PEDOMAN SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA 2013
Revisi 13 April 2013
DAFTAR ISI Daftar Isi
2
SK PP IAI Tentang Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
3
I.
PENDAHULUAN
4
A.
Latar Belakang
4
B.
Tujuan
5
C.
Pasal-Pasal Terkait Sertifikasi Dalam PP 51 Th 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
5
D.
Dasar hukum
7
E.
Definisi
7
II.
SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA)
10
III.
RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER
19
A.
Bentuk Kegiatan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Beserta Bobot Nilai
19
B.
Tata Cara Resertifikasi
27
C.
Pelaksanaan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
30
IV.
PENUTUP
33
LAMPIRAN
35
1. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
35
2. Pedoman Akreditasi Dan Sertifikasi Kegiatan Ilmiah
42
3. Borang Rencana Pengembangan Diri Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker
53
4. Formulir Registrasi Resertifikasi Apoteker
55
5. Formulir Self Assessment Resertifikasi Apoteker
57
6. Borang Verifikasi Praktik Profesi Apoteker Ikatan Apoteker Indonesia
60
7. Contoh Portofolio Apoteker
65
8.
Petunjuk Teknis Resertifikasi Apoteker Dengan Metoda Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Pada Masa Transisi
76
9.
Tabel Satuan Kredit Partisipasi Untuk Resertifikasi Kompetensi Apoteker Di Sarana Produksi (Industri Farmasi)
79
10. Evaluasi Dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker Pada Sarana Distribusi
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
82
2
Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor : …../SK/IAI/…./…. Tentang Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan perubahan nama dari Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) adalah satu-satunya organisasi profesi apoteker di Indonesia. Perubahan nama ini merupakan konsekuensi logis adanya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(yang selanjutnya disebut PP51/2009).
Pada pasal 1 Ketentuan Umum dinyatakan bahwa: Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Kemudian dinyatakan juga pada poin berikutnya bahwa :Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, sedang Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Artinya bahwa perubahan nama tersebut merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari dengan segala konsekuensinya. Kehadiran Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan babak baru perjalanan apoteker Indonesia sebagai suatu profesi tenaga kesehatan, karena dengan adanya peraturan tersebut perlahan namun pasti apoteker sebagai suatu profesi mulai terdefinisikan dari mulai kewenangan, area kerja, kompetensi beserta unjuk kerjanya bahkan instrument untuk melaksanakan praktek antara lain standar prosedur operasional (SPO). Sudah menjadi kelayakan bahwa seorang profesi harus mampu membuat dan melaksanakan serta menevaluasi SPO sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga bukan hal yang aneh apabila SPO dari suatu fasilitas kefarmasian akan berbeda dengan fasilitas kefarmasian yang lain. Namun demikian untuk memudahkan sejawat profesi Apoteker Pemerintah beserta Ikatan Apoteker Indonesia telah menyusun Good Pharmacy Practice (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik) yang memebrikan contoh-contoh bagaimana SPO dibuat. Pada pasal-pasal berikutnya PP51/2009 mewajibkan bahwa setiap tenaga kefarmasian wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang terkait pekerjaan kefarmasian yang dilakukan baik oleh Apoteker maupun Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
4
Oleh karena itu Sertifikat Kompetensi adalah merupakan bukti penting yang harus dimiliki oleh seorang Apoteker yang dianggap layak untuk melakukan pekerjaan secara kontinu sebagai Apoteker. Untuk perlu dibuat Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi bagi Apoteker untuk menggantikan Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) yang selama ini berjalan.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mendorong peningkatan profesionalisme setiap apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai seorang profesional secara uji diri (self assessment) melalui pemenuhan angka kredit minimum untuk memperoleh sertifikat kompetensi dan resertifikasi dari sertifikat kompetensi sebagai apoteker untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada level umum yang meliputi kompetensi di ranah kognitif, psikomotorik maupun.afektif. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan Kinerja Profesional Apoteker b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian c. Menjamin perilaku dan sikap etis apoteker dalan menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan kewenangannya.
C. PASAL-PASAL TERKAIT SERTIFIKASI DALAM PP 51 TH 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN Pasal 13 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan pengawasan mutu. Pasal 18 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
5
Pasal 28 Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian wajib mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. Artinya bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker sebagai aktor utama tenaga kefarmasian harus selalu menjaga dan meningkatkan kompetensinya sehingga layanan
yang
diberikan
oleh
apoteker
semakin
berkualitas
dan
dapat
dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun ilmiah. Lebih jauh PP51/2009 mengatur tentang prasyarat
untuk melaksanakan praktek
antara lain berupa sertifikat kompetensi sebagaimana disebutkan pada Pasal 37 (1)
Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi.
(2)
Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi.
(3)
Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap 5 (lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian.
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara registrasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bahkan pada pasal yang lain ketentuan mengenai sertifikat Kompetensi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yaitu : Pasal 40 (1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan: a. memiliki ijazah Apoteker; b. memiliki sertifikat kompetensi profesi; c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker; d. mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
6
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sambil menunggu ketentuan lebih lanjut berupa peraturan yang mengatur tentang tata cara sertifikasi dan Pengembangan Pendidikan Berkelanjutan maka perlu disusun tata cara melakukan bagaimana menjamin agar kompetensi apoteker selalu terjaga bahkan meningkat seiring berjalannya waktu. Oleh karena itulah maka diperlukan antara lain Pedoman pelaksanaan tentang Pendidikan Profesi Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) yang akan menjadi pedoman bagaimana melaksanakan Pendidikan Berkelanjutan sebagai salah satu instrument reserfitikasi bagi apoteker.
D. DASAR HUKUM 1. Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1962 tentang Lafal Sumpah/janji Apoteker 4. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 8. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (AD/ART IAI) Hasil Kongres Nasional ISFI tahun 2009 9. Kode Etik Apoteker Indonesia – Hasil Kongres Nasional ISFI tahun 2009 10. Hasil Rakernas IAI tanggal 10-12 Desember 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Apoteker 11. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
E. DEFINISI 1. Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan adalah serangkaian upaya sistematis pembelajaran seumur hidup untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi apoteker
yang
meliputi
berbagai
pengalaman/pelatihan
keprofesian
setelah
pendidikan formal dasar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
7
keterampilan dan moral serta sikap professional apoteker agar apoteker senantiasa layak untuk menjalankan profesinya. 2.
Standar
Kompetensi
Apoteker
adalah
seperangkat
tindakan
cerdas
dan
bertanggungjawab yang dimiliki oleh seorang apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan profesinya. Unsur standar kompetensi adalah (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan ketrampilan; (c) kemampuan berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya; dan (e) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya. 3.
Sertifikasi Apoteker adalah proses pemberian keterangan sebagai pengakuan bahwa oleh Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker bahwa seorang apoteker dinilai telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia. Sertifikasi bagi apoteker untuk pertama kali dilakukan melalui uji kompetensi.
4.
Sertifikasi Ulang (re-sertifikasi) adalah proses pemberian keterangan tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang apoteker untuk menjalankan praktek kefarmasian
di
seluruh
Indonesia
setelah
melalui
serangkaian
program
pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan. 5.
Sertifikat Kompetensi adalah surat keterangan yang diberikan kepada seorang apoteker oleh Ikatan Apoteker Indonesia yang menyatakan bahwa apoteker yang bersangkutan kompeten untuk menjalankan praktek kefarmasian.
6. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A), adalah serangkaian dokumentasi aktifitas profesi apoteker yang dilakukan yang terkait dengan praktek kefarmasian yang antara lain dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan penilaian dan evaluasi diri dalam aktifitas professional selanjutnya digunakan untuk merencanakan peningkatan kualitas aktifitas profesi sebagai apoteker 7.
Rekomendasi Ikatan Apoteker Indonesia adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia bagi seorang apoteker Untuk keperluan pengurusan surat ijin kerja atau surat ijin praktek apoteker setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
8.
Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah lembaga semi otonom yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan peningkatan kompetensi apoteker melalui program pengembangan pendidikan berkelanjutan.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
8
9.
Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker adalah Tim yang dibentuk oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker dan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia yang mempunyai tugas untuk mengelola program pengembangan Pendidikan Keprofesian Apoteker Berkelanjutan dan melakukan verifikasi dan konversi satuan kredit partisipasi.
10. Satuan Kredit Profesi (SKP) adalah ukuran kegiatan Pendidikan Berkelanjutan profesi yang dilakukan dan dibutuhkan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam pengajuan registrasi dan sertifikasi profesi serta hal-hal lain yang berhubungan dengan legalitas kewenangan sebagai apoteker. (yang merupakan standar atau acuan baku bagi setiap kegiatan yang diakreditasi. Satuan Kredit Profesi Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam program pendidikan apoteker berkelanjutan) 11. Apoteker adalah apoteker yang melaksanakan praktek baik di komunitas yaitu apotek dan puskesmas, industri farmasi, industri obat tradisional, kosmetika, makananminuman, alat kesehatan maupun rumah sakit yang belum melakukan spesialisasi. 12. Portofolio adalah adalah merupakan sekumpulan informasi pribadi yang merupakan catatan dan dokumentasi atas pencapaian prestasi seseorang dalam praktik profesi atau pendidikannya. 13. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat pusat 14. Pengurus Daerah adalah Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia di tingkat propinsi 15. Pengurus
Cabang adalah
Pengurus
Ikatan
Apoteker
Indonesia
di
tingkat
Kabupaten/kota atau gabungan beberapa kabupaten/kota. .
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
9
BAB II SERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER (SKA) Sebagaimana disebutkan di Bab I bahwa sertifikat kompetensi apoteker merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi sebelum apoteker diregistrasi dan dapat menjalankan praktek kefarmasian. Oleh karena itu perlu diatur bagaimana metode yang paling representatif untuk melakukan sertifikasi bagi apoteker. Serangkaian kegiatan untuk mendapatkan sertifikat Kompetensi apoteker disebut sebagai Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA).
A. PENYELENGGARA Penyelenggara SKA adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dan dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Farmasi yang terakreditasi A dan B.
B. TARGET Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktik kefarmasian telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker. C. PESERTA 1. Peserta adalah Apoteker yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker dan atau Apoteker yang Sertifikat Kompetensi Apotekernya telah habis masa berlakunya. 2. Persyaratan peserta: a. Mendaftarkan diri kepada panitia SKA dan mengisi form pendaftaran b. Foto kopi identitas diri (KTP/SIM/Pasport/dll) yang masih berlaku. c. Foto kopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir 1 lembar. d. Pas foto berwarna 3x4 dan 4x6 masing-masing sebanyak 2 lembar (terbaru) e. Membayar biaya penyelenggaraan yang besarnya ditentukan oleh masingmasing penyelenggaran. f.
Pernyataan
bersedia
mengikuti
SKA
dengan
sungguh-sungguh
dan
melaksanakan praktek profesi apoteker sesuai standar profesi.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
10
D. SERTIFIKASI KOMPETENSI 1. Bentuk SKA: a. Workshop dan pelatihan studi kasus (modul tematik) b. Ujian Praktik dengan metode OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
1. Materi Materi Sertifikasi Kompetensi Apoteker mengacu pada bagaimana apoteker dapat memenuhi kompetensi apoteker sebagaimana Standar Kompetensi Apoteker Indonesia dengan menggunakan model yang paling mendekati untuk merepresentasikan kompetensi apoteker. Mengingat begitu luasnya kompetensi apoteker maka Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) dilakukan dengan menggunakan model tematik yaitu berdasarkan tema penyakit tertentu misalnya Diabetes Mellitus, Hipertensi, Asma, Diare, Infeksi saluran Pernapasan (ISPA), reumatioid dan sebagainya
2. Pemateri. Pemateri adalah orang yang telah memiliki kualifikasi sebagai berikut: a. Pemateri adalah orang yang berpengalaman dalam bidang farmasi atau bidang pendukung lainnya i.
Telah mengikuti, lulus, dan mendapat sertifikat kompetensi apoteker.
ii. Telah mengikuti, lulus dan mendapat sertifikat penatar SKA iii. Praktisi pelatihan/penatar > 5 tahun atau praktisi profesi farmasi >10 tahun b. Penatar yang menguasai / ahli di bidang akademik sesuai topic penataran, pengajar S2, pengalaman profesi terkait 5 tahun, atau pengajar S3, atau pengajar Lektor kepala. c. Pemateri dengan pengalaman organisasi IAI> 10 tahun. d. Pemateri dari luar (profesi lain yang terkait) yang diakui kepakarannya.
3. Assessor Assessor adalah orang yang bertugas menilai hasil kerja peserta uji kompetensi dengan kualifikasi sebagai berikut : a. Apoteker yang telah memiliki sertifikat kompetensi apoteker melalui SKA b. Memahami konsep, tujuan setiap tahapan Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) c. Memiliki pengalaman sebagai penilai/menjalankan tugas sebagai Assessor d. Bersikap adil, objektif dan jujur Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
11
e. Mendapatkan SK dari PD dan atau Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebagai Assessor SKA f. Bersedia mengikuti aturan dan tatacara penilaian yang telah ditetapkan dalam SKA 4. Uji Kompetensi Uji Kompetensi Apoteker menggunakan format OSCE (Objectetive Structured Clinical Examination) dan soal MCQ Sistem penilaian meliputi : a. knowledge (30%) , minimum passing grade 20% b. aplikasi (50%), minimum passing grade 30% c. praktek (20%), minimum passing grade 20%
Lembar penilaian 1. Rekap nilai kehadiran dan diskusi
No
Nama
Kehadiran
Aktivitas
Kerjasama
Hasil
TOTAL
diskusi H
TH
B
C
K
B
C
K
B
C
K
80 70 60 80 70 60 80 70
60
H = Hadir, TH = tidak hadir, B = > 80, C = 60 – 80, K = <60
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
12
2. Rekap Nilai SKA No Nama Knowledge (30%) 30 poin
Aplikasi (50%)
Praktik (20%)
DRP
C&D
KIE
PMR
20 poin
15 poin
15 poin
10 poin
DRP
: Drug Related Problem
C&D
: Compounding dan Dispensing
KIE
: Konsultasi Informasi dan Edukasi
TOTAL
UU dan Etik 10 poin
PMR : Patien Medication Record
5. Waktu dan tempat pelaksanaan. a. Tempat : yang representatif b. Waktu : 2 (dua) hari dengan perincian : 1. Hari pertama : Workshop 2. Hari Kedua : Uji Kompetensi
6. Mekanisme SKA a. Peserta mendaftarkan diri kepada Panitia SKA Daerah dengan persyaratan dan waktu yang telah ditentukan. b. Pelaksanaan SKA adalah 2 hari, hari I peserta menerima materi dan pelatihan dengan tema tertentu dan mendapatkan penjelasan tentang Sertifikasi Kompetensi Apoteker dan cara mengisi portofolio. c. Peserta diwajibkan membuat resume/makalah singkat hasil pelatihan pada hari I sebagai syarat mengikuti Uji Kompetensi pada hari II, yang dikumpulkan pada saat daftar ulang Uji Kompetensi di hari II. d. Uji Kompetensi terdiri dari ujian tertulis dan praktek. e. Ujian tertulis terdiri dari 15 soal MCQ untuk mengukur kompetensi yang terkait dengan pengetahuan (knowledge) (Station 1)
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
13
f.
Ujian praktek terdiri dari 4 (station yang terdiri dari station assessment, swamedikasi, KIE dan PMR untuk mengukur hardskill dan softskill peserta.
g. Penilaian dilakukan oleh assessor yang sudah memiliki sertifikat assessor/TOT dengan menggunakan tools yang sudah disiapkan dan pada hari yang sama hasil ujian dapat dilihat dan diumumkan. h. Peserta yang tidak lulus diwajibkan mengikuti treatment khusus pada hari yang sama i.
Peserta yang tidak lulus pada ujian khusus pada hari tersebut, dipersilajkan mengikuti Uji Kompetensi pada pelaksanaan berikutnya dengan tidak dikenakan biaya.
j.
Sertifikat Uji Kompetensi diupayakan dapat diterima peserta pada saat Penutupan SKA.
k. Evaluasi SKA dilakukan oleh PD IAI setelah selesai proses SKA baik peserta, assessor maupun panitia l.
Hasil pelaksanaan SKA dilaporkan kepada PP IAI paling lambat 1 bulan setelah pelaksanaan SKA.
E. JADWAL ACARA Jadwal acara SKA terlampir F. BIAYA Biaya SKA terdiri dari biaya sertifikat dan biaya penyelenggaraan. Biaya seertifikat kompetensi ditentukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per sertifikat.
Sedangkan biaya penyelenggaraan
ditentukan oleh masing-masing penyelenggara (Pengurus Daerah IAI) sesuai dengan tingkat harga di tiap daerah.
G. ALUR SKA Skema alur SKA terlampir
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
14
CONTOH SUSUNAN ACARA SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA _______________________________ Tanggal………… 2013 Hari
Kegiatan
Narasumber
Sabtu,………….2013 07.30 – 08.00
Registrasi peserta pelatihan
Panitia
08.00 – 08.05
Pembukaan acara SKA
Panitia
08.05 - 08.15
Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hyme IAI
08.15 – 08.20
Sambutan Ketua PD IAI
08.20 – 08.30
Sambutan Ketua PP IAI
Drs. M. Dani Pratomo, MM.,Apt.
08.30 – 10.00
Epidemiolagi dan Patofisiologis Penyakit Diare
Dokter praktisi
10.00 – 11.30
Farmakoterapi dan penatalaksanaan Diare
Apoteker
11.30 – 13.00
Rehat Siang dan Ishoma
13.00 – 16.o0
Diskusi dan pemecahan kasus
Pendalaman Materi (Tim Assessor)
16.00 – 17.00
Penjelasan Uji Kompetensi dan Portofolio
Panitia
Ahad,……………2013 08.00 – 13.00
Uji Kompetensi
14.00 – 15.30
Achievement Motivation Training : Praktik Apoteker Optional.
Panitia
Sebagai Tenaga Kesehatan 15.30 – 16.00
Evaluasi pelaksanaan
16.00 – 16.30
Pembagian Sertifikat dan Berkas Portofolio
16.30 – 17.00
Penutupan -Menyanyikan lagi Hymne IAI -Menyanyikan lagu Bagimu Negeri - Sambutan penutup -Doa
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
15
PENDAFTARAN
PESERTA
PANITIA PENYELENGGARA (PD IAI. DAPAT BEKERJA SAMA DGN PTF)
TIM PELATIHAN
PELATIH AN
Tidak Dikerjakan
PENUGAS AN
Dikerjakan
UJI KOMPETENS I
EVALUASI
TIM UJI KOMPETENSI
TIM DOKUMENTASI
Tidak Lulus
SERTIFIKAT
SKEMA ALUR SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI APOTEKER INDONESIA
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
16
STATIO N
STATION I
STATION II
STATION III
STATION IV
STATION V
KEGIATAN
MCQ (KNOWLEDGE )
SKRINING RESEP, (APLIKASI)
PESERT A
Mengerjakan 15 Soal MCQ
MENJAWAB PERTANYAAN ttg SKRINING RESEP
COMPOUNDI NG DISPENSING (APLIKASI)
Menghitung Dosis dan Menyiapkan Obat dan Membuat Etiket
PER UUETIK DAN PMR (practice)
Mengerjaan Soal Kasus per-UU dan Etika Membuat PMR
KIE PASIEN
Melakukan KIE kapada Pasien
ASSESSO R
PASIE N
Menilai Pekerjaan Peserta Menilai Pekerjaan Peserta
Menilai Pekerjaan Peserta
Menilai Pekerjaan Peserta
Menilai KIE yang dilakukan Peserta
Sebagai Pasien dengan sekenario yang ditetapkan
(APLIKASI)
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
17
H. PENUTUP Pada prinsipnya, SKA hanya dilaksanakan sekali, untuk selanjutnya hendaklah melakukan mekanisme RESERTIFIKASI yaitu melalui proses Continuing Professional Development (CPD) yang sesuai dengan bidang pekeerjaan masing-masing apoteker untuk mendapatkan sertifikat kompetensi Apoteker.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
18
BAB III RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER Pada prinsipnya Sertifikasi Kompetensi Apoteker (SKA) hanya dilakukan sekali seumur hidup, akan tetapi karena sertifikat kompetensi apoteker berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun maka untuk memperbaharui sertifikat kompetensi seorang apoteker harus mengikuti proses Resertifikasi Kompetensi Apoteker (RKA) yang selanjutnya disebut sebagai Resertifikasi Apoteker. Sebagai upaya pembinaan
apoteker, Resertifikasi Apoteker juga harus menjamin
bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktek apoteker. Oleh karena itu sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bukti bahwa seorang apoteker selalu melaksanakan kegiatan yang bernilai pendidikan selama praktek sebagai apoteker. Resertifikasi direpresentasikan dengan pengumpulan nilai Satuan Kredit Profesi dari berbagai kegiatan baik yang termasuk kategori Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A) maupun Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD) A. Bentuk Kegiatan Resertifikasi Apoteker beserta Bobot Nilai Satuan Kredit Profesi (SKP) IAI merupakan bukti kesertaan seorang apoteker dalam program Resertifikasi Apoteker. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian, syarat perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 150 SKP untuk lima tahun yang terdistribusi dalam berbagai ranah kegiatan. Untuk mengajukan proses resertifikasi setiap apoteker wajib melaksanakan praktik profesi minimal kumulatif 2000 jam untuk 5 (lima) tahun yang terdistribusi secara proporsional yang setara dengan 30 SKP Aktivitas untuk mendapatkan SKP Apoteker dilakukan melalui Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A). Program ini merupakan program utama dari proses resertifikasi apoteker dengan pengumpulan Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk kepentingan pengurusan registrasi ulang dan perpanjangan surat ijin kerja atau surat ijin praktek apoteker.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
19
Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara/nara sumber, moderator, panitia) dari sebuah kegiatan Resertifikasi dibedakan berdasarkan kegiatan yang diikuti oleh peserta dengan skala : 1. Lokal/daerah; 2. Nasional 3. Internasional. Perhitungan nilai kredit juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kedalaman materi atau topik 2. Kualitas/kompetensi pembicara/pengajar 3. Lama pelaksanaan 4. Pengaruh /dampak pengetahuan yang diperoleh terhadap pelaksanaan praktik : a) Tidak ada pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan b) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan c) Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatanyang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien.
Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri misalnya sebagai pembicara /peserta/moderator di suatu kursus atau simposium di luar negeri akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia. Demikian pula nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan yang tidak mendapatkan SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia, misalnya mengikuti kegiatan workshop yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau organisasi profesi atau pemerintah akan dikonversi ke dalam SKP IAI. Sepanjang materinya terkait dengan peningkatan kompetensi apoteker Proporsi domain kegiatan yang tercakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan professional wajib ada sekurang-kurangnya 10 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang dipersyaratkan terlihat pada
tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk Tim
Resertifikasi ini merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
20
masa transisi maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurangkurangnya 3 ranah yaitu : 1. Ranah Kegiatan Profesian (praktek profesi) 2. Ranah Pembelajaran 3. Ranah Pengabdian Masyarakat Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang berkualitas.
1. Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) Kegiatan yang dapat diberi kredit dikelompokkan menjadi 5 (lima) domain yaitu : a. Praktik Profesi : yaitu kegiatan Praktik Apoteker yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagai apoteker sehingga memberinya kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dam ketrampilan kefarmasiannya misalnya praktek melayani pasien (menjelaskan dan menguraikan segala sesuatu tentang obat, memberikan konseling, pendampingan pasien dan home care). b. Kegiatan Pembelajaran (learning) : yaitu kegiatan yang dilakukan oleh apoteker untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi ataupun uji mandiri, diskusi peer group dan sebagainya c. Kegiatan Pengabdian Masyarakat : yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian kepada masyarakat umum masyarakat profesi yang memberikan kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan kefarmasiannya misalnya memberikan penyuluhan kesehatan, penyalahgunaan narkoba, HIV/AID’s, Posyandu, kegiatan penanggulangan bencana, menjadi pengurus atau kelompok kerja di Ikatan Apoteker Indonesia baik pusat, daerah maupun cabang atau menjadi panitia salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Ikatan Apoteker Indonesia d. Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian : yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasikan misalnya menulis buku, (dengan ISBN) menerjemahkan buku dibidang ilmunya (dengan ISBN) menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasikan di jurnal (yang terakreditasi) mengasuh rubrik ilmiah/populer kefarmasian.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
21
e. Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan : yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidang pelayanan primer, mendidik, mengajar termasuk membuat soal uji maupun jadi penguji, menjadi supervisor, menjadi pembimbing Praktik Kerja Lapangan/Praktik Kerja Apoteker. Proporsi domain kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang harus dikuasai. Untuk domain kegiatan profesional wajib ada sekurang-kurangnya 12 SKP demikian pula untuk kegiatan Pengabdian masyarakat sekurang-kurangnya 4 SKP pertahun. Secara lebih detail proporsi cakupan ranah yang dipersyaratkan terlihat pada tabel 1. Mengingat pembinaan dalam bentuk resertifikasi ini merupakan suatu hal yang baru bagi apoteker, dan saat ini berada dalam masa transisi maka untuk apoteker yang akan melakukan resertifikasi sekurang-kurangnya 2 ranah resertifikasi tersebut harus terpenuhi tanpa melihat besaran proporsinya. Namun pada resertifikasi berikutnya setiap apoteker diharuskan untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan demikian secara bertahap apoteker akan mengalami transformasi menjadi apoteker yang berkualitas. Tabel 1. Pencapaian Nilai SKP No
Domain Kegiatan
Porsi Pencapain
Nilai
Nilai Maksimum
yang dianjurkan
Maksimum
dalam 5 tahun
dalam 1 tahun a) Praktik Profesi
40 - 50%
12 - 15
60 – 75
b) Kegiatan Pembelajaran
40 - 50%
12 - 15
60 – 75
c) Kegiatan Pengabdian
5 - 15%
1,5 - 4,5
7,5 – 22,5
0 - 25%
0 - 7,5
0 - 37,5
- 7,5
0- 37,5
Masyarakat d) Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian e) Kegiatan Pengembangan Ilmu
0 - 25%
0
dan Pendidikan
Oleh karena itu Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dan tidak mendapatkan SKP dari IAI) dengan tema yang berhubungan dengan kompetensi apoteker akan dikonversi berdasarkan tingkat Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
22
kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker. Diharapkan perhitungan konversi ini dapat dilakukan secara mandiri, agar apoteker dapat memperhitungkan perolehan SKP yang telah dikumpulkannya. Namun sesungguhnya tugas konversi merupakan tugas utama dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker Pengurus Daerah. Sedangkan kegiatan eksternal yang telah memperoleh SKP dari IAI atau kegiatan yang dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang jelas peruntukannya bagi apoteker tidak perlu dikonversi lagi. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Sertifikasi Apoteker PD IAI atau mendapatkan pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia. Untuk keperluan penjaminan mutu, maka kegiatan tersebut perlu pengesahan bukti, dokumen bukti pendukung harus disertakan sebagai lampiran dari borang Paktek Profesi. Daftar kegiatan di bawah ini (tabel) hanya merupakan contoh dan sangat mungkin untuk dikembangkan dengan kegiatan lain yang mempunyai nilai pendidikan professional. Nilai SKP untuk suatu pengetahuan atau keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang apoteker demikian pula urgensi pengetahuan dan keterampilan bagi seorang apoteker. Diharapkan nantinya setiap kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan atau keterampilan bagi apoteker bekerja sama dengan Tim Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI atau mendapatkan pengakuan dari SKP dari Ikatan Apoteker Indonesia. Tabel 2. Konstanta Konversi SKP dari Kegiatan yang dilakukan tanpa SKP dari IAI No
Perolehan Pengetahuan/Keterampilan sesudah
Konstanta Konversi
mengikuti kegiatan 1.
Tidak ada pengetahaun/keterampilan tapi informasi yang diperoleh
memberikan
penyegaran
pengetahuan
0,25
dan
keterampilan 2.
Ada peningkatan pengetahuan/keterampilan yang dikuasai
0,5
setelah mengikuti kegiatan. 3.
Ada peningkatan pengetahaun/keterampilan yang secara
0,75
langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan kepada pasien.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
23
Domain Program Pengembangan Praktik Apoteker (P3A) terdiri dari : 1) KINERJA PRAKTIK PROFESI Adalah aktifitas yang terkait dengan praktek apoteker sehari-harinya Tabel 3. Aktivitas CPD Kinerja Praktik Profesi NO
AKTIVITAS CPD
NILAI SKP
1
Melakukan Tinjauan Kasus
2 SKP
2
Mengkaji Dan Melaporkan ESO
2 SKP
3
Menjadi Pendamping Minum Obat
2 SKP /Pasien / Paket
4
Memberi Edukasi Ke Kelompok Pasien (Minimal 10 Orang)
3 SKP
5
Kajian Peer Review: Penyaji Peserta Aktif Ket (Minimal Anggota Peer Adalah 3 Orang)
6
Diskusi Kefarmasian Bersama Pakar (Minimal Peserta Diskusi 5 Orang Apoteker)
Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP
7
Terlibat Dalam Pokja Kefarmasian
2 SKP / Surat Keputusan (SK)
Penyaji = 3 SKP Pendengar = 2 SKP
Nilai SKP Praktik Profesi harus ada dan dan tergantung dari oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas minimal yaitu 12 SKP dan batas maksimal yaitu 15 SKP, karena jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajaran tidaklah linear demikian juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan nilai SKP pada kinerja pelayanan pasien juga dimaksudkan untuk mendorong apoteker melakukan kegiatan lain dalam Praktik Profesi apoteker yang berperan dalam memperbaiki mutu layanan professional apoteker. Jadi dalam satu tahun apoteker sekurangkurangnya harus memperoleh sekurang-kurangnya 12 SKP dari kinerja pelayanan pasien. 2) KINERJA PEMBELAJARAN Selama ini sarana belajar yang popular adalah menghadiri seminar/symposium atau mengikuti pelatihan atau workshop, padahal itu hanya salah satu kegiatan eksternal pembelajaran yang belakangan diragukan dampaknya terhadap praktek apoteker. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri atau berlangsung ketika seorang apoteker menjalankan tugasnya atau berpraktek di apotek. SKP untuk kinerja pembelajaran ini per tahun nilainya antara maksimal 12 SKP (atau dalam 5 tahun 60 SKP)
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
24
Tabel 4. Aktivitas CPD Kinerja Pembelajaran NO
AKTIVITAS CPD
NILAI SKP
Membaca Jurnal Dan Menjawab Pertanyaan Uji Diri
2 SKP
Partisipasi Dalam Seminar
Peserta (nilai SKP per 2-3 jam) Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Pembicara Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Moderator Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP Panitia Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP
3
Partisipasi Dalam Workshop
Peserta (nilai SKP per 2-3 jam) Nasional = 1,5 SKP Internasional = 2,25 SKP Pembicara Nasional = 3 SKP Internasional = 4,5 SKP Fasilitator / Instruktur Nasional = 2 SKP Internasional = 3 SKP Panitia Nasional = 1 SKP Internasional = 1,5 SKP
4
Partisipasi Dalam Kursus
Pelaksanaan max 8 jam/hari : max 3 hari, lebih dr 3 hari dihitung hanya 3 hari 24 jam x 1,5 SKP = 36 SKP
1
2
3) KINERJA PENGABDIAN MASYARAKAT Apoteker dalam setiap tahunnya harus melakukan pengabdian masyarakat baik masyarakat umum maupun masyarakat profesi. Tabel 5. Aktivitas CPD Kinerja Pengabdian Masyarakat NO
AKTIVITAS CPD
NILAI SKP
1
Menjadi Pengurus Aktif Di IAI Dan Himpunan Seminat
5 SKP / tahun
2
Melakukan Penyuluhan Narkoba/HIV/AIDS/TB Dll
3 SKP
3
Melakukan Baksos Pengobatan Masal
2 SKP / kegiatan ( 8 jam )
4
Melakukan Pembinaan POS YANDU/LANSIA
2 SKP
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
25
Dalam setiap tahunnya apoteker harus mengumpulkan SKP dari Pengabdian masyarakat ini sekurang-kurangnya 3 SKP dan maksimal 6 SKP; 4) KINERJA PUBLIKASI Tidak semua apoteker memiliki kinerja publikasi namun kinerja publikasi harus dihargai karena merupakan kegiatan yang terkait dengan peningkatan pengetahuan dan atau ketrampilan apoteker. Nilai SKP setiap tahunnya antara 0 sampai dengan 3 SKP. (Selama lima tahun maksimal 5 SKP) Tabel 6. Aktivitas CPD Kinerja Publikasi NO
AKTIVITAS CPD
NILAI SKP
1
Tinjauan Kasus Yang Di Publikasikan
3 SKP
2
Studi Pustaka Membuat Resume
3 SKP
3
Menulis/Menerjemahkan Buku
Sendiri = 10 SKP Bersama = 20 SKP Monograf = 4/2 SKP
4
Editing Buku Yang terkait dengan Profesi Apoteker
6 SKP
5
Karya Ilmiah Popular
3 SKP
6
Mengasuh Rubrik Kesehatan/ Kefarmasian Di Media
3 SKP
5) KINERJA PENGEMBANGAN ILMU Tidak semua apoteker terlibat dalam pengembangan ilmy pengetahuan kefarmasian secara langsung, walaupun demikian apoteker yang memiliki aktifitas pengembangan ilmu mendapatkan pengakuan SKP sebagai berikut : Tabel 7. Aktivitas CPD Kinerja Pengembangan Ilmu NO
AKTIVITAS CPD
NILAI SKP
1
Penelitian Sendiri/Bersama
10 SKP
2
Supervisor Dalam Jurnal Club/Case Reiew
2 SKP
3
Memberikan Ceramah Kepada Sesama Apoteker
3 SKP
4
Menjadi Preseptor PKPA
3 SKP / Surat Keputusan (SK)
5
Penguji Komprehensif
3 SKP / SK IAI
6
Menjadi Preseptor Magang
3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan)
7
Menjadi Peserta Magang
3 SKP / bulan (minimal magang 1 bulan)
*) Keterangan : Pengembangan ilmu yang diakui Hanya yang terkait dengan pengembangan profesi apoteker Untuk kinerja pengembangan ilmu SKP maksimal yang diakui sebanyak 7,5 per tahun atau 37,5 SKP per lima tahun.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
26
B. TATA CARA RESERTIFIKASI Pendaftaran Program Pendidikan Apoteker Berkelanjutan dilakukan dengan mengisi borang pendaftaran yang terdapat dalam BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER dan mengirimkan kepada Tim SERTIFIKASI APOTEKER Pengurus Daerah IAI melalui Pengurus Cabang IAI yang bersangkutan yang dilampiri rencana pengembangan diri. Mekanisme Resertifikasi Apoteker dari : a. Mekanisme Manual (kertas) b. Mekanisme Online (tanpa kertas) Mekanisme baku Resertifikasi Apoteker adalah manual namun sedang dikembangkan software untuk mekanisme online sehingga akan meningkatkan efisiensi dan untuk menghindari kesalahan. Untuk mekanisme manual, setiap apoteker harus mengisi BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER secara rutin kemudian melaporkan kepada tim Sertifikasi Apoteker Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia melalui pengurus cabang IAI setempat secara berkala lengkap dengan dokumen pendukungnya. Apoteker yang akan menggunakan mekanisme online dapat langsung mengakses ke www.IkatanApotekerIndonesia.net dan mengikuti cara registrasi untuk mendapatkan nama/nomor diri (access account). Sangat dianjurkan untuk melaporkan perolehan SKP setiap tahun sehingga kekurangan nilai SKP pada akhir masa resertifikasi dapat diantisipasi. 1. PENILAIAN DIRI Penilaian diri dalam Resertifikasi Apoteker pada dasarnya dipercayakan kepada integritas masing-masing anggota. Nilai kegiatan pribadi dan kegiatan internal dihitung sendiri oleh yang bersangkutan (perhitungan mandiri), sedangkan dokumen pendukung yang diserahkan ke Tim Sertifikasi Apoteker
untuk diverifikasi atau
konversi. Secara acak Tim Sertifikasi Apoteker akan melakukan verifikasi secara langsung untuk menjamin kebenaran data 2. PERENCANAAN DAN DOKUMENTASI Untuk
keperluan
merencanakan
pengembangan
kegiatan
CPD-nya
keprofesian kemudian
setiap
apoteker
mendokumentasikan
diharapkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya dalam buku log sehingga dapat dilaporkan dan dinilai
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
27
kinerjanya. Berikut langkah-langkah penyusunan rencana pengembangan diri (RPD) apoteker : 1. Isilah buku log dengan Mempertimbangkan beberapa hal berikut : a. Pekerjaan sejawat apoteker selama ini khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan sehingga sejawat dapat merasakan bahwa sejawat perlu meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. b. Kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan sejawat apoteker praktek sehingga sejawat dapat melihat apa yang sejawat dapat lakukan sebagai seorang apoteker yang bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan. c. Visi pribadi sejawat d. Misi pribadi sejawat, baik jangka pendek maupun jangka panjang e. Jadwalkan pencapaian misi sejawat tersebut. 2. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin sejawat capai selama 5 (lima) tahun mendatang yang dapat dirinci per tahunnya 3. Pertimbangkan karir jangka panjang sejawat 4. Susun daftar kegiatan PPAB sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan skala
prioritas,
pertimbangkan
betul-betul
kepentingan
pengetahuan
dan
keterampilan untuk itudalam rangka untuk meningkatkan kualitas praktek sejawat. 5. Buat perencanaan kapan masing-masing kegiatan PPAB itu akan diambil atau dilakukan
3. HASIL PENILAIAN Hasil penilaian dapat dibedakan menjadi 2 kategori di bawah ini. Hasil akan disampaikan secara tertulis langsung kepada yang bersangkutan. a. DISETUJUI Untuk mendapatkan sertifikat kompetensi : memenuhi SKP minimal b. DITOLAK : Tidak memenuhi SKP minimal, maka harus mengikuti UJI KOMPETENSI
4. PENDANAAN Sumber dana untuk kegiatan PPAB ditanggung oleh apoteker yang bersangkutan yang meliputi : a. Biaya CPD b. Biaya Resertifikasi (termasuk biaya verifikasi SKP)
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
28
5. KELENGKAPAN DOKUMEN RESERTIFIKASI APOTEKER Sebagaimana dijelaskan diatas, setiap apoteker yang akan melakukan resertifikasi harus menyerahkan dokumen PPAB/CPD kepada Tim SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI APOTEKER PD IAI melalui PC IAI pada akhir periode 5 tahun untuk resertifikasasi. Dokumen tersebut terdiri dari : 1. Borang Pendaftaran 2. Berbagai borang penilaian diri 3. Dokumen bukti pendukung
a. BORANG PENDAFTARAN Borang pendaftaran (lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalani program Resertifikasi Apoteker. Berdasarkan data yang tercantum dalam borang, Tim Sertifikasi apoteker mengkatifkan mekanisme pencatatan seorang apoteker di system online Resertifikasi Apoteker untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi bagi yang bersangkutan. Setelah seorang apoteker terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diri untuk akses ke system online. Apoteker yang menggunakan mekanisme online dapat memanfaatkan nama/nomor diri ini kapan saja untuk memperbaharui (up date) data Resertifikasi-nya. Sedangkan apoteker yang menggunakan mekanisme manual memperbaharui data Resertifikasi nya kepada PD IAI melalui Pengurus Cabang IAI untuk diteruskan ke KOMITE SERTIFIKASI PP IAI.
b. BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI Borang Rencana Pengembangan Diri (RPD) dimaksudkan untuk membantu seorang apoteker merancang pembelajaran dirinya. Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi yang mengayomi apoteker mulai dari tingkat cabang (kabupaten/kota) daerah (propinsi) sampai tingkat pusat juga dapat memanfaatkan borang ini untuk merencanakan kegiatan organisasinya
c. BORANG PRAKTEK PROFESI Salah satu karakter profesi apoteker adalah long life learner (pembelajar sepanjang hayat), maka kegiatan professional (praktek profesi) merupakan salah satu domain dari 5 domain kegiatan apoteker merupakan sarana utama untuk
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
29
belajar.
Tabel berikut merupakan contoh kinerja professional sehingga dapat
menghasilkan nilai SKP-IAI. Nilai dan bobot pembelajaran tentu tidaklah sama. Sebagai contoh, kasus nyata yang ditangani kemudian dipelajari dan disajikan dalam suatu forum (table 4..) akan membuat si penyaji belajar lebih banyak dari pada pendengarnya. Bila pada kesempatan itu diundang pula seorang pakar baik akademisi maupun praktisi untuk kasus yang dibahasmaka semua tentu berpeluang untuk lebih banyak belajar.
C. PELAKSANAAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER 1. Enam bulan sebelum sertifikat kompetensi apoteker berakhir masa berlakunya, apoteker hendaklah sudah mengajukan Pendaftaran Resertifikasi (hal ini untuk menghindari apabila verifikasi SKP belum mencukupi masih ada waktu untuk melengkapi). 2. Apoteker Pemohon mengajukan permohonan sebagai Peserta Resertifikasi kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melalui PC-IAI setempat dengan cara mengisi Formulir Registrasi Resertifikasi dan Formulir Self Assessment ( sebagaimana terlampir LAMPIRAN 1 ) dengan melampirkan : a. Fotocopy KTP yang masih berlaku b. Fotocopy KTA yang masih berlaku c. Fotocopy STRA yang masih berlaku d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh f.
Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)
g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa berlakunya h. Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah. 3. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ) kepada PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat guna keperluan verifikasi data dan isian self assesment
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
30
4. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat 5. PD-IAI / Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI setempat melakukan verifikasi terhadap permohonan yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima, meliputi verifikasi permohonan dan Self Assessment serta dokumen terlampir. 6. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat menyampaikan secara tertulis hasil verifikasi kepada pemohon melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dilakukan verifikasi , dengan ketentuan hasil sebagai berikut : a. Ter-Sertifikasi ( Certified ), memenuhi 150 SKP artinya anggota tersebut lolos verifikasi dan berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker atau b. Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ), tidak memenuhi 150 SKP artinya anggota tersebut tidak lolos verifikasi dan tidak berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker 7. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) berhak melakukan klarifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diterima pemohon. 8. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) diharuskan melengkapi kekurangan SKP-nya untuk bisa mendapatkan sertifikat kompetensi apoteker. 9. PD-IAI setempat mengajukan permohonan blanko sertifikat kompetensi kepada PPIAI dengan melampirkan softcopy : -
Formulir Registrasi Resertifikasi,
-
Formulir Self Assessment
-
Lembar Portofolio Resertifikasi apoteker
-
Rekap Perolehan SKP
10. PP-IAI mengirimkan blanko Sertifikat Kompetensi Apoteker dan BUKU LOG RESERTIFIKASI APOTEKER kepada PD-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
31
11. PD-IAI
setempat
menyerahkan
Sertifikat
Kompetensi
dan
BUKU
LOG
RESERTIFIKASI APOTEKER kepada pemohon melalui PC-IAI setempat. 12. Untuk selanjut Apoteker pemohon mengisi
BUKU LOG
RESERTIFIKASI
APOTEKER untuk kepentingan Resertifikasi 5 tahun berikutnya.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
32
BAB IV PENUTUP Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang dipayungi oleh Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah memberikan pengakuan yang mendasar tentang kedudukan hukum (legal standing) Praktik Apoteker. Terlepas bahwa rumusan normative dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut masih jauh dari kenyataan dan harus diikhtiari untuk bisa dibumikan dalam praktik pelayanan kesehatan di Indonesia, akan tetapi sudah seharusnya apoteker memanfaatkan momentum ini untuk juga melakukan perubahan yang mendasar tentang kultur (budaya praktik), kompetensi dan internalisasi nilai kode etik Apoteker Indonesia sehingga profil apoteker betul-betul memenuhi tuntutan peraturan perundang-undangan dan tuntutan untuk melayani pasien dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain. Salah satu factor yang mendasar untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, apoteker harus terus melakukan upaya menjaga dan meningkatkan kompetensi seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi dan system pelayanan kesehatan. Harus disadari bahwa kompetensi seorang apoteker akan menurun seiring dengan berjalannya waktu, apalagi tuntutan dari pengguna layanan apoteker semakin tinggi sehingga mau tidak mau, suka tidak suka upaya untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi apoteker harus terus dilakukan secara sadar, sengaja dan sistematis dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Ikatan Apoteker Indonesia sebagai satu-satunya organisasi profesi apoteker harus beruipaya keras untuk melakukannya dengan berbagai cara dari mulai hal yang sederhana. Sehingga kita tidak kehilangan momentum untuk melakukan dan mengawal perubahan m,enuju praktek apoteker yang sesungguhnya. Upaya tersebut antara lain dengan mendorong dan memfasilitasi apoteker untuk melakukan praktek profesi yang sesungguhnya. Salah satu upaya untuk menjaga kompetensi tersebut dengan melakukan sertifikasi dan resertifikasi yang dilalui dengan Program Pengembangan Praktik Profesi Apoteker (P3A) dan Program Pendidikan Apotekr Berkelanjutan (CPD) yang diharapkan menjadi pegangan bagi apoteker dalam menjaga kompetensinya melalui berbagai kegiatan yang mungkin mendapatkan pengakuan.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
33
Oleh karena itulah maka dengan hadirnya Petunjuk Pelaksanaan Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker termasuk tentang Pedoman pelaksanaan tentang Pendidikan Profesi
Berkelanjutan
(Continuing
Professional
Development/CPD)
akan
menjadi
pegangan bagi apoteker untuk selalu meningkatkan kompetensi. Terlepas dari segala kesalahan, kekurangan dari pedoman ini, semoga bermanfaat bagi semuanya. Semoga Allah Yang Maha Kuasa selalu membimbing langkah-langkah kita apoteker Indonesia untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia dan Kemanusiaan.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
34
LAMPIRAN 1 STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA Tahun 2011
A. Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik 2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi 3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku 5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat 7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang Berlaku 8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian 9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan Dengan Kefarmasian
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
35
B. Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit dan Elemen 1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik 1.1. Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi 1.1.1. Artikulasi Kode Etik Dalam Praktik Profesi 1.2. Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Legal dan Profesional Sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia 1.2.1. Berperilaku Profesional Sesuai Dengan Kode Etik Apoteker Indonesia 1.2.2. Integritas Personal dan Professional 1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi 1.3.1. Mampu Menerapkan Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapetik 1.3.2. Mampu Mengelola Informasi Yang Ada Dalam Diri Untuk Dikomunikasikan 1.3.3. Mampu Memfasilitasi Proses Komunikasi 1.4. Mampu Komunikasi Dengan Pasien 1.4.1. Mampu Menghargai Pasien 1.4.2. Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien 1.5. Mampu Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan 1.5.1. Mampu Melaksanakan Tahapan Komunikasi Dengan Pasien 1.6. Mampu Komunikasi Secara Tertulis 1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian/Catatan Pengobatan (Medication Record) 1.6.2. Mampu Komunikasi Tertulis Dalam Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian (Medication Record) Secara Benar 1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling Farmasi) 1.7.1. Melakukan Persiapan Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 1.7.2. Melaksanakan Konseling Farmasi 1.7.3. Membuat Dokumentasi Praktik Konseling Farmasi 2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi 2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang Rasional 2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran Riwayat Pengobatan Pasien (Patient Medication History) 2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan Obat Pasien 2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan Obat (Drug Therapy Problems= Dtps) 2.1.4. Mampu Memberikan Dukungan Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan Obat 2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan Pengobatan 2.1.6. Mampu Evaluasi Hasil Akhir Penggunaan Obat Pasien
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
36
2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien 2.2.1. Melakukan Tindak Lanjut Hasil Monitoring Pengobatan Pasien 2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Apoteker 2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien 2.3. Mampu Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pelaporan Efek Samping Obat 2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian Efek Samping Obat 2.3.3. Melakukan Kajian Data Yang Terkumpul 2.3.4. Memantau Keluaran Klinis (Outcome Clinic) Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek Samping 2.3.5. Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat 2.3.6. Menentukan Alternative Penyelesaian Masalah Efek Samping Obat 2.3.7. Membuat Dokumentasi MESO 2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat 2.4.1. Menentukan Prioritas Obat Yang Akan Dievaluasi 2.4.2. Menetapkan Indikator dan Kriteria Evaluasi Serta Standar Pembanding 2.4.3. Menetapkan Data Pengobatan Yang Relevan Dengan Kondisi Pasien 2.4.4. Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari Data Yang Telah Diperoleh 2.4.5. Mengambil Kesimpulan dan Rekomendasi Alternatif Intervensi 2.4.6. Melakukan Tindak Lanjut Dari Rekomendasi 2.4.7. Membuat Dokumentasi Evaluasi Penggunaan Obat 2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoirng (TDM)* 2.5.1. Melakukan Persiapkan Kelengkapan Pelaksanaan Praktik TDM 2.5.2. Melakukan Analisis Kebutuhan dan Prioritas Golongan Obat 2.5.3. Melakukan Assessment Kebutuhan Monitoring Terapi Obat Pasien 2.5.4. Melakukan Praktik TDM 2.5.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik TDM 2.5.6. Membuat Dokumentasi Praktik TDM 2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) Oleh Pasien 2.6.1. Mampu Melakukan Pendampingan Pasien Dalam Pengobatan Mandiri 2.6.2. Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Terkait Pengobatan Mandiri 2.6.3. Melaksanakan Pelayanan Pengobatan Mandiri Oleh Kepada Masyarakat 2.6.4. Membuat Dokumentasi Pelayanan Pendampingan Pengobatan Mandiri Oleh Pasien 3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep 3.1.1. Memeriksa Keabsahan Resep Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
37
3.1.2. Melakukan Klarifikasi Permintaan Obat 3.1.3. Memastikan Ketersediaan Obat 3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan 3.2.1. Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan 3.2.2. Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan Terkait Dengan Riwayat Pengobatan dan Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien 3.2.3. Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat 3.3. Melakukan Penyiapan dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan 3.3.1. Menerapkan Standar Prosedur Operasional Penyiapan dan Penyerahan Obat 3.3.2. Membuat Dokumentasi Dispensing 3.3.3. Membangun Kemandirian Pasien Terkait Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat 4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Standar Yang Berlaku 4.1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat 4.1.1. Memahami Standar Dalam Formulasi dan Produksi 4.1.2. Memastikan Jaminan Mutu Dalam Pembuatan Sediaan 4.1.3. Memastikan Ketersediaan Peralatan Pembuatan Sediaan Farmasi Melakukan Penilaian Ulang Formulasi 4.1.4. Melakukan Penilaian Ulang Formulasi 4.2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi 4.2.1. Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan dan Peraturan Pembuatan dan Formulasi 4.2.2. Melakukan Persiapan dan Menjaga Dokumentasi Obat 4.2.3. Melakukan Pencampuran Zat Aktif dan Zat Tambahan 4.2.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non Steril 4.2.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Obat Steril 4.2.6. Melakukan Pengemasan, Label/Penandaan dan Penyimpanan 4.2.7. Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan Farmasi 4.3. Mampu Melakukan Iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/ Obat Khusus* 4.3.1. Melakukan Persiapan Penatalaksanaan Sitostatika/Obat Khusus* 4.3.2. Melakukan IV-Admixture (Rekonstitusi dan Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus 4.3.3. Melakukan Pengamanan Sitostatika 4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan 4.4.1. Mampu Memastikan Persyaratan Infrastruktur Sterilisasi 4.4.2. Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan Yang Akan Disterilkan 4.4.3. Memastikan Kualitas Pemilihan Bahan Sterilisasi
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
38
4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Prosedur Standar 4.5.1. Memahami Persyaratan dan Prosedur Kerja Sterilisasi 4.5.2. Melakukan Dokumentasi Proses Sterilisasi Alat Kesehatan 4.5.3. Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril Utama dan Alat Kesehatan Penunjangnya 4.5.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril 4.5.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip dan Teknik-Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril 4.5.6. Melakukan Pengemasan, Penandaan/Labelisasi dan Indikator Eksternal 4.5.7. Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses Sterilisasi Alat Kesehatan Steril 4.5.8. Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan dan Distrubusi Alat Kesehatan Steril 5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 5.1. Pelayanan Informasi Obat 5.1.1. Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi Obat Yg Dibutuhkan 5.1.2. Melakukan Identifikasi Sumber Informasi/Referensi Yang Relevan 5.1.3. Melakukan Akses Informasi Sediaan Farmasi Yang Valid 5.1.4. Melakukan Evaluasi Sumber Informasi (Critical Appraisal) 5.1.5. Merespon Pertanyaan Dengan Informasi Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen 5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat Dengan Mengindahkan Etika Profesi Kefarmasian 5.2.1. Menyediakan Materi Informasi Sediaan Farmasi dan Alkes Untuk Pelayanan Pasien 5.2.2. Menyediakan Edukasi Masyarakat Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman 6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat 6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar 6.1.1. Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Menangani Masalah Kesehatan Di Masyarakat 6.1.2. Melakukan Survey Masalah Obat Di Masyarakat 6.1.3. Melakukan Identifikasi dan Prioritas Masalah Kesehatan Di Masyarakat Berdasar Data 6.1.4. Melakukan Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Masyarakat 6.1.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan 6.1.6. Membuat Dokumentasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan 7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang Berlaku 7.1. Seleksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.1.1. Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan Farmasi dan Alkes Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
39
7.1.2. Menetapkan Daftar Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.2.1. Melakukan Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.2.2. Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan Farmasi dan Alkes 7.2.3. Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.2.4. Melaksanakan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.3. Mampu Mendesign, Melakukan Penyimpanan dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.3.1. Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Dengan Tepat 7.3.2. Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.3.3. Melakukan Pengawasan Mutu Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Peraturan 7.4.1. Memusnahkan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.5.1. Memastikan Informasi Tentang Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.5.2. Melakukan Perencanaan dan Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.5.3. Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes 7.6.1. Memanfaatan Sistem dan Teknologi Informasi Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 7.6.2. Membuat dan Menatapkan Struktur Organisasi Dengan Sdm Yang Kompeten 7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan Optimal 7.6.4. Mengelola Keuangan 7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Kefarmasian Yang Bermutu 8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian 8.1. Mampu Merencanakan dan Mengelola Waktu Kerja 8.1.1. Membuat Perencanaan dan Penggunaan Waktu Kerja 8.1.2. Mengelola Waktu dan Tugas 8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu 8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan 8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja 8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber Daya Manusia 8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
40
8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri 8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim 8.3.1. Mampu Berbagi Informasi Yang Relevan 8.3.2. Berpartisipasi dan Kerjasama Tim Dalam Pelayanan 8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri 8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi 8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi 8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah 8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual atau Masalah Yang Potensial 8.5.2. Mampu Menyelesaikan Masalah 8.6. Mampu Mengelola Konflik 8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik 8.6.2. Menyelesaikan Konflik 9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan Dengan Kefarmasian 9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi 9.1.1. Mengetahui, Mengikuti, dan Mengamalkan Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi 9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi 9.1.3. Mampu Menjaga dan Meningkatkan Kompetensi Profesi 9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas 9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan Profesionalitas 9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Kefarmasian (Teknologi Informasi dan Teknologi Sediaan)
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
41
LAMPIRAN 2 PEDOMAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEGIATAN ILMIAH IKATAN APOTEKER INDONESIA PENDAHULUAN
Bahwa seorang apoteker dalam menjalankan tugas profesinya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa berpegang teguh kepada Sumpah/Janji Apoteker dan Kode Etik Apoteker Indonesia Dalam melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat, seorang apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan kefarmasian serta menjadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan kefarmasian menurut standar yang tertinggi dan mutakhir, maka setiap apoteker berkewajiban selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba cepat dan meningkatkan mutu kinerja profesinya secara baku dengan mengikuti Program Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker secara sistematis. Ikatan
Apoteker
Indonesia
sebagai
organisasi
profesi
apoteker
mempunyai
tanggungjawab dan wewenang untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar pelayanan (Standar Operating Procedure) yang berlaku dan dilaksanakan oleh apoteker yang memenuhi Standar Kompetensi Apoteker Indonesia melalui berbagai upaya yang dapat dipertanggungjawabkan demi terselenggaranya pelayanan yang berkualitas. Oleh karena itu Ikatan apoteker Indonesia memandang sangat penting dan mendesak untuk menetapkan Pedoman Akreditasi dan sertifikasi Kegiatan Ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari sisten Sertifikasi dan Resertifikasi apoteker sebagai suatu pedoman untukmengukur kegiatan pendidikan berkelanjutan dan sebagai upaya pembakuan terhadap pelaksanaan pendidikan berkelanjutan bagi Apoteker Indonesia.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
42
BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Pedoman akreditasi dan sertifikasi kegiatan ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan pedoman penilaian dan pengakuan kegiatan ilmiah yang berlaku bagi seluruh anggota Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) BAB II JENIS KEGIATAN ILMIAH Pasal 2 1. Kegiatan ilmiah yang dapat dinilai dan diakui di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia meliputi : a. Kegiatan ilmiah lisan b. Kegiatan ilmiah tertulis c. Kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan d. Uji mandiri 2. Yang dimaksud kegiatan ilmiah lisan adalah : a. Simposium/ temu ilmiah b. Seminar c. Lokakarya d. Semiloka e. Diskusi panel f.
Pertemuan klinik
g. Penataran etika profesi/ penyuluhan 3. Yang dimaksud dengan kegiatan imiah tertulis adalah kegiatan ilmiah yang dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok tidak lebih dari lima orang yang hasil karya tulisnya dipublikasikan dan disebarluaskan, baik dalam bentuk buku, monograf maupun laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi 4. Yang dimaksud kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan adalah : a. Pelatihan praktis lapangan b. Magang praktek profesi c. Pelatihan praktek laboratories Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
43
d. Studi kasus pelanggaran etika dan solusi e. Pengkajian pengembangan profesi apoteker f.
Kursus peningkatan keterampilan berkala berkesinambungan
5. Yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah uji mandiri adalah kegiatan pengisian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam uji mandiri yang pelaksanaannya diatur dalam suatu ketetapan tersendiri dan dikoordinasikan langsung oleh PP IAI atau lembaga lain di tingkat nasional yang ditunjuk oleh PP IAI. BAB II SATUAN KREDIT PROFESI Pasal 3
1. Pengakuan dan Penilaian akreditasi diberikan dalam bentuk Satua Kredit Partisipasi 2. 1 (satu) Satuan Kredit Partisipasi adalahukuran kegiatan ilmiah yang merupakan standar atau acuan bagi setiap kegiatan ilmiah yang diakreditasi yang setara dengan mengikuti kegiatan ilmiah lisan sebagai peserta aktis selama 3-4 jam atau mengikuti kegiatan ilmiah laboratories atau lapangan selama 3-4 jam. 3. Nilai SKP merupakan ukuran kegiatan pendidikan berkelanjutan profesi yang dilakukan dan diperlukan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam mengajukan resertifikasi apoteker serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan legalitas kewenangan sebagai apoteker
BAB III PENGAKUAN DAN PENILAIAN Pasal 4 Kegiatan Ilmiah Lisan 1. Pembicara/pembawa
makalah/pemakalah
dalam
kegiatan
ilmiah
lisan
tingkat
internasional atau regional memperoleh pengakuan dan penilaian 7 SKP. 2. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional memperoleh pengakuan dan penilaian 5 SKP. 3. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah memperoleh pengakuan dan penilaian 3 SKP. 4. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang memperoleh pengakuan dan penilaian 2 SKP Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
44
5. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional/regional mendapat pengakuan dan penilaian 3 SKP. 6. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan penilaian 2 SKP. 7. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP. 8. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP 9. Anggota
panitia
kegiatan
ilmiah
lisan
tingkat
internasional/regional mendapat
pengakuan dan penilaian 3 SKP. 10.
Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan
penilaian 2 SKP. 11. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP. 12. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP 13. Peserta kegiatan ilmiah lisan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP sesuai dengan jumlah partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) di atas Pasal 5 Kegiatan Ilmiah Tertulis
1. Tulisan ilmiah memperoleh pengakuan dan penilaian yang dilakukan oleh suatu tim atau lembaga yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) dengan acuan sebagai berikut : a. Buku ilmiah yang diakui memperoleh nilai antara 5-20 SKP b. Monograf yang diakui memperoleh nilai antara 3-10 SKP c. Laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi memperoleh nilai antara 3-10 SKP. 2. Apabila tulisan ilmiah dilakukan oleh kelompok, maka penulis yang dapat diberikan pengakuan skp tidak boleh lebih dari 5 orang (1 orang penulis utama dan 4 orang penulis pembantu) Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
45
3. Pembagian jumlah SKP diantara para penulis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 di atas diatur sebaga berikut : a. Penulis utama mendapat 60% dari SKP yang diberikan b. Penulis pembantu mendapat 40% dari SKP yang diberikan, dibagi rata untuk semua penulis pembantu yang tercantum namanya dalam karya ilmiah, maksimum 4 penulis pembantu.
Pasal 6 Kegiatan Ilmiah Peningkatan Keterampilan
1. Pelatihan praktis lapangan, magang profesi dan pelatihan praktis laboratoris memperoleh pengakuan dan penilaian sesuai dengan lamanya kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus, dengan batasan maksimal 7 jam per hari, 40 jam seminggu dan 24 hari sebulan. 2. Peserta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP sesuai dengan jumlah jam partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2). 3. Bilamana pada awal dan akhir kegiatan dilakukan pra dan pasca test, dapat memperoleh tambahan pengakuan dan penilaian sejumlah 2 SKP. Dalam hal ini dapat diperolehnya hasil pelatihan/ magang yang sangat signifikan, nilai kredit dapat ditambah dengan 5 SKP.
Pasal 7 Kegiatan Ilmiah Uji Mandiri Jawaban dalam paket uji mandiri diberikan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk oleh PP IAI serta diberikan pengakuan dan penilaian maksimum 3 SKP sesuai dengan yang tercantum dalam paket yang bersangkutan, yang dikukuhkan dengan sertifikat yang diberikan oleh PP IAI.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
46
BAB IV KOMITE SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER Pasal 2 1. Untuk Pelaksanaan pengakuan dan penilaian sehubungan dengan akreditasi dan sertifikasi bagi para anggota Ikatan Apoteker Indonesia , Pengurus Pusat ikatan Apoteker Indonersia membentuk suatu badan semi otonom yang disebut Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang disingkat KSR- Apoteker. 2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker). Berkedudukan di Pusat dan di daerah dibentuk Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia. 3. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker) dan Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bagian kelengkapan organisasi yang bersifat semi otonom dan tetap dalam koordinasi Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia baik tingkat Pusat maupun daerah.
Pasal 9 1. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat internasional, regional dan nasional dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI. 2. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat cabang dan daerah dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PD IAI.
Pasal 10 Pengakuan dan penilaian kegiatan ilmiah tertulis, termasuk karya tulis berupa buku ilmiah, monograf, laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi maupun tulisan bermuatan kefarmasian dalam majalah ilmiah populer, surat kabar dan sejenisnya, dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI. Pasal 11 Pengakuan dan penilaian paket uji mandiri yang dapat dilakukan melalui pos ataupun internet serta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan berkala dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PP IAI.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
47
BAB V TATA CARA PERMOHONAN AKREDITASI Pasal 12 Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah lisan
1. Panitia pelaksana kegiatan ilmiah lisan mengajukan surat permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI sesuai dengan yang tercantum pada Bab IV pasal 8 dengan melampirkan : a. Kerangka acuan (Term Of Reference/TOR) b. Susunan panitia pelaksana c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/ topik pembicaraan, daftar nama pembicara dan moderator d. Target yang diharapkan dapat dicapai 2. Komite
atau
Tim
Sertifikasi
dan
Resertifikasi
akan
mengevaluasi
dan
mempertimbangkan permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka selanjutnya Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi akan menerbitkan surat keputusan akreditasi yang berisi jumlah SKP bagi peserta, pembicara, panitia dan moderator sesuai ketentuan Bab III tentang Pengakuan dan Penilaian. 3. Nomor Surat Keputusan dan Nilai SKP dicantumkan dalam piagam penghargaan atau sertifkat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta maupun penyelenggara. 4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan acara yang dimaksud. 5. Surat Keputusan akreditasi yang dibuat oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI harus dikirimkan tembusannya kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan kegiatan. Tembusan Surat Keputusan ini sangat penting sebagai bahan pemantauan tentang sah tidaknya akreditasi yang diperoleh seseorang apoteker dalam rangka menghimpun jumlah SKP yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. 6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah lisan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi SKP dapat meminta akreditasi susulan dari Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi sesuai tingkatannya dengan melampirkan informasi tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
48
Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya tidak boleh melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.
Pasal 13 Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Tertulis Berupa Buku atau Monograf 1. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan melampirkan satu kopi buku dan daftar pengarang/ penulis/ editor dan makalah yang ditulis, serta kompetensi masingmasing pengarang/ penulis/ editor. Pasal 14 Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Berupa Tulisan Dalam Majalah Ilmiah
1. Dewan redaksi majalah ilmiah dapat mengajukan surat permohonan kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan mencantumkan susunan dewan redaksi dan menyerahkan 1 (satu) kopi contoh majalah edisi terakhir untuk meminta akreditasi bagi majalahnya. 2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengkaji dan menilai apakah kategori dan majalah/jurnal tersebut termasuk ilmiah/ semi ilmiah/ ilmiah populer/ non ilmiah dan kemudian menetapkan nilai skp yang diakui untuk setiap jenis tulisan yang dimuat/ akan dimuat dalam majalah/jurnal tersebut. 3. Akreditasi majalah diperbaharui setiap lima tahun sekali. 4. Pengajuan akreditasi bagi majalah IAI dan Himpunan Seminat Apoteker IAI tidak dikenakan biaya administrasi, demikian juga majalah ilmiah yang diterbitkan oleh badan regulasi (pemerintah). 5. Setelah mendapat surat keputusan akreditasi dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI, dewan redaksi dapat mengeluarkan sertifikat akreditasi bagi setiap tulisan yang dimuat dalam majalah/jurnal yang dikelolanya dan ikut ditandatangani oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI. 6. Dalam hal dewan redaksi majalah/jurnal tidak mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, maka penulis dapat mengajukan Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
49
permintaan akreditasi kegiatan ilmiah berupa karya ilmiah tulisan kepada Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, dengan menyertakan fotokopi makalah dan identitas majalah/jurnal yang memuatnya, antara lain nama majalah/jurnal, issn, dewan redaksi dan informasi lain yang dianggap perlu. 7. Pengajuan permintaan akreditasi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 14 ayat 6 di atas, hanya berlaku untuk tulisan yang dipublikasi kurang dari 2 tahun dari saat pengajuan. Pasal 15 Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah Pelatihan peningkatan keterampilan
1. Lembaga-lembaga yang berencana mengadakan kegiatan pelatihan mengajukan surat permohonan akreditasi kepada lembaga akreditasi dan sertifikasi nasional dengan melampirkan kerangka acuan yang antara lain memuat informasi tentang : a. Penyelenggara kegiatan b. Susunan panitia pelaksana c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/topik, narasumber, moderator dan pembicara d. Jenis kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan lamanya kegiatan e. Target yang akan dicapai f. Metoda evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan termasuk pra dan pasca test. 2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengevaluasi dan mempertimbangkan permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka selanjutnya Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan menerbitkan surat keputusan akreditasi, yang berisi jumlah kredit bagi pesrta, pembicara dan penyelenggara/pelaksana sesuai ketentuan yang tercantum dalam bab iii tentang pengakuan dan penilaian. 3. Nilai akreditasi dicantumkan dalam piagam penghargaan atau sertifikat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta maupun penyelenggara. 4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan acara yang dimaksud.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
50
5. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dapat meminta akreditasi susulan dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan melampirkan informasi tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut. Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya tidak boleh melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.
Pasal 16 Biaya pengajuan SKP 1. Untuk permohonan akreditasi dan penilaian, pemohon dikenakan biaya. 2. Besarnya biaya dihitung berdasarkan Nilai SKP yang disetujui. 3. Penerimaan tersebut merupakan pendapatan PP IAI atau PD IAI. 4. Biaya tersebut harus sudah lunas dibayarkan sebelum kegiatan dilaksanakan. 5. Untuk permohonan akreditasi, setiap SKP yang disetujui, pemohon dikenakan biaya dengan ketentuan dan besarannya sebagai berikut : a. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh PP, PD, PC atau Himpunan Seminat Apoteker IAI di semua tingkatan tidak dikenakan biaya. b. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui. c. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui. d. Apabila kegiatan ilmiah sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf b dan c tidak memungut biaya dari peserta, maka pengakuan SKP tidak dikenakan biaya. e. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga lain di luar Ikatan apoteker Indonesia dan Himpunan Semiant Apoteker di semua tingkatan atau lembaga pemerintah atau Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dengan atau tanpa memungut biaya kepada para peserta dikenakan biaya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui. 6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dan mengajukan akreditasi maka dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui. Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
51
7. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah yang mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui. 8. Dewan redaksi majalah ilmiah yang mengajukan surat permohonan kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI untuk mendapatkan akreditasi maka dikenakan biaya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui .
BAB VI ATURAN PERALIHAN Pasal 14 1. Semua SKP yang telah diterbitkan baik oleh pengurus daerah IAI maupun Pengurus Pusat ISFI serta pengurus daerah ISFI sebelum diterbitkannya surat keputusan ini tetap berlaku. Pasal 15
1. Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian dalam keputusan tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI 2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bilamana terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB VI PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian dalam ketetapan tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI.
Ditetapkan Di : Jakarta 15 Februari 2013 Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
52
LAMPIRAN 3 RESERTIFIKASI APOTEKER BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI Nama
:
Periode RPD :
TAHUN I
DOMAIN
KEGIATAN 1. 2. 3.
dst
II
1. 2. 3.
dst
III
1. 2. 3.
dst
IV
1. 2. 3.
dst
V
1. 2.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
53
3.
dst
No
Domain
Proporsi yang ingin dicapai (%)
1.
Kinerja Profesional
2.
Kinerja Pembelajaran
3.
Kinerja Pengabdian Masyarakat/Profesi
4.
Kinerja Publikasi ilmian
5.
Kinerja Pengembangan Ilmu
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
54
LAMPIRAN 4
FORMULIR REGISTRASI
RESERTIFIKASI APOTEKER
Kepada Yth. Ketua PD-IAI ......................................................
Diterima tanggal : ............................
Di
( diisi oleh pengurus )
Tempat Bersama ini saya mengajukan permohonan Resertifikasi dengan data sebagai berikut : Nama Lengkap, gelar
:
Tempat / Taggal lahir
:
No.KTP
:
No.KTA
:
Alamat lengkap (sesuai KTP)
:
No.Handphone
:
Alamat email
:
Nama dan alamat tempat praktek / kerja
1. : ...................................................................................... 2. ...................................................................................... 3. ......................................................................................
No. STRA
:
..............................................
Masa berlaku : ..... / ...... / ..........
No. Sertifikat Kompetensi
:
...............................................
Masa berlaku : ..... / ...... / ..........
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
55
PC-IAI asal
:
.......................................................................................................
Untuk keperluan verifikasi data, berikut terlampir : 1) Fotocopy KTP yang masih berlaku 2) Fotocopy KTA yang masih berlaku 3) Fotocopy STRA yang masih berlaku 4) Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh 5) Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh 6) Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri) 7) Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker akan atau habis masa berlakunya 8) Formulir Self Assessment 9) Rekapitulasi Perolehan SKP 10) Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah. Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih. .........................................., .................................... Pemohon,
.......................................................................... Nama lengkap & tanda tangan
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
56
LAMPIRAN 5 FORMULIR SELF ASSESSMENT
RESERTIFIKASI APOTEKER A.
DATA SERTIFIKAT KOMPETENSI 1. No. Sertifikat
:
...............................................................................................
2. Nama Lengkap, gelar
:
...............................................................................................
3. Tempat / Taggal lahir
:
...............................................................................................
4. Alamat lengkap
:
............................................................................................... ............................................................................................... ...............................................................................................
B.
5. No. Ijazah Apoteker
:
...............................................................................................
6. Asal Perguruan Tinggi
:
...............................................................................................
DATA DOKUMEN LEGAL PENDUDKUNG 7. No. STRA
:
.......................................
Masa berlaku : ..... / ...... / ..........
8. No. Surat Rekomendasi
:
.......................................
Masa berlaku : ..... / ...... / ..........
9. No. SIPA / SIKA
:
.......................................
Masa berlaku : ..... / ...... / ..........
C. D. BIDANG PEKERJAAN KEFARMASIAN (pilih salah satu) 10.
A.
Pelayanan Kefarmasian (Apotek, Klinik, Puskesmas, IFRS)
B.
Distribusi Kefarmasian
C.
Produksi/Industri Kefarmasian (Farmasi/OT/Kosmetik/Makanan&minuman)
DATA PEROLEHAN SATUAN KREDIT PROFESI (5 tahun terakhir ) 11.
Nama Kegiatan
Tanggal Kegiatan
SKP
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
Penerbit Sertifikat
57
.
TOTAL SKP
:
........................................., .................................... Pemohon,
.......................................................................... Nama lengkap & tanda tangan
F. HASIL VERIFIKASI Berdasarkan VERIVIKASI yang dilakukan oleh PD-IAI / Panitia Resertifikasi ..................................
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
58
diperoleh hasil bahwa permohonan yang diajukan oleh yang bersangkutan dinyatakan :
MEMENUHI PERSYARATAN / TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN* untuk memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker. .........................................., .................................... Ketua PD / Panitia Resertifikasi
..........................................................................
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
59
LAMPIRAN 6 BORANG VERIFIKASI PRAKTEK PROFESI APOTEKER IKATAN APOTEKER INDONESIA Isilah dengan lengkap dan sebenarnya : A. Sertifikat Kompetensi Sekarang (untuk keperluan Perpanjangan) 1. Nomor Sertifikat 2. Nama Lengkap Pemegang 3. Tempat dan tanggal lahir 4. Alamat tinggal sekarang (lengkap) 5. Nomor & Tanggal Ijazah Apoteker 6.
Asal Perguruan Tinggi (Pend. Apoteker)
B. Dokumen Legal 1. Nomor STRA, tanggal berakhir 2.
Nomor Rekomendasi IAI, tanggal berakhir
3. Nomor SIPA/SIKA, tanggal berakhir
C. Riwayat Umum Pekerjaan Kefarmasian (5 tahun terakhir) Tahun
Pekerjaan
Jabatan
Nama & Alamat Kantor
Utama : Sampingan : Utama : Sampingan : 7.
Utama : Sampingan : Utama : Sampingan : Utama : Sampingan :
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
60
D. Perolehan SKP Seminar & SKP Pengabdian (5 tahun terakhir, sertakan fotocopinya) Jenis Sertifikat
Nomor Sertifikat
Jumlah SKP
Penerbit Sertifikat
Kegiatan yang dapat menambah wawasan keilmuan/keterampi lan : Seminar, Pelatihan, 8. Workshop, Penelitian, dll Jika tidak cukup, buat lampiran tersendiri
Kegiatan sosial atau pengabdian profesi dan keorganisasian : kepanitiaan, membimbing 9. mahasiswa, dosen penguji, bakti sosial dll Jika tidak cukup, buat lampiran tersendiri
TOTAL SKP =
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
61
E. Perolehan SKP Praktik 1 (Kondisi Umum Praktik Kefarmasian) A. 10.
Bidang Pekerjaan Kefarmasian (pilih)
Pelayanan Kefarmasian Dasar (Apotek, Klinik, Puskesmas)
B. Pelayanan Kefarmasian Lanjut (Instalasi Farmasi RS) C. Distribusi Kefarmasian D. Produksi/Industri Kefarmasian (Far/OT/Kosm/Makmin)
Alamat Tinggal
Alamat Pekerjaan Kefarmasian dilakukan
Perkiraan jarak rumah ke tempat praktik/kerja
11.
Hari Kerja
Lama Jam Kantor (Σ jam)
Lama Kerja Anda (Σ jam)
Pekerjaan spesifik yang Anda lakukan
Senin Selasa Rabu 12. Kamis Jum’at Sabtu Minggu TOTAL :
F. Perolehan SKP Praktik 2 (Instrumen/Dokumen Kelengkapan Praktik Kefarmasian) Jenis Instrumen
Ada/ Tidak
Σ
Pembuat
Pelaksana
Dikerjakan/ tidak dikerjakan
1) Manual/Protokol Pekerjaan 2) Standar Prosedur Operasional (SPO) 13.
Di Pengadaan
Di Gudang/Penyimpanan
Di Ruang Penyiapan/Peracikan Di Ruang Praktik/Penyerahan
Sanitasi/Higien
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
62
SPO Lainnya
3) Instruksi Kerja
Perintah komponding
Perintah Kerja kpd Staff
Dokumen Perintah lainnya
4) Kertas kerja
Form Pembelian/Pengadaan
Kartu Kendali Stok
Form Skrining Resep
Form Copy Resep
Patien Medication Record (PMR)
Monev Penggunaan Obat
Form Swamedikasi
Form Konseling
Dokumen lainnya
kerja
(profesi)
Penilaian oleh Tim Rekomendasi Cabang atas kaitan item E dan F (skor max. 100) : (konversi dari skor ke SKP Praktik dilakukan oleh Tim Rekomendasi Daerah)
......................
G. Penerapan Praktik Kefarmasian Jawablah pada lembar kertas tersendiri ! (Terketik rapi) 1) Uraikan cara Anda melakukan pelayanan kefarmasian di tempat Praktik ! 2) Kapan Anda lebih banyak berinteraksi dengan Pasien ?
14.
3) Bagaimana Anda menyiapkan protap khusus agar Asisten dan atau Petugas lain dapat melakukan pelayanan/penyerahan obat (resep) kepada pengunjung/pasien ? Mengapa ? 4) Jika Anda sedang berhalangan, bagaimana Anda mengatur pelayanan resep atas pasien ? Mengapa demikian ? 5) Jika Anda dan Asisten Anda sedang berhalangan, bagaimana Anda mengatur pelayanan resep atas pasien ? Mengapa ? 6) Bagaimana cara Anda menggali informasi dari pasien agar resep yang Anda terima dapat memenuhi rasionalitas klinis dan farmasetis ? 7) Jika suatu resep mengalami masalah, apa saja yang perlu Anda sampaikan kepada pasien, asisten, karyawan lain dan dokter penulis resep ? 8) Apa yang dapat Anda jelaskan kepada asisten jika menghadapi pasien yang
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
63
meminta obat hipertensi pada saat Anda tidak ada di tempat ? 9) Apa saja yang perlu Anda periksa untuk menentukan apakah suatu resep itu sah atau tidak serta rasional atau tidak ? 10) Bagaimana Anda mengatur jadwal kerja bagi diri sendiri dan para pembantu Anda agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan sebagaimana mestinya ? Kapankah waktu yang paling tepat bagi Anda untuk datang ke Apotek ? Berikan alasan-alasan Anda ! Penilaian oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker Pengurus DaerahRekomendasi Daerah atas item G (skor max 100) :
......................
H. Hasil Penilaian Verifikasi Berdasarkan wawancara dan pengamatan obyektif atas Kondisi Umum Praktik Kefarmasian (E) dan Instrumen/Dokumen Kelengkapan Praktik 15. Kefarmasian (F), Tim Rekomendasi Cabang Kabupaten/Kota .......................................................................... memberikan penilaian sebesar :
Skor Tertinggi = 100
Skor Tertinggi = 100 Berdasarkan jawaban atas pertanyaan mengenai 16. Penerapan Praktik Kefarmasian (G), Tim Rekomendasi memberikan penilaian sebesar :
Nilai Rata-rata E, F dan G :
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
64
LAMPIRAN 7 : CONTOH PORTOFOLIO
Lembar Portofolio RESERTIFIKASI APOTEKER Ikatan Apoteker Indonesia
Nama : …………………..
No Anggota : ……………………..
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
65
Data Pribadi Nama
:
__________________________________________
Tempat/tanggal lahir
:
__________________________________________
Status
:
Menikah/Belum Menikah *
Agama
:
__________________________________________
Alamat tempat tinggal
:
__________________________________________
Alamat surat menyurat`
:
__________________________________________
Alamat email
:
__________________________________________
No telp /Hp
:
__________________________________________
Riwayat Pendidikan Formal Tahun
Strata/ Profesi
Institusi Pendidikan
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
Deskripsi
66
Penghargaan Pengalaman Akademis
Tahun
Penghargaan
Pemberi
Deskripsi Penghargaan
Penghargaan
Penghargaan dan pencapaian profesional Pendidikan Profesi Tersertifikasi Tahun
Sertifikat
Pemberi Sertifikat
Ketrampilan atau ilmu pengetahuan yang didapat
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
67
Keikutsertaan dalam Lokakarya/seminar/pelatihan
Tahun
Lokakarya/seminar/pelatihan
Lembaga
Ketrampilan atau
Penyedia
ilmu pengetahuan yang didapat
Publikasi dalam konferensi
Tahun
Konferensi
Lembaga
Judul presentasi
Penyelenggara
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
68
Pengalaman sebagai Pembicara
Tahun
Forum
Talks or
Judul presentasi
Presentation
Riwayat Pekerjaan
Periode
Pemberi
Kerja
Kerja
Posisi
Ketrampilan dan
Nilai tambah yang
ilmu pengetahuan
diberikan dalam layanan
yang didapat
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
69
Perencanaan Pendidikan Berkelanjutan Topik yang
Sumber
Rencana
Rencana untuk
Waktu aktual
Lembar aktivitas
ingin
Pembelajaran
untuk mulai
mengakhiri
realisasi
setiap CPD
dipelajari
digunakan
melakukan
CPD : Continuing Professional Development
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
70
Lembar Aktivitas Setiap CPD
Tanggal pelaksanaan
:
Waktu yang direncanakan Topik
:
Stimulus
:
:
Hal apa yang membuat Anda tertarik mempelajari topik tersebut? □ Diskusi dengan sejawat atau profesi kesehatan lain □ Praktik pelayanan □ Self-assessment □ Feed back dari pelanggan □ Membaca literatur □ Melakukan penelitian □ Mengajar, mempersiapkan diri sebagai preceptor □ Mempersiapkan presentasi □ Ikut serta dalam program pendidikan berkelanjutan □ Lainnya : ....
Sumber Pembelajaran
:
Sumber apa yang akan Anda gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran? □ Belajar mandiri □ Membaca artikel/ jurnal □ Berdiskusi dengan rekan sejawat/ profesi kesehatan lain □ Lokakarya, pelatihan, seminar, konferensi □ Penelusuran pustaka □ Lainnya : ….
Pertanyaan refleksi
:
1. Ketrampilan atau ilmu pengetahuan apa yang sesungguhnya ingin dipelajari?
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
71
2. Mengapa tertarik mempelajari hal tersebut?
Tahap persiapan
:
1. Berapa lama tujuan pembelajaran tersebut diharapkan tercapai? ……………..hari
2. Seberapa penting topik tersebut mendukung pekerjaan Anda?
Gunakan tabel berikut ini untuk membantu mengidentifikasi tingkat kepentingan topik tersebut!!
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
72
Tidak
Rendah
Sedang
Penting
Sangat penting
penting samasekali Pengembangan diri Kepentingan pelanggan dalam layanan Kemajuan rekan sejawat Kemajuan institusi tempat kerja
3. Pilihan pembelajaran apa yang akan Anda usahakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut? Misalnya: belajar mandiri, mengikuti konferensi, mengikuti pelatihan. Anda dapat menggunakan lebih dari 1 metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Gunakan tabel berikut untuk membantu menganalisa metode pembelajaran yang Anda pilih. Pilihan
Deskripsi Aktivitas
Keuntungan
Kerugian
Kegiatan terpilih (√)
1 2 3 4 5.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
73
Tahap Pelaksanaan
:
Ketrampilan/ ilmu pengetahuan apa yang telah Anda dapatkan selama proses pembelajaran tersebut?
Tahap evaluasi
:
1. Apakah tujuan pembelajaran yang Anda dapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan? □ ya
□ tidak
2. Jika ya,seberapa pencapaian Anda? □ sepenuhnya tercapai
□ sebagian tercapai
3. Jika ya, berikan beberapa contoh tindakan yang akan Anda aplikasikan di tempat kerja.
4. Jika ya, keuntungan apa yang akan Anda berikan pada tempat kerja?
5. Jika ya, apakah Anda ingin mempelajarinya lebih dalam lagi?
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
74
6. Jika tidak dan sebagian tercapai, mengapa Anda tidak/ kurang dapat mencapai tujuan pembelajaran?
7. Jika tidak dan sebagian tercapai, apa yang akan Anda lakukan berikutnya? a. Tidak ada, saya merasa sudah cukup b. Mereview kembali proses yang sudah saya lakukan dan mencari penyebab kegagalan c. Mencari topik baru untuk dipelajari
Lembar Profil Riwayat Pelaksanaan CPD Tanggal
Jenis Aktivitas
Nama
Jumlah jam
Tujuan pembelajaran
Tindakan yang
Penyelenggara
yang
terpenuhi
akan
diperlukan
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
(ya/ tidak)
direncanakan
75
LAMPIRAN 8 PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) PADA MASA TRANSISI
A. KETENTUAN UMUM Bahwa untuk memberikan apresiasi bagi anggota yang telah menjalankan praktik profesinya serta aktif dalam peningkatan kompetensi profesinya melalui berbagai kegiatan seperti Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah maka perlu dibuat pedoman khusus resertifikasi bagi anggota tersebut. Dengan begitu bagi anggota yang telah menjalankan praktik profesinya serta aktif dalam peningkatan kompetensi profesinya mendapat perlakuan khusus dalam pengurusan perpanjangan Sertifikat Kompetensi Apoteker yang akan atau habis masa berlakunya. B. PERSYARATAN PEMOHON Pemohon yang dapat menempuh metoda sertifikasi ini adalah Apoteker yang sudah memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Telah Terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia 2. Telah memiliki Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa berlakunya 3. Telah memiliki poin Satuan Kredit Partisipasi (SKP) minimal 50 SKP selama 5 (lima) tahun yang diperoleh dari Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah dan dari kegiatan pengabdian masyarakat. C. TATA CARA 1. Pemohon mengajukan permohonan sebagai Peserta Resertifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI setempat dengan cara mengisi Formulir Registrasi Resertifikasi dan Formulir Self Assessment ( sebagaimana terlampir ) dengan melampirkan : Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
76
a. Fotocopy KTP yang masih berlaku b. Fotocopy KTA yang masih berlaku c. Fotocopy STRA yang masih berlaku d. Fotocopy Rekomendasi terakhir dari PC/PD IAI yang diperoleh e. Fotocopy SIA/SIPA/SIKA terakhir yang diperoleh f.
Fotocopy SK Pengangkatan Pegawai (bagi pemohon di RS/PBF/Industri)
g. Fotocopy Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker yang akan habis masa berlakunya h. Fotocopy sertifikat Kegiatan Ilmiah Lisan (Simposium/Temu Ilmiah, Seminar, Lokakarya, Semiloka, Diskusi Panel, Pertemuan Klinik dan Penataran Etik Profesi) serta publikasi dalam Konferensi/Konggres Ilmiah. 2. Pemohon membayar biaya registrasi sebesar Rp. 100.000,- ( seratus ribu rupiah ) kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat guna keperluan verifikasi data dan isian self assesment 3. Pemohon membayar biaya resertifikasi sebesar Rp. 500.000,00 ( lima ratus ribu rupiah ) kepada PP-IAI melalui PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat 4. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melakukan verifikasi terhadap permohonan yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan diterima, meliputi verifikasi permohonan dan Self Assessment serta dokumen terlampir. 5. PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat menyampaikan secara tertulis hasil verifikasi kepada pemohon melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dilakukan verifikasi , dengan ketentuan hasil sebagai berikut : a. Ter-Sertifikasi ( Certified ), artinya anggota tersebut lolos verifikasi dan berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker atau b. Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ), artinya anggota tersebut tidak lolos verifikasi dan tidak berhak memperoleh Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker 6. Pemohon yang memperoleh hasil Tidak Ter-Sertifikasi ( Un-Certified ) berhak melakukan klarifikasi kepada PD-IAI / Panitia Resertifikasi setempat melalui PC-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diterima pemohon. 7. PD-IAI setempat mengajukan permohonan blanko sertifikat kompetensi kepada PPIAI dengan melampirkan softcopy : Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
77
-
Formulir Registrasi Resertifikasi,
-
Formulir Self Assessment
8. PP-IAI mengirimkan blanko sertifikat kompetensi kepada PD-IAI setempat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima. 9. PD-IAI setempat menyerahkan Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker kepada pemohon melalui PC-IAI setempat
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
78
LAMPIRAN 9 TABEL SATUAN KREDIT PARTISIPASI UTK RESERTIFIKASI APOTEKER UNTUK APOTEKER DI SARANA PRODUKSI (INDUSTRI FARMASI)
Resertifikasi Apoteker Industri dilakukan setiap lima tahun, terhitung dari bulan di mana SERTIFIKAT APOTEKER terakhir diperoleh. Resertifikasi dilakukan dengan mengumpulkan SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang didapatkan melalui kegiatan-kegiatan sebagai PROFESIONAL, PEMBELAJARAN, PENGABDIAN MASYARAKAT, PUBLIKASI ILMIAH, PENGEMBANGAN ILMU. Untuk bisa mendapatkan resertifikasi, sekurang-kurangnya dalam LIMA TAHUN terkumpul 150 SKP. Idealnya setahun terkumpul sekurang kurangnya 30 SKP.
Daftar Kegiatan dan Perolehan SKP nya
Kegiatan KELOMPOK KEGIATAN PROFESIONAL : Kegiatan Praktik Kefarmasian dalam konteks Industri Farmasi Bekerja dalam Lingkungan Industri Farmasi sebagai karyawan/konsultan Part Time Jumlah SKP untuk tiap 30 mandays kehadiran aktif Bekerja dalam Lingkungan Industri Farmasi sebagai Karyawan Tetap full time dalam jabatan teknis (QC,QA, Produksi,RnD, Regulatory, Purchasing API, Tech transfer, PPIC)
SKP Maks Point per SKP tahun
12
Surat Keterangan Perusahaan/Per janjian kerja
3
12
Surat Keterangan Perusahaan/Per janjian kerja
2
8
1
Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan kebawah) Menjabat sebagai Apoteker Pen Jawab (Prod, QA atau QC) Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan ke bawah) - Ditambahkan thd SKP utk kategori di atasnya Menjabat sebagai Manajer utk Dept Teknis Jumlah SKP untuk satu triwulan (dibawah satu triwulan dibulatkan kebawah)- Ditambahkan thd SKP utk kategori di atasnya Maksimal Total SKP per tahun KEGIATAN PEMBELAJARAN: Kegiatan dengan maksud meningkatkan KOMPETENSI kefarmasian dalam lingkup Farmasi Industri Training Teknis tatap muka yang Relevant dng Pekerjaannya dlm subject Industri Farmasi
Bukti minimal yang diakui (Bisa diminta bukti2 lain)
1
4
Surat Keterangan perusahaan/Per janjian Kerja
20
1
no limit
Sertifikat
Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
79
Training Teknis tatap muka dalam subject Industri Farmasi,tidak terkait langsung dengan pekerjaannya tetapi menambah pengetahuannya mengenai bidang yang terkait dng industri farmasi
0.5
no limit
Sertifikat
Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka Training Non Teknis yang bisa menunjang pekerjaannya dalam industri farmasi
0.25
no limit
Sertifikat
1
no limit
0.25
no limit
5
no limit
3
no limit
Jumlah SKP setiap hari Training Tatap muka Program jenjang S2/S3 Kefarmasian Jumlah SKP per SKS pembelajaran dalam tahun berjalan Program Internship, Kunjungan Kerja, Pameran Kefarmasian SKP per kunjungan
Hadir dalam Kongres Ilmiah Farmasi Internasional
Hadir dalam Kongres/Conference Ilmiah Farmasi Nasional Maksimum Total SKP per tahun KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT: Kegiatan pengamalan ilmu secara voluntir (kegiatan tanpa motif penghasilan) yang dimaksudkan untuk memberikan sumbangan profesi farmasi kepada masyarakat (baik masyarakat farmasi, maupun masyarakat luas) Aktif sebagai Pengurus Organisasi Resmi Kefarmasian pada tingkat Nasional, Daerah atau Cabang (IAI, GPF, ISPE) SKP untuk setahun kepengurusan (bila kurang dari 0,5 tahun dibulatkan ke bawah, lebih dari 0,5 tahun dibulatkan ke atas) Aktif sebagai Pengurus Organisasi Seminat Kefarmasian (Hisfarin, QA/QC Club, FKR) SKP untuk setahun kepengurusan (bila kurang dari 0,5 tahun dibulatkan ke bawah, lebih dari 0,5 tahun dibulatkan ke atas) Pembicara/Penyuluh ttg Obat dalam event publik non farmasi (SKP per event) Partisipasi dlm Aktivitas Pengabdian Masyarakat lainnya ttg obat (SKP/event) Maksimum Total SKP per tahun KEGIATAN PUBLIKASI / PRESENTASI KEFARMASIAN: Kegiatan Publikasi dan Penyajian Makalah yang terkait dengan lingkup Farmasi Industri Publikasi Internasional dalam Journal Peer Review Internasional untuk bidang yang dikuasainya Presentasi dalam event Kefarmasian Internasional untuk bidang yang dikuasainya Publikasi /Presentasi Kefarmasian dalam Publikasi non internasional untuk bidang yang dikuasainya Publikasi Farmasi yang lain (makalah populer, informasi obat etc) Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
Bukti Kunjungan Bukti Keikutsertaan/S ertifikat Bukti Keikutsertaan/S ertifikat
20
4
no limit
Surat Pengangkatan/ bukti2 lain
2
no limit
surat Keterangan
1 0.5
no limit no limit 6
3 2 1 0.5
no limit no limit no limit no limit 80
6
Maksimum Total SKP per Tahun KEGIATAN PENGEMBANGAN KEILMUAN: Partisipasi dalam Kegiatan Pengembangan Ilmu Kefarmasian, khususnya Farmasi Industri Mendapatkan hak PATENT kefarmasian SKP untuk setiap nomor patent (patent yang sama di berbagai negara dinilai sebagai satu nomor) Pengajar mata kuliah yg terkait Farmasi Industri di Universitas/Lembaga Pendidikan Resmi
5
1
SKP untuk 1 SKS Penguji dalam Ujian Komprehensif Apoteker (SKP per kegiatan) Pembimbing Skripsi (SKP per partisipasi)
0.5 1
no limit
Bukti Patent
no limit no limit no limit
Menjadi Pembimbing PKL Industri 0.5 SKP untuk per mahasiswa bimbingan dng masa PKL 2 bulan Maksimum TOTAL SKP PER TAHUN yang dapat dikumpulkan
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
no limit 50
81
LAMPIRAN 10 EVALUASI DAN RESERTIFIKASI KOMPETENSI APOTEKER PADA SARANA DISTRIBUSI Pendahuluan Apoteker Indonesia yang melakukan Praktik/Pekerjaan kefarmasian di bidang Distribusi Sediaan Farmasi harus mempunyai kompetensi dasar di bidangnya. Untuk itu Hisfardis telah merumuskan Kompetensi Utama yang harus Dimiliki oleh Apoteker di Bidang Distribusi.
Harapannya Rumusan kompetensi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan sertifikasi dan resertifikasi Apoteker Yang akan Bekerja di bidang distribusi Farmasi. Disadari adanya variabilitas infrastruktur yang sanagt besar diantara PBF yang ada Di Indonesia maka mungkin belum semua kompetensi dapat dijalankan dengan sempurna
KOMPETENSI UTAMA APOTEKER DI DISTRIBUSI
1. Dapat Melakukan Praktik Kefarmasian di distribusi secara profesional , ber-etika dan sesuai peraturan/hukum yang berlaku 2. Mampu melakukan proses pengadaan Sediaan Farmasi secara baik dan Legal 3. Mengetahui dan mampu melakukan penyimpanan sediaan farmasi secara baik dan benar 4. Mampu melaksanakan sistem dan proses pendistribusian sediaan farmasi secara baik, benar dan tepat sasaran 5. Mampu melaksanaan pemusnahan sediaan Farmasi yang kadaluwarsa dan rusak, secara benar dan aman 6. Mampu mengelola prosedur “penarikan-kembali” suatu produk (Product recall/withdrawal) secara baik dan benar 7. Mampu mengidentifikasi dan melaporkan adanya kemungkinan penyalahgunaan obat dan pemalsuan obat di jalur distribusi.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
82
Penjabaran 7(tujuh) Kompetensi utama Apoteker Indonesia di bidang Distribusi
Seorang Apoteker yang bekerja di distribusi Sediaan Farmasi harus mengetahui dan bisa melakukan :
1. Praktik kefarmasian di distribusi yang profesional , ber-etika dan sesuai peraturan/hukum yang berlaku
Kriteria Kerja (Performance Criteria)
Unjuk Kerja/ Kriteria penilaian (Key Behavior)
Selalu Mengikuti UU/Peraturan yang berlaku ,yang berhubungan dengan praktek kefarmasian di bidang Distribusi
Mampu menjelaskan UU/Peraturan yang berlaku sehubungan dengan pekerjaan kefarmasian di distribusi (mengetahui konsekuensi apa jika UU/Peraturan itu dilanggar, serta paham bagaiman cara untuk memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh UU/Peraturan yang berlaku)
Selalu bersikap dan menganggap kesehatan pasien/konsumen sebagai prioritas utamanya.
Mampu menggunakan pengetahuan kefarmasiaannya untuk mencegah adanya pasokan dan distribusi sediaan farmasi yang akan dapat merugikan kesehatan pasien dan konsumen, terutama jika ada indikasi penyalahgunaan obat dan pemalsuan obat a)
Mampu secara mandiri bertindak profesional sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan “stakeholder” lainnya pada profesi apoteker di distribusi
Mencapai dan mempertahankan standar tertinggi pelayanan profesional di bidang distribusi b) Menunjukkan kemampuan untuk memberikan saran sediaan farmasi, memberikan saran profesional tentang penyimpanan dan distribusi sediaan farmasi sesuai standar kefarmasian yang ada , seperti Cara tentang sistem dan metode yang Distribusi Obat Yang baik (GDP=Good distribution Practice) digunakan di distribusi sediaan dan Cara Penyimpanan yang Baik (GSP = Good Storage farmasi Practices) – Punya sertifikat peserta pelatihan GDP/CDOB Bersikap Profesional dan menjunjung integritas dengan mematuhi prinsip-prinsip etis dalam pendistribusian sediaan Farmasi yang dipandu oleh Kode Etik Apoteker
a)
Mampu menjelaskan dan memahami Kode Etik apoteker yang mandasari praktek kefarmasian di distribusi
b)
Mampu mengenali dan menghindari/mengatasi kondisi kerja yang mengganggu pelaksanaan praktek kefarmasian yang etis di distribusi.
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
83
2. Pengadaan Sediaan Farmasi yang baik dan legal Kriteria Kinerja (Performance Criteria)
Mengerti tentang prosedur , kebijakan dan tata-cara pengadaan sediaan farmasi di rantai distribusi
Mengerti prinsip-prinsip yang mendasari pemilihan sediaan farmasi yang akan dibeli, sehingga menjamin kualitas produk dan pasokan produknya
Mengerti proses pengelolaan persediaan (stocks) yang cukup dan memadai
Unjuk Kerja/Kriteria Penilaian (Key Behavior) a)
Mampu Menjelaskan dan melaksanakan prosedur, kebijakan dan tata cara pengadaan / pembelian sediaan farmasi di rantai distribusi
b)
Mampu menjelaskan dan melaksanakan persyaratan legal sesuai UU/peraturan yang berlaku dalam proses pengadaan / pembelian sediaan farmasi di rantai distribusi
c)
Mepunyai catatan/rekord pembelian/pengadaan Obat yang melibatkan peran APoteker (misal PO telah ditandatangani oleh Apoteker Ybs.)
Mampu menjelaskan dasar-dasar pemilihan dalam pembelian sediaan farmasi melalui evaluasi yang sistematis berdasarkan kriteria yang ada, misal : -
“safety profile”
-
“reliability of Source”
-
dan lain-lain
Mampu memperkirakan dan menentukan tingkat jumlah persediaan yang cukup dan memadai untuk kelancaran distribusi
3. Penyimpanan Sediaan Farmasi secara baik dan benar Kriteria Kinerja (Performance Criteria)
Unjuk Kerja – Kriteria Penilaian (Key Behavior)
Menggunakan pengetahuan kefarmasiaannya untuk dapat menyimpan sediaan farmasi dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, seperti : temperature, kelembaban,cahaya dsb.
Mampu mengidentifikasi dan mengerti berbagai kondisi penyimpanan dari sediaan farmasi untuk menjaga stabilitas dan kualitasnya
Mengerti pentingnya perawatan peralatan yang digunakan untuk penyimpanan sediaan farmasi (misal : refrigerators dan freezers)
Mampu menjelaskan prosedur dan kebijakan dalam pemeliharan peralatan yang berhubungan dengan penyimpanan sediaan farmasi
Mengerti pentingnya pengawasan dan monitoring kondisi penyimpanan sediaan farmasi (misal : suhu dan kelembaban)
Mampu merumuskan,menjelaskan dan menggunakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk me-monitor kondisi penyimpanan (suhu,kelembaban dsb.)
Mengerti prosedur kerja yang harus dilakukan jika terjadi masalah / kegagalan di peralatan penyimpanan
Mampu menyusun dan menjelaskan rencana kerja yang harus dilakukan jika terjadi permasalahan pada peralatan penyimpanan, misal : refrigerator rusak atau listrik mati
Mengerti peraturan tentang tata cara penyimpanan khusus untuk sediaan farmasi tertentu, misal : Prekusor, Narkoba dsb.
Mampu menjelaskan peratururn/UU yang khusus mengatur tatacara penyimpanan yang spesifik untuk sediaan farmasi tertentu (misal : prekusor, narkoba dsb)
Mengerti persyaratan keamanan kerja , termasuk prosedur untuk menangani bahanbahan berbahaya didalam proses penyimpanan
Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan persyaratan , perlengkapan kerja dan cara kerja yang aman sehubungan dengan penanganan dan penyimpanan produk berbahaya ( Seperti: Obat kanker yang toksik, Bahan yang mudah terbakar dsb)
Mengidentifikasi resiko buruk yang mungkin
Mampu
mengidentifikasi
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
dan
menjelaskan
resiko
84
muncul dalam pemakaian obat akibat penanganan dan penyimpanan obat yang tidak memadai
kesalahan/kegagalan pengobatan akibat penyimpanan obat yang tidak memadai
Mengidentifiksi resiko atau masalah keamanan (security) dalam penyimpanan sediaan farmasi
Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan melaksanakan prosedur/kebijakan untuk mengamankan obat dari penyalahgunaan dan pencurian selama dalam penyimpanan
4. Melaksanankan
penanganan
dan
sistem dan proses pendistribusian sediaan Farmasi secara
baik, benar dan tepat sasaran Kriteria Kompetensi (Performance Criteria)
Kemampuan yang diharapkan (Key Behavior)
Memahami bagaimana caranya sediaan farmasi diberikan atau didistribusikan kepada yang memesan / pengguna
Mampu menjelaskan dan menggambarkan alur kerja/proses pendistribusian sediaan farmasi
Memahami ketentuan hukum / peraturan dalam pendistribusian sediaan farmasi kepada pemesan/pengguna
Mampu u menjelaskan persyaratan hukum / peraturan untuk pendistribusian sediaan farmasi kepada yang memesan/pengguna(Punya Buku Peraturan/perundangan Yang up to date)
Menganalisa dan memverifikasi pemesanan sediaan farmasi
proses
a)
Mampu memverifikasi kebenaran pesanan (order), serta mampu me-masok (supply) sediaan farmasi /obat yang tepat untuk orang/kustomer yang tepat pada jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat
b)
Mampu mengambil keputusan yang tepat jika ada peraturan untuk membatasi pesanan untuk sediaan farmasi tertentu
c)
Mampu memverifikasi apakah jumlah permintaan pasokan dari pemesan sesuai dengan otorisasi yang dipunyainya untuk mendistribusikan / menjual sediaan farmasi tersebut (ada bukti DO yang ditandatangani/melibatkan Apoteker secara aktif)
Mengenali dan dapat mengetahui proses penanganan dan transportasi sediaan farmasi yang kurang memadai yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan dan kerusakan produk.
Mampu menggambarkan apa saja penanganan dan transportasi sediaan farmasi yang tidak memadai , dan mampu menjelaskan konsekuensi / akibat dari penanganan / tranportasi yang kurang benar tersebut .(misal : titik-titik kritis dari cold chain untuk vaksin)
Memahami isu-isu keamanan (security) yang berkaitan dengan distribusi sediaan farmasi untuk mencegah penyelewengan pendistribusian (diversion).
Mampu mengiidentifikasi dan menggambarkan kejadian-kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan terjadinya penyelewengan distribusi (diversion)
5. Melaksanakan pemusnahan sediaan Farmasi yang kadaluwarsa dan rusak secara benar dan aman
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
85
Kriteria Kinerja (Performance Criteria)
Unjuk Kinerja dan Kriteria Penilaian (Key Behavior)
Memahami kondisi-kondisi yang mengharuskan suatu sediaan farmasi dimusnahkan (misal : Kadaluwarsa, rusak atau usang)
Mampu menjelaskan kondisi-kondisi dimana suatu sediaan farmasi harus dimusnahkan ( misal : Kadaluwarsa, rusak atau usang)
Memahami hukum dan persyaratan keselamatan dalam pemusnahan sediaan farmasi, termasuk obat keras, bahan berbahaya, sitotoksik, radiofarmasi dan sediaan biologi/vaksin.
Mampu menjelaskan peraturan/hukum, persyaratan keselamatan dan prosedur dalam pemusnahan sediaan farmasi, termasuk obat keras, bahan berbahaya, sitotoksik, radiofarmasi dan sediaan biologi/vaksin.
6. Mengelola “penarikan kembali” produk ( product recall / withdrawal) secara baik
dan benar Kriteria Kinerja (Performance Criteria)
Unjuk Kerja / Kriteria penilaian (Key Behavior)
Memverifikasi dan mempelajari informasi mengenai “penarikan-kembali” produk (product recall / withdrawal)
Mampu menjelaskan tindakan apa saja yang mungkin dan harus dilakukan sehubungan dengan adanya informasi penarikan-kembali suatu produk
Memahami prosedur dan “penarikan-kembali” produk
penanganan
a)
Mampu menjelaskan prosedur dan dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan penarikankembali suatu produk dari berbagai tingkat distribusi (whole-saler atau retailer), baik yang sukarela (voluntary) maupun yang wajib (mandatory)
b)
Mampu menjelaskan dan menemukan data-data untuk kepentingan penarikan produk, misalnya kemana saja produk tersebut telah didistribusikan (nama dan alamat pemesan/outlet, jumlah pembelian dan tanggal pembelian)
proses
Menilai besarnya dampak/akibat dari penarikankembali suatu produk
Mampu untuk menilai besarnya “penarikan-kembali” suatu produk .
dampak
akibat
Mengelola informasi penting untuk disebarkan kepada semua pihak yang terkait (misalnya pelanggan,prinsipal, regulator atau tenaga kesehatan yang lain) sehubungan dengan “penarikan-kembali” produk
Mampu menjelaskan dan menyebar-luaskan informasi penting kepada pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan penarikan-kembali suatu produk
7. Mampu mengidentifikasi dan melaporkan adanya kemungkinan penyalahgunaan
Obat dan pemalsuan Obat di jalur distribusi Kriteria Kerja
Unjuk Kerja/ Kriteria penilaian
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
86
(Performance Criteria)
(Key Behavior)
Mengenali dan mengetahui jenis-jenis sediaan farmasi yang berpotensi tinggi untuk disalah-gunakan (abuse) dan dipalsukan
Mampu mengenali dan mengetahui jenis-jenis sediaan farmasi yang berpotensi tinggi untuk disalah-gunakan dan dipalsukan a)
Mampu menjelaskan peran dan tanggung jawab apoteker dalam kasus penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi
b)
Mampu menjelaskan tata-cara pelaporan dan penyelesaian kasus-kasus penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi
c)
Mampu mengidentifikasi dengan pihak mana saja seorang Apoteker harus bekerja-sama dalam penganan Penyalah-gunaan dan pemalsuan sediaan farmasi
Melaporkan temuan yang didapat sehubungan dengan pemalsuan dan penyalah-gunaan sediaan farmasi dengan cara dan mekanisme yang benar
Pedoman Sertifikasi dan Resertifikasi Kompetensi Apoteker
87