Segmentasi Provinsi Menurut Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Modern Di Indonesia Kurniawati, Milla Herdayati Biostatistics and Demography Department, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Prevalensi pengguna kontrasepsi modern penting ditingkatkan dalam upaya menurunkan Angka Fertilitas Total. Akan tetapi, angka nasional prevalensi pengguna kontrasepsi modern belum mencapai target dengan disparitas yang tinggi antar provinsi. Dalam upaya menurunkan disparitas tersebut, dibutuhkan informasi berbasis wilayah sesuai dengan faktor-faktor penentunya untuk mendapatkan kebijakan spesifik. Faktor-faktor tersebut digambarkan dari sisi pengguna dan penyelenggara program KB. Penelitian deskriptif ini menggunakan desain studi crosssectional dengan data sekunder agregat tingkat provinsi dari laporan rutin BKKBN dan BPS serta SDKI 2012. Hasil segmentasi didapatkan 4 segmen optimal dan segmen 4 dipilih sebagai segmen prioritas dalam upaya menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern. Kata Kunci: disparitas; prevalensi pengguna kontrasepsi modern; segmentasi,
The Provincial Segmentation Based on Factors that Influecing Modern Contraceptive Prevalence Users in Indonesia Abstract The prevalence of modern contraceptive users is important to be increased in order to reduce the Total Fertility Rate. However, the national prevalence rate of modern contraceptive users has not reached the target with a high disparity inter province. In an effort to decrease the disparity, region based information is required in accordance with influencing factors that described in terms of demand and supply of family planning program to get specific policies. This descriptive study used a cross-sectional study design and secondary data aggregate at provincial level from BKKBN and BPS routine reports and IDHS 2012. The provincial segmentation results in 4 segments as the number of optimal segment and segment 4 as the priority in effort to decrease the disparity. Keywords: Contraceptive Prevalence Users; Disparity; Segmentation.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Pendahuluan Angka fertilitas total di Indonesia selama 10 tahun terakhir tidak berubah, yaitu tetap di angka 2,6 anak per wanita dan menjadi tertinggi pertama diantara negara dengan penduduk terbanyak di dunia (Population Reference Bureau, 2013). Tingginya angka fertilitas total dapat mengakibatkan pertumbuhan penduduk tidak seimbang sehingga sulit melakukan pemerataan pembangunan yang berdampak negatif pada kesejahteraan manusia yaitu turunnya derajat kesehatan, meningkatnya angka kemiskinan, dan menurunkan tingkat pendidikan (Bongaarts et al., 2012, BKKBN, 2013a). Salah satu cara untuk menurunkan angka fertilitas total adalah dengan meningkatkan penggunaan kontrasepsi modern (Bongaarts et al., 2012; BKKBN, 2013a; Gillspie, 2007). Prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia di tahun 2012 belum mencapai target sebesar 65% dan cenderung stagnan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir 56,5% di tahun 2002 dan 57,9% di tahun 2012 (BKKBN, dkk, 2013). Selain itu, pencapaian prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia memiliki disparitas yang cukup tinggi yaitu 66,4% di Provinsi Kalimantan Selatan dan 19,1% di Provinsi Papua (BKKBN, dkk, 2013). Tingginya disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern tersebut mencerminkan adanya perbedaan akses dalam pelayanan keluarga berencana terutama di wilayah miskin dan terpencil (Gwatkin and Ergo, 2011; Gillespie et al., 2007; Gakidou and Vayena, 2007). Hal ini dibuktikan dengan presentase keluarga miskin menurut BKKBN di Provinsi Papua sebesar 79,69% sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 28,9% (BKKBN, 2013b). Dalam upaya menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia, informasi berbasis wilayah diperlukan untuk mendapatkan kebijakan spesifik yang sesuai dengan keadaan wilayah terkait. Informasi berbasis wilayah ini juga dilakukan agar para pembuat kebijakan dapat mengembangkan pasar dan meningkatkan ketepatgunaan intervensi melalui arahan yang lebih baik, baik dari sektor publik, privat, dan NGO (Non Government Organization) (Bongaarts et al., 2012). Hal ini dapat digunakan untuk memberikan subsidi pemasaran sosial pada masyarakat kurang mampu serta mengizinkan sektor komersial untuk mengembangkan produk-produk atau pelayanan-pelayanan bagi masyarakat yang mau dan mampu untuk membayar (Bongaarts et al., 2012). Berdasarkan uraian di atas, segmentasi provinsi di Indonesia penting dilakukan untuk mendapatkan informasi berbasis wilayah tersebut.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Segmentasi dilakukan menurut faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan kontrasepsi modern secara komprehensif baik dari sisi pengguna maupun dari sisi penyelenggara Program KB dalam upaya menurunkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia (Bongaarts et al., 2012; Khan et al., 2013; Cleland et al., 2006; Picavet and Wijsen, 2011; Handrina, 2011; Upadhyay, 2001; BKKBN, 2013a). Setelah segmentasi dilakukan, diharapkan dapat diketahui profil hasil segmentasi untuk mendapatkan segmen prioritas utama dalam upaya menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia.
Tinjauan Teoritis Segmentasi adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan karakteristik dalam perilaku pembelian konsumen (Kurniaputri, 2008). Tujuan dilakukannya segmentasi adalah sebagai landasan bagi pembuat kebijakan dalam mengenali konsumen dan kebutuhannya dalam mencapai kepuasan konsumen (Kurniaputri, 2008). Segmentasi adalah tahap awal dari tiga tahap strategi pemasaran yaitu segmentasi pasar, penetapan target pasar, dan penempatan posisi di pasar. Segmentasi pasar terdiri dari proses mengenali dasar yang digunakan untuk mensegmentasi pasar dan menyusun profil-profil segmen. Selanjutnya, penetapan target pasar terdiri dari proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dan memilih target segmen. Terakhir, penempatan posisi di pasar terdiri dari proses menyusun penempatan segmen-segmen yang ditargetkan serta menyusun bauran pemasaran tiap-tiap segmen (Kurniaputri, 2008). Konsep segmentasi pasar hingga penetapan target pasar diadaptasi ke dalam program keluarga berencana sebagai salah satu pertimbangan dalam pengembangan program. Segmentasi yang dilakukan berdasarkan faktor/karakteristik sisi permintaan atau target program keluarga berencana yaitu pasangan usia subur, serta faktor/karakteristik sisi penawaran atau penyelenggara dalam penelitian ini difokuskan pada ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelayan program. Karakteristik dari sisi target program sebagai sisi permintaan/pengguna terdiri dari presentase keluarga miskin yang mewakili keadaan ekonomi target (Gakidou and Vayena, 2006; Gillespie et
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
al., 2007; Cleland et al., 2006); lama sekolah wanita (Mekonnen and Worku, 2011; Ayaz and Efe, 2009; Hailemariam and Haddis, 2011; Ali and Okud, 2012) dan lama sekolah pria (Ali and Okud, 2013; Mekonnen and Worku, 2011; Hailemariam and Haddis, 2011; Ayaz and Efe, 2009; Ahmad, 2012) yang mewakili keadaan pendidikan target; median usia kawin pertama (BKKBN, dkk, 2013; Picavet and Wijsen, 2011; Musick, Brand, and Davis, 2012); serta angka fertilitas total (Hailemariam and Haddis, 2011; Gillspie et al., 2007). Karakteristik dari sisi penawaran atau penyelenggara terdiri dari rasio tenaga kesehatan terhadap desa yang didefinisikan sebagai jumlah dokter dan bidan yang berada di klinik KB (Picavet and Wijsen, 2011; Weaver et al., 2013) dan rasio petugas KB terhadap desa (BKKBN, 2013a; Kurniawan, 2010).
Metode Penelitian Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Unit analisis penelitian ini adalah provinsi, dengan pengambilan sampel dengan metode total sampling didapatkan 33 provinsi sebagai sampel. Sebanyak tujuh variabel diambil sebagai faktor-faktor yang secara literatur berhubungan terhadap besar prevalensi pengguna kontrasepsi modern. Berikut pada tabel 1 dijelaskan mengenai definsi operasional masing-masing variabel penelitian beserta sumber datanya. Berbeda sumber data akan mengakibatkan berbeda pula hasil segmentasi, oleh karena itu sumber data telah disesuaikan dengan badan pemerintah yang bertugas dalam memantau setiap variabel penelitian. Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian No
Faktor
Variabel Presentase keluarga miskin Lama sekolah wanita
1.
Demand Side Lama sekolah pria Median usia kawin pertama wanita
Definisi Operasional (∑Keluarga Pra Sejahtera + ∑Keluarga Sejahtera 1) /( ∑ kepala keluarga )*100% menurut provinsi Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas menurut provinsi dan jenis kelamin wanita tahun 2012 Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas menurut provinsi dan jenis kelamin wanita tahun 2012 Median usia kawin pertama kali wanita pernah kawin usia 25-49 tahun menurut provinsi
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Sumber Data Profil Pendataan Keluarga, 2012 Laporan Perkembangan Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Indonesia, 2013 Laporan Perkembangan Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Indonesia, 2013 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012
Tabel 1 lanjutan …
2.
3.
Angka Fertilitas Total
Jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya menurut provinsi
Rasio tenaga kesehatan terhadap desa
Jumlah tenaga dokter dan bidan hasil pendataan di klinik KB dibagi dengan jumlah desa menurut provinsi
Rasio petugas KB terhadap desa
Total PLKB, PKB, dan petugas KB dibagi dengan jumlah desa menurut provinsi
Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Modern
Jumlah wanita kawin usia 15-49 tahun yang menggunakan suatu cara modern dibagi dengan seluruh wanita kawin usia 15-49 tahun menurut provinsi
Supply Side
Output
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012 Hasil olah Laporan Pelayanan Kontrasepsi, 2012 dan Profil Pendataan Keluarga, 2012 Hasil olah Laporan Pengendalian Lapangan, 2012 dan Profil Pendataan Keluarga, 2012 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012
Segmentasi provinsi menurut faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi pengguna kontrasepsi modern didapatkan dengan tahapan analisis data sebagai berikut: a. Gambaran umum data, dilakukan dengan univariat deskriptif untuk menggambarkan kelengkapan data dan distribusi data, sedangkan kenormalan data dapat diketahui dengan uji normalitas menggunakan kolmogorov smirnov dengan nilai P di atas 0,05. Perhatian untuk nilai rata-rata dalam penelitian ini tidak sama tepat dengan nilai nasional, hal ini dikarenakan perbedaan cara menghitung yang terletak pada angka denominatornya atau lebih tepatnya rata-rata dalam penelitian ini merupakan nilai rata-rata tak tertimbang. b. Seleksi variabel, dilakukan dengan uji regresi linear ganda dengan pemeriksaan konfounding untuk mendapatkan variabel apa yang paling berpengaruh dalam penggunaan kontrasepsi modern berdasarkan kerangka konsep yang telah dibangun. Setelah dilakukan pemeriksaan konfounding, terdapat uji asumsi klasik yang harus terpenuhi pada regresi linear berganda. Asumsi klasik ini terdiri dari eksistensi, autokorelasi, linearitas, homoskedatisitas, normalitas, dan multikolinearitas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa hasil seleksi variabel yang didapat adalah valid (Hastono, 2006). c. Segmentasi provinsi, dilakukan dengan uji analisis klaster untuk mendapatkan segmen provinsi berdasarkan kesamaan karakteristik faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern. Sebelum analisis klaster dilakukan terdapat empat asumsi yang harus dipenuhi yaitu kesamaan nilai skala antar variabel, tidak adanya multikolinearitas, kecukupan sampel
dan kelengkapan data. Analisis klaster dilakukan dengan proses
hirarki menggunakan metode ward’s sebagai metode klastering, pengukuran jarak
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
menggunakan kuadrat jarak Euclidean (Hair, Bush, dan Ortinau, 2009; Prasetyo, Ariawan, dan Yelda, 2013; Cross, 2013; Everitt, et al., 2011). Jumlah alternatif segmen yang diharapkan terbentuk antara 3 hingga 5 segmen. Hal ini diambil dengan pertimbangan studi literatur yang menyatakan bahwa lebih dari 64% penelitian menggunakan analisis klaster mengambil jumlah segmen optimal antara 3 hingga 5 segmen (Dolnicar, 2003; Prasetyo, Ariawan, dan Yelda, 2013; Budiman, 2013). Selanjutnya dalam menentukkan jumlah segmen yang optimal dalam penelitian ini, dilakukan dengan dua pendekatan yaitu melihat delta koefisien agglomerasi dan kehomogenitasan internal serta keheterogenitasan eksternal. Asumsi yang digunakan adalah apabila terjadi perubahan nilai koefisien yang besar, mengindikasikan bahwa baru saja terjadi penggabungan dua buah segmen yang memiliki sedikit kesamaan yang dihitung dengan delta koefisien agglomerasi yaitu hasil pengurangan koefisien agglomerasi sebelum segmen x terbentuk (x+1) dengan koefisien agglomerasi saat segmen x terbentuk dibagi dengan koefisien agglomerasi sebelum segmen x terbentuk (x+1) dikali dengan 100%. Jumlah segmen yang dipertimbangkan diambil adalah segmen dengan nilai delta koefisien agglomerasi terkecil. Selanjutnya asumsi homogenitas internal adalah keadaan yang menunjukkan variasi nilai semua variabel masing-masing provinsi di dalam suatu segmen adalah sama, sedangkan heterogenitas eksternal adalah keadaan yang menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap variabel penelitian antar segmen yang terbentuk. Kehomogenitasan dan keheterogenitasan tersebut diuji dengan one way anova dimana asumsi akan terpenuhi apabila nilai P seluruh variabel pada pemeriksaan homogeneity variances di atas 0,05 serta nilai P one way anova di bawah 0,05. d. Gambaran profil hasil segmentasi, dilakukan dengan uji one way anova untuk mendapatkan profil hasil segmentasi yang membantu dalam menentukkan segmen yang menjadi prioritas utama dalam upaya menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian Penelitian menghasilkan gambaran umum data, faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi pengguna kontrasepsi modern, hasil segmentasi provinsi, serta profil hasil segmentasi. Gambaran Umum Data Berdasarkan tabel 2 seluruh data penelitian telah lengkap dan telah normal. Selanjutnya untuk distribusi masing-masing data penelitian digambarkan dengan nilai rata-rata beserta nilai simpangan baku, nilai maksimum serta minimumnya. Tabel 2. Gambaran Umum Data Penelitian
Variabel Presentase Keluarga Miskin (%) Lama sekolah Wanita (tahun) Lama sekolah Pria (tahun) Median usia kawin pertama wanita (tahun) Angka Fertilitas Total (anak per wanita) Rasio Petugas KB terhadap Desa (petugas per desa) Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Desa (tenaga per desa) Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Modern (%)
Kelengkapan Data (%) Missing
Kenormalan Data P Value
0
0,953
0
0,940
0
Distribusi Data
0,987
Rata-Rata ± sd 41,99 ± 16,78 7,91 ± 0,95 8,61 ± 0,91
Min-Max 12,39 – 82,25 5,20 – 10,20 6,90 – 11,00
0
0,391
20,61 ± 1,15
19,20 – 23,10
0
0,513
2,78 ± 0,40
2,10 – 3,70
0
0,228
1,67 ± 1,64
0,13 - 9,49
0
0,414
0,52 ± 0,36
0,0046 – 1,79
0
0,247
54,32 ± 10,47
19,10 – 66,40
Distribusi prevalensi pengguna kontrasepsi modern memiliki nilai terendah sebesar 19,10% di Provinsi Papua dan tertinggi sebesar 66,40% di Provinsi Kalimantan Selatan. Selanjutnya, distribusi presentase keluarga miskin terendah sebesar 12,39% di Provinsi Bangka Belitung dan tertinggi sebesar 82,25% di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Distribusi lama sekolah wanita terendah sebesar 5,2 tahun di Provinsi Papua dan tertinggi sebesar 10,2 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, distribusi lama sekolah pria terendah sebesar 5,9 tahun di Provinsi Papua dan tertinggi sebesar 11,0 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Distribusi median usia kawin pertama wanita terendah sebesar 19,20 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah dan tertinggi sebesar 23,1 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Distribusi angka fertilitas total terendah sebesar 2,1 anak per wanita di Provinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 3,7 anak per wanita di Provinsi Papua Barat. Distribusi rasio tenaga kesehatan terhadap
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
desa terendah sebesar 0,13 tenaga kesehatan per desa di Provinsi Papua Barat dan tertinggi sebesar 9,49 tenaga kesehatan per desa di Provinsi DKI Jakarta. Distribusi rasio jumlah petugas KB terhadap desa terendah sebesar 0,0046 petugas per desa di Provinsi Papua dan tertinggi sebesar 1,79 petugas per desa di Provinsi DKI Jakarta. Seleksi Variabel Penentu Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Modern Seleksi variabel dilakukan untuk mendapatkan variabel yang benar-benar dapat memprediksi besar prevalensi pengguna kontrasepsi modern yang selanjutnya akan masuk saat analisis klaster. Langkah awal seleksi variabel adalah dengan memasukkan seluruh variabel independen dalam kerangka konsep sebagai pemodelan awal. Tabel 3. Pemodelan Seleksi Variabel Penelitian Variabel
Pemodelan Awal B
Konstanta Presentase Keluarga Miskin Lama sekolah Wanita Lama sekolah Pria Median usia kawin pertama wanita Angka Fertilitas Total Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Desa Rasio Petugas KB terhadap Desa R R Square Anova
186,615 -0,146 4,580 -4,324 -4,712 -10,075 8,364 -1,620 0,857 0,734 0,0005
Pemodelan Akhir
Beta
P Value
B
-0,234 0,417 -0,378 -0,516 -0,387 0,283 -0,056
0,000 0,154 0,085 0,130 0,003 0,027 0,191 0,719
186,615 -0,146 4,580 -4,324 -4,712 -10,075 8,364 -1,620 0,857 0,734 0,0005
Beta
P Value
-0,234 0,417 -0,378 -0,516 -0,387 0,283 -0,056
0,000 0,154 0,085 0,130 0,003 0,027 0,191 0,719
Seleksi variabel dengan pemeriksaan konfounding pada uji regresi linear didapatkan bahwa seluruh variabel penelitian yang dibangun pada kerangka konsep adalah variabel besar prevalensi pengguna kontrasepsi modern. Hal ini didukung dengan nilai korelasi yang kuat (0,86) dan dapat menjelaskan variasi prevalensi pengguna kontrasepsi modern sebesar 73,4% dengan model yang fit ditunjukkan nilai P value Anova sebesar 0,0005. Nilai beta pada pemodelan akhir menunjukkan besar pengaruh variabel penentu terhadap prevalensi pengguna kontrasepsi modern. Ururan variabel dari yang paling berpengaruh terhadap prevalensi pengguna kontrasepsi modern adalah median kawin wanita dengan pola negatif, lama sekolah wanita dengan pola positif, angka fertilitas total dengan pola positif, lama sekolah pria dengan pola negatif, rasio
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
tenaga kesehatan terhadap desa dengan pola positif, presentase keluarga miskin dengan pola negatif, dan rasio petugas kb terhadap desa dengan pola negatif. Segmentasi provinsi menurut faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi pengguna kontrasepsi modern Tabel 4 menujukkan hasil analisis klaster berupa alternatif segmen beserta anggotanya. Tabel 4. Alternatif Segmen dan Anggotanya Jumlah Segmen
Anggota Segmen
5 Segmen
Segmen 5.1 : DKI Jakarta Segmen 5.2: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur Segmen 5.3: DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau Segmen 5.4: Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat Segmen 5.5: Papua Segmen 4.1: DKI Jakarta Segmen 4.2: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur Segmen 4.3: DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau Segmen 4.4: Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Segmen 3.1: DKI Jakarta Segmen 3.2: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau Segmen 3.3: Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua
4 Segmen
3 Segmen
Selanjutnya, dalam menentukkan segmen yang optimal dalam penelitian ini dilihat hasil perhitungan delta koefisien agglomerasi dan hasil uji oneway anova seperti yang tertera pada tabel 5 di bawah ini:
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Tabel 5. Pemeriksaan asumsi penentu jumlah segmen optimal Jumlah Segmen
Asumsi Delta koefisien agglomerasi Homogenitas internal Heterogenitas eksternal
3
4
5
22.88%
23.27%
23.72%
Tidak terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Tidak terpenuhi
Berdasarkan pemeriksaan asumsi penentu jumlah segmen optimal di atas, jumlah segmen optimal dalam penelitian ini adalah 4 segmen. Hal ini delta koefisien agglomerasi 4 segmen adalah yang kedua terkecil dibandingkan dengan delta koefisien 3 segmen. Selain itu, keadaan homogenitas internal dan heterogenitas eksternal telah terpenuhi. Gambaran profil hasil segmentasi Segmen 1 beranggotakan 1 provinsi, segmen 2 beranggotakan 15 provinsi, segmen 3 beranggotakan 5 provinsi dan segmen 4 beranggotakan 12 provinsi. Pada tabel 6 digambarkan anggota segmen beserta nilai masing-masing karakteristik pada setiap segmen yang terbentuk. Tabel 6. Profil hasil segmentasi menurut faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi pengguna kontrasepsi modern No 1.
Variabel Anggota
Segmen 1 DKI Jakarta
Segmen 2 Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten Sumatera Selatan Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Riau Jambi
Segmen 3 DI Yogyakarta Bali Sumatera Barat Bangka Belitung Kepulauan Riau
Segmen 4 Aceh Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat
Bengkulu Kalimantan Tengah Kalimantan Timur 2. 3. 4. 5.
Prevalensi Pengguna kontrasepsi modern (%) Presentase Keluarga Miskin (%) Lama Sekolah Wanita (tahun) Lama Sekolah Pria (tahun)
53,4 ± -
61,85 ± 3,67
56,54 ± 7,22
44,05 ± 9,39
14,60 ± -
39,04 ± 9,61
23,04 ± 8,66
55,86 ± 14,87
10,20 ± -
7,77 ± 0,65
8,34 ± 0,84
7,70 ± 1,10
11,00 ± -
8,39 ± 0,65
9,18 ± 0,87
8,43 ± 0,92
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Tabel 6 lanjutan … 6. Median usia kawin pertama wanita (tahun) 7. Angka Fertilitas Total (anak/wanita) 8. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Desa (tenaga/desa) 9. Rasio Petugas KB terhadap Desa (petugas/desa)
23,10 ± -
19,95 ± 0,61
21,88 ± 1,19
20,70 ± 0,96
2,3 ± -
2,61 ± 0,25
2,48 ± 0,28
3,15 ± 0,34
9,49 ± -
1,46 ± 0,49
2,73 ± 1,12
0,82 ± 0,44
1,79 ± -
0,41 ± 0,16
0,83 ± 0,38
0,43 ± 0,29
Keterangan: rata-rata ± simpangan baku
a.
Segmen 1
Segmen 1 beranggotakan 1 provinsi yaitu DKI Jakarta. Pada segmen 1 ini, presentase keluarga miskin, dan angka fertilitas total adalah yang terendah dibandingkan segmen lainnya. Sedangkan lama sekolah wanita, lama sekolah pria, median usia kawin pertama wanita, rasio tenaga kesehatan terhadap desa dan rasio petugas KB terhadap desa adalah yang tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya. Prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini adalah tertinggi ketiga setelah segmen 2 dan segmen 3. b.
Segmen 2
Segmen 2 beranggotakan 15 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada segmen 2 ini, prevalensi pengguna kontrasepsi modern adalah yang tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya. Sedangkan lama sekolah pria, median usia kawin pertama wanita dan rasio petugas KB terhadap desa adalah yang terendah dibandingkan dengan segmen lainnya. c.
Segmen 3
Segmen 3 beranggotakan 5 provinsi yaitu DI Yogyakarta, Bali, Sumatera Barat, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Pada segmen 3 ini tidak ada karakteristik yang menonjol dibandingkan dengan segmen lainnya. Prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini adalah tertinggi kedua setelah segmen 2. d.
Segmen 4
Segmen 4 beranggotakan 12 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua, Maluku Utara, Papua Barat. Pada segmen ini, presentase keluarga miskin dan angka fertilitas total adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Sedangkan
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
prevalensi pengguna kontrasepsi modern, median lama sekolah wanita, dan rasio tenaga kesehatan terhadap desa adalah yang terendah jika dibandingkan dengan segmen lainnya.
Pembahasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sumber data pada penelitian ini memiliki cakupan informasi yang berbeda-beda, variabel penentu besar prevalensi pengguna kontrasepsi modern terbatas pada data yang tersedia, serta intrepretasi nilai rata-rata pada penelitian ini adalah rata-rata tak tertimbang. Gambaran Hasil Segmentasi Berikut dipaparkan satu-persatu segmen yang terbentuk berdasarkan hasil segmentasi. Pemaparan diurutkan dari segmen yang memiliki prevalensi pengguna kontrasepsi modern tertinggi hingga yang terendah. Selanjutnya, dari hasil pemaparan dapat ditentukkan segmen mana yang menjadi prioritas utama dalam menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia a
Segmen dengan Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Tertinggi (Segmen 2)
Rata-rata prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini adalah yang tertinggi dibandingkan segmen lainnya. Secara substansi, kecenderungan prevalensi pengguna kontrasepsi modern yang tinggi ini dikarenakan tingginya proporsi wanita usia subur yang telah menikah ditunjukkan dengan nilai median usia kawin pertama wanita adalah yang terendah jika dibandingkan segmen lainnya. Hal ini dapat berdampak pada tingginya rata-rata angka fertilitas total (BKKBN, 1991; BKKBN, 2013b). Hasil perincian terkait perbandingan antara rata-rata jumlah anak ideal dan angka fertilitas total menunjukkan bahwa sebagian besar wanita kawin usia 15-49 tahun telah memiliki jumlah anak ideal sehingga mengindikasikan sebagian besar wanita di segmen ini ingin membatasi kehamilannya. Akan tetapi metode kontrasepsi modern yang digunakan belum tepat dalam upaya membatasi kehamilannya, ditujukkan dengan presentase terbesar jenis kontrasepsi yang digunakan adalah suntik.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Dalam upaya mempertahankan ataupun meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini dapat dilakukan dengan pendekatan pendidikan. Selain itu, promosi peningkatan metode kontrasepsi jangka panjang dapat ditingkatkan dalam segmen ini. Hal ini dilakukan dalam upaya membatasi kehamilan karena tingkat kegagalan pil ataupun suntik lebih tinggi jika dibandingkan dengan implant atau metode jangka panjang lainnya (Trussel, 2011; Collumbien, Gerressu, and Cleland, 2004; Bradley, Schwandt, and Khan, 2009). b
Segmen dengan Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Tertinggi Kedua (Segmen 3)
Prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini tergolong tertinggi kedua setelah segmen 2. Sejalan dengan itu, angka fertilitas total juga terendah kedua setelah segmen 1. Pola seperti ini menunjukkan pola yang ideal dan diharapkan oleh BKKBN dapat terjadi di Indonesia. Meskipun begitu, angka prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen 3 ini belum mencapai target yaitu sebesar 65%. Hasil perincian terkait perbandingan antara rata-rata jumlah anak ideal dan angka fertilitas total menunjukkan tiga kecenderungan yaitu terdapat wanita usia subur di dalam segmen ini yang tidak menggunakan kontrasepsi karena angka fertilitas total yang ada belum mencapai jumlah yang ideal, sehingga mereka memutuskan untuk tidak menggunakan kontrasepsi modern terlebih dahulu hingga memenuhi jumlah anak idealnya; beberapa dari mereka yang menggunakan kontrasepsi modern bermaksud menjarangkan kehamilannya; sebagian lain bermaksud membatasi kehamilannya karena sebagian besar wanita di segmen 3 ini berusia 30-49 tahun (Hartoyo, Latifah, dan Mulyani, 2011; Nasution, 2011; BKKBN, dkk, 2013). Berdasarkan kecenderungan yang telah dipaparkan di atas, keadaan segmen 3 ini telah tergolong ideal. Dalam upaya peningkatan prevalensi pengguna kontrasepsi, pihak swasta dapat dilibatkan pada segmen ini. Hal ini dikarenakan seluruh faktor baik dari sisi pengguna maupun dari sisi penyelenggara sudah cukup baik terlebih pada presentase keluarga miskin. Sejalan dengan upaya tersebut, promosi peningkatan prevalensi pengguna kontrasepsi jangka panjang sebaiknya ditingkatkan pada segmen ini. Hal ini dapat dilakukan mengingat sebagian besar wanita kawin di segmen 3 ini telah berusia di atas 30 tahun. c
Segmen dengan Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Tertinggi Ketiga (Segmen 1)
Prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini tergolong tertinggi ketiga setelah segmen 2 atau terendah kedua setelah segmen 4. Akan tetapi, pencapaian karakteristik lainnya adalah
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
yang terbaik. Hal ini dibuktikan dengan presentase keluarga miskin, dan angka fertilitas total dalam segmen ini adalah yang terendah dibandingkan segmen lainnya. Sedangkan lama sekolah wanita, lama sekolah pria, median usia kawin pertama wanita, rasio tenaga kesehatan terhadap desa dan rasio petugas KB terhadap desa adalah yang tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya. Hasil perincian terkait perbandingan antara rata-rata jumlah anak ideal dan angka fertilitas total menunjukkan kecenderungan bahwa terdapat wanita usia subur di dalam segmen ini yang tidak menggunakan kontrasepsi karena angka fertilitas total yang ada belum mencapai jumlah yang ideal, mereka yang mengikuti program KB di segmen ini tidak hanya untuk membatasi kelahiran tetapi juga mengatur jarak kelahiran (Hartoyo, Latifah, dan Mulyani, 2011). Sejalan dengan kecenderungan penggunaan kontrasepsi serta pola fertilitas yang telah dijelaskan di atas, dalam upaya meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen 1 ini sektor privat atau komersil dapat dilibatkan. Hal ini ditawarkan mengingat seluruh pencapaian karakteristik dari sisi pengguna dan penyelenggara tergolong baik, terlebih presentase keluarga miskin adalah yang terendah dibandingkan dengan segmen lainnya. d
Segmen dengan Prevalensi Pengguna Kontrasepsi Tertinggi Ketiga (Segmen 1) Angka prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini adalah yang terendah jika
dibandingkan segmen lainnya. Sejalan dengan itu, angka fertilitas total adalah yang tertinggi jika dibandingkan segmen lainnya. Identifikasi mengapa prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen ini tergolong rendah dapat diakibatkan oleh tingginya presentase keluarga miskin. Keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi salah satu masalah utama yang terjadi di segmen 4 ini. Hal ini ditunjukkan oleh rasio tenaga kesehatan per desa adalah yang terendah diantara segmen lainnya yaitu sebesar 0,82 per desa. Hal ini berarti satu desa hanya memiliki satu dokter atau bidan. Hasil perincian terkait perbandingan antara rata-rata jumlah anak ideal dan angka fertilitas total menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia subur di segmen ini ingin membatasi kehamilannya. Akan tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi atau tidak menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai untuk membatasi kehamilan/ metode kontrasepsi jangka panjang yang dibuktikan dengan suntik sebagai alat kontrasepsi terbanyak yang digunakan di segmen ini serta
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
presentase penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang adalah yang terendah jika dibandingkan segmen lainnya. Berdasarkan pemaparan di atas, keadaan pada segmen 4 ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah, dalam upaya untuk meningkatkan kesertaan ber-KB dan upaya meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Penentuan Segmen Prioritas Berdasarkan pertimbangan profil segmen yang terbentuk, segmen 4 dipilih sebagai segmen prioritas dalam meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern guna menurunkan disparitasnya. Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbagan bahwa pada segmen 4, presentase keluarga miskin dan angka fertilitas total pada provinsi yang berada dalam segmen ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya. Selain itu, lama sekolah wanita dan rasio tenaga kesehatan terhadap desa adalah yang terendah dibandigkan segmen lainnya. Dalam upaya meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern di segmen prioritas ini, sektor publik maupun NGO dapat melakukan pendekatan peningkatan pendidikan dan penambahan jumlah tenaga kesehatan serta petugas KB. Sejalan dengan hal tersebut, penyediaan alat kontrasepsi gratis pada seluruh provinsi di segmen ini juga dapat menjadi salah satu alternatif solusi.
Kesimpulan 1.
Segmentasi provinsi menghasilkan 4 segmen optimal yang menggambarkan kondisi prevalensi pengguna kontrasepsi di Indonesia beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya
2.
Segmen 1 terdiri dari 1 provinsi, segmen 2 terdiri dari 15 provinsi, segmen 3 terdiri dari 5 provinsi, dan segmen 4 terdiri dari 12 provinsi
3.
Profil hasil segmentasi menggambarkan bahwa : prevalensi pengguna kontrasepsi modern tertinggi berada pada segmen 2, dan terendah pada segmen 4
4.
Segmen 4 dipilih sebagai segmen prioritas utama dalam menurunkan disparitas prevalensi pengguna kontrasepsi modern di Indonesia.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Saran 1.
Pendekatan pendidikan formal serta peningkatan jumlah tenaga kesehatan dan petugas KB dapat dilakukan pada segmen prioritas untuk meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern dalam upaya menurunkan disparitas di Indonesia.
2.
Sektor swasta dapat dilibatkan dalam upaya meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi modern pada segmen 1 dan 3. Hal ini dikarenakan pada kedua segmen ini seluruh faktor pengguna dan penyelenggara sudah cukup baik terutama pada presentase keluarga miskin, akan tetapi prevalensi pengguna kontrasepsi modern masih terbilang rendah (segmen 1) atau sudah cukup tinggi namun belum mencapai target sebesar 65% (segmen 3).
3.
Upaya promosi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dapat ditingkatkan di segmen 2, 3 dan 4. Hal ini dikarenakan sebagian besar wanita pada segmen 2 dan 4 telah mencapai jumlah anak idealnya sehingga kecenderungan membatasi kehamilan adalah tinggi serta sebagian besar wanita pada segmen 3 telah berusia di atas 30 tahun.
4.
Penelitian lanjut lebih spesifik dapat dilakukan dengan menambahkan variabel jumlah tenaga kesehatan terlatih dan jumlah petugas KB terlatih.
Daftar Referensi Ahmad. (2012). Frekuensi dan Determinan Kontrasepsi Pria di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. jurnalkesmas.org (16 April 2014, 13.30 WIB Ariawan, I. (2009). An Introduction to Cluster Analysis. Center for Health Research, Universitas Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2011). Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2010-2014. bkkbn.go.id (31 Januari 2014, 20.52 WIB). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dkk. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. [CD ROOM]. Jakarta. ----------------. (2012). Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN 2013. bkkbn.go.id (31 Januari 2014, 21.53 WIB). ----------------. (2013). Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia; November 2013. bps.go.id (29 April 2014, 4.47 WIB).
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
----------------. (2013a). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2012. bkkbn.go.id (31 Januari 2014, 20.58 WIB). ----------------. (2013b). Profil Pendataan Keluarga tahun 2012. bkkbn.go.id (24 Februari 2014, 21.58 WIB). ----------------. (2013c). Laporan Pelayanan Kontrasepsi tahun 2012. bkkbn.go.id (24 Februari 2014, 11.58 WIB). ----------------. (2013d). Laporan Pengendalian lapangan tahun 2012. bkkbn.go.id (24 Februari 2014, 11.58 WIB). Badan Pusat Statistik . (2010).
Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per Provinsi.
bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf (12 Februari 2014, 12.02 WIB). Baras, S. (1986). Pengaruh Pembinaan Petugas Kesehatan/KB terhadap peserta Kb dalam usaha meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Selatan tahun 1986. lontar.ui.ac.id (13 Maret 2014, 18.02 WIB). Bongaarts, J., Cleland, J., Townsend, J.W., Bertrand, J.T., Gupta, M.D. (2012). Family Planning Programs for the 21st Century: Rationale and Design. Newyork: The Population Council. populationcouncil.org/pdfs/2012_FPfor21stCentury.pdf (10 Februari 2014, 21.51 WIB). Bradley SEK, Schwandt HM, Khan S. (2009). Levels, Trends, and Reasons for Contraceptive Discontinuation,
DHS
analytical
studies
20.
Calverton,
MD:
ICF
Macro.
pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADQ639.pdf (22 Mei 2014, 17.50 WIB).
Budiman. (2013). Penggugusan Kabupaten/Kota di Indonesia dengan Analisis Klaster Berdasarkan Keadaan yang Mempengaruhi Prevalensi TB (Analisis Data Riskesdas 2007). Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Cleland, J., Bernstein, S., Ezeh, A., Faundes, A., Glaiser, A., Innis, J. (2006). Family Planning: The Unfinished Agenda. The Lancet, 368, 1810-1827. Collumbien, M., Gerressu, M., Cleland, J. (2004). Non-Use and Use of Ineffective Methods of Contraception. World Health Organization, Vol 2: 1255-1320. Cross, C.L. (2013). Chapter 2: Statistical and Methodological Considerations when Using Cluster Analysis in Neurophsychological Research. springer.com (5 Februari 2014, 11.27 WIB). Everitt, B., Landau, S., Leese, M., Stahl, D. (2011). Cluster Analysis 5th edition. Newyork : John Willey.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Gakidou, E., Vayena, E. (2007). Use of Modern Contraceptive by the Poor is Falling Behind. PLos Medicine 4(2), e31. Gillespie, D., et al. (2007). Unwanted Fertility Among the Poor : an Inequity?. Bulletin of World Health Organization 2007, 85: 100-107. Gwatkin, D.R. (2009). Where Next for Family Planning?. The Lancet, 374, 1663-1664. Gwatkin, D.R., Ergo, A. (2011). Universal Health Coverage : Friend or Foe of Health Equity?. The Lancet, 377, 2160-2161. Hair, J.F., Bush, R.P., Ortinau, D.J. (2009). Marketing Research: In a Digital Information Environment 4th Edition. The McGraw-Hill Companies. Handrina, E. (2011). Faktor Penyebab Unmet Need Suatu Studi di Kelurahan Kayu Kubu Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Tesis, Program Studi Sosiologi Pascasarjana Universitas Andalas. Hartoyo., Latifah, M., Mulyani, S.R. (2011). Studi Nilai Anak, Jumlah Anak yang diinginkan, dan Keikutsertaan Orang Tua dalam Program KB. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 4, 37-45. Hastono, S.P. (2006). Analisis Multivariat. Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hailemariam, A., Haddis, F. (2011). Factors Affecting Unmet Need for Family Planning in Southern Nations, Nationalities and Peoples Region, Ethiopia. Ethiop J Health Sci, 21, 77-89. Khan, et al. (2013). From Contraceptive Prevalence to Family Planning Service Users: Implications for Policy and Programmes. The Journal of the Pakistan Medical Association, 63, 11-15. Kurniaputri, Dewanti. (2008). Analisis Segmentasi Konsumen Majalah Komik Hanalala di Wilayah Jabodetabek. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kurniawan, U.K. (2010). Kinerja Penyuluhan Keluarga Berencana di Indonesia: Pedoman Pengujian Efektifitas Kinerja pada Era Desentralisasi. Disertasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Musick, K., Brand, J.E., Davis, D. (2012). Variation in the Relationship Between Education and Marriage : Marriage Market Mismatch?. Journal Marriage Family, 74, 53-69.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014
Nasution, S.L. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP di Enam Wilayah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. bkkbn.go.id (22 Mei 2014, 17.01 WIB). Picavet, C., and Wijsen, L.L.C. (2011). Contraceptive Decision Making: Background and Outcomes of Contraceptive Methods. Rutgers WPF, 2011. rutgerswpf.nl (16 Februari 2014, 13.38 WIB). Population Reference Bureau. (2013). 2013 World Population Data Sheet. prb.org/pdf13/2013population-data-sheet_eng.pdf (13 Februari 2014, 17.24 WIB). Prasetyo, S., Ariawan. I., Yelda, F. (2013). Penggugusan Provinsi di Indonesia Berdasarkan Kondisi Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7, 251-256. Prata, N. (2009). Making Family Planning Accessible in Reource-Poor Settings. Philisiphical Transactions of The Royal Society B. doi:10.1098/rstb.2009.0172 (6 Maret 2014, 15.06 WIB) Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana (1991). Beberapa Isu Strategis SDKI dan Pola Fertilitas Regional di Indonesia. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. bkkbn.go.id (20 Mei 2014, 5.48 WIB). Trussel, J. (2011). Contraceptive Failure in the United States. Journal of Contraception, 83, 397404. Upadhyay, U.D. (2001). Informed Choice in Family Planning: Helping People Decide. Population Reports, Series J, No.50. Baltimore, The John Hopkins University Bloomberg School
of
Public
Health,
Population
Information
Program.
k4health.org/sites/default/files/j50.pdf (31 Februari 2014, 18.24 WIB). Weaver, E.H., et al. (2013). Effect of Village Midwife Program on Contraceptive Prevalence and Method Choice in Indonesia. Studies in Family Planning, 44, 389-409.
Segmentasi provinsi.…, Kurniawati, FKM UI, 2014