[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
Sepak terjang Densus 88 kian hari kian terkuak. Bukan profesionalisme yang dimunculkan, tapi kebrutalan yang tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai penegak hukum. Walhasil banyak pihak sekarang menuntut agar detasemen yang pembentukannya didanai asing ini dibubarkan.
Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88
Sirajuddin hanya seorang pelayan bakso dia bukan seorang teroris namun dibunuh oleh Densus 88.
Jenazah tanpa identitas yang ditembak mati oleh Densus 88 itu, sudah sebulan lebih menempati kamar mayat RS Bhayangkara Jakarta. Tidak diketahui siapa nama dan keluarga jenazah ini, yang tertera cuma nama; Jenazah 1 Mr. X di foto identitas jenazah.
Siapa jenazah itu? Ia adalah salah satu dari tujuh korban penembakan yang dilakukan Densus 88 di Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (5/1/2013), enam jenazah lainnya telah dikembalikan pada keluarga dan dimakamkan. Namun, jenazah yang satu ini belum dikembalikan sebab tidak diketahui identitas mayat tersebut.
Ironis bahkan terbilang sadis, Densus 88 menembak seseorang yang katanya terlibat terorisme namun tidak mengetahui sama sekali siapa yang mereka bunuh. Ini aparat atau pembunuh?
Selasa (19/2), akhirnya misteri Mr X terungkap. Ini setelah keluarga korban mengecek sendiri ke RS Bhayangkara Jakarta, mayat yang terbujur kaku dengan luka tembak di beberapa bagian tubuhnya ini.
Dari keterangan keluarga, ia adalah Sirajuddin alias Eja, lahir di Dompu 7 Agustur 1992. Ia
1/6
[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
tinggal di Dusun Murobaka, Desa Baka Jaya, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu.
Tidak mudah mengembalikan jenazah yang sebulan lebih ini kembali ke kampung halamannya. Perlu ada identifikasi yang lebih panjang lagi agar mengetahui apa benar jenazah itu Sirajuddin atau bukan.
Beberapa aparat kepolisian telah menunggu di depan kamar mayat RS Bhayangkara saat keluarga korban datang. Tidak langsung melihat jenazah korban, pihak keluarga diarahkan untuk menemui kepala RS Bhayangkara, Didi Agus.
Setelah menemui kepala RS Bhayangkara, paman korban, Baharuddin terlihat kesal dengan pihak rumah sakit karena tidak langsung memperlihatkan jenazah Sirajuddin. Pihak keluarga kembali harus menunggu untuk diwawancarai terkait ciri-ciri fisik Sirajuddin. “Kenapa prosesnya berbelit-belit, kita mau lihat jenazahnya saja,” kesalnya.
Ada beberapa perbedaan yang terlihat dalam foto jenazah dengan kesaksian ayah Sirajuddin tentang ciri-ciri Sirajuddin, hingga pria yang tidak mengerti dengan bahasa Indonesia itu ragu dengan jenazah tersebut.
Dalam foto jenazah, tahi lalat terlihat berada di sebelah kanan. Padahal dari kesaksian ayah korban, Sirajuddin tahi lalatnya berada di sebelah kiri.
Keluarga Sirajuddin agak curiga kemungkinan foto ini diedit. “Kemungkinan foto ini diedit,” ujar Iwan salah satu keluarga korban.
Ternyata benar. Keraguan itu pun sirna setelah ayah dan paman Sirajuddin melihat kondisi jenazah yang berada di kamar mayat RS Bhayangkara. Seketika suasana hening, duka mendalam terlihat jelas di raut wajah keluarga besar yang jauh-jauh datang dari Dompu. Jenazah Mr X itu adalah Sirajuddin.
2/6
[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
“Betul itu mayat Sirajuddin,” ujar Baharuddin paman korban kepada Media Umat, Selasa (19/2) di RS Bhayangkara, Kramat Jati Jakarta.
Mengetahui bahwa mayat itu Sirajuddin, ayah Sirajuddin, Jigrak, seketika syok tak kuasa menahan kesedihan. Beberapa pendamping dari pihak keluarga pun berusaha menenangkan ayah korban.
Baharuddin, paman Eja, sangat kecewa terhadap perilaku Densus 88 terhadap keponakannya. Menurutnya, Densus tak ubahnya pembunuh bayaran. “Kami sangat kecewa, mereka itu sama saja seperti pembunuh bayaran bukan aparat negara,” ungkapnya kesal.
Ia menambahkan, jika Eja dicurigai sebagai bagian dari terorisme, kepolisian seharusnya bisa membuktikan tuduhan mereka jangan asal membunuh orang. “Mereka harus membuktikan keterlibatan Sirajuddin bukan malah membunuhnya,” imbuhnya.
Pihak keluarga sangat kesal ketika dimintai uang dari pihak Densus 88 sebagai sarat untuk mengembalikan jenazah Sirajuddin ke Dompu.”Pihak Densus meminta sejumlah uang sebagai syarat mengembalikan jenazah Sirajuddin. Padahal menurut saya itu merupakan upaya agar jenazah dimakamkan di Jakarta bukan di Dompu,” tutur Iwan keluarga Sirajuddin saat dihubungi Media Umat.
Sedangkan, di Desa Baka Jaya, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB. Ratusan warga melakukan pemblokiran Jalan Lintas Sumbawa yang dilakukan oleh keluarga almarhum Sirajuddin dan warga Desa Baka Jaya.
Mereka melakukan aksi tersebut karena kesal terhadap kinerja Densus 88. Sebab, hasil otopsi yang tidak wajar dari Densus 88 menjadi pemicu dari aksi pemblokiran jalan itu. ”Kami heran, mengapa korban bisa seperti itu, badan adik kami Sirajuddin dari dagu sampai bawah pusar ada bekas jahitan," ungkap salah satu keluarga.
Pihak keluarga khawatir dengan akan adanya organ tubuh dari almarhum Sirajuddin yang diambil. Setelah ada surat rekomendasi dari Kapolres Dompu untuk melakukan otopsi ulang,
3/6
[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
pihak keluarga dan warga pun membuka kembali akses jalan yang telah diblokir.
Rabu sore (27/2), akhirnya jenazah almarhum Sirajuddin diberangkatkan ke Mataram untuk dilakukan otopsi ulang.
Dari kesaksian, Iwan walau jenazah Sirajuddin sudah 50 hari belum dimakamkan, kondisinya masih tetap bagus dan mengeluarkan bau yang harum saat kain kafannya dibuka. “Bau jenazah sangat wangi dan ia terlihat tersenyum, semoga ini tanda-tanda syahidnya beliau,” pungkasnya.
Sirajuddin Bukan Teroris
Saat audiensi ke Komisi III DPR-RI, bersama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Selasa, (19/2) di Gedung Nusantara II DPR-RI, Senayan, Jakarta, Baharuddin, paman Eja menceritakan kronologi meninggalnya Eja hingga keberadaan mereka di Jakarta mencari mayat Eja.
Sirajuddin alias Eja lahir di Dompu 7 Agustur 1992. Ia tinggal di Dusun Murobaka Desa Baka Jaya, Kecamatan Woja Kabupaten Dompu. “Eja putus sekolah sejak SMA, dan saat itulah membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai pelayan warung bakso di Desa Oo,” ungkap Baharuddin.
Pada 27 Desember 2012 ia keluar dari tempat pekerjaannya sebagai pelayan Bakso dan masih bertemu dengan Pak Jul salah satu warga Desa Oo pada tanggal 29 Desember 2012. “Eja bahkan masih sempat pulang kerumah tanggal 3 Januari 2013 dan menemui bapaknya,” lanjutnya.
Namun, pada 5 Januari 2013, ujar Baharuddin, terjadi penembakan di terminal Dompu pada jam 5 pagi. Sejak itulah kabar Eja tak diketahui. “Rumor dari masyarakat bahwa korbannya adalah Eja,” jelasnya.
4/6
[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
Baharuddin menampik tuduhan kalau Eja pernah ke Poso atau pernah melakukan hal-hal di tempat lain. “Saya tegaskan itu tidak benar dan sangat keliru, bagaimana mau ke Poso ke Bima saja ia tidak pernah,” urainya.
Pada 26 Januari 2013, datang Briptu Ruslan Syah, Buser Polres Dompu, menyampaikan informasi kepada Kepala Dusun Murobaka. “Ia mengatakan korban penembakan di belakang terminal Dompu adalah Sirajuddin, pelayan bakso di Desa Oo,” kutipnya.
Keluarga Sirajuddin yang ingin mengetahui keberadaan mayat Sirajuddin pun sangat dipersulit oleh pihak Polres Dompu. Malah dengan santainya Kapolres Dompu mengatakan itu bukan urusannya. “Itu bukan urusan saya, karena itu urusan Densus 88, begitu kata Pak Kapolres,” kutip Baharuddin.
“Saya berkata, kenapa bukan urusan bapak? Inikan wilayah kekuasaan hukum bapak,” katanya kesal.
Keluarga pun juga sempat dijanjikan akan diberikan informasi tentang keberadaan mayat Sirajuddin dari pihak DPRD Dompu. Namun, itu semua hanya isapan jempol dan janjinya tidak terbukti. “DPRD janjikan 2x24 jam kami akan tahu informasi keberadaan mayat Eja, namun hingga saat ini (audiensi ke Komisi 3 DPR-RI) tidak ada kepastian sama sekali,” pungkasnya menarik nafas.[] fatih mujahid
5/6
[100] Pelayan Bakso Itu Dibunuh Densus 88 Saturday, 23 March 2013 02:26
.
6/6