arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
Memahami Estetika melalui Imajinasi Ruang dan Ekspresi Visual Anak Silvya Khairunnisa Estetika dan Gambar Anak Seringkali kita mengaitkan estetika, baik dengan sesuatu yang indah dan sempurna, maupun dengan keteraturan dan kerapihan. Dilihat dari sejarahnya, pengertian estetika telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Awal pemikiran estetika yang terkenal berasal dari Aristoteles yang mengatakan bahwa “indah” tercipta karena aturan dan memiliki daya tarik. Immanuel Kant dalam The Critique of Judgement (1790) yang dikutip oleh Porphyrios (1991) menyatakan bahwa ide estetik adalah representasi imajinasi yang digabung dengan konsep-konsep tertentu. Estetika berasal dari bahasa Yunani, aistheta yang artinya hal-hal yang dapat dirasakan oleh indera, secara luas berhubungan dengan sesuatu yang bagus dalam seni dan kehidupan sosial. Namun, apakah benar semua yang teratur itu indah dan yang tidak teratur itu buruk? Persepsi akan sebuah estetika masing-masing orang berbeda-beda, contohnya adalah lukisan abstrak. Ada yang menilai memiliki nilai keindahan yang tinggi tetapi ada juga yang berpendapat “itu apa sih? gak jelas”. Menurut saya, tidak semua yang tak teratur itu buruk, bisa saja lebih bagus dibandingkan dengan sesuatu yang teratur. Ide dalam penulisan esai ini diambil dari ketertarikan saya terhadap gambar-gambar yang dibuat oleh adik saya yang sangat hobi menggambar. Ia senang menggambar tokoh superhero seperti Transformers, Spiderman, Iron Man, Ben 10, dan Ultraman. Menariknya, superhero yang digambarkan tidak hanya tokoh tunggalnya saja, tetapi juga superhero yang sedang melakukan sesuatu. Seperti, Spiderman yang sedang memanjat gedung dengan benang-benangnya, Transformer atau Ben 10 yang sedang menyerang lawan dengan sinar lasernya. Adik saya juga suka menggambar sesuatu yang menarik yang telah dialaminya, contohnya adalah ketika ia baru saja naik kereta atau bepergian ke Monas. Ia juga senang membuat gambar yang kemudian diberikan kepada ibu saya. Di suatu kesempatan bahkan ia pernah menggambar denah rute perjalanan ke rumah menuju sekolahnya. Ia juga pernah membuat tampak depan, belakang, atas, samping salah satu mobil yang menjadi tokoh kartun. Saya benar-benar takjub, walaupun gambar tersebut terlihat agak berantakan dan tidak memenuhi oleh adik saya memiliki arti yang sangat dalam. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya sangat personal dan dimengerti oleh orang yang melihatnya. Saya justru senang melihat ketidakteraturan posisi dari objek gambar sebagai sesuatu yang tidak biasa. Dari hal itu, saya berpendapat bahwa terdapat sesuatu yang menarik di dalam imajinasi dan estetika yang dimiliki anak-anak. Eksplorasi Gambar Saya melakukan eksplorasi kecil untuk mengetahui lebih dalam tentang imajinasi yang dituangkan oleh anak-anak melalui gambarnya. Mengapa saya memilih gambar? Gambar merupakan hasil interpretasi seseorang terhadap sesuatu yang sama, dikurangi atau ditambah dari keadaaan awalnya. Hal ini tergantung dari imajinasi tiap orang. Saya ingin menitikberatkan pada gambar sebagai wujud dari representasi yang digabungkan dengan konsep atau pengalaman tertentu. Dari gambar tersebut dapat terlihat bagaimana cara pembuat gambar menggunakan “estetika” agar gambarnya menjadi lebih menarik. Kemampuan estetika setiap orang pun berbeda. Hasil gambar anak-anak akan berbeda dengan hasil gambar 22
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
orang dewasa yang memiliki pengalaman yang lebih banyak. Pada eksplorasi ini, saya mengikutsertakan adik dan dua sepupu saya, yaitu : 1. Muhammmad Umar Al-Ghifari (Umar) 6 tahun, Azizah Salsabila Yasmin (Salsa) 7 tahun, dan Tujuan saya mengajak lebih dari satu anak adalah mengingat adanya kemampuan anak dalam menginterpretasikan sesuatu yang berbeda-beda sehingga saya akan mendapatkan sesuatu yang menarik dari setiap anak. Tahapan eksplorasi : 1)Pemberian instruksi mengenai gambar apa yang harus dibuat. 2)Anak-anak diberi waktu untuk menggambar sampai semua anak selesai. 3) Sesi presentasi, yaitu menceritakan kembali apa yang digambar oleh masing-masing anak kemudian disediakan sesi tanya jawab kepada pembuat gambar. Alat-alat yang dibutuhkan : 1) Alat tulis, pensil, penghapus, pensil warna 2) Kertas gambar. Waktu yang digunakan untuk eksplorasi adalah satu hari baik pada pagi, sore ataupun malam hari. Hal ini harus diatur sedemikian rupa agar mereka semua dapat hadir bersama-sama. Selain itu, saya juga memberikan pilihan tempat menggambar yang nyaman bagi mereka. Mereka memilih di ruang tamu karena lebih sepi dan tidak terlalu banyak orang sehingga mereka dapat leluasa dalam menggambar. Instruksi diberikan secara spontan. Saya menanyakan terlebih dahulu sulit atau tidaknya instruksi gambar yang diberikan agar mereka memiliki kemampuan yang sama terhadap instruksi tersebut. Saya tidak ingin ada anak yang belum mengerti sama sekali tentang gambar yang harus mereka buat. Saya juga menyuruh mereka untuk membuat judul pada setiap gambar mereka masingmasing agar mereka memiliki sense of belonging terhadap karyanya. Selain itu, agar saya dapat mengetahui apa yang mereka pikirkan terhadap gambarnya. Saya membebaskan mereka untuk mewarnai atau tidak mewarnai gambarnya, hal ini agar tidak memberatkan mereka dalam menggambar. Kadang-kadang saya juga menstimulus mereka dengan beberapa kata-kata atau pertanyaan agar mereka dapat mengingat objek dan menuangkannya dalam gambar. Interpretasi Ruang Keseharian Instruksi pertama: Menggambar Kamar Tidur Tujuan: Mengetahui bagaimana anak-anak menginterpretasikan peletakan objek kamar tidur mereka.
23
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
Gambar 2. Karya Salsa
Gambar 3. Karya Umar tidaknya mereka menggambar persis ruang tidurnya. Instruksi yang saya berikan akhirnya adalah gambar gambarnya nanti cukup mendekati ruangan yang sebenarnya. Tak ada kendala berarti saat proses pengerjaan gambar. Saat kamarnya, ternyata ia menjawab tidak ada dan setelah saya perhatikan terkadang mereka suka meniru apa yang telah digambar oleh yang lain. Dengan suasana yang santai dan penuh keingintahuan saya bertanya apakah benar ada bunga-bunga di ruang tidur mereka? Garis-garis dibantal itu apa? Lalu tulisan “love” itu memang ada di sana? Lalu ia menjawab “Sebenernya ga ada kak, biar bagus aja,hhehe.. yang garis itu ceritanya motif bantalnya” . Begitu juga dengan Salsa, tulisan “love” itu ternyata sebagai “pemanis” saja. Terlebih saat saya menanyakan kehadiran bunga yang di tempat tidur, ia hanya tersenyum, bingung untuk menjawabnya. Terdapat sesuatu yang menarik dari gambar aksonometri. Hal ini menunjukkan bahwa ia telah memiliki kemampuan menggambar bentuk secara baik dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Pada ini agar dapat memperlihatkan keseluruhan objek secara menarik. Saya juga bentuk aslinya, ia bisa menambahkan gambar komputer dan bangku di dekat meja tersebut. tampak samping dari kamarnya. Saya pun menanyakan, “Ini, apa yang warna coklat? kok ketutup sama lemari yang warna hijau?” Umar pun menjawab “Kan ini ada disampingnya, jadi gak keliatan”. Menurut saya, jawaban tersebut sangat baik. Bentuk tempat tidurnya pun digambar pada bagian memanjang, begitu pula lemarinya. Salsa sebenarnya juga melakukan hal yang sama akan tetapi ia kurang bisa menjelaskan alasan ia menggambar demikian. Namun, menurut saya pengertiannya tetap sama dengan apa yang dijelaskan oleh Umar. 24
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
Interpretasi Konsep Instruksi kedua: Menggambar “Cita-citaku” Tujuan: Mengetahui interpretasi anak terhadap instruksi yang abstrak (bukan objek/benda terlihat)
Gambar 4. Karya Salsa
Gambar 5. Karya Umar
Saat proses menggambar, tidak terdapat kesulitan yang berarti. Mereka semua aku mau jadi arsitek tapi susah gambarnya”. Saya sebenarnya tidak terlalu mementingkan apakah itu benar-benar cita-cita mereka atau tidak. Menurut saya, mereka juga mempertimbangkan cita-cita apa yang akan mereka gambar dengan kemampuan menggambar mereka. Mereka juga berpikir apakah cita-cita ini menarik digambar atau tidak. Semua ini terlihat saat proses pengerjaan dan hasil gambar. Salsa bercita-cita menjadi dokter. Saya bertanya “Itu lemari apa?” Salsa menjawab “Itu lemari isinya obat kak, kalo yang kecil itu di sebelah kiri, 25
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
isinya alat-alat untuk periksa gigi”. Melihat ada beberapa jenis alat yang ia gambar, saya kembali bertanya “lho emang Salsa mau jadi dokter apa?“ Ia semua alatnya ada”. Kita dapat melihat, Salsa tahu apa yang seorang dokter butuhkan seperti lemari obat, alat-alat kedokteran seperti suntik dan tempat tidur pasien dengan susunan gambar yang saling bersebelahan. Ia juga mengetahui kegiatan dokter. Ia bercerita bahwa dokter tersebut berada disamping pasien untuk menyuntik pasien. Ia juga berusaha menampilkan “si pasien” yang sedang tidur dari posisi atas. Salsa juga memperhatikan hal-hal kecil dari sang dokter seperti adanya tanda palang di baju, nama di bagian kanan, topi suster sampai garis rok dokter. Umar bercita-cita menjadi astronot. Saya mencoba menanyakan kepada Umar mengenai tema dari gambar ini. Umar pun menjawab bahwa temanya adalah gambar ruang angkasa. Menurut saya, Umar ingin mengungkapkan maksudnya secara tersirat. Saya juga sempat bertanya “loh Mar, astronotnya mana?” Umar menjawab “Ini, di dalam roketnya sama profesor. Masa astronot keluar-keluar sih”. Saya semakin penasaran, “Memangnya dia mau kemana?”. “Dia mau ke sini kak, planet yang warnanya oranye” jawab Umar. Ia juga menjelaskan bahwa yang berwarna biru adalah bumi, warna kuning adalah matahari, bentuk bulat kecil adalah bulan dan yang berwarna hitam adalah meteor. Umar dapat meletakkan dan menggambarkan objek-objek tersebut dengan baik. Bumi sebagai tempat asal astronot di gambar sepertiganya, dengan ukuran yang lebih besar dari planet lain. Ia mengerti tidak perlu menggambarkan bumi secara utuh karena roket akan menuju tempat lain. Roket digambarkan secara miring menuju ke arah planet yang berwarna jingga menandakan bahwa roket tersebut akan pergi menuju planet. Ia juga menyebarkan letak objek, tiga di bagian kanan, dua di bagian kiri dan di sudut kiri adalah bumi yang ukurannya lebih besar. benda yang ia ketahui untuk memasak seperti, lemari gantung, oven, tempat bahan-bahan kue dan meja tempat membuat kue. Ia ingin meletakan semuanya secara seimbang agar semuanya terkomunikasikan dengan baik. Saya bertanya lagi acara masak di TV kak, didepannya lagi ada kamera, nah, piring-piring di meja ini buat kru-nya nanti nyobain kuenya“. Menurut saya, yang ada dalam lain. Ia mengambil dari pengalamannya, yaitu menonton acara kuliner di televisi. darimana membuat kue itu perlu vanili, terigu sama garam?” sambil tersenyum ia menjawab, “yaa.. kira-kira aja kak” Representasi Objek dalam Ruang Berkegiatan Instruksi ketiga: Menggambar Monas Tujuan: Mengetahui sejauh mana anak dapat menggambarkan kembali Monas sebagai objek atau objek yang hadir didalam suatu ruang berkegiatan manusia. Mereka sangat senang ketika mendapatkan instruksi menggambar Monas. Saya sengaja memilih Monas karena mereka bertiga pernah mengunjunginya dan bagi keluarga kami, warga Jakarta asli, Monas adalah kebanggaan dan tempat jalanjalan yang sering dikunjungi. Pada proses pengerjaannya, anak-anak menggambar Monas terlebih dahulu di bagian tengah sebagai objek yang ingin ditonjolkan. Mereka bertiga sering menghapus gambar yang telah dibuat dikarenakan gambar pada bagian bawah monas terlalu tinggi sehingga bagian atas monas tidak dapat digambar karena keterbatasan kertas. Hal ini menunjukan, adanya kepekaan mengenai seberapa tinggi gambar Monas yang akan mereka buat.
26
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
Gambar 7. Karya Umar
Gambar 9. Karya Salsa Ketika mereka hampir selesai menggambar Monas, saya menstimulus dengan berbagai pertanyaan agar gambar mereka dapat terlihat lebih menarik dan membantu mereka untuk dapat menambahkan gambar lainnya. Pertanyaan yang saya berikan seperti: “Kalau mau ke monas, naik apa?” “Di Monas kamu ngapain aja?” “Selain ada monas, di sana ada apa aja?” Saya juga secara asal menyebutkan, “Mungkin ada balon udara misalnya” dan ternyata mereka bertanya “Kak, boleh kita gambar balon udara?”. Saya menjawab “Terserah saja”. Pada akhirnya, hampir di semua gambar mereka terdapat balon udaranya. Saya melihat Salsa. Dalam prosesnya, Umar lebih fokus pada suatu objek. Ia sering bertanya sendiri “Apalagi ya yang ada di monas?” sehingga hasil gambarnya pun lebih menggambar. Mereka lebih menekankan pada kegiatan apa saja yang mereka lakukan di Monas. Saya cukup memahami karena di antara mereka bertiga, Salsa 27
arsitektur.net
2010 vol. 4 no. 3
buat hampir sama, tetapi saya tetap melihat beberapa objek yang menarik dari setiap gambar. Umar menempatkan matahari “terpotong” oleh Monas. Ia ingin menunjukan bahwa matahari dan Monas berada dalam suatu posisi yang sama yaitu di bagian tengah. Ia juga menggambar Busway pada bagian depan yang artinya jika ingin ke Monas, dapat menggunakan Busway. dengan adanya gambar orang-orang yang sedang foto, bermain layang-layang, dan berjualan. Saya juga melihat bahwa mereka begitu memahami dan hafal dengan suasana monas karena menggambarkan counter yang di dalamnya terdapat makanan ringan, siomay dan baju, walaupun saya yakin pasti tidak semuanya terdapat di dalam satu counter. Selain itu, terdapat hal menarik saat padahal jelas sekali bahwa ia sudah menggambarnya di bagian kiri. Menurut saya, ia hanya ingin menambahkan objek tersebut agar gambarnya dapat terliat lebih menarik. Kesimpulan Jika dilihat dari penekan bahwa estetika sebagai suatu hasil persepsi, maka anak-anak memiliki kemampuan estetika yang beragam. Kemampuan tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman yang telah ia dapat. Mereka cenderung menambahkan dan mengurangkan elemen–elemen yang menurut mereka pantas untuk ditunjukan jika mereka memiliki kesempatan secara bebas untuk menginterpretasikan sesuatu. Walaupun belum memiliki kemampuan gambar yang sempurna seperti orang dewasa, apa yang ingin mereka sampaikan bisa ditangkap dengan jelas dan bermakna melalui penempatan objek dan penekanan tertentu dari tiap bentuk objek yang digambar. Jika dikaitkan dengan ruang dan Arsitektur, sebenarnya eksplorasi ini dapat berguna untuk pengolahan ruang bagi anak-anak. Anak-anak yang memilki daya imajinasi yang sangat luas bisa menjadi inspirasi arsitek membuat kualitas ruang yang unik dan seru.
Referensi Sejarah Estetika, (Online), (http://www.ulax.wordpress.com, diunduh 26 Oktober 2010)
28