Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BERBASIS PESANTREN JAWABAN ATAS TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI INDONESIA MOHAMMAD ALI MUSYAFAK Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Grobogan Email:
[email protected] ABSTRAK Pendidikan harus dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki karakter mulia, di samping memiliki kemampuan akademik dan keterampilan kecakapan hidup (life skill) yang memadai, pendidikan Islam juga dituntut harus membekali siswa dengan karakter Islami dalam kehidupannya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai tujuan ganda, yaitu sebagai pendukung kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka pendidikan Universal dan memperkuat pendidikan karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budaya bangsa. Lebih-lebih hari ini Masyarakat Ekonomi Asean sudah di depan mata, maka siswa dituntut ahli pada satu bidang tertentu dengan tanpa meningalkan karakter bangsa. Untuk mencapai itu semua itu pemerintah, sekolah dan guru harus melakuakan pembelajaran yang kreatif serta mempersiapkan lulusan SMK yang siap bersaing di dunia kerja yang acuannya adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dengan berasaskan nilai-nilai Islam yang terdapat di Pesantren. Sehingga Sekolah Menengah Kejuruan berbasis Pesantren memberikan solusi pendidikankejuruan yang didasari karakter Islam. Kata Kunci: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pesantren, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). A. Pendahuluan Pendidikan berlangsung selama hidup. Artinya tiada batas usia untuk menempuh pendidikan mulai dari kecil hingga dewasa. Manusia akan butuh pendidikan untuk meningkatkan kemampuan diri. Sebagai pondasinya pendidikan dasar bukan hanya 9 tahun. Melainkan harus ditambah 3 tahun lagi, sehingga pendidikan dasar menjadi 12 tahun. Dengan pendidikan dasar ini diharapkan menjadi kunci pokok di dalam menentukan kepribadian seseorang, melalui pendidiak karakter. Salah satu lemabaga pendidikan yang selalu menekankan pendidikan karakter adalah pesantren. Namun akhir-akhir ini, banyak stigma yang menimpa dunia pesantren itu masih tertinggal dan kolot. Sebagian dari masyarakat merasa prihatin terhadap
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
metode pembelajaran di pesantren yang dinilai tidak lagi efektif, dalam mengembangkan ilmu, mempertajam wawasan, memperluas cakrawala pemikiran dan mencermati sesuatu secara komperhensif.1 Stigma-stigma akan pesantren mungkin juga muncul akibat banyak sekali anggapan yang ditujukan pada pesantren dalam proses dan praktek keislamannya yang sudah terkontaminasi dengan bid’ah dan kurofat . Tanpa disadari, kesan tertinggal tentang pesantren tumbuh dengan sendirinya. Selain faktor di atas, di dalam sebagian pesantren sendiri enggan dan rikuh dalam proses menerima modernisasi.2 Hal ini dikarenakan ada kekhawatiran dengan adanya modernisasi akan mengorbankan esensi dasar keislaman serta nilai-nilai yang terdapat di dalam pesantren. Selain itu pesantren di anggap masih terlalu kaku, kolot, serta terlalu berorientasi akhirat dan melupakan dunia.3 Namun di hari ini, sepertinya stigma-stigma di atas tidak sepenuhnya benar. Hal ini bisa dilihat dari respon pesantren dalam menghadapi globalisasi, sudah banyak pesantren yang memberikan pelatihan keterampilan dalam bidang pertanian, perikanan, kerajinan dan berbagai keterampilan lainya. Bahkan beberapa pesantren bisa menghidupi pesantrennya dengan mendirikan koprasi pesantren (Kopontren), ataupun unit-unit usaha lainnya misalnya mendirikan percetakan, usaha air minum dan membuat deterjen. Tidak cukup sampai disitu, pesantren mulai sadar akan pentingnya pendidikan umum bagi santri sehingga akhir-akhir ini banyak bermunculan ide untuk memdirikan lembaga-lembaga formal di dalam pondok pesantren. Lembaga-lembaga formal yang muncul di pesantren diantaranya Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan. Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin ketat hal ini dikarenaklen mulai berlakuanya Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Pasar Bebas ASEAN . Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara telah membentuk sebuah 1
Qomar Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 161. 2 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. XXV. 3 Ibid….., hlm.88
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), pesantren punya beberapa cara diantaranya yakni dengan memberikan pelatihan-pelatihan kerja bagi para santri dan juga mendirikan lembaga-lembaga formal yang orientasinya memberikan pendidikan kejuruan pada santri. Diantara pendidikan formal yang muncul di tengah-tengah pesantren adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan yang
berbasis pesantren merupakan
alternatif yang tepat bagi pesantren dan masyarakat di dalam mencetak generasi yang mempunyai keahlian khusus serta professional sekaligus mempunyai dasar keimanan yang kuat. Dari sini diharapkan siswa mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja yang semakin tinggi dan juga sekaligus didasari asas keislaman. B. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ditinjau secara sistemik, pendidikan kejuruan pada dasarnya merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Terdapat banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang pendidikan kejuruan dan definisi-definisi tersebut berkembang seirama dengan persepsi dan harapan masyarakat tentang peran yang harus dijalankannya. Muchlas Samani mengemukakan bahwa: “pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan”. Sementara Slamet menyatakan: ”Pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya”. Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) dalam Oemar H. Malik bahwa: “pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan”. Dari definisi tersebut terdapat satu pengertian yang bersifat universal yaitu bahwa “pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang secara khusus membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki lapangan kerja”. Pendidikan Kejuruan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 18 dijelaskan bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan pesertadidik terutama untuk
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
bekerja pada bidang tertentu. Sebagai tindak lanjut dari implementasi undang-undang di atas , maka perlu dikembangkan suatu bentuk pendidikan kejuruan.4 Sedangkan menurut hemat penulis, Sekolah Menengah Kejuruan ialah Sekolah tingkat menengah yang orientasinya mengarahkan siswanya pada suatu jurusan tertentu, diharapkan siswa yang lulus dari jurusan tertentu menjadi orang yang professional dalam bidang tersebut serta bisa bersaing di pasar tenaga kerja nasional maupun pasar kerja internasional. Misalnya, Jurusan Tata Busana (Busana Butik), Jurusan Otomotif dengan konsentrasi Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM). Kebijakan umum Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2016 salah satunya didasarkan pada Nawacita (Sembilan agenda) Pemerintah Republik Indonesia peroide 2015-2019. Dari sembilan agenda prioritas dalam Nawacita setidaknya ada 3 (tiga) poin yang sesuai dengan program pengembangan pendidikan nasional, yaitu: 1. Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia; 2. Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar Internasional; 3. Melakukan Revolusi Karakter Bangsa.
Dengan adanya Nawacita maka program dan pengembangan pendidikan kejuruan harus merujuk pada pewujudan nawacita tersebut. Kesesuian tersebut meliputi kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMK dan pola pembiayaan kegiatan.5 Direktorat Pembinaan SMK memunculkan beberapa kebijakan umum diantaranya: 1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan Kejuruan. Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui Penerapan pendidikan karakter di sekolah. Strategi ini bertujuan untuk:
4
Ulyah Saini, Pengertian SMK, https://www.scribd.com/doc/87932218/Uu-No-20Tahun-2003-Dan-Pp-No-19-Tahun-2005-Tentang-Smk. di akses pada tanggal 09 April 2016 pukul 21.30 WIB. 5 Direktorat Pembinaan SMK, Rangkuman Petunjuk Teknis Bantuan Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2016, (Jakarta: Januari 2016), hlm. i.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
a.
2016
Memotivasi pihak sekolah dan Pemda setempat dalam pengembangan mental dan akhlak mulia para siswa melalui kegiatan dan pelatihan yang nantinya diharapkan dapat menyebarluaskan ke siswa SMK dilingkungan daerahnya masing-masing.
b.
Menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab terhadap kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah.
c.
Terciptanya generasi muda yang tangguh dan siap menuju ke kehidupan yang lebih baik di masyarakat.
d.
Memiliki budi pekerti yang baik dan berahklak mulia.
e.
Berkembangnya rasa kerjasama dan kebersamaan sebagai upaya untuk menggalang persatuan dan kesatuan generasi muda mendatang.
2. Peningkatan Akses Pendidikan Kejuruan Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui: a. Kartu Indonesia Pintar. Tujuan yang akan dicapai melalui strategi ini adalah
meningkatkan
jumlah
dan
kualitas
peserta
didik
SMK,
meringankan biaya pendidikan siswa SMK, dan mencegah siswa miskin SMK putus sekolah. b. Bantuan Operasional Sekolah. Sejalan dengan penetapan WAJAR 12 tahun penyediaan Bantuan Operasional Sekolah atau BOS tetap menjadi andalan pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat untuk dapat membiayai pendidikan menengah bagi anak-anaknya. c. Peningkatan daya tampung SMK. Peningkatan kapasitas SMK sangat mendesak mengingat kapasitas SMK saat ini hanya dapat menampung 78.94% pendaftar. Strategi yang diterapkan adalah: i. Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB). Unit Sekolah Baru diprioritaskan untuk membangun SMK di kecamatan yang belum memiliki SMK yang dapat diberikan untuk pendirian SMK Negeri maupun Swasta. ii. Penyediaan Ruang Kelas Baru (RKB). Bantuan ini diutamakan untuk menambah ruang kelas baru bagi SMK yang memiliki jumlah pendaftar yang meningkat dan siswa yang ada melebihi daya tampung.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
iii. Afirmasi khusus Pada Daerah 3T. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas SMK yang berada di berada di Provinsi Papua dan Papua Barat, berada di Daerah Khusus, dan berada di Daerah yang tergolong Tertinggal, Terluar, Terdepan (3T). Selain itu dikembangkan pula Sekolah Garis Depan (SGD) pada daerah terluar Indonesia. 3. Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui: a. Penerapan
Kurikulum
Nasional.
Untuk
mewujudkan
ketercapaian
pelaksanaan implementasi Kurikulum Nasional Peminatan SMK diperlukan adanya dukungan dari semua pihak baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis berupa pemberian pelatihan, pembinaan dan asistensi ke sekolah oleh petugas pusat, propinsi, dan kab/kota serta kegiatan non teknis berupa penyediaan buku panduan untuk guru, panduan penyusunan silabus dan buku panduan untuk siswa. b. Pengembangan Technopark di SMK. Technopark adalah suatu tempat di SMK untuk mengaplikasikan teknologi terkini secara terus-menerus dengan melibatkan masyarakat industri. Tujuan technopark adalah untuk membuat link yang permanen antara akademisi, b. Pelaku indsutri/bisnis/finansial, dan Pemerintah. Technopark mencoba menggabungkan ide, inovasi, know-how, dari dunia akademik, dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Di dalam Technopark tersebut dilaksanakan kerjasama-kerjasama, riset, penerapan inovasi teknologi terkini, transfer informasi dan pengetahuan, proses bisnis. Sampai dengan tahun 2019, Dit. PSMK akan mendukung pembangunan 38 technopark. c. Pemenuhan sarana dan prasarana SMK yang menunjang peningkatan kualitas pembelajaran. Penyediaan sarana dan prasarana mencakup: i. Ruang Praktik Siswa/Laboratorium ii. Bantuan Peralatan Praktik SMK iii. Rehabilitasi Ruang Belajar
2016
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
iv. Pembangunan Perpustakaan Pendukung Pembelajaran v. Bantuan Peralatan E-Pembelajaran (E-Sabak) a.
Pengembangan teaching factory di SMK. Teaching Factory (TEFA) adalah pembelajaran yang berorientasi bisnis dan produksi. Atau suatu proses
keahlian
dilaksanakan
atau
keterampilan
berdasarkan
prosedur
(life dan
skill)
dirancang
dan
standar
bekerja
yang
sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan TEFA adalah sebagai wadah pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi siswa SMK yang berorientasi pada pasar. Sampai dengan tahun 2019, Direktorat Pembinaan SMK akan mendukung pengembangan minimal 200 teaching factory di SMK. b.
Harmonisasi Kompetensi Kejuruan dengan Kebutuhan Industri dan Review Paket Kejuruan. Strategi ini bertujuan untuk membangun kerjasama industri dan penyelarasan kejuruan. Strategi ini meliputi: i. Pengembangan SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah. SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah berfungsi sebagai pusat pengembangan unit produksi/teaching factory/industrial based education berbasis keunggulan wilayahnya. Untuk menjadi SMK Berbasis Industri, SMK harus mampu menyelenggarakan usaha bisnis/perusahaan dan dituntut menjalankan fungsi-fungsi baku perusahaan, yaitu manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen personalia, manajemen keuangan, manajemen peralatan dan perbekalan, prinsip-prinsip akuntansi, dan inti manajemen (general manager). Dengan pembelajaran seperti ini, diharapkan lulusannya langsung dapat bekerja di Industri. ii. Pengembangan SMK di Kawasan Industri Nasional dan Kawasan Berikat. SMK di kawasan industri harus menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berbasis dunia kerja (experiential education/work based learning/hand-on experience) utamanya adalah production based learning (belajar membuat barang jadi yang marketable) yaitu belajar melalui kerja yang sungguhan seperti yang
2016
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
terjadi di dunia kerja bisnis dan bukan belajar yang sifatnya tiruan (artifisial). iii. Kerjasama Industri Regional dan Internasional yang bertujuan untuk: a) memproyeksi kebutuhan industri terhadap lulusan pendidikan kejuruan/ vokasi berdasarkan bidang keahlian; b) menanggulangi kekurangan guru mata pelajaran produktif; c) menyedikan tempat praktik yang memadai; dan d) meningkatkan mutu proses pembelajaran
di
pendidikan
memerlukan
pengalaman
kejuruan/
kerja
vokasi
melalui
yang
sangat
pemagangan
di
industri/perusahaan. iv. Penyelarasan kejuruan melalui aktifitas: a) pengembangan standar Pola Penyelarasan Kejuruan di SMK; b) pembentukan Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan Indonesia (MKPI); dan c) pengembangan rumusan KKNI kejuruan SMK c.
Standardisasi, Sertifikasi, dan Penjaminan Mutu Lulusan SMK. Strategi ini dilaksanakan melalui aktifitas berikut: i. Penyusunan SKL berdasar SKKNI ii. Pelatihan Assesor SMK iii. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan, Proses Pembelajaran dan lulusan
d.
Pemenuhan Guru Produktif melalui: a) kolaborasi dengan Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan; b) Pengadaan Guru Produktif oleh Pemerintah (Pusat+Daerah); dan c) Recognition Prior Learning (RPL).
e.
Pengembangan SMK Berbasis Pesantren/Komunitas. Bantuan diberikan kepada SMK yang berada di Pondok Pesatren/Komunitas dan memiliki siswa yang bermukim di asrama Pesantren/Komunitas. Pemanfaatan dana ditujukan untuk: a) pengembangan/ Pembangunan/ rehabilitasi gedung pembelajaran Teori/ Ruang Praktik Siswa beserta perabotnya; b) pembangunan/rehabilitasi asrama; c) pengadaan Peralatan Praktik; dan d) Biaya perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan administrasi.
f.
Pemasaran
Tamatan
SMK
sebagai
wahana
mediator
yang
menjembatani antara Pencari Kerja tamatan SMK dengan Penyedia
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Kerja untuk formasi tenaga kerja tingkat menengah. Salah satunya dengan mengaktifkan kembali Bursa Kerja Khusus di setiap SMK dengan bekerja sama dengan industri/instansi/kementerian terkait lainnya. C. Pondok Pesantren 1. Pengertian Terdapat dua pendapat mengenai asal usul dan latar belakang berdirinya pesantren di Indonesia, yaitu, Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tarekat. Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Inonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid tertentu. Kedua, pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di Nusantara. Kesimpulan ini berdasarkan fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia lembaga pesantren sudah ada di negri ini. Pendirian pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan agama Hindu dan tempat membina kader. Anggapan lain mempercayai bahwa pesantren bukan berasal dari tradisi Islam alasannya adalah tidak ditemukannya lembaga pesantren di negaranegara Islam lainnya, sementara lembaga yang serupa dengan pesantern banyak ditemukan dalam masyarakat Hindu dan Budha, seperti di India, Myanmar dan Thailand.6 Sebagai lembagai pendidikan, pesantren telah eksis di tengah masyarakat selama enam abad, yaitu abad ke-15 hingga sekarang. Sejak awal berdirinya pesantren menawarkan pendidikan kepada masyarakat yang masih buta huruf. Sebagaimana dikutip Mujamil Qomar, Jalaludin mencatat bahwa, paling tidak pesantren telah memberikan dua kontribusi bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pertama, pesantren telah melestarikan dan melanjutkan sistem pendidikan rakyat.
Janan Afifudin, “Pondok Pesantren dalam Perjalanan Sejarah” (Yogyakarta: AlJami‟ah Journal, 1994), hlm.53. 6
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Kedua, pesantren mengubah sistem pendidikan dari aristokrasi menjadi sistem pendidikan demokrasi.7 Pesantren yang merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah, dimana pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama‟ atau da‟i. Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq ( )فندوقyang berarti penginapan. Atau dengan kata lain pesantren merupakan asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya.8 Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan. Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Menurut Zamakhsyari Dhofier, pesantren adalah “ tempat belajar para santri”. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang
7
Qomar Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. Xii. 8 W.J.S Poerwadarminra, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 1985), p. 746.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” berasal dari bahasa Arab “ funduq ( ”)فندوقyang berarti hotel maupun asrama.9 Pembangunan suatu pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjutan. Namun demikian factor guru yang memenuhi persyaratan keilmuan yang diperlukan sangat menentukan bagi tumbuhnya suatu pesantren. Pada umumnya, berdirinya suatu pesantren diawali dari pengakuan masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang guru atau kiayi. Karena keingininan menuntut dan memperoleh ilmu dari guru tersebut, maka masyarakat sekitar, bahkan dari luar daerah datang kepada untuk belajar. Mereka lalu membangun tempat tinggal yang sederhana disekitar tempat guru tersebut. Semakin tinggi ilmu seorang guru, semakin banyak pula orang dari luar daerah yang datang untuk berguru kepadanya, berarti semakin banyak santri yang tinggal di pesantren tersebut, sehingga pesantren tersebut makin besar. Eksistensi suatu
pesantren amat tergantung kepada daya tarik tokoh
sentral (kiayi atau guru) yang memimpin, meneruskan atau mewarisinya. Jika pewaris
menguasai
sepenuhnya
baik
pengetahuan
keagamaan,
wibawa,
keterampilan mengajar, serta khazanah lain yang mendukungnya, maka eksistensi suatu pesantren akan terjaga hingga kapanpun. Namun sebaliknya, jika pemimpin pesantren ataupun pewarisnya kurang menguasai khazanah keilmuan pesantren maka besar kemungkinan pesantren tersebut menjadi mundur bahkan ditinggalkan oleh santrinya. Dalam mekanisme kerjanya, sistem yang digunakan dan ditampilkan oleh pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, yaitu: 1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah anatara santri dan kiayi. 2. Kehidupan di pesantren menampakan semangat demokrasi, karena mereka praktis bekerjasama mengatasi problema nonkulikuler mereka.
9
Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1994 ), hlm. 18.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
3. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar Ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan Ijazah, sedangakan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal ini karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt. semata. 4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup. 5. Alumni pondok pesantren tidak sepenuhnya igin menduduki jabatan kepemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.10 2. Unsur Pokok Pesantren Paling tidak terdapat lima unsur pokok dari sebuah pesantren yaitu; a) Merupakan Tempat Tinggal Kiai Bersama Para Santrinya. Pada awal perkembanganya, pondok pesantren bukanlah sematamata digunakan sebagai tempat untuk latihan bagi santri agar mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Para santri bi bawah bimbingan kiayi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam nuansa kekeluargaan dan bergotong royong sesame warga santri. Namun pada perkembanganya, lebih-lebih hari ini pondok pesantren lebih difungsikan sebagai tempat pemondokan atau asrama. Yang mana terdapat tempat tinggal kiayi di dekat asrama santriwan ataupun santriwati. b) Adanya Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Selain sebagai tempat sholat, masjid di banyak pesantren difungsikan sebagai tempat belajar mengajar. Hal ini dikarenakan pembelajar yang dilakukan oleh kiayi dilakukan setelah melaksanakan sholat-sholat fardhu. Namun perkembangan terkini banyak pula pesantren yang membangun ruang-ruang kelas sebagai tempat belajar-mengajar. c) Santri Santri dalam pondok pesantren biasanya terdiri dari dua kelompok: Pertama, Santri Mukim. Yakni santri yang hidup dan bertempat tinggal di
10
hlm.162.
Amin Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1989),
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
suatu pesantren. Maksudnya sesorang yang hidup dan menghabiskan waktu sehari-harinya di pesantren. Biasanya santri mukim berasal dari daerah yang jauh dari pesantren yang ia tinggali. Kedua, Santri Kalong, yakni seorang yang menghabiskan waktu sehari-harinya untuk mengikuti kegiatan pesantren, namun ia tidak tinggal di pesantren tersebut. Biasanya santri kalong berasal dari daerah sekitar pesantren, yang ingin menimba ilmu di pesantren tersebut. Tinggal di suatu pesantren atau yang lebih di kenal di dunia pesantren dengan istilah nyantri, di suatu pendok tertentu akan menjadi kebanggan bagi seorang santri lebih-lebih pesantren yang masyhur dan mempunyai banyak santri karena ia menjadi almamater yang selalu meletakat pada santri tersebut. d) Kiai Secara etimologi Kiai berasal dari Bahasa Jawa Kuno „Kiya-Kiya‟ yang artinya orang yang dihormati. Secara terminologi, Kiai adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam, memiliki dan memimpin pondok pesantren serta mengajarkan kitab-kitab klasikkepada para santri. Dalam perkembanganya, kadang-kadang sebutan kiai ini juga diberikan kepada mereka yang mempunyai keahlian yang mendalam di bidang agama Islam dan tokoh masyarakat, walaupun tidak memiliki atau memimpin pondok pesantren serta memberikan pelajaran di pesantren. Umumnya tokoh-tokoh tersebut adalah alumni pesantren. Pada umum
kata “kyai” disejajarkan
pengertiannya dengan ulama dalam khazanah Islam. Abdurrahman Mas‟ud , memasukkan Kyai kedalam lima tipologi, yakni a)
Kyai (ulama) encyclopedi dan multidispliner yang mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu; belajar, mengajar, dan menulis, menghasilkan banyak kitab.
b)
Kyai yang ahli dalam salah satu spesialisai bidang ilmu pengetahuan Islam. Karena keahlian meraka dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan pesantren, mereka terkadang dinamai sesuai dengan spesialisasi mreka, misalnya pesantren Al-quran.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
c)
2016
Kyai Kharismatik, yang memperoleh karismanya dari ilmu pengetahuan keagaamaan, khususnya sufisme, seperti KH. Kholil Bangkalan Madura.
d)
Kyai Dai Keliling, yang perhatian dan keterlibatannya lebih besar melalui ceramah dalam menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi dengan publik bersamaan dengan misi Sunnisme atau Aswaja dengan bahasa retorika efektif.
e)
Kyai Pergerakan, yakni karena peran dan skill kepemimpinannya yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun organisasi yang didirikannya, sehingga menjadi pemimpin yang menonjol. Seperti KH. Hasyiem Asyarie.
e) Kitab-kitab Islam Klasik (Kitab Kuning) Dalam sistem pengajaran, pesantren mempunyai ciri khusus yang membedakan dengan pengajaran di lembaga yang lainnya. Setiap pesantren akan mengajarkan kitab-kitab klasik atau yang lebih di kenal dengan kitab kuning sebagai salah satu cara untuk mempertahankan nilai-nilai pendidikan Islam klasik. Kitab kuning sendiri secara sederhana diartikan sebagai buku-buku berhasa Arab yang dipergunakan di lingkungan pondok pesantren. Namun lebih dari itu, kitab kuning dipahami oleh beberapa kalangan sebagai kitab referensi agama Islam sebagai produk pemikiran para ulama pada masa lampau (salaf) yang ditulis dengan Bahasa Arab dan menggunakan format khas pra-modern sebelum abad ke17 M. Kitab-kitab kuning yang diajarkna meliputi Kitab Fikih, Hadist, Tauhid, Tafsir, Nahwu, Shorof, Bahasa Arab.11 Pada sebagian pesantren, sistem penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran makin lama makin berubah menuju sistem yang lebih baik, hal ini karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di tanah air, serta tuntutan dari masyarakat di lingkungan pondok pesantren sendiri, hal ini biasanya diwujudkan dengan mengajarkan kitab-kitab modern,
demi memperluas pandangan para
santri. Namun sebagian pesantren tetap mempertahankan sistem pendidikan lama, hal ini dilakukan demi menjaga khazanah pesantren dalam mengajarkan kitabkitab klasik.
11
Muhammad Tholha Hasan, Metode Pengajian Kitab di Pesantren , Pesantren Journal (1989), p 29-32.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
D. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) a. Pengertian MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomu ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. MEA adalah istilah yang hadir dalam indonesia tapi pada dasarnya MEA itu sama saja dengan AEC atau ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. MEA juga bisa disebut dengan agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan, jika tidak, meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Adapun anggota Masyarakat Ekonomi Asean melibatkan sepuluh negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam. b. Ciri-ciri Mayarakat Ekonomi Asean (MEA) Adapun ciri-ciri utama dari Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) a) Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif. b) Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata. c) Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global d) Basis dan pasar produksi tunggal. Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada unsur-unsur yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat memastikan untuk konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur dan pelaksanaannya yang tepat dan bisa saling mengkoordinasi antara para pemangku kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi. c. Tujuan didirikan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tujuan utama MEA yakni hambatan-hambatan
kegiatan
ingin menghilangkan secara signifikan
ekonomi
lintas
kawasan
Asean,
hal
ini
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
diimplementasikan melalui empat pilar utama, yaitu : Pertama. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur dan perpajakan. Ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam), Keempat. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. d.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Antara Peluang dan Tantangan Untuk Indonesia Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk
mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar bebas. MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia : satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia kepada negaranegara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi boomerang untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan Ekonomi Indonesia. Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi
melalui
perkembangan
teknologi,
penciptaan
lapangan
kerja,
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Adapun tantanganya yakni, dengan adanya perdagangan bebas, Indonesia mampu meningkatkan ekspor akan tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri. Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia hal ini dikarenakan Indonesia memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung. e.
MEA dan Dunia Tenagakerja Indonesia Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi
para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia masih berada pada peringkat keempat di ASEAN. Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Dari data yang dilansir Tempo, jumalah tenaga kerja Indonesia pada Februari 2014 sebesar 125,3 juta orang dengan jumlah pekerja 11,2 orang. Namun, ini tidak dapat diimbangi dengan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal. Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing, menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan memberikan edukasi terhadap pentingnya MEA. Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer. Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri. Pemerintah
melalui
Menteri
Pendidikan,
Melakukan
penguatan
pendidikan menengah kejuruan yang kemudian lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan. Diharapakan dengan jurusan yang ada di SMK, pemerintah mampu menjawab tantangan ketersediaan tenaga kerja yang professional dan bersetifikat, demi menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi Asean di Indonesia. E. SMK Berbasi Pesantren Jawaban atas Tantangan MEA Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki tugas mempersiapkan peserta didiknya dengan membekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi dan program keahlian, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi untuk memasuki lapangan kerja. Sedikitnya terdapat enam (6) bidang keahlian, empat puluh satu (41) progam studi keahlian, dengan seratus duapuluh satu (121) kompetensi keahlian. Yakni meliputi;
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
1) Teknologi dan Rekayasa a. Teknik Bangunan ( 1.Teknik Kontruksi Baja 2. Teknik Kontruksi Kayu 3. Teknik Kontruksi Batu dan Beton 4. Teknik Gambar Bangunan 5. Teknik Furnitur) b. Teknik Plumbing dan Sanitasi (6. Teknik Plumbing dan Sanitasi) c. Teknik Survei dan Pemetaan ( 7. Teknik Survei dan Pemetaan) d. Teknik Ketenagalistrikan (8. Teknik Pembangkit Tenaga Listrik 9. Teknik Distribusi Tenaga Listrik 10. Teknik Transmisi Tenaga Listrik 11. Teknik Instalasi Tenaga Listrik 12. Teknik Otomasi Industri) f. Teknik Pendingin dan Tata Udara (13. Teknik Pendinginan dan Tata Udara) g. Teknik Mesin (14. Teknik Pemesinan 15. Teknik Pengelasan 16. Teknik Fabrikasi Logam 17. Teknik Pengecoran Logam 18. Teknik Gambar Mesin 19. Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri) h. Teknik Otomotif (20. Teknik Kendaraan Ringan 21. Teknik Sepeda Motor 22. Teknik Perbaikan Bodi Otomotif 23. Teknik Alat Berat 24. Teknik Ototronik) i. Teknologi Pesawat Udara (25. Air Frame dan Power Plant 26. Pemesinan Pesawat 27. Kontruksi Badan Pesawat Udara 28. Kontruksi Rangka Pesawat Udar 29. Kelistrikan Pesawat Udara 30. Elektronika Pesawat Udara 31. Pemeliharaan dan Perbaikan Instrumen Elektronika) j. Teknik Perkapalan (32. Teknik Kontruksi Kapal Baja 33. Teknik Kontruksi Kapal Kayu 34. Teknik Kontruksi Kapal Fiberglass 35. Teknik Instalasi Permesinan Kapal 36. Teknik Pengelasan Kapal 37. Kelistrikan Kapal 38. Teknik Gambar Rancang Bangun Kapal 39. Interior Kapal) k. Teknologi Tekstil (40. Teknik Pemintalan Serat Buatan 41. Teknik Pembuatan Benang 42. Teknik Pembuatan Kain Tekstil
44.
43. Teknik Penyempuraan Garmen)
l. Teknik Grafika (45. Persiapan Grafika 46. Produksi Grafika) m. Geologi Pertamban( 47. Geologi Pertambangan) n. Instrumentasi Industri (48. Teknik Instrumentasi Gelas 49. Teknik Instrumentasi Logam 50. Kontrol Proses 51. Kontrol Mekanika) o. Teknik Kimia (52. Kimia Analisis 53. Kimia Industri ) p. Pelayaran (54. Neutika Kapal Penangkap Ikan 55. Teknika Kapal Penangkap Ikan 56. Neutika Kapal Niaga 57. Teknik Kapal Niaga) q. Teknik Industri (58. Teknik dan Manajemen Industri 59. Teknik dan Manajemen Pergudangan 60. Teknik dan Manajemen Transfortasi) r. Teknik Perminyakan 61. Teknik
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Produksi Perminyakan 62. Teknik Pemboran Minyak 63. Teknik Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia s. Teknik Elektronika (64. Teknik Audio-Vide 65. Teknik Elektronika Industri 66. Teknik Mekatronika) 2) Teknologi Informasi dan Komunikasi a. Teknik Telekomunikasi (67. Teknik Transmisi Telekomunikasi 68. Teknik Suitsing 69. Teknik Jaringan Akses), b. Teknik Komputer dan Informatika (70. Rekayasa Perangkat Lunak 71. Teknik Komputer dan Jaringan 72. Multi Media 73. Animasi) c. Teknik Broadcasting( 74. Teknik Produksi dan Penyiaran Prog. Pertelevisian 5. Teknik Produksi dan Penyiaran Prog, Radio) 3) Kesehatan a. Kesehatan (76. Perawat Kesehatan 77. Perawat Gigi 78. Analisis Kesehatan 79. Farmasi 80. Farmasi Industri b. Perawatan Sosia 81. Perawatan Sosial 4) Seni, Kerajinan dan Pariwisata a. Seni Rupa (82. Seni Lukis 83. Seni Patung 84. Desain Komunikasi Visual 85. Desain Produksi Interior dan Landscaping) b. Desain dan Produksi Kria (86. Desain dan Produksi Kria Tekstil 87. Desain dan Produksi Kria Kulit 88. Desain dan Produksi Kria Keramik 89. Desain dan Produksi Kria Logam 90. Desain dan Produksi Kria Kayu) c. Seni Pertunjukan (91. Seni Musik Klasik 92. Seni Musik Non Klasik 93. Seni Tari 94. Seni Karawitan 95. Seni Padalangan 96. Seni Teater)
d. Pariwisata (97. Usaha Perjalanan Wisata 98. Akomodasi
Perhotelan) e. Tata Boga 99. Jasa Boga 100. Patiseri f. Tata Kecantikan 101. Kecantikan Kulit 102. Kecantikan Rambut g. Tata Busana 103. Busana Butik 5) Agribisnis dan Agroindustri a. Agribisnis Produksi Tanaman (104. Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura 105. Agribisnis Tanaman Perkebunan 106. Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman) b. Agribisnis Produksi Ternak 107. Agribisnis Ternak Ruminansia 108. Agribisnis Ternak Unggas 109. Agribisnis Aneka Ternak 110. Perawatan Kesehatan Ternak c. Agribisnis Produksi Sumber Daya Perairan 111. Agribisnis Perikanan
d. Mekanisasi Pertanian 113.
Mekanisasi Pertanian e. Agribisnis Hasil Pertanian 114. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian 115. Pengawasan Mutu
f. Penyuluhan Pertanian 116.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Penyuluhan Pertanian g. Kehutanan 117. Kehutanan 112. Agribisnis Rumput Laut 6) Bisnis dan Manajemen a. Administrasi 118. Administrasi Perkantoran b. Keuangan
119.
Akuntansi120. Perbankan c. Tata Niaga 121. Pemasaran. Dari sekian banyak jurusan, SMK berbasis pesantren diharapkan menjadi pemasok tenaga kerja yang mampu bekerja disemua lini yang dibutuhkan masyarakat, hal ini juga dikarenakan pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan ketrampilan saja, tetapi juga menyiapkan sikap, kebiasaan serta nilainilai yang di perlukan untuk terjun ke dunia kerja. Tuntutan dunia kerja yang pada dasarnya membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas yang tidak hanya mengutamakan ketrampilan saja, akan tetapi juga memperhatikan sikap terhadap dunia kerja seperti tanggung jawab, disiplin, kejujuran, dan lain-lain. F. Kesimpulan Masyarakat Ekonomi Asen (MEA) sudah di depan mata, mau tidak mau, siap atau tidak siap harus di hadapi. Pemerintah melalui menteri pendidikan dan kebudayaan dasar dan menengah dilanjutkan kepada Direktorat Pembinaan SMK menyiapkan strategi dengan penguatan pendidikan di SMK, hal ini bisa dilihat dari usaha pemerintah membuka Unit Sekolah Baru (USB). Lebih dari itu pemerintah juga menguatkan pendidikan karakter bagi pesertadidik. Ibarat gayung bersambut, pesantren yang notabenya merupakan pusat pendidikan karakter juga tidak luput dari kesiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asen (MEA) hal ini ditunjukan dengan respons dari sebagian besar pesantren untuk mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di harapkan dengan pendidikan keahlian di SMK serta pendidikan karakter di pesantren, Sekolah Menengah Kejuran berbasis Pesantren siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asen (MEA) khususnya di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Afifudin, Janan.
2016
1994 “Pondok Pesantren dalam Perjalanan Sejarah”
Yogyakarta: Al-Jami‟ah Journal. Dhofier, Zamaksyari,.1994, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES Madjid, Nurcholis. 1997, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina. Mujamil, Qomar. 2002, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga. Poerwadarminra , W.J.S. 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka, Rais , Amin. 1989. Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan Tholha Hasan , Muhammad, Metode Pengajian Kitab di Pesantren , Pesantren Journal, 1989