PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SIKAP ETNOSENTRIS PADA ETNIS TIONGHOA TOTOK (ASLI) dan PERANAKAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Elvin Wijaya
NIM : 029114003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Biarlah satu halaman hidupmu terbuka setiap hari ...
Rahasia
Renungkanlah yang ada di dalamnya...
Rasakanlah apa yang dikatakannya ...
Simpanlah Dalam lubuk hatimu ... Maka kau temukan impian emas yang Menunggumu dalam tidur Setiap pagi, Tatkala engkau terjaga, Ada seorang teman baru, Yang rahasia, Tersenyum dalam dirimu.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan karya ini kepada : • Sang Buddha, Guru Agung Nan Mulia dengan Dhamma ajaranNya • Papa dan Mama tercinta • My Brother “Titi” Fridmen • My Dear Victor • All my friends • All Chinese People
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Elvin Wijaya (2007). Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan Etnis Tionghoa Peranakan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 orang. Terdiri dari 48 etnis Tionghoa Totok (asli) dan 72 etnis Tionghoa Peranakan, yang berstatus mahasiswa. Data diperoleh dengan menggunakan skala sikap etnosentris. Koefisien reliabilitas sebesar 0.9153. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Hasil perhitungan menunjukkan mean empiris etnis Tionghoa Totok (asli) sebesar 128.69 dan mean empiris etnis Tionghoa Peranakan 121.29. Mean empiris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari mean empiris etnis Tionghoa Peranakan. Pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test. Dari hasil analisis diperoleh t hitung sebesar 3.041 dengan t tabel 1.658 serta p = 0.003. Karena t hitung lebih besar dari t tabel, dan nilai p < 0.05 dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. Artinya, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Wijaya, E (2007). Ethnocentric attitude of original chinese ethnic and of mixed ethnic origins. Yogyakarta : Departement of Psychology, Faculty of Psychology, Sanata Dharma University. The proposed of this research was to compare ethnocentric attitude of original chinese ethnic and of mixed ethnic origins. This research was a comparison research. The hypothesis in this research was ethnocentric attitude of original chinese ethnic higher than of mixed ethnic origins. The subjects in this research are 120 persons. Consist of 48 original chinese ethnic and 72 mixed ethnic origins, were status college students. The data was collected using ethnocentric attitude scale. Reliability coefficient was 0.9153. The research data was measured using t-test and to determinated whether hypothesis can be accepted or unaccepted, it was done by comparing the value of t-count with t-table. The result showed that empirical mean of original chinese ethnic was 128.69 and the empirical mean of mixed ethnic origins was 121.29. The empirical mean of original chinese ethnic higher than the empirical mean of mixed ethnic origins. The test of hypothesis was using Independent Sample t-test. The result of t-test showed that t-count was 3.041 and t-table was 1.658 with p = 0.003. Since t-count was higher than t-table so the hypothesis in this research was accepted. It means, ethnocentric attitude of original chinese ethnic higher than of mixed ethnic origins.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada para Buddha dan Bodhisatva, yang telah melimpahkan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang berikut ini : 1.
Sang Buddha, yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, yang telah membimbing
dan
memberikan
kekuatan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. 2.
Papa “Lie” yang pendiam tapi selalu mensupport segala keputusan yang penulis ambil disetiap langkah dalam kehidupan ini sehingga mengajarkan penulis untuk mandiri. Mama “Sim” bidadari dalam keluarga, yang selalu mendoakan, mendengarkan segala keluh kesah penulis dan memberi spirit moral kepada penulis. Thanks to my parents... elvin beruntung dilahirkan sama papa dan mama dalam keluarga sederhana ini.
3.
Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan ini.
4.
Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu dan membimbing penulis secara akademik baik didalam kelas maupun diluar kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Bapak Dr. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran yang telah membuat penulis siap secara mental dan matang selama pengerjaan skripsi ini.
6.
Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. dan Ibu A.Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang senantiasa membantu penulis mengenai masalah akademik.
7.
Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang banyak memberikan masukan, saran, kritik serta pelajaran kehidupan baik akademik maupun kehidupan nyata. Makasih ya pak...
8.
Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama studi di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih buat Bapak dan Ibu atas bimbingan dan arahannya selama ini.
9.
Mba’ nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie’ yang dengan sabar membantu dan memberi kemudahan bagi penulis selama proses studi penulis di fakultas Psikologi ini.
10. Pak Bimo dan Pak Siang (INTI), terima kasih atas masukan dan diskusi mengenai perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini. 11. Titi “Fridmen” my brother.... bro.. thanks ya selama ini walaupun loe gak banyak omong tapi cc tau seberapa besar rasa sayang dan perhatian loe ma cc.. Jangan jadikan kekurangan loe sebagai suatu kelemahan dalam menghadapi hidup ini oc.. I Love U Bro..... you are the best brother for me... 12. All my big family....makasi atas doa, dukungan dan perhatian semua keluarga ma elvin ya....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Victor, special person in my life. Walaupun kita gak bersama saat ini, rasa sayang, dukungan dan perbedaan yang kita jalani dalam hubungan ini menjadikan elvin kaya akan “rasa”. Doa dan kepercayaanmu memberi kekuatan kepada elvin. 14. My best plend in Padang “ Bule” Vesy, Ai, cc Vera, Edward, “Kawek” Ricky, Hok An, Beatrix (Vio). Plend, ternyata jarak yang jauh gak membuat perhatian, kepedulian dan rasa pertemanan yang kita jalin dari dulu luntur. Makasi supportnya ya... 15. Teman-teman terbaik yang hadir dalam hidupku, Nanoet, Mas Adi, Cinghe, Laora.. dinamika akademik banyak juga mendewasakan pribadi kita masingmasing. Kenal dan dekat dengan kalian memberikan banyak warna dalam hidup elvin. 16. Tumi “Ratna”, Jenk Icha, Jenk Yosi kedekatan yang singkat memberikan makna yang dalam pada persahabatan ini... 17. Teman-teman di P2TKP Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi, Iput, Tita, Otikwati, Desta, Abe, Mas Kobo dan Obeth. Makasi ya supportnya dan kerjasamanya selama ini. 18. Teman-Teman Angkatan 2002 Mitha, Lia, Sutri, Anna, Meme, Ajeng, Ucix, Tanti, Nopex, Bona, Aan, Doddy, Ira, dan yang lain yang tidak bisa penulis tuliskan satu demi satu. Makasi atas pertemanan selama ini, elvin jadi belajar banyak karakter. 19. Teman-teman tempat berbagi segala rasa, Kak Shinta, Nitong dan Erika. Makasi ya selama elvin di jogja, kalian merupakan saudara bagi elvin. 20. Teman-teman mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana, makasi ya atas kerjasamanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21. Dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerelaan dan waktu yang pembaca luangkan untuk membaca karya tulis ini.
Penulis menyadari pula adanya ketidak sempurnaan dalam karya tulis ini karena kesempurnaan hanya dimiliki Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang bisa menjadi masukan bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penulis menjadi lebih baik. Kritik dan saran dapat dikirimkan ke
[email protected]. Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat menjadi inspirasi terbaru bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................. v Abstrak ............................................................................................................... vi Abstract .............................................................................................................. vii Kata Pengantar .................................................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................................................. xii Daftar Tabel ........................................................................................................ xv Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI A. Sikap Etnosentris 1.
Pengertian .................................................................................. 6
2.
Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis .................................. 8
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Aspek – aspek sikap etnosentris ............................................... 12
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap etnosentris ............... 13
B. Etnis Tionghoa 1.
Sejarah Etnis Tionghoa sampai ke Indonesia ........................... 16
2.
Kebudayaan Etnis Tionghoa ..................................................... 22
3.
Pengelompokan etnis Tionghoa ................................................ 26 a. Etnis Tionghoa Totok .................................................. 27 b. Etnis Tionghoa Peranakan .......................................... 29
C. Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok dan Peranakan .............. 31 D. Hipotesis ................................................................................................ 37
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................... 38 B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 38 C. Defenisi Operasional .............................................................................. 39 1.
Variabel Bebas .......................................................................... 39
2.
Variabel Tergantung .................................................................. 40
D. Subjek Penelitian ..................................................................................... 41 E. Prosedur Penelitian .................................................................................. 42 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 42 1.
Skala Sikap Etnosentris ............................................................ 42
2.
Pemberian Skor Skala ................................................................ 45
G. Estimasi Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas .................................... 45 1.
Estimasi validitas ....................................................................... 45
2.
Seleksi item ................................................................................ 46
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Estimasi Reliabilitas .................................................................. 49
H. Metode Analisis Data .............................................................................. 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 51 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51 1.
Uji asumsi ................................................................................... 51 a. Uji Normalitas ................................................................ 52 b. Uji Homogenitas ............................................................ 52
2.
Deskripsi data penelitian ............................................................. 53
3.
Uji Hipotesis ............................................................................... 55
C. Pembahasan ............................................................................................... 57
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 63 B. Saran ........................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65 LAMPIRAN
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
:
Profil etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan .............. 30
Tabel 2.2
:
Aspek-aspek Pembeda ....................................................... 36
Tabel 3.1
:
Distribusi item skala sikap etnosentris sebelum ujicoba .... 44
Tabel 3.2
:
Skor jawaban skala ............................................................. 45
Tabel 3.3
:
Distribusi item skala sikap etnosentris setelah ujicoba ...... 48
Tabel 3.4
:
Distribusi item skala penelitian sikap etnosentris .............. 49
Tabel 4.1
:
Ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test .......... 52
Tabel 4.2
:
Ringkasan Test of Homogenity of Variances .................... 53
Tabel 4.3
:
Ringkasan Tabel Data Penelitian ....................................... 54
Tabel 4.4
:
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ........................................... 55 (Independent Sample t-Test)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN UJICOBA Tabulasi Data Hasil Ujicoba ..................................................................................... 68 Uji Daya Beda Item dan Estimasi Reliabilitas ......................................................... 82
LAMPIRAN PENELITIAN Skala Penelitian ........................................................................................................ 86 Tabulasi Data Penelitian ........................................................................................... 87 Uji Normalitas .......................................................................................................... 105 Uji Homogenitas ....................................................................................................... 108 Uji Perbedaan / Uji t ................................................................................................. 109
LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIAN
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Masing-masing masyarakatnya terdiri dari etnis-etnis yang berasal dari berbagai macam latar belakang sosial dan budaya yang khas dan berbeda satu sama lain. Setiap etnis membawa kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang merupakan hasil dari proses belajar masing-masing individu dalam kelompok etnisnya. Dalam proses belajar tersebut individu menanamkan kepribadian, segala perasaan, hasrat, nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidup. Masing-masing etnis juga melakukan inkulturasi, yaitu proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1980). Proses ini membentuk identitas etnis dalam diri individu, sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap etnik yang meliputi sikap terhadap kelompok sendiri ataupun terhadap kelompok lain. Sikap etnik yang tertanam dalam diri masing-masing individu terhadap etnisnya membuat individu tersebut memiliki persepsi tersendiri terhadap etnis lain. Hasil interpretasi suatu etnis terhadap etnis lain bermacam-macam. Adakalanya persepsi yang mereka hasilkan berbeda dengan persepsi yang sebenarnya pada etnis tersebut, sehingga pada akhirnya setiap etnis menganggap etnisnya lebih baik dari etnis yang lain, hal tersebut diistilahkan dengan etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan perasaan bahwa kelompok etnis mereka lebih baik ketimbang kelompok etnis lain (Matsumoto, 1996). Pengertian ini diperjelas oleh Soekanto (1982) yang mengatakan bahwa etnosentrisme adalah penilaian terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan norma-norma yang ada pada kebudayaan sendiri. Salah satu etnis di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk memiliki sikap etnosentris yang tinggi adalah etnis Tionghoa. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmi (1990) yang menunjukkan bahwa etnis Tionghoa memiliki sikap etnosentris. Dilihat dari generasinya, etnis Tionghoa generasi tua memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi ketimbang generasi muda etnis Tionghoa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryanto dan Tairas (1999) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keturunan etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasialnya. Secara umum sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasial pada etnis Tionghoa lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa. Etnis Tionghoa merupakan etnis yang baru diakui keberadaannya di Indonesia, selain jumlahnya yang minoritas, etnis Tionghoa dikenal dengan etnis yang memiliki perjalanan sejarah yang kurang baik dimata orang Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa masalah-masalah ini terjadi karena orang Tionghoa masih mempertahankan kebudayaan asing, tidak memiliki identitas Indonesia. Ada yang berpendapat lagi bahwa orang Tionghoa tidak sepenuhnya berbaur dengan masyarakat pribumi. Ada lagi yang memiliki persepsi bahwa etnis Tionghoa merupakan sebuah kelompok etnis yang menduduki tangga ekonomi yang lebih tinggi dan terpisah dari pribumi. Implikasinya, konsep masyarakat majemuk yang menekankan pada pentingnya kesukubangsaan, akan selalu menempatkan orang Tionghoa sebagai orang asing, walaupun orang Tionghoa tersebut berstatus WNI. Secara tidak langsung masyarakat pribumi mengatakan bahwa etnis Tionghoa yang non pribumi harus membaur menjadi masyarakat pribumi kalau ingin diterima sebagai orang Indonesia (Suryadinata, 2003).
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di satu sisi, kecenderungan untuk mempertahankan identitas etnisnya terdapat pada sebagian warga etnis Tionghoa, sedangkan di sisi lain, mereka telah merasa menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Berdasarkan perjalanan masyarakat Tionghoa di Indonesia, etnis Tionghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas yang homogen. Identifikasi terhadap masyarakat etnis Tionghoa dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu etnis Tionghoa asli (atau juga disebut sebagai etnis Tionghoa Totok) dan etnis Tionghoa Peranakan (Tan, 1979; Skinner, 1979). Etnis Tionghoa Totok (asli) berorientasi pada budaya Tionghoa dan betulbetul menganggap dirinya bukan orang Indonesia, menggunakan bahasa Tionghoa, bersekolah dengan bahasa pengantar bahasa Tionghoa dan mempunyai hubungan kekerabatan dengan orang-orang Tionghoa di luar Indonesia. Etnis Tionghoa Totok (asli) ini sebagian besar menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi karena lahir di Indonesia. Etnis Tionghoa Peranakan adalah mereka yang lahir dari perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia. Etnis Tionghoa Peranakan memiliki tingkat akulturasi dan identifikasi diri yang bermacam-macam terhadap budaya Indonesia. Mereka dapat berbahasa Indonesia atau berbahasa daerah di tempat mereka dilahirkan (Tan, 1979). Minoritas yang heterogen ini oleh pemerintah Indonesia maupun oleh masyarakat pribumi sering dianggap sebagai minoritas yang homogen, sehingga terkesan antara etnis Tionghoa Totok (asli) dengan etnis Tionghoa Peranakan tidak memiliki perbedaan. Perasaan minoritas yang ada pada masyarakat etnis Tionghoa membuat mereka mengidentifikasikan dirinya dalam suatu kelompok. Kelompok tersebut dianggap sebagai in-groupnya. Sebaliknya, kelompok diluar kelompok sosialnya
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebut sebagai out-groupnya, dimana individu-individu anggota kelompok tersebut dianggap sebagai lawan dari in-groupnya (Boner dalam Helmi, 1990). Sikap ini disebabkan karena dengan berbaur dengan etnis atau suku lain membuat mereka merasa tidak nyaman, ada perasaan dikucilkan atau didiskriminasikan oleh etnis atau suku lain yang mayoritas. Hal ini secara tidak langsung memunculkan sikap etnosentrisme pada etnis Tionghoa. Sebagian etnis Tionghoa merasa diri mereka merupakan kelompok yang eksklusif atau istimewa dibandingkan dengan etnis lain sehingga etnis Tionghoa cenderung untuk tidak membaur dengan masyarakat setempat yang berbeda etnis dengan mereka. Salah satu contoh adanya perasaan eksklusif yang terlihat pada etnis Tionghoa adalah keinginan etnis Tionghoa untuk mencari pasangan hidup yang sesama etnis. Sikap etnosentris dapat dilihat pada etnis Tionghoa melalui fenomenafenomena yang telah dipaparkan penulis sebelumnya dan penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai peneliti. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan dengan lebih khusus melihat etnis Tionghoa yang heterogen, yang terdiri atas etnis Tionghoa yang Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Peneliti ingin mengetahui perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan.
B. Rumusan Masalah Melihat fenomena yang telah diungkap diatas maka peneliti ingin membatasi permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu apakah ada perbedaan sikap etnosentris antara etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan permasalahan tersebut maka penelitian ini memiliki tujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Untuk menambah kasanah pengetahuan di bidang Psikologi sosial khususnya Psikologi budaya tentang sikap etnosentris dan dinamikanya dalam kontak sosial antar budaya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada masyarakat etnis Tionghoa untuk mengetahui seberapa besar sikap etnosentris yang dimiliki etnis Tionghoa dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap Etnosentris 1.
Etnosentrisme a. Pengertian Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Kedudukan manusia sebagai mahkluk sosial mendorongnya untuk membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial ini dilandasi oleh kesamaan kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok dengan sadar akan menjalin hubungan timbal balik dengan sesama anggota untuk mempererat hubungan dalam kelompok. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka terdapat pola-pola perilaku dan aturan permainan yang mengatur hubungan antar anggota dalam kelompok, misalnya nilai-nilai dan norma-norma sosial. Hal ini merupakan faktor pengikat yang mempererat hubungan timbal balik tersebut (Helmi, 1990). Norma dan nilai yang terkandung dalam suatu kelompok memiliki fungsi untuk memberikan arah dan pedoman terhadap perilaku anggota dalam kelompok. Oleh sebab itu, agar setiap anggota dapat diterima dengan baik dalam hubungan timbal balik tersebut, maka para anggota harus mampu untuk mengidentifikasikan nilai dan norma kelompok. Proses identifikasi ini akan menimbulkan perasaan in-group dan orang yang berada di luar kelompok disebut out-group (Helmi,1990). In-group diartikan sebagai individu yang memiliki identifikasi yang kuat untuk menyebut dirinya sebagai bagian suatu kelompok sosial tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan out-group merupakan individu yang bukan bagian dari suatu kelompok sosial tertentu. Perasaan in-group disertai dengan perasaan persaudaraan yang memandang anggota kelompok sendiri sebagai “orang kita” atau “keluarga sendiri”. Sebaliknya, orang-orang diluar kelompok dipandang sebagai “orang asing” atau “orang lain”. Perasaan yang ada pada kelompok in-group terhadap kelompok out-group cenderung lebih dingin, bahkan kadang-kadang disertai dengan rasa permusuhan (Ahmadi, 1991). Dalam suatu kelompok biasanya terdapat kecenderungan untuk menganggap segala yang termasuk didalam kelompoknya sebagai yang utama, baik, riil, logis dan sebagainya. Sedangkan segala yang berbeda dan tidak termasuk didalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak baik dan tidak susila. Dalam in-group dimana individu termasuk didalamnya, terdapat kecenderungan untuk sering mengadakan identifikasi atau penyesuaian diri dengan kelompok. Adanya unsur mendukung, mengikuti norma yang ada dalam kelompoknya disebut sebagai in-group. Dalam outgroup, individu berada diluar suatu kelompok. Ia merasa bahwa ia tidak tergolong didalamnya (Ahmadi, 1991). Sikap in-group pada umumnya mempunyai faktor simpati dan solidaritas yang tinggi, serta selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sedangkan sikap terhadap out-group selalu ditandai dengan suatu antagonisme atau antipati. Perasaan in-group atau in-group feeling yang kuat yang dimiliki individu dalam suatu kelompok dan memandang nilai-nilai budaya maupun segala sesuatu yang ada dalam dirinya lebih baik dari individu ataupun kelompok lain disebut sebagai etnosentrisme (Haryono, 1994). Pernyataan ini juga diperjelas dengan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernyataan Soekanto (1982) bahwa etnosentrisme merupakan sikap melihat dan melakukan interpretasi terhadap orang lain berdasarkan nilai-nilai budaya sendiri. Sumner (dalam Berry, 1999) menyatakan bahwa etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan kuat yang diterapkan suatu kelompok dengan membuat patokan kelompok sendiri sebagai patokan satusatunya ketika memandang kelompok lain, dengan akibat menempatkan kelompok sendiri pada kedudukan teratas dan mendudukkan kelompok lain pada kedudukan lebih rendah. Myers (1999) menjelaskan bahwa etnosentrisme adalah keyakinan suatu kelompok terhadap superioritas etnis dan budayanya sendiri sehingga menganggap rendah kelompok lain diluar kelompoknya. Dayakisni dan Yuniardi (2004) menggambarkan etnosentrisme sebagai suatu sikap dalam melihat dan melakukan interpretasi terhadap seseorang ataupun kelompok lain berdasarkan nilai-nilai yang ada pada budayanya sendiri. Memperjelas pengertian ini, Barger (2004) menyatakan bahwa etnosentrisme merupakan kecenderungan berpikir bahwa kelompoknya sendiri lebih superior dari kelompok lain atau menilai kelompok lain inferior dari kelompoknya sendiri. Poerwanti (2001) mendefinisikan etnosentrisme sebagai pandangan bahwa kelompok sendiri merupakan pusat segalanya dan kelompok lain akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompoknya sendiri. Dengan pengertian etnosentrisme yang dipaparkan penulis diatas, gambaran adanya sikap etnosentris dapat dilihat antara lain pada orangorang Yahudi, yang menganggap dirinya sebagai orang terpilih; orang Yunani dan Roma, menganggap orang di luar dirinya sebagai orang yang
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang beradab dan orang Tionghoa yang menganggap negaranya sebagai kerajaan yang paling besar. Etnosentrisme menjadikan kebudayaan sendiri sebagai patokan dalam mengukur baik buruk, tinggi rendah, serta benar atau tidaknya kebudayaan lain berdasarkan standar kebudayaannya sendiri. Hal ini terwujud dengan adanya kesetiakawanan yang kuat antar anggota terhadap kebudayaannya sendiri, tidak adanya kritikan terhadap kelompok etnis atau bangsa sendiri, disertai prasangka negatif terhadap kelompok etnis atau bangsa lain (Poerwanti, 2001). Kecenderungan untuk menjadi etnosentris akan mengakibatkan seseorang menilai kelompok lain menurut kategori dan nilai budayanya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme adalah suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Secara sederhana, konsep etnosentrisme dapat dikatakan sebagai konsep hubungan sosial antar anggota dalam kelompok dengan anggota luar kelompok yang mana hubungan itu biasanya lebih banyak dilakukan oleh anggota dalam kelompok daripada anggota luar kelompok, sehingga orang yang memiliki sikap etnosentris yang tinggi akan banyak berhubungan dengan sesama anggota dalam kelompoknya dibandingkan dengan orang di luar kelompoknya. Hal ini disebabkan etnosentrisme mengandung dua dimensi sikap yang positif dan negatif.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis Matsumoto (1996) mengungkapkan bahwa setiap pribadi dari individu cenderung memiliki sikap etnosentris. Individu yang cenderung memiliki sikap etnosentris beresiko untuk menilai orang lain dari sudut pandang kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentris muncul dalam diri individu disebabkan oleh kurangnya pengalaman, pengetahuan ataupun komunikasi mengenai etnis lain diluar etnisnya (Poerwanti, 2001). Pengetahuan dan pengalaman yang dimaksud dapat berupa jatidiri etnis, norma kultural, bahasa yang beranekaragam pada masing-masing etnis serta pergaulan dengan individu lain diluar etnisnya. Hal ini menyebabkan komunikasi dan pergaulan antar individu antara satu etnis dengan etnis lainnya menjadi terbatas. Brown (1986) menambahkan bahwa sikap etnosentris memiliki 2 dimensi, yaitu dimensi positif dan dimensi negatif. Dimensi positif dari sikap etnosentris mengandung makna pemberian identitas diri yang dapat meningkatkan kebanggaan diri terhadap kelompoknya, sedangkan dimensi negatif mengandung makna menganggap rendah terhadap kelompok di luar kelompoknya. Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu yang diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun lingkungan kelompok etnis (Berry, 1999). Norma kultural mengandung hal-hal yang berbau kebudayaan serta adat istiadat yang ada dalam kelompok etnis atau budaya yang berlaku secara umum tidak terkait dengan diri sendiri.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Norma kultural memiliki peranan yang penting dalam menentukan apa yang dipelajari seseorang. Nilai-nilai kultural atau budaya yang ditanamkan oleh budaya pada masing-masing individu dapat berubah secara mencolok bila mendapat tekanan dan pengaruh dari lingkungan (Helmi, 1990). Budaya yang terinternalisasi pada masing-masing individu memiliki derajat internalisasi yang berbeda-beda pada setiap individu anggota kelompok budaya tersebut (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Individu yang mendapatkan pengetahuan mengenai norma kultural yang besar dari keluarga maupun lingkungan kelompok etnisnya menjadikan individu tersebut memiliki kecenderungan untuk bersikap etnosentris. Norma kultural berdampak pada sikap etnosentris, secara positif norma kultural dapat menjadikan individu melestarikan budaya dan adat istiadat yang terdapat pada etnisnya sebaliknya menjadi negatif bila individu mengganggap adat istiadat dan budaya etnis lain lebih rendah dari etnisnya. Jatidiri etnis merupakan keseluruhan seseorang yang mencakup pribadi (misal nama) dan sosial (misal keluarga). Jatidiri etnis dapat dikatakan sebagai bagian konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu. Jatidiri etnis seseorang berasal dari kelompok etnis dimana ia menjadi anggotanya. Dalam hal ini, individu merasa mereka menjadi milik kelompok dan bekerja untuk mengutamakan kelompok dan keanggotaan mereka (Berry, 1999). Jati diri etnis yang terdapat pada diri individu dapat terlihat dari ciriciri fisik yang ada dalam diri individu, misalnya etnis Tionghoa memiliki mata yang sipit dan kulit yang putih atau orang yang berkulit hitam
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung berasal dari Afrika. Jati diri etnis merupakan bentuk representasi diri individu dari kelompok etnisnya. Jatidiri etnis secara sederhana dapat digambarkan sebagai budaya dari etnisnya yang melekat secara langsung pada diri individu. Hal ini secara positif berdampak pada sikap etnosentris, yaitu individu menjadi istimewa dan bangga menjadi anggota dalam kelompok etnisnya. Berdampak negatif disaat individu merasa bahwa jatidiri etnisnya lebih baik dari jatidiri etnis yang lain. Seringkali kesamaan jatidiri pada etnis membuat anggota dalam kelompok etnis berkumpul, bergaul dan berinteraksi hanya dengan sesama anggota dalam kelompok etnisnya. Identifikasi yang besar terhadap etnisnya menjadikan individu dalam kelompok etnis memiliki in-group feeling yang kuat. Rasa kebersamaan dalam kelompok yang berlebihan memunculkan dimensi yang negatif dari sikap etnosentris. Individu jadi berkelompok dan bergaul hanya dengan anggota dalam kelompok etnisnya. Keengganan untuk menjadikan orang lain diluar etnisnya sebagai teman menjadi besar. Rasa bangga
yang
besar
terhadap
kelompok
etnis
sendiri
menjadikan
terbentuknya stereotipe dari kelompok diluar etnis terhadap kelompok etnis tersebut. Stereotipe merupakan kepercayaan bahwa semua anggota suatu kelompok memiliki ciri-ciri tertentu atau menunjukkan perilaku tertentu (Muzammil, 2006). Menurut Mulyana (2000), stereotipe adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaanperbedaan individual. Stereotipe seringkali didasari oleh fakta dan fiksi mengenai orang lain dari budaya tertentu, namun seringkali menjadi konsepsi yang terlalu
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sederhana, kaku dan tidak akurat. Ketidakakuratan ini terjadi akibat adanya overgeneralisasi dari pengalaman pribadi atau informasi yang masuk sehingga individu cenderung untuk bergaul dengan anggota dalam kelompok etnisnya (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Saat teman kita dari Batak berbicara dengan suara lantang dan keras, maka selanjutnya kita menggeneralisasi bahwa semua orang Batak memiliki watak yang keras dan suara yang lantang. Bahasa merupakan salah satu jembatan untuk berpartisipasi dalam lembaga sosial dan ekonomi masyarakat. Persoalan yang paling penting yang berkaitan dengan bahasa dalam masyarakat majemuk adalah pelestarian bahasa. Pelestarian bahasa dalam kelompok etnis adakalanya dipengaruhi oleh keinginan anggota kelompok untuk melestarikan bahasa mereka dalam masyarakat dominan dengan menggunakan bahasa itu sendiri dan mengajarkannya kepada keturunannya (Berry,1999). Bahasa yang pertama dipelajari seseorang adalah bahasa ibu, yang seterusnya akan memberikan sumbangan bagi pembentukan diri dan pengembangan kepribadian individu. Bahasa merupakan salah satu unsur warisan budaya yang khas. Hal ini membuat masyarakat sadar untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan membedakan mereka dari individu yang lain (Yulia, 1997). Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah budaya Tionghoa, mereka tetap melestarikan bahasa dan budayanya. Etnis Tionghoa menggunakan bahasa Tionghoa
dalam
berkomunikasi
dengan
sesama
etnis
mereka.
Berkomunikasi dengan bahasa Tionghoa membuat etnis Tionghoa merasa bersaudara satu sama lainnya. Agar tetap terpelihara, bahasa Tionghoa tetap
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipertahankan oleh etnis Tionghoa. Bahasa merupakan cerminan dari terpeliharanya suatu budaya. Bahasa merupakan salah satu aspek dari sikap etnosentris yang mengandung
dimensi
negatif.
Hal
ini
dikarenakan
etnis
tersebut
menggunakan bahasa yang berasal dari budayanya dan tidak menggunakan bahasa dominan dimana etnis tersebut berada. Bentuk pelestarian bahasa akan menyebabkan komunikasi dan kontak sosial terhadap kelompok lain menjadi tidak harmonis. Misalnya, setiap etnis yang ada di Indonesia berkomunikasi dengan bahasa yang terdapat pada etnis mereka masingmasing, setiap etnis merasa bahasa yang terdapat pada etnisnya lebih baik daripada etnis lain dan merendahkan bahasa dari etnis lain. Hal ini menimbulkan sikap etnosentris pada kelompok etnis. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap etnosentris mengandung dua dimensi yaitu, dimensi negatif dan dimensi positif. Aspekaspek yang terdapat pada sikap etnosentris seperi norma kultural, jatidiri etnis, pergaulan dan bahasa masing-masing memiliki dimensi positif dan dimensi negatif.
c. Pembentukan Sikap Etnosentris Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap etnosentris adalah: (1)
Lingkungan keluarga Menurut Helmi (1990), sikap etnosentris terbentuk melalui interaksi nilai-nilai yang ada dalam diri individu dan pengaruh lingkungan melalui proses belajar. Hal lain yang juga berkaitan dengan terbentuknya sikap etnosentris adalah ditanamkannya perasaan in-
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
group yang kuat sejak tahap-tahap awal perkembangan manusia. Media yang sangat berpengaruh atas proses sosialisasi adalah lembaga keluarga (Helmi, 1990). Sejak masih kanak-kanak, individu secara alamiah mampu untuk membedakan dirinya berdasarkan keanggotaan kelompok, yakni menjadi bagian dari sebuah keluarga. Sumner (dalam Brewer dan Miller, 1996) mengistilahkan hal tersebut dengan in-group dan outgroup, yakni pengelompokan sosial yang dilakukan individu apakah menjadi bagian atau bukan merupakan bagian dari suatu kelompok sosial. Tajfel (dalam Brewer dan Miller, 1996) menyatakan, perasaan in-group sudah nampak sejak usia anak-anak. Pada usia 6 atau 7 tahun, misalnya anak-anak sudah memperlihatkan kecintaan yang kuat pada bangsanya, meskipun mereka belum mengerti apa arti bangsa itu sendiri. Orang tua merupakan dasar dari perkembangan etnosentrisme.
(2)
Lingkungan masyarakat atau tempat tinggal Setiap manusia lahir membawa potensi perilaku dan berada dalam suatu kondisi sosial. Kondisi sosial masing-masing individu berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan ini termasuk dalam hal nilai-nilai yang mengatur perilaku mana yang boleh dipelajari dan tidak boleh dipelajari. Hal ini mengartikan bahwa manusia diajar oleh lingkungan sosialnya untuk dapat membuat respon tertentu dan tidak merespon yang lain. Oleh Segall (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004) hal ini dinamakan sosialisasi.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Child (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004) berpendapat bahwa sosialisasi sebagai proses dalam diri individu, dimana individu tersebut dilahirkan dengan potensi perilaku yang luas, yang mengarah pada pengembangan perilaku nyata yang dibatasi lebih sempit pada suatu kebiasaan dan dapat diterima oleh individu dengan standar nilainilai yang ada pada kelompoknya. Proses
sosialisasi
biasanya
melibatkan
reinforcement
didalamnya. Adanya reward sosial dan punishment sosial, membuat individu belajar perilaku mana yang boleh dilakukan dan dilarang untuk dilakukan. Individu akan diberi penghargaan jika perilakunya diterima oleh lingkungan sosialnya dan hukuman terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau dilarang oleh lingkungan sosialnya (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Dengan demikian, lingkungan sosial dapat memperkuat atau memperlemah terbentuknya sikap etnosentris melalui adanya reward sosial dan punishment sosial yang dibentuk sesuai dengan aturan dan standar nilai yang ada pada masing-masing kelompok sosial.
(3)
Lingkungan sekolah atau pendidikan Sistem pendidikan tidak hanya sebagai institusi untuk meningkatkan kemampuan dalam berpikir dan pengetahuan. Tetapi juga
merupakan
institusi
yang
mensosialisasikan
individu,
mengajarinya dan memperkuat nilai-nilai budaya yang penting. Pada sistem pendidikan penanaman nilai-nilai budaya dan pensosialisasian individu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1) materi yang yang diajarkan sekolah merefleksikan pilihan-pilihan yang secara apriori melalui anggapan yang dihargai oleh suatu budaya atau masyarakat tentang apa yang diyakini penting untuk dipelajari. (2) Setting lingkungan dimana pendidikan itu berjalan perlu untuk dipertimbangkan. Tanpa memperhatikan setting lingkungan, sarana yang memungkinkan pendidikan terjadi akan memperkuat tipe nilainilai budaya tertentu pada sipenerima pendidikan itu. Organisasi, perencanaan dan pelaksanaan dari rencana pelajaran merupakan bagian yang penting dari faktor sosialisasi (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Di sekolah, sebagian besar hidup individu dihabiskan tidak dengan orang tua mereka. Proses sosialisasi yang awalnya terbentuk pada hubungan dengan orang tua berlanjut dengan teman sebaya dalam situasi bergaul, bekerjasama dan sekolah (Matsumoto, 2004). Sekolah melembagakan
nilai-nilai
budaya
dan
merupakan
kontributor
perkembangan intelektual serta perkembangan sosial dan emosi individu. Dengan demikian, perkembangan sikap etnosentris pada individu dapat berbeda-beda tergantung dari internalisasi nilai-nilai budaya yang diajarkan dalam sistem pendidikan pada individu.
B. Etnis Tionghoa
1. Sejarah Etnis Tionghoa sampai ke Indonesia Orang Cina yang pertama kali datang di Indonesia adalah seorang pendeta agama Buddha bernama Fa Hien. Ia singgah di Pulau Jawa pada tahun 413. Daerah yang pertama kali didatangi adalah Palembang. Pada masa itu Palembang merupakan pusat perdagangan kerajaan Sriwijaya (Hidayat, 1977).
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang Cina yang merantau saat itu kemudian menetap secara tersebar di daerah-daerah yang merupakan tempat penting dalam perdagangan di Indonesia. Objek perdagangan pada masa itu adalah beras, lada dan gula (Hidayat, 1977). Belanda dan bangsa-bangsa Barat lainnya seperti Inggris dan Portugis masuk ke Indonesia dan melakukan penjajahan politik dan ekonomi. Pemerintah Hindia Belanda berusaha meningkatkan perdagangan antar pulau dan mulailah terjadi perdagangan besar-besaran antar pulau di seluruh Indonesia oleh VOC. Berhubung orang Cina umumnya merantau sebagai pedagang maka kesempatan ini digunakan oleh orang Cina untuk migrasi secara besar-besaran ke indonesia. Pada abad ke-19 dengan berkembangnya perdagangan antar pulau, kedatangan para migran asal Cina ini makin besar, bahkan bila semula yang datang hanya lakilaki sehingga menyebabkan sering terjadinya perkawinan dengan penduduk Pribumi, maka sekarang mereka datang berbondong-bondong membawa anak isteri dan membentuk perkampungan sendiri yang umumnya terdiri dari penduduk dari ras Cina (pe'Cina'n). Kedatangan rombongan orang Cina ini lebih-lebih terjadi dengan pembukaan perkebunan-perkebunan yang luas di Sumatera oleh pemerintah Hindia Belanda. Banyak orang Cina yang terdiri dari kaum buruh, hijrah ke Indonesia dan bermukim di sepanjang pantai Timur Sumatera, pulau Bangka dan Belitung. Pengelompokan penduduk ras tertentu secara demikian menghasilkan kelompok-kelompok ras Cina yang hidup secara eksklusif dan menyuburkan tradisi budaya pre mordial Cina. Ini menghalangi proses asimilasi selanjutnya. Situasi eksklusivisme Cina/Tionghoa bukan hanya terjadi secara alamiah, sebab pemerintah Cina demi alasan ekonomi ikut mendorong pelestarian budaya Cina dimana masyarakat Cina yang merantau dapat membantu pemerintah Cina dalam hal
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekonomi. Situasi ini bertambah parah lagi karena pemerintah kolonial ikut pula melestarikan budaya eksklusif ini dengan politik adu-dombanya. Pemerintah kolonial menginginkan agar orang Cina tidak terlalu dekat dengan orang Pribumi sehingga orang Cina tidak menjadi pesaing bagi pemerintah kolonial tetapi dapat dijadikan pelaku dagang yang menguntungkan Belanda . Potensi dagang orang Cina mengkhawatirkan pemerintahan kolonial Belanda yang berada di Indonesia. Bila orang-orang Cina yang sangat berbakat dagang itu bersatu dengan orang-orang Pribumi maka kedudukan pemerintah kolonial pasti terancam. Itulah sebabnya oleh Belanda orang-orang Cina diadu dan dijadikan perisai dalam menghadapi orang-orang Pribumi khususnya dalam hal perdagangan. Tuduhan eksklusivisme orang Cina menebal dengan adanya kerinduan sebagian besar orang Cina untuk mencari uang sebanyak-banyaknya di tanah seberang dan mengirimkan kepada keluarga mereka di Cina. Memasuki abad ke-XX dimana-mana timbul kesadaran nasionalisme, baik di Cina maupun Indonesia. Situasi ini dihadapi oleh pemerintah Belanda dengan mempertajam politik adu-dombanya, lebih-lebih jumlah orang Cina di Indonesia pada awal abad itu sudah mencapai lebih dari satu juta jiwa. Orang Cina memang merupakan dilema bagi orang Belanda. Disatu pihak mereka merupakan pesaing dagang, di pihak lain mereka diperlukan sebagai perantara bahkan perisai untuk menghadapi orang Pribumi (Koentjaraningrat, 2002). Banyak orang Cina dijadikan sebagai penarik pajak dari orang Pribumi dan banyak diantaranya menggunakan tugas itu untuk keuntungan diri sendiri pula. Itulah sebabnya kemudian orang Cina dianggap warga negara kelas-2 oleh Belanda, dan Belanda menganggap dirinya sebagai warga negara kelas-1 bersama orang Barat
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lainnya. Ini untuk menghadapi orang Pribumi yang dianggap sebagai warga negara kelas-3 (Herlianto, 2001). Sekalipun demikian banyak orang Cina yang memang pada dasarnya adalah pedagang bebas tidak mau begitu saja direndahkan sekedar menjadi pedagang perantara. Banyak diantaranya kemudian menjadi penyelundup dan berdagang langsung dengan penduduk Pribumi. Makin besarnya jumlah orang Cina, membuat kesadaran nasionalisme pada orang-orang Cina meningkat, hal ini dapat dilihat dengan didirikannya sekolahsekolah Cina di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat orang Cina lebih senang menyebut diri mereka sebagai 'Tionghoa' untuk mengaitkan diri dengan tanah leluhur 'Tiongkok. Pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan sekolah-sekolah eksklusif yang dinamakan Holandse Chinese School dengan status subsidi pada tahun 1908 yang dibedakan dengan Holandse Indische School untuk orang-orang Pribumi. Sekolah Cina/Tionghoa memiliki kurikulum yang disamakan dengan sekolah-sekolah Belanda dan dengan bahasa pengantar Belanda. Pada tahun 1917 pemerintah Belanda menyamakan hukum orang Cina dengan Belanda dan meninggikan status orang Cina daripada Pribumi. Sejak itu orang Cina mendapat tiga kursi wakil dalam Volksraad (DPR) (Herlianto, 2001). Kedekatan orang Cina dengan Belanda juga dipicu oleh banyaknya orangorang Cina yang kemudian masuk agama Kristen dan Katolik yang sama dengan agama orang-orang Belanda. Pada tahun 1920 orang-orang Cina yang berpendidikan Belanda mendirikan organisasi Chung Hua Hui yang mendapat perwakilan di Volksraad pada tahun 1939. Pada tahun 1940 banyak orang Cina belajar ke negeri Belanda sehingga menambah jumlah golongan orang Cina yang berorientasi ke
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Belanda. Pada tahun 1932 juga berdiri Partai Tionghoa Indonesia dan diberi kursi di Volksraad tahun 1939 yang bertujuan agar orang-orang Cina perantauan menjadi warga negara Indonesia dan melepaskan diri dari kewarga-negaraan negeri Cina (Herlianto, 2001). Tumbuhnya kesadaran nasionalisme di kalangan orang Indonesia pribumi memang dilandasi sikap antipati kepada kolonialis Belanda tetapi juga kepada orangorang Tionghoa yang hidupnya secara ekonomis lebih maju dari mereka. Dalam kenyataannya memang orang-orang Indonesia Pribumi sangat tertinggal dari mereka baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan maupun politik. Ini disebabkan karena politik ekonomi pemerintah kolonial yang berat sebelah (Herlianto, 2001). Pada waktu penjajahan Jepang di tahun 1941-1945, kemelut ekonomi menjadikan ekonomi rakyat Pribumi makin terpuruk dan menjadikan orang-orang Cina memonopoli ekonomi dan menjadi tukang kredit. Di masa itu ada banyak orang Cina yang memihak rakyat pribumi dan melawan Belanda, tetapi banyak juga yang membela Belanda dimana selama ini mereka telah mendapat keuntungan dari Belanda. Disisi lain, banyak yang berusaha menyelamatkan diri dan hanya mencari keuntungan di pemerintahan manapun yang ada pada masa tersebut (Herlianto, 2001). Setelah kemerdekaan RI di tahun 1945 dan Belanda meninggalkan RI di tahun 1950, kekosongan ekonomi yang ditinggalkan oleh monopoli Belanda dengan segera diisi oleh para pedagang Cina. Dengan demikian di awal kemerdekaan RI, sebagian perusahaan dan usaha dagang dikuasi orang-orang Cina baik di kota maupun di desadesa (Herlianto, 2001). Sementara itu, pemerintah Cina meniupkan politik Nasionalisme Tiongkok, sehingga
pemerintah
Tiongkok
mulai
memperhatikan
Hoa-Kio
(Tionghoa
perantauan). Pada masa itu, pemerintahan Tiongkok menerapkan undang-undang
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kewarganegaraan RRC dengan menganut prinsip ius sanguinis, yaitu semua anak yang lahir dari ayah atau ibu etnis Tionghoa adalah warga negara Cina tanpa memandang tempat kelahirannya. Sebaliknya, Indonesia menganut prinsip ius soli, dimana semua anak yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia tanpa memandang kewarganegaraan orang tuanya (Herlianto, 2001). Di Indonesia, peristiwa anti etnis Tionghoa terlihat dengan adanya peristiwa G30S PKI. Pemerintah Indonesia curiga bahwa orang Tionghoa ikut terlibat pada peristiwa ini. Akibatnya, pemerintah orde baru segera mengambil tindakan dengan menutup konsulat dan kedutaan RRC (Soekisman, 1975). Di tahun 1967, orang-orang etnis Tionghoa dianjurkan untuk mengganti namanya dengan nama Indonesia untuk memperkecil perbedaan antara WNI keturunan Cina dengan WNI asli. Sekalipun demikian, memang tidak mudah bagi orang-orang Cina yang secara tradisi budaya memiliki perasaan eksklusif dan superioritas untuk bisa menempatkan diri dalam konteks kemerdekaan. Apalagi ketika di jaman Belanda warganegara Indonesia memiliki tingkatan yang sama dengan orang-orang Belanda dan dibuat lebih tinggi statusnya dari orang-orang Pribumi. Keunggulan dalam perdagangan dan pendidikan waktu itu menyebabkan program ganti nama seakan-akan mudah layaknya berganti baju dengan badan yang sama (Soekisman, 1975). Untuk mengikis sikap eksklusivisme itu, pemerintah melarang penggunaan simbol-simbol Cina, baik berupa surat kabar maupun penggunaan bahasa Cina di muka umum. Pada tahun itu pula dikeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan nama 'Tionghoa' karena konotasi keterkaitannya dengan 'Tiongkok' negeri leluhur ras ini. Untuk meredam konflik lebih besar pemerintah Orde Baru memandang orangorang Cina yang menjadi WNI sebagai berhak dan berkewajiban sama dengan yang
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pribumi, dan menganjurkan agar WNI keturunan Cina dapat membuka usaha bersama orang Pribumi (Soekisman, 1975).
2. Kebudayaan etnis Tionghoa (a) Sikap Mental Etnis Tionghoa Etnis Tionghoa memiliki sikap mental yang berlandaskan pada ajaran Kong Fu Tse ; yang menekankan pada sikap hubungan keluarga, negara dan bangsa berdasarkan kesadaran akan kedudukan orang Tionghoa yang lebih superior, lebih tinggi dan lebih maju (Hidayat, 1977). Pandangan ini menyebabkan orang Tionghoa tidak mudah melepaskan diri dari adat istiadat dan kebiasaan sosialnya. Keluarga merupakan tempat sosialisasi anak untuk pertama kalinya, hal ini akan memudahkan anak untuk menerima nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya. Terlebih lagi ajaran Kong Fu Tse menyangkut kedudukan setiap anggota keluarga sehingga memungkinkan social control yang kuat dalam menginternalisasi nilai-nilai kepada anak (Haryono, 1993). Salah satu sifat khas orang Tionghoa adalah tetap mempertahankan pola pemikiran, perbuatan dan pola kehidupan tradisi leluhurnya (Hidayat, 1977). Oleh karena itu, ajaran Kong Fu Tse mengenai keluarga tertanam begitu kuat dimanapun orang itu berada. Pada tingkat kelompok, kuatnya nilai-nilai kekeluargaan yang tertanam pada orang Tionghoa akan menjadikan ia memiliki identifikasi yang kuat untuk menyebut dirinya sebagai kelompok sosial tertentu (in-group). Terbentuknya perasaan in-group yang kuat secara tidak langsung akan membentuk etnosentrisme pada etnis Tionghoa.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Etnis Tionghoa sebagai bangsa yang pernah mengalami peradaban yang tinggi akan mengukur dan membandingkan bangsa lain berdasarkan nilai-nilai pada kebudayaannya sendiri. Sifat orang Tionghoa yang rajin, ulet, tekun dan pandai berdagang merupakan modal utama bagi kelangsungan hidup mereka. Identitas seperti ini menjadikan etnis Tionghoa memiliki sikap in-group feeling yang kuat, yang merasa memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Hal ini tentu akan menyebabkan terbentuknya etnosentrisme yang kuat (Haryono, 1994).
(b) Sistem Kekeluargaan Etnis Tionghoa menganut sistem kekeluargaan patrilineal, dimana dalam keluarga inti yang memegang kekuasaan dan peran penting adalah ayah dan anak laki-laki (Hidayat, 1977). Anak laki-laki dalam kelompok etnis Tionghoa akan menerima warisan yang paling banyak, sedangkan anak perempuan tidak mendapat harta warisan. Namun, dengan adanya perubahan orientasi
kebudayaan
akibat
modrenitas,
membuat
etnis
Tionghoa
melakukan orientasi kebudayaan barat dan orientasi kebudayaan pada daerah setempat. Hal ini menjadikan etnis Tionghoa menganut sistem kekeluargaan bilateral, yang mana terdapat persamaan hak antara laki-laki dan perempuan (Tan, 1979).
(c) Religi Pada umumnya etnis Tionghoa di Indonesia dianggap menganut agama Buddha. Di negara Cina, memang sebagian besar masyarakatnya menganut agama Buddha, namun di Indonesia masyarakat Cina memiliki keyakinan
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang beraneka ragam. Ada yang menganut agama Buddha, Khatolik, Kristen, Islam, Tao ataupun Kong Fu Tse (Suryadinata, 1984). Sebagia besar etnis Tionghoa masih percaya terhadap pemujaan terhadap para leluhurnya. Anggota keluarga yang memelihara abu leluhur, melakukan upacara pemujaan terhadap leluhur ditempat abu leluhur. Tempat itu berupa meja panjang yang tinggi dan dibawahnya ada pula sebuah meja lain yang pendek. Meja-meja tersebut biasanya diletakkan didepan ruangan rumah dan pada umumnya bewarma merah tua yang dihiasai dengan ukiran yang beraneka ragam. Diatas meja tersebut, ada satu atau lebih tempat untuk menancapkan dupa, yang oleh orang Tionghoa disebut hio lau. Dibagian kanan dan kiri hio lau terdapat sepasang pelita yang dinyalakan tiap-tiap tanggal satu dan lima perhitungan Cina dengan membakar beberapa batang dupa (Hidayat, 1977).
(d) Hari Raya Etnis Tionghoa Upacara-upacara besar yang diperingati oleh etnis Tionghoa adalah : (1) Sincia, yaitu tahun baru Imlek pada tiap-tiap tanggal satu Imlek. (2) Ceng Beng, yaitu upacara membersihkan kuburan dan sembahyang terhadap nenek moyang pada tiap tanggal tiga bulan tiga tahun Imlek. (3) Cit Gwee, yaitu sembahyang Cio-Ko suatu sembahyang untuk para arwah yang tidak disembahyangkan oleh sanak keluarga yang masih hidup di dunia. Sembahyang ini dilakukan pada tiap-tiap tanggal lima belas bulan tujuh tahun Imlek. (4) Peh Cun, suatu perayaan untuk memperingati tokoh Kut Goan, seorang patriot negara, menteri kerajaan Chou, yang mengakhiri
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidupnya dengan membuang diri kedalam sungai Nilo di provinsi Hunan, karena putus asa melihat negaranya dihancurkan oleh saudara Ciu. Upacara ini dilakukan setiap tanggal lima bulan lima tahun Imlek. (5) Ting Ciu, suatu perayaan pada tanggal lima belas bulan delapan tahun Imlek, yaitu pada musim gugur di negara Cina. (6) Tang Ce, perayaan pada tanggal pertengahan bulan sebelas tahun Imlek.
(e) Bahasa Orang Tionghoa yang berada di Indonesia bukan berasal dari satu kelompok daerah di Cina, melainkan berasal dari beberapa suku yang berasal dari 2 provinsi yang ada di Cina yaitu Fukien dan Kwantung yang sangat terpencar-pencar daerahnya (Koentjaraningrat, 2002). Setiap imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia masing-masing membawa kebudayaan dari suku bangsanya sendiri-sendiri. Suku bangsa yang ada memiliki bahasanya masing-masing. Ada 4 bahasa Cina yang ada di Indonesia yaitu bahasa Mandarin, Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton. Setiap bahasa memiliki perbedaan sehingga pembicara dari bahasa yang satu tidak dapat mengerti bahasa dari pembicara yang lain (Koentjaraningrat, 2002). Etnis Tionghoa di Indonesia saat ini sebagian besar tidak mampu secara aktif menggunakan bahasa Tionghoa. Kebanyakan dari etnis Tionghoa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(f) Mata pencaharian Sebagian besar etnis Tionghoa di Indonesia bermata pencaharian sebagai pedagang. Selain berdagang, orang-orang etnis Tionghoa juga membuka perusahaan ataupun toko sebagai lahan usaha. Namun, dalam perkembangannya tidak sedikit juga dari etnis Tionghoa yang bekerja sebagai orang kantoran, guru, dokter, petani, buruh serta pekerjaan professional lainnya (Suryadinata, 1984).
(g) Perkampungan atau tempat tinggal Sebagian besar orang Tionghoa di Indonesia tinggal di kota, biasanya perkampungan atau tempat tinggal orang Tionghoa merupakan deretan rumah yang berhadap-hadapan dan terletak di daerah pusat pertokoan (Koentjaraningrat, 2002). Biasanya orang Tionghoa hidup terpisah dari penduduk asli (Indonesia). Walaupun tinggal diantara penduduk asli, etnis Tionghoa tinggal didaerah-daerah tempat budaya “penduduk asli” tidak berkembang. Keinginan etnis Tionghoa sangat besar untuk berada dengan sesama kelompok etnisnya (Suryadinata, 1984). Secara nyata dapat dilihat bahwa etnis Tionghoa di seluruh dunia memiliki perkampungan Cina yang dinamakan”Pecinan”. Perkampungan ini merupakan bentuk pelestarian budaya Tionghoa oleh para etnis Tionghoa.
3. Pengelompokan etnis Tionghoa EtnisTionghoa yang ada di Indonesia sebenarnya tidak merupakan
satu
kelompok yang berasal dari suatu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwantung, yang sangat
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpencar daerah-daerahnya. Mereka berasal dari suku yang berbeda-beda ada yang berasal dari suku bangsa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton (Koentjaraningrat, 2002). Keberagaman suku bangsa etnis Tionghoa ini membuat bahasa Tionghoa sendiri yang ada di Indonesia menjadi beraneka ragam. Ada empat bahasa Tionghoa di Indonesia, yaitu bahasa Hokkien, Teo-Chiu, Hakka dan Kanton yang demikian besar perbedaannya, sehingga pembicara dari bahasa yang satu tak dapat mengerti pembicara yang lain (Koentjaraningrat, 2002). Pengelompokan terhadap masyarakat Tionghoa di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu etnis Tionghoa asli (atau biasa juga disebut sebagai etnis Tionghoa Totok) dan etnis Tionghoa peranakan (Tan, 1979 ; Skinner 1979). Berdasarkan kriteria orientasi budaya dan identifikasi sosialnya, kedua kelompok ini merupakan satu garis kontinum.
a. Etnis Tionghoa totok Kaum Tionghoa totok atau asli merupakan pendatang baru yang tiba di Indonesia. Mereka datang ke Indonesia menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke20. Hal ini terjadi sewaktu berlangsungnya pergolakan politik di negara Cina dan juga bersamaan dengan menaiknya permintaan akan tenaga manusia di negara-negara jajahan di Asia Tenggara (Suryadinata, 1984). Mayoritas etnis Tionghoa totok bermata pencaharian di bidang perdagangan dan perusahaan yang mempunyai pola pemukiman terpisah dari penduduk asli (disebut sebagai daerah Pecinan). Keyakinan agama mereka berasal dari Cina Selatan, dengan bersembahyang di kuil-kuil Cina, menjalankan pemujaan kepada nenek
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
moyang, beragama Buddha, Kung Fu-Tse dan Tao. Sistem perkawinan yang dianut adalah monogami (Hidayat, 1977). Berbeda dengan keadaan sesudah perang etnis Tionghoa totok generasi ini banyak lahir di Indonesia. Awalnya etnis Tionghoa totok bersekolah di tempat yang berbahasa pengantar Cina, namun sejak tahun 1966 mereka hanya memperoleh pendidikan Indonesia karena semua sekolah Cina harus ditutup. Oleh karena itu orang-orang etnis Tionghoa asli hanya dapat berbicara bahasa Cina di rumah, dan memakai bahasa campuran Indonesia dan Cina di luar rumah (Suryadinata, 1984). Orang-orang etnis Tionghoa totok masih banyak bermukim di daerah Kalimantan Barat, Sumatera Timur (Bagan Siapiapi) dan Kepulauan Riau. Kini di daerah tersebut perkampungan-perkampungan Tionghoa masih banyak yang wujudnya kurang lebih sama dengan desa-desa di provinsi Cina selatan. Walaupun banyak diantara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dan Sumatera Timur itu mungkin sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi mereka masih akan disebut orang Tionghoa totok oleh orang Indonesia asli (Koentjaraningrat, 2002). Dari segi sosial ekonomi etnis Tionghoa totok dikenal lebih hemat dan rajin, hal ini terlihat dari pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka cenderung untuk bekerja sendiri. Mengenai pekerjaan, etnis Tionghoa totok lebih sukses dalam usaha perdagangan dan industri (Hidayat, 1977). Sistem kekerabatan yang dianut oleh etnis Tionghoa totok adalah sistem patrilineal, yaitu sistem dimana yang memegang peranan penting dan kekuasaan dalam keluarga inti adalah ayah dan anak laki-laki (Hidayat, 1977). Anak laki-laki dalam keluarga etnis Tionghoa akan menerima harta warisan yang paling banyak, sedangkan anak perempuan tidak mendapat harta warisan.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tionghoa Peranakan Etnis tionghoa peranakan adalah mereka yang lahir dari perkawinan campuran antara orang tionghoa dan Indonesia (Koentjaraningrat, 2002). Orang tionghoa yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah laki-laki. Mereka lalu menikah dengan wanita setempat (Suryadinata, 1984). Dilihat dari sejarahnya, etnis Tionghoa peranakan kebanyakan berasal dari imigran suku Hokkien Cina (Morse dalam Suryadinata, 1984). Penggunaan bahasa Cina mereka sudah tidak aktif lagi. Umumnya, mereka menggunakan bahasa MelayuCina sebagai bahasa percakapan, yaitu bahasa dengan struktur Melayu, tetapi memakai istilah-istilah suku Hokkien-Cina dan Belanda. Mata pencaharian etnik Tionghoa peranakan pada umumnya juga berdagang, sama halnya dengan etnis Tionghoa totok, walaupun mulai pada abad ke-20, banyak juga etnis Tionghoa peranakan yang bekerja di kantor, tetapi masih banyak juga yang masih berkecimpung dibidang perdagangan (Suryadinata, 1984). Keyakinan agama etnik Tionghoa peranakan ini bermacam-macam, namun kebanyakan menganut pemujaan kepada nenek moyang (semacam agama rakyat Cina) yang telah bercampur dengan adat pribumi (Indonesia). Hanya sejumlah kecil saja etnik Tionghoa peranakan yang menganut agama Islam, Kristen dan Katholik (Suryadinata, 1984). Etnis Tionghoa peranakan banyak bermukim di daerah pulau Jawa yaitu daerah Jawa Timur dan Tengah. Rata-rata dari etnis Tionghoa peranakan ini sudah lupa akan bahasa asalnya. Mereka mengalami penurunan dalam penyesuaian kebudayaan dan bahkan dalam ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai orang Indonesia Asli (Koentjaraningrat, 2002). Berbeda dengan etnis Tionghoa Totok (asli) yang
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hidup
berkelompok
dengan
sesamanya,
etnis
Tionghoa
peranakan
hidup
berdampingan dengan masyarakat dimana mereka bermukim (Suryadinata, 1984). Sistem kekerabatan yang dianut oleh etnis Tionghoa peranakan adalah sistem bilateral, yaitu sistem yang menganggap anak laki-laki memiliki kedudukan yang sama dengan anak perempuan (Hidayat, 1977). Mengenai pekerjaan, kebanyakan etnis Tionghoa peranakan terserap dalam kerja kantor, tetapi ada juga yang masih berkecimpung di bidang kegiatan dagang dan perusahaan (Suryadinata, 1984). Tabel 2.1 Profil etnis Tionghoa Totok dan Peranakan
Etnis Tionghoa Totok •
Etnis Tionghoa Peranakan
Memiliki garis keturunan ayah dan ibu
(kedua
orangtua)
•
beretnis
satu dari orangtua) beretnis
Tionghoa •
Tionghoa
Masih aktif menggunakan bahasa Tionghoa
Memiliki ayah atau ibu (salah
(Hokkien,
•
Mandarin,
Sudah
tidak
menggunakan
Teo-chiu, Khek)
Tionghoa
aktif bahasa
(menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat) •
Orientasi
besar
pada
budaya
•
Tionghoa (adat istiadat, keyakinan
Cenderung berorientasi pada kebudayaan Indonesia
dan hari raya) •
Lingkungan
tempat
tinggal
•
terpisah dengan penduduk asli
Lingkungan
tempat
tinggal
berbaur dengan penduduk asli.
(berada dalam lingkungan yang sebagian besar etnis Tionghoa = daerah Pecinan) •
Dalam sistem kekerabatan masih
•
Sistem
kekerabatan
bersifat
berpegang pada sistem patrilineal
bilateral, dimana anak laki-laki
yaitu anak laki-laki dianggap lebih
dan
perempuan
memiliki
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi dari wanita •
Sebagian
bermata
sebagai pedagang.
kedudukan yang sama pencaharian
•
Banyak pencaharian
yang di
bermata kantor,
berdagang dan perusahaan. Sumber : diambil dari Suryadinata, L. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Grafiti Pers
C. Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan Sikap etnosentris diartikan sebagai suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Etnis Tionghoa di Indonesia bukan merupakan kelompok etnis yang homogen. Identifikasi terhadap etnis Tionghoa terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu etnis Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan. Sekilas, sulit untuk membedakan etnis Tionghoa totok (asli) dengan etnis Tionghoa peranakan, walaupun ketika diamati maka perbedaan itu terletak pada lafal dan ucapan-ucapannya dalam kehidupan sosial budaya, corak pendidikan serta adat istiadatnya (Hidayat, 1977). Secara fisik, etnis Tionghoa totok memiliki karakteristik mata sipit dan kulit bewarna kuning. Etnis Tionghoa peranakan memiliki karakteristik perpaduan antara etnis Tionghoa totok (asli) dan Indonesia asli, seperti mata sipit dan kulit berwarna sawo matang. Menurut Sahrah (2005) perbedaan dari segi non-fisik etnis Tionghoa Totok (asli) dan peranakan pada perbedaan agama, adat istiadat, bahasa dan pemakaian nama. Adanya perbedaan fisik dan non fisik itulah yang membuat etnis Tionghoa totok dan peranakan berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena orientasi budaya
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dipelajari dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat tempat mereka bermukim. Etnis Tionghoa totok (asli) memiliki orientasi budaya lebih banyak pada Tionghoa totok. Di lingkungan keluarga (orangtua) yang berasal dari etnis Tionghoa tentunya akan mensosialisasikan dan menginternalisasikan adat kebiasaan budaya Tionghoa kepada setiap individu etnis Tionghoa. Selain itu, etnis Tionghoa totok (asli) cenderung hidup berkelompok yang terpisah dari lingkungan masyarakat Indonesia asli (pecinan), sehingga banyak berinteraksi dengan sesama etnis Tionghoa, menggunakan bahasa Tionghoa dan menjalankan kebiasaan adat istiadat mereka. Itulah sebabnya orientasi terhadap etnis Tionghoa lebih besar. Pada etnis Tionghoa peranakan cenderung kurang berorientasi pada budaya Tionghoa. Hal ini terjadi karena kedua orang tuanya berasal dari percampuran etnis Tionghoa totok (asli) dan Indonesia asli, sehingga ada percampuran dua budaya. Orang tua mereka hidup berbaur dengan lingkungan masyarakat setempat menyebabkan orientasi budaya cenderung kearah kebudayaan Indonesia. Hal ini membuat orientasi budaya etnis Tionghoa peranakan terhadap budaya Tionghoa kurang kuat. Sikap etnosentris yang kuat terlihat pada etnis Tionghoa totok (asli) dimana lingkungan sosial (keluarga, tempat tinggal dan sekolah) mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris. Etnis Tionghoa memiliki unsur-unsur sikap etnosentris. Sikap etnosentris etnis Tionghoa tercermin pada norma kultural, jatidiri etnis, bahasa dan pergaulan, yang ditunjukkan dalam diri individu setiap etnis Tionghoa. Adanya heterogenitas pada etnis Tionghoa yaitu etnis Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan memungkinkan sikap etnosentris yang terdapat pada keduanya menjadi berbeda. Etnis Tionghoa totok yang memiliki orientasi budaya yang kuat terhadap budaya Tionghoa akan memiliki sikap etnosentris yang lebih
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar. Diasumsikan berdasarkan aspek-aspek sikap etnosentris, norma atau nilai dari budaya Tionghoa pada etnis Tionghoa totok (asli) lebih dalam terinternalisasi pada diri etnis Tionghoa totok (asli). Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan disekitar etnis (lingkungan keluarga, tempat tinggal dan sekolah). Ini membuat etnis Tionghoa totok (asli) dalam berperilaku hanya berorientasi pada budaya Tionghoa dan tidak memperdulikan norma atau nilai yang ada pada kelompok lainnya. Pada etnis Tionghoa Totok (asli) ditanamkan norma bahwa individu yang ada pada etnis Tionghoa disarankan untuk memilih pasangan hidup yang sama dengan sesama etnisnya. Jika etnis Tionghoa Totok (asli) memilih pasangan hidup yang diluar etnis Tionghoa maka individu tersebut memiliki kecenderungan mendapatkan punishment sosial dari lingkungan masyarakat etnis Tionghoa. Hal ini menjadikan individu tersebut merasa dikucilkan dari lingkungan Pada jatidiri etnis, etnis Tionghoa memiliki keterikatan secara emosional yang besar terhadap etnis Tionghoa, hal ini terlihat pada identifikasi yang besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan etnis Tionghoa. Eksklusivitas yang terlihat pada etnis Tionghoa lainnya adalah kehidupan bermasyarakatnya. Rata-rata, kota-kota di Indonesia memiliki kampung Cina yang dikenal dengan nama Pecinan. Pecinan ini dihuni oleh sebagian besar orang Tionghoa yang masih melestarikan budaya Tiionghoa. Hal ini tampak pada bangunan rumah yang berciri khas budaya Tionghoa, warna-warna khas Tionghoa yaitu merah mendominasi warna rumah tersebut. Etnis Tionghoa totok (asli) akan menggnuakan bahasa Tionghoa secara aktif dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan keluarga, individu akan disosialisasikan dan diinternalisasikan bahasa Tionghoa yang merupakan bahasa ibunya. Hal ini akan menimbulkan sikap etnosentris. Saat individu etnis Tionghoa bertemu dengan sesama anggota kelompok etnisnya, mereka akan secara aktif menggunakan bahasa Tionghoa.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rasa kedekatan secara emosional ini membuat etnis Tionghoa merasa bahwa bahasa Tionghoa dapat menjadikan mereka merasa bersaudara satu sama lainnya walaupun secara asal dan marga (nama keluarga) mereka berbeda. Dalam hal pergaulan sehari-hari, keinginan etnis Tionghoa totok (asli) untuk cenderung bergaul dengan orang-orang sesama etnis Tionghoa lebih besar. Hal ini dikarenakan dengan bergaul sesama etnis Tionghoa, mereka merasa memiliki kesamaan secara karakteristik dan berpikir. Etnis Tionghoa Totok (asli) sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Kesamaan profesi diantara etnis Tionghoa Totok ini menjadikan etnis Tionghoa Totok (asli) sering berkumpul bersama untuk membahas bagaimana perkembangan usaha mereka. Seringnya etnis Tionghoa Totok (asli) ini berkumpul dengan sesamanya memberikan kesan bahwa mereka hanya bergaul dengan sesama etnisnya saja. Hal ini menjadikan etnis Tionghoa terkesan eksklusif, sehingga sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) tampak lebih kuat. Pada etnis Tionghoa Peranakan yang memiliki orientasi yang kurang terhadap budaya Tionghoa menjadikan etnis Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris yang cenderung lebih rendah dibandingkan etnis Tionghoa Totok (asli). Etnis Tionghoa peranakan diasumsikan norma kultural dan jati diri etnis sebagai etnis Tionghoa mengalami kepudaran, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan adat istiadat, budaya serta kelekatan emosi sebagai etnis Tionghoa menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan pada etnis Tionghoa peranakan orientasi budaya tidak terfokus pada budaya Tionghoa tetapi telah mengalami asimilasi dengan budaya Indonesia. Etnis Tionghoa peranakan merasa diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sehingga hal-hal yang berbau budaya Tionghoa tidak menjadi keharusan bagi etnis Tionghoa peranakan untuk melestarikan atau menjalaninya. Ini menjadikan etnis
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris yang lebih rendah dari etnis Tionghoa totok (asli). Pada aspek bahasa, etnis Tionghoa peranakan mengalami penurunan dalam pelestarian bahasa Tionghoa untuk berkomunikasi, cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa peranakan telah melakukan asimilasi dengan etnis-etnis lain yang ada di Indonesia. Dalam pergaulan sehari-hari, etnis Tionghoa peranakan cenderung berbaur dengan masyarakat setempat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris. Proses sosialisasi banyak dihabiskan dengan teman sebaya dalam situasi bergaul, bekerjasama dan sekolah. Etnis Tionghoa peranakan cenderung bersekolah di sekolah yang terdiri dari berbagai macam budaya atau etnis. Hal ini membuat etnis Tionghoa peranakan mampu berbaur dengan etnis lain yang mana secara fisik, etnis Tionghoa peranakan tidak jauh berbeda dengan etnis Indonesia lainnya. Berkaitan dengan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk menjadikan generasi muda Tionghoa dalam hal ini diwakilkan oleh mahasiswa sebagai subjek penelitian. Hal ini disebabkan karena peneliti merasa bahwa generasi muda Tionghoa saat ini sudah mengalami penetrasi sosial dimana nilai, pikiran dan perilaku pada keadaan dahulu yang dialami etnis Tionghoa berbeda dengan keadaan yang ada saat ini.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2.2 Aspek-aspek Pembeda
Aspek pembeda Norma kultural
Etnis Tionghoa Totok (Asli)
Menjalankan norma-norma yang Norma-norma yang terdapat terdapat
pada
budaya
etnis pada budaya etnis Tionghoa
Tionghoa dengan taat. Jatidiri etnis
Etnis Tionghoa Peranakan
menjadi longgar dijalankan.
Identifikasi diri terhadap segala Identifikasi terhadap segala hal sesuatu
yang
dengan
budaya
berhubungan yang berbau budaya Tionghoa Tionghoa mulai pudar (tidak memiliki
(memiliki nama Tionghoa). Pergaulan sehari- Cenderung
bergaul
nama Tionghoa).
dengan Sudah
hari
sesama etnis Tionghoa.
Bahasa
Menggunakan bahasa Tionghoa Tidak
berbaur
dengan
masyarakat setempat. dapat
menggunakan
(Hokkien, Teo-Chiu, Mandarin, bahasa Tionghoa (Hokkien, Khek)
secara
aktif
untuk Teo-Chiu, Mandarin, Khek)
berkomunikasi dengan sesama untuk berkomunikasi dengan etnis
Tionghoa
(menjadikan sesama
etnis
bahasa Tionghoa sebagai bahasa Cenderung ibunya)
Tionghoa. menggunakan
bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat
Sikap Etnosentris Menggunakan bahasa Tionghoa Tidak
aktif
menggunakan
sebagai alat komunikasi dalam bahasa kehidupan
Tionghoa
sehari-hari, (menggunakan
bahasa
menjalankan norma kebudayaan Indonesia atau bahasa daerah Tionghoa dengan taat, cenderung setempat), norma pada budaya bergaul dengan sesama etnis etnis Tionghoa,
Tionghoa
menjadi
mengidentifikasikan longgar untuk dijalankan, lebih
diri terhadap segala sesuatu yang berbaur dalam pergaulan, serta berhubungan
dengan
budaya identifikasi terhadap budaya
Tionghoa (kelekatan emosi yang Tionghoa besar Tionghoa).
terhadap
mulai
pudar
budaya (kelekatan emosi yang lemah terhadap budaya Tionghoa).
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Hipotesis Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal komparatif. Desain kausal komparatif merupakan desain penelitian yang membandingkan dua atau lebih jenis sampel penelitian. Berdasarkan keterangan tersebut, penulis mencoba untuk mengetahui dan membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan
B. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan, adalah: 1. Variabel tergantung Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2002). Variabel inilah yang nantinya akan menjadi pusat persoalan penelitian. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap etnosentris. 2. Variabel bebas Variabel bebas atau terikat adalah variabel yang dipandang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel tergantung (Sugiyono, 2002). Jadi variabel bebas ini adalah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Ketionghoaan dikategorikan menjadi dua, yaitu Tionghoa totok (asli) dan Tionghoa peranakan.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 3. Variabel kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pendidikan. Tingkat pendidikan pada penelitian ini diutamakan tingkat pendidikan formal yaitu laki-laki atau perempuan yang sedang menjalani pendidikan di Universitas (mahasiswa).
C. Definisi Operasional 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Pada dasarnya Ketionghoaan terdiri atas dua kategori, yaitu Tionghoa Totok (asli) dan Tionghoa peranakan. Tionghoa totok (asli) adalah etnis Tionghoa yang berasal dari orang tua yang sama-sama etnis Tionghoa (bapak dan ibu etnis Tionghoa), orang-orang Tionghoa yang masih berorientasi pada budaya Tionghoa, menggunakan bahasa Tionghoa dalam percakapan sehari-hari di dalam rumah dan bahasa campuran Indonesia di luar rumah, Tionghoa totok (asli) ini sebagian besar menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi atau karena lahir di Indonesia. Sedangkan, Tionghoa peranakan adalah orang-orang yang lahir dari perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia, penggunaan bahasa Tionghoa mereka sudah tidak aktif lagi, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dimana mereka tinggal. Untuk mendapatkan keterangan mengenai diri subjek apakah subjek tergolong Tionghoa totok (asli) atau Tionghoa peranakan pada skala sikap etnosentris terdapat bagian identitas yang antara lain meminta subjek menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 ketionghoaannya yang terdiri atas nama Tionghoa, orang tua (ayah dan ibu) yang berasal dari etnis Tionghoa totok (asli) atau etnis Tionghoa peranakan, asal, bahasa Tionghoa yang dikuasai. 2. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap etnosentris. Sikap etnosentris adalah suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Aspek-aspek dari sikap etnosentris yang akan diukur meliputi : (a) Norma kultural Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu yang diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun lingkungan kelompok etnis. (b) Jatidiri etnis Jatidiri etnis merupakan bagian konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu. (c) Pergaulan Kesediaan menjadikan orang lain, baik itu etnis Tionghoa atau etnis lain sebagai rekan dalam pergaulan dengan tujuan dijadikan teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 (d) Bahasa Bahasa dijabarkan sebagai penggunaan bahasa Tionghoa dalam berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa. Untuk
mengetahui
sikap
etnosentris,
maka
diungkap
dengan
menggunakan skala berdasarkan empat aspek tersebut. Nilai sikap etnosentris dalam penelitian ini diperoleh dari skor skala sikap etnosentris. Semakin tinggi skor yang diperoleh, berarti semakin tinggi sikap etnosentrisnya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, berarti semakin rendah sikap etnosentrisnya. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa beretnis Tionghoa yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan di Universitas Kristen Duta Wacana. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok etnis Tionghoa totok (asli) dan etnis Tionghoa peranakan. Alasan pembatasan sampel penelitian ini adalah: 1. Pemilihan mahasiswa sebagai subjek penelitian ini didasarkan pada pendapat Yulia (1997) yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah masyarakat dengan latar belakang pendidikan spesifik, sehingga hasil pengukuran juga mencerminkan diri masyarakat. Kelompok ini memiliki kesempatan lebih untuk menjadi pemegang peranan penting dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap objek dalam 1 atau 2 dasarwasa mendatang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Subjek penelitian harus berada dalam satu sampel penelitian yang homogen yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, karena dengan berada dalam area yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 sama diharapkan dapat mengontrol variasi lain yang mungkin muncul mempengaruhi sikap etnosentris. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan memilih sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1991).
E. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Membuat skala sikap berdasarkan blue print yang telah dibuat 2. Melakukan uji coba (try out) skala sikap etnosentris 3. Melakukan estimasi validitas dan reliabilitas 4. Memilih item-item yang layak 5. Melakukan pengumpulan data dengan menyebar alat ukur berupa skala sikap etnosentris. 6. Melakukan analisis data dengan uji t 7. Membuat pembahasan dari hasil yang telah diperoleh
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1.
Skala Sikap etnosentris Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dibagikan secara langsung pada subjek penelitian untuk diisi, agar diketahui seberapa besar sikap etnosentris didalam diri subjek. Skala merupakan metode penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 diberikan kepada subjek dan subjek diminta untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala sikap etnosentris yang didasarkan pada aspek-aspek etnosentrisme yang disusun peneliti. Butirbutir pernyataan dalam aspek ini meliputi aspek-aspek penting yang digunakan untuk mengungkap sikap etnosentris. Aspek-aspek tersebut adalah : bahasa, pergaulan, norma kultural dan jati diri etnis. Skala sikap etnosentris ini terdiri dari dua bagian yakni bagian identitas dan bagian pernyataan. Bagian identitas berguna untuk mendapatkan keterangan mengenai diri subjek apakah subjek tergolong etnis Tionghoa totok (asli) atau etnis Tionghoa peranakan, sedangkan bagian pernyataan dimaksudkan untuk mengungkapkan sikap etnosentris subjek. Skala yang digunakan peneliti untuk mengukur sikap etnosentris berjumlah 60 item pernyataan. Kuesioner ini merupakan kuesioner langsung tertutup, yakni kuesioner yang disertai dengan pernyataan dan pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dinilai paling sesuai dengan dirinya. Skala sikap etnosentris ini disusun dengan menggunakan metode Summated Rating dari Likert. Skala yang digunakan memiliki 4 kategori jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Alternatif jawaban dibuat dalam 4 kategori dengan maksud menghindari kecenderungan subjek penelitian menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban yang netral atau ragu-ragu. Pernyataan-pernyataan tersebut dituangkan dalam bentuk item favorabel dan unfavorabel. Item-item favorabel adalah item yang isinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Item-item unfavorabel adalah item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur. Berdasarkan keempat aspek tersebut dibuat 60 item, dengan spesifikasi dan penyebaran yang dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Sikap Etnosentris Sebelum Uji Coba
Indikator 1. Bahasa
(penggunaan
Tionghoa
dalam
bahasa
berkomunikasi
Favorable
Unfavorable
Total
1, 6, 18, 24, 28,
10, 15, 21, 33,
15
40, 45, 57
39, 53, 51
3, 11, 27, 43,
5, 8, 13, 20,
48, 55,58, 60
34, 46, 50
2, 12, 29, 32,
7, 16, 19, 31,
36, 47, 54
38, 41, 52, 59
14, 17, 23, 26,
4, 9, 22, 25,
30, 35, 37, 44
42, 49, 56
30
30
dengan sesama etnis Tionghoa) 2. Norma Kultural (wujud dari sikap dan
perilaku
kepada
yang
individu
perkembangan
ditanamkan sejak
awal
individu
yang
15
diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga, lingkungan kelompok etnis) 3. Pergaulan (Kesediaan menjadikan orang lain, baik itu etnis Tionghoa
15
atau etnis lain sebagai rekan dalam pergaulan dengan tujuan dijadikan teman) 4. Jatidiri Etnis (konsep diri individu yang
berasal
dari
pengetahuan
15
tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu) Total
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 2.
Pemberian skor skala Pemberian skor pada skala ini mengacu pada metode Likert dimana
pemberian skor didasarkan pada sifat favorabel dan unfavorabel. Skoring untuk item-item favorabel bergerak dari 4 – 1, sedangkan item unfavorabel bergerak dari 1 – 4. Untuk lebih jelas, lihat tabel 3.2. Tabel 3.2 Skor Jawaban Skala
Jawaban
Pernyataan Favorabel
Unfavorabel
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
G. Estimasi Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas 1.
Estimasi validitas Validitas berasal dari kata validity yang memiliki pengertian sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Pada penelitian ini, pengukuran validitas alat tes dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengujian validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi skala dengan analisis rasional atau profesional judgement (Azwar, 2003). Pengujian melalui analisis rasional atau lewat professional judgement yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 yang diberikan oleh orang-orang yang ahli dan profesional dalam bidangnya (Azwar, 2003). Dalam hal ini sebelum peneliti melakukan try out, peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing skripsi dan professional judgement sehingga item-itemnya dipandang cukup untuk mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur atau aspek relevansi (Azwar, 2003).
2.
Seleksi Item Prosedur seleksi item didasarkan pada data empiris yaitu data hasil uji
coba item pada kelompok subjek yang karakteristiknya setara dengan subjek yang hendak dikenai skala. Kualitas item diukur dengan analisis butir menggunakan parameter daya beda item / daya diskriminasi item, yaitu sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur dengan individu yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total sebagai kriteria. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total ( ri x ) yang dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2003). Formulasi korelasi productmoment Pearson digunakan untuk menguji daya diskriminasi item skala. Syarat yang digunakan dalam komputasi untuk seleksi yaitu item-item yang punya korelasi positif dan signifikan, artinya fungsi item sejalan dengan fungsi skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 secara keseluruhan. Dengan demikian item-item yang berkorelasi positif dan signifikan dengan skor total dipandang memiliki daya beda yang memuaskan (Hadi, 1991). Berdasarkan analisis item pada hasil uji coba yang dilakukan pada tanggal 17 – 23 Juni 2007 terhadap 60 subjek, prosedur analisis item dilakukan dengan menggunakan program SPSS 10.0 for windows. Setelah dilakukan analisis item terdapat korelasi item total alat ukur berkisar antara - 0.0137 - 0.7937. Dari hasil analisis dari 60 item, terdapat 23 item yang gugur sehingga ada 37 item yang dinyatakan valid. Namun, setelah melihat sebaran item ternyata item tidak mencukupi dan tidak mewakili indikator secara merata. Oleh karena itu, peneliti memilih item-item yang memiliki korelasi yang positif dan signifikan, sehingga didapatkan jumlah item sebanyak 56 item. Sebaran item dapat dilihat pada tabel 3.3. Parameter daya diskriminasi item ( ri x ) hendaknya tidak dijadikan patokan tunggal dalam menentukan item mana yang akhirnya diikutkan sebagai bagian skala dalam bentuk akhir karena disamping korelasi item total masih ada pertimbangan lain yang juga tidak kalah besar perannya dalam menentukan kualitas skala (Azwar, 2003). Pertimbangan itu adalah tujuan penggunaan hasil ukur skala dan komposisi aspek-aspek yang dicakup oleh kawasan ukur yang harus diungkap oleh skala (Azwar, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Sikap Etnosentris Setelah Uji Coba
Aspek Sikap Etnosentris
Total Item Nomor Item
F
Koefisien ri x
Penelitian
1, 6, 18, 24,
.4771 .6891 .4088 .7937
(8 item)
28, 40, 45, 57
.7619 .4781 .5007 .5080
8 item
10, 15, 21, 33,
.6282 .4633 .7016 -.2271
(7 item)
39, 51, 53
.3230 .4074 .4773
3, 11, 27, 43,
.3566 .5138 .4896 .5505
(8 item)
48, 55,58, 60
.4889 .1522 .1643 .0917
8 item
5, 8, 13, 20,
.4956 .2104 .4302 .4958
(7 item)
34, 46, 50
.1531 .1727 .1594
2, 12, 29, 32,
.3172 .2579 .5085 .1860
36, 47, 54
.2671 -.2109 .2386
7, 16, 19, 31,
.2158 -.0333 -.0137.0826
(8 item)
38, 41, 52, 59
.0342 .1021 .0857 .0898
6 item
14, 17, 23, 26,
.2889 .6125 .4842 .2284
(8 item)
30, 35, 37, 44
.7378 .2165 .3256 .4026
8 item
4, 9, 22, 25,
.3124 .5607 .3472 .4583
(7 item)
42, 49, 56
.1694 .4421 .4405
Bahasa
UF
Norma
F
Kultural UF
Pergaulan
F
UF
F
6 item
7 item (7 item) 6 item
Jati diri Etnis
UF
7 item 56 item
Keterangan tabel : item gugur ditandai dengan warna merah dan total item sebelum uji coba ditandai dengan warna biru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 Tampak pada tabel bahwa masing-masing aspek semua terwakili atau tidak ada aspek yang hilang. Ke - 56 item tersebut kemudian disusun ulang dengan memperhatikan komposisi tiap aspek sehingga didapat 48 item sebagai distribusi item yang digunakan dalam penelitian. Sebaran item dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Penelitian Sikap Etnosentris
Aspek
Favorable
Unfavorable
Total
1. Bahasa
6, 24, 28, 40, 45, 57
10, 15, 21, 39, 53, 51
12
2. Norma Kultural
3, 11, 27, 43, 48, 58
5, 8, 13, 20, 46, 50
12
3. Pergaulan
2, 12, 29, 32, 36, 54
7, 31, 38, 41, 52, 59
12
4. Jatidiri Etnis
14, 17, 23, 30, 37, 44
4, 9, 22, 25, 49, 56
12
24
24
48
Total
3.
Estimasi reliabilitas Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Hasil pengukuran hanya dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx ' ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Formula estimasi reliabilitas alat tes ini menggunakan koefisien Alpha (α) Cronbach. Pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi karena hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Perhitungan estimasi reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Alpha dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 10.0 for Windows. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas alpha skala sikap etnosentris dari 48 item sebesar 0.9153. Angka ini menunjukkan skala sikap etnosentris memiliki kekonsistensian yang cukup tinggi sehingga dapat dipercaya untuk mengungkap perbedaan sikap etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan Etnis Tionghoa Peranakan.
H. Metode Analisis Data Untuk melihat perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa totok (asli) dan peranakan digunakan uji-t yang berfungsi untuk menguji komparasi data rasio dan interval (Sugiyono, 1999). Uji-t adalah cara untuk membandingkan dua kelompok subjek dengan mencari perbedaan mean dari dua kelompok tersebut (Hadi, 2002). Ttest yang diujikan adalah Independent Sample t-test, yaitu dengan membandingkan rata-rata dari dua sampel, apakah dua sampel tersebut punya rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan (Santoso, 2004). Dua sampel tersebut adalah etnis Tionghoa totok (asli) dan peranakan. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan komputer yaitu menggunakan Independent Sample t-test menggunakan program SPSS versi 10.0 for Windows.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2007 sampai tanggal 1 Agustus 2007. Jumlah subjek etnis Tionghoa Totok (asli) sebanyak 51 orang, tetapi yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian hanya 48 orang. Jumlah subjek etnis Tionghoa Peranakan sebanyak 74 orang, tetapi yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian hanya 72 orang. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara membagi skala penelitian kepada mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana. Skala penelitian ini memiliki tampilan yang sama ketika uji coba dilakukan. Tampilan dibuat semenarik mungkin agar perfomansi alat ukur lebih menunjang. Informasi mengenai karakteristik subjek didapatkan pada bagian identitas yang terdapat pada skala yang diberikan oleh peneliti. Dalam skala tersebut, terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik subjek.
B. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi dalam mengerjakan studi perbedaan, yaitu uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada kedua kelompok sampel mengikuti distribusi normal. Metode yang digunakan dalam uji normalitas adalah One Sample Kolmogorov-Sminorv Test. Cara menguji normalitas adalah dengan melihat nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) maka sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas kurang dari 0.05 (p < 0.05) maka sebaran skor dinyatakan tidak normal (Santoso, 2005). Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa hasil Kolmogorov-Sminorv Z adalah 0.651. Nilai probabilitas skor pada kasus ini adalah kelompok etnis Tionghoa Totok 0.899, kelompok etnis Tionghoa Peranakan 0.645 dan kedua kelompok subjek 0.790 sehingga p > 0.05 dengan demikian sebaran skor untuk skala sikap etnosentris dinyatakan normal. Dibawah ini disertakan tabel ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.1 Ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test
Keterangan
N
Z
Asymp. Sig.(2-tailed)
Totok
48
0.572
0.899
Peranakan
72
0.739
0.645
Total
120
0.651
0.790
b. Uji Homogenitas Varian Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sample yang akan diuji mempunyai varians yang sama
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau tidak. Caranya adalah dengan melihat nilai probabilitas melalui Levene Test. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) maka kedua kelompok sample mempunyai varians yang sama, dan jika nilai probabilitasnya kurang dari 0.05 (p < 0.05) maka kedua kelompok sample mempunyai varians yang tidak sama (Santoso, 2005). Berdasarkan analisis yang dilakukan, terlihat bahwa hasil Levene test adalah 0.678 dengan nilai probabilitas 0.412. Nilai p = 0.412 lebih besar daripada 0.05 (0.412 > 0.05) maka kedua kelompok sample dinyatakan mempunyai varians yang sama. Dibawah ini disertakan tabel ringkasan Levene Test. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.2 Ringkasan Test of Homogenity of Variances
Levene’s Test for Equality of Variances Equal variances assumed
F
Signifikansi
0.678
0.412
2. Deskripsi Data Penelitian Skala sikap etnosentris terdiri atas 48 item, setiap item diberi skor 1 untuk STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban S, dan skor 4 untuk jawaban SS. Perhitungan untuk skala sikap etnosentris diperoleh skor minimum sebesar 1x48 = 48 dan skor maksimum sebesar 4x48 = 192. Berdasarkan skor maksimum dan skor minimum, maka dapat dihitung range hipotetiknya, yaitu 192-48 = 144 dan satuan deviasi standar (σ) 144/6 = 24. Mean teoritis (μ) diperoleh (48 + 192) : 2 = 120.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut ini tabel ringkasan deskripsi data penelitian : Tabel 4.5 Ringkasan Tabel Data Penelitian
Variabel
Keterangan Seluruh
Min
Max
Mean E
SD
H
E
H
E
H
H
E
48
75
192
168
120
124.25 24
13.50
48
110
192
168
120
128.69 24
11.64
48
75
192
157
120
121.29 24
13.91
subjek Sikap
Tionghoa
Etnosentris
Totok Tionghoa Peranakan
H = Hipotetik E = Empiris Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa skor hipotetik pada seluruh subjek yang terendah adalah 48 dan skor empiriknya adalah 75 sedangkan skor yang tertinggi pada skor hipotetik adalah 192 dan skor empiriknya adalah 168. Sedangkan pada mean hipotetik pada seluruh subjek adalah 120 dengan standar deviasi 24 dan skor empiriknya adalah 124.25 dengan standar deviasi 13.50. Dari deskripsi data tersebut diperoleh bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (124.25 > 120) serta standar deviasi empirik yang didapat oleh seluruh subjek lebih kecil dari standar deviasi hipotetiknya (13.50 < 24) sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris subjek secara keseluruhan termasuk tinggi dan memiliki variasi skor yang merata atau homogen. Pada etnis Tionghoa Totok skor hipotetik terendah adalah 48 dan skor empirik terendah adalah 110. Selanjutnya skor tertinggi hipotetik adalah 192
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan skor empirik tertinggi adalah 168. Sedangkan mean hipotetiknya adalah 120 dan mean empirisnya adalah 128.69 dengan standar deviasi 11.64. Dari deskripsi data tersebut didapatkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (128.69 > 120) serta standar deviasi empirik kelompok etnis Tionghoa Totok (asli) lebih kecil dari standar deviasi hipotetik (11.64 < 24) sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok termasuk tinggi dan memiliki variasi skor yang merata atau homogen. Pada etnis Tionghoa Peranakan dapat dilihat bahwa skor hipotetik terendah adalah 48 dan skor empirik terendah adalah 75. Selanjutnya skor tertinggi hipotetik adalah 192 dan skor empirik tertinggi adalah 157. Sedangkan mean hipotetiknya adalah 120 dan mean empirisnya adalah 121.29 dengan standar deviasi 13.91. Dari deskripsi data tersebut tampak bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (121.29 > 120) serta standar deviasi empirik kelompok etnis Tionghoa Peranakan lebih kecil dari standar deviasi hipotetik (13.91 < 24) sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Peranakan termasuk tinggi dan memiliki variasi skor yang merata atau homogen.
3. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka yang dilakukan selanjutnya adalah uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji-t dengan teknik Independent Sample t-Test yang dihitung dengan bantuan program SPSS versi 10.0 for Windows. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan”. Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini : 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample t-Test)
Sikap
N
Mean
SD
df
Totok
48
128.69
11,64
118
Peranakan
72
121.29
13,91
t
t tabel
p
Etnosentris 3.041
1.658
0.003
Keterangan Tabel : Taraf signifikansi (one tailed) N
: Jumlah subjek
SD
: Standar deviasi
Df
: Degree of freedom
t
: Hasil perhitungan uji t
p
: Probabilitas Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 subjek yang terdiri atas 48 etnis Tionghoa Totok (asli) dan 72 etnis Tionghoa Peranakan. Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui mean yang diperoleh dari kelompok subjek etnis Tionghoa Totok (asli) adalah 128.69 dan mean kelompok etnis Tionghoa Peranakan adalah 121.29. Nilai standar deviasi dari kelompok subjek etnis Tionghoa Totok adalah 11.64 dan standar deviasi kelompok etnis Tionghoa Peranakan adalah 13.91. Jadi, dengan harga mean etnis Tionghoa Totok (asli) adalah 128.69 sedangkan etnis Tionghoa Peranakan adalah 121.29 menunjukkan mean etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari mean etnis Tionghoa Peranakan (128.69 > 121.29). Harga uji-t adalah harga yang digunakan sebagai patokan dalam menilai atau menerima suatu hipotesis.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hipotesis untuk penelitian ini adalah : Ho : etnis Tionghoa Totok (asli) tidak memiliki sikap etnosentris lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan Ha : etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan. Dasar pengambilan keputusan : Ho = t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima Ha = t hitung < t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak Dari perhitungan uji-t didapatkan nilai t hitung sebesar 3.041 dengan t tabel sebesar 1.658. Karena t hitung > t tabel (3.041 > 1.658), oleh karena itu maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yang menyatakan bahwa sikap etnosentris etnis Totok (asli) lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan diterima. Hal ini juga dapat dilihat dari perbedaan mean dari kedua kelompok subjek yang menunjukkan bahwa mean etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari mean etnis Tionghoa Peranakan (128.69 > 121.29). Dapat disimpulkan bahwa, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.
C. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Dengan kata lain, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan secara signifikan. Hasil analisis data pada etnis Tionghoa Totok dan etnis Tionghoa Peranakan menunjukkan
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa mean empirik pada kedua kelompok ini lebih besar dari mean hipotetiknyanya sehingga menyebabkan kedua kelompok ini memiliki sikap etnosentris yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan etnis Tionghoa yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia. Etnis Tionghoa bersama-sama berkumpul menjadi suatu kelompok yang satu dengan tetap berusaha untuk menjaga segala kebudayaan, sistem keyakinan, cara hidup dan pola perilaku, cara berpikir serta simbol-simbol kebudayaan (Siswanto, 2007). Keberadaan etnis Tionghoa yang heterogen, yaitu etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan dikalangan etnis Tionghoa di Indonesia membuat kedua kelompok ini memiliki perbedaan dalam bersikap terutama mengenai etnosentrisme dikalangan etnis Tionghoa. Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmi (1990) bahwa etnis Tionghoa memiliki sikap etnosentris, dimana dari hasil penelitian tersebut generasi tua pada etnis Tionghoa memiliki sikap etnosentris yang lebih besar dibandingkan generasi mudanya. Sikap etnosentris pada kelompok etnis lahir dan dipengaruhi dari lingkungan yang terdekat dengan individu, yaitu keluarga selanjutnya berkembang pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah. Keluarga merupakan tempat terbentuknya sikap etnosentris yang dibentuk melalui proses interaksi nilai-nilai yang ada dalam diri individu dan pengaruh lingkungan melalui proses belajar (Helmi, 1990). Hal ini didukung dengan teori belajar sosial atau social learning oleh Bandura (1977) bahwa proses belajar terjadi dengan mengalami dan meniru apa yang ada disekitarnya. Dari keluarga, individu belajar mengenai norma kultural, jatidiri sebagai anggota suatu kelompok etnis, bahasa ibu yang terdapat dalam kelompok etnis serta
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berinteraksi dengan anggota dalam kelompok etnis dan anggota diluar kelompok etnis pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah. Berdasrkan hasil penelitian, etnis Tionghoa Totok memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa Totok berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang budaya Tionghoa yang dominan. Dilingkungan keluarga (orangtua), etnis Tionghoa Totok (asli) mensosialisasikan dan menginternalisasikan adat kebiasaan budaya Tionghoa. Hal ini menjadikan norma kultural yang terdapat pada etnis Tionghoa sangat besar terinternalisasi dalam individu etnis Tionghoa. Sikap mental etnis Tionghoa yang berlandaskan ajaran Kong Fu Tse yang menekankan pada sikap hubungan keluarga, negara dan bangsa berdasarkan kesadaran akan kedudukan etnis Tionghoa yang lebih tinggi, lebih superior dan lebih maju (Hidayat, 1977). Ini merupakan suatu aspek yang mempengaruhi sikap etnosentris yang tinggi pada etnis Tionghoa Totok. In-group feeling yang kuat pada etnis Tionghoa Totok membuat jatidiri etnis sebagai etnis Tionghoa memiliki keterikatan emosional yang besar (Berry, 1999). Dalam hal ini, lingkungan masyarakat memiliki peranan dalam pengaruhnya terhadap sikap etnosentris. Eksklusivitas yang terdapat pada etnis Tionghoa Totok (asli) terlihat dalam kehidupan bermasyarakatnya. Ini tercermin dengan adanya kampung “pecinan” dihampir seluruh kota yang ada di Indonesia. Pemakaian nama Tionghoa tetap dipertahankan oleh etnis Tionghoa Totok (asli) hingga saat ini demi menjaga salah satu identitas ketionghoaannya. Bahasa Tionghoa merupakan aspek yang menunjang terbentuknya sikap etnosentris. Pelestarian bahasa dalam kelompok etnis dipengaruhi oleh
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keinginan anggota kelompok untuk melestarikan bahasa mereka dalam masyarakat
dominan
dengan
menggunakan
bahasa
tersebut
dan
mengajarkannya kepada keturunannya (Berry, 1999). Kelestarian bahasa Tionghoa dikalangan etnis Tionghoa Totok menumbuhkan rasa persaudaraan yang tinggi. Saat individu etnis Tionghoa Totok bertemu dengan individu etnis Tionghoa lain yang juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Tionghoa membuat individu merasakan bahwa mereka bersaudara satu sama lainnya, walaupun asal dan marga mereka berbeda. Hal ini membuat lingkup pergaulan dikalangan etnis Tionghoa Totok terkesan eksklusif. Mereka merasa nyaman saat bertemu dengan sesama etnis Tionghoa. Didukung dengan bentuk fisik yang sama antar individu etnis Tionghoa yang lain membuat etnis Tionghoa Totok bergaul dengan sesama individu etnis Tionghoa. Lingkungan
pendidikan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok. Institusi pendidikan merupakan suatu sarana dimana terdapat internalisasi budaya secara formal maupun informal. Secara formal individu diajarkan budaya yang terdapat pada masyarakat yang dominan, sedangkan secara informal individu diajarkan cara bekerjasama dan bergaul dengan individu yang lain (Matsumoto, 2004). Etnis Tionghoa Totok cenderung bersekolah dilingkungan yang didominasi oleh etnis Tionghoa sehingga mereka memiliki cara bergaul, bersikap dan berperilaku yang hampir sama sesuai dengan budaya etnis Tionghoa. Sebaliknya, etnis Tionghoa Peranakan dengan ciri-ciri fisik yang hampir menyerupai masyarakat Indonesia asli membuat etnis Tionghoa bersekolah di sekolah yang didominasi oleh masyarakat Indonesia asli sehingga mereka tidak hanya bergaul dengan etnis Tionghoa tetapi juga
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat Indonesia asli sehingga mereka tidak berkelompok dengan sesamanya saja. Disatu sisi, etnis Tionghoa Totok menjaga dan melestarikan dengan baik kebudayaan etnis Tionghoa yang didapatkan dari leluhur mereka. Hal ini menjadikan adat istiadat, budaya dan bahasa tetap dipertahankan oleh etnis Tionghoa Totok dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun disisi lain, dengan rasa kebanggaan yang besar dikalangan etnis Tionghoa Totok ini membuat mereka terlena dengan kebudayaan etnis sendiri dengan tidak melihat kebudayaan yang ada pada etnis lain. Adakalanya sikap tersebut diiringi dengan anggapan bahwa kebudayaan etnis sendiri lebih baik dari etnis lain. Hal ini berbeda dengan etnis Tionghoa Peranakan, karena berasal dari percampuran budaya Tionghoa dan Indonesia membuat etnis Tionghoa Peranakan dalam menyikapi etnosentrisme berbeda dengan etnis Tionghoa Totok. Etnis Tionghoa Peranakan dalam norma kultural telah banyak memadu padankan dengan budaya Indonesia asli. Etnis Tionghoa Peranakan sebagian besar telah melakukan asmilasi dengan budaya Indonesia sehingga mereka sudah tidak menggunakan nama keluarga dari orangtua yang memiliki garis keturunan etnis Tionghoa dan secara sosial mereka mengidentifikasikan diri sebagai etnis masyarakat tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan (Widowati dalam Sahrah, 2005). Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Peranakan. Hal ini dikarenakan individu yang lahir dari percampuran budaya Tionghoa dan Indonesia memiliki ciri fisik yang mendekati dengan masyarakat Indonesia Asli dan mengalami
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
percampuran kebudayaan (Koentjaraningrat, 2002). Ini menyebabkan norma kultural serta jatidiri etnis Tionghoa Peranakan mengalami kepudaran. Banyak dari individu etnis Tionghoa peranakan tidak mengenal lagi adat istiadat, kebudayaan serta bahasa Tionghoa. Lingkungan masyarakat dan pendidikan mendukung terbentuknya sikap etnosentris yang rendah pada etnis Tionghoa Peranakan. Etnis Tionghoa Peranakan sebagian besar hidup berdampingan dengan masyarakat setempat dimana mereka bermukim dan menggunakan bahasa daerah tempat mereka bermukim (Suryadinata, 1984). Hal ini membuat etnis Tionghoa bergaul dan bekerjasama dengan individu lain dimana individu bermukim dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Sikap etnosentris menurut Brown (1986) memiliki dua dimensi yaitu positif dan negatif. Dimensi positif dari sikap etnosentris terdapat unsur kebanggaan terhadap kelompoknya, sedangkan dimensi negatif mengandung unsur menganggap rendah terhadap kelompok diluar kelompoknya. Berdasarkan pengamatan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut salah satunya adalah keterbatasan teori yang membahas mengenai sikap etnosentris. Namun disini, peneliti mencoba untuk mencari teori pendukung yang relevan dengan sikap etnosentris.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan.
B. Saran 1. Bagi masyarakat etnis Tionghoa Berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan, maka peneliti menyarankan kepada masyarakat Tionghoa terutama etnis Tionghoa Totok agar dapat mengembangkan dan meningkatkan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga sikap etnosentris pada kelompok etnis mulai terkikis dan menjadi bagian masyarakat Indonesia seutuhnya.
2. Bagi pemerintah Berdasarkan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dari etnis Tionghoa Peranakan, maka peneliti menyarankan agar pemerintah Indonesia menerapkan program-program yang lebih relevan dan aplikatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagi masyarakat etnis Tionghoa terutama yang berhubungan dengan proses asmilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji mengenai sikap etnosentris pada etnis Tionghoa, peneliti menyarankan pengontrolan subjek penelitian berdasarkan daerah asal subjek. Dari penelitian yang dilakukan peneliti, asal daerah subjek sepertinya memiliki pengaruh dalam bersikap etnosentris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H.A. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. 2001. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. New Jersey: Prentice Hall. Inc Barger, K. 2004. Ethnocentrism. http://www.iupui.edu/~anthkb/ethnocen.htm Berry, J.W., Poortinga, Y.P., Segall, M.H., & Dasen, P.R. 1999. Psikologi LintasBudaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Brewer, M.B. and Miller, N., 1996. Intergroup Relations. Buckingham : Open University Press. Brown, R. 1986. The Social Psychology second edition. New York : The Free Press. A Division of Macmillan, Inc. Dayakisni, T., Yuniardi, S. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Hadi, S. 2004. Statistik 2. Yogyakarta. Andi Offset. Haryono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Helmi, A.F. 1990. Sikap Etnosentris pada Generasi Tua dan Muda Etnik Cina. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Herlianto. 2001. Masalah Cina. http://www.yabina.org/artikel/A5_01.HTM Hidayat, Z..M. 1977. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung : Tarsito. Koentjaraningrat, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. Koentjaraningrat, 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Matsumoto, D. 1996. Culture and Psychology. USA. Brooks/Cole Publishing Company. Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Muzammil, A.R. 2006. Efektivitas Komunikasi Antarbudaya : Upaya Membangun Keharmonisan Hubungan Antaretnik. http://www.fkip.untar.ac.id Myers, G.D. 1999. Social Psychology sixth edition. New York : Mc Graw Hill Companies. Poerwanti, E. 2001. Pemahaman Psikologi Masyarakat Indonesia sebagai Upaya Menjembatani Permasalahan Silang Budaya http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/EndangPoerwanti.com. Sahrah. A. 2005. Identifikasi Etnik dan Nilai Kerja Karyawan Tionghoa asli dan Tionghoa Peranakan. APIO 2005. Sandra, Putu Suseni. 2000. Sikap Etnosentris pada Dua Generasi Etnis Bali Ditinjau dari Lingkungan Tempat Tinggalnya. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan. Siswanto. 2007. Meretas Batas Etnik Cina dan Pribumi.
[email protected] Skinner, J. 1979. Golongan Minoritas Tionghoa. Dalam M.G. Tan (ed), Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia. hal. 10-16. Jakarta: PT. Gramedia. Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi I. Jakarta. Radar Jaya offset. Soekisman. 1975. Masalah Cina di Indonesia : Jakarta : CV. Bangun Indah. Suryadinata, L. 1984. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Grafiti Pers. Suryadinata, L. 2003. Etnik Tionghoa, Pribumi Indonesia dan Kemajemukan: Peran Negara, Sejarah, dan Budaya dalam Hubungan Antar Etnis. Antropologi Indonesia. no. 71 Suryadinata, E.N.Arifin dan A. Ananta. 2003. Indonesian’s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. Suryanto, MMW Tairas. 1999. Sosialisasi Rasial, Identitas Rasial, Etnosentrisme dan Agresi Rasial ditinjau dari Perbandingan Etnis Cina dan Jawa. Insan no:1 : 3-13 Tan. M. G. 1979. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Tarigan, H.G. 1986. Psikolinguistik. Bandung : Penerbit Angkasa. Yulia. 1997. Hubungan Etnosentrisme dan Familisme dengan Prasangka Sosial terhadap Etnis Jawa pada Pemuda Etnis Cina. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Tidak diterbitkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Subjek item1 Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Totok Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Totok Totok Totok Totok Totok Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Totok Peranakan Totok Totok Peranakan Totok Totok Totok Peranakan Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Totok Peranakan
item2 3 2 3 2 2 1 4 3 1 1 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 1 1 3 2 3 3 2 3 3 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1
item3 4 3 4 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 1 4 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 4 3
item4 2 3 4 3 3 3 3 4 2 4 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 3
item5 2 3 2 2 2 3 1 2 3 1 3 4 1 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 4 1 3 3 2 2 3 3 2 3
item6 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2
item7 3 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 3 4 4 2 2 1 2 1 2 4 3 3 4 2 4 4 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 3 1
item8 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 4 3
2 1 3 3 2 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Totok Totok Peranakan Totok Peranakan Peranakan Totok Totok Peranakan Totok Peranakan
4 2 2 4 2 1 3 4 1 4 2
2 1 3 2 3 4 2 3 1 3 2
3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3
3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 2
4 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3
4 2 2 4 2 2 3 4 1 4 3
2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2
2 1 3 1 4 3 2 1 1 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
iitem9
item10 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 3 3 3 1 2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 1 2 3 3 1 2 2 1
item11 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 1 3 3 1
item12 3 3 2 4 2 2 2 3 2 1 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2
item13 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3
item14 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1
item15 3 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2
item16 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1
item17 1 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1
4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3
2 4 3 2 3 3 3 3 4 1 4 3
2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2
3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3
3 3 2 2 2 4 2 2 2 4 4 2
2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2
2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2
3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 iitem18
item19 4 3 3 4 3 4 2 4 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 2 1 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 1 2 3 4 3
item20 1 1 2 1 2 1 1 1 4 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 3
item21 2 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
item22 4 3 3 4 3 1 2 4 3 2 3 3 2 4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3
item23 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3
item24 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 2
item25 4 2 4 3 2 1 1 4 2 2 2 2 1 3 4 4 2 2 2 3 1 2 4 3 4 3 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 1 2 2 2 1 2 1 3 2
item26 2 3 2 1 2 1 3 3 1 1 2 1 2 2 4 2 2 1 1 3 3 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 1 1 2 1 2
4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 2 4 4 4 1 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3
2 2 3 3 4 3 3 4 1 3 2
4 2 3 4 4 3 4 3 1 4 3
4 3 2 2 3 3 2 4 4 4 3
4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3
4 2 3 4 4 2 4 4 1 4 2
3 3 2 1 3 4 3 2 2 3 2
3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 iitem27
item28 2 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 2 2 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 1 2
item29 4 2 4 3 2 1 1 4 1 2 2 2 1 4 4 3 2 2 1 2 1 2 4 2 4 3 2 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 1 2 2 2 1 2 2 2 2
item30 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 4 3 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 2 3 3 3
item31 3 3 4 2 2 1 2 4 3 1 2 2 1 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 3 1 2
item32 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2
item34 2 1 2 1 2 1 1 4 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3
item35 3 4 3 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 1 2 3 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2
item36 2 3 3 2 2 2 1 4 2 1 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 4 2 4
2 3 3 2 2 1 1 3 2 1 3 3 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3
4 2 2 4 4 3 4 4 1 4 2
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2
4 2 4 2 4 4 4 3 1 4 3
1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2
1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
4 3 2 1 2 2 3 1 1 2 2
2 2 2 1 1 2 2 3 4 4 2
2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 iitem37
item38 2 2 3 4 2 3 1 4 2 1 3 3 2 3 4 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2
item39 3 2 2 2 2 3 1 1 3 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3
item40 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
item41 4 2 4 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 4 4 3
item42 3 2 2 4 2 4 2 2 2 3 1 3 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3
item43 3 3 2 4 3 3 3 4 2 4 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3
item44 3 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 4 4 2 3 4 3 2 3 4 3 2
item45 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4
4 2 4 4 2 2 3 2 4 2 2 3 2 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 1 4 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 2 2 2 3 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 3 1 2 3 4 4 3 3 4 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2
4 3 2 4 2 3 4 4 2 4 4
3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2
4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3
4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 4 4 4 1 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 iitem47
item48 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3
item49 3 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2
item50 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 2 4 4 3 3 1 4 2 2 3 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2
item51 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 1 3 2 1 3
item52 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 2 1 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2
item53 2 2 2 4 2 3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3
item54 3 3 2 3 2 2 3 4 3 3 3 2 1 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 2 2 3 2
item56 2 3 4 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 4 3
2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 1 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 2 4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3
2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2
3 3 3 3 3 3 3 1 1 4 2
3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3
3 2 2 2 2 2 3 2 1 4 2
1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2
3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3
2 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3
4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 iitem57
item58 3 3 4 3 3 1 3 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2
item59 2 4 4 3 2 2 3 2 3 1 3 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2
item60 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2
Total 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 1 3 2 3 1 2 2 2 1 1 2
155 147 165 165 135 122 117 163 141 120 134 141 96 149 171 153 127 142 133 151 132 141 155 174 145 153 143 156 162 151 132 143 160 146 156 157 148 149 155 163 104 146 146 137 104 135 143 136 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 3 3 3 4 3 2 3 4 1 4 3
2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 3
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 1
166 129 146 153 165 154 165 165 127 176 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Daya Beda Item ~ Seleksi Item
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
149.6333 149.6167 149.1333 149.7500 149.0500 149.5333 149.8167 149.7667 149.6000 149.0167 149.4333 149.9667 148.9500 149.7500 150.3167 150.3000 148.9167 148.9667 150.4833 149.7167 148.8833 149.3500 148.6833 149.3167 149.9167 148.8000 148.9500 149.3833 149.8500 149.2833 150.6500 150.5333 150.2667 149.8333 149.8333 150.0000 149.6000 149.8500 149.2667 149.0000 149.6333 148.8500 148.7333 148.4167
271.1175 279.6641 280.6938 278.8008 277.5059 266.0497 283.9489 282.8599 273.8034 272.1523 277.3684 283.0836 279.9127 282.2246 280.5251 288.9932 274.3150 277.5243 288.4912 276.0709 269.7997 279.5534 278.3895 259.7794 275.8743 282.2983 275.3364 260.1048 277.4178 266.1048 286.9093 283.9819 292.4023 284.5819 282.3107 282.5763 278.9220 287.7907 281.4192 276.4746 285.8972 284.6042 273.5548 279.3658
.4771 .3172 .3566 .3124 .4956 .6891 .2158 .2104 .5607 .6282 .5138 .2579 .4302 .2889 .4633 -.0333 .6125 .4088 -.0137 .4958 .7016 .3472 .4842 .7937 .4583 .2284 .4896 .7619 .5085 .7378 .0826 .1860 -.2271 .1531 .2165 .2671 .3256 .0342 .3230 .4781 .1021 .1694 .5505 .4026
.9054 .9071 .9067 .9073 .9055 .9027 .9078 .9081 .9046 .9040 .9054 .9075 .9062 .9073 .9061 .9095 .9044 .9062 .9101 .9054 .9031 .9068 .9057 .9008 .9057 .9080 .9054 .9012 .9054 .9022 .9087 .9082 .9107 .9085 .9081 .9075 .9071 .9090 .9070 .9055 .9089 .9083 .9047 .9063
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00060
149.1000 149.6000 148.8000 149.7833 149.4500 149.0833 150.1000 150.2333 149.6000 149.1833 149.7333 148.8333 149.2500 149.6500 150.7000 150.2333
273.9898 284.6508 292.1288 278.7828 276.8958 284.9251 278.8373 286.0802 277.9051 283.3726 285.0463 277.1921 275.9195 284.3331 286.9593 286.3853
.5007 .1727 -.2109 .4889 .4421 .1594 .4074 .0857 .4773 .2386 .1522 .4405 .5080 .1643 .0898 .0917
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.9081
60.0
N of Items = 60
.9052 .9082 .9106 .9057 .9059 .9083 .9062 .9092 .9057 .9077 .9084 .9059 .9053 .9084 .9085 .9088
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil Koefisien Reliabilitas Alpha
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00002 VAR00003 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00017 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
120.5500 120.0667 119.9833 120.4667 120.7500 120.7000 120.5333 119.9500 120.3667 120.9000 119.8833 120.6833 121.2500 119.8500 120.6500 119.8167 120.2833 119.6167 120.2500 120.8500 119.8833 120.3167 120.7833 120.2167 121.5833 121.4667 120.9333 120.5333 120.7833 120.2000 119.9333 120.5667 119.6667 119.3500 120.0333 120.5333 120.7167 120.3833 120.0167 121.0333 121.1667 120.5333 120.1167
232.1161 233.2497 230.1862 220.8294 236.6314 234.6542 227.0328 226.2517 230.1006 235.7525 232.8167 234.7285 233.5805 227.7229 229.0110 223.9150 232.5455 231.3251 215.1737 228.9093 228.4099 215.5421 230.7828 220.1726 239.2641 236.5582 235.5209 231.3379 240.2065 233.6542 230.2667 238.6565 226.8023 232.4686 227.5582 236.7955 231.2912 230.0709 237.4743 231.8633 238.7175 230.8633 236.0370
Corrected ItemTotal Correlation .3381 .3732 .5202 .6667 .2107 .2492 .5717 .6072 .5369 .2577 .4327 .3014 .4532 .6142 .5113 .6896 .3458 .4922 .7719 .4689 .5010 .7380 .4981 .7417 .0815 .1860 .2547 .3493 .0247 .3531 .4527 .0852 .5612 .3968 .4959 .1927 .5198 .4431 .1569 .4078 .0745 .4857 .2372
Alpha if Item Deleted .9144 .9140 .9126 .9104 .9153 .9153 .9119 .9115 .9125 .9149 .9135 .9146 .9135 .9117 .9126 .9105 .9143 .9130 .9086 .9130 .9126 .9091 .9129 .9095 .9162 .9157 .9150 .9144 .9166 .9142 .9132 .9166 .9120 .9138 .9127 .9155 .9128 .9133 .9158 .9136 .9169 .9130 .9151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00004
119.7667 120.1833 120.5833 121.6333 120.6833
230.6904 229.9828 236.9590 239.4904 231.5760
.4259 .4720 .1604 .0768 .3215
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.9153
60.0
N of Items = 48
.9135 .9130 .9160 .9161 .9148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Subjek Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok Totok
item1
item2 3 2 3 1 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 1 3 4 3 3 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 4 2
item3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4
item4 3 4 3 2 3 1 3 2 1 4 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3
item5 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2
item6 3 2 3 2 2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 1 3 3 2 2 3 3 2 4 3 2 4 3 2
item7 2 3 2 2 3 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3
item8 2 4 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 3 1 3 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 3 2 3 1 2 2 2 3 4 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 4 1 4 3 3 2 2 4 4 3 3 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 item9
item10 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
item11 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3
item12 3 2 3 1 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 4 2 3 4 2 2 1 2
item13 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3
item14 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 1 4 3 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2
item15 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 4 2 3 1 2
item16 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3
item17 2 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 4 2 4 2 2 2 4 3 3 1 3 3 2 3 2 2 4 3 2 3 2
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 item18
item19 3 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 2 1 4 4 1 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2
item20 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3
item21 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 2
item22 2 1 2 1 2 2 3 3 3 2 2 3 1 4 1 2 2 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 2 1 3 1 2 2 3 3 4 2 4 2 3 2 2
item23 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3
item24 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 2
item25 3 2 3 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2
item26 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 3
2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 3 1 2 3 2 1 1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 item27
item28 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 3 2 2 1 1
item29 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
item30 3 2 2 3 4 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 1 4
item31 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 1 3 3
item32 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 4 4 3 3 4 3 3 3 2
item33 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3
item34 2 1 2 3 1 1 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3
item35 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 item36
item37 3 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3
item38 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 1 2
item39 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 2 2
item40 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 2 3
item41 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 1 3
item42 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 3
item43 2 1 1 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 1 1 3 3 3 3 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 4 3 3 2 4 3 3 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 item44
item45 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3
item46 3 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 3
item47 3 4 2 3 1 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3
item48 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 2 2 3 2
Skor total 2 132 1 136 1 125 2 121 1 136 1 110 1 122 2 129 2 131 2 143 2 133 2 129 1 128 1 143 1 124 1 125 2 135 1 110 2 125 1 121 2 121 1 130 1 128 1 111 2 110 2 116 2 117 1 140 1 115 2 136 1 119 1 130 1 123 1 137 1 116 1 142 1 112 2 140 1 140 1 145 2 142 1 142 1 135 1 168 2 122 1 137 1 123 1 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 subjek item1 Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan
item2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 3 1 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 4 2 3 3 3
item3 1 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 1 3 3 3
item4 1 1 3 2 2 3 1 2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 1 1 3 2 3 1 3 2 2 1 3 2 1 4 1 3 3 3 2 3 3
item5 1 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 1 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3
item6 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1
item7 1 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2
item8 1 2 1 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 2 4 2 3 1 2 3 2 3
1 1 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan Peranakan
2 2 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 4 2 4
4 3 4 2 3 3 3 4 1 3 3 1 3 4 3 1 4 4 1 4 3 4 4
4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 1 3 4
1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4
3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 3 2 1 2 3 4 3 2 2 3 4 4 4
1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 4 1 2 3
2 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 1 3 3 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 item9
item10 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3
item11 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3
item12 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 3 2 3
item13 1 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 2 3
item14 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2
item15 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 2 1 2
item16 1 2 2 3 4 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3
item17 1 1 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3
1 2 1 2 4 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4
4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4
4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 1 3 4
1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 4
1 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3
3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 1 3
3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 item18
item19 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
item20 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
item21 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2
item22 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 2 1 1 3 2 3
item23 4 2 3 1 2 2 4 1 3 2 4 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3
item24 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2
item25 1 2 2 1 1 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3
item26 1 2 2 4 4 2 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 4 2 2 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3
1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3
4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4
2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 4 2 4
2 2 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 3 3 3 1 3
4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 2
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
3 2 2 3 4 2 2 2 2 4 3 2 4 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3
3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3
1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 item27
item28 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2
item29 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 4 3
item30 1 2 2 1 1 3 3 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 2 4 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 2 3
item31 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2
item32 4 1 2 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3
item33 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 4 1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4
item34 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3
item35 1 3 2 2 2 3 4 3 4 2 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
4 1 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2
4 3 2 3 3 3 2 2 1 4 3 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 3
1 2 2 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 4 3
2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 1 3 2 3 3 4 3 3
3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3
4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 3 4 3 3 3 3
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 item36
item37 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4
item38 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 3
item39 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2
item40 4 1 1 2 3 1 1 3 2 1 2 2 1 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3
item41 4 3 2 3 4 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
item42 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2
item43 1 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 3 3 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
item44 1 2 2 1 4 1 2 3 2 2 1 1 1 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1
1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 1 1 4 3 3 2 3
2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 1 3 3
3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2
2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2
1 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2
1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3
2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 3 3 3 3 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 item45
item46 4 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3
item47 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 4 3
item48 4 2 1 3 1 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 4 3 3 3
Skor total 1 75 1 86 1 94 1 97 1 98 1 101 1 102 2 104 1 107 1 109 1 109 1 109 1 110 1 111 1 111 1 113 1 114 1 114 2 115 2 115 2 115 2 117 2 117 1 117 2 117 3 118 2 118 1 118 2 118 2 119 1 119 2 119 2 119 1 120 2 121 2 122 2 122 2 122 2 122 2 122 2 123 1 124 1 125 1 127 1 128 2 128 2 129 2 129 1 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3
4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 4 4 3 2 4 4 4
4 4 2 3 2 4 4 3 2 2 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 1 3 4
1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2
130 130 130 130 130 131 132 132 132 132 132 133 133 134 134 135 137 137 140 141 144 149 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA TOTOK (ASLI) DAN TIONGHOA PERANAKAN
Descriptive Statistics
Total
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
120
124,5
13,50
75
168
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Totok (Asli) dan Tionghoa Peranakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
TOTAL 120 124.25 13.50 .059 .047 -.059 .651 .790
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA TOTOK (ASLI)
Descriptive Statistics
Total
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
48
128,69
11,64
110
168
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Totok
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
TOTAL 48 128.69 11.64 .083 .083 -.060 .572 .899
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI NORMALITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA PERANAKAN
Descriptive Statistics
Total
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
72
121,29
13,91
75
157
Uji Normalitas Etnis Tionghoa Peranakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
TOTAL 72 121.29 13.91 .087 .069 -.087 .739 .645
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI HOMOGENITAS KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA TOTOK (ASLI) dan PERANAKAN
Group Statistics
Total
Etnis Tionghoa
N
Mean
Std. Deviasi
Std. Error mean
Totok
48
128,69
11,64
1,68
Peranakan
72
121,29
13,91
1,64
Independent Sample Test Levene’s Test for Equality of Variances
Total
Equal Variances Assumed Equal Variances not Assumed
F
Sig.
0,678
0,412
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI BEDA / UJI-T KELOMPOK SUBJEK ETNIS TIONGHOA TOTOK (ASLI) dan PERANAKAN
Group Statistics Etnis Tionghoa
N
Mean
Std. Deviasi
Std. Error mean
Totok
48
128,69
11,64
1,68
Peranakan
72
121,29
13,91
1,64
Total
Independent Sample Test t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
Difference Difference
tailed)
95%Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
3,041
118
,003
7,40
2,43
2,58
12,21
3,151
111,899
,002
7,40
2,35
2,74
12,05