Artikel Penelitian
Efektivitas Pelatihan Modul Advance in Depression and Psychosomatic Treatment (ADAPT) untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Dokter Mendiagnosis Gangguan Depresi Silvia Erfan, Nurmiati Amir, Suryo Dharmono Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Abstrak Pendahuluan: Dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) kadang tidak mengenali depresi pada seseorang. Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun suatu modul pelatihan yaitu ADAPT (Advance in Depression and Psychosomatic Treatment) yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan dokter di Puskesmas dalam melakukan deteksi kasus gangguan jiwa yang sering terjadi di masyarakat. Metode: Desain penelitian adalah one group pre dan post test. Subjek penelitian adalah lima belas dokter yang bertugas di Puskesmas Wilayah Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan Juli 2012 – Oktober 2012. Sampel diambil secara convenient. Seluruh subjek mengikuti pelatihan modul ADAPT selama satu hari. Pengetahuan dinilai sebelum pelatihan, segera, satu dan tiga bulan setelah pelatihan dengan kuesioner pengetahuan yang diisi sendiri oleh subjek. Keterampilan diagnosis dinilai sebelum pelatihan, satu hari, satu dan tiga bulan setelah pelatihan dengan cara peneliti dan subjek memeriksa pasien yang sama di ruang yang berbeda. Data diolah secara deskriptif. Hasil: Segera setelah pelatihan, 100% subjek mengalami peningkatan pengetahuan. Satu dan tiga bulan setelah pelatihan hanya 66,7% subjek yang tetap mengalami peningkatan pengetahuan. Satu hari dan satu bulan setelah pelatihan sebanyak 93,3% dan 73,3% subjek mengalami peningkatan keterampilan diagnosis. Tiga bulan setelah pelatihan hanya 60% subjek yang tetap mengalami peningkatan keterampilan diagnosis. Kesimpulan: Pemberian pelatihan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan pengetahuan dokter mengenai gangguan depresi segera setelah pelatihan. Satu dan tiga bulan setelah pelatihan <70% subjek yang masih mengalami peningkatan pengetahuan. Pemberian pelatihan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan keterampilan dokter dalam mendiagnosis gangguan depresi satu hari dan satu bulan setelah pelatihan. Tiga bulan setelah pelatihan <70% subjek yang masih mampu mendiagnosis gangguan depresi. J Indon Med Assoc: 2013;63:254-8. Kata kunci: efektivitas pelatihan, gangguan depresi, pengetahuan depresi, keterampilan diagnosis.
Korespondensi: Silvia Erfan Email:
[email protected]
254
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 7, Juli 2013
Efektivitas Pelatihan Modul ADAPT untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Dokter
The Effectiveness of the Training Modules Advance in Depression And Psychosomatic Treatment (ADAPT) to Enhance the Knowledge and Skills of Physicians to Diagnose Depression Silvia Erfan, Nurmiati Amir, Suryo Dharmono Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
Abstract Introduction: Physicians in Public Health Center (PHC) sometime do not recognize the existence of depression in a person. Division of Community Psychiatry Departement of Psychiatry Faculty of Medicine University of Indonesia has developed a training module named ADAPT (Advance in Depression and Psychosomatic Treatment). The aims to enhance the skills of doctors in the health center to detect frequent mental disorders in community. Methods: The study design was one group pre and post test. Subjects were fifteen general practitioner who served in Tebet Sub Regional Health Center in South Jakarta. The study was conducted in the period July 2012 - October 2012. Samples were taken at convenient. All subjects were trained ADAPT modules for one day. Knowledge assessed before training, immediately, one and three months after training with the knowledge questionnaires filled by the subject. Diagnosis skills assessed before training, one day, one and three months after the training. Both researchers and subjects examined the same patient in a different room. Data processed descriptively. Results: Immediately after training, 100% of subjects experienced an increase in knowledge. But one and three months after training only 66.7% of the subjects continued to experience an increase in knowledge. One day after training, 93.3% of subjects experienced an increase in diagnosis skills. One month after training 73.3% of subjects experienced an increase in diagnosis skills. But three months after training only 60% of subjects were still at increased diagnosis skills. Conclusion: Providing ADAPT training modules effective to improve knowledge of physician about depressive disorders immediately after training. However, one month and three months after training <70% of subjects were still experiencing an increase in knowledge. Providing ADAPT training modules effective in improving the ability physician skills clinic to diagnose depressive disorder in one day and one month after the training. But three months after the training <70% of subjects are capable of diagnosing depressive disorders. J Indon Med Assoc: 2013;63:254-8. Keywords: training effectiveness, depressive disorders, depression knowledge, skills diagnosis of depression.
Gangguan neuropsikiatri secara substansial dikatakan berkontribusi terhadap kondisi yang disebut Global Burden of Disease (GBD), yaitu sekitar 14%. Gangguan neuropsikiatri merupakan penyebab kedua terbesar setelah penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan burden of disease di berbagai negara. Gangguan jiwa yang merupakan bagian dari gangguan neuropsikiatri dikatakan menjadi beban tidak hanya bagi pasien namun juga bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Gangguan jiwa dianggap sebagai suatu gangguan yang memalukan dan lingkungan pun sudah terlanjur memberikan stigma terhadap penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa dikatakan memang tidak menyebabkan kematian secara langsung tapi akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif. Deteksi dini dari J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 7, Juli 2013
gangguan jiwa akan membantu penderitanya untuk kembali produktif.1,2,3 Salah satu gangguan jiwa yang sering ditemui di masyarakat adalah gangguan depresi. Depresi diperkirakan akan menempati urutan kedua dari global burden disease pada tahun 2020.4-6 Gangguan depresi merupakan suatu kondisi yang sering ditangani di Puskesmas. World Health Organization memperkirakan bahwa depresi memegang peranan sekitar 25% dari semua kunjungan pasien ke pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Namun hanya sekitar 5%-10% yang terdeteksi mengalami depresi.6 Walaupun sejumlah besar individu dengan depresi ingin mendapatkan pertolongan dari dokter di Puskesmas, namun kadang dokter tidak mengenali adanya depresi pada seseorang atau 255
Efektivitas Pelatihan Modul ADAPT untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Dokter meskipun telah berhasil mendiagnosis tetapi pasien tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.5,7-10 Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), tahun 2007, didapatkan prevalensi nasional gangguan jiwa berat (skizofrenia) pada populasi di atas 15 tahun adalah 0,46% dan tercatat di DKI Jakarta sebanyak 20,3%. Prevalensi nasional untuk gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih adalah 11,6% dan tercatat di DKI Jakarta sebesar 14,1%.11 Di Puskesmas kecamatan wilayah Tebet sepanjang tahun 2009 dari total kunjungan pasien puskesmas sebanyak kurang lebih 383 ribu pasien tercatat sekitar kurang lebih 545 pasien didiagnosis dengan gangguan depresi dari sekitar 37 ribu kasus gangguan jiwa yang ditangani. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi gangguan mental emosional atau neurosis untuk daerah Jakarta Selatan sekitar 10,9%. Dengan perkiraan jumlah penduduk di Jakarta Selatan yang berusia 15 tahun keatas sekitar 1,5 juta jiwa, dengan prevalensi tersebut seharusnya diharapkan sekitar 21 ribu kasus neurosis datang atau ditangani di Puskesmas. Cakupan angka gangguan neurosis di puskesmas Tebet pun hanya sekitar 2,57% dari yang seharusnya 10,9%.11 Kebutuhan untuk meningkatkan deteksi dan pengobatan masalah kesehatan jiwa khususnya gangguan depresi di antara pasien yang menerima pengobatan medis umum atau subspesialis sangat diperlukan. Pemberian pelatihan psikiatri untuk dokter umum Puskesmas diperkirakan dapat meningkatkan pengetahuan dokter terhadap masalah psikiatri. Dari sejumlah pasien yang didiagnosis dan diobati di Puskesmas, sekitar 60% pasien masih tidak teridentifikasi, mengalami diagnosis tidak tepat dan diobati secara tidak optimal. 12-14 Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) telah menyusun suatu modul pelatihan yaitu ADAPT (Advance in Depression And PsychosomaticTtreatment). Modul bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dokter dan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam melakukan deteksi kasus kesehatan jiwa yang umum di masyarakat. Modul ADAPT merujuk pada PPDGJ III. Alasan dipilihnya modul ADAPT ini karena sejak pembentukannya pada tahun 2007, modul ini telah disosialisasikan melalui beberapa kali pelatihan untuk tenaga kesehatan di Pelayanan Kesehatan Primer namun hingga saat ini belum pernah diuji efektivitasnya dalam mencapai tujuannya tersebut. Padahal uji tersebut tentunya sangat diperlukan untuk menilai apakah modul ADAPT dapat dipergunakan secara luas dan membawa manfaat yang lebih besar dalam perbaikan sistem layanan kesehatan jiwa terutama di layanan primer.13 Modul ADAPT disusun dengan tujuan untuk menjawab kebutuhan tenaga kesehatan di layanan primer akan pelatihan psikiatri. Terdapat dua topik pembahasan yaitu gangguan depresi dan gangguan psikosomatik sebagai pintu masuk untuk mengenal gangguan ansietas. Masing-masing 256
topik pembahasan bisa diajarkan secara terpisah.13 Metode Penelitian ini menggunakan rancangan desain penelitian one grup pre dan post test. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tebet Jakarta Selatan dari Juli Oktober 2012. Jumlah subjek penelitian adalah 15. Kriteria inklusi adalah Dokter di Puskesmas wilayah kecamatan Tebet Jakarta Selatan dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Subjek penelitian dieksklusi bila sedang cuti, sedang bertugas di luar daerah atau kegiatan lainnya sehingga tidak dapat mengikuti penelitian secara penuh. Sampel diambil secara convenient. Semua subjek penelitian mengerti dan menandatangani informed consent. Protokol penelitian disetujui oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Instrumen yang digunakan adalah modul pelatihan Kedokteran Jiwa ADAPT terdiri dari tiga modul yaitu: 1. Pengenalan gejala dan terapi psikofarmaka untuk sindroma depresi dalam praktik sehari-hari. 2. Pengenalan gejala dan terapi psikofarmaka untuk keluhan psikosomatik dalam praktik sehari-hari. 3. Intervensi psikososial pada gangguan depresi dan psikosomatik Modul yang dipakai pada penelitian ini adalah modul depresi. Instrumen lain yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan mengenai gangguan depresi yang diisi sendiri oleh subjek penelitian. Kuesioner pengetahuan terdiri dari sepuluh pertanyaan berupa pilihan ganda, setiap pertanyaan yang benar diberi nilai 1, jawaban yang salah bernilai 0. Seluruh subjek penelitian mengikuti pelatihan modul ADAPT pada satu hari pertemuan. Sebelum dan setelah pelatihan dinilai pengetahuan dan keterampilan diagnosis subjek penelitian. Nilai sebelum pelatihan dijadikan sebagai nilai baseline. Setelah pelatihan, pengetahuan dinilai segera, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan sedangkan keterampilan diagnosis dinilai satu hari, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan. Pengetahuan dinilai dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, keterampilan diagnosis dinilai dengan cara peneliti dan subjek penelitian sama-sama memeriksa sepuluh orang pasien di ruangan berbeda, Tabel 1. Karakteristik Demografi Subjek Penelitian Karakteristik Umur <40 Tahun >40 Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Lama Bertugas <5 Tahun >5Tahun
n = 15
%
9 6
60,0 40,0
2 13
13,3 86,7
8 7
53,3 46,7
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 7, Juli 2013
Efektivitas Pelatihan Modul ADAPT untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Dokter kemudian dibandingkan diagnosis yang didapat. Data dianalisis secara deskriptif. Modul dikatakan efektif apabila didapatkan peningkatan nilai pengetahuan dan keterampilan diagnosis >20% bila dibandingkan dengan nilai baseline pada >70% subjek penelitian. Hasil Total subjek yang berpartisipasi dalam penelitian adalah 15. Rerata usia adalah 38,9 tahun dengan kisaran usia antara 30 tahun sampai 59 tahun. Jenis kelamin, jumlah perempuan lebih banyak yaitu 86,7%. Rentang lama bekerja yaitu antara 1 tahun sampai 27 tahun. Lihat Tabel 1. Hasil Penilaian Pengetahuan Subjek Penelitian Untuk menilai pengetahuan subjek penelitian adalah dengan kuesioner yang berisi sepuluh pertanyaan yang diisi sendiri oleh subjek penelitian dengan cara memilih salah satu jawaban yang benar dari beberapa pilihan jawaban. Penilaian dilakukan sebelum pelatihan dan setelah pelatihan sebanyak tiga kali yaitu segera, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan. Setiap jawaban yang benar mendapat nilai 1, jawaban yang salah bernilai 0. Masing-masing subjek penelitian mengalami pencapaian hasil yang berbeda-beda. Pada hasil penilaian pengetahuan segera setelah pelatihan semua subjek penelitian (100%) mengalami peningkatan nilai >20%. Pada hasil penilaian pengetahuan satu dan tiga bulan setelah pelatihan, hanya sebanyak 10 orang yang tetap mengalami peningkatan nilai >20% bila dibandingkan dengan nilai baseline. Hasil tersebut menunjukkan bahwa <70% subjek penelitian yang mengalami peningkatan nilai sebesar >20% dari nilai baseline. Persentase peningkatan pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil Penilaian Keterampilan Diagnosis Subjek Penelitian Menilai keterampilan diagnosis subjek penelitian adalah
Gambar 1. Persentase Peningkatan Nilai Pengetahuan Subjek Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 7, Juli 2013
Gambar 2. Persentase Peningkatan Nilai Keterampilan Diagnosis Subjek Penelitian
dengan cara peneliti dan subjek penelitian sama-sama memeriksa sepuluh orang pasien, kemudian dilihat kesesuaian diagnosis yaitu hasil diagnosis subjek penelitian sama dengan peneliti. Peneliti dan subjek penelitian masing-masing memeriksa pasien yang sama di ruangan yang berbeda. Penilaian dilakukan sebelum pelatihan dan setelah pelatihan sebanyak 3 kali yaitu satu hari, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan. Masing-masing subjek penelitian mengalami pencapaian hasil yang berbeda-beda. Hasil penilaian keterampilan diagnosis satu hari setelah pelatihan didapatkan sebanyak 14 orang subjek penelitian (93,3%) mengalami peningkatan nilai >20%. Hasil penilaian keterampilan diagnosis satu bulan setelah pelatihan didapatkan sebanyak 11 orang subjek penelitian (73,3%) mengalami peningkatan nilai >20%. Hasil penilaian keterampilan diagnosis tiga bulan setelah pelatihan memperlihatkan hanya sebanyak 9 orang subjek penelitian (60%) masih mengalami peningkatan nilai >20%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada penilaian yang ketiga <70% subjek penelitian yang mengalami peningkatan nilai >20%. Persentase peningkatan keterampilan diagnosis dapat dilihat pada Gambar 2. Diskusi Pelatihan dengan menggunakan modul ADAPT adalah suatu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dokter dan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam melakukan deteksi kasus gangguan jiwa yang umum di masyarakat. Hasil penilaian pengetahuan subjek penelitian pada pengukuran sebelum dan setelah pelatihan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan secara signifikan segera setelah pelatihan, yaitu seluruh subjek penelitian (100%) mengalami peningkatan pengetahuan >20%. Hal ini berarti bahwa pelatihan dengan menggunakan modul ADAPT terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gangguan depresi segera setelah pelatihan.
257
Efektivitas Pelatihan Modul ADAPT untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Dokter Pada penilaian yang kedua (post test II) dan ketiga (post test III), terjadi penurunan pengetahuan, dari yang tadinya meningkat 100%, hanya tinggal 66,7%. Bisa disimpulkan bahwa dari baseline ke post test I terdapat peningkatan pengetahuan. Dari hasil penelitian bisa dilihat bahwa kemampuan tersebut tidak mampu dipertahankan, terlihat dari post test I ke post test II terdapat penurunan nilai. Terlihat bahwa untuk mempertahankan pengetahuan yang telah ada, pelatihan ini kurang efektif. Hal ini kemungkinan disebabkan pemaparan pelatihan yang hanya satu kali, sehingga dalam waktu satu bulan saja sudah terjadi penurunan pengetahuan. Kemungkinan lain yang menyebabkannya adalah karena pelatihan ini tidak disertai dengan metode supervisi atau penyegaran setelah pelatihan. Hasil penilaian keterampilan diagnosis subjek penelitian pada pengukuran sebelum dan setelah pelatihan menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan satu hari setelah pelatihan, yaitu 93% subjek penelitian mengalami peningkatan keterampilan diagnosis >20%. Hal ini berarti bahwa pelatihan dengan menggunakan modul ADAPT terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan diagnosis gangguan depresi satu hari setelah pelatihan. Pada post test I bila dibandingkan dengan baseline terdapat peningkatan keterampilan diagnosis. Pada post test II dibandingkan dengan post test I terjadi penurunan nilai. Hasil pengamatan seiring dengan waktu, semakin lama semakin berkurang, ditandai dengan terdapatnya penurunan nilai pada post test III. Hasil ini menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan tidak cukup hanya satu kali karena didapat hasil yang kurang efektif, bisa dilihat baik dari pengetahuan maupun keterampilan diagnosis yang tidak bertahan lama. Setelah pelatihan sebaiknya ada modul supervisi/penyegaran, hal tersebut kemungkinan akan menjamin pelatihan menjadi efektif.
pendamping agar pengetahuan dan keterampilan diagnosis tetap bertahan. Masih diperlukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar multisenter untuk penerapan modul ADAPT dengan modul pendamping di lingkungan Puskesmas agar dapat semakin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter layanan primer dalam mendiagnosis gangguan depresi. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, pelatihan diberikan hanya sebanyak satu kali pertemuan selama satu hari. Intervensi yang mengajarkan keterampilan umumnya memerlukan waktu agar konsep dan keterampilan yang diberikan dapat diadaptasikan dan diintegrasikan oleh subjek penelitian dengan lebih baik. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kesimpulan Pelatihan dengan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan pengetahuan segera setelah pelatihan. Satu dan tiga bulan setelah pelatihan didapatkan penurunan jumlah subjek yang mengalami peningkatan pengetahuan >20% dari baseline. Pelatihan dengan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan keterampilan diagnosis segera setelah pelatihan. Pelatihan dengan modul ADAPT ini masih efektif meningkatkan keterampilan diagnosis untuk satu bulan setelah pelatihan. Tiga bulan setelah pelatihan didapatkan penurunan jumlah subjek yang mengalami peningkatan keterampilan >20% dari baseline. Saran Dari hasil penelitian terlihat bahwa modul pelatihan efektif segera setelah pelatihan namun terdapat penurunan satu dan tiga bulan setelah pelatihan maka perlu adanya pelatihan lanjutan yang dilengkapi dengan modul
258
9.
10.
11. 12.
13.
14.
World Health Organization Regional Office for Europe. Mental health: facing the challenges, building solution. Kopenhagen, Denmark: WHO Press; 2005. Prince M, Ptel V, Saxena S, Maj M, Maselko J, Phillips MR, et al. Global mental health, no health without mental health. Lancet. 2007;370(9590):859-77. Wikipedia. Global Mental Health [Internet]. 2010 [updated 2012 Dec 27; cited July 2012]. Available from: http://http:// en.wikipedia.org/wiki/Global_mental_health Goldfracht M, Shalit C, Peled O, Levin D. Attitudes of Israeli primary care physicians towards mental health care. Isr J Psychiatry Relat Sci. 2007; 44(3):225-9. Sturm R, Wells KB. Physician knowledge, financial incentives and treatment decisions for depression. J Ment Health Policy Econ. 1998;1(2):89-100. Gerrity MS, Cole SA, Dietrich AJ, Barrett JE. Improving the recognition and management of depression: is there a role for psysician education?. J Fam Pract. 1999;48(12):949-57. Eisenberg L. Treating depression and anxiety in primary care, closing the gap between knowledge and practice. N Engl J Med. 1992;326(16):1080-4. Sederer LI, Petit JR, Paone D, Ramos S, Rubin J, Christman M. Changing the landscape: depression screening and management in primary care. New York: Joint Center for Political and Economic Studies.; 2007. Simon GE, Vonkorff M. Recognition, management and outcomes of depression in primary care. Arch Fam Med. 1995;4(2):99105. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Presented at: Rapat Kerja Nasional; 2008; Surabaya, Indonesia. Ellen SR, Norman TR, Burrows GD. Assessment of anxiety and depression in primary care. Med J Aust. 1997;167(6):328-33. Borowsky SJ, Rubenstein LV, Meredith LS, Camp P, JacksonTriche M, Wells KB. Who is at risk of nondetection of mental health problem in primary care? J Gen Intern Med. 2000;15(6):381-8. Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Advance in depression and psychosomatic treatment (ADAPT). 2007 Keliat BA. Making mental health a global priority. Forum Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa. 2009.
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 7, Juli 2013