Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 1
AA II UU Karya : Arifin C Noer Para pelakon : Rustam Mama Om Bahar Tante AA II UU UU sedang membereskan buku-bukunya yang barusan dipakai belajar. Sementara Ibunya sedang menyiapkan temapat tidurnya. Malam sudah lewat jam dua belas. 001. UU
: Mama tahu kapan kira-kira perang dunia ke tiga akan meletus ?
002. Mama
: Bagaimana Mama tahu, UU…
003. UU
: Dan kira-kira apa penyebab langsungnya menurut mama ?
Mamanya tidak menyahutnya. 004. UU
: Mama percaya bahwa perang dunia ke tiga nanti pada dasarnya perang antara dua kekuatan raksasa yang bernama Amerika dan Rusia ?
Mamanya masih diam. Kayak murid yang bodoh. 005. UU
: Atau cobalah sedikit menghayal maa... Apakah mungkin pertempuran pertama akan meletus di sebuah desa kecil di sebuah negeri kecil di benua Afrika ?
006. Mama
: Siapapun tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, UU…
007. UU
: UU bisa…
008. Mama
: Kamu ?
009. UU
: Ya. Suatu hari kalau UU jadi ahli sejarah. Sebab itu besok UU akan ujian baik-baik. Dan begitu lulus UU akan masuk jurusan sejarah.
Mamanya lalu mendekapnya penuh kasih sayang. 010. Mama
: Sekarang tidurlah dulu. Kamu belajar terlalu capek. Kamu sehat, kan ?
011. UU
: (merajuk) Mama…
012. Mama
: O ya tentu kamu sehat sayang. Mama cuma kuatir. Nah, sekarang tidurlah !
Mama melangkah ke pintu. 013. Mama
: Kamu bilang apa tadi ? Ahli sejarah ?
014. UU
: Mama tidak suka ?
015. Mama
: Kalau kerja nanti di kantor apa ?
016. UU
: Yang pasti bukan di kantor dagang seperti, Papa…
017. Mama
: Nanti sulit cari kerja, UU… (sambil menutup pintu) Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 2
Sementara UU memadamkan lampu kamarnya. Waktu berganti pagi hari. UU berangkat sekolah, dengan membawa tas dan mendekap buku tebal. Lalu waktu berganti lagi ke malam. Sementara Papa dan Mamanya habis makan malam diruang lain. 018. Rustam
: (menuju ke kamar tamu sambil membawa gelas kopi) Mau jadi ahli sejarah ?
019. Mama
: Ya, kan sama-sama doktorandanya kalau selesai kelak.
020. Rustam
: Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang, Mam… Doktoranda apapun memang sama, tapi nilai komersilnya berbeda-beda. Insinyur juga macam-macam, dan boleh dikatakan sama tingkatannya satu sama lain, tapi tetap masing-masing memiliki nilai komersiil yang berbeda-beda.
021. Mama
: UU kan perempuan, Paa… Sudah untung dia mau sekolah sampai tinggi. Jadi biarkan saja dia maunya apa.
022. Rustam
: Jaman sekarang tidak membedakan mana perempuan mana laki, apabila dalam soal pendidikan. Jangan berpikiran kolot dong !
023. Mama
: Saya kira saya tidak kolot. Waras ! Coba saja : misalnya UU betul-betul jadi ahli sejarah, yang kata kamu tidak komersil itu, yang tidak menghasilkan uang itu, apa akan merubah nasibnya sebagai seorang isteri kelak ?
024. Rustam
: Semakin banyak kamu bicara, makin kelihatan kamu bodoh.
Mama melotot, tersinggung. 025. Rustam
: Jangan melotot dulu to, sayang… Saya bisa mempertanggung jawabkan kata-kata saya.
026. Mama
: Ngomongnya hati-hati dong !
027. Rustam
: Tidak saja ngomong, sayang. Berpikirpun saya sangat hati-hati. Bagaimana ? Boleh saya teruskan ?
Mama cuma menarik napas. 028. Rustam
: Baik. Ini bukan futurologi, sekalipun menyangkut ramalan atas masa depan. Sangat gampang kita raba mulai sekarang, kira-kira bagaiman susunan keluarga dan bentuk serta sifat hubungan laki perempuan pada jaman yang akan datang.
Saat itu muncul AA dan II adiknya. 029. Rustam
: Kebetulan sekali. Benih-benih masa depan muncul pada saatnya.
Mereka tentunya lahak-lohok. 030. Rustam
: AA II duduklah ! Kalian boleh menyumbangkan pikiran atau menyatakan sikap kalian dalam diskusi ini.
031. AA
: Diskusi apa ini ? Kok resmi amat bicaranya.
032. Rustam
: Sebagai calon seorang ekonom, lebih baik kamu duduk dulu. Prinsip-prinsip ekonomi kamu barang kali akan memperkuat tesis bapak. Juga kamu II sekalipun tidak langsung, sebagai seorang calon apoteker kamu pasti akan bisa juga membuat mamamu melek akan kenyataan-kenyataan sekarang.
Sambil saling berpandangan mereka duduk. 033. Ibu
: Mama dan Papa sedang mendiskusikan UU adikmu yang mau jadi ahli sejarah. Tapi Papamu ngotot. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 3
034. Rustam
: Ayo jangan emosionil mam. Dalam diskusi sehat tidak boleh emosiemosian. Lebih baik kita lanjutkan perdebatan kita dengan cara bertanya langsung kepada yang bersangkutan. AA. Coba jawab secara jujur, ukuranukuran apa yang menyebabkan kamu memilih Lidia sebagai calon isteri kamu.
AA sejenak berpikir. 035. AA
: Pertama karena Lidia cantik.
036. Rustam
: Ok. Bagus, jawaban jujur.
036. AA
: Kedua karena dia pinter.
037. Rustam
: Kamu mencintainya ?
038. AA
: Sangat mencintai.
039. Rustam
: Kenapa ?
040. AA
: Karena ukuran-ukuran tadi.
041. Rustam
: Karena ukuran-ukuran yang menguntungkan. Tepat ! Karena kepintaran Lidia secara ekonomis menguntungkan, atau diharapkan menguntungkan untuk rumah tangga kalian kelak. Begitu, kan ?
042. AA
: Saya kira begitu, Pa.
043. Rustam
: Kamu betul-betul seorang realis yang mengagumkan. Tidak sia-sia kamu jadi anak saya. Sekarang II.
044. II
: Saya kan belum punya calon suami, Pa.
045. Rustam
: Semut pun tahu itu II dan Papa tidak akan menanyakan soal itu. Pertanyaan Papa sederhana saja. Kenapa kamu memilih lapangan farmasi ?
046. II
: Karena II suka.
047. Rustam
: Kenapa suka ?
048. II
: Karena II piker II punya bakat.
049. Rustam
: Jawablah lebih mendasar dan lebih jujur, II. Tahu kamu bahwa lapangan farmasi akan memberikan penghasilan yang bagus ?
050. II
: Tentu saja II tahu, Pa.
051. Rustam
: Luar biasa. Kalian betul-betul benih masa depan yang siap. Nah ma, kamu sudah dengar sendiri pernyataan mereka tentang jaman mereka nanti. Kalau diusut secara logis, dasar dan cara berpikir mereka, jelas-jelas mencerminkan bentuk dan sifat hubungan kita di masa depan, yaitu : hubungan yang dingin yang selalu dilandasi ukuran komersial.
052. Ibu
: Pokoknya dagang seperti kamu.
053. Rustam
: Yak ! Jaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan jaman yang akan datang…
054. Ibu
: … Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikan sekali.
055. Rustam
: Kau boleh bilang menjijikan, tapi yang pasti bukan jamannya penghayalpenghayal konyol.
056. Ibu
: Mulai ngaco. Bagaimana bisa kamu menyebut ahli sejarah sebagai penghayal ? Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 4
057. Rustam
: Karena buat saya orang yang bekerja sia-sia, yang tidak menghasilkan uang berarti penghayal konyol. Boleh saja orang semacam itu hidup, kalau mereka bisa hidup tanpa usu dan perut besar.
058. Ibu
: Terserah kamu mau ngomong apa, tapi saya tetap berpihak kepada UU !
059. Rustam
: Artinya, mama membiarkan UU jatuh kepada pilihan yang keliru ? Semua orang mengejar uang dan kamu biarkan UU mengejar angin yang bernama lamunan sejarah. Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan UU yang baru tahu aiueo itu, bahwa sejarah tidak akan pernah menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja.
060. Ibu
: UU berhak memilih dan saya juga punya hak untuk berpihak.
061. Rustam
: Mulai keras kepala.
062. Ibu
: Sejak tadi kita sudah keras kepala. Sejak tadi kita plotot-plototan dan tidak diskusi.
063. AA
: Kalau sudah pada plotot-plototan, saya kira tidak perlu saya dan II duduk disini.
064. Rustam
: Jangan. Kalian harus ikut dalam pembicaraan ini !
065. II
: Duduk disini juga kita ndak ada gunanya.
066. Rustam
: II ! Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut adikmu UU, menyangkut masa depan ! Coba kita bicara kering-keringan saja. AA II, mana lebih menguntungkan buat UU : Jurusan Sejarah atau jurusan Ekonomi misalnya, ini harus dipandang dari segi keuntungan dagang.
067. AA
: Tentu saja jurusan Ekonomi.
068. Rustam
: Tapi Mamamu akan membiarkan UU memilih jurusan sejarah.
069. II
: UU memang emosionil. Saya kira dia tidak tahu betul apa yang dipilihnya.
070. Rustam
: Persis. Karena kita sadar bahwa UU keliru dan kita berkewajiban menyadarkannya. Tapi Mamamu bersikap lain.
071. Ibu
: Tetapi UU menyukai jurusan itu dan kenapa kita mesti keberatan ?
072. Rustam
: Kita keberatan karena pilihannya itu, tidak akan membuahkan keuntungan buat dirinya.
Pintu terbuka dan muncul UU yang kecapaian. Dan seketika suasana jadi hening. Masing-masing diam. UU merasa heran tentunya. 073. UU
: Kok tiba-tiba jadi diam semua. Kaya ada setan lewat.
074. Ibu
: (basa-basi guna memecahkan suasana) Bagaimana pestanya UU ?
075. UU
: Brengsek.
076. Ibu
: Kok brengsek ?
077. UU
: Semua sudah jadi pedagang.
Rustam melihat pada kedua anaknya yang lain. 078. UU
: Masak mereka ngetawain UU.
079. Ibu
: Kenapa memangnya ?
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 5
080. UU
: UU kan ditanya sama si Candra. UU mau ndaftar kemana setelah lulus ? Lalu UU bilang ke jurusan sejarah. E semua kawan-kawan ketawa. UU sama sekali tidak ngerti. Apanya yang lucu.
Flashback. Murid-murid SMA kawan UU sedang pesta perpisahan. Antara mereka saja. Suasana sangat meriah sekali, penuh dengan gelak tawa. 081. Berlin
: Yang lucu tidak ada ! Yang ada yang tragis !
Kawan-kawannya ketawa lagi. UU betul-betul tidak ngerti apa yang ditertawakan kawan-kawannya. 082. Si Tegal : memilih kok jurusan sejarah. Kok ndak jurusan silat saja. Kembali kawan-kawannya ngetawain UU. 083. UU
: Kalau saya mau, saya pilih jurusan silat ! Memangnya kenapa ? Yang penting kan mau.
084. Ber;lin
: Mau sih boleh saja mau. Saya juga banyak maunya. (ketawa)
Kawan-kawannya kembali ngetawain 085. Ketua
: Sebentar. UU bagaimanapun saya tetap dan akan selalu menjadi bekas ketua kelas kita. Jadi sedikit banyak saya punya saran pasti akan berharga. Begini…
086. Orang 1 : Mudah-mudahan dia insap. (ketawa) 087. Yang lain : Milih kok daerah gundul. (ketawa) 088. Lain lagi : Tenang ! Tenang ! Ketua kita sedang bicara. 089. Ketua
: Betul kamu mau masuk jurusan sejarah ?
090. UU
: Ya.
091. Ketua
: Kamu tahu kenapa kita ketawa ?
092. UU
: Nggak.
093. Ketua
: Karena kita tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai kawan akan meningkatkan jumlah orang-orang miskin di negeri ini.
094. UU
: Kok !
095. Ketua
: Memasuki jurusan sejarah atau fakultas-fakultas lainnya yang sejenis adalah sia-sia, karena ditinjau dari segi lapangan kerja sangat sempit. Di Republik ini tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah. Cukup seorang saja untuk mengepalai satu departemen dengan seorang pelayan sebagai pembantunya. Nah, jelas sekarang ? Yang dibutuhkan Republik ini sekarang adalah tenaga-tenaga yang terampil laksana mesin computer untuk perputaran roda ekonomi.
096. Berlin
: Sebagai penutup marilah kita berdoa agar malam ini tuhan memberi petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini.
097. Semua
: Amin….
Adegan kembali di rumah Rustam. 098. Rustam
: Tuhan , selamatkan masa depan anak saya. Amin…
099. UU
: Gila-gilaan semua.
100. Ibu
: Biar saja mereka. Orang kan lain-lain. Yang penting kamu harus teguh dan tabah. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 6
101. Rustam
: (memotong) Ma berhenti bicara dulu. UU dekat kesini !
Lalu UU mendekati Papanya. 102. Rustam
: UU umurnya berapa ?
103. UU
: (heran) Jalan delapanbelas tahun, Pap kan tahu.
104. Rustam
: UU suka dongeng-dongeng ?
105. UU
: Suka. Papa juga tahu kan UU suka sekali baca buku-buku cerita sejak dulu.
106. Rustam
: Itulah sebabnya kenapa UU pengin masuk jurusan sejarah. Kamu sangat dipengaruhi dongeng-dongeng. Otakmu bagaikan diliputi kabut yang menggelapi istana-istana jaman dahulu.
107. Ibu
: Pa.
108. Rustam
: Ma, lama-lama UU juga akan insyaf. Dengar UU…
109. UU
: Pokoknya Papa tidak setuju. Begitu kan ?
110. Rustam
: Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak mengijinkan.
111. UU
: Kalau semua tidak setuju UU akan mengunci diri dalam kamar dan mogok makan.
UU lari masuk ke kamar dan Ibu mengejarnya. 112. Rustam
: (mengetuk pintu kamar) UU ! UU ! UU ! (kesel sendiri, lalu pada AA dan II ) kalian jangan seperti ondel-ondel. Apa saran kalian ?
113. AA
: Kita mesti lembut, Pa !
114. II
: Kita tidak boleh menekan dan apa lagi bersikap keras.
115. AA
: Ini semata-mata masalah epproud.
116. II
: Kita semua tahu UU sangat manja dan sakit-sakitan sejak kecil.
117. AA
: Jadi satu-satunya cara yang paling effektif adalah cara persuasi.
118. II
: Saya akan mencoba membujuknya pertama kali. Sebagai kakaknya langsung, barangkalia saya akan mendapat tempat yang istimewa di hatinya.
119. AA
: Saya juga akan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan masa depan UU, karena UU adalah adik yang lemah.
120. Rustam
: Papa bangga karena kalian penuh tanggung jawab akan keluarga. Tapi Papa kira ada baiknya juga Oom dan Tante kalian dihubungi, karena mereka juga sangat mencintai UU.
121. II
: Ya. Tante pasti akan mampu melunakan hatinya.
Imaginer. Papa lalu memutar nomor telepon. Adegan ke kamar UU 122. Ibu
: Kamu tidak sendirian, UU. Mama akan sekuat tenaga juga meyakinkan mereka bahwa kamu berhak mewujudkan impian kamu.
123. UU
: Pokoknya UU akan mengunci diri dalam kamar dan mogok makan.
124. Ibu
: Mama juga tidak boleh masuk ?
UU menggelengkan kepalanya. 125. Ibu
: Kamu tidak boleh tidak makan. Kamu gampang sakit.
126. UU
: Mama mau masuk kamar tidak ? Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 7
Mamanya menarik nafas dalam-dalam. 127. UU
: Kalau mama mau masuk kesini,Mama tidak boleh bawa makanan.
128. Ibu
: Sekalipun cuma sekerat coklat ?
129. UU
: Sekalipun cuma sebutir gula.
130. Ibu
: Tapi itu kalori.
131. UU
: Boleh. Mama boleh bawa coklat satu karung dan apa saja tapi UU tidak akan menyentuhnya. Sekarang Mama keluar sebelum pedagang-pedagang itu masuk.
132. Ibu
: (beranjak pergi) Sedikit lagi, UU.
133. UU
: Sedikit boleh dan hanya untuk cium.
Lalu setelah cium, UU membawa Ibunta keluar kamar dan cepat-cepat UU mengunci kamarnya lagi. Dan setelah itu ia cuma mondar-mandir saja. Mikir-mikir apa yang sebaiknya ia perbuat. 134. UU
: (berdoa) Tuhan, tabahkan saya, lemahkan mereka. Amin…
Lalu UU menuju mejanya memainkan tape recodernya keras-keras. Dan dia sendiri lalu duduk ditempat tidurnya. 135. UU
: (memainkan tapenya) Hidup kok mau dihilangkan romantikanya.
UU memejamkan mata dan menikmati lagu “mengapa kau menangis” tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarnya. Kedengarannya suara II. 136. II
: (dimensi) UU… UU sayang… ayo kita main petak umpet.
137. AA
: (dimensi) UU… UU… ayo kita jalan-jalan ke mall.
Ibu Cuma memperhatikan saja ulah kedua anaknya AA dan II yang terus ketuk-ketuk pintu kamar. 138. Ibu
: Dia tidak akan membuka pintu kamarnya. Dia sudah nekat.
139. AA
: Tapi dia mesti mendengarkan pendapat kita, Ma.
140. Ibu
: Dia mau mendengarkan pendapat siapapun tapi dia tidak melihat kesalahan apapun dalam pilihannya.
141. II
: Mama tau dia akan mendapat kesukaran kelak dalam cari kerja.
142. Ibu
: Tapi dia telah menyiapkan dirinya untuk segala resiko atas pilihannya. Dengarkan Mama. Kalian berdua terbalik. Yang seharusnya kalian lakukan bukan membujuk UU tapi meyakinkan Papamu bahwa UU tidak salah pilih.
143. AA
: Tapi Papa benar Ma. Yang kita perlukan sekarang adalah lapangan yang sebanyak mungkin memberikan keuntungan materiil.
144. Ibu
: Pikiran mama sederhana saja. UU berhak menentukan sendiri apa-apa yang terbaik buat dirinya. Dan kalau kalian sependapat dengan Papamu selamat tidur dan selamat mempengaruhi adik kalian.
Lalu Ibu pergi ke kamarnya. Kembali AA dan II mengetuk pintu kamar UU. Lalu muncul Papanya. 145. AA
: Gawat Pa. UU benar-benar mengunci diri.
146. Rustam
: Keras kepala seperti Mamanya.
Lalu Papanya mengetuk pintu kamar UU. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 8
147. Rustam
: UU. Ini Papa UU. Papa yang ngetok.
Tidak ada suara sahutan kecuali suara tape recordernya yang makin keras. 148. Rustam
: UU ini suara Papa sayang. Dengar tidak…
149. UU
: (dari dalam dengan dimensi ruang) Dengar…
150. Rustam
: (dimensi) Kalau begitu buka pintunya dulu dooong…
151. UU
: (dimensi) Tidak mau. Kecuali kalau Papa setuju UU masuk jurusan sejarah.
152. Rustam
: Kita berunding dulu, sayang…
153. UU
: Tidak ada perundingan. Soalnya kita sama-sama keras kepala.
154. Rustam
: Betul-betul kartu mati dia ! Penyakit keras kepala itu betul-betul gampang menular.
155. II
: Bagaimana kalau kita tangkap tikus dulu ?
156. Rustam
: Buat apa ?
157. II
: Kita takut-takuti.
158. AA
: Ah, taktik kuno, taktik kuno itu.
159. Rustam
: Kalau betul-betul dia mengunci diri sampai satu minggu saja bisa celaka.
160. II
: Satu minggu ? Dua hari saja barangkali dia sudah terkapar sakit. Dia kan sakit-sakitan.
161. AA
: (panik) Kita bongkar saja.
162. Rustam
: Kamu yang mengusulkan tadi supaya kita bersikap lembut. Kuno juga. Mana Mama ?
163. II
: Di Kamar.
164. Rustam
: Mogok juga ?
165. II
: Tahu.
166. Rustam
: Kira-kira sudah makan belum dia ?
167. AA
: Di pesta kan pasti dia makan.
168. Rustam
: Jadi untuk satu malam ini nggak apa-apa kan ?
169. AA
: Alah, dia cuma manja saja, Pa.
170. UU
: (dari dalam) Di pesta saya cuma minum. Saya belum makan malam. Tadi siang juga saya nggak sempat makan.
171. Rustam
: Cilaka.
172. UU
: (mendramatisir) Perut sudah mulai sakit sedikit. Asam sudah naik ke tenggorokan. Perut… perut sudah terasa agak kembung.
173. AA
: Pura-pura. Serangan mental.
174. II
: Tapi jangan lupa lho UU punya gejala penyakit maag.
175. Rustam
: Cilaka. Kita mesti mendapat akal segera. Saya kira kamu betul. Kita bongkar saja pintu ini.
176. UU
: (dari dalam kamar) Di sini ada gunting. Kalau pintu dibongkar saya akan bunuh diri.
Tiba-tiba terdengar bel rumah bunyi. Ada tamu. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 9
177. Rustam
: Itu pasti Oom dan Tantemu
178. AA
: Biar saya yang jemput (keluar)
179. Rustam
: Antar Oom dan Tantemu langsung kesini !
180. II
: UU kita setuju kamu.
181. Rustam
: (membentak) Apa-apaan kamu ?
182. II
: Kita tipu dia, Pa.
183. UU
: (mengancam) Jangan main tipu. UU bisa lebih nekat.
184. Rustam
: Jangan gegabah II.
185. UU
: Papa…
186. Rustam
: Ya sayang…
187. UU
: UU hauus…
188. Rustam
: Segera Papa bawa minuman untukmu sayang. Tapi buka dulu pintunya dong…
189. UU
: Nggak mau.
190. Rustam
: Nanti kamu mati kehausan sayang.
191. UU
: Biar.
Langsung Oom dan Tante masuk menuju pintu kamar UU, lalu mengetuknya dengan cemas. 192. Tante
: UU… UU… Sayang…
193. Oom
: UU… Sayang… UU…
194. Tante
: Permataku… bungaku… jangan mogok dong…
195. Rustam
: Panggil Mama, II !
II lalu pergi ke kamar ibunya. 196. AA
: UU manja itu ada batasnya.
197. Rustam
: UU ini Tante dan Oom datang sayang.
198. Tante
: Sebaiknya kita siapkan satu tabung besar zat asam murni. Udara dalam kamarnya lama-lama pasti kotor dan UU pasti bisa kepayahan. Wuuaaa…
199. Oom
: Ambulan… Ambulan…
Semua pada panik, hiruk pikuk. 200. Rustam
: Stop ! Kalian jangan menambah gugup. Kalian kuminta datang supaya mengendorkan ketegangan dan bukan menambah kepanikan. Pikir. Pikir. Cari akal. Buat sesuatu. Dia selamat kita senang.
201. Tante
: (meratapi) Sama sekali dia tidak menyahut. Jangan-jangan dia sudah pingsan.
202. Oom
: Tenang. Tenang sebentar. Kita dengarkan. Setidak-tidaknya kita dapat mendengar nafasnya.
Berjalan Slow motion menuju pintu kamar UU. Lalu menempelkan telinganya masingmasing ke daun pintu. Ibu dan II muncul lalu ikut mendekat. 203. Rustam
: Ssssst…
Ibu gag jadi ngomong lalu ikut nimbrung mendrngarkan didepan pintu. II juga. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 10
204. Rustam
: Dengar ?
Tante geleng kepala, semua geleng kepala. 205. Ibu
: Dengar apa ?
206. Rustam
: Suara nafasnya.
207. Ibu
: Nggak.
208. Tante
: (menjerit) Wa….pasti dia pingasan.
209. Rustam
: Kamu yang harus bertanggung jawab kalau ada apa-apa (kepada ibu)
210. Ibu
: Kok saya ?
211. Rustam
: Lalu siapa ? Saya ? Atau AA, II ? Kamu sebagai Mamanya yang seharusnya bertindak bijaksana.
Kedengaran bunyi pintu diketuk dari dalam kamar, oleh UU. 212. UU
: Maa…
213. Tante
: Yaa….itu dia. Selamat. Selamat. Selamat… Selamat…
214. UU
: Kuncinya hilang.
215. Rustam
: Cilaka. Cilaka.
216. Ibu
: Betul UU ?
217. UU
: Ya sudah pasti bohong dong. Masak kunci bisa tiba-tiba hilang.
218. Tante
: UU sayang.
219. UU
: Ya Tante.
220. Tante
: Keluar dong sayang.
221. UU
: Setuju dulu dong UU masuk jurusan sejarah.
222. Tante
: Dilema. Dilema. Itu tidak mungkin sayang. Itu akan mencelakakan masa depanmu.
223. UU
: Kalau begitu kita tidak mungkin jumpa untuk selama-lamanya.
224. Rustam
: Dia sudah mulai mempermainkan kita. Kita tidak punya waktu banyak, ini masalah nyawa dan masa depan.
225. UU
: Ini maslah hak asasi.
226. Rustam
: Kamu harus tanggung jawab, Ma. Kita harus diskusi lagi. Kita ke ruang tengah.
227. Oom
: Saya kira iya.
228. Tante
: Betul-betul buah simalakama.
Lalu bapak, ibu, oom dan tante ke ruang tengah. Sedang AA dan II masih menunggu di depan pintu 229. Rustam
: AA, II jaga dan lanjutkan usaha-usaha persuasi.
230. AA II
: Siap, Pa.
Kembali II mengetuk pintu. Dan UU membalas mengetuk pintu. Lalu AA ikutan mengetuk pintu. Maka terjadilah suatu komposisi musik ketuk-ketukan. Adegan berganti ke ruang tengah. 231. OOM
: Kalau usaha pertama gagal harus dilanjutkan usaha kedua. Kalau usaha kedua gagal harus dilanjutkan usaha ketiga. Begitu seterusnya. Kalau Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 11
usaha pertama gagal dan sama sekali usaha berhenti maka usaha sama sekali kehilangan makna nilainya sebagai usaha dan kita tak patut lagi sebagai kita. 232. Rustam
: Bahar, kita dalam keadaan terdesak. Kita hanya punya detik saja. Katakata, huruf-huruf harus terbatas. Kalau perlu tidak usah pakai titik koma. Singkat saja apa, bagaimana dan seterusnya.
233. Tante
: (ketuk-ketuk meja) UU….UU sayang….
234. Rustam
: Apa pula itu ?
235. Oom
: Usaha tak boleh berhenti.
236. Tante
: Ini usaha dengan cara telepati.
237. Rustam
: Terserah kalian. Pokoknya saya mau beres.
238. Oom
: Bagus. Itu baru namanya memberi ruang pada saya dan….
239. Tante
: Dilema…Dilema…
240. Oom
: Untuk secara penuh membantu usaha-usaha rumah ini dalam memecahkan problem-problem serta hambatan-hambatan yang merong-rong program yang telah dipatrikan atau dan lain sebagainya dan lain sebagainya.
241. Tante
: Kamu juga rela tulus pasrah kami ikut campur dalam persoalan.
242. Oom
: Koreksi ! Bukan dalam persoalan tetapi dalam memecahkan persoalan.
243. Tante
: Dalam memecahkan persoalan gawat yang melibatkan nyawa dan masa depan ?
Ibu hanya bisa mengangguk. 244. Tante
: Kalau begitu intervensi boleh di mulai.
245. Oom
: Dasar filsafatnya adalah “kebenaran rupanya lebih betah di rumah tetangga, karena kita sendiri pada dasarnya lebih betah di rumah tetangga”. (menghela nafas) Lalu adalah pertanyaan. Dasar apakah yang akan kita gunakan sebagai landasan usaha kita dalam pemecahan : Perasaankah, Pikirankah ?
246. Tante
: Dilema..Dilema…
247. Rustam
: Pikiran tentu saja !
248. Ibu
: Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan !
249. Tante
: Dilema…Dilema…
250. Oom
: Menarik sekali. Dua jaman sedang berbenturan. Kita harap saja ini komedi, bukan tragedy bukan juga farce alias banyolan. Juga kita harapkan bukan perang solusinya melainkan shanty…shanty…peace…peace…damai…damai…
Baris-baris terakhir diucapkan tante lebih baik. Dan mendengar itu bapak dan ibu sama-sama tersenyum tanpa sadar mereka berdua saling berpelukan. 251. Oom
: Jangan dulu. Pelukan mendadak selalu penuh ranjau dan bukan tidak mungkin pelukan akan berubah tiba-tiba menjadi tikaman karena perdamaian kalian masih bersifat semu kekanak-kanakan.
252. Tante
: Untuk sementara forum resmi di tutup. Sekarang forum tidak resmi.
Tiba-tiba Oom membawa Rustam kesudut ruangan. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 12
253. Oom
: Langkah kita sudah betul. Siapapun akan sia-sia mendekati UU kecuali Ibunya. Jadi persoalan kita sekarang adalah menggarap Ibunya.
254. Rustam
: Tapi UU dan Ibunya satu nyawa.
255. Oom
: Untuk sementara kita anggap saja cuma Ibunya yang punya nyawa. Dan untuk sementara juga dalam forum nanti kita coba saja mengikuti kemauan Ibunya. (Rustam mencoba bereaksi). Tenang…tenang…!
Sementara itu tante sedang melunakkan hati Ibu. 256. Tante
: Jelaskan ? Siapapun akan sependapat bahwa adalah benar sekali ini masalah perasaan.
257. Ibu
: Tapi Papanya memang keras kepala.
258. Tante
: Tapi jangan lupa bahwa manusia itu adalah patung tanah liat yang tidak pernah rampung. Menyadari ini berarti kita harus bersikap optimis bahwa kita akan berhasil merubah bentuk kepalanya sesuai dengan kemauan kita.
259. Oom
: (tiba-tiba memecahkan suasana) Demi masa depan dan perdamaian
Mereka minum bersama. Selanjutnya Papa mendekati Mama dengan wajah minta maaf. 260. Rustam
: Maafkan saya karena sifat kasar saya, tapi percayalah kekerasan saya hanya topeng seorang lelaki kikuk yang selalu gagal menyatakan cintanya.
261. Ibu
: (pada tante) Dia lunak !
262. Tante
: Apa kata saya ? Kita semua adalah pematung-pematung dan sekaligus juga patung-patung.
263. Oom
: Waktu terbatas. Forum resmi kita lanjutkan.
Seperti sebelumnya tante mengetukkan tangannya keatas meja sebagai tanda rapat dimulai. 264. Tante
: Dilema…Dilema…
265. Oom
: Tak ada lagi itu.
266. Tante
: Alhamdulilah…alhamdulilah…
267. Oom
: Siapapun akan sependapat bahwa dua landasan itu sama-sama dapat digunakan. Tapi sesuai dengan sikap “selalu menghormati kaum wanita”. Maka landasan yang pertama-tama akan akan kita coba gunakan adalah landasan perasaan dalam mendekati serta memecahkan persoalan kita. Setuju ?
Rustam akan bicara tapi dipotong oleh Oom. 268. Oom
: Terimakasih. Sekalipun huruf-huruf baru sampai di tenggorokan tapi jelas huruf-huruf itu akan membentuk kata setuju.
269. Tante
: UU sayang… (menangis)
270. Oom
: Kita sudah mulai. Perasaan sudah bicara.
Rustam lalu ikut terharu 271. Rustam
: Nasibmu sayang sedang diolah di meja perundingan.
Ibu ikut menangis, Oom juga. Selanjutnya ia terus berkomentar sebagai seorang reporter televisi. 272. Oom
: Dengan perasaan kita lepaskan UU keluar rumah dan memasuki jurusan sejarah. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 13
273. Ibu
: UU…
274. Oom
: Seperti juga AA dan II pasti UU juga akan kuliah baik-baik. Dengan perasaan kita perhatikan perkembangan kuliahnya.
275. Ibu
: UU…
276. Oom
: Susah payah namun tetap tabah UU menempuh badai tentamen demi tentamen. Dia memang srikandinya kampus.
277. Ibu
: UU…UU…UU…benih waktuku….
278. Oom
: Pada suatu hari matahari bersinar dengan warna ungu pucat.
279. Ibu
: Lha kok ?
280. Oom
: Siapa tahu ? Hari itu adalah hari dalam lima enam tahun yang akan datang.
281. Ibu
: Ooh…UU…
282. Oom
: Pada suatu hari.
283. Tante
: Matahari bersinar dalam warna ungu pucat.
284. Oom
: Dan UU bertambah cantik parasnya. Ia baru saja di wisuda sebagai sarjana sejarah.
285. Ibu
: UU sayang kebangganku !
286. Oom
: Dengan perasaan kita kagumi dia kita bangga-banggakan dia. Dan UU pun tiba-tiba naik ke puncak gedung paling tinggi dan secara tiba-tiba pula ia menerjunkan dirinya.
287. Ibu
: Tidak pakai payungkah dia ?
288. Oom
: Tidak.
289. Ibu
: Kenapa dia lakukan perbuatan bodoh itu ?
290. Oom
: Dia Putus asa.
Kalimat itu dulangi oleh tante dan Rustam secara bergantian, secara mengiba. 291. Ibu
: Kenapa ?
292. Oom
: Karena dia salah menafsirkan jamannya.
293. Ibu
: Ooh..
294. Oom
: Lima tahun atau tepatnya seribu delapan ratus dua puluh lima hari UU berkeliling memasuki kantor demi kantor namun tidak satupun kantor yang sudi membuka pintunya.
295. Rustam
: Bahkan jendelanyapun tidak.
296. Tante
: Bahkan pintu pagarnya sekalipun, pintu belakangnya, pintu WC nya.
297. Oom
: Semua pintu ! Ahli sejarah dan sejenisnya telah dianggap penderita sampar dan dijauhi masyarakat.
298. Ibu
: UU nasibmu !
Semua pada nangis 299. Ibu
: Tapi tidak adakah kesatria yang mendekati jendelanya dan melemparkan bunga kepadanya ?
300. Oom
: Pada hari itu semua kesatria dengan kuda-kudanya telah berubah menjadi pedagan keliling semua. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 14
301. Ibu
: Begitu ?
302. Rustam
: Iya sayang.
303. Ibu
: Lalu bagaimana solusinya ?
304. Oom
: Bunuh diri. Dan mayatnya yang terkapar di jalan Thamrin itu sama sekali tidak disentuh orang dan dalam satu jam sudah rata dengan aspal jalan itu dilindas oleh kendaraan-kendaraan yang tak putus-putus.
305. Ibu
: Bahkan mayatnya tidak berharga ?
306. Oom
: Sama sekali.
Pelan-pelan terdengar lagu gugur bunga. 307. Ibu
: Tidak ! Tidak boleh jadi itu ! kita harus mencegah sebelum peristiwa naas itu betul-betul terjadi. Kita tidak boleh diam.
308. Oom
: Tenang jangan grusa-grusu. Kita semua akan melakukan sesuatu. Kita semua akan bersama-sama mencegahnya.
309. Ibu
: Saya akan meyakinkannya bahwa jalannya keliru
310. Oom
: Tentu saja. Tentu saja. Hanya kamu yang mampu membujuk UU.
311. Rustam
: UU suka dengan dongeng-dongeng. Pengaruhilah dia dengan dongengdongeng.
312. Ibu
: Saya akan lakukan. Saya mesti melakukannya demi masa depan. (pergi ke kamar UU).
313. Tante
: Untung belum terlambat !
314. Oom
: Kita harus bersyukur karena ternyata sandiwara ini sandiwara komedi.
315. Semua
: Alhamdulillah.
316. Oom
: (mencegah Rustam yang mau ke kamar UU). Ah, jangan ikut. Tidak perlu ikut. Mereka hanya memerlukan diri mereka sendiri.
Rustam kembali duduk dan Oom kembali menikmati secangkir tehnya, sementara AA dan II tertidur bersandar pada pintu. Ibu lalu memindahkannya ke dinding. Lalu dengan lembut mengetuk pintu kamar UU. 317. Ibu
: UU…UU sayang…
Rupanya UU tertidur di pintu juga. Ketukan pintu terdengar lembut juga suara Ibu. 318. Ibu
: UU…UU sayang…
UU terbangun. 319. UU
: Ya…?
320. Ibu
: Ini Mama sayang.
321. UU
: Betul Mama ?
322. Ibu
: Iya sayang. Buka segera pintunya.
Lalu UU membuka pintu kamarnya dan begitu Ibu masuk UU segera membuka pintunya dan dikunci kembali. Dan segera keduanya menuju tempat tidur dan UU tidur sambil menggenggam kuncinya. Ibu mendekatinya dengan lembutnya. 323. Ibu
: UU sayang.
324. UU
: (setengah tidur) Iya Ma. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 15
325. Ibu
: Mau Mama mendongeng ?
326. UU
: Mau.
327. Ibu
: Pada suatu hari ada seorang gadis kecil yang manis yang sangat patuh pada Mamanya. Gadis kecil selalu bertambah manis setiap kali mengatakan “iya Ma” kepada Mamanya. Dan ia bahkan sangat berbahagia hidupnya kerana selalu berkata “iya” dan Mamanyapun demikian juga.
328. UU
: Betul gadis itu bahagia karena selalu berkata “iya Ma”?
329. Ibu
: Iya sayang.
330. UU
: Pengin benar saya seperti gadis itu.
331. Ibu
: Kamu seperti gadis itu, sayang. Kamulah dia.
332. UU
: Iya Ma.
333. Ibu
: Kamu manis seperti gadis itu.
334. UU
: Iya Ma.
335. Ibu
: Kamu akan bahagia seperti gadis itu.
336. UU
: Iya Ma.
337. Ibu
: Kamu akan selalu patuh kepada Mama.
338. UU
: Iya Ma.
339. Ibu
: Kamu tidak akan masuk jurusan sejarah.
340. UU
: Iya Ma.
341. Ibu
: Kamu akan lupakan jurusan sejarah.
342. UU
: Iya Ma.
343. Ibu
: Pintu kamar tidak usah dikunci.
344. UU
: Iya Ma.
345. Ibu
: Berikan kunci itu !
346. UU
: Iya Ma.
347. Ibu
: Sekarang tidur dan mimpilah bersama kata “Iya”.
348. UU
: Iya Ma.
349. Ibu
: Tidurlah UU !
350. UU
: Iya Ma.
Terdengar nyanyian “Tidurlah Intan”. Lalu perlahan-lahan Ibu meninggalkan anaknya yang sudah tidur pulas dan ia membuka pintu kamar itu perlahan. Dan perlahan juga ia keluar dan menutupnya kembali perlahan. 351. UU
: (mengigau) Iya Ma….iya Ma…Iya Ma…
Begitu Mama keluar Rustam, Oom dan Tante segera merubungnya. AA dan II tetap tidur. 352. Rustam
: (pada Mama) Bagaimana ?
353. Ibu
: (tersenyum sambil lari)
354. Semua
: Bagaimana ?
355. Ibu
: Beres. Dia sudah dengan rela melupakan jurusan sejarah. Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 16
356. Semua
: Alhamdulillah.
357. Tante
: Permataku…bungaku… (mau kekamarnya UU)
358. Ibu
: (mencegah) Jangan masuk. Jangan ganggu dia. Dia sedang tidur dan mimpi enak.
359. Tante
: Shanti…Shanti…Shanti…
360. Rustam
: (mendekati AA dan II) AA…AA…AA…
361. AA
: (setengah bagun) Iya Pa.
362. Rustam
: Tidurlah di kamar !
363. AA
: (bangun) Iya Pa.
AA kekamarnya sambil berjalan mengucapkan “iya Pa…iya Pa…Iya Pa”. 364. Ibu
: II bangun.
365. II
: (II setengah bangun) Iya Ma
366. Ibu
: Tidurlah di kamar.
367. II
: Iya Ma.
II kekamarnya sambil berjalan mengucapkan “iya Ma…iya Ma…Iya Ma”. 368. Tante
: Masa depanku…masa depanku…
369. Oom
: Sekarang marilah kita tidur dan bermimpi merancang masa depan.
370. Semua
: Iya…
371. Rustam
: Kalian berdua menginaplah disini.
372. Oom
: Boleh.
Mereka semua pada meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya masing-masing. Selesai.
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016 17