Sejarah Engaged Buddhism Di awal retret tujuh hari berpengantar Bahasa Inggris di Hanoi, Thich Nhat Hanh memberikan gambaran singkat tentang awal karirnya yang jarang diungkapkan. Berikut adalah kutipan dari dua Ceramah Dharma yang mengungkapkan Thay1 sebagai seorang guru, aktivis sosial, penulis yang produktif dan pendamping revolusioner Engaged Buddhism, yang juga disebut Buddhisme Terapan. Pada tahun 1949 saya adalah salah satu pendiri dari Institut Buddhis Quang2 di Kota Ho Chi Minh, dan saya mengajar kelas pertama untuk para Sramanera. Pagoda tersebut sangat sederhana, dibangun dari bambu dan rumbia. Nama pagoda ini sebenarnya Ung Quang. Nama seorang pengajar Dharma dari Danang, Yang Mulia Tri Huu, dan kami berdualah yang membangun Pagoda Ung Quang. Pada masa itu, perang tengah berlangsung antara Perancis dengan gerakan perlawanan Vietnam.
Lima tahun kemudian, pada tahun 1954, Persetujuan Jenewa ditandatangani dan Vietnam dibagi menjadi dua bagian: Utara yang komunis, dan Selatan yang anti-komunis. Lebih dari satu juta orang bermigrasi dari Utara ke Selatan, diantaranya banyak umat Katolik. Demikian banyak kesimpangsiuran saat itu di negeri ini.
Di kuil Ung Quang dari waktu ke waktu kami menerima tentara-tentara Prancis yang datang mengunjungi kami. Setelah Dien Bien Phu perang dengan Perancis berakhir, dan disepakati bahwa negara ini harus dibagi dan Prancis akan menarik diri. Saya ingat pernah berbincang1
Merujuk pada panggilan guru atau master di Vietnam, sebagaimana penggunaan Ajahn di Siam. Saat ini telah berkembang menjadi universitas terkemuka di Vietnam Selatan, dan merupakan tempat pertemuan utama para pemimpin Buddhis Vietnam di Saigon serta menjadi tempat kedudukan Institute for Dharma Propagation yang sangat dihormati. Institut Buddhis Quang memiliki peran penting dalam pengembangan agama Buddha di Vietnam. Pagoda Quang adalah pusat dari Sekolah Kajian Buddhis, dan sekretariat Wihara-Wihara Buddha Bersatu Vietnam yang dilengkapi perpustakaan dan penerbit. Pagoda telah berperan untuk melatih banyak sekali guru-guru Dharma, sramanera dan sramaneri, biksu dan biksuni. Pagoda Quang menjadi sangat dikenal selama Perang Amerika, karena merupakan tempat tinggal seorang biksu bernama Thich Quang Tri, yang melakukan protes tanpa henti terhadap pemerintah Vietnam Selatan, dalam upaya untuk mendorong kebebasan berbicara dan kebebasan ekspresi keagamaan. Hal ini dianggap anti terhadap propaganda pemerintah yang lebih memberi ruang kepada agama Katolik dan berupaya menghancurkan agama Buddha. Lihat: www.quangminh.org.au, An Quang Buddhist Institute, 2009. 2
bincang dengan tentara-tentara Perancis. Banyak dari mereka datang ke Vietnam dan meninggal di Vietnam.
Suatu Tinjauan Segar terhadap Buddhisme Pada tahun 1954 terjadi kebingungan yang serius di alam pikir rakyat Vietnam, khususnya orang muda, baik para biksu, biksuni, maupun praktisi awam. Pihak Utara terinspirasi oleh ideologi Marxis-Leninis, sementara di Selatan, Presiden Ngo Dinh Diem, seorang Katolik, berusaha untuk menjalankan negara dengan ideologi lain yang disebut “personalisme”. Tampak bahwa perang ideologi telah dimulai.
Buddhisme merupakan suatu tradisi yang sangat tua di Vietnam, dan sebagian besar rakyat memiliki benih Buddhis di dalam dirinya. Mr Ngoc Vu Cac, manajer sebuah koran harian, meminta saya untuk menulis serangkaian artikel tentang Buddhisme. Dia meminta saya untuk memberikan wawasan spiritual yang harus kita ambil untuk mengatasi kebingungan serius di negeri ini. Jadi saya menulis rangkaian sepuluh artikel dengan judul, "A Fresh Look at Buddhism"
Dalam rangkaian sepuluh artikel inilah saya mengusulkan gagasan Engaged Buddhism Buddhisme di bidang pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Jadi istilah Engaged Buddhism tercatat sejak 1954.
Pada saat itu saya tidak menggunakan mesin ketik, saya hanya menulis dengan cara kuno. Setelah itu mereka datang dan mengambil artikel, selanjutnya artikel tersebut selalu dicetak di halaman depan dengan judul besar berwarna merah. Koran itu terjual dengan amat sangat baik, karena orang-orang sedang kehausan. Mereka menginginkan bimbingan spiritual karena kebingungan yang demikian besarnya.
Teh Mawar dan Jagung Segar Rangkaian artikel tersebut akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku di kemudian hari. Tidak lama kemudian, saya mengunjungi Hue Tam Duc, yang berada di kelas yang sama dengan saya di Institut Buddhis, ia adalah seorang editor di sebuah majalah Buddhis. Kuilnya terletak di
sebuah pulau kecil di Sungai Parfum, Huong Giang, di mana mereka menanam sejenis jagung yang sangat lezat. Dia mengundang saya untuk tinggal beberapa minggu di kuilnya. Setiap pagi ia menyajikan teh dengan campuran sejenis mawar.
Ukuran bunganya sangat kecil, tapi aromanya menyenangkan ketika Anda memasukkannya ke dalam teh. Setiap hari kami lakukan meditasi jalan melintasi daerah sekitar, dan kami membeli beberapa jagung segar. Dia “menyogok” saya dengan teh mawar dan jagung segar, dan dia ingin saya menulis seri artikel yang lain tentang Engaged Buddhism! [Tertawa]
Faktanya, saya menulis seri lain yang terdiri dari sepuluh artikel dengan judul "Buddhisme Hari Ini" yang juga bertema Engaged Buddhism. Seri ini diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Le Vinh Hao, seorang sarjana yang tinggal di Paris. Judul yang ia gunakan untuk buku tersebut adalah Aujourd'hui le Boudhisme.
Pada tahun 1964 ketika saya mengunjungi Amerika untuk memberikan serangkaian kuliah, saya bertemu Thomas Merton3, seorang biarawan Trappist4, dan saya memberinya salinan Aujourd'hui le Boudhisme; kemudian ia menulis ulasannya.
Buddhisme yang Menapaki Kehidupan Pada 1963-1964 saat saya mengajar Agama Buddha di Universitas Kolumbia, perjuangan yang dipimpin oleh kalangan Buddhis atas nama Hak Asasi Manusia mengakhiri rezim Presiden Diem.
3
Thomas Merton, O.C.S.O. (31 Januari 1915-10 Desember 1968) adalah seorang rahib Katolik Anglo-Amerika yang sekaligus penulis, penyair, aktivis sosial, dan mahasiswa perbandingan agama dari Biara Gethsemani, Kentucky. Bapa Louis adalah nama yang diberikan pada saat ditahbiskan menjadi imam di tahun 1949. Produktivitasnya sebagai penulis tampak dari 70 buku sebagai hasil karyanya, sebagian besar mengenai spiritualitas, keadilan sosial dan pasifisme yang tenang, serta sejumlah esai dan resensi, termasuk otobiografinya yang laris, Gunung Tujuh Tingkatan pada tahun 1948, yang menggiring sejumlah veteran Perang Dunia II, mahasiswa, dan bahkan remaja berbondong-bondong ke biara-biara di seluruh AS. Karyanya terdaftar dalam Review Nasional 100 karya non-fiksi terbaik abad ini. Merton adalah tokoh pendukung pemahaman lintas keyakinan, perintis dialog dengan tokoh spiritual terkemuka Asia, termasuk Dalai Lama, DT Suzuki, dan Thich Nhat Hanh. Menjelang akhir hidupnya, ia menjadi sangat tertarik terhadap agama-agama Asia, khususnya Zen Buddhisme dan giat mendorong dialog TimurBarat. Pada tahun 1968 diantara kunjungan rahib-rahib Amerika ke Timur Jauh kemudian menuju Konferensi Dialog Monastik Timur-Barat, ia meninggal karena tersengat aliran listrik di Bangkok. Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Thomas_Merton, dan www.merton.org/chrono.htm 4 Komunitas para rahib yang tergabung dalam Ordo Cistercians of Strict Observances (OCSO) yang ketat dalam peribadatan dan paling asketis.
Mungkin Anda telah mendengar tentang Yang Mulia Thich Quang Duc5, yang melakukan aksi bakar diri, dan berhasil menarik perhatian seluruh dunia terhadap berbagai pelanggaran HAM di Vietnam. Itu adalah gerakan tanpa kekerasan sepenuhnya demi Hak Asasi Manusia.
Ketika rezim Diem jatuh, saya diminta oleh rekan-rekan sejawat saya untuk pulang dan membantu. Jadi saya pulang. Saya mendirikan Universitas Van Hanh, dan menerbitkan sebuah buku berjudul Engaged Buddhism, kumpulan dari sekian banyak artikel yang telah saya tulis sebelumnya.
Saya rasa ini pertama kalinya anda mendapatkan informasi ini. [Tertawa].
Hal ini terjadi pada awal tahun 1964. Saya telah menulis artikel-artikel ini sebelumnya, tapi saya mengkompilasinya dan diterbitkan dengan judul Engaged Buddhism, atau Dao Phat di vao cuoc doi. Cuoc doi di sini adalah “kehidupan” atau “masyarakat.” Di Vao berarti menapaki, Jadi inilah kata-kata yang digunakan untuk Engaged Buddhism dalam bahasa Vietnam: di vao cuoc doi, “menapaki kehidupan”, “kehidupan Sosial.” Enam bulan kemudian saya menghasilkan buku lain, Dao Phat Hien dai hoa6, "Buddhisme Terkini," "Buddhisme yang diperbaharui." Ini dalam Bahasa Tiongkok - Buddhisme dibuat aktual, aktualisasi ajaran Buddha. Jadi semua istilah-istilah ini, semua dokumen ini, memiliki keterkaitan dengan apa yang kita sebut Engaged Buddhism. Setelah itu saya menulis buku lain Buddhisme Masa Depan. [Tertawa] 5
Biksu yang melakukan aksi bakar diri di sebuah perempatan jalan di Kota Saigon 11 Juni 1963, memprotes kekejaman rezim Ngo Dinh Diem. Sehari sebelumnya, media asing sebenarnya telah diberikan informasi “Akan terjadi sesuatu yang penting besok di luar Kedutaan Besar Kamboja” tapi sebagian besar mengabaikan, hanya segelintir jurnalis yang datang diantaranya David Halberstam dari The New York Times dan Malcolm Browne Kepala Biro Saigon dari Associated Press. Peristiwa tersebut diabadikan Browne dan segera menjadi foto utama di halaman depan hampir semua surat kabar di seluruh dunia, hal ini menjadi salah satu titik penentu jatuhnya rezim Diem. Mengenai kronologis peristiwa tersebut, dapat disimak tulisan David Halberstam: Saya pernah menyaksikan pemandangan itu, tapi sekali saja sudah cukup. Bara api yang berasal dari tubuh manusia; tubuhnya perlahan remuk dan mengerut, kepalanya menghitam dan menjadi arang. Udara dipenuhi bau daging terbakar manusia; manusia yang secara mengejutkan, terbakar sangat cepat. Di belakangku aku bisa mendengar isak tangis dari orang-orang Vietnam yang kini berkumpul. Aku terlalu terkejut untuk menangis, terlalu bingung untuk membuat catatan atau bertanya, terlalu bingung bahkan untuk sekedar berpikir ... Ketika ia terbakar ia tidak pernah menggerakkan otot, tidak pernah mengeluarkan suara, ketenangan luar dalam yang kontras dengan orang-orang yang meratap di sekitarnya. Lihat The Making of a Quagmire, New York: Random House, 1965, hal. 211 6 Modernisasi Buddhis dalam bahasa Vietnam.
Namun pada saat itu, nama saya dicekal oleh pemerintah Selatan, pemerintah anti-komunis, karena aktivitas-aktivitas saya untuk perdamaian, menyerukan rekonsiliasi antara Utara dan Selatan. Saya menjadi persona non grata7. Saya tidak bisa pulang lagi, dan saya pun akhirnya hidup di pengasingan.
Jadi buku saya, Buddhisme Masa Depan, tidak dapat diterbitkan di Vietnam dengan nama saya. Saya menggunakan nama Montagnard-Bsu Danlu. Anda mungkin bertanya-tanya dari manakah nama itu berasal. Pada tahun 1956 kami mendirikan sebuah pusat latihan di dataran tinggi Vietnam yang dinamai Wihara Daun Palem Wangi, Phuong Boi. Kami membeli tanah itu dari dua Montagnard8, K'Briu dan K'Broi. Nama desa tempat Wihara Daun Palem Wangi terletak adalah Bsu Danlu.
Kebijaksanaan di Sini dan Sekarang Saya terus menerbitkan buku-buku saya di Vietnam dengan nama lain. Saya menulis Sejarah Agama Buddha Vietnam dalam tiga volume tebal dan saya menggunakan nama Nguyen Lang. Jadi meskipun saya berada jauh dari negeri ini selama tiga puluh sembilan tahun, saya terus menulis buku dan beberapa diterbitkan di Vietnam dengan nama penulis yang berbeda-beda.
Sebagaimana telah kita pahami bersama, secara sederhana arti dari Engaged Buddhism adalah suatu jenis dari Buddhisme yang hadir dalam setiap momen kehidupan kita sehari-hari. Selagi anda menggosok gigi, ajaran Buddha hadir disana. Pada saat anda mengendarai mobil, ajaran Buddha ada disana. Ketika Anda berjalan di supermarket, ajaran Buddha hadir disana - sehingga anda tahu apa yang harus dibeli dan apa yang tidak!
Engaged Buddhism juga adalah jenis kebijaksanaan yang dapat merespon apapun yang terjadi di sini dan sekarang. Pemanasan global, perubahan iklim, kerusakan ekosistem, kurangnya 7
Istilah Latin yang umumnya dipakai dalam ruang lingkup politik dan diplomasi internasional, dengan arti harafiah orang yang tidak diinginkan. Seseorang yang di-persona non grata, tidak boleh hadir di suatu wilayah atau negara, dan bila sudah berada di negara tersebut, maka dilakukan tindakan pengusiran atau deportasi. 8 Istilah Perancis yang telah diserap ke dalam bahasa Vietnam untuk menyebut orang-orang dari gunung atau pegunungan, yang terdiri dari kelompok-kelompok suku yang beragam seperti Bahnar, Jarai, Koho, Manong dan Rhade. Lihat: www.cal.org/co/montagnards/vpeop.html
komunikasi, perang, konflik, bunuh diri, perceraian. Sebagai seorang praktisi kesadaran, kita harus menyadari apa yang sedang terjadi dalam tubuh kita, perasaan kita, emosi kita, dan lingkungan kita. Itulah Engaged Buddhism. Engaged Buddhism adalah jenis Buddhisme yang merespon apa yang terjadi di sini dan sekarang.
Empat Kebenaran Mulia yang Segar Kita dapat berbicara tentang Engaged Buddhism dengan menggunakan istilah Empat Kebenaran Mulia. Kebenaran Mulia Pertama adalah dukkha, adanya derita. Secara tradisional guru-guru Buddhis berbicara tentang Kesunyataan Mulia Pertama dengan cara ini: usia tua adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan, berpisah dengan orang yang anda cintai adalah penderitaan. Meninggalkan semua orang yang anda cintai; berharap untuk sesuatu tetapi tidak pernah diraih. Tetapi ini adalah cara lama dalam menjelaskan Kebenaran Mulia Pertama. Sekarang karena kita berlatih kesadaran kita harus mengidentifikasi jenis penderitaan yang sesungguhnya hadir.
Pertama-tama kita tahu ada semacam ketegangan dalam tubuh, banyak stres. Kita dapat mengatakan bahwa penderitaan hari ini melibatkan ketegangan, stres, kegelisahan, ketakutan, kekerasan, keluarga berantakan, bunuh diri, perang, konflik, terorisme, kerusakan ekosistem, pemanasan global, dan lain-lain.
Kita harus sepenuhnya hadir di sini dan sekarang dan mengenali wajah sebenarnya dari derita.
Kecenderungan alamiah kita adalah melarikan diri dari penderitaan, dari adanya derita. Kita tidak ingin menghadapinya maka kita mencoba untuk melarikan diri. Tetapi Buddha telah menasehati kita untuk tidak melakukannya. Bahkan ia mendorong kita untuk melihat secara mendalam watak dari penderitaan, agar kita belajar lebih dalam. Ajaran-Nya adalah jika anda tidak memahami penderitaan, anda tidak dapat melihat jalan transformasi, jalan menuju penghentian penderitaan.
Kita semua tahu bahwa Kebenaran Mulia Pertama adalah adanya derita dan Kebenaran Mulia Keempat adalah jalan menuju lenyapnya derita. Tanpa memahami yang Pertama, anda tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk melihat jalan menuju sirnanya derita.
Anda harus belajar untuk kembali pada kekinian untuk mengenali derita sebagaimana adanya, dan karena kita berlatih melihat secara mendalam terhadap Kebenaran Mulia Pertama, adanya derita, kita akan menemukan Kebenaran Mulia Kedua, akar atau pembuatan derita.
Masing-masing dari kita harus menemukan sendiri penyebab adanya derita. Misalkan kita berbicara tentang kehidupan kita yang sibuk, kita memiliki begitu banyak hal yang harus dilakukan, begitu banyak hal untuk dicapai. Sebagai politisi, pengusaha, bahkan seniman, kita ingin berbuat lebih banyak dan lebih dan lebih lagi. Kita sangat mengharapkan kesuksesan. Kita tidak memiliki kapasitas untuk hidup secara mendalam setiap saat dalam kehidupan kita seharihari. Kita tidak memberikan kesempatan pada tubuh kita untuk bersantai dan menyembuhkan.
Jika kita tahu bagaimana hidup seperti seorang Buddha, tinggal di saat ini, mempersilakan elemen yang menyegarkan dan menyembuhan untuk menembus, maka kita tidak akan menjadi korban dari stres, ketegangan, dan berbagai jenis penyakit.
Anda dapat mengatakan bahwa salah satu akar dari derita adalah ketidakmampuan kita menjalanni kehidupan kita secara mendalam setiap saat.
Ketika kita memiliki demikian banyak ketegangan dan gangguan di dalam diri kita, kita tidak dapat mendengarkan orang lain. Kita tidak bisa menggunakan kata-kata yang penuh cinta kasih. Kita tidak dapat menghapus persepsi yang salah. Oleh karena itu persepsi yang salah menimbulkan rasa takut, kebencian, kekerasan, dan sebagainya. Kita harus mengidentifikasi penyebab derita kita. Ini adalah pekerjaan yang sangat penting.
Misalkan kita berbicara tentang bunuh diri, keluarga yang rusak. Kita tahu bahwa ketika komunikasi menjadi sulit antara suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, orang tidak lagi bahagia. Banyak anak muda jatuh ke dalam keputusasaan dan bertekad untuk bunuh diri. Mereka tidak tahu bagaimana menangani rasa putus asa atau emosi mereka, dan mereka berpikir bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan penderitaan adalah dengan membunuh diri sendiri.
Di Perancis setiap tahun sekitar 12.000 orang muda melakukan bunuh diri, hanya karena mereka tidak dapat menangani emosi mereka seperti keputusasaan, dan orangtua mereka tidak tahu bagaimana mengatasinya. Mereka tidak mengajari anak-anak mereka bagaimana menangani perasaan mereka, bahkan guru-guru di sekolah tidak tahu bagaimana membantu para siswanya untuk mengenal dan menguasai emosi-emosi mereka dengan lemah lembut.
Ketika orang tidak dapat berkomunikasi mereka tidak saling memahami atau tidak dapat melihat penderitaan orang lain dan tidak memiliki cinta, tidak ada kebahagiaan. Perang dan terorisme juga lahir dari persepsi yang salah. Teroris berpikir bahwa pihak lain berusaha untuk menghancurkan mereka sebagai sebuah agama, sebagai cara hidup, sebagai bangsa. Jika kita percaya bahwa orang lain berusaha membunuh kita maka kita akan mencari cara untuk membunuh orang tersebut terlebih dahulu agar kita tidak terbunuh.
Rasa takut, kesalahpahaman, dan persepsi yang salah adalah dasar dari semua tindakan kekerasan. Perang di Irak, yang disebut anti-teroris, tidak membantu untuk mengurangi jumlah teroris. Bahkan jumlah teroris meningkat sepanjang waktu karena perang. Untuk menghapus terorisme anda harus menghapus persepsi yang salah. Kita tahu betul bahwa pesawat terbang, senjata, dan bom tidak dapat menghapus persepsi yang salah. Hanya kata-kata yang penuh cinta kasih dan mendengarkan dengan penuh kasih sayang yang dapat membantu orang memperbaiki persepsi yang salah. Tapi para pemimpin kita tidak terlatih dalam disiplin itu dan mereka bergantung pada angkatan bersenjata untuk menghapus terorisme.
Jadi dengan melihat secara mendalam kita dapat melihat pembuatan sebab derita, akar derita, dengan mengakui derita sebagai kebenaran dan melihat secara mendalam wataknya.
Kebenaran Mulia Ketiga adalah penghentian derita, yang berarti hadirnya kebaikan - seperti tidak adanya kegelapan berarti adanya cahaya. Bila kebodohan tidak lagi hadir, ada kebijaksanaan. Bila Anda menghapus kegelapan, ada cahaya. Jadi penghentian derita berarti hadirnya kebaikan, yang merupakan kebalikan dari Kebenaran Mulia Pertama.
Ajaran Buddha menegaskan kebenaran bahwa kebaikan adalah mungkin. Karena adanya derita, kebaikan adalah mungkin. Jika derita yang digambarkan pertama dalam istilah ketegangan, stres, berat, maka kebaikan digambarkan sebagai ringan relaksasi,, perdamaian - la détente. Dengan tubuh, nafas, kaki, dan kesadaran, anda dapat mengurangi ketegangan dan menghdirkan relaksasi, ringan, perdamaian.
Kita dapat berbicara tentang Kesunyataan Mulia Keempat dalam istilah-istilah yang sangat konkret.
Metode
praktik
memungkinkan
kita
untuk
mengurangi
ketegangan,
stres,
ketidakbahagiaan, seperti terlihat dalam Kesunyataan Mulia Keempat, jalan. Guru-guru Dharma hari ini mungkin ingin menyebutnya jalan kebaikan. Penghentian derita berarti awal dari kebaikan - begitu sederhana!
Dari Banyak Dewa hingga Interbeing Saya ingin kembali sedikit ke sejarah Engaged Buddhism. Pada tahun 1950-an saya mulai menulis karena rakyat membutuhkan arahan spiritual untuk membantu mengatasi kebingungan mereka. Suatu hari saya menulis tentang hubungan antara keyakinan agama dan cara kita mengatur masyarakat. Saya menggambarkan sejarah evolusi masyarakat.
Pertama, masyarakat kita ini diselenggarakan dalam kelompok-kelompok orang yang disebut suku. Seiring waktu, beberapa suku berhimpun dan hidup bersama-sama dan akhirnya kita mendirikan kerajaan, dengan seorang raja. Lalu saatnya tiba ketika kita sudah merasa cukup berurusan dengan raja dan kita ingin menciptakan demokrasi atau republik.
Keyakinan agama kita telah berubah di sepanjang proses tersebut. Pertama-tama, kita memiliki sesuatu yang linier dengan pembentukan suku yakni politeisme, keyakinan bahwa ada banyak dewa dan setiap dewa memiliki kekuatan. Anda bebas untuk memilih salah satu dewa untuk disembah, dan dewa tersebut yang akan melindungi anda terhadap dewa lain dan suku-suku lainnya.
Ketika kita membentuk kerajaan, maka cara kita berkeyakinan pun mengalami perubahan menjadi monoteisme. Hanya ada satu dewa, dewa yang paling kuat, dan kita harus menyembah hanya pada satu tuhan dan bukan banyak dewa.
Ketika kita sampai ke demokrasi, raja tidak ada lagi. Semua orang adalah sama dengan orang lain, dan kita saling mengandalkan untuk hidup. Itulah mengapa monoteisme berubah dengan kepercayaan dalam saling ketergantungan yakni interbeing, yang lebih membumi.
Kita bertanggung jawab penuh atas hidup kita, dunia kita, planet kita. Saya menulis hal-hal seperti yang selama ini saya mencoba untuk membangun Engaged Buddhism.
Kelahiran Ordo Interbeing Pada tahun 1964, kami mendirikan Ordo Interbeing. Kelahiran Ordo Interbeing ini sangat berarti. Kita hanya perlu mempelajari Empat belas Sila atau Pelatihan Kesadaran untuk memahami mengapa dan bagaimana Ordo Interbeing didirikan.
Pada saat itu perang tengah berkecamuk dengan hebatnya. Itu adalah konflik antara ideologi. Utara dan Selatan, yang masing-masing memiliki ideologi mereka sendiri, di satu pihak adalah Marxisme-Leninisme, yang lain adalah personalisme dan kapitalisme. Kami tidak hanya berhadapan dengan ideologi-ideologi yang diimpor dari luar, tetapi kami juga menghadapi senjata-senjata yang diimpor dari luar, senapan dan bom dari Rusia, Tiongkok, dan Amerika. Sebagai seorang Buddhis yang berlatih perdamaian dan rekonsiliasi, semangat persaudaraan, kami tidak mau menerima perang seperti itu. Anda tidak bisa menerima perang di mana saudara membunuh saudara dengan ideologi-ideologi dan senjata-senjata yang diimpor dari luar.
Ordo Interbeing lahir sebagai gerakan perlawanan spiritual. Gerakan ini didasarkan sepenuhnya pada ajaran Buddha. Pelatihan Kesadaran Pertama yaitu tanpa kemelekatan terhadap berbagai pandangan, dimaknai sebagai bebas dari semua ideologi, merupakan jawaban langsung atas perang. Semua orang sudah siap untuk mati dan membunuh karena keyakinan mereka pada saat itu.
Pelatihan Kesadaran pertama: "Menyadari penderitaan yang diciptakan oleh fanatisme dan intoleransi, kami bertekad untuk tidak menjadikan sesuatu sebagai berhala atau terikat pada doktrin, teori, atau ideologi, bahkan Buddhis.... " Ini adalah auman Singa!
"Ajaran Buddha adalah sarana untuk membimbing yang membantu kita belajar melihat secara mendalam dan mengembangkan pemahaman dan kasih sayang kita. Bukanlah doktrin untuk bertarung, membunuh, atau mati demi-Nya." Ajaran Buddha dari Sutra Nipata9 tentang pandangan-pandangan sangat jelas. Kita seharusnya tidak melekat pada pandangan apapun, kita harus melampaui semua pandangan.
Pandangan Benar, terutama, berarti ketiadaan dari semua pandangan. Kemelekatan terhadap berbagai pandangan adalah sumber penderitaan. Misalkan anda menaiki anak tangga, dan pada langkah keempat anda berpikir anda sudah pada tingkat tertinggi. Demikianlah kemudian anda terjebak! Anda harus melepaskan langkah keempat agar bisa sampai pada tahap kelima. Agar menjadi ilmiah, para ilmuwan harus melepaskan apa yang telah mereka temukan untuk sampai ke sebuah kebenaran yang lebih tinggi. Ini adalah ajaran Buddha: Ketika anda mempertimbangkan sesuatu sebagai kebenaran dan anda melekat padanya, anda harus melepaskannya untuk mencapai yang lebih tinggi.
Semangat dasar dari Buddhisme adalah tanpa kemelekatan terhadap berbagai pandangan. Kebijaksanaan bukanlah pandangan. Pandangan cerah juga bukan pandangan. Kita harus siap untuk melepaskan ide-ide kita agar pengetahuan mendalam yang sejati menjadi mungkin (dicapai). Misalnya anda memiliki pengertian tentang ketidakkekalan, tanpa aku, interbeing, Empat Kebenaran Mulia. Hal ini bisa menjadi berbahaya, karena ini hanyalah pandangan saja. Anda sangat bangga bahwa Anda tahu sesuatu tentang Empat Kebenaran Mulia, tentang interbeing, tentang asal mula saling ketergantungan, tentang kesadaran, konsentrasi, dan pandangan cerah. Namun ajaran itu hanyalah sarana bagi anda untuk mendapatkan pandangan cerah. Jika anda melekat pada ajaran-ajaran ini, anda tersesat. Ajaran tentang ketidakkekalan, 9
Merupakan bagian dari Sutta Pitaka, buku kelima dari Khuddaka Nikaya yang terdiri dari 71 sutra-sutra pendek yang dibagi dalam 5 Vaga (bab) yakni Uraga Vagga, Cula Vagga, Maha Vagga, Atthaka Vagga dan Parayana Vagga.
tanpa aku, interbeing, adalah untuk membantu anda mendapatkan pandangan cerah dari ketidakkekalan, tanpa aku dan interbeing.
Buddha berkata, "Ajaranku ibarat jari yang menunjuk rembulan. Kalian harus terampil. Kalian lihatlah arah yang ditunjuk jari saya, maka kalian akan dapat melihat rembulan. Jika kalian anggap jari saya adalah rembulan, kalian tidak akan pernah melihat rembulan" Jadi bahkan Buddha Dharma bukanlah kebenaran, hanya perangkat bagi anda untuk mendapatkan kebenaran. Hal ini sangat mendasar dalam Buddhisme.
Perang adalah hasil dari kemelekatan terhadap pandangan, fanatisme. Jika kita melihat secara mendalam ke dalam sifat perang di Irak, kita bisa melihat bahwa itu juga merupakan perang agama. Orang menggunakan kepercayaan agama untuk mendukung perang. Tuan Bush didukung oleh banyak [sayap kanan Kristen] penginjil. Pejuang dan teroris di Irak didukung oleh keyakinan Muslim mereka. Jadi ini dapat disebut juga perang agama. Perdamaian tidak bisa hadir jika kita mempertahankan fanatisme kita terhadap berbagai pandangan kita.
Teratai di Tengah Lautan Api Pada tahun 1965 saya menulis sebuah buku kecil tentang perang di Vietnam10, Vietnam: Teratai di Tengah Lautan Api, diterbitkan oleh Hill dan Wong di Amerika. Perang di Vietnam sedang berkecamuk, itu adalah lautan api. Kami saling membunuh, kami mengijinkan pembom Amerika untuk datang dan menghancurkan hutan kita, rakyat kita. Kami mengijinkan senjata dari Tiongkok dan Rusia untuk datang. Tapi Buddhisme berusaha untuk melakukan sesuatu. Mereka yang tidak menerima perang ingin melakukan sesuatu untuk melawan perang. Dan terkadang kami harus membakar diri hidup-hidup untuk mengatakan kepada orang bahwa kami tidak ingin perang ini.
Buddhis tidak memiliki stasiun radio atau televisi. Tidak ada cara bagi mereka untuk mengekspresikan diri. 10
Perang Vietnam berlangsung sejak 1957 hingga 1975 sebagai bagian dari perang dingin antara blok komunis yakni USSR dan Tiongkok yang mendukung Republik Demokratik Vietnam atau Vietnam Utara dengan blok kapitalis yakni Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Filipina yang mendukung Republik Vietnam atau Vietnam Selatan. Pasca perang tersebut, kedua Vietnam bergabung menjadi satu pada tahun 1976.
Siapa pun yang mendengarkan, menjadi saksiku: Aku tidak menerima perang ini, Aku katakan ini sekali lagi sebelum aku mati.
Ini adalah baris dalam puisi saya yang berjudul Musuh kita bukanlah manusia.
Musuh kita adalah kebencian, fanatisme, kekerasan. Musuh kita bukan manusia. Jika kita membunuh manusia lainnya, dengan siapa lagi kita hidup?
Gerakan perdamaian di Vietnam sangat membutuhkan dukungan internasional, tetapi anda tidak bisa mendengar kami di sana. Jadi kadang-kadang kami harus membakar diri hidup-hidup untuk memberitahu anda bahwa kami tidak ingin perang ini. Tolonglah menghentikan perang ini, ini pembunuhan saudara oleh saudara! Buddhisme bagaikan Bunga Teratai yang berusaha untuk bertahan hidup di tengah lautan api.
Saya menerjemahkan buku itu ke dalam Bahasa Vietnam, dan seorang teman Amerika di gerakan perdamaian membantu membawa buku itu ke Vietnam. Buku itu dicetak bawah tanah dan banyak kaum muda mencoba untuk mengedarkan buku tersebut sebagai tindakan perlawanan. Saudari Chan Khong11, pada masa itu adalah seorang profesor Biologi di Universitas Hue, membawa salinan tersebut ke Hue untuk seorang teman. Dia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena memiliki satu salinan buku itu. Kemudian ia dipindahkan ke sebuah penjara di Saigon.
11
Lahir dengan nama Cao Ngoc Phuong tahun 1938, aktivis mahasiswa dan perdamaian yang juga sempat terjun ke gerakan politik ini akhirnya ditahbiskan pada tahun 1966 menjadi Biksuni Chan Kong dan termasuk 6 anggota pertama Ordo Interbeing. Ia bekerja sangat dekat dengan Thich Nhat Hanh dalam membangun Plum Village, Universitas Van Hanh, dan terlibat jauh dalam Sekolah Pemuda untuk Pelayanan Sosial (SYSS). Biksuni yang hidup dalam pengasingan ini telah menulis otobiografinya dengan judul Learning True Love: How I Learned and Practiced Social Change in Vietnam telah terbit tahun 1993 dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 2009 oleh Penerbit Karaniya dengan judul Pembelajaran Cinta Sejati.
Sekolah Pemuda untuk Pelayanan Sosial Teman-teman muda datang kepada saya dan meminta saya untuk mempublikasikan puisi saya tentang perdamaian. Mereka menyebutnya puisi anti-perang. Saya bilang oke, jika anda ingin melakukannya, silakan lakukan. Mereka mengumpulkan sekitar lima puluh atau enam puluh puisi saya tentang topik ini dan menyerahkannya kepada pemerintah Vietnam Selatan. Lima puluh lima dari puisi disensor. Hanya beberapa yang tersisa. Tapi teman-teman kita tidak berkecil hati dan mereka mencetak puisi bawah tanah. Buku puisi dijual sangat, sangat cepat. Bahkan beberapa intelijen menyukainya, karena mereka juga menderita akibat perang. Mereka akan pergi ke toko buku dan berkata, "Anda tidak boleh memajang seperti ini! Anda harus menyembunyikannya di belakang meja!" [Tertawa]
Stasiun radio di Saigon, Hanoi dan Beijing mulai menyerang puisi tersebut karena menyerukan perdamaian. Tidak ada yang menginginkan perdamaian. Mereka ingin bertempur sampai akhir.
Pada tahun 1964 kami juga mendirikan Sekolah Pemuda untuk Pelayanan Sosial. Kami melatih ribuan orang muda, termasuk para biksu dan biksuni, untuk pergi ke pedesaan dan membantu para petani membangun kembali desa mereka. Kami membantu mereka dalam empat aspek: pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan organisasi. Pekerja sosial kami pergi ke sebuah desa dan bermain dengan anak-anak dan mengajar mereka cara membaca dan menulis dan bernyanyi.
Ketika orang-orang di desa itu menyukai kami, kami menyarankan membangun sebuah sekolah untuk anak-anak. Satu keluarga memberikan beberapa pohon bambu. Keluarga lain membawa daun kelapa untuk membuat atap. Kemudian kita mulai memiliki sebuah sekolah. Para pekerja kita tidak menerima gaji. Setelah mendirikan sebuah sekolah di desa, kami mendirikan sebuah apotik di mana kita bisa menyalurkan obat-obatan dasar untuk membantu rakyat. Kami bawa mahasiswa kedokteran atau dokter ke desa dan mencoba untuk membantu satu atau dua hari. Kami juga menyelenggarakan koperasi dan mencoba mengajar orang jenis kerajinan yang mereka bisa lakukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Kita harus mulai dari diri kita sendiri, dari akar rumput. Sekolah Pemuda Pelayanan Sosial didirikan dengan semangat bahwa kita tidak perlu menunggu pemerintah.
Sebuah Organisasi Pemuda Baru di Eropa Kami melatih banyak anak muda, termasuk para biksu dan biksuni muda. Akhirnya kami memiliki lebih dari sepuluh ribu pekerja pekerja dari Quang Tri di selatan. Selama perang, kami telah membantu lebih dari sepuluh ribu anak yatim. Itu adalah bagian dari Engaged Buddhismkaum muda.
Tahun ini kami berniat untuk mendirikan sebuah organisasi Buddhis muda di Eropa: Buddhis Muda untuk Masyarakat Sehat dan Pengasih. Banyak sekali anak muda telah datang kepada kami, untuk retret kami di Eropa, Amerika, dan Asia. Sekarang kami ingin mengorganisir mereka. Mereka akan menggunakan Pelatihan Lima Kesadaran sebagai praktik mereka, dan mereka akan melibatkan diri ke dalam masyarakat-untuk membantu menghasilkan masyarakat yang sehat, dan lebih kasih sayang.
Jika kawan-kawan saya di sini terinspirasi oleh ide tersebut, maka ketika anda pulang, silakan mengundang kaum muda membentuk sebuah kelompok Buddhis Muda untuk Masyarakat Sehat dan Pengasih.
Bulan lalu kami berkunjung ke Italia, dan kami memiliki satu hari berlatih dengan orang-orang muda di kota Napoli [Naples]. Lima ratus kaum muda laki dan perempuan datang untuk berlatih bersama kami loved it! Mereka siap untuk terlibat dalam praktik perdamaian, membantu untuk menghasilkan masyarakat yang sehat, lebih penuh kasih. Biksu dan biksuni muda kami juga akan terlibat dalam organisasi tersebut.
Yayasan Institut Buddhis Terapan Kami juga telah mendirikan Institut Buddhisme Terapan Eropa. Saya berharap bahwa selama retret ini, Saudari Annabel, Chan Duc, akan mempresentasikan tentang Institut Buddhisme Terapan. Kita akan memiliki kampus di Amerika dan juga Asia. Setiap orang yang telah berhasil menyelesaikan retret tiga bulan di Plum Village atau Taman Rusa akan diberikan sertifikat kelulusan yang dikeluarkan oleh Institut Buddhis Terapan Eropa.
Lembaga Buddhisme Terapan akan menawarkan banyak program menarik. Anda mungkin ingin membantu mengatur kursus di daerah anda, kami akan mengirimkan guru-guru Dharma. Salah satu contoh adalah program 21 hari untuk pria dan wanita muda yang sedang mempersiapkan untuk membentuk sebuah keluarga. Di sana mereka belajar bagaimana membuat kehidupan perkawinan mereka agar berhasil.
Akan ada kursus untuk mereka yang telah didiagnosa AIDS atau kanker, sehingga mereka dapat belajar bagaimana hidup dengan penyakit mereka. Jika anda tahu bagaimana menerima dan hidup dengan penyakit anda, maka anda bisa hidup dua puluh, tiga puluh tahun lagi.
Akan ada program untuk pengusaha, untuk guru sekolah, dan sebagainya. Sertifikat seperti ini akan membantu anda untuk menjadi seorang guru Dharma resmi. Suatu hari anda mungkin akan terinspirasi untuk menjadi guru Dharma, untuk pergi keluar dan membantu orang, menjadi penerus dari Buddha.
Saat ini kita menggunakan istilah "Buddhisme Terapan" yang hanyalah cara lain untuk mengacu pada Engaged Buddhism.
Sumber: Ceramah Dharma oleh Thich Nhat Hanh di Hanoi, Vietnam, 6-7 Mei 2008 Ditranskrip oleh Sever Greg, diedit oleh Janelle Combelic dan Sister Annabel.
Terjemahan Bahasa Indonesia dan catatan kaki oleh Eddy Setiawan. Beberapa penyesuaian dilakukan tanpa mengubah arti, semata-mata untuk kenyamanan pembaca di Indonesia.