SEROPREVALENSI BRUCELLOSIS PADA SAPI DI RUMAH POTONG HEWAN TAMANGAPA KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
AININ ARSYILINI O11110106
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
i
SEROPREVALENSI BRUCELLOSIS PADA SAPI DI RUMAH POTONG HEWAN TAMANGAPA KOTA MAKASSAR
AININ ARSYILINI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI Judul Skripsi
: Seroprevalensi Brucellosis pada Sapi di Rumah Potong Hewan Tamangapa Kota Makassar
Nama
: Ainin Arsyilini
NIM
: O111 10 106
Disetujui Oleh, Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc NIP. 19480307 197411 7411 2 001
Drh. Saiful Anis NIP. 19771104 200604 1 001
Diketahui Oleh Dekan Fakultas Kedokteran
Ketua Program Studi
Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS B NIP. 19551019 198203 1 001
Prof.Dr. Drh. Lucia Muslimin, M. M.Sc NIP. 19480307 197411 2 001
Tanggal Lulus : 18 November 2014
iii
PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ainin Arsyilini
NIM
: O111 10 106
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa : a. Karya skripsi saya adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, 20 November 2014
Ainin Arsyilini
iv
ABSTRAK AININ ARSYILINI(O111 10 106). Seroprevalensi Brucellosis pada Sapi di Rumah Potong Hewan Tamangapa Kota Makassar. Dibimbing oleh LUCIA MUSLIMIN sebagai pembimbing utama dan SAIFUL ANIS sebagai pembimbing anggota. Brucellosis merupakan salah satu penyakit menular strategis di Indonesiayang dapat menyebar dalam populasi ternak, sehingga diperlukan survei dan monitoring secara teratur. Rumah Potong Hewan (RPH) yang merupakan tempat penampungan akhir dapat dijadikan salah satu sarana dalam upaya monitoring brucellosis. Penelitian dengan metode deskriptif ini bertujuan untuk menentukan seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) TamangapaKota Makassar.Sampel serum diambil dari 144 ekor sapi pada bulan Mei 2014 dan diuji menggunakanRose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) yang merupakan teknik dan rekomendasi Techniques for the Brucellosis Laboratory, Institute National de la Recherche Agronomique (INRAFrance).Pengambilan sampel darah sapi berdasarkan asumsi prevalensi 10%, dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%, kemudian dihitung dan didapatkan jumlah sampel 144 ekor sapi .Hasil penelitian menunjukkan dari 144 ekor sapi, 12 ekor (8,33%) positif pada pengujian RBT dan 10 ekor (6,94%) positif pada pengujian CFT. Dari penelitian ini didapatkan seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar sebesar 6,94%. Sapi positif berasal dari Kabupaten Bone 7 ekor (4,86 %), Kabupaten Bulukumba 1 ekor (0, 69 %), dan dari Pulau Flores (NTT) 2 ekor (1, 39 %). Kata Kunci :Brucellosis, Seroprevalensi, RPH Tamangapa.
v
ABSTRACT AININ ARSYILINI (O111 10 106).The Seroprevalence of Brucellosis in Cattle at Slaughter House Tammangapa Makassar City. Supervised by LUCIA MUSLIMINas prime supervisorand SAIFUL ANISas co supervisor. Brucellosis is one of the strategic contagious diseases in Indonesia that can be spread in cattle populations, so that the necessary surveys and monitoring on a regular basis. Slaughter house is the end of the shelter can be used as one tool in monitoring efforts brucellosis. This descriptive research method was aim to determine the seroprevalence of brucellosis in cattle at the slaughter house Tamangapa Makassar City. The serum taken from 144 cattle in May 2014 and tested using the Rose Bengal Test (RBT) and Complement Fixation Test (CFT) which is a technique and recommendation techniques for the Brucellosis Laboratory, Institute National de la Recherche Agronomique (INRA-France). Cattle blood sampling is based on the assumption of prevalence 10%, with a confidence level of 95% and an error rate of 5%, then counted and the number of samples obtained 144 cattle. The results showed than 144 head of cattle, 12 heads (8.33%) were positive in RBT testing and 10 heads (6.94%) were positive in the CFT. From this research, the seroprevalence of brucellosis in cattle at the slaughter house Tamangapa Makassar citywas 6.94%. Positive cattle come from Bone district 7 heads (4,86 %), Bulukumba district 1 head (0,69 %), and from Flores Island (NTT) 2 heads (1,39 %). Keywords: Brucellosis, Seroprevalence, Slaughter house Tamangapa
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Februari 1993 di Ujung Pandang dari ayahanda Drh. H. Djafar Muhammad, B.Sc dan ibunda Hj. Kusuma Rahayu. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 21 Barandasi pada tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Maros dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Maros. Penulis diterima di Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin pada tahun 2010 melalui ujian lokal. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan (HIMAKAHA) FKUH menjabat sebagai anggota divisi Dana dan Usaha pada periode 2011-2012. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan komunitas penyayang hewan peliharaan seperti Komunitas Penyayang Kucing (KPK) Makassar dan Indonesian Cat Asscosiation (ICA) Makassar.
vii
KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan salam diperuntukkan kepada Rasulullah Saw. Atas petunjuk dan Rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tak lepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Olehnya itu penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc, selaku Pembimbing Utama dan Drh. Saiful Anis, selaku Pembimbing Anggota yang dengan penuh kesabaran telah menuntun dan memberi masukan yang begitu berarti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc, selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi yang begitu berarti dari awal masuknya penulis dibangku kuliah hingga dalam penyelesaian tugas akhir. 3. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.Bs, Ketua Program Studi Kedokteran Hewan Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin M.Sc, dan seluruh staff pengajar beserta staff pegawai, yang telah menuangkan banyak ilmu dan banyak hal kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Kedoteran Hewan, dan juga banyak memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah dan urusan yang berkaitan dengan akademik. 4. Ayahanda Drh. H. Djafar Muhammad B.Sc dan ibunda Hj. Kusuma Rahayu, sembah sujud ananda sebagai ucapan terima kasih yang tak terhingga atas kesabaran, kasih sayang dan doa restu tulus diberikan dalam mengiringi langkah ananda. Untuk saudariku tercinta Farmelayanti, S.Pt dan Sarah Serita. Untuk Nenek, Tante, Om dan sepupu-sepupu khususnya Tante Fitrah dan adik Tiara. Terima kasih atas segala dukungannya. 5. Kepada seluruh teman-teman V-Gen, yang namanya tidak sempat dituliskan satu-persatu. Kalian adalah teman-teman yang sangat mengesankan . 6. Untuk Sahabat dekatku: Suharmita Darmin, Ety Fitriani, Nana Junita, Sri Ratna Sari Wulan, dan Saltia Syam A.md. Kalian telah banyak membantu sejak awal penulis menuntut ilmu di akademik ini. Terima kasih atas segala pengertian dan kesabaran kalian memberikan dukungan selama ini dalam menghadapi penulis, terima kasih atas kepercayaannya. Semoga persahabatan kita abadi. 7. Untuk para staff Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Makassar khususnya pak Syahrir dan Pak Sujutiserta para staff Balai Besar Veteriner Maros khususnya Drh. Siswani, Kak Ros dan Mirna selaku staff di Laboratorium Serologi BB-Vet Maros yang telah bersedia membantu penulis sehingga penelitian penulis dapat berjalan lancar. 8. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dan tak sempat penulis tuliskan satu persatu, terima kasih atas semuanya.
viii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dunia veteriner. Manusya Mriga Satwa Sewaka. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu Makassar, Agustus 2014 Penulis
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Penelitian Keaslian Penelitian Kerangka Konsep TINJAUAN PUSTAKA Brucellosis Epidemiologi Brucellosis di Indonesia Patogenesis Gejala Klinis Cara Penularan Diagnosis Serologis Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Materi Penelitian Sampel Alat dan Bahan Bahan Metode Penelitian Jenis Penelitian Pengambilan Sampel Pengujian Serologis Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x x x 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 7 8 9 11 12 14 14 14 14 14 15 15 15 15 16 16 17 17 21 25 25 25 26 29
x
DAFTAR TABEL Tabel 1. Simptom dan gejala klinin Brucellosis pada Manusia Tabel 2. Cara penularan beberapa strain Brucella dan hospesnya
9 11
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta epidemiologi Brucellosis di Indonesia tahun 2006 Gambar 2. Peta epidemiologi Brucellosis di Indonesia tahun 2010 Gambar 3. Situasi Brucellosis di Indonesia tahun 2013 Gambar 4. Situasi Brucellosis di Sulawesi Selatan tahun 2013 Gambar 5. Sampel Darah dan Serum Gambar 6. Alat dan Bahan Pengujian RBT dan CFT Gambar 7. Hasil Pengujian RBT Gambar 8. Hasil Pengujian CFT
5 6 6 7 18 18 19 19
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Langkah kerja pengujian serologis Lampiran 2. Kuisioner Lampiran 3. Jawaban Kuisioner Lampiran 4. Data perolehan sampel dan hasil uji brucellosis Lampiran 5. Dokumen Penelitian
29 30 32 33 37
1
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkenaan dengan tujuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan akan protein hewani, sapi yang merupakan salah satu sumber protein hewani tentu perlu ditingkatkan populasinya.Peningkatan populasi sapi dapat meningkatkan hasil ternak berupa daging, kulit ataupun air susu. Brucellosismerupakan salah satu penyakit ternak yang dapat menghambat peningkatan populasi karena disamping dapat menyebabkan keguguran juga dapat menurunkan produksi dan produktivitas ternak serta bersifat zoonosis. Brucellosis adalah penyakit infeksius yang mudah menular dan menyebar dalam populasi ternak, sehingga diperlukan survei dan monitoring secara teratur. Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan sebagai lokasi pengambilan sampel dalam upaya monitoring brucellosis karena ternak yang dipotong di RPH Tamangapa Kota Makassar berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan ataupun dari daerah lainnya di luar Sulawesi Selatan. Brucellosis telah menyebar ke berbagai wilayah sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi pengembangan peternakan akibat kematian dan kelemahan pedet, abortus, infertilitas, sterilitas, penurunan produksi susu dan tenaga kerja ternak serta biaya pengobatan dan pemberantasan yang memerlukan biaya yang cukup tinggi. Di Indonesia, brucellosis tersebar luas di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Pulau Bali sampai saat ini masih tergolong bebas brucellosis karena adanya pengawasan yang ketat berupa larangan pemasukan sapi jenis lain, berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk mempertahankan kemurnian sapi bali. Selain itu prevalensi brucellosis pada beberapa provinsi di Indonesia sangat bervariasi. Berdasarkan data dari Balai Besar Veteriner Maros (2013) bahwa prevalensi brucellosis di Sulawesi Selatan berkisar 10%-15%. Brucellasp. di Indonesia banyak menginfeksi sapi sehingga ditetapkan sebagai penyakit hewan menular strategis. Penyakit ini kurang disadari oleh peternak karena tidak menunjukkan tanda yang nyata sakit apabila dibandingkan dengan penyakit lain. Karekteristik ini menjadikan brucellosis dapat menyebar dengan mudah. Kerugian ekonomi industri peternakan sapi akibat brucellosis mencapai 138,5 milyar rupiah setiap tahun (Ditjennak, 2000). Bila tidak dilakukan pengendalian dengan baik maka negara akan dirugikan 385 milyar/tahun (Bahri dan Martindah, 2010). Brucellosis pada sapi harus dikendalikan agar populasi tidak menurun dan pengendaliannya diarahkan pada pencegahan berpindahnya dan menyebarnya agen penyakit serta mencegah adanya penderita baru. Ada dua strategi pemberantasan brucellosis berdasarkan tingkat kejadiannya yaitu apabila prevalensi reaktor lebih dari 2% dengan kategori tertular berat, maka metode pemberantasannya dengan cara vaksinasi, sedangkan pada daerah tertular rendah (prevalensi kurang dari 2%), dikendalikan dengan teknik uji dan potong bersyarat (test danslaughter). Vaksin yang digunakan dalam program pengendalian brucellosis pada sapi adalah vaksin B.abortus strain 19 (S19) dan vaksin RB 51. Vaksin B.abortus S19 merupakan strain (galur) hidup yang sudah
2
dilemahkan dan memiliki sifat stabil, dan memberikan proteksi terhadap infeksi 70-80% (Anonimus1, 2012). Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat menyebabkan muncul berbagai cara mendiagnosa brucellosis pada hewan maupun manusia. Diagnosa brucellosis dapat dilakukan dengan isolasi bakteri, uji serologis maupun biologis. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapaseroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH)Tamangapa Kota Makassar. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelusuran lebih lanjut asal sapi yang positif agar dapat menjadi dasar pengamatan dan penelitian lebih lanjut. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah : 1. Sumber Informasi Dapat digunakan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian dan penelusuran lebih lanjut terutama dalam upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan brucellosis di Sulawesi Selatan. 2. Aplikatif Penyakit brucellosis dapat ditekan sehingga populasi ternak sapi dapat meningkat dan hasil ternak berupa daging, kulit ataupun air susu dapat dioptimalkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 1.5 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar sebesar 10%.
3
1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar belum pernah dilakukan. Penelitian prevalensi brucellosis di Indonesia pernah dilakukan. Namun, tujuan dan lokasinya yang berbeda. Maria et al.(2010) pernah melaporkan prevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Belu, sedangkan Yaddi(2008) mengemukakan adanya kejadian brucellosis pada sapi perah di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. 1.7 Kerangka Konsep SAPI
SERUM
PENGUJIAN RBT
NEGATIF
POSITIF
PENGUJIAN CFT NEGATIF
POSITIF
ANALISIS DATA
4
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brucellosis Brucellosis merupakan penyakit yang sangat infeksius yang dapat menular dari hewan ke manusia melalui produk ternak yang terkontaminasi dan dapat pula menular melalui kontak langsung hewan yang terinfeksi secara inhalasi (Christopher et al., 2010). Brucellosis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa spesies dari genus Brucellasp.Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif intraseluler, nonmotil, tidak membentuk spora, aerob, berbentuk kokobasil (Mugabi, 2012). Mariana et al. (2010) mengemukakan bahwa ada 6 spesiesbakteri Brucella sp.yang dapat menginfeksi hewan, yaitu Brucella abortus, Brucella melitensis, Brucella suis, Brucella canis, Brucella ovis, Brucella neotomae. Brucellasp.tidak hanya mampu menginfeksi hospes yang spesifik pada hewan darat, tetapi dikonfirmasi telah diisolasi dari hewan akuatik. Penambahan spesies baru itu, antara lain Brucella ceti yang diisolasi dari cetaceans (bangsa ikan paus) dan Brucella penipedialis yang diisolasi dari penipeds (bangsa anjing laut)(Widiasih dan Budiharta, 2012). Pada manusia, Brucellasp.yang patogen adalah B. melitensis, B. abortus, B.suisdan B.canis(Mariana et al., 2010). Gejala klinis brucellosis pada manusia adalah demam undulant yang intermitten yang disertai malaise dan anoreksia (WHO, 2006). Brucellosispada sapi merupakan suatu penyakit gangguan reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Brucella abortus yang ditandai dengan abortus sehingga disebut juga penyakit keguguran menular (keluron menular) (Maria et al., 2010). Pada sapi bunting, Brucella abortus berkembang dengan pesat karena plasenta sapi tersebut menghasilkan suatu zat disebut erythritol yang diperlukan untuk perkembangbiakan Brucella abortus.Perkembangan bakteri ini menyebabkan plasentitis dan nekrosa kotiledon yang mengakibatkan abortus (Soeharsono, 2002). Taksonomi Brucella abortus, (Kusnila, 2009) adalah: Kingdom : Proteobacteria Class : Rhodospirilli Order : Rhizobiales Family : Brucellaceae Genus : Brucella 2.2 Epidemiologi Brucellosis Di Indonesia Di Indonesia secara serologis, brucellosis dikenal pertama kali pada tahun 1935, yang ditemukan pada sapi perah di Grati Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. BakteriBrucella abortus berhasil diisolasi pada tahun 1938. Pada tahun 1940, brucellosis dilaporkan muncul di Sumatera Utara dan Aceh, dikenal dengan sebutan sakit sane/radang sendi atau sakit burut/radang testis(Widiasih dan Budiharta, 2012).
5
Brucellosis sudah bersifat endemis di Indonesia dan kadang-kadang muncul sebagai epidemik pada banyak peternakan sapi perah di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Prevalensi antar wilayah di Indonesia sangat bervariasi tergantung manajemen pemeliharaan. Pada tahun 2006 beberapa wilayah seperti Bali, Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa telah dinyatakan bebas brucellosis. Pulau Kalimantan dan Sumatera bagian tengah (Riau, Kepulauan Riau, Jambi dan Sumatera Barat) sudah tidak ditemukan kasus dan sedang dalam persiapan menuju pembebasan brucellosis. Sedangkan Sulawesi, Aceh dan Nusa Tenggara Timur dinyatakan masih tertular brucellosis dengan prevalensi > 2%, seperti terlihat pada Gambar 1 (Dirkeswan, 2004).
Gambar 1.Peta Epidemiologi Brucellosis di Indonesia tahun 2006 (Dirkeswan, 2004).
Berdasarkan laporan BBVet Wates (2010) di Pulau Jawa kasus brucellosis terjadi di Kabupaten Boyolali, Klaten, Magelang, Salatiga, Surakarta dan Semarang. Penyebaran brucellosis di wilayah kerja BBVet Maros meliputi Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (BB-Vet Maros 2013).Kasus brucellosis di Lampung ada 1 kasus pada tahun 2009 dan 3 kasus di Bengkulu pada tahun 2010, prevalensi < 2% (BPPV Regional III 2010). Berdasarkan laporan BPPV Regional II (2010), kasus brucellosis di Sumatera Utara dan Acehtahun 2010, prevalensi < 2% namun dengan diterapkannya kebijakan testdan slaughter kemungkinan Pulau Sumatera bebas brucellosis dapat segera terwujud, seperti terlihat pada Gambar 2.
6
Gambar 2. Peta Epidemiologi Brucellosis di Indonesia tahun 2010.
Meskipun secara keseluruhan program pemberantasan berjalan lambat, akan tetapi sampai saat ini ada 14 provinsi yang dulunya memiliki tingkat prevalensi sangat rendah sudah dinyatakan bebas yaituBali, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Lombok pada tahun 2002. Pulau Sumbawa pada tahun 2006. Kalimantan, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau pada tahun 2009 serta Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011. Berdasarkan data yang tersedia, salah satu zona atau wilayah yang sedang dalam persiapan menuju pembebasan brucellosis karena tingkat prevalensinya sangat rendah yaitu Pulau Madura, prevalensi 0,04% pada tahun 2011, Provinsi Sumatera Utara, prevalensi 0,15% pada tahun 2011dan 0,00 % pada tahun 2012. Saat ini program pembebasan brucellosis memasuki tahap akhir di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Situasi brucellosis berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 3 dan khusus Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Gambar 4 (Direktorat Kesehatan Hewan, 2013).
Gambar 3.Peta Situasi Brucellosis di Indonesia tahun 2013(Direktorat Kesehatan Hewan, 2013).
7
Gambar 4.Peta Situasi Brucellosis di Sulawesi Selatan tahun 2013(Direktorat Kesehatan Hewan, 2013).
2.3 Patogenesis Bakteri dapat masuk dalam tubuh melalui penetrasi mukosa saluran pencernaan, mulut, saluran reproduksi dan selaput lendir mata. Setelah berhasil menembus mukosa, bakteri akan terbawa ke dalam sistem peredaran limfatik dan bersarang di dalam kelenjar pertahanan terdekat dengan lokasi masuknya, mengaktifkan komplemen sebagai sistem alternatif yang menghambat kematian sel. Setelah bakteri bereplikasi di dalam retikuloendoplasma, Brucellasp.dilepaskan dengan bantuan hemolisin dan menginduksi nekrosa sel. Bakteri ini mempunyai kemampuan yang unik untuk bertahan dari sel fagosit dan non fagosit kemudian bertahan di lingkungan intraseluler dengan menghindari sistem kebal dengan cara yang berbeda. Bakteri akan terlepas dari limfonodus dan menyebabkan septicaemia, jika Brucellasp.tidak hancur atau tetap berada di dalam limfonodus. Bakteriakan pindah ke organ lympho-reticular yang lain, seperti limpa, sumsum tulang, hati dan testes, untuk selanjutnya menghasilkan granuloma atau abses. Hal inilah yang menyebabkan brucellosis bersifat sistemik dan dapat melibatkan hampir seluruh organ. Bakteri yang berhasil lolos dari sistem pertahanan tubuh ini selanjutnya akan tersebar ke jaringan tubuh lainnya, seperti kelenjar ambing, melalui sistem peredaran darah (Kusnila, 2009). Kelenjar limfa supramamae akan tertular apabila kelenjar mammaenya sudah terserang. Setelah mengalami abortussekali atau dua kali, penderita dapat bunting secara sempurna, dengan pedet yang dilahirkan nampak sehat. Pada masa kebuntingan berikutnya uterus penderita tersebut mengalami infeksi secara teratur sepanjang masa kebuntingan. Infeksi yang demikian tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya abortus namun sapi-sapi betina yang demikian sangat berbahaya karena sapi-sapi tersebut nampak sehat dan tidak mengalami abortus, akan tetapi setiap kali melahirkan mampu membebaskan bakteri Brucella abortus dalam jumlah yang banyak dari saluran kelaminnya, hingga padang rumput dan tempat melahirkan pedet menjadi tercemar (Subronto, 2003).
8
2.4Gejala Klinis Penyebab utama brucellosis pada ternak ditentukan oleh umur hewan ketika terpapar infeksi dan tingkat keparahan infeksi yang ditentukan oleh jumlah bakteri serta tingkat virulensinya. Pada sapi, gejala klinis yang paling nampak yaitu terjadinya abortus pada umur kebuntingan 7 sampai 8 bulan. Umumya sapi hanya mengalami abortus satu kali saja pada kebuntingan yang berurutan. Meskipun demikian, induk sapi yang mengalami abortus tersebut masih dapat membawa Brucella abortus sampai dua tahun (Soeharsono, 2002). Brucellosis ini juga menyebabkan perubahan didalam mammae. Lebih dari separuh sapi-sapi yang titer aglutinasinya tinggi menunjukkan presentasi yang tinggi didalam mammaenya.Brucellosis ini menimbulkan lesi higroma terutama pada daerah sekitar lutut. Lesi ini terbentuk sebagai regangan sederhana bungkus sinovia pada persendian, yang berisi cairan jernih atau jonjot fibrin maupun nanah. Kemungkinan terjadinya higroma akibat adanya suatu trauma kemudian bakteriBrucellasp. yang berada didalam darah membentuk koloni didaerah persendian tersebut (Subronto, 2003). Brucellosis pada hewan jantan menyebabkan hipertropi atau atropi testis, libido menurun atau mandul, namun biasanya hewan jantan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis (Samkhan et al.,2012).Selain itu hewan jantan juga memperlihatkan gejala epididimitis, vesiculitis seminalis, orchitis atau abses pada testis (CFSPH, 2009). Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah (2011) menyatakan bahwa tanda-tanda klinis brucellosis pada sapi : a. Keluron menular yang dapat diikuti dengan kemajiran temporer atau permanen, keluron terjadi pada kebuntingan 5-8 bulan. b. Produksi air susu menurun. c. Mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius dan berwarna keruh. d. Pada kelenjar mammae tidak menunjukkan gejala klinis meski di dalam air susu terdapat bakteriBrucellasp. Hal ini dapat menyebabkan penularan pada manusia (menyebabkan demam undulan), meskipun tidak sampai menyebabkan keguguran pada ibu hamil. e. Hewan jantan memperlihatkan gejala epididimis dan orchitis (infeksi pada epididimis dan testis). Masa inkubasi brucellosis pada manusia bervariasi dari 5 hari sampai tiga bulan (CFSPH, 2009). Gejala yang mula-mula dirasakan adalah demam, merasa kedinginan dan berkeringat pada malam hari. Kelemahan tubuh dan kelelahan merupakan gejala yang umum dirasakan. Demam umumnya bersifat intermittent. Kesakitan umum, sakit kepala, nyeri otot leher, anoreksia, konstipasi, gelisah dan depresi mental sering di manifestasikan. Terkadang ditemukan pula batuk yang non-produktif dan pneumonitis. Jarang ditemukan orchitis atau osteomyelitis vertebralis pada penderita brucellosis. Pemeriksaan fisik umumnya ditemukan splenomegali, hepatomegali, dan limfadenopati. Umumnya, infeksi Brucella abortus lebih ringan dibandingkan dengan infeksi Brucella melitensis dan Brucella suis. Kesembuhan terjadi dalam waktu 3-6 bulan. Pada beberapa kasus, kesembuhan baru terjadi setelah satu tahun atau lebih (Mantur et al., 2008).
9
Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai memperpendek masa sakit dan menghindari kambuh. Kematian akibat infeksi Brucella abortus tidak lazim terjadi (Alhilalul, 2011).Simptom dan gejala klinis brucellosis pada manusia dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 1 (Noor, 2006). Tabel.1 Simptom dan gejala klinis brucellosis pada manusia Simptom
Demam Simptom konstitusional* Berkeringat Kedinginan Arthalgia Gastrointestinal** Sakit kepala Sakit pinggang Myalgia Batuk/sesak nafas Turun berat Badan Gejala syaraf*** Testicular
%
Gejala Klinis
%
98 94
Hepatosplenomegali Hepatomegali
41 (400) 38
Splenomegali Osteoarticular Bradycardia Adenopathy Neuro/CNS****
22 23 21 (530) 9 8
Orchitis/epididimitis Cutancous
6 (400) 3 (530)
85 79 53 51(400) 42 (400) 39 35 19 (400) 18 (400) 14 (400) 5
N = 930 *Anoreksia, asthenia, fatique, kelemahan, malaise **sakit perut, kontipasi, diare, muntah ***Anxiety, psychosis, depresi, insomnia ****Paralisis, rigidity,papilledema
Secara klinis, infeksi brucellosis dapat diklasifikasikan menjadi subklinis, akut, subakut dan kronis. Secara subklinis, biasanya tanpa gejala klinis dan diagnosis ditemukan secara tidak sengaja dengan uji serologis pada manusia yang banyak terlihat di bidang peternakan. Pada infeksi akut dan subakut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya pada infeksi Brucella abortus atau dengan komplikasi seperti pada infeksi Brucella melitensis. Gejala klinis masing-masing muncul setelah 2-3 bulan dan 3-4 bulan. Sedangkan pada infeksi kronis, diagnosis dibuat setelah gejala klinis muncul sampai satu tahun atau lebih dengan demam yang rendah dan neuropsychiatric (Noor, 2006). 2.5Cara Penularan Cara penularan yang paling banyak adalah melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita infeksi. Penularan bakteri Brucellasp. ini melalui jilatan dari sapi-sapi tersebut,
10
kemudian bakteri Brucellasp. dapat memasuki tubuh melalui selaput lendir konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat. Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri Brucellasp. Pejantan penderita dapat pula membebaskan Brucellasp.kedalam semennya, sehingga infeksi pada hewan betina dapat terjadi melalui perkawinan alami. Melalui inseminasi buatan infeksi akan segera terjadi bila semen yang tercemar oleh bakteri ini. Biarpun bakteri Brucellasp. telah dapat diisolasi dari berbagai jenis insekta, misalnya caplak, pinjal, kutu busuk, namun infeksi melalui serangga tersebut jarang terjadi. Penularan brucellosis juga dapat terjadi melalui air susu induk yang diminum oleh pedet sapi (Subronto. 2003). Brucellosis menyebabkan lebih dari 500.000 orang yang terinfeksi setiap tahun di dunia (Gwida et al., 2010). Resiko penularan dapat terjadi pada peternak, dokter hewan, pekerja rumah potong hewan, personil laboratorium dan manusia yang mengkonsumsi produk hewan yang terinfeksi, produk hewan yang tidak dipasteurisasi, atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (Akhvlediani et al., 2010; Gwida et al., 2010). Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Akbarmehr (2011) bahwa brucellosis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau melalui konsumsi produk hewani mentah yang terkontaminasi, susu yang tidak dipasteurisasi dan terutama keju lunak. Hewan yang terinfeksi akan menampung bakteri didalam susu, dan jika manusia makan atau minum produk asal hewan yang tak diolah dari hewan-hewan yang terinfeksi, maka manusia akan tertular brucellosis(Widiasih dan Budiharta, 2012).Brucellosis juga dapat ditularkan ke manusia melalui inhalasi organisme atau melalui kontak langsung dengan sekresi hewan yang terinfeksi. Bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi sekresi aerosol, melalui kulit, atau melalui paparan selaput lendir/konjungtiva dari sekresi yang terinfeksi (Mugabi, 2012). Cara penularan beberapa strain Brucella dan hospesnya yang disajikan pada Tabel 2 (Noor, 2006).
11
Tabel 2. Cara penularan beberapa strain Brucella dan Hospesnya Strain
Hospes utama
Hospes Lainnya
Simptom
Cara penularan
Penyakit Pada Manusia
Ingestion, beberapa veneral
Undulan feverdikontrol dengan antibiotik a Malta fever: fatal pada manusia
B. abortus
Sapi
Domba, kambing, babi, kuda, anjing, manusia, ungulate liar
Abortus pada 5 bulan kebuntingan
B. melitensis
Domba, kambing, kerbau
Sapi, babi, anjing, manusia, unta.
Abortus Ingestion trimester akhir, lahir lemah, mastitis (kambing).
B. ovis
Domba
B. suis
Babi
Sapi, kuda, anjing reindeer, caribou.
Abortus, infertilitas.
Ingestion dan veneral
B. canis
Anjing
Manusia
Abortus pada 40-60 hari
Veneral
Abortus jarang terjadi Menyebab kan kematian pada manusia. Ringan pada manusia.
2.6Diagnosis Serologis Berbagai cara pengujian telah dikembangkan dan dapat digunakan untuk mengenali kepekaan berbagai immunoglobulin yang ada pada penyakit brucellosis. Secara umum uji serologis telah digunakan dengan baik dalam menentukan diagnosa (Subronto, 2003). Deteksiantibodi spesifikdalam serumatau susumerupakan cara yang palingpraktis dalamdiagnosisbrucellosis. Metode yang palingefisien danhemat biayayaitu denganskriningsemua sampelmenggunakanujiyang murah dancepatsertacukup sensitif untuk mendeteksiproporsi yang tinggi darihewan yang terinfeksi. Sampelyang positif terhadapskriningkemudian diujilebih lanjut menggunakanuji yang lebih canggih (WHO, 2006).Uji serologi yang dapat dilakukan adalah Rose Bengal Presipitation Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), Complement Fixation Test (CFT), Milk Ring Test (MRT) dan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) (AusVetPlan, 2005; OIE, 2009).Kendala dalam uji serologis ini adalah munculnya reaksi positif palsu, reaksi silang dengan antibodi yang ditimbulkan oleh bakteri lain seperti Yersinia enterocolitica, E. coli, Vibrio choleraserta adanya antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi(Subronto 2003).Reaksi silang RBT dengan CFT
12
dapat diatasi dengan memodifikasi (Ag) Brucella sp. yang dilarutkan dalam larutan penyangga pH 3,65 (Kusnila, 2009). 2.7Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan 2.7.1 Pencegahan Menurut Direktur Kesehatan Hewan (2012), usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada tindakan sanitasi dan tata laksana : 1) Faktor sanitasi merupakan unsur penting dalam program pencegahan brucellosis. Tindakan sanitasi tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : a. Sisa-sisa abortus yang bersifat infeksius disuci hamakan dengan membakar fetus dan plasenta kemudian vagina yang mengeluarkan cairan harus diirigasi (disinfektan/antibiotik) selama 1 minggu, disinfektan yang dapat dipakai yaitu phenol, kresol, ammonium kuartener, biocid dan lisol. b. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami abortus. Apabila pejantan mengawini betina tersebut, maka penis dan preputium di sucihamakan, anak yang lahir dari induk penderita brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang sehat. Kandang ternak penderita dan peralatannya harus disucihamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan. 2) Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat “bebas brucellosis” dapat dimasukkan apabila setelah dua kali uji serologis dengan tenggang waktu 30 hari memberikan hasil negatif. Sedangkan ternak pengganti yang mempunyai sertifikat “bebas brucellosis” dilakukan uji serologis dalam selang waktu 60-120 hari setelah dimasukkan kedalam kelompok ternak. Selain itu pengawasan lalu lintas ternak sangat perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit kedaerah lain yang lebih luas. 2.7.2 Pengendalian Strategi pengendalian diperlukan untuk mencegah dan membebaskan wilayah dari brucellosis. Strategi pengendalian brucellosis sesuai dengan aturan internasional seperti OIE, WHO, FAO, SPS-WTO, CITES adalah (1) depopulasi hewan terinfeksi, (2) test and slaughter, (3) karantina dan kontrol penyebaran dan transportasi ternak, (4) perwilayahan daerah terinfeksi (zooning) dilakukan pada daerah tertentu di wilayah endemis, (5) Surveillance, untuk mengidentifikasi kelompok ternakyang belum diketahui statusnya dan dilakukan secara berkala, (6) perlakuan terhadap produk hewan dan produk sampingan hewan seperti fetus, membran fetus, dan cairan fetus yang terkontaminasi harus didisinfeksi, (7) disinfeksi pada peralatan dan kendaraan pangangkut, (8) kontrol satwa liar seperti tikus, rusa atau hewan lain yang merumput dengan hewan terinfeksi, dan (9) peningkatan kesadaran masyarakat secara sistematis untuk mencegah
13
kerugian yang lebih besar di masa mendatang (Widiasih dan Budiharta, 2012). 2.7.3 Pemberantasan Kebanyakan literatur tentang pola pencegahan dan pengendalian penyakit hewan berasal dari negara maju. Sesungguhnya tidak semua prinsip tersebut dapat diaplikasikan secara langsung pada kondisi peternakan di Indonesia. Karena diketahui adanya berbagai perbedaan antara peternakan di daerah maju dengan yang ada di Indonesia (kebanyakan beternak secara tradisional). Di Indonesia, tindakan stamping out sulit dilakukan, selain itu membutuhkan dana kompensasi yang besar juga kondisi sosial budaya yang belum dapat mendukung pelaksanaan tindakan tersebut (Widiasih dan Budiharta, 2012). Strategi pemberantasan didasarkan pada tinggi rendahnya prevalensi penyakit pada suatu daerah. Pada dasarnya, dikenal dua strategi pemberantasan. Apabila prevalensi reaktor ≥ 2%, maka pemberantasannya adalah dengan vaksinasi. Apabila prevalensinya <2% lazimnya diterapkan teknik test and slaughter, artinya setiap hewan diuji secara serologi dan yang bereaksi positif (reaktor) harus dieliminasi (Soeharsono, 2002).
14
3. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Potong Hewan (RPH) TamangapaKota Makassarsedangkan untuk pengujian serologi yang terdiri dari Rose Bengal Test(RBT) dilaksanakan di lapangan yaitu di RPHdan Complement Fixation Test (CFT)dilaksanakan di Balai Besar Veteriner Maros.Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei2014. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Sampel Sampel yang diuji adalah serum darahsapi yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar. Besaran sampel ditentukan dengan rumus (Martin et al., 1987):
? =
??? ??
Keterangan : n : Besaran sampel yang diperlukan p : Asumsi dengan tingkat kejadian q : 1-P L : Galat yang diinginkan atas perkiraan Dengan tingkat konfidensi 95%, galat yang diinginkan 0,05 dan asumsi prevalensi brucellosis di RPH Tamangapa Kota Makassar sebesar 10% dengan jumlah populasi 1800 ekor sapi. n : 4pq/L2 n : 4 x 0,1 x 0,9/ (0,05)2 n : 0,36/0,0025 n : 144 3.2.2 Alat dan Bahan 1. Pengambilan Sampel Alat yang digunakan adalah tabung venoject, handle (thorax), jarum venoject G.12. 2. Rose Bengal Test (RBT) Alat yang digunakan adalah plate porselen,mikropipet, tusuk gigi (pengaduk steril), timer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah desinfektan, akuades steril, kapas, alkohol, antigen Rose Bengal Test (Brucella abortus strain 99), serum kontrol positif dan kontrol negatif.
15
3. Complement Fixation Test (CFT) Alat yang digunakan adalah inkubator (37⁰C), penangas air, mikroshaker, plate mikrotiter bentuk U 96 lubang, pencuci plate mikro semi automatic, mikropipet, single channel 5-25 µl, 25-50 µl, 50-250 µl, multichannel 25-50 µl, 50-150 µl, dropper 25 µl, tip. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Brucella abortus antigen untuk CFT, sodium chloride (NaCl), sodium citrate, citric acid, sodium azide, magnesium chloride hexahydrate, barbital (5,5diethyl barbituric acid), complement (konsentrasi 10%), darah domba, hemolisin (pengenceran 1:100), glucose, boric acid (H3BO3), borax (Na2B407.10H20), sarbitol (C6H14O6.12H2O), calsium chloride dehydrate,barbital sodium (5,5-diethyl barbiturate), gelatin. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian mengenai seroprevalensi brucellosis pada sapi. Keberadaan antibodi Brucellasp. dalam serum dideteksi dengan menggunakan metode aglutinasi pada pengujian serologis Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT), sedangkan untuk mengetahui angka prevalensi brucellosis menggunakan rumus prevalensi. 3.3.2 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel darah dilaksanakan selama 1 bulan dengan besaran sampel 144 serum darah. Sampel darah diambil dari vena jugularis (dibagian leher) atau vena coccigea (dibagian ekor) dengan tabung vakutainer (venoject) yang dilapisi silicon, kemudian dibiarkan pada temperatur kamar sampai mengental dan terbentuk serum. Pengambilan sampel diperlakukan secara aseptis untuk menghindari pencemaran bakteri yang tidak diinginkan. Semua peralatan berupa tabung vakutainer dan perlengkapan laboratorium lainnya dipakai dalam kondisi steril. 3.3.3 Pengujian Serologi Sampel diuji menggunakan Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT) yang merupakan teknik dan rekomendasi Techniques for the Brucellosis Laboratory, Institute National de la Recherche Agronomique (INRAFrance), menggunakan antigen yang diperoleh dari PUSVETMAuntuk RBT dan antigen dari IDEXXuntuk CFT. RoseBengal Test (RBT) digunakan sebagai uji tapis/screening dan apabila dijumpai respon positif dalam pengujian, maka uji akan dilanjutkan menggunakan Complement Fixation Test (CFT) untuk konfirmasi. Pada saat pengujian di sertakan pula serum kontrol positif dan kontrol negatif sebagai quality control. Pengujian RBT dilakukan di lapangan yaitu Rumah Potong Hewan (RPH) sedangkan pengujian CFT dilakukan di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Maros.
16
3.3.4 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa hasil pemeriksaan ada atau tidaknya infeksibrucellosispada sapi melalui uji laboratorium dengan metode Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT). Selain itu juga dilakukan tanya jawab dengan petugas Rumah Potong Hewan (RPH)dan pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya menyangkutdata penunjang berupa asal hewan, identitas, jenis kelamin serta jumlah hewan yang dipotong setiap harinya. 3.3.5 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel serum positif dari populasi yang diuji dianalisis dengan menggunakan rumus perhitungan prevalensi, (Budiharta 2002):
? =
? × ???% ?
Ket : P : prevalensi F : Jumlah hewan yang sakit dalam populasi N : Besaran populasi
17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Perolehan Sampel Populasi sapi dikandang penampungan Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar sebelum dipotong pada saat dilakukan pengambilan sampel selama 5 (lima) kali kunjungan ada 357 ekor sapi, terdiri dari 233 ekor jantan (65,27 %) dan 124 ekor betina (34,73 %).Data populasi dan perolehan sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data populasi dan perolehan sampel darah sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar. Populasi Sapi Jantan
Populasi Sapi Betina
No
Kegiatan
1
21/5/2014
20
6
30,00
22
13
24/5/2014
61
2
3,28
36
25/5/2014
37
2
5,41
29/5/2014
39
10
5 31/5/2014 Total :
76 233
30 50
2 3 4
♂
Sampel
(%)
♀
Sampel
(%)
Total Populasi Sapi Total
Sampel
(%)
59,09
42
19
45,24
28
77,78
97
30
30,92
11
9
81,82
18
11
61,11
25,64
35
30
85,71
74
40
54,05
39,47 21,46
20 124
14 94
70,00 75,81
86 357
44 144
51,16 40,34
Pengambilan sampel darah sapi yang dipotong di RPH Tamangapa Kota Makassar dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Data populasi ternak sapi yang dipotong setiap hari sekitar 60-70 ekor. Sapi yang dipotong di RPH ini umumnya berasal dari Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan perhitungan secara epidemiologis dengan perkiraan prevalensi 10% diperlukan sampel sebanyak 144 ekor sapi dari perkiraan populasi sapi yang dipotong dalam satu bulan sebanyak 1.800 ekor. Sampel darah dan serum dapat dilihat pada Gambar 5.
18
(a)
(b)
Gambar 5. Sampel darah didiamkan beberapa menit dalam posisi dimiringkan sampai terbentukserum (a) sampel darah yang telah terbentuk serum posisi berdiri yang siap diuji RBT (b).
Sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 144 serum darah sapi yang berasal dari Kabupaten Bone 65 ekor (45,14%), Kabupaten Bulukumba 2 ekor (1,39 %) dan Kabupaten Gowa 1 ekor (0,69 %), jadi total sapi dari Sulawesi Selatanada 68 ekor (47,22%), sedangkan yang berasal dari PulauFlores (NTT) ada 76 ekor (52,78 %). Jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin sebanyak 94 ekor betina (65,27 %) dan 50 ekor jantan (34,72 %). 4.1.2 Pengujian Serologis Sampel serum yang diperoleh selanjutnya memasuki tahap pemeriksaan serologis, dimana pertama dilakukan screening test (uji tapis) berupa pengujian Rose Bengal Test (RBT) untuk semua sampel sebanyak 144 serum. Pemeriksaan serologisRBT menunjukkan hasil yang positif apabila terlihat aglutinasi sempurna berupa butiran berpasir (+++), aglutinasi sedang dengan tepi pinggiran lebar (++), aglutinasi butiran sedikit (+) dan tidak terbentuk aglutinasi (-). Alat dan bahan pengujian RBT dapat dilihat pada Gambar (6) sedangkan hasil pengujian RBT dapat dilihat pada Gambar (7). Pada Pengujian Complement Fixation Test (CFT) terlihat hasil positif bila tidak terjadi lisisdan hasil negatif bila terjadi lisis. Alat dan bahan pengujian CFT dapat dilihat pada Gambar (6) sedangkan hasil pengujian CFT dapat dilihat pada Gambar (8).Data perolehan sampel dan hasil pengujian RBT maupun CFT dapat dilihat pada Tabel 4.
(a) Gambar 6. (a) bahan dan alat uji RBT dan (b) bahan dan alat uji CFT
(b)
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 7.Hasil pemeriksaan RBT positif dengan adanya aglutinasi sempurna berupa butiran berpasir (+++) seperti pada well (lubang) 3, 4, 6 dan 8 aglutinasi sedang dengan tepi pinggiran lebar (++) seperti pada well (lubang) 1 dan 2dan tidak terbentuk aglutinasi (-) seperti pada well (lubang) 5 dan 7. Well (lubang) 9 merupakan kontrol negatif sedangkan well (lubang) 10 merupakan kontrol positif. (-)
(+)
Gambar 8. Hasil uji CFT terlihat hasil positif dimana tidak terjadi lisisdan hasil negatif dimana terjadi lisis.
20
Tabel 4. Data perolehan sampel dan hasil uji brucellosis No 1
2
Kabupaten/ Pulau Provinsi Sulsel 1.Bone
NTT
Perolehan Sampel 25 ♂ 40 ♀ Total 65 2.Bulukumba ♂ 2 ♀ Total 2 3. Gowa ♂ 1 ♀ Total 1 1.Flores 25 ♂ 51 ♀ Total 76 Total 144
Hasil Uji RBT CFT Pos (%) 8,00 3 2 2 12,5 6 5 5 9 7 7 10,77 0,00 50,00 1 1 1 1 1 1 50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,92 2 2 2 2 2 2 2,63 12 10 10 6,94
Hasil uji RBT dilapangan diperoleh positif 12 ekor (8,33%) dari populasi 144 ekor sapi di RPH Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Sapi jantan yang diuji ada 50 ekor dan positif 3 ekor (6,00 %) sapi asal Kabupaten Bone (Sulsel) dan 94 ekor sapi betina positif 9 ekor (9,57 %), sapi asal Kabupaten Bone (Sulsel) 6 ekor (6,38%), sapi asal Kabupaten Bulukumba (Sulsel) 1 ekor (1,06 %), dan sapi asal PulauFlores (NTT) 2 ekor ( 2,13 %) (lihat Tabel 4). Semua sapi yang positif uji RBTdiuji dilaboratorium dengan uji CFT dan menunjukkan positif brucellosis 10 ekor (83,3%), dimana terdapat 7 ekor (58,3%) sapi asal Kabupaten Bone, 1 ekor (8,3%) sapi asal Kabupaten Bulukumba dan 2 ekor (16,7%) sapi asal PulauFlores (NTT) dengan titer yang bervarisasi mulai dari 4/128 sampai 4/256 dan negatif 2 ekor (16,7%). Seroprevalensi brucellosis pada sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Prevalensi=
F ×100% N
Keterangan: F : Jumlah sampel positif brucellosis (10) N : Total jumlah sampel yang diperiksa (144) Prevalensi brucellosis = 6,94%
10 ×100% 144
_ ÉêÇ~ë~êâ~å= éÉêÜáíì åÖ~å= Çá= ~í~ë= ã ~â~= ÇáéÉêçäÉÜ= íáåÖâ~í= éêÉî ~äÉåëá= Äêì ÅÉääçëáë= ëÉÅ~ê~= âÉëÉäì êì Ü~å= Ç~êá= éçéì ä~ëá= ë~ã éäáåÖ= Çá= o me = q ~ã ~åÖ~é~=
ON
ÄÉêÇ~ë~êâ~å=ì àá=` c q ó~áíì =SKVQB =ENM=ÉâçêFK=p~éá=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉ=T=Éâçê= EQIUS B FI=ë~éá=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~=N=Éâçê=EMISVB F=Ç~å=ë~éá=~ë~ä=mì ä~ì c äçêÉë=Ek q q F=O=Éâçê=ENIPVB FK= QK N mÉã Ä~Ü~ë~å _ êì ÅÉääçëáë=íÉä~Ü=ÇáâÉå~ä=Çá=fåÇçåÉëá~=ëÉà~â=ä~ã ~=Ç~å=íÉä~Ü=Çáä~éçêâ~å=Ç~êá= ÄÉêÄ~Ö~á= Ç~Éê~Ü= íÉí~éá= ì åíì â= éÉåÖì àá~å= ÄÉäì ã = ëÉäì êì Üåó~= Ç~é~í= Çáä~âë~å~â~åK_ êì ÅÉääçëáë= Çá= fåÇçåÉëá~= íÉä~Ü= ã ÉåóÉÄ~ê= âÉ= ÄÉêÄ~Ö~á= ï áä~ó~Ü= ëÉÜáåÖÖ~=ã Éåáã Äì äâ~å=âÉêì Öá~å=Éâçåçã á=ó~åÖ=Åì âì é=ÄÉë~ê=Ä~Öá=éÉåÖÉã Ä~åÖ~å= éÉíÉêå~â~åK= h Éêì Öá~å= Éâçåçã á= áåÇì ëíêá= éÉíÉêå~â~å= ë~éá= ~âáÄ~í= Äêì ÅÉääçëáë= ã ÉåÅ~é~á=NPUIR=ã áäó~ê=êì éá~Ü=ëÉíá~é=í~Üì å=~âáÄ~í=âÉã ~íá~å=Ç~å=âÉäÉã ~Ü~å=éÉÇÉíI= ~Äçêíì ëI=áåÑÉêíáäáí~ëI=ëíÉêáäáí~ëI=éÉåì êì å~å=éêçÇì âëá=ëì ëì =Ç~å=íÉå~Ö~=âÉêà~=íÉêå~â= ëÉêí~=Äá~ó~=éÉåÖçÄ~í~å=Ç~å=éÉã ÄÉê~åí~ë~å=ó~åÖ=ã Éã Éêäì â~å=Äá~ó~=ó~åÖ=Åì âì é= íáåÖÖáEa áíàÉåå~âI=OMMMFK= ^ Äçêíì ë=é~Ç~=âÉÄì åíáåÖ~å=íêáã ÉëíÉê=~âÜáê=ã Éêì é~â~å=ÖÉà~ä~=âäáåáë=Ä~Öá=ë~éá= ó~åÖ==ã ÉåÖáÇ~é=éÉåó~âáí=Äêì ÅÉääçëáë=Ç~å=ã Éã ÄÉêáâ~å=âÉÅÉåÇÉêì åÖ~å=Çá~Öåçë~= âÉ~ê~Ü=íÉêëÉÄì í Ea áå~ë=mÉíÉêå~â~å=Ç~å=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~å=g~ï ~=q ÉåÖ~ÜI=OMNNFK= m~Ç~=ì ã ì ã åó~=éÉíÉêå~â=Ä~êì =ã Éåó~Ç~êá=Ä~Ü~ó~=Äêì ÅÉääçëáë=âÉíáâ~=íÉêà~Çá=áåÑÉâëá= ó~åÖ=ã ÉåÖ~åÅ~ã =âÉä~åÖëì åÖ~å=ÜáÇì é=íÉêå~â=ó~åÖ=ëì Ç~Ü=ä~Üáê=Ç~å=ó~åÖ=ëì Ç~Ü= ÄÉêâÉã Ä~åÖ=ã Éåà~Çá=ÇÉï ~ë~K=a áë~ã éáåÖ=áíì =éÉåó~âáí=áåá=~â~å=ã ì Ç~Ü=Çáäì é~â~å= âÉíáâ~=~Ç~åó~=âÉåó~í~~å=Ä~Üï ~=é~Ç~=âÉÄ~åó~â~å=âÉà~Çá~å=~Äçêíì ë=é~Ç~=â~ëì ë= Äêì ÅÉääçëáë=Ü~åó~=~â~å=íÉêà~Çá=ë~íì =~í~ì =Çì ~=â~äá=Ç~å=é~Ç~=âÉÄì åíáåÖ~å=ÄÉêáâì íåó~= ~â~å=ä~Üáê=åçêã ~ä Epì ÄêçåíçI=OMMPFK=a ÉåÖ~å=âÉåó~í~~å=áåáI=Çáí~ã Ä~Ü=âÉíÉêÄ~í~ë~å= éÉåÖÉí~Üì ~å=Ç~å=âÉë~Ç~ê~å=íÉåí~åÖ=Ç~ã é~â=Ç~êá=éÉåó~âáí=ó~åÖ=ã ì åÖâáå=íáã Äì ä= ëÉêí~= âÉë~Ç~ê~å= Ä~Üï ~= ë~éáJë~éá= íÉêëÉÄì í= ã Éêì é~â~å êÉ~âíçê= ó~åÖ= ã ~ã éì = ÄÉêíáåÇ~â=ëÉÄ~Ö~á=ëì ã ÄÉê=éÉåì ä~ê~å=ì åíì â=ë~éá=ó~åÖ=ä~áåI=Çáë~ã éáåÖ=áíì =ÜÉï ~å= àì Ö~=~â~å=ã Éåà~Çá=ã ~àáêK mêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=ÇáëÉíá~é=ï áä~ó~Ü=éÉêäì =Çáã çåáíçê=ëÉÅ~ê~=íÉê~íì ê=ì åíì â== ã ÉåÖÉí~Üì á==ÇáëíêáÄì ëá=Ç~å=íáåÖâ~í=éÉåó~âáíK=e ~ëáä=éÉåÉäáíá~å=áåá=ã Éåì åàì ââ~å= ëÉêçéêÉî ~äÉåëá= Äêì ÅÉääçëáë= é~Ç~= ë~éá= Çá= o ì ã ~Ü= mçíçåÖ= e Éï ~å= Eo me F q ~ã ~åÖ~é~h çí~=j ~â~ëë~ê=ëÉÄÉë~ê=SIVQB K=^ åÖâ~=íÉêëÉÄì í=ÄÉêÄÉÇ~=ÇÉåÖ~å=Ü~ëáä= éÉåÉäáíá~å=j ~êá~=et al. é~Ç~=í~Üì å=OMNM=Çá=h ~Äì é~íÉå=_ Éäì ÇÉåÖ~å=éêÉî ~äÉåëá= ó~åÖ= äÉÄáÜ= íáåÖÖá= ó~áíì = NQIVB I= íÉí~éáa áêÉâíçê~í= h ÉëÉÜ~í~å= e Éï ~å= EOMNPFã Éä~éçêâ~å=~åÖâ~ éêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=ó~åÖ=äÉÄáÜ=êÉåÇ~Ü=é~Ç~=ë~éá=Çá= mì ä~ì =j ~Çì ê~=ëÉÄÉë~ê=MIMQB =Ç~å=pì ã ~íÉê~=r í~ê~=ëÉÄÉë~ê=MINRB =é~Ç~=í~Üì å=OMNNK= o ÉåÇ~Üåó~=éêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=Çá=mì ä~ì =j ~Çì ê~=ÇáÇì Ö~=ÇáëÉÄ~Äâ~å=â~êÉå~= ~Ç~åó~=ä~ê~åÖ~å=ã Éã ~ëì ââ~å=ë~éáJë~éá=ëÉä~áå=ë~éá=ã ~Çì ê~=âÉ=mì ä~ì =j ~Çì ê~= ÇÉåÖ~å=~ä~ë~å=~é~éì å=ó~åÖ=Çá~íì ê=Ç~ä~ã =pí~~ÇÄä~~Ç=åçã çê=RTLNVPQ=àì åÅíç= pí~~ÇÄä~~Ç=åçã çê=NNRLNVPT=Ep~ã âÜ~å=et al.I OMNNFK=pÉÇ~åÖâ~å=ë~éáJë~éá=ó~åÖ= ÇáéçíçåÖ=Çá=o me =q ~ã ~åÖ~é~ÄÉê~ë~ä=ÄÉêÄ~Ö~á==Ç~Éê~Ü=Çá=pì ä~ï Éëá=pÉä~í~å=ã ~ì éì å= äì ~ê=pì ä~ï Éëá=ó~åÖ=íÉêÖçäçåÖ=Ç~Éê~Ü=íáÇ~â=ÄÉÄ~ë=Äêì ÅÉääçëáëK p~éá=ó~åÖ=ã ~ëì â=o me =q ~ã ã ~åÖ~é~=âÉÄ~åó~â~å=à~åí~åI=å~ã ì å=é~Ç~=ë~~í= éÉåÖ~ã Äáä~å=ë~ã éÉä=Çáì é~ó~â~å=äÉÄáÜ=Ä~åó~â=ã ÉåÖ~ã Äáä=ë~éá=ÄÉíáå~=â~êÉå~=ë~éá= à~åí~å=ì ã ì ã åó~=äÉÄáÜ=ÅÉé~í=ÇáéçíçåÖ=ÇáÄ~åÇáåÖ ë~éá=ÄÉíáå~=ëÉÜáåÖÖ~=éÉäì ~åÖ= áåÑÉâëá=Ç~å=éÉåóÉÄ~ê~å=Äêì ÅÉääçëáë=äÉÄáÜ=êÉåÇ~ÜI=ëÉä~áå=Ç~êáé~Ç~=áíì =ë~éá=ÄÉíáå~= Ç~é~í=ã ÉåÖ~ä~ã á=âÉÖì Öì ê~å=ó~åÖ=ã ÉåóÉÄ~Äâ~å=éÉåÅÉã ~ê~å=Ä~âíÉêá=Brucella séK=
OO
âÉ=äáåÖâì åÖ~åK=p~éá=ÄÉíáå~=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=Çá=o me =áåá=ì ã ì êåó~=ÄÉêî ~êá~ëá=Ç~êá= ì ã ì ê=P=? NP=í~Üì åI=ëÉÇ~åÖ=ë~éá=à~åí~å=ì ã ì ê=P=ë~ã é~á=S=í~Üì åK=p~éá=ÄÉíáå~= éêçÇì âíáÑ=ëÉÄÉå~êåó~=íáÇ~â=ÇáÄÉå~êâ~å=ÇáéçíçåÖ=çäÉÜ=éÉã Éêáåí~Ü=ì åíì â=ã ÉåÅÉÖ~Ü= éÉåÖÜ~ã Ä~í~å=éÉåáåÖâ~í~å=éçéì ä~ëá=ë~éá=ëÉÅ~ê~ å~ëáçå~ä=ëÉëì ~á==m~ë~ä=NU=~ó~í=O= Ç~ä~ã =r åÇ~åÖJr åÇ~åÖ=k çK=NU=q ~Üì å=OMMV=q Éåí~åÖ=mÉíÉêå~â~å=Ç~å=h ÉëÉÜ~í~å= e Éï ~åK p~ã éÉä=ó~åÖ=ÇáéÉêçäÉÜ=ëÉÄ~åó~â=NQQ=ëÉêì ã =ó~åÖ=âÉã ì Çá~å=Çáì àá=ëÉÅ~ê~= ëÉêçäçÖáëK=e ~ëáä=éÉåÖì àá~å=ëÉêçäçÖáë=Rose Bengal Test Eo _ q F= ã Éåì åàì ââ~å= éçëáíáÑ=NO=Éâçê Ç~åëÉä~åàì íåó~=ã Éã ~ëì âá=í~Ü~é=éÉåÖì àá~å=Complement Fixation Test E` c q F ó~åÖ=ã Éêì é~â~å=ì àá=ä~åàì í~å=ì åíì â=âçåÑáêã ~ëá=Ç~å=ÇáÇ~é~íâ~å=Ü~ëáä= éçëáíáÑ=NM=Éâçê=ë~éá=íÉêáåÑÉâëá=Brucella abortusÇÉåÖ~å=íáíÉê=ó~åÖ=ÄÉêÄÉÇ~=Ç~êá= QLNOU ë~ã é~á=QLORS.mÉêÄÉÇ~~å=àì ã ä~Ü=ë~ã éÉä=ó~åÖ=éçëáíáÑ=é~Ç~=éÉåÖì àá~å=o _ q= Ç~å=` c q =âÉã ì åÖâáå~å=ÇáëÉÄ~Äâ~å=â~êÉå~=íáåÖÖáåó~=ëÉåëáíáÑáí~ëé~Ç~=éÉåÖì àá~å= o _ q =ëÉÇ~åÖâ~å=` c q ã Éã áäáâá=ëéÉëáÑáí~ë=ó~åÖ=íáåÖÖáK=mÉåÖì àá~å=o _ q =ã Éã áäáâá= ëÉåëáíáÑáí~ë= VUB = Ç~å= ëéÉëáÑáí~ë= UMB = ëÉÇ~åÖâ~å= éÉåÖì àá~å= ` c q = ã Éã áäáâá= ëÉåëáíáÑáí~ë=UMB =Ç~å=ëéÉëáÑáí~ë=VRB =Epì ä~áã ~åI=OMMNFK=j Éåì êì í=pì Äêçåíç=EOMMPF= âÉåÇ~ä~=Ç~ä~ã =ì àá=ëÉêçäçÖáë=áåá=~Ç~ä~Ü=ã ì åÅì äåó~=êÉ~âëá=éçëáíáÑ=é~äëì =~âáÄ~í=êÉ~âëá= ëáä~åÖ=ÇÉåÖ~å=~åíáÄçÇá=ó~åÖ=Çáíáã Äì äâ~å=çäÉÜ=Ä~âíÉêá=ä~áå=ëÉéÉêíá=Yersinia enterocolitica, E. coli, Vibrio cholera ëÉêí~=~Ç~åó~=~åíáÄçÇá=ó~åÖ=íÉêÄÉåíì â=ëÉíÉä~Ü= î ~âëáå~ëáK q áåÖâ~í=éêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=ëÉÅ~ê~=âÉëÉäì êì Ü~å=Ç~êá=éçéì ä~ëá=ë~ã éäáåÖ= ã Éåì åàì ââ~å=NM=Éâçê=éçëáíáÑ=ESIVQB FI=Çáã ~å~=íÉêÇ~é~í=T=Éâçê=EQKUSB F=ë~éá=~ë~ä h ~Äì é~íÉå=_ çåÉI=N=Éâçê=EMISVB F=ë~éá=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~==Ç~å=O=Éâçê= ENIPVB F= ë~éá= ~ë~ä= mì ä~ì cäçêÉë= Ek q q FK= mêÉî ~äÉåëá= Äêì ÅÉääçëáë= Çá= ÄÉÄÉê~é~= â~Äì é~íÉå=àì Ö~=íÉä~Ü=Çáä~éçêâ~å=Ç~ä~ã i ~éçê~å=h ÉÖá~í~å=mêçÖê~ã =pì êî Éáä~åë= _ êì ÅÉääçëáë=Çá=ï áä~ó~Ü=âÉêà~=_ _ s Éí=j ~êçë=í~Üì å OMNO=Ä~Üï ~=íáåÖâ~í=éêÉî ~äÉåëá= Äêì ÅÉääçëáë=Çá=h ~Äì é~íÉå=t ~àç=ENNIRVB FI=máåê~åÖ=EQMB FI=_ çåÉ=ENIVSB FI=j ~àÉåÉ= EOINNB FI=pÉê~ã =_ ~Öá~å=_ ~ê~í=EPIUNB FI=h çí~=g~ó~éì ê~=EUIPPB F=Ç~å=j áã áâ~= EPIPPB F E_ _ Js Éí=j ~êçëI=OMNOFK=k ~ã ì å=â~êÉå~=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=Çá=o me q ~ã ~åÖ~é~ íáÇ~â=ÄÉê~ë~ä=Ç~êá=ëÉã ì ~=Ç~Éê~Ü=ó~åÖ=~Ç~=Çá=pì ä~ï Éëá=pÉä~í~å=ã ~ì éì å= äì ~ê=pì ä~ï Éëá=ëÉÜáåÖÖ~=Ç~ä~ã =éÉåÉäáíá~å=áåá=Ü~åó~=Çáë~àáâ~å=â~ëì ë=âÉà~Çá~å= Äêì ÅÉääçëáë=é~Ç~=Ç~Éê~Ü ó~åÖ=ã Éã ~ëì ââ~å=ë~éá=âÉ=o me q ~ã ~åÖ~é~ é~Ç~=ë~~í= Çáä~âì â~å= éÉåÖ~ã Äáä~å= ë~ã éÉäó~áíì = h ~Äì é~íÉå= _ çåÉI= mì ä~ì c äçêÉëI= Ç~å= h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~K p~éá=éçëáíáÑ=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉ=ëÉÄ~åó~â=T=Éâçê=EQIUSB F=~í~ì =NMITSB =Ç~êá= éçéì ä~ëá=SR=Éâçê=ó~åÖ=Çáì àáK=e ~ä=áåá=ÇáÇì Ö~=ÇáëÉÄ~Äâ~å=â~êÉå~=ëáëíÉã =éÉã ÉäáÜ~ê~å= ë~éá=Çá=Ç~Éê~Ü=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉ=íÉêÖçäçåÖ=ëÉã á=áåíÉåëáÑ=Çáã ~å~=ë~éáJë~éá=â~Ç~åÖ= Çáâ~åÇ~åÖâ~å=Ç~å=â~Ç~åÖ=éì ä~=Çá=ÖÉã Ä~ä~â~åK=p~ä~Ü=ë~íì =Ñ~âíçê=ó~åÖ=ÄÉêÉëáâç= íÉêÜ~Ç~é=éÉåì ä~ê~å=Äêì ÅÉääçëáë=~Ç~ä~Ü=Å~ê~=éÉã ÉäáÜ~ê~~å=Et áÇá~ëáÜ=Ç~å=_ ì ÇáÜ~êí~I= OMNOFK=p~éá=Ç~é~í=íÉêíì ä~ê=~é~Äáä~=ã Éã ~â~å=êì ã éì í=ó~åÖ=íÉêÅÉã ~ê=ÇÉåÖ~å=Ä~âíÉêá= Brucella abortus ëÉéÉêíá=ó~åÖ=ÇáâÉã ì â~â~å=pì Äêçåíç=EOMMOF=Ä~Üï ~=ë~éá=ó~åÖ= ã ÉåÖ~ä~ã á=~Äçêíì ë=ã ~ã éì =ã Éã ÄÉÄ~ëâ~å=Ä~âíÉêá=Brucella abortus Ç~ä~ã =àì ã ä~Ü= ó~åÖ= Ä~åó~â= Ç~êá= ë~äì ê~å= âÉä~ã áååó~I= ÜáåÖÖ~= é~Ç~åÖ êì ã éì í= Ç~å= íÉã é~í= ã Éä~Üáêâ~å=éÉÇÉí=ã Éåà~Çá=íÉêÅÉã ~êK q áåÖÖáåó~=â~ëì ë=Äêì ÅÉääçëáë=é~Ç~=ë~éá=ó~åÖ=ÄÉê~ë~ä=Ç~êá=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉ= ëÉêì é~=ÇÉåÖ~å=Ç~í~=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáI=j ~äì âì =Ç~å=m~éì ~ ó~åÖ= ÇáíÉêÄáíâ~å=_ _ Js Éí=j ~êçëÄ~Üï ~=â~ëì ë=éçëáíáÑ=Äêì ÅÉääçëáëÇá=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉ=é~Ç~= í~Üì å=OMNM=~Ç~=OPITU=B I=í~Üì å=OMNN=EVISS=B FI=í~Üì å=OMNO=ENIMUB FÇ~å=í~Üì å=OMNP=
OP
EPISQ= B FKe ~ä= áåá= éÉêäì = ã ÉåÇ~é~í= éÉêÜ~íá~å= éÉã Éêáåí~Ü= Ç~ä~ã = éêçÖê~ã = éÉåÅÉÖ~Ü~åI= éÉåÖÉåÇ~äá~å= Ç~å= éÉã ÄÉê~åí~ë~ååó~K= _ áä~= éÉåó~âáí= íÉêëÉÄì í= ÇáÄá~êâ~åI=ã ~â~=Ç~ä~ã =ï ~âíì =ó~åÖ=íáÇ~â=ä~ã ~=~â~å=äÉÄáÜ=ã ÉåóÉÄ~ê=ä~ÖáI=ëÉÜáåÖÖ~= éÉåáåÖâ~í~å=éçéì ä~ëá=Ç~é~í=íÉêÜ~ã Ä~í=Ç~å=éÉåì êì å~å=éêçÇì âëá=ëÉêí~=éêçÇì âíáî áí~ë íÉêå~âK=_ ÉêÇ~ë~êâ~å Ç~í~=a áêÉâêçí~í=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~å=EOMNPF=Ä~Üï ~=h ~Äì é~íÉå= _ çåÉ=ã Éêì é~â~å=Ç~Éê~Ü=ó~åÖ=íÉêíì ä~ê=Äêì ÅÉääçëáë=ÇÉåÖ~å=éêÉî ~äÉåëá=YO=B K= _ ÉêÇ~ë~êâ~å=éÉê~íì ê~å=éÉã Éêáåí~Ü=Ç~ä~ã =ì é~ó~=éÉåÅÉÖ~Ü~åI=éÉåÖÉåÇ~äá~å=Ç~å= éÉã ÄÉê~åí~ë~å=Äêì ÅÉääçëáëI=ë~éá=ó~åÖ=éçëáíáÑ=Äêì ÅÉääçëáë=Çá=ëì ~íì =ï áä~ó~Ü=ÇÉåÖ~å= íáåÖâ~í= éêÉî ~äÉåëá= [ O= B = Çáä~âë~å~â~åî ~âëáå~ëáÄêì ÅÉääçëáëI ëÉÇ~åÖâ~å Äáä~= Çáäçâ~ëá= íÉêëÉÄì í= íáåÖâ~í= éêÉî ~äÉåëáåó~= YO= B = ã ~â~= Çáä~âë~å~â~å= test ~åÇ= slaughterI= ~êíáåó~= ë~éá= ó~åÖ= éçëáíáÑ= Äêì ÅÉääçëáë= Ü~êì ë= ÇáéçíçåÖ= ÄÉêëó~ê~í= EpçÉÜ~êëçåçI=OMMOFK p~éá=éçëáíáÑ=Ç~êá=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~=N=Éâçê=EMISV B F=~í~ì =RM=B =Ç~êá= éçéì ä~ëá=O=Éâçê=ó~åÖ=Çáì àá=ëÉÇ~åÖâ~åÄÉêÇ~ë~êâ~å Ç~í~=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáI=j ~äì âì =Ç~å=m~éì ~=ó~åÖ=ÇáíÉêÄáíâ~å=_ _ Js Éí=j ~êçë=Çáã ~å~=ëÉä~ã ~= í~Üì å=OMNM=? OMNP=íáÇ~â=~Ç~=êÉ~âíçê=Äêì ÅÉääçëáë=Ç~êá=ëÉàì ã ä~Ü=ë~ã éÉä=ó~åÖ=Çáì àáK= a ~í~=ó~åÖ=ëÉêì é~Çáä~éçêâ~å=a áêÉâíçê~í=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~å=EOMNPFé~Ç~=éÉí~=ëáíì ~ëá= Äêì ÅÉääçëáë=Çá=pì ä~ï Éëá=pÉä~í~å Ä~Üï ~=éêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=Çá=h ~Äì é~íÉå= _ ì äì âì ã Ä~=ÄÉäì ã =ÇáâÉí~Üì áK=h ~ëì ë=éçëáíáÑ=Äêì ÅÉääçëáë=Çá=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~= ã Éêì é~â~å=áåÇáâ~ëá=~ï ~ä=Ä~Üï ~=ÇáÇ~Éê~Ü=íÉêëÉÄì í=~Ç~â~ëì ë=Äêì ÅÉääçëáëI=ëÉÜáåÖÖ~= ÇáéÉêäì â~å=éÉåÖ~ã ~í~å=Ç~å=éÉåÉäáíá~å=äÉÄáÜ=ä~åàì í=ì åíì â=ã ÉåÖÉí~Üì á=ëí~íì ë= Äêì ÅÉääçëáë= Çá= Ç~Éê~Ü= íÉêëÉÄì í= ëÉêí~= ã ÉåÖÉí~Üì á= éêÉî ~äÉåëáåó~= ~Ö~ê= Ç~é~í= Çáä~âì â~å íáåÇ~â~å=ÄÉêÇ~ë~êâ~å=éÉê~íì ê~å=éÉã Éêáåí~Ü=Ç~ä~ã =ì é~ó~=éÉåÅÉÖ~Ü~åI= éÉåÖÉåÇ~äá~å=Ç~å=éÉã ÄÉê~åí~ë~å=Äêì ÅÉääçëáëK p~éá=éçëáíáÑ=O=Éâçê=ENIPVB F=~í~ì =OISP=B =Ç~êá=TS=Éâçê=ë~éá=ó~åÖ=Çáì àá=ÄÉê~ë~ä= Ç~êá=mì ä~ì cäçêÉë=Ek q q F=ã Éåì åàì ââ~å=Ä~Üï ~=ë~éá=ó~åÖ=ÄÉê~ë~ä=Ç~êá=Ç~Éê~Ü= íÉêëÉÄì í=íÉêåó~í~=ã ~ëáÜ=~Ç~=äçäçë=ã ~ëì â=éÉä~Äì Ü~å=íê~åëéçêí~ëáK=e ~ä=áåá=éÉêäì = ã ÉåÇ~é~í=éÉêÜ~íá~å=~é~â~Ü=ë~éá=ó~åÖ=Çá~åí~ê=éì ä~ì â~å=íÉêëÉÄì í=íÉä~Ü=Çáì àá= Äêì ÅÉääçëáë=ëÉÄÉäì ã =Çáâáêáã =~í~ì =íÉä~Ü=Çáì àá=Äêì ÅÉääçëáë=ÇÉåÖ~å=Ü~ëáä=åÉÖ~íáÑI= å~ã ì å=ë~~í=éÉåÖáêáã ~å=ëí~íì ë=áåÑÉâëá=ã ~ëáÜ=Ç~ä~ã =ã ~ë~=áåâì Ä~ëá=ëÉÜáåÖÖ~=å~åíá= ë~ã é~á=Çá=Ç~Éê~Ü=íì àì ~å=Ä~êì =~åíáÄçÇáåó~=Ç~é~í=íÉêÇÉíÉâëáK=j ~ë~=áåâì Ä~ëá= éÉåó~âáí Äêì ÅÉääçëáë=é~Ç~=ë~éá=ÄÉêâáë~ê=O=ã áåÖÖì =ë~ã é~á U=Äì ä~å=E^ ÑÑ~åI=OMMOFK= a áêÉâíì ê=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~å=EOMNOF=ã ÉåÖÉã ì â~â~å=Ä~Üï ~=íÉêå~â=éÉåÖÖ~åíá=ó~åÖ= íáÇ~â=éì åó~=ëÉêíáÑáâ~í=?ÄÉÄ~ë=Äêì ÅÉääçëáë?=Ç~é~í=Çáã ~ëì ââ~å=~é~Äáä~=ëÉíÉä~Ü=Çì ~= â~äá=ì àá=ëÉêçäçÖáë=ÇÉåÖ~å=ï ~âíì =PM=Ü~êá=ã Éã ÄÉêáâ~å=Ü~ëáä=åÉÖ~íáÑK=pÉÇ~åÖâ~å= íÉêå~â=éÉåÖÖ~åíá=ó~åÖ=ã Éã éì åó~á=ëÉêíáÑáâ~í=?ÄÉÄ~ë=Äêì ÅÉääçëáë?=Çáä~âì â~å=ì àá= ëÉêçäçÖáë=Ç~ä~ã =ëÉä~åÖ=ï ~âíì =SMJNOM=Ü~êá=ëÉíÉä~Ü=Çáã ~ëì ââ~å=âÉÇ~ä~ã =âÉäçã éçâ= íÉêå~â=Ea áêÉâíì ê=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åI=OMNOFKa ~ä~ã =ì é~ó~=éÉåÅÉÖ~Ü~å=éÉåóÉÄ~ê~å= Äêì ÅÉääçëáë=éÉåÖ~ï ~ë~å=ä~äì =äáåí~ë=íÉêå~â=éÉêäì =ÇáéÉêâÉí~í=Çá=éáåíì =éÉã ~ëì â~å=Ç~å= éÉåÖÉäì ~ê~å=íÉêå~â=ëÉëì ~á=ÇÉåÖ~å=âÉíÉåíì ~åK a ~ä~ã =Ü~ä=éÉåÅÉÖ~Ü~å=éÉåì ä~ê~å=Äêì ÅÉääçëáë=âÉ=ã ~åì ëá~I=éÉÖ~ï ~á=o me = éÉêäì =ã Éã éÉêÜ~íáâ~å=ë~åáí~ëá=Ç~å=ÜáÖÉåáí~ë=Ç~ä~ã =éÉå~åÖ~å~å=é~ëÅ~=éçíçåÖ= âÜì ëì ëåó~=çê~åÖJçê~åÖ=ó~åÖ ã ÉåÖÉêà~â~å=~í~ì =âçåí~â=ä~åÖëì åÖ=ÇÉåÖ~å=àÉêç~å= ëÉéÉêíá=çêÖ~å=êÉéêçÇì âëáI=Ü~íá=ã ~ì éì å=äáã é~=â~êÉå~=Çáëáíì ä~Ü=Ä~âíÉêá=Brucella abortus ÄÉêâÉã Ä~åÖK^ âÄ~êã ÉÜê= EOMNNF= ã ÉåÖÉã ì â~â~å= Ä~Üï ~= Äêì ÅÉääçëáë= ã Éêì é~â~å= éÉåó~âáí= òççåçëáë= ó~åÖ= Çáíì ä~êâ~å= âÉ= ã ~åì ëá~= ã Éä~äì á= âçåí~â= ä~åÖëì åÖ=ÇÉåÖ~å=ÜÉï ~å=ó~åÖ=íÉêáåÑÉâëá=~í~ì =ã Éä~äì á=âçåëì ã ëá=éêçÇì â=ÜÉï ~åá= ã Éåí~Ü=ó~åÖ=íÉêâçåí~ã áå~ëáK=o Éëáâç=éÉåì ä~ê~å=Äêì ÅÉääçëáë=Ç~é~í=íÉêà~Çá=é~Ç~=
OQ
éÉíÉêå~âI=ÇçâíÉê=ÜÉï ~åI=éÉâÉêà~=êì ã ~Ü=éçíçåÖ=ÜÉï ~åI=éÉêëçåáä=ä~Äçê~íçêáì ã =Ç~å= ã ~åì ëá~=ó~åÖ=ã ÉåÖâçåëì ã ëá=éêçÇì â=ÜÉï ~å=ó~åÖ=íÉêáåÑÉâëáI=éêçÇì â=ÜÉï ~å=ó~åÖ= íáÇ~â= Çáé~ëíÉì êáë~ëáI= ~í~ì = âçåí~â= ä~åÖëì åÖ= ÇÉåÖ~å= Ä~Ü~å= ó~åÖ= íÉêáåÑÉâëá= E^ âÜî äÉÇá~åá= et al.IOMNMX= d ï áÇ~= et al.I OMNMFKmÉåÇ~é~í= ó~åÖ= ëÉêì é~= àì Ö~= ÇáâÉã ì â~â~å=çäÉÜ=j ì Ö~Äá=EOMNOF=Ä~Üï ~=Äêì ÅÉääçëáë=àì Ö~=Ç~é~í Çáíì ä~êâ~å=âÉ= ã ~åì ëá~=ã Éä~äì á=áåÜ~ä~ëá=çêÖ~åáëã É=~í~ì =ã Éä~äì á=âçåí~â=ä~åÖëì åÖ=ÇÉåÖ~å=ëÉâêÉëá= ÜÉï ~å=ó~åÖ=íÉêáåÑÉâëáK=_ ~âíÉêá=Äáë~=ã ~ëì â=âÉ=Ç~ä~ã =íì Äì Ü=ã Éä~äì á=áåÜ~ä~ëá=ëÉâêÉëá= ~ÉêçëçäI=ã Éä~äì á=âì äáíI=~í~ì ã Éä~äì á=é~é~ê~å=ëÉä~éì í=äÉåÇáêLâçåàì åÖíáî ~=Ç~êá=ëÉâêÉëá= ó~åÖ=íÉêáåÑÉâëáK
OR
RK pfj mr i ^ k =a ^ k =p^ o ^ k RK N=páã é ì ä~å q áåÖâ~í=éêÉî ~äÉåëá=Äêì ÅÉääçëáë=Ç~êá= ë~ã éÉä=ëÉêì ã =ó~åÖ=ÇáéÉêáâë~ Çá=êì ã ~Ü= éçíçåÖ=ÜÉï ~å=Eo me F=q ~ã ~åÖ~é~=h çí~=j ~â~ëë~ê=~Ç~ä~ÜSKVQB I=Çáã ~å~=QIUSB ET= ÉâçêFë~éá=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ çåÉI=MISVB EN=ÉâçêF=ë~éá=~ë~ä=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~= Ç~å=NIPVB EO=ÉâçêFë~éá=~ë~ämì ä~ì cäçêÉë=Ek q q FK RK O=p~ê~å _ ÉêÇ~ë~êâ~å=Ü~ëáä=éÉåÉäáíá~å=Çáë~ê~åâ~å=âÉé~Ç~=éÉíÉêå~â=Çá=h ~Äì é~íÉå= _ çåÉI=h ~Äì é~íÉå=_ ì äì âì ã Ä~=Ç~å=mì ä~ì =c äçêÉë=ì åíì â=äÉÄáÜ=ã Éã éÉêÜ~íáâ~å= ã ~å~àÉã Éå=éÉã ÉäáÜ~ê~~å==ó~åÖ=ã Éäáéì íá=Å~ê~=ÄÉêíÉêå~âI=ë~åáí~ëá=Ç~å=éÉå~åÖ~å~å= é~ëÅ~= é~êíì ëK= pÉä~áå= áíì = Çáë~ê~åâ~å ã Éä~âë~å~â~å éêçÖê~ã = éÉåÅÉÖ~Ü~åI= éÉåÖÉåÇ~äá~å=Ç~å=éÉã ÄÉê~åí~ë~å=ëÉëì ~á=ÇÉåÖ~å=éÉê~íì ê~å=éÉã Éêáåí~Ü=Çáã ~å~=ë~éá= ó~åÖ=éçëáíáÑ=Äêì ÅÉääçëáë=Çá=ëì ~íì =ï áä~ó~Ü=ÇÉåÖ~å=íáåÖâ~í=éêÉî ~äÉåëá=[ O=B = Çáä~âë~å~â~å= î ~âëáå~ëá= Äêì ÅÉääçëáëIëÉÇ~åÖâ~å Äáä~= Çáäçâ~ëá= íÉêëÉÄì í= íáåÖâ~í= éêÉî ~äÉåëáåó~=YO=B I=ã ~â~=Çáä~âë~å~â~åtest ~åÇ=slaughterI=~êíáåó~=ë~éá=ó~åÖ= éçëáíáÑ=Äêì ÅÉääçëáë=Ü~êì ë=ÇáéçíçåÖ=ÄÉêëó~ê~íK=m~ê~=éÉåÖÉäçä~=o ì ã ~Ü=mçíçåÖ= e Éï ~åEo me Fàì Ö~=Çáë~ê~åâ~å=~Ö~ê=äÉÄáÜ=ëÉäÉâíáÑ=Ç~ä~ã =ã Éã áäáÜ=ë~éá ó~åÖ=ã ~ëì â âÉ=o me =ëÉêí~=ã ÉåÖÜáåÇ~êá=éÉã çíçåÖ~å=ÜÉï ~å=ÄÉíáå~=éêçÇì âíáÑëÉëì ~á=ÇÉåÖ~å= éÉê~íì ê~å=éÉã Éêáåí~ÜK
OS
a ^ c q ^ o =mr pq ^ h ^ ^ ÑÑ~å=j K=OMMOK=_ êì ÅÉääçëáë xfåíÉêåÉízK=ÜííéW LL~ÖêáíÉâåçKíêáéçÇKÅçã LÄêì ÅÉääçëáëKÜíã xV=gì äá=OMNQzK ^ âÄ~êã ÉÜêKOMNNKq ÜÉ=mêÉî ~äÉåÅÉ=çÑ_ êì ÅÉää~=~Äçêíì ë ~åÇ=_ êì ÅÉää~=ã ÉäáíÉåëáë áå= i çÅ~ä=` ÜÉÉëÉ=mêçÇì ÅÉÇ=áå=p~ê~Ä=ÅáíóI=fê~å=~åÇ=áíë=éì ÄäáÅ=ÜÉ~äíÜ=áã éäáÅ~íáçåK= African Journal of Microbiology research s çä=R=ENOFIééK=NRMMJNRMPK ^ âÜî äÉÇá~åáIq KI=` ä~êâI=a K=s KI=` Üì Ä~Äêá~I=d KI=wÉå~áëÜî áäáI=l KI=e ÉéÄì êåI=j K=gKK= OMNMK=q ÜÉ=` Ü~åÖáåÖ=m~ííÉêå=çÑ=e ì ã ~å=_ êì ÅÉääçëáë W =` äáåáÅ~ä=j ~åáÑÉëí~íáçåëI= b éáÇÉã áçäçÖóI=~åÇ=q êÉ~íã Éåí=l ì íÅçã Éë=l î Éê=q ÜêÉÉ=a ÉÅ~ÇÉë=áå=d ÉçêÖá~K= _ j ` =fåÑÉÅíáçì ë=a áëÉ~ëÉ=OMNMI=NMW PQSK== ^ åçåáã ì ëNKOMNOKh ÉåÇ~äáâ~å= mÉåó~âáí= _ êì ÅÉääçëáë= m~Ç~= p~éá xfåíÉêåÉízKÜííéJ W LLíÉÅÜåçKçâÉòçåÉKÅçã LêÉ~ÇLOMNOLMULNSLRSLSTUQPVLâÉåÇ~äáâ~åJéÉåó~âáíJ Äêì ÅÉääçëáëJé~Ç~Jë~éáxNM=k Éî Éã ÄÉê=OMNOzK ^ äÜáä~äì äKpKOMNNK_ êì ÅÉääçëáëxfåíÉêåÉízKÜííéW LLï ï ï KÇçÅëíçÅKÅçã LÇçÅëLSVUPVNPQLJ _ o r ` b i i l pfpJB OUa l ` B OVxT=k çî Éã ÄÉê=OMNOzK ^ ì ës Éímä~åK= OMMRK= a áëÉ~ëÉ= píê~íÉÖó= _ çî áåÉ= _ êì ÅÉääçëáë= s Éêëáçå= PKMIOMMRK= ^ åáã ~ä=e É~äíÜ=^ ì ëíê~äá~=EOMMRF xfåíÉêåÉízK=mêáã ~êó=fåÇì ëíêáÉë=j áåáëíÉêá~ä= ` çì åÅáäI=` ~åÄÉêê~I=^ ` qK=ÜííéW LLï ï ï K~åáã ~äÜÉ~äíÜ~ì ëíê~äá~KÅçã K~ì K _ ~Üêá=pKI=Ç~å=j ~êíáåÇ~Ü=b K=OMNMK=h ÉÄáà~â~å=mÉåÖÉÇ~äá~å=mÉåó~âáí=píê~íÉÖáë= a ~ä~ã = o ~åÖâ~= j ÉåÇì âì åÖ= mêçÖê~ã = h ÉÅì âì é~å= a ~ÖáåÖ= p~éá= OMNMK= i çâ~â~êó~=k ~ëáçå~ä=h ÉíÉêëÉÇá~~å=fmq b h =Ç~ä~ã =mÉåÖÉåÇ~äá~å=mÉåó~âáí= e Éï ~å=píê~íÉÖáë=é~Ç~=q Éêå~â=o ì ã áå~åëá~=_ Éë~êK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNPK=i ~éçê~å=q ~Üì å~å=mÉåó~âáí= e Éï ~å=Çá=fåÇçåÉëá~K=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëI=a áêÉâíçê~í=gÉåÇÉê~ä= mÉíÉêå~â~å Ç~å=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åK=h Éã ÉåíÉêá~å=mÉêí~åá~åK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNOK=i ~éçê~å=h ÉÖá~í~å=pì êî Éáä~åë= _ êì ÅÉääçëáë=Çá=t áä~ó~Ü=h Éêà~=_ _ î Éí=j ~êçëK=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëI= a áêÉâíçê~í= gÉåÇÉê~ä= mÉíÉêå~â~å= Ç~å= h ÉëÉÜ~í~å= e Éï ~åK= h Éã ÉåíÉêá~å= mÉêí~åá~åK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNPK=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáI j ~äì âì Im~éì ~m~Ç~q~Üì å=OMNPK=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëI= j ~êçë=Efa FK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNOK=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáIj ~äì âì Im~éì ~m~Ç~q ~Üì å= OMNOK= _ ~ä~á= _ Éë~ê= s ÉíÉêáåÉê= j ~êçëI= j ~êçë=Efa FK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNNK=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáIj ~äì âì Im~éì ~m~Ç~q ~Üì å= OMNNK= _ ~ä~á= _ Éë~ê= s ÉíÉêáåÉê= j ~êçëI= j ~êçë=Efa FK x_ _ Js Éí=j ~êçëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëK=OMNMK=mÉí~=mÉåó~âáí=e Éï ~å=ëÉJ pì ä~ï ÉëáIj ~äì âì Im~éì ~m~Ç~=q ~Üì å=OMNMK=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëI= j ~êçë==Efa FK x_ _ Js Éí=t ~íÉëz=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=t ~íÉëK=OMNMK=i ~éçê~å=q ~Üì å~å=OMNMK= _ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=t ~íÉëI=v çÖó~â~êí~ Efa FK x_ _ Js Éí= j ~êçëz= _ ~ä~á= _ Éë~ê= s ÉíÉêáåÉê= j ~êçëKOMNMK= Diagnosa Serologis BrucellosisK=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=j ~êçëI=j ~êçë Efa FK x_ mms =o ÉÖáçå~ä=ffz=_ ~ä~á=mÉåóáÇáâ~å=Ç~å=mÉåÖì àá~å=s ÉíÉêáåÉê=o ÉÖáçå~ä=ffKOMNMK= i ~éçê~å=q ~Üì å~å=OMNMK=_ mms =o ÉÖáçå~ä=ffI=_ ì âáí=q áåÖÖáEfa FK
OT
x_ mms =o ÉÖáçå~ä=fffz=_ ~ä~á=mÉåóáÇáâ~å=Ç~å=mÉåÖì àá~å=s ÉíÉêáåÉê=o ÉÖáçå~ä=ffKOMNMK= i ~éçê~å=q ~Üì å~å=OMNMK=_ mms =o ÉÖáçå~ä=ffI=_ ~åÇ~ê=i ~ã éì åÖEfa FK _ ì ÇáÜ~êí~=pK=OMMOK=Kapita Selekta Epidemiologi VeterinerK=_ ~Öá~å=h ÉëÉÜ~í~å= j ~ëó~ê~â~í=s ÉíÉêáåÉêK=c~âì äí~ë=h ÉÇçâíÉê~å=e Éï ~å=r åáî Éêëáí~ë=Ö~à~Ü=j ~Ç~I= v çÖó~â~êí~=Efa FK ` ÜêáëíçéÜÉê=pKI=r ã ~é~íÜó=_ Ki KI=Ç~å=o ~î áâì ã ~ê=h Ki K=OMNMK=_ êì ÅÉääçëáëW =o Éî áÉï = l å=q ÜÉ=o ÉÅÉåí=q êÉåÇë=áå=mÜ~íçÖÉåáÅáíó=~åÇ=i ~Äçê~íçêó=a á~Öåçëáë. J Lab PhysiciansI=î çä=O=EOF=W =RRJSMK ` c pme K=OMMV=_ çî áåÉ=_ êì ÅÉääçëáëW =_ êì ÅÉää~=~Äçêíì ëK=r p^ W =q ÜÉ=` ÉåíÉê=Ñçê=c ççÇ= pÉÅì êáíó=~åÇ=mì ÄäáÅ=e É~äíÜK=fçï ~=pí~íÉ=r åáî ÉêëáíóK a áêÉâíì ê=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åI=OMNOK=Manual Penyakit Hewan MamaliaK=a áêÉâíçê~í= h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åI=a áêÉâíçê~í=gÉåÇÉê~ä=mÉíÉêå~â~å=Ç~å=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åI= h Éã Éåíêá~å=mÉêí~åá~å=o fI=g~â~êí~ Efa FK= a áå~ë=mÉíÉêå~â~å=Ç~å=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åK=OMNNK=mÉåó~âáí=_ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=q Éêå~âK= g~ï ~=q ÉåÖ~Ü=Efa FK a áêÉâíçê~í=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åK=OMMQK=h ÉÄáà~â~å=mÉã Éêáåí~Ü=Ç~ä~ã =mÉã ÄÉê~åí~ë~å= _ êì ÅÉääçëáë=Çá=fåÇçåÉëá~K=j ~â~ä~Ü=Çáë~ã é~áâ~å=é~Ç~=éÉêíÉã ì ~å=Éî ~äì ~ëá= éÉã ÄÉê~åí~ë~å=Äêì ÅÉääçëáë=Ç~å=éÉåÖ~ï ~ë~å=ä~äì =äáåí~ë=íÉêå~âK a áêÉâíçê~í= h ÉëÉÜ~í~å= e Éï ~åK= OMNPK= mêçÖê~ã = mÉã ÄÉÄ~ë~å= _ êì ÅÉääçëáë= Çá= fåÇçåÉëá~K=g~â~êí~=Efa FK xa áàÉåå~âz=a áêÉâíçê~í=gÉåÇê~ä=mÉíÉêå~â~åK=OMMMK=mêçÖê~ã =Ç~å=mÉåÖÉåÇ~äá~å= q Éâåáë=mÉã ÄÉê~åí~ë~å=_ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=p~éá=mÉê~Ü=Çá=mì ä~á=g~ï ~K=a áêÉâíçê~í= _ áå~=h ÉëÉÜ~í~å=e Éï ~åI=a Éé~êíÉã Éå=mÉêí~åá~åK d ï áÇ~I=j KI=^ ä=a ~Üçì âI=pKI=j ÉäòÉêI=c KI=o çëäÉêI=r KI=k Éì Ä~ì ÉêI=e KI=q çã ~ëçI=e KK= OMNMK=_ êì ÅÉääçëáëJo ÉÖáçå~ääó=b ã ÉêÖáåÖ=wççåçíáÅ=a áëÉ~ëÉ\ KCroat Med jK=RNW = OUVJOVRK=ï ï ï KÅã àKÜê h ì ëåáä~=^ KOMMVK=h ~àá~å=_ êì ÅÉääçëáë=é~Ç~=p~éá=Ç~å=h ~ã ÄáåÖ= mçíçåÖ= ó~åÖ= Çáä~äì äáåí~ëâ~å=Çá=éÉåóÉÄê~åÖ~å=j Éê~â=_ ~åíÉå xëâêáéëázK=pÉâçä~Ü=m~ëÅ~= p~êà~å~K=_ çÖçê=Efa FW =fåëáíáíì í=mÉêí~åá~å=_ çÖçêK j ì Ö~Äá=o K=OMNOK=_ êì ÅÉääçëáë=b éáÇÉã áçäçÖóI=s áêì äÉåÅÉ=c ~ÅíçêëI=` çåíêçä=~åÇ= j çäÉÅì ä~ê=q êÖÉíë=íç=mêÉî Éåí=_ ~ÅíÉêá~ä=fåÑÉÅíáçì ë=ÇáëÉ~ëÉëK=j ~ëíÉê=çÑ=pÅáÉåÅÉK= k çêíÜ=a ~âçí~=pí~íÉ=r åáî ÉêëáíóK j ~êá~=mo KI=h ì ëì ã ~ï ~íá=^ KI=Ç~å=_ ì ÇáÜ~êí~=pKOMNMK=c ~âíçê=o Éëáâç=_ çî áåÉ= _ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=q áåÖâ~í=mÉíÉêå~â~å=a á=h ~Äì é~íÉå=_ Éäì =I=mêçî áåëá=k ì ë~= q ÉåÖÖ~ê~=q áã ì êKJ. Sains VetK=s çä=OU=k çK=N=q Ü=OMNMK j ~êá~å~=k Ku KI=q ~íá~åÉ=^ KmKI=^ åÇêÉ~ë=_ Ka Ke KIo ÉÉåÉ=j Kq KI=Ç~å=o Éå~íç=i KpK=OMNMK= m~íÜçÖÉåÉëáë=çÑ=_ êì ÅÉää~=pééK=The open veterinary science journalIQW NMVJ NNUK j ~êíáåI=pKt KIj ÉÉâI^ Ke KI=t áääÄÉêÖI^ Ke .NVUTK=Veterinary EpidemiologyK=fçï ~= ëí~íÉ=ì åáî Éêëáíó=éêÉëëI=fçï ~Jr p^ K j ì Ö~Äá=o K=OMNOK=_ êì ÅÉääçëáë=b éáÇÉã áçäçÖóI=s áêì äÉåÅÉ=c ~ÅíçêëI=` çåíêçä=~åÇ= j çäÉÅì ä~ê=q êÖÉíë=íç=mêÉî Éåí=_ ~ÅíÉêá~ä=fåÑÉÅíáçì ë=ÇáëÉ~ëÉëK=j ~ëíÉê=çÑ=pÅáÉåÅÉK= k çêíÜ=a ~âçí~=pí~íÉ=r åáî ÉêëáíóK k ççêI= pKj K= OMMSK= _ êì ÅÉääçëáëW = mÉåó~âáí= v ~åÖ= _ Éäì ã = _ ~åó~â= a áâÉå~ä= a á= fåÇçåÉëá~KWartazoa s çäKNS=k çK=N=q ÜK=OMMSK l fb K= OMMVK= _ çî áåÉ= _ êì ÅÉääçëáëK= l fb = q ÉêêÉëíêá~ä= ^ åáã ~ä= e É~äíÜK= ÜííéW LLï ï ï KçáÉKáåíLÉåÖLåçêã ÉëLÉå| ã ÅçÇÉKÜíã
OU
p~ã âÜ~åI=mì êåçã ç=mK=a KI=pì ë~åí~=a K=e KI=fâ~ê~íêá=o I=k á~íá=pKI=m~êã áåá=q KI=Ç~å= fëå~áåá=j K=c K=OMNNK=e ~ëáä=pì êî Éá=pÉêçÉéáÇÉã áçäçÖá=_ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=p~éá= mçíçåÖ=Çá=j ~Çì ê~=q ~Ü~é=fJq ~Üì å=OMNNK=_ ~ä~á=_ Éë~ê=s ÉíÉêáåÉê=t ~íÉëK= v çÖó~â~êí~=Efa FK p~ã âÜ~åI=pì ë~åí~=a K=e KI=fâ~ê~íêá=o KI=k á~íá=pKI=m~êã áåáI=qKI=Ç~å fëå~áåá=j K=cK=OMNOK= pì êî Éá=pÉêçÉéáÇÉã áçäçÖá=_ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=p~éá=mÉê~Ü=a á=t áä~ó~Ü=i ~ó~å~å= =NO=åç= _ ~ä~á=_ Éë~ê=t ~íÉë=q ~Üì å=OMNOK=Buletin Laboratorium VeterinerK=s çä=W W =QK pçÉÜ~êëçåçK=OMMOK=Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke ManusiaK=s çäì ã É= NK=v çÖó~â~êí~=Efa FW =h ~åáåì ëK pì ÄêçåíçK=OMMPK=Ilmu Penyakit Ternak MamaliaK=d ~Çà~Ü=j ~Ç~=r åáî Éêëáíó=mêÉëë pì ä~áã ~åK=OMMNK=j ÉíçÇÉ=a á~Öåçë~=_ êì ÅÉääçëáë=m~Ç~=p~éáK=r àì åÖ=m~åÇ~åÖW =_ ~ä~á= mÉåóáÇáâ~å=mÉåó~âáí=e Éï ~å=t áä~ó~Ü=s ffK t áÇá~ëáÜI=a K^ I Ç~å=_ ì ÇáÜ~êí~=pKKOMNOK=Epidemiologi Zoonosis Di IndonesiaK= v çÖó~â~êí~=Efa FW =d ~Çà~Üj ~Ç~=r åáî Éêëáíó=mêÉëëK xt e l z=t çêäÇ=e É~äíÜ=l êÖ~åáò~íáçåK=OMMSK=Brucellosis In Human and AnimalK v ~ÇÇá=v K=OMMU=h Éà~Çá~å=_ êì ÅÉääçëáë=é~Ç~=p~éá=mÉê~Ü=Çá=h ÉÅ~ã ~í~å=` áë~êì ~= h ~Äì é~íÉå=_ çÖçê=xëâêáéëázK=c ~âì äí~ë=h ÉÇçâíÉê~å=e Éï ~åW fåëíáíì í=mÉêí~åá~å= _ çÖçêK
OV
i ^ j mfo ^ k NK i ~åÖâ~Ü=h Éêà~=mÉåÖì àá~å=pÉêçäçÖá NKmÉåÖì àá~å=Rose Bengal Test Eo _ q F mä~íÉ=éçêëÉäÉå ó~åÖ=~â~å=ÇáÖì å~â~å ÇáÄÉêëáÜâ~åI=Çáä~é=ÇÉåÖ~å=â~é~ë= ÄÉê~äâçÜçä=âÉã ì Çá~å=ÇáâÉêáåÖâ~åK=pÉíÉä~Ü=áíì =ÇÉåÖ~å=ã ÉåÖÖì å~â~å=éáéÉí= é~ëíÉì êI=Çá=íÉíÉëâ~å=OR= ä=ëÉêì ã =ó~åÖ=~â~å=Çá=ì àá=Çá=~í~ë=éä~íÉ=éçêëÉäÉå=ENO= äì Ä~åÖF=é~Ç~=äì Ä~åÖ=NJNMK=âçåíêçä=ëÉêì ã =éçëáíáÑ=ÇáíÉíÉëâ~å=é~Ç~=äì Ä~åÖ=NNI= âçåíêçä=ëÉêì ã =åÉÖ~íáÑÇáíÉíÉëâ~å=é~Ç~=äì Ä~åÖ=åçã çê=NOK=h Éã ì Çá~å=Çá=íÉíÉëâ~å= OR ä=o _ q =~åíáÖÉå=Çá=ë~ã éáåÖ=íá~é=íÉíÉë~å=ëÉêì ã K=pÉêì ã =Ç~å=~åíáÖÉå=Çá=~Çì â= ÇÉåÖ~å= íì ëì â= ÖáÖá= ÜáåÖÖ~= ã Éã ÄÉåíì â= äáåÖâ~ê~å= Çá~ã ÉíÉê= O= Åã K= éä~íÉ= ÇáÖçó~åÖâ~å=Çá~Öçå~ä=ã ÉäáåÖâ~ê=ëÉä~ã ~=Q=ã Éåáí=ëÉÅ~ê~=ã ~åì ~äK OKmÉåÖì àá~åComplement Fixation Test E` c q F pÉêì ã ë~ã éÉä=Çá=í~ã Ä~Üâ~å=é~Ç~=äì Ä~åÖ=éä~í=ã áâêçíáíÉê=ëÉÄ~åó~â=RM= ä= ã ì ä~á=ÇÉêÉí=äì Ä~åÖ=^ NJc NI=äì Ä~åÖ=d N=ëÉÄ~Ö~á=âçåíêçä=ëÉêì ã =éçëáíáÑ=Ç~å=äì Ä~åÖ= e N=ëÉÄ~Ö~á=âçåíêçä=åÉÖ~íáÑàì Ö~=Çáí~ã Ä~Üâ~å=ëÉÄ~åó~â=RM= ä=ëÉêì ã =âÉã ì Çá~å íì íì é=ÇÉåÖ~å=éÉåì íì é=éä~íK=pÉä~åàì íåó~ ë~ã éÉä=ëÉêì ã =Çááå~âíáÑâ~å=ëÉä~ã ~=PM= ã Éåáí=é~Ç~=ëì Üì =RU⁰` =ì åíì â=ã ÉåÖÜáåÇ~êá=íÉêà~Çáåó~=~åíáâçã éäÉã ÉåK=pÉíÉä~Ü= áíì =Çáí~ã Ä~Üâ~å=OR= ä=Äì ÑÑÉê=` c q =é~Ç~=ëÉã ì ~=äì Ä~åÖ=éä~íK=a áä~âì â~å= éÉåÖÉåÅÉê~å=ëÉÅ~ê~=ëÉêá=ÇÉåÖ~å=ã ÉåÖ~ã Äáä=OR= ä=Ç~êá=âçäçã =N=Çáíê~åëÑÉê=âÉ= âçäçã O=Ç~å=âçÅçâ=R=â~äá=Ç~å=íê~åëÑÉê=âÉ=âçäçã =P=Ç~å=ëÉíÉêì ëåó~=íÉê~âÜáê=OR= ä= ÇáÄì ~åÖK=pÉä~åàì íåó~=Çá=í~ã Ä~Üâ~å=OR= ä=~åíáÖÉå=NW NMM=ã ì ä~á=Ç~êá=âçäçã =P= E^ PJe PFI=ëÉíÉä~Ü=áíì =Çáí~ã Ä~Üâ~å=OR= ä=âçã éäÉã Éå=é~Ç~=ëÉã ì ~=äì Ä~åÖ=éä~í= âÉÅì ~äá=âçäçã =N=Eí~ééáåÖ=ÇÉåÖ~å=í~åÖ~å=éÉä~åJéÉä~å=~í~ì =ÇáëÜ~âÉêFK=pÉíÉä~Ü=áíì = Çá=áåâì Ä~ëáâ~å=PT⁰` =ëÉä~ã ~=PM=ã ÉåáíK=a ~å=NR=ã Éåáí=ëÉÄÉäì ã =ã ~ë~=áåâì Ä~ëá= ÄÉê~âÜáê=ÇáÄì ~í=Éêáíêçëáí=íÉêëÉåëáíáë~ëá=ó~áíì =ÇÉåÖ~å=ã ÉåÅ~ã éì ê=ë~ã ~=Ä~åó~â= ÜÉã çäáëáå=ÇÉåÖ~å=o _ ` =Ççã Ä~=PB =âÉã ì Çá~å=Çá~Çì â=éÉêä~Ü~åJä~Ü~å=Ç~å= Çááåâì Ä~ëáâ~å=é~Ç~=ëì Üì =PT⁰` =ëÉä~ã ~=NR=ã Éåáí=Ç~å=íá~é=R=ã Éåáí=ÇáÖçó~åÖ= ëì é~ó~=íÉêÅ~ã éì ê=Ä~áâK=h Éã ì Çá~å=Çá=í~ã Ä~Üâ~å=OR= ä=ëÉä=ó~åÖ=ÇáëÉåëáíáë~ëá= é~Ç~=ëÉã ì ~=äì Ä~åÖ=âÉÅì ~äá=âçäçã =NI=ä~äì =Çá=áåâì Ä~ëáâ~å=ä~Öá=é~Ç~=ëì Üì =PT⁰` = ëÉä~ã ~=PM=ã ÉåáíI=ëÉÄ~áâåó~=ÇáâçÅçâ=ã áâêçëÜ~âÉê=ó~åÖ=Çáã ~ëì ââ~å=Ç~ä~ã = áåâì Ä~íçêK=pÉíÉä~Ü=ÇáâÉäì ~êâ~å=Ç~êá=áåâì Ä~íçêI=Çáëáã é~å=Ç~ä~ã =äÉã ~êá=Éë=ëÉä~ã ~= ë~íì =ã ~ä~ã K
PM
i ^ j mfo ^ k =OK h ì ÉëáçåÉê fKfa b k q fq ^ p=o b pml k a b k k ~ã ~=
W
mÉâÉêà~~å=
W
r ã ìê
W
ffK mb o q ^ k v ^ ^ k = ^ K_ Éê~é~=àì ã ä~Ü=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=ëÉíá~é=Ü~êáåó~ Çá=o me =q ~ã ~åÖ~é~= W ? ? ? ? ? ? ? ? ? _ K a ~êá=ã ~å~=ë~à~=~ë~ä=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖÇá=o me =q ~ã ~åÖ~é~W NK ? ? ? ? ? ? ? ? ? OK ? ? ? ? ? ? ? ? ? PK ? ? ? ? ? ? ? ? ? QK ? ? ? ? ? ? ? ? ? RK ? ? ? ? ? ? ? ? ? ` K q Éêå~â ~é~=ë~à~=ó~åÖ=Çá=éçíçåÖÇá=o me =q ~ã ~åÖ~é~W NK ? ? ? ? ? ? ? ? ? OK ? ? ? ? ? ? ? ? ? PK ? ? ? ? ? ? ? ? ? QK ? ? ? ? ? ? ? ? ? RK ? ? ? ? ? ? ? ? ? a K_ Éê~é~=ä~ã ~=ë~éá=Çá=áëíáê~Ü~íâ~å=ëÉÄÉäì ã =Çá=éçíçåÖW = ? ? ? ? ? ? ? ? ? b K pÉä~ã ~=Çá=áëíáê~Ü~íâ~åI=éÉêä~âì ~å=~é~=ë~à~=ó~åÖ=Çá=ÄÉêáâ~åW NK ? ? ? ? ? ? ? ? ? OK ? ? ? ? ? ? ? ? ? PK ? ? ? ? ? ? ? ? ? QK ? ? ? ? ? ? ? ? ? RK ? ? ? ? ? ? ? ? ? c K ^ é~â~Ü= ~Ç~= éÉã Éêáâë~~å= ëÉÄÉäì ã = Çá= éçíçåÖ= çäÉÜ= ÇçâíÉê= ÜÉï ~åLé~ê~ã ÉÇáëW =? ? ? ? ? ? ? ? ?
PN
d K^ é~â~Ü=
~Ç~=
éÉã Éêáâë~~å
ëÉíÉä~Ü=
Çá=
éçíçåÖ=
çäÉÜ=
ÇçâíÉêÜÉï ~åLé~ê~ã ÉÇáëW =? ? ? ? ? ? ? ? ? e Ka áëíêáÄì ëáâ~å=âÉ=Ç~Éê~Ü=ã ~å~=ë~à~Ç~ÖáåÖLàÉêç~å=íÉêå~â=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ= Çá=o me =q ~ã ~åÖ~é~W NK ? ? ? ? ? ? ? ? ? OK ? ? ? ? ? ? ? ? ? PK ? ? ? ? ? ? ? ? ? QK ? ? ? RK ? ? ? ? ? ? SK ? ? ? ? ? ? ? ? ? fK ^ é~â~Ü=Çá=ëÉâáí~ê=o me =q ~ã ~åÖ~é~=~Ç~=íÉêå~â=ë~éáó~åÖ=ÇáéÉäáÜ~ê~= ã ~ëó~ê~â~íW =? ? ? ? ? ? ? ? ?
PO
i ~ã é áê~å=PK g~ï ~Ä~å=h ì ÉëáçåÉê fa b k q fq ^ p=o b pml k a b k
k çK
k ~ã ~=
Wpó~Üêáê
mÉâÉêà~~å=
WmÉÖ~ï ~á=o me =q ~ã ~åÖ~é~=h çí~=j ~â~ëë~ê
r ã ìê
WQU=q~Üì å mÉêí~åó~~å
g~ï ~Ä~å
N
_ Éê~é~=àì ã ä~Ü=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=ëÉíá~é= SMJTM=ÉâçêK Ü~êáåó~=Çá=o me =q ~ã ~åÖ~é~=W =
O
a ~êá=ã ~å~=ë~à~=~ë~ä=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=Çá= _ çåÉI=páåà~áI= o me =q ~ã ~åÖ~é~W _ ì äì âì ã Ä~I=_ ~êêì I= c äçêÉëK
P
q Éêå~â=~é~=ë~à~=ó~åÖ=Çá=éçíçåÖ=Çá=o me = q ~ã ~åÖ~é~W
Q
_ Éê~é~=ä~ã ~=ë~éá=Çá=áëíáê~Ü~íâ~å=ëÉÄÉäì ã = i ÉÄáÜ=Ç~êá=U=à~ã K Çá=éçíçåÖW
R
pÉä~ã ~=Çá=áëíáê~Ü~íâ~åI=éÉêä~âì ~å=~é~= ë~à~=ó~åÖ=Çá=ÄÉêáâ~åW
j ~â~å=Ç~å=j áåì ã K
S
^ é~â~Ü=~Ç~=éÉã Éêáâë~~å=ëÉÄÉäì ã =Çá= éçíçåÖ=çäÉÜ=ÇçâíÉê=ÜÉï ~åLé~ê~ã ÉÇáëW
^ Ç~K
T
^ é~â~Ü=~Ç~=éÉã Éêáâë~~å=ëÉíÉä~Ü=Çá= éçíçåÖ=çäÉÜ=ÇçâíÉê=ÜÉï ~åLé~ê~ã ÉÇáëW
^ Ç~K
U
a áëíêáÄì ëáâ~å=âÉ=Ç~Éê~Ü=ã ~å~=ë~à~= Ç~ÖáåÖLàÉêç~å=íÉêå~â=ó~åÖ=ÇáéçíçåÖ=Çá= o me =q ~ã ~åÖ~é~W
_ ÉêÄ~Ö~á=Ç~Éê~Ü=Çá= j ~â~ëë~êK
V
^ é~â~Ü=Çá=ëÉâáí~ê=o me =q~ã ~åÖ~é~=~Ç~= íÉêå~â=ë~éá=ó~åÖ=ÇáéÉäáÜ~ê~=ã ~ëó~ê~â~íW
^ Ç~K
p~éáK
PP
i ~ã é áê~å=QK a ~í~=mÉêçäÉÜ~å=p~ã éÉä=Ç~å=e ~ëáä=r àá=_ êì ÅÉääçëáë
kç
h çÇÉ
^ ë~ä=p~é á
N O P Q R S T U V NM NN NO NP NQ NR NS NT NU NV OM ON OO OP OQ OR OS OT OU OV PM PN PO PP PQ PR PS
^ ëë=N ^ ëë=P ^ ëë=Q ^ ëë=R ^ ëë=U ^ ëë=V i j =N i j =O i j =P ^ a i =N ^ a i =O a a =N a a =O a a =P e i _ =N e i _ =O e m_ =N e m_ =O e m_ =P pr o pr o pr o pr o pr o ej hi ej hi ej hi ej hi ej hi ^ai ^ai ^ai ^ai ph ij ij
c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ d çï ~ _ çåÉ _ çåÉ
h Éä~ã áå r ã ì ê= gåí _ íå o _ q EíÜåF R Q P Q Q Q P Q P Q R Q P Q Q Q P Q P R Q Q Q R U S Q NO P P R P R P S R
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
e ~ëáä=r àá ` c q h ÉíÉê~åÖ~å
J J J J J J J J J J J J J J HHH QLORS J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
PQ
PT PU PV QM QN QO QP QQ QR QS QT QU QV RM RN RO RP RQ RR RS RT RU RV SM SN SO SP SQ SR SS ST SU SV TM TN TO TP TQ TR TS TT TU
ij pr o pr o pr o pr o ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp io io io qk cj cj cj cj cj ^ pp pr o po c po c po c po c po c po c po c po c ej hi ej hi ej hi ej hi ej hi ej hi _ _ i ok i ok ij ij ij ij
_ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ
NO Q R S NM T T T Q P S U P O P O NP Q R R V O P P Q Q Q S U R Q P T U V U Q U R R U Q
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
HHH QLORS J J J J J J J J J J J J J J J J J J HHH QLORS HHH QLORS J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
PR
TV UM UN UO UP UQ UR US UT UU UV VM VN VO VP VQ VR VS VT VU VV NMM NMN NMO NMP NMQ NMR NMS NMT NMU NMV NNM NNN NNO NNP NNQ NNR NNS NNT NNU NNV NOM
aa aa aa ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ai ^ai ^ai e qi ^ pp ^ pp ^ pp _ _ _ ^ pp kvm kvm ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ pp ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai po c
_ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ ì äì âì ã Ä~ _ ì äì âì ã Ä~ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë
OIR O R T R U R R T R NN U R NN S P S P S R Q P NM U R P V Q R Q Q Q Q Q P P Q Q R R Q Q
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J HHH QLORS J J J J J J J J J J J J J J HHH QLORS J J HH J J J J J J J J J J J J J J J J J J J
PS
NON NOO NOP NOQ NOR NOS NOT NOU NOV NPM NPN NPO NPP NPQ NPR NPS NPT NPU NPV NQM NQN NQO NQP NQQ
po c po c ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai ^ai e m_ e qi e qi e qi e qi _ _ _ ^ai ^ai po c
gì ã ä~Ü=W
c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë c äçêÉë c äçêÉë _ çåÉ _ çåÉ c äçêÉë NQQ=Éâçê
Q Q P P Q Q Q U U Q P P Q R S V P S Q P Q P Q U
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ RM VQ
J J HH J J J HH J J J J J J J J HHH J HHH J J J J J J NO
J J PLNOU J J J QLNOU J J J J J J J J QLORS J QLORS J J J J J J NM
NO=mçë=o _ q =Ç~å= NM=mçë=` c q
PT
i ^ j mfo ^ k RK a çâì ã Éå=mÉåÉäáíá~å
c çíç=N=p~éá=_ ~äá
c çíç=O=p~ã é Éä=a ~ê~Ü
PU
c çíç=P=mÉåÖì àá~å=o _ q
c çíç=Q=mÉåÖì àá~å=` c q
PV
c çíç=R=mÉåÖì àá~å=i ~Äçê~íçêáì ã