A
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
SH
A
Chapter 3
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
Buku Harian Higashida Takashi
SH
30 Juli Hari ini, aku memungut seekor penguin dari halaman rumahku. Kejadiannya terjadi sekitar jam tiga. Pemicunya adalah kedatangan sang tukang pos beserta sepeda motornya, lalu terdengarnya suara suatu benda yang masuk ke dalam kotak pos rumahku. Karena sepertinya ada surat yang datang, aku keluar melalui pintu depan. Aku sebisa mungkin tidak ingin keluar rumah di saat udara begini panas, tapi kalau aku berpikir, “Suratnya diambil nanti saja deh, kalau udaranya sudah mulai sejuk,” sudah pasti begitu sore datang nanti, aku juga sudah lupa tentang surat itu. Setelah mengambil dua pucuk surat dari kotak pos, aku secara iseng memandang sekeliling halaman. Dan di saat itulah kejadian itu terjadi—aku melihat sesuatu benda asing bewarna hitam yang sedang berguling-guling di bagian belakang halaman rumahku. Aku, yang saat itu sedang tidak melakukan apa-apa dan sedang dilanda kebosanan, langsung merasa tertarik pada benda asing itu. Aku mendekat secara perlahan-lahan, dan setelah jarak kami hanya terpisah sekitar dua meter, akhirnya aku bisa mengenali sosok benda tersebut. Seekor penguin!
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
Tentu saja aku meragukan penglihatanku saat itu. Sempat terpikir kalau jangan-jangan aku sudah mulai berhalusinasi akibat udara panas. Mana mungkin ada penguin yang tinggal di tengah gunung. Penguin itu sedang dalam posisi tertelengkup. Janganjangan dia pingsan? Tapi, begitu menyadari suara langkah kakiku, penguin itu mulai memiringkan kepalanya. Setelah ia memastikan apa yang dilihatnya, tiba-tiba saja— “......tolong......bantu......” Dia berbicara dengan bahasa manusia! Jangan-jangan level halusinasiku bertambah parah dan sekarang telingaku juga mulai ikut mendengar halhal aneh. Awalnya aku berpikir demikian, tapi walaupun aku sudah mencubiti pipiku dan memukuli tanganku dengan shippe*1), bayangan penguin itu tetap saja tidak menghilang. Rasanya ada sekitar semenit lebih aku diam berdiri seperti orang idiot. Hal yang membuat kesadaranku kembali ke tubuhku ini adalah berhentinya gerakan si penguin yang dari tadi terus bergerak-gerak kesakitan. “Jangan-jangan kalau kubiarkan saja dia bisa mati!?” Aku tidak bisa membiarkan siapapun yang masih bisa diselamatkan mati begitu saja. Pikiran itulah yang menghilangkan segala keraguanku. Aku kemudian mendekap penguin itu dan membawanya masuk ke dalam. Penguin itu kutidurkan di ruang tamu yang memiliki lantai berbahan sejuk. Kemudian aku
SH
1) Shippe: Sebuah tongkat pipih yang terbuat dari bambu dan sering digunakan untuk memukul orang dalam permainan hukuman.
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
mengambil handycam dan mulai merekam kejadian ini Seandainya kejadian seaneh ini tidak direkam, sudah pasti tidak akan ada orang yang mau mempercayai ceritaku. Singkat kata, percakapan selanjutnya ini kutulis berdasarkan suara yang terekam dalam video rekaman handycam tersebut. Sementara itu, sang penguin telah tersadar kembali. Sekali lagi, ia menatap ke arah mataku yang masih penuh keraguan itu, dan... “......apakah kamu mau menolongku......” Jelas sudah. Penguin itu berbicara dengan bahasa manusia. Kali ini aku benar-benar yakin kalau suara itu bukan sekedar halusinasiku. “Bantu? Bantu apa?” Mendengar pertanyaanku itu, sang penguin mulai menekan bagian perutnya dengan menggunakan ujung sayapnya, seolah-olah sayap itu adalah tangannya. Setelah diperhatikan, ternyata ada sesuatu yang menyerupai kantung di bagian bawah perutnya. “Eh!? Memangnya penguin termasuk binatang berkantung?” Tanpa menghiraukan diriku yang masih dilanda kebingungan, penguin itu terus mencari sesuatu dari dalam kantungnya. Tak lama, ia mengeluarkan suatu benda yang sama sekali tak terduga. Sebuah mesin berbentuk kotak yang dipenuhi dengan roda gigi—mungkin inilah kata-kata yang paling tepat untuk mendeskripsikannya benda ter-sebut. Tapi jelas sekali kalau penguin itu mengeluarkan benda
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
yang ukurannya lebih besar dari ukuran kantung itu. “Apa itu? Dari mana asalnya benda itu?” Aku masih bertanya-tanya, apakah penguin itu menggunakan suatu trik sulap untuk mengeluarkan benda tersebut. Tanpa menghiraukan ekspresi wajahku yang dipenuhi kebingungan, penguin itu memintaku melakukan sesuatu. “Peganglah benda ini,” kata sang penguin sambil menyodorkan mesin itu ke tanganku, “Di dalam perutku ada benda yang serupa. Tolong ditukar.” “Di dalam perut?” Begitu ditanya, tanpa basa-basi penguin itu langsung menunjukkannya. Kali ini penguin itu mulai mengarahkan sayapnya ke bagian samping perutnya. Ia mulai menyelipkan ujung sayapnya itu ke daerah pertemuan warna hitam di punggungnya dan warna putih perutnya, dan... *Plak* Penutup bagian perut penguin itu terbuka lebar. Sama sekali tidak terlihat adanya organ-organ penguin di dalamnya, seluruh isi perutnya dipenuhi dengan mesinmesin yang saling terhubung. Aku merasa begitu terkejut, sampai-sampai aku nyaris menjatuhkan mesin yang ada di tanganku. Jadi, penguin ini sebenarnya adalah sebuah mecha*2)? Akan tetapi aku sama sekali tidak punya waktu untuk menenangkan hatiku karena penguin itu terlihat makin kesakitan. 2) Mecha: Berasal kependekan dari kata “mechanical”. Digunakan untuk menunjuk sebuah benda yang berupa robot.
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
“Di dalam perutku seharusnya ada parts*3) yang bentuknya sama. Cabutlah parts itu, dan tukarlah.......” Aku segera melakukan apa yang diminta penguin itu tanpa pikir panjang lagi. Tidak sulit bagiku untuk menemukan parts yang ia maksud. Di tempat dimana jantung seharusnya berada—sebetulnya aku tidak tahu pasti sih, apakah jantung penguin juga terletak di dada sebelah kiri atau tidak, tapi di tempat itu, aku menemukan sebuah mesin yang bentuknya sangat mirip dengan benda yang ada di gengamanku. Aku mencoba untuk melepaskannya, tapi ternyata parts tersebut cukup sulit dilepas. “Uungh...!” Penguin itu mengeluarkan suara kesakitan saat aku menarik parts itu kuat-kuat. Aku tidak boleh buang-buang waktu. Aku mengumpulkan semua tenagaku dan *pop*, sebuah suara yang aneh ikut terdengar saat parts tersebut lepas. Salah satu ujung dari parts itu terhubung dengan pipa yang ada di dalam tubuhnya. Dan dari pipa yang sekarang terbuka lebar karena sudah tidak lagi tersambung itu, sebuah cairan misterius mulai mengalir. “Uwawaaa...” Karena panik, aku langsung memasukkan secara paksa parts yang ada di tanganku agar tersambung dengan pipa itu. Di saat aku masih bertanya-tanya, apakah tindakanku 3) Parts: Berasal dari kata “spare parts”. Suatu bagian dari suatu rangkaian mesin yang dapat diganti apabila mengalami kerusakan..
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
yang barusan itu sudah cukup atau belum, tiba-tiba roda gigi yang ada di parts itu perlahan-lahan mulai bergerak. “......begini saja sudah cukup......” *Blamm*, penguin itu menutup kembali penutup dadanya. Tak lama kemudian ia menutup matanya dan jatuh tidur.
SH
Setelah 10 menit berlalu, penguin itu mulai membuka matanya kembali. “Gu...gu...” Sambil mengeluarkan suaranya yang aneh, penguin itu perlahan-lahan menegakkan badannya. Aku merasa sangat lega karena ‘pertolongan darurat’ku itu sepertinya berhasil. Sampai-sampai saat itu aku tidak lagi bertanya-tanya, makhluk apa yang sebenarnya ada di depanku itu. “Maaf, aku sudah banyak merepotkanmu.” Di luar perkiraan, penguin itu malah mengucapkan terima kasih dengan suara paraunya. Mau dilihat dari mana pun, dia ini seekor penguin. Tinggi badannya sekitar satu meter, dan bentuk badannya itu jelas-jelas sangat menyerupai seekor penguin. Jika dibandingkan dengan benda lain... mungkin dia mirip seperti bola rugbi. Ya, sebuah bola rugbi raksasa berukuran satu meter yang bewarna hitam-putih dan dilengkapi paruh, sayap, dan kaki yang berselaput. Sosoknya itu benar-benar terlihat seperti sosok seekor penguin, tidak ada keanehan apa-apa. Tapi justru sosok itulah yang menimbulkan keanehan. Kok bisa-bisanya ada
A
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
SH
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
penguin di tempat ini, atau kok penguin bisa berbicara dengan bahasa manusia. “Nggak masalah kok,” akhirnya aku memberikan balasanku. Banyak sekali yang ingin kutanyakan. Tapi yang pertama kali terlontar keluar dari mulutku adalah, “Kamu ini apa?” Sebuah pertanyaan yang sangat ambigu. “Aku hanyalah seekor burung pengembara yang sedang terbang melintas,” jawab penguin itu dengan cepat. Lima detik setelahnya, aku baru sadar kalau penguin itu menjawab dengan candaan. “Ya ampun, mana mungkin penguin bisa terbang? ...... jadi, siapa namamu?” “Nama saya adalah ・・・・・・,” jawab penguin itu sambil menyebutkan namanya—tapi yang terdengar olehku hanyalah suara pekikan burung yang aneh. “・・・・・・? ” Aku mencoba untuk menirukan suara aneh itu. “Bukan, bukan. Begini loh,・・・・・・” Sepertinya penguin itu menganggap kalau ucapanku itu tidak sama. Agar mudah, aku kemudian memutuskan untuk memanggilnya dengan nama “Gugigi”, sebuah lafal yang paling mendekati suara yang dia keluarkan. “Jadi, kenapa badanmu seperti itu? Apakah kamu robot?” “Sepertinya ‘penguin cyborg’ adalah kata yang lebih tepat untuk menggambarkan diriku.” “Penguin cyborg?” “Kalau manusia yang sebagian tubuhnya diubah
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
disebut dengan panggilan manusia cyborg, maka penguin yang sebagian tubuhnya diubah akan disebut penguin cyborg.” “Jadi... kamu sebenarnya adalah penguin biasa tapi seseorang kemudian mengubahmu menjadi cyborg, ya kan? Jadi, kamu bukan sebuah robot yang dibuat dari nol dengan menggunakan ilmu teknologi, begitu kan?” “Ya, kira-kira begitu.” Seandainya Gugigi itu manusia, sekarang dia pasti sedang mengangkat bahunya. Aku merasa kalau nada jawabannya itu menyatakan ekspresi tersebut. “Siapa yang mengubahmu?” “Kelompok Topeng Merah... apakah kamu pernah mendengar nama itu? Merekalah yang telah menculikku.” Menculik!? Tiba-tiba aku teringat kalau kata-kata itu pernah muncul dalam suatu artikel di koran. Untungnya, koran itu masih belum dibuang sehingga aku masih bisa memotong dan menempelkan potongan artikel itu di sini.
“Penculikan”(?) Penguin dari Kebun Binatang Shirokobe
SH
Tiga hari yang lalu, seekor penguin (6 tahun, jantan) yang dipelihara oleh Kebun Binatang Shirokobe dinyatakan hilang. Karena adanya kecurigaan kalau penguin itu diculik oleh pihak tertentu, pihak kebun binatang telah mengajukan surat laporan kehilangan kepada pihak polisi. Menurut pihak kebun binatang, para petugas yang merawat binatang baru sadar kalau seekor penguin telah
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
hilang dari kandangnya pada pukul 6 pagi. Salah satu bagian dari kaca acrylic setinggi empat meter yang mengelilingi kandang penguin itu ditemukan dalam keadaan hancur. Diperkirakan ada pihak yang menyelinap masuk dari tempat itu dan menculik penguin yang ada di dalamnya. Bermodalkan petunjuk sepucuk surat yang ditemukan di tempat kejadian—yang isinya diper-kirakan sebagai surat pernyataan penculikan—polisi kini sedang berusaha mengejar tersangka kasus penculikan ini. Penguin yang hilang itu memiliki tinggi sekitar satu meter dan berat sekitar lima kilogram. Apabila ada yang melihat penguin tersebut di luar area kebun binatang, harap jangan dikejar, cukup laporkanlah penemuan itu ke pihak kebun binatang atau pihak polisi.
SH
“Jadi begitu toh. Kamu penguin yang diculik dari kebun binatang itu kan...” *Pon* Aku memukulkan gengaman tangan kananku ke telapak tangan tangan kiriku. “Tepat sekali,” jawab Gugigi tanpa mengubah ekspresi wajahnya—walaupun sebenarnya aku tidak bisa membaca ekspresi seekor penguin. “Jadi benar begitu ya. Padahal sebetulnya aku ingin sekali mengutarakan teori ‘Penguin ini sebenarnya adalah seorang pangeran dari Persia yang terkena kutukan’ loh.” “Memang ada hubungan apa antara penguin dan Persia?” tidak seperti burung-burung pada umumnya, penguin itu malah justru mempertanyakan pola pikirku dengan tenang.
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
Setelah berpikir sejenak, aku kembali menjawab dengan serius. “......sama-sama berawalan pe-?” Tapi Gugigi tidak menunjukkan reaksi apapun. Untuk melindungi statusku sebagai seorang manusia, aku berdehem dengan keras. Dan setelahnya, aku segera kembali ke topik pembicaraan sebelumnya. “Ternyata Kelompok Topeng Merah punya macammacam aktivitas ya. Kemarin ini ayahku sampai meratapi nasibnya karena kelompok itu memasang bom. Hal itu benar-benar membuat ayahku repot.” “Ternyata mereka juga melakukan hal-hal seperti itu toh. Benar-benar kelompok yang menyebalkan,” ujar Gugigi dengan nada penuh kebencian. “Jangan-jangan Kelompok Topeng Merah-lah yang telah membuatmu jadi seperti ini?” “Benar. Kalau ingatanku tidak salah, merekalah pelakunya.” Benar-benar hal yang sulit dipercaya begitu saja. Akan tetapi, persis di depan mataku ini ada seekor penguin yang dibuat dari mesin dan dapat berbicara. Tidak salah lagi, apa yang dikatakannya itu benar. “Kalau memang benar begitu, artinya mereka memiliki teknologi yang sangat canggih dong?” Begitu aku menanyakan hal tersebut, Gugigi langsung membenamkan kepalanya ke bawah, seakan-akan ia tidak bisa membantah hal tersebut. “Begitulah. Mereka jugalah yang telah memberiku kemampuan analisis setingkat dengan manusia. Sekarang
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
aku sudah tidak lagi memiliki otak burung*4).” Aku merasa sedikit terkejut. Ternyata Gugigi juga bisa melontarkan candaan. Tanpa pengetahuan yang cukup luas, tak mungkin ada orang bisa melontarkan sebuah candaan. Yah, walau perlu kuakui juga kalau selera candaan Gugigi itu tidak terlalu bagus. “Kenapa kelompok itu sampai mengubahmu jadi sebuah cyborg?” “Pasti karena mereka ingin membuatku menjadi salah satu senjata rahasia mereka.” “Kalau hanya ingin membuat senjata rahasia, bukannya manusia juga bisa? ......apa jangan-jangan mereka takut akan terjadinya keributan skala besar jika mereka menculik manusia?” Bisa jadi mereka menculik penguin dengan tujuan untuk mengukur tingkat keributan yang terjadi. “Tentang itu... karena aku bukan mereka, aku tidak terlalu yakin. Tapi kalau mau, aku bisa menjawabnya sesuai dengan perkiraanku,” jawab Gugigi dengan berhati-hati. “Atau jangan-jangan mereka sedang melakukan ujicoba teknologi yang mampu memberikan kecerdasan pada seekor penguin?” “Bisa jadi. Kalau dikatakan secara positif, mereka adalah orang-orang yang penuh rasa ingin tahu. Dan kalau dikatakan secara negatif, mereka adalah orang-orang yang tidak bisa ditebak.” “Jadi, kenapa kamu yang merupakan senjata rahasia 4) Otak burung: Di Jepang, dipercaya bahwa burung adalah makhluk yang cepat lupa, sehingga otak burung sering dipakai sebagai kiasan bagi orang yang pelupa.
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
Kelompok Topeng Merah bisa ada di sini?” “Aku bukanlah bagian dari mereka!” Gugigi tiba-tiba berubah marah. “Aku ini kabur dari markas mereka. Mereka memang telah memberikan kecerdasan dan tubuh mesin ini, tapi bukan berarti kalau aku telah bersumpah setia untuk mereka.” “Ah, sekarang aku paham garis besarnya. Jadi, di saat mereka sedang mengoperasi dirimu, kamu berhasil kabur sebelum mereka mencuci otakmu kan?” “......ya, benar sekali.” Aku bisa menangkap adanya sedikit nada terkejut dalam kata-kata Gugigi itu. Padahal aku hanya menjawab sekenanya saja. “Yah, karena cerita semacam itu biasanya pasti akan berakhir seperti itu.” “......oh, begitu ya. Yang pasti aku harus membalas dendam kepada mereka. Mereka sudah seenaknya saja mengubah badanku jadi seperti ini, padahal aku sama sekali tidak memintanya!” “Selain kamu, apa ada binatang lain yang juga mereka ubah jadi cyborg?” “Ya. Mereka juga dengan seenaknya menangkap binatang-binatang lain yang tinggal di gunung kemudian menghadiahi binatang-binatang itu dengan sebuah operasi yang memperkuat tubuh mereka.” “Kenapa mereka melakukan hal itu? Apakah mereka berambisi untuk menguasai dunia?” Sebenarnya kalimat itu kuucapkan hanya untuk bercanda, tapi...
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
“Tepat sekali. Dengan begini pembicaraan kita bisa lebih lancar.” Gugigi justru meng-iya-kan alasan tersebut. “......serius?” “Ya, aku benar-benar serius. Mereka berusaha menguasai planet ini dengan bantuan teknologi yang mereka miliki. Walaupun sekarang ini mereka masih dalam tahap persiapan awal.” “Meminta uang secara paksa dari balai kota dan menculik penguin... ya? Kok sama sekali tidak terlihat kalau mereka masih dalam tahap persiapan?” “Mungkin karena anggota organisasi tersebut sangat sedikit. Setahuku, organisasi itu hanya beranggotakan dua orang. Ketua merangkap prajurit, dan profesor merangkap prajurit.” “Merangkap prajurit? Apa maksudnya?” “Karena anggotanya sangat minim, sepertinya semua petinggi organisasi tersebut juga wajib turun tangan sebagai seorang prajurit.” “............” “Tolong rahasiakan hal ini,” pinta Gugigi padaku. “Kalau cerita ini sampai tersebar ke masyarakat umum, pasti akan terjadi keributan besar.” “Memang sih, tapi...” Setelah terdiam untuk beberapa saat, aku mulai mengeluarkan bantahanku. “Tapi, mana bisa kita membiarkan orang-orang itu melakukan rencana mereka begitu saja. Untung saja kejadian bom itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Tapi seandainya waktu itu kita sedang sial, bisa saja
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
ada korban jiwa yang timbul. Bukankah sebaiknya kita melaporkan masalah ini ke pihak poli...” “Perlu kuakui kalau mereka memang orang-orang yang berbahaya. Tapi, jika wujud asli Kelompok Topeng Merah sampai diketahui publik, apa yang akan terjadi pada diriku ini? Akankah aku dikirim ke suatu labotarium penelitian sebagai spesimen yang tercipta dari teknologi misterius? Kalau hal tersebut sampai terjadi, sudah pasti aku tidak akan bisa melewati hari-hariku dengan tenang seperti kehidupanku di kebun binatang dulu.” Aku sama sekali tidak bisa membantah kata-kata Gugigi itu. Mungkin karena aku merasa simpati terhadap penguin itu. “Dulu, kehidupanku di kebun binatang begitu membahagiakan. Tapi kebahagiaan tersebut hadir karena pada saat itu aku hanya memiliki kecerdasan yang setara seperti burung-burung lainnya. Sekarang, aku telah memiliki tingkat kecerdasan seperti ini, tidak mungkin aku bisa kembali ke kehidupanku yang lama itu. Memiliki kecerdasan bukanlah hal yang buruk, tapi entah kenapa, aku merasa kalau aku kehilangan begitu banyak hal sebagai gantinya. Benar-benar hal yang ironis...” “......begitu ya. Ternyata seekor penguin pun memiliki masalahnya sendiri sebagai seekor penguin,” bisikku. Aku tidak tahu apakah ego-ku sebagai seorang manusia mengijinkan diriku untuk terpengaruh oleh katakata seekor penguin atau tidak, tapi yang jelas, kali ini aku sudah tidak bisa bertindak apa-apa karena kata-kata tersebut sudah mempengaruhiku. Penguin yang bisa berbicara dengan bahasa manusia.
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
Sudah pasti masyarakat umum tidak akan membiarkan begitu saja keberadaan makhluk tersebut. Kalaupun ada tempat bagi Gugigi untuk melewati hari-harinya dengan tenang di tengah era modern Jepang sekarang ini, pasti tempat tersebut hanyalah tempat-tempat di pedalaman gunung yang paling pelosok atau di daerah padang rumput liar tidak berpenduduk di Hokkaidō. Yang pasti, tempat tersebut haruslah daerah tidak berpenduduk atau daerah yang belum terjamah manusia. “Paling tidak, aku harus menghancurkan Kelompok Topeng Merah. Selama keberadaan mereka belum lenyap dari dunia ini, aku tidak akan bisa hidup tenang. Akan tetapi, aksiku itu harus dilakukan secara diam-diam agar tidak diketahui oleh masyarakat.” Setelah diam beberapa saat, Gugigi mulai melanjutkan. “......kuucapkan terima kasih atas pertolonganmu. Tapi tolong simpanlah semua hal yang terjadi hari ini dan semua hal mengenai diriku ini sebagai sebuah rahasia.” “Hmm? Kamu sudah mau pergi?” “Sebentar lagi matahari akan terbenam.” Gugigi memandang ke arah luar jendela. Cahaya senja tengah menyelimuti pemandangan yang terlihat dari jendela itu. “Aku akan membaur dengan kegelapan, dan lenyap.” “Lenyap!? Memangnya kamu memiliki tempat tujuan?” “Apakah diriku ini terlihat seperti seseorang yang punya tempat tujuan?” “Jangan membalas dengan kalimat sok keren begitu!” Aku meletakkan tanganku di atas kepala Gugigi. “Apakah kamu mau tinggal di sini?”
SH
IN SA IN G MPL RO E SE ME DI
A
Tanpa kusadari, kalimat tersebut tiba-tiba sudah meluncur dari mulutku. “Tinggal di sini?” “Ya. Aku kan sudah mengetahui situasimu. Aku jadi berpikir, bukankah hatiku begitu dingin kalau aku mengusirmu begitu saja sekarang ini. Tentu saja hal ini perlu dirahasiakan dari anggota keluargaku, tapi... seharusnya tidak akan ada masalah sih selama kamu terus bersembunyi di kamar ini.” “......” Gugigi terlihat sedang berpikir masak-masak mengenai tawaran barusan. “Aku sangat berterima kasih atas tawaranmu itu. Tapi, apakah kamu benar-benar yakin?” “Ya. Toh sekarang aku masih dalam masa liburan musim panas, jadi aku punya banyak waktu luang.” Gugigi terlihat sedang memikirkan tawaran itu untuk kedua kalinya, dan... “Baiklah. Maaf kalau aku sampai merepotkanmu.” Begitulah jawaban Gugigi. Dan mulai saat itu, hari-hariku bersama sang penguin pun dimulai.