Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015
MODEL KESANTUNAN BERBAHASA BAGI POLISI PARIWISATA DI KAWASAN PARIWISATA KUTA Yohanes Kristianto1) dan Ni Gusti Ayu Dewi Paramita Arisandi 2) Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Jalan Dr. R. Goris 7 Denpasar Telp/Fax : (62) 361223798, E-mail :
[email protected] Abstract This study intends to describe the reality of the practice of English tourism police in the tourist area of Kuta. The focus of research emphasis on politeness strategies of the tourist police. To get the reality of the language use by the tourist police, this research used observation, surveys, and interview methods. To that end, the subjects of study were chosen purposively, namely tourist police personnels who were on duty in the tourist area of Kuta. To describe the use of language by the tourism police, used the theories of politeness and speech act. Empirical data show that the language used by the police to communicate with foreign tourists is the English. English used by the tourism police in the tourist area of Kuta is in accordance with the standard English curriculum of Language School from the Police Education Institute. The use of English in the tourism domain covers the scope of the context and situation, namely (1) the topic of everyday life, (2) traffic, (3) theft and robbery, and (4) loss of a child. This situation determines the context and practice of the use of the English language and the selection of politeness strategies in English by the police while on duty. Related to politeness strategies used by the tourist police while on duty include, are: (1) direct strategy and (2) negative politeness strategy. Direct strategy refers to that the police must speak English very well, short, dense and clear. While the negative politeness strategies is used to maintain the authority of the police personnel when performing their duties. Thus, the practice of English by the tourism police tend to ignore the factor of solidarity. To that end, politeness applied by tourist police is different with politeness by the tourism workers. The sociological variables of social distance doesn’t play significant roles. With these results, it will then be drawn up models of politeness for tourist police in accordance with the empirical findings obtained. Keywords: politeness, strategies, tourist police Abstrak Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan realitas praktik berbahasa Inggris polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta. Fokus penelitian menekankan pada strategi kesantunan berbahasa polisi saat berkomunikasi dengan wisatawan. Untuk mendapatkan realitas penggunaan bahasa oleh polisi pariwisata, digunakan metode simak (pengamatan), survei, dan cakap (wawancara). Untuk itu, subjek penelitian dipilih secara purposif, yaitu personil polisi pariwisata yang bertugas di kawasan pariwisata Kuta. Sedangkan untuk mendeskripsikan data empiris penggunaan bahasa oleh polisi pariwisata, digunakan teori kesantunan dan teori tindak tutur. Data empiris yang diperoleh adalah bahwa bahasa yang digunakan oleh polisi untuk berkomunikasi dengan wisatawan asing adalah dengan menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan oleh polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta merupakan bahasa Inggris standar sesuai dengan kurikulum Sekolah Bahasa Lembaga Pendidikan Polisi. Penggunaan bahasa Inggris dalam ranah pariwisata mencakup ruang lingkup konteks dan situasi, yaitu (1) topik keseharian, (2) lalu lintas, (3) pencurian dan perampasan, serta (4) kehilangan anak. Konteks dan situasi ini menentukan praktik penggunaan bahasa Inggris dan pemilihan strategi kesantunan berbahasa Inggris oleh polisi saat bertugas. Berkaitan dengan strategi kesantunan yang digunakan oleh polisi pariwisata saat bertugas meliputi: (1) strategi langsung dan (2) strategi kesantunan negatif. Pemilihan strategi langsung mengingat polisi harus berbahasa Inggris dengan baik, singkat, padat dan jelas. Sedangkan strategi kesantunan negatif digunakan untuk menjaga kewibawaan personil polisi saat melakukan tugasnya. Dengan demikian, praktik berbahasa Inggris oleh polisi pariwisata cenderung mengabaikan faktor solidaritas. Untuk itu, kesantunan yang diterapkan oleh polisi pariwisata berbeda dengan kesantunan berbahasa oleh pelaku atau pekerja pariwisata pada umumnya yang masih menempatkan variabel sosiologis jarak sosial antara tuan rumah dan tamu. Jadi, kesantunan berbahasa polisi tidak serta merta sebagai bentuk keramahtamahan seperti halnya yang dilakukan oleh pekerja pariwisata. Dengan hasil penelitian ini, selanjutnya akan disusun model kesantunan berbahasa bagi polisi pariwisata sesuai dengan temuan empiris yang diperoleh. Kata kunci: kesantunan, strategi, polisi pariwisata
1. PENDAHULUAN Dalam beberapa penanganan kasus yang bersifat transnasional, Polri banyak melakukan kerjasama dengan kepolisian dari luar negeri, sehingga dibutuhkan personil Polri yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing, yaitu bahasa Inggris, Perancis, Mandarin, Jepang, Arab, dan bahasa Indonesia bagi pasis mancanegara (Police Language School, 2012). Untuk itu, polisi pariwisata yang bertugas di kawasan Kuta perlu memiliki kemampuan berkomunikasi verbal dengan menggunakan bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris atau pun bahasa asing lainnya. Utamanya, kemampuan bahasa Inggris menjadi keharusan bagi polisi pariwisata Mengingat pentingnya kemampuan bahasa asing (bahasa Inggris) bagi polisi pariwisata, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan bahasa Inggris oleh polisi pariwisata dalam konteks komunikasi di kawasan pariwisata Kuta. Selain untuk mengetahui realitas penggunaan fungsi-fungsi bahasa bagi polisi pariwisata dalam melaksanakan tugasnya, penelitian ini diharapkan mampu menemukan model kompetensi bahasa Inggris bagi polisi pariwisata yang berkaitan dengan strategi kesantunan atau kesopanan berbahasa yang berimplikasi pada hospitalitas dalam konteks pariwisata. 2. METODE 2.1 Metode Simak Metode simak dilakukan dengan cara mengamati polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta ketika melaksanakan tugas khususnya ketika melakukan komunikasi dengan wisatawan. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data performansi kebahasaan polisi pariwisata secara alamiah (Sudaryanto, 1993; Mahsun, 2012). 2.2 Metode Survei Metode survei dilakukan dengan cara mensurvei anggota satuan polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta dalam berkomunikasi dengan wisatawan (Sudaryanto, 1993; Mahsun, 2012). Metode ini dbantu dengan alat pengumpul data berupa kuesioner untuk mendapatkan kompetensi kebahasaan polisi pariwisata. 2.3 Metode Cakap Metode cakap dilakukan dengan melakukan percakapan mendalam atau wawancara dengan polisi pariwisata yang dipilih secara purposive untuk mendapatkan data kompetensi kebahasaan(Sudaryanto, 1993; Mahsun, 2012). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi dan Fokus Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kawasan pariwisata Kuta dengan fokus penelitian pada permasalahan praktik berbahasa polisi pariwisata yang berkaitan dengan strategi kesantunan berbahasa. Lokasi penelitian ini ditekankan pada dua pos polisi pariwisata di kawasan Kuta yang terletak di pantai Kuta dan pasar seni Kuta. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah polisi pariwisata yang bertugas di kawasan pariwisata Kuta. Polisi pariwisata yang dimaksud adalah satuan Polri yang bertugas bagi pengamanan objek vital bidang pariwisata. 3.3 Praktik Berbahasa Polisi Pariwisata Praktik berbahasa polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta selalu berkaitan dengan tugas pokok Polri dalam mengamankan objek vital di bidang pariwisata. Untuk itu, praktik berbahasa polisi pariwisata memiliki struktur dan sistem yang jelas selain diatur dalam UU No 2 /2002 tentang Polri yang memiliki sinergitas dengan UU No 10/2008 tentang kepariwisataan khususnya Dirjen pengembangan daerah tujuan wisata.
3
3.3.1 Bahasa Polisi Pariwisata Polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta banyak melakukan komunikasi dengan wisatawan nusantara maupun wisatawan asing. Untuk itu, personil Polri tersebut perlu memiliki kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Sekolah Bahasa Polri. Dengan kurikulum kompetensi bahasa asing, khususnya bahasa Inggris diharapkan dapat mengatasi keterbatasan kemampuan para Perwira, Bintara, dan PNS Polri dalam bidang penguasaan bahasa asing. Dengan demikian personil Polri mampu berbicara dengan bahasa asing secara baik, benar, dan membantu kelancaran kompetensi komunikasi dalam tuga di lapangan. Sebagai personil polri yang bertugas di kawasan pariwisata Kuta, personel polri tersebut setidaknya memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris pada level Intermediate. Hal ini sesuai dengan bahasa ajar di Sekolah Bahasa Lembaga Pendidikan Polisi. Berikut ini disajikan elemen kompetensi bahasa polisi pariwisata yang bertugas di kawasan pariwisata Kuta. Tabel 1 Kompetensi Bahasa Inggris Polisi Pariwisata di Kawasan Pariwisata Kuta No 1.
Tindak Bahasa Aktualisasi diri
2.
Penanganan Lalu Lintas
3.
Penanganan Kejahatan (Modus Operandi)
4.
Penanganan Kejahatan (Laporan Pencurian)
5.
Penanganan Pencurian di Jalan
Realisasi Bahasa Konteks Situasi “My name is Agung. I am a policeman. Seorang polisi My post is in Kuta area. I work with pariwisata traffic unit.” memperkenalkan diri saat berkomunikasi dengan wisatawan asing asal Australia “Good evening, Sir. Do you know why I seorang personel am pulling you over?” polisi pariwisata ”I see a Bintang bottle on the passenger menangani seat. Are you drinking?” wisatawan asal “Do you know drinking and driving can Australia yang hurt or even kill someone?” disinyalir mabuk sambil berkendara di jalan pantai Kuta. “Were you at the crime scene last Seorang petugas Friday?” polisi pariwisata Was it at mid night?” menginterogasi “Were there many people?” saksi pencurian di ”Why were you there?” sebuah Villa di jalan Popies II. ”Can you tell me what happened?” Seorang petugas ”And what is your name?” polisi pariwisata di “Can you tell me what happened?” pos pasar Kuta “When did you leave the flat?” menerima laporan ”And what time did you come back?” wisatawan asal ”What did they steal?” Australia yang ”How did the burglar get into the flat?” kehilangan ”Do you suspect anyone?” perhiasan di Why do you think that?” apartemennya. ”Do you know where she is?” “One more question:did you notice any strange marks inside the flat?” ”Okay. Tell me what happened” Seorang petugas ”Are you injured?” polisi pariwisata “Okay. I need a list of the stolen menerima laporan property.” pencurian di jalan “Do you know the make, mark, and Legian oleh serial number of your stolen phone?”
4
6.
Penanganan Anak Hilang /Terpisah dari orang tua
“Okay. What about your digital camera?” ”And your MP3 player?” What is the approximate value of each item?” ”How much money was in your purse?” ”What is your name and address?” Can you describe the suspects?” ”Okay. Thank you ma’am for your information. We will investigate the situation.” ”Can I help you, ma’am?” “Where did you last see her?” ”Calm down, Madam. We’ll find her, but I need you to calm down and give some information. When did you notice she was missing?” “What’s your daughter name?” “Can you tell me what she was wearing?” “Great. I will show the picture to the officers and all the shopkeepers in the area.” “Try not to panic, madam. You’re no good to us if you panic.” ”I need you to take a deep breath and focus for me. Can you think of where she might have gone?”
seorang wisatawan Australia.
asal
Seorang petugas polisi menerima laporan anak hilang dari seorang wisatawan asal Australia di pantai Kuta.
3.3.2 Bahasa sebagai Tindakan Verbal Polisi Pariwisata dalam Bertugas Dari data tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa praktik berbahasa polisi pariwisata di kawasan pantai Kuta berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh polisi dalam melaksanakan tugasnya. Bahasa yang dituturkan oleh polisi merupakan produk tindak verbal untuk atau dalam melakukan atau melaksanakan tugasnya. Berikut disajikan praktik bahasa polisi sebagai tindakan.
Tabel 2 Bahasa sebagai Tindak Verbal Polisi Pariwisata dalam Bertugas No
Tindakan Verbal
Wujud Verbal
1.
Tindak Verbal Ekspresif
2.
Tindak Verbal Komisif
“Good evening, Sir.” “Good morning.” ”Okay. Thank you madam for your information.” “I will write you a traffic ticket, and you will have to come to court.” “Good. They maybe an important clue. All right, let’s go to your flat. I would like to interview your wife.” “We will investigate the situation.” “Great. I will show the picture to the officers and all the shopkeepers in the area.”
Makna Tindak Verbal Menyapa, Berterima Kasih
Melakukan tindakan di masa mendatang atau dalam waktu dekat
5
3.
Tindak Verbal Representatif/Asertif
“My name is Agung. I am a policeman. My post is in Kuta area. ”I see a Bintang bottle on the passenger seat. Are you drinking?”
Menyatakan, menanyakan
4.
Tindak Verbal Direktif
”Can you tell me what happened?” ”May I see your driving documents?” ”Stay calm, Madam.” “Calm down, Madam. We’ll find her, but I need you to calm down and give some information.”
Menyuruh, meminta, memerintah
Dari tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa praktik berbahasa polisi pariwisata dalam bertugas menunjukkan atau mengandung tindakan-tindakan tertentu baik utuk dirinya sendiri maupun untuk wisatawan. Berdasarkan teori tindak tutur Austin (1967) dan Searle (1975), maka praktik bahasa polisi pariwisata dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa tindak verbal selanjutnya disebut tindak tutur memiliki wujud berupa tuturan. Secara nyata, tuturan polisi pariwisata dapat dikelompokkan ke dalam lima tipe tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur ekspresif merupakan tuturan yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu, (2) tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat penutur ujaran tersebut terhadap suatu tindakan di waktu dekat atau di waktu yang akan datang, (3) tindak tutur representative atau asertif merupakan tuturan yang mengandung kebenaran apa yang ada dalam tuturan tersebut, dan (4) tindak tutur direktif yaitu tuturan yang mengandung maksud kewajiban baik langsung maupun tidak langsung untuk dilaksanakan oleh yang mendengar tuturan tersebut. 3.3.3
Model Kesantunan Berbahasa Polisi Pariwisata Kesantunan berbahasa dalam konteks layanan ditandai dengan perilaku keramahtamahan. Keramahtamahan dapat diamati dari tutur bahasa yang digunakan oleh orang yang sedang melakukan komunikasi. Dalam konteks praktik berbahasa polisi pariwisata, penggunaan bahasa cenderung dikaitkan dengan pelaksanaan tugas pengamanan dan penertiban di kawasan pariwisata. Tabel 3 Model Kesantunan Bahasa Polisi Pariwisata N o 1.
Strategi
Wujud Verbal
Maksud
Konteks Situasi
Langsung
“Do you know why I am pulling you over?” “Do you know why I stopped you?” ”Where do you live?” ”And what is your name?” ”What’s your daughter name?” ”What is your name and address?” “Do you see that sign?”
Menghentikan
Pengemudi asing tidak mematuhi rambu lalu lintas
Menanyakan identitas
Polisi menginterogasi wisatawan yang ditangani
Menegaskan
Polisi menunjukkan
6
2 3.
4.
Tidak Langsung Kesantunan Positif
Kesantunan Negatif
“Do you know what it means?” Was it at mid night?” “When did you leave the flat?” ”And what time did you come back?” ”Calm down, Ma’am ”Stay calm, Ma’am. ”Try not to panic, madam. Tidak Ditemukan ”Can I help you, ma’am?” “Okay. Thank you ma’am for your information. Calm down, Ma’am ”Stay calm, Ma’am. ”Try not to panic, ma’am.” ”May I see your driving documents?” ”Can you describe the suspects?” ”Can you tell me what she was wearing?” ”Can you tell me what happened?”
Menanyakan waktu
kesalahan pengemudi asing saat mengemudi. Polisi menginterogasi kronologis kejadian
Menyuruh/memi nta/memohon
Polisi menenangkan wisatawan yang terpisah dari anaknya
Menyapa, menyuruh, meminta
Menyapa wisatawan yang mengalami masalah dengan sapaan Ma’am.
Menyuruh /meminta/memoh on /memerintah
Polisi meminta (1)pengemudi untuk menunjukkan suratsurat kelengkapan mengemudi, (2) agar wisatawan korban pencurian menceritakan seseorang yang dicurigai, (3) wisatawan yang kehilangan anaknya menceritakan ciri-ciri fisik termasuk pakaian yang dikenakannya, dan (4) wisatawan menceritakan masalah yang dialami. Dari data penggunaan bahasa oleh polisi pariwisata, strategi kesantunan negatif cukup efektif sebagai strategi kesantunan dalam berkomunikasi dengan wisatawan terutama untuk membantu kelancaran tugas polisi di lapangan. Dengan strategi kesantunan negatif, polisi sebagai penegak hukum dan petugas keamanan memiliki kewibawaan dan dapat menjaga citra diri personil dan juga sekaligus citra atau identitas kesatuan Polri secara umum. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian realitas penggunaan kesantunan berbahasa oleh polisi pariwisata di kawasan pariwisata Kuta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Bahasa berarti juga suatu tindakan.Ketika polisi pariwisata mengatakan sesuatu akan selalu berhubungan dengan tugas yang ia laksanakan;(2) Data empiris penggunaan bahasa Inggris oleh polisi pariwisata merupakan bahasa Inggris standar sesuai dengan kurikulum Sekolah Bahasa Lembaga Pendidikan Polisi; (3) Berkaitan dengan fungsi bahasa bagi polisi pariwisata ditemukan konteks dan situasi penggunaan bahasa secara spesifik meliputi: (a) konteks dan situasi keseharian, (b) konteks dan situasi lalu lintas, (c) konteks dan situasi, (d) konteks dan situasi pencurian, dan (e) konteks dan situasi orang/anak hilang;(4) Kompetensi berbahasa Inggris polisi pariwisata sangat tergantung konteks dan situasi; dan (5) Berkaitan strategi kesantunan berbahasa, polisi pariwisata cenderung memilih strategi langsung dan strategi kesantunan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kesantunan
7
yang dimaksud dalam kepolisian berbeda dengan kesantunan oleh pekerja pariwisata pada umumnya. Ucapan Terima Kasih Tim Peneliti Dosen Muda Program Studi Industri Perjalanan Wisata (IPW), Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana mengucapkan terima kasih kepada Rektor Unud, Ketua LPPM Unud, Dekan Fakultas Pariwisata, Kaprodi IPW Fakultas Pariwisata Unud atas kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Daftar Pustaka
Austin, J. 1975. How to Do Things with Words (2nd ed.). Cambridge: Harvard University Press. Brown, P dan Levinson, S.C. 1978. Universals in language usage: Politeness phenomena. Cambridge: Cambridge University Press. Brown, P dan Levinson, S.C. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge Leech, G. 1983. The Principles of Pragmatics. England: Longman Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Tahapan Strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa – Pengantar Penelitian WahanaKebudayaan secara Linguistis –. Yogyakarta: Duta Wacana University Press,