Bab 4 BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI
S
ejak 1960-an, musik populer di Indonesia berkembang semakin pesat, sejalan dengan munculnya teknologi yang murah. Penyebaran musik-musik populer dari mancanegara melalui radio, kaset, dan belakangan—sekitar dasawarsa 1990-an—melalui televisi, CD, dan Internet semakin memperluas jangkauan musik populer ke berbagai lapisan masyarakat dan wilayah. Sama seperti perekaman musik, jika sebelumnya peralatan dan kesempatan untuk memainkan musik populer sulit diperoleh, kini relatif mudah didapat melalui sistem penyewaan studio rekaman. Dewasa ini studio kecil dengan aplikasi MIDI studio, semakin menjamur. Sebagai konsekuensinya, produk rekaman yang sebelumnya didominasi dan dikuasai oleh perusahaan besar (major label) kini diimbangi dengan lahirnya perusahaan-perusahaan kecil atau studio pribadi. Mereka kemudian menciptakan jaringan pasar sendiri atas hasil produksi rekamannya. Kegiatan rekaman dan pemasaran semacam ini dikenal dengan istilah indie label (penyebaran independen tanpa bergantung pada jaringan perusahaan besar yang sudah mapan).
70 | MUSIK POPULER
Gbr 4.1: Ruang operator studio rekaman, salah satu tempat untuk mengemas musik populer
Hampir semua ragam musik populer mancanegara bisa hadir dalam kancah musik populer di Indonesia, sebagai dampak semakin mudahnya penyebaran musik populer. Namun tidak semua ragam musik populer itu digemari oleh banyak lapisan ma syarakat. Ada yang hanya diminati dalam kurun waktu tertentu saja, dan ada yang dibuat untuk mengikuti keinginan kalangan pendengar atau penonton terbatas atau komunitas khusus, seper ti musik cha-cha-cha, rumba, tango, merengue, ska, blues, reggae, rap, punk, hip-hop, hustle, disco, funky, country dan sebagainya (lihat Bab 5). Begitupun, gaya-gaya musik ini tetap memiliki kelompok penggemar. Untuk mewadahi kebutuhan sekelompok orang tersebut, pertunjukan khusus sering diadakan di tempat-tempat hiburan, seperti pub, night club, tavern, live music bar, termasuk program siaran radio dengan selera khusus. Berbagai kesempatan penyajian tersebut memberi ruang bagi berkembangnya berbagai ragam musik populer di Indonesia. Munculnya berbagai ragam musik populer ikut memberi warna perkembangan musik di Indonesia kendati dari segi jumlah penggemar—baik penonton maupun pendengar—bervariasi antara satu dengan lainnya. Di antara jenis musik populer yang
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 71
ada di Indonesia, barangkali yang paling menonjol adalah musik populer Barat, pop Indonesia (nasional), pop daerah, dangdut (nasional), dan dangdut daerah. Ragam musik inilah yang akan kami jelaskan selanjutnya. 4.1 Musik Populer Barat dan Musik Populer Indonesia
Musik populer Barat dan musik populer Indonesia adalah contoh spesifik dari musik populer yang pernah diuraikan sebelumnya (dalam Bab 1). Keduanya merupakan musik yang dikemas untuk hiburan, dipasarkan dan disebarluaskan lewat media massa, dan hadir di mana-mana. ‘Musik populer Barat’ pada dasarnya berkembang di wilayah kebudayaan Eropa, Amerika, dan Australia, sementara ‘musik populer Indonesia’ berkembang di wilayah kebudayaan Indonesia. Keduanya menggunakan bahasa yang dipakai di wilayah masing-masing. Musik Barat lebih dulu berkembang, dan pengaruhnya terha dap musik populer Indonesia—bahkan terhadap musik populer dunia—tidak dapat diabaikan. Pengaruh yang ditularkan lewat media massa dan teknologi sangat kental terasa dalam musik po puler Indonesia, baik unsur musikalnya (tangga nada, melodi atau lagu, harmoni, ritme, timbre, bentuk lagu, dan sebagainya), mau pun instrumentasi, tema lirik, dan teknik-teknik pertunjukannya. 4.2 Ragam Musik Populer di Indonesia
Untuk kasus musik di Indonesia, di samping istilah populer (yang sudah diuraikan pada Bab 1), ada tiga istilah lain yang perlu diperhatikan, yaitu: daerah (regional), tradisional, dan nasional. • Musik daerah(regional) adalah musik yang dari segi sejarah, bahasa, atau budaya berhubungan erat dengan suatu wilayah atau kelompok etnik tertentu di Indonesia. Musik daerah ini bisa merupakan musik populer dan/atau musik tradisional, bergantung pada elemen-elemen dasar yang terkandung dalam musik tersebut serta cara musik tersebut disebarluaskan. • Musik tradisional adalah segala jenis musik yang repertoar (kumpulan komposisi), susunan musik, idiom atau gaya, dan elemen-elemen dasar komposisinya pada umumnya tidak diambil dari repertoar atau sistem musikal yang secara jelas berasal
72 | MUSIK POPULER
dari luar Indonesia. Semua musik tradisional di Indonesia ber akar pada salah satu atau beberapa suku atau wilayah tertentu di Indonesia. Dengan kata lain (dalam definisi yang dipakai di sini) semua musik tradisional adalah musik daerah (regional). Tetapi belum tentu semua musik daerah merupakan musik tradisional. Misalnya, sebuah lagu pop atau dangdut yang dinyanyikan dalam suatu bahasa daerah akan kami anggap “musik daerah” atau “musik regional” justru karena bahasanya “berhubungan erat dengan suatu wilayah atau kelompok etnik tertentu” (dari definisi musik daerah di atas). Sekalipun dianggap musik daerah karena bahasa yang digunakannya, namun ji ka musiknya dibawakan dalam gaya pop atau dangdut—yaitu suatu gaya yang jelas berasal dari luar Indonesia—kami tidak akan menganggapnya sebagai musik tradisional. • Kategori ketiga adalah musik nasional, yaitu musik yang ditujukan pada semua orang Indonesia tanpa dikait-kaitkan dengan suatu wilayah maupun etnis tertentu. Musik nasional menggunakan bahasa Indonesia, tidak merujuk kepada kesukuan dan kedaerahan, dan juga tidak menonjolkan unsur-unsur musikal yang hanya umum di suatu daerah. Dalam kategori musik nasional dapat dimasukkan genre musik “pop Indonesia”, kron cong, dangdut, dan sebagian besar musik keagamaan. 4.2.1 Pop Indonesia
Musik pop atau pop Indonesia adalah salah satu subkategori dalam musik populer. Musik pop Indonesia secara umum memiliki karakter musikal Barat. Instrumentasinya didominasi alat-alat musik Barat, seperti gitar elektrik/akustik (gitar melodi dan gitar bass), seperangkat drum, dan organ atau piano elektrik serta jenis instrumen lainnya. Susunan melodi dan ritmenya juga mengacu Kami ��������������������������������������������������������������������� menulis “yang secara jelas” karena sulit sekali menentukan asalusul suatu unsur musik yang sudah lama berakar di Indonesia. ������������� Apakah musik gamelan Jawa atau gondang Toba mengandung unsur yang berasal dari luar Indonesia? Mungkin. Siapa tahu? Tetapi kalau kita perhatikan apa yang umum nya akan disebut pop atau dangdut, sudah jelas bahwa tangga nadanya, instrumennya, dan banyak unsur dalam gayanya berasal dari Barat, atau India, atau Timur Tengah.
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 73
pada sistem musik Barat. Ini dapat dilihat dari penggunaan konsep tonalitas (nada dasar atau kunci), serta aksentuasi dan birama yang sangat jelas. Banyak lagu-lagu pop Indonesia menggunakan suatu susunan akor yang sangat umum dalam musik populer Barat, mulai dengan akor (yang dalam teori musik Barat disebut) tonika ke sub-dominan, lalu ke dominan, dan kembali ke tonika. Progresi seperti ini bisa juga ditulis dengan menggunakan angka romawi, sebagai berikut: I – IV – V – I. (Lihat box tentang Akor Dasar pada Bab 2.)
Gbr 4.2: Salah satu kelompok musik pop Indonesia yang digemari kalangan muda
Gbr 4.3: Chrisye, penyanyi pop Indonesia yang mampu bertahan pada puncak karirnya selama tiga dasawarsa
Dari segi tekstual, terdapat banyak variasi ekspresi dalam teks musik pop Indonesia. Misalnya, teks nyanyian yang mengeks presikan pujian kepada Tuhan, atau kebanggaan akan alam dan tanah air Indonesia, atau protes terhadap ketidakadilan. Tetapi porsi terbesar dari teks lagu pop Indonesia adalah tentang cinta. Sekalipun bukan kaum remaja saja yang senang pada pop Indonesia, namun tidak bisa dipungkiri bahwa audiens terbesarnya adalah para remaja. Karena itu pula tidak heran jika nyanyiannyanyian bertema cinta menjadi sangat dominan. Emosi yang diungkapkan dalam lagu-lagu cinta bisa sedih atau gembira. Ada
74 | MUSIK POPULER
yang bersifat rayuan, dan ada pula yang bercerita tentang indah nya jatuh cinta, atau pedihnya putus cinta. Banyak kelompok penyanyi ataupun grup band yang membawakan musik pop. Contohnya, Koes Bersaudara (belakangan menjadi Koes Plus), Trio Bimbo (belakangan menjadi Bimbo setelah Iin Parlina masuk sebagai penyanyi ke-4), Favourites Group, The Mercys, dan ratusan lagi. Yang sedang terkenal akhir-akhir ini, seperti: Dewa, Jamrud, Gigi, Sheila on 7, Peter Pan, /rif, naïf, Ada Band, Kla Project, Slank, Radja, Ratu, Samson, Boomerang. Atau beberapa penyanyi pop Indonesia terkenal, antara lain, Iwan Fals, Krisdayanti, Chrisye, Ruth Sahanaya, Marcell Siahaan, Reza Artamevia, Glenn Fredly, Audi, Rossa, Ari Lasso, Titi DJ, Edo Kondologit, Andre Hehanusa, Harvey Malaiholo, Iyeth Bustami, Erni Djohan, Leo Kristi, Victor Hutabarat, Emilia Contessa, Hetty Koes Endang, Vina Panduwinata, Agnes Monica dan masih banyak lagi. Dari daftar penyanyi di atas, jelas ada banyak variasi di dalam kategori besar pop Indonesia, dan ada banyak sub-gaya. Nyanyian Iwan Fals jelas jauh berbeda dari nyanyian Emilia Contessa! Tetapi semuanya kami golongkan sebagai penyanyi pop Indonesia karena memenuhi kriteria pop Indonesia tadi—unsur musikal, instrumentasi, tema lirik, dan gaya penampilan yang dekat dengan musik pop Barat sekarang ini. VCD 1
Betharia Sonata, Krisdayanti
4.2.2 Pop Daerah
Sebagaimana telah disebutkan di atas, di samping musik populer yang diterima di mana-mana di Indonesia, ada pula jenis musik populer yang bersifat daerah (regional). Kategori mu sik daerah (regional) adalah musik yang lirik, dan atau ciri-ciri musikalnya berhubungan dengan suatu wilayah kultur dan kelom pok etnik tertentu di Indonesia. Istilah “musik daerah” ini bisa mencakup musik tradisional dan musik populer. Salah satu jenis musik populer daerah (secara umum) disebut “pop daerah.” Musik ini merupakan versi daerah (regional) dari musik pop Indonesia. Musik pop daerah dekat (dan kadang-kadang sama) dengan pop Indonesia dari segi melodi, harmoni, instru-
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 75
mentasi dasar, ritem, dan sebagainya. Disebut sebagai musik “pop daerah” yang berasal dari daerah tertentu—bukan disebut “pop Indonesia”—justru karena musiknya menggunakan bahasa lokal dan kadang-kadang menggunakan instrumen atau timbre yang dianggap khas daerah tersebut. Pada VCD pop daerah, seringkali ada unsur-unsur visual yang dimasukkan sebagai tanda kedaerahan, seperti pemandang an alam setempat, pantai, kantor pemerintahan, lapangan terbang, jalan kota, rumah adat, pakaian tradisional, dan tarian tradisional. Kadang-kadang gam bar-gambar bersifat lokal itu tampak dalam VCD, sekalipun berciri lokal (selain bahasa daerah) hanya sedikit ataupun malah tidak hadir dalam musiknya. Akhir-akhir ini, muncul versi-versi pop daerah di banyak etnik. Bisa dibayangkan, suatu waktu kelak akan tersedia musik daerah dari semua suku atau wilayah yang ada di Indonesia. Perkembangan musik pop daerah diawali dengan munculnya piringan hitam yang berisi rekaman lagu-lagu berbahasa lokal tetapi menggunakan instrumentasi dan idiom (gaya musik) Barat. Rekaman semacam ini muncul pertama kali pada tahun 1930-an (lihat Bab 3), dan semakin deras pada tahun 1950-an. Piringan hitam tersebut berisi lagu-lagu yang sudah dikenal sebagai lagu rakyat (anonim) atau lagu ciptaan baru. Lagu-lagu semacam ini umumnya disebut sebagai “lagu daerah”, dan bisa dianggap seba gai salah satu jenis musik populer daerah, tetapi bukan jenis pop daerah. Mengapa demikian? Coba lihat lagi penjelasan sebelumnya. Dalam definisi di atas sudah disebutkan bahwa musik pop daerah merupakan versi lokal dari pop Indonesia, sementara pada waktu itu musik pop Indonesia belum ada. (Jadi logikanya musik pop Indonesia mesti hadir lebih dahulu baru kemudian hadir pop daerah!) Dengan kata lain, “lagu daerah” merupakan lagu lagulagu berbahasa lokal yang menggunakan instrumentasi dan idiom (gaya musik) Barat namun bukan saduran dari suatu lagu “pop Indonesia”. Berbeda dari pop daerah dan pop Indonesia, lagu-lagu daerah tidak berkaitan erat dengan kaum remaja. Tema utamanya bukan tentang cinta, melainkan tentang sifat kedaerahan (keindahan
76 | MUSIK POPULER
alam daerah, makanan daerah atau aspek dari kebiasaan dan kehidupan daerah). Dari segi musiknya, ada lagu daerah yang dekat sekali dengan musik Barat, dan ada yang mengambil unsur lokal, misalnya tangga nada pentatonis, yang terdiri dari lima nada, tetapi diterapkan dalam instrumentasi dan idiom musik Barat. Sekarang, perbedaan antara lagu-lagu daerah dengan lagu pop daerah (ataupun pop Indonesia) kadang-kadang tidak jelas. Band pop daerah bisa sekaligus membawakan suatu lagu daerah. Misalnya, ada suatu VCD Minang yang selain berisi lagulagu pop Minang, memuat pula dua lagu daerah, Bungo Parawitan (NN) dan Kelok 44 (cipt. Masroel Mamudja). Dari segi gaya, musik, dan penampilannya, semua lagu pada VCD ini adalah pop Minang, termasuk dua lagu daerah itu. Jadi sebuah lagu dari satu sisi bisa digolongkan sebagai lagu daerah, sementara dari sisi lain digolongkan sebagai pop daerah. Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, audiens remaja mulai mendominasi dunia musik populer di Barat dan kemudian di Indonesia. Sejak saat itulah muncul musik pop Indonesia. Kemudian berkembang pula versi lokalnya, yaitu pop daerah. Dari segi ciri dan pola, lagu-lagu pop daerah mirip dengan pop nasional, namun aransemennya sering menyertakan penanda-penanda yang memberi kesan kedaerahan. Misalnya, dengan melibatkan beberapa instrumen tradisional atau menggunakan unsur-unsur nyanyian lokal (misalnya unsur vibrato atau getaran suara yang sangat menonjol dalam gaya nyanyian Batak Toba) untuk memberi warna suara (timbre) yang meng ingatkan pendengar akan budaya setempat. Ada pula yang menerapkan tangga nada yang mirip dengan tangga nada yang dipergunakan dalam musik tradisional. Misalnya, lagu-lagu pop Sunda yang menggunakan tangga nada yang mirip pelog (bukan pelog tulen melainkan pilihan nada dari tangga nada diatonis yang dekat dengan nada dalam tangga nada pelog), supaya ada kesan kedaerahannya. Lagu pop Sunda sering juga meniru suara kecapi (siter) dalam aransemennya. Bandingkanlah langgam Jawa, yang juga menggunakan tangga nada “mirip pelog” dan meniru suara beberapa alat tradisional.
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 77
Kebutuhan pasar untuk pop daerah melahirkan banyak penyanyi, kelompok musik dan pencipta lagu. Seperti biasa dalam kasus musik populer apapun dan di manapun, demi mengatur strategi pasar, lagu-lagu baru terus-menerus diperlukan oleh produser. Adakalanya materi baru itu didapatkan dengan cara mengalihbahasakan lagu-lagu pop Indonesia, bahkan lagu pop internasional, ke dalam bahasa lokal. Contoh kasus ini dapat kita lihat pada lagu Hati Yang Luka (ciptaan Obbie Messakh), yang dipopulerkan oleh Betharia Sonata pada tahun 1988. Sesudah menjadi populer dalam versi bahasa Indonesia, lagu ini kemudian dialihbahasakan ke beberapa bahasa daerah, termasuk Jawa, Minang, Batak-Toba, Cirebon, dan Sunda. Sama halnya de ngan lagu Madu dan Racun (ciptaan Ari Wibowo), yang juga di terjemahkan ke beberapa bahasa daerah. Demikian juga halnya dengan lagu populer mancanegara. Kadangkala hanya meminjam melodinya sementara teks diganti dengan bahasa lokal yang tidak ada kaitan dengan tema lirik aslinya. Contoh kasus seperti ini dapat dilihat pada lagu House of the Rising Sun (sebuah lagu rakyat Amerika yang belakangan digarap ulang Alan Price dari The Animals) dan juga sebuah lagu populer berbahasa Spanyol Vaya con Dios (ciptaan Inez James, Buddy Pepper, dan Larry Russell), yang dialihbahasakan ke dalam teks bahasa Batak-Toba. Hal yang sama dapat ditemui pada lagu sound track film India yang dibintangi oleh Shahrukh Khan, Kuch Kuch Ho Ta Hai, yang dinya nyikan dalam beberapa versi bahasa lokal di Indonesia. Atau lagu rakyat Amerika She’ll Be Comin’ Round the Mountain yang diduga mengalami transformasi menjadi lagu Si Neger-neger dalam ma syarakat Batak-Toba di sekitar tahun 1950-an, dan belakangan dengan melodi yang kurang lebih sama menjadi lagu Cucak Rawa, dipopulerkan oleh Didi Kempot, dalam bahasa Jawa. 4.2.3 Dangdut
Dangdut adalah musik yang lahir dari perpaduan musik populer India, Arab, Barat, dan Melayu. Selain instrumentasi band biasa (gitar melodi, gitar bas, keyboard), instrumen-instrumen khas dangdut lainnya adalah suling bambu dan dua buah gendang yang dimainkan seorang musisi (mirip tabla atau bon-
78 | MUSIK POPULER
go). (Istilah ketipung kadang-kadang dipinjam dari gamelan Jawa untuk menyebut gendang ini.) Pola ritem gendang yang sarat de ngan sinkopasi mengalir terus, dan memberikan warna tersendiri. Di samping itu, dangdut umumnya menggunakan banyak liukan dalam gaya bernyanyinya, serta warna suara yang khas, sehingga di manapun musik ini disajikan, semua orang pasti bisa meng identifikasinya. Pada masa awal perkembangannya, musik dangdut disebut Orkes Melayu (disingkat OM). Dalam periode awal itu, yaitu tahun 1960-an, muncul beberapa penyanyi dan pencipta lagu terkenal. Di antaranya, Emma Gangga, Hasnah Tahar, Said Effendi, Munif Bahaswan, Ellya Khadam dan sebagainya. Pola musiknya sangat potensial untuk digunakan sebagai musik tarian sosial. Dari segi instrumentasi, Orkes Melayu dulu menggunakan gitar, mandolin (ada juga yang menggunakan ud), bas, akordion (kadangkala harmonium), suling, tamborin (kadangkala marakas) dan gendang dua sisi. Lama-kelamaan, komposisi band dangdut berubah: akordeon diganti keyboard listrik, serta gitar dan bas menjadi gitar listrik (melodi dan bas). Alat-alat lain (misalnya drum set, trompet, saksofon, timpani) juga bisa masuk.
Gbr 4.4: Rhoma Irama dan grup Soneta yang memberi warna baru dalam perkembangan musik dangdut.
Gbr. 4.5: Salah satu kelompok musik dangdut daerah
Menurut beberapa referensi, istilah ’dangdut’ merupakan peniruan bunyi gendang (onomatopea), yaitu dang dan dut. Pada awalnya istilah ini dianggap merendahkan musik tersebut (ingatlah istilah ngak-ngik-ngok dari Presiden Soekarno, yang juga di-
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 79
maksudkan untuk merendahkan!), tetapi sekarang sudah menjadi nama umum, tanpa kesan negatif. Pada awal tahun 1970-an, mantan pemusik rock Rhoma Irama (sebelumnya bernama Oma Irama), bersama kelompok OM So neta (kemudian Soneta Grup) dan pasangan duet Elvie Sukaesih, masuk dalam blantika musik dangdut. Rhoma Irama mengurangi warna India dalam dangdut dan meningkatkan warna Timur Te ngah serta warna rock. Dengan perubahan ini dangdut menjadi sangat populer, dan Rhoma Irama kemudian dinobatkan menjadi “Raja Dangdut.” Pada setiap kaset baru dari Rhoma selalu ada lagu-lagu yang menjadi hits di masyarakat: Begadang, Penasaran, Uang, dan banyak lagi. Rhoma Irama kemudian memproduksi film-film yang bertema cerita yang bersumber dari judul-judul lagunya yang terkenal, misalnya Oma Irama Berkelana, Begadang, Satria Bergitar, dan lain-lain. Salah satu peran Rhoma Irama dalam perkembangan musik dangdut, di samping meningkatkan kedina misan musiknya, adalah menyertakan pesan-pesan agama Islam ke dalam teksnya, sehingga musik Rhoma Irama disebut “The Sound of Moslem.” Musik dangdut mengalami pasang naik, dari segi penjual an rekaman, pertunjukan dan produksi film. Kemudian semakin marak, seiring munculnya penyanyi-penyanyi baru yang memili ki gaya tersendiri, di antaranya, A. Rafiq, Mansyur S, Muchsin Alatas, Rita Sugiarto, Meggi Z, Rama Aiphama, Itje Tresnawati, Inul Daratista, Evie Tamala, Camelia Malik dan lain-lain. Bahkan di kalangan generasi muda yang sebelumnya meng anggap dangdut adalah musik kurang bermutu, muncul kelompok parodi musikal Pancaran Sinar Petromaks (PSP) yang dimotori oleh Rizali Indrakesuma bersama dengan kelompok komedi Warkop Prambors. Pada akhir tahun 1970-an semuanya masih berstatus mahasiswa, dan mereka mengusung dangdut bergaya komedi. PSP menjadi kelompok yang digemari di kalangan masya rakat perkotaan dan di kalangan intelektual, dan mampu menghantar musik dangdut ke kalangan masyarakat tersebut. Termasuk juga penampilan mereka dalam acara Terminal Musikal Tempat Anak Muda Mangkal, sebuah acara yang sangat populer yang di asuh oleh Mus Mualim di TVRI Jakarta. Pada dasawarsa 1990-an, di era perkembangan televisi swasta, musik dangdut malah su-
80 | MUSIK POPULER
dah tampil sebagai program andalan di hampir seluruh stasiun televisi di Indonesia. Beberapa program spektakuler, antara lain, adalah Digoda, In-dangdut, Ria Dangdut, Kuis Dangdut, Gondangdia, dan Gebyar Dangdut. Sekarang kita mengenal berbagai corak dangdut. Ada dang dut model Rhoma Irama; dangdut gaya India dari Mansyur S, dangdut gaya Arab dari A. Rafiq dan ada pula dangdut “sweet” atau manis. Ada yang memasukkan unsur musik populer lainnya, misalnya; dangdut rock, kroncong dangdut (cong-dut), dangdut remix disco, dan dangdut gaya latin-jazz-rock. Gaya yang terakhir ini dikreasikan oleh Reynold Panggabean. Lebih jauh, dangdut ternyata merembes ke luar Indonesia. Misalnya dangdut yang digarap oleh Makoto Suzuki dari Jepang, yang menampilkan Fahmi Shahab dan Hetty Sunjaya lewat lagu Kopi Dangdut (diduga adaptasi dari lagu latin Malindo Cafe). Musik dangdut ini digarap dengan menerapkan efek peralatan komputer. 4.2.4 Dangdut Daerah
Sama seperti pop daerah dalam kaitannya dengan pop Indonesia, dangdut daerah merupakan versi lokal dari dangdut “na sional” atau dangdut dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya, dangdut daerah menggunakan bahasa daerah, dengan ciptaan lo kal atau dengan mengalihbahasakan dari lagu dangdut nasional. Sebagaimana pop daerah, dangdut daerah bisa meminjam instrumen atau ciri musikal dari musik setempat. Dalam VCD-VCD dang dut daerah, terdapat pula banyak gambar lokal, pakaian tradisional, dan sebagainya. 4.2.5 Musik Populer Daerah: Jaipongan, Tarling, dan Jenis-jenis Campuran
Jaipongan. Musik pop daerah yang sudah diuraikan di atas secara teknis lebih menekankan pada material musik Barat, dan dari segi instrumen serta bentuk musik cenderung mengadopsi karakter lagu-lagu pop nasional. Dangdut daerah juga berpatokan pada dangdut nasional.
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 81
Tetapi ada beberapa macam musik populer di Indonesia yang tidak mengacu pada musik populer nasional, melainkan pada musik tradisional dari daerah. Unsur-unsur musikalnya—tangga nada, bentuk komposisi, timbre dan ornamentasi nyanyian—bersumber pada tradisi lokal, bukan pada musik Barat, India, atau budaya asing lainnya. Ada yang menggunakan instrumentasi tradisional saja (misalnya jaipongan), tetapi ada juga yang menerapkan unsur-unsur musikal dari tradisi pada alat-alat Barat (misalnya tarling). Semua jenis-jenis ini kami sebut juga sebagai musik populer karena menggunakan sistem pemasaran dan sistem penyebaran media massa, persis seperti pop Indonesia atau dangdut Indonesia. Semua menunjukkan beberapa ciri yang terdapat pada semua musik populer (sistem bintang, pemunculan materi baru yang terus-menerus, atau bersifat hiburan yang umumnya ringan). Jenis-jenis ini memang termasuk kategori musik populer tetapi jelas bukan pop. Mengapa bukan pop? Karena pop berpatok an ke musik Barat, sedangkan jaipongan tidak! Barangkali jenis musik populer daerah yang paling terkenal adalah jaipongan. Musik dan tarian ini berkembang pada tahun 1970-an, berangkat dari tradisi musik Sunda di Jawa Barat. Cikalbakalnya adalah hiburan rakyat ketuk tilu, yang biasa ditampilkan di desa-desa di Jawa Barat untuk merayakan khitanan, pernikahan, atau pesta panen. Kesenian lain yang juga menjadi sumbernya adalah bajidoran dari pesisir utara Jawa Barat.
Gbr 4.6: Pemain kendhang dan penyanyi dalam jaipongan
82 | MUSIK POPULER
Pada awal perkembangannya, ensambel untuk jaipongan sama dengan ensambel untuk ketuk tilu: rebab (alat dawai yang digesek), kempul (gong gantung berpencu), goong (juga gong gantung berpencu, lebih besar dari kempul), kecrek (lempengan logam yang dipukul dengan paku besi), tiga ketuk (gong kecil berpencu, diletakkan di atas rak), dan seperangkat kendang (berjumlah dua, tiga, bahkan sampai enam buah). Belakangan, saron (alat berbilah logam) dan gambang (alat berbilah kayu) dari gamelan Sunda di tambahkan. Selain alat-alat, ada penyanyi perempuan, disebut sinden, yang ikut dalam ensambel jaipongan. Bentuk musik jai pongan biasanya berupa melodi lagu yang diulang-ulang (strofis) dalam siklus gong serta dimainkan dalam tangga nada pelog, madenda, sorog dan salendro. Satu ciri khas jaipongan adalah kendang an yang sangat dinamis untuk mendukung dan menyemangati penari. Kendangan jaipongan akan semakin ramai dan intens men jelang saat goong dipukul. Musik jaipongan adalah jenis musik populer yang bersumber dari kesenian rakyat Jawa Barat, menggunakan teks berbahasa daerah, serta alat dan idiom musik Jawa Barat, tanpa pengaruh da ri musik Barat. (Jaipongan mengingatkan kita pada lagu panambih pada tahun 1930-an, yang juga merupakan musik populer yang berasal dari tradisi Jawa Barat. Lihat Bab 3.) Uniknya, sampai se karang jaipongan merupakan satu-satunya kesenian populer lokal di Indonesia yang pernah meraih perhatian di luar daerahnya sendiri. Umumnya kesenian populer lokal hanya dikenal di daerahnya, tetapi pada masa jayanya (di paruh kedua tahun 1980-an) jaipongan menjadi tren di Jakarta dan di kota-kota lain di Indone sia. (Barangkali Anda akan bertanya, bagaimana dengan tarian poco-poco dari Maluku? Bukankah poco-poco juga kesenian daerah yang menjadi populer di mana-mana? Apa bedanya antara jai pongan dan poco-poco? Jawablah pertanyaan itu terlebih dahulu, sebelum melihat jawaban kami pada catatan kaki.2) Jaipongan berkembang sebagai iringan tarian, dan pada masa jayanya sangat digemari di mana-mana. Jaipongan ditampilkan di 2 Jaipongan menggunakan idiom dan tangga nada musik tradisional Jawa Barat, sedangkan poco-poco menggunakan idiom dan tangga nada musikal Barat.
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 83
banyak acara-acara sosial, dan sering dimainkan sebagai selingan di antara babakan wayang dan dalam program hiburan di televisi. Kursus-kursus pelajaran tari Jaipongan juga pernah menjadi bisnis yang menguntungkan, baik di Jawa Barat maupun di luar daerah itu. Barangkali tokoh yang paling berpengaruh dalam perkem bangan jaipongan (bahkan sering disebut pelopornya) adalah Gugum Gumbira, yang mengaransir dan menciptakan banyak lagu jaipongan. Tokoh ini juga memimpin Jugala Group serta perusa haan kaset Jugala. Penyanyi andalan di Jugala Group adalah Idjah Hadidjah dan Euis Komariah. Artis lain, seperti penyanyi Tati Saleh dan Dede Winingsih, dan juru kendang Suwanda juga sa ngat penting dalam khasanah jaipongan. Jaipongan pernah menjadi begitu menggairahkan, sehingga ciri-cirinya juga diterapkan pada jenis-jenis kesenian lain. (Mirip dengan kasus yang dibicarakan dengan dangdut tadi.) Ada bebera pa penyanyi dangdut, misalnya Camelia Malik, yang meminjam beberapa unsur gerak jaipongan. Ada juga penggabungan unsur musik jaipongan dengan alat-alat dari ensambel lain. Perpaduan angklung dengan jaipongan, misalnya, menghasilkan jenis hibrida lain yang disebut reog-jaipong. Kendangan jaipongan yang diterapkan pada gamelan degung menghasilkan degung-jaipong. Ada juga mandarin-jaipong, yaitu musik populer dari Tiongkok (canto-pop) dimainkan dengan gaya jaipongan sementara teks lagunya tetap dalam bahasa Mandarin atau bahasa Tiongkok lainnya. Di sam ping itu, ada juga calung-jaipong, jula-juli jaipongan dan jaipongan versi Banyumas, serta lagu-lagu pop Indonesia yang dinyanyikan dengan aransemen gaya jaipong. Tarling. Tarling adalah suatu jenis musik populer dari Cirebon, Jawa Barat, yang berkembang sekitar tahun 1960-an. Nama jenis itu merupakan perpaduan dari istilah gitar dan suling. Kedua alat ini, bersama kendang, merupakan alat inti dalam musiknya. Pada awalnya, musik tarling menggunakan idiom (gaya) Cirebon dan mengiringi teater atau lagu-lagu populer, tetapi gaya kedaerahan ini sekarang terasa kuno. Sejak sekitar tahun 1980-an akhir, musik tarling makin dekat dengan dangdut, dan sekarang tarling sulit dibedakan dari dangdut Cirebon.
84 | MUSIK POPULER
Lagu daerah dan lagu baru, dimainkan pada ensambel tradisional. Sekitar tahun 1970-an di Banyuwangi, Jawa Timur, mun cul lagu daerah Banyuwangi yang dibawakan oleh ensambel gandrung Banyuwangi. Ensambel itu terdiri dari penyanyi perempuan, dua biola, dua kethuk (gong kecil berpencu), segi tiga besi, gong gantung, dan kendang. Tangga nada pentatonis dan gaya musiknya cocok dengan musik gandrung Banyuwangi, sekalipun lagunya baru, dan kadang-kadang mengandung sifat seperti lagu daerah lainnya (terutama dalam hal bentuk komposisinya). Lagulagu Banyuwangi ini diterima sebagai unsur dalam repertoar gandrung Banyuwangi, dan biasanya dibawakan penyanyi/penari perempuan (yaitu si gandrung) sebagai lagu selingan, di antara babak-babak tarian tamu. Mengapa lagu Banyuwangi dianggap sebagai musik populer daerah? Ya, karena lagu itu disebarluaskan melalui media massa elektronik (dalam hal ini kaset audio dan radio), dan penyanyi nya, seperti Gandrung Temu dan Gandrung Sugiati, juga menjadi bintang daerah. Fenomena ini terdapat pada beberapa kesenian lain juga. Misalnya, lagu-lagu daerah ciptaan komponis Karo, Djaga Depari, yang bersifat seperti lagu daerah pada umumnya (lihat uraian di atas). Pada tahun 1960-1980-an, lagu-lagunya sering dimainkan oleh ensambel tradisional pada masyarakat Karo, yaitu gendang lima sedalanen, dalam konteks pertunjukan, oleh perkolong-kolong, atau penyanyi laki-laki dan perempuan. Sebagaimana dengan lagu Banyuwangi tadi, lagu perkolong-kolong ini menjadi bagian dari repertoar sehari-hari perkolong-kolong, dan tampil dalam pertunjukan bersama komposisi anonim lainnya yang berumur ratusan tahun. Pada masa jayanya, lagu perkolong-kolong ini se ring dikasetkan. Dalam konteks ini kita juga bisa menyebut gendhing-gen dhing Jawa ciptaan Ki Nartosabdho dan komponis lainnya. Gen dhing-gendhing itu dimainkan pada gamelan tradisional dengan beberapa unsur yang diambil langsung dari tradisi karawitan, te tapi juga dengan unsur baru yang bersifat populer dan tidak terdapat dalam tradisi itu. Sebuah komposisi seperti Aja Lamis bisa dianggap gendhing Jawa populer. Hal ini bisa mengingatkan kita pada langgam Jawa yang di
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 85
uraikan pada Bab 3. Langgam Jawa merupakan bentuk komposisi baru yang dimainkan pada alat Barat (khususnya ensambel kroncong) tetapi meminjam atau menirukan unsur dari karawitan Jawa. Dalam perkembangannya, gendhing populer Jawa dan langgam Jawa makin lama makin dekat, sehingga pada tahun 1990-an timbul kebiasaan untuk memainkan langgam Jawa pada gamelan, dan juga memainkan gendhing populer seperti Aja Lamis pada ensambel langgam Jawa. Perkembangan mutakhir. Ketiga jenis yang tadi dibicarakan—lagu Banyuwangi, lagu perkolong-kolong Karo, dan gen dhing populer Jawa—telah mengalami perubahan dalam sepuluh atau lima belas tahun akhir ini. Lagu Banyuwangi, yang semula di mainkan pada ensambel tradisional, sejak tahun 1990-an menjadi repertoar dalam sebuah jenis ensambel baru, namanya kendang kempul. Jenis ensambel ini memainkan lagu Banyuwangi itu, dan juga lagu baru dalam bahasa Osing (Banyuwangi), yaitu bahasa daerah Banyuwangi) pada ensambel keyboard, ditambah dengan beberapa alat perkusi dari ensambel gandrung: kendang, kempul, kethuk dan kadang-kadang segitiga besi. Sifat kedaerahannya terletak pada alat perkusi ini dan bahasanya, tetapi gaya musiknya makin dekat dengan pop Indonesia. Serupa halnya dengan lagu perkolong-kolong, yang semakin lama semakin jarang dimainkan pada ensambel gendang lima sedalanen, melainkan dimainkan pada “kibod” (keyboard) yang diprogram supaya menambah harmoni dan suara perkusi yang meniru pola ritem gendang dalam musik tradisional Karo. Perkembangan mutakhir di Jawa adalah jenis musik campursari. Musik itu menggabungkan keyboard, gitar (dan kadang-kadang drum set) dengan alat-alat gamelan. Sebenarnya campursari mampu memainkan gendhing-gendhing populer dan langgam Jawa, tetapi yang lebih dominan dalam pertunjukan campursari sekarang ada lah lagu pop daerah dan dangdut daerah. 4.2.6 Musik Populer untuk Anak-anak
Lagu anak-anak, dalam pengertian mudah dinyanyikan anak-anak dari segi nada-nada dan teksnya, pada awalnya berangkat dari lagu-lagu dolanan atau permainan rakyat dan lagu-
86 | MUSIK POPULER
lagu “nina bobo” (lullaby) yang penciptanya kebanyakan anonim. Banyak masyarakat memiliki tradisi ini. Misalnya, lagu Potong Bebek Angsa, Anak Kambing, Sarinande, Burung Kakak Tua, dan lain lain. Seiring perkembangan pola pendidikan, khususnya setelah kemerdekaan Indonesia, lagu anak-anak mulai diciptakan secara khusus, dan pelajaran bernyanyi dimasukkan ke dalam kurikulum. Itu sebabnya banyak pencipta lagu anak pada masa awal ini berasal dari kalangan pendidik. Di antaranya, Bintang Sudibyo (Ibu Sud), Pak Kasur, Bu Kasur, dan A.T. Mahmud. Beberapa lagulagu dari zaman itu masih disenangi sampai sekarang, misalnya: Balonku Ada Lima, Bintang Kecil, Naik-naik ke Puncak Gunung. Pada pertengahan tahun 1970-an, golongan anak-anak mulai dilirik industri hiburan sebagai pasar baru, dan lagu untuk anakanak menjadi komoditas yang penting. Promosi melalui acara anak-anak atau iklan di televisi melahirkan bintang-bintang popu ler anak yang disebut penyanyi cilik. Pada awalnya, kebanyakan penyanyi cilik itu adalah anak dari pemusik atau penyanyi yang sedang terkenal pada masa itu. Adakalanya orang tua mereka turut menciptakan lagu atau juga menggarap musiknya, seperti Chicha Koeswoyo (anak Nomo Koeswoyo dari Koes Bersaudara), Yoan Tanamal (anak Enteng Tanamal), Fitria Sukaesih (anak Elvie Sukaesih), dan sebagainya. Secara periodik, perkembangan musik anak-anak populer di Indonesia mencatat beberapa nama penyanyi cilik yang sukses dalam pertunjukan maupun dalam penjualan album rekaman, antara lain: Chicha Koeswoyo, Dina Mariana, Puput Novel, Agnes Monica, Leony, Adi Bing Slamet, Ira Maya Sopha, Diana Papilaya, Enno Lerian, Dea Imut, Marshanda, Tina Toon, Joshua Suherman, Sherina Munaf dan lain-lain. Beberapa dari mereka sampai sekarang masih bertahan menjadi penyanyi, tetapi dengan target pendengar yang lebih dewasa seiring dengan meningkatnya usia mereka. Salah satu pencipta lagu anak-anak populer sekaligus produser yang tergolong berhasil dari segi finansial adalah Papa T. Bob. Dalam perkembangan mutakhir musik populer anak-anak muncul kesan campur tangan orang dewasa (baca: produser dan orang tua) dalam mengeksploitasi anak-anak. Pendapat ini muncul didasarkan pada kenyataan bahwa kebanyakan lagu anak-
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 87
anak populer yang kita saksikan di televisi, yang juga menjadi acuan dalam penjualan rekaman, merupakan penampilan anakanak yang mengikuti cara-cara orang dewasa, baik dari sisi melodi lagu, lirik gerak tari, maupun penampilan gaya serta kostumnya. Kondisi ini memikat anak-anak lain untuk menirunya, termasuk juga membangkitkan keinginan dan ambisi para orang tua untuk mencoba mengorbitkan anak-anak mereka menjadi penyanyi populer. Jadi pop anak-anak bisa dilihat sebagai usaha industri hiburan untuk merayu anak supaya masuk dunia remaja atau dewasa—dunia pop dan glamor perkotaan, dunia pacaran, dunia konsumerisme—yang terlalu dini. Usaha tersebut bisa dikritik tajam dari beberapa segi, termasuk dari segi perkembangan sehat untuk anak-anak.
Gbr 4.7: Joshua
Gbr 4.8: Tasya
Gbr 4.9: Sherina
4.2.7 Musik Populer Hibrida Modern dan Etnik
Ada musik populer yang menggabungkan instrumen musik Barat dengan instrumen musik tradisional yang ada di Indonesia. Atau menggabungkan teknik bermain musik dan vokal dari dua ragam tradisi (etnik) atau lebih. Kreativitas seperti ini sudah berlangsung lama, khususnya dalam menggabungkan unsur musik gamelan Jawa dan Bali dengan musik klasik Barat. Hal itu bisa ditelusuri dengan memperhatikan upaya beberapa musisi asing yang pernah tinggal di Jawa dan Bali, misalnya Wheeler Beckett, Walter Spies, Colin McPhee, dan sebagainya. Pada awalnya, corak musik seperti ini hanya eksperimen baru untuk mengikuti keinginan audiens yang terbatas. Kemudi
88 | MUSIK POPULER
an dinamikanya semakin berkembang, dan lama-kelamaan musik tersebut mendapat tempat di kalangan pemusik dan audiens mu sik populer. Dan semakin terlihat pada dasawarsa 1960-an sampai 1970-an, saat kreativitas penggabungan instrumen masuk dalam dunia pertunjukan. Penggabungan seperti ini dilakukan baik oleh pemusik jazz (Tjok Sinsoe, Mus Mualim dan Bubi Chen, termasuk kolaborasi dengan Tony Scott dalam album Djanger Bali yang diterbitkan di Jerman) maupun mereka yang berlatar belakang musik klasik (Idris Sardi). Pementasan musik jazz yang digabungkan dengan musik tradisional Bali pernah diadakan di Taman Ismail Marzuki Jakarta, oleh Tjok Sinsoe. Pada tahun 1970, pada festival jazz Osaka, di Jepang, hal serupa juga dilakukan oleh Mus Mualim berkolaborasi dengan Idris Sardi serta beberapa pemusik lainnya, yang menggabungkan musik jazz dengan teknik vokal tradisional Cianjuran, dinyanyikan oleh Tuty Ahem. Pada dasawarsa 1980an, Bubi Chen—yang dinilai sebagai pianis jazz terbaik di Asia pada festival jazz di Düsseldorf, Jerman tahun 1966—pernah mem pertunjukkan piano jazz bersama dengan kacapi Sunda yang dimainkan oleh Mang Uking Sukri. Aktivitas musik hibrida seperti ini kemudian diteruskan oleh generasi yang lebih muda, di antara nya Iwan Hasan bersama dengan pemusik tradisional Bali I Gusti Kompyang Raka pada tahun 2000-an. Pertunjukan mereka men dapat sambutan yang luar biasa di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1976 Guruh Soekarnoputra juga sudah mengga bungkan ensambel dan teknik vokal musik tradisional Bali dengan musik rock, bersama kelompok Gypsy (Keenan Nasution, Christian Rahadi [Chrisye], Roni Harahap, Abadi Soesman, Odink Nasution). Ragam musik seperti ini oleh media massa disebut “musik eksperimen”. Dan sejak itu beberapa pemusik mulai menggarap musik gabungan dalam konteks musik populer, misalnya Harry Roesli, Sapto Raharjo, Djadug Feriyanto, Dwiki Dharmawan dan Pra B. Darma, Erwin Gutawa, Aminoto Kosim, Ismet Ruchimat, Wayan Sadra, Irwansyah Harahap, Ben M. Pasaribu, Rizaldi Siagian, Sujiwo Tejo, Komang Astita, Nyak Ina Raseuki, dan lainlain. Pada tahun 2000-an ada album musik populer yang komposisi lagunya menggabungkan instrumen tradisional dan Barat. Contohnya antara lain, Ian Antono dalam kelompok musik Gong
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 89
2000 dengan gamelan Bali, Moritza Thaher bersama kelompok Nyawong dengan rapai serta seurune kalee dan Raply Kande dari Aceh, Iwan Hasan bersama kelompok Discus dengan gamelan dan beberapa pemusik lainnya. Bahkan, program Dua Warna pernah menjadi program andalan di stasiun televisi RCTI, sehingga istilah “dua warna” menjadi sebutan baru untuk ragam musik yang di tahun 1970-an disebut musik eksperimen.
Gbr 4.10: Penggabungan musik modern dan tradisional
Gbr 4.11: Guruh Soekarnoputra
4.2.8 Musik Rock
Musik rock dari segi kesejarahan bersumber dari jenis musik rock and roll yang lahir di Amerika pada tahun 1950-an dan dipopulerkan oleh Bill Haley and the Comets melalui lagu Rock Around the Clock. Musik rock mengalami proses yang panjang di Amerika dan Inggris, termasuk hubungannya yang erat dengan perlawanan politik dan gerakan anti kemapanan (anti establishment). Karena itu, dalam perkembangannya musik ini menghasilkan banyak corak, baik dalam gaya penciptaan, cara pembawaan lagu, hubungannya dengan mode pakaian, rambut, serta aksesori yang disenangi kaum muda. Di Indonesia, perkembangan musik rock diawali dengan masuknya pengaruh rock and roll. Musik itu membangkitkan minat pemusik-pemusik untuk memainkan jenis musik ini, termasuk kelompok musik pop Koes Bersaudara di awal tahun 1960-an, yang disamping menyanyikan
90 | MUSIK POPULER
lagu-lagu ciptaan sendiri, juga memainkan lagu-lagu rock and roll yang populer saat itu. Kegirangan akan hadirnya jenis musik rock ini sempat membuat Presiden Soekarno mengeluarkan larangan aktivitas memainkan musik tersebut. Beliau juga menganjurkan untuk membakar piringan hitam jenis musik ini, karena dianggap menyuburkan semangat kapitalisme. Bahkan pada Agustus 1965, kelompok musik itu dituduh “subversi.” Koes Bersaudara malah sempat dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi mereka dibebaskan sebulan kemudian, setelah meledaknya peristiwa 30 September 1965. Zaman berubah, musik rock kembali menjadi idola di awal tahun 1970-an. Ditandai dengan munculnya banyak kelompok musik rock di hampir semua kota besar di Indonesia. Beberapa kelompok musik rock penting, di antaranya: Gypsy, Rasela, Bigman Robinson, Dara Puspita, God Bless di Jakarta; The Rollies, Giant Step, Freedom of Rhapsodia di Bandung; Great Session, Rhythm Kings, Freemen, Destroyer, Minstrels dan Dara Kartika di Medan; Limestone di Padang; Golden Wing di Palembang; Trencem di Solo; Christmas Camel di Yogyakarta; AKA, Yeah Yeah Boys di Surabaya; Ogle Eyes di Malang, dan sebagainya. Bahkan ada juga orang-orang Indonesia yang membentuk kelompok musik rock di mancanegara. Misalnya, Kopfjaeger dan Barongs Band di Jerman serta Clover Leaf di Belanda. Keseluruhan kelompok-kelompok musik ini lebih banyak memainkan lagu-lagu rock mancanegara yang dipelajari melalui piringan hitam. Pertunjukan musik rock tumbuh semakin pesat, dan menjadi lahan yang subur dan me nguntungkan dari segi penjualan karcis pertunjukan. Bintang-bintang penyanyi rock banyak bermunculan pada dasawarsa 1970-an, yang oleh media massa disebut sebagai ‘super star’. Di antaranya: Ucok Harahap, Achmad Albar, Mickey Merkelbach, Gito Rollies, Guntur Simatupang, Yose Tobing, Benny Subardja, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya, kelompok musik rock juga memasuki dunia rekaman. Kecuali beberapa kelompok musik yang sudah hadir sejak awal, misalnya God Bless dan Rollies. Kebanyakan pemusik rock mengawali kelahiran kelompok mereka melalui jalur rekaman dahulu, baru kemudian mengadakan pertunjukan. Di samping itu, ada juga kelompok yang hadir melalui jalur kompetisi (sering disebut festival) yang banyak diselengga-
BEBERAPA JENIS MUSIK POPULER DI INDONESIA DEWASA INI | 91
rakan di berbagai kota. Puncaknya pada Indonesian Rock Festival yang digagasi oleh Log Zhelebour. Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok musik seperti Power Metal, Metallaser, Whizz Kid, Makara, Boomerang, Zamrud, Rif/dan sebagainya. Termasuk juga penyanyi tunggal yang tidak membawa nama kelompok, misalnya Harry Moekti, Bangkit Sanjaya, Deddy Stanzah, dan lain-lain. Kegairahan pada musik rock tidak hanya diminati penyanyi laki-laki saja, tetapi juga perempuan. mereka yang muncul antara lain penyanyi Euis Darliah (kini bermukim di Finlandia), Nola Tilaar, Sylvia Saartje, Titik Hamzah, Nicky Astria, Anggun C. Sasmi (kemudian hijrah ke Prancis), Atiek CB, Connie Dio, Mel Shandy dan lain-lain, yang juga berhasil, baik dari segi penjualan rekaman maupun pertunjukannya. Ada banyak corak musik rock yang berkembang dan menjadi varian-varian (subkategori) dengan gaya dan cara pembawaan yang khas. Di antaranya, hard rock, progressif rock, heavy metal, thrash metal, speed metal, grindcore, grunge, alternative, electronica, hard core, punk rock, new wave, new romantic dan sebagainya. Seluruh corak musik rock tersebut dimainkan oleh kelompok-kelompok musik rock yang masing-masing memiliki penggemarnya sendiri. God Bless, Rif/
Gbr 4.12: Salah satu kelompok musik rock Indonesia
Gbr 4.13: Salah satu kelompok musik rock mancanegara
92 | MUSIK POPULER
CHRISYE Lahir di Jakarta tahun 1949. Christian Rahadi nama aslinya, kemudian berubah menjadi Chrismansyah lebih dikenal dengan nama Chrisye. Ia belajar memainkan gitar sejak kecil, meskipun dilarang orangtuanya. Setelah keluar dari Jurusan Pariwisata, Universitas Trisakti, ia memutuskan untuk serius bemain musik, bergabung dengan band The Pros. Pada tahun 1973 ia berangkat ke New York untuk mengisi program musik di restoran Ramayana. Inilah sebagai awal yang sangat penting bagi karirnya. Setelah kembali ke Indonesia, ia terlibat dalam proyek musik eksperimental Guruh Soekarnoputra. Kemudian setelah lagu Lilin-lilin Kecil ciptaan James F. Sundah yang dinyanyikannya dalam rekaman Lomba Cipta Lagu Prambors menjadi terkenal, dilanjutkan dengan album Badai Pasti Berlalu, dia melejit menjadi penyanyi penting sejak tahun 1976 sampai 2005. Dari belasan albumnya, hampir semua menghasilkan lagu hit. Sampai tahun 2004 hampir semua pergelarannya sangat megah dan sukses besar, khususnya ketika pertunjukannya ditangani oleh Erwin Gutawa pada 2005.