SIKAP PROFESIONAL BIDAN DALAM PENERAPAN STANDAR ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RSUD HARAPAN INSANI SENDAWAR KABUPATEN KUBAR PROFESSIONAL MIDWIFE ATTITUDE IN APPLYING STANDARD OF UPBRINGINGNORMAL OF GIVE BIRTH (APN) IN AREA GENERAL HARAPAN INSANI SENDAWAR HOSPITAL KUBAR REGENCY
Arbayah1, Mappeaty Nyorong1, Syamsiar Russeng 2 1
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian kesahatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan masyarakat, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Arbayah Bagian Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, HP: 0812 580 4311 Email:
[email protected]
Abstrak Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan bagian dari Standar Pelayanan / Asuhan Kebidanan yang dilaksanakan oleh bidan di setiap tingkat pelayanan kesehatan lain di Masyarakat, sehingga sangat penting untuk diketahui dan dilaksanakan oleh tenaga bidan yang hendak membantu persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap professional bidan dalam penerapan standar Asuhan Persalinan Normal (APN ) di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insani Sendawar Kabupaten Kutai Barat tahun 2012. Metode penelitian ini adalah Studi kasus. Studi kasus yakni mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, dan memiliki pengambilan data yang mendalam. Penelitian ini juga menyertakan berbagai sumber informasi dengan pendekatan studi kualitatif. Informan yang diobservasi 10 orang bidan, 6 orang informan yang diwawancarai. Penelitian ini bersifat kajian dimana penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi sikap professional dalam penerapan stndar asuhan persalinan normal. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September sampai dengan Nopember 2012. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan bidan tidak standar dalam penerapan standar asuhan persalinan normal (APN). Kurangnya keterampilan bidan menerapkan standar Asuhan Persalinan Normal (APN). Pertolongan persalian pun tidak sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal (APN). Sedangkan untuk jasa pelayanan kebidanan masih tergolong cukup. Hal tersebut karena masih kurangnya peralatan atau kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Standar Asuhan persalinan yang dilakukan oleh bidan di rumah sakit umum daerah harapan insani sendawar kabupaten kutai barat tidak sesuai standar karena kurangngnya pengetahuan bidan yang berdampak pada sikap dan tindakan yang tidak sesuai standar, sehingga disarankan perlunya diadakan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal dan penyediaan peralatan atau sarana dan prasarana yang memadai. Kata Kunci : Asuhan Persalinan Normal (APN), Sikap Profesional Bidan, Jasa Pelayanan Abstract Normal Delivery Care Standards (APN) is part of the Standard Services / Care Midwifery conducted by midwives at every other level of health care in society, so it is important to be known and implemented by midwives who want to help labor. This study aims to analyze the attitude of professional midwives in the application of the standard Normal Delivery Care (APN) in the District General Hospital Hope Spirit Sendawar West Kutai regency in 2012. This research method is case study. The case study that explores an issue with the restrictions detailed, and have a deep data retrieval. This study also includes a variety of information sources qualitative study approach. Informants were observed 10 people midwives, 6 people were interviewed informants. This research is a study in which the study was conducted to explore attitudes stndar care professionals in the application of normal delivery. The data was collected in September to November 2012. The results showed no knowledge of midwifery care standards in the application of standards of normal deliveries (APN). Lack of skills midwives applying standard Normal Delivery Care (APN). Relief persalian was not in accordance with the Care Standards Normal Delivery (APN). While for midwifery services is still relatively quite. This is due to the lack of equipment or lack of adequate infrastructure. It can be concluded that the standard of care is labor performed by midwives in public hospitals Kutai regency Sendawar human expectations do not match western standards because kurangngnya midwife knowledge affecting the attitudes and actions that are not up to standard, so it is suggested the need for organized training and provision of Normal Delivery Care equipment or facilities and infrastructure. Keywords: Normal Delivery Care (APN), Attitude Midwife Professional Services, Services
PENDAHULUAN Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yag memilki posisi penting dan strategis terutama dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan perrcegahan,
yang
berkesinambungan
promosi dengan
dan
paripurna,
berfokus
pada
aspek
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkankannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas pelayanan kebidanan diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dari asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek, input, proses dan output. Profesi secara umum dipahami sebagai pekerjaan yang memiliki pengetahuan khusus, melaksanakan pelayanan
yang
bermutu, melaksanakan cara yang
disepakati, merupakan ideologi, terikat pada kesetiaan yang diyakini dan melalui pendidikan perguruan tinggi. Profesi sebagai suatu pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya memerlukan tehnik dan prosedur, dedikasi, serta peluang lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan, memiliki kode etik yang mengarah pada orang atau subyek (Atik Purwani, 2008), Profesi dapat pula diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Keahlian tadi diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/ latihan prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi Inservice training (Djam’an Satori,dkk. 2009). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan (SDKI, 2007), Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 390/100.000 kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (1997), selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup. Meskipun telah terjadi penurunan Angka Kematian IBU (AKI) dalam beberapa tahun terakhir akan tetapi penurunannya masih sangat lambat (Wilopo, 2010). Hal ini sejalan dengan (Kemenkes, 2008) pernyataan AKI memang terus menunjukkan tren menurun. Namun, melihat tren penurunan AKI
yang berlangsung lambat, dikhawatirkan sasaran MDG 5a tidak akan tecapai. Demikian juga dengan sasaran MDG 4, perlu upaya lebih keras agar penurunan AKI dan AKB melebihi tren yang ada sekarang. Tidak bisa lagi upaya itu dilakukan secara business as usual. Upaya-upaya inovasi yang memiliki daya ungkit yang tinggi harus segera dikedepankan. Sementara itu, AKI dan AKA Indonesia juga menduduki urutan yang tak dapat dibanggakan. Sementara itu, Data menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup, dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015 (Erri, 2010). Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan,
Pre eklamsia, eklampsia atau
gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Pendarahan yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, sebagian besar kasus pendarahan dalam masa infas terjadi karena retensio
plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya
manajemen emergensi obstetric
dan perawatan neonatal
Eklampsia merupakan penyebab utama
yang tepat waktu.
kematian ibu, yaitu 13% kematian ibu di
Indonesia, rata-rata dunia 12%. Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan komplikasi aborsi (Yunita, 2011). Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang tersebut adalah Mengidentifikasi Sikap Profesional Bidan Dalam Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) di Rumah Sakit Umum Harapan Insani Kabupaten Kutai Barat.
METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau caracara lain dari kuantifikasi
atau pengukuran (Strauss dkk, 1997), sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus
bertujuan untuk mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat. kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktifitas atau individu (Saryono dkk, 2010). Pengelolaan Peran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai instrumen penelitian, yaitu peneliti terjun langsung dalam melakukan penelitian di lapangan. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam yang berisi pertanyaan terbuka sebagai pedoman untuk wawancara dan lembar observasi untuk mengetahui kebenaran dari hasil wawancara. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insani Sendawar Kabupaten Kutai Barat Tahun 2012, dengan jumlah bidan 16 orang, sepuluh orang diobservasi dan 6 orang diwawancarai, waktu Pelaksanaan pengumpulan Data Bulan Oktober dan Nopember 2012. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh data sekunder dan data primer. Data Sekunder, data yang diperoleh dari data yang sudah ada, yaitu Profile Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insani Sendawar dan buku register Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insani Sendawar tahun 2012., sedangkan data primer, yaitu data hasil wawancara dan Studi kasys dan observasi lansung bidan menolong persalinan yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Untuk mendapatkan data atau informasi tentang proses penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal (APN) di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kutai Barat 2012. Teknik Pengumpulan Data Cara atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik Wawancara Mendalam, Pengamatan ( Observasi), dan Dokumentasi Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis konten atau analisis isi, yakni dimulai dengan mereduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi/ pengamatan, laporan persalinan, status pasien dan dokumen lain dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori,kemudian penyajian data dengan menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan Sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
HASIL PENELITIAN Karakteristik informan dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang terdiri dari Informan wawancara mendalam dalam sebanyak 6 (enam ) orang bidan tenaga pelaksana, Bidan yang diobservasi menggunakan lembar observasi dan ceklist APN sebanyak 10 orang yang menolong persalinan di ruang bersalin. Kognitif Pengetahuan bidan tentang langkah-langkah dalam Asuhan Persalinan Normal( APN) didapatkan dari pengalaman yang diadopsi dari senior mereka secara praktek, sehingga mereka tidak memahami secara jelas teori dari standar Asuhan Persalinan Normal( APN), sebagaimana ungkapan berikut: “Saya tahu prakteknya. Jadi, saya tahu membantu persalinan normal, tapi sesuai standar asuhan persalinan normal, saya kurang tahu mudah-mudahan sesuai, karena yang dilakukan biasanya begitu juga” (RS, 32 Tahun)
Pengetahuan tentang Standar APN ( Asuhan Persalinan Normal)
juga
didapatkan dari bangku kuliah ataupun pelatihan. Tetapi, hal tersebut tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana yang ada. Sehingga perlakuan dalam menolong persalinan normal dilakukan apa adanya. Demikian ungkapan bidan saat diwawancarai berikut: “Kalau teori saya tahu karena baru saja dari bangku kuliah tapi karena alat yang ada cuma ada partus set tanpa setengah kocher itulah yang saya kerjakan” ( AD, 40 Tahun)
Hal yang diketahui bidan tentang Langkah-langkah dalam membantu persalinan normal dan sering dilakukan adalah menyiapkan alat dan obat-obatan, memastika pembukaan lengkap, melakukan pertolongan persalinan dan perawatan bayi baru lahir, sebagaimana ungkapan berikut: ” langkah-langkah yang saya selalu kerjakan adalah menyiapkan peralatan dan obat-obatan, memastikan pembukaan lengkap , melakukan pertolongan persalinan dan perawatan bayi baru lahir” ( RS, 32 Tahun)
Selain Standar asuhan persalinan Normal yang diketahui oleh bidan adalah menyiapkan diri, menyiapkan peralatan dan obat-obatan
yang dibutuhkan, serta
memastikan pembukaan lengkap. Adapula yang menambahkan pengecekan Denyut Jantung Janin
(DJJ), memberitahukan kepada sang ibu dan keluarga bahwa
persalinan segera akan berlangsung, menolong persalinan, menyuntik oktoksin, mengeluarkan plasenta, massase fundus uteri dan penanganan bayi baru lahir. Demikian ungkapan informan berikut: “Langkah-langkah yang saya kerjakan adalah dalam menolong persalinan adalah siap alat, siap diri,siap obat, memastikan pembukaan lengkap, mengecek Denyut Jantung Janin ( DJJ), beritahu ibu dan keluarga bahwa persalinan segera akan berlangsung, menolong persalinan, menyuntik oksitosin, mengeluarkan plasenta, massase fundus uteri dan penanganan bayi baru lahir”. ( LD, 37 Tahun)
Afektif Perasaan bidan ketika membantu persalinan normal ada yang merasa empati yang ditunjukkan dengan perasaan senang bisa membantu orang lain, sebagaimana kutipan wawancara berikut: “Senang bisa membantu orang lain tentunya” ( Rn, 33 Tahun)
Adapula yang merasa cemas takut bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada ibu dan bayinya. Tetapi, tetap berusaha rileks dan membantu menenangkan ibu dan keluarganya. Sebagaimana ungkapan berikut: “ y…. kadang ada perasaan was-was, apalagi kalo ada masalah dengan ibu dan bayinya tapi, berusaha rileks aja, menenangkan ibunya juga keluarganya, dan semoga bisa baik-baik saja selalu” ( LD, 37 Tahun)
Para Bidan yakin , penerapan standar Asuhan Persalinan Normal ( APN ) dapat dilaksanakan dengan baik apabila diadakan pelatihan secara intens dan tersedianya peralatan atau sarana dan prasarana yang memadai, sebagaimana kutipan wawancara berikut: ” Standar Asuhan PersalinanNormal untuk melaksanakan saya yakin apabila saya telah dilatih Asuhan Persalinan Normal bisa dilaksanakan sesuai dengan Standar” ( RS, 32 Tahun)
Konatif Dalam menolong persalinan, bidan berpengalaman akan menyiapkan berbagai hal, mulai dari menyiapkan diri dengan mencuci tangan, sterilisasi dan menggunakan alat pelindung diri seperti topi, kaca Mata, sepatu boat, dan sarung tangan. Selain itu perlu adanya persiapan peralatan persalinan seperti gunting tali pusat,gunting efisiotomi, kom kecil. Lalu dilakukan pemeriksaan organ dalam vagina dengan cara memasukkan dua jari dan memecahkan ketuban dengan pinset. “yang biasa saya lakukan adalah siapkan alat untuk pencegahan infeksi yaitu cuci tangan, mengganti sarung tangan dan membuang pakaian kotor ibu ke dalam ember” Saya lakukan pemeriksaan dalam
dengan cara saya bersihkan vulva dengan kapas Savlon dan melakukan pemeriksaan dalam dengan cara dua jari dimasukkan kedalam Vagina dan memecahkan ketuban pakai pinset” (LN, 23 Tahun) “saya siapkan Gunting tali pusat,gunting Efisiotomi,kom kecil,kasa Steril,pakai topi,kaca mata,sepatu boat, sarung tangan” Saya lakukan pemeriksaan dalam dengan sarung tangan dipasang pada tangan dimasukkan kedalam vagina untuk meraba portio apakah pembukaan telah lengkap dan ketuban utuh dan dipecahkan dengan pakai pinset” (Rn, 33 Tahun)
Sejalan dengan hasil penelitian pada variable kognitif dan Afektif di atas bahwa Standar APN yang dilakukan oleh Bidan merujuk pada pengalaman dan melihat senior. Sehingga bila ada pelatihan APN, keyakinan untuk bisa menolong persalinan sesuai standar APN akan lebih besar dengan kata lain aspek konatif atau dikenal dengan tindakan turut mempengaruhi ke arah pemberian pertolongan persalinan normal sesuai dengan standar. Demikian ungkapan bidan berikut: “ Standar Asuhan Persalinan Normal yang saya kerjakan adalah dari pengalaman dan melihat senior saya, tapi apabila saya dilatih Asuhan Persalinan Normal saya yakin bisa mengerjakan sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal “ ( Rs, 32 Tahun) “Kalau saya lupa teori yang saya kerjakan adalah dengan melihat senior saya itu yang saya kerjakan namun dalam hal ini apabila saya dilatih Asuhan Persalinan Normal, saya akan bisa melakukan sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal “ ( LN, 23 Tahun)
Dalam manajemen aktif kala III yang dilakukan untuk mengeluarkan plasenta adalah melihat apakah ada tanda-tanda pelepasan yaitu adanya semburan darah secara tiba-tiba dan tali pusat memanjang, serta adanya kontarksi uterus. setelah tanda-tanda tersebut Nampak maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah meletakan tangan kiri diatas sympisis dan mendorong kearah belakang
( Dorsokranial ) dan apabila
plasenta tampak di vulva tangan untuk menangkap diikuti tangan kiri dilakukan memutar plasenta searah jarum jam hingga lahirlah plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap. Setelah plasenta lahir dilakukan masase oleh bidan, sebagaimana kutipan wawancara berikut: “Dalam manajemen aktif kala III yang saya lakukan untuk mengeluarkan plasenta adalah melihat apakah ada tanda-tanda pelepasan yaitu adanya semburan darah secara tiba-tiba tali pusat memanjang adanya kontarksi uterus setelah tanda-tanda tersebut saya lakukan meletakan tangan kiri diatas sympisis dan mendorong kearah belakang ( Dorsokranial ) dan apabila plasenta tampak di vulva tangan untuk menangkap diikuti tangan kiri saya lakukan memutar plasenta searah jarum jam hingga lahirlah plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap setelah plasenta lahir saya lakukan masase” ( LD, 37 Tahun)
Dari hasil observasi, 17 langkah Asuhan persalinan normal yang diamati, 10 langkah tidak dilakukan oleh semua informan yakni tidak dilakukannya pimpin meneran, siap tolong, hand nanuver, sanggah susur, pasca tindakan, bersih aman, dekontaminasi, celup,cuci, dan siap alat siap diri pun tidak dilakukan secara optimal Karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada. Berbeda halnya dengan MAK III dan perlakuan pasca tindakan semua dilakukan oleh sepuluh bidan yang diamati, hampir sama dengan pengecekan pendarahan, bidan yang diobservasi melakukan pengecekan pendarahan tersebut kecuali 1 orang yang tidak melakukannya. Sebaliknya bidan yang melakukan pemeriksaan tanda dan gejala hanya 1 orang saja, sedangkan 9 lainnya tidak melakukan, dan untuk partograf hanya dilakukan oleh tiga bidan saja sedangkan 7 lainnya tidak.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian
ini tingkat Kognitif Bidan dalam penerapan Asuhan
Persalinan Normal di Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Insani Kabupaten Kutai Barat tahun 2012 tidak sesuai dengan standar asuhan persalinan normal, hal tersebut berdampak pada kognitif dan afektifnya. Hal ini didapatkan dari 6 ( enam ) orang bidan yang diwawancarai hanya 1 ( satu ) orang saja pengetahuan sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal sedangkan 5 orang lainnya tidak Standar. Bidan yang Standar tersebut karena telah mengikuti Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Sedangkan 10 ( sepuluh ) bidan yang di observasi di Ruang Bersalin dengan lembar observasi Asuhan Persalinan Normal,10 orang bidan tersebut tidak ada bidan yang bekerja sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal. Menurut penelitian Anita, (2007) dengan judul hubungan kompetensi Bidan dalam pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di Kabupaten Aceh Besar, Populasi 770 bidan, sample 76 orang bidan, 38 bidan dengan teknik wawancara dan 38 bidan dengan observasi. Hasil penelitian ada hubungan signifikan bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan keterampilan dan bidan yang belum mengikuti pelatihan Asuha Persalinan Normal tidak terampil dalam menolong persalinan. Sumber pengetahuan bidan bukan hanya didapatkan dari bangku kuliah ataupun pelatihan, tetapi ada pula bidan yang membatu persalinan normal dari hasil pengalaman dan pengamatan yang diadopsi dari senior mereka secara praktek, meskipun mereka tidak memahami secara jelas teori dari standar Asuhan Persalinan Normal ( APN) karena hanya menerapkan apa yang dilihat dan dipahaminya dari
bidan senior maupun pengalaman tersebut. Misalnya Hal yang diketahui bidan tentang Langkah-langkah dalam membantu persalinan normal adalah menyiapkan alat dan obat-obatan, memastikan pembukaan lengkap, adapula yang menambahkan pengecekan Denyut Jantung Janin ( DJJ), memberitahukan kepada sang ibu dan keluarga bahwa persalinan segera akan berlangsung, menolong persalinan, menyuntik oktoksin, mengeluarkan plasenta, massase fundus uteri dan penanganan bayi baru lahir. Afektif, sikap terhadap langkah-langkah bidan dalam melaksanakan Standar Asuhan Persalinan Normal dari wawancara 6 orang bidan, bidan mau berubah bekerja sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan Normal apabila mereka telah dilatih Standar Asuhan Persalinan Normal mereka siap akan melaksanakan sesuai dengan Standar. Demikian halnya dengan perasaan bidan ketika membantu persalinan yang dipercaya mempengaruhi kondisi emosional yang ada di sekitarnya, dan turut menentukan sikap yang harus diambil dalam penanganan asuhan persalinan normal, seperti hasil penelitian ini Perasaan bidan ketika membantu persalinan normal ada yang merasa empati dengan senang bisa membantu orang lain, ada yang merasa cemas takut bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada ibu dan bayinya. Oleh karena itu perlu sikap rileks, tenang dan teliliti dalam menjalankan tugas sebagai bidan. Sikap menurut (Notoatmodjo, 2007) sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebaginya). Cambell ( 1950 ) mendefinisikan sangat sederhana, yakni “ Anindividuals attitudeis syndrome of response consistency with regard to object” Jadi jelas, disini
dikataka bahwa sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhataian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan ( reaksi terbuka ) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Berdasarkan pengalaman bidan dari hasil wawancara mendalam diungkapkan bahwa hal yang sering dilakukan dalam persalinan normal secara menyeluruh mulai
mendekati standar asuhan persalinan normal, namun belum dilakukan oleh semua bidan karena kurangnya pengetahuan tentang standar asuhan persalinan normal itu sendiri. Dalam menolong persalinan di rumah sakit umum daerah. Ada beberapa langkah yang mulai dikenal bidan misalnya menyiapkan berbagai hal, mulai dari menyiapkan diri dengan mencuci tangan, sterilisasi dan menggunakan alat pelindung diri seperti topi, kaca Mata, sepatu boat, dan sarung tangan. Selain itu perlu adanya persiapan peralatan persalinan seperti gunting tali pusat,gunting efisiotomi, kom kecil, atau dalam bahasa medis disebutkan partus set, heating set,dan resutasi set. lalu melakukan vulva hygiene dengan cara merendam kapas ke dalam savlon. Lalu dilakukan pemeriksaan organ dalam vagina dengan cara memasukkan dua jari dan memecahkan ketuban dengan pinset , tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri menahan defleks kepala bayi, lalu dilakukan persalinan. Kemudian, letakkan bayi di perut ibunya dan dikeringkan dengan handuk atau kain bersih, lalu tali pusat dijepit dan diikat kemudian digunting, selanjutnya diadakan kontak kulit antara bayi dan ibunya guna inisiasi menyusui dini ( IMD). Pernyataan tersebut sedikit berbeda dengan hasil observasi kepada 10 informan yang berbeda dimana pengamatan dari 17 langkah Asuhan persalinan normal yang diamati,
ada 10 langkah tidak dilakukan oleh semua informan yakni tidak
dilakukannya pimpin meneran, siap tolong, hand nanuver, sanggah susur, pasca tindakan, bersih aman, dekontaminasi, celup, cuci, dan siap alat siap diri pun tidak dilakukan secara optimal. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang ada, dan semakin memperkuat dugaan kurangnya pengetahuan bidan tentang standar asuhan persalinan normal yang optimal. Berbeda halnya dengan MAK III dan perlakuan pasca tindakan yang memang semua dilakukan oleh sepuluh bidan yang diamati, hampir sama dengan pengecekan pendarahan, bidan yang diobservasi memang melakukan pengecekan pendarahan tersebut kecuali 1 orang yang tidak melakukannya. Sebaliknya bidan yang melakukan pemeriksaan tanda dan gejala hanya 1 orang saja, sedangkan 9 lainnya tidak melakukan, dan untuk partograf hanya dilakukan oleh tiga bidan saja sedangkan 7 lainnya tidak. Sejalan dengan hasil observasi pada manajemen aktif kala III ( MAK III) yang telah dilakukan secara penuh oleh bidan, hasil wawancarapun menunjukkan jawaban yang tepat dan seragam tentang perlakuan terkait manajemen aktif kala III yang dilakukan yakni bertujuan untu mengeluarkan plasenta adalah melihat apakah ada tanda-tanda pelepasan yaitu adanya semburan darah secara tiba-tiba dan tali pusat
memanjang, serta adanya kontarksi uterus. setelah tanda-tanda tersebut dilakukan meletakan
tangan
kiri
diatas
sympisis
dan
mendorong
kearah
belakang
(Dorsokranial ) dan apabila plasenta tampak di vulva tangan untuk menangkap diikuti tangan kiri dilakukan memutar plasenta searah jarum jam hingga lahirlah plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap setelah plasenta lahir dilakukan masase.
KESIMPULAN DAN SARAN Tingkat pengetahuan Bidan tidak sesuai dengan Standar Asuhan Persalinan normal, Sikap Profesional Bidan dalam penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal. Tidak Standar, Kedislipnan Bidan penguasaan materi tidak sesuai Standar Asuhan Persalinan Normal, Penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal. Dikerjakan tidak sesuai dengan Standar, Bidan punya keyakinan bahwa Asuhan Persalinan Normal bisa dilaksanakan, Sarana dan prasarana
Asuhan Persalinan
Normal tidak Standar.Disarankan, Untuk meningkatkan pengetahuan perlu Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Untuk meningkatkan Sikap
Profesional Bidan dalam
Peneterapan Asuhan Persalinan Normal Bidan perlu senantiasa menerapkan Standar Asuhan Persalinan Normal,
Perlu keyakinan
Bidan dalam penerapan Asuhan
Persalinan Normal’, Lengkapi sarana dan prasanara untuk penerapan Standar Asuhan Persalinan Normal.
DAFTAR PUSTAKA Anita, (2007 ), Hubungan Kompetensi Bidan dalam pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di Kabupaten Aceh Besar. Aceh Atik, Purwani (2008), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC BPS, (2003), Buku Panduan Prakris Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Cambell (1950 ), Anindividuals attitudeis syndrome of response consistency with regard to object. Jakarta Djam’an, Satori dkk, (2009), Manajemen Asuhan Kebidanan. Pengantar dan Contoh Kasus. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Erri, (2010). Hubungan Keluarga Berencana Dengan Pencegahan Kematian Maternal Dan Neonatal. Jurnal Kesehatan dan Informasi Kedokteran
Kemenkes, (2008), Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI Notoatmodjo, (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rieneka Saryono dkk, (2010), Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin) (Cetakan ke-4). Yogyakarta : Fitramaya. Strauss dkk, (1997) Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika SDKI, (2007), Survei Demograpi dan Kesehatan Indonesia tentang Angka Kematian Ibu dan Bayi.Jakarta, Indonesia. Wilopo, (2010), Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Fitramaya Yunita, Indri (2011) Analisis Penyebab Faktor Sosial Ibu Hamil Resiko Tinggi. Jakarta