IPB News
SEBANYAK 270 JUDUL PENELITIAN IPB DISEMINARKAN DI AKHIR TAHUN 2009 Pada tahun 2009, peneliti IPB termasuk sebagai peneliti terbaik di Indonesia dalam berkompetisi mendapatkan dana penelitian kompetitif. pada 22-23 Desember disajikan sebanyak 270 hasil penelitian yang telah selesai dilaksanakan dari total penelitian sejumlah 525 judul. Hal ini disampaikan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Prof. Dr. Ir. Bambang Pramoedya, M.Eng saat membuka acara Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB Tahun 2009 di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga, (22/12). Ke-270 judul penelitian ini terdiri dari: (1) Penelitian Desentralisasi (Hibah Bersaing, Hibah Pascasarjana, Penelitian Fundamental) sebanyak 33 judul; (2) Penelitian Unggulan IPB sebanyak 52 Judul; (3) KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi) sebanyak 60 judul; (4) Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID) sebanyak 1 judul; (5) Hibah Kompetitif sesuai Prioritas Nasional Batch I, II, II dan IV sebanyak 115 judul, serta (6) Program Insentif KNRT sebanyak 9 judul. Dalam penyajian hasil penelitian dan diskusi ke 270 kelompok penelitian ini dikelompokkan ke dalam: (a) Bidang Energi (1 kelompok), (b) Bidang Pangan (2 kelompok), (c)
Bidang Kesehatan (2 kelompok); (d) Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (2 kelompok); (e) Bidang Sosial Ekonomi (3 Kelompok); (f) Bidang Teknologi dan Rekayasa (5 kelompok); (g) Bidang Biologi (2 kelompok). Sumber dana penelitian yang diseminarkan ini (total dana Rp 26.420.013.000) meliputi: (a) Program Insentif KNRT sebesar Rp 2.054.000.000; (b) Penelitian DP2M DIKTI sebesar Rp 19.272.780.000; (c) KKP3T Departemen Pertanian sebesar Rp 7.146.233.000. Secara Keseluruhan Kerjasama penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang dikelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat Tahun Anggaran 2009 ini adalah sebagai berikut: (a) Kerjasama/ kajian (Kerjasama dengan instansi dan Riset Unggulan Nasional (RUSNAS)) sebesar Rp 22.116.354.050; (b) Program Insentif KNRT sebesar Rp 5.546.350.000; (c) Penelitian Desentralisasi DP2M DIKTI sebesar Rp 4.461.500.000; (4) Penelitian Kompetitif DIKTI sebesar Rp 26.278.796.700; (5) KKP3T Departemen Pertanian sebesar Rp 9.167.500.000; (6) Program Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI sebesar Rp 1.107.563.000. Total dana Rp 68.678.063.750. Kepala LPPM IPB mengharapkan hasil-hasil penelitian IPB dapat diaplikasikan untuk masyarakat luas. === SUMBER: PARIWARA IPB Januari 2010 Edisi 1
IPB LUNCURKAN MOBIL KLINIK TANAMAN TERPADU Mobil Klinik Tanaman Terpadu yang dikembangkan Fakultas Pertanian IPB diresmikan oleh Rektor, Prof. Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc di Bengkel Arsitektur dan Lanskap Kampus IPB Darmaga (20/1). Mobil klinik ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas akademik, terutama proses pembelajaran melalui penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. “Dengan adanya mobil klinik ini, kita bangkitkan kecintaan dan kebanggaan terhadap IPB dengan kerja keras, ketekunan demi meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Rektor. Mobil Klinik ini merupakan laboratorium keliling yang akan memberikan pelayanan terpadu mengenai permasalahan tanaman, hama, penyakit, serta konsultasi arsitektur lanskap di sentra-sentra produksi pertanian.“ Dari segi akademik, Mobil Klinik ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi mahasiswa dengan memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis sehingga bisa melatih mahasiswa untuk memecahkan permasalahan lapangan. 46
Agrimedia
‘’Selain itu, Mobil Klinik ini bisa langsung memasukkan temuan-temuan terbaru di lapangan sehingga bisa dijadikan bahan penelitian,’’ ujar Dekan Fakultas Pertanian IPB, Prof. Didy Sopandie. Mobil ini dilengkapi dengan alat uji kadar air untuk benih, uji kemanisan dan kekerasan buah, uji tanah, mikroskop, tempat menyimpan sampel untuk ditindaklanjuti di laboratorium, genset untuk menghidupkan komputer dan printer, maupun layar yang bisa dibuka dengan cepat di lapang untuk memudahkan penyuluhan. Direktur Akademik, Depdiknas, Dr. Illah Sailah berharap dengan adanya mobil ini selain untuk fasilitas perguruan tinggi dapat ditekankan untuk pengembangan soft skill mahasiswa. Misalnya dengan adanya fasilitas ini, mahasiswa dapat mempromosikan IPB ke SMA-SMA untuk memberikan wawasan kepada siswa-siswa agar berminat masuk ke IPB. Promosi dan brand image bahwa pertanian bukan sesuatu yang kumuh. === SUMBER: PARIWARA IPB Januari 2010 Edisi 2
PENELITI DAN PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA ASIA BERKUMPUL DI IPB BAHAS PENGEMBANGAN RENDAH KARBON BERKELANJUTAN Para pembuat kebijakan dan peneliti dari negara-negara asia berkumpul di IPB dalam rangka mendiskusikan pengembangan rendah karbon berkelanjutan di negara Indonesia dan Asia, dalam suatu acara bertajuk “LowCarbon Development (LCD) in Indonesia and Asia: Dialogues between Policymakers and Scientists on Green Growth (GG), (16-17/2), di IPB International Convention Center, Bogor. Kegiatan yang digelar atas kerjasama antara Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementrian Lingkungan HIdup (KLH) dan Institute for Global Environmental Strategies (IGES), menghadirkan para peneliti dan pembuat kebijakan dari Indonesia dan negara Asia diantaranya adalah Kementerian Keuangan Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, BAPPENAS, Komisi Perubahan Iklim Nasional, Japan International Cooperation Agency (JICA), National Institute for Environmental Studies (NIES) Japan, Intitut Teknologi Indonesia, Kyoto University Japan, Energy Research Institute China, Indian Institute of Management Ahmedabad (IIMA) India, The Joint Graduate School of Energy and Environment Thailand dan sebagainya. Kegiatan ini digelar dalam rangka menyatukan pandangan antara para pembuat kebijakan dengan para peneliti di Indonesia dan Asia untuk secara bersama-sama memikirkan pengembangan rendah karbon yang berkelanjutan.
Pengembangan rendah carbon yang berkelanjutan, sama halnya dengan menetapkan arah tujuan secara keseluruhan sebuah Negara. Pengembangan tersebut membutuhkan kebijakan antar sektor diantaranya adalah, teknologi dan riset, serta pengetahuan antar disiplin diantara negara negar dalam menerapkannya. Karena itu ketika pemerintah Jepang mengambil alih kepemimpinan G8 pada tahun 2008 lalu, pemerintah Jepang mempromosikan dan mengusulkan untuk membentuk network penelitian internasional untuk masyarakat rendah carbon berkelanjutan dan berbagi kebijakan untuk merealisasikan masyarakat dunia yang rendah karbon. Untuk memastikan hal tersebut, dialog antara pemegang kebijakan dengan para peneliti sangat penting dan mutlak dilakukan. Dengan demikian, diharapkan dalam dialog ini diantara pembuat kebijakan dan masyarakat akademik harus bekerja bersama untuk berbagi pengetahuan dan kebijakan untuk perkembangan rendah karbon yang berkelanjutan. Kegiatan ini juga di hadiri oleh Kepala Pusat Pengelolaan, Peluang dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP ), Prof. Dr. Rizaldi Boer. === SUMBER: PARIWARA IPB Februari 2010 Edisi 3
18 INOVASI IPB DAPATKAN GRANTED PATEN Institut Pertanian Bogor (IPB) sampai tahun 2009 telah mendaftarkan 155 inovasi ke Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI. Jumlah tersebut tertinggi di Indonesia untuk kalangan perguruan tinggi. Awal tahun 2010, dari inovasi yang didaftarkan, sebanyak 18 inovasi IPB berhasil mendapatkan Granted Paten. Kabar gembira tersebut disampaikan oleh Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB, Dr.Ir. Iskandar Siregar saat membuka acara Pelatihan Penelusuran dan Penulisan Dokumen Paten Untuk Meningkatkan Dayasaing Hasil Penelitian dan Pengembangan di Cyber FKH, IPB (25/3). “Ini merupakan hasil dari upaya-upaya kami dalam memperlancar dan mempercepat inovasi-inovasi IPB untuk mendapatkan hak paten,” ujarnya. Dengan adanya mediasi ini, 18 invensi dari IPB sudah berhak mendapatkan imbalan berupa paten,” tambahnya.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan inventor (penemu di bidang teknologi) IPB dalam menulis dokumen paten dengan mengundang pembicara langsung dari pemeriksa paten Ditjen HKI. Selain menggelar pelatihan tersebut, salah satu upaya yang telah dilakukan sejak tahun 2009 yakni memediasikan atau mempertemukan secara langsung antara inventor yang sudah mengajukan paten dengan pemeriksa paten dari Ditjen HKI-Kemenkum HAM. Dr. Iskandar berharap output yang dihasilkan selain menjadi bahan ajar atau buku perkuliahan juga mampu meningkatkan publikasi internasional serta meningkatkan jumlah paten IPB. Output tersebut merupakan indikator penting untuk meningkatkan peringkat IPB dalam World Class University. Menurutnya perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan inovasi yang dapat dipublikasikan kepada masyarakat baik nasional maupun internasional. === SUMBER: PARIWARA IPB April 2010 Edisi 7 Volume 15 No 1 Juni 2010
47
IPB News
MAHASISWA IPB RAIH PENGHARGAAN WM BANK MANDIRI 2009 Ance Trio Marta, mahasiswa Program penyelenggara Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB meraih penghargaan Wirausaha Mandiri (WM) 2009 yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri. Penghargaan diberikan dalam acara Penganugerahan Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2009, Penyerahan Modul Kewirausahaan dan Workshop WMM, Jum’at (22/1) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Ance dinobatkan sebagai wirausahawan terbaik oleh Bank Mandiri bersama dengan 11 wirausahawan terbaik lainnya. Ance meraih juara pertama untuk kategori Mahasiswa, Sarjana dan Program Diploma, Bidang Usaha Industri dan Jasa dengan usaha yang digelutinya adalah Pembibitan Ikan Bawal. Sementara juara ke dua jatuh kepada Triwahyudi dari Universitas Diponegoro.
Dua belas wirausahawan terbaik 2009 ini berhasil mengungguli 1.706 mahasiswa dari 200 perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti kompetisi ini. Sebelumnya, mereka yang terpilih ini telah melalui masa seleksi selama tiga bulan yang diawali dengan pendaftaran di 9 titik pelaksanaan, yaitu Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, dan Denpasar. Untuk prestasinya tersebut, Ance berhak memboyong uang sebesar 25 juta rupiah, piala dan piagam penghargaan . Penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Boediono, didampingi, Menteri BUMN, Menteri Perekonomian, Menteri Perikanan dan Kelautan, Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Direktur Bank Mandiri, para rektor, dan wirausahawan ternama, Dr. Ciputra.
ANTISIPASI ISU PERUBAHAN IKLIM DARI BERBAGAI SISI Sektor pertanian sangat sensitif terhadap variasi iklim. Kekeringan yang dialami 36 negara pada tahun 2008 mengguncang ketahanan pangan dunia. Prediksi musim panas tahun 2040-2060 “warmer than warmest on record” dari Science AAAS, 2009, menampilkan wilayah mana di dunia yang kemungkinan akan lebih panas di banding tingkat panas yang mungkin terjadi. Kenaikan suhu Indonesia diprediksi mencapai 70-90%. “Jika data ini benar terjadi, ini merupakan tantangan terbesar bagi Indonesia,” ujar Dr. Dwi Andreas Santosa, Tenaga Pendidik di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL) IPB. Hal ini disampaikannya saat menjadi narasumber Serial Discussion bertema “Kontribusi Sektor Pertanian bagi Peningkatan Emisi Karbon serta Mencari Strategi Adaptasi dan Solusi Alternatif” di Ruang Anggrek, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB, (6/4). Menurutnya, perubahan iklim berdampak langsung terhadap pertanian dan yang paling menderita adalah petani kecil. Akibat perubahan iklim, tahun 2050 Asia meliputi Asia Tenggara (Indonesia masuk di dalamnya) akan mengalami kekurangan pangan sebesar 125 juta metrix ton. Tantangan menjadi semakin besar bagi Indonesia dengan adanya fakta bahwa lima tahun terakhir telah terjadi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 115 menjadi 98. Bahkan data dari International Fund of Agriculture Development (IFAD)
48
Agrimedia
menunjukkan 75% dari 1,2 Milyar orang miskin berada di perdesaan/pertanian. “Pemerintah menyatakan kita telah swasembada beras, namun diimbangi dengan penurunan kesejahteraan petani. Petani Indonesia sebagian besar tidak mempunyai lahan, mereka sekarang menjadi buruh tani dan 30-50% pendapatannya berasal dari pekerjaan di luar off farm dan atau non farm. Dengan adanya perubahan iklim, diperlukan strategi adaptasi di sektor pertanian,” tambahnya. Salah satu contoh strategi adaptasi yakni penggunaan tanaman transgenik yang dapat tumbuh di lahan kering (tidak perlu pembajakan sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar). “Lobi-lobi yang cukup kuat di Kopenhagen waktu itu mengarah pada 100 juta hektar lahan di dunia akan ditanami tanaman transgenik,” tuturnya. Sementara, menurut Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT, kebijakan Departemen Pertanian yang tertuang dalam Renstranya, belum terlihat antisipasi di bidang pertanian dari pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim. “Oleh karena itu, kami sebagai akademisi yang konsen terhadap pertanian dan lingkungan berupaya membuat konsep utuh tentang perubahan iklim di bidang pertanian, organic farm, perikanan dan kelautan. === SUMBER: PARIWARA IPB April 2010 Edisi 7
Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Boediono, berpesan kepada para mahasiswa tentang pentingnya berwirausaha. Menurutnya, bidang wirausaha adalah tulang punggung dan penggerak ekonomi suatu bangsa, semakin banyak semakin kuat, dari sisi politik wirausaha adalah kunci bagi perkembangan demokrasi, karena wirausahawan adalah orang independen yang tidak tunduk pada struktur yang mengikat . Di banyak Negara kelas wirausaha adalah sebagai kelas pendukung demokrasi. Selain itu, beliau sangat mendukung modul ini dan mengharapkan bisa dimasukkan di dalam kurikulum di perguruan tinggi, dan jika perlu semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) para siswa juga diberikan kurikulum wirausaha.
atau silabus yang seharusnya diajarkan, dipraktekkan dan disimulasikan di kelas-kelas di PT dan dipraktekan secara terbatas di luar PT. Saya ingin para Rektor untuk benarbenar bisa mengintegrasikan ini ke dalam kurikulum masingmasing perguruan tinggi untuk semua fakultas,” ujarnya. Menurut Wakil Presiden, kewirausahaan bukan sesuatu yang bisa dipelajari dengan text book dan teori saja namun juga harus secara langsung dipraktekkan dan dimatangkan dengan pengalaman. Berdasarkan pengalaman mengajar Ilmu Ekonomi, Wapres mengatakan belajar Ilmu ekonomi bukan dipersiapkan menjadi wirausaha tapi lebih ke arah pengetahuan mengenai kegiatan ekonomi suatu negara atau daerah. === SUMBER: PARIWARA IPB Februari 2010 Edisi 3
“Saya menyambut baik adanya satu hasil konkrit dari upaya meningkatkan pendidikan wiarusaha berupa kurikulum
PAKAR IPB TAWARKAN SOLUSI HADAPI ACFTA Pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-China (ASEANChina Free Trade Area/ACFTA) menimbulkan kegelisahan pada industri manufaktur nasional, karena dampak terbesar sudah dipastikan akan mengancam industri manufaktur dalam negeri. Dampak tersebut menimbulkan respon yang beragam terhadap ACFTA di dalam negeri. Untuk itu Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB mengadakan Diskusi Publik untuk memberikan kontribusi pemikiran IPB terkait pemberlakuan ACFTA dan pengaruhnya di Indonesia. Diskusi digelar di Kampus IPB Darmaga Bogor (22/1). Pakar Agribisnis yang juga Guru Besar IPB, Prof. E. Gumbira Said menyampaikan akan sulit bagi Indonesia menahan masuknya produk-produk China ke dalam negeri sehingga yang perlu dilakukan adalah meningkatkan dayasaing produk dalam negeri. Dikatakannya, pemberlakuan perdagangan bebas ACFTA tidak selalu membawa dampak buruk bagi Indonesia. Menurutnya ACFTA juga akan membawa keuntungan bagi Indonesia misalnya harga barang dan produk menjadi lebih murah, pilihan ragam konsumsi menjadi semakin banyak, peluang untuk mendorong produksi produk atau barang komplemen yang tidak mampu dihasilkan oleh China. Ia yakin bahwa, Indonesia masih kuat di sektor agribisnisnya. Untuk itu perlu digenjot produk-produk agrobisnis dan agro
industri seperti kelapa sawit, karet alam, kakao, rempahrempah, produk Biofarmaka, pulp dan kertas, kopi, minyak atsiri tanaman obat, gambir dan rotan. Juga komoditas non komplementer potensial seperti buah-buahan tropika (mangga, nenas, pisang, durian, manggis, rambutan, pepaya), sayuran tropika khusus (kacang panjang, nangka, labu siam, kangkung), ikan tangkap, udang, rumput laut dan makanan olahan khas Indonesia. Hal senada disampaikan oleh Dr.Dedi Budiman Hakim, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB. Hanya saja ia menambahkan derasnya produk asing yang masuk ke Indonesia dikhawatirkan akan sulit untuk mengontrolnya, terutama produk pangan. Terlebih Indonesia belum memiliki agreement tentang keamanan pangan produk-produk luar sehingga perlu dibuatkan kebijakan terkait hal tersebut. Solusi yang diusulkan melalui diskusi ini antara lain adalah dengan mereformasi lembaga-lembaga pemerintahan untuk memperbaiki pelayanan publik serta menghilangkan pungutan liar yang membuat ekonomi biaya tinggi. Selain itu mempercepat perbaikan infrastruktur jalan, menumbuhkembangkan sektor riil dan mengkampanyekan kecintaan pada produk dalam negeri di semua kalangan merupakan solusi lain yang sama pentingnya untuk pemerintah. === SUMBER: PARIWARA IPB Januari 2010 Edisi 2 Volume 15 No 1 Juni 2010
49
IPB News
MoU IPB - LAPAN SIAPKAN SATELIT PEMANTAU KETAHANAN PANGAN Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc., bersama Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Dr. Adi Sadewo Salatun, M.Sc., menandatangani nota kesepakatan kerjasama “Pengembangan Satelit Penginderaan Jauh LAPAN-IPB untuk Mendukung Ketahanan Pangan”, Selasa (23/2). Program kerjasama IPB dan LAPAN ini meliputi rancang bangun, pembangunan, dan pengoperasian satelit LAPAN-IPB (LISAT). Satelit yang bermuatan misi pencitra multispektral yang dirancang bangun untuk didedikasikan bagi pemantauan pertanian di Indonesia ini bertujuan untuk menunjang program ketahanan pangan nasional. Meski Indonesia telah mencapai swasembada pangan terutama beras, namun keberlanjutannya dipandang masih harus diperhatikan dan dipertahankan. Hal ini menjadi penting karena dinamika produksi pangan itu sendiri masih sulit diukur dan ditelaah. Oleh karena itu, dengan pengembangan LISAT nantinya dapat menyediakan dasar yang diperlukan bagi pemantauan lahan pertanian semusim, terutama padi, yang ditekankan pada perolehan informasi berbagai fase pertumbuhan padi serta estimasi luasan panen, sehingga dapat meningkatkan produksi padi.
Dengan meningkatnya kemampuan dalam ilmu dan teknologi penginderaan jauh (remote sensing), baik ruas antariksa maupun ruas bumi, maka diperlukan telaah menyeluruh dan aplikasi penginderaan jauh untuk kepentingan ketahanan pangan. Upaya ini telah banyak dilakukan melalui pengolahan dan pemanfaatan data penginderaan jauh yang diperoleh dari data satelit asing, baik pada sistem pasif (optik) maupun sistem aktif (Synthetic Aperture Radar). Saat ini IPB dan LAPAN sedang melaksanakan studi untuk menetapkan spesifikasi sensor muatan satelit dan bus satelit. Sensor dan bus satelit tersebut dirancang bangun dan dirakit sendiri di dalam negeri. Tugas LAPAN dalam pembuatan satelit ini adalah membangun teknologi muatan misi satelit, bus satelit dan operasi satelit. Sementara IPB bertugas menetapkan spesifikasi muatan misi satelit penginderaan jauh dan pengelolaan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk menunjang program ketahanan pangan. === SUMBER: PARIWARA IPB Februari 2010 Edisi 3
PROGRAM IMHERE B2.C: “SISTEM HKI DAN MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA” Dalam rangka menumbuhkembangkan budaya HKI, khususnya paten dan PVT, Direktorat Riset dan Kajian Strategis melalui program IMHERE B2.C IPB menggelar acara Seminar “Sistem HKI dan Masa Depan Pertanian Indonesia” yang di gelar di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga,(23/2). Dr. Arif Satria, Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB menyampaikan sudah sekitar 146 paten yang dimiliki IPB dan sebanyak 16 telah bersertifikat. Dalam persoalan paten IPB merupakan Perguruan Tinggi yang paling besar kontribusinya di Indonesia. Menurutnya saat ini yang harus dilakukan adalah bagaimana posisi kita menyiasati dan bukan menjadi penghalang bagi tumbuhnya ekonomi rakyat dengan memberikan nilai komersial yang tidak terlalu tinggi terkait paten dan memiliki nilai yang baik bagi perusahaanperusahaan. Pemeriksa Paten Direktorat Jenderal HKI, Departemen Hukum dan HAM, M Zainudin menambahkan paten dapat memberikan perlindungan hukum atas setiap karya 50
Agrimedia
intelektual dari upaya pelanggaran hak atas produk yang dihasilkan baik oleh individu maupun suatu korporasi dalam bidang industri dan perdagangan dalam upaya menjaga pelanggaran hak atas keaslian karya cipta. “Selain itu menurutnya paten juga dapat mewujudkan iklim yang baik bagi kegiatan invensi di bidang teknologi, memberikan insentif bagi para inventor melalui hak ekslusif atas invensi yang dihasilkan dan merupakan sarana pengungkapan terbuka mengenai informasi teknologi terkini yang dipatenkan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk penyempurnaan dan pengembangan teknologi lebih lanjut, tandas Zainuddin. Hadir dalam seminar ini narasumber lain diantaranya Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) Departemen Pertanian, Ir. Hindarwati, MSc dan Dr.Andreas Santosa, staf pengajar dan peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. === SUMBER: PARIWARA IPB Maret 2010 Edisi 5