SELF DISCLOSURE PADA MEDIA SOSIAL (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S-1) pada Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Disusun Oleh: Widiyana Ningsih 6662102106
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA BANTEN 2015
“Dan bahwasanya manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya…” (Al-qur’an Surat An-Najm ayat 39)
“Kerja keras memang penting, tapi ada satu hal yang lebih penting dari itu yaitu percayalah pada diri anda sendiri” J.K Rowling (Pengarang Buku Harry Potter)
Bismillahirahmanirahim Skripsi ini kupersembahkan Kepada seluruh keluarga besarku, Bapak dan Mamah tercinta Sebagai wujud baktiku Semoga ini merupakan langkah awal Untuk selalu membahagiakan kalian… Amin
ABSTRAK
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Skripsi. Self Disclosure Pada Media Sosial (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk). Pembimbing I : Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S.Sos. M.I.Kom Self disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya suatu tindakan pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai berbagai macam hal serta mengenai pernyataan – pernyataan yang terkadang tidak mampu dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan pada media yang terlalu umum, yang bukan anonim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana self disclosure pengguna, dimensi, fungsi, faktor-faktor, dan efek yang terjadi pada media sosial anonim LegaTalk. Penelitian ini menggunakan teori self disclosure (Johari Window). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Narasumber dalam penelitian ini adalah lima orang informan utama dan tiga informan pendukung yang ditemukan melalui teknik accidental sampling (teknik sampling kebetulan). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa self disclosure pada media anonim menjadikan individu lebih nyaman untuk terbuka mengenai dirinya. Dimensi atau aturan dalam pengungkapan diri yang terjadi oleh informan LegaTalk ini berkaitan dengan aspek frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan oleh informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni, memiliki fungsi sebagai bentuk ekspresi. Faktor-faktor self disclosure seperti besaran kelompok mempengaruhi pengungkapan di LegaTalk, serta efek self disclosure yang terjadi pada LegaTalk tidak ditemukan yang berkaitan dengan teori.
Kata Kunci Komunikasi Antar Pribadi, Media Anonim, Media Sosial, Self Disclosure.
ABSTRACT
Widiyana Ningsih. NIM. 6662102106. Undergraduate Thesis. Self Disclosure On Social Media (Descriptive Study On Social Media LegaTalk Anonymous). Guide I : Prof.Dr.H. A. Sihabudin, M.Si and Guide II : Puspita Asri Praceka, S.Sos. M.I.Kom Self-disclosure for this LegaTalk user is an action of self-disclosure by describing what in their heart and the feelings contents about something else and then the statements that are sometimes not able to talked about such things that are intimate or it is too privacy if shared on media that is too general, which is not anonymous. This research was made to know how the user of self-disclosure for, dimensions, functions, factors, and effects of what happen in LegaTalk anonym social media. The theory of this research is self-disclosure (Johari Window). This study used a qualitative approach and the method used was a descriptive study. The technique of collecting the data using interviews, observation and documentation. Informant in this research are five key informants and supporters of the three informants found through accidental sampling (accidental sampling technique). The results of this research shows that the self-disclosure in the media to make the personal feel more comfortable anonymity to open about themselves. Dimensions or rules in the case of self-disclosure by the informant LegaTalk is related to the frequency aspects (level of frequency) and duration (time access) required by informants to express themselves very erratic and unpredictable. The function of self-disclosure that occurs in this LegaTalk such that, has a function as a form of expression. Factors such as the amount of self-disclosure affect disclosure in LegaTalk group, and the effects of selfdisclosure that occurs in LegaTalk not found with regard to the theory. Keywords Anonymous Media, Interpersonal Communication, Self Disclosure, Social Media.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Self Disclosure Pada Media Sosial (Studi Deskriptif Pada Media Sosial Anonim LegaTalk) bisa terselesaikan dengan baik. Tak lupa salam serta shalawat kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi dan pembuka gerbang cahaya bagi umatnya hingga akhir masa. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Jurusan Komunikasi konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penyusunannya, peneliti banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada : 1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW. 2. Bapak Prof Dr. Soleh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Bapak Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si selaku dosen pembimbing I yang tidak hanya banyak memberi arahan namun juga telah berbaik hati memberi pinjaman buku-buku jurnal sebagai pedoman penulisan skripsi. 6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom, selaku Sekertaris Jurusan Prodi Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing ke-II yang juga telah banyak
ii
iii
membagi ilmu dan masukan yang sangat berarti bagi penulis serta terimakasih banyak telah memberi bantuan untuk menghubungkan salah satu informan pendukung penelitian. 7. Bapak Dipl.Ing (FH) Rangga Galura Gumelar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis dari semester awal sampai akhir. 8. Bapak M. Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku ketua penguji sidang dan Darwis Sagita, M.I.Kom selaku anggota penguji sidang yang telah menguji dan memberi nilai yang sangat memuaskan kepada peneliti. 9. Seluruh dosen dan staff program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu penulis dalam hal kelancaran proses skripsi. 10. Ibu Asmara Wreksono selaku Country Manager, mba Dinda Puspitasari selaku PR Executive dan para staff Creative HotHouse yang memberi kesempatan kepada peneliti untuk berbagi informasi serta mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini. 11. Keluargaku tercinta Bapak Sutrisno dan Ibu Faizah yang selalu setia memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa yang tak pernah putus untuk kelancaran skripsi ini. Kepada kakakku Nurnia Ningsih, adikku David Prayogo, kakak ipar mas Sudar Wahono serta keponakan-keponakanku tersayang Nizam Bilal Ramadhan dan Najla Nazhifa Sari yang menjadi sumber motivasi bagi peneliti. 12. Terimakasih kepada Edwin Setiawan S.I.Kom yang telah meluangkan banyak waktu serta telah menjadi penyemangat yang setia. 13. Risnawati Dwi Rahayu S.Pd dan Sugeng Rahmatullah S.T sebagai sahabat masa sekolah yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 14. Permasyari Vita Fatimah dan Sarah Hidayat S.I.Kom sebagai sahabat seperjuangan dan terimakasih karena kalian telah menjadi bagian yang menyukseskan penelitian ini.
iv
15. Maya Maul Haya Sofa S.I.Kom, Chereston Parulian, S.H dan Windi Windari sebagai para sahabat seperjuangan yang telah memberikan banyak waktu bersama untuk berbagi kegembiraan. 16. Seluruh
informan
utama
maupun
informan
pendukung
penelitian.
Terimakasih atas kesediaan waktu dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 17. Mba wulan selaku adik kandung dari dosen pembimbing 2 yang telah membantu menghubungkan peneliti dengan salah satu informan dalam penelitian ini. 18. Teman – teman NR Humas kelas H, terimakasih atas jalinan pertemanan yang membentuk cerita indah selama masa kuliah. 19. Teman-teman angkatan 2010 konsentrasi Humas dan jurnalistik Ilmu Komunikasi Fisip Untirta. 20. Keluarga besar KKM 49 tahun 2013 yang telah menjadi bagian dari perjalanan penulis. Semoga semua bantuan, dukungan, dan bimbingan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang dilipat gandakan dan rejeki yang selalu dilancarkan. Aamiin Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, Oktober 2015 Penulis,
Widiyana Ningsih
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
…………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
...………………………………………………………ii
DAFTAR ISI
..……………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL
..……………………………………………………………....ix
DAFTAR GAMBAR
.……………………………………………………......x
DAFTAR LAMPIRAN
…..……………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
.………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah …….…………………………………………………………11 1.3 Identifikasi Masalah
….…………………………………………………....11
1.4 Tujuan Penelitian .………………………………………………………………12 1.5 Manfaat Penelitian
……………………………………………………….12
1.4.1 Manfaat Teoritis ……….……………………………………………....12 1.4.2 Manfaat Praktis ……….………………………………………………13
v
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis .………………………………………………………………14 2.1.1 Komunikasi Antarpribadi
.……………………………………………....15
2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi 2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri)
.………………………………18
.………………………………………19
2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure
.………………………………………22
2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure
.………………………………………25
2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure
.………………………………………26
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure .………………27 2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri
….……………………………………29
2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri .………………………………………30 2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi 2.1.3 Konvergensi dan Media Baru
.………………31
….……………………………………32
2.1.4 Media Sosial …….…………………………………………………………36 2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial …….…………………………………39 2.1.6 Teori Self Dislosure ……….………………………………………………46 2.2 Kerangka Berpikir ………….……………………………………………………51 2.3 Penelitian Terdahulu
………….……………………………………………54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian …………….…………………………………………………59 3.2 Paradigma Penelitian
…….…………………………………………………61
3.3 Ruang Lingkup Penelitian…….…………………………………………………63 3.4 Instrumen Penelitian
……….………………………………………………65
3.4.1 Sumber dan Jenis Data
……….………………………………………65
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ……….………………………………………66 3.5 Informan Penelitian
………………………………………………….……69
3.6 Teknik Analisis Data
.………………………………………………………73
vii
3.7 Uji Keabsahan Data
…….…………………………………………………75
3.8 Jadwal Penelitian ….……………………………………………………………76
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian
.………………………………………………77
4.1.1
Profil Creative HotHouse ….……………………………………………77
4.1.2
LegaTalk ……….………………………………………………………78 4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk ………….……………………………80 4.1.2.2 Logo LegaTalk
……….………………………………………82
4.1.2.3 Tampilan LegaTalk 4.1.3
Profil Informan
.………………………………………83
……….………………………………………………84
4.1.3.1 Ahmad Rian Effendi
………….……………………………84
4.1.3.2 Rizky Hermawan ……….………………………………………85 4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono ……….………………………………85 4.1.3.4 Samuel Henk V N …….…………………………………………86 4.1.3.5 AG …………..…………………………………………………...86 4.2 Deskripsi Data
……….………………………………………………………87
4.3 Pembahasan Penelitian
……….………………………………………………88
4.3.1 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk ……………….89 4.3.2 Dimensi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk……..102 4.3.3 Fungsi Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk .……..110 4.3.4 Faktor-faktor Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) pengguna LegaTalk..116 4.3.5 Efek Self Dislcosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
….…..124
4.4 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk
….…..134
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
……….……………………………………………………..141
…….………………………………………………………………..143
5.2.1 Saran Teoritis
….…..………………………………………………143
viii
5.2.2 Saran Praktis
………….…………………………………………..144
DAFTAR PUSTAKA
...……………………………………………………145
LAMPIRAN ……………………………………………………………………...150 RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………...202
DAFTAR TABEL Halaman TABEL 2.1 Penelitian Self Disclosure Pada Media Sosial ....…………………….40 TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu
……………………………………………….57
TABEL 3.1 Informan Penelitian
……………………………………………….72
TABEL 3.2 Informan Pendukung
……………………………………………….73
TABEL 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................…………………………….76
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir
........………………………………………….53
GAMBAR 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain….....46 GAMBAR 4.1 Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015..82 ……………………………………….82
GAMBAR 4.2 Logo Aplikasi LegaTalk
GAMBAR 4.3 Tampilan LegaTalk ……………………………………………….83 GAMBAR 4.4 Bagan Self Disclosure Pada Media Sosial
……………………...132
GAMBAR 4.5 Hasil Self Disclosure Pengguna LegaTalk Pada Johari Window….136
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara
……………………………………...150
LAMPIRAN 2 Biodata Key Informan
……………………………………...152
LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara
……………………………………...153
LAMPIRAN 4 Biodata Key Informan
……………………………………...158
LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara
……………………………………...159
LAMPIRAN 6 Biodata Key Informan
……………………………………...162
LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara
……………………………………...163
LAMPIRAN 8 Biodata Key Informan
……………………………………...167
LAMPIRAN 9 Transkip Wawancara
……………………………………...168
LAMPIRAN 1 0 Biodata Key Informan
……………………………………...172
LAMPIRAN 1 1 Transkip Wawancara
……………………………………...173
LAMPIRAN 1 2 Biodata Informan Pendukung
……………………………...177
……………………………………...178
LAMPIRAN 1 3 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 4 Biodata Informan Pendukung
……………………………...182
……………………………………...183
LAMPIRAN 1 5 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 6 Biodata Informan Pendukung
……………………………...188
……………………………………...189
LAMPIRAN 1 7 Transkip Wawancara
LAMPIRAN 1 8 Dokumentasi Contoh Status di LegaTalk ……………………...195
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Untuk itu, menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar tidak pernah lepas dari segala aktivitas hidup seseorang. Misalnya dalam lingkungan keluarga, kita berinteraksi satu sama lain dengan keluarga, kemudian pada lingkungan masyarakat yang lebih luas kita mampu menjalin suatu hubungan antar individu dengan teman, rekan kerja, kekasih, bahkan dengan tukang penjual minuman sekalipun. Artinya manusia tidak bisa terlepas dari adanya interaksi dan komunikasi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain.1 Dalam menjalin suatu interaksi, seorang individu melakukan penyampaian informasi kepada orang lain mengenai dirinya. Hal ini berhubungan dengan adanya self disclosure pada individu. Self disclosure atau pembukaan diri menurut Devito merupakan jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. 2 Pengungkapan diri ini juga
1
Slamet Santoso. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama. Hlm 157 Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 64 2
1
2
merupakan informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Self disclosure dapat terjadi, bila ada seseorang dengan sukarela menceritakan mengenai dirinya kepada orang lain. Pengertian lain mengenai pengungkapan diri atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Menurut Morton, 1978 dalam buku Psikologi Sosial mengatakan bahwa pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif.3 Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Sedangkan dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, bahwa kita menyukai orang-orang tertentu.4 Erat kaitannya dengan komunikasi, pengungkapan diri adalah aspek (intimacy), yakni sejauh mana derajat informasi itu mencerminkan orang yang bersangkutan secara personal atau pribadi atau perasaan-perasaan yang paling dalam dari diri.5
Dalam kehidupan sehari-hari, pengungkapan diri atau self disclosure ini terjadi tidak hanya dalam komunikasi dan interaksi langsung antar manusia. Namun, proses pengungkapan diri ini dapat pula terjadi pada media perantara, yakni media sosial. Dinamika kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai macam situasi dan kondisi yang beraneka ragam. Manusia bisa merasakan bahagia, tapi manusia juga 3
David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hlm 254 4 Ibid, Hlm: 254 5 B Aubrey Fisher. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remadja Karya. Hlm: 261-262
3
akan merasakan pada titik di mana kehidupan tidak selalu menyenangkan. Dewasa ini, semenjak adanya media sosial seseorang bisa kapan saja dengan mudah berbagi mengenai hal pribadi, serta perasaan dan kegiatan dalam media tersebut. Seseorang biasa meluapkan kebahagiaan, kemarahan, hingga kekesalan dalam dunia maya. Hal inilah yang dinamakan pengungkapan diri atau self disclosure melalui media sosial. Pernah ada beberapa penelitian terdahulu terkait pengungkapan diri pada media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusumaningtyas (2010) menunjukan bahwa self disclosure pada media sosial Facebook mengakibatkan terjadinya kasus pelarian dan penculikan remaja putri di Surabaya. 6 Kemudian, pada penelitian terdahulu lainnya oleh Dimas Pamuncak (2011) juga mengungkapkan adanya bentuk self disclosure pada media sosial yang meneliti mengenai tipe kepribadian pelaku self disclosure pada media jejaring sosial Facebook.7 Artinya kedua penelitian tersebut membuktikan adanya proses self disclosure pada media sosial. Konteks pengungkapan diri yang dilakukan pada media sosial, umumnya terletak pada cara orang berbagi informasi tentang diri pada berbagai situs media sosial dalam bentuk status, foto/video, chatting, komentar, dan lain sebagainya sebagai suatu hal untuk diketahui oleh sesama pangguna akun terkait. Terlebih lagi pada individu yang gemar melakukan curahan hati pada media sosial. Mengenai
6
Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online Facebook Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran 7 Dimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
4
masalah perasaan, isi hati atau hal pribadi biasanya individu cenderung berbagi pada orang yang dipercaya atau pada orang-orang tertentu saja. Namun hal ini justru dipublikasikan melalui akun media sosial. Ini berarti secara tidak langsung banyak informasi mengenai dirinya yang tidak seharusnya dipublikasikan justru diketahui oleh orang lain. Hal ini didukung oleh pernyataan Ida Ruwaida seorang Sosiolog dari Universitas Indonesia berpendapat bahwa : Ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang rendah terutama di kota-kota besar menimbulkan perubahan dalam pola interaksi masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk menyalurkan emosi alias katarsis lewat media sosial.8 Mengungkapkan perasaan dalam jejaring sosial ini banyak dilakukan oleh kebanyakan orang. Faktanya, seperti dilansir dari Times of India, sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial sebagai wadah untuk mereka curhat. Dari survei yang dilakukan oleh salah satu televisi swasta Amerika Serikat itu tersingkap bahwa 52 persen orang ternyata curhat di jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Sementara 30 persen lainnya dilatarbelakangi oleh rasa cemburu ataupun dendam dan rasa iri kepada orang lain. 9 Dengan berbagai latar belakang tersebut, artinya individu banyak yang menggunakan media sosial sebagai media untuk mencurahkan perasaan.
8
http://tekno.kompas.com/read/2012/06/01/23174881/mengapa.orang.gemar.curhat.lewat.media.s osial diakses 29 Januari 2014 pukul 10:48 9 http://www.koranjakarta.com/?17367jejaring%20sosial:%20zona%20nyaman%20untuk%20curhat? diakses 07 Desember 2014 pukul 14:17
5
Beberapa alasan membuat komunikasi dunia maya menjadi lebih nyaman dan lengkap dari pada komunikasi langsung dengan bertatap muka pada dunia nyata. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Larry D Rosen dkk, Ben-Ze-Ev (2003) mengatakan bahwa seseorang merasa aman dalam dunia maya dibandingkan dunia nyata. Walther (1996) juga mengatakan seseorang juga merasa dekat jika berada dibalik layar atau dunia maya dibandingkan dunia nyata. 10 Ajang melakukan ”curhat” pada media sosial ini merupakan salah satu fungsi pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak (1979) dalam konteks ekspresi, bahwa kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang semua itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.11 Namun, yang menjadi suatu masalah dalam melakukan pengungkapan diri melalui media sosial yakni berkaitan dengan adanya UU ITE yang berlaku di Negara Indonesia. Seperti kita ketahui dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, ramai pemberitaan mengenai kasus para pengguna media sosial yang terkena UndangUndang Informasi dan Teknologi (UU ITE). Pada kejadian pelanggaran UU ITE dalam kasus media sosial yang marak terjadi belakangan ini, sebut saja kasus Florence Sihombing yang berawal dari kekesalannya saat antre di SPBU Yogjakarta. Kekesalan Florence pun diungkapkan melalui akun Path miliknya dengan 10
Dimas Pamuncak. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Hlm: 8 11 David O Sears & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hlm: 254
6
kalimat memaki-maki kota dan penduduk tersebut. Florence Sihombing, mahasiswi semester ketiga Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada disangka telah melakukan penghinaan, pencemaran nama baik, dan penyebaran akses internet yang menghina masyarakat dan menimbulkan kebencian atau permusuhan individu.12 Kasus selanjutnya yang baru-baru ini terjadi adalah Ervani, salah seorang pengguna media sosial yang juga mengungkapkan kekesalannya pada jejaring sosial. Kedua kasus ini merupakan kejadian dari sekian banyak kasus serupa pada media sosial yang merugikan pengguna hingga terjerat hukum Indonesia. Bila dikaitkan dengan self disclosure seseorang, hal ini merupakan tingkat pengungkapan diri yang tinggi menimbulkan kesan kurang dapat mengontrol diri. Akibat dari banyaknya kasus tersebut, membuat peneliti berasumsi bahwa bermedia sosial seakan terkekang dan kebebasaan mengekspresikan diri seolah dibatasi oleh adanya UU ITE tersebut. Terlebih fasilitas dalam media sosial itu sendiri umumnya digunakan individu sebagai media eksistensi dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan terakhir dalam Teori Kebutuhan Abraham Maslow. Sehingga, fasilitas media sosial inilah yang memungkinkan seseorang dapat bebas berbagi dalam dunia maya tersebut sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan tersebut.
12
http://www.voaindonesia.com/content/mahasiswa-di-yogyakarta-ditahan-polisi-karena-curhat-dimedia-sosial/2433794.html diakses 07 Nov 2014 pukul 14:12
7
Komplektisitas manusia dalam menggunakan media sosial sangat besar, seperti terlihat dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang memiliki media sosial, mereka mengakses media sosial secara berkala setiap hari, sebagian aktivitas harian mereka diselingi dengan membuka atau mengakses media sosial. Kegiatan yang dilakukan dalam media sosial tersebut yakni melakukan interaksi dengan pengguna media sosial lainnya seperti berkirim pesan, berbagi tentang kegiatan pribadi yang diunggah dalam bentuk foto, video, maupun berbagi update status yang nantinya mengundang komentar dan feedback yang menimbulkan terjadinya suatu interaksi. Di Indonesia sendiri, sesuai survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2012 lalu, menyatakan bahwa 63 juta masyarakat Indonesia terhubung dengan Internet. Sebanyak 95 persen aktivitas populasi itu saat mengakses dunia maya adalah membuka media sosial.13 Dalam artikel lainnya, Bao Jianleo selaku Country Manager Baidu (mesin raksasa pencari asal Tiongkok) perwakilan Indonesia juga mengatakan internet memang digandrungi di Indonesia, khususnya untuk mengakses jejaring sosial. Menurut presentase, ada sekitar 84,2 persen pengakses jejaring sosial, kemudian di posisi kedua adalah fungsi internet untuk melakukan telusuran (browsing), sekitar 65,7 persen.14 Ini artinya bahwa media sosial banyak digunakan dan diakses oleh masyarakat di Indonesia. 13
http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-oraang-indonesia-pengguna-terbesar unia.html diakses pada 18Okt2014 pukul 10:35 14 http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141127133046-185-14236/internet-indonesia-banyakdipakai-untuk-media-sosial/ diakses tanggal 4 Des 2014 pukul 14:53
8
Adanya partisipasi yang besar terhadap penggunaan media sosial ini menimbulkan banyak media sosial baru yang bermunculan. Semakin canggihnya teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, mampu menciptakan beragam situs media sosial (sosmed) yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengikuti pula perkembangannya. Masyarakat di Indonesia selalu menjadi publik yang mampu mengikuti perkembangan tersebut, seperti halnya mengikuti tren saat ini sebagai pengguna media sosial. Lagi pula, saat ini kebanyakan orang lebih memilih untuk berkomunikasi secara virtual dalam dunia maya melalui social media dibandingkan berbicara secara langsung dengan orang-orang sekitarnya. LegaTalk adalah sebuah platform media sosial anonim lokal pertama di Indonesia.15 Aplikasi yang merupakan platform Android ini diresmikan pada bulan September 2014, yang diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin curhat namun tidak ingin mengungkapkan identitas dirinya karena khawatir akan reaksi orang yang berlebihan ataupun akan menimbulkan dampak negatif. Dalam penerapan aktivitasnya yang memungkinkan setiap orang dapat berbagi status tanpa terdeteksi adanya informasi pengguna sebagai identitas tersebut, oleh karena itu media ini disebut juga media sosial anonim. Salah satu aktivitas yang diunggulkan media ini adalah sebagai media khusus berbagi status atau disebut juga ruang curhat. Dalam situs jejaring sosial Lega Talk, dengan tagline “share with friends, say all you want, speak anonymously” ini dapat dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
15
Teknologi.metrotvnews.com/read/2014/09/25/296897/creative-hot-house-resmikan-aplikasilegatalk/ diakses tanggal 10 April 2015 pukul 21:51
9
individu sebagai media untuk pengungkapan diri dan pemenuhan kepuasaan diri dengan identitas pengguna yang anonim. Mendaftar dengan verifikasi yang longgar memicu adanya identitas palsu yang memberikan kebebasan dalam menggunakan sosial media. Kelonggaran identitas tersebut tidak terlepas dari salah satu karakteristik media baru yang disampaikan Feldman (dalam
Flew
2005:101)
yaitu
manipulable (mudah
dimanipulasi). Masyarakat diberi kebebasan untuk memanipulasi, merubah data dan informasi secara bebas tanpa adanya batasan atau aturan. Belum pernah ada kasus hukum yang melibatkan users dalam sebuah portal media online karena komentar yang melanggar etika.16 Kemunculan media sosial umumnya menarik penggunanya untuk terjun menggunakan berbagai layanan yang tersedia pada media sosial tersebut. Manusia secara psikologis senang mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Umumnya, media jejaring sosial telah menjadi salah satu media yang memberi ruang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk berkreasi dan berbagi. Terlebih dengan adanya akun berbasis anonim yakni LegaTalk dengan tidak tercantumnya profil pengguna atau informasi lainnya kecuali hanya deteksi lokasi pada saat pengguna memposting status pada akun media ini. Dalam hal ini memungkinkan seseorang dapat berbagi status dan curhat secara lebih bebas, tanpa memikirkan jati dirinya diketahui oleh orang 16
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=86941&val=4687 “memahami fenomena komunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username dalam portal berita online” diakses tanggal 10 April 2015 pukul 8:07
10
lain. Hal ini seperti ungkapan Ian Chandra K bahwa “tidak ada yang tahu tentang jati diri
anda
yang
sebenarnya
sehingga
anda
dapat
menuliskannya
secara
sembarangan.”17 Dengan meningkatnya kasus mengenai self disclosure pada media sosial terutama maraknya ajang melakukan curhat pada media tersebut yang banyak menimbulkan unsur negatif pada pengguna seperti telah diungkap peneliti di atas mengenai berbagai macam kasus pengguna yang terkena UU ITE. Munculah keinginan peneliti untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor penyebab seseorang melakukan pengungkapan diri terutama pada media sosial anonim dalam hal ini LegaTalk. Pada umumnya karakteristik dari media sosial yakni tercantumnya nama profil atau informasi lainnya sebagai identitas pengguna, yang berguna sebagai tanda pengenal bagi pemilik akun untuk dapat dikenali oleh sesama pengguna. Namun, yang uniknya dari pemilihan media sosial yang peneliti ambil ini yakni terletak pada anonimitas atau media sosial dengan tidak mencantumkan profil pengguna layaknya akun media sosial lainnya seperti halnya Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain sebagainya. Permasalahan yang muncul pada media sosial yang peneliti ambil yakni LegaTalk, yang di dalamnya terdapat suatu proses komunikasi dari dalam diri individu yang dituangkan dalam sebuah “status”. Pernyataan perasaan pada status tersebut mengandung adanya ungkapan perasaan yang dialami individu mengenai diri 17
Ian Chandra K. Internet Untuk Kita Semua. 2009. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Hlm: 240
11
yang diungkap dalam suatu wadah media sosial yang anonim. Dengan munculnya media sosial yang bersifat anonim ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengguna melakukan pengungkapan diri atau self. Apa hal ini memungkinkan seseorang dapat melakukan pengungkapan dirinya secara bebas, dan sangat terbuka. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti. Sehingga pada penelitian ini, peneliti menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Seseorang Pada Media Sosial Anonim LegaTalk?” 1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana self disclosure pengguna media sosial LegaTalk yang anonim? 2. Bagaimana dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim? 3. Bagaimana fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim? 4. Bagaimana faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim? 5. Bagaimana efek self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim?
12
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan-tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu : 1. Mengetahui self disclosure pengguna media sosial LegaTalk yang anonim. 2. Mengetahui dimensi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim. 3. Mengetahui fungsi self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim. 4. Mengetahui faktor-faktor self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim. 5. Mengetahui efek self disclosure pada media sosial LegaTalk yang anonim.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut : 1.5.1
Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan bidang kajian terkait. Selain itu diharapkan memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu terutama ilmu komunikasi dalam menelaah kajian hubungan komunikasi antar manusia dalam konteks keterbukaan atau self disclosure seseorang.
13
1.5.2
Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pengguna media sosial mengenai keterbukaan diri ketika berinteraksi dan berbagi konten mengenai kehidupan pribadi agar lebih bijak dalam hal penggunannya. Serta sebagai bahan acuan bagi peneliti lainnya untuk melakukan riset mengenai penelitian terkait.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.18 Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Maka untuk memperjelas penelitian terkait, perlu diketahui dan dibatasi terlebih dahulu kajian atau istilah kajian serta teori yang digunakan secara sistematis untuk menjawab penelitian ini, yaitu: 1. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) 2. Pengungkapan diri (self disclosure) 3. Media sosial 4. Self disclosure dalam media sosial Pada tahap awal untuk menjelaskan konsep kajian teori di atas mengenai self disclosure, maka terlebih dahulu kita membahas mengenai apa dan bagaimana komunikasi antarpribadi itu terjadi dalam kehidupan individu, karena kajian self disclosure ini termasuk dalam kajian komunikasi antarpribadi.
18
Rachmat Kriyantono. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 43
14
15
2.1.1 Komunikasi Antarpribadi Manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat artinya makhluk yang tidak mampu hidup tanpa ada bantuan orang lain di sekelilingnya. Oleh karena itu ia akan selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, sampai akhir hayatnya, dan untuk memenuhi semua kebutuhannya itu manusia harus selalu berinteraksi dengan yang lainnya dan interaksi itu yang dinamakan komunikasi. Semakin lama manusia itu hidup dan tumbuh, maka semakin banyak ia akan berinteraksi dan semakin luas ruang lingkup interaksinya, baik itu interaksi dalam kehidupan kelompok ataupun dengan masyarakat di lingkungannya. Untuk memperlancar jalannya interaksi tersebut, maka ini tidak luput dari alat yang digunakan untuk berinteraksi yaitu “komunikasi” karena tanpa komunikasi interaksi tidak akan bisa terjadi. Dalam segi kehidupan manusia, kita mengenal adanya komunikasi yang selalu berperan penting mengikuti jalannya kehidupan tersebut. Hampir setiap tindakan dan kegiatan dilakukan dengan komunikasi. Breselon, Steiner, yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itu lah yang disebut komunikasi.19 Sebagian besar kegiatan komunikasi ini berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.
19
Lukiati Komala. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran. Hlm: 74
16
Secara umum komunikasi antarpribadi diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.20 Menurut Nurudin komunikasi antarpribadi yakni suatu proses komunikasi secara tatap muka yang dilakukan antara dua orang (atau lebih). Hal ini seperti yang pernah dikatakan R. Wayne Pace (1979), “interpersonal communication is communication involving two or more in a face to face setting.”21 Pengertian lain menurut Effendy (1986b) mengemukakan juga bahwa, pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.22 Sementara itu Dean C Barnlund (1968) mengemukakan, komunikasi antar pribadi selalu dihubungkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.23 Namun seiring perkembangan zaman, pengertian akan komunikasi antar pribadi yang dilakukan secara tatap muka mengalami banyak pengembangan. Tidak selamanya komunikasi antar dua orang ini selalu dilakukan dalam keadaan tatap muka karena seiring perkembangan teknologi yang memungkinkan pula mereka
20
Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Utama. Hlm : 163 Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm: 31 22 A Liliweri. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti. Hlm: 12 23 Ibid, Hlm : 12 21
17
berinteraksi dengan menggunakan media komunikasi, seperti handphone dan lain sebagainya. Untuk memahami definisi komunikasi antarpribadi ada tiga perspektif, yaitu24: 1. Perspektif komponensial (Componential) adalah komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya. Seperti penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. 2. Perspektif hubungan diadik (Relational dyadic) adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. 3. Perspektif pengembangan (Developmental) adalah akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak-pribadi (impersonal) pada satu ekstrem menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrem yang lain. Dengan kata lain, dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antar pribadi ini merupakan kegiatan komunikasi bersifat personal dari persoalan individu yang diungkapkan antar minimal dua orang atau lebih. Dalam konteks pesan, komunikasi ini dilakukan oleh satu orang dan pesan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, di mana antar pelaku komunikasi tersebut penerima bisa menjadi
24
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 252
18
pemberi pesan begitu pula sebaliknya pemberi pesan bisa menjadi penerima pesan (terjadi feedback yang saling antar satu sama lain).
2.1.1.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Berikut tujuan komunikasi antar pribadi menurut Marhaeni Fajar, yakni25 : 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Melalui komunikasi antar pribadi kita juga belajar tentang bagaimana kita harus membuka diri pada orang lain. 2. Mengetahui dunia luar Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Dengan melakukan komunikasi antar pribadi, menimbulkan hubungan yang membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri. 25
Marhaeni Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hlm :78-80
19
4. Mengubah sikap dan perilaku 5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu Dengan demikian, peneliti dapat mengatakan bahwa hasil dari komunikasi antarpribadi mampu menjadikan komunikasi individu secara pribadi sebagai suatu pemenuhan akan kebutuhan pribadi, meliputi suatu tindakan untuk menghibur diri yakni dapat saling terhubungan dengan orang lain, kemudian untuk memahami diri sendiri maupun orang lain. Karena adanya sejumlah kebutuhan di dalam diri setiap individu tersebut hanya dapat dipuaskan melalui kegiatan komunikasi antar sesamanya.
2.1.2 Self Disclosure (Pembukaan Diri) Dari semua komponen tindak komunikasi yang paling penting adalah diri (self). Menurut Leary, McDonald dan Tangney (2003) self adalah: “Kelengkapan psikologis yang memungkinkan refleksi diri berpengaruh terhadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri serta yang memungkinkan seseorang meregulasi tentang perilakunya sendiri.”26 Secara bahasa, self berarti diri sendiri, dan disclosure dari kata closure yang diartikan sebagai penutupan, pengakhiran, sehingga disclosure berarti terbuka atau
26
Agus A Rahman. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm: 46
20
keterbukaan. Dengan demikian, self disclosure adalah pengungkapan diri atau keterbukaan diri, namun beberapa ahli menyebutnya sebagai penyingkapan diri. 27 Dalam fungsi komunikasi antarpribadi disebutkan bahwa komunikasi tersebut dapat menjalin suatu hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain. Terjalinnya suatu hubungan yang bermakna tersebut berkaitan dengan adanya self disclosure atau pengungkapan diri. Dimana self disclosure ini merupakan bentuk komunikasi di mana kita mengungkapkan sesuatu tentang siapa kita.28 Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi di mana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar, seperti pernyataan “saya takut terbang” atau “saya menghabiskan waktu dalam penjara sebelum saya berjumpa denganmu.”29 Pengungkapan diri ini dapat didefinisikan pula sebagai penyingkapan informasi tentang diri yang pada saat lain tidak dapat diketahui oleh pihak yang lain.30 Pengertian lain menurut Johnson 1981 dalam Supratiknya, bahwa: Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut.31
27
Dimas Pamuncak. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm: 21 28 J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm : 58 29 Ibid, Hlm : 64 30 B Aubrey Fisher. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 261 31 A Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm: 14
21
Self disclosure menurut Devito (1987) yang dikutip oleh Sihabudin dan Rahmi merupakan bentuk komunikasi, dimana informasi tentang diri yang disimpan atau dirahasiakan, dikomunikasikan kepada orang lain.32 Menurut Jourard, 1971 dikutip oleh Maryam B Gainau bahwa self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi tersebut mencakup aspek: (1) sikap atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, (4) fisik, (5) keuangan, dan (6) kepribadian.33 Self
disclosure
didefinisikan
sebagai
kemampuan
seseorang
untuk
mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Wheeles, 1978). Sedangkan Person (1987) mengartikan self disclosure sebagai tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya. 34 Berdasarkan pengertian-pengertian menurut berbagai ahli tersebut, peneliti mengartikan self disclosure sebagai suatu proses keterbukaan diri atau pembukaan diri mengenai informasi tentang diri yang sebelumnya hanya diketahui oleh individu itu sendiri kemudian dibagikan pada orang lain, meliputi pikiran, perasaan, dan ungkapan lain yang mendalam tentang diri. 32
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular. Hlm: 114 33 Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2 34 Ibid, Gainau. Hlm: 4
22
Dalam hal ini, peneliti akan menerapkan pada penelitian self disclosure atau pengungkapan diri yang dilakukan individu pada sebuah media sosial. Di mana ketika seseorang terkadang tidak mampu membuka diri dan mengungkapkan isi hati mengenai tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu yang lebih banyak melibatkan perasaan dalam kehidupan nyata, kemudian mereka justru lebih bebas membuka diri pada sebuah ruang maya. Artinya membuka diri disini sama dengan membagikan kepada orang lain tentang perasaan terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan seseorang terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikannya.35
2.1.2.1 Dimensi Self Disclosure Sebagian besar penelitian tentang pengungkapan diri ini cenderung menggunakan penjelasan psikologis disertai sifat-sifat psikologis. Sebagai contoh, dua sifat pengungkapan yang populer adalah jumlah (yakni, berapa banyak informasi tentang diri yang terungkapkan), dan valensi (yakni, apakah informasi itu dinilai positif atau negatif). Dimensi self disclosure, terdiri dari hal-hal sebagai berikut:36 a. Ukuran, dilihat dari frekuensi dan durasinya b. Valensi, kecenderungan ungkapan positif atau negatif c. Kecermatan dan kejujuran. 35
Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi (Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm: 65 36 Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular. Hlm: 114
23
Menurut Devito dimensi dalam self disclosure ini dibagi menjadi 5 bagian: a. Ukuran atau jumlah self disclosure Ukuran self disclosure didapat dari frekuensi seseorang melakukan self disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu yang diperlukan untuk menyatakan pengungkapan tersebut. Dalam hal ini self disclosure yang dilakukan akan sangat tidak terbatas oleh waktu, di mana seseorang dapat kapan saja terhubung dengan aktivitas internet dan melakukan self disclosure pada media sosial saat seseorang merasa hal atau kejadian yang dialaminya patut untuk diungkapkan. b. Valensi self disclosure Valensi merupakan kualitas positif dan negatif dari self disclosure. Individu dapat mengungkapkan diri dengan baik dan menyenangkan (positif), atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan (negatif), kualitas ini akan menimbulkan dampak yang berbeda, baik pada orang yang mengungkapkan diri maupun pada pendengarnya. Dalam hal ini peneliti melihat pada media sosial yang menjadi objek penelitian, individu cenderung membuat status self disclosure dengan kata-kata yang kurang menyenangkan (negatif) tentu tidak semuanya melakukan hal tersebut karena banyak juga individu yang melakukan self disclosure dengan positif.
24
c. Kecermatan dan kejujuran Kecermatan atau ketepatan self disclosure akan dibatasi oleh sejauh mana individu mengetahui atau mengenal dirinya sendiri. Selanjutnya self disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat secara total jujur atau dapat melebih-lebihkan, atau berbohong. Dalam hal ini, mengenal diri sendiri akan berkaitan dengan tinjauan konsep diri (self-concept) seseorang. Pada penelitian ini akan diteliti lebih lanjut mengenai self disclosure yang terjadi. Apakah status yang ditulis individu tersebut jujur, melebih-lebihkan atau berbohong. d. Tujuan dan maksud Individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan, sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure. Dalam hal ini, mengenai penyingkapan perasaan terkadang seseorang berpikir secara spontan, melibatkan emotional yang kadang kurang terkontrol. Untuk itu, akan diteliti lebih lanjut mengenai maksud dan tujuan dalam penyingkapan self disclosure dalam media sosial. e. Keintiman Individu dapat menyingkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya atau hal dianggap sebagai feriferal atau impersonal atau hal-hal yang terletak antara feriferal atau impersonal.
25
2.1.2.2 Fungsi Self Disclosure Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut Derlega dan Grzelak (1979) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu:37 1. Ekspresi: kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang semua itu dari dada kita.” Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita. 2. Penjernihan diri : Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi kepada seorang teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik. 3. Keabsahan sosial: Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan pandangan kita. 4. Kendali sosial: Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang diri kita sebagai peranti kendali sosial. 5. Perkembangan
hubungan:
Saling
berbagi
informasi
dan
saling
mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban. Dalam penelitian ini, fungsi self disclosure pada media sosial lebih tepat pada poin ke empat, dimana pengungkapan diri dilakukan pada media sosial sebagai fungsi 37
David O Sears & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga Hlm: 254
26
kendali sosial karena beberapa individu ada yang tidak mampu mengungkapkan segala sesuatu mengenai orang lain dan mengenai beberapa kejadian yang dialami dalam kehidupan nyata secara langsung pada orang yang dimaksud dengan alasan tidak berani, canggung atau takut menyakiti hati orang tersebut. Untuk itu, ada self disclosure sebagai kendali sosial yang dapat disembunyikan pada kehidupan nyata dan cenderung amat terbuka pada media sosial.
2.1.2.3 Manfaat Self Disclosure Membahas mengenai self disclosure, maka harus juga mengetahui manfaat dari self disclosure itu sendiri. Menurut Devito manfaat dari melakukan self disclosure adalah:38 a. Pengetahuan diri Salah satu manfaat dari pengungkapan diri adalah kita mendapatkan perspektif baru tentang diri sendiri dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perilaku kita sendiri. b. Kemampuan mengatasi kesulitan Argumen lain yang berkaitan erat adalah bahwa kita akan lebih mampu menanggulangi masalah atau kesulitan kita, khususnya perasaan bersalah, yakni melalui pengungkapan diri. Dengan mengungkapkan perasaan dan menerima dukungan, bukan penolakan, kita menjadi lebih siap untuk
38
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm : 67-69
27
mengatasi perasaan bersalah dan mungkin mengurangi dan bahkan menghilangkannya. c. Efisiensi komunikasi Seseorang memahami pesan-pesan dari orang lain sebagian besar sejauh kita memahami orang lain secara individual. d. Kedalaman hubungan Dengan pengungkapan diri, kita memberitahu orang lain bahwa kita mempercayai mereka, menghargai, dan cukup peduli akan mereka dan akan hubungan kita untuk mengungkapkan diri kita kepada mereka.
Jika di atas merupakan manfaat self disclosure pada suatu hubungan, maka peneliti simpulkan bahwa manfaat self disclosure pada media sosial ini sebagai salah satu tingkat kelegaan dan kepuasan tersendiri bagi diri individu ketika suatu pengungkapan diri tidak dapat diungkapkan langsung pada orang lain dan ruang maya menjadi salah satu pengganti media penyampaian self disclosure.
2.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Disclosure Tidak semua individu mampu melakukan self disclosure begitu saja, karena tingkat kepribadian yang dimiliki seseorang cenderung berbeda-beda. Untuk itu, Devito mengemukakan ada delapan faktor yang mempengaruhi self disclosure:39
39
Ibid, Devito. Hlm : 65-67
28
a. Besaran kelompok Besaran
kelompok
atau
ukuran
audience,
maksimal
4
orang.
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada kelompok besar. Diad (kelompok yang terdiri atas dua orang) merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapkan diri. Bila, ada lebih dari satu orang pendengar, pemantauan seperti ini menjadi sulit, karena tanggapan yang muncul pasti berbeda dari pendengar yang berbeda. b. Perasaan menyukai Kita membuka diri kepada orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai (Derlega dkk., 1987). c. Efek diadik Seseorang melakukan pengungkapan diri bila bersama orang yang melakukan pengungkapan diri pula. Efek diadik ini mungkin membuat seseorang merasa lebih aman, dan nyatanya memperkuat perilaku pengungkapan diri. d. Kompetensi Orang yang kompeten lebih banyak melakukan dalam pengungkapan diri dari pada orang yang kurang kompeten. e. Kepribadian Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrover melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai
29
bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri daripada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi. f. Topik Kecenderungan memilih topik pembicaraan, seseorang lebih cenderung membuka diri tentang topik pekerjaan atau hobi dari pada tentang kehidupan seks atau situasi keuangan (menurut Jourard dalam Devito, 1997). Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kita mengungkapkannya. g. Jenis kelamin Faktor terpenting yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah jenis kelamin.40 1. Wanita : lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang yang disukai 2. Laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai
2.1.2.5 Bahaya Pengungkapan Diri Banyaknya manfaat pengungkapan diri jangan sampai membuat kita buta terhadap risiko-risikonya (Bochner, 1984) dalam Devito.41
40
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular. Hlm: 114 41 J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm : 69-70
30
a. Penolakan pribadi dan sosial Bila seseorang melakukan pengungkapan diri biasanya kepada orang yang dipercaya. Seseorang melakukan pengungkapan diri pada orang yang dianggap akan bersikap mendukung pengungkapan dirinya. Namun, akan terjadi suatu penolakan secara pribadi jika hal yang diungkapkan tidak disukai atau bertentangan oleh pendengar. b. Kerugian material Adakalanya, pengungkapan diri mengakibatkan kerugian material. Sebagai contoh guru yang mengungkapkan bahwa ia pernah kecanduan minuman keras atau bertindak tidak senonoh atas muridnya di masa yang lalu mungkin akan dijauhi oleh rekan-rekannya, mendapatkan penugasan mengajar yang “tidak menyenangkan”. c. Kesulitan intrapribadi Bila reaksi orang lain tidak seperti yang diduga, kesulitan intrapribadi dapat terjadi. Bila seseorang ditolak dan bukan didukung, bila orang-orang yang kita kenal menghindari kita, maka kita berada dalam jalur kesulitan intrapribadi. 2.1.2.6 Pedoman Pengungkapan Diri Setiap
orang
harus
mengambil
keputusan
individual
menyangkut
pengungkapan diri. Setiap orang memiliki maksud dan tujuan sendiri yang berbeda
31
antara individu satu dan individu lainnya. Berikut pedoman pengungkapan diri menurut Devito:42 a. Motivasi pengungkapan diri Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan, terhadap orang lain yang terlibat, dan terhadap diri sendiri. Pengungkapan diri hendaknya bermanfaat dan produktif bagi semua pihak yang terlibat. b. Kepatutan pengungkapan diri Pengungkapan diri haruslah sesuai dengan lingkungan (konteks) dan hubungan antara pembicara dan pendengar. Umumnya makin bersifat pribadi pengungkapan diri itu, makin dekat hubungan yang diperlukan.
2.1.2.7 Pembukaan Diri Dalam Hubungan Antarpribadi Menurut Johnson (1981), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:43 1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antar dua orang. 2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya ia akan semakin membuka diri kepada kita. 42 43
Ibid, Devito. Hlm: 70-71 David O Sears & Jonathan L Freedman, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Erlangga. Hlm: 256
32
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrovert, fleksibel, adaptif, dan inteligen, yakni sebagian dari ciri-ciri orang masak dan bahagia. 4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain. 5. Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka pembukaan diri haruslah jujur, tulus, dan autentik. 2.1.3 Konvergensi dan Media Baru Kemajuan teknologi yang pesat saat ini khususnya yang berhubungan dengan internet, memunculkan banyak perkembangan pada sistem komunikasi manusia. Transformasi teknologi yang pesat ini mampu mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia. Misalnya pada komunikasi antar manusia yang dilakukan dari jarak yang berjauhan, yang mungkin dulu hanya dapat terhubung dalam konteks audio atau hanya mampu berkomunikasi dalam bentuk suara. Namun, kini perkembangan sistem komunikasi mempermudah seseorang untuk terhubung dan berkomunikasi tidak hanya dalam konteks audio tapi juga dalam konteks visual. Sehingga memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara tatap muka dalam konteks audio visual secara
33
bersamaan. Ini baru salah satu contoh nyata dari konsep yang dikenal sebagai konvergensi media.44 Konvergensi secara harfiah berarti menuju ke satu titik atau terjadinya penyatuan. Secara umum istilah konvergensi saat ini merujuk kepada penyatuan layanan dari teknologi, baik teknologi komunikasi, informasi maupun yang terkait dengannya.45 Negroponte meyakini konvergensi industri media dan teknologi digital pada akhirnya akan mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Multimedia, atau juga yang dikenal sebagai media campuran, pada umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih.46 Jadi, pada intinya dalam dunia konvergensi semua media lama berpadu dengan teknologi baru dan berkembang menjadi konteks yang serba digitalisasi serta terhubung dengan jaringan internet sehingga memunculkan kontenkonten yang lebih menarik, mulai dari gambar hidup, animasi, suara, dan lain sebagainya. Konvergensi media merupakan salah satu bentuk perubahan yang berkaitan dengan munculnya media baru, dimana menurut Flew (2005:10) new media atau media baru sebagai “as those forms that combine three Cs: computing and
44
Roger Fidler. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm: 38 Komunikasi dan Informatika Indonesia-Buku Putih. 2010. Jakarta: pusat data, kementrian komunikasi dan informatika. Hlm: 12 46 Roger Fidler. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya. Hlm: 39 45
34
information technology (IT); communication network, digitized media and information content”. Sedangkan Littlejohn (2008:684) menyebutnya sebagai the second media yaitu: “a new periode in which interactive technologies and network communications, particulary the internet, would transform society”.47 Istilah „media baru‟ telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam, media baru yang utama ini adalah internet.48 Media baru ini seperti halnya dicontohkan pada bentukan media massa yang semakin canggih dengan adanya kemajuan teknologi. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet.49 Media massa telah berubah begitu banyak, dimulai dari awal abad ke-20 yang bersifat satu arah, arus yang serupa kepada massa yang seragam.50 Munculnya media baru dengan interaktivitasnya memungkinkan komunikasi menjadi dua arah.51 „Media baru‟ yang dibahas disini adalah berbagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang
47
David Mahendra. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN Kalijaga. Hlm: 9 48 Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 42-46 49 Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 479 50 Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148 51 Yosal Iriantara. 2008. Media Relations Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm: 122
35
mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi.52 Membicarakan mengenai alat komunikasi, jejaring sosial bisa dikatakan sebagai alat komunikasi tersebut. Jejaring sosial ini merupakan suatu bentukan dari komunikasi new media. Di mana alat komunikasi yang satu ini digunakan sebagai media personal namun fungsinya dapat menghubungkan dengan banyak orang dibelahan dunia dan dalam penerapannya mengandung pesan yang tersebar secara serentak. Jejaring sosial tersebut merupakan suatu produk teknologi komunikasi berperantara (mediated communication) yang makin banyak dipergunakan dalam perilaku komunikasi interpersonal. Oleh karena dewasa ini merupakan zaman era new media, maka dapat dikatakan media jejaring sosial mengusung dua kategori golongan komunikasi, yakni hubungan antara media personal dengan media massa. Sebagaimana dikonsepkan oleh Marika Luders (2008), yang mengasumsikan bahwa: Perbedaan antara komunikasi massa dan personal tidak lagi jelas karena teknologi yang sama dapat digunakan untuk kedua tujuan tersebut. Perbedaanya hanya dapat dipahami dengan mengenalkan dimensi sosial, berkaitan dengan jenis aktivitas dan hubungan sosial yang terlibat. Ia menulis (2008): “perbedaan antara media personal dan media massa dapat digambarkan sebagai perbedaan jenis keterlibatan yang diperlukan dari pengguna. Media personal lebih simetris dan mensyaratkan pengguna untuk berperan aktif, baik sebagai penerima maupun produsen pesan.”53
52 53
Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 148 Ibid, McQuail. Hlm: 149
36
Artinya bahwa media jejaring sosial ini merupakan suatu pola baru dalam teknologi komunikasi di era new media. Sejauh ciri utama dari media baru atau new media yang paling utama adalah kesalingterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaannya yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada dimana-mana (delocatedness).54
2.1.4 Media Sosial Dimasa kini, media terpenting dan memiliki jaringan paling luas adalah internet yang memiliki fungsi sebagai media untuk komunikasi dan pertukaran informasi.55 Internet (interconnection networking) merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon.56 Perkembangan teknologi internet yang merupakan bentukan dari media baru (modern) ini digunakan sebagai media penghubung dalam berkomunikasi. Menurut Luders dalam buku Mc Quail, istilah bentuk media merujuk pada aplikasi khusus dari teknologi internet, seperti berita daring, jejaring sosial, dan lain-lain.57 Mc Luhan juga menyatakan bahwa media berfungsi sebagai kepanjangan indra manusia pada masing54
Ibid, Mc Quail. Hlm: 43 Deni Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm : 97 56 Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 135 57 Denis McQuail. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm: 149 55
37
masing era yaitu: kesukuan (tribal); tulisan (literature); cetak (print); dan elektronik.58 Manusia kini berada pada era elektronik, dimana segala sesuatunya bersifat teknologi. Berbicara teknologi pada media baru maka muncul istilah media sosial sebagai salah satu alat komunikasi. Saat ini, kebanyakan orang lebih memilih untuk berkomunikasi secara virtual melalui social media dibandingkan berbicara secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut berkaitan dengan social networking yakni Website dimana seseorang bisa berinteraksi dengan teman-teman online via status update, chating, games dan sebagainya.59 Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein menyatakan bahwa media sosial merupakan seperangkat aplikasi yang berjalan dalam jaringan internet dan memiliki tujuan dasar ideologi serta penggunaan teknologi web 2.0 yang dapat berfungsi untuk saling tukar menukar konten. Media sosial sering pula disebut sebagai situs jejaring sosial.60 Web 2.0 itu sendiri merupakan internet generasi kedua, di mana semua orang awam bisa memanfaatkan potensi internet untuk bersosialisasi, berinteraksi, mendapatkan rekan kerja, membuat Website tanpa harus bisa programming, membuat mailing list dan sebagainya.61
58
Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 479 59 Andy Shera. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm: 122 60 http://www.bimbingan.org/pengertian-media-sosial-menurut-ahli.htm (diakses 11/03/15 pukul 11:58) 61 Andy Shera. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm: 119
38
Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Proffesor J. A Barnes pada tahun 1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi.62 Secara garis besar, social media (media sosial) dan jejaring sosial merupakan media yang mengacu pada sistem yang sama yaitu media untuk terkoneksi dengan banyak orang tanpa terhalangi waktu dan tempat (jarak) serta berfungsi untuk komunikasi, berbagi sesuatu dan mengungkapkan pendapat secara online. Jejaring sosial ini adalah suatu media interaksi online yang mengacu pada situs atau Website yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya banyak orang tanpa pembatasan dan memiliki jalur ikatan seperti keluarga, teman, rekan bisnis dan lain sebagainya.63 Akan tetapi yang menjadi pembeda antara jejaring sosial dan sosial media terletak pada medianya. Media sosial atau dalam bahasa Inggris disebut social media adalah suatu media interaksi online yang meliputi blog, forum, aplikasi chatting sampai dengan jejaring sosial. Sedangkan jejaring sosial sendiri lebih mengacu pada situs atau website yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya banyak orang tanpa pembatasan dan memiliki jalur ikatan seperti keluarga, teman, rekan bisnis dan lain
62
Brainly.co.id/tugas/310634 (diakses 11/03/15 pukul 12:24) http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html diakses 04 Nov 2014 pukul 21:33 63
21:33
39
sebagainya. Contoh dari jejaring sosial antara lain Facebook, Twitter, Path, Tumblr, Pinterest, Instagram dan lain sejenisnya.64 Cara kerja situs jejaring sosial adalah menghubungkan orang-orang yang tidak mungkin disatukan dalam dunia nyata ke dalam suatu media dengan bantuan sambungan internet. Media semacam ini disebut dengan situs jejaring sosial. 65 Pengertian media sosial lainnya adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue (satu ke banyak audiens) ke media dialogue (banyak audiens ke banyak audiens).66 Dari sekian banyak pengertian media sosial, maka peneliti menyimpulkan bahwa media sosial adalah aplikasi yang aktivitasnya harus didukung dengan adanya koneksi internet (networking) yang memiliki fungsi yang beragam, sebagai alat interaksi komunikasi dalam dunia maya baik dengan orang yang berada diberbagai lapisan dunia, dengan kerabat dekat, bahkan dengan orang-orang tak dikenal sekalipun, juga sebagai tempat mendapatkan informasi berita terkini hingga berbelanja. Media ini juga tentunya digunakan sebagai media perantara untuk
64
http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html 21:33 diakses 04 Nov 2014 pukul 21:33 65 Tony Hendroyono. 2009. Facebook. Yogyakarta : B First. Hlm: 1 66 Ratih Dwi Kusumaningtyas. 2010. Peran Media Sosial Online (Facebook) Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya. Jawa Timur: Universitas VETERAN. Hlm: 5
40
mengekspresikan diri sebagai bentuk penghargaan dan pelepasan ketegangan bagi diri. 2.1.5 Self Disclosure Dalam Media Sosial Penelitian self disclosure pada media sosial ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui self disclosure dalam media sosial maka peneliti perlu meninjau dari penelitian-penelitian terdahulu. Berikut disertakan penelitian-penelitian tersebut : Tabel 2.1 Penelitian self disclosure pada media sosial No 1.
Nama Judul Ditya Ardi Self Disclosure Nugroho Terhadap Pasangan Melalui Media Facebook Di Tinjau Dari Jenis Kelamin
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self disclosure terhadap pasangan melalui media facebook di tinjau dari jenis kelamin
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self disclosure melalui media facebook ditinjau dari jenis kelamin. Self disclosure pada perempuan lebih tinggi daripada self disclosure laki – laki.
2.
Daniel Novy Hertanto
Bentuk – bentuk self disclosure melalui foto di situs jejaring sosial
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana melalui sebuah foto dapat menunjukkan self disclosure seseorang dalam interaksinya saat berada pada komunitasnya di
- Terdapat proses self disclosure di dalam foto-foto yang yang diunggah pada fasilitas tag photo pada Account Group NIKE Golf di Facebook. - Terdapat bentukbentuk self disclosure
41
dunia maya dengan yang dalam mendeskripsikannya. tersebut 3.
Yeanita lestarina
Self disclosure Individu pada Aktivitas Kencan Online (studi pada individu di jejaring sosial Facebook)
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengungkapan diri pada individu ketika mereka melakukan kencan online di Facebook.
4.
Ratih Dwi Peran Media Kusumanin Sosial Online gtyas (Facebook) Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya)
Penelitian menaruh perhatian pada wujud self disclosure remaja putri di Surabaya melalui peran Facebook, baik berupa alasan, sifat, topik maupun nilainilai dalam melakukan hal tersebut.
foto
Bahwa individu merasa lebih aman dan nyaman saat berkomunikasi online dibandingkan offline, adanya perbedaan keluasan dan kedalaman topik pembahasan pada pria dan wanita pada awal hubungan maupun saat hubungan telah berkembang lebih jauh dan self disclosure merupakan sumber peningkatan suatu hubungan. Hasil penelitian ialah peran Facebook sangatlah luar biasa sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya, karena mampu membuat informasi tersembunyi di kehidupan nyata (offline) cenderung diungkapkan pada Facebook (online) secara terbuka oleh Facebooker (informan penelitian). Remaja putri di Surabaya (informan penelitian) melakukan self disclosure di Facebook untuk memenuhi kebutuhan menjalin hubungan
42
pertemanan, khususnya pertemanan lama dan mengaktualisasikan diri.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa self disclosure pada media sosial ini ada dan penerapannya pada media sosial menyebabkan dampak dan fungsi tertentu bagi individu itu sendiri. Berikut dampak self disclosure pada media sosial : 1. Menimbulkan kejahatan dan dampak negatif bermedia yang terjadi akibat seseorang yang sering menginformasikan mengenai pribadinya pada media sosial. “Kecenderungan remaja puteri dapat membahayakan dirinya, apabila hadir pihak yang berniat buruk padanya. Melalui Facebook, pihak yang tidak baik juga dapat memperoleh informasi bahkan berkomunikasi langsung dengan remaja puteri yang bersangkutan untuk mempelajari sisi lemahnya.”67 Artinya saat seseorang menggunakan media sosial sebagai saluran self disclosure untuk mencurahkan isi hatinya termasuk kesedihannya, maka secara tidak langsung hal tersebut memberi peluang pada orang yang berniat jahat untuk mengetahui informasi individu tersebut. 2. Meningkatkan
pengembangan
dan
pemeliharaan
hubungan
dalam
baik
pertemanan antar dua orang, satu komunitas, maupun dalam hubungan pribadi pada pasangan (pacaran) menjadi lebih dekat dan semakin akrab karena adanya
67
Ibid, Kusumaningtyas. Hlm: 12
43
informasi yang diketahui sehingga antar satu sama lain mengetahui informasi mengenai diri, hobi, dan mengenal lebih dalam antar satu dengan lainnya. 3. Menunjukan bahwa wanita lebih terbuka dari pada pria dalam melakukan pengungkapan diri pada media sosial. Seperti yang diungkapkan Devito bahwa, umumnya pria lebih kurang terbuka dari pada wanita.68 4. Menjadikan individu merasa lebih aman dan nyaman saat berkomunikasi secara online dibandingkan offline atau tatap muka. “Saat melakukan aktivitas kencan online, seseorang diberikan kekuatan pada dimensi kenyamanan. Informan dapat lebih leluasa memutuskan dengan siapa informan ingin berkencan maupun menolak tawaran kencan tanpa dibayangi perasaan canggung.”69 Artinya saat melakukan adanya penolakan komunikasi dalam media sosial, seseorang melakukan tidak secara tatap muka langsung sehingga dapat lebih nyaman mengungkapkan penolakan yang efeknya bila dilakukan langsung akan membuat seseorang menjadi sakit hati.
Keterbukaan diri dapat terjadi sekalipun lewat internet. Individu dengan tingkat keterbukaan diri yang tinggi dimungkinkan menikmati penggunaan situs jejaring sosial karena dapat memenuhi kebutuhan mengekspresikan diri. 70 Seperti ungkapan Roberts, 1998 dalam Severin dan Tankard bahwa di sisi lain, juga terdapat 68
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 67 69 Yunita Lestarina. 2012. Self Disclosure Individu Pada Aktivitas Kencan Online. Depok: Universitas Indonesia. Hlm : 92 70 Desiana Fiskarani Kilamanca. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan keterbukaan Diri dengan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Hlm : 43
44
kasus-kasus individual yang merasa bahwa pemakaian internet membatu mereka menghilangkan depresi.71 Saat ini media sosial banyak digunakan orang-orang dari berbagai macam usia sebagai media untuk mengekspresikan diri. Mulai dari upload foto, video, berkomentar pada status teman, hingga cuhat masalah pribadi serta mengungkapkan perasaan diri (senang, bahagia, marah, sedih, sakit hati, dan lain sebagainya) pada media tersebut. Hal ini berkaitan dengan masalah yang peneliti ambil yakni media sosial sebagai saluran self disclosure. Kebanyakan orang secara sadar maupun tidak sadar sering kali menuliskan status-status yang menggambarkan kegiatan atau perasaannya saat itu pada media sosial dengan rentan waktu yang tidak bisa ditentukan. Seseorang terkadang mengungkapkan informasi pribadinya tersebut tanpa batasan-batasan yang wajar. Hal ini yang kemudian menjadi topik pengungkapan diri (self disclosure) yang peneliti maksud. Dimana arti pengungkapan diri (self disclosure) pada media sosial ini adalah perilaku seseorang yang mencurahkan isi hati dan membagikan hal pribadi terkait perasaan dalam diri yang diungkapkan pada sebuah situs jejaring sosial. Umumnya karakteristik media sosial melibatkan adanya profil nama pengguna sebagai bentuk informasi dari pemilik akun tersebut. Situs jejaring sosial memiliki beragam fitur, namun pada umumnya tulang punggung situs jejaring sosial 71
Werner J Severin & Tankard, James W. 2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 464
45
adalah memuat dan memperlihatkan profil penggunanya serta daftar teman yang juga merupakan pengguna dalam sistem tersebut.72 Namun seiring berkembangnya zaman, dan semakin majunya teknologi melahirkan beragam situs media sosial. Salah satu situs jejaring sosial yang memiliki karakteristik berbeda dari yang lainnya tertarik untuk peneliti jadikan sebagai subjek penelitian. Situs jejaring sosial ini dinamakan Lega Talk, dimana cara kerjanya hampir sama yakni sama-sama media yang menyediakan fitur untuk berbagi status. Hal yang membedakan situs ini adalah penggunaan profil pemilik akun dan informasi penunjang lainnya tidak disertakan atau dicantumkan, menjadikan media sosial ini terbilang anonim. Media sosial ini didesain sebagai media khusus „aplikasi curhat‟. Setiap pengguna boleh mengungkapkan hal apapun secara anonim tanpa harus ada yang mengetahui jati diri seseorang secara pribadi, karena pada media ini hanya terdapat satu kolom khusus untuk aksi curhat tersebut. Dengan ide dasar peneliti bahwa kebanyakan orang senang menggunakan media jejaring sosial serta melakukan berbagai hal di dalamnya termasuk mengungkapkan perasaan pribadi serta ide dari kasus mengenai orang-orang yang terpaksa harus berurusan dengan hukum saat berbagi pada sebuah status media jejaring sosial. Untuk itu, dengan konteks dalam penelitian ini pengungkapan diri (self disclosure) secara anonim akankah memungkinkan setiap orang dapat
72
Desiana F Kilamanca. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan Keterbukaan Diri dengan Intesitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Hlm : 11
46
mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya pada media jejaring sosial tersebut. Seperti ungkapan Taylor (2009:335) menyatakan bahwa Anonimitas yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka melakukan interaksi secara online.73 2.1.6 Teori Self Disclosure Teori self disclosure sering disebut teori “johari window” atau jendela johari. Para pakar psikologi kepribadian menganggap bahwa model teoritis yang dia ciptakan merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antarpribadi secara manusiawi. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Saya tahu Orang lain tahu Orang lain tidak tahu
saya tidak tahu
1. Terbuka
2. Buta
3. Tersembunyi
4. Tidak Tahu
Gambar 2.2 Jendela Johari tentang bidang pengendalian diri dan orang lain Jendela Johari terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.
73
David Mahendra. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Hlm: 22
47
Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain. 1. Bingkai 1, menunjukan orang yang terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang lain) sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan lainlain. Johari menyebutkan “bidang terbuka”, suatu bingkai yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi. Pada daerah inilah kita sering melakukan pengelolaan kesan.74 2. Bingkai 2, adalah bidang buta. “orang buta” merupakan orang yang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dia. 3. Bingkai 3, disebut “bidang tersembunyi” yang menunjukan keadaan bahwa pelbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. 4. Bingkai 4, disebut “bidang tidak dikenal” yang menunjukan keadaan bahwa pelbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain. Model
Jendela Johari
dibangun berdasarkan delapan asumsi
yang
berhubungan dengan perilaku manusia. Asumsi-asumsi itu menjadi landasan berpikir para kaum humanistik.
74
Jalaluddin Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 108
48
1. Asumsi pertama, pendekatan terhadap perilaku manusia harus dilakukan secara holistik. Artinya kalau kita hendak menganalisis perilaku manusia maka analisis itu harus menyeluruh sesuai konteks dan jangan terpenggalpenggal. 2. Asumsi kedua, apa yang dialami seseorang atau sekelompok orang hendaklah dipahami melalui persepsi dan perasaan tertentu, meskipun pandangan itu subjektip. 3. Asumsi ketiga, perilaku manusia lebih sering emosional bukan rasional. pendekatan humanistik terhadap perilaku sangat menekankan betapa pentingnya hubungan antara faktor emosi dengan perilaku. 4. Asumsi keempat, setiap individu atau sekelompok orang sering tidak menyadari bahwa tindakan-tindakannya dapat menggambarkan perilaku individu atau kelompok tersebut. Oleh karena itu, para pakar aliran humanistik sering mengemukakan pendapat mereka bahwa setiap individu atau kelompok perlu mengingkatkan kesadaran sehingga mereka dapat mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. 5. Asumsi kelima, faktor-faktor yang bersifat kualitatif, misalnya derajat penerimaan antarpribadi, konflik, kepercayaan antarpribadi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku manusia. 6. Asumsi keenam, aspek yang terpenting dari perilaku ditentukan oleh proses perubahan perilaku bukan oleh struktur perilaku. Berdasarkan asumsi ini
49
maka teori-teori yang dikembangkan oleh kaum humanistik selalu mengutamakan tema-tema perubahan dan pertumbuhan perilaku manusia. 7. Asumsi ketujuh, kita dapat memahami prinsip-prinsip yang mengatur perilaku melalui pengujian terhadap pengalaman yang dialami individu. 8. Asumsi kedelapan, perilaku manusia dapat dipahami dalam seluruh kompleksitasnya bukan dari sesuatu yang disederhanakan. Asumsi ini berkaitan erat dengan asumsi pertama yang menganjurkan suatu pendekatan yang holistik terhadap perilaku manusia. Bingkai-bingkai dari Jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga ruangruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan atau dikecilkan untuk menggambarkan tingkat keterbukaan individu dan penerimaan orang lain terhadap individu. Ada empat kemungkinan perubahan atas bingkai-bingkai Jendela Johari. 1
2
3
4 Bingkai 1 diperbesar Manusia ideal ialah manusia yang selalu terbuka dengan orang lain (open
minded person or of ideal window) 1
2
3
4
Bingkai 2 diperbesar
50
Manusia yang terlalu menonjolkan diri, namun buta terhadap dirinya sendiri (exhibitionist or bull in chinashop) 1
2
3
4
Bingkai 3 diperbesar Manusia yang yang suka menyendiri, sifatnya seperti penyu (loner and loner dan turtle) 1
2
3
4
Bingkai 4 diperbesar Manusia yang tahu banyak orang lain tetapi dia menutup dirinya (type interviewer).75 Seperti halnya pada penelitian ini, individu diasumsikan melakukan self disclosure pada media sosial sebagai bentuk pemenuhan akan kebutuhan dalam konteks hiburan. Kebutuhan dasar manusia lainnya adalah hiburan. Hiburan dapat bermacammacam. Beberapa bentuk ini yang digambarkan oleh para peneliti meliputi (1) stimulasi, atau usaha pembebasan dari kebosanan atau aktivitas rutin seharihari atau kehidupan setiap hari; (2) relaksasi, atau melarikan diri dari tekanan
75
A Liliweri. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti. hlm :49-52
51
dan masalah-masalah hidup sehari-hari; dan (3) pelepasan, emosional mengenai emosi dan energi yang terpendam.76 Mengenai bentuk hiburan yang ke3 yakni pelepasan, peneliti asumsikan bahwa pelepasan ini dilakukan individu dalam bentuk self disclosure (pembukaan diri) pada media sosial. Membuka diri dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk mereka yang melakukan self disclosure pada media sosial yang peneliti ambil yakni Legatalk. Dengan melakukan pembukaan diri individu diharapkan dapat melakukan pemenuhan kepuasan hiburan sebagai bentuk kebutuhan dasar manusia. Seperti yang diungkapkan McQuail, Blumer, dan Brown (1972) bahwa fungsi individu menggunakan media yakni sebagai pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah serta pelepasan emosi.77
2.2 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna memperjelas maksud penelitian. Dalam hal ini, permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah “bagaimana self disclosure (pengungkapan diri) pada media sosial yang anonim?”. Mengacu pada teori self disclosure menunjukan bahwa terdapat 4 jendela sebagai bentuk self disclosure individu. Bingkai-bingkai dari Jendela Johari tersebut dapat digeser sehingga ruang-ruang 1,2,3 dan 4 dapat dibesarkan atau dikecilkan 76
Heru Puji Winarso. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Hlm: 46 77 Werner J Severin & Tankard, James W.2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm:356
52
sesuai dengan tingkat keterbukaan masing-masing individu. Dalam kerangka berfikir yang dibuat oleh peneliti, berawal dari diri individu itu sendiri kemudian dihubungkan dengan beberapa aspek yang berkaitan dengan self disclosure seperti dimensi, manfaat dan fungsi, faktor-faktor, serta pedoman self disclosure itu sendiri sebagai kerangka untuk menentukan self disclosure yang kemudian hal tersebut terjadi melalui sebuah perantara media yang dalam hal ini media tersebut bersifat anonim (identitas pengguna tidak diketahui), sehingga terciptalah suatu pembukaan diri (self disclosure) pada media sosial. Bentuk self disclosure pada penelitian ini bukan terjadi pada hubungan antar individu. Namun, yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah individu itu sendiri yang berani membuka diri dalam bentuk postingan „status‟ yang tidak biasa diungkapkan individu pada media sosial popular kebanyakan. Seperti emosi secara berlebih yang terungkap pada postingan status tersebut. Untuk menggambarkan tingkat keterbukaan individu yang kali ini peneliti terapkan pada sebuah status media sosial anonim sebagai bentuk self disclosure, maka berikut adalah bagan kerangka pemikiran di dalam penelitian ini:
53
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Diri Individu
Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Dimensi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Tujuan Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Fungsi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Efek Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Media Sosial (anonim) SELF DISCLOSURE
Sumber : Peneliti
54
2.3 Penelitian Terdahulu Peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Penggalian dari wacana penelitian terdahulu ini dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal online (internet). Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan pemberi gambar awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini. Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai self disclosure. Penelitian mengenai media sosial sebagai self disclosure dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain : 1. Skripsi Daniel Novy Hertanto ( Universitas Atma Jaya Yogyakarta ) Daniel Novy Hertanto mengangkat skripsi tentang “bentuk-bentuk self disclosure melalui foto pada situs Jejaring Sosial (studi deskriptif terhadap foto-foto pada fasilitas tag photo pada account group NIKE Golf di Facebook.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana melalui sebuah foto dapat menunjukkan self disclosure seseorang dalam interaksinya saat berada pada komunitasnya di dunia maya dengan mendeskripsikannya.
55
Untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat sub fokus-sub fokus penelitian berikut ini : ekspresi subjek foto, point of interest, dan faktor teknis fotografi. Ketiga sub fokus tersebut akan dikaitkan sebagai bahan analisis self disclosure melalui foto pada account group NIKE Golf di Facebook. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Informan dipilih dengan teknik sampling nonprobabilitas, yaitu purposive sampling (sampling purposif). Dilakukan analisis foto pada penelitian ini berjumlah 20 (dua puluh) foto. Data sendiri diperoleh melalui fasilitas tag photo, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah bahwa foto-foto dalam fasilitas tag photo pada Account Group NIKE Golf di Facebook yang diunggah oleh anggotanya memiliki bentuk-bentuk self disclosure yang beragam, bergantung pada konteks tujuan dan momen yang terekam dalam foto dan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain sebagai aktivitas mengidentifikasi dirinya dengan NIKE. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat proses self disclosure di dalam foto-foto tersebut, bentuk proses self disclosure diantaranya (a) perasaan bangga, senang dan gembira karena memiliki produk NIKE sebagai koleksi (b) ketertarikan dan keinginan memiliki terhadap produk NIKE yang dikenakan oleh para pegolf profesional yang ia gemari; (c) kegembiraan dan kebanggaan bahwa si pengunggah terlibat dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh NIKE Golf. Saran yang dapat peneliti sampaikan untuk lebih memperhatikan etika ataupun empatinya dalam memberikan feedback terhadap foto-foto yang diunggah berdasarkan kesamaan kepentingan mengungkapkan diri dan indentifikasi diri dengan
56
NIKE Golf. (http://e-journal.uajy.ac.id/1453/1/0KOM01716.pdf diakses pada 16 Maret 2015, pukul 00:11 WIB). 2. Skripsi Ratih Dwi Kusumaningtyas (Universitas VETERAN Jawa Timur) Ratih Dwi Kusumaningtyas mengangkat skripsi tentang “peran media sosial (online) sebagai saluran self disclosure remaja putrid di Surabaya (studi deskriptif kualitatif mengenai peran media sosial online (Facebook) sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran media sosial online Facebook sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya. Untuk menjawab masalah di atas, maka diangkat sub fokus-sub fokus penelitian berikut ini, berupa alasan, sifat, topik, maupun nilai-nilai dalam melakukan self disclosure pada media Facebook tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah bahwa peran Facebook sangatlah luar biasa sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya, karena mampu membuat informasi tersembunyi di kehidupan nyata (offline) cenderung diungkapkan pada Facebook (online) secara terbuka oleh Facebooker (informan penelitian). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa remaja putri di Surabaya (informan penelitian) merasa nyaman melakukan self disclosure di Facebook, karena kebutuhan yang dia harapkan dapat terpenuhi pula oleh Facebook.
57
( http://eprints.upnjatim.ac.id/439/1/file1.pdf diakses pada 17 Maret 2015, pukul 19:01 WIB). Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. 1.
Item
Penelitian 1
Nama Peneliti Judul
Daniel Novy Hertanto Bentuk-Bentuk Self Disclosure Melalui Foto Pada Situs Jejaring Sosial (studi deskriptif terhadap foto-foto pada fasilitas tag photo pada account group NIKE Golf di Facebook
3. 4.
Tahun Tujuan Penelitian
5.
Metode Penelitian
2011 Untuk melihat bagaimana melalui sebuah foto dapat menunjukkan self disclosure seseorang dalam interaksinya saat berada pada komunitasnya di dunia maya dengan mendeskripsikannya. Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
2.
Penelitian II Ratih Dwi Kusumaningtyas Peran Media Sosial (Online) Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya (studi deskriptif kualitatif mengenai peran media sosial online (Facebook) sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya 2010 Untuk mengetahui peran media sosial online Facebook sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya.
Peneliti III (Penelitian ini) Widiyana Ningsih Self Disclosure Pada Media Sosial (studi deskriptif pada media sosial anonim legatalk)
2015 Untuk mengetahui self disclosure dalam media sosial Legatalk yang anonim.
Pendekatan kualitatif Pendekatan dengan metode kualitatif dengan deskriptif metode deskriptif
58
6.
Teori
7.
Hasil
8. 9.
10.
Bahwa foto-foto dalam fasilitas tag photo pada Account Group NIKE Golf di Facebook yang diunggah oleh anggotanya memiliki bentuk-bentuk self disclosure yang beragam, bergantung pada konteks tujuan dan momen yang terekam dalam foto dan hal yang ingin ditunjukkan kepada orang lain sebagai aktivitas mengidentifikasi dirinya dengan NIKE. Persamaan Meneliti tentang self disclosure Perbedaan Objek penelitian pada account Group NIKE Golf di Facebook
Sumber
http://ejournal.uajy.ac.id/145 3/1/0KOM01716.pdf
Johari Window, Motivasi kebutuhan manusia, determinisme teknologi, dan CMC (Communication Mediated Computer) Bahwa peran Facebook sangatlah luar biasa sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya, karena mampu membuat informasi tersembunyi di kehidupan nyata (offline) cenderung diungkapkan pada Facebook (online) secara terbuka oleh Facebooker (informan penelitian).
Teori Self Disclosure (Teori Johari Window)
Meneliti tentang self disclosure Objek penelitian pada remaja putri di Surabaya
Meneliti tentang self disclosure Objek penelitian pada orang-orang yang menggunakan media sosial Legatalk
http://eprints.upnjati m.ac.id/439/1/file1.p df
Bahwa self disclosure pada media anonim ini menimbulkan perilaku terbuka oleh penggunanya mengenai kehidupan pribadinya termasuk topik intim atau mengenai sisi negatif dari individu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian menurut Suriasumantri (2011) yang dikutip oleh Rachmat Kriyantono, bahwa pada dasarnya merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.78 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
yang
memungkinkan seorang peneliti untuk mengintrepretasikan suatu fenomena secara holistik dengan menggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Bogdan dan Taylor (1992) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.79 Menurut Ruchan, melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasa apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.80 Kemudian penulis buku kualitatif (Denzin dan Lincoln, 1987) juga menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
78
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 49 79 Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm: 1 80 Ibid, Hlm: 1
59
60
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.81 Berdasarkan jenis atau tipe riset pada penelitian ini, digunakan metode penelitian deskriptif, Yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.82 Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.83 Riset ini digunakan untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.84
81
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 5 Moh Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm: 54 83 Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 69 84 Jalaluddin Rakmat. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm: 25 82
61
Teknik deskriptif ini dianggap cocok untuk digunakan di dalam penelitian ini karena peneliti hanya ingin memaparkan self disclosure dalam media sosial itu seperti apa. Sehingga, peneliti akan berupaya mengumpulkan informasi secara rinci yang melukiskan tema dari penelitian yang dimaksud. Oleh karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen lainnya. 3.2 Paradigma Penelitian Paradigma menurut Bogdan dan Binklen (1982) yang dikutip oleh Moleong adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.85 Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma postpositivisme. Lahirnya postpositivisme karena beberapa hal: (1) secara ontologis, postpositivisme bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil apabila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti); (2) secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidak cukup, tetapi harus menggunakan metode triangulation, yaitu penggunaan bermacam-macam metode, 85
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 49
62
sumber data, peneliti, dan teori; (3) secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan, seperti yang diusulkan oleh positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri dibelakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antar pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal. 86 Paradigma filsafat postpositivisme berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa dan teraba saja tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh yang terikat dengan konteks, bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui keberadaannya tidak dalam bentuk ukuran akan tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat mendeskripsikannya secara utuh.87 Oleh karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif sehingga membutuhkan penjelasan mendalam, sehingga penelitian ini menggunakan paradigma postpositivisme tersebut. Peneliti menggunakan paradigma pospositivisme ini untuk menjelaskan bagaimana individu dapat melakukan self disclosure dengan bebas pada media sosial Legatalk secara subjektif, karena dengan paradigma ini peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam dari individu yang diteliti.
86 87
Burhan Bungin, 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 4-5 Djaman Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 12
63
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal. Untuk itu perlu diberikan batasan untuk menghindari penafsiran yang keliru atas judul penelitian ini. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasi, sekaligus memudahkan pembaca dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis perlu merasa untuk mencantumkan batasan masalah dalam penelitian ini, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada individu pengguna media sosial Legatalk. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus dalam satu bagian. Sehingga data yang diperoleh valid, spesifik, mendalam, dan memudahkan peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh. 2. Peneliti mengobservasi pada individu yang berani melakukan self disclosure pada media sosial Legatalk yang anonim. Bagaimana individu lebih berani dan bebas melakukan self disclosure (pengungkapan diri) pada media tersebut. Penelitian ini mengkaji self disclosure melalui sebuah „status‟. 3. Status – status yang dimaksud adalah suatu ungkapan mengenai perasaan (senang, sedih, marah, kecewa, kesal,dan sebagainya), keadaan seseorang atau tentang suatu peristiwa yang ditulis pada media sosial legatalk. Legatalk sebagai sebuah situs jejaring sosial yang memiliki fungsi sebagai
64
media self disclosure dari penggunanya. Berdasarkan hal itu, peneliti berasumsi bahwa status-status yang diunggah oleh pengguna media juga berarti merupakan suatu tindakan self disclosure dari penulisnya. 4. Self disclosure pada penelitian ini yakni sebuah tindakan dalam melakukan pembukaan diri, tentang mereka (individu) yang berani terbuka terhadap segala isi hati dan perasaan diri yang dirasakan kemudian diungkapkan pada media sosial yang peneliti ambil melalui sebuah „status‟. 5. Peneliti mewawancarai atau menggali informasi dari informan yaitu individu yang menggunakan media ini (Legatalk), yang sering terlibat dan melakukan self disclosure (pengungkapan diri) dalam bentuk „status‟ pada ruang curhat di media tersebut (Legatalk) mengenai perasaan diri seseorang. Penelitian ini mendeskripsikan apa alasan individu cenderung melakukan self disclosure negatif pada media Legatalk anonim (identitas tersamarkan), dalam hal ini adalah mengenai „status‟ seseorang. Khususnya pada pengguna media yang cenderung membuka diri pada sebuah „status‟ yang negatif. Hal ini ditujukan untuk mengetahui alasan dari pengungkapan yang tidak biasa tersebut. Namun, peneliti juga akan mewawancarai beberapa individu dengan pengungkapan diri umum (tidak bernada negatif) sebagai sebuah literatur atau penambahan informasi yang diteliti.
65
3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1
Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984) yang dikutip oleh Moleong, bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.88 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber dan jenis data, yaitu: 1. Data Primer Merupakan sumber pertama sebuah data dihasilkan. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dengan penelitian ini, seperti pemilik media dan pengguna media itu sendiri. 2. Data Sekunder Merupakan data atau informasi yang diperoleh melalui studi pustaka, literatur-literatur, dokumentasi, artikel pada majalah, koran, website maupun internet, atau data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta juga diperoleh dari hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
88
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 157
66
3.4.2
Teknik Pengumpulan Data
Fase terpenting dari penelitian ini adalah pengumpulan data. Menurut Arikunto (1995) dalam Kriyantono, instrumen pengumpulan data atau disebut saja sebagai instrumen riset adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh periset dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.89 Alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti ini difungsikan agar penelitian ini berjalan dengan akurat dan sesuai dengan keinginan peneliti. Bukan hanya berfokus pada teori dari buku-buku, melainkan juga dibutuhkan informasi lainnya sebagai bahan penelitian untuk dianalisis pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Margono (2005) yang dikutip oleh Satori dan Komariah, mengungkapkan bahwa, observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.90 Observasi yang digunakan peneliti yakni observasi non partisipatif. Di mana menurut Suparlan observasi non partisipatif sama dengan istilah pengamatan biasa.91
89
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 96 90 Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 105 91 Ibid, Hlm: 119
67
Dalam penelitian ini, peneliti lebih melakukan pengamatan non partisipatif atau pengamatan biasa pada sebuah „status‟ media sosial tentang bagaimana informan melakukan self disclosure. 2. Wawancara (Interview) Menurut Esternberg (2002) yang dikutip oleh Satori dan Komariah, mendefinisikan, bahwa Interview, a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic. (wawancara merupakan suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).92 Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, di mana pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.93 Wawancara kepada informan dilakukan dengan menggunakan pesan, Email dan chatting melalui aplikasi WhatsApp Messangger, Line, dan BBM for Android. Kegiatan wawancara tidak dilakukan dengan bertemu secara langsung dikarenakan jarak atau lokasi informan berada di luar daerah peneliti. Data yang diharapkan bisa didapatkan oleh peneliti dalam wawancara ini adalah bagaimana informan (pengguna media) menanggapi tentang self
92
Ibid. Hlm: 130 Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 101 93
68
disclosure pada media sosial Legatalk khususnya bagaimana individu melakukan pengungkapan diri secara berani, bebas, dan lebih terbuka. 3. Studi kepustakaan Penulis mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap bukubuku literatur, karya tulis yang bersifat ilmiah seperti jurnal dan skripsi yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. 4. Internet searching Merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang berupa alat / mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai era tersedia didalamnya. Internet searching sangat memudahkan dalam rangka membantu peneliti menemukan suatu file atau data dimana kecepatan, kelengkapan, dan ketersediaan data dari berbagai tahun tersedia. Mencari data di internet bisa dilakukan dengan cara searching, browsing, surfing ataupun downloading.
Peneliti
menggunakan
internet
searching
ini
untuk
mendapatkan artikel-artikel maupun jurnal serta skripsi online yang berkaitan dengan topik self disclosure. 5. Dokumentasi Menurut A.S Hornby, 1987 mengatakan bahwa dokumentasi dalam bahasa Inggris disebut document yaitu “something written or printed, to be used as a record or edivence”, atau sesuatu tertulis atau dicetak untuk
69
digunakan sebagai sesuatu atau bukti.94 Dokumen juga merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources).95 Dengan dokumentasi ini diharapkan terkumpul dokumen-dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data dan informasi untuk melengkapi data yang diperlukan. Dokumen yang dihasilkan sebagai informasi tambahan yang bukan manusia (non human resources) ini yakni berupa screenshoot atau sebuah teknik foto untuk mengcapture gambar dari handphone. Gambar yang discreenshoot ini umumnya seperti status-status pengguna LegaTalk yang digunakan sebagai lampiran pada penelitian ini.
3.5 Informan Penelitian Pengertian informan atau narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan dalam penelitian.
94
Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 146 95 Ibid, hlm: 146
70
Menurut Moleong dalam Ardianto mendefinisikan informan penelitian sebagai berikut: “informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama proses penelitian.”96 Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informan) atau informan utama yakni seseorang atau beberapa orang yang paling banyak mengetahui informasi mengenai objek penelitian yang sedang diteliti. Dalam melakukan wawancara maka diperlukan beberapa informan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan penelitian ini. Kriteria informan yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Pengguna media sosial khusus yang dijadikan penelitian (Legatalk) sebagai Key Informan. 2. Pemilik media sosial (Creative HotHouse). 3. Seorang Psikolog yang juga paham mengenai media sosial. 4. Beberapa penulis blog yang pernah menulis topik mengenai LegaTalk. Untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan subjek penelitian dan bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian, maka peneliti memilih semua informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik accidental sampling (sampling kebetulan). Di mana teknik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. 96
Elvinaro Ardianto. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations. Bandung: Remaja RosdaKarya. Hlm: 61-62
71
Teknik ini digunakan, antara lain karena periset merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang diriset adalah persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya.97 Alasan peneliti menggunakan teknik sampling kebetulan (accidental sampling) karena topik yang peneliti ambil adalah mengenai pembukaan diri pada media sosial yang banyak dilakukan orang sehingga ini merupakan persoalan umum seperti yang diungkap pada kegunaan dari teknik sampling kebetulan (accidental sampling) itu sendiri. Kemudian, pengguna media sosial ini cenderung homogeny dan anonim, memungkinkan peneliti akan kesulitan untuk menemukan calon narasumber. Sehingga, sesuai dengan teknik tersebut peneliti akan memilih siapa saja yang kebetulan menggunakan media sosial yang dimaksud oleh penelitian terkait. Alasan menjadikan pengguna LegaTalk sebagai informan utama karena keperluan informasi yang harus diperoleh peneliti terkait penelitian ini, serta mereka merupakan narasumber yang kredibel dan mereka juga merupakan objek yang melakukan pengungkapan diri pada media tersebut. Para informan utama terdiri dari lima orang, mereka dipilih secara acak sesuai dengan teknik accidental sampling yang telah peneliti jelaskan sebelumnya. Peneliti menemukan kelima informan penelitian berdasarkan ketersediaan mereka untuk diwawancara. Hal yang dilakukan peneliti untuk menemukan mereka adalah dengan cara menuliskan ungkapan pada
97
Rachmat Kriyantono. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 160
72
beberapa status LegaTalk dan peneliti juga ikut berkomentar pada setiap status-status yang memiliki banyak komentar dengan menyatakan bahwa peneliti sedang mencari dan membutuhkan informan untuk penelitian, kemudian selanjutnya peneliti meminta kontak yang bisa dihubungi untuk melakukan tahap wawancara. Untuk keterangan lebih jelas mengenai informan, dapat dilihat pada tabel informan penelitian dibawah ini: Tabel 3.1 Informan Penelitian No.
Nama
Jenis Kelamin
Keterangan
1.
Ahmad Rian Effendi
Laki-laki
Pekerja
2.
Rizky Hermawan
Laki-laki
Pekerja
3.
Annisa Nur‟aini Suryono
Wanita
Mahasiswa
4.
Samuel Henk V N
Laki-laki
Mahasiswa
5.
AG
Laki-laki
Pekerja
Selain informan utama, peneliti di sini juga mengambil beberapa informan pendukung sebagai pemenuhan untuk melengkapi informasi mengenai penelitian. Informan pendukung dipilih berdasarkan latarbelakang yang memiliki keterkaitan dengan LegaTalk atau dengan media sosial. Informan pendukung ini adalah seorang Psikolog yang juga paham mengenai media sosial atau pernah meneliti media sosial, di mana peneliti asumsikan bahwa seorang Psikolog akan mampu menjawab beberapa informasi mengenai diri dan pelaku self disclosure pada media sosial.
73
Kemudian informan pendukung lainnya dipilih beberapa orang Blogger yang pernah membahas mengenai LegaTalk, hal ini peneliti asumsikan bahwa seseorang yang sudah mampu menulis mengenai LegaTalk pasti juga pernah menggunakan LegaTalk dan paham akan hal tersebut. Untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel informan pendukung dibawah ini:
Tabel 3.2 Informan Pendukung No.
Nama
Jenis Kelamin
Keterangan
1.
Stephani Raihana Hamdan
Wanita
Psikolog / Dosen
2.
Alfiana Irsyada Salma
Wanita
Staff Admin / Blogger
3.
Ajeng Nida Nisrina
Wanita
Mahasiswa / Blogger
3.6 Teknik Analisis Data Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono menyatakan bahwa: “Data analysis is the process of systematically searching and arraging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to other” (Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain). 98 98
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 88
74
Analisis data dimaksudkan untuk menganalisis data hasil catatan lapangan atau dari sumber informasi yang telah diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi.99 Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap tersebut, dan berikut penjelasannya 100: 1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksikan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Menarik kesimpulan atau verifikasi, merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan,
atau
mungkin
begitu
saksama
dengan
peninjauan kembali untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif”. 99
Ulber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hlm: 339 Ibid, hlm: 339-341
100
75
Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lain sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari sikap permasalahan yang ada. 3.7 Uji Keabsahan Data Setelah tahapan analisis data dilakukan, perlu diperhatikan juga keabsahan data yang terkumpul. Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan.101 Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini uji keabsahan data (validitas) dengan menggunakan teknik Triangulasi sebagai bagian dari derajat keterpercayaan. Triangulasi (peer debriefing) dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.102 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Untuk itu, maka pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan cara melakukan wawancara dengan informan pendukung penelitian yang terdiri dari Psikolog dan para Blogger yang pernah menuliskan topik mengenai LegaTalk sehingga para informan tersebut 101 102
Lexy J Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hlm: 324 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm: 126
76
dianggap sebagai sumber lain atau triangulasi sumber sebagai pembanding serta pelengkap data yang berkaitan dengan topik penelitian. 3.8 Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No.
Kegiatan
Bulan Feb
1. 2. 3.
Bimbingan Bab I, II, dan III Sidang Outline
5.
Penelitian (Wawancara & Observasi) Penyusunan Hasil Penelitian Bimbingan Bab IV & V
6.
Penyempurna Laporan
7.
Persiapan Sidang
4.
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sep
Okt
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebuah media anonim LegaTalk, yaitu sebuah media sosial yang dalam penggunaanya tidak menyertakan profil atau identitas pengguna sebagai tanda pengenal seperti media sosial pada umumnya. Namun, LegaTalk ini sangat mementingkan unsur privasi kepada penggunanya, oleh karena itu jaminan anonimitas adalah keunggulan yang dimiliki aplikasi LegaTalk. Sebelum membahas lebih jauh mengenai LegaTalk, akan peneliti jelaskan terlebih dahulu profil pemilik atau pembuat media anonim tersebut yakni Creative HotHouse. 4.1.1 Profil Creative HotHouse Creative HotHouse (CHH) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Appmaker atau pembuat aplikasi berupa aplikasi software untuk mobile phone dan juga membuat beberapa website. Aplikasi- aplikasi buatan CHH ini tersedia melalui Google play store dan Appstore yang bisa diunduh oleh pengguna mobile phone. Creative HotHouse berdiri di Indonesia sejak tahun 2013 bertempat di Gedung One Wolter Jl. Wolter Mongonsidi 63B – 7th Floor, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta 12180. Creative HotHouse juga memiliki kantor di luar Indonesia, diantaranya Creative HotHouse Singapore 1 Robinson Road, #14-01 AIA Tower,
77
78
Singapore 048542, Creative HotHouse Manila Green Sun- 2285 Chino Roces Ave Makati City, Manila 1231, dan Creative HotHouse Barcelona Calle Llull 70-72 – Bajos 6, @22 District, Barcelona 08005. Berikut beberapa produk aplikasi buatan Creative HotHouse, diantaranya adalah ChopChat (aplikasi khusus chatting), Fotoku (aplikasi hanya khusus selfie yang bisa dishare ke media sosial), LegaTalk (aplikasi curhat anonim), Clipster (aplikasi pembuat video, jadi pembuat video sekaligus pengedit video yang bisa dishare ke media sosial), Stikibro (aplikasi stiker atau emoticon), Radyo (aplikasi untuk interview), Pletoon (komik harian yang setiap hari terdapat komik-komik baru berbahasa Indonesia), Onsale, Ayo, Belajoo (aplikasi untuk belajar online), Dokdokter (sebuah website direktori untuk dokter-dokter difungsikan untuk mencari dokter-dokter di seluruh Indonesia), Propathai, dan Zocko (aplikasi untuk menjual barang-barang online), 4.1.2 LegaTalk LegaTalk adalah sebuah aplikasi media sosial buatan Creative HotHouse yang memiliki fungsi sebagai aplikasi curhat anonim. LegaTalk ini pertama kali dirilis di Google Play Store pada Juni 2014 untuk Android dan pada Juli 2014 untuk sistem IOS serta resmi diluncurkan oleh Creative HotHouse pada bulan September 2014. LegaTalk ini berasal dari kata „lega‟ yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai lapang, tidak sesak atau senggang, kemudian kata Talk yang berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti berbicara. Maka, LegaTalk ini merupakan sebuah tempat untuk seseorang berbicara atau membicarakan sesuatu hal yang dirasakan agar
79
seseorang tersebut merasakan kelegaan. Hal tersebut dapat dituangkan pada sebuah curhatan di media sosial, yakni LegaTalk. LegaTalk adalah tempat untuk mengeluarkan unek-unekmu tanpa perlu orang tahu identitasmu. Kamu akan tetap anonim sehingga kamu bisa lebih bebas berbicara. Privasi adalah kunci di LegaTalk. Jadilah dirimu sendiri (atau siapapun yang kamu mau) dan katakan apa saja. Di dunia yang penuh stress ini kadang kita perlu untuk pelampiasan, dan LegaTalk menjawab kebutuhan itu.103 Berdasarkan informasi yang tersedia pada google play, aplikasi media sosial LegaTalk ini terhitung sampai tanggal 12 Mei 2015 telah didownload oleh pengguna sebanyak 100.000 unduhan. Jumlah ini mengartikan bahwa media sosial jenis ini cukup memberikan presentasi sebagai media yang aktif diunduh dan digunakan oleh masyarakat. LegaTalk ini merupakan aplikasi curhat anonim, sehingga pada saat seseorang menggunakannya maka tidak ada satupun identitas yang bisa dibagikan atau bahkan diketahui oleh pengguna lain. Untuk itu, media sosial ini sangat mengutamakan privasi bagi setiap penggunanya. Pada saat awal membuat akun media sosial ini tidak seperti media sosial lainnya yang memerlukan pengisian data sebagai identitas pengguna, namun pembuat akun hanya diminta memasukan nomer telepon pengguna saja. Untuk aktifasi selanjutnya, karena ini anonim maka setiap pengguna yang memposting curhatan mereka tidak akan diketahui nama pengguna dan pada timeline
103
Googleplaystore/LegaTalk/ diakses pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 11:48
80
hanya akan memunculkan curhatan serta lokasi saat pengguna memposting curhatan mereka tersebut.
4.1.2.1 Perkembangan LegaTalk Sejak awal kemunculan LegaTalk yang pertama kali dirilis di Google Play pada Juni 2014 untuk Android dan pada Juli 2014 untuk IOS serta diresmikan pada bulan September 2014 oleh pihak Creative HotHouse hingga Juli 2015 ini telah
meng-update
tampilannya
sebanyak
3
kali.
Berikut
dijelaskan
perkembangan mengenai LegaTalk tersebut periode Juni 2014-Juli 2015 : a. Periode Juni 2014 tampilan pada LegaTalk memiliki 3 konten yakni Tab Hot (status paling baru dan paling ramai), Tab Teman (status dari kontak telephone), dan Tab Semua (status campuran antara keduanya). b. Periode 10 April 2015 tampilan pada LegaTalk versi 2.1.2 memiliki 6 konten, berikut dijelaskan 6 fitur tab atau konten yang tersedia pada timeline atau „beranda‟ media sosial LegaTalk: 1. Tab Dunia yakni tab yang berisi postingan status dari user yang mempunyai akun LegaTalk di berbagai Negara sehingga memungkinkan potingan dengan banyak bahasa selain bahasa Indonesia. 2. Tab Di sekitar kamu yakni tab yang berisi postingan status dari user LegaTalk yang berada tidak jauh dari lokasi pengguna berada, berjarak 0 sampai 1000km.
81
3. Tab Teman yakni tab yang berisi postingan status milik pribadi (me), postingan teman yang memiliki akun LegaTalk juga yang nomer handphonenya ada dan tersimpan dalam daftar kontak pengguna/ phonebook (teman dekat atau orang yang dikenal) serta postingan teman dari teman yang memiliki akun LegaTalk, maka mereka itu akan terdeteksi pada tab ini. 4. Tab Berlangganan yakni tab yang berisi postingan pengguna yang kamu beri komentar pada status yang mereka buat. 5. Tab Disukai yakni tab yang berisi postingan pengguna yang kamu beri tanda love pada status yang mereka buat. 6. Tab Popular yakni tab yang berisi postingan pengguna dengan status yang memiliki banyak komentar. c. Periode Juli 2015 tampilan pada LegaTalk versi 2.4.2 kembali memiliki 3 konten, yakni Tab Sekitar/ around (curhatan yang tidak jauh dari lokasi pengguna), Tab Teman/ friend (curhatan pengguna dan teman dari phonebook pengguna), Tab Popular/ trending (curhatan yang paling ramai) serta 1 tambahan konten yakni „bantuan sosial‟ di mana konten ini bisa memberikan bantuan mengenai curhatan seseorang yang bisa dilaporkan dan terhubung pada nomer-nomer penting seperti Komnas Perempuan (Women’s Right Hotline), Badan Narkotika Nasional (Narcotics Hotline), Rumah Konseling (Psychological Consultation Hotline), dsb.
82
Gambar 4.1 Update tampilan ‘linimasa’ LegaTalk periode Juni 2014-Juli 2015
4.1.2.2 Logo LegaTalk
Gambar 4.2 Logo Aplikasi LegaTalk (Sumber : creativehothouse.com) Dengan tagline LegaTalk yakni “speak anonymously”.
83
4.1.2.3 Tampilan LegaTalk
Gambar 4.3 Tampilan LegaTalk Berikut keterangan dari tampilan LegaTalk di atas, yakni: 1. Background warna pada kolom status LegaTalk ini bisa diubah sesuai warna yang tersedia. Fungsinya menurut Asmara (head of communications Creative HotHouse) bahwa : “kami memberi pilihan karena dengan hanya curhat begitu saja „satu warna‟, orang akan mudah bosan. Orang biasanya jika sedang jatuh cinta identik dengan warna pink, untuk itu kami mencoba untuk memfasilitasi mood orang dengan memberi pilihan warna sesuai mood, karena ini aplikasi yang sangat memfasilitasi mood orang”.
84
2. Tanda love ini berfungsi untuk memberikan bentuk rasa suka atau menyukai/ likes pada sebuah status. 3. Tanda komentar untuk mengetahui jumlah komentar yang masuk. 4. Pada kolom komentar, setiap orang yang berkomentar memiliki ikon yang berbeda-beda. Seperti ikon mahkota untuk creator atau pemilik status, kemudian gambar hiu untuk orang lain, dan gambar ikon-ikon lainnya. Artinya berbeda ikon gambar maka berbeda orang juga. 5. Tanda ini, berisi „share’ untuk berbagi status pada media sosial lainnya seperti Twitter, Facebook, Email, dan SMS. Kemudian „laporkan‟ sebagai status yang mengandung Spam, Tak pantas, Bullying, Menyakiti diri sendiri, atau Tak menarik. Serta „berhenti berlangganan‟ yakni sebagai status yang ingin dijadikan langganan. 6. Lokasi pengguna seperti Jakarta, Cilegon, Serang dan sebagainya adalah lokasi dimana pengguna berada saat menggunggah status LegaTalk.
4.1.3
Profil Informan 4.1.3.1 Ahmad Rian Efendi Lahir di Gorontalo 16 Juli 1997, ia merupakan seorang laki-laki asal Kota
Malang namun kini tinggal dan banyak menghabiskan waktu di Gorontalo. Rian baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan di Gorontalo pada tahun 2013 lalu. Rian sapaan akrabnya ini, kini sudah bekerja di sebuah PT. Wira Sawit Mandiri sebagai reseller. Rian mengaku pekerjaan yang ia jalani saat ini merupakan kegiatan mencari
85
tambahan biaya untuk rencana kuliahnya tahun depan. Rian ini gemar bermain skateboard, sehingga kegiatan lainnya selain bekerja adalah bergabung pada sebuah komunitas skateboard di Kota tempat tinggalnya saat ini Gorontalo. Komunitas tersebut dikenal dengan nama Gorontalo Skateboarding dan pada saat di Malang ia juga tergabung dalam komunitas Malang Skate Scene. 4.1.3.2 Rizky Hermawan Rizky Hermawan (20 tahun) merupakan seorang pegawai swasta di gerai Telkomsel sebagai broadcaster. Ia seorang muslim, berasal dari Jakarta dan tinggal di Depok Kelapa Dua. Laki-laki ini mempunyai hobi menulis. Hobinya tersebut menghasilkan beberapa karya yang ia cetak dan membentuk sebuah buku. Tidak semua tulisannya tersebut dibukukan, karena ia mengaku keterbatasan waktu juga yang membuat tulisannya tidak naik cetak. Buku yang ia tulis ini ada beberapa yang diperjualbelikan dan ada juga yang hanya disimpan sebagai bahan koleksi karya tulisnya. Topik yang menjadi bahan tulisannya ini salah satunya mengenai kenakalan remaja pada era teknologi. Buku yang ia hasilkan sampai saat ini yakni sekitar 7 buah buku. Ia mengaku hobi menulis ini sejak tahun 2007. 4.1.3.3 Annisa Nur’aini Suryono Annisa atau Nisa adalah wanita kelahiran 18 Agustus 1995 (19 tahun) ini sedang mengenyam pendidikan S1 di Poltekkes Kemenkes Bandung jurusan teknologi laboratorium medik (analis kesehatan), ia kini baru duduk disemester 4. Nisa ini merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Nisa mengaku mengetahui media sosial LegaTalk ini dari kaka iparnya. Menurutnya media sosial ini sama seperti
86
Facebook, bisa komentar dan menulis status tapi uniknya pada LegaTalk semua hal tersebut dilakukan secara anonim. Sehingga, nisa tertarik untuk menggunakan aplikasi media sosial tersebut.
4.1.3.4 Samuel Henk v N Samuel atau panggilan singkatnya Sam berasal dari Indonesia bagian Tengah dan menjadi pendatang di Kota Istimewa Yogyakarta untuk menempuh studi S1. Sam lahir sekitar 22 tahun silam tepatnya pada 31 Januari 1993. Ia merupakan seorang mahasiswa yang juga sedang menyusun Tugas Akhir (skripsi), ia kuliah di jurusan Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Kegiatannya seharihari masih sibuk sebagai mahasiswa dan ia juga seringkali melakukan hobinya dalam bermain musik. Sam mengaku memiliki sebuah band dan ia bersama kelompok bandnya juga perform di beberapa acara di Jogja. 4.1.3.5 AG AG (nama samaran) adalah key informan dalam penelitian ini, ia berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki yang mengaku masih single ini lahir dan berasal dari Kota Cirebon 5 November 1989 (25tahun). Saat ini dia tengah bekerja pada sebuah perusahaan Trainer di Cirebon tapi dia mengaku lebih banyak melakukan aktivitas kerja di Bandung. Pekerjaan yang ia jalani selama kurang lebih 4 tahun ini bergerak dalam bidang praktisi wirausaha dan konsultan menjadi narasumber di pelatihanpelatihan. AG sempat menempuh pendidikan S1 jurusan ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di kota Bandung, ia juga kini menetap dikota tersebut untuk
87
urusan pekerjaan. AG mengaku mengetahui aplikasi LegaTalk ini lewat artikel Google serta dia juga merupakan pengguna aplikasi sejenis dengan LegaTalk yakni secret. Namun aplikasi Secret tersebut mengalami „penutupan‟ atau semacam terkena pemblokiran, sehingga dia mencoba memilih LegaTalk sebagai alternatif lain yang serupa.
4.2 Deskripsi Data Penulis mendapatkan data dari hasil observasi dan wawancara yang berhubungan dengan penelitian. Gambaran mengenai hasil analisis berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Penulis dapat memberi gambaran mengenai “Bagaimana Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Seseorang pada Media Sosial”. Dalam hal ini peneliti melakukan studi deskriptif pada media sosial yang anonim yaitu LegaTalk, dan mewawancarai beberapa informan pengguna media tersebut. Data yang diambil dari hasil wawancara diperoleh dari informan yang ditentukan berdasarkan teknik accidental sampling atau sampling kebetulan karena media yang peneliti ambil merupakan anonim maka akan sulit untuk menemukan pengguna, sehingga dipilih menggunakan sampling yang mudah peneliti temukan dan mau dijadikan sebagai informan penelitian. Namun, informan tersebut tentunya merupakan informan yang memiliki pengetahuan dan berhubungan dengan topik penelitian. Penulis melakukan kegiatan wawancara menggunakan fasilitas chatting melalui mobile phone seperti BBM, Whats App, dan Line serta Email.
88
Data-data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi berupa screen shoot beberapa status pengguna diLegaTalk, kemudian penulis mereduksi data yaitu mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis memilih mana yang menjadi faktor self disclosure pada media sosial, apa yang melatarbelakangi mereka, kemudian topik apa saja yang mereka tuliskan pada sebuah media sosial yang anonim, kemudian mengacu pada teori johari window ruang apa saja yang akan terbuka dan tertutup pada saat seseorang melakukan self disclosure pada media LegaTalk tersebut. Kemudian data-data tersebut penulis jabarkan dan deskripsikan sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai self disclosure pada media sosial anonim yakni LegaTalk.
4.3 Pembahasan Penelitian Dalam pembahasan ini, penulis akan berusaha mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan beberapa data yang diperoleh oleh penulis pada saat pengumpulan data dan pengkategorisasian data sesuai dengan yang terjadi di lapangan, supaya dianggap relevan dengan tema dan identifikasi masalah dalam penelitian. Berikut ini adalah analisis tentang self disclosure (pengungkapan diri) pada media sosial. Media sosial yang dipilih adalah media sosial yang anonim yakni LegaTalk.
89
4.3.1
Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pengguna LegaTalk
Salah satu aspek komunikasi yang berkaitan dengan diri dan orang lain ialah apa yang dikenal dengan self disclosure. Secara bahasa self artinya diri sendiri dan disclosure asal kata „closure‟ yang memiliki arti penutupan, pengakhiran, sehingga kata disclosure berarti terbuka atau keterbukaan. Istilah self disclosure ini didefinisikan sebagai sebuah kegiatan komunikasi yang melibatkan adanya suatu pengungkapan mengenai diri yang bersifat pribadi yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain. Self disclosure yang terjadi pada penelitian ini akan lebih difokuskan kepada mereka yang melakukan pengungkapan diri pada media sosial. Untuk itu sebelum membahas self disclosure lebih jauh, peneliti akan lebih dulu membahas mengenai media sosial itu sendiri. Setiap individu pasti memiliki alasannya sendiri untuk memilih dan menggunakan sebuah media sosial. Media sosial ini digunakan untuk berbagai macam hal sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing pengguna. Salah satu
kegunaanya
adalah
untuk mengungkapkan
diri
atau lebih tepatnya
mengekspresikan diri yang tergambar pada postingan-postingan berupa status, foto, maupun video dan sebagainya. Pengungkapan diri ini seperti yang diungkapkan oleh Devito yakni dalam pengungkapan diri tersebut tentu akan terjadi adanya suatu keterbukaan. Keterbukaan ini dapat terjadi karena individu membutuhkan tempat bagi dirinya untuk didengar, dimengerti, dipahami, serta diberi tanggapan oleh orang lain akan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya. Tempat untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan dirinya kepada orang lain yang
90
dikenal dan dipercaya akan menjadi lawan komunikasi yang baik atau seseorang juga bisa memilih suatu alternatif lain yang membuat individu mendapatkan kebutuhan serupa yakni melakukan pengungkapkan diri dengan menuliskan status di media sosial, karena pada media sosial inilah komentar-komentar yang diterima dianggap sebagai bentuk perhatian dan tanggapan dari orang lain. Kehidupan sehari-hari kita sangat berhubungan dengan adanya internet. Hal ini dirasakan oleh masyarakat maju dan berkembang yang mengikuti perubahan zaman. Seperti pada umumnya banyak individu mengakses internet secara berkala untuk menemukan informasi, berinteraksi, atau bahkan mengungkapkan diri. Fokus pada penelitian ini mengenai individu yang melakukan pengungkapan diri pada sebuah media sosial. Media sosial adalah sebuah media online tempat para pengguna bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual.104 Media sosial ini memiliki banyak jenis, termasuk di dalamnya jejaring sosial seperti yang sudah popular dan banyak digunakan masyarakat seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan sebagainya. Media tersebut sudah banyak dikenal dan digunakan sebagaimana peran-perannya digunakan untuk menghubungkan satu orang dengan banyak orang lainnya seperti berkomunikasi dengan teman dekat, bertemu kenalan baru, menambah informasi, bertransaksi jual beli hingga sebagai tempat mengekspresikan diri. Media sosial tersebut umumnya terdapat informasi data diri pengguna meliputi nama, foto profil, atau biografi pemilik akunnya sebagai tanda pengenal. Namun pada penelitian ini 104
Asep Syamsul M Romli. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia. Hlm:104
91
peneliti menemukan media sosial yang berbeda dari media sosial pada umumnya. Media ini dikenal dengan media sosial anonim, cirinya yakni berbanding terbalik dengan media sosial kebanyakan, media anonim ini secara tampilan memiliki persamaan dengan media sosial pendahulunya seperti terdapat tempat untuk menuliskan status dan memiliki kolom komentar, namun yang berbeda yakni terletak pada informasi identitas yang tidak menampilkan data atau informasi mengenai penggunanya. Pada penelitian ini, peneliti memilih media sosial anonim bernama LegaTalk, aplikasi media sosial ini sekilas mirip dengan layanan “Secret dan Whisper”, keduanya juga termasuk media sosial anonim yang lebih dulu hadir di masyarakat. Media sosial jenis ini memang tidak banyak orang yang mengetahui seperti media sosial umum terdahulunya, namun pada kenyataanya ada juga orang-orang yang memilih dan menggunakan media sosial anonim tersebut. Pengungkapan diri (self disclosure) yang dilakukan para pengguna LegaTalk ini umumnya terlihat dari sebuah status pada timeline pengguna LegaTalk. Hal yang diungkapkan yakni seperti mengungkapkan perasaan, berbagi informasi kegiatan dan hal apapun yang berkaitan dengan diri pengguna media sosial tersebut sehingga membentuk suatu informasi mengenai diri meskipun tanpa identitas yang diketahui. Peneliti juga sempat mewawancarai pihak Creative HotHouse yang merupakan sebuah perusahaan yang menciptakan aplikasi LegaTalk. Menurut Dinda selaku PR Executive Creative HotHouse, mengatakan alasan dibuatnya media sosial anonim LegaTalk :
92
“menarik dari riset, sekarang banyak orang yang depresi salah satunya karena mereka tidak bisa mengeluarkan apa yang dirasain. Kenapa begitu? karena banyak kejadian mereka curhat di media sosial malah jadi timbul problem yang baru lagi buat mereka. Oleh karena itu kenapa LegaTalk hadir, orang jadi bisa mengeluarkan „unek-uneknya‟ itu semua dengan anonim. Karena dengan anonim orang jadi lebih bebas, puas untuk ngomong.”105 Seseorang pasti memiliki perasaan yang selalu ingin diungkapkan dan seseorang juga memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Umumnya ada yang memilih melakukan ungkapan-ungkapan tersebut pada media sosial. Untuk itu alasan pembuat media LegaTalk ini adalah menyediakan ruang untuk individu yang ingin membagi perasaannya dengan bebas. Media sosial tentu selalu menarik siapa pun untuk menggunakannya karena berbagai fitur yang ditawarkan menjadi salah satu alasan individu untuk mengaksesnya secara berulang. Kemunculan media anonim ini memang tidak diketahui secara jelas kapan sejarahnya, namun keberadaannya memiliki keunikan sendiri bagi individu yang menggunakannya. Seseorang yang menulis status pada media sosial secara tidak sadar sedang melakukan pengungkapan diri. Hal-hal tersebut juga ditemukan pada media anonim LegaTalk, terlebih lagi media ini didesain oleh pembuatnya sebagai tempat khusus untuk curhat.
Dari pemaparan mengenai media sosial ditemukan alasan mengapa individu memilih menggunakan media sosial. Pada kenyataanya individu yang menuliskan status mengenai dirinya pada beberapa akun media jejaring sosial yang mereka miliki adalah dengan tujuan diantaranya karena ingin terhubung dengan orang-orang 105
Wawancara dengan Dinda Puspitasari (PR Executive Creative HotHouse) pada tanggal 07 Mei 2015
93
terdekat, untuk menemukan kenalan baru, kemudian sebagai media promosi, juga sebagai sarana komunikasi, serta untuk berbagi beberapa informasi kegiatan bahkan sebagai tempat melakukan curhat.106 Sehingga bisa diartikan bahwa pernyataanpernyataan hasil wawancara dengan informan tersebut sesuai dengan konsep mengenai media sosial seperti pengertian dan fungsi yang telah dijelaskan sebelumnya yakni memudahkan orang untuk berpartisipasi dengan orang lain. Berikut informan pendukung 1 (Stephani) yang berprofesi sebagai Dosen merangkap Psikolog juga mengungkapkan alasan kenapa banyak orang menggunakan media sosial dan apa penyebabnya bagi kepribadian individu. Berikut alasan individu pengguna media sosial berdasarkan sudut pandang Psikologi : “Media sosial kini menjadi salah satu cara untuk berinteraksi sosial. Melalui media sosial, individu dapat mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik (reaksi) dari lingkungan mengenai diriya. Umpan balik inilah yang membantunya dalam membentuk perilaku dan pada akhirnya mempengaruhi kepribadiannya. Apabila reaksi individu yang diperoleh dari lingkungan positif, akan membantu meningkatkan penilaian diri (persepsi) yang positif. Namun bila negatif, akan mampu mempengaruhi persepsinya menjadi negatif pula. Persepsi diri inilah yang dapat membantu mengembangkan kepribadian.”107 Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pada media sosial, individu dapat mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik (reaksi) dari lingkungan mengenai dirinya. Sehingga bisa diartikan bahwa benar pada media sosial ini individu dapat melakukan adanya suatu pengungkapan diri (self disclosure).
106 107
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194 Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 juli 2015
94
Pengertian yang didefinisikan oleh Devito mengenai self disclosure ini adalah suatu kegiatan membagi informasi mengenai diri yang bersifat pribadi kepada orang lain mengenai pikiran, perasaan (senang, sedih, marah atau bahagia), dan perilaku seseorang atau tentang orang lain serta ungkapan-ungkapan yang lebih mendalam yang sebelumnya tidak mampu dibicarakan kepada orang lain namun kemudian diungkapkan.108 Satu hal yang menjadi ciri dari pengungkapan diri adalah jika diri individu melakukan komunikasi dengan membicarakan ungkapan mengenai diri, perasaan yang sedang terjadi kepada orang lain atau pada suatu media yang tetap melibatkan orang lain, maka individu tersebut sedang melakukan adanya pengungkapan diri. Menurut Jourard, 1971 dikutip oleh Maryam B Gainau bahwa self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain. Informasi yang bersifat pribadi tersebut mencakup aspek: (1) sikap atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, (4) fisik, (5) keuangan, dan (6) kepribadian.109 Pada kenyataannya pengungkapan diri yang peneliti temukan pada LegaTalk diantaranya adalah (1) sikap dan opini seperti postingan status mengenai kinerja pemerintahan misalnya, ungkapan ini diperkuat oleh pernyataan beberapa informan berikut “cuma pernah ngritik pemerintah aja ngeritik negatifnya, karena pas jengkel sama pemerintah”, “mereka juga kadang menulis status tentang Indonesia, waktu
108
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 65 109 Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2
95
jokowi baru menjadi presiden pernah menjadi pembahasan di legatalk”.110 Aspek pengungkapan diri yang ke (2) selera dan minat juga terdapat pada LegaTalk seperti halnya pengakuan informan bahwa dirinya memiliki minat dalam hal menulis buku sehingga pada LegaTalk informan ini pernah melakukan survey untuk bahan tulisan bukunya tersebut mengenai kenakalan-kenakalan remaja di era informatika dan kemajuan teknologi. Pada point (3) pekerjaan dan pendidikan, mengenai hal tersebut peneliti menemukan ungkapan-ungkapan seperti bosan dengan atasan atau mengenai curahan hati pengguna yang berprofesi mahasiswa mengenai kegiatan kampusnya. Informasi ke (4) mengenai fisik, terkadang individu melakukan pengungkapan diri karena ingin mendapatkan perhatian dari orang lain dan hal ini ada hubungannya dengan ungkapan mengenai fisik seperti curahan hati mengenai penyakit yang dideritanya, atau dalam hal ekstrem pengguna menggunakan fasilitas foto pada media sosial untuk mengupload foto alat kelaminnya.111 Kemudian (5) keuangan, mengenai hal ini berdasarkan wawancara informan tidak mengungkapkan mengenai masalah keuangan secara terperinci misalnya tentang nominal atau jumlah keuangan yang mereka
miliki,
namun
berdasarkan
pengamatan
peneliti
ada
saja
yang
mengungkapkan mengenai hal keuangan hanya saja sebatas ungkapan „akhir bulan keuangan macet‟. Pada bagian terakhir (6) kepribadian, dalam hal ini ditemukan informan yang menjaga ungkapan-ungkapan tertentu yang tidak dapat diungkapkan pada media sosial umum seperti ungkapan yang tidak wajar mengenai kehidupan
110 111
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194 Wawancara dengan Rizki Hermawan 23 Juni 2015
96
seks, rumah tangga atau mengenai kepribadian yang menyimpang seperti ungkapan seorang „gay‟. Setiap individu yang melakukan self disclosure ini akan terbuka dengan atau kepada orang lain maupun pada media sosial dengan mempertimbangkan reward yang diterima, karena sesungguhnya individu akan terbuka pada orang lain yang tidak hanya dekat dengan dirinya melainkan juga yang akan mendukung dirinya mengenai hal yang diungkapkannya tersebut. Kemudian individu juga akan tertutup kepada orang lain meskipun orang tersebut teman dekatnya sekalipun jika hal yang diungkapkan dirasa terlalu privasi dan akan mengancam pelaku self disclosure bila diungkapkan. Artinya, dalam melakukan self disclosure ini memerlukan banyak pertimbangan-pertimbangan yang menyebabkan individu tersebut memilih untuk terbuka atau justru menutup diri. Berdasarkan sifat atau kepribadian seseorang hal tersebut juga berkaitan seperti diantaranya 2 sifat kepribadian yakni ekstrovert dan introvert, dimana umumnya orang yang memiliki sifat terbuka melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai bergaul atau lebih introvert.112 Ciri khas yang dimiliki orang kurang pandai bergaul ini biasanya sangat tertutup pada orang lain, tidak mudah mengungkapkan informasi mengenai dirinya apalagi terkait masalah yang sangat pribadi meskipun begitu orang yang ekstrovert juga akan melakukan hal serupa bila hal yang diungkapkannya dipandang dapat merugikannya.
112
Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 66
97
Seperti salah satu informan utama yang mengaku bahwa dalam kesehariannya merupakan orang yang terbuka (ekstrovert) dan pandai bergaul (sociable). Pada LegaTalk dia mengungkapkan topik mengenai masalalu yang berkaitan dengan kehidupan seksnya. Ketika ditanya mengenai hal ini dia mengaku bahwa berkaitan dengan hal yang diungkapkan pada LegaTalk tersebut tidak mampu dia ungkapkan pada media sosial umum yang bukan anonim. Hal ini menandakan bahwa seorang yang ektrovert seperti dirinya akan memilih mengenai hal apa yang akan diungkapkannya dan pada jenis media yang seperti apa untuk bebas mengungkapkan isi dari pemikirannya tersebut. Berdasarkan ke 6 aspek pengungkapan diri yang menurut Jourard adalah informasi yang bersifat pribadi ini telah peneliti jelaskan sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan. Hal-hal tersebut merupakan ungkapan-ungkapan yang biasa ditemukan juga pada media sosial lain. Namun, hal demikian bisa dikatakan sebagai bentuk self disclosure adalah karena pada dasarnya pengungkapan diri ini memiliki 2 sifat atau tingkatan. Seperti ungkapan Morton berikut bahwa pengungkapan diri ini dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif. Dalam pengungkapan diri deskriptif, kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui oleh orang lain, seperti pekerjaan, tempat tinggal kita, dan sebagainya. Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi, seperti bahwa kita menyukai orang-orang tertentu, bahwa kita merasa cemas karena terlalu gemuk, bahwa kita tidak suka bangun pagi (Morton, 1978).113
113
David O Sears. dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hlm:254
98
Pernyataan di atas mengartikan bahwa self disclosure ini merupakan proses pengungkapan mengenai diri dimulai dari hal – hal kecil (deskriptif) yang berhubungan dengan informasi diri seseorang hingga hal yang mendalam (evaluatif) dari diri seperti mengungkapkan perasaan pribadi. Umumnya kegiatan yang berkaitan dengan informasi diri, seperti ungkapan bahwa „saya menyukai orang tersebut‟, bahwa „saya tidak menyukai berada di tempat yang ramai‟ dan sebagainya. Hal-hal yang berkaitan dengan diri tersebut baik mengenai perasaan pribadi kini banyak diungkapkan seseorang pada sebuah ruang maya yang dikenal sebagai ungkapan hati atau „curhat‟ yang diungkapkan pada postingan „status‟ di media sosial. Membuka diri berarti membagikan informasi diri kepada orang lain tentang perasaan terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan seseorang terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikannya. 114 Segala sesuatu yang ditulis dan dibagikan pada media sosial merupakan suatu bentuk kesengajaan untuk tujuan dan maksud yang telah dipikirkan terlebih dahulu oleh pengguna, seperti untuk meringankan beban pikiran, untuk mendapat respon banyak dari pengguna lain atau sebagainya. Meskipun terkadang dampaknya yang tidak pernah diketahui akan seperti apa. Berbicara mengenai self disclosure, berarti berbicara juga mengenai keterbukaan. Keterbukaan yang terjadi pada media anonim menimbulkan adanya suatu kebebasan, bisa berupa kebebasan mengungkapkan perasaan maupun kebebasan dalam mengekspresikan diri. Hal ini peneliti asumsikan karena melihat
114
Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm: 65
99
background anonim bahwa bisa saja pengguna akan merasakan kebebasan saat melakukan pengungkapan pada media tersebut. Sifat dan kepribadian individu tercipta berbeda-beda, ada yang dengan mudah membagi pemikirannya dalam ruang terbuka dan diketahui orang lain, namun ada sebagian yang juga ingin membagi banyak hal dengan tidak diketahui orang lain mengenai siapa dirinya entah karena malu dengan hal yang diungkapkannya atau karena faktor pendukung lainnya. Umumnya hal yang dibagikan pada khalayak umum dalam hal ini media sosial yakni hal-hal baik yang akan membuatnya terlihat positif di depan orang lain terutama orang yang mengenalnya. Sedangkan perasaan seseorang tidak menentu selalu baik dan positif, namun diri individu secara kebutuhan ingin selalu merasakan adanya kebebasan mengutarakan apapun termasuk yang bersifat negatif sekalipun. Dalam self disclosure yang dilakukan pengguna media anonim LegaTalk ini beberapa ada yang terlihat lebih selektif dalam melakukan pengungkapan dirinya yaitu, lebih mengutamakan ungkapan-ungkapan yang biasanya tidak mampu dibicarakan pada media sosial lain seperti curhatan privasi bersifat intim, seks, masalah cinta, dan lain sebagainya. Dalam beberapa curhatan pengguna LegaTalk mengenai seks biasanya lebih banyak mendapat komentar. Jika dilihat dari komentarkomentar tersebut terjadi interaksi komunikasi antar pengguna sampai berlanjut pada komunikasi di luar forum LegaTalk seperti tukar-menukar id Line atau KIK (sejenis aplikasi chatting yang sering dibicarakan di LegaTalk), hal tersebut terjadi akibat reaksi antar pengguna yang besar terhadap topik tersebut. Tidak hanya itu juga pengguna LegaTalk yang dipilih sebagai informan mengaku bahwa dia memilih
100
mengungkapkan pada media anonim karena tentunya media anonim menjadikan dirinya bisa mengungkapkan hal apapun dengan tidak memikirkan identitas yang melekat pada dirinya. Seperti halnya dalam suatu keadaan tidak menyenangkan, seseorang bisa saja meluapkan perasaannya tersebut pada status media sosial dengan menyebutkan nama orang yang dimaksud. Dengan menuliskannya pada media anonim tentu pengguna bisa meluapkan kekesalannya meskipun dengan menyebutkan nama orang yang dimaksud, individu tersebut tidak khawatir akan menyinggung perasaan orang lain serta identitas yang dia miliki juga akan tetap aman sehingga tidak menimbulkan persoalan lain akibat ungkapannya itu. Self disclosure yang membahas mengenai keterbukaan ini, ternyata benar membentuk individu menjadi cenderung terbuka dengan ungkapan yang mengandung pernyataan - pernyataan yang bisa dibilang tidak wajar jika diungkapkan pada media sosial yang beridentitas.115 Identitas anonim serta mengenai status pada LegaTalk yang kebanyakan mengenai pernyataan bersifat intim sehingga membuat individu berani dan terbuka untuk menyatakan hal-hal tersebut. Jadi, self disclosure pada LegaTalk ini menimbulkan perilaku individu terbuka dan menjadikan diri individu merasakan adanya kelegaan karena mampu mengutarakan ungkapan yang biasanya tersembunyi dengan identitasnya yang tetap tidak diketahui orang lain. Dari uraian mengenai self disclosure ini, bila diasumsikan bahwa pengguna LegaTalk menggunakan media anonim sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan mulai dari ungkapan kekesalan, minat untuk melakukan survey, mencari opini orang 115
Lampiran : Contoh status pengungkapan diri pada LegaTalk. Hlm: 195-198
101
lain hingga mencurahkan masalah pribadi yang tidak bisa diungkapkan pada media sosial umum atau dalam hal ini memiliki sifat privasi seperti “status pengalaman masa lalu yang susah lepas dari bayang-bayang dan ga bisa cerita ke orang.”116 Selain itu, asumsi lain mengenai self disclosure yang terjadi pada media anonim LegaTalk ini berkaitan dengan adanya unsur kebebasan tanpa memikirkan identitas yang melekat pada diri seseorang. Karena identitas merupakan suatu tanda pengenal yang penting bagi seseorang. Sehingga dalam mengungkapkan diri pada dasarnya seseorang senantiasa akan memfilter informasi yang ingin dishare tersebut terlebih dahulu, karena tidak selamanya semua informasi mengenai diri diungkapkan. Hal-hal yang dianggap tabu, aib, atau kekurangan diri umumnya tidak akan dibuka dan sebisa mungkin ditutupi, dikarenakan hal-hal tersebut diprediksi bila diungkapkan akan membuat situasi tidak menyenangkan bahkan terancam bahaya. 117 Untuk itu, pengguna mengungkapkan dirinya pada media sosial LegaTalk karena mereka ingin mengungkapkan dirinya secara bebas, tentang apapun tanpa harus memikirkan orang lain yang mungkin terlibat dalam statusnya. Jadi inti dari self disclosure pada pengguna LegaTalk ini adalah terjadinya suatu tindakan pengungkapan diri dengan menuliskan isi hati dan perasaan mengenai berbagai macam hal serta mengenai pernyataan – pernyataan yang terkadang tidak mampu dibicarakan seperti hal yang bersifat intim atau terlalu privasi bila dibagikan pada media yang terlalu umum, yang bukan anonim.
116 117
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194 Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
102
4.3.2
Dimensi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Dimensi merupakan ukuran atau hal yang merujuk pada sebuah sistem untuk melihat suatu ruang, benda atau peristiwa berdasarkan pengukuran. Dalam hal ini dimensi self disclosure berarti ukuran dalam suatu pengungkapan diri. Dua sifat pengungkapan diri yang popular adalah jumlah (yakni, seberapa banyak informasi tentang diri yang terungkapkan), dan valensi (yakni, apakah informasi itu dinilai positif atau negatif). Kedua sifat pengungkapan diri tersebut termasuk ke dalam aspek dimensi atau ukuran dari sebuah pengungkapan diri. Dimensi secara keseluruhan diantaranya mencakup jumlah, valensi, kecermatan atau kejujuran, tujuan atau maksud, dan keintiman.118 Prosedur-prosedur tersebut yang akan menjadi bahasan dalam mengukur seperti apa self disclosure para pengguna media sosial LegaTalk. Pengungkapan diri terjadi karena seseorang pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk berbagi dan menerima. Hal ini juga didukung oleh ungkapan Devito bahwa untuk menjadi pengungkapan diri, informasi harus diterima dan dimengerti oleh orang lain.119 Berbagi mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi ini dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan serta menerima masukan dari orang lain sebagai bentuk respon dari self disclosure itu sendiri. Berbagi mengenai diri atau persoalan yang dihadapi ini bisa berhubungan dengan ungkapan rasa senang, kecewa, sedih ataupun marah. Bila kita menghadapi tegangan dan stres karena
118
Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang: Pustaka Getok Tular. Hlm: 114 119 Joseph A Devito. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 65
103
sesuatu hal dan jika tidak diungkapkan akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya, bila diungkapkan kepada orang lain akan menemukan jalan keluar. Jika tidak menemukan jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena diri merasakan kelegaan. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di LegaTalk dan hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa kedua unsur timbal balik yakni diterima dan menerima ini terjadi pada status-status di LegaTalk. Diterima dan menerima ini seperti halnya pada saat dia memposting mengenai pengungkapan dirinya sehingga menghasilkan umpan balik berupa saling mengomentari. Pada saat itulah bisa dikatakan ungkapannya diterima orang lain dan begitu sebaliknya saat menerima komentar atau masukan dari orang lain menandakan bahwa dirinya sedang menerima orang lain. Ukuran self disclosure dapat dilihat dari jumlah, frekuensi maupun durasinya, berapa banyak informasi yang terungkapkan dan waktu yang diperlukan untuk menyatakan suatu pengungkapan. Durasi ini penting mengingat semakin intimnya suatu pesan yang akan diungkapkan, maka akan banyak waktu yang diperlukan, misalnya pada kasus pengungkapan diri bahwa dirinya seorang gay kepada keluarganya maka durasi ini lebih dimaksudkan pada waktu mengumpulkan keberanian untuk terbuka pada keluarganya tersebut. Teori pertama dari Atman dan Taylor berdasarkan suatu gagasan yang sangat populer dalam tradisi sosiopsikologi, yaitu ide bahwa manusia membuat keputusan didasarkan atas prinsip biaya (cost) dan
104
imbalan (reward).120 Artinya, jika imbalan (keuntungan) yang diterima besar maka orang akan melakukannya (pengungkapan diri) walaupun biayanya besar. Dalam penelitian ini informan utama tidak banyak mengungkapkan dirinya dalam bentuk yang ekstrem, maka frekuensi dan durasi yang dibahas adalah mengenai seberapa lama dan seringnya informan mengungkapkan diri atau melakukan curhatannya dalam media sosial LegaTalk. Durasi maupun frekuensi ini penting mengartikan bahwa bila seseorang lebih sering meng-update dirinya pada media sosial maka kemungkinan individu tersebut banyak melakukan pengungkapan diri. Frekuensi mencakup gambaran seberapa sering individu mengakses internet dengan berbagai tujuan, yang dinyatakan dalam kurun waktu tertentu (misalnya per hari, per minggu, atau per bulan) sedangkan durasi lebih kepada seberapa lama seseorang mengakses internet (misalnya per menit atau perjam).121 Berdasarkan penelitian oleh Kilamanca bahwa tingkat keterbukaan diri pada tiap-tiap individu memberikan pengaruh bagi perilaku penggunaan media komunikasi melalui internet.122 Sehingga intensitas atau frekuensi dalam mengakses internet akan semakin kompleks. Intensitas akses internet ini merupakan gambaran berapa lama dan seringnya seseorang menggunakan internet dengan berbagai tujuan dan motivasi.123 Hasil durasi dan frekuensi self disclosure oleh pengguna LegaTalk tidak dapat ditinjau secara berkala karena ini merupakan media anonim sehingga peneliti 120
Morissan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm: 188 S.R Andarwati & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1, 2005. 122 Desiana Fiskarani Kilamanca. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi Dan Keterbukaan Diri Dengan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. 2010. Surakarta: Universitas Sebelas Maret 123 S.R Andarwati & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1, 2005. 121
105
tidak dapat memberikan penilaian secara langsung dan terperinci. Mungkin bila pada media sosial umum seperti Facebook atau Twitter, satu atau beberapa pengguna dapat jelas terlihat jumlah, frekuensi maupun durasi pengungkapannya dari update-an status maupun kegiatan lainnya yang terdapat pada home atau beranda akun media sosialnya. Namun, untuk menentukan seberapa sering pengguna menggunakan serta melakukan pengungkapan diri pada LegaTalk, dapat peneliti temukan dari hasil wawancara kepada para informan.
Hasilnya, bahwa frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan oleh informan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, hal ini dipengaruhi oleh mood atau perasaan seseorang sebagaimana perasaan manusia yang sering berubah-ubah setiap waktu. Selain menjadi individu yang aktif menyatakan diri, terkadang individu akan menjadi orang yang juga pasif yakni mengakses media sosial LegaTalk hanya sekedar membaca pernyataanpernyataan (status) pengguna lainnya. Individu akan lebih sering mengakses media sosialnya pada situasi yang bersahabat. Artinya durasi seseorang akan berlangsung lama saat mereka merasa senang, aman, dan berharga ketika diterima dan memperoleh tempat didalam kelompok (media sosial) dan sebaliknya akan berkurangnya durasi akses saat mereka merasa cemas atau kurang berharga ketika dirinya tidak diterima atau bahkan disisihkan oleh kelompoknya dalam dunia maya. Individu juga lebih sering melakukan pengungkapan dirinya pada saat perasaan
106
memuncak atau bahagia untuk mengekspresikan perasaannya dan pada saat jatuh atau sedih sebagai bentuk pelarian dan pengalihan diri. “tergantung mood mbak, kalau perasaan lagi down 1 hari bisa nyampe 10 atau kalau lagi biasa-biasa cuman 1 hari 2x, itupun Cuma iseng.”124 Aspek dimensi self disclosure lainnya adalah valensi atau pesan-pesan yang diungkapkan cenderung sebagai ungkapan yang positif atau negatif. Dengan kata lain, positif berarti pengungkapan yang tidak mengandung kata-kata yang tidak bermoral, kotor, dan sebagainya serta bersifat menyenangkan bagi pelaku maupun pendengar atau pembaca dan negatif yang artinya memiliki sifat tidak menyenangkan bagi diri pelaku dan juga orang lain yang terlibat. Kualitas pengungkapan diri ini dapat dinilai dari kata-kata yang diungkapkan tersebut, apakah mengandung sifat negatif atau justru positif. Status pada LegaTalk umumnya mengandung pesan yang secara sengaja disampaikan oleh penulisnya dengan tujuan serta maksud tertentu. Ternyata LegaTalk mengakibatkan perilaku penggunaan media sosial anonim yang memungkinkan individu untuk menggunakannya sebagai sarana mengungkapkan sisi jahat dari seseorang.125 Hal ini terjadi karena identitas tidak lagi menjadi persoalan, saat menjadi anonim individu akan cenderung menjadi dirinya. Seperti salah satu pendapat dari informan pendukung pada penelitian ini, Ajeng Nida Nisrina bahwa biasanya saat individu berada pada media sosial umum (bukan anonim), mereka akan menggunakannya dengan batasan-batasan tertentu atau dalam kata lain membentuk suatu media sosial tersebut sesuai dengan karakter yang ingin dibuat seperti selalu 124 125
Wawancara dengan Ahmad Rian Effendi pada tanggal 01 Juli 2015 Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015
107
ingin terlihat baik di depan orang-orang yang mengenalnya sehingga dalam mengupdate status dan komentarnya benar-benar dikontrol atau dijaga. Sedangkan pada media anonim individu akan bebas berkomentar dan berbicara apa pun sesuai yang dia inginkan, apapun itu individu biasanya akan lebih menjadi diri sendiri, tidak perlu cemas memikirkan orang lain yang membaca ungkapannya tersebut. Pada status pengguna LegaTalk banyak peneliti temukan mengenai ungkapanungkapan yang negatif dari diri seseorang seperti ungkapan pengalaman masa lalu yang buruk, ungkapan privasi yang tidak dapat dituliskan pada media sosial umum dan sebagainya. Namun tidak saja mengenai hal-hal negatif tentunya banyak juga yang mengungkapkan dirinya secara positif. Peneliti lebih memfokuskan pada individu yang menuliskan hal negatif karena dirasa merupakan hal yang berbeda dari media sosial kebanyakan. Umumnya banyak yang menuliskan status bersifat negatif karena mereka merasa bahwa media sosial anonim membuatnya menjadi nyaman. Menurut pengakuan dari salah satu informan penelitian ini bahwa pada media anonim sejenis LegaTalk yakni Secret yang kini tidak aktif lagi (tutup total) penggunanya ada yang sampai menggunakan fasilitas foto untuk mengunggah foto yang mengandung unsur porno seperti mengupload foto alat kelaminnya sendiri. Sehingga bisa disimpulkan bahwa banyak pengguna menggunakan media anonim sebagai alat untuk mengungkapkan pribadinya tanpa batasan-batasan yang wajar. Meskipun tidak semua pengguna melakukan pengungkapan yang serupa, karena banyak juga yang masih mengungkapkan dirinya secara normal. Intinya adalah pada media anonim banyak terjadi keanekaragaman ungkapan individu baik positif maupun negatif, semuanya
108
terjadi berkaitan dengan pribadi masing-masing individu yang mengartikan bagaimana seharusnya menggunakan media anonim. Aspek dimensi selanjutnya seperti kecermatan serta kejujuran individu. Hal yang dapat diukur adalah mengenai seberapa jujur suatu pengungkapan yang dilakukan individu tersebut pada media anonim LegaTalk. Kecermatan dalam self disclosure yang dilakukan akan sangat ditentukan oleh kemampuan individu mengetahui atau mengenal diri sendiri. Pernyataan diri yang diungkapkan memiliki maksud dan tujuan tertentu sehingga akan dikemas oleh individu itu sendiri baik secara jujur, dibuat-buat atau bahkan mengandung kebohongan. Pada status pengungkapan diri informan diakui bahwa mereka menyatakan dengan kejujuran dan apa adanya karena pada media anonim tidak lagi memikirkan hal lain yang melekat pada identitas diri sehingga individu menjadi bebas untuk mengungkapkannya secara jujur, sekalipun mengandung pengungkapan yang bersifat privasi karena media anonim digunakan juga sebagai media untuk hiburan meskipun tidak mendapatkan solusi mengenai persoalan yang diungkapkan setidaknya individu merasakan kelegaan. Mengenai dimensi tujuan atau maksud dari pengungkapan diri ini umumnya individu akan menyingkapkan apa yang ditujukan untuk diungkapkan, sehingga dengan sadar individu tersebut dapat mengontrol self disclosure.126 Hasil wawancara menunjukan bahwa tujuan atau maksud para informan melakukan pengungkapan
126
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 66
109
pada media anonim adalah sebagai tempat untuk ungkapan-ungkapan mengenai hal yang memiliki sifat rahasia meskipun tidak semua demikian. Ungkapan tersebut misalnya „saya sudah punya suami tapi saya kangen suami orang lain‟ bila hal tersebut diungkapkan pada media sosial umum yang memperlihatkan identitas pengguna kemudian dibaca oleh orang yang bersangkutan atau oleh orang-orang yang mengenalnya, maka kemungkinan akan menimbulkan permasalahan dalam rumah tangganya. Jadi hal yang ditujukan pada media sosial anonim LegaTalk ini untuk tujuan individu yang ingin tetap nyaman dalam mengungkapkan dirinya yang memiliki rahasia tanpa ada hal lain yang mengganggunya, atau dalam hal ini setidaknya pada LegaTalk individu dapat melepaskan hal-hal yang sebelumnya banyak dikontrol serta banyak pertimbangan menjadi bebas untuk diungkapkan. Keintiman secara bahasa memiliki arti keakraban dan kemesraan. Dalam konsep self disclosure, dikatakan bahwa individu dapat menyingkapkan hal-hal yang bersifat intim dalam hidupnya. Individu yang berhasil menyingkapkan hal intim ini biasanya berani berbagi pada orang-orang yang mereka kenal dengan baik dan juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan dirinya serta orang tersebut akan mendukung ungkapannya. Bahasan dalam hal intim ini biasanya seperti ungkapanungkapan yang sangat mendalam dari kehidupan pribadi seseorang. Pada status pengguna LegaTalk ditemukan beberapa status mengenai hal intim seperti contoh pengungkapan berikut „waktu kamu telepon dia tengah malam nangis-nangis dan curhat cari perhatian, dia tuh biasanya lagi di tempat tidur sama aku‟. Meskipun
110
anonim atau karena anonim inilah maka beberapa pengguna berani untuk mengungkapkan pernyataan-pernyataan demikian. Untuk itu peneliti meyakini bahwa dimensi self disclosure para informan pada media sosial anonim LegaTalk ini dipengaruhi oleh perasaan atau mood yang diungkapkan saat itu, dengan kurun waktu pengungkapan yang tidak menentu serta informan juga melakukan pengungkapan yang memiliki kejujuran dengan tujuan dan maksud agar diri merasakan kelegaan dan mendapat hiburan berupa kenyamanan, komentar-komentar sebagai bentuk masukan, serta individu juga dapat melakukan penyingkapan diri yang bersifat intim karena individu merasa tetap berada pada zona aman selama dirinya masih menjadi pengguna yang anonim.
4.3.3
Fungsi Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Fungsi atau manfaat merupakan satu hal yang memiliki arti serupa yaitu kegunaan. Dalam teori self disclosure ditemukan fungsi menurut pendapat 2 orang ahli. Fungsi self disclosure yang pertama dikemukakan oleh Derlega dan Grzelak (1979) dijelaskan bahwa pengungkapan diri ini memiliki 5 fungsi, yakni sebagai bentuk ekspresi, penjernihan diri, keabsahan sosial, kendali sosial, dan perkembangan hubungan.127 Manfaat atau fungsi menurut ahli yang kedua berasal dari Devito diantaranya adalah pengetahuan diri, kemampuan mengatasi kesulitan, efisiensi komunikasi, dan kedalaman hubungan.128 Pada kesempatan ini peneliti membahas 5
127
David O Sears, dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hlm: 254 J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 67-69 128
111
fungsi pengungkapan diri menurut Derlega dan Grzelak. Penelitian ini membahas mengenai media anonim, maka fungsi yang paling terlihat dan berpengaruh pada informan diantaranya adalah sebagai bentuk ekspresi, informan LegaTalk menggunakan fungsi ini untuk mengutarakan beraneka ragam perasaan yang terjadi pada diri individu guna meringankan sebagian beban pikiran karena secara tidak langsung saat diri individu menuliskan status maka pada saat itulah dia sedang mengekspresikan dirinya. Seperti artikel yang ditulis oleh pihak Creative Hot House bahwa berdasarkan penelitian Dr Oz, sharing pengalaman pribadi atau curhat ini ternyata mengaktifkan jalur intrinsik otak yang merupakan bagian pengatur mood agar lebih baik dan bisa meringankan stress. Jalur intrinsik ini yang nantinya akan menghasilkan perasaan puas dan dihargai, sehingga membuat seseorang merasa lebih baik.129 Dengan melakukan fungsi penjernihan diri, individu yang mampu melakukan pengungkapan diri pada orang lain diharapkan akan memberikan ketenangan serta kejernihan pikiran karena ada hal yang individu bagikan mengenai dirinya sehingga dapat menemukan masukan dari lawan bicaranya itu. Dalam status-status yang peneliti lihat, secara garis besar banyak pengguna LegaTalk menuliskan mengenai hal-hal yang bersifat „pribadi‟. Dalam hal ini seperti ungkapan-ungkapan rahasia dari individu yang mungkin tidak bisa diungkapkan pada media sosial lainnya. Sehingga bisa dilihat bahwa melakukan pengungkapan diri pada media anonim LegaTalk ini
129
http://id-id.facebook.com/notes/legatalk/curhat-bikin-sehat/296726380451429 diakses tanggal 30 November 2015 pukul 21:28
112
memiliki fungsi sebagai bentuk penjernihan diri karena status-status tersebut memberikan suatu ruang dalam diri individu yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dianggap rahasia kini menjadi terbuka sehingga individu setidaknya melepaskan suatu hal yang dirasakan sampai membentuk suatu penjernihan bagi diri individu. Mengungkapkan status pada LegaTalk tidak selalu menemukan solusi apalagi untuk penjernihan diri karena terkadang individu yang berkomentar bisa beraneka ragam, bisa mendukung bahkan bisa mengejek atau menjatuhkan. Mungkin penjernihan diri ini akan berhasil jika yang berkomentar merupakan orang-orang yang punya pemahaman serupa terhadap pembicaraan yang diungkapkan seseorang tersebut. Mengamati bagaimana reaksi yang diberikan lawan bicara saat individu melakukan pengungkapan diri mengakibatkan individu memperoleh suatu informasi mengenai ketepatan akan pandangannya terhadap persoalan yang sedang dibicarakan, hal ini merupakan fungsi dari sebuah keabsahan sosial. Pada LegaTalk fungsi ini tidak ditemukan dalam setiap postingan, namun salah satu informan mengaku pernah melakukan survey sebagai bahan tulisan sehingga komentar-komentar dibutuhkan untuk mengumpulkan data-data. Artinya dalam beberapa status pengungkapan diri, ketepatan mengenai persoalan yang dimaksudkan individu ini bisa terjadi namun tergantung bagaimana tingkat partisipasi individu tersebut. Dalam melakukan self disclosure seseorang akan sedemikian rupa memfiter informasi yang hendak disampaikan kepada orang lain, informasi yang memiliki kekuatan positif atau yang membuat diri seseorang merasa dihargai maka akan
113
cenderung dibagikan sedangkan informasi yang akan membuatnya tidak diterima oleh lawan komunikasinya akan dikontrol sedemikian baiknya atau bahkan tidak akan diungkapkan, karena itu self disclosure memiliki fungsi kendali sosial. Fungsi ini terlihat saat individu menjadi anonim justru berani menuliskan status mengenai dirinya yang tidak mampu diungkapkan pada media sosial beridentitas. Fungsi yang paling akhir yakni perkembangan hubungan, di mana individu yang sengaja berbagi informasi mendalam antar satu sama lain memiliki tujuan sebagai suatu bentuk usaha untuk semakin meningkatkan keakraban. Bila dikaji secara umum menurut salah satu informan pendukung dalam penelitian ini berpendapat bahwa manfaat yang diperoleh saat melakukan self disclosure pada media sosial adalah untuk memperoleh umpan balik langsung dari lingkungan seperti memperoleh komentar, masukan, saran, ataupun pujian sebagai bentuk dari pemenuhan kebutuhan akan perhatian dari orang lain. Selain itu, fungsi atau tujuan lainnya misalnya pengungkapan diri atau peluapan emosi (katarsis) yang pada dasarnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari curhat itu adalah katarsis/ perhatian/ masukan/ informasi/ solusi. 130 Oleh karena kebutuhan yang diperlukan individu tersebut, ditemukan bahwa kegiatan self disclosure dalam fungsi lainnya bagi diri bisa dikatakan bukan sekedar menyatakan sebuah pengungkapan, karena bila yang dibicarakan merupakan suatu problem peranannya begitu besar bagi pribadi individu serta memberi makna positif bagi pergaulan atau kedekatan, khususnya dalam menjalin suatu hubungan. Dalam 130
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
114
aktualisasinya status pengungkapan di LegaTalk mengundang umpan balik secara langsung yakni dalam bentuk komentar, kemudian dari komentar antar pengguna tersebut terjadi saling tukar menukar alat komunikasi seperti membagikan id Line dan alat chatting lainnya untuk menjalin komunikasi antar pribadi diluar forum LegaTalk. Sehingga bisa dijelaskan bahwa pada LegaTalk tidak saja memiliki fungsi sebagai alat pengungkapan diri namun pada media anonim ini juga ditemukan fungsi perkembangan hubungan karena meski awalnya bukan untuk tujuan mencari kenalan baru namun hal ini bisa juga terjadi pada media anonim meskipun terjalin komunikasi diluar forum LegaTalk ini entah untuk tujuan komunikasi yang positif atau bahkan negatif. Positif atau negatif suatu pengungkapan ini tergantung bagaimana individu itu mengartikan fungsi media anonim. Mengenai bagaimana kegunaan self disclosure pada media anonim LegaTalk, pengguna cenderung memperlihatkan tanggapan untuk mencurahkan segala isi hati, sebagai bentuk hiburan karena individu merasakan ketenangan selain itu juga individu dapat melepas penat. Berikut ungkapan beberapa informan “untuk penjernihan diri, karena kalo ada sikon di mana waktu aku udah ga kuat terus orang-orang ga memungkinkan ya akhirnya ke LegaTalk. Soalnya kalo di media sosial masih bisa diselip-selip gitu jadi bisa diatur buat ga terlalu gamblang tapi bisa plong”. ”Fungsinya biar lega, buat lega aja biar pun ga ada solusi, yang penting kaya udah ungkapin perasaan gitu”. “Kalo aku sih ya buat berbagi kisah yang aku belum siap ceritakan ke orang-orang dikenal, tapi kalo aku amati juga media
115
anonim banyak digunakan buat mengekspos sisi negatif kehidupan.”131 Dari pengakuan tersebut mengartikan bahwa fungsi pengungkapan diri pada media sosial anonim ini selain untuk bahan hiburan terkadang juga digunakan sebagai tempat untuk memperlihatkan kebebasan seseorang serta mengekspresikan dirinya sekalipun mengenai sisi kenegatifan seseorang. Dari jawaban beberapa informan mengenai fungsi self disclosure, para informan utama memiliki alasan yang bervariasi tentang fungsi pengungkapan diri tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi mereka melakukan self disclosure pada media sosial anonim ini yakni sesuai dengan beberapa fungsi menurut Derlega dan Gerzelak bahwa dalam beberapa status yang mengungkapkan diri memiliki fungsi ekspresi. Dimana dengan melakukan pengungkapan diri ini, seseorang dapat mengatakan berbagai macam perasaan yang tertuang dalam bentuk status di media sosial LegaTalk sehingga bisa dikatakan seseorang tersebut mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya. Selain itu juga yang disampaikan oleh beberapa informan tersebut memiliki fokus dari pemahaman fungsi self disclosure lainnya yakni diri individu merasakan kelegaan karena mampu mengeluarkan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya berkaitan dengan hal pribadi yang bersifat negatif sekalipun.
131
Lampiran : Transkip wawancara. Hlm: 153-194
116
4.3.4
Faktor-faktor Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Faktor merupakan penyebab terjadinya suatu peristiwa. Maksud dari peristiwa ini adalah terjadinya pengungkapan diri. Pengungkapan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu daripada situasi yang lain. 132 Artinya bahwa dalam mengungkapkan diri tidak begitu saja dapat dibagikan secara mudah, apalagi jika hal yang bagikan merupakan sesuatu yang bersifat pribadi atau hal-hal yang intim dalam hidupnya kemudian kepada siapa pengungkapan ini dibagikan serta dalam situasi yang seperti apa, semua hal tersebut perlu adanya pertimbangan karena keterbukaan seseorang itu ada batasannya. Faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pengungkapan diri ini menurut Devito yakni besaran kelompok, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, topik, serta jenis kelamin. Selain hal itu, kepribadian masing-masing individu juga ikut berperan menjadi salah satu faktor dalam melakukan adanya self disclosure tersebut. Seperti ungkapan Devito mengenai faktor self disclosure yakni kepribadian. “Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak dari pada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert. Orang yang kurang berani bicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri dari pada mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.”133 Namun ditemukan dalam sebuah penelitian lain mengenai “pengaruh tipe kepribadian terhadap self disclosure pengguna Facebook” beranggapan bahwa dalam 132
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 65 133 Ibid, Hlm: 66
117
diri individu ada hal-hal yang perlu diketahui orang lain dan ada pula yang harus disimpannya. Pada kenyataannya hasil penelitian mengenai tipe kepribadian tidak menunjukan adanya individu yang ekstrim ekstrovert ataupun ekstrim introvert yang menyebabkan salah satunya akan cenderung menjadi orang yang mudah terbuka, namun yang ada adalah individu yang memiliki kecenderungan ekstrovert dan kecenderungan introvert.134 Artinya faktor kepribadian menurut Devito ini tidak selalu berpengaruh pada individu yang melakukan self disclosure karena pada intinya seseorang akan menjadi ekstrovert ketika ada hal yang ingin dibagikan dan hal tersebut mengandung sesuatu yang membanggakan serta sebaliknya seseorang akan menjadi introvert jika topik yang dibicarakan bersifat terlalu pribadi atau bahkan yang berkaitan dengan perilaku buruk seseorang sehingga individu akan cenderung tertutup untuk berbagi pada orang lain. Menurut salah satu informan pendukung (Psikolog), Stephani berpendapat bahwa tipe kepribadian akan terbentuk oleh faktor bawaan (traits) dan faktor belajar dari lingkungan. Sehingga apabila individu secara bawaan termasuk individu yang introvert (tertutup) dengan lingkungan keluarga yang juga tertutup maka perilaku individu secara umum akan tertutup, baik di kehidupan sehari-hari maupun perilakunya di media sosial. Hal ini karena perilaku seseorang pada dasarnya mencerminkan kepribadiannya.135 Karena tipe kepribadian seseorang terbentuk sepanjang masa kehidupan, dengan interaksi dan kondisi lingkungan yang 134
Dimas Pamuncak. 2011. “Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap self disclosure pengguna Facebook. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Hlm: 76 135 Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
118
beranekaragam yang akan dijumpai seseorang pada kehidupannya, maka akan terlihat antara kedua faktor pembentuk kepribadian yakni faktor bawaan maupun faktor lingkungan yang lebih dominan mempengaruhi diri individu. Karena bisa saja individu dari keluarga secara bawaan memiliki sifat tertutup (introvert) namun faktor lingkungan lebih berpengaruh pada dirinya maka kemungkinan individu tersebut menjadi orang yang terbuka meskipun tidak setara dengan orang ekstrovert pada umumnya.
Ditemukan pada penelitian ini beberapa informan terlihat ada yang memiliki tipe kepribadian terbuka (ekstrovert) dan ada yang tertutup (introvert). Tipe terbuka mengatakan bahwa sebenarnya dia merupakan orang yang terbuka dalam kesehariannya namun pengalaman seks di masa lalu yang susah untuk dilupakan serta topik tersebut belum siap dibagikan pada orang-orang yang dikenal maka menjadikan alasannya untuk terbuka pada media anonim.136 Individu akan cenderung membuka diri tentang topik tertentu, seperti mengungkapkan informasi diri tentang pekerjaan atau hobi dari pada kehidupan seks atau situasi keuangan. 137 Mengenai kehidupan seks dan situasi keuangan menjadi pengecualian jika harus diungkapkan pada media yang bukan anonim, tetapi kedua hal pribadi tersebut justru dibagikan secara terbuka. Sehingga bisa dikatakan faktor topik atau tema pembicaraan ini berpengaruh pada pengungkapan diri informan di media sosial anonim.
136
Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015 J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 67 137
119
Bila peneliti lihat dari sisi pekerjaan informan yang mengaku ekstrovert ini merupakan seorang pembicara atau consultant yang pekerjaannya lebih banyak berkomunikasi dengan banyak kalangan sehingga apabila terbuka pada media sosial yang bukan anonim mengenai hal tersebut maka ini akan menimbulkan terjadinya bahaya dari pengungkapkan diri tersebut. Seperti oleh Devito dikatakan bahwa bahaya pengungkapan diri ini seperti penolakan pribadi dan sosial, kerugian material, serta kesulitan intrapribadi. Ketiga bentuk bahaya ini bisa saja terjadi pada informan tipe terbuka tersebut jika topik yang disampaikan tidak diungkapkan pada media yang tepat. Sedangkan tipe informan tertutup mengatakan bahwa dirinya sangat tertutup untuk bisa mengungkapkan curahan hati pada orang lain secara langsung maupun pada media sosial sehingga perilakunya lebih kepada pengungkapan yang tidak terlalu sering, pada media sosial yang umum pun dia melakukan privasi sehingga hanya memilih beberapa orang saja yang bisa melihat update-an statusnya. Dia juga mengaku karena tidak mampu begitu saja berbagi cerita pada orang lain sehingga harus memilih media tertentu yang membuat dirinya aman dan nyaman dalam menggunakannya, seperti memilih media anonim dengan alasan tidak ada yang mengetahui bahwa yang menuliskan ungkapan itu dirinya.138
Menurut Stephani (Psikolog) bahwa adanya faktor ketertarikan individu terhadap minat mengakses media sosial ini tergantung pada faktor kepribadian dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang bergabung dengan lingkungan yang menuntut 138
Wawancara dengan Annisa Nur’aini Suryono pada tanggal 05 Juni 2015
120
update dapat mendorong individu untuk lebih sering atau terbiasa mengakses media sosial. Kemudian jika mereka memiliki alasan untuk mengakses media anonim karena mungkin sebagian dari mereka ada yang memiliki hal yang tidak dapat dibagikan secara terbuka pada media sosial umum.
Media anonim bisa dikatakan juga sebuah media minoritas karena berdasarkan jumlah, media jenis ini tidak banyak bermunculan seperti media sosial yang tidak anonim atau dalam arti jelasnya media sosial tidak anonim ini lebih banyak dan lebih populer dari pada media anonim. Kemudian dalam penggunaanya karena anonim tentu tidak ada kejelasan berapa banyak pengguna yang mengakses media tersebut sehingga bisa disebutkan bahwa mereka sebenarnya „ada‟ (pengguna) tetapi tidak sebanyak pengguna media sosial umum yang tidak anonim. Sehingga, bisa dikatakan bahwa media anonim menjadi faktor self disclosure yakni besaran kelompok. Dalam faktor ini sangat ikut berpengaruh pada perilaku pengungkapan diri seseorang, disebutkan bahwa “pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil dari pada kelompok besar”.139 Karena alasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa media anonim pada khususnya LegaTalk ini merupakan media minoritas sehingga bisa dikatakan media kelompok kecil. Apabila pada kenyataannya media anonim ini banyak penggunanya, peneliti rasa akan tetap menjadi seperti kelompok kecil karena di dalamnya antar individu tetap tidak saling mengenal satu sama lain. Oleh karena itu terjadi situasi bahwa „saya‟ adalah „saya‟ dan „mereka‟ 139
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 65
121
adalah „mereka‟, sehingga apapun topik yang diungkapkan tersebut bebas diungkapkan sesuai yang pelaku inginkan.
Faktor perasaan menyukai merupakan salah satu penyebab individu menjadi terbuka, karena tentunya individu menjadi mudah membuka diri kepada orang-orang yang lebih disukai atau dicintai. Namun karena penelitian ini terjadi pada ruang anonim, maka bisa dijelaskan bahwa faktor perasaan menyukai ini tidak terjadi oleh pengguna
LegaTalk.
Tentunya
karena
anonim
maka
orang-orang
yang
mengungkapkan perasaan di LegaTalk tidak mengenal satu sama lain. Sehingga faktor menyukai ini tidak termasuk dalam faktor self disclosure pengguna LegaTalk.
Efek diadik adalah umpan balik yang terjadi antar pengguna yang sama-sama melakukan pengungkapan diri. Berdasarkan hasil wawancara efek ini dirasakan oleh pengguna LegaTalk yang memiliki pemahaman yang serupa terhadap individu yang memposting ungkapannya tersebut. Sebagai contoh, pada LegaTalk yang memiliki banyak komentar biasanya status yang berhubungan dengan topik bersifat intim. Isi dari komentar-komentar tersebut biasanya mengenai ungkapan diri orang lain yang memiliki topik serupa. Sehingga terjadi efek diadik yang sama-sama berbagi mengenai pengalaman antar pengguna. Efek diadik ini menjadikan komunikasi antar pribadi yang lebih intens untuk membahas mengenai hal tersebut. Meskipun
122
komunikasi yang terjadi berisi mengenai bahasan-bahasan yang semakin „dewasa‟ dan terkadang menggunakan istilah-istilah seks.140
Efek kompetensi menjelaskan bahwa orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri dari pada orang yang kurang kompeten. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman yang peneliti rasakan bahwa orang yang kompeten atau orang yang sociable memang lebih mudah terbuka pada orang lain maupun pada media sosial. Namun orang yang kompeten ini juga terbuka terhadap hal-hal tertentu, karena pada dasarnya jika membicarakan topik yang mendalam tidak saja orang yang tidak kompeten yang memfilter informasinya, tetapi orang kompeten juga melakukan hal demikian. Sehingga bisa dijelaskan bahwa informan LegaTalk baik yang berkompeten dan tidak, akan menjadi terbuka pada media sosial sesuai dengan topik yang dibicarakannya. Pada konsep teori self disclosure dikemukakan bahwa wanita diasumsikan lebih terbuka dari pada pria, dan lebih terbuka pada orang yang disukai sedangkan laki-laki lebih terbuka pada orang yang dipercayai.141 Selain itu, berdasarkan riset wanita juga ternyata memiliki pengaruh besar terhadap platform media sosial dibandingkan pria.142 Pada LegaTalk status pengungkapan diri umumnya ada yang mengenai hal-hal semacam seks, ternyata hal tersebut tidak ada kaitannya dengan
140
Lampiran: contoh komentar di LegaTalk. Hlm: 199 Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang: Pustaka getok tular. Hlm :114 142 http://tekno.kompas.com/read/2014/03/12/0943093/Riset.Wanita.Menjadi.Raja.di.Media.Sosial diakses pada tanggal 21 Okt 2015 pukul 23:35 141
123
jenis kelamin baik wanita atau pria yang lebih dominan. Hal ini dapat juga diketahui berdasarkan peneliti studi Magdalena Mattebo dari Uppsala University di Swedia, dilansir Times Of India bahwa “diantara para orang dewasa ditemukan bahwa pria dan wanita memiliki ketertarikan terhadap seks dalam porsi yang sama”. 143 Tujuan penelitian ini bukan untuk menentukan jumlah atau besaran pengguna yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin. Sehingga tidak bisa dipastikan lebih dominan laki-laki atau perempuan yang melakukan pengungkapan diri di LegaTalk. Namun berdasarkan 5 informan utama yang peneliti temukan, 4 diantaranya berjenis kelamin laki-laki. Kemudian berdasarkan hasil pengamatan status-status dan komentar yang ada di LegaTalk sepertinya laki-laki yang lebih dominan. Namun hal tersebut tidak menyimpulkan bahwa laki-laki atau wanita yang lebih banyak terbuka pada LegaTalk. Pada intinya baik perempuan atau laki-laki akan menjadi terbuka dan berani mengungkapkan diri pada LegaTalk dengan alasan jaminan anonimitas. Dalam penggunan media anonim ada individu yang terbuka mengenai masalah pribadi yang sebelumnya tidak mampu terungkap pada media sosial yang bukan anonim, hal ini karena jumlah kelompok yang terdapat di sana adalah kelompok besar atau kelompok mayoritas yang sebagiannya juga merupakan orangorang yang dikenal sehingga individu akan lebih mengontrol hal yang diungkapkannya tersebut sesuai dengan karakter yang ingin ditampilkan. Selain itu alasan lainnya adalah mengenai diri individu yang membawa sebuah identitas yang melekat pada setiap orang. Identitas merupakan pembawaan yang penting karena 143
http://m.news.viva.co.id/news/read/511024-15 diakses pada tanggal 21 Okt 2015 pukul 23:23
124
pada identitas orang tersebut akan dikenal dan diingat oleh orang lain. Sehingga dengan anonim seseorang dapat memilih untuk mengekspresikan identitas tersembunyi yang tidak mereka tampilkan secara terbuka di dunia nyata. Umumnya, makin pribadi dan makin negatif suatu topik, makin kecil kemungkinan seseorang untuk mengungkapkannya. 144 Dapat disimpulkan bahwa individu yang mengungkapkan hal yang tidak terlalu pribadi akan cenderung lebih mudah mengungkapkan dari pada individu yang memiliki topik pribadi, sehingga media anonim adalah pilihan bagi mereka jika ingin melakukan suatu pengungkapan yang memiliki sifat pribadi tanpa berkaitan dengan identitas yang melekat pada masing-masing individu.
4.3.5
Efek Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna LegaTalk
Efek adalah hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Efek ini bisa berupa adanya feedback yang diterima. Feedback tersebut bisa berupa hal yang positif juga bisa hal yang merugikan bagi individu. Umpan balik (feedback) dari orang lain yang dipercayai memang dapat meningkatkan pemahaman diri bagi seseorang, yakni membuatnya sadar pada aspek-aspek diri serta berbagai konsekuensi perilakunya yang sebelumnya tidak pernah disadari (Johnson, 1981 dalam buku Komunikasi Antarpribadi).145
144
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. Hlm: 67 145 Edi Harapan & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm: 72
125
Proses pengungkapan diri ini biasanya dilakukan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyisembunyi melalui ungkapan dan tindakan, di mana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. 146 Dalam hal ini proses pengungkapan diri yang dilakukan individu terkait dengan ungkapan dan tindakan yang dicurahkan pada media sosial anonim. Proses pengungkapan diri ini akan menimbulkan efek berupa penolakan pribadi bila informasi yang disampaikan tidak seimbang antara topik dengan media atau orang yang menjadi tempat untuk mengungkapkan diri. Artinya jika efek yang ingin dihasilkan adalah positif serta menerima apa yang ingin diungkapkan, maka seseorang harus melakukan pengungkapan diri pada orang lain atau pada media yang mendukung dengan kondisinya tersebut.
Secara teoritis self disclosure ini menghasilkan resiko-resiko, diantaranya penolakan
pribadi
dan
sosial,
kerugian
secara
materil,
hingga
kesulitan
intrapribadi.147 Begitupun mudahnya penggunaan internet khususnya untuk mengakses media sosial menghakibatkan fenomena penggunaan media sosial ini sebagai
tempat
mencurahkan
isi
hati
juga
mendukung
pengguna
untuk
mengungkapkan dirinya dalam segala kondisi. Seperti ungkapan kekesalan setelah seharian mengerjakan pekerjaan, atau ungkapan bahagia karena sesuatu hal, dan
146
Burhan Bungin. 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 267 J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group. Hlm: 71 147
126
sebagainya. Dampak yang terjadi akibat suatu perbuatan, biasanya mengandung unsur positif maupun negatif.
Pernah banyak ditemukan beberapa kasus yang dihasilkan mengenai efek dari penggunaan media sosial yang juga di dalamnya berkaitan dengan status atau ungkapan-ungkapan hati yang mereka ungkapkan pada akun media sosial tersebut. Diantaranya pada tahun 2014 lalu seorang mahasiswi S2 UGM Florence Sihombing, menjadi bahan perbincangan akibat ungkapannya yang menghina rakyat Yogyakarta pada media sosial Path miliknya. Hal ini menimbulkan efek hingga menjadikan dirinya berakhir disel tahanan. Kasus Florence tersebut merupakan satu dari beberapa peristiwa serupa lainnya yang berkaitan dengan ungkapan diri pada media sosial yang menimbulkan efek negatif atau merugikan bagi pelaku pengungkapan diri tersebut. Untuk itu media sosial anonim hadir sebagai wadah bagi mereka yang ingin mencurahkan hati tanpa identitas sehingga diharapkan tidak akan menimbulkan efek yang merugikan pada penggunanya. Namun, buruknya adalah apresiasi sebagian orang terhadap etika bermedia sosial sangat rendah akibatnya media sosial anonim ini justru digunakan sebagai tempat menuliskan sesuatu yang terkadang mengandung unsur porno, kata-kata yang tidak beretika dan lain sebagainya.
Pada penelitian media anonim ini tidak ditemukan efek atau dampak yang terlalu ekstrem baik seperti contoh kasus pada media sosial yang telah dikemukakan diatas maupun efek berdasarkan teori. Dari kelima informan penelitian mengaku hal
127
yang dirasakan setelah melakukan pengungkapan pada media anonim LegaTalk diantaranya adalah mendapat solusi atau masukan dari pengguna anonim lainnya yang terdapat pada kolom komentar mengenai hal yang diungkapkannya tersebut, kemudian ada juga yang mendapat kenalan baru karena meskipun media anonim ada saja yang sengaja bertukar nomer ID Line misalnya atau pin BBM dalam kolom komentar, sehingga efek ini mengakibatkan terjalin adanya suatu hubungan antarpribadi diluar forum LegaTalk. Dampak lainnya seperti kelegaan pada perasaan individu karena mampu mengungkapkan, tenang, nyaman, serta mendapat hiburan tersendiri meskipun kadang menjadi kesal jika ada komentar yang tidak menyenangkan atau yang tidak mendukung ungkapannya tersebut. Dari beberapa dampak pengungkapan pada media anonim tersebut terlihat hampir semuanya positif namun 1 informan mengatakan hal yang berbeda dari informan lainnya meskipun bukan dirinya yang langsung melakukan hal ini. Dampak yang diungkapkan tersebut memiliki perbedaan meskipun presentasinya paling kecil 4:1 namun menarik untuk disimak.
Berdasarkan pengamatan, informan ini terlihat melakukan pengakuan yang lebih pribadi karena terlihat dari percakapan awal pada saat wawancara dia cenderung terbuka mengenai statusnya di LegaTalk bahwa dia mengungkapkan hal yang sebelumnya tidak pernah dia ungkapkan atau tidak pernah bisa dia bagikan dengan orang lain dan pada media sosial umum lain karena topik yang dia ungkapkan adalah mengenai masalah pribadinya seperti hal yang berbau seks. Untuk itu, efek yang
128
dirasakannya ternyata bukan memberikan solusi yang baik bagi dirinya namun justru menambah ingatan masalalunya yang tidak menyenangkan. Selain itu informan ini juga mengatakan bahwa efek dari sebuah status, apalagi berbau seks ini mampu mampu memberi efek hingga pada tahap perilaku seseorang “iya, dari rasa penasarannya itu yang bikin orang nekat. Bahkan ada kenalan cewe yang malah dia seneng banget dan nagih buat ketemu sama kenalannya cuma buat seks.”148 Sedangkan efek positif yang diperoleh pada dasarnya sama seperti rekan informan lainnya, mengalami komunikasi antarpribadi di luar forum LegaTalk. “engga sih sebenernya sama aja, malah kadang makin menjadi soalnya dapet lawan yang sama jadi ada orang yang berpengalaman sama dan malah kadang ngebawa ke hal masa lalu lagi. Ini sekarang aku juga malah jadi pada konsultasi dan curhat dari kenalan-kenalan di LegaTalk. Sekarang aplikasi LegaTalknya udah aku uninstall, males hasrat seksnya suka muncul lagi soalnya banyak sukarelawan hhehe. Mau bener-bener lepas dari itu banyak yang ngajak. Dari LegaTalk juga dapet kenalan baru, karena mereka komentar pada mau chat kan, ya udah aku ajak chat. Di LegaTalk juga, saya mengalami diajak ini itu lewat chat. Chat dari LegaTalk ini berlanjut sampai pada tahap perkenalan dan melakukan komunikasi antar pribadi, sekarang hubungannya jadi intens, mereka jadi terbuka dan curhat tentang mereka melakukan seks sama yang dikenal di LegaTalk, juga tentang rumah tangga mereka.”149 Dampak baik dan buruknya self disclosure bisa dirasakan sendiri oleh para informan sesuai dengan apa yang ia ungkapkan dan pada penempatan media sosial yang digunakan, seperti yang telah peneliti ungkapkan bahwa jika informan sekedar mengungkapkan perasaan dan tidak ada hubungannya dengan penyingkapan masalah pribadi maka efek yang diterima mereka adalah berupa masukan atau solusi. Namun,
148 149
Wawancara dengan AG pada tanggal 15 Juni 2015 Ibid, wawancara dengan AG
129
bila yang dibagikan adalah terkait masalah pribadi apalagi seperti halnya pengalaman seks seseorang, pengakuan bahwa dirinya gay atau hal bersifat intim lainnya biasanya efek yang didapatkan bisa jadi melibatkan hasrat informan semakin menjadi karena menemukan pengguna yang sama-sama mengalami atau merasakan hal serupa atau si pelaku pengungkapan akan mendapat ejekan.
Informan 1 (Stephani) berpendapat bahwa dalam bermedia sosial individu akan menerima umpan baik positif maupun negatif bila yang diterima adalah sesuatu yang menyenangkan dan akan menimbulkan hal negatif jika yang diterima pengguna adalah hal yang merugikan. “umpan balik positif dari media sosial dapat dihayati sebagai sesuatu yang menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhan individual akan perhatian (affection) atau pengakuan (admiration). Namun demikian, media sosial juga dapat berefek negatif, bila umpan balik yang diterima berupa ancaman, kekerasan, ejekan (cyber bullying) dsb, maka ini akan membuat berpengaruh negatif pada individu.”150 Akhirnya, dapat peneliti simpulkan bahwa efek negatif atau positif yang diterima individu pelaku self disclosure merupakan cerminan dari kata-kata yang berkaitan dengan topik yang diungkapkan oleh individu tersebut, sehingga menghasilkan suatu makna yang kemudian diinterpretasikan oleh orang lain. Artinya efek seperti ungkapan Devito mengenai penolakan pribadi, kerugian secara materil, hingga kesulitan intrapribadi tidak berhubungan pada pengungkapan di LegaTalk. Justru efek yang dihasilkan sebenarnya adalah efek yang tidak selalu negatif, 150
Wawancara dengan Stephani Raihana Hamdan pada tanggal 10 Juli 2015
130
melainkan mendapat masukan yang bersifat positif bagi pelaku. Namun jika seseorang mengungkapkan perasaan kesal yang berhubungan dengan orang lain, hal ini tidak bisa diungkapkan pada media sosial umum karena akan menimbulkan resiko yang tidak baik nantinya.
Dilihat dari hasil pengamatan melalui beberapa status dan komentar para pengguna LegaTalk, pada kenyataannya orang yang merespon pengungkapan diri seseorang melalui media anonim terlihat bebas mengatakan komentar apapun sesuai yang diinginkan termasuk kata-kata yang mengejek sekalipun. Hal ini terjadi karena jelas berkaitan dengan identitas mereka yang tidak diketahui. Artinya dampak atau efek yang dirasakan tergantung bagaimana individu pemilik status pengungkapan diri ini menyikapi berbagai respon mulai dari yang mendukung, memberi masukan, hingga komentar yang tidak menyenangkan.
Jika membahas mengenai bahaya pengungkapan diri yang dilakukan individu pada media anonim maka yang dihasilkan adalah individu tidak merasakan bahaya yang ekstrem atau dalam hal ini bahaya self disclosure pada teori menurut Bochner, 1984 dalam Devito, seperti penolakan antar pribadi dan sosial, kerugian material, maupun kesulitan intrapribadi.151 Dampak atau bahaya tersebut mungkin akan terjadi jika menuliskan ungkapan rahasia pada media sosial umum (bukan anonim) yang menampilkan identitas pengguna serta berisi teman-teman yang saling mengenal
151
J A Devito. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tengerang Selatan:Karisma Publishing Group. Hlm: 69-70
131
dengan pemilik media. Berbeda dengan media anonim, individu bisa mengungkapkan hal apapun dengan berbagai macam respon yang diterima. Sehingga bahaya tersebut tidak berlaku pada pengguna media anonim.
Dalam hasil wawancara pada penelitian ini dampak yang peneliti dapatkan adalah kelegaan diri karena mampu mengungkapkan perasaan, terjalin komunikasi antarpribadi karena sampai tahap mendapat kontak yang lebih privasi, dan pada status yang bertema seks bahayanya yakni bisa sampai pada tahap phone sex atau berlanjut pada bahasan antarpribadi mengenai seks dalam ruang yang lebih privasi diluar form LegaTalk.
132
Gambar 4.4 Bagan Self Disclosure Pada Media Sosial Diri Individu
Media Anonim LegaTalk
SELF DISCLOSURE
a. Self disclosure pengguna b. Dimensi Self disclosure pengguna c. Dimensi Self disclosure pengguna d. Fungsi Self disclosure pengguna e. Faktor-faktor Self disclosure pengguna f. Efek Self disclosure pengguna
Membuka diri Kegiatan Pengungkapan Diri : Status terbuka mengenai ungkapan cinta, pekerjaan, kehidupan sehari-hari, hingga topik pribadi seperti seks.
Sumber : Peneliti
133
Maka dari itu berdasarkan bagan di atas dan hasil pembahasan peneliti terhadap para informan utama mengenai bagaimana pengungkapan diri para pengguna LegaTalk dalam media sosial anonim adalah, pertama bahwa terkadang media sosial anonim digunakan untuk mengungkapkan hal yang tidak bisa diungkapkan pada media sosial umum yang tidak anonim meskipun tidak selalu hal yang diungkapkan pada LegaTalk ini mengenai hal-hal yang bersifat rahasia atau privasi individu. Kedua, dimensi yang terjadi oleh pelaku self disclosure ini yakni semua yang diungkapkan pada media sosial anonim LegaTalk ditulis sesuai dengan keadaan atau mood pribadi individu, hal yang diungkapkan juga tidak selalu negatif karena pada dasarnya manusia butuh melakukan curhat dan mereka memiliki tujuan hiburan bagi pribadi secara individu namun akan ada saatnya individu mengungkapkan sisi negatif dirinya karena media anonim adalah tempat terbuka bagi siapa saja tanpa hawatir dengan identitas pelaku pengungkapan diri, serta mengenai tingkat kejujuran yang dilakukan adalah mereka melakukan curahan hati dengan jujur apa adanya. Ketiga, mengungkapkan diri memiliki fungsi ekspresi. Dimana dengan melakukan pengungkapan diri ini, seseorang dapat mengatakan segala perasaan sehingga bisa dikatakan seseorang tersebut mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya dan diri individu merasakan kelegaan karena mampu mengeluarkan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya. Keempat, faktor yang paling berperan adalah pribadi individu yang dipengaruhi oleh mood, secara penggunaan sebenarnya media anonim sama dengan media sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dsb yakni memposting curahan hati namun terkadang mood
134
individu itulah yang mempengaruhi pelaku self disclosure untuk melakukan pengungkapan dengan topik yang terbilang rahasia karena mengingat yang digunakan adalah media anonim sehingga kapan saja seseorang bebas menuliskan apapun termasuk hal yang tidak biasa diungkapkannya sekalipun. Dan yang Kelima adalah efek pengungkapan diri, selagi ungkapan yang dilakukan bukan mengenai masalah yang ekstrem seperti topik seks atau ungkapan „gay‟ maka efek yang dirasakan adalah mendapat komentar yang mendukung ataupun malah sebaliknya yang merugikan.
Ketika pengguna LegaTalk melakukan curahan hatinya dalam sebuah status, maka akan timbul komentar dan dari hal tersebut sudah terjadi adanya sebuah interaksi antarpribadi yang merupakan suatu kajian dalam self disclosure. Status yang diungkapkan terdiri dari berbagai macam topik seperti halnya percintaan, kegalauan, mengenai pekerjaan, hubungan, sampai pada topik pribadi yang „privasi’. Hal ini terjadi karena dari alasan awal bahwa media ini anonim, tidak berkaitan dengan identitas maka alasan inilah yang menjadikan pengguna menggunakan dan melakukan self disclosure pada LegaTalk.
4.4
Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Media Anonim LegaTalk Dari hasil pembahasan yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya, bahwa
timbul pengungkapan diri yang bervariasi dari para informan utama yang memiliki tujuan mencurahkan segala perasaan agar diri individu merasakan kelegaan karena telah mampu mengungkapkan mengenai dirinya. Peneliti membahas bagaimana self
135
disclosure pengguna LegaTalk tersebut tentang seperti apa self disclosure yang terjadi pada media yang anonim. Perilaku pengungkapan diri pada sebuah media anonim ini menimbulkan rasa aman karena memberikan kebebasan untuk mengungkapkan segala hal ataupun suatu hal yang mengandung tingkat privacy yang cukup tinggi yaitu ketika topik yang diungkapkan tersebut sebelumnya tidak dapat diungkapkan pada orang lain yang dikenalnya. Internet digunakan sebagai pelarian untuk mendapatkan rasa nyaman dan mengatasi rasa kesepian. Orang yang gaya hidup dan lingkungannya menuntut untuk selalu update serta dia merupakan orang yang pandai bergaul biasanya lebih mudah terbuka pada media sosial. Melakukan curahan hati misalnya yang pada dasarnya memiliki fungsi sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri akan pelepasan emosi/ katarsis, mendapatkan perhatian, masukan, informasi, dan solusi. Dalam sebuah curahan hati terdapat makna mengenai diri, sehingga peneliti menganggap hal ini merupakan salah satu bentuk self disclosure. Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa self disclosure yang terjadi pada sebuah media anonim ini terjadi karena unsur identitas yang tersembunyi membuat seorang pengguna dapat melakukan berbagai macam ungkapan dengan bebas tanpa adanya batasan atau aturan terhadap suatu komentar atau pendapat dengan pilihan kata yang tidak patut sekalipun. Dengan anonim individu dapat berlindung dengan identitas yang tidak real, karena identitas dalam dunia nyata merupakan karakteristik esensial yang menjadi basis pengenalan dari sesuatu hal, ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang.
136
Penelitian ini menggunakan teori Johari Window yang menyatakan bahwa tingkat keterbukaan dan kesadaran tentang diri yang dibagi dalam empat bingkai. Keempat bingkai tersebut yakni, jendela Terbuka (Open), jendela Buta (Blindspot), Jendela Tersembunyi (Hidden), dan Jendela Gelap (Unknown). Sehingga bila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori Johari Window yang telah peneliti bahas sebelumnya pada bab II yakni terdiri dari 4 bingkai yang dapat digeser sehingga keempat ruang tersebut dapat diperbesar atau dikecilkan untuk menggambarkan self disclosure pada LegaTalk. Untuk lebih jelasnya berikut gambar Jendela Johari (Johari Window) mengenai self disclosure pengguna LegaTalk.
Daerah Terbuka
Daerah Buta
Daerah Tersembunyi
Daerah Gelap
Gambar 4.5 Hasil self disclosure pengguna LegaTalk pada Johari Window Sumber : Peneliti (berdasarkan buku Komunikasi Antar Manusia)
Pada gambar di atas, memperlihatkan 4 buah bentuk jendela yang memiliki ruang berbeda. Dalam hal ini pada Jendela Tersembunyi (Hidden) memiliki ruang yang lebih besar di bandingkan dengan ketiga jendela lainnya. Berikut penjelasannya:
137
Open Window ikut terbuka namun tidak sebesar pada daerah Tersembunyi (Hidden), hal ini terjadi karena individu telah berani melakukan pengungkapan diri pada media sosial LegaTalk sehingga informasi yang dibagikan diketahui oleh orang lain meskipun tetap dalam keadaan anonim. Blindspot Window mengecil karena dalam hal ini self disclosure pada media anonim antar individu yang tidak saling mengenal, namun tetap ada informasi yang diketahui oleh pengguna lain yang membaca status pengungkapan diri tersebut. Hidden Window terbuka lebih luas, hal ini menunjukan bahwa individu yang melakukan self disclosure pada media sosial anonim LegaTalk memahami diriya sendiri namun sebaliknya orang lain tidak mengetahui siapa dirinya. Media anonim ini memungkinkan individu terbuka terhadap hal-hal yang dia pahami, yang terkadang bisa bersifat rahasia namun ketika hal tersebut dibagikan pada media anonim, orang lain tidak mengetahui akan hal-hal tersebut sebelumnya dan tetap tidak mengetahui siapa yang melakukan pengungkapan diri tersebut. Dalam jendela Tersembunyi ini menurut Budyatna dan Ganiem yang dikutip oleh Chiko dalam skripsinya bahwa dalam jendela ini juga memiliki ruang yang luas, jendela ini bermuatan semua hal-hal yang kita tahu mengenai diri kita sendiri tetapi orang lain tidak mengetahui diri anda, atau bisa disebut juga dengan rahasia (secret).152 Jadi bisa disimpulkan bahwa hal-hal yang tidak diketahui orang lain ini dibagikan sehingga
152
Chiko Muhammad Averoes. 2015. Pengungkapan Diri Anak Korban Pelecehan Seksual Pada Ibu. Serang: Untirta. Hlm: 80
138
orang lain mengetahui suatu informasi meskipun dengan identitas yang tetap tidak diketahui. Unknown Window mengecil namun lebih luas dari daerah Buta (Blindspot) mengartikan bahwa kedua belah pihak tidak mengenal satu sama lain sehingga saat membaca status pengungkapan diri mereka tetap tidak saling mengetahui. Berdasarkan pembahasan mengenai pengungkapan diri, akan peneliti jelaskan dan simpulkan mengenai status - status seperti apa saja yang masuk dalam kategori self disclosure yang ditemukan pada media anonim LegaTalk. Dalam proses pengungkapan diri ini peneliti memfokuskan pada pernyataan-pernyataan yang dituliskan oleh pengguna LegaTalk dalam bentuk „status‟ mengenai curahan hati mereka atau curhat. Mencurahkan isi hati ini peneliti asumsikan sama halnya dengan pengungkapan diri karena dalam melakukan curhat seseorang akan bercerita dan berbagi baik secara lisan maupun tulisan mengenai hal-hal yang terjadi pada dirinya. Hal – hal tersebut bisa berupa sikap atau opini yang dia ungkapkan, mengenai selera dan minat seseorang terhadap suatu hal, pekerjaan atau pendidikan seseorang, pernyataan mengenai fisik, masalah keuangan, maupun mengenai kepribadian. 153 Hal lain yang menguatkan bahwa pernyataan berupa status merupakan salah satu bentuk self disclosure adalah bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu, salah satunya yang berjudul “bentuk-bentuk self disclosure melalui foto pada situs jejaring sosial”. Berawal dari group online di Jejaring Sosial Facebook yang saling berbagi foto dan
153
Maryam B Gainau. 2009. keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No 1. Hlm: 2
139
menyatukan hobi mereka dalam situs tersebut, kemudian dari hal itu saja peneliti dapat menjelaskan bahwa fasilitas foto menimbulkan adanya self disclosure antar anggota. Untuk mengetahui status – status seperti apa saja yang umumnya dibicarakan di LegaTalk, berikut peneliti simpulkan beberapa diantaranya: a. Status umum, yakni status yang biasa ditemukan pada media sosial umum (yang bukan anonim) seperti ungkapan mengenai kejadian sehari-hari atau topik ungkapan yang tidak bersifat rahasia dan bebas untuk dibagikan pada media sosial. Biasanya curhatan tersebut berkaitan dengan masalah cinta, mengenai lingkungan persahabatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Dalam hal ini, tipe self disclosure yang terjadi merupakan informasi diri yang bersifat deskriptif atau merupakan informasi umum. b. Status khusus, yakni status-status yang bisa dibilang tidak biasa dituliskan pada media sosial umum (yang bukan anonim). Status jenis ini dimaksudkan pada ungkapan yang bersifat pribadi atau intim, misalnya status berbau seks yang biasanya pengguna tuliskan dengan memunculkan kata-kata yang tidak biasa seperti oral, bj (blow job), horny, squirt, dan sebagainya. Status lainnya yakni yang biasanya mengandung unsur privasi seperti urusan rumah tangga atau mengenai kepribadian yang memiliki kelainan (gay/lesbian) yang mungkin bila diungkapkan pada media sosial umum (yang bukan anonim) individu cenderung tidak akan nyaman, tidak terbuka bahkan tidak sebebas pada media sosial anonim (LegaTalk). Dengan salah satu alasan bahwa
140
informasi yang tidak akan mendukung individu atau justru menjatuhkan individu tersebut akan dikontrol sedemikian rupa sehingga jika harus diungkapkan maka individu cenderung memilih menjadi anonim.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian dari pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat peneliti simpulkan beberapa hal berkaitan dengan self disclosure pada media sosial anonim LegaTalk sebagai berikut: 1. Self disclosure pada media anonim menjadikan individu lebih nyaman untuk terbuka mengenai beberapa hal dimulai dari ungkapan yang bersifat deskriptif atau hal-hal umum seperti kejadian sehari-hari yang terjadi pada dirinya hingga ungkapan yang evaluatif atau ungkapan-ungkapan yang lebih intim dengan identitasnya yang tetap tidak diketahui orang lain. 2. Dimensi atau aturan dalam pengungkapan diri berkaitan dengan aspek frekuensi (tingkat keseringan) dan durasi (lama akses) yang dibutuhkan untuk mengungkapkan diri sangat tidak menentu dan tidak dapat diprediksi, hal ini dipengaruhi oleh mood atau perasaan seseorang. Sedangkan valensi atau isi pesan yang beranekaragam mulai dari positif sampai mengungkapkan sisi negatif dirinya karena media anonim adalah tempat terbuka bagi siapa saja. Kemudian tujuan individu yakni ingin tetap nyaman dalam mengungkapkan dirinya yang memiliki rahasia, atau dalam hal ini setidaknya individu dapat melepaskan hal-hal yang
141
142
sebelumnya banyak dikontrol serta banyak pertimbangan menjadi bebas untuk diungkapkan, sekalipun mengenai hal-hal intim dalam hidupnya. 3. Fungsi self disclosure yang terjadi pada LegaTalk ini diantaranya yakni, Sebagai bentuk penjernihan diri karena status-status tersebut memberikan suatu ruang dalam diri individu yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan hal yang dianggap rahasia kini menjadi terbuka sehingga individu setidaknya melepaskan suatu hal yang dirasakan sampai membentuk suatu penjernihan bagi diri individu. Fungsi kendali sosial ini terlihat saat individu menjadi anonim justru berani menuliskan status mengenai dirinya yang tidak mampu diungkapkan pada media sosial beridentitas. 4. Faktor-faktor self disclosure pada LegaTalk seperti besaran kelompok terjadi karena media anonim dapat dikatakan sebagai media minoritas atau media kelompok kecil. Apabila pada kenyataannya media anonim ini banyak penggunanya, akan tetap menjadi seperti kelompok kecil karena di dalamnya antar individu tetap tidak saling mengenal satu sama lain. Sehingga memungkinkan individu lebih mudah untuk mengungkapkan dirinya secara terbuka. 5. Efek self disclosure yang ditemukan di LegaTalk ini yakni seperti efek positif atau negatif bahwa efek yang diterima individu pelaku self disclosure merupakan cerminan dari kata-kata yang berkaitan dengan topik yang diungkapkan oleh individu tersebut, sehingga menghasilkan
143
suatu makna yang kemudian diinterpretasikan oleh orang lain. Efek yang dirasakan yakni mendapat komentar yang mendukung ataupun malah sebaliknya yang merugikan. Artinya dampak atau efek yang dirasakan tergantung bagaimana individu pemilik status pengungkapan diri ini menyikapi berbagai respon mulai dari yang mendukung, memberi masukan, hingga komentar yang tidak menyenangkan. 5.2 Saran Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian yang dilakukan ini masih terdapat kekurangan dan juga kelemahan. Namun hal tersebut menjadi pembelajaran bagi peneliti sendiri maupun peneliti selanjutnya yang akan membahas penelitian serupa. Adapun saran-saran yang penulis berikan setelah meneliti permasalahan dalam penelitian ini adalah:
5.2.1
Saran Teoritis
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk dapat mencari dan membaca referensi lain yang lebih banyak lagi. Self disclosure merupakan teori tentang hubungan dan teori tentang pengungkapan diri seseorang. Untuk itu, peneliti sarankan untuk meneliti kembali dengan topik self disclosure yang lebih mendalam. Seperti pelaku prostitusi online pada media sosial, atau mengenai suatu hubungan yang terjalin dari sebuah biro jodoh online.
144
5.2.2
Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa peran sebagai berikut: 1. Dalam melakukan self disclosure pada media sosial anonim, peneliti berharap pengguna untuk tetap menggunakan media sosial secara bijak, meskipun menjadi anonim tetap harus menjaga cara interaksi dengan orang lain jangan jadikan anonim sebagai kebebasan untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan atau menyakiti orang lain. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian dan bahan masukan positif bagi para peneliti selanjutnya. Kemudian penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai penelitian lanjutan yakni mengenai self disclosure pada media anonim dengan studi fenomenologi, sehingga penelitian ini akan jauh lebih mendalam karena berkaitan dengan kisah hidup atau pengalaman seseorang yang pernah menggunakan media sosial anonim.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations. Bandung: Remaja RosdaKarya Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group . 2013. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group . 2009. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Utama Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Devito. J. A. 2011. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu Fidler, Roger. 1997. Mediamorfosis (Memahami Media Baru). Yogyakarta: Bentang Budaya Fisher, B Aubrey. 1978. Teori-teori komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Harapan, Edi & Syarwani Ahmad. 2014. Komunikasi Antarpribadi (Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hendroyono, Tony. 2009. Facebook. Yogyakarta : B First Iriantara, Yosal. 2008. Media Relations Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya 145
146
K, Ian Chandra. Internet Untuk Kita Semua. 2009. Jakarta: PT Elek Media Komputindo Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks. Bandung: Widya Padjajaran Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Liliweri, A. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Adya Bakti McQuail, Denis. 2012. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Morissan & Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Rahman, Agus A. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Romli, Asep S M. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendekia Santoso, Slamet. Teori-Teori Psikologi Sosial. 2010. Bandung : PT Refika Aditama Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sears, David O & Jonathan L Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
147
Severin, Werner J & Tankard, James W. 2011. Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa) Edisi Kelima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Shera, Andy. 2010. Step by Step Internet Marketing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sihabudin, Ahmad & Rahmi Winangsih. 2012. Komunikasi Antar Manusia. Serang : Pustaka getok tular Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
JURNAL Andarwati, S.R & Sankarto, B.S. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.14, Nomor 1, 2005. Averoes, Chiko Muhammad. 2015. Pengungkapan Diri Anak Korban Pelecehan Seksual Pada Ibu. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Gainau, Maryam B. 2009. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa Dalam Perspektif Budaya Dan Implikasinya Bagi Konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol 33, No Kilamanca, Desiana Fiskarani. 2010. Hubungan Antara Kebutuhan Afiliasi dan Keterbukaan Diri dengan Intensitas Mengakses Situs Jejaring Sosial Pada Remaja. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Komunikasi dan Informatika Indonesia-Buku Putih. 2010. Jakarta: pusat data, kementrian komunikasi dan informatika Kusumaningtyas, Ratih Dwi. 2010. Peran Media Sosial Online (Facebook) Sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri Di Surabaya. Jawa Timur: Universitas VETERAN
148
Lestarina, Yunita. 2012. Self Disclosure Individu Pada Aktivitas Kencan Online. Depok: Universitas Indonesia Mahendra, David. 2014. Media Jejaring Sosial Dalam Dimensi Self Disclosure. Yogyakarta: UIN Kalijaga Pamuncak, Dimas. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap Self Disclosure Pengguna Facebook. Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
INTERNET Brainly.co.id/tugas/310634 Googleplaystore/LegaTalk http://download.portalgaruda.org/article.php?article=86941&val=4687 “memahami fenomena komunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username dalam portal berita online” http://id-id.facebook.com/notes/legatalk/curhat-bikin-sehat/296726380451429
http://m.news.viva.co.id/news/read/511024-15 http://tekno.kompas.com/read/2012/06/01/23174881/mengapa.orang.gemar.curhat.le wat.media.sosial http://tekno.kompas.com/read/2014/03/12/0943093/Riset.Wanita.Menjadi.Raja.di.Me dia.Sosial http://www.bimbingan.org/pengertian-media-sosial-menurut-ahli.htm http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20141127133046-185-14236/internetindonesia-banyak-dipakai-untuk-media-sosial/ http://www.koranjakarta.com/?17367jejaring%20sosial:%20zona%20nyaman%20unt uk%20curhat http://www.merdeka.com/teknologi/perbedaan-sosial-media-dan-jejaring-sosial.html http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-orang-indonesia-penggunaterbesar dunia.html http://www.voaindonesia.com/content/mahasiswa-di-yogyakarta-ditahan-polisikarena-curhat-di-media-sosial/2433794.html
149
Teknologi.metrotvnews.com/read/2014/09/25/296897/creative-hot-house-resmikanaplikasi-legatalk/
LAMPIRAN
LAMPIRAN Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA a. Key Informan 1. Alasan melakukan pengungkapan diri pada media anonim LegaTalk 2. Intensitas dan frekuensi dalam melakukan pengungkapan diri pada media anonim 3. Valensi atau sifat pesan yang diungkapkan pada media anonim 4. Fungsi pengungkapan diri pada media anonim 5. Dampak atau efek pengungkapan diri pada media anonim b. Informan Pendukung -
Psikolog yang paham mengenai media sosial
1. Analisis alasan individu bergabung pada media sosial serta dampak bagi kepribadian individu 2. Tipe individu yang terbuka dan tertutup pada media sosial 3. Tujuan individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial 4. Manfaat individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial 5. Dampak individu melakukan pengungkapan diri pada media sosial
150
151
-
Blogger yang pernah menulis artikel mengenai LegaTalk
1. Alasan menggunakan media anonim LegaTalk 2. Kegunaan atau fungsi media anonim 3. Dampak atau efek pengungkapan diri pada media anonim 4. Topik yang banyak pengguna LegaTalk ungkapkan (analisis sebagai blogger) -
Pembuat aplikasi LegaTalk
1. Penjelasan mengenai Creative HotHouse 2. Penjelasan mengenai LegaTalk 3. Alasan dibuat LegaTalk 4. Tagline LegaTalk 5. Cara kerja aplikasi LegaTalk
152
Lampiran 2 BIODATA KEY INFORMAN Nama
: Ahmad Rian Effendi
Tempat Tanggal Lahir
: Gorontalo, 16 Juli 1997
Agama
: Islam
Usia
: 18 Tahun
Status
: Pekerja PT Wira Sawit Mandiri
153
Lampiran 3 TRANSKIP WAWANCARA Informan 1
: Ahmad Rian Efendi
Tanggal Wawancara
: 01 Juli 2015
Via
: chat WhatsApp (082293185***)
1. Kenapa kamu memilih menggunakan media sosial? Jawab: karena ingin terhubung dengan orang-orang terdekat saya, cari kenalankenalan baru, buat media promosi juga saya kebetulan ada usaha kecil-kecilan, biar ngelepas jenuh kalau nggak ada aktivitas apa-apa. 2. Pernah nulis curhat dimedia sosial kan ya, kenapa sih kamu suka curhat atau nulis status di media sosial? Jawab: waaah kalau yang ini sering mbak, apalagi kalau lagi pas ada masalah. Bete di sekolah, galau karena cewek. Biasanya kalau ga ada temen ceritanya saya tumpahin kesedihan saya di media sosial. Supaya yang baca curhatan saya itu merasa iba, dan pengen dapet saran juga. 3. Jadi apa peran media sosial buat kamu? Jawab: peran yang paling utama sih, ya itu supaya hubungan sosial dengan teman-teman lebih baik, trus buat tempat curhat juga. 4. Apa manfaat curhat di media sosial? Jawab: dapat manfaatnya kalau ada yang ngasih solusi, biasanya ada juga yang malah ngejek itu yang bikin males. 5. Oke, lalu rian menurut kamu apa sih arti „status‟ pada media sosial? Jawab: ya menurut saya itu sebuah ungkapan hati mbak. Contoh saya nih, kalau pikiran lagi galau ya statusnya tentang cinta-cintaan, kalau saya pas lagi seneng main skateboard sampai berhari – hari statusnya cuma tentang skateboard.
154
6. Oia, rian pengguna LegaTalk kan? Nah LegaTalk kan anonim, kenapa sih kamu memilih media anonim? Jawab: waaah, kalau itu lebih bebas mbak, nggak ada yang tau. Kalau di Facebook atau Twitter kalau statusnya nyebutin nama orang yang dimaksud jadi nggak enak. Soalnya yang baca tau kalau yang posting saya. Kalau di LegaTalk bebas banget. 7. Bebas dalam hal apa nih yan? Emang kalo yang kamu posting ketauan orang itu kenapa ya? Jawab: misalkan lagi jengkel sama orang dan nggak bisa nahan. Contoh saya posting “waah itu si…. Nggak tau malu”. Jadi saya pengen tau respon orangorang tentang suatu persoalan tanpa melibatkan saya, jadi kalau di media sosial yang anonim lebih enak. 8. Oh oke, trus apa yang kamu dapat setelah mengakses dan menggunakan media anonim? Jawab: yang saya dapat ya perasaan seneng kalau responnya bagus. Kalau engga ada respon atau responnya jelek ya jengkel jadinya. 9. Sejak kapan kamu pake LegaTalk? Jawab: udah 5 bulan yang lalu. Tapi setelah 1 bulan terakhir udah engga pernah make 10. Kamu tau LegaTalk pertama kalinya dari mana ? Jawab: di google 11. Menurut kamu yan, LegaTalk itu apa? Jawab: LegaTalk itu media curhat, karena lebih banyak respon, kalau buat nasehat kurang, saya pernah coba responnya dikit 12. Terus kenapa milih LegaTalk , kenapa ga pilih media anonim lainnya? Jawab: mungkin saya merasa LegaTalk lebih banyak pengguna. Jadi kemungkinan respon statusnya bagus. 13. Tapi kamu kenal berapa media anonim sebelumnya? Apa pernah make media anonim selain LegaTalk?
155
Jawab: belum mbak, dan belum nyoba nyari yang lain 14. Hal apa saja yang kamu lakukan di LegaTalk? Jawab: Cuma status sama komen status orang lain, lebih banyak komennya 15. Seberapa sering kamu nulis status di sana? Terus biasanya kamu nulis status kalo perasaan kamu lagi gimana? Jawab: tergantung mood mbak, kalau perasaan lagi down 1 hari bisa nyampe 10 atau 15. Kalau lagi biasa-biasa cumin 1 hari 2x, itupun cum iseng. 16. Apa harapan kamu setelah posting curhatan / status di LegaTalk? Jawab: harapan saya respon baik, dan mendukung saya, memberi semangat 17. Topik apa saja sih yan yang biasa kamu jadiin status di LegaTalk, status tentang apa? Jawab: dulu sih waktu pacaran tentang cinta, kemudian setelah jomblo lebih ke hobi dan kehidupan sehari-hari. 18. Pernah ga sih kamu nulis status di LegaTalk yang ga bisa kamu ungkapin di media sosial lainnya? status seperti apa? Jawab: posting tentang perilaku orang lain. 19. Oh, kalo kaya ga berani di media sosial umum ya yan? Itu kenapa yan? Jawab: iyaa mbak nggak beranilah, menjaga perasaan dia juga. Kalau di LegaTalk kan nyebutin 1 nama contoh ryan, kan yang baca nggak tau ryan yang mana. Kalau di Facebook, banyak kenalan jadi bisa ditebak. 20. Oke, jadi semacem ungkapin kekesalan juga ya di LegaTalk. Trus ungkapan yang kamu tulis di LegaTalk ini cenderung kearah positif atau negatif sih yan? Jawab: betul sekali mbak, lebih ke positif sih mbak, 70 % positif dan 30 % negatif. Kalau negatif pas jengkel aja mbak 21. Kalo status negatif ada hubungannya sama topik lain ga yan, mungkin yang lebih intim atau rahasia gitu? Jawab: sampe ke rahasia nggak sih mbak, Cuma pernah ngritik pemerintah aja ngeritik negatifnya, karena pas jengkel sama pemerintah. 22. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status yang kamu buat yan?
156
Jawab: jujur 90% mbak, 10 % iseng. Contoh saya posting status “akhirnya kesampean beli mobil Mercedez Benz”, Cuma pengen tau respon padahal bohong. 23. Oia kalau status semacam „seksual‟ gitu pernah nyoba ikutan ga si yan? Maaf ya ini, karena kan anonim dan di LegaTalk banyak yang kaya gitu, pernah ga kamu ikutan juga atau tentang hal-hal intim lainnya begitu yan? Jawab: Cuma ikutan koment mbak, status sih pernah satu kali itu pun iseng. Tapi itu jarang sekali saya lakuin Cuma 1 kali karena nggak ada topik lain. 24. Oke yan gak papa. Terus bagaimana komentar yang kamu dapatkan dari status – status yang kamu posting itu yan? Jawab: ya respon bagus mbak, kalau saya posting “lagi kangen”. Ada yang komen „sabar aja‟ dan ada juga „sama saya juga‟. Macem-macem lah tapi lebih kepositif responnya. 25. Fungsinya curhat di media sosial terutama anonim ini sebagai bentuk apa sih yan? Jawab: sebagai bentuk mencurahkan isi hati mbak, perasaan buat seneng-seneng. 26. Kemudian faktor atau motivasi apa sih yan yang bikin kamu milih curhat di LegaTalk/ apa ada hubungannya sama kepribdian kamu. Mungkin kamu orangnya tertutup makanya kalo mau curhat cari yang media anonim, atau karena kalo di LegaTalk jadi banyak yang respon postingan kamu, atau karena faktor apa nih? Jawab: di LegaTalk banyak yang respon mbak, terus juga nggak ada temen yang pas buat curhat jadi milih LegaTalk. 27. Ada perbedaan ga sih yan mengenai topik (status) yang kamu bikin buat di media anonim sama di media umum? Jawab: nggak ada perbedaan yang mencolok sih mbak, biasanya status yang saya tulis di media sosial lain saya tulis juga di LegaTalk. Tapi kalo sebaliknya nggak pernah mbak, soalnya kalau di LegaTalk lebih ke privasi 28. Ada dampak atau efek baik postif maupun negatif yang kamu rasain setelah menulis status di LegaTalk?
157
Jawab: nggak ada dampak mbak, tergantung respon. Kalau misalkan saya lagi ngerasa down, saya coba minta solusi di LegaTalk, Alhamdulillah ada yang kasih solusi dan itu dampaknya sangat baik sekali, dapet kenalan banyak mbak tukar pin bb juga. 29. Tujuannya buat apa yan waktu itu minta kontak mereka/ Jawab: dijadiin kenalan dan temen ngobrol, saya juga punya banyak temen kuliah karena di LegaTalk dia sering curhat juga. 30. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri kamu (anonim) apa kamu bisa menuliskan hal apapun secara sembarangan di LegaTalk? Kenapa? Jawab : waah bisa saja mbak karena mereka nggak tau itu saya, kecuali aib saudara 31. Apa bahayanya kalo kamu nulis hal semacam di LegaTalk itu tapi nulisnya ke media sosial umum? Jawab: di LegaTalk itu sangat bebas menurut saya, tapi bahayanya kalau pas lagi jelekin orang terus ketauan tapi kalo di LegaTalk tingkat kerahasiaannyakan tinggi.
158
Lampiran 4 BIODATA KEY INFORMAN Nama
: Rizky Hermawan
Agama
: Islam
Usia
: 20 Tahun
Alamat
: Depok Kelapa Dua
Status
: Broadcaster di Gerai Telkomsel
159
Lampiran 5 TRANSKIP WAWANCARA Informan 2
: Rizky Hermawan
Tanggal Wawancara
: 23 Juni 2015
Via
: chat LINE
1. Mengapa anda memilih untuk menggunakan media sosial? Jawab: sarana menambah teman 2. Kenapa suka nulis status di media sosial ? Jawab: hmmmp berbagi cerita aja si sama keluh kesah, soalnya kalo langsung 4 mata ama temen ga seru ujung-ujungnya kenal 3. Kenapa kamu memilih media anonim? Jawab: ya alasannya karena kita bisa sembunyiin jati diri kita, bisa curhat masalah pribadi tanpa mereka tau siapa dan bagaiamana kita 4. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakakses dan menggunakan media anonim? Jawab: kepuasan batin, setelah ngeluarin unek-unek dan kadang ada yang ngehibur di sana, ya secara garis besar pokoknya ketenangan jiwa 5. Menurut pendapat kamu apa itu LegaTalk? Jawab: tempat buang semua curahan hati 6. Mengapa kamu memilih LegaTalk, kenapa tidak memilih media sosial yang lain? Jawab: hahaha karena simple aja mirip banget ama secret, iya ga ribet liat komennya 7. Dulu pake secret berapa lama ki? Nyaman ya pake anonim? Jawab: 2 bulan lalu, terus ditutup. Ya nyaman-nyaman aja 8. Jadi hal apa aja yang kamu lakuin di media anonim itu? Jawab: curhat doang sih, buang unek-unek sama survey hehe, buat reverensi buku 9. Oia, survey apaan sih ki, jelasin dong!
160
Jawab: buat reverensi buku 10. Ki, buat pendapat orang tentang apa? Terus cara surveinya gimana ki? Jawab: tentang kenakalan-kenakalan remaja di era informatika dan kemajuan teknologi. Saya surveinya ya bikin post di LegaTalk dengan kata minta pendapat aja si hhehe nanti di saring komen-komen terbaiknya buat bahan nulis 11. Biasanya bikin status yang gimana, soalnya ga semua yang nulis di LegaTalk banyak yang komen kan? Jawab: hhaha iya, biasanya ya. Dulu pernah ngpost kaya gini sih “menurut kalian emang apa si manfaat phone sex dan chat sex, apa keuntungannya, respon ya lagi survey” 12. Oh terus banyak yang respon ki, terus dari situ sampe minta kontak juga ? Jawab: hmmmp biasanya yang jawabannya rada intelijen si aku pinta. Kan ketauan dari cara dia nulis dan pemakaian bahasanya, kalo orang itu wawasannya luas apa engga 13. Oia, kenapa kepikiran bikin survey kaya gitu di LegaTalk? Jawab: hhaha ya liat dari diri sendiri aja si pertamanya kan aku pake LegaTalk biar bisa curhat apa aja tanpa harus takut ketauan siapa kita, aku mikir kalo pake LegaTalk pasti orang-orang bakalan berani respon kalo aku post hal-hal kaya gitu 14. Terus sekarang surveinya udah selesai atau masih lanjut ki? Hasil surveynya apa kalo boleh tau ki? Jawab: udah selesai si, hasil banyak dibuku yang aku tulis 15. Terus kamu survey kaya gitu berapa lama di LegaTalk? Jawab: 4 bulanan, 3 bulan di LegaTalk dan 1 bulan di secret 16. Di secret sama aja ga emang ki? Post orang-orang secret kaya apa ki? Jawab: kalo di secret lebih frontal menurut aku si, soalnya di sana bisa unggah foto. Ya you know lah laki-laki jones (jomblo ngenes) gimana suka foto-foto „anu‟nya terus di upload di secret. Di LegaTalk juga bisa unggah foto tapi ga ada konten pornonya, fotonya pun ga bisa upload sesuka hati. 17. Terus secret tutup gara-gara apa tau ga ki?
161
Jawab: hmmmp mungkin gara-gara banyak yang upload itu kali, ga cowo ga cewe sama aja si 18. Terus ki, kalo selain ngpost yang survey-suvei itu, buat masalah pribadi atau post lainnya suka juga nulis di LegaTalk? Jawab: suka si, lebih banyak tentang keluarga sama bokap tiri sih 19. Seberapa sering kamu menulis status di LegaTalk? Jawab: jarang, kalo lagi pengen ngpost aja. Hmmp seminggu 2 kali lah 20. Oh oke, apa harapan kamu setelah curhat / menulis status di media sosial? Jawab: Dapet data dan saling tertawa. Kalo buat masalah pribadi si g ada harapan yang gimana-gimana, cuma biar plong aja 21. Pernahkah kamu menulis status di LegaTalk yang tidak mampu kamu ungkapkan di media sosial lainnya? Jawab: hmppp engga pernah si 22. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status kamu? Jawab: aku jujur sih apa adanya 23. Jadi apa fungsi kamu mengungkapkan status pada media sosial anonim? Jawab: bentuk hiburan aja si hhihi, juga melepas penat 24. Faktor atau motivasi apa yang bikin kamu tertarik buat nulis status di LegaTalk? Jawab: ya bisa curhat apa aja tanpa khawatir tentang identitas sama buat wadah curhat 25. Ada dampak atau efek positif atau negatif yang kamu rasain setelah menulis status di LegaTalk ? Jawab: positifnya jadi tenang, negatifnya hmmm apa yaa paling kalo ada komen yang ngeselin jadi kesel sendiri 26. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri anda (anonim) apa anda bisa menuliskan hal apapun secara sembarangan di LegaTalk? Jawab: iyaa, mungkin lah, karena sebagai anonim orang ga ada yang tau identitas kita, makanya bisa post nyindir orang tanpa pusing-pusing orang yang kita sindir ngebaca.
162
Lampiran 6 BIODATA KEY INFORMAN Nama
: Annisa Nur‟aini Suryono
Tempat Tanggal Lahir
: Bandung, 18 Agustus 1995
Agama
: Islam
Usia
: 19 Tahun
Status
: Mahasiswi POLTEKKES KEMENKES Bandung
163
Lampiran 7 TRANSKIP WAWANCARA Informan 3
: Annisa Nur’aini Suryono
Tanggal Wawancara : 4-5 Juni 2015 Via
: Chat BBM (54CD****)
1. Nisa tau aplikasi LegaTalk dari mana ya? Jawab: dari kaka ipar ka, waktu itu kaka ipar bilang media sosial ini mirip Facebook gitu, bisa koment-koment, terus masang status, tapi uniknya di sini kalo kita masang status atau koment kita ga akan ketauan siapa-siapanya, jadi anonim 2. Terus kenapa nisa akhirnya tertarik download LegaTalk? Alasannya kenapa? Jawab: Mm menarik aja ka, penasaran, terus coba download, pas coba pake ternyata seru juga soalnya bisa posting tapi identitas kita ga ketauan hehe soalnya nisa ga suka cerita ke orang, posting medsos juga ga begitu sering, lebih suka mendem, pas tau ada yang bisa anonim jadi tertarik hehehe 3. Sejak kapan nisa pake LegaTalk? Jawab: Baru deh ka, sekitar bulan maret kemarin 4. Nisa, kamu itu tipe orang yang suka banget curhat di media sosial ga sih? Jawab: ga begitu ka, aku tergantung sikon, kadang mood di media sosial kadang juga engga. 5. Kalo disuruh milih, mending pilih curhat langsung di media sosial apa curhat ke orang langsung ? Jawab: lebih ke tulisan kayanya ka. Tapi ya gitu, media sosial suka tapi ga terlalu sering. 6. Suka update di media sosial mana aja nisa?
164
Jawab: di line ka, heheh tapi di line juga nisa protect jadi nisa setting cuman orang-orang pilihan aja yang bisa liat status nisa kalo Facebook, Twitter juga jarang tergantung mood. 7. Nisa kenapa suka curhat di media sosial? Alesannya kenapa ya? Jawab: Mmmm kenapa ya ka, seru aja kali ya ka. Bisa mancing orang komenkomenan, terus bisa curhat terselubung gitu. Mungkin potongan puisi atau apalah yang bisa (mungkin) menginspirasi orang, tapi juga kita ikut curhat di sana. 8.
Menurut nisa, wajar ga sih kalo ngeliat orang yang terlalu suka update apalagi tentang masalah pribadinya ke media sosial? Jawab: kalo nisa sih ka, ngerasanya kurang bagus aja, mungkin boleh sih ya ka. Tapi jangan terlaluy frontal juga, dipilih-pilih kalo pun mau juga, soalnya itu aib kita juga sih ya ka kalo terlalu terbuka mah, apalagi media sosial ga semuanya kita kenal orangnya kayak apa.
9. Nah, kalo di media sosial anonim semacam LegaTalk, apa nisa bebas mengatakan hal apapun termasuk hal yang biasa nisa umpet-umpetin di media sosial umum? Jawab: tergantung sikon mungkin ka, kalo memang udah nyesek banget dan udah g tau lagi mungkin ada kemungkinan bakal nulis di sana. 10. Kenapa ko lebih milih di LegaTalk? Kenapa ga di media sosial lain kaya Facebook, Twitter, dan lainnya gitu? Jawab: soalnya di sana anonim ka, nisa ga gampang cerita sama orang yang udah deket juga masih suka susah apa lagi sama orang di media sosial yang ga begitu kenal. Jadi kalo di LegaTalk ga ada yang tau kalo itu dari nisa 11. Terus waktu tidak ada yang mengetahui jati diri nisa (anonim) apa nisa bisa menuliskan status secara sembarangan di LegaTalk tersebut? Kenapa? Jawab: mm, paling tetep dijaga aja sih ka bahasanya, dllnya, tetep curhat, tetep cerita di sana, tapi ya itu mungkin tetep diperhatiin aja ka meski curhat bebas. 12. Terus seberapa sering sih nisa nulis status di LegaTalk? Jawab: berapa ya, ga setiap hari ka, tergantung kondisi nisanya. Kalo memang masih bisa dipendem ya ga akan ke LegaTalk.
165
13. Oke terus topik apa aja sih yang nisa jadiin bahan buat status di LegaTalk? Yang berbau positif (menyenangkan) atau negatif (tidak menyenangkan)? Jawab: Mmm apa ya ka, tergantung sih ka. Kalo ini mah biasanya suka dipengaruhi mood juga hhehe. Kadang yang lucu-lucu, menginspirasi orang atau bahkan pernah yang sedih juga 14. Nah kalo nisa nulis tentang hal negatif misalnya kesel sama orang. Berani ga nisa nulis hal serupa pada media sosial yang tidak anonim? Jawab: ga kayanya ka, meski ga nyebut nama kayanya tetep milih ga nulis di sana. Soalnya nisa pernah ngalamin ka. Niatnya mah bukan ke orang itu tapi orang itu malah marah-marah gitu ke nisa gara-gara status tersebut, padahal bukan ke dia. Nisa ga mau gitu lagi ka. 15. Oh malah bikin salah sangka gitu ya nisa? Jadi lebih mending di LegaTalk ya? Jawab: iya ka, lebih leluasa di LegaTalk. Ya meski tetep harus jaga-jaga juga ya 16. Kalo ada yang nulis hal negatif (mengandung unsur sara) pada LegaTalk. Bagaimana opini nisa? Jawab: mmm kurang baik ya ka, soalnya ya meski anonim tapi tetep harus diperhatikan bahasanya, soalnya takut kejadian yang engga-engga nantinya, kalo pun mau menyuarakan tentang hal-hal yang berbau agama mungkin bisa diperbijak bahasanya biar ga mengarah ke satu pihak, atau boleh lewat forum khusus diskusi tentang itu. 17. Status yang biasa nisa tulis di LegaTalk itu merupakan sebuah kejujuran, melebih-lebihkan atau bahkan sebuah kebohongan? Jawab: kejujuran ka, hehe ya meski kadang-kadang entah itu di selipin di sepotong puisi atau diungkapin langsung. 18. Tujuan nisa nulis status di LegaTalk itu apa sih? Jawab: ngurangin beban ka, biar ga terlalu penat. Disaat apa yang kita rasain kita ga sanggup pendem sendiri dan orang-orang entah kenapa semua lagi dalam kondisi yang ga pas kalo kita cerita.
166
19. Ada perbedaan ga antara topik yang dituliskan pada media sosial yang anonim (LT) dengan yang tidak anonim? Jawab: mungkin tergantung pengguna media sosialnya sendiri. Kalo nisa sama aja, mungkin taraf kehati-hatiannya harus lebih diperhatikan untuk yang media sosial yang ga anonim, ya meski yang anonim juga tetep hati-hati. 20. Fungsi mengungkapkan perasaan di LegaTalk itu apa sih nisa? Jawab: untuk penjernihan diri, alesannya karena kalo ada sikon di mana nisa udah ga kuat terus orang-orang ga memungkinkan ya akhirnya kesana. Soalnya kalo di media sosial masih bisa diselip-selip gitu jadi bisa diatur buat ga terlalu gamblang tapi bisa plong. Mmm soalnya nisa pernah dikecewain sih ka sama orang lain, jadi nisa kalo mau cerita sama orang bener-bener selektif banget, makanya nisa suka susah cerita sama orang. 21. Menurut nisa apa sih itu media sosial? Jawab: mmmm suatu lahan media, yang bisa terkoneksi dengan banyak orang meski terhalang jara, disana kita bisa share apapun, mulai dari ilmu yang kita dapet, sampai mungkin curhat-curhatan yang ingin kita sampaikan 22. Nisa pada saat kapan sih nisa secara intens mengakses dan bahkan setiap waktu menggunakan media sosial? Jawab: paling nisa buka-buka media sosial terutama kalo lagi waktu luang. 23. Paling sering buka media sosial pas suasana hati lagi kaya gimana nisa? Jawab: mmmm mungkin pas lagi sepi kali ya ka sering buka tapi jarang update 24. Ada dampaknya ga nisa setelah menulis status di LegaTalk? Jawab: ada sih ka, lebih lega aja. Apalagi kalo buat nisa yang susah banget. Media sosial anonim bisa jadi alternative juga dibutuhkan disaat-saat tertentu
167
Lampiran 8 BIODATA KEY INFORMAN Nama
: Samuel Henk v N
Tempat Tanggal Lahir
: 31 Januari 1993
Agama
: Kristen
Usia
: 22 Tahun
Status
: Mahasiswa Yoyakarta
Universitas
Kristen Duta
Wacana
168
Lampiran 9 TRANSKIP WAWANCARA Informan 4
: Samuel Henk v N
Tanggal Wawancara
: 28 Juni 2015
Via
: chat WhatsApp (085253491***)
1. Mengapa anda memilih menggunakan media sosial? Jawab: sebagai sarana komunikasi 2. Kenapa suka nulis status di media sosial ? Jawab: sebagai tempat berekspresi dan tempat hiburan 3. Apa peran media sosial bagi anda? Jawab: sebagai sarana komunikasi 4. Menurut pendapat kamu apa arti pengungkapan atau „status‟ pada media sosial? Jawab: biasa sebagai pelampiasan perasaan yang terjadi 5. Kenapa kamu memilih media anonim? Jawab: karena lebih aman dan bebas 6. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakakses dan menggunakan media anonim? Jawab: tidak dapat apa-apa, hanya sebagai sarana berekspresi 7. Menurut pendapat kamu apa itu LegaTalk? Jawab: menurut ku, dari namanya dan logonya sudah mencirikan. Artinya berbicara dengan lega (namanya) dan tidak terlihat (logonya) 8. Mengapa kamu memilih LegaTalk, kenapa tidak memilih media sosial yang lain? Jawab: dulu sudah pernah install (pas masih zaman secret), tapi karena masih sepi jadi uninstall lagi. Pas secret ditutup + dapet review dari majalah akhirnya coba lagi karena penggunanya udah mulai rame 9. Seseru itu kah media anonim sampe „nagih‟ makenya? Jawab: ya seru, pas komen-komennya
169
10. Ada apa sih sama komen-komennya? Seru itu yang kaya gimana ya? Jawab: ya bisa ngbully gitu 11. Jadi hal apa aja yang kamu lakuin di media anonim itu? Jawab: buat-buat status dan balas-balas komen 12. Kenapa kamu melakukan hal itu di sana? Ya contohnya yang kaya kamu bilang tadi, ngbully misalnya? Apa yang dibully kan anonim? Jawab: ya karena anonimnya itu yang membuat aman untuk membully 13. Oke, lalu apa yang dibully sam, yang seperti apa ya? Jawab: kayak koment-koment yang konyol terus nanya yang ga penting, kayak “gimana ya rasanya punya pacar” 14. Kalo di media sosial umum kaya Twitter, Facebook atau Path berani ga ngelakuin hal serupa? Jawab: kalo media umum ya tergantung statusnya, trus siapa yang buat statusnya. Jadi liat-liat dulu kalo mau koment 15. Seberapa sering kamu menulis status di LegaTalk? Jawab: ga tentu sih, banyakan liat-liat aja. Rata-rata sebulan 2x lah 16. Kalo berdasarkan waktu, kamu lebih sering aksesnya pas pagi, siang, sore, malem, atau mungkin larut malem banget? Jawab: biasanya sore atau larut malem 17. Oia tadi sempet bilang media anonim karena lebih bebas dan aman. Kenapa kaya gitu sam, memang lebih bebas dan aman dari apa ya? Emang kalo di media sosial umum kamu ga bebas dan aman? Jawab: media sosial umum kan ada term and condition. ada hukum yang berlaku bisa dipidana 18. Oh oke, apa harapan kamu setelah curhat / menulis status di media sosial? Jawab: ga ada harapan, ga nyelesain masalah juga, Cuma lampiaskan perasaan saat itu aja 19. Nah, biasanya pada saat perasaan kaya gimana sih kamu nulis status di LegaTalk? Jawab: pas lagi ga ngapa-ngapain, lagi sepi aja gitu
170
20. Topik apa aja yang kamu sering tampilin buat jadi status kamu? Jawab: ga tentu, bisa lagi gabut (bete, bosen) gitu, kalo lagi laper, kalo lagi jalanjalan 21. Ga ada hubungan sama masalah pribadi mungkin yang dshare disana? Jawab: engga, kalo masalah pribadi aku orangnya tertutup 22. Atau yang aneh-aneh gitu sam, persoalan yang berbau seksual mungkin? Karena kan anonim, pernah ga bikin status seperti itu? Jawab: oia kalo itu, kadang kalo iseng. Tapi ga nyangkut masalah pribadiku. 23. Pernah ga, kamu nulis status di LegaTalk yang ga bisa kamu ungkapin di media sosial lainnya? Jawab: ya itu kayak pengen pelukan gitu, ga mungkin di media lain. 24. Kenapa? Jawab: itu kan engga mencirikan aku yang sebenarnya, ya kaya aku yang biasanya kan bukan kaya gitu. 25. Ungkapan yang kamu tulis di LegaTalk cenderung kea rah positif atau negatif sih? Jawab: karena anonim jadinya kebanyakan negatif, itu kalo aku sih 26. Bagaimana mengenai tingkat kejujuran pada status kamu? Jawab: 100 % jujur 27. Bagaimana komentar yang kamu dapat dari status yang kamu posting itu? Jawab: ada yang positif, ada yang negatif 28. Jadi apa fungsi kamu mengungkapkan status pada media sosial anonim? Jawab: fungsinya biar lega, buat lega aja biar pun ga ada solusi, yang penting kaya udah ungkapin perasaan gitu. 29. Faktor atau motivasi apa yang bikin kamu tertarik buat nulis status di LegaTalk? Jawab: biasanya dari sauna hati, ya biar dunia anonim tau masalah/kondisi ku gitu. 30. Ada dampak atau efek positif atau negatif yang kamu rasain setelah menulis status di LegaTalk ?
171
Jawab: efeknya bisa bales koment, jadi bikin senang juga sih, apalagi kalo dapet kontak bisa chat gitu 31. Chatnya nerusin bahasan waktu di LegaTalk gitu ga sam? Jawab: awalnya lanjut bahasan, trus lanjut topik baru kalo ga asik ya udah stak gitu aja buat nambah kontak 32. Ada perbedaan ga antara topik (status) yang dibagikan di media sosial anonim dengan yang tidak anonim? Seperti apa ya? Jawab: ada, bedanya kalo di media sosial umum yang ga bisa status yang makimaki orang gitu, ga bisa status yang vulgar/porno, ga bisa status yang berbau sara. 33. Saat tidak ada yang mengetahui jati diri anda (anonim) apa anda bisa menuliskan hal apapun secara sembarangan di LegaTalk? Jawab: yap benar sekali, karena di term and conditionnya g ada larangan 34. Jadi menurut kamu, fungsi media sosial anonim ini kebanyakan lebih buat penggunaan negatif atau positif ya sam? Jawab: banyaka positif sih kalo secara umum untuk pengguna umumnya, kalo aku doang sih yang gunakannya negatif. 35. Oke, jadi buat di LegaTalk ini hal-hal intim lebih bebas dibagikan ya dari pada di media sosial umum lainnya? Jawab: benar sekali wid.
172
Lampiran 10 BIODATA KEY INFORMAN Nama
: AG (nama samaran)
Tempat Tanggal Lahir
: Cirebon, 05 November 1989
Agama
: Islam
Usia
: 26 Tahun
Status
: Narasumber praktisi wirausaha dan konsultan
173
Lampiran 11 TRANSKIP WAWANCARA Informan 5
: AG
Tanggal wawancara : 15 Juni 2015 Via
: chat BBM (57CC****)
1. Berapa lama kamu menggunakan LegaTalk? Jawab: baru seminggu 2. Apa alasan kamu pake LegaTalk? Jawab: buat curhat hal-hal private tanpa identitas 3. Hal apa aja yang biasa kamu lakukan di LegaTalk? Jawab: melihat update‟an orang-orang, menulis unek-unek 4. Kalo nulis status itu biasanya waktu perasaan kamu lagi gimana sih? Jawab: lagi bingung atau saat ngerasa ga bisa cerita ke orang yang dikenal 5. Trus nulis status di media yang anonim kaya gitu biar apa ya, ko g lewat media yang umum aja kaya Twitter dan sebagainya gitu, kenapa lebih milih anonim? Jawab: supaya lebih lepas, kan orang ga mengenal kita 6. Emang status kaya gimana sih yang kamu tulis di LegaTalk? Jawab: status pengalaman masa lalu yang susah lepas dari bayang-bayang dan ga bisa cerita ke orang 7. Maaf ni ya, kalo semacam „vulgar‟ gitu pernah ga? Engga apa-apa loh jujur aja, maaf sebelumnya Jawab : vulgar gimana ya 8. Iya, kan di LegaTalk tuh rata-rata loh ya kebanyakan bikin status yang berbau seks begitu. Kamu pernah ga? Jawab: pernah ko
174
9. Apa dengan anonim kamu jadi orang yang lebih terbuka? Bentuk keterbukaannya kaya apa sih? Jawab: sebenernya saya orang yang terbuka, tapi pengalaman seks di masa lalu yang sebenernya pengen dilupakan susah banget buat melupakannya, dan saya belum siap kalo cerita ke orang-orang yang dikenal. 10. Nah kalo buat hal-hal semacam itu berani ga buat kamu bagi di media sosial umum? Jawab: engga, belum siap buat berbagi secara umum 11. Apa dengan anonim kamu jadi orang yang lebih bebas? Bentuk kebebasannya kaya apa sih? Jawab: bukan bebas sih, cuma dengan anonim jadi lebih lepas karena postingan kita ga dikenali 12. Jadi tujuan kamu secara pribadi bikin status semacam itu buat apa sih? Jawab: melepas unek-unek yang ga bisa dibagi ke orang yang dikenal 13. Selain itu, ke diri sendiri ada perasaan lega atau jadi jernih ga sih pikirannya? Jawab: engga sih sebenernya sama aja, malah kadang makin menjadi soalnya dapet lawan yang sama 14. Lawan sama itu gimana? Bukan malah seru ya ada yang naggepin status kamu? Jawab: iya maksudnya jadi ada orang yang berpengalaman sama dan malah kadang ngebawa ke hal masa lalu lagi 15. Oh oke, terus sifat dari status kamu itu jujur ga sih? Atau ada kebohongan dan melebih-lebihkan? Jawab: jujur 16. Setelah kamu nulis status kaya gitu, biasanya emang berharap ada respon ga sih? Jawab: engga 17. Tapi waktu ada yang komentar distatus kamu reaksinya gimana? Jawab: ya aku ladenin 18. Suka komentar di status pengguna lain juga ga? Jawab: suka
175
19. Seberapa sering kamu bikin status di LegaTalk? Jawab: jarang sih lebih banyak liat status orang, paling sekali seminggu 20. Status kamu paling terbuka tentang hal apa aja? Jawab: kalo lagi hasrat seksnya keluar hhehe 21. Jadi kalo anonim apa kamu bebas mengatakan hal apapun secara sembarangan? Jawab: engga, karena seanonimnya juga harus ada etika dan batasannya 22. Nah etika dan batasan kaya gimana sih yang kamu maksud itu? Jawab: ya ga boleh sara, ga boleh menyinggung orang kaya melecehkan etnis, agama, dan suku 23. Jadi ada perbedaan apa engga mengenai topik yang jadikan bahan status antara di media sosial anonim dan yang tidak anonim? Jawab: kan aku mah cuma update juga berbagi kisah masa lalu, ya ada perbedaannya kalo di media sosial umum aku update impian, motivasi, kegiatankegiatan kalo di anonim hal yang selama ini aku simpen dari orang-orang 24. Jadi menurut kamu fungsi media sosial anonim itu apa? Jawab: kalo aku sih ya buat berbagi kisah yang aku belum siap ceritakan ke orang-orang dikenal. Tapi kalo aku amati juga media anonim banyak digunakan buat mengekspose sisi negative kehidupan 25. Oia, mas sebelum ada LegaTalk larinya kemana sih mas kalo nulis semacam itu? Jawab: awalnya kan ada secret tapi aku juga sebentar main secret cuma seminggu, lebih banyak dipendem. Menurut saya, kalo nulis status di LegaTalk harus dipancing pake yang „vulgar‟. Ini sekarang aku juga malah jadi pada konsultasi dan curhat dari kenalan-kenalan di LegaTalk. Sekarang aplikasi LegaTalknya udah aku uninstall, males hasrat seksnya suka muncul lagi soalnya banyak sukarelawan hhehe. Mau bener-bener lepas dari itu banyak yang ngajak. Dari LegaTalk juga dapet kenalan baru, karena mereka komentar pada mau chat kan, y udah aku ajak chat. Tapi kalo aku sih belum pernah ketemu baru chat aja lewat KIK. Oia di aplikasi sejenis LegaTalk, kaya secret gitu malah lebih parah banyak foto porno, banyak yang pasang foto
176
kelaminnya sendiri. Karena dari pengamatan saya banyak orang yang manfaatin media anonim sebagai sarana mengungkapkan sisi jahat dari kita hehhe, buktinya ini bisa jadi media prostitusi terselubung. Tapi kalo di media anonim saya juga bisa belajar dari latar belakang orang yang punya masalah yang sama kaya saya. Ya ternyata setiap orang punya sisi gelapnya masing-masing yang kadang cuma bisa diungkap di media anonim, karena masyarakat kita belum bisa menerima sisi gelap itu bahkan lebih cenderung dijauhi, bukan dibantu untuk keluar dari masalah itu. memang hanya sebuah status, tapi kadang cuma status tapi kalo ga diungkap mengganjal dihati dan pikiran. Di LegaTalk juga, saya mengalami diajak ini itu lewat chat. Chat dari LegaTalk ini berlanjut sampai pada tahap perkenalan dan melakukan komunikasi antar pribadi, sekarang hubungannya jadi intens, mereka jadi terbuka dan curhat tentang mereka melakukan seks sama yang dikenal di LegaTalk, juga tentang rumah tangga mereka. 26. Saya heran mas, padahal dari sebuah status itu malah efeknya besar ya mas? Jawab: iya, dari rasa penasarannya itu yang bikin orang nekat. Bahkan ada kenalan cewe yang malah dia seneng banget dan nagih buat ketemu sama kenalannya cuma buat seks.
177
Lampiran 12 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG Nama
: Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi
Umur
: 29 tahun
Alamat
: Jl. Jamuju No 5 Bandung
Pekerjaan
: Dosen / Psikolog
Nama Instansi
: Universitas Islam Bandung (UNISBA)
178
Lampiran 13 TRANSKIP WAWANCARA Informan 1
: Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi
Tanggal wawancara : 9 Juli 2015 Via
: Email (
[email protected])
1. Mengapa banyak orang yang senang mengakses media sosial? Apa dampaknya bagi kepribadian individu? Jawab: Media sosial kini menjadi salah satu cara untuk berinteraksi sosial. Melalui media sosial, individu dapat mengungkapkan diri dan mendapat umpan balik (reaksi) dari lingkungan mengenai diriya. Umpan balik inilah yang membantunya dalam membentuk perilaku dan pada akhirnya mempengaruhi kepribadiannya. Apabila reaksi individu yang diperoleh dari lingkungan positif, akan membantu meningkatkan penilaian diri (persepsi) yang positif. Namun bila negative, akan mampu mempengaruhi persepsinya menjadi negative pula. Persepsi diri inilah yang dapat membantu mengembangkan kepribadian.
2. Menurut anda bagaimana tipe individu yang gemar curhat/ berbagi di media sosial? Kenapa ada orang yang terbuka dan tertutup di media sosial? Jawab: Tipe kepribadian terbentuk sepanjang masa kehidupan, hal yang mempengaruhi pembentukannya dapat berupa faktor bawaan (traits) maupun faktor belajar dari lingkungan. Tipe kepribadian terbuka/tertutup ini tergantung dari dua faktor tersebut. Apabila individu secara bawaan memang termasuk individu introvert
179
(tertutup) dengan lingkungan keluarga yang juga tertutup maka perilaku individu secara umum akan tertutup, baik di kehidupan sehari-hari maupun perilakunya di media sosial. Hal ini karena perilaku seseorang pada dasarnya mencerminkan kepribadiannya. 3. Apa tujuan individu curhat/ berbagi di media sosial? Jawab: Bila dilihat secara umum curhat memiliki beberapa tujuan, misalnya pengungkapan diri atau peluapan emosi (katarsis) yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari curhat adalah perhatian/ masukan/ informasi/ solusi. 4. Biasanya individu akan terbuka di media sosial dalam hal apa? Jawab: Tergantung individunya, hal apa yang ingin ia unggapkan di lingkungan. Umumnya individu akan mengungkapkan hal-hal yang ia prediksi akan membuat dirinya terlihat positif. Misalnya mengungkapkan apa yang dirasakan, apa yang dilakukan, memfoto yang dimakan sekalipun. Ini dilakukan untuk mendapat komentar positif, likes yang banyak, dsb. 5. Apakah curhat di media sosial memiliki manfaat bagi individu? Manfaat apa saja? Jawab: Manfaat yang diperoleh umumnya adalah memperoleh umpan balik langsung dari lingkungan. Ia dapat langsung memperoleh komentar, masukan, saran, ataupun pujian yang dihayati sebagai pemenuhan kebutuhan perhatian. 6. Dalam hal penggunaan apakah media sosial membuat individu menjadi kecanduan? Jika ya, mengapa demikian? Jawab: Umpan balik dari media sosial yang dihayati menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perhatian dapat berpotensi menjadi kecanduan. Individu ketagihan untuk mendapat hal-hal positif dari media sosial.
180
7. Apakah dengan curhat di media sosial akan berdampak pada kepuasan pribadi individu atau justru sebaliknya? Mengapa demikian? Jawab: Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa umpan balik positif dari media sosial dapat dihayati sebagai sesuatu yang menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhan individualkan perhatian (affection) atau pengakuan (admiration). Namun demikian, media sosial juga dapat berefek negative, bila umpan balik yang diterima berupa ancaman, kekerasan, ejekan dsb (cyber bullying), maka ini akan membuat berpengaruh negative pada individu. 8. Umumnya berapa lama waktu yang akan digunakan individu untuk mengakses media sosial? Jawab: Durasi akses media sosial tidak bisa dipatok dengan pasti. Dengan kecanggihan teknologi sekarang, individu bisa mengakses 24 jam. Misalnya dengan smartphone bisa online terus menerus. Namun batas maksimal agar tidak mengalami kecanduan online adalah bila mengakses tidak lebih dari 5 jam berturut-turut per hari selama 3 bulan. 9. Apa fungsi mengungkapkan diri (curhat) melalui media sosial bagi pribadi individu? Jawab: Secara umum fungsi dan tujuan curhat di media sosial sama saja. Yaitu untuk memenuhi kebutuhan diri. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari curhat adalah katarsis/ perhatian/ masukan/ informasi/ solusi. 10. Faktor apa saja yang mempengaruhi individu menjadi sering mengakses dan update status di media sosial? Jawab: Faktor ketertarikan pada interaksi sosial dalam media sosial. Sejauh mana minat untuk memperoleh informasi dari dunia maya. Minat ini tergantung pada faktor kepribadian dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang bergabung dengan
181
lingkungan yang menuntut “update” dapat mendorong individu untuk lebih sering/terbiasa mengakses media sosial. 11. Apa dampak positif atau negatif bagi diri individu yang sering berbagi di media sosial? Jawab: Dampak positif pada dasarnya sama dengan manfaat. Sudah dijelaskan di no 5. Dampak negatif sudah dijelaskan di No 7. 12. Kenapa ada individu yang memilih media sosial anonim? Apa faktor yang berperan dalam hal tersebut? Jawab: Seseorang dalam mengungkapkan diri pada dasarnya senantiasa memfilter informasi yang ingin ia share. Tidak selamanya semua informasi mengenai diri diungkapkan. Hal-hal yang dianggap tabu, aib atau kekurangan diri, umumnya tidak akan dibuka dan sebisa mungkin ditutupi, dikarenakan hal-hal tersebut diprediksi bila diungkapkan akan membuat situasi tidak menyenangkan, bahkan terancam bahaya. Begitu pula dalam kasus individu yang anonim. Fenomena menutupi dentitas diri ini merupakan bagian dari filter diri yang menganggap informasi identitas diri tidak cukup aman untuk diungkapkan. Individu memilih hanya akan menshare informasi yang aman dan dapat memenuhi tujuan individu. Bagi individu anonim, maka identitas diri tidak termasuk informasi yang dianggap perlu untuk dishare.
182
Lampiran 14 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG Nama
: Alfiana Irsyada Salma
Umur
: 21 tahun
Alamat
: Jln. Kapuk Mangga Ubi Rt.006 Rw.007 Cengkareng - Jakarta Barat
Pekerjaan
: Staff Admin
Nama Instansi : PT. Duta Media Teknologi [DUMET School]
183
Lampiran 15 TRANSKIP WAWANCARA Informan 2
: Alfiana Irsyada Salma
Tanggal wawancara : 30 Juli 2015 Via
: Email (
[email protected]) a. Penggunaan secara pribadi Mengenai LegaTalk 1. Apakah anda pernah menggunakan LegaTalk? Ya, saya pernah. 2. Apa alasan anda menggunakan LegaTalk? Aplikasinya cukup menarik dan bebas mengungkapkan unek-unek. 3. Sejak kapan anda menggunakan LegaTalk, dan dari mana anda mengetahui media sosial LegaTalk tersebut? Sejak 26 September 2014 dan saya tahu LegaTalk dari salah satu artikel. 4. Hal apa saja yang anda lakukan pada media anonim (LegaTalk) tersebut? Mengungkapkan unek-unek saya ketika saya kesal. 5. Faktor apa saja yang membuat anda memilih media anonim? Berikan alasannya! Aplikasinya unik, karena kita bisa ungkapkan unek-unek tanpa diketahui oleh orang lain. 6. Menurut anda apa menariknya sebuah media anonim? Menarik dan sederhana kita bisa memilih background sesuai keinginan kita untuk menghiasi tulisan yang akan kita posting. 7. Menurut anda, apakah ada perbedaan antara kegunaan media sosial anonim dengan media sosial umum? Berikan argument anda!
184
Saya rasa perbedaannya terletak pada tampilannya. Ketika kita mau posting unek-unek LegaTalk memberikan pilihan background yang akan membuat postingan kita berwarna. 8. Apa yang kamu harapkan dari penggunaan sebuah media sosial anonim (LegaTalk)? Berharap semoga unek-uneknya masih normal-normal saja dan tidak saling mengejek ketika memberikan komentar. 9. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakses media anonim (LegaTalk)? Hal-hal lucu, kadang kesel juga dengan unek-unek orang lain. 10. Secara umum menurut anda apa peran media sosial bagi anda? Peran media sosial sebenarnya penting karena dari sana kita bisa mendapatkan teman, pengetahuan baru, dan tidak jenuh. Tapi bila dilakukannya dalam kadar yang normal. Jangan terlalu berlebihan juga dalam menggunakan media sosial karena akan berdampak buruk. 11. Menurut anda apa sebenarnya manfaat curhat di media sosial? Manfaatnya bisa menghilangkan stress karena tidak memendam apa yang ingin kita bicarakan atau tidak memendam kekesalan dalam hati, karena jika semua kekesalan kita pendam nantinya akan berakibat tidak baik. Mengenai status di LegaTalk 1. Apakah anda pernah menulis status diLegaTalk? Jika ya, apa tujuan dan maksud anda menulis status pada media anonim (LegaTalk)? Pernah, tujuannya hanya ingin mengungkapkan kekesalan saja dan berpikir siapa tahu bermanfaat bagi yang lain. 2. Apa dampak yang kamu rasakan setelah menulis status / mengungkapkan perasaan di LegaTalk? Jadi lega. 3. Apa fungsinya bagi anda menulis status/ mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk) ?
185
Untuk menenangkan perasaan kesal. 4. Topik apa saja yang biasanya kamu ungkapkan di LegaTalk? Topik tentang cinta dan pantun. 5. Apa manfaat yang kamu dapat setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk)? Bisa bermanfaat bagi orang lain, karena tidak semua postingan yang saya buat mengarah untuk diri sendiri tetapi juga bisa berguna kata-katanya buat orang lain. 6. Faktor apa saja yang membuat anda menulis status pada LegaTalk? Karena saya hobi menulis jadi saya suka posting-posting. 7. Apa yang kamu harapkan setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk)? Saya berharap desain LegaTalk dikembangkan lagi jadi lebih menarik. Sejauh ini sudah menarik, namun alangkah indahnya jika ditambah menarik lagi. Dan semoga LegaTalk bisa secara otomatis menghapus postingan yang berbau seks, karena tidak baik bila dibaca dan akan menimbulkan komentar-komentar yang tidak baik juga. 8. Seberapa sering anda mengungkapkan perasaan di LegaTalk? Sehari bisa 2 kali, tergantung mood.
b. Berdasarkan pengamatan anda terhadap pengguna lain 1. Menurut anda yang sudah pernah menulis artikel mengenai LegaTalk, hal apa saja atau topik apa yang kebanyakan pengguna (LegaTalk) bagi di media anonim tersebut? Adakah yang “berbeda” pada status yang mereka buat? Karena menurut pengamatan saya pada media anonim (LegaTalk) ini justru banyak yang membuat status “berbau seks”. Menurut pengamatan anda, bagaimana kualitas dari status-status mereka di LegaTalk? Mohon paparkan penjelasan berdasarkan pengamatan anda!
186
Menurut saya dari hasil pengamatan, selama ini saya banyak membaca postingan-postingan lebay seperti rayuan-rayuan yang berhubungan dengan cinta, memang ada beberapa postingan yang berbau seks tapi bukankah seharusnya postingan tersebut dihapus secara otomatis oleh pihak LegaTalk seperti yang saya baca di beberapa artikel bahwa postingan yang negative dan promosi iklan akan dihapus oleh pihak LegaTalk. Seharusnya hal tersebut sudah berjalan. 2. Menurut pengamatan anda, mereka menggunakan media anonim ini untuk tujuan dan maksud apa? Untuk sekedar senang-senang, karena ada aplikasi media sosial yang penulisnya tidak diketahui namanya jadi mereka bebas menulis apapun. 3. Berdasarkan sudut pandang anda, apakah status-status yang mereka (pengguna LegaTalk) buat ini merupakan suatu bentuk kejujuran atau justru perkataan yang terlalu dibuat-buat? Sebagian berkata jujur dan bermanfaat, sebagian lagi hanya perkataan yang dibuat-buat atau sekedar iseng. 4. Apa dampak yang anda rasakan saat membaca status-status maupun komentar (pengguna) lain yang mengungkapkan perasaan di LegaTalk baik status/ komentar yang positif maupun negatif? Bila status itu positive berdampak baik, perasaan ikut senang. Tetapi bila status nya negative jadi banyak pembicaraan dan membuat kesal. 5. Dilihat dari status mereka (pengguna LegaTalk), menurut anda apakah dengan menggunakan media anonim pengguna dapat mengungkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya? Berikan argument anda! Seharusnya hal-hal yang intim tidak perlu diumbar di media sosial, disanalah letak kesalahan orang, yaitu salah menempatkan media sosial. 6. Menurut anda apa fungsi curhat atau mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim jika dilihat dari status pengguna (LegaTalk)?
187
Agar orang lain mengetahui apa yang sedang kita rasakan atau sekedar memberikan sebuah kata-kata indah agar menarik untuk disukai. 7. Menurut yang anda ketahui ungkapan / curahan hati seperti apa yang paling mendapat banyak komentar? Ungkapan cinta, kata-kata cinta yang menarik yang menjadi banyak komentar.
188
Lampiran 16 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG Nama
: Ajeng Nida Nisrina
Umur
: 20 Tahun
Alamat
: Kutabumi, Kec.Pasar Kemis, Kab.Tangerang, Provinsi Banten
Pekerjaan
: Mahasiswa
189
Lampiran 17 TRANSKIP WAWANCARA Informan 3
: Ajeng Nida Nisrina
Tanggal wawancara : 30 Juli 2015 Via
: Email (
[email protected]) a. Penggunaan secara pribadi Mengenai LegaTalk 1. Apakah anda pernah menggunakan LegaTalk? Pernah 2. Apa alasan anda menggunakan LegaTalk? Berawalan dari keingintauan, lalu ingin mencoba, lalu iseng aja selanjutnya 3. Sejak kapan anda menggunakan LegaTalk, dan dari mana anda mengetahui media sosial LegaTalk tersebut? Saya bermain legatalk tahun lalu 2014 bulan agustus tapi hanya 2-3 bulan saja lalu berhenti/uninstall. Tau legatalk dari sosial media yang bernamakan twitter, dari salah satu akunnya Radityadika 4. Hal apa saja yang anda lakukan pada media anonim (LegaTalk) tersebut? Melihat lihat dan berkomentar pada updateannya atau statusnya yang populer. Biasanya kalo berkomentar sesuai dengan statusnya juga, atau bisa juga karna ikut ikutan orang orang yang duluan komentar 5. Faktor apa saja yang membuat anda memilih media anonim? Berikan alasannya! Berawal dari keingin tahuan lalu mendownloadnya, dan ternyata lumayan mengasikkan jika digunakan saat iseng tidak ada kerjaan. 6. Menurut anda apa menariknya sebuah media anonim?
190
Mungkin, menariknya sebuah anomin. Seseorang bisa bebas berbicara atau berkomentar apa pun sesuai yang dia inginkan. Karna mereka tidak tahu siapa kita dan kita pun tidak tahu siapa mereka. 7. Menurut anda, apakah ada perbedaan antara kegunaan media sosial anonim dengan media sosial umum? Berika argument anda! Ada perbedaannya, biasanya kalo media sosial yang umum (bukan anomin) orang orang yang menggunakannya bisa jaim jaim atau bisa juga dia membentuk suatu media sosial itu sesuai dengan karakternya yang ingin dia buat, biasanya juga cara berbicara dalam mengupdate statusnya dan komentarnya benar benar di kontrol/dijaga. Sedangkan media sosial anonim itu, ya itu seseorang bisa bebas berkomentar dan berbicara apa pun sesuai yang dia inginkan. Apapun itu, biasanya mereka juga akan menjadi diri sendiri. Karna dia tidak perlu cemas akan orang orang yang akan melihat statusnya/updetannya toh mereka gak kenal saya. Saya juga gak tau mereka siapa 8. Apa yang kamu harapkan dari penggunaan sebuah media sosial anonim (LegaTalk)? Unek unek atau pemikiran yang ingin dicurahkan tapi tidak ingin orang lain tau, bisa tersalurkan melalui media sosial anonim 9. Apa yang kamu dapatkan setelah mengakses media anonim (LegaTalk)? Saat saya menggunakan media anonim legatalk itu sendiri, saya pernah atau sempet lanjut berteman bisa di bilang ke sosial media lain yang berindentitas. Waktu itu saya mendapat 2 teman baru, jadi kita ini cewe bertiga yang demen banget ngegerecokin status populer yang ada. Kita sempet memberi nama panggilan saat di legatalk, jadi saat berkomentar pada status yang berbeda, kita bertiga itu tau kalo itu kita bertiga, dengan nama panggilan masing masing. Biar bertemu terus. 10. Secara umum menurut anda apa peran media sosial bagi anda?
191
Peran media sosial yang utama sih buat berkomunikasi dengan teman teman sekitar atau yang jauh. Tapi makin kesini media sosial juga jadi salah satu tempat untuk eksis 11. Menurut anda apa sebenarnya manfaat curhat di media sosial? Manfaatnya bisa membuat hati atau pikirannya sedikit lebih tenang dengan mengeluarkan unek unek atau apa yang sedang di pikirkan atau resahkan, di sosial media. Mengenai status di LegaTalk 9. Apakah anda pernah menulis status diLegaTalk? Jika ya, apa tujuan dan maksud anda menulis status pada media anonim (LegaTalk)? Pernah. Itu pun statusnya saya minta izin buat memasukan status status mereka ke dalam blog saya. Selain itu saya tidak pernah menulis status. Hanya melihat dan berkomentar 10. Apa dampak yang kamu rasakan setelah menulis status / mengungkapkan perasaan di LegaTalk? Mungkin mereka yang menulis status di legatalk akan sedikit merasa tenang 11. Apa fungsinya bagi anda menulis status/ mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk) ? Mungkin, ingin memberi tahu orang apa yang sedang dia rasakan, tapi dia tidak ingin orang lain tau siapa dia. 12. Topik apa saja yang biasanya kamu ungkapkan di LegaTalk? Saya sekalinya nulis status ya hanya itu meminta izin buat memasukan status status mereka kedalam blog saya. Selebihnya saya hanya melihat dan berkomentar 13. Apa manfaat yang kamu dapat setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk)?
192
Mungkin mereka akan menjadi sedikit lebih tenang karna sudah bisa di bilang mencurahkan apa yang menggangu pikirannya. Tanpa diketahui orang lain dia siapanya. 14. Faktor apa saja yang membuat anda menulis status pada LegaTalk? Mungkin, ingin mengungkapkan perasannya atau curhatannya tanpa ingin diketahui orang lain. Dia siapanya. 15. Apa yang kamu harapkan setelah mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim (LegaTalk)? Menjadi lebih tenang mungkin. 16. Seberapa sering anda mengungkapkan perasaan di LegaTalk? Saya sekali saja menulis status di legatalk. Selebihnya saya hanya melihat dan berkomentar pada status status yang ada. Berdasarkan pengamatan anda terhadap pengguna lain 1. Menurut anda yang sudah pernah menulis artikel mengenai LegaTalk, hal apa saja atau topik apa yang kebanyakan pengguna (LegaTalk) bagi di media anonim tersebut? Adakah yang “berbeda” pada status yang mereka buat? Karena menurut pengamatan saya pada media anonim (LegaTalk) ini justru banyak yang membuat status “berbau seks”. Menurut pengamatan
anda,
bagaimana kualitas dari status-status mereka di LegaTalk? Mohon paparkan penjelasan berdasarkan pengamatan anda! Topik yang biasanya mereka tulis itu berbagai macam sih yah, tapi waktu saya menggunakan legatalk sendiri mereka kebanyakan curhat atau nulis status tentang percintaan. Status yang mengarah ke yang berbau sex sih memang juga banyak, tapi kadang setiap harinya berbeda beda kadang hari senin, emang status berbau sex semua gitu misal tapi keesokan harinya kebanyakan misal yang berfoto, kan di legatalk ada tempat buat mengshare foto di balik background status juga.
193
Kualitas dari status mereka sendiri sih, macem macem tidak semua status jelek atau mengarah ke yang berbau sex, ya memang sih ada dan suka banyak. Tapi mereka juga kadang menulis status tentang indonesia, waktu jokowi baru menjadi presiden pernah menjadi pembahasan di legatalk, percintaan sih tapi memang yang lebih banyak statusnya. Kadang ada juga yang ngebahas tentang keresahan rumah tangganya, curhat tentang suami atau istrinya, curhat tentang kelainan dirinya, yang misal suka dengan sesama jenis. Curhatan mereka absurd semua. 2. Menurut pengamatan anda, mereka menggunakan media anonim ini untuk tujuan dan maksud apa? Sepertinya mereka betujuan cuman ingin mengeluarkan pikiran mereka atau pendapat mereka, tapi tanpa ingin diketahui orang lain kalo itu dia. Mungkin mereka juga punya rasa takut untuk menulis status itu atau bercerita tentang hal itu kepada orang lain yang mungkin akan tau kalo itu dia yang menulisnya. 3. Berdasarkan sudut pandang anda, apakah status-status yang mereka (pengguna LegaTalk) buat ini merupakan suatu bentuk kejujuran atau justru perkataan yang terlalu dibuat-buat? Tergantung yah, mungkin beberapa ada yang memang jujur dari dalam dirinya sendiri dan memang dibuat buat mungkin,. Tapi sepenglihatan saya, seperti status yang mereka tulis itu memang sebuah kejujuran dari apa yang mereka pikirkan atau rasakan. Karna menulis status di media sosial anomin legatalk, mereka gak pernah malu malu untuk bertanya atau menulis sesutu apa pun itu, tanpa diketahui oleh orang lain, kalau itu dia yang menulis 4. Apa dampak yang anda rasakan saat membaca status-status maupun komentar (pengguna) lain yang mengungkapkan perasaan di LegaTalk baik status/ komentar yang positif maupun negatif?
194
Ya dampak yang dirasakan biasa aja sih, main sosial media anonim (legatalk) tidak usah terlalu dibawa serius, saya sendiri cukup melihat dan berkomentar apa yang saya ingin komentarkan di legatalk sendiri 5. Dilihat dari status mereka (pengguna LegaTalk), menurut anda apakah dengan menggunakan media anonim pengguna dapat mengungkapkan hal-hal yang intim dalam hidupnya? Berikan argument anda! Iya dapat mengungkapkan hal hal yang intim dalam hidupnya. Karana di media sosial anonim legatalk mereka bisa menulis status atau berkomentar apa pun , mulai dari yang buruk hingga baik. Jadi kemungkinan besar media anonim di jadikan suatu tempat untuk mengungkapkan hal hal yang intim dalam kehidupan mereka. Toh kalo mereka menulis sesuatu yang bisa di bilang tidak pantas pun, ya bodoamat mereka gak kenal saya dan saya juga gak kenal mereka, kita gak saling tau. Jadi peduli amat. 6. Menurut anda apa fungsi curhat atau mengungkapkan perasaan pada media sosial anonim jika dilihat dari status pengguna (LegaTalk)? Ya fungsinya satu mereka ingin menulis sesuatu yang mereka ingin ungkapkan atau rasakan tanpa diketaui siapa pun. Ya mungkin setelah mereka mengungkapkan apa yang dia rasakan atau pikirkan, mereka akan sedikit lebih tenang. 7. Menurut yang anda ketahui ungkapan / curahan hati seperti apa yang paling mendapat banyak komentar? Selama saya main legatalk status yang selalu mendapat komentar adalah status yang diiringin foto di background nya, terkadang mereka fotonya foto manusia, tapi kita kan gak pernah tau itu asli foto mereka atau bukan. Biasanya pengguna legatalk yang lain akan merasa kesal,karna ini kan media sosial anonim, jadi kalo dia upload foto muka orang atau sosok seseorang apalagi foto selfie, kan udah bukan anonim namanya.
195
Lampiran 18 DOKUMENTASI CONTOH STATUS DI LEGATALK
196
197
198
199
DOKUMENTASI CONTOH KOMENTAR ANTAR PENGGUNA DI LEGATALK
200
KOMENTAR PENULIS SAAT MENCARI INFORMAN
201
Foto bersama PR Executive Creative HotHouse
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Widiyana Ningsih
Tempat & Tanggal Lahir
: Serang, 05 Juli 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Raya Anyer Kp.Tegal Buntu Ds.Tegal Ratu Rt/Rw 16/06 Kec. Ciwandan Kota Cilegon
Telepon
: 085959950044
Email
:
[email protected]
Perguruan Tinggi
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Jurusan
: Ilmu Komunikasi (Konsentrasi HUMAS)
202
203
Pendidikan Formal -
2010 – Selesai : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten
-
2007 – 2010
: SMA AL-ISHLAH Cilegon
-
2004 – 2007
: SMP Negeri 1 Anyer
-
1998 – 2004
: SD Negeri Tegal Ratu
Pengalaman Kerja Job Training di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Periode 06 November - 06 Desember 2013 pada Divisi Corporate Communication (Humas).