Penerbit
SHADOWHUNTERS‟ JOURNAL THE MORTAL INSTRUMENTS FAN FICTION Oleh: @TMIndo Copyright © 2012 @TMIndo
Penerbit The Mortal Instruments Indonesia www.mortalinstrumentsindo.com @TMIndo Desain Sampul: Anjar Wibiantoro Pemeriksa Aksara: Gita Nuari
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Ucapan Terimakasih
Kami tim The Mortal Instruments Indonesia mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya buku ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada para Pemburu Bayangan yang telah mengikuti Shadowhunters‟ Journal Fan Fiction Contest. Mencari pemenang untuk kontes ini tidaklah mudah. Banyak cerita bagus yang masuk, namun tidak cukup baik teknik penulisannya (ada kesalahan ejaan maupun tanda baca). Ada pula yang mengirim cerita dengan teknik penulisan yang sangat baik, namun cerita kurang menggigit. Meskipun akhirnya terpilih 3 pemenang, kami mengakui bahwa seluruh peserta memiliki bakat menulis yang luar biasa. Terima kasih atas kontribusinya untuk buku ini, Pemburu Bayangan! Semangatlah menggali bakatmu, semoga mimpimu menjadi penulis sukses segera tercapai. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ufuk Publishing House untuk dukungan hadiah kontes dan dukungan lain-lainnya selama ini. Terima kasih kepada Cassandra Clare yang telah menciptakan dunia menakjubkan Dunia Bayangan, dan telah menjadi inspirasi para Pemburu Bayangan dalam menulis cerita-cerita unik yang ada di dalam buku ini. 3
Terima kasih pula kepada seluruh Pemburu Bayangan yang tergabung dalam @TMIndo. Kontribusi teman-teman Pemburu Bayangan memberikan banyak sumbangan terhadap ide pembuatan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Amin.
The Mortal Instruments Indonesia @TMIndo
4
DAFTAR ISI
Ketika Hidup Memisahkan Kita (Nurul Istiqomah)
8
The Blooming Arbutus (Florencia Edgina)
22
Mini Shadowhunters and Downworlders (Ratna Adhi Utami)
42
Bila Cinta Berkutuk (Melody Violine)
44
Among The Brotherhood And Love (Sabina Citra Harisetianingrum)
47
Jace & Clary - My Guardian Angel (Diandra Amandita)
66
Surat Untuk Anak-Malaikat-Kecil (Wahyuni Ajeng Gumandar)
69
Dextronotrox Demon (Adila FS)
75
Dirty Sexy Dumont Scene (Eka Wahyuni)
92
Jace (Linda Purnama)
104
Kristal Para Jiwa Pelantun (Shafa Putri)
108 5
Lightning of Heaven (Utari Siswandari)
124
Nyanyian Peri (Sarah Titi Hijryati)
132
Senja Datang dan Berlalu (Dwi Anantasari)
145
The Power Of Love (Rini Emilia)
157
Tidur Abadi (Ratih Febiyanti)
162
When Will Meet Jace (Dinda Lestarini)
167
Last Sacrifice (Gita Nuari)
176
Cinta Tak Kasat mata (Anjar Wibiantoro)
197
Ia Tidak Pergi, Tak Pernah Pergi (Yasmine Larasati Wibisono)
199
Love Tune (Tri Astuti Oktavianti)
210
Tentang Penulis
222
6
“ ” ,
7
Juara I Shadowhunters’ Journal Fan Fiction Contest
Ketika Hidup Memisahkan Kita
(Nurul Istiqomah) Suara ketukan pintu menarik Simon dari tidur tanpa mimpinya. Dengan malas ia berjalan ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang kali ini untuk menganggunya. Kemarin, ia menemukan seorang pemuda mabuk di depan rumahnya, minggu lalu ada seorang nenek tua membobol kunci rumahnya hanya karena ia panik mencari kucingnya yang hilang. Beruntung kedua orang itu tidak melihat persediaan darah Simon. Simon membuka pintu dan menemukan seorang petugas pos surat. “Yeah?” ujar Simon dengan nada datar. Ia memang mudah sekali marah beberapa tahun terakhir. Empat puluh tiga tahun telah berlalu sejak ia menjadi vampir, dan rasanya manusia lambat sekali menyerap sesuatu. Mungkin itu juga yang dirasakan Jace dulu, sampai-sampai pemuda itu malas memberitahu Simon hal-hal kecil karena ia Fana.
8
“Permisi, „Le whizs?”
apakah
ini kediaman See-moun
Simon terkejut. Bukan karena orang itu salah menyebut namanya, tapi sudah lama sekali ia memutuskan untuk menjadi pengembara di Bumi seperti yang Cain lakukan, dan selama itu pula tidak ada satu orang pun yang mengetahui di mana keberadaan Simon. Yah, kecuali Magnus lebih tepatnya. Tapi untuk apa seorang warlock mengirim surat? Magnus bisa saja memilih untuk mengirim surat api, bukan sesuatu yang begitu manusia seperti ini. “Yeah, benar. Tapi bisakah Anda letakkan saja itu in kotak post, there, please?” ujar Simon dengan aksen Amerika-nya yang kental sambil menunjuk kotak pos di depan pagar rumahnya agar pria itu mengerti. “Maaf Pak, tapi ini kiriman khusus. Harus ditandatangani di sebelah sini, lalu di sini juga Pak,” ujar petugas itu, agak bingung bagaimana caranya memberitahu Simon, sambil menyodorkan selembar kertas dan pulpen. Tapi Simon mengerti. “Oke, terserah.” Simon menandatangani kertas itu lalu masuk kembali dan berjalan menuju sofanya. Selama ini, tidak pernah ada orang yang mengiriminya pesan kecuali Magnus, itu pun surat api. Lagi pula, baru dua bulan ia tinggal di Jakarta. Pasti tidak ada satu pun orang yang 9
menyangka seorang vampir Brooklyn tinggal di negara tropis. Yah, tidak juga sih, Magnus saja lahir di sini. Simon membalik surat itu dan melihat alamat pengirimnya, alamat yang akan selalu Simon hafal sebagai rumah Pemburu Bayangan New York. Itu adalah alamat Institut. Simon bahkan tidak ingat kapan tepatnya terakhir kali ia melihat Institut. Perlahan, Simon membuka isi surat itu.
“Dear Simon, di mana pun kau berada... Simon, kalau kau menerima surat ini, itu artinya Magnus menepati janjinya untuk mengirimkan surat ini padamu. Aku tahu ia berjanji padamu akan selalu merahasiakan keberadaanmu, aku ingin kau tahu bahwa ia memegang janjinya. Jadi jangan salahkan dia, kau selalu tahu akulah yang keras kepala. Mungkin sudah dua bulan berlalu saat kau menerima surat ini sejak aku menulisnya. Karena Magnus sangat berhati-hati agar tidak ada seorang pun yang tahu alamatmu (aku bahkan tidak bisa menorehkan rune pelacak!) tapi setidaknya kau tahu sedikit kabar dariku.
10