SHOLAT TASBIH Barangkali sering terdengar di telinga kita perihal sholat sunnah yang dilaksanakan oleh sebagian kaum Muslimin yang dikenal dengan nama sholat tasbih. Lalu apa yang dimaksud dengan sholat tasbih itu? Kementerian Wakaf dan urusan-urusan kaum Muslimin dalam buku mereka yang berjudul “Mausuah fiqhiyah al kuwaitiyah” (2/9645) : mengatakan sholat tasbih adalah salah satu jenis sholat sunnah yang dikerjakan dengan tatacara tertentu. Dinamakan sholat tasbih karena didalamnya banyak dibacakan tasbih, yaitu 75 tasbih dalam setiap rokaatnya Selesai. Tata cara sholat tasbih adalah dikerjakan dengan 4 rakaat, setiap rakaat membaca 75 tasbih dengan perincian sebagai berikut : A. Pada saat berdiri setelah membaca Al Fatihah dan surat membaca tasbih ini sebanyak 15 kali, yaitu bacaannya :
B. Pada saat rukuk, setelah membaca dzikir rukuk, membaca tasbih sebanyak 10 kali. C. Pada saat I’tidal setelah membaca dzikir I’tidal, membaca tasbih sebanyak 10 kali. D. Pada saat sujud pertama, setelah membaca dzikir sujud, membaca tasbih ini sebanyak 10 kali. E. Pada saat duduk diantara 2 sujud, setelah membaca dzikir, membaca tasbih ini sebanyak 10 kali. F. Pada saat sujud kedua, setelah membaca dzikir sujud, membaca tasbih ini sebanyak 10 kali. G. Pada saat duduk istirahat untuk bangkit ke rokaat dua atau rakaat empat, membaca tasbih ini sebanyak 10 kali. Atau duduk tasyahud untuk rakaat kedua atau keempat setelah membaca dzikir tasyahud sebelum salam membaca tasbih ini sebanyak 10 kali. Jadi total keseluruhannya setiap rakaat membaca tasbih 75 kali, sehingga untuk 4 rakaat total tasbih yang dibaca sebanyak 300 kali. Waktu mengerjakannya bisa pada siang hari sebanyak 4 rakaat dengan 1 kali salam, sedangkan ketika dikerjakan pada malam hari sebanyak 4 rakaat dengan 2 kali salam, berdasarkan keumuman hadits ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang tata cara sholat malam, Beliau menjawab :
!" # !" # “Sholat malam dua rakaat dua rakaat” (Muttafaqun alaih).
Kemudian sholat tasbih dapat dikerjakan setiap hari atau seminggu sekali atau sebulan sekali atau setahun sekali atau paling tidak sekali seumur hidup. Pahala mengerjakan sholat tasbih sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-haditsnya adalah akan diampuni dosanya, walaupun sangat besar sekali. Sampai dikatakan sekalipun dosanya memenuhi langit atau seperti dosanya orang yang paling besar dosanya yang ada dimuka bumi ini. Para ulama kita berselisih pendapat tentang disyariatkannya sholat ini, sebagian mengatakan tidak disyariatkan kerena hadisthadist yang berkaitan dengan sholat ini semuanya lemah. Akan tetapi sebagian lagi memandang bahwa hadist tentang sholat tasbih shohih atau minimal hasan sehingga bisa dijadikan sandaran untuk diamalkan. Berikut hadist-hadist yang berkenaan dengan sholat tasbih dan komentar ulama pakar hadist tentang jalan-jalannya. Ada sekurang-kurangnya 5 riwayat dari Shahabat yang membahas sholat tasbih sebagai berikut: 1. dari sahabat Abdullah bin Abbas bin Abdul Mutholib ada dua jalur periwayatan dari Beliau , yaitu : A. Ditakhrij oleh Imam Abu Dawud dalam Sunnannya (no. 1299), Imam Ibnu Majah dalam sunannya (No. 1450 ) dan selainnya. Semuanya dari jalan Abdurrokhman bin Basyar ibnul Hakam An Naisaburi dari Musa bin Abdil Aziz dari Al Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Ia berkata : Rosululloh bersabda kepada Al Abbas bin Abdil Mutholib :
& 1 % & ' ( *) +, . / 0 1 % 2 345 2 / !# 2 / 6. 2 7 8. 9 : 8. 9 » C' . 7 8 7 ; 7 ; < 7 . 7 =6 , "95 > ? 7 , @ 8 / '( / A B / ( P # & B % (D% E F 4 G CH I J% IK 1 F L % M J N K 1 F O 0F L+ J *) +, . V , 2 2 & ? RQ S? & ' IK 1 F * 8 % UT M 8RZ [ . W4MC% X 4Y P # / F O % J 8RZ [ . OQ F & ' W4MC% O J 8RZ E 8# . ^ _ J 8RZ [ . W4MC% ` 4^Y_ P # / F O % J 8RZ [ . Q \ & ' W4MC% [\ ]4W J % / ( 1 A J IK 1 F L % 41 V Q , / a % [ . W4MC% / F O % J 8RZ [ . W4MC% D% E 8# IK 1 \ L A % 1 A J R D% 1 % % E 8# b) 4 9 L % WL+ J & 1 6 C N K 1 F O 0F « E 8# 3 . A % 1 A J R D% E 8# IK ! L A % 1 A J R D% E 8# ) W c L A % 1 A J R
“Wahai Abbas, wahai paman, sukakah paman kuberi, kuanugerahi dan kuhadiahi?, akan kuajarkan sepuluh bagian yang jika paman mengerjakannya Alloh akan mengampuni dosa-dosa engkau yang pertama maupun yang akhir, yang dahulu maupun yang baru, kesalahan yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak. Sepuluh bagian itu ialah engkau mengerjakan sholat empat rokaat, yang masing-masing rokaatnya membaca Al fatihah dan surat lainnya, lalu sesudah membacanya pada rokaat pertama masih dalam keadaan engkau berdiri membaca Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaaha illalloh wallohu akbar 15 kali, kemudian rukuk, masih dalam keadaan rukuk engkau membaca (dzikir tadi) 10 kali, lalu bangun dari rukuk (I’tidal) membacanya 10 kali, lalu turun sujud dan membacanya 10 kali, lalu bangun sujud (duduk diantara dua sujud) membacanya 10 kali, lalu sujud lagi membacanya 10 kali lalu bangun dari sujud (duduk istirahat) membacanya 10 kali, demikian seterusnya engkau lakukan pda empat rokaatnya. Apabila engkau mampu melakukan sholat tadi setiap hari sekali, maka lakukanlah jika tidak mampu setiap jumatnya, jika tidak bisa setiap bulannya, bila masih tidak bisa setiap tahunnya, jika tidak bisa juga maka minimal sekali seumur hidup.” Didalam sanadnya ada Abu Syuaib Musa bin Abdul Aziz Al Qimbari Al Yamani, Yahya bin Ma’in berkata tentangnya : La Aro bihi Ba’sun (saya berpendapat tidak mengapa), hal senada juga dikatakan An Nasa’i : laisa bihi Ba’sun (tidak mengapa). Ibnu Hibban juga mentsiqohkannya (lihat mizanul I’tidal 4/213 & 7/403, Al jarh wat Ta’dil 8/151). Sedangkan Ibnul Madini mendoifkannya begitu juga sulaimani mengatakan tentang dia : munkarul hadits (hadistnya mungkar) (lihat tahdzibut tahdzib 10/318) . Maka keadaan rowi seperti ini bisa dinilai hasan haditsnya atau kalaupun lemah hadisnya masih bisa dijadikan hujjah dan akan datang Insya Alloh penguatnya. Sedangkan gurunya yang bernama Abu Isa Al Hakam bin Aban Al Adani, Yahya bin Main dan Nasa’i memberikan penilaian : Tsiqoh (terpercaya) berkata Ibnu Uyainah : saya datang ke Adn dan saya tidak melihat orang yang semisalnya dan juga dinilai sholih oleh Abu Zur’ah, Ad Dzahabi berkata : Beliau Syaikhnya penduduk Yaman, Orang yang paling Alim di kalangan mereka setelah Ma’mar. Al ‘Ijili mengatakan : Tsiqoh shohibus sunnah (terpercaya dan Ahlu Sunnah), (Al ‘Abari 1/14), Mizanul I’tidal 1/569), Al Jarh wat Ta’dil 3/113), akan tetapi Ibnu Adi berkata ketika menceritakan biografi Husain bin Isa : Al hakam bin Aban padanya ada kedhoifan, dan kemungkinan Bala (kesalahan) berasal darinya bukan dari husain bin Isa, Ibnu Khuzaimah pun mengomentarinya bahwa para Ahli Hadist memperbicangkan
tentang kehujjahan haditsnya. (lihat Tahdzibul kamal). Kesimpulannya rowi ini (Al Hakam bin Aban) adalah minimal haditsnya Hasan. Kemudian Rowi-rowi yang lain adalah rowi-rowi yang tsiqoh. Berkata Abu bakar bin Abi Dawud : hadist yang paling shohih tentang sholat tasbih adalah hadist ini. (Tahdzibut tahdzib 10/318). B. Ditakhrij oleh Imam Abu Dawud dalam sunannya no. 1400 (4/254) dan yang lainnya dari Jalan Ruh ibnul Musayyib dan Ja’far bin Sulaiman dari Amr bin Malik An Nukri dari Abul Jauza dari Ibnu Abbas seperti perkataannya diatas. Didalamnya ada Abu Roha Ruh ibnul Musayyib Al Kalbi beliau ditsiqohkan oleh Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 1/399), namun beliau juga rowi yang sering meriwayatkan dari orang-orang tsiqot hadist-hadits palsu, terkadang membalik sanad dan memarfukan hadits yang mauquf (majruhin 1/299), berkata Yahya bin Main : Suwailih (sedikit sholehnya), berkata Ibnu Abi Hatim : saya bertanya kepada Bapak saya tentang Ruh ibnul Musayyib beliau menjawab : Sholih laisa bil qowi (sholeh tidak kuat) (Al Jarh wat Ta’dil 3/496), Ibu Adi menilai hadist-haditsnya tidak terjaga (Al Kamil 3/143), Imam Al Ijili menilainya tsiqot (At Tsiqot 1/365). Kesimpulan rowi ini Ruh ibnu Musayyib paling minimalnya adalah haditsnya bisa dijadikan penguat dalam bab ini. Kemudian yang menyertainya sebagai gurunya Imam Abu dawud adalah Abu Sulaiman Ja’far bin Sulaiman Adh Dhob’i, beliau adalah seorang ulama yang Zuhud sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/197), Imam Suyuthi berkata : beliau tsiqoh, hasan hadistnya dan terpengaruh syiah (Thobaqot hufadz 1/19), Imam Ahmad berkata : Ibnu Sulaiman La ba’sa bihi (tidak mengapa), Yahya bin Main mentsiqohkannya (Al Jarh 2/481). Kesimpulannya haditsnya bisa dijadikan penguat. Kemudian mereka berdua meriwayatkan dari gurunya yang bernama Abu Malik Amr bin Malik An Nukri, Ibnu hibban berkata : Hadistnya dianggap, kecuali riwayat dari anaknya yang bernama Yahya (At Tsiqot 7/228), dalam kitabnya Masyahir ulama amshor 1/244 Ibnu Hibban menilainya shoduq, Ibnu Hajar menilainya : shoduq lahu auham (jujur memiliki beberapa kelemahan) (At Taqrib 1/744), Ad dzahabi mentsiqohkannya (Al Kasyif 2/87), Al jurjani mengatakan : Amr bin Malik An Nukri Bashri mungkar hadistnya dari perowi terpercaya dan dia mencuri hadits
dan saya mendengar Abu Ya’la mengatakan Amr bin Malik An Nukri itu dhoif (Al Kamil fi dhuafa 5/150). Kesimpulannya hadistnya bisa dijadikan penguat. Kemudian Amr bin Malik meriwayatkan dari gurunya yang bernama Abul Jauza Aus bin Abdullah Al Bashri, Beliau adalah seorang Tabi’in dan diantara guru beliau adalah shohabat perawi hadist ini yaitu Abul Abbas Abdulloh bin Abbas ibnul Mutholib sepupu Rosululloh . Abul Jauza ini dinilai Ibnu Hajjar tsiqoh tetapi banyak memursalkan hadits (At Taqrib 1/112), Ibnu Abi hatim berkata : saya mendengar Bapakku berkata : Tsiqoh, Abu Zur’ah pernah ditanya tentang Beliau dan mengatakan orang Bashroh yang tsiqoh (Al Jarh 2/304-305). Maka sanad melalui jalan ini bisa dijadikan mutabi (baca penguat) dari hadis Ibnu Abbas pada jalan yang pertama. Kesimpulan akhir riwayat Ibnu Abbas tentang sholat tasbih paling rendahnya bisa dihukumi sebagai hadist HASAN LIGHOIRIHI, sehingga layak untuk dijadikan hujjah tentang pensyariatan sholat tasbih. 2. Dari Shahabat Ja’far bin Abi Tholib Haditsnya ditakhrij oleh Imam Abdur Rozaq dalam “Mushonnaf” (no. 5004) dari jalan Dawud bin Qois dari Ismail bin Rofi’ dari Ja’far bin Abi Tholib , bahwa Nabi bersabda kepadanya:
U# j O6M ' &!!i h5 g 2 g 2 g 3Z 2 g 3a5 2 g /!# 2 g / ef 2 q p : *4MJ o k F4 I1F n @M b MJ N1F O0F m+J : *? k P9 t4MC% O' o k # -. Vs 1J h5 5 f1% q 2 2 r q q o k \ &' -. t4MC% ^_J o k O%F &' -. t4MC% O%J o k OF &' -. -. t4MC% O?J o k \ &' -. t4MC% ^_J o k V\ &' -. t4MC% O%J k I.4v S# uZ /a% k /a ,2 u" n k 41 Vs /C% V\ &' I9@ P9-. @M b 10 x F4_ M9 eC_9 k wCS# A &' WC?% ( 4% k 3. n k I! n Wc n k /C1y k /C k /#49 n PW1!+J k .+% k f b9 `. k{. #F `. k 6M `. k U_ b4z `. /04'( &' / q fA< “maukah engkau aku hadiahi? Maukah engkau kuanugerahi? Maukah engkau kuberi? Maukah engkau kukasih banyak? Maukah? Maukah? Hingga aku menyangka Beliau akan memberiku air laut. Nabi bersabda : “sholatlah engkau 4 rakaat, setiap rakaat membaca Al Fatihah dan surat, lalu berdzikir
‘Alhamdulillah wa Subahanallah wallahu akbar wa laa ilaaha illallah engkau menghitunganya satu bacaan, lalu ulangi bacaan tersebut sebanyak 15 kali. Lalu engkau rukuk dan bacalah itu sebanyak 10 kali pada saat rukuk, lalu engkau bangun dari rukuk (I’tidal), bacalah itu sebanyak 10 kali pada waktu I’tidal. Lalu engkau sujud, bacalah itu sebanyak 10 kali pada saat sujud, lalu engkau bangun (duduk diantara 2 sujud) bacalah itu sebanyak 10 kali pada saat duduk, lalu engkau sujud (kedua), bacalah itu sebanyak 10 kali pada waktu engkau sujud. Lalu engkau bangun (duduk istirahat), bacalah itu 10 kali pada saat sujud (sebelum bangkit ke rakaat berikutnya). Semua itu bacaanya 75 kali, kemudian untuk 3 rakaat berikutnya bacalah seperti itu, sehingga total semuanya berjumlah 300 bacaan. Jika engkau memisahkan bacaan-bacaan tersebut (maksudnya alhamdu sendiri, subhana sendiri, Allahu akbar sendiri, tahlil sendiri) maka jumlahnya 1200 (4x300-pent.). disukai untuk membaca surat setelah Al Fatihah yang terdiri dari 10 ayat lebih. Lakukan sholat ini pada harimu, malamu, jum’atmu atau sebulan atau setahun atau sekali seumur hidup. Seandainya dosamu sepenuh langit atau sebanyak tetesan hujan atau sebanyak pasir yang terkumpul atau sebanya harinya dunia, niscaya Allah akan menghapus dosamu”. Kedudukan sanadnya : Dawud bin Qois hanya ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban, oleh karenanya Al-Hafidz dalam “At Taqriib” menilainya Maqbul yaitu derajat perowi yang hanya dapat dijadikan penguat saja. Ismail bin Rofi’ (w. 150 H), dinilai oleh Al Hafidz “Dhoiful hifdhi” (lemah hapalannya), bahkan sebagian ulama menilainya Matruk seperti : Imam Nasa’i dan Imam Daruquthni. Namun beliau dinilai tsiqoh oleh Imam Bukhori sebagaimana dinukil oleh Imam Trimidzi. Ja’far bin Abi Tholib (w. 8 H) , seorang Shahabat mulia gugur sebagai syahid pada perang Mu’tah. Kesimpulannya : Dawud dan Ismail perowi yang lemah, kemudian terjadi keterputusan antara Ismail dengan Ja’far dilihat dari tahun wafatnya mereka berdua, sehingga sanad ini lemah. Namun sanad ini mendapatkan penguat riwayat dalam Imam Abu Dawud dalam “As-Sunan” (no. 1301) dan Imam Baihaqi dalam “As-Sunan” (no. 5117) dari jalan Abu Taubah Ar-Robii’ bin Naafi’, haddatsanaa Muhammad bin Muhaajir dari Urwah bin Ruwaim ia berkata, haddatsanii Al Anshori, bahwa Rasulullah bersabda kepada Ja’far dengan hadits ini.
Kedudukan sanad : Abu Taubah (w. 241 H), perowi Bukhori-Muslim, dinilai tsiqoh, hujjah, abid oleh Al Hafidz dalam “At-Taqriib”. Muhammad bin Muhaajir (w. 170 H), perowi Muslim, dinilai tsiqoh oleh Al Hafidz dalam “At-Taqriib”. Urwah bin Ruwaim (w. 130 H), tabi’I shoghir, ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Ma’in, Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Hibban. Al Anshoriy, tidak disebutkan siapa namanya, apakah ia seorang sahabat, maka tidak masalah, namun jika ia Tabi’i maka kemajhulannya menyebabkan lemah haditsnya. Dikatakan bahwa ia adalah Jabir bin Abdullah Al Anshori (w. >70 H) seorang Shahabat yang mulia. Sehingga sanad riwayat ini Shahih. Dan seandainya Anshori disini adalah Tabi’i, maka ia dikuatkan dengan riwayat Imam Abdur Rozaq sebelumnya.
3. Dari Abdullah bin Amr’ Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam “As-Sunan” (no. 1300) dan Imam Baihaqiy dalam “As-Sunan” (no. 5116) dari jalan Muhammad bin Sufyan, haddatsanaa Habbaan bin Hilaal haddatsanii Mahdiy bin Maimun, haddatsanaa ‘Amr bin Malik dari Abul Jauzaa, haddatsanii seorang laki-laki yang memiliki persahabatan dengan Nabi , meriwayatkan bahwa Abdullah bin ‘Amr berkata :
L+ % R M % F W8! * | ( : * ? IE 86 . !61 9 8' & ! !i 8C5 / 6. / Z 3 45 [B !CS R M J 2 [_\ 4 C % I ' " ^ 8_ P # !1 9 / F O % J 8RZ : * ? 7 4 ' a % .N K 1 F O 0F O 0F T % / ( O !+ J 8RZ k [ . LW J k [ . H J k [ . J k [ . ~ _ J 8C5 O 6 C R D% : & ? ./ a 0 / A B ['( F T f R . & ! 4 / 8'D% : * ? .N K 1 F F W8! P # WL : * ? gI. 8_ / J WL “Datanglah kepadaku besok, aku akan mehadiahimu, akan mengganjarmu, akan memberimu. Hingga aku menyangka beliau akan memberiku sebuah pemberian. Beliau berkata : “jika siang telah tergelincir, berdirilah engkau untuk sholat 4 rakaat. Lalu disebutkan seperti hadits sebelumnya. Beliau berkata: “lalu angkat kepalamu dari sujud kedua, duduklah jangan berdiri dulu sampai membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, takbir 10 kali dan tahlil 10 kali. Lalu lakukan hal tersebut pada setiap rakaatnnya”. katanya lagi : “engkau, seandainya memiliki dosa seperti dosanya yang paling banyak dari penduduk bumi, niscaya engkau akan diampuni.
Aku berkata : ‘jika aku tidak mampu melakukannya pada waktu itu, bagaimana?’ Beliau berkata: “sholatlah pada waktu malam atau siang”. Kedudukan sanad : Muhammad bin Sufyan, ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Dawud memujinya. (Tahdzibul Kamal limizi). Habban(w. 216 H), Perowi Bukhori-Muslim, dinilai tsiqoh tsabat oleh Al-Hafidz dalam “At-Taqriib”. Mahdiy (w. 172 H), Tabi’I shoghir, Perowi Bukhori-Muslim, dinilai tsiqoh oleh Al-Hafidz dalam “At-Taqriib”. Amr dan Abul Jauza telah berlalu. Sanad riwayat ini Hasan minimalnya, karena ‘Amr seorang yang shoduq, begitu juga Muhammad bin Sufyan hanya mendapatkan tautsiq dari Imam Ibnu Hibban, sehingga kurang memuaskan kalau riwayatnya shahih. Namun ‘Amr mendapatkan Mutaba’ah dari Al Mustamir bin Royyaan, Perowi Muslim yang dinilai tsiqoh oleh Al-Hafidz dalam “At-Taqriib”. Riwayat ini mauquf kepada Shahabat Ibnu ‘Amr , namun setelah meriwayatkan hadits ini, Imam Baihaqi berkomentar bahwa terdapat riwayat yang marfu dari jalan : Abu Janaab dari Abil Jauzaa dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi secara marfu’, namun isinya ada yang berbeda dengan riwayat yang mauquf dalam riwayat yang marfu’ ini jumlah tasbih 15 kali sebelum membaca Al Fatihah dan surat dan juga demikian setelah sujud yang kedua setelah membaca Al- Fatihah dan surat. Kedudukan sanad : Abu Janaab Yahya bin Abi Yahya (w. 150 H), dikatakan oleh Al-Hafidz bahwa para ulama mendhoifkannya kerena banyak tadlisnya (At-Taqriib). Sehingga riwayat marfu’ ini tidak shahih. 4. Dari Ibnu Abbas secara marfu Riwayatnya melalui 2 jalan : yang pertama dikeluarkan oleh Imam Thobroni dalam “Al Ausath” (melalui Majmuz Zawaid no. 3679) bahwa Nabi bersabda kepada Ibnu Abbas :
:*? q *4 F 9 m# &'
=0k 0 :&? :*? ."g/6. 2 g/ 2 g345 2 bB 9" mA% O6C_J D% b49 n PW+J N1F O0F" :*M% .*# P# I16? j O6M ' &!!%
3f` mA% O6C_J D% I! mA% O6C_J D% Wc mA% O6C_J D% I1y Vs r q q 2 2 q p q :*4MJ okF4 @M b MC% rHJk# t4MC% O%J okE-. t4MC% ^_J okE-. t4MC% O%J o E-. t4MC% OJ o # -. RW :R_C ? W-C 10 &? &B% (D% /( "# W /J n 1AJ okE-. f \ r+ f b. I04C f I!# wM f *. ]t f %4J /= /= RWk/%, h5 R1 f %. XF4 f 1J IB f e I- I04C0 /' h5 3F 0 C E . /C.60 . h5 /1# P. ^ I% /0 Pi P_5 F4# n /. 4J h5 / E5 I+! / , h5 /!# E%4, W>? f; f;< /04'( / q AB :. P0 9 /( &1% (D% .F! , f=6, f. WC'. f W"95 “Wahai anak maukah engkau kuhadiahi? Maukah engkau kukasih? Maukah engkau kuberi? Aku berkata : ‘demi ayah dan ibuku, tentu mau wahai Rasulullah’, aku menyangka Nabi akan memberiku sepotong harta’. Nabi bersabda : “4 rakaat yang engkau kerjakan pada setiap hari, jika tidak mampu setiap Jum’at, jika tidak mampu setiap bulan, jika tidak mampu setiap tahun, jika tidak mampu sekali seumur hidup. Engkau bertakbir, lalu membaca Al Fatihah dan surat. Lalu membaca ‘Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar’ sebanyak 15 kali. Lalu rukuk membacanya 10 kali, lalu bangun dari ruikuk membacanya 10 kali. Lalu sujud membacanya 10 kali. Lalu bangun dari sujud membacanya 10 kali. Lakukanlah hal itu setiap rakaatnya. Jika telah selesai sesudah tasyahud sebelum salam, berdoalah : ‘Yaa Allah aku memohon kepada-Mu taufiknya ahli petunjuk, amalnya ahli yakin, ketulusannya ahli taubat, keteguhannya ahli sabar, hasilnya ahli takut, pencariannya ahli roghbah (pengharap), ibadahnya ahli waro’, kearifan ahli ilmu, hingga aku takut kepadaMu. Yaa Allah, aku mohon kepada-Mu rasa takut yang akan menghalangiku dari melakuakn kemaksiatan kepda-Mu, sehingga aku dapat beramal ketaatan yang mendapatkan ridho-Mu, hingga aku tulus dalam bertaubat karena takut kepadaMu, hingga aku tulus dalam mencitai-Mu, hingga aku tawakal terhadap semua perkara, berbaik sangka kepada-Mu. Maha Suci pancipta neraka. Jika engkau melakukan demikian wahai Ibnu Abbas Allah akan mengampuni dosamu baik yang kecil maupun yang besar baik yang terdahulu atau sekarang, baik yang tersembunyi maupun yang nampak dan baik yang disengaja maupun tidak”.
Kedudukan sanad : didalamnya ada rowi yang bernama Abdul Qudus bin Habiib dikatakan Matruk oleh Imam Haitsami dalam “Al Majmu”. Yang kedua masih dalam kitab yang sama dari jalan Abul Jauzaa dari Ibnu Abbas sama seperti hadits diatas dengan lebih ringkas. Kedudukan sanad : didalamnya ada rowi yang bernama Yahya bin Uqbah dikatakan Dhoif oleh Imam Haitsami dalam “Al Majmu”. 5. Dari Ummu Sulaim ibunya Anas bin Malik Diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam “Al Mustadrok” (no. 1191) dari jalan Anas bin Malik , bahwa Ummu Sulaim pagi-pagi datang kepada Nabi dan berkata :
o -. 9 -. q m -. q r : *M% n Pt4? N . R1' R1' : *4M9 &c # m ~_C n w' 95 7fc R_# c . ~ 95 af “Ajarkan aku beberapa kalimat yang aku ucapkan didalam sholatku?’ Nabi menjawab : “bertakbirlah kepada Allah 10 kali, bertasbihlah 10 kali, bertahmidlah 10 kali kemudian mintalah sekehendakmu, pasti Allah akan menjawab : “iya,iya””. Kedudukan sanad : Imam Hakim berkata : ‘hadits ini shahih atas syarat Muslim dan sebagai Syahid (penguat) untuk haditsnya Yamaniyyiin tentang sholat Tasbih. Demikianlah sebatas pengetahuanku hadits-hadits yang berkaitan dengan sholat tasbih. Berdasarkan pemaparan diatas kami berkesimpulan bahwa sholat tasbih haditsnya dapat dijadikan hujjah, dengan terkumpulnya banyak jalan yang saling menguatkan satu sama lainnya. Diantara deretan ulama yang menshohihkan atau menghasankannya : Imam Ibnu Mandah, Imam Al Mundziri, Imam Ibnu Sholah (dinukil dari pentahqiq Mushonaf Abdur Rozaq, Habibur Rokhman Al-Adzhami) serta dari kalangan ulama kontemporer Imam Al Albani dalam beberapa kitabnya. Kemudian hadits ini telah diamalkan atau dianjurkan oleh para ulama diantaranya :
1. Imam Ibnul Mubarok, Imam Tirmidzi dalam “Sunan” (no. 483) berkata :
~ _ 8C R 1 f P # K 5 B 3 F P 0 ]F ? “Ibnul Mubarok melihat lebih dari satu ulama telah melakukan sholat tasbih”. 2. Dari kalangan ulama madzab Hanafi, seperti : A. Imam Hashfikiy dalam “Ad-Darul Mukhtar” (2/28). B. Imam Ahmad bn Muhammad dalam “Al-‘inayah” (2/175). C. Imam Thohawi dalam “Hasiyyah Alal Miroqiy” (2/358). D. Dll. 3. Dari kalangan ulama madzab Syafi’i, seperti : A. Imam Nawawi dalam “Roudhotut Tholibin” (1/110). B. Imam Suyuthi dinukil dari “I’aanatut Tholibiin” (1/300). C. Imam Zakariya Al Anshori dalam “Asanal Matholib”. D. Imam Ghozali sebagaimana dinukil Imam Zakariya dalam “Syarah Bahjatul Waridiyyah” (4/162). E. Imam Qolyubiy dalam “Hasiyyah” (4/229). F. Imam AlAzhariy sebagaimana dinukil oleh penulis “Tuhfatul Muhtaj”. G. Dll. 4. Dari kalangan ulama madzab Hanbali, seperti : 1. Imam Ibnu Qudamah dalam “Syaroh Kabir” (1/472). 2. Imam Ibnu Muflih dalam “Al Furuu’”(2/370). 3. Dll. 5. Dari Kalangan Muhaqiqiin dan kontemporer, seperti : 1. Imam Ibnu Sholah dalam “Fatawa” (Masalah no. 84). 2. Imam Shon’aniy dalam “Subulus Salam” (7/263). 3. Imam Al Albani dalam beberapa kitabnya, seperti dalam “Tamamul Minnah”. 4. Kementerian wakaf Kuwait 5. Syaikh Mahmud dalam “Jami’ Ahkamis Sholat” (2/116). 6. Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul dalam “Sholat Tathowu’”(42). 7. Syaikh Sayyid Sabiq dalam “Fiqhus Sunnah” (1/212). 8. Syaikh DR. Abdullah Al Faqiih dalam “Fatawa”. 9. Dll. Catatan : Sebagian ulama tidak menyukai untuk melakukan sholat Tasbih seperti ulama dari kalangan Malikiyyah, Imam Ahmad, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan lain-lain. Dari kalangan ulama kontemporer seperti mayoritas kibar ulama saudi Arabia, semisal
Lajnah Daimah yang diketuai Imam Ibnu Baz, Imam Ibnu Utsaimin dalam fatwa dan tulisan-tulisan beliau, Syaikh Fauzan, Syaikh Ibnu Jibrin dan selainnya. Alasan mereka semua karena hadits-hadits yang berkaitan dengan sholat tasbih tidak shahih menurut mereka. Namun pendapat yang saya condong kepadanya sebagaimana paparan diatas adalah bahwa hadits-hadits berkaitan dengan sholat tasbih tidak turun dari derajat Hasan, berdasarkan kaidah penggabungan jalan-jalan yang berlaku dalam ilmu mustholah hadist dan penghukuman dari ulama ahlu hadits baik Mutaqodimin maupun sampai zaman sekarang serta dilakukan dan dianjurkannya sholat tersebut oleh para ulama semenjak dahulu hingga saat ini. Tidak diragukan lagi tentang disyariatkannya sholat tasbih.