Perancangan Manajemen Bandwidth Jaringan RT/RW Net Menggunakan Metode Hierarchical Tokken Bucket (HTB) pada Router Mikrotik di Desa Karang Duwet Salatiga
Artikel Ilmiah
Peneliti: Yogi Hariatmoko (672008148) Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Oktober 2015
Perancangan Manajemen Bandwidth Jaringan RT/RW Net Menggunakan Metode Hierarchical Tokken Bucket (HTB) pada Router Mikrotik di Desa Karang Duwet Salatiga Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Oleh : Yogi Hariatmoko NIM : 672008148
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga Oktober 2015
Perancangan Manajemen Bandwidth Jaringan RT/RW Net Menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada Router Mikrotik di Desa Karang Duwet 1)
Yogi Hariatmoko, 2) Teguh Indra Bayu
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: ¹ʾ
[email protected], ²ʾ
[email protected] Abstrak Jaringan Rt/Rw Net (Wizh Net) di Karang Duwet dibangun secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan internet masyarakat setempat dengan biaya murah. Namun mengalami kendala dalam melakukan manajemen bandwidth user yang mengakibatkan bandwidth tidak seimbang antar klien bila digunakan secara bersama-sama. Penelitian ini dibuat untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara mengimplementasikan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) dan user manager di router mikrotik yang digunakan pada jaringan Rt/Rw Net. Penelitian ini membahas pengelolaan bandwidth pengguna jaringan Rt/Rw net berdasarkan nilai prioritas tiap pengguna yang berbeda-beda terhadap kebutuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan metode HTB berhasil dan mampu melakukan manajemen bandwidth sesuai prioritas setiap klien, sehingga pengguna tidak memiliki masalah dalam keseimbangan bandwidth. Kata kunci: Rt/Rw Net, Manajemen Bandwidth, Mikrotik, HTB, User Manager. Abstract Rt / Rw Net (Wiznet) at Karang Duwet was built with self-supporting to provide the necessity of local community with low-cost. However, there is difficulties with user bandwidth management resulting unbalanced bandwidth between clients which when used together. This research was made to solve these problems by implementing the Hierarchical Token Bucket (HTB) method and user manager in router wich is used on the Rt / Rw Net. This research studied the management of bandwidth usage in rt/rw net regarding different priority needs of costumer. These results indicate the method HTB successfully and able to perform bandwidth management according to the priorities of each client, so users do not have problems in the balance of bandwidth Keyword: Rt/Rw Net, Bandwidth Management, Mikrotik, HTB, User Manager.
____________________ ¹ʾ Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. ²ʾ Staff pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
1.
Pendahuluan
Penyediaan layanan internet untuk umum yang mandiri dan murah, seperti jaringan layanan RT/RW net menjadi salah satu alternatif yang digunakan kalangan masyarakat secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan teknologi dan informasi saat ini dikarenakan keterbatasan akses internet stabil dan ketersediaan layanan internet umum lainnya. Seperti pada lokasi di desa Karang Duwet, Salatiga yang dibangun sebuah fasilitas layanan jaringan RT/RW net yang bernama Wizh Net untuk melayani kebutuhan internet penduduk setempat maupun sekitarnya. Namun karena bandwidth yang disediakan masih termasuk kecil yaitu 1 Mbps, sehingga menyebabkan bandwidth tidak seimbang antara client terutama jika terdapat client yang melakukan download dengan IDM (Internet Download Manager), maka dapat memungkinkan terjadinya trafik yang memonopoli seluruh bandwidth yang tersedia. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan manajemen network dan bandwidth yang pada penelitian ini menggunakan fasilitas Mikrotik. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem pengelolaan bandwidth pengguna berdasarkan prioritas dari user dengan menggunakan metode HTB. Dalam penerapannya diharapkan memberikan hasil kualitas jaringan yang dapat memenuhi semua kebutuhan client dan menghindari monopoli trafik bandwidth namun kinerja maupun stabilitas jaringan tidak menurun.
2.
Tinjauan Pustaka
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Manajemen Bandwidth menggunakan Queue Tree pada RT/RW Net di Dusun Sulang Kidul Patalan Jetis Bantul Yogyakarta” oleh Tito Prabowo dan Amri Krisnadi menyebutkan bahwa keuntungan dalam menggunakan manajemen bandwidth Queue Tree adalah dapat mengatur besar kecilnya bandwidth setiap client sesuai kebutuhan sehingga pembagian bandwidth menjadi teratur, adil dan dapat memaksimalkan kualitas bandwidth yang tersisa[1]. Namun demikian pada penelitan tersebut belum menerapkan metode algoritma HTB (Hierarchical Token Bucket) sebagai pembagi prioritas para client mendapatkan bandwidth pada hotspot. Muhammad Mahfud Abdul Ghoni dalam penelitiannya yang berjudul “Perancangan Manajemen User pada hotspot Mikrotik” menerapkan sistem operasi mikrotik sebagai bandwidth limiter untuk membagi bandwidth secara merata ke beberapa client. Di sini peranan router hanya untuk membagi 1
bandwidth dengan batasan-batasan tertentu, sehingga apabila hanya satu client yang sedang running maka klien itu tidak dapat memperoleh bandwidth secara keseluruhan tetapi sesuai dengan bandwidth yang telah dibatasi melalui Userman[2]. Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengembangkan hasil dari penelitian sebelumnya dengan menambahkan metode HTB pada pembagian bandwidth jaringan RT/RW Net untuk memberikan prioritas masing-masing client sesuai kebutuhan dan juga merata. Usermanager adalah tool dari mikrotik yang berfungsi untuk mengatur dan mendata client atau user yang akan terdaftar agar bisa mengakses layanan hotspot internet. Data yang disimpan pada user manager meliputi hotspot user, PPP user, DHCP Lease, Wireless AccessList dan RouterOS users. Usermanager merupakan salah satu fitur terkenal dari mikrotik dengan metode untuk memberikan akses/layanan internet di area public dengan melalui proses autentikasi, media yang digunakan bisa menggunakan kabel ataupun wireless. HTB merupakan salah satu metode pembagian bandwidth secara hirarki yang dibagi-bagi ke dalam kelas sehingga mempermudah pengaturan bandwidth. Terdapat tiga tipe kelas, yaitu root, inner dan leaf. Root class berada paling atas dan semua trafik harus melewati class ini. Inner class adalah kelas yang mempunyai parent class dan child class. Sedangkan leaf class adalah terminal class yang mempunyai parent class tetapi tidak mempunyai child class. Teknik antrian HTB memberikan pembatasan traffic pada setiap level, maupun klasifikasi. Bandwidth akan diprioritaskan pada pengguna dengan level priority yang paling tinggi dahulu sampai pada batas bandwidth max-limit yang ditentukan setelah semua limit-at pengguna terpenuhi[3]. Urutan proses antrian paling tinggi adalah dengan nilai 1, sedangkan urutan paling rendah atau akhir adalah 8. qdisc
root
inner
leaf
leaf
root
root
inner
leaf Gambar 1 Hierarchical Class pada HTB
2
RT/RW-Net adalah jaringan komputer swadaya masyarakat dalam ruang lingkup RT/RW melalui media kabel atau wireless 2.4 Ghz dan hotspot sebagai sarana komunikasi rakyat yang bebas dari undang-undang dan birokrasi pemerintah. Konsepnya dimana beberapa komputer dalam suatu perumahan atau blok dapat saling berhubungan dan dapat berbagi data serta informasi. Konsep lain dari RT/RW Net adalah memberdayakan pemakain internet dimana fasilitas internet tersedia selama 24 jam sehari selama sebulan dimana biaya yang akan dikeluarkan lebih murah karena semua biaya pembangunan infrastruktur, operasional dan biaya langganan akan ditanggung bersama 3.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tahapan Network Development Life Cycle (NDLC) [4], yang memiliki 6 tahapan di antaranya Analysis, Design, Simulation Prototyping, Implementation, Monitoring, dan Management. Skema tahapan NDLC dapat dilihat seperti pada Gambar 2.
Gambar 2 Network Development Life-Cycle [4]
Pada tahap awal ini dilakukan analisis kebutuhan, analisis permasalahan yang muncul, analisis keinginan user, dan analisis topologi yang digunakan saat ini. Hasil analisis dalam tugas akhir ini, berdasarkan jumlah dan kebutuhan user jaringan hotspot didapatkan sekitar 10 user yang terdaftar dengan jarak radius sekitar 500m memiliki kebutuhan user yang berbeda-beda untuk penggunaan jaringan maka diperlukan prioritas bandwidth yang berbeda dan memerlukan Queue tree sebagai bandwidth management pada setiap usernya. Pembagian bandwidth pada setiap klien akan diberikan nilai limitasi untuk limit-at, dan max-
3
limit. Limit-at adalah nilai limitasi bandwidth untuk queue yang merupakan jumlah kecepatan minimal bandwidth yang harus diperoleh jika semua bandwidth dipakai, nilai limit-at ini ditentukan dengan perhitungan total bandwidth yang disediakan sebanyak 1Mbps dibagi dengan jumlah banyak total klien jika digunakan bersama yaitu 10 klien, maka akan menghasilkan nilai limit-at sebanyak 100 kbps. Perhitungan ini digunakan dengan dasar jika kondisi jaringan digunakan paling banyak 10 klien, maka bandwidth akan terbagi secara merata sebanyak 100 kbps untuk setiap klien, sehingga tidak akan ada klien yang mendapat bandwidth yang sedikit atau dirugikan jika kondisi semua bandwidth habis digunakan. Untuk max-limit adalah jumlah maksimal dari bandwidth yang akan diterima dari queue jika kondisi bandwidth masih tersisa, jumlah max-limit akan diberikan sebanyak 1 Mbps untuk setiap klien karena bila kondisi dimana hanya satu klien yang aktif atau menggunakan jaringan, maka klien akan mendapat bandwidth sebanyak 1 Mbps atau sama dengan total bandwidth yang disediakan jaringan. Dengan ini maka tidak ada bandwidth yang terbuang percuma jika hanya terdapat satu klien saja yang aktif. Untuk pada pembagian nilai priority pada queue klien, ditentukan berdasarkan kebutuhan klien terhadap penggunaan jaringan RT/RW Net ini. Priority dengan nilai 1 akan diberikan kepada klien yang menggunakan jaringan secara rutin namun aktifitas pada jaringan tidak banyak melakukan aktifitas download dengan ukuran yang besar. Priority dengan nilai 2 akan diberikan pada klien yang jarang aktif dalam menggunakan jaringan sedangkan untuk prioriy dengan nilai paling rendah dalam jaringan ini yaitu dengan nilai 3 akan diberikan kepada klien yang sering menggunakan aktifitas download file dengan ukuran yang besar. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan klien yang paling diprioritaskan tidak mengalami kekurangan bandwidth jika klien priority 3 ini melakukan aktifitas download. Dari hasil tahap analisis, akan menghasilkan data-data yang diperlukan dalam perancangan dari sistem yang akan dibangun. Desain topologi jaringan pada RT/RW net tampak pada Gambar 3. Pada gambar topologi jaringan tersebut menjelaskan layanan provider internet dari Telkom Speedy memiliki bandwidth 1Mbps tersambung dengan router mikrotik dan kemudian dipancarkan sinyal wifi melalui antena omni bersama access point ke semua client sekitar desa Karang Duwet. Sedangkan untuk koneksi komputer admin menggunakan koneksi LAN yang tersambung pada router.
4
Gambar 3 Topologi Jaringan Rt/Rw Net yang Diteliti
Selanjutnya membuat desain logika alur pengelolaan bandwidth dengan desain flowchart seperti pada gambar 4.
Gambar 4 Flowchart Alur Pengelolaan Bandwidth
5
Pada Gambar 4 menjelaskan alur proses pengelolaan bandwidth yang dibuat pada jaringan RT/RW Net. Proses berawal dari halaman login yang akan dilakukan klien untuk menggunakan jaringan RT/RW Net, klien akan melakukan input data username dan password yang sudah dibuat pada Userman. Proses autentikasi login akan dilakukan oleh RADIUS Server pada Userman, jika berhasil login maka akan diberikan IP address static oleh userman sesuai dengan data pada Userman untuk username yang digunakan. Proses selanjutnya akan ditandai koneksi dan paket dari klien oleh mangle, jika sudah ditandai maka akan dapat terbaca oleh queue tree. Pada queue tree akan dilakukan proses limitasi bandwidth dan juga prioritas menggunakan metode HTB. Nama
Tabel 1 Pembagian bandwidth dengan Queue Tree Parent Priori Limitty
Max-Limit
at
All-Download
Global-out
8
1M
All-Upload
Global-in
8
Client01
All-Download
1
100k
1M
Client02
All-Download
1
100k
1M
Client03
All-Download
1
100k
1M
Client04
All-Download
1
100k
1M
Client05
All-Download
2
100k
1M
Client06
All-Download
2
100k
1M
Client07
All-Download
2
100k
1M
Client08
All-Download
3
100k
1M
Client09
All-Download
3
100k
1M
Client10
All-Download
3
100k
1M
Untuk pembagian bandwidth dilakukan dengan Queue Tree untuk melakukan pembatasan bandwidth, dan prioritas. Pada Tabel 1 menunjukkan detail dari limitasi bandwidth meliputi max-limit, limit-at, dan priority pada masing-masing queue. Urutan download yang diprioritaskan ditentukan dengan nilai priority 1, sedangkan urutan terakhir atau prioritas paling rendah adalah 8. Dari data Tabel 1, dapat dibuat skema gambar pembagian HTB pada queue tree dengan hasil seperti pada Gambar 5.
6
Gambar 5 Skema HTB pada Queue Tree
Untuk daftar ip address dan Interface pada router terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar Alamat IP pada Router
Nama Modem-Router Wifi_Nano-Bullet Client01 Client02 Client03 Client04 Client05 Client06 Client07 Client08 Client09 Client10
Alamat IP 192.168.1.3 192.168.3.1 192.168.3.186 192.168.3.187 192.168.3.188 192.168.3.189 192.168.3.190 192.168.3.191 192.168.3.192 192.168.3.193 192.168.3.194 192.168.3.195
Gambar 6 Simulation Prototyping dengan GNS3
7
Interface Ether1 Ether2 Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot
Setelah itu melakukan tahap simulasi pada topologi jaringan yang diteliti. Simulasi menggunakan GNS3 v1.3.11 agar dapat memastikan sistem yang dibuat pada topologi yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Gambar 6 menunjukan hasil dari simulasi ini bahwa jaringan dapat bekerja dengan baik. Selanjutnya pada tahap imlementasi dengan menerapkan dari semua hasil pada tahap analisis dan simulasi sebelumnya. Pada tahap ini langkah pertama adalah membuat jaringan hotspot pada router mikrotik. Kemudian melakukan install tool dari Mikrotik bernama Usermanager atau disingkat Userman pada router yang nantinya berfungsi sebagai tempat mengatur user beserta profilnya. Usermanager juga berfungsi sebagai RADIUS server untuk autenikasi untuk login pada jaringan hotspot. Langkah selanjutnya dengan mengimplementasi HTB pada mikrotik. Implementasi HTB dapat diterapkan dengan langkah menandai paketpaket untuk setiap koneksi client melalui konfigurasi mangle, langkah berikutnya dengan menentukan CIR (committed information rate), MIR (Maximum Information Rate), Parent dan prioritas dari setiap paket melalui konfigurasi Queue tree. Untuk pengaturan traffic, diperlukan konfigurasi pada mangle untuk menandai koneksi dan paket pada jaringan agar nantinya mudah dalam pembagian bandwitdh. Untuk pengaturan mangle dapat dilihat pada kode program 1. Kode Program 1 Konfigurasi Mark Connection dan Mark Packet 1.
2.
3.
4.
5.
ip firewall mangle add action=mark-connection chain=prerouting srcaddress=192.168.3.0/24 disabled=no new-connection-mark=all.cn.pre passthrough=yes ip firewall mangle add action=mark-connection chain=postroutingdstaddress=192.168.3.0/24 disabled=no new-connection-mark=all.cn.post passthrough=yes ip firewall mangle add action=mark-packet chain=prerouting srcaddress=192.168.3.0/24 connection-mark=all.cn.pre disabled=no newpacket-mark=all.packet.pre passthrough=yes ip firewall mangle add action=mark-packet chain=postrouting dstaddress=192.168.3.0/24 connection-mark=all.cn.post disabled=no newpacket-mark=all.packet.post passthrough=yes ip firewall mangle add action=mark-packet chain=postrouting dstaddress=192.168.3.186/24 connection-mark=all.cn.post disabled=no newpacket-mark=client-1-DL passthrough=no
Setelah proses menandai traffic, agar traffic yang sudah ditandai dapat diproses manajemen bandwidth pada queue tree maka diperlukan konfigurasi seperti pada kode program 2. Kode program 2 Konfigurasi QueueTtree. 1.
2.
queue tree add burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s disabled=no limit-at=0 max-limit=1M name=All-Download packet-mark=all.packet.post parent=global-out priority=8 queue tree add burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s disabled=no limit-at=100k max-limit=1M name=Client-1-DL packet-mark=Client-1-DL parent=All-Download priority=1
8
Tahap monitoring dilakukan pengujian pada jaringan hotspot untuk mendapatkan analisis data yang dibutuhkan untuk tahap selanjutnya. Pada tahap monitoring ini meliputi pengujian traffic data saat client men-download file. Kemudian dengan tahap yang terakhir yaitu tahap management dengan melakukan manajemen pada sistem yang dibangun agar sistem dapat berjalan dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama. 4.
Hasil dan Pembahasan
Berikut hasil dari proses perancangan sebelumnya, Usermanager berfungsi sebagai RADIUS Server untuk hotspot user yang kemudian berintegrasi dengan hotspot pada router mikrotik.
Gambar 7 Halaman Login Hotspot pada Wizh.Net
Pada Gambar 7 merupakan halaman login pada WizhNet, pengguna yang belum terautentikasi menggunakan koneksi internet ini akan dialihkan ke halaman ini. Pengguna memasukkan username dan password yang telah tersimpan pada database userman seperti pada Gambar 8. Di sini RADIUS berfungsi melakukan autentikasi input login user, dengan database userman, jika cocok maka akan dapat diteruskan mengakses hotspot. User yang sudah lolos dan dapat mengakses hotspot akan dimasukkan pada queue tree yang tersedia sesuai dengan aturan pada firewall mikrotik. Setiap user pada userman dilakukan konfigurasi diantaranya, pemberian profile-user, data informasi user, dan juga ip address yang dipakai pengguna untuk mengakses hotspot. Pengguna yang sudah login diberikan ip address dari userman agar mengganti ip address yang didapat dari hotspot secara random , ip address ini digunakan sebagai petunjuk mangle dalam menandai dan memberikan jalur paket tersebut ke queue client pada queue tree yang sudah
9
dikhususkan untuk ip address tersebut. Penempatan pengguna di queue tree ini penting karena menentukan dalam pemberian level prioritas dengan metode HTB nantinya.
Gambar 8 Daftar User pada User Manager Mikrotik
Aturan mangle yang sudah dibuat sebelumnya dari kode program 1 akan menghasilkan tampilan pada winbox seperti Gambar 9. Semua packet dari klien yang sudah login akan ditandai koneksinya menggunakan mark-connection dan mark-packet agar setiap paket dapat dibaca oleh queue tree. Mark-connection berfungsi untuk membuat jalur untuk koneksi data yang direquest jaringan masuk maupun keluar, dalam hal ini semua data akan tertandai koneksinya. Jalur ini akan diberi nama dari new connection-mark untuk ditujukan ke rule berikutnya yaitu rule mark-packet untuk setiap klien dengan alamat destinasi paket ke setiap klien yang sesuai dengan alamat IP tersebut. Dalam mark-packet ini akan membuat new packet-mark sebagai penanda jalur paket untuk dapat dibaca pada setiap queue tree dan ditempatkan sesuai nama mark-packet tadi.
Gambar 9 Mangle pada Firewall Mikrotik
10
Pembagian bandwidth pada queue tree dilakukan pada setiap child queue yang merupakan queue untuk client hotspot. Total bandwidth yang disediakan adalah 1 Mbps, dan jumlah total client yang akan disediakan adalah 10 client, maka kecepatan untuk limit-at bandwidth tiap client adalah minimal 100 kbps, sedangkan untuk max-limit bandwidth diberikan sebesar 1 Mbps. kecepatan maxlimit akan tercapai apabila bandwidth yang tersisa masih mencukupi untuk digunakan client. Total bandwidth pada limit-at tidak bisa melebihi max-limit pada queue parent all-download agar semua bandwidth limit-at pada queue client dapat terpenuhi jika semua queue aktif, jika tidak maka akan terjadi monopoli trafik bandwidth.
Gambar 10 Manajemen Bandwidth Queue Tree
Implementasi HTB dilakukan pada setiap client yang merupakan child dari all-download. HTB akan bekerja jika queue client berada pada di bawah setidaknya 1 level parent. Untuk queue client 1 sampai 3 yang nantinya untuk pengguna yang paling aktif dan penting, pada konfigurasi priority diubah menjadi level 1 yang berarti paling diprioritaskan. Sehingga queue akan mementingkan bandwidth max-limit pada queue client 1 sampai 3 terpenuhi lebih dulu bila semua limit-at queue sudah tercapai. Jika sudah terpenuhi maka sisa bandwidth akan disalurkan pada queue client prioritas yang lebih rendah lainnya. Percobaan dilakukan pada jaringan rt/rw net ini saat para pengguna yang berbeda tingkat prioritas dalam melakukan aktifitas download bersama-sama, seperti yang terlihat dalam Gambar 11 menunjukkan bahwa kecepatan download berbeda-beda sesuai dengan tingkat prioritas setiap client dimana prioritas tertinggi mendapatkan bandwidth download yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa metode HTB bekerja sesuai dengan tujuan.
11
Gambar 11 Queue Tree menggunakan Metode HTB
Kemudian pengujian selanjutnya dilakukan dengan satu klien dengan priority level 1 melakukan aktivitas membuka beberapa halaman web dan media social, sedangkan klien dengan prioritas dibawahnya melakukan download dengan menggunakan IDM bersama-sama. Jika dilihat dari beberapa client yang diuji coba dengan level prioritas berbeda melalui aplikasi Bandwidth Meter, seperti pada Gambar 12 didapatkan bahwa client dengan prioritas level 1 mendapatkan bandwidth yang lebih besar dan cukup untuk membuka halaman web tanpa terganggu dengan aktifitas download klien yang lain dengan prioritas dibawahnya, sehingga kecepatan dalam membuka halaman web berlangsung singkat. Untuk Gambar 13 menjelaskan untuk client yang ditambahkan pada pengujian ini memiliki prioritas lebih rendah yaitu level 2 memiliki bandwidth download yang lebih rendah meski memakai IDM (Internet Download Manager) untuk mengunduh file, namun bandwidth masih diatas batas limit-at dan lebih besar dari client prioritas level 3 dibawahnya seperti pada Gambar 14.
Gambar 12 Grafik Bandwidth pada Queue Client Priority 1
12
Gambar 13 Grafik Bandwidth pada Queue Client Priority 2
Gambar 14 Grafik Bandwidth pada Queue Client Priority 3
Dari hasil pengujian dan grafik di atas didapatkan bahwa kecepatan download yang cenderung stabil, tidak melalui batas minimal limit-at maupun batas maksimal dari max-limit namun tetap menjaga nilai prioritas yang diberikan pada tiap client, dan juga didapatkan perubahan bandwidth karena adanya peminjaman atau meminjamkan bandwidth dari dan ke klien lain yang tidak terpakai. Dengan terbaginya bandwidth pada klien prioritas 1 sebagai prioritas tertinggi dari klien yang lain maka akses membuka pada klien prioritas 1 tidak terganggu dengan aktifitas download klien dengan prioritas yang lebih rendah, 13
dan aktifitas klien prioritas rendah juga tidak terganggu aktifitas download-nya karena klien prioritas lebih tinggi yang lain hanya meminjam bandwidth dalam waktu singkat, sehingga kecepatan download tidak berkurang secara signifikan. 5.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian, dan pengujian yang telah dilakukan tentang perancangan management bandwidth pada jaringan Rt/Rw net dengan menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) di desa Karang Duwet dapat disimpulkan bahwa penggunaan prioritas pada setiap klien pada queue tree mampu membantu kebutuhan jaringan dalam membagi bandwidth sesuai dengan kebutuhan klien yang berbeda-beda. Pengguna aktif browsing dan mendapat prioritas paling tinggi akan mendapat bandwidth yang lebih besar dari pengguna lain yang kurang sering aktif dan pengguna yang sering melakukan download atau prioritas yang lebih rendah lainnya. Sehingga tidak ada trafik monopoli bandwidth dan tidak ada bandwidth yang terbuang percuma bila tidak dibutuhkan. Namun sistem yang dibangun masih mempunyai kelemahan, diantaranya masih melakukan konfigurasi manual jika terdapat klien yang berhenti berlangganan dan diganti dengan klien baru atau kondisi lain dimana aktifitas klien yang berubah, sehingga perlu melakukan monitoring ulang aktifitas klien baru untuk menetapkan prioritas mana yang tepat agar cocok dengan kebutuhan klien baru tersebut. Saran untuk penelitian berikutnya yaitu dengan mengembangkan sistem manajemen bandwidth yang fleksibel sesuai dengan aktifitas klien, sehingga bila terdapat perubahan klien atau perubahan aktifitas jaringan pada klien sistem tetap dapat mengatur bandwidth dengan efisien sesuai kebutuhan klien.
6.
Daftar Pustaka
[1] Prabowo, Tito dan Krisnadi, Amri. 2010. Manajemen Bandwidth menggunakan Queue Tree pada RT/RW Net di Dusun Sulang Kidul Patalan Jetis Bantul Yogyakarta. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM. [2] Ghoni , Muhammad Mahfud Abdul, 2013. Perancangan Manajemen User Pada Hotspot Menggunakan Mikrotik. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. [3] Riyadi, Valens. Mendalami HTB pada QoS RouterOs Mikrotik. http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=29. diakses pada tanggal 13 Februari 2015. [4] Goldman. J dan Rawles,P. 2000. Applied Data Communications, A business Oriented Approach, 3rd Edition, John Wiley & Sons : USA. 14