Running Test Sukses, U.A.R.T. G-UV Melaju ke Shell EcoMarathon Asia 2017 U.A.R.T. G-UV (Uber Allies Racing Gasoline Urban Vehicle) mobil irit berwarna merah terang ini adalah kebanggan ITN Malang. U.A.R.T. G-UV diluncurkan oleh ITN Malang, Rabu (15/02). Peluncuran ditandai dengan running test oleh driver handal Irvan Yulian Mahardika, mahasiswa teknik mesin semester tujuh. Running test dilakukan di halaman gedung Rektorat Kampus I ITN Malang. Irvan yang biasa balapan ini dengan cekatan mengendalikan kemudi memutari rintangan demi rintangan dengan sukses. Tak lupa pula dengan bangga Rektor ITN Malang Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT., sempat mencoba duduk di belakang kemudi sambil mengacungkan jempol kanan tanda salut terhadap U.A.R.T. G-UV. Mobil inilah yang akan melaju ke Shell EcoMarathon Asia 2017 di Singapura. (sar)
Ahli ITN Malang: Monorel Malaysia Cocok Diterapkan Di Malang Mimpi masyarakat Kota Malang untuk memiliki alat transportasi monorel semakin dekat, dan tak lagi akan tereaslisasi. Berbagai bidang kajian telah dilakukan oleh para ahli. Yang terbaru adalah dikirimnya ahli ITN Malang, Ir. Budi Fatoni, MT, ke Singapura dan Malaysia. Budi, sapaan akrabnya, dikirim khusus mempelajari sistem monorel di dua negeri jiran itu untuk diterapkan di Kota Malang.
Sepulang kunjungan dari dua negara itu pada 16-19 Februari lalu, dosen teknik arsitektur tersebut menyatakan bahwa pola monorel di Malaysia lebih cocok dengan Kota Malang ketimbang di Singapura. Karena situasi kota dan struktur masyarakat di Malaysia hampir sama dengan di Malang. Misalnya, sama-sama memiliki perkotaan yang padat penduduk sehingga banyak bangunan yang berhimpitan dan banyak gedung high rest di sepanjang jalur monorel. “Di stasiun monorel Malaysia itu juga masih ada PKL, cuma sudah diatur sedemikian rupa sehingga tertata dan tidak mengganggu keindahan,” terang Budi saat ditemui di kampus I. Pola Malaysia ini, imbuh Budi, dapat dipelajari untuk diterapkan di Kota Malang tentu saja dengan modifikasi sehingga tidak menghilangkan ke khasan Kota Malang. Misalnya, nanti di setiap stasiun dibangun berdasarkan ke khasan daerah itu, termasuk bisa kuliner khas daerah itu juga bisa dijual di setiap stasiun itu. “Malang nanti ada sekitar 8 stasiun. Misalnya stasiun Sumbersari, itu apa maknanya. Apakah itu bermakna bunga atau bukan, kalau bermakna bunga bisa nanti desain stasiunnya seperti bunga,” kata dia. Untuk mendapatkan desain stasiun yang bagus ini, menurut Budi, bisa dilombakan pada para ahli di Malang atau bahkan tingkat nasional. Dengan begitu pemerintah Kota Malang dapat memilih desain yang terbaik. Dan yang penting lagi adalah bagimana pengaturan PKL di stasiun sehingga tidak digusur melainkan ditata. Bagaimana dengan Singapura hal apa yang bisa diambil? Menurut pria asli Malang itu, di Singapura sistemnya sudah sangat maju. Monorel di sana sudah tidak menggunakan masinis beda dengan Malaysia yang masih menggunakan. Sehingga Singapura membutuhkan masyarakat yang sangat disiplin, karena semua sudah otomatis. “Kalau telat dikit saja ya sudah ketinggalan, karena otomatis semua,” ujarnya. Namun demikian, Budi yakin masyarakat Kota Malang ke depannya
akan dapat se disiplin seperti masyarakat Singapura. “Monorel ini harus segara kita wujudkan, karena soal ini kita sudah ketinggalan. Kalau ahli mengatakan Jakarta ketinggalan lima tahun. Maka, Kota Malang sudah ketinggalan 15 tahun dari Malaysia dan Singapura,” katanya. (her)
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti Puji Lembaga Riset ITN Malang Keberhasilan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang meningkatkan prestasi riset dari binaan ke utama mendapat pujian dari Prof. Ocky Karna Radjasa, Ph.D, direktur riset dan pengabdian masyarakat Kemenristekdikti. Hal ini dinyatakan pada saat menjadi pembicara di acara SENIATI (Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri) 2017 ruang Amphi kampus II beberapa waktu lalu. Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenistek Dikti Puji ITN MalangMenurut pria asal Purwokerto itu, prestasi ITN Malang ini membanggakan jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi (PT) yang ada di Indonesia. Saat ini ada sebanyak 3.426 PT. Dari jumlah ribuan ini hanya ada 25 yang masuk kluster mandiri dan 73 yang masuk utama termasuk salah satunya ITN Malang. “Harapan pemerintah, nanti kluster yang lebih tinggi dapat membina PT lain yang masih di bawahnya,” kata pria yang akrab disapa Ocky itu. Dalam kesempatan itu, Ocky juga mengapresiasi konsistensi kampus biru yang konsisten dengan green technology. Pasalnya saat ini pemerintah sudah membuat tiga prioritas riset yang diutamakan, yaitu pangan, kemaritiman, dan green technology.
“Kita sudah buat induk riset nasional dari 2014 hingga 2040 mendatang. Di dalam panduan ini telah diatur penelitian prioritas salah satunya green technology,” tuturnya saat diwawancarai di sela-sela acara. Riset terbarukan ini terus dikembangkan pasalnya secara nasional Indonesia masih berada di bawah negara-negara maju. Sementara sumberdaya energi dan pangan terus menipis seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Karena teknologi energi terbarukan sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi masa yang akan datang. (her)
Rektor ITN Malang: Kami Terus Berupaya Berpartisipasi Pada Event Internasional Berpartisipasinya Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang pada gelaran kontes mobil irit internasional di Singapura menjadi momentum baru. Pasalnya sejauh ini yang sering berkontestasi di ajang internasional adalah paduan suara. Ini berarti keterlibatan kampus biru pada ajang dunia semakin meningkat. “Kami akan terus berupaya berpartisipasi pada event internasional, tidak hanya bidang teknik mesin kedepannya tetapi pada semua jurusan,” terang Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, Rektor ITN Malang usai memotong pita lauching mobil irit bersama tim UART G-UV (Uver Allies Racing Gasoline Urban Vehicle) di aula kampus I. Pria asal Lombok itu juga menyatakan keterlibatan dalam event internasional ini sangat penting bagi perealisasian renstra ITN Malang ke depannya. Dimana kampus biru menargetkan world class university pada 2035 mendatang. “Mungkin saat ini masih
memulai dari Singapura dan level Asia, tetapi nanti ke depannya bisa ke Eropa,” lanjut alumni Universitas Teknologi Malaysia (UTM) itu. Dalam kesempatan tersebut, Lalu juga menyampaikan supportnya kepada tim UART G-UV serta berharap ITN Malang mendapat prestasi yang baik di ajang ini. Menurut pria empat anak itu, sejauh ini ITN Malang sudah membuktikan kualitasnya di ajang nasional. Yaitu dengan menjadi juara I lomba kapal cepat tanpa awak pada 2016, dan juara III mobil irit pada 2014 lalu. “Semoga nanti di Singapura kita bisa mendapat prestasi yang terbaik,” lanjutnya. Sebelum acara selesai, Lalu sempat mencoba masuk ke dalam mobil seberat 215 kilogram itu untuk memastikan kenyamanan dan safetynya. Dalam acara lauching ini juga turut hadir wakil rektor III bidang kemahasiswaan Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT, Dekan Fakultas Teknik Industri, Dr. Ir. F. Yudi Limpraptono, MT, Kepala Jurusan Teknik Mesin, Sibut, ST, MT, dan Kepala humas, Elizabeth Catur Yulia, SH. (her)
Berbekal Pernah Juara Nasional, ITN Malang Optimis Terbaik di Singapura Meskipun baru yang pertama kali ikut kontes mobil irit Shell Eco Marathon tingkat Internasional di Singapura, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang optimis dapat menjadi yang terbaik. Optimisme ini mengacu pada capaian kampus biru selama ini yaitu pernah menjadi juara III di level nasional.
“Kriteria lomba kali kami sangat menguasai, karena kami pernah juara III di level nasional pada 2014 laludan berkali-kali lolos. Untuk itu kami sangat optimis terbaik nanti di Singapura,” terang Anissatul Karimah, manajer tim UART G-UV (Uber Allies Racing Team Gasoline Urban Vehicle) saat diwawancara dalam acara Grand Launching Kreativitas Mahasiswa Mesin S-1 ITN Malang 2017 di aula kampus I. Pengalaman tingkat nasional inilah yang terus dikembangkan oleh tim UART G-UV dengan melakukan penelitan lanjutan di beberapa bidangnya sehingga dapat disempurnakan. Menurut, Anissatul secara umum tidak ada perubahan dengan mobilnya kali ini, tetapi telah dilakukan pengembangan sehingga performa mobilnya akan lebih baik. “Penelitian kita sudah tahunan, sejak ikut lomba tingkat nasional. Tetapi untuk pembuatan mobil ini kami mulai sejak pertengahan 2016 lalu,” kata dara asal Kepanjen Malang itu. Sayangnya,
Anissatul
belum
bisa
meceritakan
spesifikasi
pengembangannya lebih teknis lagi karena itu bagian dari rahasia kekuatan mobil. Namun dia mengatakan bahwa pada lomba 2014 mobilnya menghabiskan satu liter premium untuk jarak sejauh 83 kilometer. Kemungkinan kali ini akan lebih efisein lagi. “Maaf ya, nanti setelah lomba bisa kami ceritakan lebih detail lagi,” kata dia. Menurut mahasiswi 20 tahun itu, dalam lomba yang akan digelar pada 15 hingga 19 Februari mendatang akan menilai dua hal yaitu efisiensi bahan bakar dan kecepatan laju mobil. “Jadi nanti kalau kita menang diadu kecepatan, maka akan dikirim ke ajang selanjutnya di London. Doakan ya,” ujarnya. Sementara itu, Irvan Yulian Mahardika, sopir mobil bernomor 1817 menceritakan bahwa pertama mencoba ada sedikit kesulitan dikarenakan ban kecil padahal pemuda yang suka cross itu biasanya menggunakan mobil ban normal. Namun setelah mecoba beberapa kali sudah terasa meyatu dengan mobil berwarna merah itu. “Selain itu, ada beberapa kendala lain saat uji coba
seperti bautnya copot dan pernah nabrak juga. Tapi sekarang sudah biasa,” lanjut mahasiswa asal Kalimantan itu. Irvan juga menceritakan kecepatan puncak mobil ini adalah 90 kilometer per jam dengan berat 215 kilogram. Namun nanti dalam lomba hanya akan dipacu pada kecepatan 60 kilometer per jam. Tim UART G-UV terdiri dari 7 orang di antaranya: Anissatul Karimah, Irvan Yulian Mahardika, Sholekhudin, Handrianus Hibur Janu, Muhammad Imron, Maolana Waliyul Amri, dan Wisnu Aribudiawan Rahman. Sementara dosen pendamping yaitu Eko Yohanes Setyawan, ST, MT. (her)
ITN Malang Luncurkan Mobil Hemat Energi Untuk Ajang Internasional di Singapura Tepuk tangan yang meriah pantas rasanya diberikan pada Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Betapa tidak, kampus biru ini berani beradu kreativitas di ajang internasional, yaitu lomba mobil irit kriteria gasoline tingkat Asia di Singapura. Kepastian berpartisipasinya kampus beralamat Jl. Sigura-gura ini ditetapkan setelah Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, Rektor ITN Malang me-lauching tim beserta mobil sebelum dipaketkan ke negara patung singa itu di Aula kampus I kemarin. Anissatul Karimah, manajer tim yang diberi nama UART G-UV (Uber Allies Racing Team Gasoline- Urban Vehicle), menceritakan bahwa ini merupakan pengalaman pertama di ajang internasional. Namun untuk level nasional timnya sudah
beberapa kali berpartisipasi. “Untuk nasional kita sudah dua kali ikut, tahun 2012 dan tahun 2014,” terang dara asal Kepanjen Malang tersebut. Pengalaman itulah yang membuat dirinya berani ikut di ajang yang akan gelar pada 15-19 Februari mendatang. Anissatul, sapaan akrabnya, merasa sangat spesial dengan lomba kali ini bukan hanya karena pertama kali, tetapi dirinya memiliki kesempatan untuk bersaing dengan setidaknya 122 negara se-Asia dan sekitar 300 tim. ITN Malang merupakan satu dari tiga kampus Malang yang ikut di ajang ini. Dua kampus lainnya adalah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Brawijaya (UB). Dalam acara bertajuk Grand Launching Kreativitas Mahasiswa Mesin S-1 ITN Malang 2017 itu, mahasiswi 20 tahun itu juga bercerita proses pendaftaran hingga dinyatakan boleh mengikuti kontes mobil irit Shell Eco-Marathon itu. Ada tiga tahap yang harus dilalui. Tahap I pendaftaran online membuat review, design, dan penggeraknya. Tahap II akomodasi berkaitan dengan reservasi dan transportasi. Tahap III pengiriman mobil. “Pendaftaran kita pada pertengahan 2016 lalu, dan sekarang tinggal saving mobil,” tuturnya. Tim UART G-UV terdiri dari 7 orang di antaranya: Anissatul Karimah, Irvan Yulian Mahardika, Sholekhudin, Handrianus Hibur Janu, Muhammad Imron, Maolana Waliyul Amri, dan Wisnu Aribudiawan Rahman. Sementara dosen pendamping yaitu Eko Yohanes Setyawan, ST, MT. (her)
Bengkel Artikel Guru Besar
dan Doktor ITN Malang Untuk Antisipasi Permen 20/2017 Ditekennya peraturan menteri riset dan teknologi nomor 20/2017 pada tahun ini membawa dampak yang penting bagi dosen dan guru besar di universitas. Betapa tidak, pada peraturan itu ada kewajiban ilmiah yang harus dituntaskan oleh para dosen. Khususnya pada pasal 4 dan 8. Pasal 4 mengatakan bahwa selama tiga tahun lektor kepala wajib membuat 3 artikel penelitian yang dimuat di jurnal nasional dan 1 artikel di jurnal intenasional. Sementara pasal 8 berkaitan dengan tunjangan kehormatan guru besar yang disertai dengan kawajiban membuat artikel. Selama tiga tahun wajib membuat 3 artikel di jurnal internasional dan 1 artikel di jurnal internasional bereputasi. Tentu saja bagi sebagian dosen ini terkesan memberatkan, namun tidak sama sekali bagi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, Rektor ITN Malang, menyatakan peraturan ini justru memberi dorongan bagi Perguruan Tinggi untuk mengatur strategi dan langkah-langkah. Saat ini kampus biru, imbuh Lalu, telah melakukan dua langkah penting menghadapi peraturan ini. Di antaranya: mempersiapkan dosen yang sudah lektor kepala untuk segera membuat artikel dari riset yang sudah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya. “Karena banyak dosen yang sudah melakukan penelitian tinggal dibuatkan artikrlanya saja,” tutur pria asal Lombok itu saat ditemui di ruang kerjanya. Kemudian langkah kedua adalah membuat bengkel artikel guru besar dan doktor untuk membuat program percepatan penyelesaian artikel. Di sini juga akan dilibatkan pakar-pakar dari luar ITN Malang untuk memberi tambahan trik-trik pembuatan artikel. “Para pakar ini nanti bisa dilibatkan dalam bentuk worshop dan kegiatan yang membantu lainnya,” lanjut alumni Universitas Teknologi Malaysia (UTM) itu. (her)
Bertekad Padukan Kuliner dan Destinasi Wisata, ITN Malang Gelar Lomba Menyadari potensi Malang sebagai salah satu kawasan destinasi wisata di Indonesia, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengambil peran. Kali ini kampus biru tersebut bertekat memberi sumbangsih konsep wisata yang berpadu dengan kuliner. Untuk mewujudkan ini telah diselenggarakan lomba yaitu pengembangan destinasi wisata Malang Raya dan peningkatan ekonomi masyarakat Malang Raya. Dr. Ibnu Sasongko, koordinator kegiatan, sejauh ini antara wisata dan kuliner di Malang terpisah-pisah. Bahkan mencari tempat kuliner yang lengkap dan betul-betul khas Malang susah ditemukan di Kota dingin ini. Padahal, imbuh pria yang juga dosen PWK itu, wisatawan asing maupun lokal luar Malang sering bertanya makanan khas Malang. “Kemarin ada orang Belanda pas diajak makan mau hanya dengan makanan khas Malang. Tetapi kita bingung dimana pusat makanan khas Malang,” kata dia. Untuk itu, pengemasan kembali dengan menghadirkan makanan khas Malang yang dipadukan dengan wisata akan menjadi sesuatu yang baru. Dan sepertinya sejauh ini belum terpikirkan oleh pemerintah. “Kegiatan ini bagian dari pengabdian masyarakat kita sebagai orang-orang akademik di kampus,” kata pria asli Malang itu. Sementara itu, Muhammad Reza, ST, MURP, sekretaris kegiatan juga meyakini bahwa ada banyak makanan khas Malang yang belum dikelola dalam konsep kuliner yang menarik. Sehingga yang ditemukan di hanya makanan yang sebetulnya bukan khas Malang
misalnya, bakso. “Makanan khas Malang itu kayak cenil dan gatul. Tapi dimana kita dapat makanan itu lagi sekarang. Ini yang harus difasilitasi,” kata pria asal Sulawesi Selatan itu. Karena itu, dalam acara yang merupakan rangkaian dari IACAC (ITN Award for Creative Achievement and Competition) itu diyakini dapat memberi sumbangan gagasan dan ide untuk pengembangan wisata kuliner Kota Malang yang lebih baik. “Saya sangat yakin hasilnya sangat bermanfaat. Sebelumnya kami sudah pernah membuat site plannya bersama mahasiswa dan itu sangat bagus sekali. Untuk itu nanti hasil terbaik dari lomba ini akan diserahkan pada pemerintah,” tutur Reza sembari menunjukkan site plan yang telah dibuatnya. (her)
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang Mendapat ISO 9001:2008 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang resmi mendapat ISO 9001:2008. Sertifikat tersebut diserahkan langsung oleh Rudi Wijaya, branch manager Badan Sertifikasi European Quality Assurance (EQA), dan diterima oleh Rektor ITN Malang Dr Ir Lalu Mulyadi MT di gedung serbaguna Kimia Kampus I ITN Malang, Sabtu lalu (16/7). Seluruh civitas academica ITN Malang boleh berlega hati, pasalnya kampus biru itu telah lolos dalam hal sistem manajemen mutu yang berstandar internasional. Rudi Wijaya menjelaskan, dengan sertifikat ISO (International Standard Organization) akan lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada ITN Malang. Sertifikat ISO juga sebagai batu loncatan untuk lebih baik lagi, tentunya dalam hal peningkatan kualitas serta standar mutu. ”Proses sertifikasi sudah
selesai, tapi sistem harus terus berjalan. Ke depannya tiap tahun akan dilakukan evaluasi lebih lanjut. Semoga ke depannya standar mutu ITN akan lebih baik lagi,” tuturnya. ITN Malang sudah dikenal masyarakat dengan mutu pendidikan yang sangat baik, ini sudah terbukti dengan diperolehnya akreditasi B. Hanya ada beberapa perguruan tinggi saja yang mendapat akreditasi B, dan masih banyak yang mendapat akreditasi C. Dengan adanya persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan, maka ITN Malang perlu melakukan terobosan baru yaitu melalui ISO. ”Dengan sertifikat ISO ini, kami (ITN Malang) harus lebih berhati-hati. Hati-hati dalam mempertahankan sistem manajemen mutu, bahkan harus ditingkatkan ke depannya,” pesan Lalu. Pria berkacamata ini juga berpesan bahwa kebaikan-kebaikan ITN harus disampaikan kepada masyarakat, bukan keburukannya. ITN Malang tidak boleh kalah dengan perguruan tinggi lainnya. Sistem manajemen mutu harus dipertahankan, baik oleh internal maupun eksternalnya.
ITN Malang Masuk Forum Rektor Dunia
Anggota
Tekad Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang untuk menjadi world class university berjalan perlahan namun pasti. Kepastian tersebut setelah kampus biru ini masuk dalam daftar acara 8th University President Forum (UPF) atau forum rektor dunia di Universitas Teknologi Malaysia. Dalam acara yang berlangsung antara 8 hingga 10 Agustus tersebut, dihadiri oleh 128 delegasi dan 35 rektor dari 61 universitas di 19 negara.
Beberapa universitas yang hadir di antaranya Kyoto University Jepang, Seoul National Univesity of Science and Technology Korea, Mahasarakham University Thailand, dan dari beberapa negara lainnya. ”Kalau dari Malang, yang hadir ITN Malang dan Universitas Negeri Malang (UM),” terang Dr Ir Lalu Mulyadi MT, rektor ITN yang menghadiri acara dengan ditemani oleh Dr Eng Ir I Made Wartana MT, wakil rektor III ITN Malang. Menurut Lalu, masuknya kampus tersebut menjadi suatu kebanggaan atau langkah positif bagi kemajuan ITN Malang. Pasalnya, untuk menjadi world class university tidak bisa hanya bergerak di tingkatan lokal, melainkan harus bergaul di kawasan global. ”Apalagi tidak semua universitas diundang ke acara tahunan ini. Untuk bisa masuk, harus memiliki kualifikasi tertentu,” imbuhnya. Sementara I Made Wartana menjelaskan beberapa kegiatan yang dilakukan selama forum berlangsung. Di antaranya diskusi tentang bagaimana membangun kampus yang dapat masuk dalam ranking dunia, kemudian mendengarkan beberapa presentasi dari rektor beberapa kampus besar dunia. ”Dari presentasi itu, kami dapat belajar banyak hal tentang bagaimana mengelola kampus dengan baik. Dan itu dapat kita adopsi untuk diterapkan di ITN Malang,” terangnya.