SINAR BNN EDISI I - 2014
2 SINAR BNN EDISI I - 2014
dariredaksi
Hadir Kembali Pelindung DR. Anang Iskandar, SiK,SH,MH Penasehat Drs. Nicolaus Eko Riwayanto, PGD, MSc Drs. Sulistyono, M.Si
Dewan pengarah Yappi Wilem Manafe, SH Drs. V. Sambudiyono, MM dr. Diah Setia Utami SpKJ, MARS Drs. Dedi Fauzi Charles Victor Sitorus Drs. Ahwil Luthan Dewan Redaksi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Dhani Soedirman,ST, Ir. Eswe Andrisias Tanpas, DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si, Adikta Suryaputra, SH. Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si Redaktur Pelaksana Eswe Andrisias Tanpas Redaktur DR. Sulastiana, SIP, SH, M.Si Dhani Sudirman, ST, Adikta Suryaputra, SH FOTOGRAFER Iyan Fauzi Alamat Redaksi Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia Jl. MT. Haryono No. 11, Cawang, Jakarta Timur Telp. 021 - 80871556, 80871557 Fax. 021 - 80852525, 80871591, 80871592 Design Grafis/Layout tanpas design Percetakan CV. Viva Tanpas
S
ebagai hamba yang beragama, tahun baru 2014 kita jadikan sebagai moment untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah yang diberikan selama setahun sebelumnya. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus juga kita persembahkan kepada para pendahulu yang telah menorehkan tinta emas demi keharuman Badan Narkotika Nasional (BNN). Tahun 2014, kita jadikan tonggak untuk menancapkan semangat baru dan harapan baru, serta memantapkan jati diri agar kita mengetahui arah perjuangan dan cita-cita luhur BNN, yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) pada 2015. Selain itu, tahun 2014 ini juga kita canangkan sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, sebagai langkah antisipasi untuk menekan jumlah pengguna narkoba. Kenapa perlu ada pencanganan? Karena mengingat saat ini jumlah pengguna Narkoba di Indonesia sudah mencapai 4 juta lebih. Untuk itu, perlu langkah konkrit dalam menekan jumlah pengguna narkoba tersebut. Pertanyaan besar yang saat ini kita hadapi bersama adalah menjawab pertanyaan, bagaimana menurunkan angka pengguna narkoba yang saat ini berjumlah 4 juta orang lebih, dan setiap tahunnya cenderung terus meningkat. Sebenarnya, upaya dalam menyelesaikan permasalahan narkoba di Indonesia sudah banyak dilakukan, terutama oleh para penegak hukum, namun sampai saat ini pengguna narkoba belum berkurang bahkan cenderung bertambah. Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan adalah pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba yang masih dicap sebagai pelaku kejahatan, sampah masyarakat, dan berbagai stigma negatif lainnya, sehingga mereka harus dihukum penjara. Dampak dari pandangan ini, mengakibatkan permasalahan narkoba tidak kunjung selesai, bahkan timbul masalah lainnya seperti beban lapas menjadi over capacity, lapas menjadi tempat “aman” bagi pengguna narkoba dan munculnya kejahatan lain yang diakibatkan oleh penggunaan narkoba di dalam lapas. Keberhasilan BNN dalam mencegah dan memberantas peredaran gelap narkoba sangat tergantung pada peran aktif masyarakat, sikap mental, semangat dan disiplin para pejabat di lingkungan BNN. Sehubungan dengan itu, diharapkan seluruh komponen kekuatan sosial politik, organisasi/ lembaga kemasyarakatan perlu saling bahu membahu, membina persatuan dan kesatuan serta berkiprah mempersembahkan karya terbaik untuk PEMIMPIN REDAKSI mewujudkan Indonesia negeri bebas narkoba. SINAR BNN 3 EDISI I - 2014
daftar isi LIPUTAN UTAMA : DPD Dukung Pembangunan............................... 6 Pengguna Narkoba Direhabilitasi....................... 8
LIPUTANUTAMA
Pengguna Narkoba Tidak Dipenjara......................9 BNN Sita Aset Bandar Narkoba......................... 14
LIPUTAN UTAMA
2014 Tahun Penyelamtan Pengguna Narkoba
Badan Nasional Narkotika (BNN) Minggu 26 Januari 2014, mencanang kan 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, sebagai langkah antisipasi untuk menekan jumlah pengguna narkoba. Acara ini berlangsung di Lapangan Bhayangkara, Jl. Trunojoyo, Jakarta Selatan, hadir dalam acara ini Kapolri Jenderal Sutarman, Kepala BNN Anang Iskandar, Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Sudjarno, dan sejumlah pejabat Polri lainnya,........................................................................................................................................5
OPINI Dekriminalisasi Pengguna Narkoba...................13
KOLOM
LIPUTAN KEGIATAN
PENGUNGKAPAN
Peran Rehabilitasi Sosial............................. 38 Komunikasi Keluarga....................................39 Selundupkan Sabu..................................... 40 BNN Bongkar jaringan................................. 41
Bersama perang Melawan Narkoba................... 17
SIRAMAN ROHANI
BNN Tetap Semangat...................................... 19 BNN Raih Penghargaan................................... 20
Menggapai Petunjuk Allah............................52
Gerakan Wajib lapor....................................... 22
TESTIMONI
BNN harus didukung....................................... 23
Bekerja dengan Sepenuh Hati........................55
WAWANCARA Dekriminalisasi Tidak Sama............................ 24
LIPUTAN KEGIATAN Kemenkumham................................................. 27 Golkar Dukung BNN............................................28 BNN gandeng Komnas HAM................................. 29 Ubah Stigma..................................................... 30 Bentuk Satgas Anti Narkoba................................ 31 Pekerja Transportasi.......................................... 32 Trisakti Bangun Jejaring..................................... 33 BNN jadikan Media Massa.................................. 34 Perlu Sosialisasi Intensif................................... 35 Say Yes to Study................................................ 36 Seniman Radio................................................. 37
4 SINAR BNN EDISI I - 2014
Redaksi menerima tulisan dengan syarat: Panjang tulisan 2 halaman kuarto diserta foto minimal 2 lembar. Dilengkapi identitas dan alamat jelas. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca.
liputanutama
2014
Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba
Badan Nasional Narkotika (BNN) Minggu 26 Januari 2014, mencanangkan 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, sebagai langkah antisipasi untuk menekan jumlah pengguna narkoba.
B
adan Nasional Narkotika (BNN) Minggu 26
Januari
2014, mencanang
kan 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, sebagai langkah antisipasi untuk menekan jumlah pengguna narkoba.
Acara ini berlangsung di Lapangan Bhayangkara, Jl. Trunojoyo, Jakarta Selatan, hadir dalam acara ini Kapolri Jenderal Sutarman,
Kepala BNN Anang Iskandar, Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Sudjarno, dan sejumlah pejabat Polri lainnya, Ketua DPD Irman SINAR BNN 5 EDISI I - 2014
liputanutama
Gusman, serta Ketua DPR, Marzuki Alie. Selain itu, acara juga dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan pelajar, komunitas ojek, LSM dan ormas anti-narkoba, serta elemen masyarakat lainnya. Sejumlah artis Ibu Kota juga turut meramaikan acara tersebut. Kenapa perlu ada pencanganan? Karena mengingat saat ini jumlah pengguna Narkoba di Indonesia berjumlah 4 juta lebih. Untuk itu, perlu langkah konkrit dalam menekan jumlah pengguna narkoba tersebut. “Pertanyaan besar yang saat ini kita hadapi bersama adalah menjawab pertanyaan, bagaimana menurunkan angka pengguna narkoba yang 6 SINAR BNN EDISI I - 2014
saat ini berjumlah 4 juta orang lebih, dan setiap tahunnya cenderung terus meningkat,” kata Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, usai melakukan pencanangan. Selanjutnya, Anang menjelaskan, upaya dalam menyelesaikan permasalahan narkoba di Indonesia sudah banyak dilakukan, terutama oleh para penegak hukum, namun sampai saat ini pengguna narkoba belum berkurang bahkan cenderung bertambah, “Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan adalah pandangan masyarakat terhadap pengguna narkoba yang masih dicap sebagai pelaku kejahatan,
sampah masyarakat, dan berbagai stigma negatif lainnya, sehingga mereka harus dihukum penjara,” jelas Anang. Dampak dari pandangan ini, tambah Anang, mengakibatkan permasalahan narkoba tidak kunjung selesai, “Bahkan timbul masalah lainnya seperti beban lapas menjadi over capacity, lapas menjadi tempat “aman” bagi pengguna narkoba dan munculnya kejahatan lain yang diakibatkan oleh penggunaan narkoba di dalam lapas,” ujar Anang. Menurut Alumni Akpol tahun 1982 ini, pengguna narkoba memiliki sifat adiksi dengan tingkat relaps atau kambuh yang tinggi, mereka tidak dapat
pulih dengan sendirinya, “Mereka orang yang sakit yang perlu disembuhkan. Hal inilah yang sering tidak dipahami oleh masyarakat, sehingga muncul sikap atau pandangan yang berbeda dari masyarakat dan aparat penegak hukum dalam menyikapi para pengguna narkoba,” kata Anang. Pandangan tersebut mengakibatkan timbulnya sudut pandang yang berbeda, disatu sisi ada yang berpendapat mengutamakan upaya penegakan hukum kepada pengguna narkoba agar mendapatkan efek jera, sedangkan disisi lain ada yang menginginkan rehabilitasi untuk mengurangi pasar, yang diasumsikan akan berpengaruh
liputanutama pada turunnya permintaan narkoba. “Dari perbedaan pandangan tersebut, perlu mendapatkan perhatian kita bersama, agar kita dapat menyamakan persepsi terhadap bagaimana seharusnya memandang dan menangani pengguna narkoba. Mereka itu sudah kehilangan masa lalu dan masa kininya, jangan sampai mereka kehilangan masa depannya,” tandas mantan Gubernur Akpol ini. Makna dari penyelamatan pengguna narkoba adalah bentuk komitmen bersama untuk menyelamatkan pengguna narkoba yang saat ini masih bersembunyi dan mendorong serta meyakinkan mereka, keluarganya untuk melaporkan diri secara sukarela kepada institusi penerima wajib lapor (IPWL) agar memperoleh perawatan atau rehabilitasi, sehingga dapat menyongsong masa depan yang lebih baik dan tidak kambuh kembali, “Selain itu, penyelamatan ini juga ditujukan kepada aparat penegak hukum, dalam rangka menangani pengguna narkoba agar senantiasa berorientasi kepada penghukuman rehabilitasi (maatregel) terhadap pengguna narkoba demi menyelamatkan masa depan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan Undang – Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 yang harus dipatuhi dan dijalankan bersama,” terang Anang.
IRMAN GUSMAN
DPD RI Dukung Pembangunan
Panti Rehabilitasi di Seluruh Daerah
DPD RI akan berkoordinasi dengan para gubernur dan BNN untuk membangun panti rehab narkoba di seluruh daerah. Sehingga rencana tersebut bisa segera diwujudkan.
K
etua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman mendukung pembangunan panti rehabilitasi narkoba di seluruh Indonesia. Hal ini merupakan komitmen DPD untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba. ‘’DPD mendukung penuh pembangunan panti-panti rehabilitasi narkoba di seluruh daerah,’’ ujar Irman Gusman. Dukungan tersebut disampaikan berkaitan dengan pencanangan penyelamatan pengguna narkoba yang sudah dilaksanakan pada Minggu (26/1) lalu, di Lapangan Mabes Polri, Jakarta.
Selanjutnya Irman mengatakan, DPD RI akan berkoordinasi dengan para gubernur dan BNN untuk membangun panti rehab narkoba di seluruh daerah. Sehingga rencana tersebut bisa segera diwujudkan. Menurut Irman, kondisi Indonesia saat ini bukan lagi sebagai negara transit, tapi sudah menjadi negara tujuan narkoba. Sehingga penangannya harus melibatkan semua pihak,’’Jadi bukan tugas
BNN semata, tapi seluruh elemen masyarakat’’ kata Irman. terlebih, banyak pengguna narkoba masih dalam kategori usia produktif DPD RI, lanjut Irman, sepakat dengan BNN kalau korban tidak bisa dianggap sebagai kejahatan semata, tapi korban dengan berbagai sebab tertentu. Oleh karena itu penanganannya bukan hukuman penjara, tapi penyelamatan preventif jauh lebih penting. (pas) SINAR BNN 7 EDISI I - 2014
liputanutama
Ketua DPR : MARZUKI ALIE
Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara
Marzuki mengatakan, pusat rehabilitasi yang dimiliki BNN sangat terbatas. Untuk itu, ia mengajak kelompok penggiat anti-narkotika yang memiliki kemampuan ekonomi lebih untuk ikut berpartisipasi dalam menyiapkan rumah rehabilitasi bagi pengguna
8 SINAR BNN EDISI I - 2014
U
paya preventif untuk mengurangi pengguna narkotika dinilai Ketua DPR Marzuki Alie belum efektif. Kenyataannya, menurut Marzuki, pengguna narkotika bukannya menurun tetapi justru mengalami peningkatan. “Artinya harus ada penyempurnaan. Kemarin hari Minggu, langkah itu dilakukan, pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara,” ucap Marzuki Alie, di Gedung DPR RI, Kamis (30/1). Marzuki mengatakan, pusat rehabilitasi yang
dimiliki BNN sangat terbatas. Untuk itu, ia mengajak kelompok penggiat anti-narkotika yang memiliki kemampuan ekonomi lebih untuk ikut berpartisipasi dalam menyiapkan rumah rehabilitasi bagi pengguna,”Kemarin saya juga sudah mendengar ada sekitar 200 rumah sakit yang siap menerima, wajib lapor, untuk dilakukan rehabilitasi. Artinya ada sinergi Menkes dengan BNN. Ini membanggakan kita semua,” katanya. Namun ia menyayangkan, tersedianya
tempat rehabilitasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh pengguna narkotika. Ia menilai, pengguna narkotika masih sungkan untuk melaporkan dirinya ke aparat hukum agar mendapatkan rehabilitasi,”Sehingga dampaknya perkembangan korban narkoba ini semakin banyak. Untuk itu kami mengapresiasi, walaupun UU-nya sudah disahkan tahun 2009, baru kemarin dicanangkan tahun 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkota, dan kita nyatakan tidak pada narkoba!” tandasnya. (pas)
liputanutama
KAPOLRI JENDERAL SUTARMAN
Dukung Pengguna Narkoba Tidak Di Penjara Tapi Direhabilitasi “Kita sepakat penyalahguanaan narkoba adalah masalah serius bangsa dan musuh bangsa, maka kita wajib bersatu padu samakan visi dan misi untuk menanggulangi penyimpangan narkoba,”
Sutarman menambahkan, penyalahgunaan narkoba sangat berdampak terhadap aspek egiatan kehidupan berbangsa dan pencanangan bernegara. Dengan 2014 sebagai adanya narkoba, tidak tahun penyelamatan dipungkiri timbul kejahapengguna narkoba, kata tan lain yang menyerSutarman, merupakan tainya seperti Tindak kegiatan yang sangat Pidana Pencucian Uang strategis karena relevan (TPPU), kepemilikan dengan upaya pencesenjata api hingga pemegahan dan pemberanrasan. tasan narkoba, “Kita Ia juga mengindisepakat penyalahguanaan kasikan peredaran narkonarkoba adalah masalah ba digunakan oleh kelomserius bangsa dan musuh pok tertentu untuk bangsa, maka kita wajib kepentingan golonganbersatu padu samakan nya,”Saya tidak perlu visi dan misi untuk sebutkan kelompoknya, menanggulangi penyimmasyarakat bisa melihat pangan narkoba,” katanya. sendiri. Juga ada sinya-
K
lemen ke arah terorisme, uang cash digunakan untuk apapun, sehingga masalah narkoba jadi makin rumit dalam penanggulangannya,” imbuhnya. Untuk itu, pengguna narkoba harus mendapatkan rehabilitasi. Ia menyadari, penggunaan narkoba ini berdampak terhadap melemahnya negara dalam pencapaian kemajuan dan kesejahteraan,”Narkoba sudah meracuni seluruh generasi, bukan hanya generasi muda tetapi juga generasi tua bahkan kakek-kakek. Kita sadari penyalahgunaan narkoba tidak kenal usia, status
dan strata sosial, aparat penegak hukum pun banyak yang menyalahgunakan narkoba,” tandasnya. Ia berharap, tahun 2015 tidak ada lagi generasi bangsa yang menyalahgunakan narkoba. Untuk itu ia mendukung agar pengguna narkoba tidak dipenjara, melainkan direhabilitasi. Sesuai ketentuan UU bagi pecandu yang dengan kesadaran diri sendiri melaporkan ke petugas atau lewat walinya tidak akan diproses pidana, justru mereka akan dibantu lewat rehabilitasi,” tuturya SINAR BNN 9 EDISI I - 2014
liputanutama
REFLEKSI AKHIR TAHUN BNN
BNN Sita Aset Bandar Narkoba Rp 49 Miliar Tindakan rehabilitasi merupakan solusi yang lebih tepat sehingga pengguna atau pecandu dapat kembali pulih dan angka penyalahgunaan Narkotika dapat ditekan, para pengedarnya akan kehilangan pasar. 10 SINAR BNN EDISI I - 2014
P
aradigma pengguna dan pecandu Narkotika lebih baik di rehabilitasi daripada di penjara bertujuan untuk menekan permintaan dengan mengurangi peredaran Narkotika. Undang– Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009 menganut “double track system”, yang memberikan pilihan kepada penegak hukum khususnya Hakim dalam memutus seorang peng-
guna atau pecandu untuk dapat dihukum pidana atau dilakukan tindakan rehabilitasi. Secara empiris hukuman penjara bagi pengguna dan pecandu tidak menyelesaikan masalah karena hanya memindahkan pengguna dari luar ke dalam tembok lembaga pemasyarakatan, bahkan menjerumuskan mereka kedalam peredaran Narkotika. Tindakan rehabilitasi merupakan
solusi yang lebih tepat sehingga pengguna atau pecandu dapat kembali pulih dan angka penyalahgunaan Narkotika dapat ditekan, para pengedarnya akan kehilangan pasar. Langkah ini selaras dengan tujuan atau “roh” undang– undang Narkotika yang telah diatur dalam Pasal 4 huruf d tentang Narkotika yang menyatakan bahwa negara menjamin pengaturan upaya rehabilitasi
liputanutama dalam rekening tabungan, tanah, rumah, apartemen, kendaraan bermotor, dan perhiasan. Kasus menonjol yang telah diungkap BNN adalah kasus Faisal terkait money laundering dengan nilai aset mencapai Rp 29.926.112.818,- yang telah mendapatkan vonis 10 tahun penjara. Terkait dengan kasus ini juga ditangkap WNI atas nama Tjew Anton yang diduga menerima setoran dari Faisal dan jaringan Malaysia, dengan nilai aset yang disita berupa uang tunai dan aset lainnya sebesar Rp 1,9 miliar. Pada saat penangkapan, Faisal berupaya untuk menyuap petugas dengan uang Rp 10 miliar, namun ditolak. Kasus pandangan bahwa lebih lainnya, yaitu ekspor tepat pengguna dan pecandu Narkotika untuk safrole oil ke Amerika, Australia, Belanda, dan dipulihkan agar mereka Norwegia oleh Joy (WNI), tidak kehilangan masa selama tahun 2013 depan dan membebani perjalanan berbangsa dan ditemukan sebanyak 24 NPS (New Psychoactive bernegara. Dalam rangka melum- Substance) atau Narkotika puhkan jaringan sindikat jenis baru. Karena keresahan Narkotika, BNN senanmasyarakat atas maraknya tiasa berpijak pada peredaran Narkotika di penanganan double gardant, selain menindak tempat hiburan, BNN kejahatan Narkotika yang bekerjasama dengan Polri dan TNI melaksanakan dilakukan, BNN juga operasi gabungan di mengusut tindak pidana tempat-tempat hiburan pencucian uang (TPPU) malam yang kerap kali dari tersangka yang menjadi tempat tujuan berhasil ditangkap. Jumlah aset yang berhasil berkumpulnya para pengguna dan pengedar disita pada tahun ini Narkotika. Kegiatan sebesar Rp 49.466.401.122,- yang berasal dari 14 dilakukan di 24 tempat hiburan malam sebanyak Laporan Kasus Narkotika 32 kali operasi, dengan (LKN) dengan 18 termelaksanakan tes urine sangka. Aset yang disita meliputi uang tunai, uang kepada 995 orang pe-
Pada tahun 2013, BNN telah mengungkap jaringan sindikat Narkotika dan berhasil mengamankan : - 244 orang tersangka dari 166 Laporan Kasus Narkotika, - Dengan barang bukti : · 132.813,18 gram sabu; · 215,9 gram heroin; · 179,8 gram serbuk ekstasi; · 26.937 butir pil ekstasi; · 13.522,8 gram ganja; · 35,75 gram prekursor; · 146,38 gram ephedrine; · 85 butir tablet methamphe tamine; · 588 butir tablet happy five; · 323.726 mililiter prekursor cairan, - Dan telah dilakukan pemusnahan seba nyak 31 kali.
medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu Narkotika. Dalam membangun paradigma ini, BNN melakukan langkah strategis melalui dekriminalisasi terhadap pengguna dan pecandu Narkotika, dengan konstruksi: “menggunakan Narkotika merupakan perbuatan melanggar hukum pidana, namun hukumannya bukan hukuman penjara melainkan hukuman rehabilitasi”. Hal ini telah menjadi kesepakatan bersama para penegak hukum dalam forum Mahkumjakpol plus BNN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial. Masyarakat dan penggiat anti Narkotika menyambut baik paradigma ini karena mereka ber-
ngunjung. Dari 995 pengunjung tersebut, 207 pengunjung dinyatakan positif mengonsumsi Narkotika, ini mengindikasikan bahwa tempat hiburan malam/diskotek menjadi tempat bagi berkumpulnya pengguna dan pengedar. Untuk mendengar dan menyebarkan informasi kepada masyarakat, Focus Group Discussion (FGD) telah menjadi salah satu terobosan dalam melakukan upaya strategis untuk menanggulangi permasalahan Narkotika. BNN mengambil langkah ini dengan mengundang sejumlah pakar untuk mengupas masalah Narkotika dan mencari terobosan baru dalam konteks demand dan supply reduction. Dalam tahun ini, BNN telah melaksanakan 476 FGD, dan hasilnya diharapkan menjadi sumber kajian untuk menentukan kebijakan dalam rangka menanggulangi permasalahan Narkotika kedepan. Dalam rangka merangkul organisasi masyarakat penggiat anti Narkotika, BNN telah melantik 25 organisasi kemasyarakatan yang tergabung dalam Forum Organisasi Kemasyarakatan Anti Narkotika (FOKAN) yang merupakan sarana pemberdayaan masyarakat dalam rangka partisipasi masyarakat untuk mencegah, merehabilitasi, dan memberantas peredaran gelap Narkotika. Kegiatan lain untuk SINAR BNN 11 EDISI I - 2014
liputanutama memberdayakan masyarakat, BNN menyelenggarakan berbagai macam lomba guna menggugah semangat dan kepedulian masyarakat melalui lomba Kampung Bersih Narkotika, lomba Kampus Bersih Narkotika, lomba Fotografi, dan lomba Karya Tulis Jurnalistik Anti Narkotika, yang diikuti oleh 26 kelurahan, 27 perguruan tinggi, 207 fotografer, dan 57 jurnalis. Gencarnya upaya BNN dalam rangka memberantas jaringan peredaran Narkotika serta memulihkan pengguna dan pecandu Narkotika tidak akan ada artinya tanpa dukungan dari media massa. Dalam upaya menyebarkan informasi kepada masyarakat BNN bekerjasama dengan berbagai media massa baik cetak maupun elektronik. Melalui kerja sama ini, pemberitaan tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) semakin intens dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka semakin sadar akan bahaya penyalahgunaan Narkotika. Disisi lain dalam upaya untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan Narkotika telah ditempuh berbagai macam cara salah satunya melalui pembentukan kader anti Narkotika secara sukarela baik dari tingkat pendidikan, tempat kerja, lingkungan masyarakat, organisasi 12 SINAR BNN EDISI I - 2014
Danar. Dalam 2 tahun ini, ia telah masuk ke 780 kampung untuk mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan Narkotika tanpa pamrih. Dalam konteks rehabilitasi, telah banyak lembaga rehabilitasi berbasis masyarakat yang terbentuk secara mandiri. Hingga saat ini terhitung 90 lembaga rehabilitasi binaan masyarakat yang bersinergi dengan BNN, hal ini menggambarkan adanya gerakan masyarakat secara sukarela untuk melindungi lingkungannya dari penyalahgunaan Narkotika, serta kepedulian masyarakat untuk menyelamasyarakat, dan partai dengan Kemenkumham matkan pengguna dan politik sebanyak 5.913 dalam rangka dekrimipencandu Narkotika. kader yang siap terjun ke nalisasi pengguna/ Tahun 2013 masalah masyarakat untuk berpe- pecandu dan Lapas bahaya Narkotika tetap ran aktif dalam melakuReform. BNN bermitra menjadi ancaman besar, kan upaya pencegahan dengan Komisi 3 DPR RI baik pada tingkat dunia penyalahgunaan Narkountuk mewujudkan maupun tingkat nasional. tika. pembangunan tempat Sebagaimana diungkapkan Untuk mewujudkan rehabilitasi di 33 Provinsi upaya penanggulangan di seluruh Indonesia serta Direktur UNODC, the Narkotika, BNN melakupemasangan alat deteksi world drugs problem can be contained, but it is not kan kerja sama strategis Narkotika di 68 titik solved (permasalahan dengan berbagai instansi interdiksi baik interdiksi Narkotika saat ini belum antara lain Ditjen Bea dan laut maupun udara dapat terselesaikan Cukai dalam rangka diseluruh Indonesia. namun hanya dapat kegiatan interdiksi untuk Saat ini masyarakat mencegah masuknya semakin sadar dan peduli ditekan). Oleh karenanya diperlukan pemahaman Narkotika ke wilayah tentang bahaya yang dan komitmen seluruh NKRI, Badan POM untuk ditimbulkan akibat elemen bangsa, bahwa mengawasi peredaran penyalahgunaan Narbahan pembuat Narkotika kotika. Banyak kelompok peredaran Narkotika adalah musuh yang harus termasuk munculnya masyarakat dan individu Narkotika jenis baru, yang telah melaksanakan kita perangi secara bersama. Sedangkan pengdengan Kementrian pencegahan penyaKesehatan dalam rangka lahgunaan Narkotika dan guna dan pecandu Narkotika harus kita selakerja sama untuk mereupaya merehabilitasi. matkan, direhabilitasi agar habilitasi pengguna dan Salah satunya seperti mereka dapat kembali ke pecandu melalui Institusi yang dilakukan oleh masyarakat dan dapat Pemerintah Wajib Lapor seorang penggiat Narko(IPWL) dan kerja sama tika, Agus Widanarko atau berperan dalam pembangunan bangsa ini. teksnis rehabilitasi, yang akrab dipanggil
opiniopini
Dekriminalisasi Pengguna Narkoba di Indonesia Oleh : DR. Anang Iskandar Dekriminalisasi pengguna narkoba dalam konstruksi hukum positif di Indonesia adalah kajian hukum terhadap permasalahan narkoba, mengapa persoalan narkoba di Indonesia tidak kunjung selesai. Kajian ini merupakan model penghukuman non kriminal sebagai salah satu paradigma hukum modern, yang bertujuan menekan demand reduction dalam rangka mengurangi supply narkoba illegal, yang dapat berdampak menurunkan prevalensi pengguna dan dapat menyelesaikan persoalan narkoba di Indonesia.
D
ekriminalisasi p e n g g u n a narkoba dalam konstruksi hukum positif di Indonesia adalah kajian hukum terhadap permasalahan narkoba, mengapa persoalan narkoba di Indonesia tidak kunjung selesai. Kajian ini merupakan model penghukuman non kriminal sebagai salah satu paradigma hukum modern yang bertujuan menekan demand reduction dalam rangka mengurangi supply narkoba illegal, yang dapat berdampak menurunkan prevalensi pengguna dan dapat menyelesaikan persoalan narkoba di Indonesia. Dekriminalisasi ini relevan dengan kebijakan hukum dalam rangka melin-
dungi masyarakat dari peredaran gelap narkoba dan dampak buruknya. Menurut Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, pecandu narkoba wajib direhabilitasi, sedangkan pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan nar koba (pengguna: red) dalam keadaan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis, sedangkan berdasarkan Surat Edaran Mah kamah Agung No. 4 Tahun 2010, tentang penempatan korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba ditempatkan ke dalam lembaga rehabilitasi medis dan sosial. Ini berarti mempertegas pengguna narkoba sebagai korban kejahatan narkoba yang perlu
mendapatkan perhatian. Pengguna narkoba adalah korban kejahatan yang bersifat adiksi dan membutuhkan perlakuan khusus, berupa perawatan serta perlindungan supaya dapat kembali pulih dan menjadi warga negara yang mampu berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Itu sebabnya diperlukan kebijaan secara integral dari hulu sampai ke hilir, mulai dari strategi dekriminalisasi pengguna narkoba, sampai strategi doble gardan pemberantasan. Dekriminalisasi adalah salah satu upaya untuk menekan demand reduction dalam rangka mengurangi supply narkoba illegal. Konsep ini juga memi-
liki dampak depenalisasi dalam mendorong dan meyakinkan masyarakat, khususnya keluarga pengguna untuk mengajak pengguna agar mau direhabilitasi, dengan melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) secara sukarela. Secara singkat Dekriminalisasi pengguna narkoba, menurut EMCDDA (European Monitoring Centre For Drugs and Drug Adiction) diartikan hanya ada satu sanksi penghukuman yaitu rehabilitasi yang dikenakan. Sedangkan Depenalisasi, dimaksudkan bahwa penggunaan narkoba tetap menjadi pelanggaran pidana, tetapi hukuman penjara tidak lagi dikenakan atas kepemilikan atau penggunaan untuk diri sendiri. Sedangkan Doble Gardant Pemberantasan, dimaksudkan agar pemberantasan terhadap jaringan atau sindikat narkoba tidak hanya dituntut dengan tindak pidana narkotika, tetapi juga dituntut dengan tindak pidana lain yaitu SINAR BNN 13 EDISI I - 2014
opiniopini Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Hal ini dimaksudkan agar para sindikat yang telah dihukum tidak lagi mengendalikan bisnis narkobanya di dalam penjara, karena asetnya telah disita sebagai upaya untuk membuat mereka tidak berdaya.
Konvensi Internasional Dalam sidang PBB di New York, Tanggal 30 Maret 1961, menghasilkan Single Convention Narcotic Drugs 1961 dan selanjutnya dalam sidang PBB di Vienna tahun 1972, konvensi ini diubah dengan Protokol 1971. Pada konvensi ini setiap negara diharuskan untuk mencegah dan merehabilitasi pengguna narkoba dengan cara memberikan edukasi, perawatan, rehabilitasi dan re integrasi sosial. Sedangkan dalam Sidang PBB Tahun 1988 di Vienna, menyepakati bahwa pengguna narkoba diberikan sanksi alternatif selain pidana penjara. Sank si alternatif tersebut dapat berupa perawatan, edukasi, rehabilitasi, dan re integrasi sosial. Adapun dalam sidang PBB tahun 1998 UNGASS, di Vienna, sebagai evaluasi terhadap konvensi Vienna tahun 1988, yang menghasilkan deklarasi politik tentang penanggulangan bencana narkotika dengan pendekatan seimbang antara pendekatan hukum dan pendekatan kesehatan. Seluruh konvensi Internasional tersebut telah 14 SINAR BNN EDISI I - 2014
diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang – Undang Narkotika Nomor 9 tahun 1976, kemudian disempurnakan menjadi Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1997 selanjutnya diubah menjadi Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 yang saat ini berlaku, dimana memposisikan pengguna sebagai korban yang perlu men-
lah guna dan pecandu narkotika, dan (4), memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Namun secara empiris di lapangan, para pengguna dan pecandu narkoba dijatuhi hukuman penjara dan mendekam di Lembaga Permasyarkatan tanpa diberi kesempatan untuk direhabilitasi. Hal ini berujung pada tidak kun-
Empat roh Undang-Undang Narkotika tersebut di atas, hanya bisa dibangkitkan oleh para penegak hukum dan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan kesamaan persepsi antara para penegak hukum dan masyarakat dalam rangka mewujudkan citacita luhur bangsa Indonesia, menjadikan generasi bangsa yang sehat. dapatkan perawatan.
Roh Undang-Undang Narkotika Dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, tujuannya yang tercantum dalam pasal (4) adalah (1), menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan Iptek; (2), mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; (3), menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penya-
jung selesainya persoalan narkoba, karena ini sama artinya dengan memindahkan pengguna narkoba ke dalam tembok penjara. Empat roh Undang-Undang Narkotika tersebut di atas, hanya bisa dibangkitkan oleh para penegak hukum dan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan kesamaan persepsi antara para penegak hukum dan masyarakat dalam rangka mewujudkan cita-cita lu hur bangsa Indonesia, men jadikan generasi bangsa yang sehat dan berpengetahuan dengan cara memahami narkotika secara be-
nar, agar mereka terhindar dari penyalahgunaan narkotika. Bagi mereka yang terlanjur menjadi pengguna, agar dilakukan rehabilitasi, dan bagi sindikat narkoba dan prekursor narkoba harus diberantas hingga ke akar-akarnya serta menjerat mereka dengan hukuman yang berat. Berdasarakan hasil penelitian tentang dekriminalisasi pengguna narkoba yang dilakukan tiga orang peneliti di Portugal ; Fatima Trigueros, Paula Victoria Dan Lucia Diaz, menyim pulkan korban penyalahgunaan narkoba “lebih baik di terapi dari pada dihukum”. Kemudian Glenn Greenwald, warga negara Amerika yang melakukan penelitian tentang dekriminalisasi di Portugal, tahun 2009 menyimpulkan, bahwa mereka yang terjerat kasus memiliki dan menggunakan narkotika tidak dikaitkan dengan peradilan kriminal, sejak dilakukan dekriminalisasi angka pengguna narkoba mengalami penurunan, dengan dekriminalisasi pemerintah mendorong para pe candu /pengguna untuk memberdayakan dirinya melalui perawatan atau rehabilitasi. Justin B. Shapiro, yang juga melakukan penelitian tahun 2010 di Meksiko, berkesimpulan, “menuntut para pengguna dan pecandu narkoba akan menghambur – hamburkan sumber daya penegakan hukum, serta mendorong timbulnya korupsi bagi penegak hukum”.
opiniopini Praktek Dekriminalisasi Pelaksanaan dekriminalisasi dalam prakteknya bagi pengguna narkoba telah dilakukan oleh beberapa negara dengan berbagai variasi dekriminalisasi : Di Belanda, kepemilikan semua jenis narkotika adalah pelanggaran hukum pidana, tetapi kepemilikan dengan jumlah kecil untuk kepentingan pribadi hanya merupakan pelanggaran ringan. Penggunaan narkoba untuk kepentingan pribadi, ditolelir penggunaannya oleh penegak hukum. Itu sebabnya Pemerintah Kota Amsterdam mengijinkan cofee shop yang menjual narkoba dengan jumlah dan jenis terbatas. Dekriminalisasi model Belanda ini berdampak pada menurunnya pengguna narkoba pemula, dan menurunnya penggunaan hard drug. Di Portugal, dekriminalisasi pengguna narkoba diatur dalam Undang – Undang narkotika Portugal pasal 2 (1), pembelian, kepemilikan dan penggunaan narkotika untuk kepentingan pribadi selama 10 hari merupakan pelanggaran administrasi, apabila kepemilikannya melebihi batas pemakaian selama 10 hari maka secara hukum, pemilik narkotika adalah pengedar. Penggunaan nar koba tetap dilarang. Dampak dari dekriminalisasi di Portugal adalah penurunan angka penggunaan narkoba usia produktif, penurunan ketertarikan penggunaan narkoba, peredaran narkoba menurun serta
pengidap HIV, hepatitis, kematiaan yang diakibatkan oleh penggunaan narkoba menurun drastis. Sedangkan di negara bagian New South Wales bentuk dekriminalisasi me rupakan program Polisi. Program ini dikenal dengan diversi, dimana Polisi dapat menawarkan kepada yang tertangkap atas pelanggaran cannabis de-
diputus hukuman pidana, padahal pilihan hukuman rehabilitasi lebih baik diterapkan bagi pengguna narkoba. Pilihan putusan pidana penjara terpaksa dipilih oleh Hakim, karena konstruksi tuntutan Penuntut Umum, menuntut peng guna dipenjara, meskipun Mahkamah Agung telah mengeluarkan kriteria untuk membedakan penggu-
Di Indonesia ada sekitar 23.779 warga binaan pemasyarakatan merupakan pengguna narkoba yang menjalani hukuman pidana di Lapas. Hal ini terjadi akibat pengguna narkoba diputus hukuman pidana, padahal pilihan hukuman rehabilitasi lebih baik diterapkan bagi pengguna narkoba. ngan jumlah tertentu untuk menjalani program rehabilitasi. Bagi mereka yang diketahui memiliki, menguasai atau menggunakan cannabis untuk kepentingan pribadi dapat menjalani program diversi ini. Dampaknya, penurunan tingkat penggunaan cannabis dan biaya penegakan hukum menurun. Sementara saat ini, di Indonesia ada sekitar 23.779 warga binaan pemasyarakatan merupakan pengguna narkoba yang menjalani hukuman pidana di Lapas. Hal ini terjadi akibat pengguna narkoba
na dan pengedar. Fakta yang muncul di Persidangan sering terjadi perbedaan tuntutan Pe nuntut Umum dengan keterangan terdakwa, dimana Penuntut Umum menuntut bahwa unsur membawa, menguasai dan memiliki narkoba dengan jumlah yang sangat terbatas, (dibawah ketentuan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4/2010) dengan pasal bagi pengedar yaitu pasal 111, 112, 113, 114. Sedangkan keterangan terdakwa menyatakan bahwa yang bersangkutan hanya meng gunakan. Kenapa terjadi
demikian, karena penuntut umum berpedoman pa da berkas perkara yang sudah terkonstruksi pasal membawa, menguasai, me miliki yang diperuntukan bagi pengedar. Sedangkan tidak ada keterangan ahli yang menyatakan terdakwa sebagai pengguna (dengan tingkat kecanduan, dan berapa lama diperlukan rehabilitasi). Hal ini terjadi karena penyidik menginterpretasikan bahwa memiliki, menguasai, membawa narkotika dibawah ketentuan surat edaran Mahkamah Agung, dapat dikonstruksi dalam pasal pengedar, sehingga sangat jarang pasal pengguna berdiri sendiri. Disisi lain penyidik yang menangani kasus pengguna narkoba jarang melakukan langkah – langkah pemeriksaan secara medis dan psikis untuk menentukan seorang yang ditangkap sebagai pengguna atau pengedar, serta tidak pernah melakukan pemeriksaan terhadap tingkatan kecanduan dan rencana rehabilitasinya, sehingga menyulitkan Hakim dalam memberikan tindakan rehabilitasi sebagai hukuman. Faktor kontekstual lainnya yang mempengaruhi belum berjalannya dekriminalisasi, disebabkan para penegak hukum yang khusus menangani permasalahan pengguna narkoba kurang dapat memahami “roh” Undang – Undang Narkotika pasal 4 yang men jamin pengaturan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalah SINAR BNN 15 EDISI I - 2014
opiniopini
guna dan pecandu narkoba. Karena Indonesia telah meratifikasi konvensi PBB hasil sidang tahun 1998, dimana para pengguna diberikan alternatif berupa rehabilitasi, maka Undang - Undang Narkotika kita mengatur doble track system pemidanaan, yaitu Hakim dapat memutuskan hukuman pidana penjara dan dapat memberikan tin dakan rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Itulah sebabnya Hakim mempunyai peran sangat penting yang diberikan UndangUndang untuk melakukan dekriminalisasi. Kerangka hukum dekriminalisasi dalam hukum positif di Indonesia termaktub secara limitatif dalam Undang-Undang, namun belum dapat dioperasional16 SINAR BNN EDISI I - 2014
kan, karena belum ada mekanisme hukum yang membedakan secara operasional klasifikasi pecandu narkoba. Sedangkan Undang-undang narkotika mewajibkan pecandu untuk direhabilitasi. Dalam proses pertanggungjawaban pidana bagi pengguna narkoba yang sudah ketergantungan secara fisik dan psikis (pecandu) berupa keterangan ahli, sampai pada putusan Hakim, tidak tercantum dalam berkas penyidikan maupun penuntutan. Praktek dekriminalisasi pengguna narkoba di Indonesia masih terkendala disamping tidak adanya keterangan ahli sesaat setelah ditangkap dalam sidang pengadilan, juga karena adanya perbedaan penafsiran hukum, tentang unsur “tanpa hak atau me-
lawan hukum”, budaya hukum, pemahaman tentang tujuan Undang – Undang Narkotika terhadap pengguna narkoba, sehingga pengguna dikonstruksi dengan pasal diluar pasal 127 (penyalah guna untuk diri sendiri) yang berorientasi pada bukan tindakan rehabilitasi. Dalam rangka memfungsionalisasikan praktek dekriminalisasi terhadap pengguna narkoba di Indonesia, demi mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba, diperlukan kesamaan persepsi semua pihak, masyarakat dan penegak hukum, dengan dibentuk mekanisme hukum berupa tim asesment yang berada di tiap – tiap kabupaten/kota, dan provinsi serta tingkat pusat yang beranggotakan Kementri-
an Hukum dan HAM, Ke mentrian Kesehatan, Ke mentrian Sosial dan Koordinator Drug Control Policy, dengan tugas dan kewenangan menentukan peran tersangka yang tertangkap tangan atas permintaan penyidik, menentukan kriteria kecanduan sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi, kondisi psikis dan fisik sesaat setelah ditangkap, dan menentukan rencana rehabilitasi termasuk jangka waktu lamanya di rehabilitasi, yang dapat digunakan sebagai keterangan ahli dalam berkas perkara untuk kepentingan pemilihan hukuman yang tepat bagi pengguna, agar dapat menurunkan prevalensi penyalah guna narkoba di Indonesia. *
liputankinerja
“Untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, BNN sudah banyak melakukan berbagai program, baik itu dari sisi pencegahan, pemberantasan, rehabilitasi dan juga pemberdayaan masyarakat, secara konsisten, terpadu dan sinergis,”
P
enyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), bukan hanya tanggung jawab Badan Narkotika Nasional (BNN) semata. Setiap lapisan masyarakat, baik itu dari jajaran pemerintah, maupun masyarakat, sudah seharusnya lebih aware dan care tentang penyalahgunaan narkoba yang sudah semakin mengancam setiap generasi. “Untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, BNN sudah banyak melakukan berbagai program, baik itu dari sisi pencegahan,
Bersama Perang Melawan Penyalahgunaan Narkoba pemberantasan, rehabilitasi dan juga pemberdayaan masyarakat, secara konsisten, terpadu dan sinergis,” kata Kepala BNN DR. Anang Iskandar, ketika ditemui di ruang kerjanya. Selanjutnya Mantan Gubernur Akpol Semarang ini, menjelaskan, bahwa keterlibatan seluruh elemen bangsa, dan juga masyarakat secara umum dalam upaya P4GN, semakin jelas, dengan telah dikeluarkannnya Instruksi Presiden No.12 Tahun 2011, “Intinya adalah, presiden memerintahkan pada seluruh jajaran di
Lembaga Pemerintah, Kementerian, Non Kementerian, dan komponen masyarakat, untuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,” jelas Anang. Lalu, sebagai masyarakat, apa yang bisa dilakukan untuk melawan derasnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba? Secara sederhana, kepedulian pada diri sendiri dan sesama harus ditingkatkan, “Dari ruang lingkup terkecil yaitu keluarga, pengawasan kita pada anggota kelu-
arga harus semakin ditingkatkan. Tak sedikit, keluarga yang baik-baik pun justru kecolongan, karena identifikasi penyalahgunaan narkoba sejak dini kurang diperhatikan, sehingga secara tiba-tiba ada anggota keluarga yang terkena penyalahgunaan narkoba,” ujar Alumni Akpol tahun 1982 ini. Bagi pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur ini, pengawasan yang ketat, sudah mutlak dilakukan oleh setiap anggota keluarga. Artinya bukan hanya orang tua yang mengawasi anaknya, akan tetapi juga sebaSINAR BNN 17 EDISI I - 2014
liputankinerja
liknya, “Masih ingat kan kasus yang menimpa para selebritis, Doyok, Gogon, Derry, Polo, Ahmad Albar, dan juga Roy Marten. Semua nama tersebut adalah kepala keluarga, hal ini mengindikasikan bahwa penyalahgunaan narkoba ini bisa dilakukan juga oleh para orang tua, sehingga anak-anak mereka seharusnya melakukan pengawasan yang lebih maksimal,” tandas jenderal bintang tiga ini. Bukan hanya di lingkungan keluarga, di lingkungan pendidikan pengawasan juga harus lebih ditingkatkan. Di beberapa sekolah, atau perguruan tinggi, pengawasan pada penyalahgunaan narkoba terus 18 SINAR BNN EDISI I - 2014
dimaksimalkan. Di perguruan tinggi seperti di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, membentuk pusat kajian penyalahgunaan narkoba. Universitas Trisakti juga telah membentuk satgas khusus yang anggotanya adalah mahasiswa itu sendiri yang bertugas untuk mensosialiasikan bahaya narkoba di lingkungan kampus. Begitu pun di Universitas Al Azhar. Sekelompok anak muda di kampus ini membentuk sebuah komunitas yang memegang misi untuk mengkampanyekan bahaya narkoba. Sementara itu, wujud yang paling konkret adalah, dengan pembentukan satgas anti narkoba yang terdiri dari
dosen, karyawan, satpam, dan para mahasiswa di Universitas Pelita Harapan beberapa waktu lalu. Di lingkungan masyarakat perlu juga dibentuk komunitas-komunitas anti penyalahgunaan narkoba dengan menciptakan kampung-kampung bersih narkoba di seluruh Indonesia,”Untuk menciptakan kampung bersih narkoba dan sekolah serta kampus bersih narkoba, kita akan menggelar adu kampung dan adu sekolah bersih narkoba di seluruh Indonesia dengan melibatkan berbagai elemen dan organisasi kemasyarakatan yang ada. Dengan terbentuknya kampung-kampung bersih narkoba, otomatis akan mempersempit ruang
gerak para bandar dan menjaring para pecandu untuk bisa direhabilitasi,” harap mantan Kadiv Humas Mabes Polri. Segala upaya yang positif dari berbagai komponen masyarakat, sudah sepatutnya diapresiasi dan didukung, sehingga upaya bersama melawan penyalahgunaan dan peredaran narkoba semakin maksimal, “Jika seluruh komponen bangsa ini bersatu padu dan bergandengan tangan untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, maka bukan tidak mungkin, manifesto Indonesia Negeri Bebas Narkoba pada tahun 2015 nanti benar-benar terealisasi,” pungkasnya. (pas)
liputankinerja bersikap sungguh-sungguh dan bijaksana, bahwa anggaran yang diberikan oleh negara digunakan untuk kepentingan masyarakat dan pengembangan organisasi,” tandasnya. Melalui anggaran tersebut, kata Anang, pihaknya akan tetap menggelar penyuluhan masif kepada masyarakat tentang bahaya penyelahgunaan narkoba. Bahkan, jumlahnya harus lebih ditingkatkan daripada penyelenggaraan penyuluhan pada tahun ini, “Kami harus maksimalkan anggaran dengan kinerja yang baik. Kalau duitnya sedikit, kegiatannya bisa banyak,” cetusnya. Menurut Anang, kinerja yang baik berawal dari perencanaan yang baik. Ia berharap semua pegawai harus memiliki perencanaan kerja yang baik sesuai kewajiban masing-masing. Kinerja epala Badan justru kinerja harus lebih BNN selama ini sudah Narkotika Nasional ditingkatkan,” kata Anang baik, namun berdasarkan hasil evaluasi, kinerja (BNN) Komjen Pol. dalam ‘Sosialisasi Pelakmasih bisa ditingkatkan. Anang Iskandar, mengajak sanaan Evaluasi Kinerja “Masih bisa diramseluruh jajaran di lingkuOrganisasi’ di Jakarta, pingkan, diiritkan, walau ngan BNN untuk membebelum lama ini. rikan kinerja yang maksimal Anang menuturkan, ia negara berikan standar biaya umum,” katanya. meski dengan anggaran akan selalu memotivasi Pihaknya juga mendoyang terbatas. Anggaran para pegawai BNN, baik yang digelontorkan peme- yang di Jakarta maupun di rong Badan Narkotika Provinsi (BNNP) dan rintah untuk Badan Narkodaerah, untuk terus Badan Narkotika Kota tika Nasional (BNN) lebih bekerja secara baik dan sedikit ketimbang tahun maksimal. Anggaran yang (BNNK) untuk merencanakan kegiatan sosialalu. telah diberikan pemelisasi kepada masyarakat “Anggaran BNN tahun rintah harus dimanterkait pencegahan lalu sebesar Rp 1 triliun, faatkan untuk kepennarkoba secara kreatif tahun sekarang berkutingan masyarakat dan sehingga pelaksanaan rang menjadi Rp 780 pengembangan orgakegiatan bisa dilakukan miliar. Namun, itu tidak nisasi,”Kami terus memsecara masif dengan biaya akan mengurangi kinerja berikan inspirasi kepada yang rendah. (pas) yang akan dilakukan, semua pegawai, untuk
BNN Tetap Semangat Tingkatkan Kinerja Meski Anggaran Turun “Kami harus maksimalkan anggaran dengan kinerja yang baik. Kalau duitnya sedikit, kegiatannya bisa banyak,”
K
SINAR BNN 19 EDISI I - 2014
liputankinerja
BNN Raih Penghargaan
Internasional
Pemberantasan Narkoba
B 20 SINAR BNN EDISI I - 2014
adan Narkotika Nasional (BNN) mewakili RI mendapatkan penghargaan dari penyelenggaraan International Drug Enforcement Conference (IDEC) dalam International Drug Enforcement Conference ke-30 (IDEC XXX) bertema “World Against Drugs!” yang berlangsung di Moskow, Rusia, 5-7 Juni 2013. Penghargaan ini diberi-
kan berkat keseriusan Indonesia dalam upaya memberantas perdagangan narkoba, baik pada tingkat regional maupun internasional. Dubes RI di Moskow, Djauhari Oratmangun, melaporkan capaian Indonesia melalui peran BNN, terutama dalam pelaksanaan program pemetaan serta kapasitasnya dalam memperoleh informasi intelijen
terkait peredaran narkoba di titik-titik perbatasan memperoleh pengakuan internasional dari IDEC. Pada IDEC XXX di Moskow, Rusia, kali ini, Delegasi RI terdiri dari unsur BNN dan Kepolisian RI yang dipimpin oleh Kepala BNN, Komjen Pol. Anang Iskandar disertai Anggota Dewan Kehormatan BNN, Komjen Pol. (P) Gories
liputankinerja
Mere. Dubes RI di Moskow, Djauhari Oratmangun turut pula mendampingi Delegasi RI pada Pertemuan tersebut. “IDEC memiliki sumber daya jejaring kerja agensiagensi terkait antar anggotanya. Melalui pertukaran data dan informasi intelijen dalam mekanisme IDEC, manfaat langsung yang didapat Indonesia antara lain, adalah untuk mendukung operasi penangkapan para pelaku kejahatan narkoba,” jelas Djauhari. IDEC adalah suatu forum global bagi para pejabat tinggi terkait penanganan masalah narkoba, didirikan tahun 1983, dan saat ini lebih dari 100 negara ikut berpartisipasi di dalamnya, termasuk Indonesia. Forum ini bertujuan se-
bagai wahana saling bertukar informasi mengenai isu narkoba dan guna mem bangun pendekatan terkoordinir bagi upaya penerapan hukum untuk memberantas penyelundup narkoba internasional.
Mendinginkan Rusia – AS
Lebih lanjut Dubes RI di Moskow, Rusia, Djauhari Oratmangun mengemukakan, dalam konperensi tersebut Rusia dan AS, dua negara besar dunia yang selama ini dipandang memiliki hubungan “panas-dingin” dan berseberangan paham terkait beberapa masalah regional dan internasional, bekerjasama dan bersatu padu dalam upaya menanggulangi ancaman narkoba yang telah meluas ke seluruh kawasan di dunia. Pada kesempatan terse-
but, Drug Enforcement Administration (DEA) AS sebagai sponsor, bersinergi dengan Federal Drug Control Service (FDCS) Rusia menjadi tuan rumah bersama atau “co-host” IDEC XXX kali ini. Dalam sesi pembukaan, Administrator DEA, M. Leonhart dan mitranya, V. Ivanov, Direktur FDCS memiliki pandangan yang sama bahwa narkoba telah menjadi ancaman global serta memerlukan upaya global untuk mengatasinya, dan IDEC XXX adalah forum yang tepat untuk membahas langkah-langkah kongkret lanjutannya. Komitmen tertinggi Rusia untuk mensukseskan dan mendukung IDEC XXX ini tampak dari dihadirkannya Presiden Vladimir Putin yang turut memberikan kata sambutan. “Pu-
tin menegaskan bahwa Ru sia siap untuk bahu-membahu bersama negara-negara dari seluruh kawasan untuk memerangi bisnis narkoba internasional,” ungkap Djauhari. Menurut Djauhari Oratmangun, Presiden Rusia menegaskan, bahwa bisnis narkoba telah menjadi masalah global karena telah terkait pula dengan kejahatan-kejahatan lintasbatas yang terorganisir, termasuk imigrasi ilegal dan terorisme. Sebagaimana diketahui, tahun lalu, Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah IDEC XXIX yang diselenggarakan di Bali tanggal 12-14 Juni 2012 dengan tema “Enhancing the Spirit of International Partnership to Achieve the Greatest Success on Fighting Drug Crimes”. SINAR BNN 21 EDISI I - 2014
liputankinerja
Gerakan Wajib Lapor Bagi Pengguna Narkoba
U
ndang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, telah memberikan ruang bagi para pecandu narkoba untuk sembuh. Ini satu-satunya jalan mereka untuk sembuh. Selama ini masyarakat masih takut untuk melapor, padahal sudah dijamin oleh Undang-undang bahwa bagi para pecandu narkoba yang melapor akan disembuhkan dengan biaya pemerintah dan tidak dituntut pidana. Meskipun sudah ada Undang-undang yang menjamin disembuhkan dan tidak dituntut pidana, tapi masyarakat masih saja takut untuk melapor. Pada tahun 2013 lalu, baru seperlimanya saja yang berani melapor dari target yang direncanakan. “Makanya tahun ini kita akan mendorong dan melakukan sosialisasi secara maksimal agar masyarakat mau melapor dan ingin sembuh dari ketergantungan narkoba. Karena sembuh itu merupakan hak dan kewajiban warga negara untuk membangun Indonesia bersih dari narkoba. Kalau tidak mereka akan terus menerus menjadi pecandu narkoba,” Kata Kepala Badan Narkotika Nasional DR. Anang Iskandar, di gedung BNN, belum lama ini. Selanjutnya Anang menjelaskan, BNN akan mengambil langkah-langkah yang melibatkan masyarakat, karena yang tahu persis lingkungannya adalah masyarakat, “Oleh karena itu ke depan masyarakat harus menjadi subyek dari pencegahan, pemberantasan
22 SINAR BNN EDISI I - 2014
dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba, karena yang tahu itu mereka,” ujar Anang. Anang juga meminta kepada masyarakat melalui kelompok, perkumpulan atau paguyuban untuk bersamasama bergerak mencegah penyalahgunaan narkoba. Memotivasi kelompok remaja melalui lomba sekolah bersih narkoba, dengan melakukan berbagai kegiatan tentang pencegahan narkoba di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh para siswa dan orangorang yang ada di sekitar mereka. BNN akan memfasilitasi kegiatan itu, “Kalau kegiatan itu terjadi maka perang terhadap penyalahgunaan narkoba akan terjadi dengan sendirinya, baik itu pencegahannya, pemberantasannya, maupun rehabilitasinya. Jadi intinya kita harus bergerak bersama-sama, kalau tidak akan timpang. Harus bersamasama dan harus melibatkan masyarakat,” tandas Anang. Dalam kesempatan itu, Anang, menghimbau kepada para pegguna dan pecandu narkoba, untuk melapor dan
jangan takut, karena pelapor dijamin untuk disembuhkan dan dijamin tidak dituntut pidana, “Itu undang-undang yang bicara. Ini masyarakat yang belum tahu dan ini perlu disosialisasikan secara terus menerus. Selama ini masyarakat tahu informasi yang tidak benar dari pihak lain, kalau melapor justru akan ditangkap. Padahal tidak begitu. Dijamin undang-undang untuk disembuhkan dan tidak dituntut pidana,” himbau Anang. Ditempat terpisah, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Wahyu Muryadi melihat bahwa program rehabilitasi bagi pecandu narkoba tidak berhasil dengan efektif, karena sosialisasinya kurang intent dan kurang mengena di masyarakat. Angka yang mengikuti program rehabilitasi sangat kecil sekali hanya sekitar 18 ribu pecandu dari 4,3 juta pecandu yang ada di Indonesia, “Mereka korban yang ditakuttakuti dan diintimidasi sehingga takut untuk melapor, atau juga karena sosialisasinya belum sampai ke mereka. Padahal lapor itu tidak hanya
di kantor Polisi, bisa di rumah sakit, puskesmas, panti asuhan, tempat-tempat rehabilitasi milik pemerintah dan swasta. Informasi ini tidak sampai ke masyarakat, karena tidak terlihat gebyar kampanyenya kalau melapor itu tidak dituntut pidana. Saya berharap BNN di era kepemimpinan Pak Anang ini kesempatan untuk menyemarakkan kampanye wajib lapor,” harap Wahyu. Sedangkan Pakar sosiologi dari Universitas Indonesia, Dr. Tamrin A. Tomagola, menganalisa salah satu sebab masyarakat tidak mau melapor karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum. Pemusnahan barang bukti yang kurang transparan. Supaya efektif, ruang-ruang publik harus diperbanyak dan dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi. Menterimenteri terkait juga harus peduli tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba. Anang mengakui, sosialisasinya selama ini memang kurang efektif, padahal banyak juga kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan tapi jarang dimuat di media massa. Koran-koran jarang yang mau memuat tentang kegiatan sosialisasi pencegahan dan rehabilitasi. Disamping itu, sindikat narkoba juga berusaha membungkam media untuk tidak mensosialisasikan program rehabilitasi dan pencegahan. Padahal nilai beritanya cukup tinggi dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Jadi kerjasama dengan media massa perlu terus ditingkatkan.
liputankinerja
BNN Harus Didukung Seluruh Masyarakat
Ketua Umum DPP Partai Hanura, Wiranto menginstruksikan kepada para kader dan calon anggota legislatif partainya untuk menjadi agen-agen bagi masyarakat dalam upaya penanggulangan narkotika, “Setiap caleg Hanura di seluruh Indonesia, saya minta melakukan sosialisasi pencegahan narkoba dengan membantu memberikan pengarahan kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang bahaya narkoba, BNN harus didukung oleh seluruh masyarakat,” kata Wiranto, dalam diskusi interaktif dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) di DPP Partai Hanura, Jakarta. Sementara itu, Kepala
pengguna narkoba harus direhabilitasi bukan dipenjara,”Penjara telah menjadi tempat para pecandu melanjutkan kebiasaannya menyalahgunakan narkoba,” ujar Anang. Menurut Anang, dekriminalisasi dan depenalisasi menjadi alternatif yang harus dijalankan untuk menangani permasalahan narkoba yang saat ini seolah terus meluas. Namun, permasalahan BNN, Anang Iskandar lanjutan adalah masih menekankan, bahwa kurangnya fasilitas partai politik juga dapat rehabilitasi yang ada di berperan serta dalam Indonesia baik yang penanganan dimiliki oleh pemerintah narkoba,”Selain telah ataupun swasta, “Jumlah diamanatkan dalam undang-undang narkotika masyarakat kita yang terlanjur telah memakai dalam pasal peran serta masyarakat, peran partai narkoba sebanyak 4 juta politik juga menjadi salah orang. Bila tidak direhabilitasi akan satu resolusi Sidang menjadi pasar yang tetap Umum PBB tahun 1998 terbuka dan membuka dalam mencegah peluang bagi sindikat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,” narkoba,” ujar Anang. Menyikapi hal ini, kata Anang. Anang berharap adanya Lebih lanjut Anang kesediaan seluruh mengungkapkan, pemangku kepentingan, berbagai data dan bukan hanya para pejabat permasalahan narkoba pemerintah daerah yang dihadapi oleh bangsa namun juga seluruh Indonesia saat ini harus lapisan masyarakat untuk membangkitkan mau memberikan kesadaran bersama perhatian serius dalam seluruh pemangku penanganan narkoba. Hal kepentingan bahwa
ini bisa dilakukan mulai dari sisi pencegahan, pemberdayaan masyarakat maupun pemberantasannya. Menanggapi pertanyaan peserta diskusi mengenai perbedaan paradigma antara BNN dengan Polri dalam penanganan pecandu, Anang menyampaikan bahwa hal itu merupakan dinamika dalam penerapan undangundang,”Ibarat orang yang bersaudara dalam suatu keluarga, antara kakak dan adik, bisa saja terjadi perbedaan pendapat tetapi bukan menjadi perpecahan. Kita tetap mensosialisasikan paradigma ini ke semua pemangku kepentingan,” ujar Anang. Wishnu Dewanto, Ketua Umum DPP Pemuda Hanura yang hadir dalam diskusi tersebut menekankan komitmen kelompok pemuda untuk berperan dalam penanganan narkoba,”Kami dari Pemuda Hanura siap secara kongkret bekerjasama dengan BNN di seluruh Indonesia untuk melakukan aksi nyata pencegahan bahaya narkoba,” ujarnya. (pas) SINAR BNN 23 EDISI I - 2014
wawancara
Dekriminalisasi Pengguna Narkoba
Legalisasi
24 SINAR BNN EDISI I - 2014
wawancara
Badan Nasional Narkotika (BNN) Minggu 26 Januari 2014, mencanangkan 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba, sebagai tindak lanjut kebijakan dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba untuk mengantisipasi dan menekan jumlah pengguna narkoba. Acara ini berlangsung di Lapangan Bhayangkara, Jl. Trunojoyo, Jakarta Selatan, hadir dalam acara ini Ketua DPR, Marzuki Ali, Ketua DPD Irman Gusman, Kapolri Jenderal Sutarman, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, Kepala BNN Anang Iskandar, Wakil Ketua MPR Melani, Wakapolri Oegroseno, dan Kadiv Humas Mabes Polri Ronny F. Sompie. Saat ini BNN sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan kebijakan dekriminalisasi dan depenalisasi. Lantas apa sih sebenarnya dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba itu? Untuk mengetahui lebih konkrit tentang kebijakan dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba, SINAR berhasil mewawancarai Kepala BNN, DR. Anang Iskandar, disela-sela menggelar acara pencanangan 2014 sebagai tahun penyelamatan pengguna narkoba. Berikut petikan wawancaranya :
Apa Latar Belakangnya Kebijakan Dekriminalisasi Pengguna Narkoba? Kebijakan dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba, merupakan amanat konvensi internasional, hasil sidang PBB mengenai narkotika, dimana pengguna narkoba diberi alternatif penghukuman berupa rehabilitasi, dan diminta negara-negara peserta sidang untuk menyiapkan sumber daya manusia dan fasilitasnya untuk merehabilitasi pengguna narkoba. Hasil konvensi ini diadopsi dalam UndangUndang Narkotika No. 35 tahun 2009, dalam pasal 103 yang memberi kewenangan kepada hakim untuk menetapkan hukuman rehabilitasi. Masa menjalani rehabilitasi dihitung sama
dengan menjalani hukuman. Jadi rehabilitasi itu hukuman atau sanksi bagi pengguna narkoba. Dekriminalisasi pengguna narkoba diartikan, bahwa menggunakan narkoba bagi diri sendiri, tetap perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana (pasal 127, red). Namun sanksinya tidak pidana penjara, tapi sanksinya rehabilitasi. Konsep Dekriminalisasi Sepertinya Menabrak Tatanan Berpikir yang Sudah Baku, Bahwa Dekriminalisasi itu Diartikan Proses Menghilangkan/ Penghapusan Ancaman Pidana Suatu Perbuatan Pidana yang Semula Dinyatakan Tindak Pidana, Menjadi Tindakan Bukan Tindak Pidana,
Bagaimana Menurut Anda? Secara umum konsep dekriminalisasi memang benar mencabut rumusan pidana dan ancamannya, tetapi untuk pengguna narkoba, saya akan kutipkan definisi dekriminalisasi pengguna narkoba yang dikeluarkan oleh Europion Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA) yang berpusat di Lisbon, tahun 2005, yaitu “Decriminalisation”
comprises removal of a conduct or activity from the sphere of law. Prohibition remains the rule, but sanctions for use (and its preparatory acts) no longer fal within the framework of the criminal law. Singkatnya, “Dekriminalisasi” berarti hanya sanksi non criminal, yang dikenakan atau tidak ada sanksi pidana. Sedangkan dekriminalisasi menurut Undang-Undang Narkotika kita, memberikan kewenangan kepada SINAR BNN 25 EDISI I - 2014
wawancara hakim untuk memilih memutuskan hukuman penjara atau menetapkan tindakan rehabilitasi. Karena bentuknya pilihan, BNN mendorong kepada Hakim untuk memilih hukuman rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Menetapkan hukuman rehabilitasi itu jauh lebih baik dari pada dihukum penjara. Ini harus dihidupkan oleh Hakim dan penegak hukum lainnya serta masyarakat, dengan cara ketika melakukan penyidikan, penuntutan dan proses di Pengadilan, orientasinya hukuman rehabilitasi, dengan tidak melakukan penahanan. Meyakinkan masyarakat itu juga penting, jangan sampai ada perbedaan persepsi antara masyarakat dan penegak hukum. Dekriminaliasasi pengguna narkoba ini merupakan konsep yang relatif baru, dalam rangka mengurangi prevalensi pengguna narkoba melalui rehabilitasi secara paksa.
dibawah Kementerian Kesehatan dan rehabilitasi sosial, dibawah Kementerian Sosial, serta pasca rehab yang ditangani oleh BNN. Lantas Bagaimana Caranya Menyiapkan Tempat-Tempat Rehabilitasi Bagi 4 Juta Pengguna Narkoba? Nah ini perlu kerjasama seluruh stake holder, mulai dari perencanaan, oleh Bappenas, dukungan anggaran oleh Kementerian Keuangan dan DPR, kemudian kepada institusi penerima diprioritaskan, karena ini pelaksanaan bidang penegakan hukum wajib lapor), tidak bersifat kesukarelaan, (MahkumJakpol), dituntut pidana. Ini artinya pengguna tercantum dalam UU narkoba itu ingin sembuh, kemudian bidang rehabilitasi (Kemenkes Narkotika No. 35/2009 kita tinggal dan Kemensos), bidang pasal 128. Dua cara ini mengoptimalkan IPWLpencegahan (Kemendagri, (dekriminalisasi dan IPWL (Rumah Sakit, depenalisasi, red) diatur Puskesmas, yang ditunjuk Kemendiknas, Kemenpora, Kemeneg oleh Undang-Undang oleh Menteri Kesehatan, PPA, Kemendag, dengan tujuan dan IPWL-IPWL milik menurunkan prevalensi Kemensos, red) yang ada Kemenkominfo, pengguna narkoba, dan di seluruh Indonesia yang Kemenhan dan Kementerian serta Non ini belum berjalan sekarang ini berjumlah Kementerian dan maksimal. Makanya tahun kurang lebih 300, dan Lembaga). 2014 ini kita canangkan sangat mungkin akan sebagai tahun bertambah, karena rumah Pertanyaan menyelamatkan sakit di Indonesia itu, Selain Rehabilitasi Terakhir Pak. Apa pengguna narkoba. jumlahnya 2000 an lebih. Secara Paksa, Apa Ada Karena pengguna Bedanya Rehabilitasi Secara Dekriminalisasi narkoba lebih baik Wah Tugas BNN Sukarela? Pengguna Narkoba dan direhabilitasi dari pada Berat Dong? Legalisasi ? dipenjara, mereka sudah Nah, yang secara kehilangan masa kini dan Memang kita sedang sukarela diatur dengan Yang jelas tidak sama. masa lalunya, jangan merubah paradigma, depenalisasi, yang Kalau Dekriminalisasi sampai masa depannya artinya kita harus kerja diartikan bahwa pengguna narkoba itu lebih suram. keras, menyiapkan perbuatan menggunakan artinya menggunakan tempat-tempat narkoba tetap merupakan narkoba dilarang, dan bisa Mana Yang Lebih rehabilitasi yang tadinya perbuatan melanggar dijatuhi sanksi rehabilitasi. Didahulukan tidak menjadi prioritas hukum, namun apabila Kalau legalisasi, Dekriminalisasi Atau utama. Kemudian pengguna narkoba menggunakan narkoba itu Depenalisasi? membangun integrated memenuhi kewajiban rehabilitation, ini artinya bukan merupakan tindak Undang-Undang, pidana, otomatis tidak bisa Kalau menurut saya, meng-connect-kan, (melapor secara sukarela depenalisasi harus dihukum. rehabilitasi medis 26 SINAR BNN EDISI I - 2014
liputankegiatan
Kemenhumham Akan Bangun Lapas Khusus Narkoba
tetapi menjalani Rehabilitasi yang di tanggung oleh Negara, “Apabila pecandu narkoba di hokum, maka penjara akan penuh sehingga menimbulkan permasalahan terkait seperti kerusuhan,” ungkap Yappi.
M
araknya peredaran gelap narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (LP) menjadi dorongan Kemenkumham untuk membangun Lapas khusus Narkoba. Selain itu, perlu juga membekali para petugasnya pengetahuan tentang bahaya menya lahgunakan narkoba. Sepanjang Tahun 2013 sudah 10 Kantor Wilayah Kemenkumham di setiap Provinsi yang dibekali pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN), bersama Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham kembali menggelar Sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Bagi Petugas Lapas dan Rutan se DKI Jakarta, di Jakarta, Jumat. Dirjend Pemasyarakatan, Kemenkumham Handoyo Sudrajat, menjelaskan, Peredaran Gelap Narkoba di Lapas dan Rutan semakin
mengkhawatirkan, “Para pecandu dan pengedar seakan lebih muda mendapatkan barang haram itu di Lapas atau Rutan. Kurang lebih 50 persen penghuni Lapas saat ini adalah pengguna narkoba,” jelas Handoyo. Direktur Bina Keamanan dan Ketertiban Dirjend Pemasyarakatan, Wibowo Djoko Haryono mengatakan, keterlibatan Pegawai Lapas dalam peredaran Gelap Narkoba sudah semakin nyata, “Di Medan dua Sipir kita
terlibat Narkoba. Sebelumnya ada juga petugas Lapas yang tertangkap di Pekan Baru, Lampung dan Jambi. Ini mengindikasikan bahwa narkoba sudah masuk ke Lapas dan Rutan,” kata Wibowo. Sementara itu, Deputi Pencegahan BNN, Yappi Manafe, mengungkapkan, saat ini 23 ribu lebih pecandu narkoba berada di Lapas. Harusnya sesuai dengan UU Nomor 35 Tahun 2009 para pecandu jangan di Hukum Penjara,
Kondisi demikian tidak akan membantu upaya pencegahan permasalahan narkoba di tanah air. Oleh karena itu, Yappi menyambut gembira wacana yang disampaikan oleh Menteri Kemenkumham bahwa ke depan Kemenkumham akan membangun Lapas khusus narkoba, “Mudahmudahan keinginan Menteri Hukum dan HAM dapat direalisasikan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” harap Yappi. (pas) SINAR BNN 27 EDISI I - 2014
liputankegiatan
Golkar Dukung BNN Atasi Permasalahan Narkoba
K
etua Umum Partai Gol kar, Aburizal Bakrie, me nyatakan dukungan partai Golkar kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam penanganan permasalahan narkoba yang semakin mengkhawatirkan saat ini. Aburizal secara khusus juga menyoroti beberapa aspek penanganan narkoba khususnya penegakan hukum yang terkesan belum berjalan secara maksimal. Hal ini disampaikan dalam pertemuan dan diskusi interaktif dengan BNN di Jakarta, Senin lalu. Kepada jajaran pimpinan partai Golkar Kepala BNN, Anang Iskandar yang hadir bersama beberapa jajarannya menyampaikan situasi terkini permasalahan narkoba. Menurutnya, sebagai bagian dari elemen bangsa dan negara, partai politik harus mengambil peran dalam penanganan narkoba, ”Beberapa peran ini meliputi 28 SINAR BNN EDISI I - 2014
peran sebagai kontrol sosial atas implementasi undang-undang, sebagai transmitor paradigma penanganan pe candu dan pengguna narkoba, hingga pencegahan dan pemberdayaan di internal partai,” ujar Anang. Lebih lanjut Anang menyampaikan permasalahan terkait masih kurangnya fasilitas rehabilitasi yang ada di Indonesia bila dibandingkan dengan jumlah penyalahguna narkoba yang mencapai 4 juta orang saat ini, “Sangat diharapkan agar tempat rehabilitasi ada di masing-masing provinsi” harap Anang. Menanggapi permasalahan penanganan narkoba, Aburizal menyatakan bahwa BNN memang mem butuhkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat, mengingat bahwa peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini telah berada dalam taraf yang mengkhawatirkan.
Keterlibatan warga asing di berbagai wilayah Indonesia dalam peredaran narkoba juga patut disikapi secara serius. Pelaksanaan eksekusi hukuman mati yang seringkali tersendat juga harus mendapat sorotan,”Peran utama yang dapat dilakukan oleh partai Golkar tentunya menyangkut aspek legislasi, budgeting, dan pengawasan. Kami berkomitmen untuk mendukung bilamana diperlukan amandemen undang-undang yang telah ada,” ujarnya. Dalam penganggaran, khususnya dalam pengadaan fasilitas rehabilitasi, ia kembali menegaskan akan terus mendukung melalui anggota legislatif yang ada di parlemen. Sementara itu, dari aspek penegakan hukum, Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai Golkar, Muladi menyoroti berbagai persoalan yang mengemuka dalam penanga-
nan narkoba saat ini. Menurutnya hal ini terkait dengan globalisasi kejahatan yang memang terjadi, “Beberapa permasalahan timbul dalam penegakan hukum, mulai dari keterlibatan aparat penegak hukum, pelaksanaan pidana mati, permasalahan di lapas, pengawasan precursor, hingga pada predicate crime,” kata Muladi. Dalam mendalami predicate crime, misalnya yang terkait dengan money laundring, ia menyarankan agar BNN bekerjasama dengan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK). Hal ini tentunya berkaitan dengan metode peredaran narkoba dan upaya sindikat untuk meng hilangkan jejak kejahatannya. Terkait dengan beberapa jenis zat psikoaktif baru yang ditemukan di Indonesia, Bambang Yoga dari Golkar menyarankan agar BNN bisa segera mensosialisasikan hal ini untuk dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kepala BNN, Anang Iskandar menyatakan bahwa BNN memang selalu menyampaikan hal ini dalam program sosialisasi yang dilaksanakan. Namun ada keterbatasan untuk menyebarluaskan secara langsung lewat media cetak dikarenakan nilai jual berita yang kurang dibandingkan dengan berita pengungkapan narkoba, ”Namun kita terus melakukan koordinasi dengan kementerian kesehatan untuk status dari jenis-jenis psikoaktif baru ini,” ujar Anang.
liputankegiatan
BNN Gandeng Komnas HAM Hapus Kriminalisasi Penyalah Guna Narkoba
B
adan Narkotika Nasional (BNN) menggandeng Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dalam rangka menghapus kriminalisasi terhadap pengguna narkoba. “Jadi, dalam UU Narkoba memang sudah jelas bahwa pengguna narkoba tidak bisa dikriminalkan. Oleh karena itu, BNN mengajak kami untuk melakukan pengkajian, penelitian, pemantauan, mediasi, serta pencegahan peredaran gelap narkoba,” kata Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila usai menandatangani nota kesepahaman dengan BNN di Gedung BNN, Jakarta Timur. Menurut Siti, melepas kriminalisasi terhadap pengguna narkoba
merupakan salah satu upaya yang bisa secara langsung dilakukan oleh Komnas HAM. Apalagi, di tengah masyarakat sendiri ada perspektif buruk mengenai pengguna narkoba. Perspektif buruk itulah yang nantinya akan perlahan diubah oleh Komnas HAM. Dalam nota kesepahaman itu pula, lanjut Siti, dibahas mengenai kajian, penelitian, dan pemantauan terhadap mantan pengguna yang telah direhabilitasi oleh BNN, “Kami melihat ada diskriminasi terhadap mantan pengguna yang sudah direhabilitasi, artinya semua pihak
harus memberi kesempatan kepada mantan pengguna narkoba yang sudah direhabilitasi untuk hidup normal,” katanya. Selain itu, hal lain yang bisa dilakukan Komnas HAM adalah terkait dengan pelanggaran HAM yang diterima oleh pengguna atau korban narkoba, “Jadi, kalau tidak dapat keadilan, itu merupakan pelanggaran HAM. Dalam hal ini Komnas HAM bisa terlibat. Kami akan bantu mediasi dengan aparat penegak hukumnya,” ujarnya. Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNN DR. Anang Iskandar mengatakan, bahwa kerja
sama dengan Komnas HAM merupakan salah satu langkah lembaga itu mencari dukungan guna menggalakkan program Pencegahan Penyalahgunaan dan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), “Memang banyak hal-hal yang perlu didorong oleh Komnas HAM, salah satunya mengenai ‘depenalisasi’ dan ‘dekriminalisasi’ pengguna narkoba. Maka, kita perlu untuk kerja sama,” katanya. Kerja sama itu, menurut Anang, merupakan wujud nyata komitmen untuk perang melawan narkoba serta mewujudkan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. SINAR BNN 29 EDISI I - 2014
liputankegiatan
Ubah Stigma dengan Tingkatkan Produktivitas
S
tigma menjadi masalah besar yang masih dihadapi oleh penyalah guna atau mantan penyalah guna narkoba untuk berintegrasi dengan masyarakat. Masih ada anggapan penyalah guna itu kriminal, sehingga mereka enggan untuk keluar dari komunitasnya untuk mencari layanan perawatan atau rehabilitasi. Hal itu diungkapkan
30 SINAR BNN EDISI I - 2014
Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat, Dr Budyo Prasetyo saat menghadiri kegiatan workshop “Peningkatan Kemandirian Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat”, di Gedung BNN, Kamis lalu. Untuk mengubah stigma, lanjut Budyo, maka penyalah guna harus drug free, healthy life, dan productive. Menyinggung poin
produktivitas, Budyo mengatakan, kegiatan workshop bisa membuka wacana para penyalah guna atau mantan penyalah guna narkoba mengenai bagaimana trik untuk menjadi lebih produktif. “Kami mengundang sebuah perusahaan yang bisa berbagi pengalaman mengenai dunia kerja,” kata Budyo. Ketika para mantan penyalah guna narkoba
ini memiliki motivasi tinggi untuk berubah menjadi lebih baik, seperti sudah memiliki pekerjaan, atau dapat menciptakan pekerjaa sendiri, maka otomatis stigma yang ada sedikit demi sedikit bisa terkikis. Kegiatan workshop ini dihadiri oleh tiga puluh mantan penyalah guna narkoba yang sudah lulus menjalani rehabilitasi. Dalam kegiatan ini, peserta diberikan skill dan keterampilan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa perubahan, baik itu untuk masuk ke dunia kerja, atau menciptakan dunia kerja. (pas)
liputankegiatan
Bentuk Satgas Anti Narkoba Di Sekolah dan Desa
M
engantisipasi penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan masyarakat, Pemkab Sleman merintis pembentukan satuan petugas (satgas) narkoba di semua sekolah dan desa di Kabupaten Sleman Yogjakarta. Hal ini karena kiprah Satgas dirasakan manfaatnya, terutama dalam mencegah generasi muda menjadi pengguna narkoba. Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu, berharap keinginan ini bisa terwujud. Khususnya di setiap sekolah dan desa di Kabupaten Sleman bisa membentuk Satgas Narkoba, ini merupakan pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan,”PR soal narkoba masih banyak yang harus diselesaikan, salah satunya pembentukan satgas narkoba di desa-desa maupun sekolah-sekolah. Hal ini bisa mencegah
peredaran narkoba,” kata Yuni dalam press release yang diterima indonesiabergegas.com, kemarin. Dalam penjelasannya, Yuni manandaskan
sekolah di Sleman bisa membentuk satgas narkoba. Rencanaya, mulai tahun 2014 ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga harus sudah masuk ke sekolah dasar untuk memberi pengertian tentang narkoba dan bahayanya pentingnya upaya bagi generasi muda,”Ini kerjasama lintas sektoral mendesak, karena antar lembaga termasuk biasanya peredaraan di dalamnya sekolah mulai narkoba bermula dari dari tingkat SD, SMP iseng dan ajakan teman hingga SMA. Dia sangat untuk mencoba,” jelas berharap masing-masing Yuni. (pas)
SINAR BNN 31 EDISI I - 2014
liputankegiatan
B
erdasarkan hasil survei bersama antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI), salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya penyalahgunaan narkoba di kalangan pekerja transportasi adalah kurangnya informasi mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di kalangan pekerja. Berdasarkan data hasil survei menyebutkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan pekerja transportasi cukup tinggi, dari 10.282 responden, 18,9 persen diantaranya pernah mengonsumsi narkoba, dan 6,9 persen mengonsumsi dalam setahun terakhir, serta 2,5 persen sisanya mengonsumsi dalam sebulan terakhir. Ketua Puslitkes UI, DR Sabarinah, menjelaskan, angka penyalahgunaan narkoba di lingkungan pekerja transportasi memang cukup tinggi,”Bisa diestimasikan sekitar 1 dari 19 orang pekerja itu pernah mengonsumsi narkoba dalam satu tahun terakhir,” jelas Sabarinah kepada sejumlah wartawan, di sela-sela Seminar Hasil Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Sektor Transportasi di Indonesia
32 SINAR BNN EDISI I - 2014
tidak ada petunjuk atasan, bukan tugas pokoknya, dan tidak menguntungkan perusahaan,” tutur Budi, Jika melihat hasil survei UI bersama BNN ini, kelompok pekerja yang paling jarang mendapatkan informasi tentang narkoba adalah pekerja di sektor transportasi darat yang meliputi pengemudi bus, truk, taksi, travel, dan mobil sewa. Oleh karena itulah pemantapan wawasan mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba untuk pekerja bidang transportasi seharusnya menjadi salah satu prioritas, “Karena pekerjaan yang mereka lakukan terkait erat dengan keselamatan publik,” tandas Budi. Mantan Deputi Pemberantasan BNN, Benny J Mamoto, mengungkapkan, faktor resiko pekerjaan, tingkat frekuensi pekerjaan, atau Ia mengambil contoh Tahun 2013, di Gedung potensi rasa bosan dalam dari salah seorang BNN, Kamis. sebuah pekerjaan sangat responden pengemudi Ketika ditanyakan penting untuk digali tentang keterkaitan antara truk di Lampung, yang tingginya penyalahgunaan mengakui perusahaannya sehingga bisa ditarik benang merah, antara tempat bekerja tidak narkoba dengan potensi kecelakaan transportasi, ia pernah membuat kegiatan faktor kondisi pekerjaan dengan potensi sosialisasi tentang mengatakan dari hasil penyalahgunaan narkoba. survei yang dilakukan hal penyalahgunaan dan Di sela-sela kegiatan peredaran narkoba. Selain tersebut sangat mungkin Seminar, Kepala BNN, DR itu, beberapa pejabat terjadi. Anang Iskandar menaruh instansi pemerintah juga Sementara itu, Prof. harapan besar, hasil mengakui bahwa P4GN Budi Utomo, konsultan survei ini akan menjadi belum menjadi prioritas kegiatan survei dari UI , referensi dalam dalam pekerjaan seharimengatakan, dari merumuskan rencana sejumlah responden yang harinya,”Sejumlah responden mengutarakan kerja yang lebih konkret diwawancarai, dalam mencegah kebanyakan pekerja tidak alasan mengenai penyalahgunaan dan kurangnya kepedulian mengetahui segala peredaran gelap narkoba dalam menggaungkan program yang berkaitan di masa mendatang. (pas) spirit P4GN, antara lain dengan P4GN.
Pekerja Transportasi Rawan Narkoba
liputankegiatan
Trisakti Bangun Jejaring Gaungkan P4GN di Kampus-Kampus
D
alam konteks penanggulangan masalah narkoba berbasis organisasi kampus, Universitas Trisakti sudah banyak membuat terobosan. Di samping giat menggelar sosialisasi bahaya narkoba, kampus ini juga aktif membangun jejaring dengan organisasi dari kampus lainnya baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar lainnya untuk bersamasama menggaungkan upaya P4GN di lingkungan mahasiswa. “Melihat potensi yang dimiliki kampus ini, Badan Narkotika Nasional (BNN) secara resmi menggandeng Universitas Trisakti untuk bersama-sama melaksanakan serangkaian aksi yang lebih nyata dalam penanggulangan narkoba. Kerja sama ini dituangkan dalam nota kesepahaman, yang ditandatangi pada hari ini,” kata Deputi Pemberdayaan Masyarakat Drs. Sambudiyono, usai menandatangani MoU dengan Ir. Asri Nugrahanti, di Universitas Trisakti, Jakarta, Rabu (4/12). Selanjutnya Sambudiyono mengatakan, melalui kerja sama ini, BNN bersama dengan civitas akademika Trisakti akan mengoptimalkan langkah pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui diseminasi informasi dan advokasi tentang P4GN, “Sedangkan dalam konteks dukungan
rehabilitasi, kampus ini juga nantinya dirancang untuk memiliki Community Based Unit (CBU) berbasis pendidikan, sehingga dapat berfungsi sebagai wadah pelayanan konsultasi dan rehabilitasi penyalahgunaan Narkoba. Selain itu, Trisakti juga akan lebih diberdayakan dalam hal sosialisasi program wajib lapor bagi pecandu narkoba,” ujar Sambudiyono. Karena tantangan dan permasalahan narkoba terus berkembang, Sambudiyono berharap, Trisakti bisa menjadi salah satu pusat pengkajian masalah narkoba,
sehingga dapat menjadi wahana diskusi dan memunculkan ide kreatif dan inovatif dalam konteks penanggulangan masalah narkoba. Sementara itu, Asri Nugrahanti menjelaskan, sebelum memasuki era milenium baru, kampus Trisakti dihadapkan dengan permasalahan narkoba yang cukup serius. Sebagai respon atas masalah ini, Rektor Universitas Trisakti, Thobi Mutis, membentuk satuan tugas penanggulangan masalah narkoba yaitu TPPN (Tim Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba),
pada tahun 1999, “Berselang lima tahun, tepatnya pada tahun 2004, giliran mahasiswa Trisakti yang berinisiatif untuk membentuk gerakan anti narkoba di kampusnya, dan mendirikan DMAN (Divisi Mahasiswa Anti Narkoba). Sejak saat itu DMAN menjadi
wadah yang cukup dinamis bagi anak-anak Trisakti dalam menuangkan ide dan aksi nyata dalam mendukung gerakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN),” jelas Asri. Harmonisasi penanggulangan narkoba melalui TPPN dan DMAN cukup membuahkan hasil manis sehingga angka penyalahgunaan narkoba di kampus ini bisa ditekan, “Sejak tahun 2008, kampus ini telah memproklamirkan sebagai kampus yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,” terang Asri. (pas) SINAR BNN 33 EDISI I - 2014
Jadikan Media Massa Sarana Sosialisasi P4GN Mengingat begitu pentingnya peran media masa, maka BNN, merangkul insan media massa untuk menyebarluaskan dan melakukan sosialisasi P4GN
U
paya pencegahan penyalahgunaan narkoba terus digalakkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Berbagai sosialisasi, kampanye dan diskusi dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat termasuk media massa. Direktur Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN, Drs. Gun Gun Siswadi mengatakan, peran media massa sangat penting dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, karena media massa memiliki kemampuan mempengarui opini publik dan perilaku masyarakat,”Media massa, baik cetak maupun elektronik, menyebarkan berita yang berisi informasi penting untuk khalayak. Lewat 34 SINAR BNN EDISI I - 2014
penyebaran beritatersebut, khalayak dapat menyaksikan kejadian di dunia. “Mengingat begitu pentingnya peran media masa, maka BNN, merangkul insan media massa untuk menyebarluaskan dan melakukan sosialisasi terhadap kebijaksanaan terutama menyangkut visi BNN, yaitu terwujudnya masayarakat Indonesia yang bebas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya
(narkoba) pada 2015,” terangnya. Selanjutnya Gun Gun berharap media komunikasi, baik elektronik maupun non elektronik, dapat secara optimal meningkatkan jangkauan dan penyebaran informasi serta proses advokasi kepada masyarakat luas dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), “Selama ini informasi tentang jenisjenis dan dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
belum menjangkau selurh lapisan masyarakat, dan pada saat yang sama berbagai jenis narkoba baru hadir secara cepat di masyarakat. Saat ini ditemukan 251 narkotika jenis baru di dunia, 21 diantaranya sudah masuk dan beredar di Indonesia,” jelasnya. Menurut Gun Gun, saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara transit tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar, apalagi dengan harga yang tinggi, sehingga menjadi rawan dan surga bagi sindikat narkoba. (pas)
Badan Narkotika Nasional (BNN) mewaspadai potensi penyelundupan 251 zat narkotika baru berasal dari berbagai negara asing yang belum terdaftar dalam undangundang. Kepala BNN Komjen Pol Anang Iskandar menjelaskan, bahwa hingga saat ini masih banyak pihak belum mengetahui jenis-jenis zat narkotika terbaru itu, sehingga butuh sosialisasi secara intensif mengenai zat narkotika jenis baru. Mantan Kapolda Jambi itu mengharapkan, jangan sampai zat-zat berbahaya itu justru dimanfaatkan oleh para mafia pengedar narkotika dan obat-obatan terlarang untuk menjerumuskan lebih banyak lagi masyarakat,”Untuk itu, perlu kiranya BNN mengusulkan agar 21 zat berbahaya yang ada di Indonesia tersebut dimasukkan ke dalam undang undang yang selama ini memang tidak tercantum. Kondisi demikian yang kemudian menyulitkan BNN untuk menindak pengedarnya,” kata Anang. Menurut Anang, dunia obat-obatan dan kesehatan merupakan salah satu ilmu yang sangat cepat perkembangannya, dan akan selalu muncul
Perlu Sosialisasi Intensif Narkotika Jenis Baru
narkotika jenis baru, “Untuk itu, hendaknya pemerintah selalu menyiapkan perundangan yang menaunginya, semuanya itu bertujuan demi melindungi masyarakat,” katanya. Kepala Bagian Humas BNN, Kombes Sumirat Dwiyanto, menjelaskan, saat ini zat narkotika jenis baru yang kini beredar di dunia sebagian telah masuk ke Indonesia, meski hanya kalangan tertentu saja yang pakai. Namun kondisinya
memiliki tren yang buruk, yakni terus bertambah jumlahnya,” jelasnya, saat berkunjung di Taman Pancing milik Bupati Kampar, Riau, Jefry Noer, di Kampar, Senin kemarin BNN telah mendeteksi sekitar 21 zat baru narkotika hasil penyeludupan dari negara asing telah beredar di sejumlah daerah di Tanah Air, “Wujud zat itu, berbeda dengan biasanya, seperti ekstasi, heroin, atau sabu-sabu, atau lebih cenderung, seperti pil
obat generik yang biasa ditemukan di apotekapotek,” ujarnya. Sumirat menjelaskan, jenis zat narkotika yang dimaksud memiliki modifikasi tersendiri dan berbeda-beda wujud hingga di beberapa negara sudah dijual bebas, bahkan diproduksi secara legal,”Tapi harus diketahui, bahwa wujud zat tersebut tidak kalah berbahayanya dibandingkan ekstasi atau sabu-sabu dan heroin,” katanya. (pas) SINAR BNN 35 EDISI I - 2014
liputankegiatan
Forum Guru CIAYUMAJAKUNING
Say Yes To Study Say No To Drugs
K
etua Forum Guru CIAYU MAJAKUNING Sutisna, menyerukan, ”Say Yes To Study Say No To Drugs” (Katakan Ya Untuk Belajar Katakan Tidak Pada Narkoba), Narkoba haram di lingkungan sekolah dan perlunya informasi kepada peserta didik mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba, yaitu dengan dimasukkan dalam kurikulum pelajaran, “Forum Guru CIAYUMAJAKUNING harus berkomitmen memberantas narkoba, dan perlu membentuk gerakan anti narkoba, karena narkoba ada dimana-mana, dan dapat menyerang siapa saja,” kata Sutisna, ketika melakukan kunjungan kerja ke Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta, kemarin. Selanjuntnya, Sutisna mengajak kepada anggota forum guru untuk waspada, karena sindikat narkoba mulai menyasar anak-anak di rumah dan di sekolah, untuk itu, guru sebagai motivator, sebaiknya membentuk kegiatan anti narkoba di sekolah,”Setelah mendapatkan penjelasan dari BNN, Forum Guru PPKN dapat meneruskan kepada peserta didik 36 SINAR BNN EDISI I - 2014
untuk mempersiapkan generasi muda yang sehat dan berkualitas serta membuat programprogram terkait upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba,” ujar Sutisna. Sementara itu, Faris Abdillah, Guru SMPN 2 Maja Kab. Majalengka dan Juju Juhariah guru SMP 1 Cirebon, meminta pemerintah dan kepolisian tidak memberikan ruang gerak pengedar narkoba, dan peluang beredarnya bahan-bahan yang mengandung narkoba. Berdasarkan data yang disampaikan BNN, prevalensi pengguna narkoba, Jawa Barat menduduki peringkat ke-
6, karena di daerah pantura banyak dijual bebas minuman keras, siapa saja bisa membeli termasuk anak-anak atau pelajar, tetapi aparat diam saja seolah tidak tahu, hal tersebut sangat mengkhawatikan. Direktur Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan BNN, Gun Gun Siswadi, menjelaskan, ada empat indikator dalam mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015, yaitu meningkatnya jumlah masyarakat yang imun, menurunnya angka prevalensi penyalahguna narkoba di bawah 2,8% dari jumlah penduduk Indonesia, orang yang terkena narkoba harus
direhabilitasi dan meningkatnya pengungkapan jaringan peredaran gelap narkoba. Hasil survey BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011 menunjukan jumlah penyalah guna narkoba
saat ini mencapai 4 juta orang, dan angka itu akan terus bertambah jika tidak dilakukan upaya pencegahan, “Penyalah guna narkoba sebaiknya tidak di penjara, tetapi direhabilitasi medis dan sosial, agar para pecandu dapat sembuh sehingga dapat kembali berkarya dan diterima kembali di masyarakat. Sebaliknya jika di penjara penyalah guna malah bukan sembuh, tetapi bisa kambuh kembali dan terus mencari narkoba, atau bahkan terkontaminasi dengan penghuni lapas lainnya. Jika ada penyalah guna di lingkungan sekitar, keluarga atau teman laporkan ke IPWL, atau ke BNN,” himbau Gun Gun. (pas)
liputankegiatan
Seniman Radio Anti Penyalahgunaan Narkoba “tutupen botolmu, tutupen oplosanmu, emane nyawamu ojo kok terus teruske, mergane ora ono gunane...” (hentikan memakai barang haram yang berkepanjangan yang sama sekali tidak ada untungnya) Cuplikan syair “tutupen botolmu, tutupen oplosanmu,emane nyawamu ojo kok terus teruske,mergane ora ono gunane...” (hentikan memakai barang haram yang berkepanjangan yang sama sekali tidak ada untungnya) membuka Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama seniman radio Jawa Tengah di Aula Radio Safari, Jakarta Selatan. Gelaran Campusari yang diisi dengan diskusi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan diselingi menyanyikan tembangtembang jawa, selain peduli terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan seniman, juga sebagai wahana nguringuri kabudayan (melestarikan kebudayaan). Asta Subandoro, penyiar Radio Safari menjelaskan, FGD dan campursari yang digelar bersama BNN, diharapkan bermanfaat bagi warga seniman Campursari dan anggota komunitas, “Karena
informasi penting tentang pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba banyak didapat, sehingga bisa diteruskan kepada pendengar setia Radio Safari,” jelas Asta. Supardi, SH. MH, dari BNN, mengajak para pendengar setia Radio Safari, maupun komunitas seniman campursari untuk peduli terhadap korban penyalahguna narkoba, “Karena korban adalah orang yang sakit dan perlu mendapat pertolongan rehabilitasi,” ujar Supardi. Sesuai dengan UU No. 35 Tahun 2009 tentang
narkotika, proses rehabilitasi dapat dilakukan dengan cara suka rela dengan melaporkan diri kepada BNN atau Institusi
merupakan alat komunikasi yang efektif dan edukatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba,
Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang ditunjuk. Menurut Supardi, peran masyarakat dan komunitas seniman campursari sangat penting dalam penyebarluasan informasi tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba, “Melalui media tersebut, diharapkan mampu meningkatkan konsentrasi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang kian hari kian marak,” katanya. Sementara itu, H.Darman Joyo, menjelaskan, radio
“Artinya melalui media apa saja dapat dilakukan untuk upaya diseminasi informasi,” kata Darman. Dalam kesempatan tersebut, komunitas Radio Safari, mengharapkan kerja sama dengan BNN dapat memfasilitasi talk show interaktif, mengundang narasumber dari pakar yang membidangi masalah narkoba FGD yang melibatkan komunitas seniman campursari tersebut mendapat perhatian dari warga, hal itu terlihat dari antusiasme warga yang mengikutinya. SINAR BNN 37 EDISI I - 2014
kolomkolom
P
Peranan Rehabilitasi Sosial Bagi Anak-anak Korban Narkoba
enyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba bukan hanya terjadi di kalangan remaja, baik di lingkungan sekolah maupun kampus. Peredaran gelap narkoba juga kerap terjadi di lingkungan anak-anak jalanan. Selama ini narkoba banyak dimanfaatkan oleh mereka yang kebetulan berprofesi sebagai pengamen di bus-bus atau jalanan. Kedekatan narkoba dengan anakanak tersebut sudah menjadi satu komponen yang sepertinya tidak bisa dipisahkan. Sosok anak jalanan yang selama ini kerap menghiasi sisi jalan kotakota besar dinilai banyak pihak merupakan kumpulan anak-anak yang sangat rentan sekali terhadap terjadinya penyalahgunaan narkoba. Kondisi seperti itulah yang dinilai banyak pihak perlu segera diambil tindakan agar permasalahan narkoba disemua aspek kehidupan dapat segera diatasi secara bersama-sama. Narkoba, selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi, individu, keluarga, masyarakat
38 SINAR BNN EDISI I - 2014
sosialnya di dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan dan masyarakat pada khususnya. Selama ini, keberadaan panti rehabilitasi sosial dinilai telah cukup membantu anak-anak jalanan untuk membawa mereka keluar dari persoalan yang menghimpitnya. Khusus bagi mereka yang menjadi pengguna narkoba, panti sosial di banyak tempat telah menggariskan bahkan Negara. Upaya melakukan banyak kebijaksanaan di bidang pencegahan dan penanganan secara rehabilitasi sosial bagi pengendalian peredaran langsung dalam narkoba telah dilakukan, korban penyalahgunaan membantu anak-anak narkoba. Mencermati baik oleh pemerintah, tersebut agar bisa semakin meluasnya swasta, maupun berhenti menjadi masyarakat. Norma sosial permasalahan yang berlaku di sebagian penyalahgunaan narkoba, pengguna narkoba. Adapun, kegiatan yang Depsos membentuk Unit masyarakat untuk dilakukan dalam rangka Rehabilitasi Sosial bagi menghindari narkoba, pencapaian tujuan tersebut juga ajaran-ajaran agama remaja korban narkoba. Adapun nama-nama panti yaitu bimbingan fisik, yang melarang umatnya mental, sosial serta tersebut seperti Wisma menggunakan zat-zat vokasional. Pelaksanaan yang memabukkan, telah Khusnul Khotimah di rehabilitasi sosial juga Serpong, PSPP Galuh cukup jelas diketahui merupakan upaya Pakuan di Bogor, PSPP banyak orang. Namun pemberian pelayanan yang kenyataan menunjukkan Insyaf di Medan, dan penyalahgunaan narkoba PSPP Binangkalit (putri) menjadi hak setiap warga Negara agar mereka dapat di Lembang Bandung. ada dan dari waktu ke hidup layak dan manusiawi. Tujuan didirikannya waktu kasusnya terus Dengan menghilangkan panti sosial, diantaranya meningkat. perlakuan diskriminatif untuk memberikan Kementerian Sosial terhadap penyalahgunaan pelayanan atau (Kemensos) sebagai narkoba, upaya ini pertolongan kepada instansi yang dipandang sebagai korban narkoba, melaksanakan perwujudan dari keadilan terutama anak-anak dan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, jauh remaja, sehingga mereka sosial dan pemberian mampu menjauhkan diri kesempatan kepada setiap sebelum diterbitkannya orang untuk tumbuh dan dari penyalahgunaan Undang-undang No. 35 mengembangkan potensi narkoba dan dapat Tahun 2009 Tentang diri mereka. menjalankan fungsi Narkotika, telah
kolomkolom
Komunikasi Keluarga Cegah Penyalahgunaan Narkoba
P
eran keluarga sangat penting. Menjadi benteng terhadap segala kriminalitas, termasuk penyalahgunaan narkoba. Selain itu, keluarga pun diharapkan mampu membina hubungan komunikasi yang baik antar anggota keluarganya. Hal itu dapat dilakukan seperti adanya kasih sayang, saling memiliki, melindungi, memperhatikan, mendukung, percaya dan bebas mengemukakan pendapat serta terbuka dengan yang lainnya. Khususnya mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba, kiranya masingmasing anggota keluarga seperti ibu, bapak dan anakanak serta anggota lain dalam rumah tangga harus diberi informasi mengenai segala sesuatu tentang narkoba. Misalnya, apa itu narkoba, bagaimana mendapatkannya, tipu muslihat orang menjerat narkoba, bahaya narkoba dan lain-lain. Guna mencegah anggota keluarga terlibat narkoba, setiap anggota keluarga, terutama kedua orang tua harus mengenali gejalagejala dan alat-alat yang bisa didapati pada seorang yang menyalahgunakan narkoba. Komunikasi Keluarga sekarang ini ada perubahan pola hidup pada keluarga modern. Ada sesuatu yang hilang, seperti waktu berkumpul dengan seluruh keluarga
secara rutin. Akibat perubahan ini menyebabkan komunikasi antar keluarga semakin berkurang. Lancarnya komunikasi diantara keluarga, misalnya dengan terbiasa berkumpul pada waktu makan, baik makan siang maupun makan malam. Pada saat itu seluruh anggota keluarga berkumpul dan masing-masing menceritakan kegiatan masing-masing. Berkumpul mendengarkan radio atau menonton televisi bersama. Sehingga orang tua dapat mengikuti apa yang ditonton anak-anaknya dan memberi penjelasan tentang hal-hal yang ditayangkan. Selain itu di masa lalu, setiap rumah tangga hanya mempunyai satu telepon. Cara ini memudahkan orang tua memonitor telepon yang masuk maupun ke luar dari masing-masing anggota keluarga. Sementara keluarga jaman sekarang pelaksanaan makan bersama jarang sekali, karena berbagai perbedaan kegiatan diantara anggota keluarga itu sendiri. Hal ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya perbedaan jam kerja, sekolah, kemacetan lalu lintas, kesibukan sosial di luar kantor dan sebagainya. Kondisi ini akhirnya menyebabkan kesempatan untuk berkumpul bagi keluarga sangat jarang. Apalagi keadaan itu
diperparah dengan banyaknya channel TV, video, DVD dalam satu rumah tangga terdapat dari satu media elektronik, sehingga masing-masing anggota keluarga menonton acaranya masing-masing. Belum lagi, sekarang ini kehadiran teknologi komunikasi seperti penggunaan telepon genggam telah ikut mendorong semua anggota keluarga sibuk dengan menelpon atau SMS, walaupun mereka duduk berdekatan. Begitu sibuknya penggunaan ponsel tersebut, akhirnya diantara mereka pun hampir tidak berkomunikasi secara langsung. Berkaitan dengan itu, orangtua harus berupaya menjalin komunikasi dengan anak-anaknya sebaik mungkin. Hal ini dilakukan agar sang buah hati tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, kehidupan bebas, dan lainlain. Karena itu, sebaiknya para orangtua memberikan informasi kepada anak-anak tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, kehidupan bebas dan lainlain. Informasi itu, perlu disampaikan secara detail, diantaranya seperti bagaimana seseorang dapat terbujuk memakai narkoba. Selain itu juga melakukan komunikasi yang baik dan berusaha untuk mengetahui dan mengenal teman-
temannya serta kegiatannya secara garis besar. Masyarakat perlu siap memerangi narkoba dan membantu korban narkoba untuk lepas dari cengkeraman narkoba. Korban narkoba perlu dirangkul dan dinasehati serta jangan dimusuhi. Maksudnya, perlu dilakukan pendekatan kasih sayang dan yang tidak kalah penting lagi adanya solidaritas antar orang tua korban untuk saling membantu dan mendukung guna melepaskan korban dari ketergantungan barang haram tersebut. Hal itu perlu dilakukan agar penyalahguna bisa sembuh dari ketergantungan narkoba. Sementara untuk mewujudkan Indonesia negeri bebas narkoba, pemerintah perlu mengurangi pengangguran, kemiskinan. Alasannya banyak pengangguran dan kemiskinan dapat menyebabkan orang akan lebih mudah terjerat menjadi pengedar narkoba. Selain itu masyarakat perlu menjaga lingkungan sekolah, tempat hiburan dan penjara agar tidak dijadikan sebagai tempat peredaran narkoba. Tidak kalah penting lagi perlu ditegakan hukum secara tegas terhadap pengedar dan importir narkoba. Selain itu perlu menindak tegas pejabat yang bekerja sama dengan pengedar. SINAR BNN 39 EDISI I - 2014
liputanpengungkapan
Apapun alasannya, tersangka tetap terancam pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) dan atau pasal 115 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undangundang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jika benar terbukti bersalah.
B
anyak cara yang dilakukan sindikat narkoba internasional untuk menyelundupkan Narkoba ke Indonesia. Salah satunya dengan menggunakan mainan anak-anak untuk mengelabui petugas di Bandara. Bekerja sama dengan Bea dan Cukai, Petugas BNN berhasil mengamankan ZH (Zhang Hua) saat tiba di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Senin (16/12). ZH ditangkap karena kedapatan memiliki 1.050,8 gram sabu dari Cina yang disembunyikan didalam sebuah bantal anak-anak. Perkenalan ZH dengan seorang yang tak dikenal berinisial SS (Se Se) melalui social media WeChat membawanya pada permasalahan Narkoba di Indonesia. Pria berkewarganegaraan Cina ini tergiur tawaran 40 SINAR BNN EDISI I - 2014
Selundupkan Sabu dalam Bantal Anak pekerjaan yang diberikan SS dengan imbalan RMB 4000 (atau sekitar Rp 7.600.000) untuk mengantar paket berisi mainan anak-anak ke Jakarta. Atas tawaran tersebut, pada tanggal 16 Desember 2013, pria berusia 28 itu terbang menuju Jakarta. Sebelumnya, SS bersama rekannya (seorang negro) memberikan koper kepada ZH untuk dibawanya. Setibanya di Jakarta, petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno Hatta mendapati benda mencurigakan pada barang bawaannya tersebut. Bekerjasama dengan
BNN, petugas melakukan pemeriksaan dan menemukan sabu dalam sebuah bantal anak-anak yang disimpan didalam koper coklat milik tersangka. Sabu tersebut terbagi menjadi 3 buah paket dengan total berat bruto 1.050,8 gram. Kepada petugas, ZH mengaku tidak mengetahui bahwa barang yang dibawanya adalah Narkotika. Tersangka mengaku hanya diminta untuk membawa koper tersebut ke sebuah hotel di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Pria yang hanya lulusan SMP ini, mengaku,
baru pertama kali mengunjungi Indonesia. Kesehariannya ZH adalah pedagang baju. Makanya ketika ditawari pekerjaan ia langsung setuju, padahal ia belum pernah mengenalnya. Apapun alasannya, tersangka tetap terancam pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) dan atau pasal 115 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jika benar terbukti bersalah. Kemudian petugas membawa tersangka dan seluruh barang bukti ke Kantor BNN guna pengembangan lebih lanjut. (pas)
liputanpengungkapan Januari 2013. Oktober 2013, BNN menangkap DR beserta barang bukti 1,661 shabu saat memasuki Indonesia melalui Pelabuhan Internasional Batam Centre yang mengaku sudah empat kali menyelundupkan narkoba ke Indonesia melalui Batam. Jan mengatakan, luasnya perairan Indonesia di Provinsi Kepulauan Riau menjadi sasaran jaringan narkotika internasional untuk menyelundupkan heroin dan shabu dari Malaysia ke Indonesia. “Maraknya narkoba asal Malaysia yang diselundupkan ke Indonesia melalui Batam menjadi perhatian serius BNN sehingga berhasil menangkap MS,” kata Jan. Ia mengatakan, pelaku terancam pidana mati atau penjara seumur hidup,”Meski sudah mengendalikan Malaysia. menangkap gembongnya, pengiriman sampai di “Sebelum menangkap kami akan terus Kepri,” kata Direktur MW, kami bekerja sama mengembangkan kasus Penindakan dan dengan Direktorat ini dan mengungkap Pengejaran BNN Jan De Narkotika Polda jaringan-jaringan Fretes di Batam, Kamis, Kepulauan Riau dan narkotika lain,” kata dia. pecan lalu. Kantor BC juga sudah Dirnarkoba Polda Pelaku dan jaringan, kata menangkap tiga pelaku di Kepri, Kombes Agus dia, setidaknya sudah wilayah Kepri yang Rohmat berharap dengan menyelundupkan 4,45 semuanya masuk jaringan penangkapan gembong kilogram heroin dan 1,66 MW,” kata dia. tersebut mengurangi kilogram shabu ke Indonesia Anggota jaringan pasokan heroin dan shabu melalui Batam dengan pertama yang ditangkap ke Indonesia melalui memanfaatkan jalur laut. adalah AS yang Batam,”Dengan berbagai Pelaku, kata Jan, adalah menyelundupkan 750 penangkapan tersebut, tenaga kerja Indonesia gram heroin pada kami berharap akan asal Bawean, Jawa Timur, Desember 2012. membuat jaringan yang sudah lama bekerja Selanjutnya BNN narkoba lain berfikir dan menetap di Malaysia menangkap Uun yang ulang untuk memasukan yang juga melibatkan membawa 3,7 kilogram narkoba ke Indonesia,” warga negara Nigeria di heroin dari Malaysia pada kata dia. (an)
BNN Bongkar Jaringan Sindikat Narkoba Internasional
B
adan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Kepolisian Malaysia menangkap MS (warga negara Indonesia), Rabu (8/1), di perairan Kepri diduga gembong jaringan narkoba internasional yang sering memasukkan heroin dan shabu ke Indonesia melalui Batam. “MS adalah otak pelaku pengiriman sejumlah penyelundupan narkoba ke Indonesia. Kami menangkapnya di perairan Kepri saat dideportasi dari Malaysia karena masalah izin tinggal. Dia
SINAR BNN 41 EDISI I - 2014
liputankegiatan
BNP2TKI Cegah TKI Jadi Kurir Narkoba
B
adan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) terus meningkatkan kerjasama yang sudah terbangun baik sosialisasi pencegahan adanya pemanfaatan jasa tenaga kerja Indonesia (TKI) sebagai kurir narkoba, “Saya sangat mengharapkan BNN bisa bekerjasama dengan BNP2TKI untuk mencegah TKI menjadi kurir Narkoba,” ujar Kepala BNP2TKI, Moh Jumhur Hidayat yang didampingi Direktur Sosialiasi dan Kelembagaan, Rohyati Sarosa ketika ditemui di ruang kerjanya, Jakarta, Rabu lalu. Sejak 5-6 tahun Jumhur memimpin BNP2TKI belum pernah terjadi TKI tertangkap membawa narkoba, “Kasus itu baru muncul 2-3 tahun belakangan ini. Salah satu penyebab TKI menjadi kurir narkoba ialah akibat adanya pemutusan hubungan kerja
42 SINAR BNN EDISI I - 2014
(PHK) secara sepihak oleh majikan,” ujar Jumhur. Di Hongkong, katanya, dengan adanya PHK sebelum 7 bulan masa percobaan oleh majikan, banyak TKI yang kemudian dijanjikan bekerja di Macau, China. Nah, karena terpaksa harus terus bekerja demi keluarga, tidak sedikit para mafia trafficking (perdagangan orang) ini meminta TKI untuk membawa titipan barang untuk majikan yang barunya. Namun ketika tertangkap petugas tiba bandara, TKI baru menyadari bahwa barang yang dibawanya ternyata barang Narkoba. “Kasus TKI menjadi kurir Narkoba terjadi di bandar luar negeri,” terang Jumhur.
negeri yang memanfaatkan jasa TKI sebagai kurir Narkoba. Diakuinya, secara kuantitas memang masih relatif kecil TKI yang terkena hukuman karena membawa narkoba. Jumlahnya sekitar 6 orang di luar negeri yang tertangkap aparat di bandara karena membawa narkoba. Kepala BNP2TKI menghimbau agar TKI di luar Namun demikian, meski negeri jangan mudah dirayu, jumlah hanya 1 orang pun kalau bisa dicegah tentu akan dan diajak bergaul dengan lebih baik. orang yang tak dikenal. Dari Jumhur menjelaskan, di salah pergaulan bebas ini BNP2TKI setiap TKI yang baik melalui perkenalan akan berangkat ke luar negeri langsung maupun melalui sudah diberi penguatan media sosial ini bisa tentang bahaya Narkoba pada berakibat buruk dijadikan kegiatan Pembekalan Akhir kurir Narkoba. Karena itu, Jumhur sangat Pemberangkatan (PAP). Jumlah TKI yang berangkat mengharapkan agar BNN per harinya berjumlah 1500bisa terus melakukan 2000 orang. sosialisasi baik di dalam Meski sudah ada PAP, negeri maupun di luar negeri. Jumhur tetap mengharapkan Jumhur mengajak agar BNN agar BNN terus meningkatkan bisa melakukan roadshow program pencegahan narkoba ke Hongkong dan Singapura kepada TKI. “Urusan untuk langsung berdialog pencegahan Narkoba, BNN dengan TKI guna mencegah tentu lebih menguasai,” upaya pemanfaatan agensi pungkasnya. (pas) maupun perorangan di luar
liputankegiatan Siswandi, pelaksana kegiatan ini mengatakan, ide lomba awalnya dicetuskan saat BNN menggelar Rakor dengan 41 kampus, pada April 2013. “Dari 41 kampus itu, 27 kampus di antaranya menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi dalam lomba untuk mengadu niversitas Budi Luhur kreativitasnya dalam (UBL) keluar sebagai membentuk branding jawara Kampus Bersih kampus yang bersih dari Narkoba 2013 sepenyalahgunaan narkoba. Jabodetabek, yang “Kami memberikan diselenggarakan Badan apresiasi yang tinggi pada Narkotika Nasional (BNN). para mahasiswa yang Kampus ini memperoleh berkomitmen penuh dalam skor tertinggi dari kriteria menciptakan karyanya. penilaian kreativitas Kegiatan ini bukan hanya branding anti narkoba di sekedar mencari juara, tapi lingkungan kampus, tembang yang terpenting adalah dan cipta lagu tentang narkoba, seminar sehari Penanggulangan masalah menciptakan komitmen di dari penyalahgunaan dan wilayah kampus dalam tentang narkoba, karya tulis narkoba bukan masalah peredaran gelap narkoba,” melaksanakan Pencegahan tentang narkoba dan sajak kelembagaan, akan tetapi ujarnya ketika ditemui usai dan Pemberantasan tentang narkoba. menjadi tanggung jawab menghadiri puncak Lomba Penyalahgunaan dan Berdasarkan hasil individu. Karena itulah, Kampus Bersih Narkoba putusan juri yang dipimpin Kepala BNN berharap civitas Peredaran Gelap Narkoba 2013, di Hotel Kartika oleh Subarkah Hadi, Wakil akademika lebih memberikan (P4GN),” tutur Siswandi. Chandra, Selasa. Siswandi berpesan agar Rektor IKJ, UBL memperoleh Sementara itu, Rektor UBL peran dalam penanggulangan kampus lebih berwaspada total nilai 675, kemudian Suryo Hapsoro menegaskan, masalah narkoba. Dua dengan lingkungannya. Ia disusul Universitas Islam kerangka pemikiran yang upaya penanggulangan menekankan agar kampus Negeri Jakarta, dengan total harus terus didukung adalah masalah narkoba di jangan sampai dimasuki oleh nilai 655, dan disusul juara dekriminalisasi dan lingkungan mahasiswa mata rantai sindikat narkoba ketiga Universitas Mercu depenalisasi terhadap mutlak dilakukan, agar Di samping itu, Siswandi Buana dengan total nilai 645. kecerdasan mahasiswa baik penyalah guna narkoba, juga menekankan agar pihak Dengan prestasi yang sebagai paradigma dalam konteks kecerdasan kampus dapat berperan serta ditorehkan, UBL berhak pikir, hati dan perasaan dapat penanganan narkoba yang menggondol trofi beserta proporsional,”Melalui lomba dalam melakukan gerakan terlindungi sehingga rehabilitasi pada penyalah uang sebesar Rp 18 juta. mahasiswa bisa membangun kampus ini, mahasiswa UBL mengalahkan 26 peradaban yang lebih baik ke diharapkan dapat mendorong guna narkoba. “Dorong kontestan kampus lainnya perubahan paradigma dalam mahasiswa yang terkena depannya. narkoba untuk melaporkan yang turut berlomba dalam penanganan masalah Kepala BNN, DR. Anang dirinya pada Institusi mengekspresikan kreativitas Iskandar, memberikan narkoba,” kata Anang. anti narkoba. Ketua Yayasan apresiasi kepada 27 Menpora, Roy Suryo yang Penerima Wajib Lapor, agar Budi Luhur Cakti, Kasih hadir dalam puncak kegiatan direhabilitasi”, lanjut universitas yang berperan Hanggoro tidak dapat tersebut mengatakan, bahwa Siswandi. serta dalam upaya Dalam rangkaian kegiatan menyembunyikan rasa prevalensi penyalahgunaan mengimunisasi masyarakat puncak acara ini, Jaya bangganya atas keberhasilan kampus dari godaan narkoba harus ditekan, Suprana, selaku Ketua MURI seluruh civitas akademika di penyalahgunaan narkoba. karena trendnya selalu UBL yang telah berupaya mengalami peningkatan. Roy menyerahkan rekor MURI “Yang terpenting adalah atas tanda tangan terbanyak mewujudkan kampus yang berpesan agar para pemuda proses bagaimana dalam menunjukkan bersih dari narkoba. “Kami sebagai bonus demografi, mahasiswa berperan komitmen anti narkoba. BNN harap anugerah lomba ini tidak tercemari oleh mencegah penyalahgunaan berhasil mengumpulkan jadi motivasi untuk berperan dan peredaran gelap narkoba, penyalahgunaan narkoba, 2.000.2015 tanda tangan anti lebih maksimal dalam sehingga terus dapat bukan hanya membidik membentengi seluruh civitas hadiahnya,” ujar Anang berkarya dalam membangun narkoba dari seluruh kalangan masyarakat. (pas) akademika dan masyarakat Iskandar. bangsa.
UBL Jawara Kampus Bersih Narkoba 2013
U
SINAR BNN 43 EDISI I - 2014
publikfigure
Mendidik dengan Cinta Hindarkan Anak dari Narkoba
K
etua Komnas Perlindungan Anak, DR Seto Mulyadi mengatakan, orangtua harus mendidik anaknya dengan memberikan cinta. Bukan dengan kekerasan. Menurut Seto yang biasa disapa Kak Seto ini, mendidik anak dengan cinta merupakan cara yang efektif. “Kami berharap melalui media ini bisa mengingatkan kepada orang tua, bahwa mendidik anak tidak perlu dengan kekerasan. Selain dengan cinta, cara mendidik anak yaitu dengan keteladanan dan bimbingan penuh kasih sayang,” ujarnya ketika
44 SINAR BNN EDISI I - 2014
ditemui di Jakarta. Dia menambahkan, pendidikan kepada anak dengan kekerasan justru menimbulkan kontraproduktif, karena tidak mengacuhkan manusia yang seharusnya melakukan tindakan positif. “Membolos, menggunakan narkoba, dan seks bebas merupakan hasil didikan dengan kekerasan. Banyak karakter anak. Tapi kalau dihadapi dengan kekuatan cinta, akan merekah lebih elok,” kata pria berkacamata ini. Menurut Kak Seto, setiap anak pada dasarnya adalah unik dan cerdas. Keunikan yang dimaksud
bisa dicontohkan misalnya dalam cara belajar. Masing-masing anak memiliki cara dan kondisi yang berbeda dalam kemudahan menerima/mempelajari sebuah ilmu pengetahuan. Ada anak yang cukup dengan membaca maka dia akan segera faham, ada anak yang harus dengan musik saat belajar dan ada pula anak yang belajar sambil bernyanyi. Keunikan tersebut juga ada pada kecerdasan yang berbeda dari masingmasing anak. Ada anak yang cerdas angka, cerdas kata, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas tubuh, cerdas teman,
cerdas diri dan juga cerdas alam. “Setiap anak pada dasarnya suka belajar. Tinggal bagaimana kita selaku orangtua dan para pendidik untuk memilihkan model pendidikan yang tepat bagi anak-anak. Sistem pendidikan yang tepat diyakini akan mendukung pengembangan karakter anak, seperti sopan santun, tidak mudah putus asa, rendah hati, penuh hormat, semangat, kreatif dan karakter positif lainnya,” jelas Kak Seto. Konsep atau sistem pendidikan yang tepat menurut Kak Seto adalah pendidikan yang menghargai kreativitas anak. Oleh karena itu, tips bagi para orangtua dan pendidik (guru) agar sukses dalam mendidik anak-anak yang telah diamanahkan adalah dengan menggunakan kata kunci “kreatif”. Ini diartikan bahwa sebagai orangtua/pendidik yang profesional diupayakan untuk bisa bernyanyi, bisa mendongeng, bisa melawak, bisa main sulap, menguasai ilmu pengetahuan dan melakukan hal “kreatif”
publikfigure lainnya. Tips lain yang harus dilakukan (khusus untuk orangtua) adalah membangun komitmen yang kuat, kompak dengan pasangan, peduli pada hakhak anak, dan terus belajar. Dalam kesempatan tersebut, Kak Seto juga mengkritisi sekaligus prihatin terhadap maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para orangtua terhadap anak-anaknya di rumah, seperti dibentakbentak, dicubit, diancam, “dijewer”, dipukul, dipaksa mandi, dipaksa tidur siang maupun kekerasan yang bersifat psikis seperti halnya perceraian kedua orang tuanya. Sedangkan tindak kekerasan yang sering terjadi di sekolah diantaranya seperti ancaman dari sesama siswa, penganiayaan,
pemalakan, maupun tindak kekerasan lain yang justru dilakukan oleh para pendidik. Kekerasan-kekerasan tersebut tentu akan membawa dampak negatif bagi anak-anak, seperti perasaan resah, cemas, rendah diri, malas belajar, ingin bunuh diri, panik, agresif, terlibat kenakalan remaja, terjebak narkoba dan lain sebagainya. Oleh karena itu kepada para orangtua Kak Seto mengajak untuk lebih memahami hak-hak anak, seperti hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak mendapatkan perlindungan dan hak untuk berpartisipasi. Jadi, posisi anak di dalam keluarga sebaiknya diposisikan sebagai teman. Namun demikian,
fungsi utama keluarga sebagai pranata kontrol juga harus diaktifkan. Keluarga harus lebih sering membuka komunikasi dengan anak, tidak terlalu menuntut pada anak dan tidak melakukan kekerasan fisik/psikis terhadap anak. Jika fungsi kontrol tersebut tidak diaktifkan disinyalir menjadi faktor penyebab utama anakanak terjerumus pada aktivitas atau tindakantindakan atau perilaku menyimpang seperti tawuran, perkosaan, pembunuhan, pencurian, narkoba, seks bebas, pelacuran remaja, membolos, kabur dari rumah dan perilaku negatif lainnya. “Belajar tidak harus dengan kekerasan. Belajar bisa dilakukan bersama siapa saja, kapan saja dan
dimana saja. Dan belajar yang efektif adalah belajar dalam suasana gembira. Jadi, pelajaran membaca, menulis, matematika dan bahasa dapat dipelajari anak dalam suasana bermain yang menyenangkan. Dari sisi usia, belajar efektif justru di dapat saat anak masih berusia 0-4 tahun sebesar 50 persen, 4-8 tahun sebesar 30 persen dan sisanya sebesar 20 persen. Pendidikan yang baik adalah pendidikan dengan menggunakan kekuatan cinta dan bukan pendidikan yang cinta kekuatan atau mengedepankan ‘kekuatan/kekuasaan’. Jangan mimpi punya anak yang penurut, tapi bermimpilah punya anak yang mandiri dan bisa bekerjasama,” pungkas Kak Seto. (pas)
SINAR BNN 45 EDISI I - 2014
publikfigure
Slank Akan Bantu BNN Menjaring Pecandu Narkoba
M
anajer grup band Slank Bunda Iffet menyatakan akan membantu Badan Narko tika Nasional (BNN) untuk kembali melakukan penjaringan kalangan pecandu narkoba agar bisa direhabilitasi. “Tahun 2003 Slank pernah mempunyai tempat rehabilitasi para pencandu, namun 2007 ditutup seiring dibukanya BNN,” kata Bunda Iffet saat ditemui dalam acara Focus Group Discussion di UPT Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Bunda Iffet yang juga ibu dari personel Slank menyebutkan, selama empat tahun beroperasi, tempat rehabilitasi para pecandu narkoba yang terletak di Gang Potlot (markas Slank) tersebut telah merehab lebih dari 100 orang. Sistem terapi yang dilakukan oleh tempat rehabilitasi tersebut dengan melakukan pendekatan lewat musik dan cinta,”Selama itu, rehabilitasi di Potlot gratis. Biaya diambil dari 2,5 persen fee konser Slank,” katanya. Pada 2007, tempat rehabilitas Potlot tutup, seiring dengan berdirinya
46 SINAR BNN EDISI I - 2014
BNN. “Tapi, saya ingin sekali membantu BNN untuk menjaring para pecandu ini. Makanya saya menawarkan diri, apa boleh kami beroperasi kembali,” kata Bunda Iffet. Bunda Ifet mengatakan, rencananya mereka tidak merehab para pencandu, tapi mencari dan menjaring para pencandu untuk selanjutnya diserahkan ke BNN untuk direhabilitasi. Niatan Bunda Iffet disambut baik oleh pihak BNN yang disampaikan Nurainun Kamil, Kasubbid Penyatuan Kembali Direktorat Pascarehabilitasi Deputi Rehabilitasi BNN.
“Kami sangat mendukung sekali niat bunda Iffet dan berterimakasih atas kepeduliannya membantu BNN, karena kami membutuhkan bantuan dari sejumlah pihak termasuk masyarakat yang peduli,” katanya. Menurut Nurainun, dengan bantuan Slank diharapkan dapat menarik sebanyaknya para pecandu narkoba terutama kalangan remaja untuk direhab dan kembali pulih dari kencanduan terhadap narkoba. “Karena menyembuhkan orang kecanduan sangat penting. Mereka bisa jadi
motor penggerak menyampaikan dampak dari penyalahgunaan narkoba,” katanya. Berkaitan dengan niat Bunda Iffet ingin membantu BNN, Kepala BNN, Komjen Pol. Anang Iskandar, menyambut baik niat Bunda Iffet tersebut, “Saya secara pribadi dan lembaga sangat mendukung dan menyambut baik niat Bunda Iffet ini, karena BNN sangat memerlukan orang-orang seperti Beliau, bahkan BNN akan memfasilitasi kegiatan Bunda Iffet dalam melakukan penjaringan pencandu narkoba agar mereka bisa direhabilitasi,” ujarnya.
publikfigure
Aktor Peraih Oscar Tewas dengan Jarum Suntik Menancap di Lengannya
P
hilip Seymour Hoffman (46), aktor peraih Oscar, ditemukan tewas di apartemennya di New York, Minggu (2/2) pagi. Ia diduga tewas karena over dosis. Seperti dikutip dari New York Times, Senin (3/2), Hoffman ditemukan tergeletak di lantai kamar mandi dengan mengenakan celana pendek dan kaos. Sebuah jarum suntik menancap di lengannya. Polisi juga menemukan amplop bekas heroin. Hoffman ditemukan oleh temannya yang mendatangi apartemen Hoffman setelah aktor itu tak bisa dihubungi melalui telepon. Hoffman diketahui lama sebagai pecandu narkoba. Ia mengaku mengenal alkohol dan narkoba sejak usia 22 tahun. Baru pada tahun lalu ia menjalani program rehabilitasi untuk mengurangi ketergantungannya pada narkoba. Hoffman pernah meraih Oscar sebagai aktor terbaik dalam film “Capote” pada 2006. Ia terlibat lebih dari 50 film sepanjang karirnya, yang berbiaya mahal diantaranya adalah film seperti “Mission
Philip Seymour Hoffman Impossible III” (2006), “Moneyball” (2011), dan
“The Hunger Games: Catching Fire” (2013). SINAR BNN 47 EDISI I - 2014
rehabilitasi
BNN Pacu Produktivitas Mantan Pecandu Narkoba
M
engatasi masalah adiksi bukan perkara mudah. Setelah para pecandu ini pulih dari keter gantungannya, masalah tidak berhenti sampai di sini, karena pasca pulih dari kecanduan Narkoba mereka dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Apakah mereka bisa terus clean dan kembali produktif? Atau apakah mereka masih bisa diterima oleh keluarga atau lingkungannya? Pertanyaan besar ini menjadi persoalan yang cukup pelik, dan menyita pemikiran yang sangat serius, tidak terkecuali oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai leading sector dalam upaya pemulihan para mantan pecandu Narkoba. Berbagai upaya terus dilakukan oleh BNN bersama dengan mitra lainnya baik itu instansi pemerintah dan juga swasta. 48 SINAR BNN EDISI I - 2014
Hasilnya, sedikit demi sedikit titik pencerahan mulai tampak. Dalam perbincangan yang cukup singkat dan hangat, bersama dengan Direktur Pascarehabilitasi BNN, Drs. Suyono, MM, MBA., dijelaskan dengan gamblang bahwa upaya pembentukan karakter dan pembangunan mental kepada para mantan pecandu Narkoba memang harus dimulai dari hati. Bicara dari hati ke hati,
serta rasa tak kenal lelah baik itu dari segi tenaga, pikiran, dan waktu telah menjadi makanan seharihari bagi para tokoh atau pegiat yang terlibat langsung dalam upaya pemulihan para mantan pecandu Narkoba. “Jika semua dimulai dari hati, dan mereka tersentuh, maka akan mudah bagi kita untuk mendorong dan memberikan semangat pada mereka”, ujar Direktur kepada reporter Humas
BNN.
Optimalisasi Rumah Dampingan
Menurut Suyono, salah satu bentuk komitmen BNN dalam membentengi para mantan pecandu agar tidak kambuh menyalahgunakan Narkoba, adalah melalui optimalisasi rumah dampingan. Ketika ditanyakan sasaran apa yang ingin dicapai dari program rumah dampingan ini, Direktur Pasca-
rehabilitasi rehab menjelaskan bahwa program ini diimplementasikan untuk membangun komunikasi dan jaringan di antara para pecandu Narkoba. Sehingga mereka dapat mendapatkan kemudahan untuk mencari tempat yang nyaman bagi mereka untuk bersosialisasi dan menata dirinya, lalu membuka kesempatan me reka untuk mendapatkan pekerjaan. Secara garis besar, ada empat aspek yang ingin dicapai dari rumah dampingan ini. Pertama, para mantan pecandu ini akan
pelayanan kesehatan yang cukup baik. Di tempat ini tersedia dokter yang siap untuk memeriksa kesehatan para mantan pecandu dengan prima. Yang tak kalah penting, mental para mantan pecandu ini harus kokoh. Karena itulah rumah dampingan juga memiliki program yang khusus menyen tuh spiritual masing-masing individu melalui peran tokoh agama. Dari pantauan tim BNN, rumah dampingan yang diberi nama “Sober House” ini, dikoordinir oleh satu
Selama satu pekan penuh, mereka diberikan program yang bervariasi. Setiap pagi dalam sepekan, para mantan pengguna Nar koba disuguhi program open circle. Melalui kegiatan ini, mereka diberikan ruang untuk mencurahkan apa yang mereka rasakan ketika bangun tidur. Kebanyakan memang merasakan rasa penat, bosan, kesal, dan perasaan buruk lainnya. Sementara itu bagi peserta lain yang justru memiliki mood yang bagus, juga diminta untuk membagi perasaannya de-
sep pada para mantan pecandu. Tim konselor mengadakan psikotes pada para mantan pecandu sehingga dapat diperoleh minat dan keingingan mereka ke depan.
mendapatkan kemampuan bersosialisasi yang lebih baik. Para mantan pecandu Narkoba ini akan bertemu dengan orang-orang yang kompeten dan berkualitas sehingga mereka akan menyerap ilmu dan pengalaman sehingga pada akhirnya dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lebih baik. Selain mendapatkan kemampuan dalam bersosialisasi, mantan pecandu juga difasilitasi dengan
tim yang terdiri dari 6 orang konselor. Hampir setiap dua bulan sekali, rumah dampingan ini menerima 20 mantan pecandu untuk tinggal dan menjalani program di rumah dampingan ini. Serangkaian program yang disediakan oleh tim rumah dampingan merupakan langkah optimalisasi institusi ini untuk membentuk karakter-karakter mantan pecandu yang lebih tangguh.
ngan yang lain. Kegiatan ini setiap harinya rutin dilakukan, terutama setiap pagi hari. Program lainnya yang diberikan adalah support group (dukungan kelompok), positive act (kegiatan positif), open discussion (diskusi terbuka), seminar, dan vocational skill (pelatihan keterampilan kerja). Khusus terkait aspek pelatihan kerja, tim konselor di rumah dampingan ini telah menawarkan kon-
masa depan. “Jika mereka menginginkan bermain musik, maka kami salurkan mereka untuk berlatih musik, dan jika mereka ingin berlatih mekanik, maka kita akan dorong mereka untuk mengikuti pelatihan tentang mekanik”. Menurut Febri, pihak konselor hanya mendampingi dan membimbing mereka, namun jika memang si mantan pecandu itu tidak ingin maju, maka
Asah Keterampilan Untuk Tembus Dunia Kerja
Fredi, salah satu konselor di rumah dampingan ini mengatakan, timnya akan menyalurkan minat para mantan pecandu Narkoba, yang tujuannya adalah para mantan pecandu memiliki keahlian yang dapat diaktualisasikan di
SINAR BNN 49 EDISI I - 2014
rehabilitasi hal itu kembali lagi ke masing-masing mantan pe candu. Namun, tim konselor tidak akan henti-hentinya memberikan dorongan dan juga pencerahan kepada para mantan pecandu. Karena faktanya memang banyak sekali mantan pecandu yang mudah kehilangan semangat, lalu malas melakukan apapun. “Kuncinya, kami akan bicara dari ke hati, dan kami ajak mereka flashback, dan biarkan mereka bercermin tentang apa yang sudah mereka lakukan selama ini, baik itu hal buruk ataupun hal yang bagus”, ujar Febri. Dari sejumlah mantan pecandu Narkoba yang sudah pulih, tidak sedikit di antara mereka yang sudah bisa kembali bekerja, berwiraswasta, bahkan kembali ke bangku pendidikan. Dikatakan oleh Suyono, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri, kare-
50 SINAR BNN EDISI I - 2014
na para mantan pecandu ini dapat produktif kembali. Pada tahun 2012 lalu, sudah ada dua orang mantan pecandu Narkoba yang berhasil menjalani magang di sebuah tempat pembuatan souvenir atau karya kerajinan tangan lainnya. Kini kedua mantan pecandu itu telah mampu menghidupi dirinya sendiri dan juga keluarganya, melalui pembuatan barang-barang kerajinan tangan. Pada dasarnya keinginan para mantan pecandu untuk memiliki pekerjaan atau mata pencaharian itu cukup tinggi. Menurut Suyono, banyak di antara man tan pecandu yang menjadi klien rumah dampingan ini, lebih tertarik untuk menekuni wiraswasta, seperti membuka counter handphone, bengkel motor, atau cuci steam motor. Semakin banyak pecandu yang produktif, secara otomatis mereka dapat menjadi role model yang
ideal dan dapat jadi inspirasi bagi mantan pecandu lainnya yang ingin bangkit dari keterpurukannya. “Para mantan pecandu yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan dan mata pencaharian, sering datang ke rumah dampingan dan berbagi pengalaman. Harapannya para mantan pecandu bisa bangkit, dan tentu saja jangan sampai relaps,” kata Suyono. Saat memberikan wejangan pada mantan pecandu, di rumah dampingan, Suyono mengingatkan pada para mantan pecandu untuk dapat membangun potensi diri agar tidak tergilas dengan pertumbungan sosial ekonomi yang kian berkembang. Menurutnya, pertumbuhan penduduk yang tidak relevan dengan lapangan kerja yang tersedia menjadi malah yang krusial bagi semua orang, termasuk para mantan pecandu Nar-
koba,”Jika tidak memiliki kemampuan yang prima, lalu apakah bisa bertahan di tengah kerasnya Jakarta?” imbuh Suyono. Para mantan pecandu mutlak harus produktif, karena jika tidak mereka sangat mungkin untuk kem bali kambuh dan terjebak dalam penyalahgunaan Narkoba lagi.
Terus Berikan Pencerahan
Oleh karena itulah, para mantan pecandu ini harus senantiasa berbenah, dan mengggali potensi diri semaksimal mungkin. Salah satu langkah konkret rumah dampingan BNN dalam upaya pencerahan bagi mantan pecandu Narkoba adalah melalui Focus Group Discussion (FGD). BNN mengumpulkan mantan pecandu untuk mendapatkan pengarahan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam forum diskusi dua arah ini, para peserta
rehabilitasi menanggapi materi yang disampaikan dengan cukup responsif. Tidak sedikit di antara peserta diskusi ini yang berbagi pengalaman terkait dengan sulitnya mendapatkan pekerjaan, hingga masalah diskriminasi di dunia kerja. Terkait dalam dunia usaha atau dunia ketenagakerjaan, memang banyak sekali masalah yang timbul. Salah satunya adalah stigma negatif yang melekat pada diri mantan pecandu Narkoba. Bagi mereka yang bertato atau bertindik dan kebetulan mantan pecandu Narkoba, seringkali mengalami kesulitan tersendiri saat melamar sebuah pekerjaan. Para mantan pecandu berharap agar stigma itu hilang, dan tidak ada diskriminasi sehingga mereka dapat menjalani dunia profesi yang sama normalnya dengan orang lain. Bahkan, seseorang yang dipecat dari sebuah perusahaannya tidak mendapatkan pesangon gara-gara orang itu menjadi korban kecanduan Narkoba. Menanggapi hal ini, Eva Trisyana, selaku Kepala Sub Direktorat Penempatan Tenaga Kerja, di Direktorat Jenderal Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (PTKDN), Kemenakertrans RI mengaku pihaknya akan terus memaksimalkan perannya, terutama dalam pengawasan pada dunia kerja yang dinilai seringkali melakukan diskriminasi. “Memang ini akan menjadi pekerjaan besar bagi kami, namun melalui dis-
kusi tadi, kami banyak men dapatkan masukan yang aspiratif, terkait dengan banyaknya mantan pengguna Narkoba yang tidak mendapatkan hak-haknya, karena itulah, kami akan melakukan pengawasan yang lebih komprehensif”, kata Eva kepada Humas BNN. Sementara itu, sesuai dengan domainnya, pihak Dirjen PTKDN, akan lebih memperhatikan nasib para mantan pecandu Narkoba yang kesulitan mendapatkan mata pencaharian karena kemampuan yang terbatas. Langkah konkretnya adalah melalui optimalisasi pelatihan-pelatihan vokasional yang tersebar di wilayah Jakarta bagi para mantan pengguna Narkoba yang memang membutuhkan keterampilan kerja, sehingga nantinya mereka akan semakin terasah dan
dapat berdayaguna di tengah masyarakat,”Dengan pelatihan ini, kami ingin menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mereka, sehingga angka pengangguran di kalangan mantan pecandu Narkoba akan terminimalisir,” ujar Eva. Melalui kegiatan diskusi tentang dunia ketenagakerjaan ini diharapkan para mantan pecandu atau recovering addict dapat memetakan segala permasalahan yang berkaitan dengan hambatan dan kesulitan dalam memperoleh kesempatan kerja sehingga mereka dapat memahami situasi kerja yang nyata, yaitu tidak seimbangnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja, stigma yang tinggi, diskriminasi serta tingkat pen didikan yang rendah. Sehingga, para recovering addict dapat termotivasi
untuk meningkatkan keterampilan guna bersaing di pasar kerja dan juga termotivasi untuk menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga para recovering addict dapat kembali hidup produktif di tengah–tengah masyarakat. Memasuki tahun baru, telah tampak upaya-upaya yang sedang berjalan, dan akan diproyeksikan di masa yang akan datang dalam konteks optimalisasi kinerja pascarehabilitasi. Banyak aspek yang sangat mungkin untuk digarap lebih matang, dan banyak peluang yang terbuka lebar untuk dimaksimalkan. Namun semua itu memang butuh jalan yang panjang, berliku, tapi BNN akan tetap optimis menatap masa depan. Namun semua itu akan sia-sia jika mental para mantan pecandu itu tetap stagnan dan terpuruk.
SINAR BNN 51 EDISI I - 2014
siramanrohani
Menggapai Petunjuk Allah SWT
itu.
Langkah kedua yang mesti dilakukan untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah Allah SWT adalah dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan mengamalkan AlQuran sebagai kitab petunjuk bagi manusia (QS Al-Baqarah [2]: 185) berikut sunnah Nabi SAW. Jika kedua petunjuk ini menjadi referensi utama bagi setiap muslim dalam bergerak dan beraktivitas, Insya Allah akan selalu dalam petunjuk Allah SWT. “Kutinggalkan untuk kalian dua hal yang kalau kalian berpegang pada keduanya, kalian palah artinya tidak akan tersesat jabatan yang tinggi, selamanya : Kitabullah status sosial yang (Al-quran) dan Sunah terhormat, harta yang Nabi-Nya. “ (HR Malik). melimpah, tubuh yang Usaha ketiga adalah sehat dan kuat, serta dengan berkumpul dalam pikiran yang cerdas tanpa lingkungan yang saleh dan disertai oleh tuntunan dan meskipun telah mengabarkan do’a sebagai taat beribadah. Sebab, petunjuk dari Allah SWT. berulangkali membaca : manusia yang meminta kondisi lingkungan, Tak tahu mana yang halal “Ihdinas shirotol kebaikan dunia dan terutama teman, sangat dan mana yang haram, akherat serta terhindar mustaqim” yang artinya menentukan keimanan, yang benar dan keliru, dari api naraka, Allah “tunjukkanlah kami ke keyakinan, dan perilaku serta yang hak dan yang SWT menutup ayat itu jalan yang lurus.” seseorang. bathil. dengan berkata,”Mereka Apa yang salah dan “Seseorang Kalau sudah demikian, keliru sehingga umat itulah orang-orang yang bergantung kepada agama hidup manusia akan mendapat bagian dari apa Islam, khususnya, masih temannya. Karena itu, dikendalikan oleh nafsu yang mereka usahakan. mudah terjerumus hendaknya setiap kalian dan tidak akan pernah kedalam ke sesatan yang Dan, Allah sangat cepat memilih siapa yang layak merasa puas dengan apa perhitungan-Nya.”(QS Aldibuat oleh setan, baik dijadikan temannya.”(HR yang ia miliki dan ingin dari kalangan jin maupun Baqarah [2]: 202) Ahmad) terus memiliki yang lain Artinya, mereka manusia? Jika hal itu dilakukan, dengan menghalalkan mendapatkan sesuai Hal ini lantaran do’a do’a meminta hidayah segala cara. Dan kelak upaya yang mereka dan keinginan untuk yang senantiasa kita akan menjadi sesat, lakukan, tidak hanya mendapatkan petunjuk panjatkan dalam setiap sengsara dan menderita, sekedar berdo’a. tidak disertai dengan shalat, Insya Allah akan baik di dunia maupun di Dalam konteks ini, kesungguhan dan upaya terkabul dan terwujud akhirat. meminta petunjuk baru nyata. Padahal, do’a baru dalam kehidupan, karena Yang menjadi sebatas do’a dan menjadi efektif dan pada dasarnya Allah SWT pertanyaan, mengapa membuahkan hasil ketika keinginan. Yang pasti akan mengabulkan masih banyak di kalangan disertai upaya dan usaha diperlukan selanjutnya do’a hamba-Nya yang kaum muslimin yang adalah usaha untuk untuk meraihnya. shaleh. Semoga Allah SWT tersesat jalannya, mendapatkan petunjuk Karena itu ketika
A
52 SINAR BNN EDISI I - 2014
testimoni
Tuhan Masih Membimbing Saya
telah membuatkan niatnya meninggalkan narkoba. Tuhan masih membimbingnya. Dia melanjutkan tekadnya dengan kepala tegak dan penuh keyakinan. Perasaan mustahil yang amanya kerap hinggap selalu penyembuhan diri ditepisnya dengan penuh dari jerat narkoba perjuangan. Kenangan lebih kurang sama dengan akan keluarga yang telah masa pemakaian narkoba pergi menjadi pelajaran seseorang itu sebelumnya. untuk tetap bangkit. Novi, mantan Sebagai pelampiasannya, penyalahguna narkoba Novi mengaku saat itu meyakini hal itu. Bukan ingin berbuat sesuatu yang tanpa alasan, selain telah berharga bagi orang lain. melihat dan membimbing “Hanya itu motivasi proses penyembuhan saya. Niat dari dalam dan para pecandu, dia sendiri berbuat lebih baik. mengalaminya. Pastinya sekarang sama Betapa tidak, gadis sekali tidak menggunakan yang tinggal di Jakarta ini narkoba lagi,” jelasnya, telah bertahun-tahun di Gereja Santa Maria Jl bersih tak lagi sembari tersenyum dan menjadi pengguna putaw menggunakan, Tanah Abang II Cideng menjatuhkan pundaknya, atau heroin. Kegilaannya menurutnya, terasa Jakarta Pusat, Minggu. seolah menandakan mengumbar hasrat atas Sebenarnya sudah sebagai perjalanan yang kelegaan yang tiada batas keinginan nge-fly dengan jauh lebih panjang. lama ia telah memiliki menggunakan heroin Meski demikian apa yang keinginan untuk berhenti. atas perjalanan panjangnya. lantas menghancurkan dicapainya saat ini jauh lebih Namun ternyata tak Daam kesempatan hidupnya secara semudah yang dia baik dibanding tersebut, Novi keseluruhan. Mulai dari kehancurannya ketika setiap pikirkan. Selain telah mengimbau kepada sisi material, harta hari dia harus, dan tidak bisa kehilangan harta benda mereka yang masih bendanya terkuras habis. tidak, menyuntikkan atau dan keluarga, Novi menjadi pecandu untuk Lalu hidupnya terkucil merasa tidak mendapat menggunakan heroin 3-4 segera berhenti dan dari keluarga. dukungan keluarganya. kali. melaporkan diri ke Novi, demikian “Awalnya hanya pil, lalu Dia menyadari tidak lagi Instansi Penerima Wajib panggilan akrabnya, karena bosan saya lari ke mendapat kepercayaan Lapor (IPWL), agar bisa akhirnya harus merasa dari orang-orang yang ganja, akhirnya heroin. segera direhabilitasi, bosan dengan barang sebenarnya dia cintai. Saya lelah. Setiap saat “Penyembuhan di haram berikut muncul, seperti dari dalam “Saya sungguh puskesmas atau Rumah dampaknya itu. Selama terombang-ambing,” tubuh, keinginan untuk Sakit yang ditunjuk bertahun-tahun kenangnya. menggunakan terus,” kiprahnya di dunia Sampai akhirnya Novi sebagai IPWL, akan ungkap Novi, saat ditemui narkoba, baginya bertemu sebuah lembaga mengarahkan pengguna usai memberikan merupakan perjalanan swadaya yang bergerak di berobat sesuai dosis yang testimoni dalam Focus benar. Secara perlahan menyenangkan yang bidang Narkotika, Group Discusion ( FGD) akan diajak untuk semu, sekaligus begitu Alkohol, Psikotropika, yang digelar Direktorat nyaman tanpa narkoba. singkat. Pasalnya, begitu dan Zat Adiktif (Napza). Diseminasi Informasi Hingga akhirnya benarmengawali niat Dia menemukan Deputi Bidang benar nyaman,” imbau penyembuhannya sampai Pencegahan Badan kepercayaan diri untuk Novi. (pas) akhirnya benar-benar Narkotika Nasional (BNN) bisa pulih. Sejak itu dia
L
SINAR BNN 53 EDISI I - 2014
testimoni
Bandar Narkoba Akan Meratap -ratap Jika Pecandu Direhabilitasi dan Sembuh
Y
erry Pattinasarany, putra kedua legendaris Sepakbola Indonsia, Alm. Ronny Pattinasarany, pernah terjerat narkoba dan menyusahkan banyak orang, bukan hanya keluarganya, tapi juga teman-teman dan tetangganya. Yerry sering mencuri barang-barang berharga dan uang yang ada dirumah mereka. Bahkan barang-barang milik tamu yang datang berkunjung pun mereka curi. “Semua teman saya nggak mau main sama saya. Saya pernah dipukulin sama-sama karena saya memang mencuri. Saya dipukulin satu angkatan, kira-kira 30 orang. Besoknya orang tua dipanggil ke Lab School. Waktu saya sama Papa masuk ke Lab School pas istirahat, satu sekolah berteriak “MALING MALING!”. Waktu itu Papa peluk saya sambil berbisik, Yer, jangan pusing kamu. Yerry bukan maling, Yerry anak papa. Jangan ladeni,” cerita Yerry, saat menjadi bintang tamu dalam program Bukan Empat Mata, di Trans 7, kemarin malam.
54 SINAR BNN EDISI I - 2014
Sejak peristiwa itu, Yerry jadi tahu betapa keluarganya sangat menyayanginya, bahkan rela diteriaki maling, “Saya tahu itu nggak gampang buat seorang Ayah. Ada satu peristiwa juga yang membuat hati saya hancur. Pada suatu ketika, mama nangis dihadapan saya terus mama bilang “Apa mama perlu make juga Yer, supaya kamu berhenti?” Dari situ saya tahu betapa saya telah menyakiti hati mama saya,” ujarnya. Yerry sebenarnya pengen banget sembuh, sudah berusaha kemanamana tapi tetap nggak bisa. Dari pada menyusahkan keluarga, akhirnya Yerry memutuskan untuk bunuh diri dengan meminum racun serangga, “Besok paginya
disitu ia melihat bahwa didalam Tuhan masih ada harapan untuk orang yang seperti dirinya, “Dari situ mulai ada pemulihan-pemulihan yang terjadi didalam hidup saya. Ada banyak orang berkata “one way ticket”. Artinya, sekali make, ga bisa sembuh lagi. Saya mau sampaikan kepada pemirsa yang ada bahwa didalam Tuhan tetap saya bangun, dan saya rasakan itu mujizat Tuhan. masih ada pengharapan. Jadi tetap kita masih bisa Saya kaget, Lho koq, saya sembuh dan tetap masih masih hidup. Nggak ada yang tahu saya mau bunuh ada masa depan yang penuh harapan,” tegas diri, karena kamar saya kunci, gelas racun serangga Yerry. Kini, Yerry telah masih ada, surat-surat, kertas-kertas semua, mulut sumbuh total dari saya ini bau baygon,” tutur narkoba dan berada dalam keadaan yang Yerry. sehat. Makanya ia sangat Kejadian itu ternyata setuju dengan program tidak membuat Yerry yang sedang digencarkan sadar. Ia tetap saja terikat oleh Badan Narkotika dengan narkoba. Nasional (BNN) bahwa Bahkan Yerry pernah pecandu narkoba harus diungsikan ke Banjarmasin, Cirebon dan direhabilitasi,”Bandar Losari Tegal. Jadi beberapa narkoba akan meratapratap dan menangis jika bulan ia disekolahin di seluruh pecandu yang Banjarmasin, beberapa ada di Indonesia ini bulan di Cirebon, dan direhabiliatasi dan beberapa bulan di Losari sembuh. Karena tidak Tegal. Ia benar-benar ada yang mengkonsumsi, frustasi untuk berhenti. Sampai suatu hari ia kenal pasar narkoba jadi mati, dan bandar narkoba pun Tuhan secara pribadi, tentunya akan bangkrut,” disitu ia mengerti bahwa tandas Yerry. (pas) Tuhan mengasihinya, dan
testimoni “Cukup dengan detosifikasi selesai. Tapi itu belum cukup,” ungkapnya. Setelah mantan pecandu itu bisa mengatasi masalah fisik, secara mental dia kadangkadang ingin pakai lagi. Maka mentalnya pun harus dipulihkan agar tak kepikiran untuk relapse. “Di sinilah perlunya Menurut Wipi, masih ada puluhan kaki endampingi dan dukungan orang lain lain yang menopang agar dukungan pada pecandu membimbing untuk mengingatkan dan mantan pecandu meja tetap berdiri,” para mantan kemungkinan dia untuk dilakukan dengan cara katanya. pecandu narkoba relapse,” katanya. Dengan semangat itulah, membagi pengalaman, diperlukan kesabaran, Untuk itu diperlukan harapan, dan kekuatan. Wipi berpikiran bahwa keuletan, ketabahan dan kerja yang ekstra keras, “Agar mereka (pecandu pecandu narkoba harus keikhlasan. Tanpa total dan sepenuh hati dan mantan pecandu) bisa dalam membantu mantan didukung demi memiliki rasa itu, akan diterima kembali oleh pemulihannya. Karena itu, sulit mendampingi dan pecandu narkoba dalam lingkungannya, kembali membimbing para mantan Wipi bersama temanproses pemulihan di produktif, dan punya temannya di Rumah pecandu narkoba, “Jiwa Rumah Dampingan. Ia mereka masih labil karena Dampingan Cipinang Besar tangungjawab,” ujarnya. senantiasa bekerjasama Pemulihan pecandu mengalami masa peralihan dibawah koordinasi dengan para petugas dari narkoba, lanjut Wipi, Direktorat Pasca dari pecandu narkoba Direktorat Pasca Rehabilitasi BNN, berusaha merupakan proses menuju kepemulihan, Rehabilitasi, agar segala memberikan pendampingan panjang memulihkan kalau tidak sabar dan permasalahan yang fisik, mental, emosional, kepada mantan pecandu tabah tidak akan kuat timbul di Rumah dan spiritual. Paling menghadapi mereka,” kata yang menjalani program Dampingan dapat gampang pemulihan fisik. diselesaikan dengan baik. pasca rehab. salah seorang konselor di Rumah Dampingan Cipinang Besar, Wilis Wulandari, ketika ditemui di Rumah Dampingan, kemarin. Wipi menganalogikan mantan pecandu dengan meja. Dukungan bagi mantan pecandu ibarat kaki meja. Satu dukungan sama dengan satu kaki. Kalau hanya ada satu dukungan berarti hanya ada satu kaki. Dua dukungan berarti dua kaki, dan seterusnya. Misalnya ada meja dengan tiga kaki. Kalau satu kaki patah, maka meja itu akan jatuh. Semakin banyak kaki, meja itu akan semakin kuat berdiri. “Jika satu kaki patah,
Bekerja Dengan Sepenuh Hati
M
SINAR BNN 55 EDISI I - 2014
tipssehat
Mengobati Kecanduan Narkoba dengan Herbal
C
ukup banyak metode untuk mengatasi, mengobati dan 56 SINAR BNN EDISI I - 2014
menyembuhkan ketergantungan narkoba. Yang paling populer adalah melakuan rehabilitasi dan modifikasi perilaku. Pemerintah juga telah menyediakan sarana rehabilitasi bagi pencandu narkoba. Dalam proses rehabilitasi diberikan terapi obat dan juga terapi secara psikologis. Metode ini seringkali memerlukan waktu cukup lama, setelahnya pun kadang-kadang pecandu kembali lagi menggunakan narkoba. Selain pemerintah, banyak juga lembaga non pemerintah seperti
lembaga kesehatan yang melaksanakan program rehabilitasi serupa. Namun biasanya memerlukan biaya yang cukup besar sehingga pecandu narkoba dari kalangan ekonomi lemah tidak bisa mengaksesnya. Ahli Farmasi dari Fakultas Farmasi Univesitas Gadjah Mada Yogyakarta Sujiwo Pramono menyatakan bahwa terapi obat untuk pecandu narkoba terbagi dua yaitu menghilangkan kecanduan dan mengobati gangguan kesehatan. Pertama, dengan berusaha mengurangi hingga menghilangkan
kecanduan. Kedua, berusaha mengatasi dan mengobati kelainan atau gangguan kesehatan pada tubuh pecandu akibat dari narkoba. Terapi obatobatan modern seringkali memerlukan biaya mahal sehingga pecandu dari kalangan ekonomi lemah banyak yang tidak mampu sehingga kerap putus asa dan pasrah. Biasanya mereka berusaha mencari pengobatan alternatif yang relatif murah. Salah satu yang banyak menjadi pilihan adalah pengobatan herbal. Indonesia sebagai negara pertanian dengan tanah yang subur terkenal
tipssehat memiliki banyak tanaman yang biasa digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Penyakit kecanduan narkoba pun bisa diatasi dan disembuhkan dengan pengobatan herbal. Banyak pihak yang sudah membuktikannya sehingga metode ini terus berkembang sebagai sarana alternatif penyembuhan kecanduan narkoba. Sebagaimana terapi obat modern, terapi herbal pun dilakukan dengan dua tahapan. Pertama, mengatasi/ menghilangkan kecanduan. Hal ini dilakukan dengan obat herbal yang bersifat hipnotik sedative yaitu dapat memberikan efek menenangkan, mengurangi kegelisahan dan kesakitan atau juga bisa dengan yang bersifat detoksifikasi atau dapat menghilangkan racun. Berbagai tanaman yang bisa digunakan antara lain biji pala, temulawak, sirsak (bunga sirsak), dan madu. Efek menenangkan ini dapat membantu pecandu yang sedang sakaw. Khusus untuk tanaman sirsak, tanaman ini sudah digunakan sejak jaman kuno oleh masyarakat amazon di pedalaman amerika sebagai obat penenang yaitu dengan merebus akar, kulit pohon, daun, dan bunga sirsak. Beberapa riset melaporkan dalam bunga, buah, akar, dan daun
agar tubuh pecandu tidak makin menderita. Penentu utama kesembuhan berasal dari kemauan kuat yang bersangkutan yang ingin bebas dan lepas dari kecanduan/ ketergantungan narkoba. Kemauan untuk lepas dari narkoba ini seringkali tidak stabil/naik turun karena berbagai sebab, oleh karena itu sangat diperlukan peran dari keluarga ataupun orang terdekat untuk memberi semangat, dukungan dan meningkatkan moral. Meningkatkan moral dan semangat mereka bisa dengan memberikan pemahaman bahwa para pecandu masih memiliki kesempatan untuk berbuat baik dan memperbaiki diri sebaik sebelum menjadi pecandu bahkan bisa lebih baik dari orang lain yang bukan pecandu narkoba. Peran dari lingkungan dan masyarakat pun sangat penting dalam meningkatkan moral dan semangat. Masyarakat menyembuhkan dan terkena efek racun dari dapat melibatkan atau memperbaiki organ tubuh narkoba. Berdasarkan memberikan yang sakit/rusak. diagnosa dari dokter kepercayaan bagi mereka Penyembuhan organ hati maka dapat ditentukan untuk melakukan dapat menggunakan jenis terapi dan obat aktivitas sosial yang tanaman sambiloto, herbal yang akan bermanfaat. Melibatkan temulawak, atau rebung digunakan untuk mereka dalam kegiatanbambu kuning. mengobati bahkan kegiatan masyarakat/ Meningkatkan daya ingat menyembuhkannya. lingkungan bahkan dapat menggunakan Kecanduan narkoba memberikan pegagan. Tubuh yang cepat pada awalhnya dimulai kepercayaan sebagai lelah, letih dan lemah dapat dengan permasalahan panitia dapat menggunakan gingseng. mental/psikologis. Oleh menumbuhkan semangat Masih banyak lagi khasiat karena itu untuk tanaman tradisional yang menyembuhkannya juga dan meningkatkan kepercayaan diri yang bisa dijadikan obat herbal diperlukan pemulihan sangat penting dalam dalam rangka membantu kondisi mental si proses menghilangkan mengatasi kecanduan pecandu. Terapi obat narkoba. sifatnya hanya membantu ketergantungan narkoba. sirsak terdapat zat serotonin reuptake inhibitor (SRI) yang meningkatkan kadar serotonin. Meningkatnya Kadar serotonin di dalam otak akan mempengaruhi mood manusia. Tahapan kedua pengobatan herbal adalah mengobati kerusakan organ akibat zat-zat racun yang terdapat dalam narkoba. Banyak tanaman yang mempunyai khasiat
Yang paling penting dalam pengobatan herbal adalah tetap berkonsultasi dan dalam pengawasan dokter. Hal ini agar dapat dipantau kemajuannya dan bila ada efek samping akan cepat diketahui untuk dilakukan tindakan yang tepat. Diagnosa dokter sangat diperlukan dalam mengindentifikasi organ mana saja yang bermasalah seperti sakit atau melemah fungsinya
SINAR BNN 57 EDISI I - 2014
artikel
Membangun Keluarga yang Bebas dari Narkoba Oleh : Bobby Hartanto, MPsi
B
APAK dan Ibu Atmo sedang bingung. Novi, putri mereka, kedapatan sedang teler di rumah temannya setelah menggunakan narkoba. Mereka tidak percaya putri mereka yang dulu begitu lucu dan lugu sekarang telah menjadi pecandu narkoba. Keadaan makin buruk karena setelah itu mereka saling menyalahkan. Sang istri menyalahkan suami karena tidak pernah di rumah dan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sang suami menyalahkan istri yang tidak mendukung upayanya untuk mendapatkan uang dengan bekerja. Istri dianggap tidak mampu mengontrol dan mendidik anak. Karena kesal dengan pertengkaran yang kerap terjadi di rumah, Anto anak laki-lakinya memutuskan untuk kabur dari rumah. Bapak dan Ibu Atmo makin bingung dibuatnya. Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, keluarga kerap menjadi pihak yang paling terakhir tahu tentang hal ini. Biasanya reaksireaksi emosional senantiasa menyertai kejadian seperti itu. Bisa marah, sedih, heran, atau kaget. Bayangkan jika 58 SINAR BNN EDISI I - 2014
mengerjakan tugas-tugas sekolah anak yang sulit maupun menyelesaikan masalah-masalah pribadi. Pada keluarga ini, orang tua memantau kegiatan anak dan memberi kesempatan untuk bertukar pikiran dengan anak. Antar anggota keluarga saling memerhatikan dan jarang ada pertengkaran antar anggota. Orang tua memiliki waktu khusus bersama anak (umumnya di Sabtu atau Minggu) dan jarang memberi hukuman pada anak. Namun, perlu dicatat bahwa hasil penelitian ini faktor yang membuat peristiwa tersebut hendaknya tidak seseorang tidak dialami keluarga kita. dijadikan acuan baku. menggunakan narkoba. Reaksi-reaksi seperti apa Artinya jika kita tidak Faktor-faktor tersebut yang akan kita tampilkan? pernah membantu anak berupa faktor internal Sanggupkah kita menyelesaikan pekerjaan dan eksternal. Pada faktor menerima kenyataan ini? sekolah yang sulit, tidak eksternal, ada profil Apakah ada cara agar kita bisa langsung keluarga tertentu yang bisa terhindarkan dari disimpulkan anak kita ditemukan pada bukan peristiwa-peristiwa terkena narkoba. Atau pecandu, tapi tidak seperti itu? Bagaimana ditemukan pada pecandu. sebaliknya, jika saya membentuk sebuah Diduga, profil keluarga itu membantu anak keluarga yang baik yang yang bisa menjadi faktor menyelesaikan persoalan anggota-anggotanya pribadinya, pasti ia tidak protektif (pencegah) punya rasa memiliki dan akan terkena narkoba. seseorang untuk bertanggung jawab baik Masih ada faktor lain yang menyalahgunakan kepada dirinya sendiri berperan. narkoba. maupun untuk Model Keluarga Profil yang keluarganya? Lalu seperti apa digambarkan dari riset Keluarga dan Narkoba tersebut adalah sebuah bentuk nyata keluarga Riset protektif yang seperti itu? Harus diakui keluarga yang anggotadilakukan Yayasan Cinta dalam situasi sekarang anggota keluarganya Anak Bangsa (YCAB) tidak mudah untuk (khususnya orang tua) menemukan sejumlah mencari contoh keluarga saling membantu untuk
artikel seperti itu. Entah kenapa di kepala ini yang langsung muncul adalah keluarga Cosby. Ya, ini sebuah keluarga rekaan di televisi tahun 80-an. Sungguh menyenangkan menyaksikan pola interaksi yang ada dalam keluarga tersebut. Terasa betul kehangatan antar anggota keluarga. Problem dalam keluarga tetap ada, tapi dapat diselesaikan dengan humor dan kedamaian. Pertanyaan untuk kita berikutnya adalah mungkinkah keluarga seperti ini kita ciptakan atau kita usahakan? Adakah patokan-patokan tertentu untuk membangun keluarga mengingat salah satu faktor pencegah penyalahgunaan narkoba adalah keluarga? Stephen Covey dalam bukunya 7 Habits for Highly Effective Family menganjurkan tujuh kebiasaan untuk menciptakan keluarga yang efektif. Ia mengajak keluarga-keluarga untuk membangun kebiasaankebiasaan tertentu yang pada akhirnya bisa membentuk sebuah keluarga yang baik. Covey sangat meyakini keluarga efektif bisa diupayakan melalui pembentukan karakter dari setiap anggota keluarga. Sementara itu, karakter sendiri dapat dibentuk dengan menjalankan sejumlah kebiasaan (habits) secara berkesinambungan. Ia mengatakan, “Siapa
menabur gagasan akan menuai perbuatan, siapa menabur perbuatan akan menuai kebiasaan, dan siapa menuai kebiasaan akan menuai karakter.” Sebuah keluarga, menurut Covey, dapat diibaratkan sebuah pesawat yang sedang menjalani sebuah rute penerbangan dari sebuah bandara menuju bandara tertentu. Sebelum pesawat tinggal landas, pilot telah memiliki rencana penerbangan (flight plan). Mereka telah mengetahui harus berada di jalur penerbangan mana dan menuju ke arah mana. Pada kenyataannya, tidak seluruh rencana tersebut dapat dijalankan. Kadangkadang gangguan angin, tekanan udara, cuaca hujan, dan sebagainya dapat menyebabkan pesawat tersebut harus keluar dulu dari jalurnya dan melakukan sejumlah penyesuaian. Namun, pesawat tetap akan mengarah pada tujuannya semula. Keberadaan tujuan (yang diistilahkan Covey sebagai vision) merupakan kunci penting untuk membentuk keluarga efektif. Seperti juga pesawat tadi, keluarga-keluarga kerap keluar dari jalur dan dari rencana-rencana yang telah dibuat sebelumnya. Namun jika keluarga tersebut telah memiliki suatu tujuan, keluarga tersebut akan tetap terarah pada tujuannya. Di sini kita tidak perlu terlalu
khawatir karena, menurut Covey, 90% keluarga pernah keluar dari jalur. Yang perlu lebih kita waspadai adalah karena kebanyakan keluarga tidak mempunyai tujuan. Dalam kerangka itulah, Covey menganjurkan keluarga-keluarga untuk menjalankan tujuh kebiasaan guna membentuk keluarga efektif. Kebiasaan itu akan membantu keluarga untuk memiliki sebuah tujuan dan senantiasa ingat untuk kembali kepada jalur semula manakala kita telah menyimpang cukup jauh. Kebiasaan- kebiasaan itu akan memunculkan harapan-harapan baru manakala keluarga kita sedang kesusahan. Kebiasaan yang dimaksud Covey disini mencakup pengetahuan (tentang apa yang dan mengapa dilakukan), keinginan untuk melakukan, dan keterampilan (tahu bagaimana melakukannya). Memiliki pengetahuan untuk melakukan sesuatu, tapi tidak punya keinginan dan tidak memiliki keterampilan tentu tidak akan menghasilkan apaapa, dan demikian seterusnya. Ketiga hal itu tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Misalnya saja kita tahu kita harus mendengarkan (listening) anak kita dan kenapa itu penting. Kita punya keinginan kuat untuk mendengarkan. Namun,
bila kita tidak punya keterampilan untuk mendengarkan, sia-sia saja.
Tujuh Kebiasaan
Ada orang yang langsung menampilkan reaksi tertentu manakala ia mendapat rangsangan tertentu. Misalnya, selalu menampilkan reaksi marah dan (sering diucapkan sebagai marah balik) pada waktu dimarahi, senantiasa mengomel pada waktu anak melaporkan nilai jelek. Biasanya mereka akan mengatakan, “Saya begini karena Anda (atau orang lain) melakukan hal yang tidak menyenangkan kepada saya.” Benarkah demikian? Benarkah reaksi kita ditentukan stimulus apa yang diberikan orang lain kepada kita? Hal itu yang disadari Covey. Menurutnya, sebagai manusia kita memiliki tanggung jawab (responsibility) terhadap hidup kita. Responsibility menurut Covey berasal dari kata response danability. Jadi, kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk memilih respons mana yang ingin kita tampilkan dalam situasi tertentu. Kita bukan budak dari kondisi ataupun stimulus. BERSAMBUNG
Penulis adalah Praktisi Quantum Learning dan Pemerhati Masalah Remaja
SINAR BNN59 EDISI I - 2014
60SINAR BNN EDISI I - 2014