78
SIMULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN DAN PENENTUAN LUAS PENAMPANG KABEL BERBASIS SISTEM PAKAR Khahfi Muhammad Madro’i, Setyo Supratno, Putra Wisnu Agung Sucipto Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam “45” Bekasi Jl Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113, Jawa Barat, Indonesia Email :
ABSTRAK Dalam menentukan perencanaan penerangan sebaiknya mengikuti persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar yang berlaku agar pengusahaan instalasi penerangan dapat terselenggara dengan baik. Perencanaan perhitungan kebutuhan penerangan masih sering menggunakan perhitungan rumus secara manual sehingga membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil perhitungan yang tepat dan akurat. Maka untuk merencanakan instalasi penerangan agar lebih mudah, cepat dan akurat dibuatlah perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dan luas penampang kabel menggunakan program delphi. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikan kecerdasan buatan dari seorang pakar dalam menyelesaikan masalah mengenai perencanaan penerangan seperti menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel ke dalam bentuk perangkat lunak. Perancangan aplikasi ini menggunakan metode sekuensial linier (waterfall) yang merupakan proses pengembangan perangkat lunak secara sistematis dan berurutan terdiri dari tahapan-tahapan seperti analisa kebutuhan, desain sistem, implementasi, dan pengujian sistem. Berdasarkan hasil perhitungan dari 10 ruangan pada gedung PT. PLN (Persero) Gardu Induk Tambun sebagai objek pengujian dalam penelitian ini disimpulkan bahwa perangkat lunak yang dihasilkan telah mampu bekerja sesuai dengan prinsip dasar kepakaran perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel menurut Van Harten dan E. Setiawan, yang ditujukan dengan kecocokan hasil perhitungan manual dan hasil perhitungan simulasi perangkat lunak, dengan diperoleh persentasi eror rata – rata sebesar 0,73% untuk perhitungan jumlah titik lampu dan persentasi eror sebesar 1,35 % untuk perhitungan luas penampang kabel. Kata kunci : perencanaan penerangan, sistem pakar
I.
PENDAHULUAN
Penerangan yang baik memegang peranan penting untuk mendukung aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan penerangan sebaiknya mengikuti persyaratan dan standar yang berlaku agar pengusahaan instalasi penerangan dapat terselenggara dengan baik. Selain itu juga diperlukan pemilihan kabel instalasi yang mempunyai luas penampang yang sesuai standar pabrikan yang mengacu pada Standard Nasional Indonesia[2]. Perencanaan perhitungan kebutuhan penerangan masih sering menggunakan perhitungan rumus secara manual sehingga membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil perhitungan yang tepat dan akurat. Pengoptimalan dalam bidang teknologi komputer saat ini merupakan solusi yang tepat. Dengan menggunakan perangkat lunak perhitungan dalam mendesain instalasi penerangan akan lebih mudah, cepat dan akurat[3]. Aplikasi yang digunakan harus memiliki sandaran yang kuat sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi syarat tersebut adalah menggunkan sistem pakar. Sistem pakar merupakan sistem yang digunakan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan dalam bidang tertentu. Sistem pakar secara umum merupakan sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan
kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar[1]. Penggunaan sistem pakar dalam perencanaan penerangan ruangan sudah sering dibahas, tetapi tidak ada yang menyertakan perhitungan luas penampang kabel instalasi yang diperlukan dalam perencanaan penerangan tersebut. Penentuan luas penampang kabel dalam perencanaan penerangan sangat penting karena untuk memperoleh tegangan yang konstan memerlukan luas penampang kabel yang sesuai, sehingga pencahayaan yang dihasilkan akan terselenggara dengan baik. Dalam penelitian ini penulis akan membuat perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dalam menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel untuk instalasi penerangan dalam ruangan yang berdasarkan prinsip dasar kepakaran menurut Van Harten dan E. Setiawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penerangan dalam Ruangan Perencanaan penerangan dalam suatu ruangan harus memperhatikan kuat penerangan, warna cahaya yang diperlukan dan arah pencahayaan dari sumber penerangan. Kuat penerangan dapat menghasilkan luminasi karena adanya pengaruh faktor pantulan pada lantai maupun dinding ruangan. Pada perencanaan penerangan pancaran cahaya juga perlu diperhatikan, selain warna yang dihasilkan oleh sumber cahaya.
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
79
Sumber cahaya merupakan suatu satuan penerangan yang terdiri dari lampu dan perlengkapannya baik untuk operasi kelistrikan maupun untuk mengatur distribusi cahaya, memposisikan lampu, melindungi lampu serta menghubungkan lampu dengan sumber tegangan. B. Perhitungan Kebutuhan Penerangan Ruangan Menurut Pakar (P. Van Harten, dan Ir. E. Setiawan) Menentukan jumlah titik lampu atau armatur[4] dalam perencanaan penerangan ruangan dinyatakan dalam persamaan (1). n=
E×A ϕ×η×d
(1)
Keterangan : n = Jumlah Armatur (Titik Lampu) E = Intensitas Penerangan (Lux) A = Luas Ruangan (Meter) Φ = Flux Cahaya Lampu (Lumen) η = Efisiensi Penerangan (%) d = Faktor depresiasi (%) C. Efisiensi Penerangan (η) Efisiensi atau rendemen penerangan ditentukan dari Tabel-Tabel penerangan yang diterbitkan oleh Philips[4]. Untuk menentukan efisiensi penerangan harus memperhitungkan efisiensi armatur (v), faktor refleksi (dinding, langit-langit, bidang pengukuran), dan indeks ruangannya (k). Efisiensi armatur merupakan perbandingan antara flux cahaya yang dipancarkan oleh armatur dengan flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. D. Faktor-faktor Refleksi Faktor refleksi suatu permukaan ditentukan oleh intensitas cahaya yang menyinarinya. Faktor-faktor refleksi terdiri dari faktor refleksi dinding (rw), faktor refleksi langit-langit (rp), dan faktor refleksi bidang pengukuran (rm). Faktor-faktor refleksi masing-masing menyatakan bagian yang dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit dan kemudian mencapai bidang kerja[4]. Indeks ruangan atau indeks bentuk (k) menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar[4], yang dapat dinyatakan dalam persamaan (2). . = ℎ( + )
(2)
Keterangan : k = Indeks ruangan / indeks bentuk p = panjang ruangan (meter) l = lebar ruangan (meter) h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter) Bidang kerja merupakan suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0.8 m diatas lantai. Kalau nilai (k) tidak terdapat dalam Tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi yaitu misalnya k=4,5 maka untuk efisiensi penerangan (np) diambil nilai tengah antara nilai-nilai untuk k=4 dan k=5. Untuk nilai k yang melebihi 5 maka diambil nilai (np) untuk k=5, karena efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi. E. Faktor Depresiasi (d) Faktor depresiasi didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan yang digunakan terhadap tingkat pencahayaan pada waktu instalasi baru. Besarnya faktor depresiasi dipengaruhi oleh[4] : 1) Kebersihan dari lampu dan armatur. 2) Kebersihan dari permukaan-permukaan ruangan. 3) Penurunan keluaran cahaya lampu selama waktu penggunaan. 4) Penurunan keluaran cahaya lampu karena penurunan tegangan listrik. Faktor depresiasi dibagi atas tiga golongan utama, yaitu[4] : a. Pengotoran ringan b. Pengotoran biasa c. Pengotoran berat Masing-masing golongan utama tersebut dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada masa pemeliharaan lampu-lampu dan armatur-armaturnya yaitu setelah 1, 2, atau 3 tahun. F. Penentuan Luas Penampang Kabel Perencanaan instalasi tenaga listrik, akan diperlukan sebuah langkah awal setelah kita mengetahui berapa tegangan listrik serta daya yang dibutuhkan yaitu dengan menentukan luas penampang kabel yang akan digunakan. Dalam menentukan luas penampang kabel dalam perencanaan penerangan ruangan dinyatakan dalam persamaan (3). q=
L × N y × ev × E
(3)
Keterangan : q = Luas Penampang Kabel L = Jarak / Panjang Kabel (Meter) N = Daya (Watt) y = Daya Hantar Jenis Kabel ev = Rugi Tegangan (Volt) E = Tegangan (Volt) Menurut Van Harten dan Setiawan (2001:73) dalam bukunya yang berjudul Instalasi Listrik Arus Kuat 1 mengatakan bahwa luas penampang kabel yang harus digunakan ditentukan oleh kemampuan hantar arus yang diperlukan dan suhu keliling yang harus diperhitungkan. Selain itu juga harus diperhatikan rugi tegangannya, dimana rugi tegangan antara perlengkapan hubung bagi utama (yaitu yang berada didekat kWh-meter PLN) dan setiap titik beban pada keadaan stasioner dengan beban penuh tidak boleh melebihi 5% dari tegangan di perlengkapan hubung bagi utama dengan
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
80
mempertimbangkan kemungkinan perluasan instalasi dan kekuatan mekanis kabelnya. G. Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang ditujukan sebagai penyedia nasihat dan sarana bantu dalam memecahkan masalah di bidang-bidang spesialisasi tertentu seperti sains, perekayasaan, matematika, kedokteran, pendidikan dan sebagainya[1]. Desain model sistem penelitian ini menggunakan sistem pakar, karena pola pemikiran dan pengetahuan seorang pakar yang dapat disimpan dalam sebuah basis data komputer berupa perangkat lunak. Pengetahuan dalam sistem pakar berupa informasi dan masukan dari pakar atau pengetahuan yang terdapat dalam buku yang digunakan untuk mengembangkan model sistem aplikasi yang dikaji dengan metode inferensi. Metode inferensi merupakan program komputer yang memberikan metedelogi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan memformulasikan kesimpulan berupa hasil. Komponen-komponen sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 3.
Struktur sistem pakar di atas merupakan bagian dari komponen-komponen sistem pakar yang disusun oleh dua bagian utama, yaitu yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (colsultation environment). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar[1]. lingkungan pengembangan terdiri dari pakar, perancang sistem, rekayasa pengetahuan, basis pengetahuan dan mesin inferensi, sedangkan lingkungan konsultasi terdiri dari mesin inferensi, antarmuka dan pengguna. Pakar menuangkan pendapat, metode, pengalaman dan kemampuannya ke dalam sebuah buku (pengetahuan pakar), kemudian perancang sistem menyerap pengetahuan pakar untuk ditransfer dalam basis pengetahuan yang berupa fakta dan aturan berdasarkan pengetahuan pakar. Basis pengetahuan mengandung pemahaman, formulasi, penyelesaian masalah. Pengetahuan dan penalaran pakar diaplikasikan ke dalam mesin inferensi. Mesin inferensi akan menampilkan antarmuka pengguna. Antarmuka merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pengguna dan mengubahnya dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem, selain itu antarmuka menerima informasi dari sistem dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna. H. Pemrograman Delphi 7 a. Pengertian Pemrograman Delphi 7 Delphi adalah suatu bahasa pemprograman yang memberikan berbagai fasilitas pembuatan aplikasi visual[5]. Delphi disebut sebagai pelopor perkembangan RadTool (Rapid Apllication Development) tahun 1995. Sehingga banyak orang yang mulai mengenal dan menyukai bahasa pemrograman yang bersifat VCL (Visual Component Library) ini. Selain itu pemrograman delphi mempunyai beberapa keunggulan, yaitu produktivitas, kualitas, pengembangan perangkat lunak, kecepatan kompilasi, pola desain yang menarik serta diperkuat dengan bahasa pemrograman yang terstruktur dalam struktur bahasa pemrograman object pascal. b. Spesifikasi Pemrograman Delphi 7
Gambar 3. Flow Chart Struktur Sistem Pakar
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
Gambar 4. Tampilan IDE Delphi
81
Pengembang delphi sebagian besar menuliskan dan mengkompilasi kode program didalam lingkungan pengembang aplikasi atau Integrated Development Environment (IDE). Lingkungan kerja IDE ini menyediakan sarana yang diperlukan untuk merancang, membangun, mencoba, mencari atau melacak kesalahan serta mendistribusikan aplikasi. Adapaun bagian - bagian utama pada IDE delphi bisa dilihat seperti pada Gambar 4 yang menampilkan lembar kerja pada delphi dimana semua tombol perintah yang diperlukan untuk mendesain alpikasi, menjalankan dan menguji sebuah aplikasi disajikan dengan baik untuk memudahkan pengembangan program. c. Model Pemrograman Delphi 7 Pemrograman delphi menggunakan konsep yang berorientasi pada objek atau dikenal dengan istilah OOP (Object Oriented Programming). OOP adalah metode pemrograman dengan membantu sebuah aplikasi yang mendekati keadaan dunia yang sesungguhnya. Hal itu bisa dilakukan dengan cara mendesign object untuk menyelesaikan masalah. Komponen-komponen yang terdapat pada delphi memiliki properti dan event. Properti merupakan baris perintah untuk suatu properti dari komponen delphi yang terletak dalam lembar kerja object inspector. Sedangkan event merupakan suatu jenis properti khusus yang akan dijalankan sebagai suatu kejadian yang sering disebut aksi. Tampilan dari properti dan event dari lembar kerja delphi dapat dilihat pada Gambar 5.
OnDbClick, OnDeactive, OnDestroy dan lain sebagainya. Nilai-nilai dari properti dan event tersebut dapat diubah atau diatur sesuai dengan aplikasi yang akan dirancang atau dibuat.
III. METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pola pemikiran serta pengetahuan pakar ( mengacu pada buku yang ditulis oleh Van Harten dan E. Setiawan dalam bukunya yang berjudul Instalasi Listrik Arus Kuat bab teknik penerangan) yang disajikan dalam suatu aplikasi perangkat lunak. Penelitian ini membuat aplikasi perangkat lunak berupa simulator untuk menghitung kebutuhan penerangan ruangan dan luas penampang kabel menggunakan pemrograman delphi 7.0. B. Prosedur Penelitian 1. Study Pustaka Penelitian ini mengambil referensi dari buku-buku, jurnal-jurnal dan browsing data di internet. Adapun beberapa buku referensi yang menjadi acuan yaitu buku Instalasi Listrik Arus Kuat (P. Van Harten dan E. Setiawan), Pemrograman Borland Delphi 7 (Madcoms), Konsep Dasar Sistem Pakar (Muhammad Arhami) dan Rekayasa Perangkat Lunak (Roger S. Pressman). 2. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: (1) Tabel Intensitas penerangan; (2) Tabel Efisiensi Penerangan; (3) Jenis Armatur Lampu Philips; (4) Jenis Kabel Instalasi dan Katalog Kabel. 3. Perancangan Perangkat Lunak Perancangan aplikasi perangkat lunak ini akan menggunakan metode sekuensial linier (waterfall). Berikut ini adalah tahapan dari model waterfall [8].
Gambar 6. Model Waterfall
Gambar 5. Tampilan Properti dan Event dari Form Delphi
Gambar 5 menampilkan properti dan event pada jendela object inspector dari sebuah form delphi. Pada properti form terdiri dari nilai-nilai properti yang dapat diubah atau diatur diantaranya Action, ActiveControl, Align, AlphaBlend, AlphaBlendValue, Anchors, AutoScroll, AutoSize, BidiMode, Caption, dan lain sebagainya. Sedangkan pada event form terdiri dari Action, ActiveControl, Menu, ObjectMenuItem, OnActive, OnCanResize, OnClick, OnClose, OnCreate,
Gambar 6 menjelaskan tahapan dari metode penelitian untuk model waterfall yang terdiri dari 4 tahapan diantaranya : 1. Analisa Kebutuhan, yang terdiri dari pengumpulan data untuk kebutuhan basis pengetahuan, menentukan basis data dan komponen delphi yang diperlukan dalam pembuatan aplikasi perangkat lunak. 2. Desain Sistem, terdiri dari pemodelan sistem pakar, desain basis pengetahuan, desain basis data, dan desain antarmuka perangkat lunak.
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
82
3. Implementasi, terdiri dari instalasi basis data, pengkodean antarmuka, dan penanaman kecerdasan buatan pada perangkat lunak. 4. Pengujian Sistem, terdiri dari pengujian koneksi antarmuka dengan basis data, pengujian fungsi komponen, dan pengujian simulasi perangkat lunak perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel. C. Desain Model Sistem Perangkat Lunak Desain model sistem penelitian ini menggunakan sistem pakar, karena pola pemikiran dan pengetahuan seorang pakar yang dapat disimpan dalam sebuah basis data komputer. Pengetahuan dalam sistem pakar berupa informasi dan masukan dari pakar atau pengetahuan yang terdapat dalam buku yang digunakan untuk mengembangkan model sistem aplikasi yang dikaji dengan metode inferensi. Metode inferensi adalah program komputer yang memberikan metedelogi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan memformulasikan kesimpulan berupa hasil. 1. Desain Basis Pengetahuan Penelitian ini menggunakan basis pengetahuan yang diperoleh dari formula matematika perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel menurut Van Harten dan E. Setiawan. 2. Desain Basis Data Field name Username Password
Field type Text Text
Field size 20 20
Penelitian ini menggunakan database microsoft office acces yang dikoneksikan ke dalam program delphi menggunakan microsoft ACE.OLE.DB.12.0. Komponen delphi yang digunakan adalah ADOTable, DataSource, DBGrid, DBNavigator, dan ADOConnection. Aplikasi simulator ini terdiri dari file database ms-acces yaitu database1, dTLampu, dan dLPenampang. 3. Desain Antarmuka Desain antarmuka perangkat lunak teridiri dari desain form halaman login, form halaman menu, form halaman hitung titik lampu, dan form halaman hitung penampang kabel. Desain antarmuka untuk masing-masing halaman adalah sebagai berikut :
Gambar 10. Tata Letak Komponen Form Login
Gambar 10 merupakan desain antarmuka untuk halaman login.
Gambar 7. Desain Tabel Login Field name NamaUser NamaRuang JenisArmatur E A F Kp Kd JumlahLampu(n) JumlahArmatur(N)
Field type Text Text Text Text Text Text Text Text Text Text
Field size 15 17 25 7 7 7 7 7 15 18
Gambar 11. Tata Letak Komponen Form Menu
Gambar 11 merupakan desain antarmuka untuk halaman menu.
Gambar 8. Desain Tabel dTLampu
Field name NamaUser NamaRuang
Field type Field size Text 15 Text 17 Text 17 Instalasi Text PanjangKabel(L) 14 Text Daya(N) 7 Text HantarJenis(y) 12 Text RugiTegangan(ev) 15 Text Tegangan(E) 10 Gambar 9. Desain Tabel dLPenampang
Gambar 12. Tata Letak Komponen Form Hitung Titik Lampu
Gambar 12 merupakan desain antarmuka untuk halaman hitung titik lampu.
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
83
maka, k1 = 2.5 adalah 0.59 ; dan untuk k2 = 3 adalah 0.61; Kp = 0.59 + ( ( 2.71 – 2.5 ) : ( 3 – 2.5 )) x ( 0.61 – 0.59 ) = 0.60 Kd = 0.70 Jumlah armatur N = (E x A) : ( F x Kp x Kd x n ) = (150 x 170) : (2500 x 0. 60 x 0.70 x 2) = 12.143 ≈ 12 Armatur Gambar 13. Tata Letak Komponen Form Hitung Penampang Kabel
Perhitungan Simulasi
Gambar 13 merupakan desain antarmuka untuk halaman hitung penampang kabel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian simulasi perhitungan jumlah titik lampu dan lus penampang kabel menggunakan perangkat lunak akan dibandingkan dengan hasil perhitungan secara manual. Pengujian sistem perangkat lunak dilakukan berdasarkan data yang sudah terpasang yaitu data pada ruangan panel kontrol gedung kantor PT. PLN (Persero) Gardu Induk Tambun. Spesifikasi data instalasi penerangan yang terpasang pada ruang panel kontrol di PT. PLN (Persero) Gardu Induk Tambun : Armatur jenis GCB 2 x TL 40W = 12 titik lampu Lampu TLD 36W/54 = 24 buah Masa pemeliharaan 3 tahun pengotoran (Kd=0.70) Flux Luminous Lampu = 2500 lumen Warna langit-langit putih = rp = 0,7 Warna dinding coklat muda = rw = 0,5 Warna bidang kerja gelap = rm = 0,1 Panjang ruangan = 20 meter Lebar ruangan = 8,5 meter Tinggi ruangan = 4 meter Tinggi bidang kerja ( berupa meter-meter pada panel ) = 1,8 meter Intensitas penerangan = 150 lux Kabel terpasang NYM = 3 x 2,5 mm (Tembaga) Panjang kabel = 80 meter Tegangan = 220 V MCB pembagi ruang panel kontrol adalah MCB 6A. 1. Hasil Perhitungan Jumlah Titik Lampu a) Perhitungan Manual Diketahui : n = 2 lampu F = 2500 lumen E = 150 Lux Faktor refleksi : (rp=0.7 ; rw=0.5 ; rm=0.1) Ukuran Ruangan : P = 20 m, L = 8.5 m, T = 4 m A = p x l = 20 x 8.5 = 170 m Tinggi bidang kerja = 1.8 m h = 4 m – 1.8 m = 2.2 m k = (p x l) : h (p + l)=(20 x 8.5) : 2.2 (20 + 8.5)= 2.71
Gambar 14. Hasil Perhitungan Simulasi Jumlah Titik Lampu
Hasil perhitungan secara manual dan perhitungan menggunakan simulasi untuk jumlah titik lampu menunjukan hasil yang sama yaitu 12.14 ≈ 12 Armatur 2. Hasil Perhitungan Luas Penampang Kabel a) Perhitungan Manual Diketahui y = 56 L = 80 meter E = 220 V Menurut PUIL ( 2000 : 120 ) bahwa Rugi-rugi tegangan ( ev ) untuk instalasi penerangan tidak boleh melebihi 2 %, maka ev = ( 2 x 220 ) : 100 = 4.4 V N = 1300 VA Luas Penampang Kabel q = (L x N) : (y x ev x E) = (80 x 1300) : (56 x 4.4 x 220) = 1.918 mm ≈ 2.5 mm b) Perhitungan Simulasi
Gambar 15. Hasil Perhitungan Simulasi Luas Penampang Kabel.
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
Hasil perhitungan secara manual dan perhitungan menggunakan simulasi untuk luas penampang kabel menunjukan hasil yang sama yaitu 1.92 mm. Jika mengacu pada Standar Nasional Indonesia (PUIL 2000) atau Katalog luas penampang
84
kabel dari PT. Kabelindo, maka untuk instalasi penerangan dapat direkomendasikan menggunakan kabel dengan ukuran luas penampang 2.5 mm. Pengujian perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel dilakukan pula pada ruangan lain yang ada pada gedung kantor PT. PLN (Persero) Gardu Induk Tambun, untuk membandingkan hasil dari perhitungan menggunakan program simulasi dengan perhitungan manual. Data hasil perhitungan yang diperoleh terdapat pada Tabel 1 dan 2.
1.
2.
Tabel 1 Data Hasil Perhitungan Titik Lampu No Nama Ruang E
A
F
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
170 68 34 40 40 18 16 420 26 8
2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500
R. Kontrol R. Proteksi R. PLC R. AC/DC R. Battere R. AE/JE R. Supervisor R. Sell 20kV Lobby Dapur
150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
Kp Kd 0.60 0.55 0.48 0.48 0.42 0.37 0.36 0.65 0.41 0.25
n
0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Hasil Perhitungan ( N ) Persentasi Manual Simulasi Eror (%) 12.14 12.14 0.00 5.32 5.30 0.38 3.06 3.04 0.65 3.54 3.57 0.84 4.08 4.08 0.00 2.05 2.08 1.44 1.92 1.90 1.04 27.82 27.69 0.47 2.71 2.72 0.37 1.34 1.37 2.19
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan Luas Penampang Kabel No Nama Ruang
L
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
80 40 35 25 25 30 20 90 30 20
R. Kontrol R. Proteksi R. PLC R. AC/DC R. Battere R. AE/JE R. Supervisor R. Sell 20kV Lobby Dapur
N 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300 1300
y
ev
E
56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4 4.4
220 220 220 220 220 220 220 220 220 220
Hasil Perhitungan ( q ) Persentasi Manual Simulasi Eror (%) 1.91 1.92 0.52 0.95 0.96 1.04 0.83 0.84 1.19 0.59 0.6 1.67 0.59 0.6 1.67 0.71 0.72 1.39 0.47 0.48 2.08 2.15 2.16 0.46 0.71 0.72 1.39 0.47 0.48 2.08
Data hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa nilai hasil perhitungan secara manual dan hasil perhitungan menggunakan simulasi perangkat lunak untuk jumlah titik lampu maupun luas penampang kabel memiliki kecocokan yaitu 2 digit dibelakang koma hasilnya sama, dengan persentasi eror rata-rata sebesar 0,73 persen untuk perhitungan jumlah titik lampu dan prosentasi eror sebesar 1,35 persen untuk perhitungan luas penampang kabel. Hal ini membuktikan bahwa perhitungan menggunakan simulasi perangkat lunak dengan metode sistem pakar dapat menyelesaikan masalah layaknya seorang pakar, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi seorang yang bukan pakar dalam menyelesaikan masalah perencanaan penerangan dalam ruangan karena dapat melakukan perhitungan lebih cepat, akurat serta hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
V. PENUTUP A. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :
3.
Pola kecerdasan buatan yang diperlukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk model kepakaran berdasarkan basis pengetahuan yang diperoleh dari formula matematika perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel menurut P. Van Harten dan E. Setiawan. Perangkat lunak yang dihasilkan telah mampu bekerja sesuai dengan prinsip dasar kepakaran perhitungan titik lampu dan luas penampang kabel menurut P. Van Harten dan E. Setiawan, yang ditunjukan dengan kecocokan hasil perhitungan dan hasil simulasi perangkat lunak ini. Perangkat lunak yang dihasilkan memiliki persentasi eror rata-rata yang sangat kecil, yang ditujukan dengan selisih dari perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi perangkat lunak, diantaranya untuk perhitungan jumlah titik lampu yaitu sebesar 0.73 % dan untuk perhitungan luas penampang kabel sebesar 1.35 %.
B. Saran Guna pengembangan aplikasi perangkat lunak untuk penelitian selanjutnya, penulis merekomendasikan berupa saran sebagai berikut : 1. Perangkat lunak yang dibuat hanya untuk spesifikasi jenis lampu philips dengan jenis armatur tertentu saja, sehingga perlu menambahkan jenis armatur dan jenis lampu yang lain karena setiap jenis armatur atau lampu memiliki katalog yang berbeda. 2. Basis pengetahuan yang digunakan adalah formula matematika berdasarkan pola kecerdasan buatan seorang pakar menurut Van Harten dan E. Setiawan, sehingga perlu menambahkan basis pengetahuan menurut pakar – pakar yang lainnya tentang kebutuhan perencanaan penerangan. 3. Perangkat lunak dapat dikembangkan dalam fitur search berbasis web. 4. Perangkat lunak dapat dikembangkan dalam penggunaan flatform mobile berbasis android.
DAFTAR PUSTAKA [1] Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta : ANDI. [2] Badan Standar Nasional. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Jakarta : BSN. [3] Diana, Feri., Hidayati, Anita. 2014. “Analisa Perhitungan Kebutuhan Penerangan pada Bangunan RIG Raisis (Offshore) Berdasarkan Class ABS dan BKI Berbasis Visual Basic”. Jurnal KAPAL, 11 (1):5-12. [4] Harten, P. Van., Setiawan. 1985. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Binacipta. [5] Madcoms. 2002. Pemrograman Borland Delphi 7 (Jilid 1). Yogyakarta : ANDI [6] Muhaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan. Bandung : Refika Aditama. [7] Mustika, Indra., Timotus, Chris., Hasbullah. 2013. “Aplikasi Perencanaan Perhitungan Instalasi Listrik
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2
85
Penerangan Menggunakan Sistem Pakar”. Jurnal ELECTRANS, 12 (1):49-57.
[8] Pressman, Roger S. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak (Pendekatan Praktisi Edisi 7). Yogyakarta : ANDI.
JREC Journal of Electrical and Electronics Vol. 4 No. 2