ARTIKEL KARYA ILMIAH
SEPATU SEBAGAI OBYEK DALAM SENI LUKIS
Oleh I Wayan Putra Semadi NIM : 200804015 Minat Seni Lukis Program Studi Seni Rupa Murni
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012
ABSTRAK SEPATU SEBAGAI OBYEK DALAM SENI LUKIS
Sepatu adalah sebuah alas kaki, dan merupakan benda hasil karya buatan manusia yang sangat eksis didunia fashion. Persoalan yang menjadi masalah, bagaimana mewujudkan, mengekspresikan, dan cara menyampaikan ide-ide yang bersumber dari obyek sepatu ke dalam seni lukis, yang bertujuan untuk mewujudkan, mengekspresikan serta menyampaikan fenomena pada karya seni lukis yang merupakan ide dari pencipta, dan bermanfaat dapat mencurahkan isi hati dengan segala fenomena yang diekspresikan ke dalam seni lukis. Metode penciptaan ini diproses berdasarkan tinjauan teoritis dan pengalaman pencipta mengenai sepatu sneakers. Sumber penciptaan diperoleh dari buku, internet, majalah, dan sumber lainnya. Dalam memvisualkan sepatu menggunakan unsur-unsur seni rupa antara lain garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang, dengan menerapkan unsur-unsur tersebut maka, yang terbentuk terdiri dari komposisi, proporsi, pusat perhatian, keseimbangan, dan irama. Proses penciptaan dilalui dengan beberapa tahapan seperti, proses penjajagan (eksplorasi), proses percobaan (eksperimen), proses pembentukan (forming), dan penyelesaian (finising). Pada wujud karya mengandung aspek ideoplastis yang menyangkut gagasan dan aspek fisikoplastis menyangkut fisik karya mengenai teknik, elemen visual serta unsur-unsur seni rupa. Hasil dan simpulan berupa wujud karya yang divisualkan, berikut judul dari sepuluh wujud karya antara lain : Sepasang Kekasih, Bagaikan Pelangi, Aku Rapuh Tanpamu, Pintu Masuk, Sebuah Media, Simbol Fashion, Sedang Beraktivitas, Di Pojok Ruangan, Sarana Dalam Olahraga, dan Diantara Jemuran. Hal di atas merupakan judul dari sepuluh karya yang divisualkan. Melalui penciptaan ini pencipta menyuguhkan karya seni lukis dengan makna yang terkandung di dalamnya, dengan harapan dapat diapresiasi kepada seluruh kalangan masyarakat. Kata Kunci : Sepatu, Dalam, Seni Lukis.
i
ABSTRACT SHOES AS OBJECT IN PAINTING
Shoes are footwear, and are the handiwork of man-made objects that really exists in the world of fashion. The issue that becomes the problem, how to create, to express, and how to convey ideas that come from objects into the art, which aims to create, express and convey the phenomenon to the work of art that becomes the idea of the painter, and beneficial to implement the heart’s will with all the phenomena that are expressed in painting. This creation method based on a review of theoretical and experience of the painter about sneakers. Source of creation derived from books, internet, magazines, and other sources. In visualizing shoes, the painter using elements of art such as line, color, shape, texture, and space, by applying the elements, which are consist of the composition, proportion, the center of interest, balance, and rhythm. Through the creation process with several stages such as, process assessment (exploration), the experiment (experiment), the process of forming (forming), and completion (finishing). The form of works that contain idea aspects and physic aspects that related to the physical objects, visual elements and other elements of art. Results and conclusions that contain the form of works are visualized, here are the title of the ten form of works include: A Pair of Lover, Like a Rainbow, I’m Fragile Without You, Entrance, A Media, Fashion Symbols, In Activity, On the Room’s Corner, Facilities of Sports, and Between the Clothesline. Above are the titles of the ten works that visualized. Through these creations, the painter presents the works of painting with meanings contained in it, which are expected that they can be appreciated to the entire society. Keywords: Shoes, In, Art.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..
i
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ………………………………….....
ii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ……………………………………......
iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
iv
DAFTAR FOTO …………...……………………………………………..
vi
PENDAHULUAN A. Latar belakang ………………………………………………..
1
B. Ide Penciptaan ………………………………………………..
3
C. Ruang Lingkup Penciptaan …………………………………...
6
TINJAUAN PUSTAKA D. Tinjauan Kepustakaan ………...................................................
7
E. Pengertian Seni Lukis …...........................................................
8
F. Pengertian Estetika …………………………………………...
9
G. Perkembangan Sepatu ……………………………………….
15
H. Pengertian Realis …………………………………………….
17
I. Tinjauan Dari Beberapa Seniman …………………………....
19
PROSES PENCIPTAAN J. Proses Penjajagan (Eksplorasi) ……………………………....
20
K. Proses Percobaan (Eksperimen) ……………………………...
21
L. Proses Pembentukan (Forming) ……………………………...
24
M. Penyelesaian (Finishing) ……………………………………..
25
iii
WUJUD KARYA N. Aspek Ideoplastis …………………………………………….
26
O. Aspek Fisikoplastis …………………………………………..
27
PENUTUP P. Kesimpulan ……………………………………………………
34
Q. Saran …………………………………………………………..
35
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR FOTO
FOTO TINJAUAN DARI BEBERAPA SENIMAN Karya Dodit Artawan ………………………………………………...
19
FOTO KARYA Foto Karya Tugas Akhir 1 Di Pojok Ruangan …………………………
28
Foto Karya Tugas Akhir 2 Sarana Dalam Olahraga …………………...
30
Foto Karya Tugas Akhir 3 Diantara Jemuran …..………………………
32
v
PENDAHULUAN SEPATU SEBAGAI OBYEK DALAM SENI LUKIS A. Latar Belakang Sepatu adalah suatu jenis alas kaki footwear yang biasanya terdiri dari sol, hak, kap, tali, dan lidah. Sepatu memang alas kaki, namun demikian bisa dikatakan gengsi sepatu lebih tinggi dari pada penutup kepala. Sepatu bahkan dikenal menjadi salah satu obyek yang cukup menonjol. Tentu saja, sepatu juga merupakan perangkat fashion yang penting. Sepatu yang terbuat dari sol karet dan bagian atas berbahan kanvas, atau yang populer disebut sneakers, dulu hanya dikenakan untuk olahraga. Jenis dan merek sepatu juga menjadi penanda kelas sosial pemakainya. Karena itu sepatu juga merefleksikan gaya hidup dan identitas pemakainya. Sepatu sangat dekat dengan keseharian kita, dan sepatu memiliki sejarah yang panjang. Sepatu bisa mengubah dan menggambarkan suasana hati, selain pakaian, menggunakan sepatu dengan model dan warna yang menarik bisa menunjang suasana hati. “Mirip dengan mengkonsumsi obat penenang, aneka model sepatu yang menarik perhatian mata juga bisa menenangkan suasana hati”. Selain bisa memperbaiki suasana hati, membeli sepatu baru juga bisa merangsang area dalam merifres otak, yang bisa membuat seseorang lebih semangat. “Sepatu adalah barang kesayangan bagi pria sengaja membelinya hanya sebagai barang pajangan. Mengumpulkan setiap jenis sepatu setidaknya menimbulkan semangat yang tingkat kepuasannya sama dengan seorang kolektor perangko. Rata-rata kolektor perangko senang saat mendapatkan perangko langka, begitu juga dengan pecinta sepatu. Secara biologi sepatu terutama yang berhak bisa menunjukkan kelas sosial seseorang, terutama di tempat kerja. “Sepatu secara harfiah dapat meningkatkan status sosial pemakai, membawa signifikasi historis juga, menambah daya tarik mereka. Menurut Helen Fisher dalam abad sebelumnya, sepatu adalah ukuran kelas yang hanya orang kaya memakai sepatu hak tinggi dan kebanyakan orang yang bersepatu tanpa hak, rata-rata memiliki jabatan biasa dengan kata lain hanya sebagai karyawan biasa (Sumber: Kompas.com). 1
1
Sepatu merupakan suatu benda hasil budaya masa/hasil karya manusia yang dibuat sesuai suasana hati dan permintaan konsumen, namun sepatu dapat bergerak/dijalankan jika ada yang memakainya. Pencipta sangat menggandrungi sepatu yang full color/penuh warna yang menunjukkan suasana hati. Tetapi tentu saja di samping tampilan lukisannya yang menggoda hasrat visual, lukisan pencipta sebagai karya seni menyimpan makna dan pesan untuk para penikmatnya. Untuk lebih jelas pencipta akan bahas dalam wujud karya. Bila dibandingkan sepatu dengan diri pencipta hampir mempunyai kesamaan yaitu, sepatu hanya dapat bergerak/dijalankan jika ada yang memakainya, sedangkan pencipta hanya berjalan/bertindak jika menurut kata hati itu benar. Dalam hal ini pencipta memvisualkan karya-karya dari obyek sepatu dengan permainan komposisi yang mengacu pada seseorang, menunjukan situasi keadaan tertentu terhadap orang yang terkait dengan sepatu tersebut. Obyek sepatu seolah-olah menunjukan situasi seseorang yang sedang memakainya walaupun tidak melukiskan fostur figur manusia. Sepatu bagi pencipta merupakan suatu benda yang dapat melindungi kaki dari segala bentuk hal-hal yang bersifat tajam/hal yang membahayakan terhadap kaki. Pencipta menampilkan obyek sepatu dengan mengambil teknik dari kemudahan teknologi digital, yaitu dengan mnghasilkan citraan foto-realis melalui seni lukis, namun pada kenyataan bahwa citraan tersebut dihasikan oleh tangan. Sebuah lukisan yang tampak fotografis tetapi sesungguhnya lukisan, tentu menarik perhatian pemirsanya. Dalam hal ini lukisan pencipta mampu merayu pemirsanya untuk mengamati kumpulan sepatu dalam kanvasnya. Tampaknya metode foto-realis merupakan pilihan paling tepat dalam menampilkan karakter dan kualitas sepatu sebagai obyek yang didambakam bisa muncul. Berawal dari aktivitas sehari-hari yang tidak luput menggunakan sepatu, pencipta mengangkat sepatu sebagai karya Tugas Akhir mempunyai tujuan, untuk mengekspresikan sepatu melalui media kanvas yang mengandung makna dan pesan mengenai kehidupan dan persoalan yang dihadapi, agar para audien juga bisa merasakan makna apa yang terkandung dalam karya tersebut. Pencipta juga
2
bertujuan menampilkan dan mengenalkan obyek sepatu sneakers terhadap kalangan masyarakat. Berdasarkan pemahaman fenomena tersebut menjadi semacam renungan bagi pencipta, untuk memberikan suatu gambaran persoalan yang dihadapi melalui visual karya seni lukis terhadap masyarakat. Dengan dasar pemikiran uraian di atas yang dapat menguatkan konsep penciptaan untuk menampilkan citra identitas pribadi melalui pengalaman estetik dan kemampuan teknik.
B. Ide Penciptaan Plato, filsuf Estetika, mengatakan bahwa seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tak terpisahkan, seni integral dengan masyarakat, satu konsep yang tak terpisahkan, baik seni dan masyarakat terwujud diantaranya hubungan tak terpisahkan antara manusia dan lingkungan (Kartika, 2004 : 26). Pada umumnya apa yang kita sebut indah di dalam jiwa kita dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas, rasa aman, nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, kita merasa terpaku, terharu, terpesona, serta menimbulkan keinginan untuk mengalami kembali perasaan itu walaupun sudah dinikmati berkali-kali (Djelantik, 1999: 2). Semenjak di sekolah menengah Atas pencipta, melihat temen-temen memakai sepatu gaya sneakers pas waktu olahraga rasanya mereka sungguh nyaman menggunakannya dan terlihat sangat enjoy. Ingin rasanya ikut serta memakai sepatu seperti itu, akan tetapi keadaan ekonomi yang pas-pasan memaksa hanya memakai sepatu yang biasa. Hingga tamat pun belum pernah merasakan menggunakan sepatu sneakers, dari sekian lama menjalani aktivitas yang ingin mencoba memakai sneakers dan merasakan bagaimana nyamannya dan enjoy bergaya menggunakan sepatu sneakers. Rasa suka yang terpendam sangat lama baru bisa terwujud yang dulunya enggan memakai dan sekarang bisa membeli dan memakainya. Selain nyaman, lentur, dan enjoy digunakan dalam segala hal pencipta merasa terpikat dengan sneakers, yang full collour. Warnawarna sneakers memberi gambaran suasana hati si pemakainya. Berangkat dari fenomena pengalaman pencipta berkeinginan memvisualkan sepatu sneakers ke
3
dalam seni lukis sebagai wujud cinta terhadap sneakers. Respon yang terjadi di lingkungan sekeliling dengan fenomena-fenomena perkembangan model sepatu yang modern saat ini. Sneakers dengan berbagai gaya, sederhana ataupun rumit, dengan beragam macam warna dan sudah mengalami perubahan dari fungsinya yang awalnya hanya sebagai sepatu olahraga, namun sepatu sneakers kini dipakai untuk aktivitas lainnya. Memilih sepatu sneakers sebagai tema karena sangat nyaman bila dipakai dan bisa merubah penampilan seseorang yang awalnya tidak ada yang melirik dengan tiba-tiba ada yang melirik akibat memakai sneakers. Sneakers yang warnanya beraneka macam dapat memikat hati dengan polanya yang unik. Sepatu juga merupakan simbol dari gaya hidup yang mengikuti perkembangan zaman, dan dijadikan sebagai salah satu pernik gaya dalam penampilan. Ide dan rasa yang mengandung estetika yang perwujudannya disebut karya seni,
sedangkan
mengenai
bentuk
dan
isinya
tergantung
pada
cara
memvisualisasikannya. Sebuah ide akan timbul dari sebuah fenomena-fenomena yang dihadapi dalam menjalani aktivitas. Jadi ide adalah suatu gagasan dari pencipta untuk menciptakan sebuah karya sebagai alunan imajinasi. Dalam kontek penuangan ide dalam berkarya perlu terhadap suatu sebuah fenomena dan pengalaman estetik yang terkait dengan ide yang akan divisualkan sebagai karya seni lukis. Dengan kemampuan teknik pencipta menampilkan imajinasi dalam karya yang cendrung mengarah kepada pewarnaan dan komposisi obyek. Karya-karya yang mengandung makna dan pesan divisualkan dalam media kanvas, dengan media kanvas yang datar pencipta melukiskan sepatu yang bervolume dengan maksud agar visual karya terlihat hidup dan timbul dari kanvas. Dengan menggunakan teknik rupa “realis”, tanpa mengurangi cita rasa estetis pencipta dalam mengungkapkan ide dari obyek sepatu, dengan harapan mencapai bahasa visual yang tepat. Dapat mewujudkan dan mengekspresikan obyek sepatu dalam media kanvas untuk bisa mewakili gagasan-gagasan yang ada. Pencipta berharap dapat mencapai tujuan dengan memperkaya bahasa rupa serta fenomena yang disikapi.
4
Rumusan Masalah Pada saat berkarya dengan tema “Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis ” pencipta dihadapkan dengan beberapa permasalahan seperti : Bagaimana mewujudkan ide-ide yang bersumber dari obyek sepatu ke dalam karya seni lukis? Bagaimana mengekspresikan obyek sepatu ke dalam karya seni lukis? Bagaimana cara menyampaikan persoalan yang dirasakan pencipta ke dalam karya seni lukis?
Tujuan Penciptaan Adapun tujuan dari penciptaan karya seni lukis dengan tema ”Sepatu
Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis” adalah : Untuk mewujudkan karya seni lukis yang merupakan ide dari pencipta. Untuk mengekspresikan obyek sepatu menjadi karya seni lukis. Untuk menyampaikan persoalan yang pencipta rasakan dalam menjalani kehidupan.
Manfaat Penciptaan Manfaat bagi pencipta dalam mengangkat tema ”Sepatu Sebagai Obyek
Dalam Seni Lukis” adalah : Dapat mewujudkan karya seni lukis yang bertemakan ”Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis” Dapat mengembangkan obyek sepatu yang diekspresikan ke dalam seni lukis. Dapat menganalisa permasalahan/persoalan atas fenomena-fenomena yang dihadapi.
5
C. Ruang Lingkup Penciptaan Berdasarkan persoalan yang dihadapi, maka sesuai tema yang diangkat pencipta membatasi hanya pada obyek sepatu sneakers, sebab sepatu sneakers merupakan sepatu yang multifungsi dengan maksud sepatu sneakers tidak hanya dipakai namun juga bisa dijadikan sebuah media untuk melukis, selain itu juga nyaman, lentur, dan sangat cocok digunakan dalam segala hal apapun, selain warnanya yang memikat hati, model sneakers juga beragam dari berbagai bentuk. Alasan-alasan tersebut sebagai hasil dari ide dan fenomena yang dihadapi. Perwujudan dalam karya adalah figur-figur manusia yang memakai obyek sepatu dan ada juga yang hanya menampilkan obyek sepatu saja. Dalam hal ini pencipta berusaha menampilkan ide dari obyek sepatu untuk menjadi sebuah renungan dalam mengeksplorasi suatu gagasan. Kemudian dieksplorasi dengan komposisi bentuk yang realis dan warna background yang datar sesuai dengan kemampuan teknik pencipta dan memberikan suatu gambaran yang dihadapi. Dalam menggarap tema ini pencipta banyak menggunakan tinjauan pustaka dari buku-buku dan internet untuk lebih menguatkan gagasan-gagasan yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas. Pencipta memvisualkan karya yang berupa simbol-simbol dan pengalaman-pengalaman estetis dengan menggunakan unsur-unsur seni rupa, yaitu : garis, warna, ruang, dan bentuk-bentuk yang disajikan secara indah dan menarik.
6
TINJAUAN PUSTAKA D. Tinjauan Kepustakaan Untuk mewujudkan karya seni lukis dengan tema “Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis” pencipta sangat menyadari bahwa diperlukan berbagai macam pertimbangan kajian yang bisa memberikan pemahaman secara toritis. Tinjauan dari buku-buku dan internet menjadi hal yang sangat penting bagi pencipta, terutama yang berhubungan dan membahas tentang sepatu. Di samping kajian dari sumber tertulis seperti buku, majalah dan yang lainnya, kajian juga pencipta lakukan terhadap karya, foto karya, yang didapatkan langsung dari lapangan. Sumber langsung yang ke semuanya itu dapat mendukung ide dalam berkarya seni lukis.
Pengertian Judul Berikut pencipta akan uraikan tentang pengertian judul “Sepatu Sebagai
Obyek Dalam Seni Lukis” Sepatu adalah suatu jenis alas kaki (footwear) yang biasanya terdiri bagianbagian sol, hak, kap, tali, dan lidah. (Kompas Com). Sebagai adalah Se.Ba.Gai; Lihat bagai. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, 1006 : 2002). Obyek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan; 2 Kim benda, hal, dsb yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, 793 : 2002). Dalam adalah kata depan untuk menandai tempat yang mengandung isi dan kata depan untuk menunjukan kebalikan dari makna di luar. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, 233 : 2002). Seni adalah penyusunan kembali konsep dan emosi dalam suatu bentuk baru yang susunannya menyenangkan. Seni lukis merupakan wujud seni rupa dwi matra (Arsana dan Supono, 1983 : 27). Lukis adalah membuat gambar dengan mnggunakan pensil, pulpen, kuas, dsb, baik dengan warna maupun tidak. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, 687 : 2002).
7 7
E. Pengertian Seni Lukis Seni Lukis dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwi matra) dengan menggunaan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape dan sebagainya (Kartika, 1999 : 36). Menurut buku “Diksi Rupa” mengutip dari buku Understanding The Art dari B.S. Myers, dijelaskan secara teknik seni lukis merupakan tebaran pigment atau warna pada permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan yang dihasilkan kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, simbol, keberagaman dan nilai-nilai lain yang bersifat subjektif (Susanto, 2007 : 71). Namun bagi Derrida, seni adalah pernyataan tentang karakteristik kehadiran yang dihadiri (representasi). Keterbatasan mewakilkan yang bisa diwakilkan menjadi kehadiran adalah pertanyaan seni, Batas-batas inilah yang membuat seni dan karya seni menjadi penting dan khusus. Batas hendaknya diartikan bukan sebagai sesuatu dimana terdapat pemisahan sini dan situ, aku dan kau, seperti juga kemarin dan besok. Batas dilihat sebagai akhir yang memulai sesuatu atau sebaliknya sebagai totalitas. Dengan pengenalan batas, kita senantiasa berada pada fenomena yang tak terputuskan, yang tak menentu terjadi ruang banyak matra yang merangsang kesempatan sama pada persepsi dan makna. Tidak ada yang lebih penting apabila bentuk atau isi. Semua menjadi punya kesempatan penafsiran yang sama tanpa menjadi “yang paling” atau “yang lebih” (Wiryomartono, 2001 : 97). Jadi dari pendapat-pendapat di atas jelaslah bahwa seni lukis merupakan pengungkapan perasaan yang dalam, dituangkan di atas bidang kanvas yang berupa simbol-simbol dan makna dengan menggunakan unsur-unsur seni rupa, yaitu : garis, warna, ruang, tekstur dan bentuk-bentuk yang disajikan secara indah dan menarik, mengingat kembali dan membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani penikmatnya.
8
F. Pengertian Estetika Dalam menggarap tema ini pencipta banyak menggunakan tinjauan teoritis dari buku-buku untuk lebih menguatkan gagasan-gagasan yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas. Herbert Read (1959 : 1) dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art (1959) menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk-bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau suatu kesan dari bentuk yang disajikan. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga, Sebagai makhuk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks (www.wikipedia indonesia/seni.com). Sehingga dari beberapa pernyataan atau pendapat-pendapat yang pencipta kutip dapat didefinisikan : bahwa estetika adalah hasil dari aktivitas, perbuatan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan yang dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas, nyaman dan bahagia.
Elemen-Elemen Seni Rupa Garis Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik. Ia memiliki dimensi
memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain. Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni, dan dapat disejajarkan dengan peranan warna. Garis dapat pula membentuk berbagai karakter dan watak pembuatnya, dalam seni lukis, garis dapat pula dibentuk dari perpaduan antara dua warna, sedangkan dalam seni tiga dimensi garis dapat dibentuk belokan, sudut yang memanjang maupun berperan dengan teknik dan bahan-bahan lainnya. Dengan penggunaan garis secara matang dan
9
benar dapat pula membentuk kesan tekstur (barik) nada, dan nuansa ruang serta volume (Susanto, 2002 : 45). Garis di samping memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan nonformal, misalnya garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan dan resmi, garis-garis non geometrik bersifat tak resmi dan cukup luwes, lemah gemulai, lembut, acak-acakan, yang semuanya tergantung pada intensitas pembuat garis pada saat itu (Kartika, 2004 : 41). Bila dikaitkan garis dengan karya pencipta sangatlah berperan penting, karena dalam membuat serat dan tekstur dari obyek sepatu sangat dibutuhkan tekanan garis. Warna Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya dengan corak rupa seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain. Peranan warna sangat dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension), deskripsi alam (naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beranekaragam ini kita akan melihat batasan kedudukan warna dalam seni lukis (rupa). Zat warna didapat dari pigmen yang berupa bubuk halus, yang disatukan dengan binder (zat pengikat) atau paint vahiele (pembawa pigmen) (Susanto, 2002 : 113). Warna pada karya pencipta sangat berperan penting dalam memvisualkan obyek ke dalam seni lukis, untuk memberi kesan tebal/tipis, membedakan obyek dengan latar, dan pewarnaan dari obyek yang dibuat. Bentuk Pada dasarnya bentuk adalah wujud fisik yang dapat dilihat. Susunan bagian aspek-aspek visual dan wujud suatu hasil seni tidak lain adalah bentuknya, susunan bagian-bagiannya, tegasnya aspek yang terlihat tersebut. Kalau ada bentuk terlihatlah wujudnya demikian pula jika terdapat satu atau lebih bagianbagian yang tergabung menjadi satu, membentuk suatu susunan dan terjadilah
10
wujud. Tetapi dalam membicarakan wujud yang khas, yaitu wujud yang beberapa hal mempengaruhi kita (Soedarso, 1975 : 16). Bentuk merupakan wujud yang digambarkan, bentuk mewakili dua sifat : geometris dan non geometris, bentuk geometris strukturnya teratur misalnya segitiga, segiempat, lingkaran dan sebagainya, Bentuk nongeometris susunan strukturnya bentuk-bentuk alamiah (Suryahadi, 1994 : 5). Bentuk dalam karya seni lukis nantinya diwujudkan dalam perpaduan, dari kedua bentuk yang saling mendukung yaitu antara bentuk geometris yang beraturan dan bentuk nongeometris yang tak beraturan. Bentuk pada karya pencipta merupakan wujud dari obyek yang divisualkan sebagai karya seni lukis. Ruang/Bidang Ruang adalah suatu yang mempunyai keluasan yang digolongkan dalam dua bentuk ruang bidang positif dan negatif. Ruang positif adalah ruang/bidang yang dibatasi oleh suatu batas tepi berupa garis, sedangkan ruang negatif adalah ruang yang berada di sekitar ruang atau bidang positif dan keduanya saling berintraksi satu dengan yang lainnya menyebabkan adanya hubungan-hubungan ruang/bidang dalam suatu susunan (Suryahadi, 1994 : 4). Ruang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa orang sering mengaitkannya dengan bidang yang memiliki batas limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah (Susanto, 2002 : 99). Jadi ruang/bidang sebagai sebuah elemen yang memiliki suatu kekuasaan diuraikan dalam bentuk ruang/bidang, serta diwujudkan dalam bentuk karya seni sebagai interaksi (hubungan) antara ruang atau bidang dalam suatu susunan . Ruang/bidang merupakan suatu kesatuan dari obyek, ruang merupakan pertanda keberadaan obyek itu bertempat dimana, sedangkan bidang adalah merupakan obyek dan latar belakang dari obyek.
11
Tekstur Teksture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atas sesama. Artificial texture (tekstur buatan) merupakan tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan seperti: kertas, logam, kaca, plastik, dan sebagainya. Sedangkan istilah nature texture (tekstur alami), tanpa campur tangan manusia, contohnya : batu, pasir, kayu, rumput, dan lain sebagainya, Tekstur dapat dibuat dengan cara teknik kolase, dengan menempelkan berbagai bahan, misalnya menempelkan potonganpotongan kertas, kayu, kain, atau dengan menggunakan bubur kertas, bubur kayu, beberapa barang bekas dan sebagainya. Pada prinsipnya membuat permukaan wajah menjadi rasa tertentu secara perabaan atau secara visual (Soegeng TM, ed, 1987 : 76). Dari uraian di atas dikaitkan dengan karya pencipta dapat disimpulkan bahwa tekstur sebagai elemen dalam seni lukis baik semu maupun nyata akan memberikan sifat terhadap suatu permukaan dalam susunan karya, sifat tersebut meliputi kasar, keras, halus, buruk atau licin. Prinsip-prinsip Penyusunan Karya Seni Lukis Terwujudnya karya seni tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang terbentuk dari penyusunan komposisi, proporsi, pusat perhatian, keseimbangan, irama, dan kontras. Proporsi Proporsi menunjukkan hubungan bagian dalam keseluruhan dan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya. Konteks seni rupa menunjukkan apakah ukuran dibaca sebagai keleluasaan, kelebaran, ketinggian atau kedalaman. Sejak semula tidak ada suatu peraturan sah dan berlaku sampai sepanjang waktu yang menetapkan adanya proporsi yang “benar” atau selaras. Sesungguhnyalah dalam seni rupa, ungkapan “proporsional” dapat dipakai, tetapi maksudnya adalah
12
proporsi itu tidak sesuai dengan proporsi model sesuai dengan proporsi model sekarang (Arsana dan Supono, 1983 : 73). Proporsi adalah sesuatu yang saling berkaitan atau seimbang satu sama lain dan juga menunjukan kesempurnaan secara keseluruhan. Pusat Perhatian Pusat perhatian disebut pula dominan yang merupakan fokus dari suatu susunan. Suatu pusat perhatian di sekitar elemen-elemen lain yang bertebaran dan tunduk membantunya sehingga yang kita fokuskan menonjol, tetapi tidak lepas dari yang lain atau lingkungannya. Pusat perhatian dapat lebih mudah dilakukan dengan : a ) dengan ukuran; b)
menggunakan kekuatan warna;
c)
melalui tempat;
d)
membuat perbedaan atau perkecualian (Arsana dan Supono, 1983 :
66). Penekanan memberikan suatu fokus pandangan utama dari suatu komposisi (bisa berupa warna, garis maupun bentuk), aspek yang lainnya menjadi pendukung. Jadi pusat perhatian menurut pencipta adalah sesuatu yang menonjol dan memiliki kesan lain dari sekelilingnya. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah suatu peleburan semua kekuatan pada suatu susunan yang menimbulkan perbandingan yang sama, sebanding. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau asimetris (Arsana dan Supono, 1983 : 68). Di dalam karya seni lukis keseimbangan informal atau asimetris biasanya lebih menarik karena lebih kompleks (kelihatan lebih mulus, rumit) dapat memberikan kemungkinan variasi yang lebih kaya dalam penyusunannya, sehingga
dapat
memberikan
kesan
bergerak
atau
dinamis.
Sementara
keseimbangan formal atau simetris memberikan rasa agung, tenang dan
13
kepersisan karena bentuk maupun warna yang ada persis antara bagian yang kiri dan bagian kanan, sehingga menimbulkan kesan tidak bergerak, bersifat statis dan kaku serta kadang menimbulkan kejenuhan. Jadi keseimbangan merupakan suatu pengaturan obyek agar menyatu satu sama lain yang menimbulkan kesan harmonis. Irama Irama adalah aturan atau pengulangan yang teratur dari suatu bentuk atau unsur-unsur lainnya. Bentuk-bentuk pokok irama
adalah : berulang-ulang
(reventitive), berganti-ganti (alternatif), berselang-selang (progresif), dan mengalir (flowing) (Arsana dan Supono, 1983 : 70). Irama dalam seni lukis diperlukan untuk membantu menimbulkan pusat perhatian maupun untuk mencegah suatu kebosanan atau kejenuhan. Irama bisa muncul dari pengulangan bentuk, warna, garis, dan sebagainya. Uraian selanjutnya mengulas tentang sifat-sifat yang harus dimiliki suatu karya seni untuk berpotensi “Seni” yakni supaya mengandung kemungkinan bahwa karya itu mempunyai nilai estetik. Bersley menyebutkan tiga macam sifat estetik pokok yang menentukan kesenian yaitu “Unity (kebutuhan, kesatuan, tidak ada cacatnya), Complexsity (kerumitan, keanekaragaman), Intensity (intensitas, kekuatan, kesungguhan)”(Djelantik, 1999 : 166). Ketiga pembentuk nilai estetika seperti tersebut di atas menjadi perwujudan karya sehingga diharapkan mampu memenuhi suatu keindahan yang tersusun secara baik, atau sempurna bentuknya, tidak sederhana sekali, melainkan hanya akan isi atau makna serta mempunyai kwalitas-kwalitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang kosong, semuanya dilakukan secara intensif atau sungguh-sungguh. Irama berarti pengaturan kembali dari keseluruhan obyek yang berfungsi menyatukan. Kontras Kontras adalah perbedaan antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang ada pada sebuah komposisi atau desain. Kontras dapat dimunculkan dengan
14
menggunakan warna, bentuk, tekstur, ukuran, dan ketajaman. Kontras digunakan untuk memberi ketegasan dan mengandung oposisi-oposisi seperti gelap terang, cerah-buram, besar-kecil,dan lain-lain (Susanto, 2002 : 66). Kontras merupakan sesuatu yang bersifat keras atau hal yang tidak cocok antara satu dengan yang lain. Dalam seni lukis hal kontras dapat ditimbulkan dari segi pewarnaan. Kesatuan/Unity Merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni. Unity merupakan kesatuan yang diciptakan lewat sub-azas dominasi dan subordinasi (yang utama dan kurang utama) dan komponen dalam suatu komposisi karya seni (Mikke Susanto, 2012 : 416). Dikaitkan dengan karya pencipta kesatuan/unity merupakan bagian yang terpenting dalam berkarya, agar keseluruhan obyek menjadi seimbang dan serasi. Harmoni Harmoni adalah keselarasan. Dalam beberapa bahasa, harmoni disebut armonía (Spanyol & Italia), harmonie (Perancis dan Jerman), zusammenklang (Jerman). Dalam teori musik, ilmu harmoni adalah ilmu yang mempelajari tentang keselarasan bunyi dalam musik. Harmoni atau ilmu harmoni juga bisa diartikan sebagai ilmu untuk menyusun dan menyambung akor-akor. Harmoni juga dapat dikatakan paduan nada , yaitu paduan bunyi nyanyian atau permainan musik yang menggunakan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi nadanya dan dibunyikan secara serentak (edukasi.kompasiana.com/2010/12/13/harmoni). Harmoni bila dikaitkan dengan karya pencipta yang merupakan keselarasan antara obyek dengan latar belakang.
G. Perkembangan Sepatu Pada perkembangannya, bagian atas sepatu tak hanya dibuat dari kanvas, tetapi juga dari bahan lain, seperti kulit, yang membuat penampilan sneakers lebih berkelas. Namun, jauh sebelum kedua merek asal Amerika Serikat tersebut
15
muncul, sebuah tulisan di New York Times edisi 21 Maret 2010 menyebutkan bahwa sepatu dengan sol dari karet dan bagian atas dari kanvas sudah dibuat sejak tahun 1830 di Inggris. Saat itu, penciptanya adalah sebuah produsen karet bernama Liverpool Rubber Company, yang pada perkembangannya dikenal dengan nama Dunlop. Seiring dengan bermunculannya produsen peralatan olahraga, semakin beragam pula pilihan sneakers bagi konsumen. Adidas yang didirikan seseorang berkebangsaan Jerman, Adolf ”Adi Dassler, tahun 1924 memiliki Adidas Original yang punya banyak koleksi sneakers, dalam arti sepatu yang bergaya kasual. Seiring bertambahnya waktu, manusia terus menyempurnakan bentuk sepatu. Tentunya, hal itu dimaksudkan untuk lebih memberikan kenyamanan bagi para pemakainya. Lantas, bagaimana sejarah perkembangan sepatu dari masa ke masa yaitu sebagai berikut: 1800 - Sepatu beralaskan sol karet pertama dibuat dan dinamakan plimsolls. 1892 - Goodyear dan perusahaan sepatu karet dari US Rubber Company, memulai memproduksi
sepatu
karet
dan
kanvas
yang
diberi
nama
Keds.
1908 - Marquis M. Converse mendirikan perusahaan sepatu Converse. Perusahaan inilah yang membuat sepatu untuk olahraga basket pertama kali. Sepatu ini pula yang mengubah permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon AS. 1917 - Sepatu keds menjadi sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal. Di kemudian hari, sepatu ini disebut sneakers karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1920 - Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya. Ia membuat sepatu tanpa bantuan alat-alat listrik. 1924 - Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman. Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang 1948 - Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan. Sepatu sepakbola pertama Puma digunakan oleh tim sepakbola Jerman Barat. 1950 - Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana. Pasalnya, sepatu ini murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Selain sneakers,
16
sepatu bertumit tinggi alias stiletto juga menjadi tren di awal 1950-an. 1962 - Phil Knight dan Bill Bowerman meluncurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (pada masa itu) dengan nama Blue Ribbon Sports (BRS). Seiring dengan desain dan teknologinya yang baru, pada tahun 1968, nama mereka diganti menjadi Nike. 1970 - Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci atau 5—12 sentimeter menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal kepopuleran sepatu model bakiak. 1990 - Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna, dan persegi. 1995 - Museum Sepatu Bata di Toronto, Kanada, resmi dibuka pada bulan Mei. 1998-2001 - Sepatu lars menjadi salah satu sepatu yang populer di Indonesia. 2006 - Sekarang Model wedges shoes (berbentuk irisan) merupakan model yang populer dikalangan kaum perempuan. Di samping itu, sepatu-sepatu yang menawarkan kenyamanan bagi para pemakainya mulai menjadi pilihan banyak orang (hd/eksplorasi-dunia.blogspot.com). Dari segi kreativitas, pemilihan objek tertentu yang digunakan dalam menciptakan karya seninya itulah yang memegang peranan penting, Jadi, mesikipun karya-karya lebih banyak yang berbicara kreativitas seniman tetap dibutuhkan dalam pemilihan unsur-unusr atau objek karya seni yang ditampilkan (Arsana dan Supono, 1983 : 103)
H. Pengertian Realis Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat
17
itu. Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Pijakan-pijakan dasar seni lukis realis yang diterapkan masing-masing pelukis ini memberi dampak positif bagi kalangan pelukis muda lainnya. Di samping itu, realis merupakan dasar untuk melangkah menuju pada gaya-gaya berikutnya seperti surealis, abstrak, ekspresionis, kubisme, pop art, dan seterusnya. Bagi kalangan masyarakat luas -- negara Timur dan Barat, seni lukis realis sangat mudah dipahami karena disamping bentuknya jelas, tekniknya halus dan dari segi temanya lebih banyak menggambarkan realitas sosial. Bahwa realitas sosial yang terjadi di kalangan masyarakat umumnya menjadi perhatian bagi para pelukis dunia, sehingga pahit dan bahagianya kehidupan masyarakat setempat tetap memberi inspirasi bagi kalangan seniman.
18
I. Tinjauan Karya Dari Beberapa Seniman
Karya Dodit Artawan
‘Backpacker’, 2010 Oil On Canvas 260 x 200 cm Dikutip dari katalog “SNEAKERSHEAD PAINTING : DOUBLE FETISHISM”, 2010
Dodit Artawan adalah seorang seniman yang berasal dari Desa Batubulan dan merupakan seniman akademis. Dodit Artawan seniman kelahiran 1978, Batubulan, Bali dan juga merupakan alumni Institut Seni Indonesia, Denpasar, 1997. Pencipta memilih karya Dodit Artawan sebagai tinjauan karya, sebab dari segi penampilan obyek sama mengangkat sepatu dan memvisualkan sepatu. Dari segi teknik juga memiliki kesamaan, akan tetapi hanya dari sisi tampilan obyek yang berbeda. Hal yang diperoleh dari karya Dodit Artawan untuk dijadikan sebagai acuan berupa kesan sepatu yang tercipta oleh perpaduan warna dan kerealisan obyek, sehingga memberikan dorongan kepada pencipta untuk berkarya seni lukis dengan obyek sepatu, namun berbeda dari segi tampilan obyek. 19
PROSES PENCIPTAAN
Untuk mewujudkan suatu hasil karya seni lukis diperlukan proses penciptaan. Pada bab ini pencipta uraikan tentang proses penciptaan sampai terwujudnya karya seni dengan tema “Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis”. Proses pengungkapan ide menjadi karya seni juga sering disebut proses kreativitas, dengan tahapan-tahapan yang mutlak harus dilewati. Rangkaian proses kreatifitas sesungguhnya adalah perwujudan dari ide, yang sebelumnya sangat abstrak menjadi sebuah karya seni yang berwujud nyata, dan dapat dinikmati oleh indra manusia. Proses ini bukanlah suatu hal yang terjadi karena kebetulan saja, tetapi sebuah proses yang didasari oleh sebuah konsep yang jelas dan didukung dengan kemauan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan dan sudah terbentuk dalam diri serta dapat dicurahkan sepenuhnya. Dalam kaitannya dengan Tugas Akhir ini, proses penciptaan yang pencipta lakukan, alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam menghasilkan karya seni.
J. Proses Penjajagan (Eksplorasi) Penjajagan merupakan suatu proses yang memberikan pertimbanganpertimbangan awal dari persiapan melukis. Pertimbangan ini berupa pencarian sumber-sumber inspirasi yang berkaitan dengan tema yang pencipta angkat diantaranya mengumpulkan data-data dari kegiatan yang pencipta lakukan, dari melihat pola model sepatu, pakaian-pakaian yang dipakai masyarakat sekitar, dan melihat majalah-majalah fashion. Penjajagan ini dilakukan di daerah tempat pencipta tinggal ataupun saat melihat model-model sepatu bersol karet/sneakers yang berkembang melalui majalah, televisi, dan internet. Proses ini pencipta hayati dan renungkan kemudian membuat sketsa-sketsa dari foto-foto, majalah, ataupun televisi karena nantinya dapat memudahkan dalam proses pembentukan. Di samping melalui proses awal yaitu sketsa, penunjang yang lain pada tahap ini dengan melihat majalah-majalah sepatu, membaca buku-buku tentang fashion dan seni. Terutama seni lukis, sejarah atau mempelajari tokoh-tokoh seni lukis, dalam konsep ataupun teknik yang dipergunakan. Mengunjungi pameran dapat 20 20
memberikan masukan-masukan yang berguna dalam proses penjajagan. Masukan tersebut berupa cara menyusun konsep ataupun teknik-teknik baru dan cara ungkap yang dapat diterapkan pada karya pencipta sendiri.
K. Proses Percobaan (Eksperimen) Pada proses penciptaan pencipta melakukan pencarian teknik yang menunjang ide garapan, diantaranya mengenal dan mempelajari sifat bahan yang dipergunakan, mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam penerapan teknik dan bahan karena mencoba dan mempelajari sifat dan jenis dari bahan bisa memberikan pertimbangan bahan yang akan dipergunakan dan dapat menilai kualitasnya. Setahun lalu pencipta pernah mencoba menggunakan teknik drawing di atas media kanvas, dengan harapan dapat mencapai teknik untuk menunjang dalam memvisualkan karya yang realis. Proses percobaan tersebut ternyata belum berasil, menggunakan teknik drawing belum maksimal menghasilkan karya realis, sebab menggunakan drawing hanya menghasilkan karya yang monokrum, selain itu proses pengerjaan juga lama, maka dari itu pencipta beralih mencoba menggunakan cat minyak di atas media kanvas. Dalam proses tersebut pencipta memilih menggunakan cat minyak. Cat minyak menurut pencipta dalam menggarap karya realis dapat mencapai kemiripan dari segi warna, dapat menghasilkan karya yang sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya. Dalam pemilihan alat, pencipta menggunakan alat-alat yang sesuai dengan bahan yang dipergunakan, kemudian dikombinasikan dengan teknik yang pencipta miliki. Pencipta melakukan studi bentuk, melalui latihan-latihan dan dengan mempelajari karya seniman-seniman senior yang menampilkan bentuk-bentuk realis. Percobaan bentuk dilalui dengan memindahkan wujud aslinya ke dalam sketsa di atas kertas, kemudian mempelajari karakter dari wujud aslinya. Pencipta melakukan proses di atas dengan belajar berbulan-bulan. Dibutuhkan ketekunan untuk menangkap sifat obyek dengan beragam karakter.
21
Beberapa seketsa dari proses percobaan
22
Persiapan Alat dan Bahan Dalam proses mewujudkan tema ke dalam karya seni lukis diperlukan
persiapan alat-alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk melukis :
Alat-alat melukis
Kuas Kuas yang pencipta pergunakan adalah kuas dari ukuran besar yang terdiri
dari kuas cat tembok sampai kuas cat minyak ukuran terkecil. Kuas besar pencipta pergunakan untuk mengecat dasar kanvas, serta untuk menerapkan blok-blok warna ukuran besar. Kuas ukuran sedang untuk membuat warna yang di blok sedang, dan kecil untuk membuat kontur atau garis-garis kecil.
Palet Dalam mencampur warna pencipta mempergunakan pisau palet dan
sebagai alas pencampurnya menggunakan triplek.
Bahan-bahan Melukis
Spandram Spanram yang pencipta pergunakan terbuat dari kayu dengan ukuran
berkisar dari 90 cm sampai 180 cm.
Kanvas Kanvas yang pencipta pergunakan adalah kanvas jadi yang sudah didasari, pencipta menggunakan kanvas jadi agar lebih cepat dalam proses berkarya.
Kain Lap Kain lap yang pencipta gunakan untuk membersihkan alat melukis.
Pensil Pensil yang pencipta gunakan adalah pensil HB untuk membuat sket pada kanvas.
Warna Warna-warna yang pencipta pergunakan adalah warna minyak dengan merek : Marries dan Amsterdam
23
Painting oil Painting oil merupakan minyak yang pencipta gunakan untuk mencampur warna minyak. Vernis Vernis merupakan bahan untuk melapisi lukisan. Vernis yang pencipta pergunakan adalah merek Winsor and Newton. Minyak Tanah Minyak tanah digunakan pencipta sebagai bahan untuk mencuci kuas.
L. Proses Pembentukan (Forming) Proses pembentukan dilakukan setelah melewati proses penjajagan dan percobaan, dalam pembentukan ini ada beberapa tahapan yaitu : membuat seketsa sebanyak-banyaknya di media kertas A4 dan dipilih sebagai sketsa yang terbaik untuk di-transfer ke dalam wujud karya. Sketsa ini dibuat pada tahap sebelumnya yaitu lewat penjajagan dan kemudian dibuat melalui pengamatan dalam tahap percobaan dengan kertas sebagai medianya. Tahap selanjutnya menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan keinginan pencipta dengan berbekalkan pengetahuan dari sifat alat dan bahan yang dapat memudahkan pada tahap pembentukan ini. Tahap berikutnya memindahkan sketsa ke kanvas dengan warna yang diinginkan. Tidak menutup kemungkinan nantinya, terjadi improvisasi, sketsa awal itu berbeda hasil dengan karya yang sudah jadi, dikarenakan sketsa awal pada kertas sesudah pembentukan dengan berbagai pertimbangan dari elemenelemen visual seni lukis dan prinsip-prinsip penyusunan karya seni lukis, tapi tidak mengurangi maksud dari sketsa awal tadi. Sketsa telah dilakukan selanjutnya memblok dengan warna sesuai dengan keinginan pencipta. Warna di sini memberikan volume ataupun karakter dari wujud yang ditampilkan. Karena pencipta menekankan pada warna, warna ini sangat berperan dan penempatan dari goresan ini sangat diperhitungkan. Tahap selanjutnya adalah pengkonsentrasian pada karya yaitu mengamati dengan teliti tiap-tiap bagian yang nantinya bisa mengoreksi bagian yang tidak sesuai ataupun menghilangkan bahkan menambahkan dari bentuk yang
24
diinginkan. Dalam tahap ini pencipta melakukan dialog dengan karya sendiri, tentunya dengan penghayatan-penghayatan. Pencipta menyadari karya-karya belumlah sempurna dan hanya orang lain yang dapat merasakan ketidaksesuaian antara satu bagian dengan bagian lainnya. Tahap terakhir adalah pengontrolan pada keseluruhan dari karya apabila obyek, goresan dan warna terpadu dan harmonis, pencipta tinggal memberikan penekanan pada salah satu objek yang ditonjolkan dengan warna kontras, maka karya tersebut telah selesai. Kemudian diberi tanda tangan dengan memperhatikan objek lain yang berfungsi, jangan sampai tanda tangan mengganggu objek yang sudah jadi sehingga adanya keharmonisan dalam karya.
M. Penyelesaian (Finishing) Tahapan ini merupakan evaluasi terakhir atas segala rentetan proses panjang sebelumnya. Evaluasi dilakukan berdasarkan sensitivitas rasa estetik dan kemauan untuk menjadikan ide sebagai tujuan visual. Segala unsur dari subjek matter, komposisi fokus perhatian, kesatuan serta bentuk-bentuk yang dicapai diteliti kembali bahkan tak jarang dihapus atau dibubuhi dengan aksen-aksen yang lain untuk mendukung karya itu pada tingkat kwalitas yang lebih baik. Evaluasi berjalan tak jarang dengan mengambil jarak atau mengamati dari jarak tertentu karya itu sendiri, karena dengan cara itu memungkinkan kita dapat melihat secara lebih teliti. Setelah respon yang dilakukan dapat memuaskan hati dan tema ”Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis”, maka mencantumkan nama pada karya sebagai pertanggungjawaban dapat dilakukan. Dengan demikian berarti proses penciptaan telah selesai. Pencipta juga memberikan lapisan pelindung berupa winsor and newton varnish untuk cat minyak yang bertujuan untuk menjaga ketahanan karya dan sekaligus mudah dibersihkan dari debu. Dengan penyelesaian tahap akhir ini, berarti karya-karya yang diciptakan telah siap dipajangkan atau dipamerkan untuk keperluan apresiasi.
25
WUJUD KARYA
Wujud karya merupakan hasil dari perwujudan ide atau gagasan melalui penyusunan elemen visual seni rupa. Jadi wujud karya adalah hasil pengungkapan ide atau gagasan dari aktivitas sehari-hari menggunakan sepatu sneakers ke dalam media seni lukis, yaitu media kanvas. Melalui penyusunan elemen visual seni rupa dalam menciptakan suatu karya seni lukis, diperlukan kemampuan mengolah dan menyusun aspek ideoplastis dan fisikoplastis secara utuh sehingga menjadi jalinan yang baik antara ide dan aspek visualnya.
N. Aspek Ideoplastis Secara garis besar, aspek ideoplastis merupakan gambaran mengenai ide, gagasan dan dasar pemikiran sebelum diwujudkan menjadi karya seni lukis, yang diperoleh dari proses membaca, mengamati, dan perenungan terhadap berbagai aspek lingkungan. Aspek ideoplastis yang terkait mengenai perjalanan pencipta dari SMA hingga kini merupakan dasar ide yang divisualkan saat menempuh perjalanan Tugas Akhir ini. Berawal dari realitas pencipta yang cukup panjang mengenai sepatu sneakers, yang dulunya hanya bisa melihat orang menggunakan sneakers dan tidak bisa memiliki, ingin rasanya pencipta mempunyai sneakers tersebut. Dari realitas yang pencipta alami dulu sangat sulit dan pada lembaran baru ini, pencipta sudah bisa memilki sneakers dan tidak hanya melihat orang memakai lagi, maka dari itu saat menempuh Tugas Akhir ini pencipta visualkan sepatu sneakers sebagai obyek dalam berkar
26
26
O. Aspek Fisikoplastis Aspek fisikoplastis adalah aspek visual karya yang meliputi unsur-unsur visual seni lukis seperti garis, warna, bidang, bentuk, tekstur, ruang dalam wujud karya, yang diolah dan diterapkan sedemikain rupa dengan kemampuan teknik dan kepekaan rasa sehingga tercipta karya seni yang harmonis. Bentuk yang ditampilkan dalam karya ini, tidak lepas dari bentuk aslinya. Ruang dalam visual karya ini ditampilkan dengan perbedaan warna untuk membedakan obyek dan latar belakang. Di samping itu mengatur antara bagian yang besar dan kecil, jauh dan dekat menggunakan teknik blour yaitu membuat background atau obyek bagian belakang dengan agak kabur. Dalam mengkomposisikan obyek, membuat proporsi, keseimbangan, pusat perhatian, dan irama yang sehingga mampu menghasilkan karya yang estetis. Adapun penyusunan dari kedua aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai perwujudan karya seni lukis, sebagai berikut:
27
Foto Karya 1
“Di Pojok Ruangan”, 2012 Oil On Canvas 180 x 150 cm
28
Karya yang berjudul “Di Pojok ruangan” menonjolkan sol karet yang begitu menarik dan kokoh. Visual karya yang menonjolkan bagian bawah sepatu dengan warna merah yang mncolok, dimana warna merah berarti berani menghadapi segala ancaman yang diinjak. Penempatan obyek pada sudut ruangan atau sudut tembok yang mengarah pada simbolik, simbol yang berarti awalnya sneakers hanya tersudut dalam bidang olahraga, namun kini sneakers menjadi serba guna yaitu tidak hanya lagi dipakai sebagai sarana olahraga, akan tetapi dapat juga digunakan dalam segala hal kegiatan atau fashion. Obyek diletakan pada komposisi tumpang tindih, yang kini sneakers tidak lagi merasa tertindih pada satu kegiatan saja namun sudah berbagai jenis kegiatan dapat dipakai. Dalam karya ini juga diterapkan unsur-unsur seni rupa yaitu berupa garis, tekstur, bentuk, ruang, pusat perhatian, komposisi, serta warna sehingga perwujudan karya menjadi harmonis. Makna dari karya ini adalah tidak lagi merasa tertindih oleh yang lainnya dan sudah serba guna dipakai dalam bidang apapun. Obyek sepatu tak tampak secara keseluruhan dan yang tampak hanya pada bagian sol karet atau bagian bawah sepatu, karena itu yang menjadi pusat sentral maka dari itu sepatu diletakan seperti itu dan tidak keseluruhan.
29
Foto Karya 2
“Sarana Dalam Olahraga”, 2012 Oil On Canvas 150 x 120 cm
30
Karya yang berjudul “Sarana Dalam Olahraga” ini divisualkan obyek sepatu berpasangan dengan bola voli, antara sepatu dengan bola voli memiliki ikatan yang erat juga. Peranan sepatu dalam sebuah pertandingan bola voli sangatlah penting. Pada karya ini, bola voli dan sepatu sama-sama menjadi obyek sentral serta pengkomposisiannya diletakan berjejer dipinggir lapangan karena memiliki identitas yang sama yaitu, sama-sama menjadi sarana olahraga. Pada background yang menunjukan bahwa kedua obyek ini berada di pinggir lapangan, dan dari segi pewarnaan pencipta menampilkan warna bola voli dan sepatu mengikuti warna aslinya agar terlihat original. Makna dari karya ini adalah merupakan alat dan sarana dalam sebuah pertandingan bola voli. Sneakers menjadi seacam benda yang sangat eksis dalam bidang olahraga apapun. Peranan sepatu bila dikaitkan dengan seragam aparat kepolisian hampir sama yaitu, seragam aparat kepolisian berperan sebagai sarana dalam bertugas, jika tidak menggunakan seragam yang demikian orang tidak akan mengenali bahwa itu aparat kepolisian dan begitu sebaliknya sedangkan peranan sepatu sangat penting dalam kegiatan olahraga.
31
Foto Karya 3
“Diantara Jemuran”, 2012 Oil On Canvas 150 x 120 cm
32
Pada karya yang berjudul “Diantara Jemuran” ini sepatu tampak digantung pada anger baju dan masuk dalam wilayah simbolik, itu sebabnya sepatu tampak digantung pada anger serta baju juga digantung bersamaan. Seperti hendak mengatakan fungsi baju dan sepatu sama-sama berfungsi untuk melindungi, baju yang melindungi tubuh dari debu, sinar matahari dan lain sebagainya sedangkan sepatu berfungsi melindungi kaki dari segala ancaman benda yang berserakan dan dapat membahayakan kaki. Pada background dibuat obyek baju yang blour seperti kelihatan menjauh dan meruang, sebagai tanda bahwa sneakers yang digantung berada diantara sederetan jemuran baju. Baju dan sepatu selain sama-sama berfungsi melindungi, juga sama-sama memiliki nilai fashion. Kembali pada karya ini mewarnai baju dengan warna ungu yang identik dengan warna janda, di sini baju ungu disimbolkan sebagai wanita penghibur dan sepatu sebagai pelanggan yang selalu terpikat. Seperti tampak pada karya ini baju dan sepatu begitu nyaman rasanya bila digantung secara bersamaan. Visual karya ini jika dikaitkan dengan seekor induk ayam yang selalu melindungi anak-anaknya dari segala ancaman, begitu sebaliknya sepatu dan baju sama-sama berfungsi untuk melindungi anggota tubuh. Sebuah benda yang dapat memberi perlindungan terhadap manusia yang merupakan makna dari visual karya ini.
33
PENUTUP P. Kesimpulan Dari uraian sebelumnya pencipta dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Dalam mewujudkan sepatu sebagai visual karya seni lukis, dengan cara melakukan perenungan mengenai fenomena dan pengalaman yang dihadapi mengenai sepatu, sehingga dapat tercipta karya seni lukis yang bertemakan “Sepatu Sebagai Obyek Dalam Seni Lukis”. Pencipta tertarik mewujudkan ide mengenai sepatu karena, berdasarkan pengalaman dari diri pencipta sendiri yang berawal semenjak sekolah menengah Atas. Bagi pencipta sepatu sneakers itu merupakan benda yang dapat memberi kenyamanan untuk aktivitas apapun, dan merupakan simbol fashion serta merupakan simbol gaya hidup yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Mengekspresikan sepatu sebagai karya seni lukis, dengan cara melalui berbagai proses antara lain seperti membuat seket-seket yang bersumber dari ide/gagasan mengenai sepatu. Melalui proses penjajagan (eksplorasi), percobaan (eksperimen), pembentukan (forming), dan penyelesaian (finishing) pencipta telah lakukan sebagai bukti cinta terhadap sepatu. Mengekspresikan obyek sepatu dalam media kanvas untuk bisa mewakili gagasan-gagasan yang ada. Pencipta berharap dapat mencapai tujuan dengan memperkaya bahasa rupa serta fenomena yang disikapi. Melalui
aspek
fisikoplastis/wujud
karya
seni
lukis,
pencipta
menyampaikan persoalan yang dihadapi mengenai sepatu. Dengan cara mewujudkan sepatu sebagai obyek karya seni lukis, hal ini dijadikan sebagai bukti rasa cinta pencipta terhadap sepatu sneakers.
34
34
Q. Saran Sebelum mengakhiri skrip karya ini pencipta ingin memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut :
Sebagai perupa-perupa muda mahasiswa mestinya mencermati realitas maupun fenomena yang dialami, dengan membahasakannya ke dalam ekspresi seni rupa. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa cinta, melalui ekspresi seni rupa kita bisa melakukan semacam kontrol terhadap realitas maupun fenomena yang dihadapi. Karena seni dianggap sebagai media yang independen di dalam menyuarakan ide.
Lembaga ISI Denpasar hendaknya lebih memperhatikan keberadaan mahasiswa jurusan Seni Rupa dengan lebih banyak menyediakan buku-buku perkembangan seni khususnya seni rupa. Karena sampai saat ini buku-buku yang ada terbatas pada buku yang lama dan buku-buku berbahasa asing, dimana kemampuan mahasiswa dalam berbahasa asing sangat kurang, sehingga mahasiswa kurang peka terhadap informasi perkembangan terkini seni rupa Indonesia maupun seni rupa dunia.
35
DAFTAR PUSTAKA
Artawan Dodit, 2010, SNEAKERHEAD PAINTING : DOUBLE FETISHISM, SIGIarts Gallery Arsana, Nyoman dan Supono. 1983. Dasar-dasar Seni Lukis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Denpasar :
Djelantik, A.A. M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Kartika, Darsono Sony. 2004, Seni Rupa Modern, Bandung : Rkayasa Sains. Sidik, Fajar. 1979. Desain Elementer. Yogyakarta : STSRI/ASRI Soegeng, TM. (E). 1987, Pengantar Apresiasi Seni Rupa, Surakarta : ASKI Soedarso, SP. 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Jakarta : Studio Delapan Puluh Enterprise Suryahadi, Med.A.A. 1994. Pengembangan Kreativitas Melalui Seni Rupa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian. Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta : Kanisius Wiryomartono, Bagoes P.2001. Pijar-Pijar Penyekap Rasa : Sebuah Wacana Seni dan Keindahan, Dari Plato Sampai Derida. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Katalog Shopie Paries, Diterbitkan oleh PT Sophie Martin Indonesia, Gedung Sophie Martin - Jln. Adyakasa Raya No. 33 Lebak Bulus. edukasi.kompasiana.com/2010/12/13/harmoni,
(dikutip pada : 10 – 5 – 2012) hd/eksplorasi-dunia.blogspot.com, (dikutip pada : 3 – 4 – 2012)
http : //www. Brandnameshoesplus. Com, (dikutip pada : 18 – 4 – 2012) (indahf/Carapedia), (dikutip pada : 3 - 4 – 2012)
[email protected], (dikutip pada : 18 – 4 – 2012) Pasal Sumber : http : //www. ArticleStreet. Com/profile/teahupoo-16. Htm1, (dikutip pada : 17 – 4 – 2012) Sumber: Kompas.com, (dikutip pada : 26 – 4 – 2012) sumber cosmopolitan.com, (dikutip pada : 26 – 4 – 2012) Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, (dikutip pada : 6 – 5 – 2012)