SENTRALISASI DATABASE PENDUDUK DESA PANDANSARI KABUPATEN BREBES
Riyadi Purwanto1, Abdul Rohman Supriyono2 Dosen Program Studi Teknik Informatika Politeknik Cilacap 2 Dosen Program Studi Teknik Informatika Politeknik Cilacap 1
ABSTRACT Data Management in Indonesia’s population is very essential. Population data must be managed and organized in a database, so the data validation can be assured. In its current state, the data management in Indonesia has not done well, especially in rural areas. In some regions, they are already implementing information technology for data management of population, so the data validation can be more assured and the administrative process becomes faster. However, not a few parts of Indonesia are still using manual system (book notes), so the frequent damage to data, loss of data, doeble data on population, and administrative processes are low. One area in Indonesia that is still using manual system (book notes) and has a problem in data management is a village resident of Pandansari Brebes, in Central Java Province. To solve the data management problem in Pandansari village, Information Technology should be implemented using the system of “centralized database population”. Data management will be centralized population by applying a single database that is placed in a single server (centralized database). Managamenet of the database can be accessed by the clients (the village) spread in Pandansari village. By implementing the system of “Centralized Database Population”, the population data management can be optimized and organized, and recording and changes in population data is more up to date, minimize the loss and destruction of data, the administrative services can be faster, and there will be no double population data. Key words: population data management, centralized database of people, centralized database
1)
PENDAHULUAN
Penduduk adalah orang atau sekelompok yang tinggal disuatu tempat. Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua jenis, yakni : 1)Warga asli yang tinggal didaerah tersebut, 2)Warga asing (bukan warga asli setempat) yang secara hukum berhak tinggal didaerah tersebut dengan memiliki surat resmi untuk tinggal. Secara hukum, kedua jenis penduduk tersebut harus tercatat dalam database catatan sipil baik ditingkat dari tingkat Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten, maupun ditingkat propvinsi. Pada saat ini, pencatatan data penduduk dirasakan masih belum dilaksanakan dengan optimal dan terorganisir pada beberapa wilayah. Hal ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya masalah dalam pencatatan data penduduk sebagai berikut : 1)Terjadinya doeble data penduduk yang sama dalam satu wilayah, 2)Perubahan data penduduk (perpindahan penduduk, kelahiran, dan kematian) yang tidak up to date, 3)Terdapat beberapa penduduk yang memiliki KTP ganda (double identity). Salah satu wilayah yang menjadi temuan memiliki masalah dalam pencatatan/pengelolaan data penduduk adalah Desa Pandansari. Desa Pandansari merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Desa tersebut terletak didataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 1500 s/d 2050 m diatas permukaan laut dan suhu antara 8 s/d 28 0C. Jarak tempuh ± 14 km ke arah timur dari Pusat Pemerintah Kecamatan. Saat ini jumlah penduduk Desa Pandansari ± 8700 jiwa. Berdasarkan hasil pengamatan (observation), saat ini proses pengelolaan data penduduk Desa Pandansari belum dilakukan secara terpusat. Sebagian besar pengelolaan data penduduk dilakukan secara manual oleh beberapa perangkat desa. Pencatatan data penduduk hanya dilakukan melalui kertas yang didokumentasikan oleh masingmasing perangkat desa. Penggunaan perangkat komputer hanya dilakukan di Kelurahan yaitu untuk pelayanan administrasi saja. Hal ini disebabkan keterbatasan Perangkat Komputer yang dimilki dan belum tersedianya sistem
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
56
yang secara spesifik/khusus menangani pengelolaan data penduduk. Saat ini perangkat komputer yang dimilki hanya 1 komputer dan 1 laptop. Pengelolaan data penduduk secara manual memberikan dampak masalah yang significant. Beberapa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut : 1)Sering terjadinya kehilangan dan kerusakan data, 2)Perubahan data (perpindahan penduduk) dari satu wilayah ke wilayah yang lain tidak ter-update secara otomatis, sehingga memungkinkan terjadinya double data penduduk yang sama pada satu wilayah yang berbeda, 3)Pencarian data penduduk relative lama, dan 4)Biaya operasional pengelolaan data penduduk lebih tinggi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu diterapkan sistem pengelolaan data penduduk secara terpusat dengan mengembangkan sistem “Sentralisasi Database Penduduk Desa Pandansari”. Penerapan sistem secara terpusat dilakukan dengan menggunakan database tunggal (single databaseI) yang ditempatkan di kelurahan. Sistem tersebut dapat diakses oleh beberapa Perangkat Desa untuk melakukan pengelolaan data penduduk meliputi pencatatan data, perubahan data, dan pelayanan administrasi penduduk dengan otorization system yang telah ditentukan. Dengan demikian pengelolaan data penduduk dapat lebih optimal dan terorganisir, pencatatan dan perubahan data penduduk lebih up to date, minimalisir terjadinya kehilangan dan kerusakan data, pelayanan administrasi penduduk dapat lebih cepat, dan tidak akan terjadi double data penduduk.
2)
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan bahawa bagaimana mengembangkan sebuah sistem yang dapat mengelola data penduduk secara terpusat dengan menggunakan central database yang dapat diakses dari beberapa user (Perangkat Desa) dalam hal ini adalah perangkat Desa Pandansari. Pengelolaan data penduduk secara terpusat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
3)
a.
Database penduduk diimplementasikan secara terpusat (central) yaitu di kantor pemerintah desa (Balai desa).
b.
Pengelolaan data penduduk dilakukan oleh beberapa user (perangkat desa) meliputi, Ketua RT, Ketua RW, Kepala Dusun, dan Kepala Desa dengan otorization System masing-masing perangkat desa tersebut yang disesuaikan dengan job description.
c.
Pengelolaan data penduduk pada sistem yang dikembangkan meliputi, 1)Pencatatan data penduduk, 2) Update perubahan data penduduk yang meliputi perpindahan penduduk, kelahiran penduduk, dan kematian penduduk, dan 3)Pelayanan administrasi penduduk yaitu pembuatan surat-surat pengantar baik di tingkat RT maupun Kepala Desa.
BATASAN MASALAH
Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang akan dibahas. Batasan masalah tersebut antara lain : a.
Hasil dari penelitian adalah terciptanya “prototyping sistem informasi sentralisasi database penduduk Desa Pandansari” yang dapat mengelola data penduduk secara terpusat (central).
b.
Pengelolaan data penduduk pada sistem yang dikembangkan meliputi, 1)Pencatatan data penduduk, 2) Update perubahan data penduduk yang meliputi perpindahan penduduk, kelahiran penduduk, dan kematian penduduk, dan 3)Pelayanan Administrasi Penduduk yaitu pembuatan surat-surat pengantar baik ditingkat RT maupun Kepala Desa.
c.
Prototyping sistem yang dikembangkan belum terintegrasi dengan sistem yang diterapkan di Pemerintah tingkat Kecamatan atau tingkat Pemerintahan diatasnya.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
57
4)
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengelolaan data penduduk Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Analisis yang telah dilakukan akan dijadikan kajian untuk dikembangkan sebuah prototyping sistem pengelolaan data penduduk secara terpusat (central) dengan menggunakan central database. Hasil dari penelitian adalah dapat terciptanya prototyping sebuah sistem “Sentralisasi Database Penduduk Desa Pandansari” yang dapat mengelola data penduduk secara terpusat (central).
5)
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Desa Pandansari untuk mengelola data penduduk secara terpusat (central) dengan menerapkan sistem “Sentralisasi database penduduk desa pandansari”. Beberapa manfaat dari sistem yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
6)
a.
Membantu Pemerintah Desa Pandansari untuk melakukan pengelolaan data penduduk yang meliputi : 1) Pencatatan data penduduk, 2)Update perubahan data penduduk yang meliputi perpindahan penduduk, kelahiran penduduk, dan kematian penduduk, dan 3)Pelayanan Administrasi Penduduk yaitu pembuatan surat-surat pengantar baik ditingkat RT maupun Kepala Desa.
b.
Pencatatan data penduduk lebih akurat, pencatatan perubahan data penduduk dapat lebih up to date, dan pelayanan administrasi penduduk lebih cepat dan tepat.
c.
Menghindari terjadinya double data penduduk yang sama karena menggunakan database tunggal (single database).
d.
Mempermudah dan mempercepat proses pencarian data penduduk baik ditingkat RT, RW, maupun Kelurahan/Desa.
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
6.1 Tinjauan Pustaka Database adalah suatu sistem penyimpanan data yang tersusun atas sekumpulan data-data yang secara logika saling terkait yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi perusahaan (Connoly,2001,p.14). Database merupakan suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan, dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan pengambilan dua tujuan utama dari konsep database yaitu meminimumkan pengulangan data dan mencapai independensi data (McLeod,2001,p.258). Menurut McLeod (2001,p.258), pengulangan data (redudancy data) atau duplikasi data yang sama disimpan dalam beberapa file. Sedangkan independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memroses data. Independensi data dicapai dengan mendapatkan spesifikasi data dalam tabel dan kamus yang terpisah secara fisik dari program. Dewi (2011), menjelaskan bahwa salah satu penerapan database yang sangat urgent untuk saat ini di Indonesia adalah pengelolaan database administrasi kependudukan. Masalah administrasi kependudukan di Indonesia merupakan hal yang sangat berperan dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi penduduk tersebut dapat diketahui tentang data-data penduduk dan informasi yang sesuai dengan keadaan penduduk dan tentang kondisi daerah tempat tinggal penduduk. Menurut Sutanta dan Ashari (2012), database kependudukan WNI merupakan aset penting yang harus dijaga akurasinya, wajib digunakan oleh pemerintah sebagai dasar kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. Pemerintah menyelenggarakan dan mengembangkan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga, wajib mendukung terkumpulnya data dan informasi yang diperlukan, serta menyebarluaskan kembali untuk keperluan pengelolaan data kependudukan antar daerah.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
58
Untuk menjamin kesesuaian data penduduk dan meminimalisasi redudancy data penduduk diperlukan sebuah database yang berfungsi untuk melakukan pengelolaan data penduduk (Dewi, 2011). Pengelolaan data kependudukan dapat menggunakan sistem Distributed Database (DDB) (Sutanta dan Ashari, 2012). Sutanta dan Ashari (Ceri, S., & Pelagatti G., 1984) mendefinisikan DDB adalah sekumpulan data yang secara logis termasuk ke sistem yang sama tetapi tersebar di situs-situs jaringan komputer. Selain menggunakan DDB, pengelolaan data penduduk juga dapt menggunakan sistem Single Database (SDB) atau yang disebut dengan sentralisasi database.
6.2 Landasarn Teori 6.2.1 Definisi Sistem Informasi Beberapa definisi mengenai sistem informasi adalah sebagai berikut : a. Alter (Kadir, 2003) Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam organisasi. b. Utomo (Kadir, 2003) Sistem Informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. c. Kadir (2003) Sistem Informasi adalah proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
6.2.2 Definisi Database Database adalah suatu sistem penyimpanan data yang tersusun atas sekumpulan data-data yang secara logika saling terkait yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi perusahaan (Connoly, 2001.p.14). Database merupakan suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan, dan disimpan dengan suatu cara yang memudahkan pengambilan dua tujuan utama dari konsep database yaitu meminimumkan pengulangan data dan mencapai independensi data (McLeod,2001,p.258). Menurut McLeod (2001,p.258), pengulangan data (redudancy data) atau duplikasi data yang sama disimpan dalam beberapa file. Sedangkan independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data. Independensi data dicapai dengan mendapatkan spesifikasi data dalam tabel dan kamus yang terpisah secara spesfifik dari program.
6.2.3 Sentralisasi database Sentralisasi database (sistem basis data terpusat) merupakan suatu sistem yang menempatkan data disuatu lokasi saja dan semua lokasi lain mengakses basis data di lokasi tersebut. Dimana tugas server disini hanya melayani permintaan dari client. Sedangankan client meminta layanan dari server. (sumber:http://padepokanit.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-basis-data-terpusat.html). Implementasi distributed data processing saat ini telah lebih maju dari saat awal konsep ini diperkenalkan. Dengan menggunakan database client/server, sebuah server berfungsi jauh lebih efisien tidak hanya sebatas file server, melainkan ikut pula berperan aktif dalam pengolahan data, dan mengelola hak akses user ata data. Hal ini menjadikan fungsi server sebagai file server berubah menjadi data server. Namun perkembangan saat ini, banyak pihak memilih untuk lebih memaksimalkan fungsi server dalam pengolahan data. Dengan memanfaatkan secara penuh keberadaan stroe procedure¸trigger, dan user defined functions, developer dapat meningkatkan kemampuan server lebih dari sekedar melakukan eksekusi query atau pemrosesn data sederhana, melainkan menjadikannya sebagai business logic ata sistem yang dibangun yang dalam implementasinya lebih dikenal sebagai centralized data processing.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
59
Implementasi centralized data processing ini dipilih karena menawarkan beberapa keuntungan, yaitu : 1) Kinerja sistem yang lebih terjamin, tidak seperti pada implementasi distributed data processing, implementasi centralized data processing tidak terpengaruh pada spesifikasi teknis hardware disisi client yang digunakan. Aplikasi disisi client hanya merupakan thin client yang berfungsi sebagai input/output terminal. 2) Efisiensi dalam pemanfaatan network traffic. Pada implementasi distributed data processing, fungsi server hanya mengolah data secara sederhana dan umumnya memberikan data mentah untuk kemudian diolah disisi client. Hal ini menyebabkan network traffic menjadi penuh dan kerap kali menjadi bottleneck (respon dari aplikasi menjadi lebih lambat) dan salah satu faktor penyebab terbesar turunnya kinerja sistem yang digunakan. Dengan mengimplementasikan centralized data processing, fungsi server hanya memberikan data jadi. Client hanya bertugas untuk mengolah data tersebut kedalam media output seperti laporan atau mentransfernya ke dalama format data lain yang dibutuhkan. 3) Kemudahan dalam maintenance dan deployment. Dalam implementasi centralized data processing, fungsifungsi penting diletakan disisi server. Hal ini tentunya meningkatkan kemudahan dalam maintenance sistem yang dibangun karena tadak memerlukan redeployment saat ada perubahan yang harus dilakukan pada sisi business logic yang digunakan. Karena perubahan tersebut hanya perlu dilakukan disisi server. 4) Cost saving. Implementasi centralized data processing tidak membutuhkan keberadaan mesin-mesin client dengan spesifikasi teknis tinggi. 5) Menghapus redudancy dan menyederhanakan pemeliharaan sistem. (sumber:http://padepokan-it.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-basis-data-terpusat.html).
Arsitektur Basis Data Terpusat (centralized data processing) terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Arsitektur Basis Data Terpusat (centralized data processing) (sumber:http://padepokan-it.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-basis-data-terpusat.html). Sebuah sistem basis data terpusat hanya mungkin dibangun dalam sebuah sistem jaringan komputer. Dalam sebuah sistem jaringan komputer kita mengenal adanya topologi, yang kana menentukan bagaimana konfigurasi/keterhubungan antara satu sampul jaringan (node/site) dengan simpul-simpul lainnya. Sistem basis data terpusat merupakan suatu konsep clident/server dengan model two-tier (dua tingkatan). Dua tingkatan adalah proses dimana komputer workstation membuat hubungan ke komputer server dan mempertahankan hubungan tersebut sampai proses selesai. Misalnya pada proses pemasukan data atau membuat sebuah laporan. Model two tier terdiri atas sebuah server dan banyak client yang dihubunkan melalui jaringan.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
60
Aplikasi ditempatkan di komputer client dan mesin database ditempatkan di server. Tier Client disebut juga tingkatan presentasi. Tier Client berisi kode yang akan menampilkan data dan interaksi dengan user. Tugas yang terjadi pada client adalah : antarmuka pengguna, interaksi database, pengambilan dan modifikasi data, aturan bisnis, dan pengaturan kesalahan. Hubungan yang terbentuk sangat konsumtif dalam sumber daya (alokasi memory, ruang hasrdisk, control, dan lainnya), karena tidak efektif jika dilakukan untuk hubungan yang melibatkan banyak pemakai (contohnya pada sistem jaringan internet). Oleh karena itu tidak heran jika konsep dua tingkatan (two tier) hanya dipraktekan pada LAN (local area network).
6.2.4 Definsi Penduduk Menurut Chairany (2010), penduduk adalah semua orang yang berdomisili diwilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Chairany menjelaskan pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen, yaitu : fertilitas, mortalitas, dan migrasi. 6.2.4.1 Fertilitas (Kelahiran) Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. 6.2.4.2 Mortalitas (Kematian) Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program kebijakan penduduk. 6.2.4.3 Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu b=negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. 6.2.5 Sentralisasi database penduduk Menurut peneliti sentralisasi database penduduk adalah proses pengelolaan data penduduk yang dilakukan dengan menggunakan centralized database (single database), dimana database disimpan secara terpusat pada sebuah server disuatu wilayah. Database dapat diakses oleh client-client yang tersebar dengan menggunakan otorization system yang telah ditentukan. Data penduduk yang diakses oleh client dapat dikontrol dan dimonitor oleh server, sehingga validasi data dapat lebih terjamin dan tidak akan terjadi redudancy data penduduk dalam suatu wilayah. Secara umum, Arsitektur Sentraliasi database penduduk dapat terlihat pada gambar 2.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
61
Gambar 2. Arsitektur Sentralisasi Database Penduduk Pengelolaan data penduduk dan pelayanan administrasi penduduk dapat diakses oleh client-client dan akan dikontrol atau dimonitor oleh server. Pengelolaan dan pelayanan administrasi penduduk tersebut antara lain : 1) Pelayanan Administrasi Penduduk meliputi : a. Pembuatan KTP b. Pembuatan Kartu Keluarga c. Pelayanan Administrasi Surat Menyurat (Surat Keterangan perpindahan, surat pengantar pernikahan) 2) Penambahan data penduduk (kelahiran) 3) Update data perpindahan penduduk (migrasi) 4) Update data kematian penduduk (mortalitas)
6.2.6 Prototyping Menurut McLeod (2001), prototype didefinisikan sebagai alat yang memberikan ide bagi pembuat (developer system) maupun pemakai (user) tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya dan proses untuk menghasilkan prototype disebut protoptyping. Prototyping adalah proses pembuatan software dengan model sederhana yang mengijinkan pengguna memiliki gambaran dasat tentang program serta melakukan pengujian awal. Prototyping memberikan fasilitas bagi pengembang dan pemakai untuk saling berinteraksi selama proses pembutan, sehingga pengembang dapat dengan mudah memodelkan perangkat lunak yang akan dibuat. Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan (Ami, 2010). Ami menjelaskan model perangkat lunak yang dibuat dapat berupa tiga bentuk : 1)
Prototype kertas atau model berbasis komputer yang menjelaskan bagaimana interaksi antara pemakai dengan komputer.
2)
Prototype yang mengimplementasikan beberapa bagian fungsi dari perangkat lunak yang sesungguhnya. Dengan cara ini pemakai akan lebih mendapatkan gambaran tentang program yang akan dihasilkan, sehingga dapat menjabarkan lebih rici kebutuhannya.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
62
3)
Menggunakan perangkat lunak yang sudah ada. Seringkali pembuat software memiliki beberapa program yang sebagian dari program tersebut mirip dengan program yang akan dibuat.
Prototyping merupakan javascript Framework yang akan dibuat untuk lebih memudahkan proses dalam membangun aplikasi berbasis web. Metode prototyping sebagai suatu paradigma baru dalam pengembangan sistem informasi, tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode pengembangan sistem informasi yang sudah ada, tetapi sekaligus merupakan revolusi dalam pengembangan sistem informasi menejamen. Idham (2010) menjelaskan terdapat tiga pendekatan utama prototyping, yaitu : 1)
Throw-Away Prototype dibuat dan dites. Pengalaman yang diperoleh dari pembuatan prototype untuk membuat produk akhir (final), kemudian prototype tersebut dibuang (tak dipakai).
2)
Incremental Produk finalnya dibuat sebagai komponen-komponen yang terpisah. Desain produk finalnya secara keseluruhan hanya ada satu tetapi dibagi dalam komponen-komponen lebih kecil yang terpisah (independent).
3)
Evolutionary Pada metode ini, prototypenya tidak dibuang tetapi digunakan untuk iterasi desain berikutnya. Dalam hal ini, sistem atau produk yang sebenarnya dipandang sebagai evolusi dari versi awal yang sangat terbatas menuju produk final atau produk akhir.
7. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu : 1)Melihat dan menganalisis proses pengelolaan data penduduk Desa Pandansari yang telah berjalan (exixting condition), 2)Memetakan proses-proses yang ada, 3)Mencari permasalahan-permasalahan pengelolaan data penduduk yang terjadi, 4)Mencari sumber permasalahan, dan 5) Merancang serta mengembangkan suatu sistem yang dapat dikembangkan untuk mereduksi atau mengeliminasi permasalahn yang ada.
7.1 Bahan Penelitian Pada penelitian ini, bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : a.
Data yang diperoleh dari studi analis yang telah dilakukan di Desa Pandansari baik melalui interview maupun pengamatan
b.
Data yang diperoleh dari studi literature mengenai pengelolaan data penduduk yang telah ada
c.
Data-data penduduk yang diperoleh dari Desa Pandansari
d.
Informasi mengenai evaluasi dan pengembangan sentralisasi database penduduk yang telah ada
7.2 Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat komputer, perangkat lunkan, dan jaringan internet dengan spesifikasi cukup.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
63
7.3 Jalan Penelitian Dalam pengembangan sistem Sentraliasi Database Penduduk Desa Pandansari ini, peneliti mengacu pada metode pengembangan perangkat lunak System Development Life Cycle (SDLC). Menurut Connoly (2005, h.284), tahapan SDLC tidak mutlak dilaksanakan secara terurut, melainkan melalui sejumlah perulangan dari tahapan terdahulu agar didapatkan hasil yang maksimal sebagaimana terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Metode Pengembangan SDLC (Connoly, 2005) Metode pengembangan SDLC terdiri dari beberapa fase/tahapan. Metode tersebut akan digunakan dalam pengembangan sistem “Sentralisasi Database Penduduk Desa Pandansari”. 1)
Tahap Planning Dalam tahap planning terdapat 2 langkah, yaitu : a.Feasibility berupa mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan sistem, dan membuat studi kelayakan (teknik, operasional, dan jadwal) b.
2)
Sistem berupa investigasi, observasi, dan wawancara
Tahap Analisis & requirement Dalam tahap analis dibagi menjadi beberapa langkah, antara lain :
3)
a.
Analisis informasi yaitu mengenai informsi-informasi Desa Pandansari dan proses pengelolaan data penduduk yang telah berjalan
b.
Analisis user yaitu menentukan kebutuhan user, dalam arti mengidentifikasi user yang akan menggunakan sistem
c.
Analisis teknologi yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem baik dari software maupun hardware
Tahap Desain Pada tahap desain terdapat beberapa tahapan, antara lain :
4)
a.
Model development merupakan model yang akan digunakan sebagai arsitektur sistem. Model ini menggambarkan relationship (hubungan) dari sistem keseluruhan, antara semua fungsi dalam module yang terpisah, perubahan atau perpindahan data dari module dalam sistem.
b.
Desain database merupakan hubungan relasi antara tabel dapat berupa normalisasi dan menggambarkan secara detail masukan dan keluaran data.
Tahap Implementasi
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
64
Hasil dari implementasi berupa prototyping software. Prototype diuji dan disempurnakan sebelum software tersebut diimplementasikan atau digunakan. Dalam software enginering, pembuatan prototype merupakan suatu proses produksi.
7.4 Analisis Sistem 7.4.1 Gambaran umum pemerintahan Desa Pandansari Desa Pandansari merupakan salah satu Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Desa tersebut terletak didataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 1500 s/d 2050 m diatas permukaan laut dan suhu antara 8 s/d 28 0C. Jarak tempuh ± 14 km ke arah timur dari Pusat Pemerintah Kecamatan. Saat ini jumlah penduduk Desa Pandansari ± 8700 jiwa. Berdasarkan data administrasi pemerintahan Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes per-tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Data administrasi pemerintahan Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes per-tahun 2012 Jumlah Penduduk ± 8700 jiwa.
Luas Wilayah
Jumlah Dusun
Nama Dusun
Jumlah RT
Jumlah RW
2080,63 Ha
6 Dusun
Embel, Tretepan, Kalikidang, Taman, Kaligua, Igirpandan
47
6
Desa Pandansari memiliki wilayah yang cukup luas karena daerah tersebut merupakan daerah sektor pertanian. 7.4.2 Pengelolaan data penduduk Desa Pandansari pada saat ini Berdasarkan hasil pengamatan (observation), saat ini pengelolaan data penduduk Desa Pandansari belum dilakukan secara terpusat. Sebagian besar pengelolaan data penduduk dilakukan secara manual oleh beberapa perangkat desa. Pencatatan data penduduk hanya dilakukan melalui kertas yang didokumentasikan oleh masingmasing perangkat desa. Penggunaan Perangkat Komputer hanya dilakukan di kelurahan yaitu untuk pelayanan administrasi saja. Hal ini disebabkan keterbatasan Perangkat Komputer yang dimiliki dan belum tersedianya sistem yang secara spesifik/khusus menangani pengelolaan data penduduk. Pengelolaan data penduduk secara manual memberikan dampak masalah yang significant. Beberapa masalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut : 1)Sering terjadinya kehilangan dan kerusakan data, 2)Perubahan data (perpindahan penduduk) dari satu wilayah ke wilayah lain tidak ter- update secara otomatis, sehingga memungkinkan terjadinya double data penduduk yang sama pada wilayah yang berbeda, 3)Pencarian data penduduk relative lebih lama, dan 4)Biaya cost operational pengelolaan data penduduk lebih tinggi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu diterapkan sistem pengelolaan data penduduk secara terpusat dengan mengembangkan sistem “Sentralisasi Database Penduduk Desa Pandansari”. Penerapan sistem secara terpusat dilakukan dengan menggunakan database tunggal (single database) yang ditempatkan di kelurahan. Sistem tersebut dapat diakses oleh beberapa Perangkat Desa untuk melakukan pengelolaan data penduduk meliputi pencatatn data, perubahan data, dan pelayanan administrasi penduduk dengan otorization system yang telah ditentukan. Dengan demikian pengelolaan data penduduk dapat lebih optimal dan terorganisir, pencatatan dan perubahan data penduduk lebih up to date, minimalisir terjadinya kehilangan dan kerusakan data, pelayanan administrasi penduduk dapat lebih cepat serta tidak akan terjadi double data penduduk.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
65
7.5 Perancangan Sistem Prototype sistem Sentralisasi Database Penduduk Desa Pendansari dirancang dengan beberapa alur diagram yang terdiri dari, 1)Activity diagram, 2)Konteks diagram, 3)Data Flow Diagram, 4)Struktur database, dan 5) Relationship dtabases. Diagram-diagram tersebut menggambarkan alur data dan proses pengelolaan data penduduk Desa Pandansari dengan menggunakan sistem Sentralisasi Database (Single Database). 7.5.1 Activity Diagram Activity Diagram merupakan gambaran data flow yang terdiri dari beberapa elemen meliputi action, activity, control flow, dan decision node. Seperti yang telah dijelaskan pada perumusan masalah bahwa, Sistem Informasi Kependudukan (SIMDUK) (Central database system) menangani pengelolaan data penduduk secara terpusat (central) dengan menggunakan database tunggal. Pengelolaan data penduduk meliputi : Pencatatan data penduduk dan KK, perpindahan penduduk, kelahiran penduduk, dan kematian penduduk. a. Pencatatan data penduduk Secara umum pencatatan data penduduk digambarkan dalam activity diagram gambar 4.
Gambar 4. Activity Diagram pencatatan data penduduk Pencatatan data penduduk dilakukan oleh pengurus desa (Ka. RT dan Ka. RW), yang disesuaikan dengan biodata yang telah diberikan oleh penduduk yang bersangkutan. Data penduduk akan tersimpan dalam database tunggal (single database) yang diterpkan di kantor desa. Perangkat desa dapat melakukan pengecekan dan kontrol data penduduk, sehingga apabila terjadi kesalahan data baik data ganda atau data yang tidak valid, maka perangkat desa dapat meminta kepada pengurus desa untuk melakukan pencatatan atau perubahan data kembali.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
66
b. Perpindahan penduduk Secara umum, perpindahan penduduk digambarkan dalam activity diagram gambar 5. Proses perpindahan penduduk yang terlihat pada Gambar 5. Dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1) Penduduk mengusulkan perpindahan tempat tinggal kepada pengurus desa. Dalam hal ini adalah ketua RT dan ketua RW. 2) Pengurus desa akan mempelajari usul perpindahan dan mencocokan data penduduk pengusul 3) Penduduk mengusulkan perpindahan tempat tinggal kepada pengurus desa. Dalam hal ini adalah ketua RT dan ketua RW. 4) Pengurus desa akan mempelajari usul perpindahan dan mencocokan data penduduk pengusul. Gambar 5. Activity Diagram perpindahan penduduk
5) Apabila data pengusul sesuai dan tidak ada masalah, maka pengurus desa melakukan pencatatan data perpindahan penduduk. Hasil pencatatan data perpindahan akan dicetak (print out) dan dijadikan sebagai Surat Pengantar Perpindahan yang harus dilegalitaskan oleh pengusul dan Perangkat Desa 6) Print out Surat pengantar perpindahan diserahkan kepada penduduk yang selanjutnya dicek kembali d. Penduduk mengajukan legalitas Surat perpindahan penduduk kepada Perangkat Desa. c. Pencatatan data kelahiran penduduk Secara umum, pencatatan data kelahiran penduduk digambarkan dalam activity diagram gambar 6.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
67
ACTIVITY DIAGRAM PENCATATAN DATA KELAHIRAN PENDUDUK PENDUDUK
PENGURUS DESA (RT DAN RW)
PERANGKAT DESA
START Data kelahiran
Lapor data kelahiran
Catat data kelahiran
Cetak Surat Pengantar Kelahiran TIDAK Sesuai? TIDAK
Surat Pengantar Kelahiran
Surat Pengantar Kelahiran
YA
Legailisasi Surat Pengantar Kelahiran
Cek Surat Pengantar Kelahiran
Sesuai?
YA
FINISIH
Gambar 6. Activity Diagrampencatatan data kelahiran penduduk Proses pencatatn data kelahiran penduduk yang terlihat pada Gambar 6. Dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1) Penduduk melaporkan data kelahiran kepada pengurus desa 2) Pengurus desa melakukan pencatatan data kelahiran penduduk 3) Data kelahiran penduduk dicetak (print out) yang dijadikan sebagai Surat Pengantar Kelahiran Penduduk 4) Surat pengantar kelahiran diserahkan kepada penduduk (pelapor) yang bersangkutan 5) Penduduk (pelapor) melakukan cek kesesuaian data 6) Apabila ditemukan ketidaksesuaian data atau kesalahan, maka penduduk yang bersangkutan dapat mengajukan kembali kepada pengurus desa untuk melakukan pencatatn ulang 7) Surat pengantar yang sudah selesai, diserahkan kepada Perangkat Desa untuk mendapatkan legalitas (Surat Pengantar Kelahiran resmi dari Desa). d. Pencatatan data kematian penduduk Secara umum, pencatatan data kematian (mortalitas) penduduk digambarkan dalam Activity Diagram gambar 7.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
68
Proses pencatatan data kematian penduduk yang terlihat pada Gambar 7. Dilakukan dengan prosedure sebagai berikut : 1) Penduduk melaporkan data kematian kepada pengurus desa 2) Pengurus desa melakukan pengecekan data penduduk yang bersangkutan 3) Pengurus desa melakukan pencatatan data kematian penduduk yang dilaporkan 4) Data penduduk yang meninggal akan ter-update pada data penduduk dan data KK dengan status telah meninggal dunia Gambar 7. Pencatatan data kematian penduduk
5) Perangkat desa melakukan kontrol data kematian penduduk
7.5.2 Diagram konteks Sentralisasi Database Penduduk Diagram konteks merupakan diagram alir data dan sebuah informasi yang menggambarkan sistem dalam satu lingkaran dan menggambarkan proses dalam suatu sistem secara keseluruhan. Diagram konteks Sentralisasi Database Penduduk terlihat pada Gambar 8.
ADMINISTRATOR
PENGURUS RT DAN RW
Data User Data Pengurus RT dan RW
Data Perpindahan Penduduk Data Penduduk
Data Perangkat Desa
Data KK Data Kematian Penduduk Data Pengurus RT dan RW Data Kelahiran Penduduk
SISTEM INFORMASI KEPENDUDUKAN Data Kelahiran Penduduk Data Perpindahan Penduduk Data Penduduk Data KK Data Perangkat Desa Data Kematian Penduduk
PERANGKAT DESA
Gambar 8. Diagram Konteks Sentralisasi Database penduduk Gambar 8. Menjelaskan aliran data dari user terhadap sistem dan sebaliknya dari sistem kepada user baik proses input maupun proses output. Peran Administrator dalam sistem informasi tersebut hanya dalam kapasitas mengelola user. Hak akses user ditentukan berdasarkan tanggungjawabnya, baik Perangkat Desa maupun pengurus RT dan RW. Hak akses pengurus RT dan RW yang satu tidak dapat mengakses dan melakukan perubahan data penduduk yang bukan wewenangnya. Dengan demikian, validitas data penduduk akan terjamin. Setelah dibuat konteks diagram, perancangan sistem akan diturunkan menjadi DFD Level 0.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
69
7.5.3 Data Flow Diagram (DFD) DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program. Dalam perancangan Sistem Sentralisasi database penduduk, DFD dibuat berdasarkan context diagram yang diturunkan menjadi DFD level 0 dan selanjutnya akan diturunkan lagi menjadi beberapa level sesuai dengan kebutuhannya untuk menjelaskan alur data dan Sistem Informasi Kependudukan dengan berbasis Database Tunggal (Central Databases System). 7.5.3.1 DFD level 0 DFD level 0 merupakan turunan dari contect diagram yang menggambarkan proses-proses dalam sistem. Secara umum, dalam SIMDUK Central Database terdapat dua proses utama, yaitu proses penentuan user dan proses pengelolaan data penduduk seperti yang terlihat pada gambar 9.
Gambar 9. Menjelaskan dua proses utama dalam SIMDUK yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Administrator akan menentukan user dan hak akses user terhadap sistem baik perangkat desa maupun pengurus desa 2) Masing-masing user memiliki hak akses yang berbeda, sesuai dengan jobdesc dan tanggungjawabnya
Gambar 9. DFD Level 0 SIMDUK (Central database system)
3) Proses berikutnya adalah pengelolaan data penduduk. Pada proses ini, terdapat banyak proses sehingga harus diturunkan lagi menjadi beberapa level
7.5.3.2 DFD Level 1 (Proses Pengelolaan data penduduk) Pengelolaan data penduduk dilakukan oleh dua jenis user, yaitu : 1. Perangkat Desa Perangkat Desa terdiri dari : Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Kaur (Kepala Urusan) 2. Pengurus Desa Pengurus Desa terdiri dari : Ketua RT, Ketua RW, Sekretaris RT, dan Bendahara RT DFD Level 1 (Proses Pengelolaan data penduduk) terlihat pada gambar 11.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
70
Acount
PERANGKAT DESA
Acount
Acount 2.1 Pencatatan data penduduk
2.2 Perubahan data penduduk
Data Penduduk
2.3 Pencatatan Perpindahan penduduk Data Penduduk
Data Penduduk
DATA PEDNDUDUK Acount
PENGURUS DESA
Data Penduduk 2.4 Data Penduduk Pencatatan Kelahiran 2.5 penduduk Pencatatan Kematian penduduk Acount Acount
Data Penduduk dikelola oleh semua Perangkat Desa dan Pengurus Desa. Mereka secara bersama-sama melakukan pengelolaan data penduduk didalam suatu sistem yang ditempatkan secara terpusat dalam satu database (single database). Pengurus Desa melakukan pengelolaan data penduduk sesuai dengan tugasnya masingmasing (daerah masing-masing). Mereka tidak diperkenankan untuk mengakses data penduduk ditempat atau wilayah lainnya. Dengan demikian validasi data penduduk akan lebih terjamin. Perangkat Desa dalam hal ini adalah Kades, Sekdes, dan Kadus bertindak sebagai pengelola central yang dapat memantau/memonitoring data penduduk dan melakukan perubahan-perubahan data jika diperlukan. Disamping itu, Perangkat Desa juga melakukan kegiatan Administrasi untuk kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh : Pelayanan Legalitas Surat Keterangan Perpindahan Penduduk, Surat Kelahiran, Surat Pengantar Kartu Keluarga, dan kegiatan administrasi lainnya.
Gambar 11. DFD Level 1 Pengelolaan Data Penduduk
7.5.3.3 DFD Level 2 (Perpindahan Penduduk) Perpindahan penduduk dilakukan karena beberapa faktor seperti pernikahan, pekerjaan, dan lingkungan. Perpindahan penduduk bisa dilakukan satu keluarga (seluruh anggota keluarga) dan bisa juga dilakukan hanya satu anggota keluarga. Oleh karena itu, DFD proses perpindahan penduduk perlu diturunkan menjadi level 2 seperti yang terlihat pada gambar 12.
Perpindahan penduduk akan berpengaruh pada data penduduk dalam satu daerah dan data Kartu Keluarga (KK) yang ada. Apabila ada satu anggota keluarga yang pindah, maka data KK yang bersangkutan akan mengalami perubahan karena anggota keluarga tersebut tidak lagi tinggal dalam satu keluarga/satu rumah. Namun apabila perpindahan penduduk dilakukan oleh satu keluarga, maka data anggota KK akan tetap, tapi daerah tempat tinggal yang akan berubah.
Gambar 12. DFD Level 2 Perpindahan Penduduk
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
71
8. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 8.1 Hasil Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan pada tujuan penelitian, maka hasil penelitian yang dilakukan adalah “Prototype Centralisasi Database penduduk atau Sistem Informasi Kependudukan dengan menggunakan single database”. Sistem yang dikembangkan diharapkan dapat mengelola data penduduk secara terpusat berbasis online dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam pengeleloaan data penduduk yang saat ini sering terjadi adanya double data atau ketidaksesuaian data penduduk. 8.1.1 Halaman Utama Sistem Pada halaman utama Sistem Informasi Kependudukan, akan ditampilkan menu login baik untuk administrator maupun untuk user. Menu tersebut berfungsi sebagai otorization system bagi user agar dapat mengakses semua content dalam sistem, seperti yang terlihat pada gambar 14.
Halaman utama sistem merupakan halaman asministrator yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pemeliharaan data dari semua content/isi yand ada pada Sistem Informasi Kependudukan. Secara umum halaman administrator terdiri dari 3 klasisfikasi user, yaitu : 1) User level 1
Gambar 14. Halaman utama Sistem Informasi Kependudukan
User yang bertindak sebagai level 1 adalah administrator. Dalam sistem yang dikembangkan, user yang bertindak sebagai administrator hanya ada satu. User tersebut memiliki tingkat tertinggi untuk mengakses semua menu yang ada.
2) User level 2 User yang bertindak sebagai level 2 adalah Perangkat Desa. User level 2 dibentuk/dibuat oleh user level 1 (administrator). Kewenangan atau hak akses terhadap menu yang tersedia akan sangan tergantung pada posisi atau pendelegasian yang akan diemban. Maksimal menu yang dapat diakses oleh user level 2 sama dengan user level 1, hanya saja user level 2 tidak memiliki kewenangan untuk membuat (meng-create) user dibawahnya. 3) User level 3 User yang bertindak sebagai level 3 adalah Pengurus Desa (Ketua RT dan Ketua RW). User level 3 dibuat oleh user level 1 (administrator) baik dalam registrasi data maupun penentuan username. Setiap user yang telah terdaftar akan mendapatkan username dan password dari user level 1 dan selanjutnya user dapat mengganti password sesuai dengan keinginan user. Menu utama halaman administrator terlihat pada gambar 15.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
72
Gambar 15. Menu utama halaman administrator 8.2 Pembahasan Aplikasi yang dirancang terdiri dari beberapa proses-proses utama pengelolaan data penduduk, yaitu : Pencatatan data penduduk, 2)Pencatatan data KK, 3)Pencatatan data anggota KK, 4)Perpindahan penduduk, 5) Kelahiran penduduk, dan 6)Kematian Penduduk. 1)
8.2.1 Pencatatan data penduduk Pencatatan data penduduk merupakan proses awal dalam pengelolaan data penduduk. Validasi data penduduk merupakan hal yang sangat essential agar data penduduk yang tersimpan bersifat akurat. Data penduduk yang telah tercatat akan tersimpan dalam database yang dapat ditampilkan melalui web browser, sehingga data dapat bersifat dinamis. Berikut adalah tampilan data penduduk yang terlihat pada gambar 16.
Gambar 16. Tampilan data penduduk
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
73
8.2.2 Pencatatan data KK Semua penduduk memiliki keluarga. Satu keluarga terdiri dari beberapa anggota keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan anak. Angota-anggota keluarga tersebut dikelompokan dalam satu identitas yaitu identitas keluarga atau Kartu Keluarga. Pencatatan data Kartu Keluarga diawali dengan menginputkan identitas Kartu Keluarga terlebih dahulu. Setelah data KK tersimpan dalam database, maka data tersebut dapat ditampilakan seperti yang terlihat pada gambar 17.
Gambar 17. Tampilan data KK 8.2.3 Pencatatan data anggota KK Setelah identitas KK tersimpan dalam database, langkah berikutnya adalah melakukan pencatatan data anggota KK. Data anggota KK dicatat berdasarkan nomor KK. Oleh sebab itu, sebelum user menginputkan data anggota KK, user harus memasukan nomor KK terlebih dahulu. Setelah data anggota KK tersimpan dalam database, maka data tersebut dapat ditampilakan seperti yang terlihat pada gambar 18.
Gambar 18. Tampilan data anggota KK
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
74
8.2.4 Kelahiran Penduduk (Fertilitas) Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Setiap bayi yang lahir akan menambah jumlah penduduk dalam suatu daerah. Oleh karena itu, setiap bayi yang lahir harus segera dilaporkan kepada catatan sipil untuk disimpan dalam database., sehingga bayi tersebut terdaftar sebagai penduduk setempat dan menjadi anggota keluarga dalam keluarganya. Setelah proses pencatatan kelahiran kelahiran penduduk selesai, data tersebut akan tersimpan dalam database. Salah satu contoh Surat Keterangan Kelahiran Penduduk yang telah diproses terlihat pada gambar 20.
Gambar 20. Surat Keterangan Lahir
8.3 Evaluasi Sistem Sistem baru yang telah diuji ini dibandingkan dengan sistem lama yang dilakukan secara manual. Perbandingan sistem baru dengan sistem yang lama terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan antara sistem yang lama dengan sistem yang baru No. 1.
Sistem lama (Manual) Pengelolaan data penduduk dilakukan secara terdistribusi
Sistem baru (Sentralisasi database penduduk) Pengelolaan data penduduk dilakukan secara terpusat dengan menerapkan sentralisasi database
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
75
2.
Pencatatan data penduduk dilakukan secara manual dengan menggunakan buku tulis
Pencatatan data penduduk dilakukan dengan menggunakan sistem
3.
Data yang diberikan oleh penduduk akan ditulis manual oleh Pengurus Desa
Data yang diberikan oleh penduduk akan dimasukan kedalam sstem oleh Pengurus Desa
4.
Data-data penduduk tersimpan dibeberapa buku
Data-data penduduk tersimpan dalam satu database
5.
Terdapat beberapa data penduduk dengan identitas sama dibeberapa daerah
Tidak ada data penduduk dengan identitas sama dibeberapa daerah
6.
Pencarian data penduduk membutuhkan waktu yang lama
Pencarian data penduduk lebih cepat dan tepat
7.
Biaya operasional tinggi
Biaya operasional rendah
9. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi sistem yang telah disampaikan , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Sentralisasi database penduduk (Centralized system) merupakan sebuah Sistem Informasi Kependudukan dengan sistem database tunggal (Single databaase) yang ditempatkan secara terpusat dalam satu server. 2) Pengelolaan data penduduk dapat dilakukan secara terdistribusi/tersebar dibeberapa tempat yang dilakukan secara online oleh pengurus desa dengan menggunakan database tunggal 3) Sistem Informasi Kependudukan dengan database tunggal (terpusat) merupakan salah satu sistem informasi yang tepat digunakan untuk pengelolaan data penduduk. Dengan sostem tersebut pengelolaan data penduduk menjadi lebih cepat dan up to date, sehingga tidak akan terjadi permasalahan dengan identitas penduduk yang sama (daouble data) baik dalam satu daerah yang sama maupun daerah yang berbeda. 4) Pelayanan penduduk yang meliputi perubahan data penduduk, perpindahan penduduk, dan keperluan suratsurat keterangan penduduk dapat diakses melalui Pengurus Desa setempat (Ketua RT dan Ketua RW). Dengan demikian, jangkauan masyarakat lebih dekat, waktu yang diperlukan menjadi lebih cepat, dan biaya operasional yang dikeluarkan lebih kecil 5) Sistem Informasi Kependudukan (centalized database system) yang diterapkan di Pemerintah Desa memberikan banyak kelebihan dalam pengelolaan data penduduk bila dibandingkan dengan sistem manual. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain : 1)Validitas data penduduk lebih terjamin, 2)Kemungkinan kerusakan dan kehilangan data lebih kecil, 3)Pengelolaan data penduduk menjadi lebih cepat dan tepat, 4) Pelayanan penduduk lebih mudah, 5)Tidak akan terjadi permasalahan dengan identitas penduduk yang sama (double data), 6)Biaya operasional lebih rendah, 7)perubahan data penduduk menjadi lebih cepat dan up to date.
10. DAFTAR PUSTAKA Ami. 2010. Prototyping. http://ami26chan.wordpress.com/2010/03/24/prototyping/. Diakses tanggal 10 September 2012. Anonim. 2011. Konsep Dasar Basis Data Terpusat (Centralized DatabaseI). http://padepokanit.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-basis-data-terpusat.html. Diakses tanggal 10 September 2012.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
76
Burch, John, Gray Grutniski. 1986. Information System Theory and practice, fourth Edition John Wiley and Sons,Inc. Newyork. Ceri, S., & Pelagatti G., 1984. Distributed Databases : Principles & Systems. McGraw-Hill. Singapore. Chainary, Mirna. 2010. Analisis Jumlah Penduduk Kecamatan Padang Bolak pada Tahun 2012. Tesistidak terpublikasi. Medan : Universitas Sumatra Utara. Connolly, Thomas; & begg, Carolyn. (2005). Database System, a Practical Approach to Desaign, implementation, and Management 4th edition. Addison Wesley. United States of America. Davis, Gordon B. 1974. Management Information System:Conceptual Foundations, Structures and Development, International Student Edition. Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd. Tokyo. Dewi, Setya. A. (2011). Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Kabupaten Temanggung. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. Idham. 2010. Pengertian Prototype. http://idam2010.wordpress.com/2010/03/30/pengertian-prototype/. Diakses tanggal 10 September 2012. Jogianto, H.M. 1995. Analisis dan Desain. Yogyakarta : Andi Offset. Jogianto, H.M. 1988. Analisis dan desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur dan Praktek Aplikasi Baru. Yogyakarta : Andi Offset. Jogianto, H.M. 1999. Sistem Informasi Berbasis Komputer. BPFE : Yogyakarta. Kadir, A. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset. McLeod, Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen, jilid-1 terjemahan Hendra Teguh SE, Ak. PT. Jakarta:Prenhallindo. McLeod Jr., Raymod. 2001. Sistem Informasi Manajemen, Edisi ke tujuh. Jakarta : PT. Prenhallindo. Sutabri, Tata. 2003. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset. Sutanta, Edi ; Ashari, Ahmad. 2012. Distribusi basis data kependudukan untuk optimalisasi akses data : suatu kajian pustaka. Jurnal Ilmu Komputer, Volume 5, Nomor 1. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Utomo, B.K. 2009. Pengembangan Sistem Informasi Komunitas Donor Darah (Studi di wilayah Yogyakarta). Tesis tidak terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Verzello, Robert J., John Router. 1982. Data Processing : System and Concepts. Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd. Tokyo.
Jurnal INFOTEKMESIN Volume 7 Edisi Januari 2014
77