SCHEDULE Mon, Wed-Fri : 13-17 Tue : 13-15
[email protected] EDUCATIONAL BACKGROUND Bachelor of Psychology Queensland University of Technology, Australia. Master degree in Profession of Adult Clinical Psychology University of Indonesia, Indonesia WORKSHOP and TRAININGS Ego state therapy Trained by Dewi Dewo Widagdo, Psychologist, CHt, CI Clinical assessment and intervention CBT Trained by A. Kassandra Putranto, Psychologist Clinical assessment and intervention ADD/ADHD Trained by Dra. Viera Adella, M. Psi., Psychologist Minnesota multiphasic personality inventory for psychologist Trained by dr. Rusdi Maslim,Sp.KJ Certified Anger Management Workshop CBT for Anxiety/Post-traumatic Disorder Course INTERESTS Behavioural Activation Therapy for Adult’s Depression Anxiety and Mood Problems Schema Therapy Stress Management for Adults Self Improvement Program
Pola Asuh dan Pembentukan Karakter si Kecil Eka Hospital BSD, Sabtu, 18 April 2015
REYNITTA POERWITO PSIKOLOG
Definisi Pola asuh – Cara-cara yang dilakukan orangtua
untuk mendidik anak secara langsung maupun tidak langsung sebagai bentuk tanggung jawab.
Karakter – Sifat batin yang mempengaruhi segenap
pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau mahluk hidup lainnya. (Wikipedia)
Dibentuk oleh kebiasaan perilaku. Habit of will Moral discipline, moral attachment, moral autonomy
Mengapa penting Mahatma Gandhi (pendidikan tanpa karakter – salah
satu dosa yang mematikan). Dr. Martin Luther King “Intelligence plus character, that is the goal of true education” yang artinya kecerdasan ditambah karakter, itulah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya. Theodore Roosevelt juga mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” yang artinya mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman membahayakan.
Mengapa penting Anak yang kurang mendapat pendidikan karakter
memiliki potensi untuk:
Berbohong untuk keuntungannya sendiri Korupsi (waktu, nilai, uang, dll) Pelaku bullying/cyberbullying Mementingkan dirinya sendiri/tidak peduli kepada orang lain Tidak memiliki perasaan bersalah (remorse/guilt) Tidak menghargai dirinya sendiri
Contoh ekstrim: Koruptor, serial killer, mafia, antisocial personality disorder, subtance disorder, dll
Pola asuh Lingkungan Sosial
Karakter Anak Kepribadian (Genetik)
Karakter dipelajari anak melalui memodel para anggota keluarga yang ada di sekitar terutama orang tua. Model perilaku keluarga secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Anak memodel orang tua dalam keluarga bersikap, bertutur kata, mengekspresikan harapan, tuntutan, dan kritikan satu sama lain, menanggapi dan memecahkan masalah, serta mengungkapan perasaan dan emosinya. Model perilaku yang baik akan membawa dampak baik bagi perkembangan anak demikian juga sebaliknya.
Modeling
Keberhasilan pembentukan karakter anak akan dipengaruhi oleh model pola asuh orangtua. Yang berkaitan dengan pembentukan karakter anak
Model Pola Asuh Otoriter: Orangtua membuat keputusan, anak harus
tunduk, patuh, tidak boleh membantah.
Permisif:
Membebaskan anak dalam membuat keputusan, orangtua tidak banyak berperan dalam pengambilan keputusan anak.
Otoritatif: Orangtua bersikap demokratis, memahami
kelebihan dan kekurangan anak, mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan & pikiran sehingga orangtua dapat menyesuaikan pola didik dengan kebutuhan masing-masing anak.
Tujuan
Dapat membentuk watak/ kepribadian anak bangsa sesuai yang tercantum pada UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan nasional (sisdiknas) pasal 3 beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Bagaimana caranya?
Latihan mengerti anak Lakukan observasi terhadap kebiasaan anak. Teliti
hal apa yang memicu perubahan emosi mereka. Komunikasi terbuka, biarkan anak terbiasa menjelaskan perasaan, pemikiran dan alasan mereka. Cobalah untuk mengerti dunia anak melalui kacamata mereka, walau seringkali tidak masuk ke dalam logika orangtua. Bentuk karakter sesuai dengan usianya.
Mendekatkan diri kepada anak Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak. Bersentuhan fisik sebanyak mungkin melalui
pelukan, belaian, memijat bayi, memandikan anak, dll. Prioritaskan hal-hal yang penting menurut anak. Misal: perhatian, komunikasi, kasih sayang, dll. Bermain bersama anak sesuai dengan usia dan kebutuhan. Lakukan hal-hal yang menarik perhatian anak, bukan kita.
Penting untuk diterapkan Komunikasi terbuka dengan anak sesering mungkin. Membangun kedekatan mental antara orangtua dan
anak lewat kasih sayang – kedekatan mental membuat anak menerima bimbingan dari orangtua dengan lebih mudah dan ikhlas. Mengerti kebutuhan anak sesuai dengan usianya. Kesabaran dalam menghadapi tantangan. Latihan melalui kebiasaan/rutinitas dan konsistensi. Mengerti bahwa anak-anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa berukuran mini.
Peran Ayah Menumbuhkan rasa harga diri dalam diri anak laki-laki
maupun perempuan. Menumbuhkan kemampuan anak untuk menjaga stabilitas emosi. Menumbuhkan kemampuan dalam penilaian yang berhubungan dengan hal logis/fakta. Belajar bertanggung jawab dengan diri sendiri maupun orang lain. Bagi anak perempuan, role model akan pria yang diharapkan di masa depan. Bagi anak laki-laki, role model dalam pembentukan diri ketika dewasa.
Peran Ibu ● Menumbuhkan
kemampuan
untuk
berempati,
nurturing,
kelembutan. ● Menumbuhkan kemampuan untuk berkomunikasi dan mengutarakan pikiran/perasaan. ● Menumbuhkan rasa percaya (trust) terhadap lingkungan sosial. ● Belajar
mengenali bermacam-macam emosi termasuk perasaan menyesal, perasaan bersalah, dan bagaimana menghadapi perasaan tersebut. ● Mengasah kecerdasan dan keterampilan anak. ● Melatih anak untuk menjaga perilaku, membentuk ahklak.
Menerapkan hukuman Menerapkan hukuman dengan bijaksana Hukuman diperlukan agar anak mengetahui konsekuensi perbuatan
mereka yang salah secara lebih serius dan memotivasi mereka untuk tidak melakukannya lagi. Berikan penjelasan mengenai hukuman yang berlaku dan bicarakan kepada anak “Menurutmu hukuman apa yang pantas/adil kamu dapatkan setelah melakukan kesalahan tersebut?” Melakukan kebaikan untuk memperbaiki kesalahan. Ajak anak untuk menyadari pentingnya melakukan kebaikan untuk memperbaiki kesalahannya. Ajarkan anak untuk bertanya “Apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki kesalahan saya?” Tidak disarankan untuk menghukum anak secara fisik karena dapat memberikan dampak negatif dalam tumbuh kembang anak.
Belajar dari kebiasaan Tanggung jawab - biasakan anak untuk ikut serta
dalam mengurus dirinya sendiri.
Percaya diri - percayakan anak untuk melakukan hal-
hal baru yang ingin dicobanya. Berikan tantangan baru.
Moral – biasakan anak terpapar dengan hal-hal baik,
tidak kasar, kegiatan sosial/menolong orang lain. Dekatkan anak dengan ajaran religi/spiritual.
Disiplin – rutinitas yang konsisten (ajarkan anak
jadwal yang harus mereka tepati di rumah).
Tantangan Dalam Pola Asuh Anak
Stress Tingkat kesabaran Konflik internal/eks Konsistensi
Perilaku teman Budaya Pengaruh sosial
Internet Televisi Komputer Telepon genggam
Menghadapi tantangan Introspeksi diri dan melatih komunikasi dengan pasangan agar
dapat menjadi orangtua yang saling membantu dalam mendidik/mengasuh anak. Memberikan pengertian tentang hal yang baik dan buruk serta mencontohkannya kepada anak. Pengawasan dan observasi yang adekuat terhadap kegiatan dan perilaku anak bukan hanya offline, tetapi semua kegiatan online anak (internet, telepon genggam, televisi, dll). Memberikan batasan yang sesuai agar anak belajar untuk menaati aturan yang berlaku. Luangkan waktu sebanyak mungkin untuk berinteraksi dan memenuhi kebutuhan anak.