Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
SENI BANGUNAN NEO-KLASIK: INDISCHE EMPIRE STYLE PADA BANGUNAN RAAD VAN JUSTITIE BINNEN HET KASTEEL BATAVIA DI JAKARTA
Julian Efendi, Dr. Lilie Suratminto S.S., M.A. Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia, 2014 Email:
[email protected]
Abstrak
Gedung pengadilan adalah tempat untuk mengadili, mendamaikan dan mendengar kesaksian dari seseorang yang terlibat masalah kriminal dan permasalahan lainnya yang terkait dengan hukum. Pemerintah menempatkan gedunggedung pengadilan di banyak wilayah untuk menjaga agar semua berjalan dengan baik dan mengikuti aturan. Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah Hindia Belanda yang telah memegang kendali atas Hindia Belanda sejak kebangkrutan VOC pada tahun 1796. Gedung pengadilan di Hindia Belanda dibangun dengan gaya bangunan yang spesial karena tempat ini memiliki fungsi khusus. Gaya bangunan yang digunakan adalah Indische Empire. Tulisan ini membahas mengenai sejarah pembentukan gedung pengadilan Raad van Justitie di Batavia, gaya bangunannya serta fungsi Raad van Justitie pada masa pemerintahan Hindia Belanda hingga saat ini. Kata Kunci: Hindia Belanda, hukum, gaya bangunan, Indische Empire Style, gedung pengadilan Raad van Justitie
Neoclassical Architecture: Indische Empire Style of The Courthouse Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia in Jakarta
Abstract
Courthouse is a place to judge, arbitrate and to hear someone’s evidence who is involved crime and any other problems related to the law. Government places the courthouses in many regions to keep everything safe and follow the rule. The government refers to Dutch East Indies government which controlled East Indies since the bankruptcy of VOC in 1796. Because of the special purpose of them, the courthouses in Dutch East Indies are built with special style of architecture. The style of it’s architecture is called Indische Empire style. This paper discusses the history of the establishment of the courthouse Raad van Justitie in Batavia, the style of the architecture of it and the function of Raad van Justitie from the past to the present. This paper also presents some pictures from various sources to assist the illustration of Empire style and Indisch Empire style and the meanings of the architecture. Keywords: Dutch East Indies, law, architecture, Indische Empire style, courthouse Raad van Justitie
1 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Pendahuluan Arsitektur merupakan wujud dari pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk bangunan. Bentuk bangunan yang dibuat terkadang disesuaikan pula dengan kondisi alam dan fenomena yang ada dalam dunia seni bangunan. Pengertian mengenai fenomena dalam dunia seni, dalam hal ini bangunan adalah perubahan gaya atau tren yang membuat bentuk bangunan menjadi beragam, misalkan bangunan yang ada pada abad ke-16 tentu saja berbeda dengan bangunan yang berdiri pada abad ke-17, dan seterusnya. Perbedaan terletak biasanya pada gaya bangunan karena pola, rancangan atau gaya bangunan merupakan sebuah pemikiran manusia yang akan terus berubah cepat atau lambat sesuai dengan sifat alamiah manusia yaitu tidak pernah puas dan ingin terus mencoba mengembangkan kreatifitas dalam hal ini seni bangunan. Penulis mengambil contoh sebuah seni bangunan yaitu Neo-Klasik. Istilah neo-klasik ini sangat populer di Eropa pada pertengahan abad ke-18 karena banyak orang pada saat itu kagum dengan arsitektur klasik yaitu arsitektur yang biasa ditemukan di Yunani. selain itu, neo-klasik dapat juga diidentifikasi dari penamaannya. Neo yang berarti baru, dan Klasik yang artinya klasik atau berkelas
sehingga dapat dikatakan bahwa neo-klasik merupakan perwujudan kembali
arsitektur klasik (Yunani) pada abad ke-18. Gaya bangunan neo-klasik juga dapat ditemukan di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena bangsa-bangsa Eropa pernah mendiami daerah Indonesia. Namun gaya bangunan pada saat pendudukan Belanda lah yang banyak dijumpai di Indonesia karena orang-orang Belanda cinta akan seni termasuk seni bangunan salah satunya yaitu seni bangunan neo-klasik yang terdapat di beberapa kota di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Semarang dan Jakarta. Bangunan neo-klasik yang ada di Jakarta salah satunya adalah gedung Ordinaris Raad van Justitie binnen Het Casteel Batavia atau biasa disingkat Raad van Justitie. Bangunan ini terdapat di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta. Bangunan ini sekarang dialihfungsikan menjadi Museum Keramik yang menyimpan banyak koleksi keramik di Indonesia. Bangunan ini menarik untuk diteliti karena bangunan ini berkali-kali berubah fungsinya. Gaya bangunan neo-klasik dengan sejumlah pilar-pilar kokoh pada fasade yang ada pada bangunan ini seolah menyimpan makna yang belum banyak diketahui oleh orang-orang awam sehingga membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti bangunan ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan memaparkan mengapa bangunan Raad van Justitie ini dibangun menggunakan gaya bangunan Indische Empire?; serta mengapa pilar-pilar yang ada pada bangunan ini menggunakan
2 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
pilar yang berjenis Dorik?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian pada bangunan tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana proses masuknya seni, dalam hal ini seni bangunan Indische Empire ke Hindia Belanda sehingga seni ini diaplikasikan pada bangunan tertentu seperti bangunan Raad van Justitie ini. Di samping itu, dalam tulisan ini penulis akan memaparkan makna yang terkandung di balik gaya bangunan Indische Empire pada Raad van Justitie serta makna yang terdapat pada pilar-pilar yang digunakan pada bagian fasade pada bangunan tersebut. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut Ratna (2004), metode penelitian deskriptif analisis adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menguraikan dan kemudian memberikan pemahaman serta penjelasan sehingga dapat diketahui makna dari sesuatu yang ditelititi. Dalam metode penelitian ini, pembandingan suatu objek penelitian dengan objek lainnya yang serupa dapat dilakukan sehingga dapat ditarik kesimpulan setelahnya. Dengan kata lain, penulis akan membagi penelitian ini dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari dan mengumpulkan data pustaka mengenai seni bangunan Empire dan Indische Empire. Tahap kedua yaitu mendatangi langsung gedung Raad van Justitie yang berada di Kawasan Wisata Kota Tua, Jakarta lalu mengamati detail-detail bangunan sesuai dengan informasi yang telah didapatkan mengenai pola bangunan Indische Empire. Kemudian tahap terakhir adalah menganalisis makna yang ada pada pilar-pilar yang terdapat pada bagian fasade bangunan tersebut. Selanjutnya peneliti akan membandingkan bangunan Raad van Justitie dengan bangunan yang memiliki gaya bangunan yang serupa di Eropa sehingga dapat ditarik kesimpulan. Di samping itu, penggunaan pilar berjenis Dorik pada bangunan Raad van Justitie ini akan diinterpretasikan setelah proses pembandingan. Empire Style Empire Style adalah sebuah seni yang lahir di Eropa, tepatnya di Prancis. Seni gaya Empire Style meliputi seni dalam bidang interior, meubel-meubel seperti meja dan kursi di Eropa sebagai bagian dari interior ruangan. Pemilihan gaya Empire pada produk-produk seni di Eropa bertujuan untuk memberikan kesan estetis sehingga membuat benda-benda yang menggunakan gaya Empire terlihat mewah. Benda-benda hasil karya seni bergaya Empire ini pada umumnya terdapat di lingkungan kerajaan, seperti kerajaan Prancis pada abad ke-18. Empire style tidak hanya terdapat pada interior dan meubel saja. Empire style juga dapat ditemukan pada bangunan. Tren seni ini berlangsung pada pertengahan abad ke-18 hingga 3 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
pertengahan abad ke-19. Penulis mengutip sebuah kalimat dari
website berbahasa Belanda
www.hetsillepand.be , yang berbunyi “In Frankrijk hebben de koningen steeds een grote invloed gehad op de modetrends, waaronder ook de architectuur en de interieurvormen”. Kutipan tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan berbunyi „para raja-raja di Prancis memiliki pengaruh yang besar dalam hal mode meliputi arsitektur dan bentuk interior‟. Dengan kata lain, terlihat bahwa penguasa memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam bidang seni dan arsitektur. Kemudian, setelah Napoleon Bonaparte resmi menjadi penguasa di Prancis pada 18 Mei 1804, maka ia mulai melakukan banyak perubahan. Perubahan yang ia lakukan salah satunya adalah menunjuk seorang arsitek terkenal asal Prancis yang bernama Charles Percier (1764-1838) dan Pierre François-Leonard Fontaine (1762-1853) sebagai dua orang arsitek negara pada periode kekuasaan Napoleon Bonaparte.
Gambar 1 La Madeleine di Paris (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/La_Madeleine,_Paris#Architecture, diakses pada tanggal 5 Juli 2014)
Seni bangunan Empire ini juga sering disebut sebagai gaya bangunan neo-klasik karena dalam interpretasi di Prancis, neo-klasik diartikan sebagai gaya Empire. Penerapan gaya bangunan ini salah satunya dilakukan pada bangunan La Madeleine di Prancis, seperti yang terdapat pada gambar 1 di atas, yang didirikan atas perintah Napoleon Bonaparte pada tahun 1806 sebagai
4 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
memorial bagi keberhasilan Grande Armée1 dalam menjalankan tugasnya. Kemudian bangunan mengalami perubahan fungsi. Menurut website www.placesinfrance.com yang menjelaskan banyak tempat bersejarah di Prancis, diketahui bahwa bangunan La Maedeleine dialihfungsikan dari fungsi awalnya sebagai peringatan atas keberhasilan Grande Armée menjadi sebuah gereja. La Madeleine diresmikan sebagai gereja pada tahun 1842. Bangunan di atas merujuk kepada kecenderungan masyarakat Eropa yang kembali menilai seni-seni Yunani kuno sebagai hal yang indah dan bernilai tinggi. Dengan kata lain, kecenderungan masyarakat Eropa pada saat itu membuat seni Yunani kuno mendapatkan sebutan sebagai Neoklasik yang memiliki makna kelahiran kembali kekayaan seni Yunani kuno. Tren seni Yunani kuno ini berlansung pada abad ke-18 hingga sampai pertengahan abad ke-19 di Eropa. Bangunanbangunan yang menggunakan gaya Empire memiliki simbol dan makna kekuasaan (Arum 2007: 37). Selain contoh bangunan di atas, bangunan yang menggunakan gaya Empire yang erat kaitannya dengan kekuasaan dan kemaharajaan di Eropa juga dapat dilihat pada bangunan Istana Versailles di Indische Empire Style Gaya bangunan Indische Empire adalah varian dari gaya Empire yang menjadi tren dunia seni di Eropa, khususnya di Prancis. Gaya bangunan Indische Empire ini merupakan’tiruan’ dari gaya aristokratik orang-orang Eropa. Penerapan gaya Empire di Hindia Belanda berubah menjadi Indische Empire Style karena Indische Empire lebih menyesuaikan dengan keadaan alam di Hindia Belanda dengan ditemukannya pepohonan dan kebun atau tanaman yang luas di depan bangunan (Handinoto 1994: 5). Atau dengan kata lain, Indische Empire merupakan terjemahan Empire Style di Hindia Belanda (Arum 2007: 37). Penulis memberikan dua contoh gambar bangunan Neo-klasik dan Indische Empire yang ada di Belanda dan Hindia Belanda.
1
Grande Armée adalah tentara bentukan Napoleon Bonaparte pada tahun 1805 hingga 1815
5 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Gambar 2 Stadhuis van Groningen di Groningen, Belanda (Sumber : www.rtvnoord.nl diakses pada tanggal 10 Juli 2014)
Gambar 3 Raad van Justitie (sekarang: Museum Seni Rupa dan Keramik) di Jakarta (Sumber: Foto koleksi Julian Efendi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013)
6 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Kedua gambar di atas adalah Stadhuis van Groningen di Groningen, Belanda dan Raad van Justitie di Jakarta, Indonesia. Kedua bangunan ini dibangun dalam waktu yang berbeda. Stadhuis van Groningen dibangun pada tahun 1810, sedangkan Raad van Justitie di Batavia dibangun pada tahun 1866. Walaupun kedua bangunan ini dibangun dalam waktu yang berbeda, namun gaya bangunan yang digunakan pada kedua bangunan ini kurang lebih sama yaitu sama-sama menggunakan gaya bangunan neo-klasik. Dari kedua gambar di atas, terlihat perbedaan bahwa gaya Empire atau neo-klasik di Eropa tepatnya di Belanda lebih memiliki nilai seni yang tinggi daripada gaya bangunan neo-klasik Indische Empire di Hindia Belanda. Hal tersebut dapat terlihat dari penggunaan pilar pada bagian fasade
kedua bangunan di atas. Pilar bangunan Stadhuis van Groningen menggunakan gaya
Corinthian yang ditandai dengan hiasan yang memenuhi bagian atas pilar sebagai mahkota untuk mempercantik tampilan pilar tersebut. Angka Romawi yang bertuliskan MDCCCX pada bagian perisai fasadenya bernilai 1810 dan menandakan tahun dibangunnya Stadhuis van Groningen. Di samping itu, terdapat pula tangga yang digunakan sebagai penghubung untuk mencapai pintu utama di bagian depan bangunan tersebut sehingga bangunan ini dapat dikatakan lebih memiliki nilai seni yang tinggi, namun tetap memiliki makna penting yaitu kekuasaan karena berdasarkan website www.rtvnoord.nl yang digunakan untuk mencari data tentang bangunan ini, gedung ini masih dipakai sebagai gedung pemerintahan kotamadya di Groningen, Belanda. Sementara itu bangunan Raad van Justitie hanya menggunakan pilar berjenis Dorik sebanyak delapan buah tanpa ada hiasan di bagian atas pilarnya sehingga bangunan ini terlihat sederhana namun sangat kokoh berkat adanya delapan pilar yang terdapat pada bagian fasadenya. Di samping itu, pada bagian depan bangunan Raad van Justitie terdapat juga taman dan pohonpohon di bagian halaman bangunan tersebut. Melalui berbagai sumber yang telah dibaca dan diamati, penulis menyimpulkan bahwa taman hijau yang terdapat pada bagian depan bagunan Raad van Justitie tersebut berfungsi untuk memperindah bangunan dan menciptakan kesan bangunan khas Eropa namun berada di dalam lingkungan yang tropis. Lingkungan tropis mengacu pada pohon-pohon kelapa dan pohon jenis lainnya yang tumbuh di Hindia Belanda. Masuknya gaya bangunan Indische Empire ini tidak terlepas dari keadaan yang sedang terjadi di Eropa pada awal abad ke-19. Pada saat itu, Lodewijk atau Louis menjadi raja Holland2. Saat Lodewijk menjadi raja di Holland, ia menunjuk Herman Willem Daendels untuk menjadi 2
Lodewijk atau Louis Napoleon merupakan adik dari Napoleon Bonaparte yang sedang berkuasa pada tahun 1806 di Prancis. Napoleon Bonaparte menunjuk adiknya tersebut untuk menjadi raja di Holland, yang sekarang menjadi Kerajaan Belanda.
7 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
gubernur jenderal di Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels menjabat pada tahun 1808 sampai tahun 1811 di Hindia Belanda. Selama masa jabatannya, Daendels melakukan banyak pembangunan di Hindia Belanda seperti memerintahkan pembangunan jalan AnyerPanarukan atau biasa disebut dengan jalan Grote Postweg dan memperkenalkan gaya bangunan Indische Empire. Bangunan bergaya Indische Empire di Hindia Belanda dicirikan dengan bagian fasade yang menggunakan pilar-pilar bergaya Dorik atau Ionik yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit bangunan yang berfungsi sebagai penopang, terdapat pohon-pohon seperti pohon palm atau halaman hijau yang luas menuju fasadenya dan bangunannya yang bewarna putih. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedatangan Herman Willem Daendels ke Hindia Belanda menjadi awal perkembangan arsitektur bergaya Eropa di Indonesia karena ia memperkenalkan gaya bangunan Indische Empire. Gaya bangunan Indische Empire yang diaplikasikan pada bangunan saat ia masih berkuasa di Hindia Belanda adalah bangunan Het Groote Huis di Lapangan Banteng yang sekarang berubah fungsi dan namanya menjadi Gedung Departemen Keuangan. Berdasarkan website resmi pemerintah DKI Jakarta www.jakarta.go.id, Het Groote Huis pada awalnya dibangun sebagai istana. Pembangunan gedung ini menggunakan material hasil reruntuhan Kasteel Batavia yang dirobohkan pada tahun 1809. Namun, pembangunan gedung ini belum selesai pada masa Daendels. Bangunan ini kemudian diselesaikan pada tahun 1828 oleh Ir. Tromp atas perintah Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies. Beberapa tahun kemudian, model gaya bangunan Indische Empire diaplikasikan pada bangunan-bangunan seperti Raad van Justitie di Batavia dan Hotel Preanger di Bandung.
8 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Gambar 4 Hotel Preanger di Bandung sebelum direnovasi (Sumber : http://nl.wikipedia.org diakses pada tanggal 22 Agustus 2014)
Bangunan di atas adalah Hotel Preanger yang berdiri pada tahun 1870 hingga tahun 1900. Bangunan tersebut menggunakan gaya bangunan Indische Empire yang ditandai dengan adanya deretan pilar dan fasadenya yang berwarna putih. Bangunan ini kemudian direnovasi total dengan gaya bangunan yang berbeda yaitu art deco pada tahun 1925 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Sejarah dan Gaya Bangunan Gedung Raad van Justitie Gedung Raad van Justitie Binnen Het Casteel Batavia terletak di kompleks wisata Kota Tua di Jakarta. Berdasarkan sumber yang didapat di harian online www.jakartapost.com, bangunan ini didirikan pada akhir abad ke-19 tepatnya pada tahun 1866. Bangunan ini, sebagaimana dikutip dari website www.dbnl.org, dididirikan dengan menggunakan rancangan dari Willem Herman Frederik Hendrik van Raders, seorang yang lahir di Curaçao pada tahun 1827 dan juga merupakan lulusan Koninklijke Academie di Delft, Belanda pada tahun 1850. Ia mendirikan bangunan ini atas perintah BOW (Burgerlijke Openbare Werken), atau lebih dikenal dengan Departemen Pekerjaan Umum pada masa kolonial. Van Raders juga bekerja di perusahaan konstruksi bernama Drossacras & Co.. Berdasarkan keterangan yang didapatkan pada buku panduan tentang bangunan ini, konstruksi bangunan Raad van Justitie ini menghabiskan dana sekitar 269.000 Gulden.
Gambar 5 Raad van Justitie (sekarang: Museum Seni Rupa dan Keramik) di Jakarta (Sumber: koleksi pribadi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013)
9 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Bangunan ini mengalami berkali-kali alih fungsi (Lukito 2010: 8) . Pada saat pertama kali didirikan pada tahun 1866, gedung ini berfungsi sebagai gedung untuk urusan pengadilan, kemudian pada tahun 1942-1945 digunakan sebagai pusat markas besar tentara Jepang. Pada tahun 1967-1973 digunakan sebagai kantor gubernur Jawa Barat, setahun kemudian pada tahun 1974 digunakan sebagai kantor pusat untuk urusan museum dan sejarah Jakarta, lalu pada tahun 1976 digunakan sebagai gedung pusat kesenian hingga pada tahun 1986, bangunan ini ditetapkan menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta yang menyimpan banyak koleksi benda seni rupa bersejarah dan keramik-keramik dari Asia dan Eropa. Gaya Bangunan Indische Empire pada Bangunan Raad van Justitie dan Makna Penempatan Bangunannya. Jika dilihat dari eksterior dan bentuknya, bangunan ini menggunakan gaya Indische Empire. Bangunan yang menggunakan gaya bangunan Indische Empire pada umumnya memiliki halaman atau taman yang luas di depan fasadenya. Hal tersebut dapat dilihat pada bagian depan bangunan Raad van Justitie ini. Kemudian, ciri utama lainnya dari gaya bangunan Indische Empire adalah penggunaan pilar. Pilar-pilar pada bangunan Raad van Justitie berjumlah 8 (delapan buah) dengan menggunakan gaya Doria dari Yunani. Pada tahun 1866 saat bangunan ini sedang dibangun, gaya bangunan Indische Empire dapat dikatakan sebagai model acuan untuk membangun fasilitas publik dalam hal ini sebagai kantor urusan pengadilan pada masa kolonial. Lebih lanjut, Kusno (2010) dalam bukunya yang berjudul The Appearances of Memory: Mnemonic Practices of Architecture and Urban Forms In Indonesia menyatakan bahwa Empire Style di Indonesia ditandai dengan adanya pilar-pilar bergaya Romawi atau Yunani. Di samping itu, gaya bangunan Indische Architectuur atau Empire Style adalah gaya bangunan yang diterapkan pada bangunan-bangunan pemerintah atau infrastruktur publik. Dari penjelasan di atas, Raad van Justitie masuk ke dalam kategori bangunan pemerintah dan dapat pula menjadi infrastruktur publik sehingga gaya bangunan yang digunakan pun secara otomatis menggunakan gaya Indische Empire. Gaya bangunan Indische Empire tetap dijadikan model utama walaupun gubernur jenderal Daendels sudah tidak bertugas lagi di Hindia Belanda. penulis berpendapat bahwa Indische Empire dapat dikatakan sebagai ‘warisan’ dari Daendels pada saat memerintah di Hindia Belanda dan ‘warisan’ tersebut bertahan hingga akhir abad ke-19 di Hindia-Belanda.
10 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Gaya bangunan Indische Empire pada bangunan Raad van Justitie ini melambangkan kekuasaan, berdasarkan beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis ketika meneliti bangunan ini. Jika dilihat dari eksterior bangunan, terdapat delapan pilar pada fasade depan yang menopang perisai fasade. Hal ini seolah menggambarkan kekuasaan pemerintah kolonial (perisai fasade) ditopang oleh hukum-hukum (pilar-pilar) yang berada di bawahnya. Pilar-pilar yang berjumlah 8 (delapan) buah memiliki makna khusus yaitu seperti arah mata angin yang apabila dihitung secara keseluruhan berjumlah 8 (delapan) arah mata angin. Hal tersebut menandakan bahwa hukum mengatur segala lini kehidupan manusia. Selain itu, letaknya yang berdekatan dengan Stadhuis (sekarang Museum Fatahillah) dan De Nieuwe Hollandse Kerk (dahulu digunakan sebagai gereja, sekarang Museum Wayang) melambangkan kekuatan pemerintahan pada masa kolonial. Kombinasi antara gereja (agama), hukum, dan kantor pusat pemerintahan Batavia menjadikan bangunan-bangunan publik, termasuk bangunan
Raad van Justitie ini memiliki peranan penting pada masa kolonial yang sangat
mendukung kekuasaan pemerintah kolonial. Letak Raad van Justitie yang berdekatan dengan Stadhuis dapat memudahkan pemerintah atau aparat penegak hukum pada masa kolonial dalam mengadili orang-orang yang tersangkut masalah hukum. Hal tersebut, bila dilihat dari letak bangunannya yang berdekatan dengan Stadhuis, dapat diasumsikan bahwa pemerintah kolonial sengaja meletakkan Raad van Justitie berdekatan dengan Stadhuis dengan alasan penghematan. Penghematan waktu tempuh untuk urusan administrasi pemerintahan pada masa kolonial. Letak bangunan publik yang saling berdekatan dapat ditemui juga di Belanda, sebagai contoh posisi Royal Palace of Amsterdam yang dahulu berfungsi sebagai balai kota di Amsterdam pada abad ke-17. Kesamaan terletak pada lokasi bangunan tersebut dengan De Nieuwe Kerk (Gereja Baru) yang berada di sebelah barat laut. Namun, bangunan Paleis van Justitie atau lembaga peradilan negara di Belanda tidak terletak di dalam kompleks balai kota tersebut. Bangunan Paleis van Justitie terletak terpisah yaitu di Prinsengracht. Berbeda dengan apa yang dapat kita temukan di Batavia, balai kota (Stadhuis), Gereja Hollandia Baru (De Nieuwe Hollandse Kerk) dan lembaga peradilan kolonial Belanda (Raad van Justitie) terletak saling berdekatan. Tata letak bangunanbangunan ini antara di Amsterdam dan Batavia tidak terlalu berbeda. Kemungkinan letak yang berdekatan ini sengaja dibangun di daerah koloni (Hindia-Belanda) dengan tujuan agar urusanurusan yang berkenaan dengan pemerintah kolonial Belanda di Hindia Belanda dapat berjalan dengan mudah.
11 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
Di samping itu, ada hal yang menarik pada bangunan ini. Penggunaan pilar dari bangunan ini menggunakan pilar bergaya Doria yang seolah merujuk kepada kesenian klasik Yunani. Berdasarkan data yang berhasil didapatkan, peneliti menemukan beberapa kesamaan antara bangunan Raad van Justitie dengan arsitektur Yunani Kuno yaitu Phartenon di Acropolis. Kesamaan yang diteliti adalah pilar dari kedua bangunan tersebut.
Gambar 6 Tampak Depan Phartenon di Acropolis, Yunani (Sumber Gambar : http://www.destination360.com/europe/greece/acropolis. Diakses kembali pada tanggal 13 Agustus 2014, pukul 11:30 WIB)
Gambar 7 Tampak Depan Gedung Raad van Justitie Beserta Deretan Pilar Bergaya Doria
12 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
(Sumber Gambar : Koleksi Pribadi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013, pukul 13:10 WIB)
Pilar dan keseluruhan bentuk fasade yang digunakan pada bagunan Raad van Justitie sama persis dengan pilar yang digunakan pada kuil Parthenon di Acropolis, Yunani. Kesamaan itu terlihat pada gaya pilar keduanya yaitu gaya Doria yang polos tanpa hiasan dan terkesan kaku . Kesamaan ini memberikan kesan bahwa pembangunan pada fasade Raad van Justitie ini ingin dibangun menyerupai Parthenon yang memiliki nilai kesucian. Parthenon dahulu dianggap sebagai tempat yang suci dan tempatnya para dewa. Kesucian tersebut disesuaikan dan diterapkan pada bangunan Raad van Justitie, dalam hal ini sesuai dengan fungsi bangunan ini pada awalnya yaitu sebagai tempat pengadilan hukum pada masa kolonial. Kesucian dalam hal ini adalah bebas dari tindakan melawan aturan (hukum) dan keadilan hukum menurut sudut pandang pemerintah kolonial pada saat itu. Pilar-pilar yang bergaya Doria ini menandakan hukum-hukum yang menopang keadilan dan kebenaran. Deretan 8 (delapan) pilar Doria yang berdiri kokoh dan kuat menopang perisai di bagian fasade Raad van Justitie tersebut mencerminkan sifat hukum yang kuat sehingga apabila hukum tersebut sudah kuat maka keadilan dapat ditegakkan. Simpulan Indische Empire merupakan interpretasi terhadap Empire Style yang sedang menjadi tren di Eropa. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Indische Empire Style merupakan Empire Style yang disesuaikan dengan keadaan alam di Hindia-Belanda. Masuknya Indische Empire yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada saat ia memerintah tahun 1808-1811 menjadi titik awal perkembangan seni bangunan di Hindia-Belanda pada saat itu. Pada tahun 1866 saat Daendels sudah tidak lagi memerintah di Hindia Belanda, Ordinaris Raad van Justitie Binnen het Kasteel Batavia tetap dibangun dengan menggunakan gaya Indische Empire Style. Indische Empire Style sepertinya telah menjadi ‘warisan’ peninggalan Daendels dan tren seni bangunan ini bertahan hingga awal abad ke-19. Bagunan Raad van Justitie yang dibangun atas rancangan
Van Raders dengan
menggunakan gaya Indische Empire Style memiliki makna sebagai simbol kekuasaan dan penegakan hukum di Hindia Belanda. Hal tersebut dapat dilihat dari eksterior yaitu fasadenya. Pada bagian fasadenya terdapat deretan 8 buah pilar bergaya doria yang sederhana tanpa hiasan apapun. Deretan pilar yang sederhana dan bahkan terkesan kaku tersebut menjad simbol penopang keadilan
13 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
dan kekuasaan pemerintah kolonial. Di samping itu, kemiripan pada bagian bagian fasade Raad van Justitie dengan bangunan kuil Parthenon di Acropolis, Yunani memberikan kesan bahwa bangunan ini suci dan juga memiliki nilai seni yang tinggi.
Daftar Referensi Arum, Alin Musfiroh. (2010). Gedung Bataviase Kunstkring: Tinjauan Bentuk Arsitektur. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia. Handinoto. (1994). INDISCHE EMPIRE STYLE Gaya Arsitektur ‘Tempo Doeloe’ yang Sekarang Sudah Mulai Punah. Jurnal Dimensi Arsitektur. 20: 1-14. Kusno, Abidin. (2010). The Appearances of Memory: Mnemonic Practices of Architecture and Urban Form in Indonesia. Durham: Duke University Press U.S.A. Knipschild, Henricus Hubertus. (2000, Oktober). 01 - Een Bataaf in Batavia. De Franse connectie van Herman Willem Daendels. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [http://www.harryknipschild.nl/harryknipschild.nl/index.php/overige-verhalen/91-2-eenbataaf-in-batavia-de-franse-conncectie-van-herman-willem-daendels] Lukito, Yulia Nurliani. (2010). Developing New Identity for Historical Site of The Old City of Batavia, Indonesia: Conservation and Management of Historic Buildings. Jurnal Pelatihan Internasional 2009/2010. Lund: Lund University Swedia. Molhuysen, P.C. dan P.J. Blok. (1924). Nieuw Nederlandsch biografisch woordenboek. Deel 6. Leiden: A.W. Sijthoff. Ratna, Nyoman Kuntha. (2008). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Scholieren. (2003, 5 Februari). Neo-Classicisme. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [http://www.scholieren.com/werkstuk/8018] The Jakarta Post Oline. (2000, 12 Agustus). Once Dreaded Court, Now Museum. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [http://www.thejakartapost.com/news/2000/08/12/once-a-dreaded-court-now-museum.html]
14 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014
15 Seni bangungan...,Jullian Efendi, FIB UI, 2014