Sekilas Tentang Perkembangan Regim Pengawasan Teknologi Misil Mangala Pakpahan*) Peneliti Pada Pusat Analisis dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN
PENDAHULUAN Regim Pengawasan Teknologi Misil y a n g lazim dikenal sebagai Missile Technology Control Regime (MTCR) a d a l a h s u a t u perjanjian multilateral (perjanjian a n t a r a beberapa negara), yang beriujuan untuk mengadakan pengawasan terhadap perkembangan misil (senjata) p e m u s n a h masal nuklir, kimia d a n biologi melalui p e n g a w a s a n t e r h a d a p e k s p o r a t a u transfer p e r a l a t a n dan teknologi misil serta teknologi pend u k u n gnya. Indonesia mempunyai kepentingan d e n g a n perjanjian MTCR, ditinjau dari s u d u t pandang pengembangan iptek, pengembangan industri, d a n d a l a m t a n g g u n g j a w a b menjaga ketertiban d u n i a . U n t u k itu s e l a m a ini Indonesia t e r n s b e r u s a h a u n t u k dapat mengikuti p e r k e m b a n g a n n y a , b a h k a n p a d a t a h u n 1997 telah m e r u m u s k a n s i k a p t e n t a n g perlu-tidaknya Indonesia ikut serta sebagai anggota MTCR. Sikap Nasional adalah bahwa Indonesia belum waktunya untuk berupaya menjadi anggota MTCR (Depanri, 1997|. Sikap t e r s e b u t m a s i h t e r u s berlaku hingga fcekarang, oleh k a r e n a itu Indonesia sampai saat ini belum menandatangani MTCR. U n t u k itu, p e n g e n a l a n d a n monitoring perkemb a n g a n MTCR perlu t e r u s dilakukan oleh B a n g s a Indonesia.
LATAR BBLAKANG TDWBULNYA MTCR Pada m u l a n y a MTCR diadakan d a n d i t a n d a t a n g a n i oleh negara-negara G-7 y a i t u K a n a d a , J e r m a n , Perancis,
Italia, J e p a n g , Inggris d a n Amcrika Serikat, yaitu p a d a tanggal 16 April 1987. Latar belakang d i a d a k a n n y a perjanjian bermula d a r i k e k h a w a t i r a n Amerika Serikat a k a n b a h a y a y a n g m u n g k i n ditimbulkan oleh program misil negara b e r k e m b a n g seperti terlihat d a l a m berbagai kejadian misalnya ujicoba misil balistik Korea S e l a t a n 1978, keinginan Irak u n t u k membcli roket u s a n g bertingkat dari Italia 1979, ujicoba SLV-3 oleh India 1980, d a n ujicoba OTRAC J e r m a n di Libia 1981 (Susilawati.1997). MTCR merupakan satu-satunya perjanjian multilateral yang berkaitan d e n g a n balistik, senjata a n t a r b e n u a a t a u sistem w a h a n a angkut lainnya t e r m a s u k p e r a l a t a n , material d a n teknologi terkait.
KETENTUAN-KETENTUAN PERJANJIAN
DALAM
Pada saat p e r m u l a a n (1987), tujuan perjanjian a d a l a h mengurangi resiko p e r k e m b a n g a n senjata nuklir yaitu melalui pengawasan t e r h a d a p ekspor peralatan dan alih teknologi yang dapat berperan dalam p e n g e m b a n g a n sistem pengangkut persenjataan nuklir y a n g tidak tergolong sebagai pesawat u d a r a berawak. Akan tetapi, p a d a sidang pleno MTCR k e e m p a t di Tokyo t a h u n 1991 t u j u a n n y a d i p e r l u a s tidak lagi hanya m e m b a t a s i p e n g e m b a n g a n sistem p e n g a n g k u t p e r s e n j a t a a n nuklir, tetapi j u g a sistem pengangkut persenjataan p e m u s n a h masal lainnya seperti senjata kimia d a n biologi. Isi perjanjian direvisi d a n dilengkapi dengan definisi d a n pengertian istilah
13
=—
dan juga uraian rinci item-item yang dilarang serta peranannya dalam pengembangan misil. Rumusan baru tersebut diberlakukan sejak tahun 1993. Perjanjian terdiri Guidelines yang memuat ketentuan tentang prinsipprinsip umum rejim dan Annex yang memuat definisi, pengertian, rincian jenis item yang dilarang dan peranannya dalam pengembangan iptek misil (MTCR Guidelines, 1996). Parameter Kritis Pengawasan MTCR Dua parameter kritis yang merupakan batasan yang ditentukan dalam perjanjian adalah mengadakan pengawasan terhadap ekspor atau transfer peralatan dan teknologi pendukung produksi pesawat angkut dirgantara tak berawak dengan kemampuan angkut di atas 500 kg dan jarak jelajah di atas 300 km. Batasan berat payload 500 kg dipandang cukup sebagai parameter pengawasan karena nampaknya muatan nuklir yang dikembangkan olch negara pemula biasanya lebih berat. Kemudian jarak luncur 300 km dipandang cukup sebagai batasan pengembangan alat angkut untuk menghindari konflik dengan menggunakan misil berkepala nuklir. Batasan tersebut termasuk juga peralatan pendukung produksi.
Mekanisme Koordinasi Dalam menjamin terselenggaranya koordinasi dalam pelaksanaan perjanjian maka diatur mekanisme kerja sebagai berikut: (a) Rapat pleno MTCR diadakan secara reguler setiap tahun. Akhir-akhir ini rapat pleno diselenggarakan dan dipimpin oleh negara anggota yang disepekati sebagai tuan rumah secara bergantian. Rapat pleno akhir-akhir ini diselenggarakan di Stockholm {1994), Bonn (1995), Edinburgh (1996), Tokyo (1997), Budapest (1998), Noordwijk (1999), Helsinki (2000), dan rapat pleno selanjutnya direncanakan pada tanggal
14
Berlla Dirgantara Vol. 2 , No. 1
Mamt 2001
24-28 September 2001 bertempat di Ottawa Kanada. (b) Disamping itu diselenggarakan pula Rapat Teknis Para Ahli, dengan topik, waktu dan tempat sesuai kebutuhan. (c) Kemudian, dalam rangka tukar-menukar pendapat dan informasi dengan negara-negara bukan anggota diadakan pertemuan seperti seminar dan lokakarya sesuai kebutuhan, misalnya pada tanggal 21-23 Juni 1999 yang lalu, MTCR mengadakan seminar dengan judul "Export Control Seminar in the Field of Missile Technology" di Munich yang diikuti juga oleh Indonesia, (d) MTCR tidak memiliki sekretariat, akan tetapi memiliki Point of Contact (POC) yang berfungsi sebagai forum konsultasi internasional bulanan dan berkedudukan di Paris.
Penerimaan Anggota Baru Keputusan tentang penerimaan suatu negara menjadi anggota MTCR bersifat rahasia, dibahas kasus-perkasus yaitu antara negara-negara yang mengajukan permohonan menjadi anggota atau negara yang memang sengaja diminta untuk ikut serta dalam rejim, dan disetujui untuk diterima oleh seluruh anggota secara konsensus. Penerimaan anggota MTCR didasarkan pada beberapa kriteria penilaian sebagai berikut: (a) dapat diterima oleh seluruh anggota secara konsensus; (b) diyakini dapat berkontribusi dalam meningkatkan usaha internasional dalam pembatasan perkembangbiakan senjata nuklir dan senjata pemusnah masal; (c) diyakini bahwa negara tersebut dapat secara efektif mengawasi pelaksanaan ekspor sesuai dengan kategori dan item yang dirumuskan oleh MTCR yang antara lain dinilai dari aturan dan perundang-undangan yang terkait yang dimiliki oleh negara tersebut, kemauan dan memiliki tertib administrasi yang baik, serta memiliki catatan yang baik tentang tingkah laku negara tersebut dalam perkembangan teknologi misil dan senjata pemusnah masal; (d) dukungan oleh negara anggota juga membantu proses penerimaan suatu
Sekilas Tentang Parkmbangan Regim Pengawasan Teknologi Mlsil (Mangala Pakpahan)
negara menjadi anggota. Proses r e k r u ting kadang memerlukan seminar, konsultasi bilateral, d a n pengiriman delegasi MTCR u n t u k misi p e n e m u a n fakta.
Dalam h a l ini d i a d a k a n p e r t u k a r a n informasi a n t a r negara anggota t e n t a n g p e n g a w a s a n e k s p o r lingkup MTCR yang dilakukan oleh m a s i n g - m a s i n g secara reguler.
Tanggungjawab Anggota
PERKEMBANGAN MTCR
S e t i a p anggota MTCR m e m p u nyai t a n g g u n g j a w a b y a n g s a m a u n t u k melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian seperti disetujui d a l a m r a p a t pleno MTCR 1991 di Tokyo y a n g berlaku sejak t a h u n 1993. Setiap anggota j u g a m e m p u n y a i k e d u d u k a n yang sama d a n s e m u a k e p u t u s a n diambil secara konsensus. MTCR tidak mengambil keput u s a n p e n g a w a s a n secara kelompok, akan tetapi setiap anggota MTCR b e r t a n g g u n g j a w a b d a l a m mengimplem c n t a s i k a n k e t e n t u a n - k e t e n t u a n MTCR dalam dasar kedaulatan masing-masing negara anggota melalui a t u r a n d a n pelaksanaan perundangan-undangan y a n g berlaku d a l a m negara tersebut.
KEANGGOTAAN
S a a t ini anggota MTCR terdiri dari 32 negara meliputi 7 n e g a r a - n e g a r a kelompok G - 7 d a n 2 5 negara b u k a n anggota kelompok G-7 (MTCR Press S t a t e m e n t , 2000) seperti p a d a Tabel 1. Kecuali Australia d a n J e p a n g , negaranegara anggota MTCR a d a l a h dari Eropa Barat d a n Eropa Timur. Negara Cina d i k e h e n d a k i oleh anggota u n t u k ikut serta m e n a n d a t a n g a n i MTCR, n a m u n s a m p a i saat ini bclum bersedia. Perlu dicatat, bahwa 4 t a h u n setelah p e r a n g dingin berakhir (1990 - 1993), 17 negara diterima menjadi anggota, s u a t u p e r k e m b a n g a n y a n g s a n g a t signifikan sepanjang sejarah MTCR.
TABEL 1: DAFTAR ANGGOTA MTCR SAMPAI AKHIR TAHUN 2000 PADA PERMULAAN
NEGARA NON Q-7
NEGARA NOR Q-7
NEGARA NOR Q-7
1987(0-7)
19B7 - 1989
1990 -1993
1993- 2000
l.AmerikaSerikat 2. Italia 3. Inggns 4. Jcnnan 5. Jepang 6. Kanada 7. Perancis
(1987) (1987) (1987) (1987) (1987) (1987) (1987)
08. Spanyol (1987)
09. Belanda (1990) 10. Belgia (1990) 11. Luxemburg (1990) 12. Australia (1990) 13. NewZeland (1990) 14. Denmark (1990) 15. Norwegia (1991) 16. Austria (1991) 17. Swedia (1991) 18. Finlandia (1991) 19. Portugal (1992) 20. Swiss (1992) 21.Yunani (1992) 22. Irlandia (1992) 23. Iceland (1993) 24. Argentina (1993) 25. Hungaria (1993)
26. Afrika Selatan 27. Rusia 28. Brazil 29. Turki 30.Czech Rtilic 3 1 . Polandia 32. Ukraina
(1995) (1995) (1996) (1997) (1998) (1998) (1998)
Sumber: MTCR Press Release 1996.1997,1998,1999.2000.
15
Beftta Dirganlara Vol. 2, No. 1 Marat 2001
KEBIJAKSANAAN BARU MTCR
DAN
STRATEGI
Semua sidang pleno MTCR yang diselenggarakan tahun 1996, 1997, 1998, tanggal 1 1 - 1 5 Oktober 1999 di Noordwijk, dan tanggal 10-13 Oktober 2000 di Helsinki, Finlandia bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan fungsi MTCR dan lebih meningkatkan komitmen untuk melaksanakan pengawasan terhadap perkembangbiakan misil senjata pemusnah masal. Dalam sidang pleno tersebut disepakati beberapa hal antara lain; a.
b.
Usaha koordinasi yang dilakukan dalam MTCR telah memberikan kontribusi terhadap pengurangan bahaya misil secara global. Tetap diperlukan perhatian besar terhadap risiko akibat perkembang biakan senjata pemusnah masal dan alat peluncurnya dan tetap dipandang sebagai ancaman bagi kestabilan global dan regional. Perhatian tersebut perlu diberikan tidak hanya oleh bagian dunia tertentu akan tetapi oleh seluruh dunia (global).
c.
Pengawasan ekspor tetap dipandang merupakan cara yang memegang peranan penting untuk mengatasi bahaya tersebut. MTCR harus terus mempersiapkan diri dalam pengembangan teknik pengawasan dan terus memperbarui komitmennya untuk benar-benar melaksanakan pengawasan ekspor, dan semua anggota menyetujui untuk lebih memperketat pengawasan di hari-hari kemudian.
d.
MTCR akan terus melakukan pembahasan atas sejumlah prinsip, komitmen, insentif dan tindakan yang mcyakinkan tentang pelaksanaan pengawasan yang mendukung terciptanya suatu aturan pelaksanaan (code of conduct) pembatasan misil.
16
e.
MTCR akan meneruskan usaha dialog dengan negara-negara nonMTCR, mcyakinkan mereka tentang kesepakatan MTCR, membahas berbagai aspek dan dampak buruk pengembangan misil jika tidak dilakukan pengawasan serta melibatkan mereka ikut serta dalam suatu usaha bersama merumuskan suatu perangkat multilateral yang terbuka bagi dan dapat diterima oleh semua negara-negara di dunia.
PENUTUP Negara-negara anggota MTCR yang saat ini terdiri dari 32 negara meyakini bahwa perkembangan senjata pemusnah masal merupakan ancaman bagi keamanan global dan pengawasan terhadap perkembangannya juga adalah tanggung jawab global. Dalam hal ini MTCR terbukti merupakan sarana pendukung yang berarti dalam mengurangi perkembangan senjata pemusnah masal. Setelah berakhirnya perang dingin dan dalam menjelang milenium ketiga MTCR mengembangkan isu kebijaksanaan dan strategi baru untuk mencapai tujuan. Jumlah anggota MTCR bertambah dengan pesat dan bertekad untuk terus melaksanakan MTCR dan sedang mempersiapkan prinsip-prinsip baru yang lebih efektif dan terbuka yang dapat diterima oleh semua negara-negara di dunia. Negaranegara anggota menghendaki agar negara anggota semakin bertambah, dan sementara itu juga dikehcndaki agar negara-negara bukan anggota semakin mengenal dan mengerti ketentuan-ketentuan MTCR serta diharapkan ikut berpartisipasi melaksanakan nya.
Settles Tentang Pe/kembangen Regim Pengawasan Teknobgi Misil (Mangela Pakpahan)
DAFTAR RUJUKAN Depanri, 1997, Laporan Pertemuan Gali Pendapat Tentang MTCR, Jakarta, 31 Juli 1997. Kleine, Andreas. 1999, The Transfeer of Information by Intangible Means, Computer Networks, Export Control Seminar in the Field of Missile Technology, Munich 1999. MTCR; 1996, Press Release Plenary Meeting, Edinburg 1996. MTCR, 1996, MTCR Guidelines MTCR,
1997, An Information Paper; Release by MTCR Member States Following Their 1997, Plenary Meeting in Tokyo 1997.
MTCR,
1997, Press Release, Plenary Meeting in Tokyo 1997.
MTCR, 1998, Information Exchange and Plenary Session; Press Release, Technical Experts Meeting, Budapest 1998. MTCR, 1999, MTCR Press Statemennt, Plenary Meeting of the MTCR. Kedutaan Besar RI Bonn. Laporan Export Control Seminar in the Field of Missile Technology, Munich, 21 - 2 3 J u n i 1999. MTCR.2000, Press Statement 2000, Plenary Meeting of the MTCR, Helsinki, Finland, 10 - 13 October 2000. Orga,Deborah,A. 1994, A Chronology of the MTCR, Nonproliferation Review by Monterery Institute of Internasional Studies. Volume 1 Number 2. Susilawati,Euis, 1997, Suatu Pemikiran Tentang Kepentingan Indonesia Terhadap MTCR, Majalah LAPAN.
MTCR, 2000, CBW (non) Proliferation, MTCR Educational Module, Copyright 1998-2000 by VUB, SIPRI & ISN.
17