|
220
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 220 | AGUSTUS 2014
“Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya.” — Mazmur 22:28
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 220: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Haryono Wong Hendry Heryanto, Ie David, Johannes Aurelius, Liem Sien Liong Liona Margareth, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL Memakai Talenta Demi Kerajaan Allah
B
erapa usia Anda saat ini? Apa yang Anda sudah hasilkan dalam hidup ini? Kehidupan seperti apa yang sedang Anda jalani? Tanpa terasa, waktu terus berjalan dan kita tidak dapat mengulangnya kembali. Hanya penyesalan belaka yang sia-sia, yang tidak akan mengembalikan hari-hari yang telah kita lewati. Karena itu, pikirkanlah sebuah pencapaian dalam hidup ini, terlebih pencapaian itu bukan saja kita nikmati pada masa kini, tetapi terus kita bawa sampai berjumpa dengan Tuhan. Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah perumpamaan tentang tiga hamba yang diberi kepercayaan oleh tuannya yang akan bepergian ke luar kota, dengan menitipkan kepada mereka masing-masing 5, 2 dan 1 talenta, dengan pesan, agar mereka memakainya dan memberikan keuntungan kepada tuan tersebut. Namun sungguh ironis, hamba yang ketiga ternyata tidak mensyukuri kepercayaan itu, ia mengabaikannya dengan menyimpan talenta itu di tanah. Jika talenta itu disimpan, lalu apa yang dikerjakannya? Alkitab tidak mencatat apa yang dilakukannya, setelah ia menyembunyikan talenta itu. Tapi dari sikapnya, kita dapat menduga, bahwa hamba ini tidak mengerjakan kehendak tuannya, tapi justru menuruti kehendaknya sendiri dan bermalas-malasan dalam rumah tuannya. Kita mungkin tidak menyukai hamba yang ketiga ini, yang tidak setia dan mentaati perintah tuannya. Namun sikap hamba yang ketiga ini justru sering kali kita lakukan. Kita sibuk dengan urusan diri kita sendiri dan kurang peduli, bahkan sampai tidak peduli terhadap perkembangan kerajaan Allah atau perkembangan gereja/umat Tuhan di muka bumi. Amanat Agung yang Tuhan titipkan, bahkan perintahkan kepada kita, tidak kita kerjakan dengan baik; seolah-olah “kita menyimpannya dalam tanah.” Sepanjang hidup, kita lebih tertarik kepada hal-hal yang menyenangkan hati kita daripada kepentingan Allah. Jika kita diminta-Nya untuk terlibat bagi perkembangan kerajaan Allah di muka bumi ini, kita beralasan, bahwa Tuhan terlalu menuntut banyak dari kita, baik waktu kita, tenaga kita, pikiran kita, atau lainnya, seolah-olah Tuhan itu adalah “tuan yang bengis,” seperti pandangan hamba yang ketiga tentang tuannya dalam perumpamaan Tuhan Yesus tersebut. Apakah ini pernah terpikir dan menjadi gaya hidup kita? Marilah kita berbalik kepada-Nya. Jangan sia-siakan hidup kita hanya untuk mengejar hal-hal yang fana, yang suatu kali kita tinggalkan, dan tidak pernah kita bawa di hadapan Tuhan. Sebaliknya, bekerjalah untuk hal-hal yang kita terus bawa sampai menghadap Tuhan, yaitu pekerjaan-pekerjan yang berkaitan dengan kerajaan Allah, mengerjakan kehendak-Nya, melalui kehidupan pribadi maupun gereja-Nya (1Kor. 15:58).
01 JUMAT
AGUSTUS 2014
“Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa,…” (Roma 4:18)
Bacaan hari ini: Roma 4:1-25 Bacaan setahun: Roma 4
BERPEGANG TEGUH PADA JANJI TUHAN
S
ebagai anak Tuhan, kita seringkali mengeluh dan bersungut-sungut, ketika apa yang kita harapkan dari Tuhan, tidak kunjung tiba. Kita berkata, “Mengapa hidupku penuh masalah dan tidak mengalami perubahan apa-apa. Bukankah aku sudah bertahun-tahun berdoa dan berharap kepada Tuhan?” Kita menjadi lemah dan tidak bersemangat lagi untuk mengikuti-Nya, bahkan melayani-Nya. Secara perlahan-lahan, semangat kita mulai redup. Kita mulai meragukan Tuhan, bahkan tambah lama, kita tidak mempercayai-Nya lagi. Demikianlah kira-kira situasi dan kondisi yang dialami dan dirasakan oleh Abraham dalam hidupnya. Namun, Abraham tidak mempunyai sikap mengeluh dan bersungut-sungut seperti kita. Bacaan Alkitab yang baru kita baca, menunjukkan pada kita bahwa Abraham tetap memiliki kesungguhan iman kepada Tuhan dan ia terus berpegang teguh akan pengharapannya kepada Tuhan. Abraham tetap percaya dan berharap kepada Tuhan. Sekalipun tidak ada dasar baginya untuk berharap, namun ia tetap berharap juga dan percaya akan janji Tuhan kepadanya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan Tuhan kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu” (ay. 18). Demikian juga dikatakan, bahwa imannya tidak menjadi lemah, walau ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya yang kira-kira mencapai seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup (ay. 19). Dengan kata lain, adalah mustahil secara logika manusia untuk terus berharap kepada janji Tuhan dalam hidupnya, namun demikian Abraham tidak bimbang karena ketidakpercayaan, justru Abraham semakin kuat imannya dan ia memuliakan Allah, bahkan ia mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan kepadanya (ay. 20-21). Bagaimanakah sikap Anda terhadap janji firman Tuhan kepada Anda selama ini? Apakah Anda tetap memiliki keyakinan yang teguh, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan? STUDI PRIBADI: Apakah alasan Anda untuk tetap percaya dan berharap kepada janji Alah? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi jemaat dan mintalah pertolongan Tuhan agar Ia senantiasa meneguhkan iman percaya umat-Nya, sehingga mereka setia berpengang kepada janji-Nya dan hidup berkenan di hadapan-Nya.
02 SABTU
AGUSTUS 2014
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 5:1)
Bacaan hari ini: Roma 5:1-21 Bacaan setahun: Roma 5
DITEBUS DAN DIBENARKAN
K
ejatuhan Adam dalam dosa adalah kejatuhan umat manusia dalam dosa. Memang pada waktu Adam berbuat dosa, kita belum ada. Tetapi Adam dianggap oleh Allah sebagai wakil dari seluruh umat manusia, sehingga sejak kejatuhan Adam, semua manusia lahir dalam dosa. Itu sebabnya kita semua berada di bawah murka Allah, dan tidak seorangpun yang karena perbuatan baiknya, dapat lepas dari murka-Nya. Tentu saja ini merupakan kabar buruk bagi kita. Seandainya saja Adam tidak jatuh dalam dosa, tentu kita sekarang akan hidup dalam kedamaian dan penuh sukacita, tidak ada sakit penyakit dan penderitaan. Namun, kita tidak perlu menyesali hal yang sudah terjadi, karena kasih karunia Allah jauh lebih besar dari pelanggaran dan dosa kita. Karena, Allah Bapa rela dan telah memberikan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menebus dan menyelamatkan kita. Setelah ditebus dan dibenarkan, kita diangkat menjadi anak-anak Allah yang dikaruniai banyak berkat. Pertama, dalam ayat 1-5 dikatakan, bahwa kita dikaruniakan kekayaan di dalam Dia, yakni kita beroleh jalan masuk dalam kasih karunia Tuhan. Di dalam kasih karunia-Nya, kita dapat bermegah di hadapan-Nya, termasuk dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa Allah mengerjakan semua itu untuk kebaikan hidup kita. Kedua, dalam ayat 6-11, kita beroleh pendamaian dengan Allah, oleh karena Kristus telah mati bagi kita, bahkan pada saat kita masih berdosa. Karena itu, tidak ada alasan apapun yang dapat membuat kita meragukan akan kasih Tuhan kepada kita. Ketiga, dalam ayat 12-21, kita dikatakan beroleh hidup dan kuasa. Jika dosa telah membuat maut berkuasa atas hidup kita, tetapi sekarang oleh karena Kristus, kita telah diberikan hidup yang baru dan kita berkuasa atas dosa dan maut itu (ay. 17). Sungguh luar biasa kasih karunia dan berkat yang kita terima di dalam Dia. Oleh sebab itu, apapun dosa yang mengikat kita, bila kita mau kembali kepada-Nya, Ia akan mengampuni kita dan akan memberikan kepada kita kehidupan baru yang penuh kedamaian, sukacita, dan pengharapan. STUDI PRIBADI: Perubahan-perubahan apa yang terjadi di dalam hidup kita sebelum dan setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita? Jelaskan! Doakanlah agar kita disadarkan atas segala dosa kita, dan mau bertobat di hadapan-Nya. Doakan juga orang-orang di sekitar kita, agar mereka juga bisa menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus.
03 MINGGU
AGUSTUS 2014
“Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,...” (Roma 6:4)
Bacaan hari ini: Roma 6:1-23 Bacaan setahun: Roma 6
MENJADI SEORANG KRISTEN
K
ita perlu terus mengingat, bahwa apabila saat ini kita boleh menjadi anak-anak Allah, itu semata-mata karena anugerah Allah. Kita yang sudah ditebus dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, mendapatkan jaminan keselamatan. Oleh sebab itu, kita harus hidup sesuai dengan status kita sebagai anak-Nya. Memang, sekalipun kita telah menjadi anak Allah, bukan berarti bahwa kita secara otomatis terlepas dari godaan atau tantangan yang berusaha menjatuhkan kita kembali ke dalam dosa. Namun Paulus dalam ayat 12-13 menegaskan kepada kita, agar janganlah kiranya kita membiarkan dosa kembali berkuasa lagi atas tubuh kita yang fana, sehingga kita menuruti keinginannya; tapi kita harus hidup untuk Tuhan dan menggunakan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Dia. Sekalipun di tengah zaman sekarang ini, ada banyak tantangan bagi umat Tuhan untuk terus hidup dalam kekudusan, tetapi ini bukan alasan bagi kita untuk kemudian berkompromi dengan dosa. Sebagai anak Allah yang telah ditebus, kita tidak boleh lagi membiarkan diri kita diperhamba oleh dosa. Menjadi hamba kebenaran memang bukanlah hal yang mudah, sebab Iblis akan terus menarik kita menjadi hambanya, sehingga kita harus tetap waspada dan berhati-hati. Jika kita telah menjadi hamba kebenaran, maka kita harus tetap berhati-hati dalam setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran. Semua hal yang kita lakukan hendaklah dilakukan dengan motivasi yang baik di hadapan Tuhan. Kita harus mati bagi dosa dan berusaha hidup bagi kebenaran sesuai dengan firman Tuhan. Dengan kata lain, kita harus menjadi pelaku firman-Nya. Bagaimana dengan sikap hidup kita saat ini? Sudahkah kehidupan kita selaras dengan firman Tuhan? Apakah kita masih menyimpan kebencian, kebiasaan yang penuh tipu dosa? Jangan biarkan itu semua menjadi “tuan” atas hidup kita. Sebaliknya, mari kita datang di bawah salib Tuhan dan mau memperbaharui hidup kita di hadapan-Nya. Jangan kita menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan kepada kita. STUDI PRIBADI: Mengapa seseorang yang sudah tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia, diperingatkan dengan keras untuk tidak lagi berbuat dosa? Doakan agar kita diberikan hati yang peka untuk menyadari dan melepaskan diri dari dosa yang masih mengikat dan membelenggu hidup kita, sehingga kita boleh menang dan ada di bawah kuat kuasa Kristus.
04 SENIN
AGUSTUS 2014
“Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga sekarang kita melayani dalam keadaan yang baru…” (Roma 7:6)
Bacaan hari ini: Roma 7:1-26 Bacaan setahun: Roma 7
STATUS BARU, PERILAKU BARU
B
eberapa waktu lalu, mungkin juga sampai sekarang, banyak orang ingin mendapatkan kewarga-negaraan Amerika. Seiring dengan berlalunya waktu, semakin banyak negara yang orang kehendaki, bukan cuma Amerika. Pertanyaannya adalah, mengapa mereka mencari status warga negara yang baru? Tentunya ada banyak alasan dan jawaban yang dapat diberikan. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Roma bahwa mereka yang percaya kepada Kristus, telah mendapatkan status yang baru, yaitu dibebaskan dari Hukum Taurat dan melayani dalam keadaan baru menurut Roh (ay. 6). Kondisi inilah yang perlu dan harus disadari oleh setiap jemaat Tuhan di Roma, termasuk setiap kita sebagai anak Tuhan. Setiap anak Tuhan telah dipisahkan dari hukum Taurat, tidak lagi hidup di bawah kuasa hukum Taurat, melainkan telah dipersatukan dengan Kristus yang telah menggenapkan seluruh tuntutan hukum Taurat melalui diri-Nya. Oleh sebab itu, sebagai seorang yang menerima status baru, maka dirinya juga didorong untuk menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar, dengan hidup benar sesuai status yang telah diterimanya di dalam Yesus Kristus. Dalam tulisan Paulus dalam pasal 7 ini, secara keseluruhan memberikan dorongan supaya setiap anak Tuhan selalu berjuang untuk melawan dosa, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri, maupun dari luar diri sendiri. Melawan dosa, bukan agar kita menjadi ciptaan baru, melainkan karena kita telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus. Maka berperilaku sesuai keadaan yang baru adalah buah dan bukti bahwa kita sungguh-sungguh telah menjadi ciptaan baru. Hari ini, apakah setiap kita yang telah membaca bagian Firman Tuhan, telah menyadari, bahwa diri kita telah memiliki status yang baru dan sangat dinantikan untuk menunjukkan perilaku yang baru, yang sesuai dengan status baru dalam hidup ini. Janganlah kita hidup menurut hawa nafsu dan keinginan dosa manusia lama kita lagi; melainkan hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus. STUDI PRIBADI: Mengapa kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat? Apakah itu berarti kita bebas melakukan apa saja menurut keinginan kita sendiri? Jelaskan! Berdoa dan mintalah agar Allah Roh Kudus memampukan kita hidup sesuai dengan status kita di dalam Kristus Yesus, sehingga perjuangan melawan hawa nafsu dunia, dapat kita menangkan dengan pimpinan-Nya.
05 SELASA
“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak AGUSTUS 2014 menerima janji-janji Allah …” (Roma 8:17)
Bacaan hari ini: Roma 8:1-17 Bacaan setahun: Roma 8:1-17
KEUNTUNGAN BAGI ORANG BERIMAN
P
ada umumnya, yang menjadi salah satu pertimbangan seseorang mengambil sebuah keputusan adalah, adakah keuntungan bagi dirinya. Mendapatkan sebuah keuntungan dalam setiap keputusan yang kita buat, sangat manusiawi dalam kehidupan ini. Paulus membuka pasal 8 dengan sebuah kalimat yang singkat yaitu: “Demikianlah sekarang,” yang menunjukkan bahwa ada sebuah peralihan dari yang dulu kepada yang sekarang, atau sebuah “keuntungan” bagi setiap orang yang hidup di dalam Kristus. Rasul Paulus menyebutkan beberapa keuntungan tersebut, antara lain: (1) Kita tidak akan mengalami penghukuman (ay. 1), artinya kita tidak binasa. (2) Kita diberi kehidupan dan dimerdekakan oleh Roh (ay. 2), artinya kita bukan lagi hidup sebagai budak/hamba dosa. (3) Kita diperkenan oleh Allah (ay. 8), artinya kita dipandang benar di hadapan Allah, oleh karena karya Kristus di atas Salib. (4) Kita menjadi milik Kristus (ay. 9), artinya kita memiliki hak alih waris dalam kehidupan yang akan datang. (5) Roh Kudus diam di dalam kita (ay. 11), artinya kita telah dimeteraikan sebagai milik-Nya. Keuntungan inilah yang akan menjadi bagian dalam kehidupan kita yang telah percaya kepada Yesus Kristus. Oleh sebab itu, di tengah arus pengajaran yang membingungkan iman, hendaklah setiap anak Tuhan selalu diingatkan akan keuntungan yang sudah diberikan kepada diri kita. Di lain pihak, keuntungan ini seharusnya mendorong setiap anak Tuhan untuk semakin mengenal Tuhan, mengasihi Dia dan melayani Dia dalam sepanjang hidupnya. Hari ini, sudahkah kita menerima dan percaya kepada Kristus dalam hidup kita? Jika kita belum menerimanya, pertimbangkanlah keuntungan yang Kristus akan berikan kepada mereka yang menerima dan percaya kepada-Nya. Jika kita adalah orang percaya, bersyukurlah dan teruslah hidup dengan setia kepada Tuhan. Janganlah iman kita menjadi lemah dan kendor oleh karena kesulitan hidup yang kita hadapi, ataupun karena tawaran-tawaran duniawi yang nampak menarik, tetapi akan menjauhkan kita dari Kristus! STUDI PRIBADI: Keuntungan apa yang Tuhan berikan pada kita, orang-orang yang percaya kepada-Nya? Bagaimana perasaan Anda mengetahui keuntungan ini? Berdoalah bagi jemaat yang sedang bergumul dengan iman mereka karena berbagai persoalan hidup yang mereka sedang hadapi, agar iman mereka teguh di dalam Tuhan.
06 RABU
AGUSTUS 2014
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18)
Bacaan hari ini: Roma 8:18-39 Bacaan setahun: Roma 8:18-39
PENGHARAPAN ANAK-ANAK TUHAN
P
enderitaan hidup yang terjadi dalam dunia ini seringkali membuat kita meragukan kasih dan pembelaan Tuhan. Bahkan tidak jarang, ada di antara kita mulai lemah iman, karena kesulitan dan sakitpenyakit yang tidak kunjung berhenti atau hilang dari kehidupan. Jika kita menghadapi persoalan ini dalam hidup kita, apakah yang kemudian harus kita perbuat? Menjadi lemah iman atau tetap percaya kepada Tuhan, yang menjadi pengharapan kita? Kepada jemaat Roma, yang juga sedang menghadapi kesulitan hidup karena mempertahankan iman mereka kepada Tuhan Yesus, Paulus mengingatkan mereka, bahwa mereka tidak seharusnya “menyesal menjadi umat Tuhan,” hanya karena kesulitan hidup yang mereka hadapi; bahkan ketika Allah nampak berdiam diri dan tidak menjawab doa mereka. Paulus mengingatkan mereka, bahwa: (1) Kemuliaan yang akan datang melampaui penderitaan yang kita alami saat ini, karena kita mempertahankan iman dan hidup benar di hadapan Allah (ay. 18-25). (2) Kita tidak pernah sendirian memikul beban kita, tetapi ada Roh Kudus yang menyertai dan membantu kita berdoa kepada Bapa (ay. 26-27). (3) Allah selalu bekerja untuk menyatakan yang terbaik bagi kita yang dikasihi-Nya, sekalipun kondisi yang kita lihat, tidak sesuai harapan kita. Percayalah bahwa umat pilihan Allah tidak pernah kehilangan kasih-Nya, yang telah terbukti dari kasih Kristus yang rela mati bagi kita ketika kita masih berdosa, apalagi setelah kita menjadi anak-anak-Nya (ay. 28-39). Layakkah kita ragu akan kasih-Nya? Pada hari ini, apabila kita sedang menghadapi kesulitan hidup atau kesehatan yang tidak kunjung baik, janganlah putus asa, sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, tidak membiarkan kita sendirian. Bahkan ketika kita berada dalam bahaya maut pun, kasih-Nya tidak terpisahkan dari kita. Lihatlah pengharapan dan kemuliaan yang telah kita terima di dalam Dia. Janganlah pandangan kita hanya terfokus pada dunia dan kehidupan kita yang fana ini; sebaliknya, arahkan diri kita pada janji yang Tuhan. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup? Putus asa atau mengarahkan diri pada janji Tuhan? Jelaskan! Berdoa bagi jemaat yang sedang menghadapi berbagai kesulitan hidup agar mereka tidak putus asa, tetapi semakin kuat dalam iman dan pengharapan mereka di dalam Tuhan Yesus.
07 KAMIS
“Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.” (Roma 9:3) AGUSTUS 2014
Bacaan hari ini: Roma 9:1-15 Bacaan setahun: Roma 9:1-15
SIKAP PAULUS TERHADAP BANGSANYA
K
ita sering mendengar pepatah “kacang lupa kulitnya,” yang artinya, “karena keberhasilan yang telah dicapai seseorang, ia melupakan asal-usulnya.” Namun tidak demikian dengan Paulus. Ketika Allah menyatakan anugerah keselamatan kepada Paulus, dan memakainya menjadi pemberita Injil bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, hal ini ternyata tidak membuatnya melupakan bangsanya sendiri. Bahkan sekalipun dalam pelayanannya, ia seringkali mengalami penderitaan dan aniaya karena kebencian orang Yahudi terhadap Injil, namun hal ini tidak mengurungkan niatnya untuk mengasihi mereka. Yang menarik dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus mensharingkan kerinduannya, bahkan kerelaannya untuk “terpisah dari Kristus demi saudara-saudaranya, kaum sebangsanya, secara jasmani” (ay. 3). Ungkapan ini bukan menunjukkan sebuah nasionalisme yang membabi buta, tetapi lebih dari itu, yaitu Paulus sangat mengasihi mereka, karena mereka adalah orang-orang yang telah mengalami dan menerima perjanjian dari Allah, bahkan telah menurunkan Mesias; sekalipun mereka telah memberontak kepada Allah, bahkan menyalibkan Mesias. Paulus merindukan, bahwa merekapun, sama seperti dirinya, dapat mengenal kebenaran Allah di dalam Yesus Kristus. Sikap Paulus yang mengasihi dan merindukan bangsanya untuk kembali kepada Allah, seharusnya juga dapat mendorong kita untuk tetap mengasihi anggota keluarga kita yang belum mengenal Tuhan Yesus, bahkan sekalipun mereka mungkin pernah menghina kita atau membenci Injil Tuhan. Marilah kita mengasihi dan rindu membagikan Injil kepada mereka, bukan sekadar karena mereka adalah anggota keluarga kita, tetapi karena Injil adalah satu-satunya kabar baik, Injil keselamatan yang datang dari Allah. Kiranya, kesulitan dan ancaman tidak menghalangi kita untuk mengasihi dan terus rindu memberitakan Injil kepada mereka. Nyatakanlah Injil bukan saja melalui perkataan saja, tetapi juga melalui kehidupan kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Paulus terhadap bangsanya yang tegar tengkuk dan menolak Injil? Apa yang dapat kita teladani dan aplikasikan dalam kehidupan kita? Berdoa bagi anggota keluarga kita yang belum mengenal Injil keselamatan Tuhan Yesus, agar Tuhan berbelas-kasihan dan mencelikkan mata rohani mereka untuk melihat dan menerima terang Injil-Nya.
08 JUMAT
“Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya, mengapa engkau mementuk aku demikian?” (Roma 9:20) AGUSTUS 2014
Bacaan hari ini: Roma 9:16-33 Bacaan setahun: Roma 9:16-33
ALLAH MEMILIH BERDASARKAN KEHENDAK-NYA
B
anyak orang berpikir, masuk ke surga atau neraka adalah pilihan pribadi. Jika ia berbuat baik, maka ia layak masuk surga; atau jika ia berbuat yang jahat, maka ia masuk neraka. Pada satu sisi, pandangan ini ada benarnya (bdk. Rm. 2:6-11), tetapi pandangan ini mengabaikan sebuah realitas yang tidak bisa dibereskan oleh usaha manusia, yaitu bahwa mereka semua telah berdosa. Dosa ialah pelanggaran terhadap perintah Allah (1Yoh. 3:4). Karena dosa, manusia mati secara rohani (Ef. 2:1-4). Itulah sebabnya, sekalipun orang melakukan aturan-aturan keagamaan, bahkan melakukan “kebaikan,” semua itu tidak bisa membawanya kepada kebenaran Allah (bdk. Rm. 3:9-20). Dosa pada Allah tidak bisa dibereskan hanya dengan berbuat baik, apalagi karena alasan perbuatan baik itu, kita menuntut Allah membenarkan diri kita. Pemikiran ini sebenarnya pernah terpikirkan oleh Paulus, apalagi ia melihat, bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Namun nyatanya, semua keistimewaan keagamaan mereka tidak menjamin, bahwa mereka adalah “orang-orang pilihan Allah yang layak menikmati janji-janji kekal-Nya.” Sekalipun mereka memiliki keistimewaan itu, tetapi karena dosa, keistimewaan itu menjadi sia-sia. Dengan kata lain, ritual keagamaan, perbuatan baik manusia yang semu karena cemar dosa, tidak dapat membawa kita kepada kehidupan kekal. Lalu bagaimana kita bisa memperolehnya? Hanya kasih karunia Allah saja, berdasarkan kehendak-Nya semata, yang membawa kita kepada-Nya (ay.16-33). Coba renungkan, jika bukan perkenanan Allah yang memanggil dan memilih kita, layakkah kita masuk ke dalam kerajaan-Nya? Adalah sebuah kesombongan dan dosa besar, apabila kita berani berkata, bahwa perbuatan baik kita cukup sempurna dan layak diterima oleh-Nya! Jika Israel, keturunan jasmani Bapa orang beriman, Abraham, tidak berkenan di hadapan-Nya, apalagi kita yg bukan keturunanya? Namun syukur kepada Allah, oleh anugerah dan kehendakNya, kita dipilih-Nya, bahkan sebelum dunia dijadikan-Nya (Ef. 1:3-5). STUDI PRIBADI: Apakah Allah pilih kasih, jika Ia hanya memperkenan sejumlah orang untuk masuk dalam Kerajaan-Nya? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi pekerjaan misi di Indonesia, agar banyak orang yang belum mendengar Injil dapat mendengarkannya dan doakan juga agar kemurahan Allah melimpah bagi bangsa kita.
09 SABTU
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, AGUSTUS 2014 maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9)
Bacaan hari ini: Roma 10:1-21 Bacaan setahun: Roma 10
PERCAYA KEPADA YESUS
B
eberapa orang berkata bahwa mendapatkan keselamatan dari dosa itu mudah, yaitu cukup dengan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan; sehingga hal itu terkadang mempengaruhi cara kita menginjili orang lain, yaitu memaksa orang yang diinjili mau mengeluarkan pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan. Tetapi benarkah tindakan yang kita lakukan tersebut? Percaya kepada Yesus berarti mempercayai Pribadi dan karya-Nya. Siapakah Yesus? Dia adalah Tuhan yang menjadi manusia, Dia bukan sekadar manusia seperti kita. Banyak orang percaya kepada Yesus tetapi hanya sebagai manusia biasa yang mempunyai kualitas kebaikan hidup yang melebihi manusia pada umumnya. Tetapi Yesus yang dinyatakan dalam firman Tuhan adalah Tuhan yang menjadi manusia; mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia dan bangkit pada hari yang ke-tiga. Ketika berkata bahwa kita percaya kepada Yesus, itu berarti kita percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang telah datang ke dalam dunia untuk menebus dosa kita dan mengalahkan maut. Bagian firman Tuhan ini juga menjelaskan bahwa percaya kepada Yesus adalah lebih dari sekadar pengakuan di mulut. Percaya kepada Yesus lebih dari sekadar percaya seperti kita mempercayai pengetahuan. Percaya kepada Yesus lebih dari sekadar percaya yang hanya melibatkan intelektual kita. Percaya kepada Yesus adalah percaya dari hati. Artinya, kepercayaan itu melibatkan keseluruhan kehidupan kita, yang sifatnya bukan sekadar pengakuan di mulut dan menerima secara intelektual, tetapi penyerahan hidup secara total kepada-Nya. Penyerahan hidup artinya kita mengaku bahwa kita manusia berdosa yang membutuhkan keselamatan. Tidak hanya berdosa, kita juga tidak mampu untuk berbuat apapun demi melepaskan diri dari dosa. Percaya kepada Yesus adalah kita menyadari keberdosaan kita dan percaya jalan keselamatan itu adalah kembali kepada Tuhan di dalam Tuhan Yesus. Oleh karena itu, keselamatan dari dosa disebut sebagai kasih karunia Allah. STUDI PRIBADI: Apa artinya percaya kepada Yesus? Mengapa keselamatan itu hanya bisa didapatkan dalam diri Yesus saja? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar iman mereka kepada Tuhan Yesus tetap teguh di tengah-tengah tantangan dan godaan dunia yang telah cemar dosa ini, sehingga mereka tidak mendukakan hati Tuhan.
10
MINGGU
AGUSTUS 2014
“Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, … Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya.” (Roma 11:1-2)
Bacaan hari ini: Roma 11:1-18 Bacaan setahun: Roma 11:1-18
ALLAH TIDAK MENOLAK UMAT-NYA
K
etika Paulus memikirkan karunia keselamatan atas bangsa-bangsa, kemudian Paulus teringat akan bangsanya, Israel. Mereka adalah bangsa pilihan, keturunan Abraham yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk rencana keselamatan ini. Tetapi mereka justru bangsa yang sangat keras menolak Injil Tuhan. Paulus mengalami dan melihat sendiri bahwa orang-orang Yahudi adalah mereka yang cukup keras dan getol menolak Injil, bahkan mencari-cari Paulus untuk ditangkap dan dihakimi; sehingga Paulus bertanya dalam ayat 1, adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Oleh karena Paulus melihat, bahwa Injil justru diterima dengan baik oleh bangsa nonYahudi. Jawabannya ternyata tidak. Alasan pertama adalah, Paulus melihat dirinya sendiri yang adalah orang Israel, keturunan Abraham. Alasan kedua adalah, di dalam sejarah Israel, Tuhan selalu menyediakan orang-orang yang mengasihi Dia, termasuk dari orang Israel sendiri. Alasan yang ketiga adalah, memang keselamatan hadir melalui umat Israel, Tuhan Yesuspun lahir sebagai orang Yahudi, untuk kemudian dikabarkan kepada bangsabangsa. Tetapi umat Israel sendiri tidak dilupakan Tuhan, bahkan ketika banyak dari mereka yang menolak Kristus dan Injil-Nya. Sampai sekarang kita masih melihat banyak orang-orang Israel belum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya. Mereka tidak percaya bahwa kematian Kristus adalah untuk menebus dosa umat manusia. Kematian Kristus mereka anggap sebagai kematian seorang penjahat. Tetapi justru banyak orang percaya peduli kepada mereka dan mengabarkan Injil kepada mereka. Ini membuktikan, seperti yang Paulus katakan, bahwa Tuhan tidaklah meninggalkan umat Israel; Tuhan tidak menolak umat Israel walau mereka menolak Dia; Tuhan tetap mengingat mereka. Karena dalam zaman demi zaman, ada orang-orang Israel yang boleh percaya kepada Tuhan dan menerima Tuhan Yesus. Itulah kasih karunia Tuhan kepada orang-orang pilihan-Nya. Karena itu bersyukurlah, jika kita telah dipilih-Nya menjadi pilihan-Nya. STUDI PRIBADI: Apa buktinya Tuhan tidak menolak bangsa Israel? Atas dasar apakah Allah memilih Israel atau diri kita sebagai umat-Nya? Berdoa bagi pekerjaan misi Tuhan bagi bangsa-bangsa, termasuk bangsa Israel sendiri, agar Tuhan, melalui Roh Kudus nya, bekerja mempertobatkan banyak orang bagi-Nya.
11 SENIN
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma 11:33) AGUSTUS 2014
Bacaan hari ini: Roma 11:19-36 Bacaan setahun: Roma 11:19-36
BETAPA DALAM HIKMAT ALLAH
P
aulus menutup pasal 11 dengan menyatakan pujian-Nya akan kekuasaan dan hikmat Allah yang luar biasa, yang dinyatakan-Nya dalam rencana keselamatan, yang digenapi dalam diri Tuhan Yesus. Pertama, karena Allah tidak membiarkan manusia berdosa, tetapi menyediakan jalan keselamatan bagi mereka di dalam Kristus; sehingga setiap orang yang percaya kepada Kristus, mendapatkan keselamatan. Dalam menggenapi rencana itu, Allah memilih Abraham dan membentuk satu bangsa dari keturunannya, itulah Israel. Kedua, adalah rencana keselamatan Allah itu tidak akan gagal walaupun Israel berulangkali telah menolak Allah, dan bahkan menolak Kristus. Bahkan lebih dari itu, rencana keselamatan itu juga dikabarkan pada bangsa-bangsa lain, salah satunya melalui diri rasul Paulus. Dan yang ketiga, adalah umat Israel sebagai umat pilihan tetap tidak dilupakan Tuhan, buktinya adalah Paulus percaya ada orang-orang pilihan yang memberikan diri percaya kepada Kristus. Diri Paulus adalah salah satu contohnya. Lebih dari itu, kita diajak untuk belajar melihat kebesaran hikmat dan kuasa Allah yang dinyatakan-Nya dalam rencana keselamatan-Nya. Bagaimana rencana itu disiapkan dan dijalankan serta digenapi dalam sejarah dunia ini, dengan rentang waktu yang luar biasa panjangnya. Bagaimanapun tidak ada yang sanggup menggagalkan rencana itu, walaupun umat Israel sebagai umat pilihan menunjukkan kehidupan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Dan bagaimana Allah selalu menunjukkan belas kasihan-Nya kepada beberapa orang dalam bangsa Israel untuk setia kepada Dia. Demikian juga ketika melihat diri kita, mari kita menyadari betapa besar kuasa dan hikmat Allah yang bekerja dalam kehidupan kita, yang telah menjadikan kita sebagai orang percaya; sehingga kita tidak menganggap rendah keselamatan yang kita dapatkan di dalam Kristus. Sebaliknya, kita mensyukurinya dengan memberikan kehidupan kita untuk hidup berkenan kepada-Nya. Marilah kita tidak menyia-nyiakan anugerah yang telah diberikan-Nya kepada kita! STUDI PRIBADI: Apakah buktinya bahwa rencana keselamatan Allah itu menyatakan kuasa dan hikmat Allah yang besar? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar memahami akan luar biasanya rencana keselamatan Allah, yang juga telah mereka alami, untuk kemudian selalu belajar hidup berkenan kepada-Nya.
12 SELASA
AGUSTUS 2014
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” (Roma 12:9)
Bacaan hari ini: Roma 12:9-21 Bacaan setahun: Roma 12
APAKAH AKU SUDAH MENGASIHI?
J
ika ditanya “apa itu kasih?”, kita pasti bisa menjawabnya meskipun mungkin hanya 1 atau 2 contoh dari aplikasi kasih. Kita juga mungkin sudah hafal ayat-ayat Alkitab tentang kasih. Kita mungkin juga sudah banyak kali bicara tentang kasih. Namun ada baiknya kita bertanya pada diri kita sendiri, “Apakah aku sudah mengasihi?” Pada bagian ini, Paulus dengan gamblang memaparkan bagaimana orang yang sudah diselamatkan oleh Tuhan Yesus harus hidup dalam kasih dengan sesama, yaitu: menjauhi yang jahat tapi melakukan yang baik bagi semua orang, mendahului dalam memberi hormat, menolong, mendoakan dan berbuat baik terhadap orang yang menganiaya/ memusuhi, memiliki empati, tidak sombong, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi dengan kebaikan, mengupayakan hidup berdamai dengan semua orang. Sudahkah kita melakukannya? Menurut Anda, manakah yang paling sulit untuk dilakukan? Mungkin kita seringkali merasa sulit, tidak rela jika harus membalas kejahatan orang lain dengan kebaikan. Memaafkan saja sulit, apalagi harus mendoakan dan berbuat baik terhadap orang yang sudah menganiaya/mencelakai kita. Rasanya tidak masuk akal, karena dunia ini memiliki pandangan bahwa kejahatan dibalas dengan kejahatan, kebaikan dibalas dengan kebaikan. Namun sifat Ilahi adalah membalas kejahatan dengan kebaikan, dan itulah yang Tuhan ingin kita lakukan. Paulus sadar bahwa ini memang sulit, oleh sebab itu Paulus sampai 4 kali menegaskan masalah ini (ay. 14, 17, 20, 21). Bagaimana kita bisa melakukan sesuatu yang kita rasa sulit? Kuncinya adalah jika kita mau mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, kita tidak lagi mau hidup serupa dengan dunia yang penuh dosa (Rm. 12:1-2). Kita mau hidup untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk memuaskan diri sendiri. Mengapa kita harus hidup seperti itu? Karena hidup, keselamatan dan semua yang ada pada kita adalah dari Tuhan, karena Tuhan dan untuk Tuhan (Roma 11:36). Sudahkah kita mengerjakannya? STUDI PRIBADI: Apa yang mendorong Anda untuk berbuat kasih? Mengapa banyak orang Kristen sulit untuk berbuat kasih seperti yang Tuhan Yesus inginkan? Berdoa agar setiap orang percaya dapat menerapkan kasih dalam hidupnya, baik kepada saudara seiman maupun kepada mereka yang belum percaya, sehingga hidupnya menjadi saksi Kristus.
13 RABU
AGUSTUS 2014
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” (Roma 13:1)
Bacaan hari ini: Roma 13:1-7 Bacaan setahun: Roma 13
KITA DAN PEMERINTAH
A
khir-akhir ini kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintah semakin menurun. Hal ini disebabkan karena masyarakat melihat dan menilai bagaimana kinerja pemerintah dalam menyelesaikan berbagai masalah di negara kita, belum maksimal. Belum lagi berbagai tingkah polah pemimpin bangsa yang menunjukkan ketidakadilan, korupsi dan hanya mengejar kepentingan diri sendiri. Lalu, bagaimana kita, orang Kristen harus bersikap terhadap pemerintahan kita? Benarkah jika kita bersikap apatis, acuh tak acuh atau sebaliknya bersikap melawan terhadap pemerintah? Paulus dalam Roma 13:1-7 mengingatkan kita bagaimana seharusnya kita memandang, menempatkan dan bersikap terhadap pemerintah. Pada ayat 1, Paulus mengingatkan bahwa setiap pemerintah berasal dari Allah, jadi kita harus tunduk kepada pemerintah kita. Tujuan Allah memberikan pemerintah adalah agar dunia tertib dan aman. Tapi pada kenyataannya, memang bisa terjadi pemerintah yang ada tidak melaksanakan mandat itu dengan baik dan benar. Apa tugas kita bila menghadapi pemerintah yang demikian? (1) Tugas kita bukanlah memberontak kepada pemerintah (ay. 1-2), tapi berdoa agar Tuhan campur tangan dan menyatakan kebenaran. Nasihat Paulus untuk tidak melawan pemerintah ini ditujukan bagi jemaat yang juga sedang menghadapi pemerintah Roma yang tidak ramah kepada kekristenan. (2) Melakukan kewajiban kita sebagai warga negara (ay. 6-7). Misalnya dalam hal membayar pajak, menggunakan hak suara, menjaga keamanan dan kebersihan lngkungan, dan lainnya. (3) Berperan aktif dalam menciptakan kehidupan yang adil dan benar. Misal: tidak ikut-ikutan melakukan suap demi melancarkan dan memudahkan segala urusan kita yang berhubungan dengan pemerintah. Jika kita menyuap, berarti kita ikut berperan menjadikan pemerintah dan bangsa kita semakin bobrok. Empat hari lagi kita akan memperingati hari Kemerdekaan RI ke-69. Marilah kita berdoa bagi mereka yang duduk dalam pemerintahan agar tercipta kinerja pemerintahan yang bersih dan benar. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat pemerintah tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan benar? Sumbangsih apa yang telah kita berikan kepada pemerintah negara kita? Berdoalah bagi para pemimpin bangsa kita, mulai dari presiden sampai RT, kiranya semua aparat negara yang terpilih mempunyai hati yang takut akan Tuhan, dan mau menjalankan tugasnya dengan benar.
14 KAMIS
AGUSTUS 2014
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Roma 14:8)
Bacaan hari ini: Roma 14:1-12 Bacaan setahun: Roma 14
PERSPEKTIF MENGENAI MAKANAN & HARI BAIK
J
emaat Kristen di kota Roma mula-mula terdiri dari dua bagian. Pertama, jemaat Yahudi Kristen yang memiliki pola hidup kosher yaitu mereka menghindari makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala atau menghindari makan daging hewan yang matinya dicekik. Kedua, jemaat non-Yahudi Kristen yang makan segala macam makanan karena merasa semua makanan adalah sama. Selain itu, jemaat Yahudi Kristen juga memiliki hari yang sakral buat mereka, yaitu hari Sabat; sementara jemaat non-Yahudi Kristen menganggap semua hari sama saja. Perbedaan ini memunculkan perdebatan yang sengit di antara mereka. Walaupun sama-sama memiliki iman percaya kepada Yesus Kristus, namun jemaat Yahudi Kristen mewajibkan jemaat non-Yahudi Kristen untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan mereka. Rasul Paulus paham benar akan keributan yang terjadi di jemaat ini. Ia menasihati mereka, bahwa perbedaan terjadi akibat kultur budaya masingmasing jemaat. Perbedaan ini tidak boleh menjadi alasan jemaat saling menghakimi satu dengan yang lainnya, sebab semua melakukannya untuk Tuhan. Kuncinya di sini adalah, semua didasari oleh iman percaya yang sama dan mempersembahkannya untuk Tuhan. Makanan dan hari tidak menjadi masalah karena kedua-duanya baik dan diciptakan Tuhan, yang penting adalah hati yang mempersembahkan semuanya itu untuk Tuhan. Dalam Matius 15:11, 18, Tuhan Yesus menegaskan, bukan makanan yang masuk yang menajiskan, tetapi perkataan yang keluar dari hati lah yang menajiskan orang. Ini berarti bahwa motivasi hati di dalam iman yang benar, menjadi yang terpenting di dalam melakukan segala sesuatunya. Karena itu, janganlah cepat-cepat menghakimi atau mencela orang yang berbeda dengan kita, khususnya ketika mereka yang mengkhususkan diri dalam makanan atau memiliki hari-hari tertentu yang dianggap sakral. Selidikilah apakah mereka melakukannya untuk Tuhan atau tidak. Jika ya, kedua-duanya sama baik, yang terpenting adalah melakukan segala sesuatu untuk Tuhan (ay. 8). STUDI PRIBADI: Bagaimana kita memandang rekan yang berbeda kebiasaan dengan kita? Apakah kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan? Berdoalah agar kita memiliki perspektif yang benar mengenai makanan dan hari baik. Biarlah kita tidak menghakimi orang-orang yang mengkhususkan diri dalam makanan tertentu dan hari tertentu.
15 JUMAT
AGUSTUS 2014
“Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” (Roma 15:1)
Bacaan hari ini: Roma 15:1-13 Bacaan setahun: Roma 15:1-13
YANG KUAT MENANGGUNG YANG LEMAH
K
epentingan! Inilah kata yang sering menjadi biang keladi terjadinya masalah atau perpecahan dalam gereja. Gereja di Roma berada di dalam perselisihan karena satu jemaat dengan yang lain memiliki kepentingan yang berbeda, yang berujung pada keributan, pertengkaran, yang kemudian bermuara pada perpecahan. Rasul Paulus memberikan kunci bagaimana menghadapi perbedaan kepentingan ini, yaitu dengan mengabaikan kesenangan dan menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Apakah maksudnya? Mengabaikan kesenangan berarti rela mengorbankan kepentingan diri. Rasul Paulus memberikan contoh: Kristus, yang walaupun Allah namun mau datang ke dalam dunia untuk melayani orang-orang yang najis, yang bobrok, yang berdosa (ay. 3 dan 8; bdk. Flp. 2). Tuhan Yesus rela mengorbankan kepentingan diri-Nya—disalib sampai mati-untuk kepentingan manusia, agar manusia mengenal Dia dan diselamatkan. Tidak hanya itu, seorang yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Seorang yang telah dewasa rohaninya wajib mengalah kepada orang yang belum dewasa rohani. Dengan kata lain, seorang yang dewasa rohani mampu mengorbankan kepentingan dirinya untuk mengalah dan menolong orang yang belum dewasa rohani agar tercipta kedamaian di dalam Kristus, yang membuat mereka menjadi lebih dewasa kemudian hari. Hari-hari ini, gereja diwarnai dengan konflik kepentingan yang begitu tinggi. Gereja pecah, jemaat berkubu dan membenci satu dengan lainnya, generasi muda pindah gereja hanya karena konflik kepentingan pimpinan gereja. Maukah kita sebagai orang Kristen yang telah dewasa rohani mengabaikan kepentingan-kepentingan diri agar tercipta persekutuan di dalam Kristus, sembari orang-orang yang belum dewasa ini mengalami pertumbuhan rohani dan semakin mengenal Kristus? Jika hal ini tercipta, maka kasih Kristus akan mewarnai kehidupan bergereja kita dan nantikan pertumbuhan gereja yang baik terjadi di tengah-tengah jemaat-Nya. STUDI PRIBADI: Apakah saya rela berkorban untuk mengabaikan kepentingan diri sendiri demi pertumbuhan gereja? Apakah saya mau mengalah kepada orang yang belum dewasa rohani? Berdoalah agar gereja dapat menjadi tempat anak-anak Tuhan bertumbuh lebih dewasa dan saling mendahulukan kepentingan bersama, daripada kepentingan pribadi atau kelompok.
16 SABTU
AGUSTUS 2014
“Apabila aku sudah menunaikan tugas itu dan sudah menyerahkan hasil usaha bangsa-bangsa lain itu kepada mereka, aku akan berangkat ke Spanyol…” (Roma 15:28)
Bacaan hari ini: Roma 15:14-33 Bacaan setahun: Roma 15:14-33
PANGGILAN MISI
P
elayanan untuk memberitakan Injil tidak terfokus pada satu tempat. Dalam Matius 4:14-16, Yesus memberitakan Injil kepada bangsabangsa lain, “supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit terang.” Demikian juga panggilan Paulus dalam memberitakan Injil di Makedonia. Panggilan untuk memberitakan Injil, haruslah diberitakan sampai ke ujung bumi, sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus. Paulus mendapatkan kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah, untuk menjadi pelayan Kristus Yesus bagi “bangsa-bangsa bukan Yahudi” supaya bangsa-bangsa itu diterima Allah sebagai persembahan yang berkenan pada-NYA, yakni supaya bangsa-bangsa lain memperoleh pengharapan dalam Kristus, yaitu: Pengampunan yang membawa kepada keselamatan yang kekal dalam Kristus Yesus. Pemberitaan Injil kepada bangsa-bangsa lain adalah hak istimewa yang telah Tuhan Yesus berikan kepada Paulus; Paulus menjadi “saksiNYA”, memimpin bangsa-bangsa lain kepada “ketaatan oleh perkataan dan perbuatan,” sehingga bangsa-bangsa lain itu juga berhak menerima “janji Tuhan”. Paulus sendiri boleh bermegah, menganggap suatu kehormatan bahwa pemberitaan Injilnya tidak dilakukan di tempat dimana nama Kristus telah dikenal orang, tetapi sesuai dengan yang ada tertulis: “Mereka yang belum pernah menerima berita tentang DIA akan melihat DIA, dan mereka yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya” (Yes. 52:15). Bagaimana dengan diri kita? Apakah kita sudah sungguh-sungguh berjuang untuk memberitakan Injil kepada saudara-saudara kita, sekeliling kita, masyarakat tempat kita berada, bahkan ada kesempatan sampai ke ujung bumi? KASIHILAH JIWA-JIWA YANG TERHILANG, yang belum mendengar akan Injil Kristus, Injil Kerajaan Surga. STUDI PRIBADI: Apakah menjalankan pekerjaan misi adalah suatu keterpaksaan atau suatu anugerah? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi para utusan yang menjalankan tugas pelayanan sebagai misionaris, di manapun mereka berada, agar mereka tetap tekun, setia dan senantiasa bersandar pada pimpinan Tuhan.
17
MINGGU
AGUSTUS 2014
“Bagi Dia yang berkuasa menguatkan kamu,- menurut Injil yang kumasyurkan dan pemberitaa tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya.” (Roma 16:25)
Bacaan hari ini: Roma 16:1-27 Bacaan setahun: Roma 16
KETAATAN IMAN
K
ita yang telah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka yang harus kita lakukan atau perbuat adalah: Pertama, sikap saling peduli terhadap saudara-saudara seiman kita, khususnya mereka yang ada di ladang misi. Mereka itu adalah temanteman sekerja dalam Kristus Yesus, baik pada waktu kekurangan, ketika ada di penjara; mereka bekerja membanting tulang bagi pelayanan Tuhan. Lakukan semua itu dengan sikap hati yang tulus iklas, jangan berbantahbantahan dan juga bersungut-sungut. Kedua, sikap waspada terhadap ajaran-ajaran yang bertentangan dengan firman Tuhan yang menimbulkan perpecahan dan godaan; sebab orang-orang yang demikian tidak melayani Kristus melainkan melayani dirinya sendiri yang ingin dipuaskan, mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Ketiga, sikap taat dan bijaksana terhadap yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat. Keempat, sikap memberi tumpangan terhadap orang-orang kudus. Sebab kita adalah saudara seiman dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Semua yang kita lakukan atau perbuat ini bukan supaya kita dipuji atau dimuliakan, sehingga kita menjadi sombong rohani, tapi semua ini sematamata hanya bagi DIA yang berkuasa menguatkan dan memampukan kita, serta membimbing kita kepada “ketaatan Iman,” sehingga kita dapat mengerjakan keselamatan sesuai panggilan kita sebagai saksi Kristus. Ingatlah, semua ini adalah pekerjaan Allah Roh Kudus yang menjadikan kita “anak-anak Allah.” Maka status ini haruslah membuat kita sadar bahwa seluruh kehidupan kita adalah milik Allah, yang harus dipertanggungjawakan kepada-NYA. Percaya dan taat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya; memisahkannya akan mengakibatkan iman yang mati. Barangsiapa yang mengatakan bahwa ia memiliki iman, maka ia haruslah menunjukkan imannya melalui perbuatannya, sehingga orang lain yang melihat menjadi percaya dan memuliakan BAPA-mu yang di sorga. Marilah kita menjadi anak-anak Tuhan yang menjalankan perintah-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya model hubungan dan kehidupan bersama yang terjadi di tengah-tengah kehidupan jemaat Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam kasih Tuhan dan saling mengasihi satu dengan lainnya, agar mereka saling membangun sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan mereka.
18 SENIN
“Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik…” (Kisah Para Rasul 20:28) AGUSTUS 2014
Bacaan hari ini: 1 Korintus 1:10-17 Bacaan setahun: 1 Korintus 1
SEHATI SEPIKIR
S
ebuah perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu komunitas adalah sesuatu yang lumrah untuk dijumpai. Dalam suatu rapat atau diskusi adalah hal yang wajar jika terjadi perbedaan pendapat. Jadi, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan sehati sepikir? Komunitas orang percaya di Korintus juga mengalami perselisihan (ay. 11-12). Kepada mereka Paulus menasihatkan untuk bersatu. Firman Tuhan bagian ini mengungkapkan perbedaan pendapat, baik yang bersifat pribadi maupun kelompok haruslah diselesaikan berdasarkan pertimbangan rasio dan hati nurani, serta kebenaran. Paulus merintis gereja di Korintus pada perjalanan misinya kedua. Delapan belas bulan sesudah Paulus meninggalkan kota Korintus, terjadi banyak perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan, dan beberapa anggota gereja kembali kepada kehidupan lama dan bertoleransi dengan dosa. Paulus mengirim surat untuk menasihati jemaat berkaitan dengan hal-hal tersebut. Dengan menyebutkan “saudara-saudara,” Paulus menekankan bahwa setiap orang percaya adalah saudara di dalam Kristus. Dalam suatu kumpulan, orang tidaklah mungkin setuju bahwa semua pribadi akan selalu memiliki pandangan yang sama terhadap setiap permasalahan yang muncul dalam gereja. Namun setiap orang dapat bekerja bersama-sama secara harmonis pada saat mereka sepakat pada satu hal yang paling utama, yaitu “Yesus Kristus adalah Tuhan atas semua”. Perbedaan pendapat yang tidak melawan kebenaran firman Tuhan seharusnya tidak boleh memecah belah umat Kristen. Jemaat Korintus yang sudah bertumbuh menjadi banyak ini terpecah karena kekaguman mereka terhadap pembicara yang berbeda-beda, yaitu Petrus, Paulus, dan Apolos. Namun Paulus menekankan, yang terpenting adalah pesan firman, bukanlah permbicaranya. Bagaimana dengan kita? Apakah ada perbedaan pendapat yang sedang kita alami dengan rekan pelayanan kita? Mohon Roh Kudus memberikan kejelasan melalui Firman Tuhan, mengenai apa yang benar dan berkenan pada-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat sebuah komunitas mengalami perpecahan? Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi perbedaan pendapat? Berdoalah bagi setiap pemimpin gereja atau institusi Kristen agar mereka mengutamakan kepentingan Kristus di atas kepentingan pribadi, sehingga perbedaan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.
19 SELASA
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh.” (1 Korintus 2:4) AGUSTUS 2014
Bacaan hari ini: 1 Korintus 2:1-16 Bacaan setahun: 1 Korintus 2
HIKMAT MANUSIA VS. KEKUATAN ALLAH “Apakah kamu sudah pernah menginjili?” tanya seorang pembicara dalam suatu pertemuan pembinaan di sebuah gereja. Sang pemuda yang nampak pendiam itu kemudaian menjawab, “Saya tidak pandai berbicara.” Kemudian sang pembicara menjelaskan, penginjilan bukanlah tergantung pada kemampuan seseorang dalam berbicara karena penginjilan adalah sebuah hal yang tidak bisa ditawar bagi setiap orang percaya. Dalam perikop yang kita baca, Paulus adalah seorang akademisi yang hebat, dan ia bisa mempesona para pendengar dengan argumen-argumen intelektualnya yang hebat. Namun, justru ia membagikan kebenaran firman Tuhan secara sederhana dan membiarkan Roh Kudus menolong setiap pendengar untuk memahaminya. Saat membagikan pesan firman Tuhan kepada orang lain, kita bisa meneladani Paulus. Melalui perikop Paulus ini, ada dua hal yang kita bisa pelajari: (1) Kerendahan hati untuk belajar dan bergantung pada Roh Kudus. Paulus tidak sombong dengan kepandaiannya, ia belajar bergantung pada Roh Kudus. Paulus tidak menyangkal bahwa penting sekali persiapan pelayanan penginjilan maupun membawakan firman Tuhan. Persiapan secara mendalam dan kebergantungan akan pertolongan Roh Kudus adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam pelayanan. (2) Kebenaran yang disampaikan. Kadangkala saat menyampaikan kesaksian ataupun PI, seseorang tergoda hanya menekankan mengenai betapa baiknya Tuhan yang sudah menolong orang yang sedang bersaksi itu, namun mereka lupa bahwa pokok pembicaraan ketika bersaksi atau PI adalah tentang diri Kristus yang telah mati dan bangkit untuk menganugerahkan keselamatan dan jaminan hidup kekal bagi setiap orang yang percaya. Berbicara mengenai kebaikan Tuhan dalam kehidupan pribadi adalah baik, namun porsi terbesar seharusnya untuk berfokus pada karya keselamatan dan jaminan kehidupan kekal di dalam Kristus. Inilah pesan yang terus-menerus disampaikan oleh Paulus dengan bersandar pada kekuatan Allah. STUDI PRIBADI: Mengapa dalam pelayanan gerejawi maupun pemberitaan Injil tidak cukup hanya mengandalkan keahlian atau kepandaian kita saja? Jelaskan! Berdoalah bagi para pelayan Tuhan, misonaris dan anak-anak Tuhan yang terlibat dalam pelayanan gerejawi maupun pemberitaan Injil, agar mereka selalu bergantung pada hikmat dan kuasa Tuhan.
20
RABU
AGUSTUS 2014
“Karena kamu masih manusia duniawi...” (1Korintus 3:3a)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 3:1-9 Bacaan setahun: 1 Korintus 3
ORANG KRISTEN DUNIAWI
A
pakah saudara pernah melihat uang aspal (asli tapi palsu)? Sekilas mirip yang asli tetapi jika diteliti lebih jeli ternyata palsu dan tidak bernilai, berapa pun jumlahnya. Demikian juga, ada orang Kristen “aspal” seperti jemaat di Korintus, mereka dikecam oleh Paulus, “Karena kamu masih manusia duniawi.” Paulus mengatakan demikian berdasarkan beberapa indikasi sikap dan perlakuan mereka, yakni seperti orang dunia yang belum mengenal Tuhan. Prediketnya Kristen, tapi tabiatnya bercorak dunia. Maksud Paulus adalah, mereka menyimpan sifat-sifat duniawi yang menunjukkan belum lahir baru. Dalam ayat 3 dan 4 dikatakan, “Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” Karena jika seorang bisa berkata: “Aku dari golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani.” Betapa malunya, jika sebagai orang Kristen, kita disebut manusia duniawi yang tidak rohani. Jadilah orang Kristen yang rohani, kontras dengan manusia duniawi. Dengan sifat dan karakter rohani yang dihasilkan dari kelahiran baru oleh Roh Kudus. Orang yang berpusat pada pikiran hidup baru secara rohani terus-menerus, memiliki pikiran Allah atau pola pikiran surgawi (1Kor. 2:1113, bdk. Kol. 3:1-3), dan selalu hidup dipimpin oleh Roh sehingga dapat mendominasi tabiat duniawi. Periksa kembali kehidupan kekristenan kita, apakah saudara orang Kristen duniawi atau Kristen rohani. Buah kehidupan menandakan kita adalah orang Kristen rohani. Bukan berdasar berapa banyak Anda mengkonsumsi makanan rohani, melainkan buah rohani yang meninggikan Allah, bukan diri kita. Tidak menonjolkan atau membanggakan jerih payah dari suatu hasil pelayanan yang kita kerjakan, karena kita hanyalah rekan kerja Allah. Yang penting bukan siapa yang menanam atau menyiram, Allah sendiri yang menumbuhkan, kita semata-mata mitra Allah yang diperkenan dipakai-Nya. STUDI PRIBADI: Apa perbedaan antara orang Kristen yang dewasa rohani dengan orang Kristen yang duniawi? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak hanya menjalankan aktifitas rohani sebagai rutinitas, tapi lebih dari itu, mengalami kedewasaan rohani di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
21
KAMIS
AGUSTUS 2014
“... Dia yang menghakimi aku, ialah Tuhan...” (1Korintus 4:4b)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 4:1-5 Bacaan setahun: 1 Korintus 4
TUHAN SATU-SATUNYA HAKIM
D
alam dunia ini banyak hakim, tapi hakim manakah yang memiliki kredibilitas untuk menghakimi segala perkara manusia, baik dalam maupun luarnya? Di Indonesia, hakim sekelas MK pun tidak bisa dipercaya, bahkan tidak pantas disebut hakim. Bagi seseorang dengan status hakim, sebelum menghakimi orang lain, dia harus bebas dari segala tuntutan masalah, atau integritasnya terjamin. Untuk apa dia menghakimi perkara orang, tapi tidak melihat selumbar balok matanya sendiri. Ini terjadi dalam lingkungan jemaat Korintus, mereka menganggap Paulus seperti penyamun atau penjahat yang harus dihakimi. Tentu Paulus angkat bicara, yang pantas menghakimi dia adalah Tuhan. Pelayan Allah yang setia dan bertanggung jawab. Paulus menyebut statusnya sebagai hamba yang mengabdikan hidupnya untuk Tuhan. Pada bagian surat-surat lain sering muncul ungkapan ini, menandakan, bahwa Paulus tidak mencari nama, jabatan, keuntungan diri, kenikmatan atau kebahagiaan diri di atas penderitaan orang lain. Ia tidak pernah melakukan kecurangan atau kelicikan dalam pelayanan. Yang Paulus inginkan adalah kepercayaan terhadap pelayanannya, “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.” Karena itu, Paulus tidak kuatir penghakiman siapa pun, benar atau tidak, bukan mereka yang menentukan. Sudahkah kita menjadi pelayanan yang berkenan dan memenuhi kewajiban sesuai rahasia yang dipercayakan kepada kita? Tuhan, hakim yang adil. Bagi Paulus, Tuhanlah yang berhak menghakimi pelayanannya, bukan pengadilan atau manusia, karena ia sudah melakukan kewajibannya sebagai pelayan yang bertanggung jawab pada Tuhan. Dia tidak menyalahi etika pelayanan, atau melanggar konstitusi pelayanan. Bila penghakiman harus terjadi, maka hanya Tuhan lah yang kredibel menghakimi dia secara benar, baik di luar maupun dalam dirinya. Karena itu, jangan menghakimi sebelum waktu Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat menyelidiki segala perkara yang tersembunyi dalam hati manusia. STUDI PRIBADI: Sipakah Hakim yang adil, dan yang mengetahui segala perkara, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan? Bagaimana sikap kita di hadapan-Nya? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak menyembunyikan sesuatu dosa pun di hadapan Tuhan, karena Ia tidak dapat ditipu oleh siapapun. Berdoalah agar setiap kita hidup benar di hadapan-Nya.
22
JUMAT
AGUSTUS 2014
“Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu… Sekalipun demikian kamu sombong…” (1 Korintus 5:1-2)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 5:1-13 Bacaan setahun: 1 Korintus 5
DOSA KARENA MENDIAMKAN DOSA
S
eorang Pendeta pernah menyampaikan kalimat yang menyengat pikiran, “Dosa apa pun yang kita perbuat, sedikit banyak akan membuat kita merasa bersalah. Tapi ada satu dosa yang membuat kita merasa benar: “kesombongan.” Kesombongan adalah suatu bentuk dosa yang membius orang, membuat orang lupa kelemahan diri, ia merasa diri hebat, benar, padahal tidak. Kesombongan menghilangkan kepekaan akan kesalahan dan membuat orang hidup dalam kebenaran yang semu. Di gereja Korintus sedang terjadi suatu dosa perzinahan dalam lingkup keluarga yang begitu berat, yang bahkan tidak dilakukan oleh bangsabangsa yang tidak mengenal Allah. Tapi dosa tersebut bukan saja tidak disadari, sebaliknya mereka sombong. Dosa yang terjadi di gereja Korintus adalah dosa yang sudah dilarang secara jelas dalam Taurat Musa (Im.18:8), tapi yang lebih mencengangkan Paulus adalah bahwa jemaat diam, menerimanya tanpa berbuat apapun atas perbuatan dosa tersebut. Seharusnya perbuatan tersebut menimbulkan “rasa duka” yang dalam, tetapi mereka justru tidak merasakan apa-apa. Tapi apa hubungan sikap mereka ini dengan kesombongan? Kesombongan di dalam konteks pasal 5 ini mungkin berkaitan dengan perasaan kepuasan akan kebenaran diri sendiri, mungkin juga berhubungan dengan masalah laten yang terjadi pada gereja Korintus, yang sudah dibahas di dalam awal surat, berhubungan dengan munculnya kelompok-kelompok yang merasa lebih hebat dari kelompok lain. Maka ketika ada jemaat yang melakukan dosa, bagi mereka yang penting bukan mereka yang melakukan. Bahkan lebih jauh, perbuatan dosa orang lain justru semakin membuat kelompok mereka merasa diri benar, membuat mereka semakin sombong. Seharusnya, ketika ada orang percaya jatuh dalam dosa, anggota atau jemaat lain peka melihat dan berani menegor bahkan menindak dosa, dan bukan justru memegahkan diri karena yang melakukan dosa adalah orang lain. Dosa dalam tubuh Kristus seharusnya menimbulkan kedukaan dan tidak boleh didiamkan. STUDI PRIBADI: Mengapa dosa “kesombongan” seringkali tidak disadari oleh pelakunya? Bagaimana agar kita tidak terjerat dalam dosa ini, dan dapat menyadari kesalahan kita? Berdoalah bagi para pemimpin gereja dan jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam kerendahan hati dan bukan kesombongan, sehingga mereka dapat peka terhadap dosa dan kesalahan yang dilakukan.
23
SABTU
AGUSTUS 2014
“…Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?” (1 Korintus 6:2)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 6:1-11 Bacaan setahun: 1 Korintus 6
MENANGANI MASALAH INTERN JEMAAT
D
i dalam setiap komunitas, pasti ada masalah yang muncul dan membutuhkan penangangan. Ketika masalah tersebut muncul di dalam lingkungan orang percaya, baik masalah intern keluarga maupun masalah antar jemaat, masalah tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, secara internal. Teks dalam pasal 6 ini memberi panduan bagi kehidupan bergereja secara komprehensif, bagaimana menangani masalah yang muncul dalam kehidupan selaku jemaat Tuhan, baik masalah di luar, maupun di dalam gereja. Ketika terjadi masalah atau perselisihan, maka seharusnya ini diselesaikan secara internal, dan bukan mencari penyelesaian di luar gereja. Tesis dasar Paulus jelas; bahwa masalah harus ditangani oleh sesama orang kudus, umat Allah, dan bukan mencari orang dunia yang tidak mengenal kebenaran. Menangkap maksud dan pengajaran yang disampaikan oleh Paulus dalam pasal ini, maka seharusnya gereja menyediakan berbagai sarana bantuan untuk melayani jemaat dalam hal-hal kehidupan nyata, dan bukan hanya kotbah di mimbar saja. Di dalam kehidupan sesehari jemaat, banyak masalah bisa muncul dan harus ditangani secara benar; baik itu masalah di dalam keluarga, masalah di dalam dunia usaha, masalah relasi antar sesama, sampai masalah hukum. Di balik teguran Paulus kepada jemaat Korintus karena mencari pertolongan pihak luar dan teguran atas ketidakmampuan mereka menangani masalah, maka aplikasinya bagi kehidupan gereja masa kini adalah jelas; gereja harus menyediakan pelayanan yang holistik kepada jemaat karena ini adalah kebutuhan nyata. Dari sisi pembahasan ini, Mandat Budaya kekristenan menjadi panggilan nyata yang sangat penting untuk dikerjakan. Gereja memang dipanggil terutama untuk membagikan berita Injil keselamatan dan memuridkan segala bangsa, tetapi di sisi lain, gereja juga dipanggil untuk terjun menangani dunia pendidikan, kesehatan, pelayanan konseling dan pelayanan hukum. Gereja harus memikirkan dan menyediakan pelayanan yang holistik atas kehidupan jemaat. STUDI PRIBADI: Mengapa orang Kristen/gereja Tuhan seharusnya memberikan perhatikan dan pelayanan yang holistik pada jemaat Tuhan dan tidak mencari solusi menurut dunia? Berdoalah bagi gereja dan institusi Kristen agar mereka dapat mengerjakan mandat budaya maupun Injil dengan seimbang dan komprehensif, sehingga pelayanan yang holistik bagi jemaat dapat tercapai.
24
MINGGU
AGUSTUS 2014
“Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau..., hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?” (1 Korintus 7:16)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 7:1-16 Bacaan setahun: 1 Korintus 7
MASALAH PERNIKAHAN CAMPUR
D
alam kehidupan bergereja, kita bisa menemukan beberapa macam gabungan keluarga: ada keluarga yang sudah turun-temurun menjadi Kristen, ada keluarga baru yang terdiri dari pasangan orang Kristen, tapi juga ada jemaat baru yang sebagian saja dari keluarganya yang percaya. Ada yang suami sudah percaya terlebih dulu; ada yang istri percaya terlebih dulu. Fakta ini ada sejak zaman gereja mula-mula sampai hari ini, dan akan tetap ada seterusnya. Bagi kelompok pertama dan kedua tentu tidak banyak masalah yang timbul, tapi masalah bisa muncul dalam kasus keluarga yang tidak sama-sama percaya kepada Yesus Kristus, karena Injil baru menjangkau salah satu pimpinan keluarga. Dalam kasus seperti itu, Paulus selaku orang biasa yang mungkin sudah mengamati masalah tersebut cukup lama, memberi nasihat supaya jika ada salah satu pihak menjadi percaya, maka kenyataan ini janganlah dijadikan sebagai alasan untuk terjadinya perceraian. Ini adalah bagian dari kenyataan yang dia alami sendiri sebagai Rasul, ketika dia membagikan Injil kepada bangsa-bangsa non Yahudi. Injil tidak selalu diresponi oleh seluruh anggota keluarga seperti kasus kepala penjara Filipi. Maka jika ada keluarga yang salah satu anggotanya menjadi Kristen, daripada dia berpikir untuk menceraikan pasangannya, lebih baik dia berdoa supaya melalui imannya, keluarganya ikut dikuduskan. Artinya, melalui dirinya menjadi murid Tuhan, maka hidup barunya terus diubahkan oleh kuasa Roh Kudus. Dan melalui kesaksian hidup yang positif, anggota keluarganya satu per satu terpengaruh secara positif, bahkan akhirnya semua anggota keluarga dimenangkan ke dalam Kerajaan Allah. Bagaimanapun, kita bukanlah Tuhan, kita tidak memahami rencana dan isi hati Tuhan. Karena itu, kita tidak berhak menghakimi. Jangan karena diri kita sudah menerima anugerah Tuhan, maka kita memandang rendah orang lain yang belum percaya, apalagi itu adalah pasangan hidup kita sendiri. Seharusnya yang timbul dalam hati kita adalah keinginan untuk berbagi kabar baik dengannya. STUDI PRIBADI: Apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang percaya, ketika suami atau istri kita belum hidup dalam Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat yang pasangannya belum ada di dalam Tuhan, agar mereka dapat mengasihi dan melayani pasangannya dengan baik, sehingga menjadi kesaksian yang baik pula bagi iman Kristen.
25
SENIN
AGUSTUS 2014
“… Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.” (1 Korintus 7:31)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 7:29-31 Bacaan setahun: 1 Korintus 7:20-40
WAKTUNYA SINGKAT “Ada, dan harus ada” perbedaan yang nyata antara perbuatan orang Kristen dengan orang yang belum percaya. Perbedaan yang didasarkan atas iman dan ucapan syukur atas karya Juruselamat yang menjadikannya sebagai manusia baru. Namun di samping alasan utama tersebut, Paulus mengatakan perbedaan juga harus dipicu dari pemahaman bahwa “waktu telah singkat” (ay. 29). Manusia sekarang ini berada dalam masa akhir zaman, di mana kedatangan Tuhan sudah dekat. Tetapi frasa “waktu telah singkat” harus dipahami dalam hubungannya dengan keabadian Allah, sebab di hadapan Allah, seribu tahun sama dengan satu hari (Mzm. 90:4). Dengan pemahaman demikian, maka seseorang tidak akan menafsirkan “waktu telah singkat” ini dengan salah. Sehubungan dengan “waktu yang singkat”, Paulus mengingatkan agar orang Kristen tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia. Ketika Paulus mengatakan, “orang yang beristri harus berlaku seolah-olah tidak beristri,” (ay.29) bukanlah sebuah larangan untuk memperhatikan istrinya. Demikian halnya kalimat “orang menangis seolah-olah tidak menangis” bukanlah sebuah larangan untuk menangis. Namun yang dimaksud Paulus di sini adalah, menjalani waktu yang singkat ini, setiap orang Kristen harus mengarahkan pandangannya pada Tuhan. Perbuatan orang Kristen harus didasari konsep “kedatangan Tuhan sudah dekat.” Karena itu, jangan sampai istri, kesedihan, kegembiraan atau bahkan harta yang ada di dunia ini menjadi penghalang bagi seseorang untuk menyambut kedatangan Tuhan, dengan baik. Paulus tidak ingin seorang Kristen tidak siap menyambut kedatangan Tuhan karena hatinya dikuasai dengan berbagai hal di dunia. Orang yang siap menyambut kedatangan Tuhan tidak memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi. Menyambut kedatangan Tuhan berarti mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan dalam waktu yang singkat ini, tanpa dihalangi semua hal duniawi. Bagaimana dengan Anda, apa yang sudah Anda persiapkan di waktu yang singkat ini untuk menyambut Tuhan? STUDI PRIBADI: Bagaimanakah seharusnya orang Kristen dalam menggunakan waktu hidup yang singkat ini? Jelaskan! Berdoalah supaya setiap orang Kristen diberikan hikmat oleh Tuhan untuk mempergunakan waktu yang singkat ini sedemikian rupa, agar setiap orang siap menanti kedatangan Tuhan.
26
SELASA
AGUSTUS 2014
“Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah…” (1 Korintus 8:8)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 8:1-13 Bacaan setahun: 1 Korintus 8
SEBUAH KEPUTUSAN
D
alam pengambilan keputusan, seringkali seseorang “ditantang”, apakah dia berani mengambil keputusan demi kenyamanan orang banyak atau kenyamanan diri sendiri. Paulus dalam pelayanannya di Korintus pernah mengalami hal yang sama mengenai memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Pada masa itu, orang Kristen biasa diundang ke pesta dan di sana akan dihidangkan daging yang sebelumnya telah dipersembahan kepada berhala. Bahkan di pasar-pasar di kota Korintus pun, daging yang dijual banyak yang sudah terlebih dahulu dipersembahkan. Sehingga isu mengenai boleh tidaknya memakan daging ini, menjadi masalah yang cukup signifikan dalam jemaat Korintus. Paulus menjelaskan bahwa sesungguhnya seorang Kristen tidak berdosa jika dia memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala, “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan” (ay.8). Namun Palus mengingatkan bahwa tindakan ini bisa menjadi batu sandungan bagi orang Kristen lain yang baru bertumbuh dalam iman percayanya pada Tuhan. Sehingga “demi kepentingan orang banyak”, alangkah baiknya menurut Paulus, seseorang tidak memakan daging persembahan ini. Bahkan dia sendiri, demi untuk menjaga supaya dia tidak menjadi batu sandungan dan penghalang pertumbuhan iman saudara seimannya, berani mengambil keputusan untuk tidak memakan daging persembahan seumur hidupnya. Prinsip “membangun” orang lain ala Paulus ini diterapkannya dalam mengambil setiap keputusan dalam pelayanannya. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memiliki kebesaran hati untuk melepaskan kebebasan Anda dan memilih untuk menyesuaikan diri demi kepentingan orang lain dan demi membangun saudara seiman? Marilah kita menjaga hidup kita agar menjadi kesaksian yang baik, dan semoga apa yang kita lakukan dapat menjadi berkat bagi banyak orang, bukan menjadi batu sandungan. STUDI PRIBADI: Apakah prinsip yang harus dipegang dalam mengambil keputusan sebagai orang Kristen? Mengapa demikian? Berdoa supaya setiap anak Tuhan dimampukan menjadi berkat, dan bukan menjadi batu sandungan bagi orang lain di sekelilingnya, sehingga menjadi kesaksian yang hidup dan nama Tuhan dipermuliakan.
27
RABU
AGUSTUS 2014
“Tetapi aku mlatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitaka Injil kepada orang lain, jangan sendiri aku ditolak.” (1Korintus 9:27)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 9:1-27 Bacaan setahun: 1 Korintus 9
INTEGRITAS DAN KREDIBILITAS PAULUS
M
elayani Tuhan bukan berarti bebas dari persoalan. Ada kalanya kita dicurigai akibat perbuatan orang lain yang tidak kredibel dalam pelayanannya, sehingga generalisasi sinisme dan ketidak-sukaan tidak saja ditujukan kepada orang yang bersangkutan, tetapi juga kepada semua orang yang disebut pelayanan Tuhan, penginjil, atau pendeta. Inilah yang disebut dengan istilah “penilaian secara generalisasi.” Dalam pelayanannya, Paulus pun tidak luput dari kecurigaan jemaat terhadapnya, bahkan ada kalanya Paulus disamakan dengan rasul-rasul palsu yang mencari keuntungan bagi diri sendiri. Karena itu dalam pasal 9 ini membeberkan integritas dan kredibilitas dirinya kepada jemaat Korintus, agar mereka mengerti apa dan bagaiman sikap Paulus dalam pelayanan. Pertama, Paulus tidak memaksakan haknya kepada jemaat Korintus. Sungguh ironis sikap jemaat Korintus yang tidak peduli kepada kebutuhan hidup Paulus, di mana mereka telah menerima Injil melalui pelayanannya, tetapi mereka justru mencurigai Paulus, seolah-olah Paulus hanya ingin mendapat materi dari mereka. Namun Paulus telah membuktikan, dirinya tidak seperti yang disangkakan kepadanya. Selama pelayanannya, Paulus tidak pernah memaksa jemaat untuk membantu dirinya (ay. 13-15). Kedua, Paulus tidak memilih-milih orang dalam pelayanan yang dia lakukan. Tuduhan bahwa Paulus hanya mendekati dan melayani orangorang tertentu, mencari muka, dan tidak serius dalam menjalankan pelayanan, terbantahkan ketika Paulus mengatakan, bahwa demi Injil, ia rela merendahkan diri menjadi seperti yang mereka layani, atau paling tidak Paulus tidak menjadi asing bagi mereka. Semua itu dilakukannya demi Injil (ay. 16-23). Ketiga, pelayanan Paulus sangat kredibel dan tidak sembarangan (ay. 24-27). Dalam pelayanannya, Paulus tidak hanya melayani secara serius, tapi juga mendisiplin diri untuk konsisten dengan apa yang dikerjakannya, sehingga perkenanan Tuhan adalah hal yang utama dalam pelayanannya. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Mengapa orang mencurigai pelayan Tuhan yang baik, hanya karena kesalahan orang yg sama-sama melayani Tuhan? Bagaimana sikap Paulus dalam pelayanan? Doakan para pelayan Tuhan, baik itu aktivis, hamba Tuhan, dan majelis agar mereka hidup benar, berintegritas, dan kredibel dalam pelayanan, sehingga pelayanan mereka menjadi berkat bagi jemaat.
28
KAMIS
AGUSTUS 2014
“Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh…” (1 Korintus 10:11)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 10:1-17 Bacaan setahun: 1 Korintus 10:1-17
JANJI TUHAN DAN KESUCIAN HIDUP UMAT-NYA
J
anji Tuhan adalah jaminan yang kokoh bagi keselamatan umat-Nya, baik kepada Bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, maupun Gereja dalam Perjanjian Baru. Israel telah dituntun dan dimeterai dengan lambang baptisan awan dan laut, dan dipelihara dengan makanan dan minuman dari batu karang rohani, lambang perjamuan Tuhan. Demikian juga dengan Gereja yang dimeteraikan dengan baptisan air, dan dipelihara dengan perjamuan kudus, di mana keduanya adalah sakramen kudus yang diperintahkan Tuhan kepada Gereja-Nya sebagai meterai rohani pertanda keselamatan. Namun demikian, janji Tuhan perlu diimbangi dengan kesucian hidup umat-Nya. Sebab di dalam janji yang Tuhan berikan selalu diikuti dengan tuntutan agar umat-Nya menjalani kehidupan sesuai dengan kehendakNya, yaitu menjaga kekudusan di tengah dunia yang berdosa. Israel telah menjadi contoh peringatan yag tegas dari Tuhan kepada setiap umat-Nya di sepanjang zaman, bahwa Tuhan tidak segan-segan membinasakan mereka yang melanggar anugerah janji-Nya. Maksud keseimbangan antara janji Tuhan dan kesucian hidup umatNya tidak boleh diartikan sebagai hukum tabur-tuai atau keselamatan oleh perbuatan. Sebaliknya kesucian hidup umat-Nya dilakukan sebagai respon ucapan syukur atas janji anugerah Tuhan, yang disertai suatu kesadaran sebagai orang percaya yang berhikmat. Karena itu, semua pencobaan yang dihadapi selama kehidupan dalam dunia yang berdosa ini bukanlah sesuatu yang melampaui kekuatan orang percaya, sebab Tuhan yang setia akan memberikan pertolongan agar kita dapat menanggungnya. Jangan kita mencari jalan kehidupan menurut dunia ini, sekalipun itu nampak lebih mudah dan menyenangkan; tetapi ikutilah kehendak Allah yang membawa kita pada kehidupan. Marilah kita hidup suci di hadapan Tuhan, karena anugerah-Nya telah diberikan kepada kita. Menjalani hidup suci di hadapan Allah, bukanlah sebagai beban, tetapi wujud dari kehidupan baru yang Ia berikan kepada kita di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus. STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus ingin contohkan dari kehidupan bangsa Israel kepada jemaat di Korintus? Apa yang kita dapat pelajari darinya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak mempermainkan anugerah keselamatan yang Tuhan telah berikan dengan hidup menurut hawa nafsu dunia. Doakan agar mereka tetap hidup dalam kekudusan.
29
JUMAT
AGUSTUS 2014
“Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak…” (1 Korintus 10:33)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 10:18-33 Bacaan setahun: 1 Korintus 10:18-33
MEMULIAKAN ALLAH
S
alah satu faktor yang bisa membuat sebuah institusi pendidikan atau sebuah lembaga kursus menjadi terkenal dan diminati oleh banyak orang adalah karena faktor gurunya. Jika institusi tersebut memiliki guru yang baik, berdedikasi dan memiliki integritas yang baik, pasti banyak orangtua akan menyekolahkan anaknya di tempat tersebut. Kurikulum memang penting, tapi guru tidak kalah pentingnya karena guru adalah “role model” (contoh hidup) dari para murid. Seperti ada pepatah dalam bahasa Indonesia, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, artinya secara tidak langsung, murid pasti akan meniru apa yang dilakukan dan dikatakan oleh gurunya karena murid berinteraksi dan belajar dari sang guru. Guru yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan murid yang baik pula. Dalam Alkitab, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa segala sesuatu diperbolehkan, tetapi bukan berarti bahwa, segala sesuatu berguna dan bukan segala sesuatu membangun. Kita bisa melakukan apapun yang kita mau tapi tetap harus dalam batas-batas sebagai anak Tuhan, sebagai pengikut Kristus. Kita sebagai murid Kristus, harus dapat mencerminkan kepribadian seperti Kristus. Dalam 1 Korintus 10:24 dikatakan, jangan seorang pun yang mencari keuntungan sendiri tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. Dikatakan demikian karena ini adalah salah satu karakteristik Kristus, yaitu mementingkan orang lain di atas diri-Nya sendiri. Salah satu contoh populer yang ada di dalam Alkitab adalah ketika Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat. 14:1321). Meskipun diri-Nya lelah, Tuhan langsung tergerak hati-Nya melihat orang banyak berbondong-bondong yang datang mencari-Nya. Ketika hari menjelang malam, Yesus tidak menyuruh mereka pulang untuk mencari makanan, tetapi Ia memberi mereka makan. Sebagai pengikut Kristus, sepantasnya lah hati dan pikiran kita juga terarah kepada-Nya. Sebagai konsekuensinya, apa yang kita lakukan, apa yang kita pikirkan dan apa yang kita putuskan, haruslah bertujuan untuk memuliakan Dia (1Kor. 10:31). STUDI PRIBADI: Mengapa rasul Paulus menegaskan pada jemaat Korintus, bahwa mereka harus memikirkan keuntungan orang lain? Apa latar belakang dari perkataan ini? Berdoa bagi hamba Tuhan dan bagi jemaat Tuhan agar mereka senantiasa dikuatkan untuk memiliki hidup memuliakan Tuhan dalam setiap perilaku dan tindakan mereka.
30
SABTU
AGUSTUS 2014
“… Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.” (1 Korintus 11:6)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 11:1-16 Bacaan setahun: 1 Korintus 11:1-16
PAKAIAN YANG PANTAS DALAM IBADAH
A
da sebagian orang Kristen yang menafsirkan ayat di atas secara hurufiah, yaitu setiap wanita Kristen harus menggunakan tudung kepala setiap kali beribadah. Namun sebagian besar orang Kristen percaya bahwa ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara harafiah. Saya pribadi menafsirkannya dengan tidak hurufiah. Saya sependapat dengan kelompok yang menafsirkannya dengan tidak hurufiah. Namun sayang, saya seringkali mendapati bahwa orang-orang dari kelompok yang berkata tidak boleh menafsirkan dengan harafiah, tidak bisa menjelaskan alasan wanita Kristen tidak harus menggunakan tudung kepala pada waktu beribadah. Jadi, dalam saat teduh hari ini saya ingin mengajak pembaca memahami mengapa kita tidak mewajibkan wanita Kristen menggunakan tudung kepala pada masa sekarang, dan apa yang dapat kita praktekkan dari ayat ini dalam kehidupan kita di masa sekarang. Paulus memberikan perintah di atas sesuai konteks pada masa itu. Di kota Korintus waktu itu ada dua kelompok wanita yang tidak menggunakan tudung kepala. Kelompok pertama adalah para pelacur yang menunjukkan rambutnya kepada masyarakat umum. Kelompok yang kedua adalah para budak wanita yang rambutnya telah digunting habis. Karena Paulus ingin wanita-wanita Kristen di Korintus tidak disalah-pahami, baik sebagai pelacur ataupun budak-budak, maka ia menentukan sebuah tata cara berpakaian dalam ibadah Kristen. Karena alasan inilah maka kita tidak bisa mewajibkan wanita kristen untuk menggunakan tudung kepala. Jika demikian, harus seperti apakah cara berpakaian wanita-wanita Kristen zaman sekarang? Jawabannya adalah bebas, tetapi dengan satu syarat: cara berpakaian wanita-wanita Kristen haruslah menunjukkan karakter wanita Kristen yang sopan, sederhana dan bersahaja. Pakaian yang tidak terlalu terbuka, rok atau celana yang tidak terlalu ketat dan pendek, rambut yang dipotong dengan model yang santun, dan lain sebagainya. Sehingga cara berpakaian wanita Kristen tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. STUDI PRIBADI: Bagaimanakah pakaian seseorang dalam menjalankan ibadahnya di hadapan Tuhan dikatakan layak? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kebiasaan yang baik dalam menjalankan ibadah mereka, sehingga orang lain yang melihat tidak tersandung oleh sikap jemaat dalam menghadap Tuhan.
31
MINGGU
AGUSTUS 2014
“Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan... Dalam hal ini aku tidak memuji.” (1 Korintus 11:20, 22)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 11:17-34 Bacaan setahun: 1 Korintus 11:17-34
MOTIVASI YANG BENAR DALAM IBADAH
D
alam bagian firman ini, Paulus menegur jemaat Korintus dengan keras. Paulus marah terhadap penyalahgunaan ibadah mereka. Mereka datang bukan untuk mencari Tuhan, tetapi memuaskan perut mereka. Mereka makan dan minum sampai mabuk. Paulus sampai harus menyindir mereka dan mengatakan, “Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah & memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa?” Dari sini kita memahami bahwa yang memanfaatkan ibadah untuk makan dan minum ialah orang-orang yang kaya, yang sebenarnya memiliki uang untuk membeli makanan mereka sendiri. Tetapi mereka justru makan dan minum sepuasnya di gereja dan “menjarah” bagian-bagian makanan untuk mereka yang tidak mempunyai makanan di rumah mereka. Paulus mengingatkan mereka, hal ini tidak boleh terjadi. Dalam ayat ke 20, 23-34, Paulus mengingatkan bahwa seharusnya yang menjadi tujuan mereka datang ke dalam rumah Tuhan adalah untuk makan perjamuan Tuhan. Ini artinya, seharusnya mereka datang ke gereja mengutamakan makan Perjamuan Kudus, bukan makanan lain. Dengan makan perjamuan Kudus, roti dan anggur, mereka dapat mengenang akan Tuhan Yesus yang telah mengorbankan tubuh dan darah-Nya menjadi penebusan bagi orang-orang percaya dan memberitakan kematian Tuhan kepada orang-orang yang belum percaya. Firman Tuhan bukan saja berbicara kepada jemaat masa itu, namun juga kepada kita masa sekarang. Tuhan mengingatkan kita untuk memiliki motivasi yang benar pada waktu kita datang ke rumah Tuhan. Bukan untuk makan dan minum, melainkan untuk makan perjamuan Tuhan. Yang artinya, kita mencari Allah di dalam ibadah kita tersebut. Saat ini, marilah kita mengevaluasi diri kita. Apakah selama ini kita datang ke rumah Tuhan dengan motivasi yang benar? Apakah ketika kita datang ke rumah Tuhan, kita datang untuk memuaskan diri kita sendiri, ataukah untuk mencari Tuhan? STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap kita dalam menjalankan ibadah pada Tuhan? Motivasi apa yang seharusnya dimiliki orang Kristen, ketika mereka akan beribadah kepada Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki motivasi yang benar dalam beribadah kepada Tuhan, sehingga kehidupan dan ibadah mereka boleh diperkenan di hadapan Tuhan.
Catatan...
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Roma 14:8)
Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa.
—Yesaya 61:11