Seri Buku Ajar Padepokan Karakter Kepatuhan Pada Aturan
anneahira.com
Padepokan Karakter PKn FIS Unnes Padepokan Karakter
|i
PRAKATA Pendidikan karakter, tidak semata-mata diajarkan, melainkan diperkenalkan, diteladankan, dan dibiasakan. Penguatannya, hendaknya dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil dan mudah, dari sekarang, setiap saat, dan dimana saja, serta dengan cara memulai dari pemahaman pengetahuan karakter, perasaan karakter, dan perilaku karakter. Buku Ajar Seri Karakter Kepatuhan pada Aturan Sosial dimaksudkan untuk mengenalkan, meneladankan, dan membiasakan karakter kepatuhan pada aturan, diharapkan agar para pebelajar dapat berkarakter kepatuhan pada aturan sosial. Komponen isi buku terdiri atas dua bagian. Pertama berupa bahan pengayaan dimensi sikap, dimensi pengetahuan, dan dimensi perilaku. Kedua berupa persepsi dan evaluasi diri, dan memaknai gambar. Persepsi dan evaluasi diri serta mamaknai gambar berupa pertanyaan-pertanyaan keutuhan dimensi karakter yang perlu dijawab oleh para pebelajar. Pertanyaan-pertanyaan dalam Buku ini bukan untuk menilai secara mutlak karakter para pebelajar (para peminat, pemerhati, dan pengguna), melainkan hanya untuk menunjukkan persepsi & evaluasi diri yang menggambarkan kecenderungan di mana posisi para pebelajar terkait dengan karakter dimaksud. Oleh karena itu, jawaban-jawaban atas pertanyaan dalam Buku ini lebih bersifat menunjukkan kecenderungan persepsi dan evaluasi diri karakter para pebelajar. Tidak ada jawaban salah atau benar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam Buku ini. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dimaksud, melainkan sangat tergantung
Kepatuhan Pada Aturan
| ii
kepada seberapa terbuka menjawab dan menuangkan cakrawala pandang para pebelajar, sesuai adanya. Dengan cara demikian, seperti itu-lah kecenderungan posisi para pebelajar. Buku ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, masukan dan koreksi membangun sangat dinantikan. Akhirnya, semoga Buku ini bermanfaat, meskipun hanya sebatas karya terbatas dari keluasan ilmu yang sangat luas.
Semarang Pengelola Padepokan Karakter
Padepokan Karakter
| iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................... i PRAKATA ............................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................ iv I.
Bahan Pengayaan A. Dimensi sikap: Pencerminan Sikap dalam Berinteraksi ..................................................................1 B. Dimensi Pengetahuan: Pemahaman Faktual, Konseptual, dan Produktif ............................................ 3
II. Persepsi dan Evaluasi Diri A. Dimensi Pencerminan Sikap ......................................... 9 B. Dimensi Pencerminan Pengetahuan .............................. 12 C. Dimensi Pencerminan Perilaku ..................................... 14 III. Memaknai Gambar .......................................................... 15 DAFTAR RUJUKAN ............................................................. 16
Kepatuhan Pada Aturan
| iv
KARAKTER KEPATUHAN PADA ATURAN SOSIAL I. Bahan Pengayaan A. Dimensi Sikap: Pencerminan Sikap dalam Berinteraksi Kisah (1) Pagi itu, cuaca sangat cerah, sinar matahari pagi menyinari keceriaan keluarga Pak Damiri. Ibu Damiri sedang menyiapkan minuman untuk Pak Damiri. Pak Damiri bersiapsiap dengan sepeda motornya akan pergi ke Kantor Pos di Kota. Sementara itu, anak-anaknya berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Pak Damiri adalah seorang pengusaha yang sukses di Kota itu. Setelah segala sesuatunya disiapkan, Pak Damiri berangkat ke Kantor Pos. Di Kantor Pos Kota terlihat banyak orang yang sedang menyelesaikan keperluannya masing-masing. Ada orang mengirim surat, ada yang mengirim paket, ada orang yang mengirim wesel, dan ada orang yang antri membayar pajak. Pak Damiri termasuk salah seorang yang akan membayar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Pak Damiri, dengan wajah yang kadang-kadang ceria, mengkerutkan dahi, tersenyum, dan mengelus dada melihat perilaku orang-orang di Kantor Pos Kota itu. Ceria karena ia bangga dapat membayar pajak tepat waktu. Mengkerutkan dahi dan mengelus dada, karena ia melihat orang-orang tidak memiliki budaya antri secara tertib. Tersenyum, karena ia Padepokan Karakter
|1
melihat sebuah spanduk dengan tulisan “Orang Bijak Sadar Pajak”. Pak Damiri, memang orang disiplin. Dia adalah orang patuh pada peraturan. Kepatuhan pada peraturan dimilikinya sejak kecil. Dia menerapkan norma dan peraturan lainnya, terhadap segala hal, baik hal besar maupun kecil. (2) Alkisah pada dunia fabel, makhluk yang bernama kelelawar menghadiri pesta bangsa burung. Dia pun bergabung dalam pesta itu ikut makan dan minum. Dalam percakapan dengan burung-burung yang ada, kelelawar mengatakan bahwa ia bergabung dengan pesta kaum burung, karena ia merasa termasuk bangsa burung karena ia memiliki sayap. Namun, pada waktu para burung melakukan kerja gotong royong, sang kelelawar pergi dan tidak mau ikut bergotong royong. Pada lain saat, ketika ada pesta di dunia tikus, sang kelelawar datang dan ikut pesta bersama bangsa tikus. Ia datang denga alasan bahwa ia termasuk bangsa tikus karena badannya memang mirip tikus. Tetapi, ketika bangsa tikus mengadakan kerja bakti ia pun pergi meninggalkan mereka. Tibalah pada suatu hari yang naas bagi kelelawar. Ketika itu terjadi peperangan antara kaum burung dan kaum tikus, sang kelelawar diserang oleh kedua belah pihak baik oleh kaum tikus maupun kaum burung. Tidak ada satu kaum pun yang mau membelanya (Mustari, 2011). Kisah tersebut menunjukkan, bagaimana seharusnya memposisikan diri dalam satu bagian dari sebuah masyarakat. Posisi tersebut seperti memenuhi hak dan kewajiban dari sebuah Kepatuhan Pada Aturan
|2
masyarakat, mematuhi pada aturan masyarakat di mana seseorang berada. Peraturan sosial itulah yang menyatukan sebuah masyarakat. Video: V.10 Kepatuhan
B. Dimensi Pengetahuan: Pemahaman Faktual, Konseptual, dan Produktif Manusia, dalam kehidupannya memiliki banyak keperluan. Manusia memerlukan sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan, hiburan, keamanan, dan sebagainya. Keperluan-keperluan itu tidak akan dapat dipenuhi tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi keperluan tersebut, manusia perlu berhubungan satu sama lain. Hubungan tersebut, dapat berbentuk hubungan kenalan, hubungan keluarga, hubungan pergaulan, hubungan dagang, hubungan kerja. Hubungan yang lebih luas lagi adalah hubungan dalam bermasyarakat. Dalam hubungan kehidupan bermasyarakat, akan terjalin hak dan kewajiban manusia satu terhadap manusia lain, terhadap keluarga, dan terhadap masyarakat. Apabila hubungan itu harmonis, maka hubungan tersebut akan lancar dan menyenangkan. Akan tetapi bila hubungan tersebut tidak lancar atau tidak harmonis, hubungan tersebut akan sangat merugikan semua pihak. Sebab pasti ada keperluan yang berbeda atau
Padepokan Karakter
|3
bertolak belakang antara manusia satu dan manusia lain. Kalau hal itu terjadi, maka kita akan berselisih pendapat, bersilang sengketa, atau bahkan bentrokan dan pertengkaran. Apabila manusia tidak dapat lagi mengendalikan dirinya dan membatasi segala keperluannya, sulitlah kita memecahkan permasalahan tersebut. Manusia lahir memiliki pembawaan menerima nilai-nilai luhur seperti kebenaran, keadilan, ketertiban, kebaikan, dan keindahan. Pada umumnya naluri manusia cenderung ingin berbuat baik, berbuat benar, berbuat tertib, dan menegakkan nilai-nilai luhur tersebut. Kaitan dengan persoalan hubungan dalam pergaulan hidup, maka nilai-nilai luhur inilah yang menjadi pedoman dalam pergaulan manusia satu dengan lainnya. Agar nilai-nilai luhur itu menjadi jelas ukuran dan wujudnya perlu dirumuskan. Rumusan itu, kemudian dapat kita lihat dalam wujud norma-norma hidup manusia, baik yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dari negara, maupun yang bersumber dari manusia itu sendiri. Berdasarkan sumber norma tersebut, kemudian muncul norma agama, norma sosial atau norma masyarakat, norma kesopanan, dan norma hukum Norma adalah kaidah atau ketentuan yang mengatur kehidupan dan hubungan manusia dalam arti luas. Norma itu menjadi pedoman bagi kita semua agar dapat mengetahui perbuatan mana yang boleh dilakukan dan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan. Norma agama adalah norma yang bersumber dari Tuhan Yang maha Esa, yang berisi perintah yang harus dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari oleh semua umat beragama. Norma masyarakat, mencakup kesusilaan, kesopanan, Kepatuhan Pada Aturan
|4
kebiasaan, dan adat istiadat adalah ketentuan-ketentuan yang perlu ditaati dan mengikat kita dalam pergaulan bermasyarakat. Norma hukum, meliputi peraturan-peraturan seperti undang-undang dasar, undang-undang, dan peraturan pemerintah pusat atau daerah adalah ketentuan-ketentuan yang perlu ditaati dan mengikat semua warga negara. Seseorang yang melanggar sebuah norma, maka orang tersebut akan dikenai sanksi dari pihak pembuat sanksi itu. Di dunia, termasuk Indonesia banyak orang atau penduduk. Salah satu di antaranya adalah Anda. Anda, sebagai seorang diri pribadi disebut individu. Kalau individu-individu tersebut kemudian berkelompok maka menjadi kelompok orangorang. Semua orang, semua kelompok, kemudian bergabung lagi maka menjadilah sebuah masyarakat. Lebih lanjut, kalau masyarakat tersebut bersepakat membuat negara maka masyarakat tersebut menjadi sebuah bangsa dari sebuah negara. Indonesia adalah sebuah negara. Dalam negara Indonesia terdapat bangsa yaitu bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia terdiri atas berbagai masyarakat, misalnya masyarakat Sunda, Jawa, Ambon, Aceh dan sebagainya. Masyarakat itu terdiri atas kelompok-kelompok, misalnya kelompok petani, kelompok nelayan, kelompok pedagang, dan sebagainya. Kelompok terdiri dari individu-individu. Pada setiap individu ada kebiasaan yang dia gunakan dalam berhubungan satu sama lain. Kebiasaan itu, kemudian mereka gunakan dalam berhubungan antar individu, sehingga kepentingan individu tersebut tidak berbenturan dengan individu lainnya. Selanjutnya, kebiasaan yang mereka lakukan berulangulang dan perbuatan itu diikuti anggota masyarakat lain, Padepokan Karakter
|5
kebiasaan itu menjadi adat istiadat. Adat istiadat itu, kemudian dijadikan pedoman oleh kelompok dalam pergaulan antar kelompok. Anda, dan individu-individu yang lain pasti memiliki banyak keperluan. Untuk memenuhi segala keperluan itu, Anda tidak mungkin hidup sendirian. Misalnya, Anda perlu makan dan minum, apakah Anda dapat memenuhi sendiri keperluan itu? Tidak bukan! Melainkan Anda perlu PakTani, perlu kompor, perlu minyak, perlu ikan, perlu air bersih, dan sebagainya. Jadi manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan harus hidup bermasyarakat, agar keperluannya terpenuhi. Selanjutnya, untuk memenuhi kepentingan yang lebih besar, misalnya kebutuhan akan pendidikan, kebutuhan akan kesejahteraan, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan mempertahankan wilayah, kita perlu sebuah negara. Oleh karena itu kita bergabung hidup menjadi sebuah bangsa dari sebuah negara. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diinginkan adalah hubungan yang menyenangkan dan harmonis. Namun demikian, tidaklah mustahil dalam hubungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tidak terjadi pertentangan satu sama lain. Bentrokan, perselisihan, atau pelanggaran terhadap hak orang lain, tentu ada. Sebab, boleh jadi, seseorang dalam memenuhi keperluannya itu melanggar pemenuhan kepentingan orang lain atau ada orang yang merasa dirugikan. Misal, seorang pelajar berangkat ke sekolah dengan menaiki sebuah sepeda. Ia bersepeda dengan sangat kencang dan berada di sebelah kanan jalan. Pelajar yang menaiki sepeda dengan cara seperti itu akan Kepatuhan Pada Aturan
|6
ada orang yang terganggu dan mungkin akan terjadi tabrakan. Sebab dengan bersepeda di sebelah kanan ia akan menabrak atau ditabrak orang lain yang menaiki sepeda dari arah yang berlawanan Setiap orang, setiap individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai kepentingannya sendirisendiri, dan kepentingan tersebut berlainan. Jumlah macam kepentingan di Indonesia sama dengan jumlah penduduk Indonesia. Jika setiap orang hanya mengejar kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain, maka akan terjadi langgar-melanggar, tabrak menabrak, dan terjadilan perselisihan, pertengkaran, perkelahian, atau mungkin perang. Oleh karena itu, agar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menyenangkan dan harmonis diperlukan pedoman untuk mengatur hubungan tersebut. Pedoman tersebut dapat mencakupi norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan lain yang berlaku bagi orang, masyarakat, atau bangsa. Di sini letak pentingnya penerapan norma, kebiasaan, adat istiadat atau peraturan lain baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bermartabat, bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, dan negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum. Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau kita melaksanakan norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku dalam segala sikap dan perbuatan kita. Dalam hidup bermasyarakat ada norma masyarakat, kebiasaan, dan adat istiadat yang menjadi pedoman bermasyarakat, dalam berbangsa ada norma peraturan bangsa yang menjadi landasan berbangsa, Padepokan Karakter
|7
dan dalam bernegara ada norma hukum yang mengatur bernegara. Semua peraturan yang telah disepakati dan ditetapkan menghendaki agar kita menerapkan sesuai dengan norma yang diminta oleh norma tersebut. Sebagai warga negara yang baik, kita harus selalu menaati norma tersebut. Norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan itu disepakati dan dibuat dengan tujuan menciptakan ketertiban dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menaati segala norma demi terjaminnya ketertiban dan kelancaran hidup bersama merupakan kewajiban setiap warga negara. Kontrol Keberhasilan Pembangunan Karakter Karakter Kepatuhan pada aturan sosial
Indikator a. Mematuhi tata tertib sekolah. b. Mematuhi norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku c. Tidak berbuat sewenangwenang, anarkhis, main hakim sendiri atau melakukan tindakan diluar ketentuan
Kepatuhan Pada Aturan
|8
II. Persepsi dan Evaluasi Diri A. Dimensi Pencerminan Sikap Beri tanda silang (X) atau klik pada huruf SS, S, KS, TS sesuai dengan pilihan yang sesuai dengan sikap Anda Keterangan: SS = sangat setuju S = setuju KS = kurang setuju TS = tidak setuju No Pernyataan sikap patuh pada aturan SS S 1 “Saya malu terlambat masuk sekolah” Ungkapan ini selalu dicanangkan oleh Pa’De Kara agar dimiliki dan tertanam pada diri setiap siswa. 2
Ujang Ukon selalu tepat masuk sekolah, rapi berpakaian, tepat menyerahkan tugas. Ujang Ukon berdalih bahwa kalau itu dilakukan dengan rutin, itu akan menjadi kebiasaan yang sangat baik.
3
Pa’de Kartono berkata kepada Ujang Ukon, bahwa “jam karet” itu sudah turun temurun dan itu merupakan
KS
Padepokan Karakter
TS
|9
warisan nenek moyang kita yang sulit diberantas, oleh karena itu jam karet perlu dilestarikan. 4
Bagi siswa yang mengumpulkan tugas sekolah tidak tepat waktu, perlu diberi hukuman yang bersifat mendidik.
5
Tata tertib sekolah yang tidak memberikan sanksi tegas terhadap para siswa yang melanggar aturan sekolah, akan membuat jera bagi para pelakunya.
6
“Mengikuti aturan masyarakat dimana kita tinggal, kemudian menerapkan dalam kehidupan seharihari ” adalah salah satu bentuk pelaksanaan karakter patuh pada aturan sosial.
7
Patuh pada norma agama akan tumbuh bila dilakukan dengan pemberian hukuman yang keras sejak di dunia, sebab dengan hukuman yang keras, pelanggar akan merasa jera/kapok dan tidak akan melakukan pelanggaran lagi
Kepatuhan Pada Aturan
| 10
8
Dalam memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak, dapat dilakukan dengan cara apa saja, kendatipun terpaksa melanggar peraturan sosial.
9
“Untuk meraih cita-cita, mulailah dengan melaksanakan aturan keluarga, sekolah, dan masyarakat” . Demikian Pa’De Kara menasihati murid-murid di kelasnya.
10
Patuh pada aturan sosial memang sebuah pengorbanan dan sesuatu yang pahit serta kadang-kadang tidak menyenangkan, tetapi perlu diingat, patuh pada aturan itu perlu untuk kepentingan bersama .
Padepokan Karakter
| 11
B. Dimensi Pencerminan Pengetahuan Tes Pemahaman Bertanggung Jawab Pilih jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) atau mengklik huruf dari jawaban-jawaban yang tersedia. 1.
Pemenuhan kebutuhan manusia akan tercapai bila manusia menjalin hungungan yang dibenarkan oleh aturan sosial. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan berikut, KECUALI : a. hubungan kerja sama, b. hubungan perdagangan, c. hubungan persekongkolan, d. hubungan kekerabatan
2.
Manusia lahir memiliki pembawaan kodrat berbuat nilainilai luhur seperti berikut ini, KECUALI: a. berbuat santun dalam berbicara, b. bebuat dan bertindak sesuai aturan, c. berbuat cermat dalam bekerja, d. berbuat salah yang tidak sengaja.
3.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diinginkan adalah hubungan yang: a. saling menguntungkan, agar tidak ada yang merasa dirugikan b. saling memenangkan, agar ada kepastian hukum,
Kepatuhan Pada Aturan
| 12
c. saling tidak mendapat keuntungan, sebagai cambuk untuk maju, d. saling kerjasama, walaupun ada yang kalah dan ada yang menang. 4.
Sering terjadi kecelakaan di jalan raya. Hal itu terjadi karena ketidak patuhan terhadap aturan berlalu lintas dan bekendaraan di jalan raya. Kecelakaan tersebut terutama melanggar melanggar norma:: a. Sosial, b. Agama, c. Kesopanan, d. Hukum.
5.
Ketidak patuhan terhadap semua peraturan akan dikenai sanksi. Melangga aturan norma kesopanan sanksinya dapat berupa: a. hukuman nanti di akhirat, b. diasingkan oleh oleh lingkungan masyarakat, c. di penjara pada lembaga pemasyarakatan d. dicabut hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah kota/kabupaten.
Padepokan Karakter
| 13
C.
No 1
2
Dimensi Pencerminan Perilaku Tes Pikir dan Tindak Produktif Tindakan karakter kepatuhan pada aturan Kemukakan, perilaku patuh pada aturan yang dilakukan Anda selama dua minggu yang lalu, baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat.
Sebutkan 1. 2. 3. 4. 5. dst tuliskan
Kemukakan, perilaku tidak patuh aturan yang dilakukan orang lain, baik di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat luas, selama dua minggu yang lalu
1. 2. 3. 4. 5. dst tuliskan
Keterangan: setiap anda menuliskan satu tindak produktik, Anda akan memperoleh skor 2
Kepatuhan Pada Aturan
| 14
III. Memahami Gambar Cermatilah gambar berikut, kemudian jawab pertanyaanya. 1.
2. Slideshare.net
3. 4.
5.
6. Br2608.wordpress.com
7.
8.
9.
Eayani.blogspot.co m
10.
Bagaimana rasanya kalau teman kita tidak mematuhi tata tertib sekolah? Apa persamaan kata dari menepati tata tertib? Apa lawan kata dari mematuhi aturan? Buat kalimat dengan menggunakan “menepati aturan sekolah” Mengapa tata tertib yang telah disepakati harus kita laksanakan? Bagaimana caranya, agar semua tatatertib dimanapun kita berada harus kita patuhi? Mengapa, “menepati aturan akan membuat kita merasa aman” Buat semboyan, kalimat, atau kata-kata bijak dengan menggunanakan “patuh pada aturan” Mengapa budaya antri perlu dilaksanakan oleh semua orang? Kemukakan penjelasan bahwa melaksanakan tata tertib merupakan tanggungjawab semua orang.
Padepokan Karakter
| 15
DAFTAR RUJUKAN Al-Bikhal, Abu Ali. 2013. Ayat-Ayat Motivasi. Depok: Mutiara Allamah Utama Alyf. 2013. Cerita Motivasi, Tetap Percaya Diri. Tersedia pada http://alyfdownload.blogspot.com Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta. El-Bantanie, Muhammad Syafe’i. 2012. Setan pun Ingin Kembali Ke Surga. Jakarta: Qultum Media. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Fadlillah, Muhammad dan Lilif M. K. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hendri. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. Bandung: Simbiose Rekatama Media. Linda & Richard Eyre. 1995. Teaching Your Children Values. New York: R.M. Eyre & Assoc. Inc. McClelland, David. 1978. Managing Motivation to Expand Human Freedom. American Psyclologist (3) 201-210. Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Prayitno dan Belferik Manullang (ed). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7 No. 028
Kepatuhan Pada Aturan
| 16
Samani, Muchlas dan Hariyanto. M, S. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sheldon, Lee. 2004. Character Development and Story Telling. Boston: Thomson. Stark, R and Glock, C. 1968. Patterns of Religious Commitment. Berkeley: University of California Press. Sukanto, M.M. 1985. Nafsiologi: Suatu Pendekatan Alternatif atas Psikologi. Jakarta: Integritas Press. Suyadi. 2013. Strartegi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tillman, Diane. 2000. Living ValuesActivities for Young Adults. New York: HealthCommunication, Inc. Tillman, Diane. 2001. Living Values Activities for Children Ages 8-14. New York: HealthCommunication, Inc. Tillman, Diane and Pillar Quera Colomina. 2001. Living Values: An Educational Program Educator Training Guide.. New York: HealthCommunication, Inc. Tono, Suwidi (Pnyting). 2012. Kisah Inspiratif 10 Pribadi Besar. Depok: Vision03 Gema Pesona Estate. Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pusataka Pelajar. Zuchdi, D. dkk. 2013. Model Pendidikan Karakter: Terintegrasi dalam pembelajaran dan Pengembangan Kultur. Yogyakarta: UNY Press.
Padepokan Karakter
| 17