEKNOLOG GI PERTAN NIAN INSTITUT T PERTANIIAN BOGOR R BOGOR 2011
A UML-BASED BUSINESS INFORMATION SYSTEM FOR AGROINDUSTRY ON MIDRIB PALM OIL BIOPELLET Akhmad Syaifudin*, Dwi Setyaningsih*, and Taufik Djatna* *Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agricultural University, Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia
ABSTRACT Development of palm oil midrib biopellet business needed complete, integrated and up to date information. The objectives of this work is to identify critical factors in biopellet midrib palm oil business, to design an UML-based business information systems for biopellet agro-industry, and to evaluate the results of business information systems. The modeling is based on the object-oriented system development using UML (Unified Modeling Language) which consisted of use case diagrams, activity diagrams, collaboration diagrams, sequence diagrams, class diagrams, and physical data model. Critical factors in biopellet midrib palm oil business were the availability of raw materials or oil palm plantations, the balance of energy produced versus the energy required, the determination of industrial location, and scheduling the location of raw materials and investment feasibility. The developed business information system, more efficient in program code usage and easy to develop.
Keyword: UML, biopellet, business information system, object oriented system, petiole, midrib palm oil.
Akhmad Syaifudin. F34104096. Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit. Di bawah bimbingan Dwi Setyaningsih dan Taufik Djatna. 2011
RINGKASAN
Pelepah sawit merupakan limbah perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup melimpah. Salah satu pemanfaatan yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan bahan bakar padat biopelet (biomass pellet). Pengembangan usaha bisnis agroindustri biopelet membutuhkan ketersedian informasi yang lengkap, terintegrasi, mudah dan kekinian khususnya bagi para pelaku bisnis. Sistem informasi bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit (SIBBioPeS 1.0) merupakan sistem informasi yang diperuntukkan bagi pihak pelaku bisnis. SIBBioPeS 1.0 yang dikembangkan merupakan sistem yang menyediakan informasi untuk pengembangan bisnis biopellet. Informasi yang dibutuhkan untuk melakukan bisnis industri biopellet meliputi kondisi ketersedian bahan baku dan lokasi tempat industri. Proses pengolahan bahan baku limbah pelepah sawit menjadi biopelet, kebutuhan bahan baku produksi yang digunakan sebagai dasar untuk penjadwalan pengumpulan bahan baku pelepah sawit. Selain itu juga meyediakan informasi analisis finansial dengan pembiayaan syariah untuk melihat tingkat kelayakan finansial bisnis tersebut. Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu mengidentifikasi beberapa faktor kritis dalam bisnis agroindustri biopelet limbah pelepah sawit, merancang sistem informasi bisnis bagi agroindustri biopellet, dan melakukan evaluasi terhadap hasil sistem informasi bisnis yang dirancang. Sedangkan data sebagai verifikasi sistem adalah data perkebunan yang terdapat di propinsi Banten antara tahun 2005-2009. Metode pengembangan sistem yang digunakan pada penelitian ini, adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek. Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan dengan pendekatan berorientasi objek adalah Unified Modeling Languange(UML). UML merupakan penggabungan dari tiga metode utama pengembangan sistem yaitu OOSE (Object Oriented Software Development), OOD(Object Oriented Design) dan OMT (Object.Modeling Technique). Pada penentuan lokasi industri, hasil verifikasi didapatkan lokasi industri yang mempunyai total biaya transportasi bahan baku paling kecil adalah kecamatan Munjul dengan total biaya transportasi sebesar Rp. 308.266.200. Sedangkan hasil penentuan kelayakan investasi industri tersebut layak dijalankan dengan melihat nilai NPV sebesar Rp326.879.621, IRR sebesar 20,02 %, rasio b/c 1,08 dan PBP sebesar 8, 57 tahun. Beberapa faktor kritis dalam pengembangan bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit adalah bahan baku atau perkebunan kelapa sawit, keseimbangan energi yang dihasilkan dengan energi yang dibutuhkan, penentuan lokasi industri, penjadwalan bahan baku dan kelayakan investasi. Pengembangan sistem menggunakan motode berorientasi objek khususnya menggunakan pemodelan UML pada penelitian ini, mempunyai beberapa kelebihan antara lain sistem yang bekerja lebih natural, membutuhkan waktu lebih singkat dalam pengembangan. Selain itu juga lebih efisien dalam penggunaan bahasa pengkodean hal ini akan mempercepat dalam proses komputasi. Namum demikian, pengembangan lebih lanjut terhadap paket program SIBBioPeS 1.0 perlu dilakukan untuk menyempurnakan paket program tersebut seperti pengembangan sistem berbasis web berorientasi objek. Hal ini dikarenakan SIBBioPeS 1.0 telah menggunakan database MySQL berbasis jaringanweb untuk memudahkan dalam pengaksesan informasi.
SISTEM INFORMASI BISNIS BERBASIS UML (Unified Modeling Language) UNTUK AGROINDUSTRI BIOPELET LIMBAH PELEPAH SAWIT
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh AKHMAD SYAIFUDIN F34104096
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi Nama NIM
: Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit : Akhmad Syaifudin : F34104096
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Dr. Dwi Setyaningsih, STP, M.Si) NIP 19700103 199412 2 001
(Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si) NIP 19700614 199512 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti) NIP 19621009 198903 2 001
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 8 Februari 2011
Akhmad Syaifudin F34104096
RIWAYAT HIDUP
Akhmad Syaifudin dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 1987 sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Ardani dan Nasipah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MIN Sucen Jurutengah pada tahun 1998, dan pendidikan sekolah lanjutan pertama di MTsN Purworejo pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMA N 1 Purworejo dan lulus tahun 2004. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur UMPTN dan diterima pada departemen Teknologi Industri Pertanian. Selama kuliah penulis pernah menjadi koordinator asisten praktikum penerapan komputer. Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2009 di PT. Indo Bioenergy Alliace Bandar Lampung dengan mempelajari Pengelolaan Proyek (Project Management) Jarak Pagar (Jatropha curcas). Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit” untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di bawah bimbingan Dr.Dwi Setyaningsih,STP M.Si. dan Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala pujian dan ungkapan rasa syukur penulis sampaikan kepada Alloh SWT. Karena atas segala kemudahan dan pertolonganNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML(Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Pelepah Sawit”. Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan untuk kedua orang tua penulis sebagai peletak pendidikan yang pertama bagi penulis dengan doa dan dukungan yang tidak pernah terhenti dan tidak akan pernah tergantikan. Terima kasih juga untuk kedua kakak penulis, Ahmad Tohir yang telah mengantarkan dan mendukung penulis sampai IPB, Ahmad Musonif yang selalu mendukung penulis untuk tetap kuliah. Juga untuk adik-adik penulis Irfa Suharti, Nurul Badriyah, Ahmad Zuhri, dan Ahmad Rifai. Sungguh kasih sayang kalian sangat berarti dan Semoga Alloh menyatukan kita dalam cintaNYa dan mempertemukan kelak di SyurgaNya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Dwi Setyaningsih, STP, MSi selaku pembimbing utama yang telah menjadi “Ibu” bagi penulis selama di IPB, yang dengan sabar dan penuh pengertian mengarahkan penulis. 2. Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, MSi yang telah mengarahkan penulis di akhir masa studi dan mengajarkan penulis tentang disiplin dan kecepatan kerja. 3. Dr. Ir. Suprihatin selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk skripsi ini dan juga nasehat untuk kehidupan pasca kampus. 4. Sahabat Shiyatul Qulub (Danar Andri Prasetyo, Farid Machfudz, Listya Citra Suluhingtyas, Asif Aunillah, Rendi Irawan dan Ardiansyah Febriantoko) atas segala bantuan, dukungan, peringatan bahkan “kemarahan” untuk mengingatkan penulis. 5. Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang khususnya Bidang Perkebunan yang membantu dalam pengumpulan data dan ijin penelitian. 6. Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Lebak yang memberikan banyak arah mengenai kelapa sawit. 7. Sahabat penghuni LSI (Fitrah R Kautsar, Vrika Nurrohman, dan Tiwi) yang telah banyak memberi masukan selama penulisan,. 8. Rekan-rekan SBRC (Dr. Endang Warsiki, Dhani Satria W, Dipo Bariguna CB, Pak Heri, Ria Cahyaningsih, Windi Liliana, Sri Windarwati) atas kerja samanya. 9. Sudrajat Koco, Arif Budi Prasetyo, Nadiyah Khaeriyyah dan Ibu atas bantuannya. 10. Sahabat-sahabat TIN41. 11. Pegawai UPT TIN khususnya Pak Mul yang banyak membantu dalam pengurusan administrasi. 12. Serta semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Semoga semua kebaikan dan pertolangan di berikan balasan yang berlipat ganda. Segala bentuk koreksi dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ini bermaanfaat bagi pembaca sekalian. Bogor, Februari 2011 Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman I. PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1 B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................................................. 1 C. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3 A. Sistem Informasi. ........................................................................................................ 3 B. Sistem Informasi Bisnis .............................................................................................. 3 C. Unified Modeling Languange ..................................................................................... 4 D. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ....................................................................... 6 E. Biomassa dan Biomass pellet (Biopellet). .................................................................. 7 F. Peramalan Jumlah Potensi Bahan Baku .................................................................... 11 G. Pembiayaan Syariah. ................................................................................................. 12 III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................. 15 A. Konsepsi Sistem Informasi Bisnis ............................................................................ 15 B. Metode Pengolahan Data. ......................................................................................... 16 C. Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek ................................................. 20 D. Tahapan Pengembangan Sistem ............................................................................... 20 IV. ANALISIS SISTEM .............................................................................................................. 23 A. Deskripsi Sistem........................................................................................................ 23 B. Konfigurasi Sistem. ................................................................................................... 23 C. Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna ................................................................. 24 D. Hubungan Antar Pelaku ............................................................................................ 24 E. Kebutuhan Fungsional Sistem ................................................................................... 25 V. PEMODELAN SISTEM ......................................................................................................... 27 A. Use case diagram (diagram kasus). .......................................................................... 27 B. Activity diagram (diagram aktifitas) ......................................................................... 28 C. Collaboration diagram (diagram kolaborasi). .......................................................... 30 D. Sequence diagram (diagram urutan). ........................................................................ 32 E. Class Diagram (Diagram Kelas) ............................................................................... 34 VI. IMPLEMENTASI SISTEM................................................................................................... 37 A. Tranformasi Desain ................................................................................................... 37 B. Pembuatan Perangkat Lunak ..................................................................................... 37 VII. PEMBAHASAN ................................................................................................................... 43 A. Tampilan Paket Program........................................................................................... 43 B. Verifikasi Sistem dan Faktor kritis Bisnis ................................................................ 48 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 62
iv
A. Kesimpulan................................................................................................................ 62 B. Saran .......................................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 63 LAMPIRAN ................................................................................................................................. 65
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Komposisi kimia pelepah sawit berdasarkan umur tanaman ......................................................7 Tabel 2. Perbandingan Standar Biopellets beberapa negara ...................................................................11 Tabel 3. Produk lembaga pembiayaan syariah .......................................................................................12 Tabel 4. Jumlah pelepah yang dipangkas berdasarkan usia tanaman. ....................................................48 Tabel 5. Luas tanaman kelapa sawit kecamatanCigemblong. .................................................................48 Tabel 6. Hasil Peramalan tahun kedua(2011) dan nilai MAPE. .............................................................49 Tabel 7. Daftar wilayah terdapat perkebunan sawit. ...............................................................................50 Tabel 8. Model penentuan lokasi. ............................................................................................................51 Tabel 9. Kebutuhan Modal Investasi .......................................................................................................53 Tabel 10. Kriteria Investasi. .....................................................................................................................56 Tabel 11. Model Penentuan Jumlah Trip Kendaraan ..............................................................................57 Tabel 12. Lokasi pengambilan bahan baku. ...........................................................................................58 Tabel 13. Jadwal lokasi pengambilan bahan baku .................................................................................59 Tabel 14. Kebutuhan energi pada proses pembutan biopelet .................................................................60
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen sistem informasi ....................................................................................................3 Gambar 2. Pemerkasa terbentuknya UML ................................................................................................5 Gambar 3. Bagian-bagian tanaman kelapa sawit.......................................................................................6 Gambar 4. Struktur pelepah kelapa sawit ..................................................................................................7 Gambar 5. Diagram alir pembuatan biopellet lps ......................................................................................9 Gambar 6. Flat die dan roller ...................................................................................................................10 Gambar 7. Proses pencetakan Biopellet pada Pelleting Mill ..................................................................10 Gambar 8. Contoh produk biopellat pelepah sawit .................................................................................10 Gambar 9. Skema pembiayaan Mudharabah. ..........................................................................................13 Gambar 10. Skema pembiayaan Musyarokah .........................................................................................14 Gambar 11. Diagram konsepsi SIB biopellet ..........................................................................................15 Gambar 12. Tahapan Penelitian ...............................................................................................................20 Gambar 13. Diagram hubungan antar pelaku ..........................................................................................24 Gambar 14. Diagram kasus dari SIBBioPeS 1.0 .....................................................................................27 Gambar 15. Diagram kasus sub-sistem analisis finansial .......................................................................28 Gambar 16. Diagram aktifitas Sub-sistem Analisis Finansial.................................................................29 Gambar 17. Diagram kolaborasi subsistem analisis finansial .................................................................31 Gambar 18. Diagram urutan sub-sistem analisis finansial. .....................................................................33 Gambar 19. Diagram kelas pada SIBBioPeS 1.0 ....................................................................................35 Gambar 20. Kelas mesin dan Investasi ....................................................................................................36 Gambar 21. Model Data Konseptual SIBBioPeS 1.0 ..............................................................................38 Gambar 22. Model Data Fisik SIBBioPeS 1.0 ........................................................................................39 Gambar 23. Objek pada (a) diagram kelas dan (b) bahasa pemograman Pascal ....................................40 Gambar 24. Struktur antarmuka Pada SIBBIoPeS 1.0 ............................................................................41 Gambar 25. Splash Screen Paket Program SIBBioPeS 1.0.....................................................................43 Gambar 26. Tampilan utama SIBBioPeS 1.0 ..........................................................................................43 Gambar 27. Tampilan halaman informasi bahan baku............................................................................44 Gambar 28. Halaman Modul Analisis Finansial .....................................................................................45 Gambar 29. Halaman penjadwalan pengambilan bahan baku ................................................................46 Gambar 30. Halaman Modul Informasi Biopellet ...................................................................................46 Gambar 31.Halaman modul Simulasi ......................................................................................................47 Gambar 32. Halaman Kendali admin : (a) Melalui SIBBioPeS, (b)Melalui Browser Internet ..............47 Gambar 33.Output grafik peramalan potensi Bahan Baku......................................................................49 Gambar 34. Peta Penyebaran Perkebunan Sawit .....................................................................................50 Gambar 35. Proyeksi Laba Rugi ..............................................................................................................56 Gambar 36. Neraca Massa Pembuatan Biopelet. ....................................................................................60
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku ............................................................................66 Lampiran 2. Diagram Use Case Penjadwalan Wilayah Bahan Baku .....................................................67 Lampiran 3. Diagram Use Case Kendali Administrator dan Informasi Biopellet ..................................68 Lampiran 4. Diagram Use Case Sub-sistem Simulasi .............................................................................69 Lampiran 5. Diagram Aktifitas Sub-sistem Informasi Bahan Baku .......................................................70 Lampiran 6. Diagram Aktifitas Sub-sistem Penjadwalan Lokasi Bahan Baku ......................................71 Lampiran 7. Diagram Aktifitas Sub-sistem Simulasi Bisnis...................................................................72 Lampiran 8. Diagram Aktifitas Sub-sistem Info Biopellet .....................................................................73 Lampiran 9. Diagram Aktifitas Sub-sistem Kendali Administrator .......................................................74 Lampiran 10. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Bahan baku. ..................................................................75 Lampiran 11. Diagram Kolaborasi Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku .........................................76 Lampiran 12. Diagram Kolaborasi Subsistem Kendali Administrator ...................................................77 Lampiran 13. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Simulasi Bisnis .............................................................78 Lampiran 14. Diagram Urutan Sub-sistem Informasi Bahan Baku ........................................................79 Lampiran 15. Diagram Urutan Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku ................................................80 Lampiran 16. Diagram Urutan Sub-sistem Simulasi Bisnis ...................................................................81 Lampiran 17. Diagram Urutan Subsistem Kendali Administrator..........................................................82 Lampiran 18. Jarak antar wilayah potensi bahan baku (dalam Km). ......................................................83 Lampiran 19. Nilai Asumsi analisis Finansial .........................................................................................84 Lampiran 20. Mesin yang digunakan ......................................................................................................85 Lampiran 21. Proyeksi Laba rugi.............................................................................................................86 Lampiran 22. Proyeksi Arus kas ..............................................................................................................88 Lampiran 23. Perhitungan Kriteria Investasi ...........................................................................................89
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan menyebabkan timbulnya masalah-masalah lingkuangan, oleh karena itu pemerintah melalui PP no 30 tahun 2007 menganjurkan untuk melakukan diversifikasi energi khususnya energi yang ramah lingkunan. Pengembangan bahan bakar ramah lingkungan juga harus memperhatikan bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan hendaknya bersifat terbarukan dan tersedia dalam jumlah cukup banyak. Salah satu limbah pertanian yang tersedia cukup melimpah adalah limbah pelepah sawit (lps). Pada pemanfaatannya, lps ini dapat dibentuk menjadi bentuk pelet (biopelet atau biomass pellet). Beberapa negara eropa seperti Jerman, Perancis, Spanyol, dan Swedia, telah memproduksi biopelet dengan skala besar. Salah satu negara yang mempunyai tingkat produksi cukup tinggi adalah negara Austria. Tingkat produksi dan konsumsi biopelet di negara Austria dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Pada tahun 1997 kebutuhan maupun produksinya kurang dari lima ribu ton, namun pada tahun 2009 telah mencapai diatas 600.000 ton pertahun.dengan harga jual bahan baku relatif stabil 200 euro per ton. Biopelet yang dihasilkan umumnya berasal dari sisa industri kayu, atau limbah pertanian dan hutan seperti ranting, kayu, dan rumput. Aplikasi biopelet di negara-negara tersebut umumnya digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan serta subtitusi bahan bakar pada pada industri. Indonesia mempunyai peluang pengembangan biopelet yang sangat besar karena mempunyai sumber bahan baku biomassa yang cukup melimpah salah satunya adalah lps. Menurut data Dirjen Pekebunan diperkirakan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2009 adalah 7,07 juta ha dan dapat menghasilkan lps lebih dari 90 juta ton/tahun, jumlah tersebut merupakan potensi yang cukup besar. Namun demikian, bisnis biopelet untuk tujuan sebagai bahan bakar belum berkembang di Indonesia meskipun secara umum teknologi biopelet telah dikuasai. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang lengkap, terstruktur dan terintegrasi yang berkaitan dengan bisnis biopelet. Pengembangan bisnis biopelet ini harus didukung oleh ketersediaan informasi yang lengkap, jelas, terintegrasi dan terstruktur agar mudah digunakan oleh pengguna. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengelola informasi-informasi tersebut adalah dengan menggunakan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet. Sistem informasi bisnis (SIB) agroindustri biopelet merupakan sistem informasi yang diperuntukkan bagi pihak pelaku bisnis. SIB yang dikembangkan merupakan sistem yang menyediakan informasi yang menyeluruh untuk pengembangan bisnis biopelet. Informasi yang dibutuhkan meliputi kondisi ketersedian bahan baku dan lokasi tempat industri. Proses pengolahan bahan baku limbah pelepah sawit menjadi biopellet, Informasi analisis finansial dengan pembiayaan syariah yang digunakan untuk melihat tingkat kelayakan bisnis tersebut. Selain itu juga informasi penjadwalan pengumpulan bahan baku pelepah sawit. Sehingga Pengembangan SIB biopellet ini diharapkan dapat menjadi jawaban permasalahan yang kemungkinan dihadapi dalam menjalankan bisnis biopellet lps yaitu kontinyuitas pasokan bahan baku. Hal ini dikarenakan pada umumnya lps tersebar di beberapa daerah, sehingga perlu sebuah pengaturan pengumpulan lps agar pasokan bahan baku relatif stabil.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang akan dicapai yaitu:
1. Mengidentifikasi faktor kritis dalam bisnis agroindustri biopelet lps. 2. Merancang sistem informasi bisnis berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk aplikasi bagi agroindustri biopelet. 3. Melakukan evaluasi terhadap hasil sistem informasi bisnis yang dirancang. Penelitian tentang sistem informasi bisnis agroindustri biopelet diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak terutama pelaku bisnis pada industri ini, pengambil kebijakan regional di daerah, khususnya wilayah propinsi Banten, serta lembaga pembiayaan keuangan yang akan memberikan pinjaman dana untuk usaha tersebut.
C. Ruang Lingkup Penulis membatasi kajian penelitian mengenai sistem informasi bisnis agroindustri biopellet berbahan baku lps meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Informasi yang terdapat dalam SIB bioepellet merupakan kumpulan dari sub-sub modul. Sub-modul tersebut meliputi: (a). Modul bahan baku yang berisi informasi ketersediaan bahan baku lps untuk melihat trend dan peramalan yang akan datang. (b) Modul penentuan lokasi industri berdasarkan kajian biaya transportasi bahan baku. (c) Modul modul penjadwalan produksi yang digunakan untuk menyusun jadwal pengambilan bahan baku dari tiap-tiap wilayah penghasil lps. (d) Modul analisis finansial yang digunakan untuk melihat kriteria invesatsi dan permodalan. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan pembiayaan syariah dalam perhitungan analisis finansial. (e) Modul simulasi investasi yang digunakan untuk melakukan simulasi investasi dengan parameter-parameter yang disesuaikan dengan keinginan pengguna. 2. Penyusunan sistem informasi bisnis industri biopellet, yang merupakan kumpulan dari modul-modul sebelumnya dalam bentuk sebuah perangkat lunak aplikatif berbasis komputer yang diberi nama SIBBioPeS 1.0. Sedangkan data-data yang digunakan untuk melakukan verifikasi sistem didapatkan dari provinsi Banten khususnya kabupaten Lebak dan Pandeglang.
2
II. TINJA AUAN PU USTAKA
A Sistem In A. nformasi. Sistem m informasi addalah sekumpuulan elemen yang y teratur baaik orang, harrdware, softwaare maupun jaaringan komunnikasi yang beertujuan untukk mendapatkann, mengolah, menyimpan dan d mendistribuusikan data meenjadi informaasi (O’Brien, 2008). 2 Mariminn (2003) menaambahkan bahw wa data dapat disebut d menghhasilkan inform masi jika setelahh data tersebutt diolah, memb berikan tambahhan pengetahuaan pengguna daata terhadap daata tersebut.
Gambar G 1. Kom mponen sistem informasi i (O’ Brien, B 2008) Gambbar 1 mengilusstrasikan modeel sistem inforrmasi yang meenggambarkan hubungan anttar komponen dan aktivitas sistem s informaasi. Model sisttem informasi ttersebut membberikan keranggka g menekankan n pada empat hal yang dappat diaplikasikkan pada sem mua jenis sisteem kerja yang informasi: 1. Mannusia, hardwaree, software, daata dan jaringann adalah sumbeer daya dasar sistem informassi. 2. Sum mber daya man nusia meliputii pemakai akh hir sistem infoormasi; sumberr daya hardwaare terdiri dari mesin dan media; sum mber daya sofftware terdiri ddari program maupun m proseduur, sum mber daya dataa meliputi dasaar data dan peengetahuan, daan sumber dayya jaringan yanng meliiputi media komunikasi dan jjaringan. 3. Sum mber daya data diubah melaluui aktivitas pem mrosesan inforrmasi menjadi berbagai produ duk info ormasi bagi pem makai akhir. 4. Pem mrosesan inforrmasi terdiri dari aktivitas input dalam m sistem, pem mrosesan outpuut, penyyimpanan dan pengendalian ((O’ Brien, 200 08).
B Sistem In B. nformasi Biisnis Bisniss adalah kegiaatan atau usahha yang dilakuukan untuk memperoleh m keeuntungan sesuuai dengan tujuuan dan target yang diinginkkan dalam berb bagai bidang, baik b jumlah maaupun waktunyya.
Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial (Kasmir dan Jakfar, 2007). Sementara Brown dan Petrello dalam Suwarman (1998), mendefinisikan bisnis sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pendirian suatu bisnis akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Di samping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. Keuntungan dengan adanya kegiatan bisnis baik bagi perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat, antara lain : 1. Memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis. 2. Membuka peluang kerja kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha. 3. Manfaat secara ekonomi seperti menambah jumlah barang dan jasa, meningkatkan mutu produk, serta meningkatkan dan menghemat devisa. 4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha. 5. Membuka isolasi wilayah. 6. Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembangunan 7. (Kasmir dan Jakfar, 2007). Sistem informasi bisnis adalah sistem informasi yang bertujuan untuk mendukung kegiatankegiatan dalam suatu bisnis dalam mencapai tujuan bisnis. O’Brien (2008) menambahkan bahwa sistem informasi bisnis atau sistem fungsional bisnis adalah berbagai jenis sistem informasi (pemrosesan transaksi, informasi manajemen, pendukung keputusan, dan lain lain) yang mendukung berbagai fungsi bisnis seperti akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen operasi dan manjemen sumber daya manusia. Perbedaan sistem informasi manajemen (SIM) dengan SIB terletak pada sumber data yang digunakan. SIM dalam operasinya lebih banyak menggunakan data dari internal perusahaan sedangkan SIB lebih banyak menggunakan data dari eksternal perusahaan. Selain itu juga informasi pada SIB ditujukan untuk pengambilan keputusan tingkat menengah ke atas. Sedagkan SIM lebih banyak digunakan untuk menengah ke bawah yang bersifat operasional atau manajerial. Sedangkan perbedaan SIM dan sistem penunjang keputusan (SPK) adalah terletak pada tingkat pengambilan keputusan. Pada hasil keluaran SIM, digunakan untuk pengambilan keputusan yang bersifat manajerial atau operasional dan sebagian besar untuk lingkungan internal organisasi. Sedangkan keluaran dari SPK digunakan dalam menunjang pengambilan keputusan yang bersifat taktis dan strategis serta umumnya berkaitan dengan lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Selain itu juga masalah yang dihadapi oleh SPK lebih tidak terstruktur dan kompleks dibandingkan dengan masalah yang dihadapi oleh SIM yang lebih terstruktur dan tidak terlalu kompleks. Menurut O’Brien(2008), terdapat tiga peranan mendasar sistem informasi dalam aplikasi bisnis yaitu: 1. Mendukung proses dan operasi bisnis 2. Mendukung pengambilan keputusan manajerial 3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.
C. Unified Modeling Languange Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam pemodelan untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. (Yanti,
4
2003). Bennet (2001) menambahkan UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1. Mempunyai sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat. 3. Memudahkan dalam proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal. UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, sedangkan syntax UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch-OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh-OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson-OOSE (Object-Oriented Software Engineering). Pada era tahun 1990-an banyak metodologi pemodelan berorientasi objek bermunculan, diantaranya adalah:(1) metodologi Booch, (2)metodologi Coad, (3) metodologi OOSE, (4) metodologi OMT, (5) metodologi Shlaer-Mellor, (6) metodologi Wirfs-Brock, dan sebagainya. Masing-masing metodologi membawa notasi sendiri-sendiri, yang mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerjasama dengan group/perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan. Oleh karena itu, pada bulan Oktober 1994 Booch, Rumbaugh dan Jacobson, yang merupakan tiga tokoh yang metodologinya banyak digunakan, mempelopori usaha untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995 direlease draft pertama dari UML (versi 0.8). Sejak tahun 1996 pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG). Tahun 1997 UML versi 1.1 muncul, dan saat ini telah mencapai versi 2.0. Sejak saat itulah UML telah menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek. Rumbaugh Jacobson
Booch
OMG (Object Management
Odell
Meyer
Shlaer and Mellor Gamma
Gambar 2. Pemerkasa terbentuknya UML (Yanti, 2003) Pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari 1. Use case diagram (diagram kasus). 2. Class diagram (diagram kelas). 3. Object diagram (diagram objek). 4. Statechart diagram (diagram keadaan). 5. Activity diagram (diagram aktivitas). 6. Sequence diagram (diagram urutan ).
5
7. Com mponent diagraam (diagram koomponen). 8. Depployment diagraam (diagram penyebaran). 9. Colllaboration diaggram (diagram m kolaborasi). Namuun dalam praktteknya tidak seemua diagram harus dibuat,. disesuaikan deengan kebutuhhan dan kompleeksitas sistem yang y akan dikeembangkan (Nugraha, 2002)
D Kelapa Sawit D. S (Elaeiis guineensiss Jacq) Kelap pa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakkan tumbuhann tropis yang tergolong t dalaam familie pallmae dan beraasal dari Afrikaa Barat. Mesk kipun demikiann, dapat tumbuuh diluar daerrah asalnya, terrmasuk Indoneesia (Setyawibaawa dan Widyaastusti, 1992). Kelap pa sawit mencaapai tinggi hinggga 30 m, denngan daun di uj ujungnya. Daun n tersusun spirral, berpelepah daun dengan serabut, di baggian pangkalnyya tangkai daunn berduri. Perbbungaan tungggal, di ketiak daun, d bunga tuunggal, berbulirr atau bertong gkol. Perbuahann terdiri atas 500 5 - 3000 buuah bergerombo ol, buahnya membulat m atau llonjong, tidak bertangkai. b Bijji biasanya sattu, kadang 2 attau 3, dengan warna w coklat tuua.
Gam mbar 3. Bagian--bagian tanamaan kelapa sawit (Pahan, 20077) Tanam man kelapa saw wit dalam taksoonomi tumbuhaan dapat diklassifikasikan sebagai berikut: Divisii : Embryophyta E S Siphonagama Kelas : Angiospermae A Ordo : Monocotyledon M ne Familli : Arecaceae A (Pallmae) Sub-fa famili : Cocoiidae Genuss : Elaeis E Spesiees : Elaeis E guineenssis Jacq (Kelappa sawit Afrikaa) E. oleeifera (Kelapa sawit s Amerikaa latin) Bagiaan pelepah saw wit yang dimanffaatkan sebagaai bahan baku biopellet b adalaah bagian petiole, yaitu bagiaan pangkal peleepah yang tidaak ditumbuhi daun d dengan paanjang sekitar 1 - 1,5m denggan bobot sekitar 5 kg. Menurut Pahan ((2007), pangk kal pelepah daaun adalah baagian daun yanng mendukung g atau tempat duduknya hellaian daun dan n terdiri atas rachis, tangkai daun (petioluus), duri-duri, helaian h daun (lamina), ( ujungg daun, lidi, teepi daun dan daging daun. Panjang peleppah daun dapatt mencapai 9 m, m tergantung umur u tanaman n. Pohon kelapa sawit normaal dan sehat paada satu pohonn terdapat 40-5 50 pelepah dauun. Jika tidak dilakukan d pem mangkasan, maaka pelepah daaun dapat melebbihi 60 pelepahh.
(a)
(b) Gam mbar 4. (a) Struuktur bagian peelepah kelapa sawit s (Pahan, 22007) dan (b) Petiole P pelepahh sawit Keteraangan: TL = Sepasangg ujung daun yyang berbentuk oval RA = Rachis VL = Vestigal leafleat (duri tipe t kedua) PE = Petiole SP = Duri tipee pertama. Tabel 1. 1 Komposisi kkimia pelepah sawit s berdasarkkan umur tanam man Umur Tanam man Sawit (tahuun) Keterangan 4 8 122 16 Bahan kerinng (%) 23,74 20,82 31,45 43,62 Protein kasaar (%) 2,31 2,89 2,60 3,48 3,53 3,44 1,60 4,33 Lemak kasaar (%) 31,14 32,80 33,48 34,67 Serat kasar (%) 2,61 3,47 5,45 3,12 Abu (%) 4061,1 3999,5 Gross Energgi (Kkal/Kg) 4 4142,0 4047,6 (Sumber: Liliana, L 2009)
E Biomassaa dan Biomass pellet (B E. Biopellet). Biomaassa meliputi semua s bahan yyang bersifat organik yang beerasal dari makkhluk hidup attau mengalamii pertumbuhan n dan residunyya (El Bassam dan Maegaard, 2004). Biom mass merupakkan sumber eneergi terbarukann yang palingg serbaguna diibandingkan suumber energi terbarukan yaang lainnya (S Siemers, 2006)). Bahan yanng termasuk biomassa b antarra lain sisa hasil h hutan dan d perkebunann, biji dan lim mbah pertaniaan, kayu dan limbah kayu, limbah hewaan, tanaman aair, tanaman keecil, limbah inddustri, dan limbbah pemukimaan (Bergman daan Zebre 2004)). Biomaassa tidak dappat langsung dibakar karenna sifat fisiknnya yang kuraang baik sepeerti kerapatan energi yang rendah r dan permasalahan p p penanganan, ppenyimpanan dan transportaasi (Saptoadi, 2006). Pengggunaan bahan bakar secara langsung tannpa melalui pengolahan p akkan menyebabk kan timbulnya penyakit pernnafasan yang disebabkan oleh karbon monoksida, m sulffur dioksida daan bahan partikkulat (Yamada et al. 2005).
Bergman dan Zebre (2004) menambahkan bahwa konversi biomassa menjadi bentuk yang lebih baik dapat meningkatkan kualitasnya sebagai bahan bakar. Hal ini juga mempermudah dalam penanganan, transportasi, penyimpanan, peningkatan daya bakar, peningkatan efisisnsi bakar, bentuk lebih seragam, serta kerapatan energi yang lebih besar. Namun, konversi bahan bakar biomassa harus memiliki keseimbangan energi agar energi yang dapat digunakan lebih besar dari energi proses produksi (Hill et al. 2006). Menurut Palz (1985) komposisi komponen organik bukan abu pada biomassa cenderung seragam. Komponen utama adalah karbon, oksigen dan hidrogen. Beberapa biomassa juga mengandung sebagian kecil nitrogen. Menurut White dan Paskett dalam umam(2006) penggunaan biomassa sebagai bahan bakar memiliki kekurangan dibandingkan dengan bahan bakar fosil, sebab 1. Pada umumnya biomassa memiliki kandungan panas yang rendah dibandingkan bahan bakar fosil. 2. Biomassa mengandung kadar air yang tinggi sehingga dapat menghambat proses pembakaran, menyebabkan kehilangan energi selama pembakaranan karena menjadi kalor laten uap. 3. Biomassa memiliki densitas yang sangat rendah, sehingga meningkatkan ukuran peralatan penanganan, penyimpanan dan pembakaran. 4. Biomassa memiliki bentuk yang tidak homogen sehingga menyulitkan untuk pemasukan secara otomatis ke dalam ruang pembakaran. Pellet merupakan salah satu bentuk energi biomassa, diproduksi pertama kali di Swedia pada tahun 80-an. Pellet digunakan sebagai pemanas ruang skala kecil dan menengah. Pellet dibuat dari hasil samping terutama serbuk kayu. Pellet memiliki kadar air rendah (10%) sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembakaran (VE 2006). Pellet di Swedia memiliki diameter 6-12 mm dan panjang 10-20 mm (NUTEK, 1996 dalam Jonsson, 2006). Keunggulan utama dari pemakaian bahan bakar biomassa pellet adalah penggunaan kembali bahan limbah seperti serbuk kayu yang biasanya dibuang begitu saja. Serbuk kayu dapat teroksidasi dibawah kondisi tak terkendali membentuk metana atau gas rumah kaca (Cook, 2007). Densifikasi limbah pertanian maupun kehutanan menjadi briket atau pellet adalah metode pengembangan fungsi suatu sumberdaya yang dapat meningkatkan kandungan energi tiap satuan volume dan juga dapat mengurangi biaya transportasi dan penanganan. Densitas biomassa briket diatas rentang densitas kayu yaitu antara 800-1.100 kg/m3 dan densitas kamba adalah 600-800 kg/m3 (untuk pengemasan dan pemuatan dalam alat transportasi) (Leach dan Gowen, 1987). Menurut Saptoadi (2006), proses pemampatan biomassa menjadi pellet atau briket dilakukan untuk 1. Meningkatkan kerapatan energi bahan. 2. Meningkatkan kapasitas panas (kemampuan menghasilkan panas dalam waktu yang lebih lama dan mencapai suhu yang lebih tinggi), 3. Mengurangi jumlah abu pada bahan bakar. Pellet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan lebih besar dari briket (El Bassam dan Maegaard, 2004). Bahan bakar pellet memiliki diameter antara 3-12 mm dan panjang bervariasi antara 6-25 mm. Pellet dibuat oleh alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara terus menerus serta mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan melewati lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu. Proses ini menghasilkan bahan yang padat dan akan terpotong ketika mencapai panjang yang diinginkan (Ramsay, 1982). Metode pembuatan pellet salah satunya adalah dengan menggunakan bahan kadar air antara 16-28%. Proses berlangsung pada suhu 163oC dan tekanan pada lempeng sebesar 178kN. Pellet yang dihasilkan memiliki diameter 3 mm dan panjang 13 mm. Selanjutnya pellet tersebut
8
dikeringkan dengan udara panas hingga mencapai kadar air 7-8% dan bobot jenis lebih dari 1 kg/cm3. Menurut Ramsay (1982) proses pembuatan pellet menghasilkan panas akibat gesekan alat yang memudahkan proses pengikatan bahan dan penurunan kadar air bahan sampai dengan 5-10%. Panas juga menyebabkan suhu pellet ketika keluar mencapai 60-65oC sehingga dibutuhkan pendinginan. Pembuatan biopellet lps secara umum ditunjukkan oleh Gambar 5. Petiole Pelepah Sawit
Pencacahan
Pengeringan dengan Matahari
Penggilingan
Pengayakan
Pengeringan dengan mesin
Bahan Tambahan
Pencampuran Bahan Tambahan
Penctakan Pelet
Biopellet lps
(Liliana, 2009) Gambar 5. Diagram alir pembuatan biopellet lps Proses pembuatan biopellet pelepah sawit dimulai dengan pengecilan ukuran bahan baku menjadi bentuk serbuk. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pencacahan menggunakan slicer atau chipper kemudian bahan tersebut dikeringkan matahari selama 2-3 hari. Setelah itu bahan dihancurkan menggunakan disk mill atau Hammer mill dengan ukuran saringan 3mm. Selajutnya bahan yang telah menjadi serbuk, dikeringkan menggunakan mesin pengering sehingga kadar air mencapai sekitar 10-16%. Tahap berikutnya adalah pencampuran dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang dimaksud dapat berupa bahan perekat misalnya pati atau bahan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan nilai kalor seperti gliserol (Umam, 2007). Bahan tambahan bersifat opsional tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan atau produk yang diinginkan. Tahapan terakhir pada proses pembuatan biopelet adalah pencetakan pelet menggunakan mesin pelleting mill. Prinsip kerja pada tahap pencetakan dengan mesin pelleting mill adalah bahan dimasukkan secara terus menerus kemudian ditekan pada lempengan yang mempunyai lubang-lubang dengan diameter tertentu. Selanjutnya bahan tersebut ditekan menggunakan roller untuk melewati lubang-lubang yang menyebabkan bahan tersebut akan menjadi lebih padat karena
9
adanya tek kanan yang bessar dan panas yang timbul. Gambar G 6 ini m merupakan bag gian utama paada mesin pelleeting mill beruppa roller dan fl flat die.
Gambar 6. Flat die dan n roller (PHI, 22009) Sedanngkan Gambar 7 merupakan ilustrasi i prosess pembentukann biopellet padaa mesin biopeleet.
7 Proses penceetakan Biopelllet pada Pelletinng Mill (PHI, 2009) 2 Gambar 7. Pada proses pengeempaan pembeentukan pellett, salah satu komponen paada bahan yaang berperan unntuk menjaga keutuhan k bentuuk biopellet addalah adanya senyawa lignin. Senyawa lignnin menurut Saa’id (1996) addalah polimer aaromatik kompplek yang terbbentu melalui polimerisasi p tiiga dimensi daari sinamil allkohol (turunaan fenilpropanna). Lignin daapat dikonverrsi ke monom mer penyusunny ya tanpa menngalami perubahan pada beentuk dasarnyaa. Selain itu Achmadi dalaam Lukman (22008) menambaahkan lignin bersifat termopllastik, artinya llignin dapat menjadi m lunak dan d dapat diben ntuk pada suhuu tinggi dan keembali menjad di keras pada ssuhu dingin. Sifat termoplasttik inilah yang dimanfaatkaan dalam pem mbentukan bio opellet dari ppelepah kelapa sawit denggan kandungan lignin berkisaar antara 15 - 22% (Sa’id, 1994). 1 Sedangkkan panas yanng timbul berassal dari akibat adanya tekanaan yang besar dan d gesekan baahan dengan peengempa.
Gambbar 8. Contoh produk p biopellaat pelepah saw wit (Liliana 20009) Biopeellet yang dihaasilkan mempuunyai diameter 8 mm dan pannjang 10 -25 mm m dengan nilai kalor rata-rrata adalah 36550 Kcal/Kg (Liiliana , 2009). Kemampuan K suubtitusi biopelllet terhadap baatu
bara adalah 1:1,5 dengan asumsi nilai kalor rata-rata tiap satu kilogram batu bara adalah 5500 Kcal. Perbandingan beberapa standar biopellets dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Standar Biopellets beberapa negara Karakteristik Biopellets
Satuan
öNorm M 7135 (Austria) (a)
DIN 51731 (Jerman)(a)
DIN Plus (Pellet Association Germany)(a)
Pellet Fuel Institute (b)
ITEBE (c) (20012007)
Diameter
Mm
4,0 - 10 ,0
4-10 .1
-
6,35 - 7,94
6,0 - 16
Panjang
mm
5 x D (1)
< 50
5 x D (1)
< 38,1
10,0 – 50
Densitas
kg/dm3
> 1,12
1,0 - 1,4
> 1.12
> 0,64
> 1,15
Kadar Air
%
< 10
< 12
< 10
-
< 15
< 0,5
< 3 (Standar) < 1(premium)
<6
Kadar Abu
%
< 0,5
< 1,5
nilai kalor S
MJ/Kg
> 18
17,5 - 19,5
> 18
> 19,08
> 16,9
%
< 0,04
< 0,08
< 0,04
-
< 0,10
N
%
< 0,3
< 0,3
< 0,3
-
< 0,5
Cl
%
< 0,02
< 0,03
< 0,02
< 0,03
< 0,07
Abrasi
%
< 2,3
-
< 2,3
-
-
-
<2
Bahan Tambahan
%
<2
-2
<2
(PHI dalam Umam, 2007)
F. Peramalan Jumlah Potensi Bahan Baku Metode kuantitatif merupakan metode yang menggunakan data numerik masa lalu untuk mendapatkan peramalan masa akan datang dengan asumsi pola pada masa lalu akan berulang di masa akan datang (assumption of continuity). Metode kuantitatif dibedakan menjadi dua yaitu teknik peramalan deret waktu (time series) dan teknik kausal. Teknik deret waktu adalah teknik peramalan terhadap masa datang yang dilakukan atas dasar nilai-nilai peubah dan atau galat masa lalu. Teknik ini bertujuan untuk mengungkapkan pola dari deret data masa lalu yang kemudian di ekstrapolarisasikan pola data tersebut ke masa datang. (Machfud, 1999). Teknik peramalan deret waktu dikelompokkan mejadi empat kelompok yaitu (1) metode perataan (averaging methods), (2) metode pemulusan eksponensial (exponential smoothing), (3) metode dekomposisi dan (4) metode Box-Jenkis (autoregressive integrated moving average= ARIMA). Selanjutnya metode-metode tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan peramalan (Machfud, 1999). Penentuan metode peramalan yang tepat untuk suatu data harus memperhatikan sifat data tersebut. Sifat dan pola data dalam klasifikasi Pegels dibedakan menjadi sembilan macam yang merupakan kombinasi dari tiga pengaruh musiman dan tiga pengaruh kecenderungan. Pengarug musiman meliputi:(1) tidak ada pengaruh musiman, (2) Pengaruh musiman aditif dan (3) pengaruh musiman multiplikatif. Sedangkan pengaruh kecenderungan(trend) meliput: (1) tidak ada trend, (2) trend aditif, dan (3) trend multiplikatif (Makridakis 1995). Makridakis (1995) menambahkan bahwa selain melihat pola data, harus dilihat pula sifat dari data yang akan digunakan. Untuk data yang bersifat stasioner, maka pemulusan eksponensial tunggal banyak digunakan dengan respon yang adaptif untuk meminumkan error. Sedangkan untuk data non-stasioner dapat digunakan metode pemulusan eksponensial linear satu parameter dari Brown atau dua parameter dari Holt dengan nilai pemulus antara 0,1 sampai 0,2. Pada data yang bersifat musiman misalnya seperti kuartalan, semesteran ataupun bulanan, peramalan yang dapat dipilih adalah metode Winters. Namum metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu menggunakan tiga parameter yang menyebabkan banyak kombinasi yang timbul.
11
Pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah menghilangkan faktor musiman. Faktor musiman dihilangkan dengan cara plot rata-rata bergerak dari data menggunakan panjang periode rataan adalah panjang periode musiman (misal empat bulanan untuk kuartalan). Dengan demikian analis tinggal mkonsentrasi pada trend dan stasioner data (Makridakis 1995). Menurut Machfudz (1999), dalam melakukan peramalan dari data masa lalu harus melihat nilai dari kecermatan peramalan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh mana selisih nilai-nilai hasil peramalan dengan data aktual. Selain itu juga untuk melihat kesesuaian teknik yang digunakan dengan pola data. Salah satu ukuran kecermatan yang dapat digunakan adalah ukuran relatif Ukuran relatif merujuk kepada persentase galat atau kesalahan peramalan (Percentage Error =PE) yang dirumuskan sebagai berikut:
100% Sedangkan ukuran kecermatan peramalan yang sering digunakan adalah sebagai berikut: Rataan persen galat (Mean Percentage Error)
∑
Rataan persen absolut galat (Mean Absolute Percentage Error)
∑
|
|
G. Pembiayaan Syariah. Menurut Wibowo dan Untung (2005) bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip ajaran Islam yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits dengan menjauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur riba. Berdasarkan fungsinya, lembaga keuangan syariah mempunyai produk-produk syariah seperti disajikan pada Tabel 3: Tabel 3. Produk lembaga pembiayaan syariah Fungsi perbankan syariah Produk bank syariah Manajer investasi Penghimpunan dana : Prinsip wadi’ah, Prinsip mudharabah Investor
Penyaluran dana : Prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna). Prinsip sewa (Ijarah, IMBT). Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah).
Jasa layanan
Produk jasa : Wakalah, Kafalah, Sharf, Qardh. Hawalah, Rahn dsb.
Sosial
Dana kebajikan : Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS
12
(Khalid, 2009). Produk lembaga keuangan syariah yang umum dan sering dijumpai dan merupakan salah satu fungsi bank syariah sebagai investor, adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarokah.
1. Mudharabah Mudharabah adalah salah satu bentuk pembiayaan syariah dimana akad kerja sama antara dua pihak dengan salah satu pihak (bank atau lembaga keuangan) bertindak sebagai penyedia dana (sahib al-mal) dan nasabah bertindak sebagai penyedia keahlian(mudharib). Pada kerja sama ini, semua kebutuhan dana disediakan oleh pihak bank dan jumlah bagi hasil keuntungan telah disepakati di awal sedangkan jika terjadi kerugian yang bukan karena kesalahan nasabah, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pihak bank (Karim,2007).
Gambar 9. Skema pembiayaan Mudharabah.
2. Musyarokah. Musyarokah adalah bentuk kerja sama dua pihak untuk menjalankan suatu usaha yang halal dengan masing-masing pihak menyetorkan dana. Apabila usaha tersebut mengalami keuntungan ataupun kerugian, maka ditanggung oleh kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati di awal (Karim, 2007). Bentuk kerjasama musyarokah ini dapat dilihat pada Gambar 10.
13
Gambar 10. Skema pembiayaan Musyarokah Salah satu yang membedakan pembiayaan syariah dengan pembiayaan konvensional adalah pada pengembalian dana pinjaman. Pada pembiayaan konvensional pengembalian pinjaman disertai bunga pinjaman baik usaha tersebut mendapatkan laba ataupun tidak. Sedangkan pada pembiayaan syariah pengembalian pinjaman tidak disertai dengan bunga tetapi ditambahkan sebagian hasil usaha jika usaha tersebut mendapatkan laba. Jumlah distribusi hasil usaha dinyatakan dalam bentuk nisbah. Nisbah tersebut didasarkan atas kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam usaha tersebut. Metode pembagian hasil usaha dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Bagi untung (Profit Sharing) adalah pembagian hasil usaha yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana.(2) Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah pembagian hasil usaha yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Kebanyakan bank dan lembaga pembiayaan syariah di Indonesia menggunakan sistem revenue sharing karena lebih mudah dalam pengwasan dan perhitungannya (Fauziyah 2003).
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Konsepsi Sistem Informasi Bisnis Pengembangan industri pengelohan biomassa limbah pelepah sawit belum menarik minat para pelaku bisnis disebabkan kurangnya dukungan informasi bisnis yang lengkap, mudah, dan terintegrasi. Sehingga pembuatan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet lps dirasakan perlu bagi pihak-pihak yang akan berinvestasi pada bisnis ini. Diagram konsepsi pembuatan SIB biopellet dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Diagram konsepsi SIB biopellet Sistem informasi bisnis (SIB) yang dikembangkan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para pelaku bisnis. Informasi-informasi yang tersedia merupakan informasi yang cepat, ringkas, lengkap dan kekinian. Sehingga diharapkan informasi tersebut menunjang dalam usaha bisnis dalam mencapai tujuannya. Informasi utama yang terdapat dalam SIB merupakan informasi yang dibutuhkan pelaku bisnis untuk menjalankan usaha bisnis mereka. Informasi tersebut terutama pengetahuan tentang produk biopellet itu sendiri serta ketersediaan bahan baku di wilayah tersebut. Ketersedian bahan baku merupakan masalah utama dalam pengembangan industri berbasiskan hasil pertanian (agroindustri). Penentuan lokasi yang tepat juga menjadi faktor kritis dalam usaha pengembangan agroindustri biopellet. Hal yang juga penting sebagai bahan pertimbangan pengembangan industri adalah kelayakan finansial karena merupakan tujuan secara umum kegiatan bisnis. Analisis finansial yang digunakan
pada sistem ini adalah dengan pembiayaan syariah. Selain itu pengembangan agroindustri juga perlu mempertimbangkan masalah pasokan bahan baku yang tidak stabil, karena bahan baku pertanian umumnya tersebar dan musiman. Oleh karena itu perlu disusun sebuah penjadwalan pengambilan bahan baku berdasarkan lokasi agar pemenuhan kebutuhan bahan baku relatif stabil. Keluaran utama dari sistem informasi bisnis ini adalah berupa laporan baik berupa elektronik (softcopy) dan cetak (hardcopy) yang berguna sebagai acuan dalam menjalankan bisnis biopellet lps khususnya di propinsi Banten. Sistem informasi bisnis yang dikembangkan merupakan sistem informasi yang mempunyai tampilan antar muka yang userfriendly serta mudah untuk digunakan. Sistem ini juga dilengkapi dengan live-update database secara online, sehingga data informasi yang terdapat di dalamnya selalu kekinian (up to date).
B. Metode Pengolahan Data. 1. Peramalan jumlah potensi bahan baku Metode peramalan yang dipilih pada penilitian adalah dengan pendekatan rata-rata pada data musiman untuk menghilangkan sifat musiman. Selanjutnya digunakan metode pemulusan eksponensial Brown dan Holt untuk peramalannya. Dari kedua metode tersebut dipilih nilai MAPE yang terkecil sebagai hasil peramalan yang terbaik. Metode linear Brown satu parameter Metode linear Brown’s merupakan metode pemulusan eksponensial ganda yang serupa dengan metode perataan bergerak ganda, tetapi dengan proses pemulusan pada setiap periode. Secara matematika metode ini dorumuskan dengan: Ft+m = at + bt(m), dimana at
= 2S’t – S’’t
bt
=
S`t
= αXt + (1-α)S`t-1
S``t
= αS’t + (1- α)S``t-1
Pada metode ini, inisialisasi yang dilakukan adalah dengan menetapkan nilai-nilai sebagai berikut: S``t a1 b1
= S’t = X1 = X1
=
keterangan: Ft+m = Nilai peramalan pada periode t+m Xt = Data observasi periode t m = Jumlah data permalan α = Nilai pemulus parameter S’t = Perataan bergerak pertama periode t S’’t = Perataan bergerak kedua periode t
16
Metode Linear Holt dua parameter Metode linear Holt hampir sama dengan metode linear Brown, proses pemulusan terhadap trend dilakukan secara terpisah. Bentuk matematika dari metode ini adalah: Ft+m = St + bt(m) dimana, St bt
= αXt + (1 – α)(St-1 + bt-1) = δ(St-St-1) + (1 - δ)bt-1
dan inisiasi nilai yang digunakan adalah; S1 b1
= X1
=
keterangan: α = nilai parameter pemulus pertama δ = nilai parameter pemulus kedua
2. Penentuan Lokasi Persoalan penugasan (assignment problem) merupakan salah satu persoalan dalam tranportasi dan dapat dinyatakan dengan tersedianya n fasilitas untuk melaksanakan n pekerjaan. Pada penerapannya, model penugasan sangat luas. Fasilitas dan pekerjaan yang dimaksud bisa sangat beragam misalnya menentukan 5 mesin untuk mengerjakan 5 jenis produk atau sejumlah sumber bahan baku untuk didistribusikan ke sejumlah permintaan dengan jumlah kendaraan tertentu.(Supranto, 1988) Secara matematis persoalan penugasan dalam transportasi dinyatakan sebagai matriks n baris dan n kolom dari biaya (cij), dimana cij adalah biaya tranportasi dari sumber i ke tujuan j. Kemudian carilah nilai xij sebagai variabel keputusan penugasan agar nilai,
Dengan fungsi kendala : Xij = X2ij 1 1 0 Selanjutnya persamaan tersebut diselsaikan dengan metode simpleks. Penentuan solusi awal pada penyelesaian dengan metode simpleks dilakukan dengan metode pendekatan Vogel (Vogel aproximation methode). Metode ini merupakan metode heuristik yang umumnya memberikan penyelesaian awal mendekati hasil optimum. Langkah-langkah penyelesaian dengan metode ini adalah sebagai berikut: Evaluasi penalti setiap baris dan kolom dengan mengurangkan elemen biaya terkecil dalam baris (kolom) dari biaya terkecil berikutnya dalam baris( kolom) yang sama. Identifikasi baris(kolom) dengan penalti terbesar, pilih nilai yang sama secara sembarang. Alokasikan sebanyak mungkin pada variabel pada sel yang mempunyai unit
17
biaya terendah dalam baris atau kolom yang terpilih. Jika suatu baris(kolom) dipenuhi secara bersamaan, hanya satu yang disilamngkan dan permintaan atau penawaran yang lainnya diberikan nilai nol. Penawaran atau permintaan yang bernialai nol tidak boleh digunakan lagi dalam penentuan penalti berikutnya. Jika tepat satu baris (kolom) yang belum disilan, maka berhentialh. Jika hanya satu baris (kolom) yang dengan penawaran yang belum disilang maka tentukan varaiabel darsar dalam baris atau kolom tersebut dengan biaya terendah. Jika semua baris dan kolom yang belum disilang memiliki permintan atau penawaran nol, maka tentukan variabel dasar dengan metode least cost (Aminuddin 2005)
3. Analisis Finansial dengan Pembiayaan Syariah Analisis finansial pada penelitian ini menggunakan skema pembiayaan musyarokah. Metode pembagian hasil usaha dilakukan dengan metode revenue sharing. Bagi hasil dilakukan pada saat neraca laba rugi bernilai positif. Persentase bagi hasil usaha dihitung dengan rumus
.
. 100%
Keterangan: p.e = Ekpetasi penerimaan bank dari pembiayaan (%) p.p = Persen pembiayaan (%) lp = Lama Pinjaman (tahun) Nisbah pengusaha = 100% - Nisbah bagi hasil Perbankan (BSM dalam Ramdhani 2009 Selanjutnya nisbah bagi hasil tersebut dikalikan dengan proporsi pembiayaan dan jumlah penerimaan pada tahun berjalan. Secara matematis ditulis sebagai berikut:
Pada pembiayaan syariah tidak mengenal penurunan nilai mata uang. Sehinggan nilai mata uang yang di dapat pada masa kini dianggap selalu sama. Selain itu juga, pada penentuan kriteria tidak menggunakan kriteria nilai masa mendatang (NPV) dan tingkat pengembalian internal (IRR). Namun, pada penentuan kriteria kelayakan finansial penelitian ini menggunakan perhitungan pembiayaan konvensional yang meliputi NPV, IRR, B/C, dan PBP. Penggunaan metode penentuan tersebut hanya digunakan pada saat telah didapatkan arus kas. Rumus matematika yang digunakan untuk menghitung masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:
18
a.
Net Present Value (NPV) adalah nilai dari investasi di masa akan datang yang yang diukur pada masa sekarang.
1 Dimana NPV = Net Present Value (RP) = Total penenerimaan Kas tahun ke-t (Rp) Bt Ct = Total Kas Keluar tahun ke-t (Rp) i = tingkat suku bunga yang berlaku (%) t = Tahun berjalan b.
Payback Period (periode pengembalian modal) adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal. Nilai PBP dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana NPV1 = Nilai NPV kumulatif bernilai negatif NPV2 = Nilai NPV kumulatif bernilai positif t1 = tahun saat NPV kumulatif negatif t2 = tahun saat NPV kumulatif positif c.
Benefit Cost Ratio (B/C Rasio) ada perbandingan antara manfaat yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: Bt = Total penerimaan pada tahun ke-t (Rp) Ct = Total Biaya pada tahun ke-t (Rp) i = Tingkat suku bunga yang digunakan (%) t = Tahun berjalan n = umur proyek (tahun) d.
Internal Rate Return (IRR) atau arus pengembalian internal merupakan tingkat kemampuan proyek menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang menyebabkab NPV arus kas yang penerimaan sama dengan arus kas keluar.
19
C. Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek Menurut O’brien (2008) proses pengembangan sistem informasi umumnya meliputi tiga tahapan proses, (1) Analisis sistem, yaitu studi mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional dan digunakan sebagai dasar desain sistem informasi yang dibuat. (2) Desain Sistem merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan fungsional pada tahap analisis sistem. (3) Pengembangan pemakai akhir merupakan tahap merubah dari konsep desain pada tahap sebelumnya menjadi sebuah perangkat aplikatif yang sesuai kebutuhan pengguna akhir. Pada penelitian ini, metode pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek yang dapat secara cepat dan jelas memodelkan dan membangkitkan solusi seperti di dunia nyata. Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan dengan pendekatan berorientasi objek adalah Unified Modeling Languange(UML).
D. Tahapan Pengembangan Sistem Tahapan pengembangan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet berbahan baku lps seperti pada Gambar 12.
Gambar 12. Tahapan Penelitian
1. Analisis sistem Metode analisis sistem pada pengembangan sistem informasi bisnis biopellet ini adalah metode bottom-up, dimana pendekatan pengembangan dimulai dengan menganalisis kebutuhan pengguna akhir. Analisis sistem diawali dengan deskripsi sistem dan analisis kebutuhan informasi. Selanjutnya pembuatan persyaratan fungsional sistem yang meliputi kebutuhan data, perangkat lunak, perangkat keras, sumber daya manusia, serta pemeliharaan sistem.
20
2. Desain sistem Pada tahap desain sistem metode yang digunakan adalah UML. Pada tahapan ini dibuat berbagai diagram yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Diagram-diagram yang dibutuhkan meliputi: a.
Use case diagram (diagram kasus) Diagram ini digunakan untuk menggambarkan fungsionalitas sistem dari sudut pandang pengguna. Diagram ini menekankan pada apa yang dikerjakan sistem. Diagram ini juga menggambarkan interaksi sistem dengan pelaku (aktor) diluar sistem.
b.
Activity diagram (diagram aktivitas). Diagram aktivitas digunakan untuk menggambarkan aliran kerja aktivitas di dalam sistem atau dengan kata lain adalah bagaimana sistem itu mengerjakan fungsionalitas tertentu.
c.
Collaboration diagram (diagram kolaborasi). Diagram kolaborasi menggambarkan objek-objek yang terlibat dalam menghasilkan suatu fungsionalitas. Dalam diagram tersebut ditampilkan objekobjek yang berperan, serta relasi dan pesan yang disampaikan antar objek.
d.
Sequence diagram (diagram urutan ). Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam sistem berupa penyampaian message (pesan) yang dikaitkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram juga menggambarkan skenario atau rangkaian langkahlangkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.
e.
Class diagram (diagram kelas) Diagram kelas merupakan diagram utama dalam pemodelan berorientasi objek. Diagram kelas digunakan untuk memperlihatkan struktur statis sistem tersebut. Kelas adalah kumpulan objek yang mempunyai atribut dan tingkah laku (operasi) yang mirip.
3. Tahap implementasi sistem. Tahap implementasi sitem merupakan proses transformasi desain sistem menjadi sebuah sistem aplikatif atau perangkat lunak. Implementasi SIBBioPeS 1.0 pada tahap desain sistem menggunakan Microsoft Visio 2003(Microsoft 2002) dan Sybase Power Designer 12.0 (Sybase 2005) sedangkan pada tahap pembuatan paket program menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7(Borland 2002) dan Ulead Photoimpact 8.0 (Ulead 1999) untuk perancangan antarmuka (sistem manajemen dialog). Sedangkan Microsoft Acces 2007 (Microsoft 2005) dan MySQL (Oracle 2009) digunakan sebagai sistem manajamen basis data dinamis. Selain itu agar tampilan antar muka lebih menarik dan userfriendly, sistem ini juga menggunakan format swf (Shockwave flash) yang dibuat menggunakan perangkat lunak Swish MX 3.0 (Swish 2007)
21
4. Verifikasi sistem Verifikasi merupakan tahapan untuk mengetahui apakah program yang dibuat menghasilkan keluaran secara keseluruhan sesuai yang diinginkan. Proses verifikasi dilakukan selama pembuatan dan setelah selesai. Tahap verifikasi dilakukan dengan cara pengujian keluaran paket program dan pelacakan kesalahan sistem (testing and debuging).
22
IV. ANALISIS SISTEM
A. Deskripsi Sistem Sistem informasi bisnis agroindustri biopellet limbah pelepah sawit yang dibuat ini dinamakan SIBBioPeS 1.0. Sistem ini adalah sistem informasi bisnis berbasis komputer yang dirancang menggunakan UML untuk menyajikan informasi yang menunjang dalam merencanakan dan menjalankan bisnis biopellet lps khususnya di wilayah propinsi Banten. Informasi yang dibutuhkan dalam aktifitas produksi meliputi ketersedian bahan baku, perencanaan produksi, serta penjadwalan pengambilan bahan baku. Sedangkan pada aktifitas keuangan menginformasikan kebutuhan modal serta tingkat kelayakan dalam menjalankan bisnis tersebut menggunakan skema pembiayaan syariah. Sumber data yang digunakan pada SIBBioPeS 1.0 berasal antara lain dari PTPN VIII unit kelapa sawit propinsi Banten, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banten, Badan Pusat Statistik, dan sumber literatur lainnya yang relevan. Data-data yang dibutuhkan terutama meliputi kondisi umum wilayah, data perkebunan kelapa sawit, serta data kelayakan finansial. Selanjutnya data tersebut diolah oleh perangkat lunak aplikatif SIBBioPeS 1.0 untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berguna dalam melaksanakan aktivitas bisnis biopellet lps.
B. Konfigurasi Sistem. Konfigurasi sistem dari paket program SIBBioPeS 1.0 terdiri dari:
1. Sistem Pengolahan Terpusat Sistem pengolahan terpusat berfungsi sebagai pengelola dan pengatur seluruh bagian atau komponen sistem yang menyusun paket program SIBBioPeS 1.0. Sistem pengolahan terpusat memungkinkan interaksi antara sistem satu dengan sistem yang lainnya. Sistem pengolahan terpusat pada SIBBioPeS 1.0, ditampilkan dalam bentuk menu utama yang dihubungkan dengan masing-masing fungsi.
2. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog adalah fasilitas yang digunakan untuk berkomunikasi antara pengguna sistem dengan sistem tersebut. Sistem manajemen dialog mengatur tamplian, fleksibilitas serta kemudahan dalam mengoperasikan paket program. Pembuatan sistem manajemen dialog yang user friendly akan memudahkan pengguna dalam menggunakan paket program. Perancangan sistem manajemen dialog pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak utama adalah Borland Delphi 7(Borland, 2002). Sedangkan yang digunakan sebagai perancangan tampilan pengguna (user interface), adalah perangkat lunak Ulead Photoimpact 8 (Ulead 2002) dan Swish Max 3.0 (Swish 2007).
3. Sistem Manajemen Basis Data. Sistem manajemen basis data (database manajemen sistem /DBMS) merupakan komponen penyusun sistem yang sangat penting karena berfungsi sebagai pemasukan, penghapusan, penyimpanan, pengolahan dan pengorganisasian data yang dibutuhkan bagi sistem tersebut. DBMS yang digunakan dalam pengembangan SIBBioPeS 1.0 ada dua yaitu
23
Microsoft Acces 2007 (Microsoft Corp, 2006). sebagai manajemen basis data lokal (offline), sedangkan DBMS untuk basis data online adalah MySQL (Oracle, 2009).
C. Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mendapatkan jenis informasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang sekaligus juga merupakan faktor kritis bisnis biopellet pelepah sawit. Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan, dapat diidentifikasikan beberapa informasi yang dibutuhkan oleh pelaku bisnis: 1. Informasi bahan baku yang meliputi ketersediaan, lokasi, serta peramalannya. 2. Informasi biaya investasi pendirian industri yang mencakup kebutuhan modal, serta kelayakan finansial dengan skema pembiayaan syariah. 3. Informasi lokasi pabrik yang tepat berdasarkan kajian biaya transportasi untuk mendukung rantai pasokan bahan baku. 4. Informasi kebutuhan produksi yang mencakup kebutuhan bahan baku dan penjadwalan pengumpulan bahan baku. 5. Informasi umum tentang pembuatan biopellet pelepah sawit yang meliputi proses pembuatan serta standar mutunya.
D. Hubungan Antar Pelaku Pelaku yang berperan dalam sistem informasi ini digolongkan menjadi tiga yaitu pelaku sumber data, pengembang sistem, serta pengguna akhir. Sumber data pada SIBBioPeS 1.0 meliputi PTPN VII Unit kelapa sawit, Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutunan dan Perkebunan, Departemen ESDM, perbankan syariah, serta sumber pustaka yang mendukung lainnya. Pelaku SIBBioPeS 1.0 terdiri dari dua kelompok, yaitu pelaku internal dan pelaku eksternal sistem. Pelaku yang berperan secara langsung dalam pengembangan SIBBioPeS 1.0 adalah pelaku internal seperti analis, administrator dan pemrogram.
Gambar 13. Diagram hubungan antar pelaku
24
E. Kebutuhan Fungsional Sistem Kebutuhan fungsional untuk menjalankan SIBBioPeS 1.0 meliputi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, kebutuhan tenaga, serta pemeliharaan sitem.
1. Kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras. Kebutuhan perangkat keras minimal adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
Prosesor pentium IV 1,66 GHz atau yang setara.
RAM minimal adalah 512 MB.
Ruang kosong pada hardisk sebesar 100 MB.
Printer dan monitor sebagai media keluaran data.
Serta perangkat masukan data seperti keyboard dan mouse.
Koneksi internet untuk akses database online
Sedangkan kebutuhan perangkat lunak untuk menjalankan sistem ini adalah sistem operasi Windows XP SP2 (Microsoft 2002), flashplayer versi 9 (Adobe 2009), Microsoft Acces 2003 (Microsoft 2003) sebagai manajemen basis data. Serta jaringan internet sebagai perantara akses database online (MySQL). Komponen ODBC (open connection database) yang berguna sebagai perantara untuk koneksi database MySQL (Oracle 2009).
2. Kebutuhan tenaga Kebutuhan tenaga pada SIBBioPeS 1.0 meliputi system analyst, administrator, pemrogram, pengumpul data serta pengguna atau operator yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan spesifikasi keahlian minimum. a. Analis sistem Analis sistem (system analyst) adalah orang yang bertindak sebagai desainer dan konseptor sebuah sistem. Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh analis sitem adalah mempunyai kepakaran dalam analisis sitem serta mempunyai pengetahuan tentang bisnis biopelet. b. Administrator Administrator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keamanan data dan kebenaran informasi sistem. Keahlian yang harus dimiliki oleh administrator adalah memahami struktur data dari sistem: c. Pemrogram Pemrogram adalah orang yang bertindak mengimplementasikan sistem kedalam sebuah perangkat lunak. Keahlian khusus yang dimiliki administrator adalah mmpunyai kemampuan dalam bahasa pengkodean dan transformasi desain ke dalam perangkat lunak. d. Pengumpul data Pengumpul data adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan dan pengujian kebenaran dari sumber data. e. Pengguna akhir Pengguna akhir dari SIBBioPeS 1.0 ini adalah para pelaku bisnis yang akan melakukan usaha pada biopellet dari pelepah sawit. Kemampuan dasar yang harus
25
dimiliki adalah mampu mengoperasikan sistem secara baik serta mengetahui pengoperasian komputer secara umum.
3. Pemeliharaan Sistem. Pemeliharaan sistem meliputi perbaruan dan pemeliharaan data serta merancang bangun ulang sistem yang ada guna memenuhi perubahan kebutuhan pengguna akhir. Rancang bangun ulang pada pemeliharaan sistem dilakukan karena beberapa alasan antara lain program mengalami kerusakan baik oleh pihak luar maupun karena kerusakan sistem karena crash atau terdapat bug.
26
V. PEMODELAN SISTEM
Pada perancangan paket program SIBBioPeS 1.0, tidak semua diagram yang terdapat pada UML dibuat, karena kebutuhan pemodelan sistem yang tidak terlalu kompleks. Diagram-diagram yang dibuat pada perancangan sistem ini meliputi diagram kasus (use case), aktivitas (activity), kolaborasi (collaboration), urutan (sequence) dan kelas (class). Pembuatan diagram tersebut dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak Microsoft Visio 2003 (Microsoft, 2003) dan Sybase Power Designer 12.5. (Sybase, 2005)
A. Use case diagram (diagram kasus). Langkah awal dalam perancangan sistem berorientasi obyek adalah dengan membuat diagram kasus. Diagram kasus menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem yang memperlihatkan apa yang akan dilakukan oleh sistem dan bukan bagaimana sistem itu melakukan. Diagram tersebut dihasilkan karena adanya interaksi pelaku (actor) yang berinterakai dengan sistem tersebut atau dapat juga dihasilkan dari kebutuhan pengguna terhadap sistem. Diagram kasus dapat digunakan sebagai prosedur awal pengujian sistem, membantu dalam menyusun kebutuhan sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan pihak lain, dan merancang test case semua fitur yang ada pada sistem.
Gambar 14. Diagram kasus dari SIBBioPeS 1.0 Diagram kasus terdiri dari tiga buah notasi utama yaitu actor (pelaku), case (kejadian/perilaku), dan relationship (hubungan). Sebuah sistem dibatasi oleh area berbetuk persegi yang diberi nama sesuai dengan nama sistem tersebut. Selanjutnya aktor yang berperan
27
terhadap sistem berada di luar area tersebut. Aksi atau perilaku yang dapat dilakukan sistem diletakkan dalam sebuah elips. Gambar 15 menyajikan contoh diagram kasus dari sub-sistem analisis finansial pada SIBBioPeS 1.0. (Diagram lengkap terdapat pada Lampiran 1 sampai dengan lampiran 6) Berdasarkan diagram kasus pada Gambar 15, aktor utama pada SIBBioPeS 1.0 adalah pengguna, administrator, web service dan DBMS (database management system). Administrator merupakan subclass dari pengguna yang dapat bertindak sebagai pengguna tetapi mempunyai aksi tambahan atau khusus yaitu membuka sub-sistem kendali admin. Sedangkan aksi yang dapat dilakukan oleh sistem adalah seperti yang terlihat dalam elips, sebagai contoh adalah memilih database yang akan digunakan, pengaturan tampilan antar muka (customize user interface), dan memilih sub sistem yang ingin digunakan. Selanjutnya aksi yang dipilih pengguna, akan dihubungkan dengan sub-sistem yang bersangkutan. Notasi <<extends>> menunjukkan bahwa aksi tersebut terdiri atas aksi-aksi yang lain sebagai contoh koneksi database terdiri atas koneksi database online dan database offline, dimana database online akan melibatkan aktor di luar sistem yaitu web services.
Gambar 15. Diagram kasus sub-sistem analisis finansial Pada sub-sistem analisis finansial, pelaku yang berperan ada dua yaitu pengguna sistem dan DBMS. Aksi (case) yang dapat dilakukan sistem terhadap aktor pengguna tersebut adalah menentukan kelayakan investasi, menghitung kriteria kelayakan, menghitung proyeksi arus kas, proyeksi laba rugi, dan kebutuhan modal. Keterkaitan antar perilaku ditunjukkan dengan relasi <<uses>> yang menunjukkan bahwa suatu perilaku membutuhkan atau menggunakan perilaku yang lainnya. Sebagai contoh, perilaku penentuan kelayakan investasi akan menggunakan perilaku menghitung kriteria investasi (IRR, PBP, NPV dan B/C) dan dalam menjalankan perilaku menghitung kriteria investasi akan membutuhkan perilaku menghitung proyeksi arus kas.
B. Activity diagram (diagram aktifitas)
28
Diagram aktifitas merupakan diagram alir untuk mendeskripsikan aliran kerja atau aktifitas di dalam sistem. Kelebihan diagram aktivitas dibandingkan dengan diagram alir biasa adalah adanya dukungan konkurensi (pelaksanaan aktivitas secara bersama), pengiriman pesan dan swimlane (pelaku aktivitas). Gambar 16 adalah diagram aktifitas subsistem analisis finansial yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0.
Gambar 16. Diagram aktifitas Sub-sistem Analisis Finansial Diagram aktivitas diawali dengan lingkaran hitam, dan diakhiri dengan lingkaran hitam bertepi putih. Aktivitas digambarkan dengan bentuk persegi panjang bersudut lengkung. Setiap aktivitas dihubungkan dengan anak panah dari awal hingga akhir diagram aktivitas. Sama halnya dengan diagram alir biasa, diagram aktivitas pun memiliki simbol yang sama untuk menggambarkan keputusan. Keputusan digambarkan dengan bentuk diamond, namun deskripsi kondisi yang menyertai keputusan diletakkan di luar simbol tersebut.
29
Berdasarkan diagram aktifitas pada Gambar 16 dapat diketahui bahwa aktifitas pertama kali dilakukan oleh pengguna yaitu memasukkan jenis pembiayaan syariah. Pilihan pembiayaan terbagi menjadi dua yaitu musyarokah dan mudorobah. Jika pilihan pembiayaan yang dipilih adalah musyarokah maka pengguna diharuskan mengisi nisbah pembiayaan. Jika pengguna tidak memilih musyarokah, yang digunakan adalah pembiayaan mudharabah yaitu pengguna tidak perlu menentukan nisbah pembiayaan karena model pembiayaan mudhrabah adalah pembiayaan yang kebutuhan modal ditanggung penuh oleh mudharib (lembaga pembiayaan). Setalah menentukan jenis pembiayaan, pengguna menentukan jumlah kapasitas industri. Selanjutnya masukan tersebut akan digunakan oleh tiga aktifitas pada tiga sub sistem yaitu aktifitas menghitung pendapatan penjualan pada sub sistem anfin, aktifitas penentuan lokasi industri pada sub sistem bahan baku, dan aktifitas menentukan biaya tranportasi bahan baku dari sumber bahan baku ke lokasi industri pada sub sistem penjadwalan. Hasil dari sub sistem bahan baku dan penjadwalan digunakan untuk mencari biaya transportasi dan biaya variabel. Selanjutnya pengguna memasukkan nilai-nilai untuk perhitungan biaya teteap seperti mesin, tanah, bangunan dan tenaga kerja sehingga didapatkan total biaya. Nilai total biaya dan pendapatan penjualan diguanakan untuk menghitung proyeksi laba rugi pada aktyifitas hitung proyeksi laba rugi menggunakan perhitungan pemiayaan syariah. Hasil perhitungan laba rugi digunakan untuk menghitung proyeksi arus kas. Proyeksi arus kas tersebut digunakan untuk menghitung komponen-komponen kriteria kelayakan investasi seperti NPV, IRR, PBP dan rasio B/C.
C. Collaboration diagram (diagram kolaborasi). Diagram kolaborasi merupakan diagram yang digunakan untuk melihat interaksi berbagai objek dalam menghasilkan fungsionalitas tertentu. Pada diagram tersebut akan terlihat peranan masing-masing objek dalam sistem untuk menghasilkan fungsionalitas tersebut. Peranan suatu objek dapat terlihat pada pesan yang disampaikan ke objek lainnya. Pesan yang disampaikan umumnya nilai dari atribut atau nilai hasil operasi dari kelas. Gambar 17 merupakan contoh diagram kolaborasi pada SIBBioPeS 1.0 pada sub-sistem analisis finansial. Pada diagram kolaborasi dapat dilihat objek-objek yang berperan dalam fungsionalitas analisis finansial. Masing masing objek akan memberikan peranan dalam analisis finansial dengan mengirimkan pesan kepada objek yang lainnya. Sebagai contoh pada diagram tersebut, kelas mesin akan mengirimkan pesan berupa biaya perawatan mesin dan biaya depresiasi mesin kepada kelas biaya tetap. Selain itu kelas tenaga kerja juga mengirimkan pesan berupa biaya tenaga ke kelas biaya tetap. Selanjutnya kelas biaya tetap akan menjalankan operasi Hitungtotalbiayatetap yang akan menghasilkan nilai berupa total biaya tetap. Nilai hasil operasi hitungtotalbiayatetap dikirimkan sebagai pesan kepada kelas kas keluar. Kas keluar juga akan menerima pesan berupa total biaya variabel dari kelas biaya variabel. Setelah itu kelas kas keluar akan menghitung total jumlah pengeluaran yang hasilnya akan dikirimkan sebagai pesan kepada kelas AnalisisFinansial untuk kemudian dihitung lebih lanjut. Tujuan utama dari pembuatan diagram kolaborasi adalah untuk melihat rasionalitas suatu proses atau prosedur dari sistem dalam menghasilkan suatu fungsionalitas tertentu, selain itu dengan diagram kolaborasi dapat digunakan untuk melihat kebutuhan dan sumber data yang dibutuhkan dalam fungsionalitas tersebut.
30
Gambar 17. Diagram kolaborasi subsistem analisis finansial 31
D. Sequence diagram (diagram urutan). Sequence diagram merupakan diagram penjelasan lebih lanjut dari diagram kolaborasi. Pada diagram kolaborasi, hanya memperlihatkan berbagai objek yang berperan dalam fungsionalitas tertentu dengan saling mengirimkan pesan tanpa melihat kapan waktu pesan tersebut harus dikirimkan. Sedangkan pada diagram urutan, waktu kapan pesan tersebut harus dikirimkan juga digambarkan. Secara umum, diagram urutan terdiri dari sumbu horisontal yang merupakan kumpulan objek-objek yang melakukan peranan dan sumbu vertikal merupakan urutan pengiriman pesan. Contoh diagram urutan pada sub-sistem analisis finansial terdapat pada Gambar 18. Pada Gambar 18 tersebut, obyek yang terlibat merupakan objek yang ada pada diagram kolaborasi. Pada diagram urutan akan terlihat siapa yang terlibat, pesan apa yang dikirimkan, dan waktu pengiriman pesan. Pesan yang dikirim dapat berupa nilai masukan bagi suatu kelas ataupun hasil keluarannya. Keluaran dari hasil perhitungan suatu kelas dapat menjadi masukan bagi kelas lain dan dapat menjadi nilai balik bagi kelas pengirim sebelumnya. Pada Gambar 18, contoh hasil keluaran yang menjadi masukan bagi kelas yang lain terdapat pada kelas tenaga kerja. Saat pengguna memasukkan jumlah dan posisi tenaga kerja, kelas tenagakerja akan menghitung biaya tenaga kerja yang selanjutnya hasil perhitungan biaya tenaga kerja tersebut dikirimkan ke kelas biayatetap sebagai masukan pada kelas tersebut. Sedangkan contoh hasil perhitungan yang menjadi nilai balik bagi kelas pengirim sebelumnya adalah pada kelas hasilanfin, pada kelas anfin, hasil perhitungan analisis finasial menjadi nilai balik bagi pengguna dan menjadi nilai masukan bagi kelas laporan
32
Gambar 18. Diagram urutan sub-sistem analisis finansial.
33
E. Class Diagram (Diagram Kelas) Diagram kelas merupakan diagram utama dalam perancangan sistem berorientasi objek. Hal ini disebabkan karena diagram kelas adalah diagram yang menggambarkan keadaan statis sebuah sistem sebagai sebuah obyek seperti di kehidupan nyata. Obyek menurut Nugroho (2002) didefinisikan sebagai konsep abstraksi atau sesuatu yang dianggap memiliki arti bagi sebuah sistem. Obyek dapat berupa kata benda seperti orang, hewan, tumbuhan, komputer, printer ataupun entitas-entitas konseptual seperti rumus persamaan kuadrat, liberalism, marxisme dan lain sebagainya. Setiap obyek akan dilengkapi dengan atribut-atribut dan operasi yang dapat dilakukannya. Sebagai contoh seorang yang bernama Adi akan mempunyai atribut misalnya, tinggi, berat badan, alamat dan lain sebagainya. Sedangkan contoh perilaku misalnya berjalan, berbicara, makan, minum dan lain sebagainya. Selanjutnya objek-objek yang mempunyai atribut dan perilaku yang hampir mirip dikelompokkan dalam satu kelas. Misalnya seorang dengan nama Andi dan Rudi masuk dalam kelas yang sama yaitu kelas manusia begitu juga manusia dan kera termasuk dalam kelas yang lebih tinggi yaitu kelas primata. Diagram kelas yang terdapat pada SIBBioPeS ditunjukkan pada Gambar 19:
34
Gambar 19. Diagram kelas pada SIBBioPeS 1.0
35
Gambar 19 merupakan contoh kelas yang terdapat pada SIBBioPeS. Pada diagram tersebut digambarkan kelas atau obyek yang menyusun sistem. Setiap kelas umumnya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian pertama berisi nama kelas, bagian kedua merupakan atribut dari kelas tersebut, dan bagian ketiga adalah operasi yang dapat dilakukan oleh kelas tersebut. Sebagai contoh kelas mesin terdapat pada Gambar 20.
Gambar 20. Kelas mesin dan Investasi Layaknya dalam kehidupan nyata, kelas mesin tersebut mempunyai atribut yaitu jenis mesin, kapasitas, harga, biaya perawatan, depresiasi dan daya mesin. Kelas mesin tersebut juga mempunyai operasi yaitu menghitung total kapasitas mesin, menghitung kebutuhan listrik. Menghitung depresiasi dan total biaya perawatan. Selain itu juga, kelas ini mempunyai relasi dengan kelas yang lain yaitu kelas invesatasi, dimana mesin merupakan salah satu komponen dalama kelas investasi. Kelas investasi akan menerima pengirim pesan dari kelas mesin berupa total harga mesin yang dibutuhkan. Tujuan pembuatan diagram kelas adalah untuk memetakan objek-objek penyusun dari sistem tersebut. Sehingga jika pada saat pemeliharaan sistem ditemukan kesalahan, programmer hanya memperbaiki pada kelas yang salah tersebut dan tidak harus merubah keseluruhan sistem. Begitu juga jika sistem tersebut akan dikembangkan, tidak perlu merubah dari awal sistem, tetapi cukup menambahkan objek-objek yang dikembangkan.
36
VI. IMPLEMENTASI SISTEM
Tahap akhir dalam proses pengembangan perangkat lunak adalah implementasi sistem. Implementasi sistem merupakan tahap merubah desain arsitektur sistem menjadi sebuah perangkat lunak. Tahap implementasi dimulai dengan mengidentifikasi atribut tiap objek yang terdapat pada diagram kelas. Atribut-atribut tersebut akan digunakan sebagai acuan pembuatan rancangan database yang dikumpulkan dalam sebuah tabel besar. Selanjutnya tabel besar tersebut dinormalisasi agar sesuai dengan relasi keadaan nyata. Tahap-tahap dalam implementasi paket program SIBBioPeS 1.0 meliputi pembuatan struktur data, pembuatan kerangka pengkodean dan tahap pembuatan perangkat lunak
A. Tranformasi Desain Paket program SIBBioPeS 1.0 mempunyai tampilan yang menarik dengan bahasa antar muka yang digunakan adalah bahasa Indonesia, namun demikian memungkinkan administrator untuk mengubah dengan bahasa lainnya. Dalam pengembangannya, SIBBioPeS 1.0 menggunakan bahasa pemograman Pascal yang terintegrasi dalam perangkat lunak Borland Delphi 7 (Borland 2002) sebagai desain Graphic User Interface. Tampilan antar muka dibuat menggunakan software Ulead Photoimpact 8(Ulead 2002) dan Swishmax 3.0(Swishmax 2007) dalam format shockwave flash (swf). Manajemen basis data pada SIBBioPeS 1.0 ada dua jenis, yaitu basis data lokal (local database) dan basis data online (online database) sehingga SIBBioPeS 1.0 memungkinkan diintegrasikan dengan perangkat lunak berbasis web (web based application). Manajemen basis data lokal yang digunakan adalah Microsoft Acces 2007(Microsoft 2007) dengan koneksi yang digunakan adalah activeX data object (ADO). Sedangkan manajemen basis data online yang digunakan adalah MySQL(Oracle 2009) dengan koneksi yang digunakan adalah open database connection (ODBC). Semua perangkat lunak yang digunakan tersebut dijalankan pada sebuah perangkat komputer notebook dengan spesifikasi, prosesor Intel Centrino, memori RAM 1GB. Kapasitas hardisk 160 GB.
B. Pembuatan Perangkat Lunak Pembuatan perangkat lunak SIBBioPeS 1.0 merupakan proses penerjemahan desain sebelumnya ke dalam kode bahasa pemrograman (coding) agar dapat diterjemahkan menjadi sebuah perangkat lunak yang aplikatif. Tahapan pertama pembuatan perangkat lunak adalah pembuatan struktur database yang dihasilkan dari diagram kelas. Pembuatan struktur database diawalai dengan membuat model data kospetual (conceptual data model) yang menjelaskan bagaimana pengguna memperlakukan data. Model data konseptual dari paket program SIBBioPeS 1.0 disajikan pada Gambar 21. Selanjutnya model data konseptual yang dibuat dinormalisasi agar menjadi model data fisik (phisical data model) yang sesuai dengan kenyataan. Model data fisik yang dibuat merupakan model database sesungguhnya yang selajutnya digenerate menjadi perintah SQL untuk diaplikasi pada DBMS MySQL. Model data fisik dari paket program SIBBioPeS 1.0 disajikan pada Gambar 22.
Keterangan : A B = Anggota Kelas B berhubungan dengan banyak /satu anggota kelas A A B = Anggota Kelas B berhubungan dengan satu anggota kelas A A B = Anggota Kelas B berhubungan dengan satu/tidak berhubungan anggota kelas A A B = Anggota Kelas B berhubungan dengan banyak /tidak behubungandengan anggota kelas A
Gambar 21. Model Data Konseptual SIBBioPeS 1.0
38
Gambar 22. Model Data Fisik SIBBioPeS 1.0
39
Setelah pembuatan database selesai, tahap berikutnya adalah menerjemahkan diagramdiagram yang dibuat sebelumnya kedalam bahasa pemrograman. Tahap ini dimulai dengan menerjemahkan diagram kelas ke dalam bahasa pemrograman karena diagram kelas merupakan diagram yang menggambarkan keadaan statis dari sebuah sistem. Hasil penerjemahan tersebut didapatkan sebuah kerangka pengkodean (code skeleton) yang selanjutnya dari kerangka pengkodean tersebut di kembangkan sesuai dengan desain yang telah dibuat. Gambar 23 adalah contoh penterjemahan objek SingleExp (Single Exponential Smoothing, salah satu metode peramalan) yang terdapat pada diagram kelas ke dalam kode bahasa pemrograman.
(a) (b) Gambar 23. Objek pada (a) diagram kelas dan (b) bahasa pemograman Pascal Selanjutnya kelas atau objek yang telah dirubah ke dalam bahasa pemrograman dan lengkap dengan atribut dan prosedurnya, dilengkapi dengan komponen-komponen untuk komunikasi dengan pengguna (graphic user interface /GUI). GUI digunakan untuk menerima masukan dan menampilkan hasil pengolahan data dan informasi agar lebih user friendly. Komponen GUI meliputi form, button, combobox, listbox, stringgrid, chart dan lain sebagainya. SIBBioPeS 1.0 menggunakan delapan halaman (form) yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan pengguna dimana lima halaman dapat diakses oleh semua pengguna yaitu halaman utama, halaman informasi bahan baku dan lokasi industri, halaman analisis finansial, halaman penjadwalan, lokasi bahan baku, halaman informasi produk biopellet, dan halaman pelaporan. Sedangkan satu halaman hanya dapat dikases oleh pengguna yang terdaftar yaitu halaman simulasi bisnis dan satu halaman lagi yang hanya dapat diakses oleh administrator sistem yaitu halaman kendali admin. Struktur antar muka pada SIBBioPeS 1.0 disajikan pada Gambar 24.
40
Gambar 24. Struktur antarmuka Pada SIBBIoPeS 1.0 Keterangan : = Proses
= Dokumen /Pelaporan
= Pemilihan / Keputusan
= Inputa data manual
= Penyimpanan Data Halaman utama merupakan halaman yang menyediakan menu untuk mengakses semua fitur yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0. Halaman informasi bahan baku merupakan halaman yang menyediakan informasi ketersedian bahan baku untuk tiap lokasi. Pengguna dapat mengetahui informasi wilayah dengan memilih pada peta yang disediakan atau melalui combobox yang berisi daftar lokasi, selanjutnya akan ditampilkan informasi wilayah tersebut serta ketersediaan bahan baku dalam bentuk grafik. Grafik tersebut juga menunjukkan hasil peramalan jumlah bahan baku pada masa akan datang. Peramalan yang digunakan adalah metode deret waktu yaitu single moving average, double moving average, single exponential smoothing, Brown’s method dan Holt’s method, sedangkan hasil yang ditampilkan pada grafik adalah hasil peramalan yang memili nilai MAPE (galat) paling kecil. Pada halaman utama juga disediakan fitur penentuan lokasi yang paling sesuai berdasarkan kajian biaya transportasi bahan baku. Halaman analisis finansial adalah halaman untuk menghitung kriteria investasi menggunakan pembiayaan syariah. Hasil perhitungan analisis finansial disajikan dalam bentuk tabel (grid). Pada
41
halaman ini dibagi lagi menjadi empat sub-halaman (tabel), yaitu tabel asumsi, tabel investasi, tabel proyeksi laba rugi, tabel proyeksi arus kas dan tabel kriteria investasi. Halaman penjadwalan bahan baku merupakan halaman yang disediakan untuk melakukan pejadwalan lokasi pengambilan bahan baku berdasarkan jumlah kebutuhan produksi. Pada halaman ini juga dilakukan penjadwalan terhadap kendarran yang akan digunakan untuk pengambilan bahan baku. Keluaran dari halaman penjadwalan ini adalah dalam bentuk tabel penjadwalan selama setahun. Pengguna dapat memilih tampilan penjadwalan dalam periode tahunan atau bulanan dengan memilih menu radiobutton tahunan atau bulanan yang telah disediakan. Halaman informasi produk biopellet disajikan dalam format swf (shockwave flash), sehingga lebih menarik dan mudah digunakan. Halaman ini menyediakan informasi yang berkaitan dengan biopellet itu sendiri yaitu karakteristik, proses pembuatan, dan standar mutu biopellet. Halaman berikutnya adalah halaman simulasi bisnis. Halaman simulasi ini hanya bisa digunakan oleh pengguna yang terdaftar. Bagi pengguna yang sudah terdaftar dapat langsung menggunakan fitur ini dengan cara memasukkan username dan password pada halaman login. Bagi pengguna yang belum terdaftar akan langsung masuk halaman pendaftaran pengguna. Setelah identitas pengguna dimasukkan dengan benar, pengguna akan masuk pada halaman simulasi yang berisi tiga tombol menu utama yaitu lokasi industri, analisis finansial, dan penjadwalan. Pada menu lokasi industri pengguna dapat menentukan sendiri lokasi industri yang diinginkan. Pada menu analisis finansial, pengguna dapat memasukkan semua nilai asumsi perhitungan sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Begitu pula dengan penjadwalan, tampilan periode penjadwalan dapat diubah sesuai keinginan. Selanjutnya hasil simulasi tersebut dapat dilihat dengan menekan tombol cetak hasil simulasi. Hasil simulasi akan dikirim ke halaman pelaporan yang selanjutnya akan ditampilkan pada halaman tersebut. Semua informasi dan hasil perhitungan yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0 dapat dicetak dalam format hardcopy dan softcopy pada halaman pelaporan. Pengguna dapat mencetak laporan dengan memilih menu cetak laporan pada menu utama atau cetak hasil simulasi pada halaman simulasi. Perbedaan kedua laporan tersebut adalah pada laporan dari menu utama merupakan laporan yang berisi informasi terkini yang diinput oleh administrator, sedangkan pada laporan simulasi berisi hasil simulasi hasil simulasi dengan nilai-nilai asumsi yang diinput oleh pengguna. Komponen pelaporan yang digunakan pada SIBBioPeS 1.0 menggunakan komponen pihak ketiga (third party VCL component) yaitu FastReport® 4.0 Sebagaimana sebuah sistem informasi pada umumnya, SIBBioPeS 1.0 juga dilengkapi dengan halaman kendali administrator yang berfungsi sebagai mengendalikan aliran data yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0. Halaman ini digunakan untuk melakukan perubahan data yang digunakan untuk seluruh halaman paket program. Selain itu halaman ini juga digunakan untuk mangupdate (sinkronisasi) database lokal dengan database online. Selama pembuatan, sistem dilakukan pengujian (testing) maupun pelacakan kesalahan (debugging) baik pada saat pembuatan masing komponen halaman maupun ada saat penyatuan. Tujuan pengujian dan pelacakan adalah agar dapat memimalkan kesalahan yang terdapat pada paket program baik kesalahan pengkodean (sytax error) maupun kesalahan logika (semantic logical error). Setelah semua pengujian sudah dilakukan, langkah selanjutnya adalah verifikasi sistem menggunakan data riil di lapangan untuk melihat apakah keluaran SIBBioPeS 1.0 telah sesuai dengan pada saat tahap analisis dan desain sistem. Proses verifikasi dilakukan dengan metode blac box yang menganggap SIBBioPeS 1.0 sebagai sebuah kotak hitam dan hanya melihat masukan dan keluarannya.
42
VII. PEMBAHASAN
A. Tampilan Paket Program 1. Halaman splash screen dan Menu utama. Setelah proses instalasi selesai, paket program SIBBioPeS 1.0 dapat dijalankan melalui start menu. Jika proses intalasi berjalan dengan baik, akan tampil halaman splash screen seperti pada Gambar 25.
Gambar 25. Splash Screen Paket Program SIBBioPeS 1.0 Pada saat splash screen telah selesai, akan masuk pada halaman utama dari program tersebut seperti Gambar 26. Menu pada halaman utama dibedakan menjadi dua bagian yaitu menu pada sisi kiri (side menu) untuk memilih modul-modul yang tersedia dan menu pada bagian atas (top menu) untuk konfigurasi tampilan paket program.
Gambar 26. Tampilan utama SIBBioPeS 1.0 Menu-menu pada paket program hanya dapat digunakan setelah pengguna telah mengkoneksikan dengan database yang tersedia pada menu koneksi. Koneksi terdiri dari empat jenis koneksi database, yaitu (1) koneksi online merupakan koneksi dengan database utama MySql, diperlukan jaringan internet untuk menggunakannya. (2) koneksi offline
localhost, adalah koneksi ke database MySql yang terletak pada komputer yang sama. (3) koneksi offline (MS Acces) merupakan koneksi ke database Microsoft Acces. Database ini digunakan jika tidak tersedia jaringan internet. (4) Koneksi offline (peer to peer) adalah koneksi menggunakan database MySql ataupun Ms Acces dalam satu jaringan intranet.
2. Halaman Informasi Bahan baku Halaman informasi bahan baku merupakan halaman yang menyediakan informasi tentang jumlah ketersediaan, pemetaan lokasi bahan baku di wiayah propinsi Banten. Selain itu pada halaman ini digunakan untuk peramalan jumlah ketersediaan bahan baku beberapa tahun ke depan serta penentuan lokasi pabrik yang mempunyai total biaya transportasi minimum berdasarkan kajian biaya transportasi bahan baku. Tampilan halaman informasi bahan baku dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 27. Tampilan halaman informasi bahan baku Pada halaman ini akan ditampilkan peta lokasi yang terdapat bahan baku pelepah sawit. Pada penelitian ini verifikasi data yang digunakanadalah propinsi Banten. Tampilan peta disediakan dalam dua model yaitu tampilan peta asli dan tampilan peta warna berdasarkan pembagian wilayah. Penggantian model tampilan tersebut dapat dilakukan dengan memilih menu tampilan wilayah pada bagian sebelah kiri. Profil wilayah yang akan ditampilkan dengan memilih wilayah yang diinginkan pada peta. Profil singkat wilayah yang dipilih meliputi luas wilayah, luas perkebunan sawit, jumlah penduduk, curah hujan dan ketinggian wilayah. Sedangkan kondisi ketersediaan bahan baku serta hasil peramalan untuk beberapa tahun kedepan ditampilakan dalam bentuk grafik. Pada halaman ini pengguna juga dapat melihat penyebaran semua wilayah perkebunan sawit, dengan memilih tombol tampilkan semua potensi. Selanjutnya untuk penentuan lokasi industri dengan biaya trasportasi bahan baku terkecil, pengguna dapat memilih tombol lokasi.
3. Halaman Analisis Finansial Halaman analisis finansial merupakan halaman yang berisi tentang perhitungan finansial dan kelayakan investasi dari agroindustri biopelet lps. Perhitungan analisis finansial pada paket program ini menggunakan sistem pembiayaan syariah dengan skema pembiayaan
44
musyarokah dan mudharabah. Tampilan dari halaman modul analisis finansial dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28. Halaman Modul Analisis Finansial Untuk menampilkan hasil perhitungan analisis finansial, dapat dilakukan dengan menekan tombol tampilkan. Pada modul ini, informasi yang tersedia meliputi asumsi-asumsi perhitungan yang digunakan, kebutuhan modal invesatasi, proyeksi perhitungan laba rugi, proyeksi arus kas, analisis sensitifitas dan perhitungan kriteria kelayakan investasi. Pengguna dapat mengetahui informasi-informasi tersebut dengan memilih menu yang tersusun vertikal di sebelah kiri. Pada halaman ini pengguna tidak dapat merubah nilai-nilai yang ada, tetapi pengguna dapat menggunakan nilai-nilai asumsi yang diinginkan pada halaman simulasi.
4. Halaman Penjadwalan. Modul penjadwalan merupakan modul yang berisi tentang penjadwalan pengambilan bahan baku untuk masing-masing kendaraan dalam waktu satu tahun. Penjadwalan ini didasarkan pada kebutuhan bahan baku dan jumlah ketersediaan bahan baku di tiap wilayah. Penjadwalan ini bertujuan untuk menentukan urutan wilayah pengambilan bahan baku dari tiap-tiap lokasi bahan baku agar total biaya transportasinya minimum. Total biaya transportasi didasarkan pada jarak lokasi industri dengan lokasi bahan baku. Setelah proses penjadwalan selesai kemudian dihitung total biaya transportasi yang akan digunakan sebagai nilai biaya transportasi pada analisis finansial. Periode penjadwalan dapat dirubah selama satu tahun atau tiap bulan. Tampilan halaman penjadwalan dapat dilihat pada Gambar 29.
45
Gambar 29. Halaman penjadwalan pengambilan bahan baku
5. Halaman Info produk Biopelet. Halaman ini berisi tentang informasi tentang biopelet pelepah sawit yang meliputi definisi umum biopelet, proses pembuatan serta standar mutu biopelet. Pada modul ini pengguna dapat mengetahui informasi mengenai biopelet secara rinci. Tampilan dari halaman modul informasi produk biopellet adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30.
Gambar 30. Halaman Modul Informasi Biopellet
6. Halaman simulasi Halaman simulasi merupakan halaman yang disediakan bagi pengguna untuk melakukan simulasi perhitungan bisnis dengan asumsi-asumsi yang ditentukan oleh pengguna. Asumsi tersebut meliputi asumsi perhitungan analisis finansial dan lokasi industri. Pada modul simulasi, pengguna diharuskan melakukan login terlebih dahulu agar bisa melakukan simulasi. Untuk melakukan login dibutuhkan iduser dan password sehingga setiap pengguna bisa mempunyai asumsi simulasi yang berbeda-beda. Tampilan dari halaman modul simulasi dapat dilihat pada Gambar 31. Pengguna dapat melakukan simulasi dengan memasukkan asumsi nilai-nilai yang diinginkan meliputi lokasi industri pada menu penentuan lokasi dan asumsi finansial pada menu analisis finansial. Halaman penentuan lokasi ini sama dengan halaman informasi bahan baku pada Gambar 27. Begitu juga halaman menu analisis finansial akan sama dengan halaman pada analisis finansial pada Gambar 28.
46
Gambar 31.Halaman modul Simulasi Selanjutnya untuk melihat hasil simulasi bisnis, dapat memilih tombol cetak hasil simulasi. Hasil simulasi dapat di cetak dalam format kertas A4 dan dalam bentuk softcopy dengan format portable document format (PDF).
7. Halaman kendali administrator Halaman ini digunakan sebagai pengendalian semua data yang digunakan pada SIBBioPeS 1.0 meliputi perbaruan, penghapusan dan penyalinan data. Untuk masuk pada halaman ini diperlukan login sebagai administrator. Halaman kendali administrator pada SIBBioPeS 1.0 disediakan dalam dua cara, pertama dapat langsung melalui menu admin pada paket program SIBBioPeS 1.0 seperti terlihat pada Gambar 32(a) atau melalui browser internet pada http://www.sbrc-ipb.com/sib/index.php seperti tampak pada gambar 33(b).
(a)
(b) Gambar 32. Halaman Kendali admin : (a) Melalui SIBBioPeS, (b)Melalui Browser Internet
47
B. Verifikasi Sistem dan Faktor kritis Bisnis Faktor kritis bisnis adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam menjalankan bisnis sehingga perlu mendapatkan perhatian. Faktor kritis bisnis industri biopelet yang dikaji meliputi bahan baku, lokasi pabrik, harga jual, penjadwalan, dan keseimbangan kalor yang dibutuhkan dengan kalor yang dihasilkan. Faktor kritis bisnis pada sistem informasi bisnis biopelet dapat diidentifikasi dengan cara melakukan simulasi bisnis yang disediakan pada paket program SIBBioPeS 1.0. Pada halaman simulasi tersebut, pengguna dapat melakukan perubahan nilai-nilai peubah yang digunakan dalam penentuan kelayakan bisnis industri biopelet pelapah sawit meliputi lokasi pabrik dan nilai peubah pada analisis finansial.
1. Potensi Bahan Baku Pelepah Sawit Data wilayah potensi bahan baku pelepah sawit yang digunakan adalah data tahun 2005 sampai dengan 2009. Jumlah potensi bahan baku didapatkan dengan mengkonversi luas areal perkebunan kelapa sawit dengan mempertimbangkan umur tanaman kelapa sawit pada wilayah tersebut. Menurut Pahan (2008), jumlah pelepah kelapa sawit yang dipangkas disesuaikan dengan umur dari tanaman kepala sawit tersebut. Jumlah pelepah yang dipertahankan tidak dipangkas berdasarkan umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun merupakan tanaman tidak menghasilkan (TTM) sedangkan tanaman yang beumur lebih dari 3 tahun disebut dengan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman kelapa sawit tanpa dilakukan pemangkasan, jumlah pelepah akan mencapai lebih dari 60 pelepah yang berkisar antara 62 – 65 pelepah. Dengan demikian jumlah pelepah yang dihasilkan TM dalam setahun untuk masing-masing usia tanaman seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah pelepah yang dipangkas berdasarkan usia tanaman. Jumlah pelepah Usia tanaman Jumlah pelepah yang dipertahankan dipangkas pertahun (tahun) Tidak dilakukan pemangkasan <3 6 – 17 48 – 56 pelepah 4–7 14 – 25 40 – 48 pelepah 8 – 14 22 – 33 Minimum 32 > 15 Berdasarkan Tabel 4, maka rata-rata pelepah yang dihasilkan oleh satu tanaman dalam satu tahun adalah 20 pelepah. Jika bobot rata-rata petiole pelepah adalah 5kg dan jumlah tanaman perhektar adalah 130 batang maka bobot pelepah yang dihasilkan dalam satu hektar mencapai 13 ton (kadar air +67%). Sebagai contoh data luas areal tanaman kelapa sawit dan potensi jumlah pelepah di kecamatan Cigemblong dari tahun 2005 sampai dengan 2009, disajikan pada Tabel 5.
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 5. Luas tanaman kelapa sawit kecamatanCigemblong. Luas TM Luas TTM Luas Total Potensi Pelepah (Ha) (Ha) (Ha) (Ton) 290 37 327 3.770 320 7 327 4.160 316 11 327 4.108 327 69 396 4.251 327 62 389 4.251
Selanjutnya dari data tersebut dilakukan peramalan jumlah potensi pelepah untuk beberapa tahun ke depan dengan metode peramalan linear Browns satu parameter dan linear
48
Holts dua parameter. Penggunaan metode ini sesuai untuk data yang bersifat musiman dengan terlebih dahulu dihilangkan sifat musiman dari data tersebut. Asumsi yang digunakan dalam penggunaan teknik peramalan tersebut adalah sebagai berikut, jumlah periode yang diramalkan adalah dua tahun ke depan (tahun 2010 dan 2011). Nilai pemulus (α) yang digunakan pada teknik pada teknik linear Brown satu parameter adalah 0,3. Sedangkan pada teknik linear Holt’s dua parameter, menggunakan dua nilai pemulus yaitu masing (α) sebesar 0,3 dan (δ) sebesar 0,1. Pemilihan metode peramalan didasarkan pada nilai rataan mutlak persentase galat (Mean Absolute Percentage Error atau MAPE). Pada Tabel 6 disajikan hasil verifikasi keluaran kedua metode permalan yang digunakan. Tabel 6. Hasil Peramalan tahun kedua(2011) dan nilai MAPE. Teknik peramalan
Data Aktual 2005
2006
2007
Peramalan 2008
2009
2010
2011
MAPE
Brown's
3.770
4.160
4.108
4.251
4.251
4.303
4.362
2,136
Holt's
3.770
4.160
4.108
4.251
4.251
4.620
4.786
2,448
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 diatas, dapat dilihat nilai MAPE terkecil dimiliki oleh teknik peramalan linear Brown’s dengan nilai MAPE yaitu 2,136. Dengan demikian metode permalan yang sesuai adalah metode peramalan Linear Holt dua parameter. Pada Gambar 33 ditampilkan grafik output keseluruhan hasil permalan linear Holt pada sistem yang telah dibuat. Peramalan Potensi Bahan Baku Tiap Kecamatan 22,5 Angsana Banjarsari 20
Cibaliung Cigemblong Cijaku
17,5
Cikeusik Munjul Potensi(x1000 Ton/tahun)
15
Panggarangan Wanasalam
12,5
10
7,5
5
2,5
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 33.Output grafik peramalan potensi Bahan Baku Berdasarkan grafik tersebut, hampir di semua kecamatan mengalami penurunan walaupun jumlah luasan perkebunan kelapa sawit relatif tetap. Hal ini disebabkan karena pada umumnya tanaman sawit yang ada, telah ditanam antara tahun 1982-1987 sehingga saat
49
ini masa peremajaan kembali. Oleh karena itu, pada beberapa tahun ini kondisi perkebunan kelapa sawit perlu diperhatikan agar kebutuhan bahan baku tetap terpenuhi.
2. Penentuan Lokasi Penentuan lokasi pabrik merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis biopelt lps. Banyak metode yang digunakan dalam menentukan lokasi industri baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pada SIBBioPeS 1.0 adalah dengan kajian total biaya transportasi bahan baku dengan model penugasan. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut, biaya transportasi bahan baku didefinisikan sebagai hasil perkalian jarak yang ditempuh dengan biaya konsumsi bahan bakar tiap satuan jarak dikalikan dengan jumlah trip. Pada penelitian ini asumsi kendaraan yang digunakan adalah truk dengan kapasitas 10 ton dan konsumsi bahan bakarnya adalah 5 km tiap liter sehingga biaya tranportasi tiap kilometer adalah Rp 900 (Rp4500 dibagi 5 km) sedangkan jumlah trip didapat dari hasil pembagian jumlah bahan baku dengan kapasitas kendaraan.
Gambar 34. Peta Penyebaran Perkebunan Sawit Wilayah yang berpotensi sebagai lokasi industri adalah wilayah yang terdapat perkebunan sawit seperti pada Gambar 34. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Lebak dan Pandeglang, wilayah yang terdapat perkebunan sawit disajikan pada Tabel 7, sedangkan jarak antar wilayah dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 7. Daftar wilayah terdapat perkebunan sawit. No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Angsana Banjarsari Cibaliung Cigemblong Cijaku Cikeusik Mekarjaya Munjul Panggarangan Sindangresmi Wanasalam
Luas perkebuanan (Ha) 123,4 963 131,4 389 374 1.303,2 10 1.144,1 653 66,1 430
Potensi bahan baku (Ton /tahun) 1.474 13.320 145 4.382 5.146 8.650 0 11.324 8.536 536 6.499
Permasalahan penugasan dalam transportasi merupakan penentuan sebuah kombinasi sejumlah permintaan (destination) oleh sejumlah sumber (source) agar fungsi tujuan tercapai yang dalam hal ini adalah meminimumkan total biaya transportasi. Dalam kaitannya dengan
50
penentuan lokasi, permintaan (destination) diartikan sebagai lokasi yang akan dipilih dan source sebagai wilayah sumber bahan baku. Model penugasan transportasi dalam penentuan lokasi industri dituliskan secara matematis sebagai berikut:
Dengan: m = Jumlah sumber bahan baku n = Jumlah lokasi tujuan Cij = Biaya transportasi dari sumber i ke lokasi j 1 0 1
Tabel 8. Model penentuan lokasi. Tujuan (Lokasi Industri) Angsana Angsana
Banjarsari
x12 c21
Banjarsari x21
Sumber Bahan Baku
Cibaliung
c12
c11 x11
x21 c31
x31
Wanasalam
x2..
x31 c..3
x2(11) c3(11) x3(11) c….
x…. ci3
x(11)3
c2(11)
c3.. x3..
x..3
c1 (11) x1(11)
c2..
c31
ci2 x(11)2
c1..
c21
c..2
Wanasalam
x1..
x21
x..2 ci1
X(11)1
c13
c31 x31
x..1
….
x13 c21
c..1
…
Cibaliung
c.. (11) x.. (11)
C11.. X(11)..
C11(11) x11(11)
Fungsi tujuan dan kendala dalam penentuan lokasi secara lengkap terdapat pada Lampiran 30. Fungsi tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Min Z= X11C11+X12C12+X13C13+...+X11(11)C11(11) Min Z= 2772000X11+6652800X12+11919600X13+...+12204000X11(11)
Dengan kendala sebagai berikut: a.
Hanya ada satu tujuan (lokasi industri) X11+X12+X13+..+X1(11) = 1 X21+X22+X23+..+X2(11) = 1
51
…. X(11)1+X(11)2+X(11)3+...+X(11) (11) = 1 b.
Jumlah sumber X11+X21+X31+…+X(11)1 <= 11 X12+X22+X32+…+X(11)2 <= 11 …. X1(11)+X2(11)+X3(11)+…+X(11) (11) <= 11
c.
Tujuan (lokasi industri) selalu sama untuk semua sumber. X21=X11 X31=X11 … X(11)1 = X11 …
X22=X12 X23=X13 … X(11)(11) = X1(11) d.
Mendapatkan nilai positif X11 >=0 X12 >=0 …. X(11)(11) >=0
Selanutnya dari persamaan linear tersebut dihitung dengan menggunakan metode pendekatan Vogel untuk menghasilkan nilai yang optimal. Hasil optimal untuk penentuan lokasi ditunjukkan oleh nilai Xij yang bernilai sama dengan satu. Hasil verifikasi untuk pemilihan lokasi didapatkan lokasi yang mempunyai biaya total transportasi minimum adalah kecamatan Banjarsari. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai Xij yang benilai satu yaitu X18, X28, X38, X48, …, X(11)8. Dengan demikian lokasi (destination) yang terpilih sebagai lokasi industri adalah lokasi dengan nilai j=8 yaitu kecamatan Munjul, karena nilai x=1 menandakan bahwa semua sumber bahan baku mensuplai bahan baku ke lokasi yang sama. Penentuan lokasi sebagai faktor kritis bisnis biopelet dilakukan dengan merubah lokasi pabrik pada tempat-tempat yang berbeda karena lokasi pabrik akan berpengaruh pada total biaya transportasi. Setelah itu, dihitung biaya transportasi bahan baku yang dibutuhkan. Biaya transportasi bahan baku tersebut akan diperhitungkan dalam perhitungan analisis finansial yang akan berpengaruh pada kelayakan finansial industri tersebut. Berdasarkan hasil simulasi dengan mengubah lokasi pabrik pada beberapa lokasi diperoleh bahwa jika lokasi pabrik dipindahkan diluar wilayah yang terdapat perkebunan sawit seperti pada Tabel 7, bisnis tersebut menjadi hampir tidak layak
3. Analisis Finansial. Perhitungan analisis finansial yang disediakan pada penelitian ini menggunakan skema pembiayaan syariah yaitu musyarokah dan mudharabah Pada penelitian kali ini, asumsi-
52
asumsi pembiayaan yang digunakan adalah sebagai berikut (nilai-nilai asumsi secara lengkap terdapat pada Lampiran 19). a. b. c. d.
e. f. g. h.
i. j.
Model pembiayaan adalah musyarokah dengan nisbah pemodalan sebesar 50:50 dan pengembalian dilakukan mulai tahun kedua. Persentase ekspektasi penerimaan lembaga pembiayaan adalah 19 %. Umur ekonomi proyek adalah selama 10 tahun, Nilai sisa mesin dan peralatan pada akhir proyek sebesar 10 persen dari nilai awal dan biaya perawatan sebesar 5 persen sedangkan nilai sisa bangunan sebesar 50 persen dari nilai awalnya. Perhitungan nilai depresiasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line depreciation). Kapasitas produksi maksimum adalah 6 ton produk per hari. Biaya investasi meliputi total biaya tetap dan modal kerja pada tahun pertama. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1 dengan kapasitas sebesar 75% dari kapasitas maksimum, tahun ke-2 80% dari kapasitas maksimum dan tahun ke-3 90% kapasitas maksimum. Setelah tahun ke-3 beroperasi dengan kapasitas maksimum. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan undang-undang no.17 tahun 2000. Harga bahan baku yang digunakan diasumsikan tetap selama operasional.
Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan pada saat akan mendirikan suatu industri. Biaya ini meliputi biaya yang diperlukan untuk keperluan fisik industri seperti bangunan, mesin dan peralatan serta biaya modal kerja yaitu biaya yang dibutuhkan untuk produksi pertama kali. Perhitungan modal kerja bergantung pada kebijakan perusahaan. Asumsi yang digunakan adalah biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Modal kerja pada agroindutri biopellet lps ini terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan penunjang, dan biaya utilitas. Biaya modal kerja secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 20. Sedangkan secara ringkas, komposisi biaya investasi yang dibutuhakan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Modal Investasi Komponen
Jumlah
Biaya Satuan
Total
Perizinan
1
20.000.000
20.000.000
Tanah
1500
500.000
750.000.000
Bangunan
1000
100.000
-Penyimpanan Bahan baku
400
-Ruang Produksi
200
-
-Penyimpanan Produk
300
-
-Kantor
100
Mesin Pellet
1
1.081.618.136
1.081.618.136
Truck
3
242.100.000
726.300.000
Peralatan Kantor
1
15.000.000
15.000.000
Instalasi Listrik dan Air
1
20.000.000
10.000.000
Modal Kerja tahun-1
1
1.542.466.139
1.542.466.139
100.000.000 -
-
53
TOTAL INVESTASI
4.355.384.275
SUMBER MODAL Jenis Pembiayaan
Musyarokah
Nisbah Pembiayaan
50%
Modal Sendiri
2.177.692.138
Modal Pembiayaan
2.177.692.138
Proyeksi laba rugi. Proyeksi laba rugi digunakan untuk melihat tingkat keuntungan suatu usaha. Bagi hasil usaha untuk lembaga pembiayaan dihitung dari persen penerimaan hasil usaha menggunakan sistem revenue sharing, dipatkan dengan mengalikan nisbah bagi hasil dengan proporsi saldo pembiayaan. Nisbah bagi hasil dihitung dengan rumus sebagai berikut:
.
. 100%
Keterangan: p.e = Ekpetasi penerimaan bank dari pembiayaan (%) p.p = Persen pembiayaan (%) lp = Lama Pinjaman (tahun) Nilai p.e yang digunakan adalah 19% nilai ini adalah hasil penilaian pihak bank terhadap usaha tertentu. Sehingga berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran 28, total pembiayaan sebesar Rp4.355.384.275 dan rata-rata penerimaan laba pertahun adalah Rp1.160.840.647 sehingga nisbah bagi hasil untuk perbankan adalah
19%
4.355.384.275
10 1.160.840.647
50% 100%
= 3,57% Selanjutnya untuk menghitung jumlah penerimaan lembaga pembiayaan perbankan nilai tersebut dikalikan dengan proporsi saldo pembiayaan. Untuk tahun 2 proyek (tahun 1 cicilan), penerimaan bagi hasil usaha untuk lembaga pembiayaan sebesar:
3,57%
2.177.692.138 4.355.384.275
1.890.000.000
40.419.462
Untuk tahun kedua, proporsi pembiayaan berkurang karena dikurangi oleh cicilan pengambalian hutang sebesar Rp241.965.793 sehingga proporsi pembiayaan menjadi 2.177.692.138 241.965.793 1.935.726.345. jika dihitung bagi hasil usaha pada tahun kedua adalah:
54
3,57%
1.935.726.345 4.355.384.275
2.160.000.000
43.114.093
Bagi hasil untuk tahun-tahun berikutnya dihitung dengan cara tersebut. Pada Tabel 10 ditambilkan proyeksi jumlah penerimaan bagi hasil usaha selama umur proyek selain itu juga dibandingkan dengan sistem bunga. Bunga bank yang digunakan sebesar 18% dikalikan jumlah pinjaman. Tabel 10. Jumlah penerimaan bank sistem bagi hasil dan konvensional (Rp) Saldo Pembiayaan
1
2.172.967.138
-
-
2
1.931.526.345
43.553.843
3
1.690.085.552
4
1.448.644.759
5
1.207.203.966
6
965.763.173
40.419.462 43.114.093 47.156.039 42.664.988 35.554.157
7
724.322.380 482.881.587
9
241.440.794
28.443.325 21.332.494 14.221.663 7.110.831
43.553.843
8
280.017.053
391.984.585
10
Total Penerimaan Bank
Penerimaan BaHas
Penerimaan dengan Bunga
Tahun
43.553.843 43.553.843 43.553.843 43.553.843
43.553.843 43.553.843 43.553.843
Berdasarkan Tabel 10, dari sisi pengusaha (peminjam) maka akan lebih menguntungkan jika menggunakan pembiayaan syariah. Hal ini karena pembagian hasil usaha akan memperhitungkan jumlah penerimaan laba dan proporsi saldo pembiayaan. Pembiayaan syariah akan tidak menguntugkan jika keuntungan yang diperoleh melebihi suku bunga bank yang berlaku karena pada peneriman syariah akan bergerak secara progresif mengikuti laba yang diterima sedangkan pada penerimaan konvensional bersifat tetap tanpa melihat kondisi keuangan peminjam. Bagi hasil usaha diberikan kepada lembaga pembiayaan jika pada neraca laba rugi bernilai positif. Namun jika pada akhir proyek, ternyata pada neraca kas terjadi kerugian maka kerugian tersebut dibagi berdasarkan nisbah modal (dalam kasus ini nisbah permodalan adalah 50%:50%). Pajak dihitung berdasarkan UU no.17 tahun 2000 dengan mengalikan persentase pajak dengan laba setelah dikurangi bagi hasil. Setalah dikurangi dengan pajak, dilakukan perhitungan zakat sebesar 2,5% dari nilai hasil perhitungan sebelumnya. Laba bersih perusahaan adalah laba operasional dikurangi dengan bagi hasil, pajak dan zakat. Keluaran hasil perhitungan proyeksi laba rugi disajikan pada Gambar 30 dan perhitungan secara detail terdapat pada Lampiran 22.
55
Gambar 35. Proyeksi Laba Rugi Kriteria Investasi. Kriteria investasi digunakan untuk melihat kelayakan secara finansial pendirian suatu industri. Perhitungan kriteria-kriteria investasi menggunakan perhitungan kelayakan konvensional didasarkan pada proyeksi arus kas yang disajikan pada Lampiran 23. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan kelayakan invesatasi adalah meliputi NPV, PBP, B/C, dan IRR. Hasil verifikasi perhitungan untuk masing masing kriteria investasi industri biopellet pelepah sawit disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kriteria Investasi. Kriteria
Nila
PBP
8, 57 Tahun
Rasio b/c
1,08
IRR
20,02%
NPV
Rp326.879.621
Berdasarkan nilai NPV, industri tersebut layak dijalankan karena NPV bernilai lebih dari nol (positif) yang berarti bahwa proyek industri tersebut masih mempunyai nilai di masa yang akan datang. Nilai PBP yang dihasilkan sebesar 8, 57 tahun dan nilai tersebut lebih kecil daripada umur ekonomis proyek tersebut yaitu 10 tahun. Proyek industri tersebut layak dijalankan berdasarkan nilai PBP karena waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal lebih kecil daripada umur ekonomis proyek yang berarti pula bahwa industri tersebut telah menghasilkan keuntungan sebelum umur ekonomi proyek tersebut habis. Perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan ditunjukkan dengan nilai b/c rasio. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai b/c rasio sebesar 1,08 lebih dari satu yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan sehingga proyek industri tersebut layak dijalankan. Sedangkan untuk nilai tingkat pengembalian internal (IRR) didapatkan nilai sebesar 20,02%. Jika diasumsikan bunga bank berlaku adalah 18%, maka industri tersebut layak dijalankan
56
karena nilai IRR lebih besar dari pada bunga bank. Hal ini juga berarti industri tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang di bank. Dengan melihat semua nilai-nilai dari masing-masing kriteria investasi, dapat disimpulkan bahwa secara finansial, proyek industri tersebut layak dilaksanakan karena memenuhi semua kriteria-kriteria investasi. Namun demikian berdasarkan analisis sensitifitas, nilai yang didapat kan relatif kecil yaitu sebesar 3,75% untuk kenaikan harga bahan baku, dan sebesar 14,4% untuk penurunan harga jual. Sehingga kenaikan harga bahan baku sebesar 3,75% atau penurunan harga jual sebesar 14,4% dapat menyebabkan industri tersebut menjadi tidak layak. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor kritis dalam bisnis biopelet.
4. Penjadwalan Lokasi Pengambilan Bahan Baku. Penjadwalan bahan baku digunakan untuk menjadwal lokasi pengambilan bahan baku selama satu tahun agar biaya transportasi bahan baku minimum. Selain itu penjadwalan lokasi ini juga digunakan untuk mengatur jadwal kendaraan yang digunakan untuk pengambilan bahan baku. Keluaran akhir dari modul penjadawalan ini adalah jadwal kendaraan yang digunakan meliputi lokasi dan waktu pengambilan bahan baku agar biaya transportasi minimum dengan periode harian selama satu tahun. Biaya tranportasi yang diperoleh digunakan sebagai input pada perhitungan finansial. Penyelesain masalah penjadwalan bahan baku ini dapat diselesaikan dengan pendekatan metode transportasi dengan n sumber bahan baku dan satu tujuan atau lokasi industri. Asumsi yang digunakan adalah jumlah kendaraan 3 unit dan jumlah hari kerja dalam setahun 300 hari. Sumber bahan baku merupakan wilayah yang mempunyai potensi bahan baku sedangkan tujuan adalah lokasi industri yang terpilih pada halaman pemilihan lokasi sebelumnya yaitu kecamatan Munjul. Sedangkan lokasi yang menjadi sumber bahan baku seperti pada Tabel 7. Tabel 12. Model Penentuan Jumlah Trip Kendaraan Tujuan Knd1
S1
Knd2
Knd3
Knd1 S.. Kndj
Knd1
Si
knd2
Knd3
c11 x11 c12 x12 c13 x13 c..1 x..1 c..2 x..j ci1 xi1 ci2 xi2 Ci3 xi3
57
Fungsi tujuan dari model tersebut adalah: Min Z=c11x11 +c12 x12 + c21 x21 + c22x22 + c..1x..1 + c..jx..j+ ci1xi1 +ci2xi2 Min TC= 43200x11 +43200x12 +43200x13 +…+ 55800x103
Dengan kendala : a.
Kebutuhan bahan baku terpenuhi k1x11+k2x12+k1x..1+k2x..2+k1xi1+k2xi2 >= kebutuhan Produksi 10x11+10x12+…+10x102+10x103>=26.571 (kapasitas x konversi)
b.
Jumlah trip tiap kendaraan tidak melibihi jumlah trip maksimum pertahun yaitu 600 (asumsi satu hari hanya mampu dua trip) X11 <=600 X12 <=600 X13 <=600 … Xi1 <=600 Xi2 <=600 Xi3 <=600
c.
Jumlah ketersedian bahan baku di tiap sumber bahan baku. K1x11 + K2x12 <= S1 .. K1xi1 + K2x i2 <= Si
d.
Jumlah trip harus positif
Xi1 >=0 ; Xi2 >=0 Keterangan : Xi1 = Jumlah trip kendaraan-1 dari sumber ke-i Xij = Jumlah trip kendaraan-j dari sumber ke-i Cij = Biaya tiap trip kendaraan j dari sumber i Kj = Kapasitas kendaraan-j (ton) Si = Jumlah ketersedian bahan baku pada kecamatan-i.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10
Tabel 13. Lokasi pengambilan bahan baku. Potensi bahan baku Kode kecamatan Kecamatan (Ton /tahun) kec50 Angsana 1.474 kec19 Banjarsari 13.320 kec03 Cibaliung 145 kec77 Cigemblong 4.382 kec24 Cijaku 5.146 kec08 Cikeusik 8.650 kec14 Munjul 11.324 kec71 Panggarangan 8.536 kec51 Sindangresmi 536 kec70 Wanasalam 6.499
58
Hasil perhitungan persamaan tersebut didapatkan berupa jumlah trip dari masung wilayah bahan baku untuk tiap kendaraan. Tabel 14 menyajikan hasil verifikasi untuk penjadwalan lokasi pengambilan bahan baku dengan lokasi industri berada di kecamatan Munjul. Jumlah trip untuk masing masing kendaraan ditunjukkan dengan notasi x21 = 377, dan x72=576. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa jumlah trip untuk kendaraan-1 dari kecamatan-2 (Banjarsari) adalah sebanyak 377, kendaraan-2 adalah 576 dari kecamatan-7 (Munjul) dan kendaraan-3 tidak ada trip. Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa kendaraan 3 tidak diperlukan Setelah mendapatkan jumlah trip tiap kendaraan, dilakukan pembagian keberangkatan kendaraan dengan menghitung kebutuhan bahan baku tiap hari dan sisa bahan baku pada hari sebelumnya. Tabel 14. Jadwal lokasi pengambilan bahan baku Hari keKeterangan
Satuan
0
1
2
0
3
4
…
6
6
6
6
6
28,57
28,57
28,57
28,57
28,57
7,43
5,86
4,29
2,72
1,15
Produksi Biopellet
Ton
Kebutuhan Bahan Baku
Ton
=======
-
0
Sisa Bahan Baku Sebelumnya
Ton
0
Kendaraan-1
Trip
2
2
2
2
2
2
Kendaraan-2
Trip
2
1
1
1
1
2
Kendaraan-3
Trip
0
0
0
0
0
0
kec14
kec14
kec14
kec14
kec14
Lokasi Pengambilan K-1
---
kec14
Lokasi Pengambilan K-2
-----
kec14
kec14
kec14
kec14
kec14
kec14
X
X
X
X
X
X
Lokasi Pengambilan K-3
-------
Pada hari ke-0 diinisiasikan semua kendaraan berangkat untuk membawa bahan baku dari kec19 (kecamatan Banjarsari) dengan kapasitas masing-masing kendaraan K= 10 ton. Selanjutnya bahan baku tersebut digunakan untuk produksi pada hari ke-1 sebanyak jumlah kebutuhan baku. Kebutuhan bahan baku adalah hasil kali kapasitas produksi harian dengan faktor konversi bahan baku yaitu 80% ditambah 10% sehingga kebutuhan bahan baku perhari adalah 10 ton x (100/80) x (1+10%) = 13,75 ton. Sehingga pada hari ke-1 terdapat sisa bahan baku sebesar 6,25 ton (2*K-13,75). Pada hari berikutnya (hari ke-1) jika sisa bahan baku cukup untuk produksi hari ke-2 maka kedua kendaraan tidak mengambil bahan baku. Namun jika sisa bahan baku tidak mencukupi, maka kendaraan-1 akan mengambil bahan baku sesuai dengan jadwal wilayahnya. Selajutnya jika jumlah antara sisa bahan baku dan kendaraan-1 mencukupi untuk hari kedua, maka kendaraan-2 tidak mengambil bahan baku. Tetapi jika tidak mencukupi maka kendaraan-2 akan mengambil bahan baku. secara matematis dapat ditulis, Untuk t=2 sampai t=300 ; ; ; ;
, , ,
,
Dengan, It = sisa bahan baku pada hari ke-t
59
Kapasitas kendaraan 1 pada hari ke Kapasitas kendaraan 1 pada hari ke , kebt = Kebutuhan bahan baku pada hari ke-t. ,
t t
1 1
5. Perkiraan energi proses pembuatan. Pada umumnya industri penghasil energi bahan bakar, keseimbangan energi merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar energi yang dibutuhkan untuk proses pembuatan tidak lebih besar daripada energi yang dihasilkan oleh biopelet tersebut.
Gambar 36. Neraca Massa Pembuatan Biopelet (Liliana 2009). Berdasarkan diagram neraca massa pada Gambar 37, tiap 100 kg bahan baku menghasilkan 20,9 kg biopelet. Sehingga untuk menghasilkan satu kilogram biopelet dibutuhkan bahan baku sebanyak 4,79 kg atau faktor konversi bhan baku menjadi produk sebesar 20,9%. Tabel 14 merupakan perkiraan kebutuhan energi pada proses pembuatan biopelet berdasarkan neraca massa pada Gambar 37. Tabel 15. Kebutuhan energi pada proses pembutan biopelet Proses Energi (Kkal) Pencacahan 1273,6 Pengeringan Matahari 44.109,0 Penggilingan 1.076,8 Pengeringan Mesin 20.528,5 Pencetakan Pelet 1.992,8 Total 68.981,8 (modifikasi Liliana 2009)
60
Perhitungan kebutuhan energi proses pembuatan berdasarkan pada energi listrik yang digunakan untuk melakukan tahapan proses tersebut. Sebagai contoh, pada tahap pencacahan, mesin yang digunakan adalah Mesin Chipper tipe SJ4 produksi PelHeat Inc dengan kapasitas 3000 kg/jam dengan daya 45 Kw. Sehingga untuk memproses 100 kg bahan diasumsikan dibutuhkan waktu 2 menit dan energi yang dibutuhkan adalah 1273,58 KKal (45 Kw x 15 menit x 60 s). Sedangkan pada tahapan pengeringan matahari, energi yang dibutuhkan dihitungkan berdasarkan pada intesintas energi matahari yang mengacu pada Larasati (2007) yaitu sebesar 568,9 watt tiap meter persegi. Berdasarkan Tabel 14, energi yang dibutuhkan untuk pembuatan 20,9 kg biopelet dari 100 kg pelepah sawit adalah sebesar 68.981,8 KKal. Dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk pembuatan tiap satu kilogram biopelet adalah sebesar 3.306 KKal. Nilai tersebut masih lebih kecil jika dibandingkan dengan energi yang dihasilkan tiap satu kilogram biopelet sebesar 3.965 KKal dan selisihnya yaitu 659 Kkal. Hal ini menjadikan faktor keseimbangan antara energi yang dibutuhkan dan yang dihasilkan sebagai faktor yang harus diperhatikan dalam bisnis industri bipelet pelapah sawit.
61
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Beberapa faktor kritis dalam pengembangan bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit adalah bahan baku atau perkebunan kelapa sawit, keseimbangan energi yang dihasilkan dengan energi yang dibutuhkan, lokasi industri, penjadwalan bahan baku dan kelayakan investasi. Semua faktor kritis tersebut menjadi acuan dalam pembuatan SIBBioPes yang terdiri dari halaman utama, halaman informasi bahan baku dan produk biopellet, halaman analisis finansial, halaman kendali admin, halaman penjadwalan lokasi bahan baku, halaman simulasi bisnis, dan halaman pelaporan. Perancangan menggunakan UML pada pengembangan sistem informasi memberikan beberapa kelebihan diantaranya adalah sistem yang dibuat lebih natural karena mengikuti ilustrasi didunia nyata, waktu pembuatan lebih cepat, menghemat dalam penggunaan bahasa pengkodean karena source code dapat dipakai ulang (reusable source code). Halaman utama dalah halaman yang menyediakan menu akses ke semua halaman yang tersedia. Halaman informasi bahan baku merupakan halaman yang menyediakan informasi lokasi dan jumlah bahan baku, selain itu juga penentuan lokasi dengan kajian transportasi. Halaman analisis finansial digunakan untuk menghitung kriteria investasi yang meliputi NPV, IRR, PBP, B/C ratio. Halaman penjadwalan digunakan sebagai acuan penjadwalan lokasi pengambilan bahan baku. Berdasarkan hasil verifikasi didapatkan lokasi pabrik yang terpilih adalah kecamatan Munjul. Sedangkan verifikasi untuk nilai kelayakan invesatsi didapatkan hasil bahwa industri tersebut layak untuk dijalankan. Hal tersebut berdasarkan pada nilai masing-masing kriteria adalah sebagai berikut, NPV sebesar Rp326.879.621, PBP sebesar 8, 57 tahun, IRR sebesar 20,02% dan rasio B/C sebesar 1,08.
B. Saran Pengembangan lebih lanjut terhadap paket program SIBBioPeS 1.0 perlu dilakukan untuk lebih menyempurnakan paket program tersebut meliputi, pengembangan sistem dengan berbasis web (web based) yang berorientasi objek, hal ini dikarenakan SIBBioPeS 1.0 sudah menggunakan database MySQL yang berbasis jaringan internet (online). Selain itu juga sistem berbasis web based memudahkan dalam pengaksesan informasi. Perbaruan data juga perlu dilakukan secara berkala agar data ataupun informasi yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0 tetap bersifat kekinian.
62
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. Bennet, Simon. Skelton, John. dan Lunn, Kenn. 2001. Schaum’s Outlines ”UML”. Vicenza: McGraw Hill. Bergman R dan J Zerbe. 2004. Primer on Wood Biomass for Energy. USDA Forest service, state and private forestry technology marketing unit forest product laboratory. Madison. Wisconsin. Brown, R. D. dan G. J. Petrello. 1976. Introduction to Business, An Integration Approach. Beverly Hills:Glen Coe Press. Cook A. 2007. Efficiency and Economic Advantages of Bulk Delivery of Biomass Pellets Fuel for Space Heating. Virgina:Pellets Fuels Institutes. El Bassam N dan P. Maegaard. 2004. Integrated Renewable Energy Or Rural Communities. Plnning Guidelines, Technologies And Applications. Amsterdam:Elsevier. Hardon, N. Rajanaidu, H.A.M Van Der Vossen. 2003. Plant Research of South East Asia No 14 ”Oil and Fats”. Bogor:Prosea. [HEZO] Holz Energie Zentrum Olsberg GmbH. 2006. Heating With Pellets Save The Environment. HEZO GmbH. Olsberg. Jerman. Herjanto, E. 2006. Manajemen Operasi edisi ketiga. Jakarta:PT Grasindo. Hill J et al. 2006. Environmental, Economic, and Energetic Costs and Benefits of Biodiesel and Bioethanol Biofuels. PNAS vol 103 no 30. Karim, A. 2006. Bank Islam: Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi dan Kelayakan Bisnis. Jakarta:Kencana. Larasati, Dewi. 2010. Uji Performansi Pengering Efek Rumah Kaca Hybrid Rak Berputar secara Vertikal untuk Pengeringan Rosela (Hibiscus sabdarifa). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Leach G dan M.Gowen. 1987. Household Energy Handbook: An Interim Guide and Reference Manual. World Bank Technical. The World Bank Paper No 67. Liliana, Windi. 2010. Peningkatan Kualitas Biopelet Bungkil Jarak Pagar Melalui Teknik Karbonisasi. [Tesis]. Bogor:Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Liliana, Windi.Warsiki, Endang. Arkeman, Yandra. Syaifudin, Akhmad. 2009. Desain Rantai Pasok Dan Peningkatan Nilai Tambah Limbah Petiole Pelepah Sawit Untuk Biopellet Serta Pemanfaatannya Untuk Industri Dan Rumah Tangga. Bogor: LPPM SBRC IPB. Lukman, Agung. 2008. Karakteristik Partikel Tandan Kosong Sawit Setelah Perendaman Air Dingin, Air Panas, dan Etonol-Benzena. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Machfud. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Bogor:Fateta, IPB. Marimin. 2003. Teknik Pengambilan Keputusan Kriteria Jamak Dan Aplikasinya Dalam Perumusan Kebijakan Strategi. Bogor:Fateta, IPB. ______ 2005.Teori Dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. Bogor:IPB Press. ______ 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta:Grasindo. Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah.. Jakarta:Salemba Empat.
63
NUTEK 1996. The Fire Wood File. Information about Fire Wood Combutsion in Small Residential Dwellings. Developed by Novator Media at The Requtes of NUTEK within The Research Program “Small Scale Combutsion of Bioenergy” O’Brien, 2008. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis edisi 7.New York:Mc Graw Hill. Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar Swadaya. Palz W dan J. Coombs.1985. Energy from Biomass. 3rd edition. Elsevier Aplied Science. London. PFI. 2010. http://www.pelletheat.org/3/news/Jan_MarchPFI%20Newsletter2.pdf. [18 Mei 2010]. Ramsay W.S. 1982. Energy from Forest Biomass. Ed. New York:Academic Press, Inc. Sa’id, GE. 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Bogor:Trubus Agriwidya. _____ 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Bogor:Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan. Saptoadi H. 2006. The Best Biobriquete Dimension and Its Particle Size. The 2nd Joint International Conference on “Suistanable Energy and Environment (SEE 2006)” 21-23 November 2006. Bangkok, Thailand. Setijawan, E dan Mulya, E.S. 2003. Peran Perbangkan Syariah Dalam Pengembangan Sektor Usaha Kecil Dan Mikro. Bunga Rampai Lembaga keuangan Mikro. Bogor:IPB Press. Setyawibawa dan Widyastuti. 1992. Kelapa Sawit; Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta:PT.Penebar Swadaya. Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Turban et al. 2003. Introducing to Information Technology 2nd edition. John Wiley&Sons Inc. USA. _____ 2005.Decision Support System and Intelegent Sytem 7th edition. Pearson education inc. New Jersey, USA White L.P. dan L.G. Paskett. 1981. Biomass as Fuel. London:Academic Press. Yamada K, M. Kanada, Q. Wang, K. Sakamoto, I. Uchiyama, T. Mizoghuci dan Y. Zhou. 2005. Utility if Coal-biomass Briquette for Remediation of Indoor Air Polution Caused by Coal Burning in Rural Area, in China Proceedings: Indoor Air 2005-3671. Zulkifli,S.2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta:Zikrul Hakim.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku
66
Lampiran 2. Diagram Use Case Penjadwalan Wilayah Bahan Baku
67
Lampiran 3. Diagram Use Case Kendali Administrator dan Informasi Biopellet
68
Lampiran 4. Diagram Use Case Sub-sistem Simulasi
69
Lampiran 5. Diagram Aktifitas Sub-sistem Informasi Bahan Baku
70
Lampiran 6. Diagram Aktifitas Sub-sistem Penjadwalan Lokasi Bahan Baku
71
Lampiran 7. Diagram Aktifitas Sub-sistem Simulasi Bisnis
72
Lampiran 8. Diagram Aktifitas Sub-sistem Info Biopellet
73
Lampiran 9. Diagram Aktifitas Sub-sistem Kendali Administrator
74
Lampiran 10. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Bahan baku.
75
Lampiran 11. Diagram Kolaborasi Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku
76
Lampiran 12. Diagram Kolaborasi Subsistem Kendali Administrator
77
Lampiran 13. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Simulasi Bisnis
78
Lampiran 14. Diagram Urutan Sub-sistem Informasi Bahan Baku
79
Lampiran 15. Diagram Urutan Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku
80
Lampiran 16. Diagram Urutan Sub-sistem Simulasi Bisnis
pengguna
Lokasi_industri
PembiayaanSyariah
industri
Tenaga_kerja
mesin
BiayaTetap
BiayaVariabel
KasMasuk
KasKeluar
AnFin
HasilAnfin
Laporan
SIBBioPeS::Pengguna login_as_Pengguna notifikasi_login pilihan_lokasi_industri
profil_singkat_lokasi
lokasi_terpilih
lokasi_industri
Nisbah_pembiayaan model_pembiayaan
pembiayaan
Umur_proyek
informasi_industri
jumlah_tenaga_kerja
Biaya_Tenaker
Jumlah_mesin
Biaya_perawatan Biaya_depresiasi
Total_biaya_tetap
BiayaListrik biaya_bahan_baku
TVC
Penadapatan_penjualan
Kas_keluar KasMasuk
HasilAnfin
ItemToPrint
Kelayakan_industri Jenis_laporan Laporan_Hasil_Simulasi
81
Lampiran 17. Diagram Urutan Subsistem Kendali Administrator.
82
Lampiran 18. Jarak antar wilayah potensi bahan baku (dalam Km). Angsana
Banjarsari
Cibaliung
Cigemblong
Cijaku
Cikeusik
Munjul
Panggarangan
Sindangresmi
Wanasalam
Angsana Banjarsari
9 23
23 15
40 54
63 42
44 24
23 32
13 11
79 59
18 15
33 29
Cibaliung Cigemblong Cijaku Cikeusik Munjul
40 63 44 23 13
54 42 24 32 11
17 79 60 22 44
79 12 20 59 50
60 20 12 40 31
22 59 40 20 22
44 50 31 22 10
89 18 36 72 66
58 56 39 37 16
34 45 27 16 25
Panggarangan Sindangresmi Wanasalam
79 18 33
59 15 29
89 58 34
18 56 45
36 39 27
72 37 16
66 16 25
14 74 57
74 9 41
57 41 13
83
Lampiran 19. Nilai Asumsi analisis Finansial Komponen
Nilai
Satuan
Umur Proyek
10
Tahun
Lama Pinjaman
10
Tahun
Jenis Pembiayaan
Musyarokah
-
Nisbah Pembiayaan
50
%
Kapasitas Produksi
6
ton/hari
Harga Jual
2.100
Rp/kg
Biaya Bahan Baku
90
Rp/kg
Upah Tenaga Kerja
1.200.000
Rp/bln
Luas Bangunan
1.000
m2
Luas Tanah
1.500
m2
Harga Tanah
500.000
Rp/m2
Harga Bangunan
100.000
Rp/m2
Harga Mesin Pellet
1.081.618.136
Rp/unit
Kapasitas Mesin
1.000
Kg/jam
Konsumsi Daya Mesin
77
Kw
Perizinan
20.000.000
Rp/set
Harga Truck
242.100.000
Rp/Unit
Kapasitas Truck
10
Ton
Peralatan Kantor
15.000.000
Rp/set
Instalasi Listrik
20.000.000
Rp/set
Harga listrik
916
Rp/Kwh
Komposisi LPS
100
%
Gaji Manager
3.000.000
Rp/bln
Pajak
10
%
Perawatan
5
%
Pemasaran
10
%
Upah Sopir
1.000.000
Rp/bln
Jumlah Truck
3
Unit
Nilai Sisa bangunan
50
%
Discount Factor
18
% per tahun
Harga BBM
4.500
Rp/L
Jarak Tempuh/liter
5
Km/L
Nilai Sisa Mesin
10
%
Tenaga kerja Posisi
Jumlah
Upah/bln
Manager
1
3.000.000
Operator mesin
12
1.200.000
Supir
6
1.000.000
Cleaning Service
1
800.000
84
Lampiran 20. Mesin yang digunakan Jenis
Type
Pengecilan Ukuran Combined Chipper and Hammer mill Chipper Hammer mill Pengeringan Bahan Rotary Dryer Pencetak Pellet Flat Die Pellet Mills Pengemasan Semi Automated Packaging Machine
Kapasitas
Daya
3000 kg/jam 3000 kg/jam
45 Kw 40 KW
GJ 250
1000 Kg/jam
17 Kw
243.439.496
ZLP 400
800kg/jam
90kw
503.804.960
FSP 50*60
-
Harga 194.458.960
139.914.720
*sumber : PELHEAT. Inc
85
Lampiran 21. Proyeksi Laba rugi
Komponen
Tahun
Unit 1
Jumlah Produksi
Ton
Terjual
Ton
Penerimaan
Rp
Total Penerimaan Biaya Variabel
Ton
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1350
1440
1620
1800
1800
1800
1800
1800
1800
1800
945
1080
1296
1620
1710
1710
1710
1710
1710
1710
1984500000
2268000000
2721600000
3402000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
1984500000
2268000000
2721600000
3402000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
3591000000
6429
6857
7714
8571
8571
8571
8571
8571
8571
8571
578610000
617130000
694260000
771390000
771390000
771390000
771390000
771390000
771390000
771390000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
17893800
21%
Bahan Baku
Ton
Biaya Bahan Baku LPS
Rp
Bahan bahan bakar
Ton
Biaya Bahan Tambahan
Rp
Transportasi
Rp
Kelistrikan Mesin Pellet
Unit Rp
Operasional
Rp
Total Biaya Variabel
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
169276800
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
10992000
776772600
815292600
892422600
969552600
969552600
969552600
969552600
969552600
969552600
969552600
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
291000000
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
101145907
198450000
226800000
272160000
340200000
359100000
359100000
359100000
359100000
359100000
359100000
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
174062631
241908293
241908293
241908293
241908293
241908293
241908293
241908293
241908293
241908293
1034916831
1080276831
1148316831
1167216831
1167216831
1167216831
1167216831
1167216831
1167216831
Biaya Tetap Tenaga Kerja
Rp
Perawatan
Rp
Pemasaran
Rp
Depresiasi
Rp
Pengembalian Pinjaman
Rp
Total Biaya Tetap
Rp
764658538
86
Total Biaya Produksi
Rp
Biaya Produksi/Ton Margin
Laba Sblm Bagi Hasil
Rp
Bagi Hasil Pembiayaan
Rp
Laba Sblm Pajak
Rp
Pajak
Rp
Laba Stlh Pajak
Rp
zakat
Rp
Laba Bersih
Rp
1541431138
1850209431
1972699431
2117869431
2136769431
2136769431
2136769431
2136769431
2136769431
2136769431
1141801
1284868
1217716
1176594
1187094
1187094
1187094
1187094
1187094
1187094
83,92%
63,44%
72,45%
78,48%
76,90%
76,90%
76,90%
76,90%
76,90%
76,90%
443068862
417790569
748900569
1284130569
1454230569
1454230569
1454230569
1454230569
1454230569
1454230569
40372062
43063532
47100739
42614954
35512462
28409969
21307477
14204985
7102492
443068862
377418507
705837037
1237029830
1411615615
1418718107
1425820600
1432923092
1440025584
1447128077
81113772
67983701
133667407
239905966
274823123
276243621
277664120
279084618
280505117
281925615
361955090
309434806
572169630
997123864
1136792492
1142474486
1148156480
1153838474
1159520467
1165202462
9048877
7735870
14304241
24928097
28419812
28561862
28703912
28845962
28988012
29130062
352906213
301698936
557865389
972195767
1108372680
1113912624
1119452568
1124992512
1130532455
1136072400
87
Lampiran 22. Proyeksi Arus kas
Tahun
Komponen
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kas Masuk 1.984.500.000
2.268.000.000
2.721.600.000
3.402.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
1.984.500.000
2.268.000.000
2.721.600.000
3.402.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
3.591.000.000
Pengeluaran tunai
1.850.209.431
1.972.699.431
2.117.869.431
2.136.769.431
2.136.769.431
2.136.769.431
2.136.769.431
2.136.769.431
2.136.769.431
Bagi hasil
40.372.062
43.063.532
47.100.739
42.614.954
35.512.462
28.409.969
21.307.477
14.204.985
7.102.492
Penerimaan penjualan Modal sendiri
2.177.174.633
Sumber Pembiayaan
2.177.174.633
Total Kas Masuk
4.354.349.266
Kas Keluar Pengeluaran Modal
4.354.349.266
Pajak
81.113.772
67.983.701
133.667.407
239.905.966
274.823.123
276.243.621
277.664.120
279.084.618
280.505.117
281.925.615
Zakat
9.048.877
7.735.870
14.304.241
24.928.097
28.419.812
28.561.862
28.703.912
28.845.962
28.988.012
29.130.062
Total Kas Keluar
4.354.349.266
90.162.649
1.966.301.064
2.163.734.611
2.429.804.233
2.482.627.320
2.477.087.376
2.471.547.432
2.466.007.488
2.460.467.545
2.454.927.600
Neraca kas
0
1894337351
301698936
557865389
972195767
1108372680
1113912624
1119452568
1124992512
1130532455
1136072400
Neraca Kas Awal
0
-4354349266
-2460011915
-2158312979
-1600447590
-628251823
480120857
1594033481
2713486049
3838478561
4969011016
Neraca Kas Akhir
-4354349266
-2460011915
-2158312979
-1600447590
-628251823
480120857
1594033481
2713486049
3838478561
4969011016
6105083416
88
Lampiran 23. Perhitungan Kriteria Investasi Tahun
Arus Kas Bersih
Arus Kas Kumulatif
df
PV
PV kumulatif
0
-4.354.349.266
-4.354.349.266
1
-4.354.349.266
-4.354.349.266
1 2 3 4 5
1.894.337.351 301.698.936 557.865.389 972.195.767 1.108.372.680
-2.460.011.915 -2.158.312.979 -1.600.447.590 -.628.251.823 480.120.857
0,847 0,718 0,609 0,516 0,437
1.604.503.736 216.619.836 339.740.022 501.653.016 484.358.861
-2.749.845.530 -2.533.225.694 -2.193.485.672 -1.691.832.656 -1.207.473.795
6 7 8 9 10
1.113.912.624 1.119.452.568 1.124.992.512 1.130.532.455 1.136.072.400
1.594.033.481 2.713.486.049 3.838.478.561 4.969.011.016 6.105.083.416
0,37 0,314 0,266 0,225 0,191
412.147.671 351.508.106 299.248.008 254.369.802 216.989.828
-795.326.124 -443.818.018 -144.570.010 109.799.792 326.789.620
Kritteria Finansial PBP B/C IRR NPV
Nilai 8,57 Tahun 1,08 20,02% Rp326.789.620
89