Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovalif Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanian
SIFAT TEKNIS VULKANISAT SOL SEPATU U R E T ALAM MENGGUNAICIIN BANAN PENGlSl ABU T E M A N G Adi Cifriadi dan Dadi R. Maspanger Balai Penelitian Teknologi Karel
Karet alam merupakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting peranannya sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor pertanian. Pembuatan barang jadi karet, sepeai sol sepatu adalah salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah karet alam dan untuk mengembmgkm industri berbasis karet alam dalam negeri. Pada penelitian ini dikaji sifat-sifat tcknis vulkanisat sol sepatu karet alam menggunakan bahan pengisi abu terbang dan dibandingkan dengm spesifikasi teknis sol sepatu berdasarkan Standar Nasional Indonesia. Abu terbang mempakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada unit Pembangkit Listrik Te~enagaUap (PLTU). Penggunaan bahan pengisi abu terbang bertujuan untuk menggantikan bahan pengisi tidak hitam komersial seperti kaolin dan CaCQ3 sehingga dapat menumnkan biaya pembuatan vulkanisat sol sepatu. Pembuatan bahan pengisi abu terbang ukuran partikel 300 mesh dilakukan dalam 5 tahapan proses, yakni : pengecilan ukuran partikel, pencucian, penurunan kadar besi, pengeringan, dan penyaringan. Vulkanisat sol sepatu karet alam berbahan pengisi abu terbang dibuat dengan menggunakan tehcnik cetak tekan pada suhu vulkanisasi 1.50'~selama 4,25 menit. Hasil penelitian menunjuaan bahwa vulkanisat sol sepatu karet alam berpengisi abu terbang dengm ukuran partikel 300 mesh dapat digunakan untuk membuat sol karet sepatu olah raga dan sol karet cetak tipe C karena vulkanisatnya memiliki sifat teknis yang cukup sesuai dengan standar SNI 06- 1844-1990 Ed. 1.2 dan SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6. Kinerja vulkanisat yang mengandung bahan pengisi abu terbang ukuran partikel300 mesh hampir setara dengan vulkanisat karei bergengisi kaolin dan CaCQ, sehingga bahan pengisi ini dapat menggantikan bahan pengisi tidak hitam komersial, yakni kaolin d m CaC03.
Kada knnei : abu terbang, bahan'pengisi, vulkanisat karet, sifat teknis barang jadi karet. ABSTRACT
Natural rubber is a traditional and an export commodity which has an important role for national income from agricultural sub-sector. Manufacmring of rubber goods for example shoe sole is an effort to increase added value of natural rubber and to develop rubber goods ,industry based on domestic natural rubber. The research studied about technical properties on shoe sole vulcanizate from natural rubber which used fly ash as filler and the results were compared to the technical specification of. Shoe Sole according to lndonesian Standard. Fly ash is waste which is produced from burning process of coal in Power Plant. Usage of fly ash fillei was aimed to substitute non-black filler such as Kaolin and CaC0, so that the price of shoe sole product could be decreased. Processing of fly ash filler, 300 mesh particle size, was conducted in five steps, which are: reducing of particle size, washing, reducing of iron content, drying, and screening. Shoe sole wlcanizate £iom natural rubber which contained fly ash filler was prepared by press molding technique at 150°C for 4.25 minutes. The result showed that fly ash filler 300 mesh could be used as filler for mmufacturhg sport shoe sole and rubber-molded sole of C-type because its technical properties in accordance enough with SNI 06-1844-1990 Ed. 1.2 and SNI 12-0778-1989 Ed. 1.4. The performance of vulcanizate which contained fly ash 300 mesh as filler was the same as kaolin and CaC03 so that fly ash could substitute non-black filler like kaolin and CaCQ.
Keywords: fly ash, filler, rubber vulcanizate, technical property of rubber goods.
Balai Besar Penelitian don Pengembangan Pascopanen Pertanian
701
Prosiding Seminor Nasionol Teknologi lnovotif Poscoponen untuk Pengembongan lndustrf Berbasis Pertonlon
PENDAHULUAN Karet alam (natural rubber) mewpakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting peranannya sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor pertanian, dan menjadi tumpuan pencaharian bagi banyak keluarga petani. Luas tanaman perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2002 sebesar 3.668,b ribu Ha, baik perkebunan karet besar dan rakyat, dengan produksi 1.630 ribu ton (BPS, 2002). Perbandingan data ekspor karet alam tahun 2002 dengan 2003 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan kenaikan selama bulan Januari-Agustus sebesar 9,2% untuk volume ekspor dan 52,3% untuk nilai ekspor. Kenaikan volume ekspor pada lateks pekat sebesar 56,6%, total RSS 2,2 %, total TSR 9,1 %, dan SIR 20 5,4 % (Gapkindo, 2004). Berdasarkan keadaan tersebut, Indonesia merniliki potensi bahan baku karet alam yang besar sehingga apabila dapat mengembangkannya meialui pembuatan barang jadi karet maka akan lebih meningkatkan nilai tambah komoditas karet alam tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan nilai tambah karet alam melalui diversifikasi produk barang jadi karet sehingga berdampak pada pengembangan industri berbasis karet alam dalarn negeri. Pembuatan barang jadi karet, seperti sol sepatu adalah saiah satu upaya untuk meningkatkan nilai fambah karet alam dan untuk mengembangkan industri berbasis karet alam daiam negeri. Sol sepatu karet merupakan produk barang jadi karet yang dikatagorikan sebagai produk karet penggunaan umum. Produk ini memiliki serapan konsutnsi karet alam yang cukup besar sehingga apabila dapat mengembangkan industrinya seperti melalui mendisain kompon karet dengan biaya yang lebih murah maka berdampak pada peningkatan konsumsi karet dam dalam negeri. Terdapat tiga ha1 yang menjadi pertimbangan dajarn pembuatan barang jadi karet yaitu : harus memenuhi sifat teknis barang jadi karet, kemudahan proses pembuatan barang jadinya dan biaya pembuatan kompon karet. Agar dihasilkan produk karet yang sesuai dengan persyaratan teknis maka terdapat beberapa ha1 yang dapat mempengaruhi sifat-sifat teknis produk, diantaranya adalah : pemilihan jenis karet mentah, pernilihm sistem vulkanisasi, dan pemilihan bahan-bahan kimia dalam pembuatan kompon karet. Bahan pengisi merupakan bahan kimia kompon karet yang dapat mempengaruhi sifat fisik barang jadi karet serta dapat menurunkan biaya pembuatan kompon karet. Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pada unit PLTU Suralaya Banten, abu terbang telah dihasilkan sebanyak 24 ribu ton per bulan. Limbah ini ~nembentukdeposit menggunung dilokasi-lokasi pembakaran batubara karena belum dimanfaatkan menjadi suatu ballan yang merniliki nilai guna yang lebih baik. Abu terbang umumnya bewarna abu-abu putih , densitas sekitar 2 gr/cm3, dengan komposisi kimia terdiri atas silika (Si02) > 40%, Ai203sekitar 20%, Fe2035%, CaO 3 - 4%, dan MgO 1% (ACAA, 2001). Abu terbang sesungguhnya berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan pengisi karet karena merupakan senyawa sillikat yang mengandung silika sekitar 50%. Senyawa silikat merupakan bahan pengisi yang sudah umum digunakan dajam pembuatan barang jadi karet seperti kaolin. Penggunaan bahan pengisi abu terbang bertujuan untuk menggantikan bahan pengisi tidak hitam komersial seperti kaolin dan CaG03 sehingga dapat menurunkan biaya pembuatan vulkanisat sol sepatu. DaIarn penelitian ini dikaji sifat-sifat teknis vulkanisat sol sepatu karet alam menggunakan bahan pengisi abu terbang dan dibandingkan dengan spesifikasi teknis sol sepatu berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
-
702
Boloi Besar Penelition don Pengembangon Pascapanen Pertanian
Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovotif Pascopanen untuk Pengembangon lndustri Berbosis Pertonion
BAMAN DAN METODE
Abu terbang berasal dari PT Indonesia Power Unit Pembangkit Suralaya-Banten, karet alam, ZnO, asam strearat, kaolin, CaCO,, Montactere, white oil, CBS (NCyclohexyl-1,2-benzothiazole sulfenamide), pewarna dan belerang. Formilla ~~ntirk pembuatan sol sepatu karet alam disajikan pada Tabel 1 . Tabel l . Formula kompon karet dengan variasi bahan pengisi untuk peinbuatan vulkanisat sol sepatu Bahan Karet ALam (RSS 1)
A 100
Kode Kornpon B 100
C 100
Asam Stearat Abu terbang 300 mesh Kaolin CaC03 Montaclere CBS Belerang Pigmen merah White oil Perlakuan-perlakuan Terhadap Abu Terbang Pernanfaatan abu terbang untuk dijadikan bahan pengisi barang jadi karet dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a)
b) c) d) e) f)
pengecilan ukuran partikel dengan cara penggilingan di dalam ball-mill dan bolabola stainless-stell. pencucian partikei untuk rnemisahkan bahan pengotor seperti tanah liat dan pasir halus. penurunan kadar besi dengan pengaduk magnit. pengeringan untuk menurunkan kadar air kristal. penyaringan dengan kasa 300 mesh. pencampuran abu terbang hasil perlakuan (a) s/d (e) dengan karet dan bahan-bahan kimia kompon. Proses pencampuran karet dan bahan kimia karet dilakukan pada gilingan 2-rol ukuran laboratoriurn. Uji karakteristik pematangan kompon karet dilakukan pada Oscillation Moving Die Rheometer Toyoseiki pada suhu 150 OC menurut IS0 34 17. Selanjutnya kompon karet divulkanisasi untuk menghasilkan vulkanisat sol sepatu karet. Sebagai pembanding dilakukan pula pencampuran dengan bahan pengisi komersial, yaitu : CaCQ3 dan kaolin.
Pengujian Sifat Fisik Vulkanisat dan Marakteristik Pematangan Sifat-sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alam yang diuji adalah : kekerasan, tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300 %, ketahanan sobek, bobot jenis, dan perpanjangan tetap 100 %. Sedangkan untuk karakteristik pematangan kompon karet
Balai Besor Penelitfan don Pengembongan Pascopanen Pertanion
703
Prosiding Seminar Nosional Teknologi inovotif Pascapanen untuk Pengembongan fndustrl Berbosb Pertonion
yang diuji adalah : modulus torsi maksimum dan minimum, modulus torsi optimum, waktu scorch (ts*), waktu optimum vulkanisasi (tgO)dan indeks laju pematangan (CRI).
NASIL DAN PEMBAHASAN Wasil pengujian karakteristik pematangan kompon karet disajikan pada Tabel 2. Hasil pengujian karakteristik pematangan kompon karet diperoleh dari kurva Rheometer. Kurva ini memberikan informasi mengenai waktu optimum tejadinya proses vulkanisasi (t90), waktu pravulkanisasi (ts*), modulus torsi maksimum (MHR), modulus torsi minimum (ML) dan modulus torsi optimum (M90). Besaran-besaran ini diperlukan untuk pembuatan barang jadi karet. Dalam pembuatan barang jadi karet, waktu vulkanisasi yang lambat diperlukan untuk kompon tebal, sedangkan waktu vulkanisasi yang singkat biasanya untuk kompon tipis. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik pematangan kompon diperoleh informasi bahwa kompon berpengisi abu terbang (kompon A) dan kompon berpengisi CaCO3 (kompon C) memiliki waktu optimum vulkanisasi (t9())dan waktu pravuikanisasi yang relatip cepat dibandingkan kornpon berpengisi kaolin (kompon B). Waktu optimum vulkanisasi kompon A 4,25 menit, kompon C 4,5 menit, sedangkan kompon B 7 menit. Waktu pravulkanisasi kompon A, B dan C beflurut-turut sebesar 0,63 ; 1,63 dan 0,50 menit. Proses vulkanisasi kompon karet merupakan suatu reaksi kimiawi yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) melalui pembentukan ikatan silang bahan pemvulkanisasi pada rantai molekul karet. Hasil pengujian karakteristik pematangan kompon juga memberikan informasi tentang derajathingkat vulkanisasi yang terjadi pada kompon karet. Derajat vulkanisasi dapat diperkirakan melalui selisih antara modulus torsi maksimum (MHR) dengan modulus torsi minimum (ML) ataupun dari nilai modulus torsi optimum (M90). Derajat vulkanisasi ini menunjukkan derajat ikatan silang yang terbentuk pada molekul karet, semakin tinggi nilai derajat vulkanisasi maka semakin tinggi pula derajat ikatan silang yang terbentuk. Nilai derajat vulkanisasi ini juga dapat mempengaruhi sifat fisik vulkanisat, seperti : tegangan putus, kekerasm, modulus dl!. Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 2) bahwa kornpon karet berpengisi abu terbang (kompon A) memiliki nilai modulus torsi optimum hampir sama dengan kompon karet berpengsisi kaolin (kompon B). Nilai modulus torsi optimum kompon A dan B berturut turut 56,57 dan 58,84 kg-cm. Namun kompon C memiliki nilai modulus torsi optimum yang cukup tinggi dibandingkan kompon A dan B yakni sebesar 66,8 kg-cm. Perbedaan nilai modulus torsi optimum kompon C dengan kompon A dan B sekitar 10 kg-cm dan diperkirakan perbedaan ini tidak terlalu nyata berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik vulkanisatnya. Tabel 2. Hasil uji karakteristik pematangan kompon karet Rheometer(0DR) 150 OC IS0 3417 MHR kg-cm ML kg-cm MgOkg-cm tgOmin tsz min CRI, pointlmin
704
Kode Kompon A
B
e
60,8 18,5 56,57 4,25 0,63 27,62
64,O 12,4 58,84
72,O 20,0
Boloi Besor Penelition don Pengembangan Pascoponen Perfonian
7 1,63 18,62
66,8 4,5O 0,50 25,OO
Prosiding Seminar Nosionol Teknologi inovotif Poscaponen untuk Pengembongan lndusiri Berbosis Pertonion
Bahan pengisi ditambahkan kedalam kompon karet dalam jumlah tertentu untuk meningkatkan sifat fisik vulkanisat dan menurunkan biaya produk. Penambahan bahan pengisi pada kornpon karet umumnya meningkatkan sifat kekerasan bahan. Sedangkan sifat-sifat fisik Iainnya bergantung pada keaktifan bahan pengisi pada molekul karet. Berdasarkan keaktifannya, bahan pengisi digolongkan atas dua bagian, yaitu bahan pengisi bersifat penguat dan tidak bersifat penguat. Bahan pengisi dikatakan bersifat penguat apabila pada vulkanisatnya terjadi peningkatan sifat-sifat ketahan rusak vailure p ~ e v t i e s )seperti kekuatan tarik, ketahanan sobek, ketahanan kikis, dan peningkatan modulus. Kaolin dan CaCO, termasuk golongan bahan pengisi tidak bersifat penguat. Hasil pengujian sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alam dengan perbedaan bahan pengisi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Wasil uji sifat-sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alarn Sifat-sifat Fisik Kekerasan, Shore A Tegangan putus, ~ l m m ~ Modulus 300 %, ~ / r n r n ~ Perpanjangan putus, % Ketahanan sobek, ~ / m m ~ Bobot jenis, g/crn3 Perpanjangan tetap SO %, % Ketahanan retak-lentur 150 kcs Ketahanan retak-lentur 250 kcs
Test Method ([SO) 76 19-96 3 7-96 37-96 37-96 8 1 6-96 278 1-96 2285-88 132-83
132-83
Vulkanisat A
B
C
50 17,4 22 670 2,9 1:194 2,6 Tidak retak Tidak retak
55 16,9 4,2 620 3,0 1,240 2,6 Tidak retak Tidak retak
50 18,4 2,3 680 3,7 1,241 2,6 Tidak . retak Tidak retak
Tabel 4. Spesifikasi sol karet cetak (SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6). Persyaratan No Jenis Uji Satuan Kelas A Kelas B 1. FISIU Tebal tanpa kernbangan rnm Min. 2,0 Min. 2,0 ~ g / c r n ~ Min. 150 Min. 100 Tegangan putus ~ / r n r n ~ Min. 14,7 Min: 9;s. Perpanjangan putus (%) 250 150 Kekerasan Shore A 55 - 80 55 - 80 ~ g l c r n ~ Min. 60 Min. 40 Ketahanan sobek Nlmm2 Min. 5.9 Min. 3.9 Perpanjangan tetap Maks. 4 Maks. 7 (50%) B o h i jenis g/crn3 Maks. 1,2 Maks.
Kelas C Min. 2,0 Min. 50 Min. 4,9 100 55 -80 Min. 25 Min. 2.44 Maks. 10 Maks. 1,6
1.4
Ketahanan kikis mm3/kgm Maks. 1,0 Maks. 2,5 Grasselli Ketahanan retak-lentur Tidak retak Tidak Tidak retak 150 kcs retak ORGANOEEPTIS Keadaan dan atau Tidak cacat dan atau rusak yang berupa penarnpakan sol sobek, lubang, lepuh, retak, goresan, dan warna 1 9 5
2.
Boloi Besor Penelltian dan Pengembangon Pascoponen Pertonion
705
Prosiding Seminar Nosionol Teknologi lnovatlf Pascaponen untuk Pengembongon lndustri Berbasls Pertonian
Tabel 5. Spesifikasi sol karet sepatu oiah raga ( s N ~06-1844-1990 Ed. 1.2) No
Jenis Uji
1.
FISIMA Tebal tanpa kembangan Tegangan putus Perpanjangan putus (%) Kekerasan Ketahanan sobek Perpanjangan tetap (50%) Bobot jenis ~etahanankikis Grassell i Ketahanan retak-lentur (tidak retak) ORGANOLEBTPS Keadaan dan atati penampakan sol
2.
Satuan
Persyaratan
mm N/mm2
Minimal 2,0 Minimal 10 Minimal 250 50 - 70 Minimal 5,8
-
Shore A b!/rnrn2
-
Maksimal 4,0
dcm3
Maksirnal 1,3 Maksimal 1,0 Minimal 250
kcs
Tidak cacat dan atau rusak yang berupa sobek, lubang, lepuh, retak, goresan, dan warna
Berdasarkan hasii uji sifat fisika vulkanisat diperoleh infomasi bahwa vulkanisat yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh (vulkanisat A) memiliki kekerasan 50 shore A, tegangan putus 17,4 N/mm2, modulus 300 % 2,2 ~ l m r n ' , perpanjangan putus 670, ketahanan sobek 2,9 N/mrn2, bobot jenis 1,194 g/crn3, perpanjangari tetap 50 % sebesar 2,6 % dan tidak retak dalam pengujian ketahanan retak. lentur 150 dan 250 kcs. Hasil uji sifat fisik vulkanisat A tersebut tidak terlalu berbeda dengan vulkanisat berpengisi kaolin (vulkanisat B) dan vulkanisat berpengisi CaCO, (vulkanisat C) sebagai pembanding. Secara keseluruhan sifat-sifat frsik (kekerasan, .tegangan putus, modulus 300 %, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanai~retak-lentur 150 dan 250 kcs, perpanjangan tetap 50 %) vulkanisat sol sepatu karet alam yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh (vulkmisat A) hampir setara dengan vulkanisat B ataupun vulkanisat C, bahkan unruk parameter mutu bobot jenis vulkanisat A lebih kecil dibandingkan vulkanisat B dan C. Nilai bobot jenis vulkanisat yang lebih kecil ini memberikan keunggulan karena sol sepatu lebih ringm sehingga.memberikan nilai positif bagi pengguna. Apabila hasil uji sifat-sifat fisika vulkanisat berpengisi abu terbang, kaolin, dan CaCO:, dibandingkar~dengan persyaratan teknis dari sol karet cetak (SNI 12-0778-1989 Ed.1.6) dan qol karet sepatu olah raga (SNI 06-1 844-1990 Ed. 1.2) yang ditunjukkan dalam tabel 4 dan 5 rnaka kinerjanya cenderung masuk dalarn persyaratan spesifikasi sol karet cetak kelas C dan spesifikasi sol karet sepatu olah raga. Hasil tersebut rnengindikasikan bahwa abu terbang memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan pengisi sol sepatu olah raga dan sol karet cetak tipe C. Visual sol sepatu yang dibuad pada percobaan ini dengan perbedaan kandungan bahan pengisi dalam pembuatan kompon karet ditampilkan pada Gambar 1. Dari Ganbar tersebut terlihat bahwa sol sepatu yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh menghasilkan warna yang lebih buram dibandingkan wama sol sepatu yang mengandung bahan pengisi kaolin dan CaG03. Hal ini dikarenakan pengamh dari warna abu-abu yang berasal dari warna abu terbang. Perbedaan warna ini tidak terlalu benpenganrh terhadap kualitas barang jadi karet yang dihasilkan.
706
Boloi Besar Penelition don Pengembangan Pacapanen PertanIan
Prosiding Seminar Nosionol Teknologl liwvotif Pascoponen untuk Pengembongon Industri Berbasis Pertanion
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vulkanisat yang mengandung bahan pengisi abu terbang 300 mesh memiliki sifat-sifat fisik hampir setara dengan sifat fisik vufkanisat berpengisi kaolin dan CaCQ sehingga abu terbang memiliki pefuang untuk menggantikan bahan pengisi karet tidak hitam komersial, yakni kaolin dan CaCO,. Berdasarkm sifat fisik vulkanisat sol sepatu karet alarn, abu terbang 300 mesh dapat digunakan sebagai bahan pengisi untuk membuat sol karet sepatu olah raga dan sol karet cetak tipe C karena vulkanisatnya memiliki sifat teknis yang cukup sesuai dengan standar SNI 06-1844-1990 Ed. 1.2 dan SNI 12-0778-1989 Ed. 1.6.
American Coal Ash Association (ACAA). Coal fly ash-Material Description. Internet NewsAlexmdriq Virginia., 200 1, p.6 Badan Pusat Statistik (BPS)., Statistik Indonesia 2002., hal 206-207. BBPPIW
. Penerapan
Tehologi Bersih Pada Industri Karet. Workshop Karet Alam Sebagai Produk Unggulm Ekspor Yang Bersahabat Dengm Lingkungan, Bandar h p u n g , 8-10 Oktober 1996. Depperindag-Gapkindo
Blow., C.M., Rubber Technology ang Manufacture., 2nd Ed., Butteworth Scientific., London., 1982., p.259 - 303. Eirich, F.R. Science and Technology of Rubber. Rubber Div. ACS, Academic Press, London, 1978, p.670 Gapkindo., Buletin Karet., 2004.
Bolal Besar Penelition don Pengembongan Pacopanen Pertanion
707
Prosiding Sernlnar Nosional Teknologl lnovotif Pascaponen untuk Pengembongon lndustrf Berbasls Pertonion
Herininiwati., dkk., Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Filler Barang Karet., Prosiding Seminar Nasional II Industri- Kulit, Karet, dan Plastik., Yogyakarta., 2002., 598 - 6 10. Suhardi., Prospek Abu Layang Limbah Pembakaran Batubara Sebagai Filler Karpet Karet., Prosiding Seminar Nasional 11 lndustri Kulit, Karet, dan Plastik., Yogyakarta., 2002., 504 - 51 5. Wagner,M.P. Precipitated silicas - a compounding alternative. Elastomerics, 1981, 40-44
708
Baloi Besar Penelition don Pengembongon Pacoponen Pertonion