BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
MENEKAN KONTAMINASI
SALMONELLA PADA PRODUK OLAHAN KACANG
Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman
Alternatif Pencegahan
FOOD-BORNE SERI GNPOPA
Akibat Virus
Kenali Pangan Aman Pada Anak & Remaja
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
1
editorial
timredaksi
Pembaca yang budiman,
Penasehat : Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP
Pangan merupakan kebutuhan esensial yang berpengaruh besar bagi kesehatan manusia. World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit dapat timbul akibat mengonsumsi pangan yang tidak sehat. Maka agar dapat menjaga kesehatan diri dan keluarga, masyarakat dituntut menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih pangan dengan mengutamakan keamanan dan kandungan gizi pangan. Orang tua memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan keluarga terutama perkembangan anak dan remaja. Anak dan remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan tumbuh dengan sehat dan cerdas, dan salah satu peran orang tua yaitu dengan memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk membantu tumbuh kembang kecerdasan anak dan remaja. Namun dikalangan anak dan remaja budaya jajan menjadi salah satu kebiasaan, anak lebih sering mengonsumsi jajanan dari pada makanan yang dibuat di rumah, hal ini tentu saja perlu perhatian khusus orang tua agar anak dan remaja dapat terhindar dari pangan yang tidak aman, pemberian edukasi tentang pangan yang aman dan sehat kepada anak dan remaja merupakan bentuk pencegahan untuk menghindarkan anak dan remaja dari pangan yang tidak sehat dan berbahaya. Edukasi seperti apa yang perlu diberikan? dapat anda simak dalam serial Informasi GNPOPA “Kenali Pangan Aman pada Anak dan Remaja”.
Pengarah : Dra. Reri Indriani, Apt, M.Si
Pemerintah juga memiliki peranan penting dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan, yaitu dengan mengawasi keamanan mutu suatu produk dengan menetapkan regulasi atau peraturan sistem mutu melalui standar Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). Penerapan CPPOB untuk membantu produsen dalam membangun sistem jaminan mutu yang baik, terkait pemeriksaan dan pengendalian dan standar mutu produk mulai dari awal produksi sampai produk tersebut didistribusikan kepada konsumen. Salah satu faktor penting dalam CPPOB adalah keamanan pangan dari berbagai cemaran biologis, kimiawi, fisik, dan bahan berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan. Cemaran biologis, kimiawi, fisik, dan bahan berbahaya pada produk pangan sangat rentan terjadi, salah satunya pada produk tanaman pangan seperti serealia dan kacang-kacangan yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba khususnya Salmonella, bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Dan bagaimana cara pencegahan dan penanganannya? informasi tersebut telah kami sajikan dalam “Menekan Kontaminasi Salmonella pada Produk Olahan Kacang”. Mengonsumsi pangan yang mengandung cemaran berbahaya dapat mengakibatkan munculnya Food-Borne Disease, untuk mengetahui lebih jelas tentang Food-Borne Disease dan apa saja penyebab terjadinya? dapat disimak dalam artikel “Alternatif Pencegahan Food-Borne Disease Akibat Virus”. Pada edisi Kelima kali ini Forum PIO Nas akan mengulas mengenai interaksi obat dan makanan dalam artikel “Penggunaan Antibiotik dan Probiotik” dan InfoPOM Update kali ini menampilkan “Penjelasan Badan POM tentang Isu Gula Jawa/Gula Aren/Gula Merah yang diduga mengandung Formalin”. Selamat membaca,
2
Penanggung Jawab : Dra. Rita Endang, Apt, M.Kes Redaktur : Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M.Pharm Editor : • Arief Dwi Putranto, S.Si, MT (PIOM) • Arlinda Wibiayu, S. Si, Apt (PIOM) • Ni Made Ayu Rahmawati, SF, Apt (Biro Kerjasama Luar Negeri) • Alexander Arie Sanata Dharma, S.Farm, Apt (Inspektorat) Kontributor / Pembuat Artikel : • Fauziah Mappamasing, S.Si, Apt (Biro Hukum dan Humas) • Hifdzi Ulil Azmi, S.Farm, Apt (Balai POM di Bengkulu) • Noor Laily Fitria, S.Farm, Apt (Direktorat Standardisasi Obat Tradisional , Kosmetik & Produk Komplemen) • Sheila Evicka Novri, S.Farm, Apt (PIOM) • Endah Nuftapia, S.Farm, Apt (Pusat Informasi Obat dan Makanan) • Ana Perwitasari, S.Farm, Apt (PIOM) • Dwi Resmiyarti, S.Farm, Apt (PIOM) • Christy Cecilia S.N, S.Farm, Apt (PIOM) Sekretariat : • • • • • • •
Ridwan Sudiro, S.IP (PIOM) Netty Sirait (PIOM) Surtiningsih (PIOM) Riani Fajar Sari, A.Md (PIOM) Sheila Evicka Novri, S.Farm, Apt (PIOM) Tri Handayani, S.Farm,Apt (PIOM) Andam Dewi Pertiwi, S.Farm, Apt (PIOM)
Fotografer : Syatiani Arum Syarie, S.Farm,Apt (PIOM) Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kriteria penulisan yaitu berupa tulisan ilmiah populer dengan jumlah karakter tidak lebih dari 10.000 karakter. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis. Alamat redaksi: Ged. Pusat Informasi Obat dan Makanan lt. 5 BPOM, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat. Telepon/fax: 021-42889117. Email ke:
[email protected]
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
SAJIAN UTAMA
MENEKAN KONTAMINASI
SALMONELLA PADA PRODUK OLAHAN KACANG Center for Disease Control and Prevention pernah melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (outbreak) Salmonella typhimurium pada selai kacang dan pasta kacang di awal tahun 2009. Kejadian penarikan produk akibat kontaminan Salmonella pada produk olahan kacang kembali terjadi pada tahun 2011 dan 2014 di Amerika Serikat oleh Food and Drug Administration (FDA). Badan POM pada tahun 2009 dan 2016 telah mengeluarkan pernyataan terkait produk olahan kacang bahwa produk yang diduga terkontaminasi tersebut tidak beredar di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa kejadian tersebut terus berulang? Kontaminasi Salmonella pada produk olahan kacang merupakan masalah yang telah cukup lama terjadi di Amerika Serikat (AS) dan menjadi perhatian tersendiri bagi FDA. Lebih dari 1.150 orang di AS mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi selai kacang yang telah terkontaminasi pada kurun tahun 2007-2009. Pada tahun 2014, FDA kembali mengumumkan penarikan terhadap beberapa produk selai kacang yang beredar di AS namun, konsumsi terhadap produk yang ditarik tersebut masih berlangsung di lima negara bagian hingga menyebabkan enam orang keracunan terhitung sejak Januari 2014. Penarikan produk serupa kembali dilakukan oleh produsen pada bulan Agustus 2014 karena beberapa lot dari produk yang dihasilkan terkontaminasi bakteri Salmonella. FDA selaku lembaga yang berwenang terhadap pengawasan obat dan makanan melakukan inspeksi terhadap produsen tersebut. Hasil observasi seluruhnya mengarah kepada higiene dan sanitasi pada pabrik yang kurang optimal.
Infeksi Salmonella dan gejalanya Salmonella merupakan bakteri patogen Gram negatif yang umumnya terdapat pada makanan yang diproses dengan tidak bersih dan juga terdapat pada tinja manusia dan hewan. Gejala akibat terinfeksi Salmonella biasanya mulai terasa 12-72 jam setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Gejala yang dialami dapat berupa sakit perut, sakit kepala, demam, diare, mual, dan muntah. Beberapa pasien yang terinfeksi Salmonella dapat memiliki gejala yang lebih ringan atau tidak merasa gejala sama sekali. Penyakit akibat infeksi Salmonella pada manusia biasanya berlangsung selama 4-7 hari. Adapun kebanyakan penderita dapat sembuh tanpa melalui terapi antibiotika. Akan tetapi, pada beberapa kasus kondisi ini dapat menjadi lebih parah terutama bila menyerang lansia, bayi dan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Mengkaji keamanan pangan olahan kacang Pangan olahan dengan kandungan air yang rendah seperti selai kacang umumnya lebih aman terhadap risiko menimbulkan penyakit kepada orang yang mengonsumsinya. Keberadaan jumlah air yang sedikit mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada di dalamnya, namun faktor kandungan air yang sedikit pada selai kacang masih memungkinkan akan kehadiran bakteri. Di sisi lain bakteri dapat bertahan pada kondisi pangan olahan yang dibekukan atau didinginkan dan dalam keadaan suhu ruang untuk jangka waktu yang panjang, walaupun bakteri patogen tidak dapat berkembang biak dengan baik (Burnett, 2000). Ketika suatu produk yang telah dikemas dinyatakan positif terkontaminasi bakteri Salmonella, maka dugaan penyebab kontaminasi harus ditelusuri dari proses awal. Proses produksi berperan terhadap adanya kontaminan bakteri Salmonella. Proses pemanasan pada pembuatan selai kacang terbukti mampu menurunkan laju pertumbuhan Salmonella. Pemanasan dari suhu 48˚C pada awal proses hingga mencapai 85˚C selama
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
3
SAJIAN UTAMA
50 menit menurunkan pertumbuhan bakteri Salmonella sebesar 106 CFU/g, namun hal ini tidak cukup untuk menyelesaikan keseluruhan masalah. Apalagi telah diketahui sebelumnya bahwa Salmonella telah ada di awal proses produksi dan masih berpotensi besar terhadap keamanan produk jadi. Proses pembersihan yang tepat
Pengawasan Produksi Selai Kacang di Indonesia Syarat mutu dan keamanan selai kacang di Indonesia telah diatur dalam SNI 01-2979-1992 dengan sebutan “Mentega kacang” mengingat umumnya produk ini dibuat lebih padat dari pada selai biasa. Persyaratan Salmonella dalam selai kacang adalah negatif setiap 100 g bahan atau tidak boleh ada.
Pada produksi pangan skala industri, setidaknya terdapat satu lini produksi yang khusus digunakan untuk membuat produk tertentu. Setiap selesai satu batch produksi, sebelum dilakukan proses produksi untuk batch berikutnya harus dilakukan proses pembersihan terhadap seluruh fasilitas produksi terutama yang kontak dengan produk. Proses pembersihan ini sangat perlu dilakukan selain sebagai upaya memudahkan penelusuran, juga sebagai upaya untuk mencegah kontaminasi silang antar batch. Tidak adanya kontaminasi bakteri patogen merupakan indikator utama keberhasilan validasi pembersihan proses produksi. Proses pembersihan fasilitas produksi selai kacang merupakan proses yang kompleks. Adanya emulsi lemak dalam jumlah yang banyak dengan konsistensi yang cukup tinggi membuat proses pembersihan sulit dilakukan. Pembersihan manual dengan menggunakan air menurut Beuchat (2013) dalam Journal of Food Protection bukan merupakan proses yang tepat untuk produk jenis ini. Selain proses pembersihan cara basah menggunakan pelarut air, pembersihan secara kering juga merupakan proses yang tidak tepat. Dengan mencermati sifat produk selai kacang, proses pembersihan yang tepat adalah dengan menggunakan pelarut selain air yang memiliki sifat membunuh mikroba. Pada penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth dkk sebagaimana yang dimuat dalam Jurnal Food Microbiology vol 46, diketahui bahwa kombinasi penggunaan isopropanol 60% dan senyawa sanitizer ammonium kuartener mampu membersihkan dengan baik dan tervalidasi. Kandungan ammonium kuartener terbukti mampu menekan kandungan Salmonella sampai di bawah batas deteksi, sedangkan isopropanol sebagai pelarut non-air yang digunakan mampu menghilangkan residu yang terdapat dalam fasilitas produksi. Penggunaan kedua kombinasi bahan tersebut harus digunakan secara menyeluruh, tidak hanya pada bagian dalam tangki pengaduk, tetapi juga dalam pipa transfer yang biasanya digunakan untuk mensuplai sejumlah kecil lot bahan ke dalam seluruh campuran.
Kejadian penarikan selai kacang sebagai salah satu pangan olahan kacang di AS tentu menjadi perhatian bagi negara penghasil produk tersebut, tak terkecuali di Indonesia. Badan POM sebagai lembaga yang bertugas untuk mengawasi peredaran obat dan makanan di Indonesia, tetap melakukan pemantauan dan sampling terhadap produk olahan kacang. Selain itu proses validasi pembersihan yang dilakukan oleh produsen harus menjadi titik penting dalam pengawasan post market, agar kasus serupa tidak terjadi di Indonesia. Selain itu, perlu juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai higiene dan sanitasi yang baik oleh pihak terkait, yakni Badan POM, Dinas Kesehatan dan instansi berwenang lainnya. Adanya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam higiene dan sanitasi yang baik tentu mampu mencegah efek merugikan dari bakteri Salmonella. Penulis: Balai POM di Bengkulu PUSTAKA 1. Grasso, Elizabeth., Grove, Stephen., Halik, Lindsay., Arrit, Fletcher., Keller, Susanne. 2015. Cleaning and sanitation of Salmonella-contaminated peanut butter processing equipment. Food Microbiology 46: 100-106. 2. U.S. Food and Drugs. 2014. FDA Investigates Multistate Outbreak of Salmonella Braenderup linked to Nut Butter Products Manufactured by nSpired Natural Foods Inc. http://www. fda.gov/Food/RecallsOutbreaksEmergencies/Outbreaks/ ucm410881.htm [diakses pada 15 Oktober 2015]. 3. Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 01-2979-1992. Mentega Kacang, Mutu dan Cara Uji. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.
4
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
ARTIKEL
Alternatif Pencegahan
Food-Borne Disease Akibat Virus Suatu Kajian Literatur Berdasarkan data Center for Disease Control and Prevention, setiap tahun terjadi sekitar 48 juta kasus food borne disease (FBD) di Amerika yang mengakibatkan 128.000 kasus memerlukan perawatan inap dan 3.000 kasus berakibat kematian. Dari seluruh kasus wabah food-borne disease, sebanyak hampir 50% kasus disebabkan oleh patogen virus [8]. Apa yang disebut food-borne disease dan bagaimana cara pencegahannya? Salah satu permasalahan penting dalam bidang pangan adalah FBD, yaitu penyakit yang ditularkan akibat mengonsumsi pangan. FBD dapat disebabkan oleh berbagai jenis patogen, yaitu bakteri, virus maupun parasit. Akibat yang ditimbulkan FBD juga bervariasi, mulai dari gastroenteritis ringan, penyakit yang memerlukan rawat inap, infeksi kronis sepanjang hidup bahkan mengakibatkan kematian. Penelitian yang dilakukan Mesquita et al (2011) di wilayah utara dan tengah Portugal, diketahui bahwa 69% sampel kerang terkontaminasi virus enterik (Noroviruses, Virus Hepatitis A dan Enteroviruses). Noroviruses (NoVs) menginfeksi 37% sampel, Enteroviruses menginfeksi 35% sampel dan Virus Hepatitis A (HAV) menginfeksi 33% sampel [7].
Selain NoVs, HAV juga merupakan salah satu virus penyebab FBD. HAV merupakan virus RNA strain tunggal, dengan 3 kelompok genetika yang diketahui dapat menginfeksi pada manusia, yaitu HAV I, HAV II dan HAV III. HAV I merupakan penyebab umum terjadinya penyakit [5]. Sebanyak 1.566 kasus FBD di Amerika disebabkan oleh HAV, terdapat 31,5% pasien memerlukan rawat inap dan 2,4% meninggal [2]. Walaupun kasus FBD akibat HAV tergolong cukup rendah di Amerika, namun kasus yang terjadi menunjukkan angka tertinggi penyebab pasien memerlukan rawat inap [5].
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO) selama tahun 2000 -2008, sebanyak 58% atau 5,5 juta kasus FBD disebabkan oleh kontaminasi NoVs. Rata-rata setiap tahunnya sebanyak 26% penderita menjalani rawat inap dan 11% mengakibatkan kematian. Sementara pada tahun 2010 di Eropa, NoVs merupakan patogen terbanyak kedua yang menyebabkan FBD akibat virus, yaitu sebesar 15% dari keseluruhan kasus [2]. NoVs merupakan virus RNA strain tunggal, yang secara genetika merupakan bagian dari family Caliciviradae (genus NoVs) terdiri atas sekurang-kurangnya 32 kluster genetika yang terbagi dalam 5 kelompok genetik (GI-GV). Adapun kelompok genetik yang mengakibatkan infeksi pada manusia yaitu GI, GII dan GIV, dengan GII sebagai penyebab utama infeksi. Beberapa NoVs hanya ditemukan pada wilayah tertentu maupun pada periode waktu tertentu. Wabah penyebaran NoVs dapat melalui pangan (misalnya: kerang dan produk segar), air, dan kontak dengan penderita [5]. Adapun penyebaran utama NoVs yaitu melalui rute fecal-oral. Secara umum gejala akut gastroenteritis akibat NoVs dapat berupa gejala ringan tanpa memerlukan perawatan di rumah sakit (0,03%) hingga kematian (0,1%) [2].
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
Selain HAV dan NoVs, berdasarkan data FAO dan WHO, terdapat virus lain yang disebarkan melalui rute food-borne yaitu Rotaviruses (RoVs), Enteroviruses (EnVs), Astroviruses (AsVs) dan enteric adenoviruses [2]. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pangan terhadap virus, dimulai dari penerapan cara bercocok tanam yang benar untuk mencegah kontaminasi pada area pengairan serta area panen, hingga memproses bahan
5
ARTIKEL
pangan secara baik. Penggunaan antimikroba pada pangan juga merupakan upaya tambahan untuk mempertahankan mutu pangan dari kontaminasi patogen. Virus penyebab FBD mampu menginfeksi manusia dengan masuk melalui mulut melewati lambung dan bagian proksimal usus halus. Sebagian besar virus penyebab FBD ini cukup stabil walaupun berada di luar tubuh inang dan resisten terhadap berbagai kondisi suhu dingin maupun asam [2]. Telah dilakukan banyak penelitian yang menunjukkan adanya jenis senyawa biokimia alami yang memiliki aktivitas antivirus, diantaranya polifenol, proantosianin, saponin, polisakarida, asam organik, komponen susu, protein dan peptida, serta minyak esensial. Senyawa-senyawa tersebut, baik dalam bentuk senyawa murni maupun ekstrak mentah dapat ditemukan berlimpah, yaitu dalam bahan pangan (misalnya: buah delima, susu, dll), bahan tambahan pangan (misalnya: Quillaja saponin, sitrat, dll) serta obat tradisional (misalnya: Stevia rebaudiana) [2]. Jus cranberry dengan kandungan proantosianin, diketahui memiliki aktivitas antivirus pada RoVs, yaitu melalui mekanisme menghambat replikasi virus dalam sel inang. Pada penelitian lainnya, diketahui bahwa jus delima dengan kandungan polifenol yang tinggi bekerja efektif dalam mencegah ikatan antara NoVs dengan reseptor NoVs pada tubuh inangnya. Tumbuhan lain yang memiliki kandungan polifenol yaitu Glycyrrhiza uralensis, diketahui memiliki kemampuan dalam mencegah RoVs berikatan, menghambat replikasi RoVs serta menghambat aktivitas hemaglutinasi [2].
antivirus dengan menghambat ikatan reseptor NoVs pada sel inang [2]. Susu memiliki kandungan laktoferrin yang dapat mencegah masuknya virus ke dalam sel inang, yaitu menghambat reseptor sel dan juga berikatan langsung dengan virus. Kandungan laktaderin susu juga telah diteliti memiliki kemampuan menghambat RoVs [2]. Minyak esensial telah lama digunakan sebagai bahan tambahan pangan pemberi aroma makanan.Telah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa minyak esensial cengkeh, oregano dan zataria, efektif mengurangi infeksi NoVs [2]. Pemaparan di atas menunjukkan adanya potensi bahan biokimia alami dalam pangan yang dapat dikembangkan sebagai antivirus pencegah FBD. Keunggulan menggunakan bahan biokimia alami sebagai antivirus yaitu toksisitas relatif lebih rendah bila dibanding senyawa kimia sintetis. Melimpahnya keanekaragaman hayati di negara Indonesia yang merupakan sumber senyawa biokimia perlu dikembangkan sehingga penggunaannya sebagai bahan tambahan pangan dapat efektif dalam menekan jumlah kasus FBD akibat virus. Penulis: Biro Hukum dan Humas PUSTAKA 1. Bianchi, S., Vecchio, A., D., Vilarino, M., L., Romalde, J., L. 2011. Evaluation of Different RNA-Extraction Kits for Sensitive Detection of Hepatitis A Virus in Strawberry Samples. Food Microbiology 28: 38-42. 2. Dan, L., Baert, L., Uyttendaele, M. 2013. Inactivation of Foodborne Viruses Using Natural Biochemical Substance. Food Microbiology 35: 1-9. 3. Deboosere, N., et al. 2012. Adhesion of Human Pathogenic Enteric Viruses and Surrogate Viruses to Inert and Vegetal Food Surface. Food Microbiology 32: 48-56. 4. Gagne, M., J., Barrette, J., Savard, T., Brassard, J. (2015). Evaluation of Survival of Murine Norovirus-1 During Sauerkraut Fermentation and Storage Under Standard and Low-Sodium Conditions. Food Mocrobiology 52: 119-123.
Quillaja saponin merupakan ekstrak cair dari Quillaja saponaria, biasa digunakan sebagai bahan tambahan pangan, yaitu sebagai agen pembusa pada minuman ringan serta pengemulsi. Ekstrak ini memiliki aktivitas sebagai antivirus, dengan cara mengubah reseptor membran sel sehingga mencegah pelekatan virus pada sel inang [2]. Dari berbagai penelitian, terdapat juga polisakarida yang bersifat sebagai antivirus. Stevia rebaudiana dari famili Chrysanthenum, mengandung polisakarida yang memiliki aktivitas antivirus karena kemampuannya dalam menghambat pelekatan RoVs pada sel inang. Selain itu, polisakarida yang diekstrak dari rumput laut merah memiliki aktivitas antivirus dengan menghambat replikasi HAV [2]. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang dapat ditemukan dalam buah jeruk. Sitrat diketahui memiliki aktivitas
6
5. Hellberg, R., S., et al. 2014. Rapid Detection and Differentiation of Human Noroviruses Using RT-PCR Coupled to Electrospray Ionization Mass Spactrometry. Food Microbiology 44: 71-80. 6. Joshi, S., S., Xiaowei, S., D’Souza, D., H. 2015. Antiviral Effect of Grape Seed Extracted Against Felin Calicivirus, Murine Norovirus and Hepatitis A Virus in Model Food System and Under Gastric Condition. Food Microbiology 52: 1-10. 7. Mesquita, J., R., et al. 2011. Norovirus, Hepatitis A Virus and Enterovirus Presence in Shellfish From High Quality Harvesting Area in Portugal. Food Microbiology 28: 936-941. 8. Mizan, Md., F., R., Jahid, I., K., Sang-Do Ha. 2015. Microbial Biofilm in Seafood: A Food-Hygiene Challenge. Food Microbiology 49: 41-55.
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
KENALI PANGAN AMAN PADA ANAK DAN REMAJA Masih banyaknya pangan yang menggunakan bahan berbahaya dapat membahayakan kesehatan pada anak dan remaja sebagai penerus bangsa. Pemberian edukasi merupakan suatu bentuk pencegahan agar anak dan remaja terhindar dari pangan yang tidak aman. Apakah edukasi yang harus diberikan kepada anak dan remaja tentang pangan aman? Apakah kamu tahu apa keamanan pangan itu? Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan tiga cemaran, yaitu cemaran fisik, biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Pangan olahan yang diproduksi harus sesuai dengan Cara Pembuatan Pangan Olahan yang Baik.
Apakah syarat pangan aman? Pangan harus layak dikonsumsi adalah pangan yang tidak busuk, tidak menjijikkan, dan bermutu baik, serta bebas dari tiga cemaran yaitu cemaran Biologi, Kimia dan Cemaran Fisik. Edukasi Pangan Aman untuk Anak Pangan yang sering dikonsumsi oleh anak bila dikategorikan ada 2 yaitu: a. Pangan jajanan b. Pangan kemasan Pangan jajanan adalah pangan siap saji terdiri dari makanan dan minuman yang dijual dan langsung dapat dikonsumsi tanpa harus diolah terlebih dahulu. Memilih pangan jajanan yang aman: 1. Aman dari Bahaya Fisik a. Pangan harus tertutup untuk menghindari debu dan kotoran. b. Dalam pangan tidak terdapat benda asing seperti rambut, serpihan kayu, straples, kerikil, dan lain-lain dalam makanan. 2. Aman dari Bahaya Kimia a. Jangan membeli pangan dengan warna yang terlalu mencolok.
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
b. Pangan yang mengandung bahan berbahaya biasanya berasa getir, pahit atau rasa menyimpang lainnya. c. Jangan membeli pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau kertas koran. d. Jangan terpedaya oleh harga murah. Pangan yang mengandung bahan berbahaya biasanya dijual dengan harga murah. e. Waspadai gorengan yang terlihat berwarna gelap dan lebih keras dari normalnya. Karena mungkin berasal dari sisa gorengan yang tidak habis terjual pada hari sebelumnya dan dijual kembali. f. Beli pangan di tempat yang bersih, terlindung dari matahari dan asap kendaraan bermotor. g. Untuk buah-buahan potong pilihlah yang sudah di cuci. 3. Aman dari Bahaya Biologi a. Pilih makanan yang telah dimasak. b. Jangan membeli minuman yang dibuat dengan menggunakan air mentah atau dicampur dengan es yang kotor. c. Lokasi penjualan bersih, jauh dari tempat sampah, dan serangga seperti lalat, kecoa atau binatang lainnya. d. Penjual tidak boleh melakukan praktek yang buruk selama menangani pangan (misalnya merokok, meludah, makan, menggaruk dan memegang rambut, hidung, wajah atau anggota tubuh lain). e. Penjual pangan harus sehat dan bersih (misalnya menggunakan celemek, tutup kepala, kuku dan tangannya bersih serta menutup luka dengan plester). Selalu mencuci tangan setelah memegang barang lain yang kotor, seperti sampah, piring kotor atau uang. f. Amati penjualnya apakah mencuci peralatan masak dan bahan pangan dengan baik. g. Lap yang digunakan harus terpisah antara lap untuk perabotan pangan dan untuk penggunaan lainnya. h. Air pencuci peralatan bersih dan selalu diganti. i. Penjual memiliki fasilitas cuci tangan yang terpisah untuk pekerjanya dan untuk tempat mencuci peralatan. j. Penjual menghindari memegang makanan secara langsung. Gunakan alat bantu yang bersih, contoh sendok, garpu, dan lain-lain. Edukasi Pangan Aman untuk Remaja Remaja merupakan masa pertumbuhan pesat dimana terjadi pertambahan tinggi dan berat badan serta pematangan organ-organ tubuh termasuk mulai berfungsinya organ-organ reproduksi. Masa ini memerlukan asupan makanan dari pangan yang aman dalam jumlah cukup dan dengan mutu yang baik agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan optimal.
7
Cara pencegahan cemaran Kimia: a. Selalu memilih bahan pangan yang baik untuk dimasak atau dikonsumsi langsung. b. Mencuci sayuran dan buah-buahan dengan bersih sebelum diolah atau dimakan. c. Menggunakan air bersih (tidak tercemar) untuk menangani dan mengolah pangan. d. Tidak menggunakan bahan tambahan (pewarna, pengawet, dan lain-lain) yang dilarang digunakan untuk pangan. e. Menggunakan Bahan Tambahan Pangan yang dibutuhkan seperlunya dan tidak melebihi takaran yang diijinkan. f. Tidak menggunakan alat masak atau wadah yang dilapisi logam berat. g. Tidak menggunakan peralatan/pengemas yang bukan untuk pangan. h. Tidak menggunakan pengemas bekas, kertas koran untuk membungkus pangan. i. Jangan menggunakan wadah sterofoam atau plastik kresek (non food grade) untuk mewadahi pangan terutama pangan siap santap yang panas, berlemak, dan asam karena berpeluang terjadi perpindahan komponen kimia dari wadah ke pangan (migrasi). 3. Aman dari cemaran FISIK 1. Aman dari cemaran BIOLOGI Bisa berupa bakteri, kapang, kamir, parasit, virus dan ganggang. Pertumbuhan mikroba bisa menyebabkan pangan menjadi busuk sehingga tidak layak untuk dimakan dan menyebabkan keracunan pada manusia bahkan kematian. Faktor yang membuat bakteri tumbuh: pangan memiliki kandungan protein tinggi, kondisi hangat (suhu 40°C - 60°C), kadar air, tingkat keasaman, dan waktu penyimpanan. Cara pencegahan cemaran biologi sebagai berikut: a. Beli bahan mentah dan pangan di tempat yang bersih. b. Beli dari penjual yang sehat dan bersih. c. Pilih makanan yang telah dimasak. d. Beli pangan yang dipajang, disimpan dan disajikan dengan baik. e. Konsumsi pangan secara benar. f. Kemasan tidak rusak. g. Tidak basi (tekstur lunak, bau tidak menyimpang seperti bau asam atau busuk). h. Jangan sayang membuang pangan dengan rasa menyimpang.
Adalah benda-benda yang tidak boleh ada dalam pangan seperti rambut, kuku, staples, serangga mati, batu atau kerikil, pecahan gelas atau kaca, logam dan lain-lain. Benda-benda ini jika termakan dapat menyebabkan luka, seperti gigi patah, melukai kerongkongan dan perut. Benda tersebut berbahaya karena dapat melukai dan atau menutup jalan nafas dan pencernaan. Cara pencegahan cemaran fisik: Perhatikan dengan seksama kondisi pangan yang akan dikonsumsi.
2. Aman dari cemaran KIMIA Merupakan bahan kimia yang tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam pangan. Cemaran kimia masuk ke dalam pangan secara sengaja maupun tidak sengaja dan dapat menimbulkan bahaya. a. Racun alami, contoh racun jamur, singkong beracun, racun ikan buntal, dan racun alami pada jengkol. b. Cemaran bahan kimia dari lingkungan, contoh: limbah industri, asap kendaraan bermotor, sisa pestisida pada buah dan sayur, deterjen, cat pada peralatan masak, minum dan makan, dan logam berat. c. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang melebihi takaran, contoh: pemanis buatan, pengawet yang melebihi batas. d. Penggunaan bahan berbahaya yang dilarang pada pangan, contoh: Boraks, Formalin, Rhodamin B, Metanil Yellow. 8
Pangan Kemasan Selain pangan jajanan, anak dan remaja juga gemar dengan pangan kemasan. Pangan kemasan adalah makanan dan minuman yang diolah, dikemas dan telah diberi label dengan baik. Maka diperlukan tips untuk dapat memilih produk pangan kemasan yang aman: 1. Pilih pangan dengan kemasan yang dalam keadaan baik, kemasan tidak rusak, penyok atau menggembung. 2. Cek kedaluwarsa, jangan membeli pangan yang telah Kedaluwarsa. InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
3. Pilih Pangan yang sudah ada nomor ijin edar pada kemasannya • MD (pangan yang diproduksi dalam negeri) • ML (pangan yang diimpor dari luar negeri) • PIRT (pangan yang diproduksi oleh rumah tangga)
Dengan memberikan edukasi mengenai pangan aman bagi anak dan remaja serta menjalankan 5 kunci keamanan pangan, orang tua dapat membentengi diri anak dari pedagang nakal dan tentunya juga menghindari pangan yang tidak aman terpapar dari tubuh anak dan remaja sehingga akan menghasilkan penerus bangsa dengan tingkat gizi lebih baik dan tidak mudah terserang penyakit.
Selain hal di atas, terdapat 5 Kunci Keamanan Pangan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
JAGALAH KEBERSIHAN
Penulis: Bidang Informasi Obat - Pusat Informasi Obat dan Makanan
2
PISAHKAN PANGAN MENTAH DARI PANGAN MATANG
PUSTAKA
3
MASAKLAH DENGAN BENAR
4
JAGALAH PANGAN PADA SUHU AMAN
5
GUNAKAN AIR DAN BAHAN BAKU YANG AMAN
PUBLIKASI
1
sebenarnya” kosmetika itu.
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman untuk Remaja. Badan POM, Jakarta.
Judul buku : Pedoman Untuk Konsumen: Serba-Serbi Kosmetika Penerbit : Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. Badan POM Tahun : 2015 Penulis : Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Diawali dengan pertanyaan “apa itu kosmetika?”, buku yang dikemas dengan bahasa yang ringan, mengajak pembaca agar mengetahui “apa
Kosmetika hanya diaplikasikan pada bagian luar tubuh, berbeda dengan obat yang dapat diminum dan menembus kulit bagian dalam. Tujuan penggunaan kosmetika pun bervariasi dari membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, mengharumkan bau badan hingga melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Pada bagian selanjutnya, pembaca diajak untuk menjadi lebih kritis dan cerdas dalam memilih kosmetika dengan cara mengetahui legalitas kosmetika melalui pengecekan
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman untuk Anak-anak. Badan POM, Jakarta.
pada website notifkos Badan POM. Tak kalah menarik, pada bagian berikutnya pembaca akan dibekali informasi yang sangat bermanfaat tentang tips saat membeli, menyimpan, dan membuang kosmetika. Informasi tersebut disajikan dengan ilustrasi dan gambar sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Hal yang belum menjadi kebiasaan kita sebagai konsumen Indonesia yaitu melaporkan kejadian tersebut kepada Badan POM apabila terjadi efek yang tidak diinginkan karena penggunaan kosmetika (seperti gata-gatal, kulit kemerahan, iritasi, bengkak atau reaksi alergi lainnya) padahal hal tersebut perlu dilakukan. Apa yang harus dilakukan konsumen apabila terjadi efek yang tidak diinginkan dan bagaimana cara melaporkan hal tersebut ke Badan POM juga telah diulas dalam buku setebal 40 halaman ini.
9
FORUM PIONas Penggunaan Antibiotik bersamaan dengan Mengkonsumsi Probiotik Pertanyaan: Saya sering mengonsumsi minuman yang mengandung probiotik untuk menjaga kesehatan khususnya pencernaan. Saat ini saya mendapat obat sefiksim dari dokter. Apakah benar probiotik dan Sefiksim tidak boleh dikonsumsi bersamaan? (M, Ibu Rumah Tangga) Jawaban: Probiotik merupakan bakteri yang membantu menyeimbangkan fisiologi tubuh terutama saluran pencernaan dan menekan pertumbuhan jenis bakteri yang berbahaya. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus dan Bifidobacteria. Kedua jenis bakteri ini akan menghambat bakteri “jahat” seperti Staphylococcus, Enterococcus, Clostridium dan beberapa bakteri E. coli serta mempengaruhi peningkatan kesehatan karena dapat merangsang respon imun dan menghambat patogen. Sumber makanan yang mengandung probiotik antara lain adalah susu fermentasi, yoghurt, kefir keju. Sefiksim adalah salah satu antibiotik golongan sefalosporin yang digunakan unuk mengatasi infeksi disebabkan oleh bakteri gram-negatif. Antibiotik merupakan segolongan senyawa alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Pada dasarnya antibiotik dapat bersifat bakteriostatik (membunuh secara
tidak langsung dengan merusak lingkungan bakteri) dan bakterisidal (membunuh secara langsung pada sasaran). Penggunaan secara bersamaan antara probiotik dengan antibiotik tanpa memberikan waktu jeda beberapa jam tidak disarankan. Hal ini dikarenakan antibiotik dapat membunuh probiotik yang dikonsumsi. Sehingga antibiotik dapat mengurangi khasiat dari mikroorganisme probiotik. Penggunaan probiotik sebaiknya diberikan 3 jam setelah penggunaan sefiksim.
PUSTAKA 1. Yeo, E. 2009. How to Prevent Antibiotics Side Effects With Probiotics?. http://ezinearticles.com/?How-to-Prevent-AntibioticsSide-Effects-With-Probiotics&id=2209693 [diakses pada tanggal 29 Mei 2016] 2. Green A. Probiotics and Antibiotics-Should they be Given Together?. The Clinical Use of Probiotics: 33-35. https://www.scribd.com/ document/262801382/Probiotics-and-Antibiotics-Should-They-BeGiven-Together-Aileen-Green [diakses pada tanggal 29 Mei 2016] 3. Olmstead S, et all. Probiotics and Antibiotic-Associated Diarrhea. http:// www.medscape.com/viewarticle/746534. [diakses pada tanggal 29 Mei 2016] 4. Reid G. 2006. Probiotics to prevent the need for, and augment the use of, antibiotics. Canadian Journal Infectious Diseases and Medical Microbiology Vol.17 No.5: 291-295. 5. Nami Y, et all. 2015. Probiotics or antibiotics: future challenges in medicine. Journal of Medical Microbiology 64:137–146
FORUM SIKerNas Sampo Pertanyaan: Saudara saya tidak sengaja meminum sampo, tapi tidak diketahui jumlah yang ditelannya seberapa banyak. Gejala yang dirasakan adalah mual dan muntah. Pertolongan apa yang harus dilakukan? (R, Karyawan) Jawaban: Sampo merupakan salah satu produk kimia di rumah tangga yang mengandung minimal 4 jenis bahan kimia. Bahan-bahan yang umum digunakan pada produk sampo adalah cocamidopropyl betaine, methylchloroisothiazolinone, pengawet formaldehid, propilen glikol, vitamin E (tokoferol), paraben dan benzofenon [2]. Karena bahan tersebut maka produk sampo tergolong dalam kategori produk yang dapat menyebabkan iritasi ringan pada gastrointestinal. Sehingga jika sampo tertelan dalam jumlah sedikit, akan memberikan efek yang rendah atau tidak berefek pada tubuh. Jika tertelan dalam jumlah sedang sampai banyak akan menyebabkan efek pada saluran pencernaan seperti: diare, konstipasi, kram perut dan dapat terjadi muntah [3].
10
Berdasarkan informasi dari penanya, bahwa korban mengalami mual dan muntah yang berarti volume bahan yang tertelan termasuk dalam kategori sedang sampai banyak [3]. Untuk itu pertolongan yang dapat dilakukan adalah membersihkan area mulut dari sisa muntah atau produk sampo, berkumur dan berikan air minum atau susu secukupnya [1]. Segera bawa korban ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
PUSTAKA 1. British Columbia Drug and Poison Information Center (BC DPIC), 2012, Sampoo, http://www.dpic.org/faq/sampoo [diakses pada tanggal 27 April 2016]. 2. Dias, Maria FRG., 2015, Hair Cosmetics: An Overview, http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4387693/ [diakses pada tanggal 12 Juli 2016]. 3. Olson, Kent R. 1999. Poisoning and Drug Overdose 3rd edition. 308. USA: McGraw-Hill.
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
PENJELASAN BADAN POM
TERKAIT PENARIKAN MAKANAN BAYI PENDAMPING ASI ILEGAL • Pada Juni 2016, petugas Balai POM di Serang mendatangi lokasi di Pondok Pucung namun sudah kosong, termasuk barang yang diamankan sudah tidak ada. Diperoleh informasi sarana produksi berpindah tempat ke BSD Tangerang Selatan.
Badan POM kembali hadir melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang membahayakan kesehatan. Kamis (15/09) Badan POM bersama lintas sektor terkait berhasil menyegel pabrik Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ilegal “BEBILUCK” milik PT. Hassana Boga Sejahtera di Kawasan Pergudangan Multiguna Taman Tekno 2 Blok L2 no.35 BSD Tangerang Selatan. Dari lokasi berhasil diamankan produk jadi sejumlah 16.884 pcs dan kemasan sejumlah 217.280 pcs dengan total nilai barang bukti mencapai Rp733.000.000 (tujuh ratus tiga puluh tiga juta rupiah). Namun karena Pelaku menyebarkan isu yang meresahkan masyarakat, maka Badan POM memandang perlu memberikan penjelasan sebagai berikut: • Badan POM selalu melakukan pembinaan, pendampingan, dan kebijakan yang berpihak kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Pembinaan dimaksud untuk memahami dan menerapkan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB), regulatory assistance untuk memahami dan menerapkan ketentuan secara konsisten agar produk yang dihasilkan memenuhi kriteria keamanan, mutu, dan gizi, termasuk melakukan pendampingan untuk proses pendaftaran pangan di Badan POM.
• Minggu (18/09) pukul 08.30 WIB, Kepala Badan POM mendatangi langsung produsen MP-ASI ilegal merek “BEBILUCK” untuk melihat lokasi industri sekaligus ingin memberikan informasi dan klarifikasi kepada pemilik PT. Hassana Boga Sejahtera dan masyarakat bahwa produk ilegal ini adalah produk berisiko tinggi karena tidak aman bagi bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun yang rentan. Produk berisiko tinggi ini membutuhkan prosedur khusus untuk produksi dan izin edarnya. Namun disayangkan pemilik tidak bersedia hadir dan Kepala Badan POM tidak bisa melihat langsung ke dalam lokasi pabrik. • Penindakan dengan pro-justitia terhadap PT. Hassana Boga Sejahtera merupakan upaya terakhir yang dilakukan Badan POM karena sudah diberikan pembinaan untuk tidak memproduksi dan mengedarkan produknya sebelum mendapatkan nomor izin edar dari Badan POM (MD). • Hari ini, Senin (19/09) dengan kesadaran sendiri pemilik PT. Hassana Boga Sejahtera mendatangi Badan POM untuk memohon mediasi, namun tentu saja mediasi ini tidak dapat menghapus proses terhadap adanya unsur sanksi pidana. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pasal 140 mengenai standar keamanan pangan dan pasal 142 mengenai izin edar, maka PT Hassana Boga Sejahtera bisa terkena ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak 4 miliar rupiah. Selain itu juga melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pasal 62 mengenai standar yang dipersyaratkan dan dapat dikenakan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 2 miliar rupiah.
• Namun demikian, demi perlindungan konsumen, maka Badan POM harus mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran yang berisiko bagi kesehatan konsumen mengingat produk MP-ASI merupakan golongan pangan risiko tinggi, dengan target konsumen bayi dan anak usia 6 bulan sampai 2 tahun yang tergolong rentan.
Kepada para pelaku usaha lainnya, ditegaskan untuk tidak memproduksi dan/atau mengedarkan produk obat dan makanan Tanpa Izin Edar. Badan POM menghimbau kepada para distributor ataupun retalier MPASI ilegal/tidak memiliki izin edar Badan POM untuk segera menarik produknya dari peredaran. Proses dan prosedur pendaftaran dapat dilihat di website Badan POM www.e-reg.pom.go.id atau menghubungi Badan POM atau Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
• Produk MP-ASI dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak dari sisi gizi makro maupun mikro seperti energi, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Persyaratan bahan baku dan bahan lainnya, bentuk, tekstur dan persyaratan ditentukan agar sesuai dengan kondisi bayi dan anak. Juga diatur persyaratan yang terkait dengan kemasan dan label. Yang tidak kalah penting juga diatur adalah persyaratan keamanan termasuk persyaratan produksi untuk memenuhi Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). Oleh karena itu produk ini harus didaftarkan ke Badan POM, bukan sebagai produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Kepada seluruh masyarakat, Badan POM mengimbau agar tidak menyebarkan informasi atau isu yang tidak benar baik di media sosial maupun media lainnya untuk menghindari keresahan di masyarakat. Bagi masyarakat yang mencurigai adanya praktik produksi dan peredaran Obat dan Makanan ilegal, dapat melaporkan ke Contact Center Badan POM. Masyarakat harus menjadi konsumen cerdas, pastikan Obat dan Makanan yang dikonsumsi aman. Ingat selalu “CekKIK”, pastikan Kemasan dalam kondisi baik, memiliki Izin edar, dan tidak melebihi masa Kedaluwarsa. Untuk legalitas produk dapat dilihat menggunakan aplikasi android “CekBPOM”.
• Bersumber dari pengaduan masyarakat terkait peredaran Bebiluck, pada bulan Mei 2015 Balai POM di Serang melakukan pemeriksaan ke sarana produksi di daerah Pondok Pucung Tangerang dengan hasil penilaian higienis sanitasi jelek dan diminta kepada Pelaku untuk menghentikan kegiatan produksi sampai mendapat Izin Edar dari Badan POM. Terhadap kemasan dan label yang ada dilakukan pengamanan setempat oleh petugas. Badan POM berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang untuk melakukan pembinaan, namun Pelaku Usaha tidak pernah datang untuk mencari informasi lebih lanjut. Dari hasil temuan tersebut, nomor PIRT Bebiluck dicabut oleh Pemda Tangerang pada bulan Maret 2016.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016
Contact Center HALO BPOM di nomor telepon 1-500-533, SMS 0-81219999-533, email
[email protected], atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia. Jakarta, 19 September 2016 Biro Hukum dan Humas Badan POM RI
11
PENJELASAN BADAN POM
TENTANG ISU GULA JAWA/GULA AREN/GULA MERAH YANG DIDUGA MENGANDUNG FORMALIN Dari hasil pengujian Badan POM beberapa waktu lalu untuk parameter formalin dan sulfit terhadap berbagai produk gula jawa/gula aren/gula merah, tidak ditemukan produk yang mengandung formalin. Badan POM secara terus menerus melakukan pengawasan terhadap penyalahgunaan formalin dan atau sulfit pada gula jawa/gula aren/gula merah dan atau produk pangan olahan yang berbahan baku gula jawa/gula aren/gula merah yang terdaftar di Badan POM. Pada saat ini, Badan POM sedang melakukan pengambilan sampel gula merah/gula aren serta melakukan pengujian laboratorium di seluruh Indonesia. Terhadap produk yang tidak memenuhi persyaratan Badan POM menindaklanjuti melalui koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah dalam rangka pengawasan dan pembinaan terhadap petani, penyadap dan pengrajin gula jawa/gula aren/ gula merah.
Menanggapi beredarnya kembali isu penyalahgunaan formalin pada gula jawa/gula aren/gula merah melalui jejaring sosial setelah pernah merebak di bulan April 2012, Badan POM telah melakukan langkah-langkah penelusuran awal dengan melakukan pengambilan sampel gula dimaksud dari pasar tradisional dan pasar modern serta melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel tersebut. Penggunaan pengawet dalam gula jawa/gula aren/gula merah dapat berfungsi mencegah reaksi pencoklatan serta menghambat aktivitas enzimatis dan pertumbuhan mikroba dengan menghambat terjadinya fermentasi oleh mikroba yang dapat mengubah gula menjadi alkohol dan asam serta meningkatkan rendemen gula jawa/gula aren/gula merah, menyebabkan gula merah tampak coklat muda/cerah dan keras.
Dihimbau kepada produsen dan pelaku usaha untuk menggunakan bahan tambahan pangan sesuai dengan ketentuan, tidak melebihi batas maksimum dan sesuai dengan jenis pangan yang ditetapkan serta dilarang menggunakan bahan berbahaya dalam produk pangan. Demikian untuk diketahui dan disebarluaskan. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Contact Center HALO BPOM di nomor telepon 1-500-533, SMS 0-8121-9999-533, email
[email protected], atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia. Jakarta, 24 Agustus 2016 Biro Hukum dan Humas Badan POM
Formalin merupakan bahan berbahaya yang dilarang digunakan untuk makanan. Sedangkan senyawa sulfit dalam bentuk kalium bisulfit, kalium metabisulfit, natrium bisulfit dan natrium metabisulfit diizinkan digunakan sebagai pengawet makanan sesuai persyaratan yang ditetapkan.
BPOM Jl Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat 10560
12
021 4244691 081 21 9999 533 021 4263333
[email protected] www.pom.go.id @HaloBPOM1500533 Bpom RI
Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan institusi pemerintah yang melaksanakan tugas di bidang pengawasan Obat dan Makanan agar produk Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Makanan/Minuman yang beredar terjamin keamanan, mutu, dan khasiat/manfaatnya dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat. Untuk menghubungi, menyampaikan pengaduan maupun permintaan informasi ke BPOM dapat menghubungi Contact Center Halo BPOM. InfoPOM Vol. 17 No. 5 September-Oktober 2016