rumah pembelajar
Strategi Sukses 17 Mahasisw
a Berprestasi Indonesia
M. Iffan Fanani & Muhammad Ichsan
Sukseskan Mudamu! Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Oleh:
M. Iffan Fanani Muhammad Ichsan
Pengantar: “There is nothing new under the Sun”
Sukseskan Mudamu! Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia M. Iffan Fanani dan Muhammad Ichsan ©2011 M. Iffan Fanani dan Muhammad Ichsan
Cetakan Pertama, Oktober 2011
Penyunting: Taufan E. Prast dan Tim Editor Rumah Pembelajar Pemeriksa Aksara: Tim Editor Rumah Pembelajar Penata Sampul: imanz Penata Letak Isi: imanz Produksi: midoriprinting
Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit Rumah Pembelajar Perum Bukit Cengkeh 1, Jl. Jambi A7/8, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, 16951 Email:
[email protected] www.rumahpembelajar.com
ISBN: 978-602-19282-0-2
- -
Dipersembahkan untuk keridaan orang tua dan guru-guru kami, kebahagiaan istri dan anak kami, kelanggengan persahabatan dengan teman-teman kami, dan kecemerlangan masa depan seluruh anak muda Indonesia
Sambutan Saya menyambut buku “Sukseskan Mudamu! Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia” dengan penuh rasa kebanggaan dan kegembiraan. Saya bangga karena dari paparan buku ini tergambar bahwa pemuda-pemudi Indonesia adalah pemuda-pemudi yang sanggup berprestasi tinggi, baik di kancah dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan prestasi mereka, saya semakin yakin bahwa masa depan Indonesia akan semakin cemerlang. Saya juga berbahagia karena buku ini adalah bentuk sikap berbagi antar pemuda-pemudi Indonesia. Pemuda-pemudi kita memiliki kepedulian yang tinggi untuk maju dan meraih prestasi bersama-sama. Mereka berbagi pengalaman, pengetahuan, inspirasi, dan motivasi bagi pemuda-pemudi lain agar prestasi itu dapat dicitakan dan diraih oleh pemuda-pemudi lainnya. Penulis buku ini merekam pengalaman 17 mahasiswa berprestasi dengan baik dan mensarikannya untuk menemukan benang merah cara, sikap, dan bangunan mental 17 pemuda-pemudi itu dalam mencapai prestasi. Pengalaman yang pernah dialami oleh 17 mahasiswa berprestasi ini adalah pengetahuan berharga yang dapat ditularkan kepada adik-adik mereka. Sebagai seorang dosen, saya menyadari bahwa buku-buku tentang keteladanan seperti ini akan sangat penting keberadaannya, terutama bagi pemuda-pemudi yang masih berkuliah, agar mereka dapat menempuh
perkuliahannya
dengan
produktif
dan
bermanfaat,
sehingga pada gilirannya menyiapkan mereka menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat bagi Indonesia.
- -
Akhirnya, saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh pemuda-pemudi di seluruh Indonesia, demi masa depan diri dan bangsa yang lebih cemerlang di kemudian hari.
Depok, 10 November 2011
Sunardji, SE, MM Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Kerjasama Industri Universitas Indonesia
Lembar Dukungan ”Adalah kunci sukses para mahasiswa hebat yang diungkapkan dalam buku ini, menariknya bukan saja bicara tentang cara lulus dengan predikat terbaik, tetapi tentang karakter pemenang di masa datang yang dibangun mulai menjadi mahasiswa. Buku ini akan membantu Anda menjadi orang yang diperhitungkan dan berprestasi.” Maria Lihawa, General Manager Blue Bird Group
"Coba sewaktu saya kuliah dulu buku ini sudah ada. Buku ini memberikan panduan komprehensif yang sangat dapat diterapkan untuk sukses di berbagai aspek selama masa kuliah. Kemampuan buku ini untuk menginspirasi juga luar biasa. Membacanya membuat saya ikut merasa harus bangkit dan menyelesaikan tugas-tugas saya saat itu juga." Donny Eryastha, Mahasiswa Berprestasi Nasional Indonesia 2005, sekarang Mahasiswa Program Master di Harvard University, Kennedy School of Government
"Mahasiswa berprestasi yang cerdas dan idealis adalah aset besar bangsa ini. Mereka adalah vitamin untuk menyegarkan jiwa Indonesia yang sedang lesu. Merekalah bagian dari anak bangsa yang membuat kita selalu optimis dan bisa mengatakan bahwa harapan itu masih ada. Saya mengenal dengan dekat beberapa di antara mereka, mereka adalah mahasiswa sebagaimana mahasiswa lainnya yang bisa datang dari manapun, kalangan apapun, atau latar belakang apapun.
- -
Bedanya mereka selalu konsisten membangun kualitas dirinya, tidak pernah menyerah dalam berproses, dan mengatakan 'no excuse' untuk bisa terus maju. Mereka ibarat berlian diantara bebatuan lain yang berserakan di persada Indonesia." Banu Muhammad, Dosen FEUI dan Asisten Manajer Bidang Kemahasiswaan FEUI
"Pengalaman kemahasiswaan rasanya hampir sama dan selalu berulang. Mestinya buku ini terbit 30 tahun yg lalu ya. Buku ini membuka
pintu
rahasia
sukses
yg
sebenarnya.
Pengalaman
pribadi narasumber buku ini memberikan inspirasi penting,, bahwa siapapun berhak membangun impian dan menghadirkannya ke alam nyata, tentu saja tidak dengan sendirinya. Buku ini adalah bacaan yang memotivasi dan berguna bagi pelajar, mahasiswa, dan bagi mereka yang tidak ingin menyerah pada keterbatasan" Ahmad Marzuki, VP Human Resources, PT Kereta Api Persero, Mantan Direktur Operasi PT KAI Commuter Jabodetabek
"Tidak ada resep jadi mahasiswa sukses yang lebih ampuh daripada kisah nyata mahasiswa yang telah meraih kesuksesan itu. Baca buku ini untuk mengikuti jejak mereka, atau bahkan lebih baik dari mereka.” Ahmad Fuadi, Penulis Trilogi Negeri 5 Menara
"Sukseskan Mudamu! Buku yang sangat JOSS dan menginspiratif. Langsung praktik dan buktikan diri menjadi pribadi yang prestatif!
Mereka yang menjadi teladan ternyata adalah manusia biasa yang terus berproses untuk sukses dan luar biasa. Pastikan untuk selanjutnya, tokoh itu adalah Anda! Salam JOSS!" Akhmad Basori, Motivator JOSS Indonesia
- -
“There is nothing new under the Sun” Sebuah Pengantar Ini adalah buku tentang kerelaan mereka untuk berbagi, keinginan mereka untuk maju bersama-sama, dan tentang persahabatan kami, anak-anak muda Indonesia. Karena dengan adanya kerelaan, keinginan, dan persahabatan ini, kami memiliki kesempatan untuk menyerap pengetahuan yang berharga, yang memungkinkan untuk ditulis dalam sebuah buku seperti ini. Ada 17 (tujuh belas) pemuda-pemudi, sahabat dan adik-adik kami, yang rela dan berbaik hati untuk berbagi kepada kita semua tentang pengalaman mereka menjalani masa-masa perkuliahan, sekaligus bagaimana mereka mampu meraih prestasi terbaik dalam masa itu. Diluar mereka adalah sahabat-sahabat kami, mereka memiliki keinginan yang besar untuk mengajak anak-anak muda Indonesia berkolaborasi
membangun
Indonesia
dengan
kompetensi
dan
integritas. Untuk itu, anak muda Indonesia harus mengawalinya dengan bahu-membahu mendukung penciptaan prestasi-prestasi penting saat ini. Atas permintaan kami, 17 alumni mahasiswa ini berbagi tentang bagaimana mereka berhasil meraih prestasi-prestasi penting, seperti: -
menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dan mencapai nilai akademik terbaik
-
menjuarai kompetisi mahasiswa teladan
-
menjuarai kompetisi ilmiah mahasiswa dan berbagai jenis kompetisi mahasiswa lainnya
-
-
-
menjadi peserta pertukaran mahasiswa ke luar negeri
-
menerima anugerah beasiswa terbaik
-
menjadi pemimpin utama organisasi-organisasi mahasiswa
-
memiliki teman-teman yang banyak dan berkualitas, dan
-
meraih berbagai prestasi penting lainnya semasa mahasiswa.
Seperti kata pepatah ”There is nothing new under the sun”, tidak ada yang baru di dunia ini kecuali pengulangan masalah yang sama oleh orang yang berbeda. Dengan alasan inilah ilmu pengetahuan dan sejarah didokumentasikan. Dengan alasan ini pula, budaya berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan adalah isu yang dianggap penting dalam khazanah ilmu manajemen dewasa ini. Dengan berbagi, manusia dapat menghindari ”reinventing the wheel”, bersusah payah menemukan apa yang sebenarnya sudah pernah dibuat. Sesuatu yang sia-sia. Dengan berbagi, manusia dapat belajar lebih cepat sehingga sumber daya dapat difokuskan pada upaya peningkatan dari apa yang sudah ada. Dengan cara ini, peradaban manusia dapat berkembang lebih maju lagi. Bagi mahasiswa, belajar dari para ”senior” yang lebih dahulu sukses adalah cara terbaik untuk mengambil inspirasi, teladan, dan petunjuk. Masa mahasiswa yang umumnya ditempuh dalam 4 sampai 6 tahun adalah waktu yang singkat untuk beradaptasi, lebih-lebih untuk menyadari hal penting apa yang harus dimiliki atau diraih. Dengan mengambil pelajaran dari pendahulu, mahasiswa dapat memaksimalkan waktunya yang singkat untuk proses pengembangan diri yang efektif dan pencapaian prestasi penting, syukur-syukur
--
mampu melampaui apa yang sudah dicapai mahasiswa-mahasiswa sebelumnya. Buku ini ditulis berdasarkan studi sederhana atas 17 pemuda-pemudi yang dulunya dianggap berprestasi semasa mahasiswa. Buku ini mencoba
memformulasikan
jawaban
yang
komprehensif
atas
pertanyaan utama ”Bagaimana cara para mahasiswa itu mampu mencapai prestasi yang tinggi?”. Hasil studi kami adalah temuan bagi mahasiswa yang peduli dengan masa depannya. Temuan kami menjadi petunjuk bagi mahasiswamahasiswa tentang bagaimana mereka sebaiknya merencanakan, mengelola, dan menjalani masa-masa perkuliahan. Tujuannya jelas, agar masa kuliah tidak sia-sia, agar masa kuliah menjadi lebih bermanfaat, agar masa kuliah berhasil mengantarkan mahasiswa menjadi figur yang siap mandiri dan berkarya dalam masyarakat. Buku ini adalah hasil studi empiris, karenanya kami berharap pembaca akan mendapati inspirasi, teladan, dan petunjuk yang empiris, hal-hal nyata yang pernah dialami oleh para mahasiswa berprestasi, dan bukan sesuatu yang normatif. Buku ini berusaha memotivasi dan mengedukasi pembaca melalui fakta-fakta. Agar buku ini bermanfaat, kami mengajak pembaca untuk membuka pikiran dan hati, sebagaimana lazimnya sikap mencari ilmu. Ketujuh belas pemuda-pemudi di buku ini berasal dari berbagai universitas yang besar kemungkinan berbeda dengan universitas di mana pembaca menuntut ilmu saat ini. Suatu keadaan yang sering kali menghambat sebagian kita untuk rela belajar dan ikhlas meneladani. Mari kita sadari bahwa kita tidak sedang berbangga-bangga dengan universitas. Kami mengajak pembaca untuk belajar, dan mencari
-
-
keteladanan, tanpa mempedulikan sekat-sekat tanpa makna, apalagi sekadar sekat ”asal universitas”. Kami, melalui buku ini, hanyalah ”penyambung” ilmu. Ucapan terima kasih layaknya disampaikan dengan tulus kepada 17 Mahasiswa Berprestasi yang bersedia berbagi pengalaman dan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Kepada Ferdi, Zaky, Alief, Boy, Ari, Awid, Devi, Dian, Ghofar, Goris, Fitra, Ical, Didi, Fajrin, Purba, Rangga, dan Shofwan, kami haturskan terima kasih. Semoga buku ini menjadi amal yang tidak terputus bagi sahabat-sahabat semua. Alief Aulia Rezza, secara khusus kami haturkan terima kasih tambahan kepada beliau. Selain ikut berbagi dalam buku ini, beliau juga menyempatkan waktunya untuk menjadi penyunting akhir naskah buku. Bagi kami, suntingan beliau membuat buku ini menjadi lebih ringkas dan enak dibaca. Muhammad Iman adalah penata sampul, penata letak isi, dan pengelola proses produksi buku ini. Terima kasih Iman, atas kreatifitasnya, kesabarannya, dan kegigihannya untuk mengejar tenggat waktu. Anda sungguh dapat dihandalkan. Ucapan terima kasih yang mendalam tentu saja kami sampaikan kepada orang-orang yang menyentuh kehidupan pribadi kami setiap hari. Orang tua, istri, dan anak-anak kami, merekalah yang turut merasakan bagaimana perjuangan keras menyelesaikan buku ini. Dukungan dan do‟a mereka membuat energi kami terus terbarukan. M. Iffan Fanani Muhammad Ichsan
- -
Daftar Isi
“There is nothing new under the Sun” - Sebuah
viii
Pengantar
Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka!
1
– Pendahuluan
I.
Kita perlu ”Tendangan tanpa Bayangan”
17
- Sebelumnya, Kita harus Malu dengan Mereka - Inilah Kekuatan Prestasi itu - Mahasiswa, Siapkan Dirimu!
II.
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
35
- Menyoal Lingkaran Setan Kemiskinan - Stop Excuse!, Mereka Terbukti Berhasil - Cerita Kesuksesan Mahasiswa dari Titik Nol - Menyiasati Masalah-Masalah Bawaan
III.
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan - Terkadang, Harga Kesuksesan itu hanya berupa Keberanian - Mahasiswa Berprestasi: Keberanian adalah Modal Awal mereka - Keberanian apa yang Kita Butuhkan - Adakah Alasan untuk Merasa Takut? - Bagaimana Menumbuhkan Keberanian?
-
-
75
IV.
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
117
- ”Kemana Kamu akan Pergi?” - Mahasiswa Berprestasi: Mereka Memiliki Keinginan - Bagaimana Mereka Mendefinisikan Keinginan? - Lampau Batas Diri! - Mulai dari yang Kecil! - Bagaimana Menjaga Semangat? - Bersabar dengan Jurusan yang ”Salah”
V.
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
165
- Ini Bukan Ilmu Laduni - Kuliah: Urusan yang Paling Utama - Ini Bukan tentang IPK Cumlaude - Bagaimana Mereka Mengelola Prioritas? - Ragam Cara Belajar Mahasiswa Berprestasi - Kita juga perlu Bersantai
VI.
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
195
- Mengapa Mereka Butuh Jaringan Sosial? - Siapa yang harus Dikenal? - Bagaimana Mencari Teman?
VII.
Menciptakan Dukungan Sekitar - Tuhan adalah Penguasa segalanya - Jasa Orang Tua Tidak Ternilai Besarnya - Menikmati ”Bantuan” Orang Lain
-
-
233
Bergegaslah! – Penutup
259
Profil Mahasiswa Berprestasi
260
Sumber Bacaan
300
Daftar Foto
303
Catatan Kaki
305
-
-
Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka! Pendahuluan Muhamad
Fajrin
Rasyid
(Fajrin)
mengawali
studinya
sebagai
mahasiswa Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2004. Lima tahun kemudian, Fajrin menyelesaikan kuliah S-1 nya pada dengan predikat cumlaude, bukan sembarang cumlaude, karena dia meraih nilai sempurna dengan IPK 4.00 dari skala 4. Suatu prestasi yang amat luar biasa. Pencapaian Fajrin bukan melulu terkait dengan
IPK.
Saat
mahasiswa,
Fajrin
berhasil meraih Honorable Mention dalam Kompetisi Internasional Matematika ke-13 di Ukraina. Fajrin sempat pula mengikuti program pertukaran mahasiswa ke Daejeon University,
Korea
Selatan.
Fajrin
juga
#1: M Fajrin Rasyid
merupakan Juara ke-2, Ganesha Prize Tahun 2008, sebuha Kompetisi Mahasiswa Berprestasi yang rutin diseleng-garakan oleh ITB. Setelah lulus, Fajrin bekerja sebagai konsultan di Boston Consulting Group, salah satu perusahaan konsultasi terbaik di dunia. Saat buku ini ditulis, Fajrin berusia 25 tahun. Awidya Santikajaya (Awid), 28 tahun, adalah seorang diplomat muda, Kementerian Luar Negeri, Republik Indonesia, yang telah mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam berbagai negosiasi internasional
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
dengan negara-negara sahabat. Karena prestasinya, Awid dianugerahi beasiswa untuk melanjutkan studi di program Master of International Relations, di The Paul H Nitze School of Advanced International Studies (SAIS) Johns Hopkins University, Amerika Serikat. Sebelum
menjadi diplomat, Awid
adalah mahasiswa Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia (FEUI), yang seperti halnya Fajrin, telah menorehkan banyak prestasi. Awid adalah penerima anugerah Alumni FEUI Terbaik dalam bidang penulisan menjuarai
akademik. beberapa
Selain Kompetisi
Penulisan Ilmiah Nasional. Awid juga penulis lebih dari 30 artikel tentang ekonomi dan politik yang
#2: Awidya Santikajaya
dimuat di berbagai media nasional, seperti ”The Jakarta Post”, ”Media Indonesia”, dan ”Jawa Pos”. Selama menjadi mahasiswa, Awid adalah salah satu Asisten Dosen di FEUI. Awid juga aktif dalam berbagai kegiatan atau organisasi kemahasiswaan. Sebelum lulus, Awid adalah Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (Lembaga Legislatif Kemahasiswaan) FEUI. Semuanya diraih oleh Awid dengan tetap mempertahankan prestasi akademiknya. Pada 2006, Awid lulus dengan predikat cumlaude dari FEUI. Ghofar Rozaq Nazila (Ghofar) adalah pemilik sekaligus Direktur Utama PT. Relife Property, sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri properti di Indonesia. Sampai tahun 2010, omzet bisnisnya mencapai Rp. 95 milyar. Diluar perkembangan bisnisnya, Relife Property juga
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
berhasil mendapat penghargaan Indocement Award 2010 dan Green Property Award 2010. Pencapaian bisnis dan penghargaan dari pihak luar itu adalah wujud prestasi luar biasa dari perusahaan yang baru dirintis pada tahun 2005 ini. Sejauh ini, Ghofar yang baru berusia
29
tahun
adalah
pengusaha sukses. Pencapaiannya
melampaui
temah-temannya.
pencapaian Sebagaimana
profil dua pemuda sebelumnya,
#3: Ghofar Rozaq Nazila
Ghofar dulunya juga merupakan mahasiswa berprestasi. Ghofar adalah lulusan Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (FTUI), dengan predikat cumlaude. Semasa mahasiswa, Ghofar meraih anugerah Mahasiswa Berprestasi, Departemen Arsitektur, FTUI. Dia juga menerima berbagai beasiswa prestasi, dan sempat dianugerahi beasiswa penelitian di University Teknologi Malaysia (UTM), Malaysia. Saat di UTM inilah, Ghofar, bersama Prof. Tajuddin, menulis buku berjudul “Housing in Malaysia: Back to a Humanistic Agenda”, yang diterbitkan di Malaysia, tahun 2003. Fajrin, Awid, dan Ghofar adalah pemuda-pemuda yang berhasil mengisi masa kuliahnya dengan prestasi cemerlang. Bahwa kemudian mereka berhasil menjadi profesional muda, birokrat berprestasi, ataupun pengusaha sukses, maka itu semua adalah efek lanjutan dari prestasi yang mereka torehkan pada semasa mahasiswa.
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Kami tidak sedang mengatakan bahwa untuk menjadi pengusaha, birokrat, atau profesional sukses, pemuda harus menjadi mahasiswa cumlaude atau menjuarai berbagai kompetisi terlebih dahulu. Bukan demikian pendapat kami. Tetapi, kami harap kita bisa bersepakat bahwa pemuda yang berprestasi dalam masa perkuliahan akan memiliki peluang yang baik untuk melanjutkan prestasi di bidang-bidang yang dia pilih pasca kelulusan-nya nanti. Prestasi sebagai kesuksesan juga mengandung potensi
kebaikan
yang
lebih
besar
yang
tidak
dimiliki
oleh
”ketidaksuksesan” (Pendapat ini akan kami bahas lebih lanjut di Bab I). Jadi, jika anda memiliki kesempatan untuk berprestasi sekarang, mari kita ambil kesempatan itu! Fajrin, Awid, dan Ghofar, adalah sebagian pemuda, alumni mahasiswa, yang dapat membantu menjawab pertanyaan utama kita ”Bagaimana cara untuk mencapai prestasi tinggi dalam masa perkuliahan?”. Selain Fajrin, Awid, dan Ghofar, Indonesia sebenarnya memiliki ”ribuan” mahasiswa berprestasi lainnya. Di Indonesia ini, mencari contoh mahasiswa berprestasi tidaklah sulit. Dan itu juga tidak didominasi oleh mahasiswa dari perguruan tinggi tertentu saja. Mari kita tengok, faktanya, Kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(PIMNAS),
yang
dianggap
sebagai
kompetisi
paling
bergengsi dalam bidang penelitian akademik mahasiswa Indonesia, telah diwarnai dengan keberhasilan peserta dari kampus-kampus luar Jawa termasuk dalamnya adalah kampus swasta. Universitas Tadulako, Universitas Djuanda, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Ahmad
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Dahlan Yogyakarta, Universitas Negeri Papua, Universitas Islam 1
Malang, adalah sebagian dari nama-nama universitas itu . Keberhasilan mereka dalam PIMNAS, kompetisi nasional yang bergengsi,
memberikan bukti bahwa mahasiswa berprestasi yang
dapat dijadikan kebanggaan, panutan, dan harapan masyarakat, dapat ditemukan dimana saja. Ini juga menjadi kabar baik bahwa pertanyaan kita ”Bagaimana cara untuk mencapai prestasi tinggi dalam masa perkuliahan?”, sebenarnya dapat dicari jawabannya dengan mudah dari teladanteladan mahasiswa berprestasi yang tersebar di banyak tempat. Satu syaratnya: Dekatilah dan belajarlah dari mereka!
Mahasiswa Berprestasi: Siapa saja Mereka? Bahwa kemudian studi kami mengambil 17 alumni mahasiswa sebagai narasumber tidak berarti bahwa hanya ada 17 alumni mahasiswa terbaik di Indonesia. Demikian pula tatkala 17 alumni mahasiswa ini berasal dari perguruan tinggi tertentu saja, tidak berarti itu semua adalah perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Pemilihan nama untuk menjadi narasumber buku ini adalah murni soal kedekatan kami dengan mereka, faktor yang memungkinkan kami melakukan studi lebih mendalam. Kami berpendapat bahwa studi seperti ini mengharuskan kami mengenal dengan baik narasumber kami. Sebagian besar dari 17 nama yang berbagi dalam studi buku ini adalah
alumni
Program
Pembinaan
- -
Sumber
Daya
Strategis
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
(PPSDMS), Yayasan Bina Nurul Fikri, sebuah program pembinaan kepemimpinan untuk mahasiswa-mahasiswa berprestasi di berbagai universitas di seluruh Indonesia. Dalam PPSDMS Nurul Fikri inilah kedekatan dan persahabatan kami terbangun. Kedekatan dan persahabatan ini memungkinkan kami mengenal dekat mereka serta membuat kami merasa bertanggung jawab untuk membagikan kisah dan cerita mereka kepada banyak pemuda dan mahasiswa lain di Indonesia. Studi atas 17 alumni mahasiswa berprestasi ini dilakukan melalui wawancara lisan, kuesioner, dan studi pustaka atas berbagai informasi yang memuat kiprah mereka. Karena mereka adalah sahabat-sahabat kami, memori atas kejadian-kejadian semasa mahasiswa turut pula membantu penyelesaian studi ini. Buku ini ditulis melalui sistem referensi acak. Kami tidak membahas secara detil profil dan prestasi setiap mahasiswa berprestasi itu. Alihalih,
kami
mencuplik
pengalaman
narasumber
untuk
menjadi
pembuktian atas hal-hal apa saja yang mereka lakukan dan yakini semasa mahasiswa. Pembaca dapat merujuk halaman akhir buku ini untuk mengetahui lebih rinci profil mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang berbagi dalam studi ini. Berbagai prestasi penting tercatat di sana, termasuk kiprah-kiprah mereka pasca menyelesaikan jenjang studi Strata-1 (S-1).
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
No 1.
Nama
Keterangan
Aktivitas Sekarang
Achmad
Mahasiswa
Pemilik dan Pengelola ”Hetric
Ferdiansyah
Berprestasi ITS
Indonesia” (www.hetric.com)
Pradana
2009
dan ”Sang Juara School”
Putra (Ferdi)
Juara Pekan Ilmiah
(www.sangjuaraaschool.com)
Mahasiswa Nasional 2.
3.
4.
5.
6.
Achmad
Finalis Mahasiswa
Pendiri dan Managing Director
Zaky
Berprestasi, Teknik
Suitmedia, konsultan strategi
Syaifudin
Informatika, ITB,
berbasis teknologi informasi
(Zaky)
2008
Alief Aulia
Mahasiswa
Mahasiswa Program Doktoral,
Rezza (Alief)
Berprestasi UI,
Norwegian School of Economics
2003
(NHH), Norwegia
Andy Tirta
Ketua Badan
Mahasiswa program Doktoral,
(Andi atau
Eksekutif
Advanced Material Science and
Boy)
Mahasiswa, FT UI,
Engineering, Yeungnam
2006-2007
University, Korea Selatan
Ari Try
Juara Pekan Ilmiah
Direktur CV. Rozelt Mulia Abadi
Purbayanto
Mahasiswa
(Ari)
Nasional
Awidya
Alumni FEUI
Diplomat, Kementerian Luar
Santikajaya
Terbaik bidang
Negeri, Republik Indonesia
(Awid)
penulisan akademik, 2007
7.
Deviana
Peserta Program
Reporting Analyst, Total E&P
Octavira
Pertukaran
Indonesia
(Devi)
Mahasiswa ke Jepang, 2005-2006
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
8.
Dian Indah
Lulusan Terbaik
Manajer Investor Relations, PT
Kencana
Departemen
Bakrie Sumatera Plantation
Sari (Dian)
Akuntansi FEUI, 2006
9.
Ghofar
Mahasiswa
Pemilik dan Direktur Utama PT.
Rozaq
Berprestasi,
Relife Property
Nazila
Departemen
(Ghofar)
Arsitektur FTUI 2003
10.
11.
Goris
Sekretaris Jenderal,
Pendiri Yayasan Asgar Muda,
Mustaqim
Keluarga
Pemilik dan Direktur PT
(Goris)
Mahasiswa, ITB,
Resultan Nusantara (sekarang
2005-2006
PT. Barapraja Indonesia).
Kurnia Fitra
Mahasiswa Terbaik,
Profesional di Minamas
Utama
FISIP, UI, 2003
Plantation, Anak Perusahaan
(Fitra) 12.
Sime Darby, Bhd.
Mochammad
Mahasiswa
Mahasiswa program Master,
Faisal Karim
Berprestasi, FISIP
International Security and
(Ical)
UI, 2009
Terrorism, School of Politics and International Relations, University of Nottingham, Inggris
13.
Mohammad
Lulusan Terbaik
Nuryazidi
FISIP UI, 2004
Pegawai Bank Indonesia
(Didi) 14.
Muhamad
Cumlaude (IPK
Konsultan pada “Boston
Fajrin Rasyid
4.00), ITB
Consulting Group” (BCG)
Peraih Honorable
Business Director, Suitmedia
(Fajrin)
Mention, Kompetisi Matematika Internasional ke-13,
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
tahun 2006, Ukraina 15.
Purba
Wisudawan
Mahasiswa program Doktoral
Purnama
Terbaik, Fakultas
(S-3) dan Master (S-2), program
(Purba)
MIPA, UI, 2004
integrasi, di Biomaterial Research Center, Korea Institute of Science and Technology (KIST) – University of Science of Technology.,
16.
Rangga
Lulusan Terbaik,
Mahasiswa program Doktoral,
Handika
FEUI, 2005
Philosophy in Applied Finance and Actuarial Studies,
(Rangga)
Macquarie University, Sidney, Australia 17.
Shofwan Al
Mahasiswa
Mahasiswa Program Doktoral,
Banna
Berprestasi Utama
Ritsumeikan University, Kyoto,
Choiruzzad
Nasional, 2006
Jepang
(Shofwan)
-
-
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Inilah Enam Komponen Pendukung Prestasi Hasil studi atas 17 Mahasiswa Berprestasi menghasilkan jawaban tentang ”Bagaimana cara mereka mampu mencapai prestasi tinggi dalam masa perkuliahan?”. Studi kami menunjukkan bahwa prestasi yang dicapai oleh Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi didukung oleh 6 (enam) komponen penting, yaitu: keyakinan, keberanian, keinginan, belajar, jaringan sosial, dan kekuatan pendukung. Enam komponen ini dimiliki oleh Mahasiswa Berprestasi dalam usaha mereka untuk mengembangkan diri dan meraih prestasi.
Keyakinan
yang
dimiliki
oleh
Mahasiswa
Berprestasi
adalah
keyakinan bahwa kesuksesan atau prestasi menjadi hak siapapun. Mereka yakin Tuhan YME akan memberikan keadilan kepada semua hamba-Nya, tanpa diskriminasi apapun, kecuali atas dasar usaha dan do‟a yang sudah dilakukan dan dipanjatkan. Sebagian Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini bahkan memiliki latar belakang keluarga yang tidak cukup beruntung. Tetapi, itu semua tidak menghalangi mereka untuk tetap yakin dengan usaha mereka mencapai kesuksesan.
Keberanian adalah faktor kunci yang mengiringi langkah-langkah mereka selama masa perkuliahan. Mereka berani bercita-cita tinggi, berani berkompetisi, berani menghadapi tantangan, berani mengenal orang, berani membangun jaringan sosial baru, dan juga berani menerima kegagalan. Mereka sadar, tanpa keberanian mereka tidak akan melakukan apaapa dan tidak akan memperoleh apa-apa, apalagi sebuah prestasi tinggi.
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Keinginan adalah target, cita-cita, atau tujuan yang ingin mereka capai selama kuliah. Mahasiswa Berprestasi memiliki keinginan yang terdefinisikan dengan baik sejak awal masa mahasiswa. Memang mereka memiliki jangka waktu keinginan yang berbeda-beda, sebagian mampu menjelaskan visi hidup dan cita-cita jangka panjang, sedangkan sebagian yang lain hanya faham apa target mereka pada masa mahasiswa, tanpa tahu apa yang ingin dilakoninya setelah lulus. Tetapi benang merah-nya tetap sama, bahwa masa mahasiswa adalah masa pembelajaran untuk menyiapkan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat. Minimal sekali, mereka memiliki target-target prestasi yang ingin diraih pada masa mahasiswa ini. Mereka yakin, apapun cita-citanya, setiap prestasi yang dimiliki pada masa pembelajaran ini akan bermanfaat di kemudian hari.
Belajar adalah tanggung jawab utama mahasiswa. Alasan utama mereka untuk hadir dalam kampus dan menjadi mahasiswa adalah untuk mengikuti pendidikan perkuliahan. Lebih dari itu, kredibilitas mereka akan terlihat dari seberapa baik prestasi kuliah mereka. Karena alasan inilah Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi memberikan perhatian yang baik pada proses perkuliahan akademik mereka. Belajar adalah keharusan. Tidak ada mahasiswa yang sukses kuliah karena faktor turunan. Anggapan bahwa mahasiswa berprestasi adalah mahasiswa ”jenius” yang tidak perlu belajar hanyalah mitos. Kenyataannya, Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi itu juga belajar walaupun cara belajar mereka memang berbeda.
Jaringan sosial
menjadi faktor pendukung prestasi yang penting.
Jaringan sosial yang dimaksud disini adalah lingkaran sahabat, rekan,
-
-
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
dan kenalan yang dimiliki Mahasiswa Berprestasi. Mereka mengakui bahwa prestasi yang mereka raih tidak semata-mata usaha mereka pribadi. Ada dalamnya kontribusi dan dukungan keluarga, teman, sahabat, dan orang-orang yang mencintai mereka. Karena peran jaringan sosial penting bagi pencapaian prestasi, Mahasiswa Berprestasi secara sadar membangun jaringan sosial yang lebih luas dan berkualitas.
Kekuatan Pendukung adalah kekuatan di sekitar yang ikut mempengaruhi proses pengembangan diri yang dilakukan oleh Mahasiswa Berprestasi. Ada 3 (tiga) kekuatan pendukung itu, yaitu Tuhan YME, orang tua, dan institusi-istitusi formal. Mahasiswa Berprestasi yakin dengan kuasa Tuhan YME. Mereka yakin Tuhan YME telah membantu mereka dalam menjalani tantangan dunia perkuliahan. Orang tua juga menjadi pendukung kesuksesan mereka. Orang tua adalah pemilik saham terbesar atas prestasi yang mereka raih. Mahasiswa Berprestasi juga memanfaatkan pelatihan, pendidikan, diskusi, seminar, atau berbagai program pengembangan diri lainnya, yang disediakan oleh institusi-institusi formal di lingkungan sekitar mereka. Tiga kekuatan pendukung ini mereka kelola sedemikian rupa untuk mendukung pengembangan diri dan pencapaian prestasi pada masa perkuliahan.
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Bab-bab berikutnya dalam buku ini menguraikan dengan lebih gamblang bagaimana 6 (enam) komponen prestasi ini dimiliki, dikelola, dan dijalankan mahasiswa-mahasiswa berprestasi. Studi kami setidaknya juga membantah mitos atau anggapan yang selama ini diyakini kebanyakan orang tentang mahasiswa yang berprestasi. Mitos atau anggapan yang terbantahkan itu adalah: -
Prestasi hanya dapat dicapai mahasiswa dari keluarga kaya utamanya karena mereka memiliki fasilitas yang tidak dimiliki mahasiswa non-kaya.
-
Prestasi hanya dapat dicapai mahasiswa dari kota-kota besar karena mereka mengawali kuliah dengan pengenalan lingkungan yang lebih baik.
-
Prestasi hanya dapat dicapai mahasiswa dari SMA/SMK favorit karena mereka telah memiliki modal pengetahuan awal yang lebih banyak atau baik.
-
Mahasiswa berprestasi terlalu serius dengan apa yang mereka kejar. Mereka tidak berpikir untuk bersosialisasi, berorganisasi, berolahraga atau bermain dengan rekan-rekan mereka.
-
Mahasiswa berprestasi tidak perlu belajar karena mereka telah mendapat kecerdasan lebih dari Tuhan, atau
-
Mahasiswa berprestasi lebih suka belajar di kamar, menyendiri, dan pendiam, tidak memerlukan sumber-sumber pengetahuan lain yang ada di sekitar mereka.
Semua mitos atau anggapan ini terbantah. Dalam buku ini, Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi bisa datang dari mana saja.
-
-
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
Mereka juga pemuda-pemuda yang periang, banyak teman, bahkan beberapa dari mereka sangat menyukai olah raga kolektif.
Jangan Ragu untuk Belajar dari Mereka! Seorang teman kami memiliki hobi membaca buku biografi, tetapi dia sedikit sekali membaca buku biografi orang-orang yang masih hidup, itupun dia akan membaca jenis biografi yang ditulis oleh sang tokoh sendiri, atau disebut ”otobiografi”. Bagi teman saya ini, kehebatan dan kekurangan seorang tokoh belum boleh disimpulkan sampai dia meninggal dunia. Apa yang disampaikan teman saya ini memiliki makna yang penting. Pada dasarnya, prestasi, kesuksesan, dan sejarah hidup manusia baru dapat disimpulkan setelah manusia itu meninggal. Ini terkait dengan konsistensi sikap dan pencapaian yang mereka miliki. Demikian pula, gambaran mahasiswa yang berprestasi seharusnya akan lebih mudah dibuat setelah mahasiswa tersebut lulus dari perkuliahan, menjalani pekerjaan, dan melakoni rintangan hidup. Meskipun demikian, demi mendapatkan pelajaran hidup
yang
berharga, kita tidak boleh terjebak dalam pencarian kisah-kisah teladan dari orang-orang yang sudah meninggal saja, karena lamanya waktu bisa membuat pelajaran itu tidak relevan. Pelajaran dan keteladanan juga bisa datang dari siapapun, termasuk dari orangorang muda yang baru memulai kehidupan mandirinya. Memang, setelah penelitian ini, mungkin saja Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini “bergerak” secara melambat, lazimnya manusia biasa
- -
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
yang terkadang hebat terkadang gagal, dari kaya tiba-tiba menjadi miskin, atau dari yang menjabat kemudian berakhir menjadi rakyat biasa. Tetapi, mari kita singkirkan dulu kemungkinan-kemungkinan ini. Lebih dari itu, mari kita tulus berdoa agar mereka yang telah berbagi untuk buku ini tetap berlanjut kesuksesannya dan diberikan kemudahankemudahan dalam menjalani kehidupannya. Sekarang, marilah kita fokus pada fakta bahwa mereka adalah orang yang sudah berprestasi di bangku perkuliahan dan berprestasi pula setelah lulus. Mereka seperti atlet yang sedang dalam masa kejayaannya. Mari kita belajar dari mereka!
-
-
Pendahuluan, Bukan Mahasiswa Biasa: Mari Belajar dari Mereka
- -
Kita perlu ”Tendangan tanpa Bayangan”
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
I Kita perlu ”Tendangan tanpa Bayangan” ”Tendangan tanpa bayangan” atau shadowless kick adalah teknik mematikan legendaris dalam salah satu ilmu bela diri tradisional Cina. Mengapa tendangan ini sangat legendaris? Dikisahkan, pendekar yang menguasai teknik ini mampu menendang dengan kuat dan cepat, sampai lawan hanya bisa sadar dia telah lumpuh. Pada kisah lain, pendekar yang menguasai tendangan ini mampu menendang berkalikali pada sasarannya hanya dalam tempo yang singkat. Dalam satu hentakan, lawan mendapat tendangan mematikan bertubi-tubi. Tendangan ini menjadi masyhur oleh Guru Wong Fei Hung. Seorang tabib dan pendekar di Cina yang hidup pada 1847-1924. Untungnya, teknik yang efektif ini digunakan oleh Guru Wong untuk membela kaum terdzalimi dan juga melawan penjajah Jepang. Karena keahliannya dalam bela diri dan kebaikan hatinya, beliau sangat disegani kawan dan lawan. Guru Wong Fei Hung menjadi pahlawan 2
informal masyarakat Cina . Pentingnya memiliki “prestasi” dapat dianalogikan dengan pentingnya menguasai teknik “shadowless kick”. Shawodless kick mengandung gerakan yang sederhana tapi memberikan efek yang berganda (high impact), melumpuhkan, atau bahkan mematikan. Seperti Shadowless kick, prestasi bagi seseorang juga akan memberikan efek yang berlipat, tenaga yang lebih besar, kecepatan yang lebih tinggi, terutama bagi kebaikan-kebaikan yang hendak diperjuangkan.
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Sebelumnya, Kita harus Malu dengan Mereka! Sebelum lebih jauh berbicara tentang ”Prestasi”, sebenarnya ada banyak orang yang bukan pejabat, tidak memiliki prestasi mentereng, maupun kekayaan yang melimpah, tetapi mereka tetap mampu memberikan kebaikan bagi masyarakat dengan apapun yang mereka punya, bahkan jika hanya nyawa yang mereka miliki. Nama Muhammad Toha mungkin sudah tidak banyak terdengar di telinga pemuda kebanyakan. Hiruk pikuk masalah politik dan sosial kemasyarakatan Republik
ini telah membuat kita lupa
untuk
mengenang dan meneladani berbagai sikap hidup yang diajarkan para pendahulu bangsa kita. Ya, Muhammad Toha yang kami maksud disini adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari kota Bandung. Sampai buku ini ditulis, Muhammad Toha memang belum dikukuhkan sebagai
pahlawan
nasional
oleh
pemerintah
pusat.
Tetapi
kepahlawanannya bagi Republik ini ada dalam memori kolektif masyarakat Bandung secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum. Pada saat kedatangan sekutu yang diboncengi Belanda di Bandung pada 1946, Muhammad Toha menunjukkan keberaniannya bersama Muhammad Ramdhan, rekannya, untuk mengemban misi meledakkan gudang persenjataan musuh. Sebuah misi dengan nyawa mereka sendiri sebagai pertaruhan. Toha dan Ramdhan akhirnya gugur pada saat peledakan gudang senjata itu. Jenazah Toha tidak ditemukan sedangkan Jenazah Ramdhan ditemukan dan diserahkan oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin kepada ibunya.
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Keberhasilan menghancurkan gudang persenjataan musuh dan kerelaan untuk mengorbankan diri menyulut semangat rekan-rekan mereka di Bandung untuk tidak menyerahkan kembali Republik kepada penjajah begitu saja. Karenanya, aksi heroik mereka menjadi ingatan kolektif masyarakat sampai saat ini. Lalu siapa sebenarnya Muhammad Toha? Muhammad Toha, dia bukan siapa-siapa, bukan jenderal, bukan kolonel, bukan tokoh masyarakat, bahkan juga bukan anggota tentara Republik Indonesia (RI). Muhammad
Toha
adalah
pemuda biasa yang tergabung dalam ”Barisan Rakjat Indonesia” (BRI), kelompok sipil bersenjata (milisi) yang membantu tentara
Pahlawan Bandung itu bukan tentara maupun tokoh masyarakat. Ternyata dia hanya rakyat sipil biasa yang tidak banyak dikenal orang sebelumnya.
mempertahankan kemerdekaan RI. Muhammad Toha juga baru dikenal banyak orang setelah dia gugur. Saking tidak terkenalnya, pemerintah harus mereka-reka wajah Muhammad Toha karena tidak 3
terdapat dokumentasi rapi tentang profil-nya . Tetapi keberanian dan pengorbanan-nya melebihi status yang dimilikinya. Muhammad Toha memberi contoh bagaimana seharusnya pemuda dapat berbakti bagi rakyatnya dan negaranya tanpa harus membuat beribu alasan atau kekhawatiran. Dalam kacamata kami, Toha adalah pemuda yang berprestasi bagi Indonesia. Prestasi itu bukan karena dia mendapat manfaat pribadi dari aksinya, tetapi karena perjuangan dan pengorbanannya menjadi
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
manfaat bagi Republik ini. Perjuangan dan pengorbanan seperti ini adalah sebesar prestasi yang mungkin dimiliki oleh seorang pemuda. Kami memiliki contoh lain tentang kontribusi bagi masyarakat dengan cara yang sederhana. Belasan pemuda di daerah Jakarta Utara menghimpun diri untuk menjadi sukarelawan Pengawas Minum Obat (PMO) bagi para penderita tuberculosis (TBC) di daerah sana. Kebanyakan pemuda belasan tahun ini adalah pengangguran atau sudah tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Bagi penderita TBC, minum obat TBC setiap hari selama 6 bulan bukan perkara mudah, walaupun para penderita itu sudah tahu bahwa mereka harus melakukannya. Mereka harus minum obat secara rutin agar mereka sembuh dan tidak menularkan penyakitnya ke orangorang di sekitarnya. Di bawah koordinasi Yayasan Sahrul Afiat, para sukarelawan PMO itu membantu para penderita TBC dengan memberi pengingatan setiap hari apakah obat mereka telah diminum untuk hari itu atau belum. Para sukarelawan muda ini hadir untuk memotivasi dan mendampingi para penderita TBC di sekitar mereka. Tentu saja ada banyak contoh lain yang memberikan inspirasi bagi kita betapa banyak cara mudah untuk membuat kebaikan bagi masyarakat. Sebagian orang rutin menyantuni fakir miskin, sebagian lagi menjadi sukarelawan bencana, banyak yang terlibat dalam bimbingan belajar murah bagi siswa tidak mampu, bahkan ada yang menyediakan kursus bahasa Inggris cuma-cuma menimbang pentingnya ketrampilan bahasa asing bagi anak-anak Indonesia. Ini semua hanya sebagian aksi saja.
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Lalu bagaimana dengan mahasiswa? Menjadi mahasiswa adalah kelebihan yang tidak dimiliki banyak orang Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, kita 4
hanya memiliki 10 dari 100 pemuda yang seharusnya kuliah . Coba bandingkan dengan negara-negara Eropa yang mencapai 40 orang lebih, atau Amerika Serikat yang mencapai 54 orang, untuk setiap 100 5
pemuda mereka yang seharusnya berkuliah . Ternyata, dari 10 pemuda Indonesia, hanya anda seorang yang menjadi mahasiswa. Status yang menawarkan peluang tetapi juga tanggung jawab sosial. Karena ”elit”-nya status mahasiswa di Indonesia ini, maka mahasiswa adalah harapan bagi masyarakat dan negara. Dengan kesempatan dan pengetahuan yang kita miliki sebagai mahasiswa, kita memiliki alasan paling serius untuk malu jika tidak mampu meneladani Muhammad Toha atau pemuda-pemuda sukarelawan PMO TBC atau pemuda-pemuda sederhana lainnya di Republik ini.
Inilah Kekuatan Prestasi itu Jika anda sudah memiliki semangat yang sama dengan kami untuk mencoba berbuat kebaikan-kebaikan bagi masyarakat, maka anda akan segera menyadari bahwa ”prestasi” adalah tenaga, kekuatan, atau sumber daya yang paling efektif untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat luas, seperti halnya ”tendangan tanpa bayangan” yang penting bagi Guru Wong untuk membela kebenaran dan menakuti lawan-lawannya.
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Bill Gates Membasmi Tuberculosis (TBC) Dunia Setiap tahunnya, ada lebih dari 300 ribu orang Indonesia terserang 6
penyakit Tuberculosis (TBC) . Angka ini adalah angka kemunculan kasus baru per tahunnya, bukan angka kumulatif. Sehingga jika 300 ribu penderita TBC dari tahun lalu gagal sembuh, maka pada tahun ini lebih dari 600 ribu penduduk Indonesia sedang mengidap TBC. Angka ini sangat fantastis dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 7
10 negara penyumbang penderita TBC terbanyak di dunia . Penyakit ini seperti kutukan. Jika tidak diobati, penderita akan mati pelan-pelan dibarengi dengan badan yang mengurus menyisakan kulit dan tulang (lihat gambar). Pada tahun 2009 saja, angka kematian 8
karena TBC di Indonesia mencapai 61.000 orang , angka yang hampir berulang tiap tahunnya. TBC juga menular dengan cepat melalui media udara. Karenanya, penderita TBC sangat rentan menularkan penyakitnya ke anggota keluarga, tetangga atau orang di sekitarnya. Pemerintah kita, melalui jajaran Departemen Kesehatan, sudah berupaya keras mencegah penyebaran
TBC
dan
mengobati
para
penderitanya. Tetapi sebenarnya kita tidak bekerja sendiri. Sejak tahunn 2003, Indonesia menerima bantuan dana yang signifikan untuk pencegahan dan pengobatan TBC dari the Global
Fund
(GF),
sebuah
NGO
#4: Kondisi penderita TBC
Internasional yang memfokuskan diri pada pemberantasan TBC, AIDS, dan Malaria, di dunia.
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Sampai buku ini ditulis, Indonesia telah dan akan menerima dana GF sebesar USD 173.603.117, atau setara sekitar Rp. 1,5 trilyun untuk 9
pemberantasan TBC saja . Indonesia juga menerima bantuan Dana GF sebesar USD 267.983.890, atau setara sekitar Rp. 2,4 trilyun, 10
untuk pemberantasan HIV/AIDS dan Malaria di Indonesia , dua fokus lain dari the Global Fund. Hebatnya, semua Dana GF ini bersifat grant (bantuan), bukan pinjaman. Selain di Indonesia, the Global Fund juga telah memberikan bantuan dana kepada sekitar 77 negara miskin atau berkembang lainnya. Sampai sekarang, the Global Fund telah berhasil membantu pengobatan 7,7 juta penderita TBC di seluruh dunia. Lalu dari mana the Global Fund mendapatkan dananya? The Global Fund sebenarnya adalah organisasi yang mengelola dana dari donatur, dan kemudian mengalokasikannya kepada negara-negara miskin dan berkembang untuk memberantas TBC, HIV/AIDS, dan Malaria di negara tersebut. Mereka mendapatkan dana bantuan dari negara-negara maju, perusahaan-perusahaan besar, dan juga orang-orang kaya di dunia. Dan salah satu orang yang menjadi penyumbang the Global Fund adalah Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia dengan perusahaannya
Microsoft,
Inc..
Bill
Gates
melakukan
aksi
kedermawanan ini melalui Bill Melinda Gates Foundation, yayasan yang dia dirikan bersama istrinya, Melinda. Sampai buku ini ditulis, Bill Melinda Gates Foundation telah atau berjanji menyumbang dana ke the Global Fund sampai USD 650 juta, 11
atau setara sekitar Rp. 5,8 trilyun .
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Bagaimana Bill Gates mampu melakukannya? Satu-satunya jawaban yang paling terukur adalah karena Bill Gates seorang yang kaya raya bahkan paling kaya di dunia. Bill Gates mampu menyumbang the Global Fund dalam jumlah yang besar dan memberikan pengaruh yang luas di seluruh dunia karena dia memiliki daya yang besar dalam bentuk keuangan dan jaringan bisnis. Apakah yang dilakukan oleh Bill Gates ini istimewa? Semua orang mungkin saja bisa melakukan hal yang sama dengan Bill Gates, membantu para penderita TBC, seperti sukarelawan Pengawas Minum Obat (PMO) TBC di Jakarta Utara. Tapi apakah mereka mampu memberikan pengaruh sebesar dan seluas seperti apa yang dilakukan oleh Bill Gates? mungkin hanya beberapa orang, dengan kekayaan dan pengaruh yang hampir sama dengan Bill saja, yang dapat menyamainya. Jika salah satu pengertian prestasi adalah ”kekayaan”, maka kami baru saja menunjukkan bagaimana sebuah prestasi tinggi memberikan kesempatan besar bagi seseorang untuk dapat merubah dunia menuju keadaan yang lebih baik, misalnya dengan mengobati penyakit TBC yang diderita masyarakat miskin di dunia.
Ibu Siti Rahmani Rauf dan Buku ”Ini Budi” Siti Rahmani Rauf namanya, tidak banyak dikenal maupun dikenang orang. Tetapi jutaan pemuda Indonesia yang dulu bersekolah dasar
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
pada era 1980-an pantas untuk mengucapkan terima kasih kepada beliau ini. Untuk
mengerti
jasa
Ibu
Siti
Rahmani
Rauf,
anda
harus
membayangkan suasana tahun 1980-an. Saat itu, masih tidak banyak buku-buku pelajaran bagi anak-anak Indonesia. Buku pelajaran juga masih menjadi komoditas yang mahal bagi siswa. Bahkan, banyak sekolah masih memiliki siswa yang berangkat tanpa seragam maupun sepatu, tentu saja karena mereka tidak mampu membelinya. Pada masa itu, kami, anak-anak Indonesia, belajar membaca dan menulis dari sebuah buku yang sangat sederhana berjudul “Bahasa Indonesia – Belajar Membaca dan Menulis” yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan penerbit Balai Pustaka. Buku ini dulu dikenal sebagai Buku ”Ini Budi” karena pelajaran membaca dan menulis dikenalkan melalui tokoh bernama Budi dan keluarganya. ”Ini Budi”, ”Ini Wati, Wati Kakak Budi”, ”Ini Bapak Budi”, ”Ini Ibu Budi”, ”Ibu Budi pergi ke pasar”, kira-kira begitulah isi buku ini. Ibu
Siti
pengarang Karena
Rahmani buku
melihat
”Ini
Rauf-lah Budi”
minimnya
ini. buku
pelajaran bagi sekolah dasar saat itu, Ibu Siti Rahmani Rauf yang lahir di Sumatera Barat ini tergerak untuk membuat buku ”Ini Budi”. “Saya
#5: Sampul Depan Buku “Ini Budi”
ketika itu sedih melihat guru-guru kelas satu sekolah dasar saat 12
mengajar muridnya. Mereka tidak ada buku pegangan,” kata Ibu Siti .
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Buku ”Ini Budi” memfasilitasi anak Indonesia untuk belajar membaca dan menulis di tengah-tengah ketiadaaan buku belajar membaca dan menulis saat itu. Buku ”Ini Budi” menjadi best seller, dikoleksi setiap sekolah dan perpustakaan, dan dipelajari oleh setiap anak pada dekade itu. Jika anda bertanya pada saudara yang bersekolah dasar pada 1980-an, kami pastikan dia mengenal buku ”Ini Budi”. Inisiatif yang dilakukan Ibu Siti Rahmani Rauf untuk menulis buku ”Ini Budi” adalah kebaikan yang dilakukannya untuk masyarakat. Beliau melakukannya dengan keahlian dan pendidikan yang beliau miliki, terutama keahlian dalam menulis sebuah buku ajar. Jika keahlian menulis buku dan ketrampilan mengajar adalah salah satu bentuk prestasi tinggi, maka kami baru saja menunjukkan bagaimana sebuah prestasi tinggi memberikan kesempatan bagi seseorang untuk membantu jutaan anak Indonesia dalam belajar membaca dan menulis.
John Wood Membangun ”Room to Read” John J. Wood adalah mantan eksekutif di Microsoft. Dia pernah menjabat sebagai Director of Business Development for the Greater China Region dan Director of Marketing for the Asia-Pacific Region, Microsoft. Tapi sekarang John Wood lebih dikenal sebagai pendiri dan pengelola Room to Read, sebuah lembaga nirlaba internasional yang telah mendirikan ribuan sekolah dan perpustakaan di negara miskin dan berkembang di dunia.
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Keputusan
John
Wood
untuk
keluar dari Microsoft (tahun 1999) pada usia 35 tahun dan kemudian mengabdikan diri dalam dunia sosial
adalah
keputusan
yang
drastis. Kemewahan dan gaji besar dia tinggalkan begitu saja setelah
#6: John Wood di depan sekolah yang dibantunya
dia mendapati dirinya jauh lebih bermanfaat tatkala membantu sebuah sekolah di Nepal yang dilihatnya saat perjalanan ke sana. Saat ini, fokus program Room to Read, yang didirikan John Wood ini, adalah mendirikan perpustakaan dan bangunan sekolah yang memadai,
menerjemahkan
dan
menerbitkan
buku
anak-anak
berbahasa lokal, dan membantu pendidikan dan pengembangan khusus untuk anak perempuan (girl education). Sampai buku ini ditulis, program Room to Read sudah menjangkau 7 negara di Asia dan 2 negara di Afrika, dan sudah berhasil membangun atau memperbaiki 1.443 bangunan sekolah dan 12.074 bangunan perpustakaan, menerbitkan 585 buku anak-anak dengan bahasa lokal, mendistribusikan 9,4 juta buku, dan membantu 10,918 anak-anak 13
perempuan . Pada awal pendirian, John Wood adalah pengelola langsung Room to Read. Dan menurut kami, ini adalah faktor sukses dari Room to Read. John Wood memadukan reputasi personal, jaringan sosial yang dimiliki, dan kemampuan manajerial, yang diperolehnya saat menjadi eksekutif Microsoft, untuk mengembangkan Room to Read. Ini terbukti dari fakta yang sederhana saja, saat pertama kali mengirim email ke
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
kolega-koleganya, dia sudah langsung mendapat sumbangan 3 ribu buku dari kenalan-kenalannya itu. Dalam perkembangannya, John Wood juga
diakui
khalayak
luas
berhasil
membawa konsep manajemen yang baik dalam sebuah organisasi nirlaba. Konsep
dia
yang
terkenal
adalah
#7: Logo Room to Read
bahwa organisasi nirlaba harus dapat diukur hasilnya, rendah biaya overhead-nya,
mendorong
kepemilikan
oleh
komunitas
untuk
keberlanjutannya, dan memberdayakan staff dan kerjasama lokal untuk penciptaan program yang relevan dengan budaya setempat. John Wood mampu membangun Room to Read dengan pendekatan profesional,
yang
karenanya
meyakinkan
donor-donor
untuk
mempercayakan dana ke mereka, suatu pra-syarat penting untuk keberlanjutkan organisasi nirlaba. Tidak hanya donor, berbagai penghargaan prestisius diterima oleh Room to Read dan John Wood sendiri, sebagai bukti bahwa kinerja mereka sangat diapreasiasi masyarakat dunia. Jika jabatan tinggi dalam perusahaan multinasional, jaringan sosial yang luas, reputasi yang terhormat, dan kemampuan manajerial yang baik adalah contoh-contoh lain dari prestasi tinggi, maka kami baru saja menunjukkan bagaimana prestasi tinggi memberi kesempatan bagi seseorang untuk berbuat baik secara mendunia dan juga inspiratif, yaitu dengan membantu anak-anak miskin di dunia keluar dari buta aksara.
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
Goris Mustaqim: Membangun Bangsa dari Desa Kami sangat beruntung Goris Mustaqim (Goris) bersedia merespon kuesioner untuk studi penulisan buku ini. Goris Mustaqim adalah pemuda Indonesia yang sangat inspiratif dan kontributif secara nyata bagi masyarakatnya. Belajar dari Goris adalah kesempatan yang berharga. Saat para pemuda lain sibuk mencari pekerjaan, Goris yang merupakan alumni ITB justru kembali ke desa tempat kelahirannya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bersama pemuda-pemuda Garut lainnya, Goris mendirikan yayasan sosial, Yayasan Asgar Muda, untuk berkiprah membangun Kabupaten Garut dan masyarakatnya. Apa yang dilakukan Goris bersama Asgar Muda? Mereka melakukan banyak hal, dari yang sederhana hingga sesuatu yang sangat kompleks. Pada awalnya Asgar Muda mengadakan supercamp, semacam pelatihan dan pembinaan, bagi pelajar-pelajar Garut agar lebih bersaing dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Asgar Muda memberikan beasiswa bagi
mahasiswa-mahasiswa
Garut.
Asgar
Muda
juga
asli sempat #8: Logo Asgar Muda
mengadakan pameran teknologi untuk
merangsang minat pengetahuan anak-anak muda Garut. Event ini bahkan
sempat
menghadirkan
Menteri
Riset
dan
Teknologi
(Menristek), RI, saat itu. Asgar Muda juga mengadakan pengenalan internet kepada anak-anak di desa. Dalam bidang kewirausahaan, mereka mengawali penelitian akar wangi,
yang
merupakan
potensi
- -
daerah
Garut,
agar
bisa
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
menggunakan gas bumi, daripada BBM, sebagai sumber energi penyulingan. Sebuah penelitian yang akan menurunkan biaya produksi minyak akar wangi secara signifikan jika berhasil direalisasikan. Asgar Muda juga mendorong kemunculan wirausaha-wirausaha baru. Berbagai pelatihan kewirausahaan, program pendampingan, dan program pemasaran produk, diadakan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Garut, termasuk juga mereka berhasil mendirikan BMT Asgar Muda untuk mendukung pembiayaan bagi UKM-UKM ini. Goris adalah sosok penting dibalik Asgar Muda. Dia mengumpulkan rekan-rekannya, membangun idealisme, mengembangkan jaringan, dan menyuarakan ide besar ini agar mendapat dukungan dari masyarakat luas. Goris mengawali ini semua bukan dari nol. Jangan lupa, Goris adalah mahasiswa atau alumni ITB, status yang tidak banyak dimiliki pemuda, Kecakapan
apalagi dia
pemuda dalam
dari
desa.
berorganisasi
dipelajarinya saat menjadi mahasiswa ITB dan kemudian saat menjadi Sekretaris Jenderal, Keluarga
Mahasiswa
ITB,
Organisasi
#9: Goris Mustaqim
Mahasiswa terbesar di sana. Kepercayaan dirinya juga terbangun dalam lingkungan ITB yang memang dinamis. Jaringan pertemanan yang luas juga didapatnya saat menjadi mahasiswa ITB ini. Dengan modal-modal ini, Goris mampu bekerja sama dengan pemuda-pemuda Garut lainnya, mampu menarik dana dari donatur,
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
dan yang penting juga mampu meyakinkan masyarakat Garut untuk mendukung perjuangan mereka. Banyak pemuda lain memiliki kesempatan sebagaimana yang Goris miliki.
Tetapi,
Goris
membuat
perbedaan.
Dia
memanfaatkan
kecakapannya, jaringan sosialnya, dan pengetahuannya untuk berbagi kebaikan bagi masyarakat di kota kelahirannya, Garut. Banyak pihak mengapresiasi kiprahnya ini. Pada Desember 2009, Goris ditunjuk menjadi Delegasi Indonesia (Indonesian Climate Champions) dalam COP 15 tentang Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, yang diselenggarakan oleh UNFCCC. Goris sempat pula dinobatkan sebagai “Icon 2010” oleh Majalah Gatra, yaitu tokoh muda yang dianggap memberikan perubahan dan teladan bagi bangsa Indonesia. Jika menjadi mahasiswa, menjadi pemimpin organisasi, dan memiliki teman yang luas adalah contoh-contoh lain dari prestasi, maka kami baru saja menunjukkan bagaimana prestasi kembali mampu memberikan kesempatan bagi seseorang untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat luas, misalnya dengan memberdayakan potensi dan kemampuan masyarakat desa.
Bill Gates, Ibu Siti, John Wood, dan Goris Mustaqim, menjadi contoh bagi kita bagaimana prestasi tinggi memberikan daya dobrak yang lebih kuat bagi penciptaan kebaikan-kebaikan yang kita usung. Pada pengertian inilah model prestasi yang ingin kita bangun.
Mahasiswa, Siapkan Dirimu! Bagaimana Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini memandang masa mahasiswanya? Menurut mereka, masa mahasiswa adalah masa
- -
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
pembelajaran yang harus dimanfaatkan dengan optimal oleh para pemuda. Ada pengetahuan, peluang, pertemanan, dan tantangantantangan, yang akan menempa pemuda menjadi figur yang kuat, mandiri, dan berdaya guna di kemudian hari. “Masa perkuliahan harus dimaknai sebagai „golden age‟, masa untuk mencari bekal bagi kehidupan yang lebih baik. Karena itu, setiap aktivitas bermanfaat yang bisa dilakukan pada masa perkuliahan, sebaiknya diambil oleh mahasiswa. Mulai dari bergaul dengan banyak orang, berlatih mengerjakan suatu proyek, belajar bahasa asing, dan aktivitas-aktivitas lainnya diluar aktivitas belajar yang menjadi kewajibannya.” (Andy Tirta) “Perjuangan
semasa
kuliah
merupakan
hal
yang
paling
mendukung aku untuk mencapai apa yang kuraih sekarang. Selama kuliah, aku sudah terbiasa untuk bersusah payah hidup di perantauan,
berusaha
memenuhi
kebutuhan
hidup
sendiri,
mencari biaya kuliah, berbagi waktu untuk organisasi, bekerja sampingan, dan juga memenuhi kewajiban belajar. Pada masa-masa tersebut, aku dipaksa untuk pandai mengatur waktu dan pikiran, serta berhemat. Hikmah yang aku petik dari masa-masa kuliah dulu adalah „tiada kata menyerah‟ bagi para pemuda.” (Purba Purnama) Demikianlah
sebagian
Mahasiswa
Berprestasi
mengungkapkan
pentingnya masa mahasiswa. Pelajarannya, masa mahasiswa tidak boleh dilewatkan dengan proses atau pencapaian yang biasa-biasa saja. Masa perkuliahan adalah masa pembelajaran. Sehingga,
-
-
Kita Perlu “Tendangan Tanpa Bayangan”
tuntutan utama bagi mahasiswa saat ini adalah menyiapkan diri sebaik mungkin, tentunya dengan raihan-raihan prestasi yang baik. Dalam pengertian yang biasa, prestasi bagi mahasiswa bisa dalam bentuk nilai akademik bagus, lulus dengan predikat cumlaude, juara kompetisi, peraih beasiswa, penguasaan bahasa
Masa mahasiswa adalah masa pembelajaran bagi pemuda. Masa ini tidak boleh dilewatkan dengan proses atau pencapaian yang biasa-biasa saja.
asing yang fasih, atau penjabat ketua organisasi pemuda. Segala macam atribut prestasi ini dapat memberikan kebaikan bagi pribadi mahasiswa itu. Yang cumlaude biasanya mudah mencari pekerjaan; Yang fasih berbahasa inggris biasanya mudah mendapat beasiswa ke luar negeri; Yang pernah menjabat ketua organisasi biasanya mudah mendapatkan jaringan sosial yang penting. Tetapi bukan karena alasan-alasan ini buku kami ditulis. Prestasi yang kami maksud disini bukan hanya prestasi yang bermanfaat pribadi, tetapi juga prestasi yang dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat. Persis seperti prestasi yang dimiliki tokoh-tokoh yang kami sajikan sebelumnya. Mahasiswa harus berprestasi agar bisa seperti Goris yang cakap berorganisasi dan bergaul, atau seperti Bill Gates yang kaya raya, atau seperti Ibu Siti yang pandai menulis, atau seperti John Wood yang bisa mencapai
top
eksekutif
perusahaan
ternama
dan
menguasai
ketrampilan manajerial yang mumpuni. Semuanya
dapat
diawali
dengan
berprestasi.
- -
menjadi
mahasiswa
yang
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
II Membangun Kesuksesan dari Titik Nol Hasil studi kami atas 17 (Tujuh Belas) Mahasiswa Berprestasi mendapati temuan bahwa prestasi bisa menjadi hak siapapun, dengan tidak memilah-milah latar belakang keluarga, status, kekayaan, asal daerah, asal sekolah, dan berbagai latar belakang lain. Dengan keinginan dan perjuangan yang dilakukan, siapa saja bisa meraih masa depan cemerlangnya sendiri. Mahasiswa
Berpestasi
memiliki
keyakinan
yang
kuat
tentang
kesimpulan ini sejak awalnya. Keyakinan inilah yang mendorong mereka
untuk
berusaha
meraih
prestasi
terbaik
pada
masa
perkuliahan.
Menyoal Lingkaran Setan Kemiskinan Jika salah satu bentuk prestasi adalah kekayaan, maka perdebatan tentang siapa yang bisa kaya dan siapa yang tetap miskin sudah ramai sejak dahulu kala. Nabi Muhammad SAW pun pernah diprotes oleh ummatnya dari golongan miskin menyoal kenapa mereka miskin terus, sulit menjadi kaya, padahal mereka juga ingin hidup enak seperti ummat dari golongan kaya. Nabi pun dimintakan doa mujarabnya yang dapat membantu mereka. Tapi Nabi memotivasi bahwa Tuhan 14
memberikan karunianya kepada orang yang pantas diberi karunia . Pada tahun 1953, seorang ekonom kelahiran Estonia, Ragnar Nurkse, menyebut kemiskinan sebagai lingkaran setan (The Vicious Circle of Poverty – Lingkaran Setan Kemiskinan). Dalam pandangan Teori
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
”Lingkaran Setan Kemiskinan”, orang atau negara menjadi miskin 15
karena dia sudah miskin sejak awalnya . Kemiskinan yang mereka alami terjadi karena sejak awalnya mereka tidak memiliki modal dan kesempatan, sehingga produktivitas hidup dan pendapatan rendah. Jelas mereka tidak mampu menabung dan berinvestasi. Kemudian tidak mampu bersekolah atau berobat ketika sakit. Akhirnya, mereka akan terus menerus miskin atau bahkan lebih buruk lagi. Analisis ini seperti menjustifikasi pandangan bahwa yang miskin akan tetap miskin, sulit kaya, dan yang kaya justru akan semakin kaya. Ide lingkaran setan kemiskinan ini banyak diyakini orang. Di Indonesia, protes banyak bermunculan dari masyarakat tatkala pemerintah mulai mengubah status beberapa kampus negeri menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pada tahun 1999. Dengan perubahan status ini, subsidi dari negara mulai dikurangi dengan drastis dan memberikan keluasan
kepada
perguruan
tinggi
untuk
mencari
sumber
pendanaannya sendiri. Tidak bisa dielakkan, biaya pendidikan di perguruan tinggi harus dinaikkan. Dan masyarakat pun memprotes karena negara dianggap tidak berpihak kepada orang miskin. Dengan biaya pendidikan yang semakin mahal, maka peluang orang miskin untuk menempuh pendidikan yang berkualitas juga semakin mengecil, yang semakin menyulitkan mereka mengentas dari kemiskinan. Malcolm Gladwell dalam salah satu bagian bukunya yang sangat laris, Outliers: The Story of Success, kurang lebih mengungkap fakta yang
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
sama tentang kesuksesan yang berputar pada lingkungan tertentu saja. Dalam Outliers: The Story of Success ini, Bill Gates, sebagai ahli komputer, pemilik Microsoft, dan salah satu orang terkaya di dunia, diceritakan telah mengenal komputer sejak dia masih kecil. Ini tidak terlepas dari keluarganya yang cukup berada. Ayah Bill Gates adalah seorang pengacara makmur di Seattle dan Ibu Bill Gates juga merupakan putri dari seorang bankir kaya. Bill Gates kecil adalah anak yang gampang bosan dengan pelajaran kelas. Orang Tuanya kemudian memindahkan dia dari sekolah negeri ke sebuah sekolah swasta yang lebih baik, yang biasa diisi oleh anakanak dari keluarga mampu. Pada tahun kedua Bill Gates di sekolah itu, sekolahnya membuka klub komputer, di Indonesia mungkin semacam kegiatan ekstra kurikuler. Bill Gates sangat tertarik dengan perangkat komputer dan banyak menghabiskan waktu di ruang komputer sekolah itu. Perjalanan Bill Gates kemudian juga tidak jauh-jauh dari komputer. Apa yang dimiliki Bill Gates adalah kemewahan. Karena pada saat dia mengenal komputer untuk pertama kali, itu adalah tahun 1968, masa dimana orang Amerika Serikat sendiri tidak banyak yang pernah menyentuh komputer. Salah satunya dari cerita Bill Gates inilah, kemudian Malcolm Galdwell berpendapat bahwa kesuksesan ekstrem (outliers) itu tidak melulu berasal dari talenta, kepintaran, atau kerja pribadi orang. Tetapi, faktor lingkungan juga menjadi faktor utama. Tetapi kemudian, benarkah kesuksesan hanya milik kelompok tertentu saja? Adakah harapan bahwa setiap orang dapat sukses mengejar impiannya?
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Pada tahun 1965, P.T. Bauer, cendekiawan dari Inggris, membantah 16
kevalidan Teori Lingkaran Setan Kemiskinan . Menurutnya, jika teori ini valid, maka negara yang miskin tidak akan pernah bangkit menjadi negara kaya. Padahal, banyak negara yang sekarang maju, dulunya berangkat sebagai negara miskin dengan pendapatan per kapita rendah dan modal yang sedikit. Seperti pada kasus Hongkong. Dulunya, Hongkong hanya ditempati sedikit orang. Hongkong hanya memiliki sebuah pelabuhan kecil dengan perdagangan luar yang minim, daerahnya berbatu, dan tidak memiliki sumber daya alam spesial. Tetapi Hongkong kemudian berkembang menjadi daerah kaya dengan pusat industri manufaktur yang besar dan kemampuan mengekspor produk-produk ke berbagai 17
negara di dunia . Hongkong justru melakukannya dengan sumber daya alam yang minim, populasi yang sedikit, dan pasar domestik yang terbatas. Faktor-faktor yang sebelumnya dianggap sebagai pemicu lingkaran setan kemiskinan oleh Nurke. Pada tataran individu, tidak terhitung banyaknya cerita orang-orang sukses yang mengawali kesuksesannya dari titik yang sangat rendah, miskin, dan tidak berpendidikan. Satu di antara yang banyak itu adalah Bapak Sugiharto, mantan menteri BUMN Republik Indonesia pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelum diangkat menjadi menteri, Pak Sugi, begitu beliau biasa dipanggil, dikenal sebagai Eksekutif ulung (terakhir sebagai Direktur Keuangan) di salah satu perusahaan minyak terkemuka di Indonesia.
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Tapi semuanya itu tidak diraih Pak Sugi dengan mudah. Beliau berangkat dari keluarga tidak mampu. Masa sekolah tingkat pertama (SLTP/SMP) dibarengi oleh Pak Sugi dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang bertugas untuk menyiram kebun, mencuci piring, membersihkan rumah, dan pekerjaan rumahan lainnya. Selain sebagai pembantu rumah tangga, Pak Sugi juga berusaha
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
dengan
berdagang
asongan. Pada masa SLTA, beliau juga menyambi sebagai tukang parkir di sebuah bioskop. Sembari menunggu parkiran, Pak Sugi membaca buku pelajaran untuk sekolahnya esok pagi. Pak Sugi adalah pekerja keras. Saat beliau untuk
mendapatkan bekerja
di
kesempatan
sebuah
kantor
akuntan publik, beliau meyakini ini adalah
salah
satu
jalan
terbaik
baginya untuk keluar dari lubang kemiskinan. Sambil bekerja, beliau
#10: Bapak Sugiharto, Mantan Menteri BUMN RI
melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah di Universitas Jayabaya dan Universitas Indonesia. Pak Sugi jelas sudah berhasil. Prestasi kariernya membawa beliau sebagai Direktur Keuangan dan Administrasi PT. Medco Energi Internasional, Tbk. Karena prestasinya ini pula, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
mempercayakan
jabatan
Menteri
BUMN
kepadanya. Ya, pembantu rumah tangga dan tukang parkir itu kemudian menjadi menteri di Republik ini.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Dari
berbagai
”Lingkaran
diskursus
Setan
ini,
Mari bersikap optimis saja!. Jika anda dari keluarga kaya, manfaatkan fasilitas itu untuk lebih maju lagi. Jika anda dari keluarga tidak beruntung, anda tidak perlu berkecil hati, banyak orang sukses dari titik nol.
Kemiskinan”
memang sulit dipungkiri keberadaannya, jika dia tidak ada tentu negara
Indonesia
atau
negara
berkembang dan miskin lainnya tidak akan lama-lama berkubang
dalam kemiskinan yang meluas. Tetapi menganggap bahwa hanya orang kaya yang bisa sukses juga terlalu sembrono. Mari kita bersikap optimis, kalau anda berangkat dari keluarga kaya maka anda jelas memiliki kesempatan untuk lebih maju. Tetapi jika anda dari keluarga yang tidak beruntung pun, anda tidak perlu berkecil hati, terlalu banyak cerita-cerita nyata mengisahkan keberhasilan orang yang mengentas dari kemiskinan dan mencapai kesuksesannya. Dari merekalah kita dapat belajar banyak tentang menggapai kesuksesan dari titik nol.
Stop Excuse! Mereka Terbukti Berhasil Saat memulai belajar di kampus, anda akan mendapati atau juga mengalami sendiri kebiasaan-kebiasaan excusing atau justifiying atas ketidakmampuan diri untuk berkompetisi dengan mahasiswa lain. Ini jamak sekali. Kita menuduh teman lain lebih hebat bahasa inggrisnya karena orang tua-nya diplomat atau dia sudah kursus bahasa inggris sejak balita. Kita menuduh teman lain bisa ber-IPK cumlaude karena punya lebih banyak buku bagus yang mahal. Kita menuduh teman lain bisa menjuarai kompetisi di luar negeri karena orang tuanya
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
mampu membayar tiket pesawat ke sana. Dan seabrek excuse lainnya. Ujung-ujungnya, semua excuse ini seperti menuduh dunia yang tidak adil. Hasil studi kami dengan gamblang dan faktual membantah berbagai mitos, anggapan, atau juga excuse yang sering dilontarkan pemudapemuda mengenai tidak adilnya dunia. Temuan tersebut adalah sebagai berikut:
Mahasiswa Berprestasi tidak harus berlatar belakang keluarga kaya Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari keluarga-keluarga berada. Mereka memiliki sumber daya finansial yang memungkinkan mereka memiliki beragam fasilitas untuk mendukung prestasi di bangku perkuliahan, seperti buku-buku yang lengkap, kursus private, atau perlengkapan kuliah yang memadai, semacam komputer, kalkulator, alat gambar, atau alat laboratorium. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi ini, tidak semuanya datang dari keluarga berada. Beberapa dari mereka bahkan harus mencari biaya kuliah dan biaya hidup sendiri karena orang tua atau keluarga mereka sudah tidak mampu membiayai. Mereka memang harus berjuang mengatasi masalah keuangan ini. Tetapi, kekurangan atau keterbatasan finansial yang mereka miliki ternyata tidak menghalangi keinginan mereka untuk sukses di perkuliahan. Mereka tetap berprestasi di tengah usaha mencari biaya hidup dan biaya kuliah sendiri.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Kesimpulan kami, mahasiswa dengan latar belakang apapun, yang berada atau yang tidak, memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk berprestasi.
Mahasiswa Berprestasi datang dari daerah manapun Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari kota-kota besar. Mereka diyakini telah memiliki modal awal yang lebih baik, seperti pengenalan lingkungan perkotaan dengan budayanya yang lebih dinamis, atau telah memanfaatkan fasilitasfasilitas pembelajaran yang dapat ditemukan lebih lengkap di kota-kota besar, seperti lembaga kursus, perpustakaan, atau media informasi. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari kota-kota besar. Mereka datang dari kotakota yang sedang atau kecil saja, seperti Brebes, Jombang, Jepara, atau Pekalongan. Memang Mahasiswa Berprestasi yang berangkat dari kota kecil sempat mengalami kekagetan atas lingkungan dan budaya baru yang dihadapinya. Tetapi ini bukanlah masalah yang tidak bisa diselesaikan sehingga layak menghalangi prestasi yang ingin mereka raih. Mereka datang ke kampus untuk suatu alasan yang kuat, yaitu berprestasi dalam perkuliahan.
Mahasiswa Berprestasi datang dari sekolah manapun Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari alumni-alumni SMA/SMK terbaik atau favorit. Mereka
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
diyakini telah terbiasa dalam lingkungkan yang kompetitif sehingga terbiasa pula untuk berusaha keras mengejar prestasi. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari alumni-alumni SMA/SMK favorit. Bahkan M. Nuryazidi dan Kurnia Fitra Utama justru berangkat sebagai alumni pondok pesantren, institusi pendidikan yang kurikulumnya tidak mengkhususkan pada materi-materi pendidikan umum, tetapi juga materi-materi pendidikan agama. Ini menjadi bukti bahwa alumni SMA/SMK manapun memiliki kesempatan untuk meraih prestasi tinggi di masa perkuliahan.
Mahasiswa Berprestasi datang dari keluarga dengan orang tua berpendidikan apapun Sebelumnya ada anggapan bahwa Mahasiswa Berprestasi akan datang dari keluarga dengan orang tua yang berpendidikan tinggi. Mereka diyakini memiliki pandangan lebih maju mengenai arti prestasi dan kesuksesan akademik, sebagaimana yang orang tua mereka ajarkan. Faktanya, Mahasiswa Berprestasi, yang berbagi dalam studi kami ini, tidak semuanya datang dari keluarga dengan orang tua berpendidikan tinggi. Orang tua dari beberapa Mahasiswa Berprestasi hanya berpendidikan SLTA dan bahkan diantaranya hanya Sekolah Dasar. Hasil
studi
kami
menunjukkan
bahwa
beberapa
Mahasiswa
Berprestasi pernah mengalami situasi dimana orang tua mereka terkadang kurang faham dengan kondisi perkuliahan yang sedang
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Sebelum excuse dengan tuduhan “dunia tidak adil”, sebaiknya kita evaluasi diri sendiri dulu.
dialami putra-putri mereka. Tetapi ini tentu bukan alasan untuk menghalangi keinginan mereka berprestasi.
Alih-alih
meng-
Tuduhan “dunia tidak adil” juga sudah tidak dapat kita pakai, Mahasiswa Berprestasi membantahnya.
hambat, kami mendapati bahwa setiap
orang
tua
selalu
mendukung putra-putrinya, tentu dengan cara mereka masing-masing.
Semua temuan di atas memberikan keyakinan kepada kita bahwa prestasi dan kesuksesan dapat diperoleh oleh siapapun dengan latar belakang apapun. Pencapaian kita ditentukan oleh diri kita sendiri, sementara masalah-masalah warisan atau bawaan hampir-hampir tidak menjadi faktor penentu yang signifikan. Jadi jika sekarang anda belum mampu berprestasi, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah evaluasi internal terhadap diri sendiri. Sadari apa kekurangan yang dimiliki dan apa yang harus diperbaiki agar prestasi menjadi lebih baik! Menuduh dunia tidak adil sudah tidak dapat kita lakukan lagi. Cerita dan pengalaman para Mahasiswa Beprestasi sudah membantahnya.
Cerita Kesuksesan Mahasiswa dari Titik Nol Kesuksesan Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini memang belum dapat dibandingkan dengan Bapak Sugiharto, yang sudah terbukti sukses dan meraih jabatan Menteri BUMNI, RI. Tetapi beberapa dari mereka juga memperjuangkan prestasi semasa mahasiswanya di tengah-tengah kesulitan hidup yang tidak ringan. Cerita perjuangan
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
mereka layak
pula kita
baca
sebagai
sumber
inspirasi
dan
keteladanan. Cerita-cerita dari titik nol ini bukan untuk mempertentangkan mahasiswa
kaya
atau
tidak
kaya.
Sebaliknya,
kami
ingin
mengantarkan inspirasi dan teladan bagi pembaca. Cerita ini adalah cerita inspirasi dan keteladanan bagi semua mahasiswa. Jika anda bukan mahasiswa yang ”berada”, yakinlah bahwa pintu prestasi dan kesuksesan bisa pula anda masuki! Namun, jika anda mahasiswa yang ”berada”, maka kami berharap agar cerita ini menginspirasi anda untuk lebih berprestasi, dan tidak bersantai-santai atau terlena dengan kemudahan-kemudahan yang sudah dimiliki saat ini.
Purba Purnama: Pelanggan Mi Instan dan Martabak Telur Purba Purnama nama lengkapnya, tetapi dia biasa dipanggil “Purba” atau “Pur” saja. Saat ini Purba tengah menyelesaikan studi Master (S2) dan PhD (S-3) secara bersamaan di Korea Institute of Science and Technology (KIST) – University of Science and Technology (UST) Korea
Selatan,
melalui
program
International
Research
and
Development Academy (IRDA). Untuk studi ini, Purba mendapat beasiswa dari KIST sendiri. Kuliah Strata-1 (S-1) diselesaikan oleh Purba dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat cumlaude (IPK 3.65 dari skala 4.00).
Purba
juga
merupakan
wisudawan terbaik Fakultas MIPA UI
- -
#11: Purba saat menerima anugerah “Outstanding Researcher” dari UST, Korea Selatan
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
pada tahun 2004. Semasa kuliah S-1, Purba mendapat bermacam beasiswa prestasi seperti Beasiswa PPSDMS Nurul Fikri, Beasiswa Bank Mandiri, Beasiswa ETOS, Dompet Dhuafa, Republika, Beasiswa Indofood, dan Beasiswa PPA. Saat ini, selain melanjutkan pendidikan-nya, Purba juga menjadi peneliti di Biomaterial Research Center, KIST. Purba banyak meneliti tentang bahan kimia sebagaimana latar belakang pendidikan dia. Beberapa prestasi sudah diraihnya saat kuliah dan menjadi peneliti di Korea Selatan ini. Tahun 2010 kemarin, Purba adalah peraih “Otstanding Research Award” di UST. Sampai buku ini ditulis, Purba juga telah mencatatkan namanya sebagai pemegang 1 hak paten di Amerika Serikat 2 hak paten di Korea Selatan. Ketiganya adalah hasil penelitian
Purba
dalam
modifikasi
biopolymer
polilaktida
dan
pemanfaatan teknologi superkritis karbon dioksida.. Jika melihat prestasi Purba sewaktu kuliah S-1 dan prestasi sekarang, mungkin banyak orang yang tidak membayangkan bahwa hidup Purba dulunya sangat berat. Purba harus membiayai sendiri biaya kuliah dan biaya hidup semasa mahasiswa.
MASA KULIAH Pendidikan sarjana aku tempuh di Departemen Kimia, Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Tak mudah melewati perkuliahan disini semenjak meningkatnya biaya pendidikan. Sungguh uang seratus ribu, dua ratus ribu, adalah uang yang besar bagiku dimasa kuliah dulu.
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Pada tingkat pertama, aku masih mendapat kiriman biaya semester dan bulanan dari Bapak, walaupun kiriman dari Bapak terkadang masih kurang untuk ukuran hidup di Depok. Sering kali aku hanya sarapan
mi
instan,
yang
beberapa
semester
kemudian
mengakibatkan sakit radang lambung, Masya Allah, sudah susah, sakit pula.
Tantangan lain yang dihadapi adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan biaya alat tulis, fotocopy materi kuliah, buku, print makalah-makalah dan tugas.
Bersama temanku, Oky, kami memutuskan untuk mengkoordinir kelas ketika ada buku atau bahan kuliah yang perlu difotocopy. Kami kemudian mencari tempat fotocopy yang paling murah agar bisa mengambil keuntungan dari jasa tersebut. Dari jasa fotocopy ini, kami bisa menutup biaya fotocopy buku atau materi kuliah untuk kami sendiri. Tetapi tentu saja masih kurang untuk kebutuhankebutuhan kami yang lain.
Akhirnya, bersama Oky, aku mencari tempat-tempat les privat untuk mendaftar sebagai pengajar. Alhamdulillah kita diterima untuk menjadi pengajar dengan honor Rp.17,500 sekali datang. Dan mengajarnya seminggu sekali, paling banyak 2 kali seminggu kalau ada panggilan. Alhamdulillah, aku bisa dapat tambahan walau sedikit.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Setelah beberapa bulan mengajar pada lembaga privat tersebut, Alhamdulillah aku dikasih murid yang lebih tinggi honornya, Rp. 30,000 sekali datang. Dan untungnya, setiap selesai mengajar sering kali aku dapat makan malam dari keluarga muridku itu. Lumayan, bisa menghemat uang makan dan memperbaiki gizi.
Dalam kehidupan perkuliahan pun, sebagai seorang mahasiswa dari daerah, aku terkadang merasa “minder” dengan mahasiswamahasiswa yang berasal dari Jabodetabek, yang memiliki prestasi bagus-bagus.
Pada semester 1 itu, masih teringat ada 2 atau 3 orang yang memang dari SMU sudah menunjukan akademik bagus, yang kemudian selalu jadi andalan teman-teman kuliah untuk dimintai tolong re-teach bahan kuliah yang sulit.
Saat itu, teman-temanku boleh dibilang “tidak memperhitungkan”ku. Tapi it’s OK. Hal itu wajar, karena sudah berasal dari daerah, dana juga kurang sampai harus ngobyek fotocopy-an segala, apa mungkin bisa diandalkan buat ngajarin bahan kuliah?
Tapi, aku tidak peduli dan enjoy dengan apa yang ada. Hingga akhir semester, IP-ku semester pertama ternyata mencapai 3,53 dan
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
merupakan peringkat 3 di angkatanku. Dari sinilah teman-teman mulai memper-hitungkanku dalam bidang akademis.
Aku mulai sering diminta untuk mengajarkan kembali bahan kuliah yang
susah-susah
seperti
”Analytical
Chemistry”,
”Physical
Chemistry”, ”Modern Physics”. Nah, hal-hal seperti inilah yang kemudian aku manfaatkan untuk mengulang pelajaran karena sering kali aku bolos kuliah untuk mengajar privat ataupun untuk kegiatan organisasi yang aku ikuti.
Namun, sekitar semester 2, Bapak sudah menyatakan tidak mampu membiayai hidupku di Depok ini. Kakakku yang bekerja sebagai awak kapal bersedia membantu biaya semesteran dengan catatan aku harus berjuang sendiri untuk bisa menghidupi diri selama kuliah.
Semuanya terasa berat dijalani. Sampai aku menemukan nasihat penting dari seniorku, “Pur, kalau mau kuliah itu, jangan kita yang bayar, kita kuliah itu justru kita yang harus dibayar. Jadilah seperti mutiara, walaupun kecil tapi mempunya nilai yang jauh lebih tinggi dari batu biasa”.
Setelah aku renungkan kata-kata itu, aku sadar bahwa prestasi adalah sesuatu yang bisa membantu agar kuliahku justru dibayar, bukan membayar. Alhamdulillah pada semester 1 aku mampu
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
memperoleh
IP
3,53.
Dengan
modal
itulah
aku
mencoba
mengajukan beasiswa ETOS pada akhir semester 2. Alhamdulillah besarnya beasiswa adalah Rp. 250,000 per bulan. Beasiswa itu aku jadikan sebagai pengganti kiriman Bapakku.
Dengan mengontrak rumah bersama teman-teman, beban hidup sedikit lebih ringan karena biaya tinggal ditanggung bersama. Tapi, tetap saja masih sering susah buat makan.
Aku teringat suatu ketika karena sudah menipisnya uang bulanan, aku terpaksa hanya membeli martabak yang harganya Rp 2,500. Pada saat pulang, ternyata ada temanku, Bayu, yang masih menungguku. Dia merasa aku akan pulang bawa martabak. Akhirnya kami
makan
bersama
martabaknya.
Alhamdulillah
bisa
mengenyangkan perut-perut kelaparan.
Saat itu aku hanya berfikir, kebetulan saja Bayu belum tidur. Eh, setelah lulus dan lama tak berjumpa, dia membuat pengakuan bahwa waktu itu dia benar-benar kehabisan uang bulanan dan tahu kalau aku sering beli martabak buat makan malam. Kirain aku saja yang kelaparan, ternyata ada juga yang lebih menyedihkan. Hehehehe.
Pada tahun 2002, aku mendapatkan beasiswa dari PPSDMS Nurul
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Fikri. Beasiswa yang menyediakan uang saku dan asrama bagi mahasiswa-mahasiswa berprestasi. Jelas, beasiswa dari PPSDMS Nurul Fikri semakin memudahkan urusan hidupku selama kuliah di UI.
Lebih dari itu, di Asrama PPSDMS Nurul Fikri ini pula aku mendapat banyak
pembelajaran
yang kemudian banyak
mempengaruhi
hidupku tentang arti penting idealisme dalam hidup.
Oleh: Purba Purnama (diambil
dari
www.purbapurnama.com
18
,
dengan
beberapa
suntingan, pemotongan, dan penambahan dari bahan-bahan lain)
Cerita Purba ini memberi contoh bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk diraih walaupun tantangan dan masalah yang dihadapi tidaklah ringan. Purba juga memberi inspirasi betapa tantangan perkuliahan adalah untuk dihadapi, bukan untuk dihindari dan menjadi excuse.
M. Nuryazidi: Dari Menjual ”Hexos” Menuju Bank Indonesia Ini bukan promosi, tapi permen Hexos-lah yang membuat M. Nuryazidi (Didi) tetap terkenang dengan perjuangannya menaklukkan Jakarta, menyusul Ayahnya-nya yang sudah lebih dahulu menjadi sopir taksi di kota ini.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Didi sadar dia hanya anak desa yang tidak mungkin untuk bermimpi macam-macam, kecuali satu keinginannya saja, memberangkatkan haji orang tuanya. Keinginan ini yang membawanya berangkat ke Jakarta, tapi entah dengan cara apa dia akan mewujudkan keinginan itu. Bahkan untuk biaya berangkatnya ke Jakarta saja, Ibu Didi juga harus meminjam uang ke tetangga. Sampai di Jakarta, dia memulai “karir” dengan menjadi pedagang asongan di daerah Cawang, menyasar bus-bus yang sedang mengantri di terminal bayangan itu. Permen Hexos adalah barang dagangan yang pertama kali dijajakannya. Namanya juga pedagang asongan di jalanan, hidup terasa keras bagi Didi. Pernah dia terjatuh dari bus gara-gara memaksa turun saat bus sudah melaju kencang. Ketrampilan bertahan hidup dia dapatkan di jalanan ini. Setelah semakin cakap berdagang, Didi mulai pula menjajakan produk lain, seperti korek api, dan stiker anak-anak bergambar teletubbies yang lagi ngetrend saat itu. Sedikit demi sedikit dia mulai bisa menabung dan juga membelikan mainan untuk adik-adiknya di desa. Didi kemudian “ditolong” oleh Bapak, begitu Didi biasa memanggil ayah-nya. Bapak-nya boleh seorang sopir taksi, tapi beliau memiliki visi yang maju dan insting yang kuat atas kemampuan anaknya. Beliau tidak rela Didi hanya berjualan di jalanan padahal Didi sudah menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Beliau kemudian memaksa Didi untuk ikut mencoba seleksi masuk UI. Didi punya banyak alasan untuk menolak perintah Bapak-nya, utamanya karena dia tidak yakin bagaimana dia bisa mengerjakan soal Ujian Masuk Perguruan Tinggi padahal dia tidak pernah ikut bimbingan
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
belajar. Dan jika diterima pun, dia juga bingung bagaimana dia akan membiayai kuliahnya. Tentu ini alasan yang kuat untuk tidak menanggapi usulan Bapaknya. Bapak-nya memaksa dan meyakinkan semua masalah itu dipikirkan nanti saja. Singkat cerita, Didi akhirnya mengalah dan mencoba mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Didi akhirnya diterima di Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP UI. Dari sinilah perjalanan hidupnya mulai berbelok arah menuju perbaikan yang tajam. Tetapi itu tidak terjadi secepat itu juga. Tantangantantangan
semasa
perkuliahan
#12: Didi dan Istri saat di Singapura
juga
harus dia selesaikan, seperti keharusan mencari beasiswa dan mencari tambahan biaya hidup di tengah-tengah kewajibannya menjalani perkuliahan. Saat kuliah, Didi sempat berjualan Al-Qur‟an ke teman-temannya, menawarkan teh ke warung-warung makanan, hingga menjaja minuman dalam kemasan saat ada demonstrasi mahasiswa. Didi juga sempat menjadi kurir penempel poster bagi sebuah institusi di UI. Semuanya dilakoninya untuk menambah uang hidup. Hebatnya, di tengah-tengah perjuangan ini, Didi tetap mampu menorehkan banyak prestasi penting, termasuk lulus dengan predikat cumlaude, dan menjadi Lulusan Terbaik, FISIP UI, tahun 2005.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Saat ini Didi adalah salah satu pegawai Bank Indonesia, satu posisi yang diidamkan para sarjana di Republik ini. Cita-citanya sebelum menginjakkan kaki di Jakarta sudah pula ia tunaikan. Didi sudah berhasil memberangkatkan Bapaknya ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Didi memberi bukti bahwa siapapun berhak untuk berprestasi dan menggapai kesuksesannya sendiri. Bagi Didi, semua diawali dari permen Hexos.
Kurnia Fitra Utama: Keinginan Awalnya hanya Kursus Menjahit Cerita Kurnia Fitra Utama (Fitra) juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Purba maupun Didi. Fitra adalah alumni Departemen Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UI (FISIP UI). Fitra meraih penghargaan sebagai mahasiswa terbaik FISIP UI tahun 2001 dan 2003 sebelum menyelesaikan studinya pada tahun 2004 dengan predikat cumlaude FISIP UI. Beberapa beasiswa prestasi juga sempat diraihnya pada masa perkuliahan Strata-1 (S-1). Namun kata Fitra, “Sejujurnya Juruan Sosiologi adalah pilihan kedua saya saat mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi, sedangkan pilihan pertama adalah Jurusan Psikologi. Lebih jujur lagi sebenarnya saya tidak ingin masuk UI, saya ingin masuk ke lembaga pendidikan komputer murah meriah dan kursus menjahit dan tata boga di daerah Bogor. Motivasinya adalah agar saya cepat
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
selesai
sekolah,
cepat
mencari
pekerjaan,
dan
cepat
berkontribusi pada keluarga.” (Kurnia Fitra Utama) Sebagai anak pertama, Fitra merasa tahu diri untuk harus membantu orang tuanya dengan memberikan kontribusi keuangan. Tetapi Orang Tuanya berkehendak lain. Mereka menghendaki Fitra melanjutkan sekolahnya ke institusi pendidikan
yang
lebih
tinggi.
Seperti halnya Didi, motivasi utama Fitra untuk kuliah di UI adalah untuk menyenangkan
dan
membuat
#13: Fitra dan Istri saat kuliah di Australia
bangga orang tuanya.
Menurut Fitra, dia hanya memiliki dua pilihan untuk membanggakan orang tuanya: masuk UI atau pergi kuliah di Universitas Al Azhar Mesir. Pilihan kedua tidak dicobanya karena dia sudah banyak belajar agama di pesantren, tempat dia menempuh studi tingkat SLTA-nya. Disinilah Fitra mulai harus mengetahui bagaimana agar dia bisa kuliah di UI tanpa terlalu membebani orang tuanya. Fitra mencoba mencari keringanan biaya kuliah yang biasanya diberikan oleh UI untuk mahasiswa
tertentu.
Walaupun
prosesnya
cukup
memberi-kan
tekanan hati, mengajukan keringa-nan biaya kuliah adalah rutinitas Fitra setiap semesternya, demi kelangsungan kuliah dan demi membantu beban orang tuanya. Dalam perjalanannya, Fitra juga mendapat beasiswa dari beberapa pihak luar yang kemudian cukup membantu mengurangi beban pikiran dalam hal pembiayaan kuliah.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Tidak mau menyiakan harapan orang tua, adik-adik, dan orang-orang yang
mendukungnya,
Fitra
menjalani
perkuliahan
dengan
kesungguhan. Fitra telah merasakan manfaat jerih payahnya semasa kuliah Strata-1. Tahun 2007 lalu, Fitra dianugerahi beasiswa AUSAID oleh Pemerintah Australia
untuk
studi
S-2
dalam
program
Human
Resource
Management di University of Melbourne, Australia. Saat ini, Fitra adalah eksekutif muda di sebuah perusahaan perkebunan. Selamat kepada Fitra! Semoga kesuksesan terus berlanjut di kemudian hari.
Menyiasati Masalah-Masalah Bawaan Latar belakang Purba, Didi, dan Fitra
memang
tidak
Mahasiswa Berprestasi mengalami masalah bawaan juga, seperti minim dana, gagap budaya, atau jelek bahasa inggrisnya.
mampu
membunuh usaha mereka untuk bersekolah
lebih
tinggi
dan
kemudian berprestasi. Akan tetapi,
Tetapi mereka tidak mendiamkannya.
tidak bisa dipungkiri bahwa latar belakang
seperti
ini
memberi
masalah tersendiri bagi sebagian dari kita. Seperti Purba yang harus mencari uang tambahan dengan memberi les privat atau Didi yang harus menempel poster untuk menambah biaya hidupnya. Mereka berdua harus mengalokasikan sebagian waktunya untuk mencari tambahan dana. Hasil studi kami mengidentifikasi adanya masalah-masalah bawaan yang dialami oleh Mahasiswa Berprestasi. Tetapi mereka tidak tinggal
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
diam, mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah-masalah bawaan ini demi masa perkuliahan yang lebih bermanfaat.
Isu 1: Masalah Keuangan Seperti cerita Purba, Didi, dan Fitra, tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kesulitan keuangan untuk membiayai kuliah maupun kebutuhan hidupnya. Pada masalah bawaan seperti ini, anda tidak perlu berkecil hati. Dari cerita Mahasiswa Berprestasi, ada banyak cara yang bisa mereka lakukan untuk menutupi kebutuhan hidup dan biaya kuliah mereka. Beberapa solusi yang mungkin bisa dicoba:
Memanfaatkan beasiswa yang tersedia melimpah Kampus biasanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang tidak mampu untuk mengajukan beasiswa atau keringanan biaya kuliah. Pada banyak kasus, keringanan bahkan bisa diberikan hingga 100%, dimana mahasiswa tidak perlu membayar sepeserpun biaya kuliahnya. Bagi mahasiswa baru, beasiswa dan keringanan biaya kuliah biasanya didapat dari kampus masing-masing, terkadang ada juga skema dari pemerintah pusat atau daerah. Bagi mereka, biasanya kampus akan memberikan beasiswa atau keringanan sematamata atas alasan apakah mahasiswa baru itu mampu membayar atau tidak.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Setelah menyelesaikan Semester pertama, mahasiswa biasanya mulai memiliki kesempatan untuk mencari beasiswa
yang
disediakan oleh lembaga-lembaga lain, seperti dari perusahaan, LSM, maupun yayasan-yayasan sosial pemberi beasiswa. Banyak lembaga yang peduli dengan pendidikan Indonesia dan mereka menyediakan kesempatan beasiswa yang luas bagi siapa saja. Fakta penting bagi pencari beasiswa adalah beasiswa dari lembaga luar biasanya diberikan secara selektif. Para pemberi beasiswa tentu memiliki hak dan preferensi untuk memberikan beasiswa
kepada
mahasiswa
yang
dinilainya
layak
untuk
menerima. Seringkali yang terpilih adalah mahasiswa dengan prestasi yang baik. Dari
studi
Berprestasi penting
kami,
Mahasiswa
menganggap
untuk
faktor
memenangkan
seleksi beasiswa adalah prestasi akademik yang baik (baca: Indeks Prestasi Kumulatif – IPK yang
Modal terbaik untuk mendapatkan beasiswa adalah memiliki IPK yang bagus. Jika anda membutuhkan beasiswa, jadikan “cumlaude” sebagai target sejak awal.
bagus), terutama bagi mahasiswa yang baru menyelesaikan 1 atau 2 semester. Prestasi akademik menjadi kunci untuk mendapatkan beasiswa tatkala
mahasiswa
masih
berada
pada
tahun
pertama
perkuliahannya, waktu dimana kinerja mahasiswa hanya dapat diukur oleh pemberi beasiswa dari prestasi akademik saja. Mahasiswa Berprestasi menyadari pentingnya prestasi akademik ini sejak awal. Mereka meyakini bahwa beasiswa yang mereka
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
butuhkan akan lebih mudah didapat jika mereka mampu meraih prestasi akademik yang melebihi rata-rata. Oleh karenanya, sejak Semester 1, mereka menetapkan target tinggi untuk prestasi akademik dan kemudian memberikan prioritas waktu mereka untuk berusaha mencapainya. Mereka sadar bahwa kegagalan meraih beasiswa berarti ancaman bagi kelangsungan kuliah mereka. Pembaca yang mungkin memiliki masalah bawaan serupa, sebaiknya
segera
memperbaiki
strategi,
termasuk
dengan
menetapkan prestasi akademik sebagai salah satu target yang harus dicapai! Setelah
beberapa
semester,
mahasiswa akan mendapati lebih banyak varian lembaga yang menawarkan diberikan
beasiswa
untuk
Pelajari persyaratan beasiswa yang diminati, dan siapkan diri untuk layak mendapat anugerah beasiswa itu!
yang
mahasiswa
tingkat
menengah
dan
akhir.
Termasuk dalam varian ini adalah jenis beasiswa kepemimpinan atau
beasiswa
prestasi.
Beasiswa
seperti
ini
biasanya
memperhitungkan persyaratan yang lebih banyak dan ketat. Selain prestasi akademik, beberapa dari mereka juga mensyaratkan prestasi non-akademik, seperti keterampilan organisasi dan skillskill individual lain. Beasiswa tersedia sangat melimpah di luaran sana. Mahasiswa yang memerlukan beasiswa tidak boleh lelah untuk mencari informasi dan peluang dimana dia bisa mendapatkan beasiswa itu. Dari informasi yang ada, tugas mahasiswa adalah menyiapkan diri
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
dan menjadikan dirinya layak untuk menerima anugerah beasiswa dari manapun itu.
Menjalani pekerjaan sambilan Beasiswa sebenarnya adalah sumber pendanaan yang paling ideal. Mahasiswa hanya perlu belajar, orang lain yang akan membayar biaya kuliah dan kadang juga biaya hidupnya. Tetapi, mendapatkan beasiswa kadang juga tidak mudah karena persaingan antar mahasiswa yang membutuhkannya juga ketat. Beasiswa yang menutup biaya kuliah dan biaya hidup secara penuh biasanya akan kebanjiran pelamar. Sedangkan beasiswa tertentu terkadang hanya menutup biaya kuliah saja, sehingga mahasiswa masih harus mencari sumber pendanaan lain untuk menutup biaya hidup selama kuliah. Mencari pekerjaan sambilan adalah solusi yang bisa diambil untuk menutup kebutuhan mahasiswa. Beberapa Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga mencari pekerjaan sambilan untuk menutup kebutuhan hidup mereka, seperti cerita Purba dan Didi. Pekerjaan sambilan yang paling banyak dilakukan oleh Mahasiswa Berprestasi adalah pekerjaan sebagai guru privat atau guru bimbingan belajar bagi adik-adik SLTA, SLTP, atau SD. Selain mendapatkan uang, pekerjaan sebagai guru privat atau bimbingan belajar ini turut membantu adik-adik sekolah mengejar prestasi mereka.
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Awidya Santikajaya, salah satu Mahasiswa Berprestasi, juga menjalani profesi sampingan sebagai asisten dosen dan asisten peneliti untuk mencari tambahan dana. Memang, beberapa kampus atau fakultas mampu memberikan kompensasi yang menarik bagi para asisten pengajar atau penelitinya. Pada contoh lain, kami menemukan skema keringanan biaya kuliah, yang diberikan pihak universitas, yang harus dikompensasi oleh mahasiswa penerima dengan menjadi tenaga administrasi di lingkungan
kampus.
Pekerjaan
administrasi
di
lingkungan
perpustakaan dan fakultas adalah contoh-contoh yang kerap ditemui. Selain bekerja dengan pihak tertentu, mahasiswa juga dapat mencari tambahan uang dengan berdagang. Berdagang adalah salah satu cara yang paling realistis untuk mencari uang tambahan,
seperti
Purba
yang
berinisiatif
menjual
jasa
penggandaan materi-materi kuliah kepada teman-temannya. Bekerja
sambilan
dan
berdagang
terkadang
tidak
melulu
mengenai uang. Mahasiswa juga dapat menganggap proses dalam bekerja sambilan atau berdagang sebagai bagian dari proses pengembangan diri yang akan membetuk karakter dan ketrampilan hidup mereka. Karenanya, bagi Purba dan Didi, segala usaha mereka untuk menaklukkan tantangan finansial di kampus pada akhirnya justru melatih mereka untuk menghadapi tantangan pasca kampus dengan lebih terampil.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Mengikuti kompetisi dengan hadiah uang Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami juga memanfaatkan lomba atau kompetisi yang berhadiah uang untuk menambah pendanaan. Memang beberapa kompetisi menawarkan hadiah sampai jutaan rupiah, angka yang signifikan bagi seorang mahasiswa. Bagi mahasiswa yang terampil menulis, mengirim tulisan ke media massa adalah opsi yang layak dicoba. Tulisan yang dimuat biasanya mendapat kompensasi yang lumayan, berkisar Rp. 300 ribu sampai dengan Rp. 1 juta per tulisan, tergantung pada nama besar media massa-nya. Motif finansial dalam keikutsertaan mahasiswa pada kompetisi adalah hal yang wajar dan jauh dari kesan hina. Alih-alih seperti halnya bekerja sampingan, keikutsertaan dalam kompetisi, selain mendatangkan
uang,
adalah
kesempatan
yang
baik
bagi
mahasiswa untuk mengembangkan diri serta melatih kreatifitas. Dari semua strategi ini, situasi
Cara mencari uang kuliah bisa berbeda-beda, tapi semangatnya tetap sama “mahasiswa harus kreatif untuk tidak menyerah dengan keadaan”
mungkin sudah berubah sekarang, dan
cara-cara
untuk
mengatasi
masalah keuangan ini bisa juga berubah atau bertambah banyak pilihan.
Tetapi, pelajaran terpentingnya tetap sama, mahasiswa tidak boleh menyerah terhadap keadaan. Mahasiswa tidak boleh menganggap masalah keuangan sebagai penghambat seseorang untuk meraih
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
prestasi
dan
cita-cita
tinggi.
Mahasiswa
harus
kreatif
untuk
mengatasinya.
Isu 2: Masalah Gagap Lingkungan dan Budaya Dahulu, teman-teman SLTA/SMA kita lazimnya adalah anak tetangga atau anak-anak yang berasal dari kota yang sama, yang memiliki bahasa yang sama dan lingkungan yang tidak jauh dari rumah. Tetapi di dunia perguruan tinggi, teman-teman datang dari berbagai kota, propinsi, dan bahkan negara yang berbeda. Mereka memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda, watak yang beragam, dan bahkan tidak sedikit dari mereka telah memiliki prestasi nasional sejak awalnya. Beberapa Mahasiswa Berprestasi
juga
mengalami
rasa
ketidak-percayaan
diri
datang
mahasiswa
sebagai
saat
baru. Awalnya, mereka juga merasakan
benturan
Masalah ketidakpercayaan diri dan gagap budaya ada dalam kendali mahasiswa itu sendiri.
budaya
Kuncinya, mahasiswa harus memaksa dirinya untuk beradaptasi dan mengendalikan tekanan-tekanan mental itu.
yang sebelumnya tidak ditemui saat masih SLTA/SMA. Masalah ketidakpercayaan diri dan gagap budaya seringkali terwujud dalam perasaan minder, kegemaran untuk menyendiri, enggan bergaul, kurang berpartisipasi dalam kelas, dan sering berujung pada frustasi. Keminderan dan gagap budaya mahasiswa baru seringkali muncul karena adanya gap antara lingkungan baru dengan lingkungan lama. Mahasiswa yang berangkat dari kota kecil biasanya merasa minder ketika bergaul dengan mahasiswa dari kota besar. Demikian juga
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
mahasiswa
dengan latar keluarga yang kurang mampu, mereka
sering memiliki alasan untuk minder dan kurang pergaulan (“kuper”). Proses perkuliahan yang berbeda dengan masa sekolah, seperti adanya sistem kredit semester (SKS) dan kuliah pilihan, terkadang juga memberikan kebingungan dan tekanan tersendiri. Mekanisme perkuliahan yang menuntut kemandirian dan inisiatif seringkali tidak diantisipasi dengan cepat oleh mahasiswa baru. Akibatnya, mereka yang tidak siap akan tergopoh-gopoh untuk menyelesaikan masalahmasalah perkuliahan. Pada dasarnya, masalah ketidakpercayaan diri dan gagap budaya adalah masalah yang sepenuhnya dibawah kendali mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu, kami mengkategorikan ini sebagai masalah yang relatif ringan. Meskipun demikian, jika tidak mampu dikendalikan dengan baik dan cepat, masalah ini tetap saja akan menghambat proses mahasiswa di bangku perkuliahan. Lalu bagaimana cara mengatasi masalah ketidakpercayaan diri dan gagap budaya ini? Karena masalah ini sepenuhnya dibawah kendali mahasiswa,
maka
kunci
penyelesaiannya
adalah
bagaimana
mahasiswa memaksa dirinya untuk beradaptasi dan mengendalikan tekanan-tekanan mental yang dihadapinya dalam lingkungan baru ini. Hasil studi kami atas Mahasiswa Berprestasi menunjukkan ada beberapa tips praktis yang bermanfaat, diantaranya:
Menguatkan keyakinan diri Untuk mengatasi rasa ketidakpercayaan diri, mahasiswa harus memiliki pengendalian diri yang kuat, yaitu keyakinan bahwa
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
dirinya memiliki kemampuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang ingin dicapainya. Keyakinan diri bagi Ghofar Rozaq Nazila diekspresikan seperti berikut: “Gagap budaya saya anggap sebagai proses alamiah dalam adaptasi dengan lingkungan baru sehingga tidak boleh muncul terlalu lama. Keyakinan saya bukan berasal darimana saya berasal, tetapi berangkat dari pertanyaan “Mengapa Allah SWT menciptakan saya di muka bumi ini, saat sekarang ini, pada peradaban ini?”. Satu-satunya jawaban adalah bahwa penciptaan itu mengandung pesan saya akan mampu mencetak karya dan menjadi solusi bagi dunia. Jadi fokus saya adalah selalu berprestasi dan membangun karya bagi warisan kehidupan.” (Ghofar Rozaq Nazila) Bagi Purba Purnama, rasa minder adalah penghancur cita-cita yang tidak layak untuk dibiarkan berkelanjutan. “Jika orang lain bisa melakukannya, Insya Allah saya juga bisa. Tidak ada hal yang tidak mungkin. Selain itu, latar belakang keluarga saya yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, menjadikan diri saya cukup banyak mengalami kesulitan hidup. Hampir 12 tahun, jenjang sekolah SD hingga lulus SMU harus saya lalui tanpa penerangan listrik. Pulang sekolah saya harus membantu orang tua. Hal-hal seperti inilah yang memacu semangat saya
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
agar suatu saat, generasi-generasi penerus saya tidak mengalami hal-hal sulit yang pernah saya alami. Kondisi ini jugalah yang membuat saya pantang menyerah, apalagi terhadap tantangan-tantangan yang remeh. Itulah kenapa moto saya „Born for fighting, impossible is nothing, share for everything‟. Kita hidup untuk selalu berjuang karena tidak ada yg tak mungkin, namun jangan lupa untuk berbagi dengan sesama dalam hal apapun.” (Purba Purnama)
Mengenal lingkungan kampus dengan baik Bagaimana perasaan tersesat dalam kota yang tidak kita kenal sama sekali? Pasti resah dan takut. Analogi yang sama dapat digunakan pada perasaan mahasiswa yang tidak mengenal lingkungan kampusnya dengan baik, dalam aspek fisik maupun aspek budaya yang ada di sana. Mahasiswa baru biasanya diselimuti keraguan dan kekhawatiran saat pertama kali datang ke kampus, seperti untuk melakukan pendaftaran ulang, mencari lokasi rektorat, mengurus beasiswa, mencari lokasi asrama bagi anak daerah, mencari lokasi fakultas, dan berbagai keperluan anak baru lainnya. Semua proses ini bisa sangat melelahkan secara mental jika tidak diantisipasi dengan baik. Dewasa ini, informasi mengenai kampus, peluang beasiswa dan keringanan biaya kuliah, asrama/kost/apartemen, dan fasilitas
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
pendukung perkuliahan dapat diakses dengan mudah dari internet, seperti website universitas atau blog-blog umum. Melalui media ini, calon mahasiswa atau mahasiswa baru dapat meluangkan sedikit waktunya untuk memelajari semua kebutuhannya sebelum benar-benar terjun melaluinya. Bekal informasi awal akan memberikan rasa percaya diri dan keyakinan yang lebih baik untuk melalui proses-proses awal menjadi mahasiswa. Alih-alih baru mencari informasi beasiswa saat hari pendaftaran ulang, mahasiswa sebaiknya sudah mendapatkan informasi yang lengkap sejak mereka di rumah. Informasi itu bisa didapat dari website-website resmi atau seniorsenior SMA yang sudah menjadi mahasiswa di kampus tersebut. Syarat-syarat yang diperlukan sebaiknya disiapkan lebih awal. Cara ini cukup membantu mengatasi tekanan mental yang mungkin dihadapi pada hari pertama sebagai mahasiswa. Contoh lainnya, sebelum kita susah payah mencari lokasi pendaftaran ulang di kampus atau lokasi rektorat atau lokasi Masa Orientasi, ada baiknya kita pelajari dahulu peta kampus yang sudah banyak diunggah di media internet. Ini juga menjadi cara yang
baik
untuk
menikmati
proses
perkuliahan
daripada
menjadikannya sebagai sebuah tekanan yang negatif.
Memanfaatkan jaringan daerah atau SLTA asal Di tanah rantau atau di lingkungan baru, orang dari satu daerah atau satu asal-usul selalu dianggap saudara saja. Sang senior
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
sangat bahagia saat menerima kedatangan junior mereka dari daerah atau dari SLTA yang sama. Dengan semangat yang sama, maka mahasiswa baru dapat pula menganggap
seniornya
adalah
saudara
sendiri.
Layaknya
saudara, sikap saling menghormati, saling membantu, dan saling tegur sapa seharusnya menjadi perilaku yang umum saja. Saat mahasiswa baru
belum
mengenal banyak
orang di
lingkungan kampus, maka saudara serantau atau senior SLTA adalah orang yang paling realistis untuk menjadi tempat bertanya dan berkonsultasi. Strategi ini adalah salah satu cara untuk mengantisipasi ketidakpercayaan diri atau keresahan pada masa awal-awal perkuliahan. Dian Indah Kencana Sari, salah satu Mahasiswa Berprestasi dalam studi ini, juga mengakui peran senior bagi masa adaptasinya. “Pada awalnya saya juga kurang familiar terhadap sistem belajar. Kuliah ternyata menuntut mahasiswa lebih proaktif dalam mempelajari materi dibanding zaman sekolah yang sebagian besar inisiatif berasal dari guru. Lingkungan pergaulan yang baru juga membuat saya sedikit gugup, terutama dibandingkan dengan suasana pergaulan di kota kecil, kampung halaman saya. Untuk
mengatasi
semua
tantangan
ini,
saya
banyak
mengobrol dengan teman-teman maupun senior. Mereka
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
membantu kita lebih cepat mengenal sistem perkuliahan maupun lingkungan pergaulan di kota besar.” (Dian IKS)
Isu 3: Masalah Penguasaan Ketrampilan tertentu Apa yang dialami oleh Kurnia Fitra Utama mungkin menggelikan, walaupun ini menjadi bukti betapa kelemahan tertentu yang dimiliki mahasiswa juga akan sangat menganggu masa perkuliahan yang sedang dijalaninya. “Pada awal perkuliahan, saya tidak tahu cara mengoperasikan kalkulator
scientific,
menggunakannya
karena
saat
SMA.
saya
memang
Akibatnya,
nilai
tidak mata
pernah kuliah
“Statistik” saya jelek. Ini menyedihkan, bukan karena saya tidak paham
konsepnya,
tetapi
karena
saya
tidak
mampu
mengoperasikan kalkulator, sangat tragis.” (Kurnia Fitra Utama, sambil tersenyum kecut) Kegagalan Fitra dalam mata kuliah “Statistik” mungkin tidak terlalu serius dan tidak banyak mempengaruhi pencapaian prestasinya. Tetapi kenyataan ini memberikan contoh bagaimana ketrampilan tertentu dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa. Mahasiswa dengan latar belakang tertentu kadang dihadapkan pada kekurangan dalam ketrampilan-ketrampilan yang penting bagi proses perkuliahannya. Beberapa Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami, terutama yang berangkat dari kota kecil, mengaku memiliki kelemahan dalam penguasaan bahasa Inggris pada saat awal-awal masa perkuliahan.
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Ini selaras dengan hipotesa awal kami bahwa mahasiswa dari daerahdaerah yang bukan dari kota besar cenderung memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang rendah. Ini tidak terlepas dari minimnya fasilitas lembaga kursus, lingkungan yang tidak mendukung, dan momen pengenal bahasa inggris yang agak terlambat. Sedangkan mahasiswa dari kota besar sudah mengenal bahasa Inggris sejak kecil, terutama karena mudahnya mereka mengakses lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris. Tetapi memang perbedaan ini
seharusnya
semakin
berkurang
sekarang,
terlebih
dengan
kurikulum pendidikan yang semakin terstandar antar sekolah dan antar daerah di seluruh Indonesia. Alief Aulia Rezza (Alief) adalah Mahasiswa Berprestasi yang besar dan meluluskan sekolah tingkat atasnya di Jombang, sebuah kota tanggung di Jawa Timur. Dari elaborasi studi kami, Alief mengaku mengalami masalah bawaan berupa kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan. Padahal, berbagai buku kuliah yang harus dibaca dan dipelajari di FEUI adalah buku yang berbahasa Inggris. Masalah yang sama juga dirasakan oleh Ghofar Rozaq Nazila (Ghofar), Mahasiswa Berprestasi dari Jurusan Arsitektur UI, yang besar dan menyelesaikan sekolah tingkat atasnya di Jepara, sebuah kota tanggung juga di Jawa Tengah. Kegagalan mengatasi masalah ketrampilan bahasa inggris tentu saja akan menyulitkan mereka untuk mencapai tingkat prestasi yang diinginkan. Mahasiswa Berprestasi mengenali kelemahan mereka ini dan mengambil berbagai cara kreatif untuk mengatasinya.
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
Beberapa cara praktis yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah keterbatasan bahasa inggris itu meliputi: Mengikuti kursus bahasa inggris di kampus maupun lembaga kursus luar kampus. Belajar dan praktik bahasa inggris dengan teman satu kamar, asrama, atau tempat kost. Menceburkan diri ke situasi yang memaksa untuk berbicara dan menulis dengan bahasa inggris. Misalnya: ikut kompetisi atau lomba penulisan dengan bahasa inggris. Memberdayakan teman dengan kemampuan bahasa inggris yang lebih baik untuk menjelaskan materi buku kuliah. Cara ini akan sangat efektif dan efisien bagi mahasiswa baru yang belum mampu meningkatkan ketrampilan bahasa inggris-nya secara memadai, padahal dia sudah dituntut untuk belajar materi perkuliahan dengan pengantar dan bacaan berbahasa inggris. Selain Bahasa Inggris, Ghofar juga merasa memiliki kelemahan dalam keterampilan menggambar pada awal-awal kuliahnya. Padahal, keterampilan menggambar atau melukis dapat memberikan dukungan penting bagi seorang mahasiswa jurusan arsitektur seperti dirinya. Ghofar cepat menyadari salah satu kelemahannya ini. Untuk mengatasinya, Ghofar mempelajari filosofi dasar dari gambar-gambar arsitektur. Ghofar kemudian menemukan bahwa filosofi dasar arsitektur itu adalah mengkomunikasikan ide/solusi atas kebutuhan manusia melalui gambar. Sehingga kemampuan dasar dalam arsitektur bukan kemampuan melukis itu sendiri. Mahasiswa yang
- -
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
pandai melukis tapi tidak memahami filosofi dasar arsitektur ini justru akan gagal. Ini yang membuat Ghofar lebih percaya diri dan kemudian melatih lebih keras ketrampilan mendesain arsitektur. Dengan latar belakang yang dimiliki, setiap mahasiswa mungkin saja memiliki masalah bawaan yang berbeda, termasuk diluar 3 (tiga) masalah yang sudah teridentifikasi di atas. Masalah-masalah bawaan yang mungkin muncul itu bisa meliputi: Ketrampilan mengetik dan komputer yang tidak memadai Kesehatan badan yang kurang baik Hubungan keluarga yang tidak harmonis Tidak mandiri karena terbiasa dimanjakan orang tua Tempat tinggal yang terlalu jauh dari kampus Mahasiswa yang ingin memanfaatkan masa kuliahnya sebaik mungkin harus cepat mengenali masalah bawaan yang dapat mengganggu proses kuliah dan aktivitas kampusnya. Masalah-masalah bawaan itu kemudian harus diantisipasi dan dikelola agar tidak menghambat kinerjanya sebagai mahasiswa. Kita mungkin seperti Purba atau
Masalah bawaan mahasiswa bisa berbeda-beda, tetapi semua masalah memiliki caranya untuk dikelola.
Didi yang harus berjuang sendiri memenuhi seperti
biaya
Alief
berusaha
hidup,
atau
dan Ghofar
yang
keras
Karenanya, masalah bawaan tidak boleh menghalangi kesuksesan.
memperbaiki
ketrampilan berbahasa inggrisnya. Tapi
belajar
dari
pengalaman-
-
-
Membangun Kesuksesan dari Titik Nol
pengalaman mereka, masalah-masalah itu ternyata dapat diatasi. Demikian pula dengan masalah bawaan kita, Insya Allah selalu ada jalan keluarnya. Karenanya, setiap kita tetap memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi mahasiswa yang sukses dan berprestasi.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
III Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan Hasil studi kami atas 17 Mahasiswa Berprestasi mendapati temuan bahwa Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi itu memiliki keberaniankeberanian penting, seperti keberanian untuk aktif di kelas, mengikuti perlombaan, berkompetisi, terlibat dalam organisasi, atau menyapa teman dan orang yang belum dikenalnya. Keberanian menjadi semacam kunci awal kesuksesan karena keberanian membuka peluang bagi penciptaan prestasi. Berani berkompetisi berarti membuka peluang untuk menjadi pemenang. Berani menyapa orang berarti membuka peluang untuk memiliki banyak teman. Berani aktif di kelas berarti membuka peluang untuk lebih memahami materi kuliah. Berani memimpin organisasi berarti membuka peluang untuk menjadi pemimpin handal dan terlatih.
Terkadang, Harga Kesuksesan itu hanya berupa “Keberanian” Erizky Ikhwan (Rizky) adalah Ketua Senat Manahasiswa (sekarang Badan Eksekutif Mahasiswa) FEUI, periode 2004 – 2005. Cerita kemenangan Rizky dalam pemilihan umum ini agak berbeda dengan cerita pemilihan-pemilihan Ketua Senat Mahasiswa sebelumnya, yang biasanya diwarnai dengan intrik dan taktik politik mahasiswa, perseteruan antar kelompok dan organisasi, bahkan terkadang juga adu otot antar pendukung.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Kemenangan Rizky sebagai
Ketua
perseteruan
mahasiswa.
antar
kelompok
Senat jauh Rizky
dari
suasana
memenangkan
pemilihan Ketua Senat Mahasiswa FEUI saat kompetisi yang sebenarnya belum dimulai. Rizky adalah satu-satunya mahasiswa yang berani mencalonkan diri sebagai kandidat Ketua Senat Mahasiswa
pada
saat
itu.
Sampai
batas
tanggal
penutupan
pendaftaran kandidat, ternyata tidak ada satupun mahasiswa lain yang mendaftar untuk menantang Rizky. Rizky pun terpilih dengan mudah tanpa perlawanan dari siapapun. Untung saja Rizky memperoleh sekitar 1.500 dukungan dari pencoblos kertas suara yang hanya bergambar dirinya. Angka ini bahkan melebihi jumlah pemilih pada pemilihan Ketua Senat Mahasiswa tahun-tahun sebelumnya. Rizky juga menjalankan tugasnya sebagai Ketua Senat Mahasiswa dengan baik dan mencatatkan berbagai prestasi dalam kepemimpinannya. Selain menjawab keraguan orang saat itu, barangkali ini indikasi bahwa Rizky memang layak ”ditakuti” oleh calon-calon pesaingnya. Rizky telah memberi contoh dengan sempurna. Bahwa berbekal keberanian, di tengah ketakutan banyak orang, Rizky memenangkan kompetisi tanpa benar-benar melalui sebuah pertandingan. Tetapi kita tidak akan pernah tahu apakah Rizky akan tetap memenangkan pemilihan jika dia memiliki pesaing pada saat itu. Karena tidak pernah dicoba, teman-teman Rizky pun tidak akan pernah tahu apakah mereka sebenarnya mampu mengalahkan Rizky dalam pemilihan Ketua Senat Mahasiswa. Ada banyak kisah serupa Rizky. Pemuda-pemuda gagal untuk lebih berani dalam banyak hal penting. Kompetisi-kompetisi hanya diikuti
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
sedikit pemuda. Seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan penting tidak pula menarik mereka untuk hadir dan belajar. Kesempatan beasiswa banyak dilewatkan begitu saja. Orang-orang atau temanteman yang inspiratif tidak pula didekati untuk dijadikan teman. Keberanian menjadi kunci awal sebelum perjuangan benar-benar dilakoni.
Karena
keberanian
ini,
beberapa
mahasiswa
telah
memenangkan pertandingan bahkan sebelum pertandingan itu sendiri dimulai. Ada
fakta
Indonesia
yang
lazim
di
ini,
partisipasi
mahasiswa dalam perlombaan atau
kompetisi
di
Tanpa keberanian, satu-satunya peluang yang kita miliki adalah peluang untuk tidak meraih apapun di dunia ini.
kampus
biasanya sangat minim jika dibandingkan dengan besarnya jumlah mahasiswa yang ada. Karena peserta yang sedikit, secara teoretis tingkat persaingan dalam kompetisi juga menjadi semakin ringan. Ujungnya, hanya orang-orang yang berani untuk berpartisipasi yang akan diuntungkan dengan ketidakberanian sebagian yang lain. Pemenang menjuarai kompetisi karena calon lawannya sudah takut terlebih dahulu untuk mendaftar mengikuti kompetisi tersebut. Padahal, tanpa keberanian untuk melakukan sesuatu yang penting, satu-satunya peluang yang dimiliki pemuda adalah peluang untuk tidak meraih apa-apa di dunia ini.
Serdadu Menggelorakan Keberanian Keberanian adalah kemenangan. Keyakinan ini juga telah banyak digunakan oleh lembaga-lembaga militer, yang banyak dihadapkan
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
pada
pertempuran-pertempuran,
sebuah
kompetisi
yang
mempertaruhkan nyawa. ”Berani, Benar, Berhasil” adalah moto dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus), salah satu pasukan elit Tentara Nasional Indonesia, Angkatan Darat, Republik Indonesia (TNI AD), yang dikenal sebagai pasukan elit berkemampuan tinggi. Kopassus
telah
kehebatannya
sampai
negeri.
Kemampuan
dikenal di
luar
Kopassus
dibuktikan dalam berbagai operasi militer
yang
mereka
seperti
Operasi
Seroja
lakukan,
#14: Komando Pasukan Khusus, TNI AD
Timor-
Timur; Operasi Pembebasan Sandera di Woyla, Thailand; Operasi GPK di Aceh, dan berbagai operasi militer legendaris lainnya. Penggunaan kata ”Berani” atau persamaannya juga mengisi motto beberapa Batalyon Infanteri (Yonif) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Keberanian pada akhirnya menjadi topik yang serius bagi para tentara. Ini karena keberanian adalah modal awal dalam pertempuran. Takut berarti kalah atau mati.
Bang Ali: Memimpin Jakarta dengan Keberanian Nama Ali Sadikin mungkin sudah tidak banyak dikenal oleh kaum muda Indonesia. Padahal beliau adalah Gubernur DKI Jakarta yang paling legendaris. Ali Sadikin yang menjabat pada periode 1966 – 1977 mewariskan wajah DKI Jakarta yang masih bisa dibanggakan saat ini.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Jika kita sering datang ke Pekan Raya Jakarta (atau Jakarta Fair), yang menjadi salah satu pameran tahunan terbesar di Indonesia, maka itu adalah salah satu warisan Ali Sadikin. Gubernur Ali Sadikin juga penggagas beberapa tempat penting di kota Jakarta, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen
#15: Gubernur Ali Sadikin
dan Taman Impian Jaya Ancol, Gelanggang Mahasiswa, Pusat Perfilman Usmar Ismail, dan pelestari situs-situs bersejarah untuk dijadikan Museum Fatahillah, Gedung Juang 45, dan Gedung Sumpah Pemuda. Walhasil, bagi banyak orang, Gubernur Ali Sadikin masih dianggap sebagai Gubernur DKI Jakarta paling sukses sampai sekarang. Kesuksesan Gubernur Ali dinilai sebagian orang karena beliau memiliki keberanian yang tinggi dalam memimpin Jakarta, kota yang sejak dulunya sudah dipenuhi oleh manusia dari berbagai suku dan daerah, dan juga kota yang menjadi ambisi politik dan pertarungan kekuasaan antar berbagai kepentingan dan kelompok di Republik ini. Jika bukan karena kenekatan Ali Sadikin, kita mungkin tidak akan pernah menikmati sensasi Dunia Fantasi atau menariknya berbagai wahana permainan di Taman Jaya Ancol lainnya. Ini tidak terlepas dari cibiran dan cemoohan berbagai pihak saat Ali Sadikin mulai membangun Taman Jaya Ancol, ”rawa mana bisa dijadiin taman,” kata orang-orang yang mencemooh. Keberanian beliau banyak terekam dalam sebuah otobiografi ”Bang Ali: Demi Jakarta 1966 – 1977”, yang dituliskan oleh Ramadhan K.H.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Salah satu fragmen kecil yang menarik dapat dibaca pada Bab 26 ”Mengatur Lalu Lintas yang Brengsek”, halaman 227. ”Lalu lintas di Jakarta brengsek. Sayalah yang paling tidak puas dengan keadaan itu. Para pengendara tampaknya sudah tidak lagi mengenal sopan santun lalu lintas, peri kemanusiaan, serta rasa kasihan,” kata Gubernur Ali dalam otobiografinya ini. Keberanian Gubernur Ali muncul juga di jalanan layaknya keberanian seorang jawara. Dalam sebuah perjalanan menuju daerah Menteng, Gubernur Ali mengejar dan menghentikan sebuah truk milik ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) karena truk yang berisi pasir 8 ton itu dilihatnya ugal-ugalan di jalan. Begitu sopir turun, dan didahului dengan sedikit pertanyaan, Gubernur Ali langsung menempeleng 2 kali sopir truk itu. ”Dikira karena sudah ABRI boleh semaunya. Malahan seharusnya sebaliknya,” cetus Gubernur Ali. Ya, Gubernur itu tidak segan-segan turun dari kendaraan dan menempeleng si sopir demi ingin melihat rakyatnya agar lebih berdisiplin. Gubernur Ali Sadikin meninggal pada tahun 2008. Beliau sudah mewariskan banyak hal kepada penerusnya kecuali satu hal yang dimilikinya sendiri, keberanian. Keberanian inilah yang diyakini banyak orang sebagai kunci kesuksesan beliau dalam memimpin DKI Jakarta.
Mahasiswa Berprestasi: Keberanian adalah Modal Awal Mereka Kisah Purba Purnama (Purba) sebelumnya, untuk menyambung hidup semasa kuliah adalah kisah yang menggetarkan. Orang tuanya sudah menyampaikan bahwa mereka sudah tidak mampu lagi membiayai
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
kuliah dan kebutuhan hidup Purba di Universitas Indonesia (UI). Tetapi, Purba tetap memberanikan diri untuk kuliah di UI walaupun belum ada kepastian yang jelas bagaimana dia harus membayar kuliah dan biaya hidupnya. Purba tidak menyerah dengan cepat, dan berusaha bangkit membiayai sendiri kuliahnya dengan mengajar les private dan mencari berbagai beasiswa. Jika Purba tidak memiliki keberanian untuk mengambil segala risiko, kesusahan, dan ketidakpastian selama kuliah di UI, mungkin dia tidak akan menjadi kandidat Doktor yang sekarang sedang dijalaninya. Alhamdulillah, Purba tidak menuruti rasa cemasnya, Purba tidak takut dengan rasa lapar, Purba juga tidak takut untuk menjalani prosesproses bertahan hidup yang sangat berat bagi anak muda. Keberanian Purba ini terbalas dengan prestasi dan kenikmatan hidup yang dia peroleh sejauh ini. Purba telah keluar dari kekurangannya dan sedang menatap masa depan yang Insya Allah lebih cemerlang. Begitu pula dengan M. Nuryazidi, yang sekarang menjadi pegawai bank Indonesia. Jalannya hidupnya mungkin akan berbeda jika dia tidak memiliki keberanian untuk pergi ke Jakarta, mengasong di jalanan, dan kemudian mencoba seleksi masuk UI sebagaimana perintah Bapaknya. Keberanian membuka peluang bagi Purba dan Didi untuk merubah jalan hidup menuju arah yang lebih sukses.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Goris Mustaqim: Berani Bergaul dengan Para Tokoh Kiprah Goris Mustaqim (Goris) membangun kewirausahaan sosial di Kabupaten Garut mengantarkannya pada berbagai penghargaan dari pihak dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu penghargaan
yang mungkin
tidak bakal dia lupakan adalah undangan untuk menghadiri Presidential Summit on Entrepreneurship, 26 – 27 April 2010, di Gedung Ronald Reagen, Washington DC, Amerika Serikat, dengan tuan rumah Presiden Amerika Serikat, Barack Husein Obama sendiri.
#16: Goris bersama Presiden AS, Barack Obama
Presidential Summit on Entrepreneurship adalah acara yang digagas oleh Presiden Barack Obama, sebagaimana janjinya pada waktu kunjungan kenegaraan ke Mesir, Juni 2009, untuk memfasilitasi kemungkinan kerjasama antara Amerika Serikat dengan pemimpin bisnis, yayasan, dan pengusaha-pengusaha yang berasal dari 19
komunitas Islam di seluruh dunia . Ada sekitar 200 tokoh bisnis, yayasan, dan pengusaha, dari berbagai negara komunitas muslim, yang diundang pada summit tersebut, dan Goris adalah salah satunya. Dari Indonesia, selain Goris, diundang pula 9 orang lain yang merupakah tokoh-tokoh nasional dari lingkungan pengusaha dan aktivis sosial. Sebelum menerima penghargaan ini, Goris diapresiasi banyak kalangan karena keberaniannya untuk meninggalkan dunia “normal” dan memilih kembali ke desa-nya untuk membangun masyarakat di
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
sana.
Berbekal
jaringan-jaringan
ketrampilan sosial
yang
dan dia
peroleh di ITB, dia mulai mendirikan Yayasan Asgar Muda yang menjadi benderanya untuk berkontribusi bagi
Kesuksesan Goris adalah buah keberaniannya untuk menjalin hubungan dan perkenalan dengan orang lain, termasuk dengan para tokoh.
masyarakat Garut. Ada yang berbeda dari Goris. Selain keberanian untuk memilih visi yang berbeda dan idealis dibanding pemuda kebanyakan, Goris termasuk pemuda yang memiliki keberanian tinggi dalam interaksi sosial. Dalam suatu forum kepemudaan PPSDMS Nurul Fikri di UI, Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina dan tokoh politik nasional, mengungkapkan kekagumannya kepada Goris Mustaqim. Menurut Anies, dia telah mengenal Goris semenjak Goris masih mahasiswa. Goris memiliki keberanian yang luar biasa untuk mengenal, berbicara, dan berinteraksi dengan berbagai orang dan berbagai latar belakang, termasuk dengan orang-orang yang lebih senior darinya. Menurut Anies Baswedan, kesuksesan Goris meraih berbagai prestasi dalam kewirausahaan sosial adalah buah dari keberanian dia selama ini untuk menjalin hubungan dan mengenal orang lain. Keberanian dia dalam bergaul membuat jaringan pertemanannya berkembang luas dan ketrampilan sosialnya semakin luwes, yang kemudian banyak membantu Goris dalam membangun bisnis, membangun organisasi sosial, dan menggerakkan para pemuda di Kabupaten Garut. Testimoni Anies Baswedan terhadap figur Goris ini selaras dengan pengakuan Goris saat diwawancara salah satu media nasional mengenai
pastisipasinya
dalam
- -
Presidential
Summit
on
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Entrepreneurship. “Selain berdiskusi dengan Presiden Barack Obama, saya juga bercakap-cakap dengan Muhammad Yunus, Penerima Nobel dari Bangladesh, dan Mark Zuckerberg, penemu dan pemilik situs jejaring Facebook.”
20
Baiklah, mari kita bayangkan, jika Goris
sudah sangat percaya diri untuk bercakap-cakap dengan Barack Obama, Muhammad Yunus, dan Mark Zuckerberg, maka tentulah Goris adalah orang yang sangat pemberani. Well Done Kang Goris!
Ari Try Purbayanto: Berani Mengenal dan Keajaiban itu pun Datang Ari Try Purbayanto (Ari) adalah figur mahasiswa yang doyan berkompetisi. Dia
jenis
orang
yang
berani
dan
menyukai tantangan. Karena keberanian, dia mampu meraih banyak prestasi, terutama di bidang penelitian ilmiah. Salah satu yang akan diingatnya dengan baik adalah keber-hasilannya menjadi Juara 3 Kompetisi Teknologi Pangan Internasional
Developing
Solution
for
#17: Ari saat mengunjungi Amerika Serikat
Developing Country IFT, di California, Amerika Serikat, Tahun 2009 Setelah lulus, Ari yang Mahasiswa Berprestasi dari Institur Pertanian Bogor (IPB) mencoba menekuni usaha yang dirintisnya dalam pengolahan produk rosella. Usaha yang masih baru menuntut Ari mencari peluang-peluang yang memungkinkan usahanya lebih cepat tumbuh. Dari sinilah pelajaran tentang pentingnya keberanian itu muncul kembali.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
“Pada awal perintisan bisnis yang sedang saya geluti, saya sempat berpikir, „pemerintah sedang heboh-hebohnya mendorong UKM, kayaknya usaha saya masuk usaha UKM, seharusnya ada peluang disana yang dapat membantu perkembangan bisnis saya‟. Nah, tanpa pikir panjang, pikiran saya langsung tertuju kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, karena memang tempat usaha saya berdomisili di daerah Kabupaten Bogor. Saya coba mencari informasi, saya diarahkan ke Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor. Sebetulnya tidak ada kenalan disana, tapi saya nekat saja datang ke sana berbekal ide sederhana tadi. Kemudian saya sampai di kantor Dinas dan menanyakan bagian mana yang mengurusi UKM. Maka digiringlah saya ke suatu ruangan yang penuh dengan orang-orang yang bekerja. „Maaf Bu saya mau memperkenalkan diri sebagai UKM di Bogor‟, sapa saya dengan cukup ramah campur grogi karena tidak ada satu pun yang saya kenal, dan tidak ada suatu acara pun yang dapat menjadi alasan saya untuk datang ke kantor ini. Untungnya mereka cukup baik, saya disuruh bercerita tentang UKM saya dan kemudian diminta meninggalkan alamat kontak. Cerita hari itu sampai disana saja. Minggu demi minggu berlalu tanpa kabar, sampai saya sudah lupakan dan sedikit berprasangka „sudahlah memang hanya hiruk pikuk pemerintah saja barangkali‟. Dalam kondisi demikian, tibatiba saya ditelepon seseorang bernama Pak Rosyidin yang mengaku dari Dinas Koperasi dan UKM Bogor, „Mas dari UKM ini ya. ada fasilitasi nih dari pemerintah untuk pengurusan Halal‟. Nah loh beneran kan, Alhamdulilllah kena deh satu.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Dari sana ternyata merembet kemana-mana. Pak Rosyidin ternyata salah satu „orang kunci‟ di Dinas. Saya bertemu dengan orang yang tepat. Dari Pak Rosyidin, saya jadi kecipratan fasilitasfasilitas lainnya dari pemerintah Kabupaten Bogor, seperti bazar dan pameran-pameran, temasuk diikutsertakan dalam pameran nasional tanpa sepeser biaya pun. Sebagai catatan lagi, UKM di Kabupaten Bogor ada ribuan lho, saya hanya sebutir diantaranya. Alhamdulillah dari ribuan itu, saya termasuk yang mendapatkan fasilitas-fasilitas itu. Ini semua diawali dari keberanian saya mendatangi Kantor Dinas, walaupun tidak ada satupun yang saya kenal di sana saat itu.” (Ari Try Purbayanto). Dalam
membangun
hubungan
Sahabat baru tidak akan terjalin tanpa adanya keberanian untuk menyapa atau mendatangi orang lain. Beranilah dan tunggu keajaiban itu datang!
pertemanan atau jaringan sosial, mahasiswa
akan
sangat
memerlukan sikap mental “berani”, seperti yang ditunjukkan Ari Try ini.
Berani untuk mendahului mengenal, berani untuk menyapa, berani untuk bertanya, atau berani untuk bergaul dengan siapapun, terutama dengan orang-orang yang sama sekali baru bagi mereka. Hubungan baru tidak akan terbangun tanpa adanya keberanian untuk menyapa atau mendatangi orang lain yang tidak dikenalnya.
Rangga Handika: Berani untuk Aktif di Kelas Perkuliahan Rangga Handika (Rangga), Mahasiswa Berprestasi yang lulus cumlaude dari FEUI, adalah jenis orang yang tidak mau diam di kelas.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Rangga jelas memiliki keberanian yang tinggi untuk bersikap aktif di kelas, mengajak diskusi, dan juga bertanya kepada pengajar. Dengan keberaniannya di kelas, setidaknya ada 2 (dua) hal yang sudah diperoleh Rangga, yaitu pemahaman pelajaran yang meningkat karena adanya diskusi dan umpan balik dari dosen pengajar dan perhatian atau penilaian dosen kepadanya. Yang terakhir ini justru sering menjadi penentu dalam penilaian akhir yang diberikan oleh dosen pengajar. Rangga juga berani mengambil keputusan untuk keluar dari Citibank, N.A. Jakarta, tempat kerja yang dilakoninya selama satu tahun saja, dan memilih untuk mejadi pengajar di kampus FEUI. Pada saat itu, membandingkan Citibank dengan Dunia Kampus agak sulit dilakukan. Citibank jelas menawarkan gaji yang lebih baik dan jenjang karier yang lebih rapi dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh Dunia Kampus. Dari pengakuannya, Rangga merasa lebih cocok menjadi orang yang bebas, tidak terikat, dan bergerak di urusan publik. Keputusan Rangga yang berani itu memberikan hasil yang positif sejauh ini. Rangga mendapat beasiswa untuk studi S-2 (Master) dan S-3 (PhD) di Macquarie University, Australia. Rangga juga membalas kepercayaan pemberi
#18: Rangga menerima penghargaan dari Macquarie University
beasiswa dengan meraih 2 (dua) penghargaan bergengsi dari Macquarie University atas prestasi akademik yang diraihnya di universitas tersebut.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Sampai saat ini pun, Rangga dikenal sebagai Pengajar Departemen Akuntansi FEUI yang berani dalam berbagai forum, menyegarkan suasana, melontarkan ide, dan juga menyanggah pendapat. Karena kemauan dan keberaniannya untuk bersikap aktif ini, Rangga mendapat tempat yang ”terkenal” dari koleganya sesama pengajar FEUI, termasuk dari dosen-dosen senior. Rangga masih sangat muda. Saat buku ini ditulis, dia baru menginjak umur 28 tahun. Sebagai salah satu kandidat doktor, masa depan Rangga di dunia kampus sangat cerah. Semoga Rangga konsisten dengan pencapaian dia selama ini dan tetap rendah hati dalam meniti karier. Bagaimana memahami bahwa keberanian yang dimiliki Rangga di kelas adalah sesuatu yang penting dan berharga? Seorang teman kami, sebut saja dia Andi, memiliki cerita yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh Rangga. Pada masa kuliah dulu, Andi adalah mahasiswa agak pendiam tapi rajin belajar. Walaupun nilainya tidak sampai cumlaude, nilainya masih di atas rata-rata teman-temannya. Pada saat Andi menjadi mahasiswa, awal tahun 2000-an, kuliah berbasis Participant Based Learning (PBL), yang menuntut keaktifan mahasiswa, belum banyak diterapkan oleh dosen di kelas. Banyak dosen senior yang masih menganggap dirinya lebih penting dan berharga
untuk
didengar
oleh
mahasiswa
sepanjang
waktu.
Sedangkan sebagian dosen muda malah juga tidak cukup percaya diri untuk membiarkan mahasiswanya berpikir dan berpendapat secara bebas di kelas.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Salah satu dosen kami lulusan University of Oregon, Amerika Serikat, memulai menerapkan PBL di kelas dan memberikan insentif nilai yang tinggi bagi mahasiswa yang secara sukarela memberikan kontribusi pendapat dan pertanyaan di kelas. Andi yang pendiam menyadari bahwa dia tidak cukup berani untuk “tampil” berdiskusi dan berpendapat di kelas. Oleh karenanya, dia berusaha keras untuk mendapatkan nilai terbaik dalam ujian tulis sebagai pengganti nilai partisipasi kelasnya yang diproyeksikan rendah. Andi memang mendapatkan nilai ujian tulis yang hampir terbaik di kelas, tetapi sayangnya Andi hanya mendapat nilai “B” untuk mata kuliah itu. Tentu saja nilai “A” diberikan kepada rekan-rekan Andi yang aktif di kelas walaupun beberapa dari mereka memiliki nilai ujian tulis yang lebih rendah dari nilai Andi. Andi gagal berani, sehingga dia gagal berdiskusi di kelas, dan akhirnya gagal pula mendapatkan nilai terbaik. Ini
menjadi
pelajaran
kembali
bagaimana
keberanian
dapat
memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran yang dijalani mahasiswa di kampus.
Mereka juga Berani Gagal Bagi Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini, prestasi yang terukir dalam hidup mereka, pemberitaan media massa, atau pujian dari orang-orang hanyalah hasil dari sebagian proses yang mereka jalani, bukan keseluruhan proses. Sedangkan sebagian proses lainnya, yang biasanya tidak diketahui banyak orang, adalah proses-proses yang
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
sebenarnya
sangat
berat
dan
mengecewakan
karena
masih
menghasilkan kegagalan-kegagalan. Alief Aulia Rezza (Alief) juga pernah gagal dalam seleksi pertukaran mahasiswa ke Singapura. Tapi dia sudah berani mencoba. Yang lebih penting lagi, kekalahan itu tidak membuatnya jera untuk mencoba meraih prestasi-prestasi yang lain. “Yang saya cari adalah pengalaman. Memang kalau berhasil kita mendapat manfaatnya, seperti hadiah dan kebanggan. Namun kalau gagal, kita juga dapat belajar banyak dari kegagalan itu. Saya gagal dalam seleksi Singapore International fellowship. Tetapi setelah kegagalan itu, saya jadi memiliki pengalaman menulis essay dalam bahasa inggris, diwawancara orang dengan bahasa inggris, dan juga mendapat kenalan-kenalan baru yang datang dari berbagai universitas di Indonesia. Di lain waktu, saya jadi lebih paham tentang apa yang harus saya siapkan agar performa saya lebih baik. Lebih dari itu, teman-teman yang saya temui adalah jaringan sosial baru yang sangat berharga dan tentu saja menjadi sumber inspirasi. Pendeknya, hargai prosesnya, jangan lihat hasil akhirnya saja.” (Alief Aulia Rezza) Mochammad Faisal Karim (Ical) juga mengalami kegagalan dalam kompetisi Mahasiswa Berprestasi UI, gagal mempertahankan prestasi akademiknya pada level “cumlaude”, dan gagal pula meraih citacitanya untuk berkompetisi di kancah internasional selama masa kuliah. Tetapi di atas semua kegagalan itu, Ical terbukti sudah berani
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
mencoba untuk mencapainya. Dia mencoba berkompetisi di ajang Mapres UI, dia mencoba memasang target meraih predikat cumlaude, dan dia juga menargetkan untuk berkompetisi di kancah internasional. Itu semua adalah bentuk keberanian dari Ical. Kegagalan-kegagalan yang dialami oleh Ical pun tidak kemudian memudarkan cita-citanya. Ical tetap saja berprestasi di kompetisi lain, dan sekarang pun mendapat beasiswa prestisius dari Open Society Institute/Chevening untuk melanjutkan kuliah program Master di International
Security
and
Terrorism,
School
of
Politics
and
International Relations, University of Nottingham, Inggris. Kisah-kisah Mahasiswa Berprestasi banyak diwarnai cerita kepedihan, kepahitan, dan kegagalan. Tetapi semuanya adalah pembelajaran saja, yang justru akan menempa mereka untuk menjadi lebih baik lagi, termasuk untuk mencoba hal-hal penting lainnya.
Keberanian apa yang Kita Butuhkan? Sebelumnya kita mendapati Mahasiswa Berprestasi menganggap masa mahasiswa adalah masa pembelajaran bagi pemuda. Maka setelah pemuda itu menjadi mahasiswa, ada 2 jenis keberanian fundamental yang harus mereka miliki, yaitu keberanian untuk mencoba berbagai hal penting dan keberanian untuk bercita-cita setinggi langit.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Pada masa mahasiswa ini, keberanian yang paling dibutuhkan adalah keberanian untuk mencoba dan menjalani berbagai hal penting yang akan menempa hidup untuk menjadi lebih baik. Masa kuliah hanya berlangsung dalam beberapa tahun, biasanya tiga sampai empat tahun. Ini adalah waktu yang pendek. Jika mahasiswa tidak berani untuk menjalani berbagai proses penting pada masa mahasiswa, maka waktu akan berlalu tanpa memberikan manfaat apapun bagi pemuda tersebut kecuali selembar ijazah kelulusan saja. Pada masa ini pula, umur mahasiswa lazimnya masih muda sekali. Karena masih muda, mahasiswa belum menjadi apa-apa atau siapasiapa. Mahasiswa masihlah orang yang bebas menentukan lakon hidup apa yang ingin mereka jalani, untuk masa kekinian dan masa yang akan datang. Dengan kesempatan yang masih
Yang paling dibutuhkan mahasiswa adalah 1) keberanian untuk mencoba hal-hal penting yang akan mengembangkan dirinya dan 2) keberanian untuk bercitacita tinggi.
luas, mahasiswa harus berani menetapkan keinginan atau citacita setinggi mungkin. Keinginan atau cita-cita yang tinggi ini akan mendorong
mereka
untuk
bersemangat, mengarahkan strategi, dan fokus atas setiap keinginan yang sudah ditetapkan. Sedangkan secara taktis, ada beberapa area yang seharusnya para mahasiswa memberanikan diri untuk mencoba atau terlibat dalamnya, terlepas apapun cita-cita yang mereka tetapkan. Terlebih kita meyakini bahwa semua proses pada masa perkuliahan sebenarnya adalah proses pembelajaran saja bagi mahasiswa sebagai pemuda.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Dari identifikasi kami, area-area inilah yang pada perjalanannya banyak menentukan keberhasilan mahasiswa, baik dalam masa perkuliahan maupuan setelah mereka lulus dari bangku kuliah.
#1: Keberanian untuk Berkompetisi Ada banyak kompetisi atau perlombaan yang diadakan oleh berbagai pihak, baik internal maupun eksternal kampus. Semua kompetisi ini menawarkan sebuah proses bagi pengembangan diri mahasiswa. Kalau memenangkannya, itu berarti kelebihan nikmat yang mahasiswa miliki, mendapatkan uang, piagam, piala, pujian, dan kadang-kadang juga ketenaran kalau lomba itu prestisius. Namun itu hanya bonus, karena yang paling utama adalah kita sedang belajar untuk menjadi orang baik yang berdaya guna besar. Berdasarkan data Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini saja, kita bisa mengidentifikasi jenis-jenis kompetisi, perlombaan, beasiswa atau peluang-peluang pengembangan diri lain, yang mereka manfaatkan, yaitu: 1. Mengikuti kompetisi Mahasiswa Berprestasi (Mapres). 2. Mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). 3. Mengikuti program pertukaran mahasiswa antar kampus, antar negara. 4. Mengikuti kongres internasional.
kepemudaan
tingkat
nasional
maupun
5. Mengikuti kompetisi atau lomba akademik antar kampus, skala nasional maupun internasional, misalnya: Olimpiade Matematika, Kompetisi Akuntansi, Kompetisi Hukum Persidangan.
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
6. Mengikuti kompetisi simulasi, misalnya: kompetisi simulasi bisnis, kompetisi simulasi teknologi tertentu. 7. Mengirim tulisan opini ke berbagai media kampus, lokal, dan nasional. 8. Mengikuti berbagai lomba penulisan karya tulis ilmiah dan esai, baik tingkat nasional maupun internasional. 9. Menulis buku di bidang-bidang yang dikuasai. 10. Mengikuti hibah penelitian DIKTI. 11. Menjadi asisten pengajar, asisten laboratorium, asisten peneliti, dan aktivitas lain yang sejenis. 12. Mendaftar beasiswa kunjungan studi ke universitas lain di luar negeri. 13. Mengikuti lomba kewirausahaan mahasiswa. 14. Mengikuti lomba inovasi tekhnologi tingkat mahasiswa. 15. Mengikuti kejuaraan olah raga. 16. Mengikuti kesempatan magang di lembaga-lembaga prestisius. 17. Beasiswa Goodwill 18. Beasiswa PPSDMS Nurul Fikri 19. Beasiswa Karya Salemba Empat 20. Beasiswa Supersemar 21. Beasiswa ETOS, Dompet Dhuafa Republika 22. Beasiswa Berprestasi Kampus (UI, ITB, dll) 23. Beasiswa Berprestasi Perusahaan (Hagabank, HP-Compaq, Samsung, Bank Mandiri, Indofood, Shell)
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Dari
17
orang
saja,
kita
mengidentifikasi ada 16 kelompok kompetisi yang dapat dilakukan dan berbagai jenis beasiswa yang dapat diperjuangkan oleh mahasiswa.
Ada “ribuan” jenis kompetisi, perlombaan, atau peluang-peluang pengembangan diri. Beranikah anda mencobanya?
Selain daftar di atas, tentu saja masih terdapat banyak kompetisi lain, baik dalam skala internal kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional. Semuanya memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mencoba dan berlatih sesuai dengan bidang yang dia minati. Dengan banyaknya peluang di atas, kerugian besar jika para mahasiswa
tidak
pengembangan
berani
diri.
Pada
memanfaatkannya akhirnya,
untuk
semua
membantu
berpulang
pada
pertanyaan ”Apakah mahasiswa memiliki cukup keberanian untuk mencoba peluang-peluang ini?”. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi sudah melakukannya.
#2: Keberanian dalam Kelas Perkuliahan: Hidupkan Kelasmu! Aktif di kelas perkuliahan mengandung pengertian bahwa mahasiswa terlibat dengan baik dan intens untuk memberikan pendapat di kelas, bertanya kepada dosen, termasuk memberikan ide-ide, masukan, dan pengalaman yang relevan dengan topik perkuliahan. Kami pernah menjadi asisten pengajar di FEUI. Bagi kami sebagai pengajar, mahasiswa yang berani di kelas dianggap sebagai mahasiswa yang berharga mutiara mahal karena mereka memberikan
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
banyak manfaat bagi rekan-rekannya dan juga pengajar, yaitu dalam bentuk pandangan baru maupun penajaman diskusi. Seringkali
mahasiswa
bertanya
di
membantu
kelas
yang juga
proses
aktif
Menghidupkan kelas adalah menghidupkan semangat dan pemahaman.
akan
pengajaran
menjadi lebih efektif, karena dinamika pertanyaan mahasiswa dan jawaban pengajar adalah proses kristalisasi pengetahuan. Pada proses itu, mahasiswa-mahasiswa lain yang belum memahami penjelasan pengajar dapat terbantu dengan pertanyaan yang diajukan mahasiswa lain. Bagi mahasiswa sendiri, keaktifan di kelas akan memberikan pengaruh positif bagi prestasi akademik mahasiswa. Ini selaras dengan temuan Prima Emirianti (2005) dalam penelitian atas perilaku 73 mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang, yang menunjukkan adanya hubungan positif antara prestasi belajar dengan sikap ilmiah dan konstruktif mahasiswa saat mengikuti perkuliahan. Uniknya,
sebagaimana
penelitian
Jasin
(1989,
dalam
Prima
Emirianti:2005), sikap ilmiah dan konstruktif dapat muncul dengan berbasis variabel-variabel sebagai berikut: -
Mahasiswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan belajar yang baik
-
Mahasiswa tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti
-
Mahasiswa bersifat jujur
-
Mahasiswa bersifat terbuka
-
Mahasiswa bersikap toleran
-
Mahasiswa bersikap skeptis
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
-
Mahasiswa bersikap optimis
-
Mahasiswa bersifat pemberani
-
Mahasiswa bersifat kreatif dan swadaya
Ya, terbaca variabel “pemberani” disana sebagai prasyarat sikap ilmiah dan konstruktif dalam bangku perkuliahan, persis dengan apa yang sedang kita diskusikan dalam bab ini. Sebagian Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga mengakui bahwa sikap aktif terlibat dalam perkuliahan adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan pemahaman akademik dan pada gilirannya akan berkontribusi terhadap pencapaian prestasi akademik mereka. Dan untuk kesana, mereka harus membangun keberanian terlebih dahulu.
#3: Keberanian untuk Mengenal Orang Baru Bagi seorang mahasiswa, bergaul dengan teman SMA, satu daerah, satu jurusan, akan lebih mudah dilakukan. Di berbagai perguruan tinggi, biasanya ada perkumpulan-perkumpulan mahasiswa daerah, seperti Ikatan Mahasiswa Minangkabau, Ikatan Mahasiswa Tegal, Ikatan Mahasiswa Kediri, Perhimpunan Mahasiswa Kebumen, dan berbagai ikatan mahasiswa lain berbasis kedaerahan. Biasanya, mahasiswa dari daerah-daerah akan ikut atau terlibat dalam organisasi seperti ini. Bergaul dengan orang-orang berlatar belakang sama dapat menjadi awalan yang baik dalam menjalani masa mahasiswa. Tetapi untuk mendapat proses pembelajaran yang lebih beragam, mahasiswa
- -
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
hendaknya tidak berhenti mengenal orang-orang yang berlatar belakang sama saja. Tantangan bagi mahasiswa adalah memperluas pergaulan kepada orang-orang lain diluar batas latar belakangnya. Pergaulan diluar batas inilah yang memerlukan keberanian lebih besar. Begitu
pula
dengan
aktivitas
Mahasiswa harus bergaul dengan lingkungan diluar zona nyamannya, karena di sanalah sumber pembelajaran yang lebih luas.
berorganisasi. Mahasiswa biasanya cenderung memilih organisasi yang diisi dengan orang-
orang dalam satu dasar kebersamaan, seperti organisasi berbasis keagamaan, organisasi berbasis kesukuan, atau organisasi berbasis jurusan studi. Ini memang juga bisa menjadi awalan yang baik. Akan tetapi, agar memiliki pergaulan yang lebih luas, mahasiswa harus berani memasuki organisasi dengan latar belakang yang beragam. Selain terlibat dalam organisasi yang ”nyaman”, mahasiswa harus memberanikan diri untuk terlibat dalam organisasi yang menuntutnya memahami orang-orang baru dari suku berbeda, umur berbeda, atau jurusan yang berbeda. Mahasiswa harus berani keluar dari zona nyamannya. Mengapa mahasiswa harus berani bergaul dalam lingkungan di luar zona nyamannya? Ebi Junaidi atau Ebi adalah orang Minangkabau, Sumatera Barat, yang tumbuh di Medan, Sumatera Utara. Beliau kuliah di FEUI tahun 1997 – 2001, meraih predikat Mahasiswa Berprestasi di FEUI dan UI pada tahun 2000. Sedangkan Alief Aulia Rezza (Alief), salah satu Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini, merupakan orang Jawa, dari
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yang besar dan bersekolah di kota yang sama. Alief juga merupakan Mahasiswa Berprestasi FEUI dan UI pada tahun 2003, tiga tahun setelah tahun kemenangan Ebi. Alief dan Ebi jelas tidak memiliki latar belakang yang sama kecuali keduanya adalah mahasiswa FEUI. Tetapi mereka saling mengenal dengan baik. Alief memiliki keberanian untuk menjalin perkenalan dengan Ebi, mahasiswa tingkat akhir yang lebih senior 3 tahun di atasnya.
Alief
mengenal
Ebi
pada
kegiatan
keagamaan
kemahasiswaan FEUI saat itu, salah satu kesamaan lain yang mereka miliki. Bagi Alief, salah satu contoh terbaik (role model) yang dia miliki saat itu adalah orang Medan. Sehingga, rasa takut untuk mengenal orang dari Medan, seperti Ebi, tidak akan membuat Alief memiliki peluang untuk belajar dari orang lain yang lebih dahulu sukses. Dengan mengenal Ebi, Alief telah memiliki kesempatan untuk belajar mengenai berbagai cara untuk meraih prestasi pada masa perkuliahan sebagaimana yang telah diraih oleh Ebi. Pada akhirnya, mengenal Ebi adalah salah satu proses yang dilakukan oleh Alief untuk mencari inspirasi dan nasihat-nasihat praktis menjalani perkuliahan di kampus FEUI. Alief memberi contoh bagaimana pergaulan dalam lingkungan yang lebih luas akan banyak membantu perjalanan mahasiswa dalam meraih cita-citanya.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
#4: Keberanian untuk Mengambil Tanggung Jawab yang Lebih Besar Menjadi seorang mahasiswa di Indonesia memang masih dianggap elit, terutama karena jumlahnya yang masih sangat sedikit. Tetapi menjadi mahasiswa tidak akan bermakna apa-apa jika mereka tidak mampu memanfaatkan kelebihannya untuk mencapai prestasi tinggi dan bermanfaat bagi orang lain. Dari sinilah kemudian kita akan mengenal mahasiswa yang biasabiasa saja dan mahasiswa yang memiliki unsur pembeda. Selain prestasi tinggi dalam aspek eksistensi pribadi, yang membedakan satu mahasiswa dengan mahasiswa lain adalah keberanian untuk tampil di depan mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Shofwan Al Banna Choiruzzad (Shofwan), adalah mantan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dari unsur mahasiswa. Menjadi Anggota MWA tentu bukan tugas yang gampang, lebih dari itu ini
adalah
tanggung
jawab
yang
sangat
besar.
Gambaran
sederhananya, Majelis Wali Amanat (MWA) UI adalah badan yang berwenang untuk menyeleksi dan memiilih Rektor UI. MWA UI, yang anggotanya terdiri dari berbagai unsur stakeholders UI, kemudian juga berwenang untuk mengawasi kinerja pengelola UI. Dengan tanggung jawab sebesar ini, Anggota MWA seperti Shofwan ikut menjadi penentu masa depan UI. Di tengah-tengah kewajibannya menyelesaikan perkuliahan dan kewajiban individu lainnya, Shofwan tampil ke depan mewakili temantemannya, dari unsur mahasiswa, untuk memikul tanggung jawab yang besar itu.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Andy Tirta adalah mantan Ketua Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik UI, Goris Mustaqim adalah mantan Sekretaris Jenderal Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, Achmad Ferdiansyah Pradana Putra adalah mantan Menteri Riset dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa ITS. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi lainnya juga merupakan pemimpin dalam organisasi-organisasi mahasiswa yang mereka geluti. Menjadi Ketua Senat Mahasiswa atau Badan Eksekutif Mahasiswa adalah salah satu tanggung jawab besar, yang hanya dipegang oleh satu mahasiswa saja setiap tahunnya. Dalam praktiknya, organisasi semacam Senat Mahasiswa atau Badan Eksekutif Mahasiswa ini memiliki berbagai aktivitas yang sangat kontributif, baik bagi kalangan mahasiswa sendiri maupun bagi masyarakat. Secara umum, menjadi pemimpin organisasi, seperti yang dilakoni Shofwan, Andy Tirta, Goris Mustaqim, Achmad Ferdiansyah, dan Mahasiswa Berprestasi lainnya, adalah mengambil tanggung jawab sosial yang berpengaruh terhadap urusan orang lain atau orang banyak. Karenanya, tidak semua mahasiswa berani mengambilnya. Disinilah penawaran tertingginya. Mahasiswa yang berani mengambil tanggung jawab lebih besar akan memiliki kesempatan yang lebih besar pula untuk belajar aneka hal. Karenanya mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi pemuda yang lebih sukses. Berbicara “tanggung jawab yang lebih besar” adalah berbicara tentang kepemimpinan dan kepeloporan. Cakupannya juga tidak melulu tentang organisasi mahasiswa. Mengambil tanggung jawab yang lebih
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
besar itu bisa juga dalam bentuk lain seperti: terlibat kegiatan sosial, membantu teman memahami mata kuliah, menyuarakan keadilan bagi masyarakat luas, hingga mengajak teman-teman lain berbuat kebaikan seluasnya. Aksi-aksi menuntut pemerintah agar membela kepentingan rakyat juga wujud pengambilan tanggung jawab yang lebih besar. Semua bentuk tanggung jawab yang
lebih
menawarkan mahasiswa
besar
ini
peluang untuk
belajar
Mengambil tanggung jawab yang lebih besar adalah mengambil kesempatan belajar yang langka, lebih dari itu juga untuk menunaikan kebaikan dengan segera tanpa harus menunggu datangnya kesuksesan.
akan bagi dan
berkembang menjadi pemuda yang handal. Karenanya, mengabaikan atau menolak kesempatan untuk memikul
tanggung
jawab
yang
lebih besar adalah kesalahan yang sulit diobati pada masa mahasiswa yang sangat pendek itu. Lebih dari itu, mengambil tanggung jawab yang lebih besar berarti pula menunaikan kebaikan lebih cepat, tanpa harus menunggu kita menjadi apa atau sesukses apa, persis seperti yang dicontohkan Muhammad Toha, pahlawan dari Bandung yang kita bincangkan di awal buku ini.
#5: Keberanian untuk Mengatakan “Tidak” Mahasiswa adalah masa kemandirian. Orang tua cenderung akan mengendorkan model dan frekuensi pengawasan dan bimbingan kepada anak-anaknya yang mulai menginjak bangku perkuliahan. Sistem
akademik
kampus
pun
-
ditata
-
sedemikian
rupa
yang
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
mempersyaratkan
mahasiswa
untuk
proaktif
dan
“mengurus”
kebutuhannya sendiri tanpa menunggu perintah dari siapapun. Dengan pola lingkungan seperti ini, mahasiswa memiliki kendali sepenuhnya atas pilihan-pilihan hidup yang hendak dia ambil saat ini. Mahasiswa boleh bermalas-malasan, boleh membolos, boleh urakan, atau boleh apa saja, karena semua sudah menjadi tanggung jawab mahasiswa sendiri. Begadang dengan teman biasanya sangat mengasyikkan. Tetapi jika berlebihan, aktivitas seperti ini juga
Godaan negatif akan selalu menarik mahasiswa, seperti bermalas-malasan dan mencontek.
akan menganggu kinerja mahasiswa. Bermain games juga menyegarkan, tapi jika kebanyakan akan merusak hidup.
Mahasiswa harus berani untuk mengatakan “Tidak” pada hal-hal negatif yang merusak masa depannya.
Karena berbagai alasan, mungkin mahasiswa tidak cukup belajarnya sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Godaannya adalah mencari contekan teman atau bahkan mencontek dari bahan kuliah langsung. Keduanya jelas merusak integritas yang seharusnya dipupuk dan dijaga dengan baik sejak awal. Godaangodaan negatif akan selalu menarik mahasiswa, dalam situasi dan bentuk yang berbeda. Disinilah tantangannya. Karena kendali itu ada di tangan kita sendiri, maka bagian lain dari keberanian yang kami anjurkan di sub-bab ini adalah keberanian untuk mengatakan “tidak” terhadap hal-hal negatif yang mungkin menggoda.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Adakah Alasan untuk Merasa Takut? Berdasarkan pengalaman kami saat menjadi konsultan bisnis di PricewaterhouseCoopers, kejadian yang paling ditakuti oleh pemilik dan manajemen perusahaan dalam dunia bisnis adalah datangnya kecelakaan kerja
yang mendatangkan kematian bagi pekerja.
Kematian adalah berakhirnya cerita kehidupan. Oleh karenanya, perusahaan-perusahaan besar memberikan perhatian yang serius pada kebijakan dan prosedur keselamatan kerja bagi para pekerjanya. Dalam beberapa industri, pemerintah menetapkan regulasi yang ketat atas
keselamatan
penghargaan
kerja
yang
tinggi
ini.
Pemerintah
kepada
akan
perusahaan
memberikan yang
sukses
mengimplemetasikannya, dan sebaliknya pemerintah juga tidak segan mencabut izin operasi jika perusahaan gagal memenuhi kewajiban untuk mencegah risiko kecelakaan dan kematian pekerja saat bekerja. Akan
tetapi,
dalam
agamaKekhawatiran yang menghinggapi mahasiswa biasanya kekhawatiran yang remeh saja untuk didengarkan.
agama yang mengenal konsep hari
pembalasan,
kematian
bukanlah akhir cerita manusia. Agama mengajarkan adanya hari
saat manusia dinilai dan dibalas atas kebaikan-kebaikan maupun kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya selama di dunia. Kebaikan akan dibalas dengan surga, kejahatan akan dibalas dengan siksaan neraka. Dalam agama-agama tersebut, Hari Pembalasan adalah hari yang seharusnya dianggap paling mengkhawatirkan bagi ”masa depan” seseorang.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Jika risiko kematian atau risiko siksaan pada hari pembalasan dianggap sebagai risiko terbesar bagi manusia, maka rasa takut apa yang dapat dibenarkan untuk dirasakan oleh mahasiswa yang hanya sedang belajar atau berproses? Selama tidak mengundang kematian atau siksaan neraka, tentu saja jawabannya ”tidak ada sama sekali”. Ironisnya, kekhawatiran yang menghinggapi mahasiswa itu biasanya kekhawatiran yang sangat remeh, tapi cenderung dijadikan excuse. Pada kegiatan mahasiswa seperti kompetisi,
perlombaan, atau
pengajuan beasiswa, rasa takut atau kekhawatiran mahasiswa itu biasanya muncul dalam bentuk imajinasi: -
Malu dan terhina di hadapan dewan juri jika tidak mampu menjawab pertanyaan mereka.
-
Malu dan terhina jika ditertawakan oleh penonton.
-
Malu dan terhina jika mendapat urutan terakhir dalam kompetisi.
-
Malu jika ditolak oleh penilai beasiswa.
-
Malu dan terhina jika gagal menjawab pertanyaan dalam sesi kampanye atau debat kandidat ketua organisasi.
-
Malu dan terhina jika kalah suara saat pemilihan ketua organisasi.
Hanya kata ”malu dan terhina” yang mungkin melingkupi jiwa mahasiswa saat akan mencoba berbagai tantangan. Kabar baiknya, rasa malu dan terhina langsung
tidak
Jika tidak membuat mati, celaka, atau dipidana, seharusnya tidak ada alasan untuk takut mencoba hal-hal penting di kampus.
berhubungan
dengan
kematian,
kecuali jika kita tidak mampu mengendalikan
perasaan
dan
akhirnya mengundang serangan jantung mendadak. Jika pun malaikat
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
mencabut nyawa kita saat berjuang pada masa mahasiswa ini, itu pun pasti bukan karena kita memalukan atau sangat hina untuk hidup di dunia, kecuali memang sudah waktunya saja kita untuk meninggalkan dunia ini. Kita tidak menemukan alasan yang patut untuk ditakuti. Rasa malu, terhina, pesimis, takut gagal, hanyalah perasaan-perasaan saja (intangible), bukan kenyataan (tangible) seperti halnya dipukul orang, tertabrak kendaraan, atau ditagih debt collector. Jika perbuatan atau aktivitas itu secara logis tidak mengundang kematian, tidak melanggar hukum, dan tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita yakini, seharusnya tidak ada alasan untuk takut melakukan hal-hal penting di kampus. Rasa takut mencegah kita untuk berbuat lebih hebat. Jika kita mengedepankan bayangan-bayangan rasa malu, rasa terhina, atau rasa takut sebelum memulainya, niscaya kita tidak akan melakukan apapun yang berharga selama masa perkuliahan, bahkan selama hidup di dunia ini.
Bagaimana Menumbuhkan Keberanian? Keberanian adalah urusan mental dan cara berpikir, sesuatu yang abstrak dan bersifat “software” walaupun dampaknya bisa sangat nyata. Oleh karenanya, kemampuan untuk mengelola mental dan cara berpikirlah yang berkontribusi mendorong keberanian.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini memiliki keyakinan dan cara berpikir yang tipikal dalam menumbuhkan keberanian.
Kegagalan terbesar adalah saat kita gagal berani untuk mencoba. Kita
harus
berani
mencoba
mengikuti
kompetisi
atau
perlombaan. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita miliki, dan apa yang kita tidak punya, sampai kita berani mencobanya sendiri. Secara mendasar, kita hanya perlu membangun keinginan untuk mencoba, tidak perlu membebani diri dengan target yang muluk-muluk,
kecuali
semata-mata
keinginan
untuk
meningkatkan diri atau mengembangkan kemampuan diri. Kita harus menghargai proses yang kita jalani dan tidak melulu mengukur hasilnya. Jika menang memang kita akan mendapat hadiah, apresiasi, atau kebanggaan. Tetapi ketika kita tidak menang pun, kita tetap memiliki kesempatan untuk belajar banyak dan menjadi orang yang lebih baik lagi.
Dengan mencoba ikut berkompetisi atau berlomba, kita memiliki harapan untuk menjadi Juara 1. Kalaupun tidak Juara 1, kita juga masih memiliki harapan untuk Juara 2, 3, atau Juara yang lain. Dengan berani mencoba, kita memiliki harapan untuk menjadi juara. Harapan adalah bahan bakar untuk menjalani kehidupan yang lebih bersemangat. Harapan tidak akan dimiliki oleh orang
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
yang tidak berani melakukan apapun.
“Kamu adalah apa yang kamu pikirkan” - you are what you think. Dalam berbagai proses pada masa mahasiswa, jangan gampang memikirkan kegagalan. Jika anda berpikir gagal maka anda akan gagal. Jika anda berpikir kesuksesan maka anda akan mendapatkan kesuksesan itu. Agama pun mengajarkan ”Allah SWT sesuai dengan persangkaan hambanya”.
Dalam berbagai proses yang dilalui, sangat mungkin kita akan mengalami
kegagalan-kegagalan.
Jangan
menyesali
kegagalan-kegagalan itu terlalu lama. Ada banyak tantangan lain di depan yang harus diambil dan diatasi. Kegagalan sebelumnya
hanya
perlu
diambil
atau
dipelajari
untuk
mencambuk diri dan untuk memperbaiki kesalahan yang kita buat sebelumnya.
Tuhan menciptakan manusia dalam suatu pergiliran dan juga janji untuk
memberikan perubahan
sungguh-sungguh
ingin
berubah.
bagi manusia Dalam
yang
menghadapi
kegagalan, yakinlah bahwa kita tidak akan selamanya gagal. Dalam berbagai percobaan berikutnya, pasti ada saatnya kita mendapatkan keberhasilan atau kemenangan.
Kita harus yakin dengan kemampuan diri kita. Kita harus yakin bahwa kita mampu mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang kita hadapi. Keyakinan atas kemampuan diri inilah yang
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
akan mendorong kita untuk bersikap pantang menyerah, optimis, dan juga lebih kreatif.
Perasaan takut gagal adalah perasaan yang manusiawi. Setiap orang dapat mengalaminya. Demikian juga dengan kegagalan itu sendiri. Adakalanya manusia gagal dan ada waktunya akan berhasil, atau gagal kembali. Jadi, tidak ada yang serius dari kegagalan, yang berbahaya adalah jika tidak berani gagal atau tidak pernah bangkit dari kegagalan.
Kita harus berpikir bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Apa yang tidak kita dapat berarti bukan yang terbaik buat kita. Dan Tuhan pasti akan mengasihi kita dan akan mendatangkan yang lebih baik pada waktunya nanti.
Tuhan dekat dengan kita, karenanya hati dan pikiran kita menjadi tenang. Dua hal yang amat penting untuk mencapai sukses di mana saja kita berada. Ketenangan hati dan pikiran akan memudahkan kita mencari jalan keluar di setiap permasalahan. Tuntunan agama mengajarkan, kita tidak pernah dibebani sesuatu melebihi kapasitas kita. Implikasinya, jika kita merasa semua terlalu berat, kemungkinannya hanya dua; kita pasti bisa melewati beban itu atau ada orang lain yang diskenariokan akan membantu kita. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Everybody is same. Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam sehari, makan hingga kenyang, memiliki organ tubuh yang sama, dan pastinya sama-sama hidup di bumi ciptaan Tuhan. Jika melihat kondisi tersebut, apakah pantas jika kita berkecil hati untuk bersaing dengan orang lain?. No body is prefect. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Berfikir positiflah karena hal itu adalah energi positif untuk memulai sesuatu.
Kita juga Butuh Persiapan Rasa takut dan khawatir itu akan terus menghantui pemuda-pemuda yang ingin berkarya. Selain mengelola mental dan pikiran, Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami memiliki pendekatan yang sama untuk mengikis dan menghantam rasa takut atau rasa khawatir yang menyerang mereka. Yaitu dengan melakukan Persiapan yang memadai. Persiapan yang dimaksud adalah seperti
belajar,
meyiapkan
persyaratan,
Persiapan akan mengikis rasa khawatir dan takut saat menghadapi berbagai tantangan.
latihan, atau
menyiapkan berbagai kebutuhan lainnya
untuk
menghadapi
tantangan
yang
dihadapi,
seperti
perkuliahan, ujian, wawancara rekrutmen organisasi, wawancara beasiswa, atau kompetisi-kompetisi lainnya. Jika mengelola mental dan cara bepikir adalah ”perangkat lunak” untuk menumbuhkan keberanian, maka proses persiapan adalah ”perangkat
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
keras” nya untuk mempertahankan keyakinan, dan untuk memastikan bahwa keberanian yang muncul itu bukan keberanian membabi buta atau sembrono. Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini menyadari betul pentingnya persiapan ini. Para Mahasiswa Berprestasi menjalani persiapan sampai pada keyakinan bahwa perasaan takut itu telah teratasi pada tingkat yang dapat diterima. Sebelum mengikuti pelajaran di kelas, Rangga Handika mengaku melakukan persiapan dengan membaca bahan-bahan kuliah yang akan dipelajari walaupun itu tidak dilakukan secara menyeluruh. Untuk berani dan bisa bertanya di kelas, mahasiswa harus memahami materi yang sedang dibicarakan. Achmad Ferdiansyah (Ferdi) adalah Mahasiswa Berprestasi yang memenangkan Business Start Up Awards ShellLIVE Wire 2010, sebuah kompetisi bagi wirausahawan muda. Ferdi mengaku telah menyiapkan diri untuk mengikuti kompetisi sejak setahun sebelumnya. Dia bertanya dengan rekan-rekan yang pada tahun sebelumnya mendapatkan penghargaan yang sama. Waktu satu tahun dia manfaatkan
untuk
memperbaiki
kelemahan
dan
membenahi
kekurangan. Persiapan membuatnya lebih berani (baca: percaya diri) untuk berkompetisi dalam lomba tersebut. Alief Aulia Rezza (Alief) adalah sahabat kami. Alief banyak memberikan nasihat dan teladan kepada kami, salah satunya berkaitan dengan topik keberanian ini. Alief tumbuh dan menyelesaikan sekolah SLTA di Jombang, sebuah kota yang tidak terlalu besar di Jawa Timur. Sebagai “anak daerah”,
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Alief juga mengalami kendala yang sama dengan rata-rata anak daerah yang lain, yaitu ketrampilan bahasa Inggrisnya biasa-biasa saja. Padahal, dalam kompetisi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UI yang akan diikuti Alief, seleksi kemampuan bahasa inggris adalah salah satu proses yang paling penting. Selain dalam tahap wawancara, bahasa inggris juga wajib digunakan pada presentasi makalah ilmiah mereka dihadapan dewan juri dan penonton. Alief mengalami kekhawatiran yang serius tentang betapa malunya dia jika dia tidak mampu berucap sepatah kata pun dengan bahasa inggris di depan dewan juri dan penonton. Untungnya, rasa khawatir ini tidak kemudian menghalanginya untuk tetap berpartisipasi dalam kompetisi tersebut. Kami menyaksikan bagaimana Alief melakukan persiapan secara intensif. Belajar bahasa memang memerlukan waktu yang cukup lama dan latihan yang rutin untuk mencapai level lancar, tetapi Alief mengakalinya dengan menyiapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris dan kemudian menghafalkannya, persis seperti anak-anak yang menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an atau lagu-lagu sekolah mereka. Pada satu malam, kami melakukan simulasi, kami dan teman-teman yang lain mengajukan pertanyaan dalam bahasa Inggris layaknya dewan juri kompetisi Mapres, sedangkan Alief berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang
kami
ajukan,
tentu
saja
dengan
memanggil hapalan-hapalan bahasa Inggris yang ada di kepalanya.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Pada kesempatan lain, sebagai seorang lulusan pendidikan akuntansi, kami memiliki keinginan yang kuat untuk bekerja di kantor akuntan publik (KAP), terutama KAP dengan reputasi internasional seperti PricewaterhouseCoopers (PwC), Ernts and Young, KPMG, atau Delloitte. Tetapi, nilai IPK yang tidak cumlaude dan ketrampilan bahasa inggris yang pas-pasan memberikan tekanan rasa takut dan ketidakpercayaan diri bagi kami sebelum benar-benar mendaftar ke KAP-KAP tersebut. Alief memberikan motivasi dan strategi saat kami justru tidak percaya diri setelah menerima panggilan dari PwC untuk mengikuti seleksi ”Fan, tidak ada yang perlu kamu takuti. Mari kita rumuskan, apa saja jenis tes dan seleksi yang akan digunakan PwC. Terus kita identifikasi dimana kelemahanmu, dan kita siapkan saja sebelum kamu benar-benar ikut seleksinya. Setahuku wawancara seleksi itu memiliki pertanyaan yang standar, seperti motivasi, kelebihan, kekurangan, mengapa daftar kesini. Nah itu saja kita siapkan jawabannya dengan versi inggris, terus kamu hafalin sama seperti waktu aku menyiapkan kompetisi Mapres dulu.” (Alief Aulia Rezza) Menghapal jawaban dalam bahasa Inggris memang terkesan sangat memalukan. Bahasa Inggris kok dihapalkan. Tetapi, kenyataannya strategi ini bekerja sempurna bagi Alief saat mengikuti kompetisi Mahasiswa
Berprestasi,
dan
bagi
kami
saat
mendaftar
ke
PricewaterhouseCoopers. Alief meraih predikat MAPRES-nya dan kami juga diterima di PwC dan kemudian bekerja di sana selama hampir 4 (empat) tahun.
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
Menghapal jawaban dalam bahasa Inggris adalah salah satu bentuk persiapan yang diajarkan oleh Alief, yang akan membantu kita mengatasi rasa takut, cemas, atau khawatir saat menghadapi tantangan-tantangan dengan pengantar bahasa asing seperti ini. Jika bekerja dengan baik, persiapan tidak hanya membunuh rasa cemas tetapi juga benar-benar mengantarkan kita mengatasi tantangan yang ada. Tentu saja Alief yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Alief saat masih menghapal bahasa
Inggris
menamatkan
dulu.
kuliah
Setahun S-1
setelah
nya,
Alief
#19: Alief saat mengajar di Kampus NHH, Norwegia
mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Norwegia untuk menempuh studi S-2 (Master) di Norwegian University of Life Sciences (UMB), Norwegia. Setelah lulus S-2, Alief juga langsung melanjutkan studinya pada jenjang Doktoral (S-3)
di Norwegian School of Economics and
Business Administration (NHH), Norwegia, dengan beasiswa dari NHH. Selain studi S-3, aktivitas harian Alief di Norwegia diisi dengan mengajar di universitas yang sama dan juga melakukan beberapa penelitian yang dia presentasikan di berbagai konferensi internasional. Cerita tentang Alief dan persiapan bahasa inggrisnya hanyalah satu contoh tentang pentingnya ”persiapan”. Pentingnya ”persiapan” juga berlaku pada proses-proses selain dalam kompetisi atau perlombaan, seperti dalam membangun pertemanan atau pergaulan, menghadiri
-
-
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
seminar/forum-forum keilmuan, berbicara di hadapan publik, mendaftar beasiswa, dan tentu saja saat menghadapi ujian kuliah. Winston Churcill, Perdana Menteri Inggris yang menjadi pahlawan Inggris saat Perang Dunia II, dikenal sebagai sosok yang sangat mudah bergaul sehingga disenangi banyak orang. Dalam setiap perjamuan makan dengan koleganya, Winston Churcill akan selalu mengisi perbincangan itu dengan guyonan-guyonan cerdas yang menghangatkan suasan perjamuan. Tetapi banyak orang yang tidak tahu. Winston Churcill sebenarnya juga melakukan banyak persiapan sebelum dia menghadiri atau mengadakan perjamuan-perjamuan itu. Winston Churcill akan berpikir dan kemudian menentukan topik pembicaraan apa yang akan menarik bagi koleganya, dan lelucon apa yang akan memancing tawa riang mereka. Dengan persiapan ini, Winston Churcil ingin memastikan bahwa perjamuan yang dia datangi atau dia adakan dapat memberikan manfaat bagi dia dan orang lain dalam bentuk pergaulan dan pertemanan yang hangat. Pada akhirnya, kuliah adalah kesempatan yang mahal dan berharga, kita tidak boleh menyia-nyiakannya dengan tidak melakukan apapun di sana, baik yang bersifat akademis maupun non-akademis. Mahasiswa harus berani mencoba berbagai hal penting bagi pengembangan dirinya.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Menanam Keberanian, Menuai Kesuksesan
IV Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan Hasil studi kami atas 17 Mahasiswa Berprestasi mendapati bahwa mereka menetapkan visi, tujuan, atau target prestasi saat mengawali dunia perkuliahan mereka. Visi, tujuan, atau target adalah cerminan dari keinginan-keinginan mereka untuk melakukan dan mencapai sesuatu. Keinginan-keinginan inilah yang kemudian mengarahkan mereka untuk terus berusaha dan berkarya dalam dunia kampus.
”Kemana Kamu akan Pergi?” Alice: ”Bisakah kamu memberitahuku, dimana jalan agar aku bisa pergi dari sini?” Kucing: ”Itu tergantung kemana kamu ingin pergi” Alice: ”Aku tidak peduli kemana aku akan pergi” Kucing: ”Kalau begitu tidak penting jalan mana yang kamu akan ambil” (Alice’s Adventures in Wonderland, Lewis Caroll (1865))
Percakapan di atas ada dalam buku fiksi fantasi Alice’s Adventures in Wonderland, sebuah cerita klasik yang sudah banyak diadaptasi ke dalam film, kartun, dan komik. Cerita tokoh utama, Alice, dalam fiksi ini, menawarkan banyak dialog cerdas, yang karenanya cerita ini
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
disukai oleh banyak orang dan menjadi salah satu buku cerita klasik sampai sekarang. Percakapan antara Alice dengan kucing yang ditemuinya sangat relevan untuk membuka pembahasan bab kita sekarang ini. Ya, jika kita tidak tahu kemana kita akan pergi, jalan manapun akan membawa kita pergi kesana. Jika anda, mahasiswa, tidak tahu apa visi, tujuan, atau target perkuliahan anda, maka kita tidak perlu bersusah payah membahas bagaimana cara untuk menjalani proses perkuliahan tersebut. Tujuanlah yang akan menentukan bagaimana strategi perkuliahan akan kita susun, apa langkah-langkah yang harus dijalani, dan yang paling utama, tujuan menjaga kita untuk tetap fokus dan terarah pada apa yang ingin kita capai. Sebenarnya ini bukan ilmu baru. ”Apa cita-citamu nak?”, sudah menjadi pertanyaan yang lazim kita dengar, dan juga diperdengarkan para orang tua dan guru-guru kepada anak-anak sejak dahulu sampai sekarang. Dengan pertanyaan ini, sebenarnya mereka itu sedang mengajarkan arti penting ”keinginan” kepada anak-anak. Kami punya anak yang berumur 2,5 tahun. Bahkan sebelum dia bisa berucap dengan lancar pun kami sudah sering menanyakan pertanyaan
ini
padanya,
biasanya
justru
ibunya
yang
akan
mengajukan jawaban ”dokter” atau ”cendekiawan”, sesuai keinginan ibunya saja. Kami yakin kebanyakan orang tua juga demikian, termasuk juga guru-guru kepada muridnya, atau orang dewasa kepada anak-anak yang disayanginya. Menariknya, pertanyaan ini tidak dapat dimonopoli oleh kalangan
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
tertentu saja. Yang kaya, yang miskin, yang pejabat, yang rakyat, orang kota, orang desa, semuanya dapat mengajukan pertanyaan ini kepada anak-anak mereka. Semua anak, semua orang memang berhak memiliki cita-cita. Menanyakan cita-cita mengandung makna do‟a, keinginan, dan juga motivasi. Anak-anak yang memiliki cita-cita akan lebih mudah didorong untuk belajar, bekerja keras, dan berjuang mengejar cita-citanya itu. Anak-anak yang memiliki cita-cita diharapkan memiliki arah yang jelas tentang masa depan mereka. Kira-kira begitulah motif kami para orang tua dan para guru. Dengan motif yang sama, kami ingin menanyakan, Apa cita-cita anda mahasiswa? Apa target kuliah anda mahasiswa? Apa yang ingin anda peroleh mahasiswa? Mau pergi kemana anda mahasiswa?
Mahasiswa Berprestasi: Mereka Memiliki Keinginan Para Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini memiliki definisi keinginan yang jelas tentang hasil yang ingin mereka capai selama masa mahasiswa, walaupun kedalaman tujuan itu sangat bervariasi di antara masing-masing orang. Sebagian bahkan
Mahasiswa memiliki
Berprestasi
idealisme
Keinginan yang jelas akan mendorong semangat, mengarahkan strategi, dan mempertahankan fokus.
yang
jelas sejak awal atas kehidupan yang dia jalani, termasuk cita-cita
apa yang ingin dia lakoni setelah lulus kuliah dan selama hidup di
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
dunia. Sedangkan sebagian yang lain menyiapkan target untuk periode yang lebih pendek saja, misalnya untuk masa mahasiswa saja. Secara umum, Mahasiswa Berprestasi menganggap pendefinisian keinginan adalah faktor penting penentu sukses dalam proses perkuliahan yang mereka jalani. Tujuan menjadi penting untuk alasan memunculkan semangat, merumuskan strategi, dan mempertahankan fokus.
Keinginan akan Mendorong Semangat Fajrin Rasyid kita kenal sebagai lulusan ITB dengan IPK 4.00 dan mahasiswa peraih sederet prestasi prestisius lainnya. Fajrin tidak mendapatkan prestasi ini semua dengan tiba-tiba, layaknya pemenang undian lotere. Dia memulai pencapaian prestasi ini dengan adanya keinginan yang jelas, yang kemudian menggerakkan alam pikirnya dan alam geraknya untuk mencapai itu semua. Tahukah Kamu bahwa Aku Memimpikanmu? Tahukah kamu? Aku memimpikanmu sejak lama. Jauh sebelum aku mengenal semua tugas kuliah di semester 6 ini. Jauh sekali, mungkin sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus ini. Dulu, aku sadar bahwa kamu hanyalah mimpi bagiku. Tidak mungkin aku bisa mendapatkanmu.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Karena itu, untuk sekadar memikirkanmu pun aku merasa tidak pantas. Hampir tiga tahun berlalu sejak aku mengenalmu. Kini, kamu datang kembali. Kini, semua sudah berubah. Kini, aku punya kesempatan untuk mendekatimu. Apakah aku cukup pantas untukmu? Aku tidak tahu. Satu yang kutahu pasti, aku akan berusaha untukmu, dan tentu untukku sendiri. Hingga kamu mengatakan ya atau tidak padaku. Puisi di atas bukan karya pujangga. Jika anda menganggapnya sebagai puisi pujangga, maka selera seni anda sangat jelek. Puisi ini bukan pula curahan perasaan cinta seorang laki-laki kepada gadis pujaannya, gadis mana yang senang dengan puisi berkualitas paspasan seperti ini. Sebenarnya puisi ini adalah karya Fajrin Rasyid, yang ditulisnya saat dia akan menghadapi seleksi Mahasiswa Berprestasi (Ganesha Prize) ITB 2007, salah satu kompetisi mahasiswa yang sudah lama diinginkannya. Inilah uniknya. Jika pemuda lain menulis puisi karena cinta yang tak sampai atau rindu yang tak tuntas, Fajrin justru menulis puisi karena dia merindu untuk berprestasi. Puisi ini jelas menyiratkan bagaimana
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Fajrin sangat memendam dan mengharap dirinya dapat menjuarai ajang kompetisi itu. Impian ini telah masuk dalam alam pikir Fajrin sampai dia pun sanggup menuliskannya dalam bentuk puisi. Jika orang sudah sanggup membuat puisi untuk merefleksikan perasaannya, tentu dia memiliki kelebihan emosi dan luapan perasaan yang tidak tertampung dalam jiwanya sendiri. Lalu bagaimana Fajrin memiliki luapan semangat yang tinggi seperti ini? Sejak awal terdaftar sebagai mahasiswa ITB tahun 2004, Fajrin mengaku memiliki keinginan yang jelas mengenai apa yang akan dia raih selama mahasiswa nanti, yaitu lulus cumlaude, pemimpin organisasi, dan punya ”seribu” teman (maksudnya memiliki teman yang banyak). Dalam perjalanannya, Fajrin juga terus menambah deretan target prestasi yang ingin dicapainya. Beginilah Fajrin bergerak menjadi sosok pemuda yang sangat prestatif. Dia memiliki keinginan yang jelas, yang mendorong semangatnya.
Semuanya
merasuk
dalam
alam
pikir
hingga
mempengaruhi perilakunya. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi lain juga memiliki pendekatan yang sama, mereka memiliki keinginan yang jelas, yang mendorong semangat mereka dalam menjalani masa perkuliahan. Cerita Fajrin dan mahasiswa berprestasi lainnya ini membantu menjelaskan bagaimana keinginan yang ditetapkan dari awal akan mendorong semangat dalam diri mahasiswa, yaitu semangat untuk berkarya, berusaha, dan berlatih, untuk mencapai keinginan yang sudah ditetapkan sejak awalnya.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Keinginan akan Mengarahkan Strategi Mochammad Faisal Karim (Ical) dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi FISIP UI Tahun 2009 setelah menjalani serangkaian seleksi yang berat. Kompetisi Mahasiswa Berprestasi adalah kompetisi yang paling prestisius bagi mahasiswa di Indonesia. Kompetisi ini memiliki kriteria penilaian yang paling komprehensif dan tingkat persaingan paling ketat. Para kontestan akan dinilai berdasarkan keseluruhan kiprah, akademik dan non-akademik, yang telah dilakukannya dan dicapainya selama menjadi mahasiswa. Oleh karenanya, kompetisi ini biasanya diikuti oleh mahasiswa tingkat akhir yang sudah mengkoleksi banyak prestasi lain sebelumnya. Kemenangan Ical sebagai Mapres FISIP UI jelas bukan pekerjaan satu malam. Pada awal tahun ke-2 nya sebagai mahasiswa FISIP UI, Ical telah menambah agenda kompetisi Mapres sebagai salah satu target yang ingin dicapainya selama menjadi mahasiswa. Karena
dia
telah
memiliki
targetan yang jelas, maka Ical sedari
awal
mencoba
menyiapkan berbagai hal yang akan mendorong keme-nangan dia dalam kompetisi Mapres #20: Ical dan teman-temannya saat studi di Inggris
FISIP UI tersebut.
Ical pertama kali mempelajari pola pemenang Mapres tahun-tahun sebelumnya. Ical mengidentifikasi siapa saja mereka, apa latar belakangnya, bagaimana sejarah prestasi mereka, dan apa makalah
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
yang mereka presentasikan. Selain itu, Ical juga mempelajari persyaratan, formulir terbaru, dan kriteria penilaian dari kompetisi Mapres. Dari profil para juara Mapres tahun-tahun sebelumnya, persyaratan, dan kriteria penilaian, Ical mencoba menilai dirinya sendiri untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Dalam waktu 2-3 tahun, Ical terus memperbaiki kekurangannya dan menambah prestasi-prestasi pendukung. Dengan strategi seperti inilah Ical membangun pelan-pelan kemenangan dalam kompetisi Mapres FISIP UI, yang diikutinya pada tahun terakhir masa kuliahnya. Ical memberi contoh bagaimana tujuan yang telah ditetapkan mengarahkan dia untuk merumuskan strategi pencapaian tujuan tersebut.
Keinginan akan Mempertahankan Fokus Tuntutan berprestasi sebenarnya adalah tuntutan masyarakat umum. Sayangnya, definisi prestasi dalam masyarakat kebanyakan adalah prestasi dalam bentuk eksistensi atau penonjolan diri. Definisi seperti ini seringkali memberikan tekanan-tekanan bagi kebanyakan orang. Bahayanya, tekanan atas kebutuhan kesuksesan seringkali juga mampu mengubah pikiran seseorang, sehingga alih-alih memberi motivasi, tetapi justru membuat orang kehilangan orientasi awalnya. Hal ini biasa dialami pemuda, saat melihat temannya sukses berwirausaha, buru-buru dia pengen berwirausaha, saat melihat
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
saudaranya berkuliah di jurusan favorit, buru-buru dia ingin mengambil ulang seleksi masuk perguruan tinggi. Ketelatenan pemuda adalah barang langka. Mereka biasanya cenderung menggebu-gebu, tidak sabaran, dan ingin memperoleh hasil instan. Karena sifat dasarnya ini, pemuda cenderung tidak fokus dengan proses-proses yang sedang mereka jalani. Seorang mahasiswa yang mudah kehilangan fokus akan disulitkan dengan
proses-proses
pembelajaran
yang
tidak
pernah
diselesaikannya. Padahal, semua prestasi harus dilewati secara telaten melalui proses-proses kecil dan tindakan-tindakan sederhana. Penetapan keinginan sejak awal akan membantu mahasiswa berfokus dengan proses-proses yang harus dan sedang dilaluinya. keinginan seperti mengikat mahasiswa dengan target-target yang telah dibuatnya
Bagaimana Mereka Mendefinisikan Keinginan? Hasil
studi
kami
mengidentifikasi
adanya
2
(dua)
ragam
pengembangan keinginan yang dimiliki oleh Mahasiswa Berprestasi. Ragam ini dibedakan berdasarkan seberapa jauh dan mendalam mereka mampu mendefinisikan keinginan mereka. Ragam yang pertama adalah keinginan dalam bentuk ”visi” hidup, yaitu tujuan hidup fundamental yang ingin diperjuangkan oleh seseorang dalam hidupnya di dunia ini. Visi hidup ini biasanya berkaitan erat dengan sikap hidup idealis atau berdasar pada ajaranajaran mulia.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Ragam yang kedua adalah keinginan dalam bentuk target-target prestasi pada masa perkuliahan. Ini adalah bentuk keinginan yang paling sederhana karena mereka masih belum faham peran apa yang ingin mereka lakoni di kemudian hari.
VISI HIDUP
CITA-CITA
TARGET PERKULIAHAN
“Ilustrasi Ragam Keinginan”
Visi Hidup dipandang memiliki dasar yang lebih fundamental dan cakupan yang menyeluruh. Oleh karenanya, pemuda yang sudah memiliki visi hidup biasanya juga mampu menggambarkan dengan lebih jelas cita-cita hidupnya dan juga target perkuliahan yang dijalaninya. Mahasiswa bisa saja belum mampu mendefinisikan cita-cita atau visi hidupnya. Tetapi, minimal sekali, Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini memiliki target-target prestasi perkuliahan yang baik. Karena keduanya hanya berbeda pada cakupannya, maka sepanjang keduanya dibangun dengan semangat untuk berprestasi maka
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
keduanya akan sama-sama memberikan manfaat semangat, strategi, dan fokus bagi mahasiswa, sebagaimana yang diilustrasikan di atas. Studi kami atas Mahasiswa Berprestasi mendapati temuan yang menarik. Beberapa Mahasiswa Berprestasi mengaku memiliki tujuan dalam jangka panjang, yaitu sampai pada visi hidup dan peran hidup apa yang ingin mereka jalani. Sedangkan sebagian besar yang lain mengaku memiliki tujuan hanya sampai Fase Mahasiswa saja dan belum jelas bidang apa yang akan mereka geluti setelahnya atau apa sebenarnya visi hidup besar yang ingin mereka perjuangkan. Temuan
ini
semakin
meneguhkan
kesimpulan
bahwa
masa
mahasiswa hanyalah salah satu proses pembelajaran yang dapat diambil oleh para pemuda. Sebagaimana sifat belajar, apapun yang baik yang dapat kita pelajari, pasti akan memberikan manfaat bagi kita di kemudian hari, terlepas ingin menjadi apa kita nantinya atau visi besar apa yang sedang kita perjuangkan. Hal ini selaras dengan keyakinan Devina Octavira, ”Saya telah ditinggal ayah ketika masih kelas 6 SD. Ayah saya adalah orang yang selalu menaruh perhatian tinggi terhadap pendidikan dan pengembangan diri anak-anaknya. Beliau selalu berpesan untuk selalu berprestasi, baik di dalam dunia pendidikan maupun di luar dunia pendidikan, pada kasus saya adalah di dunia musik. Pesan beliau, orang yang berprestasi pasti akan selalu dicari dan dibutuhkan. Orang berprestasi juga bisa memberi manfaat bagi orang lain. Hal ini selalu teringat dan sangat membekas di hati saya.” (Deviana Octavira)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Bagi Deviana, prestasi adalah yang paling utama. Apapun prestasi itu, pasti akan mendatangkan kebaikan baginya di kemudian hari. Pesan inilah yang ingin kami usung dengan kuat dalam setiap goresan tulisan dalam buku ini. Berprestasilah karena prestasi itu pasti baik untukmu!
Keinginan dalam Visi Hidup Pada usia yang relatif masih sangat muda, Shofwan telah meraih sederet prestasi yang sangat luar biasa baik dalam hal akademik maupun non-akademik. Sekarang ini, Shofwan adalah seorang kandidat PhD di Universitas Ritsumeikan, Jepang. Shofwan ini bahkan sudah menonjol sejak dia masih di bangku sekolah, utamanya adalah ketrampilan dia dalam menulis yang mengantarkannya menjuarai berbagai lomba karya tulis saat masih di bangku sekolah dulu. Shofwan adalah jenis pemuda yang digerakkan oleh keinginan jangka panjang atau yang disebut visi hidup. Dengan penuh kesadaran, Shofwan selalu memiliki tujuan dan langkah-langkah yang jelas dimanapun proses dan kiprah yang sedang dijalaninya. Shofwan
beruntung
memiliki
orang
tua
yang
visioner
yang
mewarisinya sikap idealis. Shofwan menganggap bahwa rahasia dari sederet prestasi yang luar biasa dalam kehidupannya adalah visi berprestasi yang telah terbentuk sejak dini sebagai buah dari metode pendidikan
orang tuanya.
Orang
tuanya
banyak
mengajarkan
pentingnya tumbuh menjadi manusia yang berprestasi dan bermanfaat bagi masyarakat. Kesadaran akan pentingnya berprestasi dan bermanfaat begitu melekat dalam hati dan pikiran Shofwan, membesar
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
secara bertahap, dan menjadi semakin jelas ketika memasuki bangku kuliah. ”Ingin Mengubah Dunia”, begitulah visi hidup Shofwan yang sudah dideklarasikannya sejak dia masih sekolah di bangku SMA. Visi ”Ingin Mengubah Dunia” ini
Memahami idealisme dan cita-cita adalah modal awal membangun kesuksesan jangka panjang.
terus dijaganya sampai sekarang, yang menurutnya telah membantu meng-arahkan
dia
untuk
terus
menorehkan prestasi-prestasi baru, menanam modal kebaikan, dan pada saatnya nanti dapat berkiprah lebih luas bagi masyarakat. Untuk merealisasikan visi hidupnya itu, Shofwan memasang targettarget jangka pendeknya, dan kemudian dia memvisualisasikan target tersebut dalam diri tokoh nasional yang sudah ada. Pada tahun tertentu ia harus mampu menyamai tokoh tersebut, pada tahun yang lain ia harus menyamai tokoh lainnya. Bahkan untuk mendukung pencapaian target yang sudah ditetapkannya, Shofwan sempat pula menjadi asisten pribadi salah satu tokoh nasional yang ingin diteladaninya. Shofwan ini adalah salah satu Mahasiswa Berprestasi yang telah memiliki visi panjang walaupun dia baru masuk bangku perkuliahan. Shofwan adalah contoh pemuda yang mampu membangun visi hidup dari awal. Visi hidup yang dicetuskannya mengarahkan dirinya untuk terus berprestasi dalam setiap proses yang sedang dijalani. Shofwan pun mengalirkan hidupnya dengan terarah diiringi kompetensi yang semakin meninggi dan kesempatan yang semakin luas.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Memahami apa idealisme kita dan apa cita-cita pada masa depan adalah modal awal yang sangat berharga. Masa depan adalah ketakutan sekaligus harapan bagi setiap orang. Oleh karenanya, impian tentang masa depan akan mengarahkan langkah masa sekarang. Ketakutan akan masa depan yang buruk-lah yang membuat Alfred Bernhard Nobel menggagas penghargaan ”Nobel” (Nobel Prize) yang kemudian menjadi sangat prestisius itu. Saat saudara laki-lakinya, Ludvig Nobel, meninggal dunia dalam kunjungannya ke Cannes, Perancis; sebuah surat kabar Perancis memuat obituari yang salah. Mereka menulis yang meninggal itu adalah Alfred Bernhard Nobel, sang penemu dinamit. Bukan kesalahan menyebut orang ini yang membuat Alfred Nobel murung, tetapi karena Obituari yang salah orang itu mereka beri judul ”The merchant of death is dead” – ”pedagang kematian telah mati”, dengan salah satu paragrafnya ”Dr. Alfred Nobel, yang telah kaya dengan menemukan cara untuk membunuh banyak orang dengan lebih cepat dari cara yang ada 21
sebelumnya, meninggal dunia kemarin” . Ya, Alfred Nobel adalah penemu dan pengusaha, dia sebenarnya memegang ratusan hak paten, tetapi patennya yang paling terkenal adalah
dinamit.
Dinamit
yang
ditemukan
dan
diproduksinya
sebenarnya banyak digunakan pada industri pertambangan. Tetapi dinamitnya juga banyak digunakan oleh orang-orang untuk aksi kekerasan dan peperangan pada saat itu. Dinamit kemudian lebih dikenal sebagai senjata pembunuh masal. Alfred Nobel menyadari jika memang dia yang mati saat itu, ternyata pandangan dunia terhadap dirinya sangat buruk sekali. Obituari yang
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
salah itu kemudian merubah secara total pandangan hidup Alfred Nobel. Dia tidak ingin dikenang sebagai orang jahat yang meraup kekayaan dengan menjual barang berbahaya bagi ummat manusia. Akhirnya, setahun sebelum dia meninggal dia mewariskan sebagian besar kekayaannya untuk menghelat penghargaan rutin bagi orangorang yang dianggap telah memberikan kontribusi bagi kebaikan ummat manusia di seluruh dunia. Sampai sekarang, Penghargaan Nobel terus diberikan kepada tokohtokoh dunia yang telah berprestasi memberikan kontribusi dan teladan kebaikannya bagi ummat manusia. Cerita tentang Alfred Nobel ini menjelaskan bagaimana impian seseorang tentang masa depan, bahkan masa setelah kematian, dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan perilaku saat sekarang atau saat mereka masih hidup. Setara dengan cerita Alfred Nobel, impian tentang masa depan dapat membantu mahasiswa memilah aktivitas apa yang ingin dijalaninya, pengetahuan apa yang ingin diraihnya, keburukan apa
yang ingin
dihindarinya, siapa yang dijadikan sahabatnya, dan berbagai pilihan hidup lainnya. Secara teknis, impian dan pilihan itu bekerja dengan contoh sebagai berikut: Mahasiswa yang bermimpi menjadi akademisi internasional harus meninggikan kemampuan bahasa asingnya. Mahasiswa yang bermimpi menjadi pengusaha sukses dapat memulai menabung sebagai modal awal usahanya, melatih
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
kompetensi
bisnis
yang
ingin
digelutinya,
atau
memulai
membangun jaringan pertemanan yang terkait dengan bisnis yang ingin dibangun. Mahasiswa yang ingin mendirikan perusahaan teknologi informasi (TI) harus membangun kompetensinya dalam bidang TI. Mahasiswa yang bermimpi menjadi atlet olah raga nasional harus rajin berlatih dari sekarang. Mahasiswa
yang
bermimpi
menjadi
politisi
harus
belajar
membangun jaringan dan pengaruh sosial. Mahasiswa yang bermimpi menjadi penyanyi terkenal dan disukai penggemar harus rajin berlatih olah suara. Menyadari mimpi seperti di atas adalah ideal bagi seorang pemuda. Dengan mimpi itu, mereka dapat mulai menanam benih kebutuhan yang benar-benar diperlukan, dan mengesampingkan apa yang memang tidak diperlukan. Kalau kita mengenali mimpi, tentu kita akan mengenali apa yang kita butuhkan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Keinginan dalam Target-Target Perkuliahan Menjadi seperti Shofwan yang penuh idealisme dan bervisi jauh adalah sempurna. Tetapi bagi seorang lulusan SMA atau mahasiswa baru, merumuskan visi masa depan yang jauh juga tidak mudah untuk dilakukan.
Demikian
juga
yang
dialami
Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami ini.
-
-
oleh
sebagian
besar
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Pada awal masa perkuliahan, banyak dari Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai peran apa yang ingin mereka ambil setelah lulus dari bangku kuliah. Menjadi apa, bekerja dimana, dan sederet pertanyaan lain terkait eksistensi individu sulit dijawab pada awal masa, bahkan kadang juga sampai pada akhir masa mahasiswa. Mari kita tengok biodata beberapa Mahasiswa Berprestasi! M. Nuryazidi sempat bekerja di 2 agensi periklanan sebelum diterima di Bank Indonesia dan berprestasi di sana. Alief Aulia Rezza juga sempat menjadi peneliti di sebuah lembaga penelitian dan menjadi karyawan di sebuah bank nasional, sebelum kemudian dia mendapat beasiswa sebagai mahasiswa program Master di Norwegian University of Life Sciences (UMB), Norwegia, dan kemudian sekarang adalah kandidat Doktor di Norwegia juga. Rangga Handika juga sempat bekerja di sebuah bank sebelum kemudian dia menyadari bahwa itu bukanlah tempat yang sesuai dengan minat dan karakternya. Dia akhirnya memutuskan pindah haluan menjadi akademisi dan sekarang sedang mengambil program Doktoral di Australia. Ghofar Rozaq Nazila (Ghofar) pun tidak pernah berpikir dia akan menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini. Bahkan menjelang lulus dia sudah bertekad untuk mengambil program S-2 di luar negeri dan kemudian menjadi akademisi di kampus. ”Kenyataan hari ini ada sedikit perbedaan dengan rencana awal saya, walaupun ternyata Allah SWT memberikan hasil yang jauh lebih baik. Dulu setelah lulus kuliah, saya ingin menjadi ilmuwan
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
dan membangun ‟Islamic Architectural Heritage‟. Atas keinginan ini, beasiswa S2 ke luar negeri pun sudah saya dapatkan. Bagian dari perencanaan saya adalah menikah pada usia dini, akhirnya saya tunaikan 3 bulan setelah kelulusan sambil menunggu berangkat sekolah. Ternyata Allah SWT memiliki kehendak lain. Bisnis yang „isengiseng‟ saya coba sembari menunggu keberangkatan sekolah ternyata jatuh bangkrut dan membuat saya memiliki kewajibankewajiban kepada pihak lain. Dari kenyataan ini, akhirnya saya memutuskan untuk menekuni bisnis dan bertekad mengembalikan segala kewajiban yang saya miliki.” (Ghofar Rozaq Nazila) Ketidaksengajaan ternyata menjadi pintu bagi Ghofar untuk sukses lebih tinggi lagi. Demikian pula dengan pengakuan Achmad Zaky Syaifudin, yang merupakan pengusaha IT sukses. ”Ya, sebenarnya tidak terbayang sama sekali waktu masih kuliah bahwa saya akan berwirausaha nantinya. Awalnya saya hanya berkeinginan untuk bekerja di perusahaan multinasional atau di luar negeri dengan gaji besar. Sekarang, semua seperti berputar seiring dengan tingkat pemahaman saya yang meningkat. Tapi keinginan saya tetap sama, memberikan manfaat dan kebanggaan kepada orang-orang sekitar. Hanya jalannya sedikit berbeda.” (Achmad Zaky Syaifudin)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Deviana Octavira juga mengaku mengalami transformasi keinginankeinginan, yang berkembang seiring dengan bertambahnya usia, pengalaman, dan pengetahuan. Pada saat masih kecil, saya suka berjualan alat tulis dan pernakpernik kepada teman-teman sebaya. Saya pikir saya ingin menjadi seorang pengusaha suatu hari nanti. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, ternyata saya lebih tertarik menjadi seorang pekerja. Dan untuk menjadi seorang pekerja yang baik dan memiliki kualifikasi yang baik, diperlukan proses dan usaha yang mendukung. Pada saat kuliah, saya telah memiliki beberapa opsi untuk bekerja dimana. Opsi tersebut didapat dengan melihat perkembangan akademik, berbagai informasi, dan hasil bincang-bincang dengan para alumni, kakak angkatan, maupun dengan keluarga. Salah satu opsi yang saya pikirkan saat itu adalah menjadi karyawan di perusahaan multinasional. Daya tariknya adalah benefit, job challenge, dan networking yang luas.” (Deviana Octavira) Rangkaian cerita di atas menggambarkan bahwa pada awal fase mahasiswanya, Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga belum mampu
menggambar
dengan
jelas
target-targetnya
pasca
menyelesaikan kuliah. Beberapa dari mereka, setelah lulus, bahkan menjalani berbagai hal sebelum kemudian menemukan tempat dan proses yang sekarang mereka jalani dengan tekun. Meskipun para Mahasiswa Berprestasi ini belum memiliki gambaran yang jelas mengenai peran pasca perkuliahan, mereka semua ternyata tetap memiliki target-target prestasi yang jelas untuk dicapai semasa
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
menjadi mahasiswa. Mereka menetapkan target-target seperti skor IPK, kompetisi tertentu, pengalaman organisasi, dan berbagai target prestasi lainnya. Kenyataan pelajaran
ini kembali
kedudukan pemuda. adalah
memberikan
perkuliahan Masa
masa
Masa perkuliahan adalah masa pembelajaran. Apapun yang mahasiswa pelajari dan raih disana, selama itu baik, pasti akan memberi manfaat bagi mahasiswa di kemudian hari.
mengenai bagi
perkuliahan pembelajaran
saja. Apapun yang mahasiswa pelajari disana, selama itu baik, pasti akan memberi manfaat bagi mahasiswa di kemudian hari. Prestasi apapun yang mahasiswa raih selama menjadi mahasiswa, pasti akan tetap memberikan modal positif baginya setelah menyelesaikan masa perkuliahan. Kesimpulannya, sebagian besar Mahasiswa Berprestasi menjalani masa perkuliahannya dengan semangat yang sederhana saja. Walaupun mereka tidak tahu bakal jadi apa mereka nantinya, mereka tetap
menjalani
dan
berusaha
meraih
prestasi
pada
semua
kesempatan-kesempatan pembelajaran yang ada, baik di wilayah akademik maupun non-akademik, karena apapun prestasi yang bisa diraih pasti mendatangkan kebaikan bagi mereka di kemudian hari.
Target-Target Perkuliahan yang Umum Belajar dari kiprah para Mahasiswa Berprestasi, kami mengidentifikasi adanya area-area yang dianggap penting bagi proses pembelajaran mahasiswa. Area-area ini memiliki target-target yang hendak dicapai oleh mereka.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Target-target ini berhasil mereka realisasikan. Target-target standar ini diyakini telah membantu mereka melakoni kegiatan pasca fase mahasiswa dengan lebih kompetitif. Target ini juga dianggap berlaku secara umum tanpa melihat cita-cita apa yang diimpikan oleh mahasiswa. Dengan kata lain, apapun citacita yang ingin kita wujudkan di masa depan, target-target standar prestasi ini sebaiknya dapat anda capai saat masa mahasiswa. Jika kita petakan, target-target standar prestasi yang digunakan oleh Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi dapat melingkupi dua wilayah utama, yaitu wilayah akademik dan wilayah non-akademik:
-
Target dalam Wilayah Akademik Pendidikan atau perkuliahan adalah tanggung jawab utama mahasiswa. Mereka hadir sebagai warga kampus dalam rangka mengikuti
proses
akuisisi
pengetahuan.
Oleh
karena
itu,
keberhasilan menyerap ilmu pengetahuan adalah indikator utama prestasi mahasiswa. Prestasi dalam wilayah perkuliahan ini biasanya diukur dengan Indeks
Prestasi
(IP)
Akademik.
Semakin
tinggi
IP
maka
mahasiswa dianggap mampu mengakuisisi pengetahuan dengan lebih baik. Skor IP selalu menjadi ukuran kredibilitas kompetensi mahasiswa dalam aspek akademik yang telah mereka pelajari. Dalam dunia kerja maupun dalam masyarakat umum, Skor IP digunakan
untuk
menilai
apakah
mahasiswa
atau
alumni
mahasiswa itu memiliki kemampuan intelektual atas bidang yang mereka pelajari.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Sebagian
besar
Mahasiswa
Berprestasi
menyelesaikan
pendidikan S-1 nya dengan predikat cumlaude. Agar tidak percuma proses perkuliahan karena dianggap tidak kredibel secara intelektual, Mahasiswa Berprestasi menargetkan skor IP yang memadai dan berusaha keras untuk mencapainya. Memang skor IPK bukan segala-galanya. Keberhasilan seseorang di masa depan akan banyak ditentukan oleh faktor-faktor lain, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan sosial. Tetapi, kita tidak perlu mendikotomikan perbedaan pendapat ini. Jika kita bisa memiliki ketrampilan sosial dan ilmu pengetahuan yang baik secara bersamaan, seperti Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini, mengapa kita harus memilih yang satu dan meninggalkan yang lain? Selain berkaitan dengan kredibilitas utama mahasiswa yang akan menentukan keseluruhan manfaat kuliah, IP cumlaude juga ditargetkan oleh sebagian Mahasiswa Berprestasi untuk tujuan yang spesifik, seperti untuk mengejar kebutuhan beasiswa, yang mereka perlukan untuk membayar biaya kuliah dan menutup biaya hidup. Hal ini antara lain diungkapkan oleh Ghofar Rozaq Nazila: “Saya tidak boleh memandang keterbatasan uang sebagai penghalang untuk berprestasi. Pada saat awal masuk kuliah, target pertama saya adalah meraih predikat cumlaude untuk IP Semester 1. Target cumlaude ini saya tetapkan karena saya meyakini bahwa beasiswa bisa dengan mudah saya dapatkan jika saya memiliki nilai akademik yang bagus.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Alhamdulillah target itu menjadi kenyataan. IP cumlaude ini saya jadikan modal untuk mencari beasiswa. Terbukti juga saya mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai pihak. Alhamdulillah, beasiswa-beasiswa itu saya dapatkan dengan relatif mudah.” (Ghofar Rozaq Nazila) Karena wilayah akademik adalah kredibilitas utama mahasiswa, maka peranan prestasi akademik dapat menjalar kemana-mana. Seperti pada kasus pencarian beasiswa, prestasi akademik dapat menjadi semacam “pemecah telur” atau pemicu “efek bola salju” bagi kehadiran prestasi-prestasi lain. Selain melalui skor IP, prestasi dalam wilayah akademik ini juga dapat diukur dengan kompetisi-kompetisi akademik yang menguji kemampuan akademis mahasiswa, seperti kompetisi karya ilmiah, kompetisi cerdas cermat, kompetisi simulasi bisnis atau teknologi, dan berbagai kompetisi penguji kemampuan akademik lainnya. Dengan mengikuti berbagai kompetisi ini, mahasiswa dapat menguji kemampuan akademiknya sekaligus menciptakan ajang pembelajaran
untuk
berkompetisi
dalam
kebaikan
dengan
pemuda-pemuda yang lain. Tentu saja target akademik ini bukan semata tentang skor dan titel juara. Skor dan titel juara hanyalah ukuran tentang kinerja mereka. Skor dan titel itu tidak akan bermakna jika mahasiswa gagal memiliki pemahaman yang mendalam tentang ilmu pengetahuan yang mereka geluti.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
-
Target dalam Wilayah Non-Akademik Wilayah non-akademik dapat meliputi ketrampilan-ketrampilan individu yang bakal mendukung, melengkapi, atau meningkatkan keseluruhan proses belajar yang sedang dilakoni oleh mahasiswa dalam masa mahasiswa ini. Dari hasil indentifikasi atas Mahasiswa Berprestasi, ada beberapa ketrampilan mendasar yang perlu dikembangkan, yang diyakini akan mendukung kinerja para mahasiswa atau pemuda di kemudian
hari.
Ketrampilan
tersebut
meliputi
ketrampilan
berbicara di depan publik, ketrampilan menulis, dan ketrampilan berbahasa asing. Bidang-bidang kerja atau profesi yang digeluti oleh mahasiswa di kemudian hari menghendaki para pelakunya memiliki kemampuan dasar untuk berbicara di depan publik. Seorang pengusaha diwajibkan memiliki ketrampilan untuk menyampaikan gagasan bisnisnya kepada para investor, untuk menjual produk kepada para pelanggan atau untuk melakukan negosiasi bisnis dengan pihak lain. Seorang pekerja profesional harus terampil dalam menyampaikan idenya kepada manajemen perusahaan di mana dia bekerja. Demikian pula dengan profesi-profesi lain seperti dosen, guru, aktivis, dan profesi lainnya, semuanya menuntut ketrampilan berbicara di depan umum untuk mendukung kesuksesan dalam bidang profesi tersebut. Beberapa cara yang digunakan oleh sebagian Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini untuk meningkatkan ketrampilan
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
berbicara
di
depan
publik
antara
lain
adalah
dengan
memberanikan diri menjadi pembicara pada berbagai seminar atau forum publik, mencari pengalaman menjadi asisten pengajar, atau terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan, yang biasanya memang menuntut mahasiswa untuk belajar memimpin orang, mengelola rapat, termasuk menggerakkan teman-teman untuk menyuarakan ide atau pendapat. Sedangkan ketrampilan menulis, secara umum, penting untuk melatih cara berpikir yang lebih logis, sehingga pada akhirnya membangun kemampuan berpikir yang lebih kuat dan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Profesi tertentu bahkan sangat mengandalkan pengajar,
ketrampilan
maupun
menulis
ini,
konsultan-konsultan
seperti
wartawan,
yang
diharuskan
menyiapkan laporan konsultasi kepada kliennya. Mahasiswa Berprestasi dalam
buku ini banyak menggunakan
media mahasiswa maupun media massa nasional untuk menguji kemampuan menulis mereka. Secara aktif, mereka mencoba mengirimkan tulisan-tulisan ke media massa tersebut, dan banyak dari mereka, dengan ketelatenan untuk terus belajar menulis, berhasil menembus beratnya persaingan dalam publikasi artikel di media massa. Selain di media massa, beberapa Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga berani mengirimkan tulisan ilmiah mereka ke lomba karya tulis dan seminar-seminar nasional maupun internasional. Sedangkan ketrampilan berbahasa asing adalah keniscayaan. Dewasa ini, dunia sudah tanpa batas. Lingkungan kita tidak lagi
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
dibatasi faktor demografi. Penduduk dunia telah menyatu dalam satu lingkungan yang sama. Sewaktu bekerja di PwC, persaingan ternyata tidak terjadi antar mahasiswa lulusan kampus Indonesia. Saingan terberat kami justru teman-teman yang menamatkan pendidikannya di kampus luar negeri. Jumlah mereka sekarang ini banyak sekali, dan mereka mulai berdatangan kembali di Indonesia untuk bersaing dengan
mahasiswa-mahasiswa
dalam
negeri.
Karenanya,
ketrampilan berbahasa inggris adalah keharusan yang tidak bisa ditawar. Seiring dengan semakin luasnya interaksi masyarakat dunia, ketrampilan
berbahasa
asing
selain
bahasa
inggris
juga
memberikan nilai tambah yang tinggi bagi pemuda, terlebih negara-negara yang bahasa ibunya bukan bahasa inggris juga semakin kuat mempengaruhi dunia, seperti negara Jepang, Cina, Korea, atau negara-negara Timur Tengah. Selain 3 (tiga) ketrampilan berbicara, menulis, dan berbahasa inggris, tentu saja kita dapat menemukan adanya ketrampilanketrampilan lain yang dapat menjadi kelebihan dan area prestasi mahasiswa. Sebagai contoh, Andy Tirta, yang sekarang sedang mengambil program Doktoral di Korea Selatan, dulunya sempat menjadi
juara
1,
cabang
Taekwondo,
dalam
Olimipiade
Mahasiswa FTUI. Bagi Andi Tirta, bidang olah raga digunakannya untuk mengisi waktu, menyehatkan badan, membangun semangat berkompetisi, dan akhirnya justru mampu berprestasi di sana.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Ketrampilan-ketrampilan
lain
juga
menawarkan
kesempatan
berprestasi yang luas, apalagi jika kita berbicara tentang kesempatankesempatan yang lebih spesifik, seperti peluang untuk menjadi atlet nasional, artis, penulis, atau profesi dengan keahlian tertentu. Pilihan ini sepenuhnya ada dalam kendali masing-masing mahasiswa. Tidak ada aturan yang baku tentang target apa yang wajib dipasang oleh mahasiswa. Semuanya justru berpulang kembali kepada 2 tingkatan tujuan sebelumnya, yaitu apa visi dan cita-cita hidupnya. Visi dan cita-cita hidup akan memberikan panduan yang jelas mengenai target perkuliahan apa yang harus dia pasang. Akan tetapi, jika mahasiswa belum memiliki keduanya, mengambil definisi prestasi yang berlaku umum bagi mahasiswa, seperti dijelaskan di atas, juga dapat dilakukan. Prestasi apapun itu pasti akan memberi kebaikan di kemudian hari. Bagi Deviana Octavira, perpaduan antara aspek akademis dan nonakademis adalah kombinasi penting bagi perjalanan hidupnya pasca kampus. ”Teori-teori
akuntansi
yang
saya
dapat
di
bangku kuliah
mendukung saya dalam teknis pekerjaan yang saya jalani sekarang ini. Kegiatan organisasi pada masa kuliah mengajarkan pada saya bagaimana cara bersosialisi, menyampaikan pendapat, bertukar pikiran, dan beradaptasi dengan lingkungan, seperti dengan atasan, teman, dan pihak eksternal lainnya.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Pengalaman saya
menjadi penyiar radio memberi kemampuan
komunikasi yang baik dan meningkatkan rasa percaya diri sampai saat ini.” (Deviana Octavira) Untuk menuju pada manfaat penting itu, Deviana Octavira mengaku memiliki target-target yang dia tetapkan saat menjalani masa mahasiswa. Tahun pertama: Masa adaptasi, mencoba kegiatan organisasi yang disukai, mendapatkan IPK minimal 3.25, tetap aktif di band. Tahun kedua: Fokus terhadap organisasi yang paling disukai, mengurangi aktivitas musik dan menggantinya dengan part time job yang lebih stabil (menjadi penyiar, asisten proyek, asisten dosen), mendapatkan IPK minimal 3.5. Tahun ketiga: Seimbang antara aktivitas akademik dan aktivitas non-akademik. Berusaha untuk mencari pengalaman ke luar negeri. Memasuki akhir tahun ketiga: sepulang dari exchange program, mengurangi aktivitas non-akademik dan lebih fokus pada akademik karena ada target untuk menyelesaikan kuliah dan skripsi dalam satu semester yang sama. (Deviana Octavira)
Mari kita telaah apa yang disampaikan Ghofar tentang pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa. ”Diterima di UI adalah kesempatan langka. Maka yang terbayang di benak saya adalah berprestasi dan mempersembahkan yang terbaik bagi Allah SWT dan orang tua. Ada 2 target awal yang saya inginkan: -
Lulus dengan cumlaude dan jadi mahasiswa terbaik
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
-
Mendapat beasiswa sehingga dapat meringankan beban orang tua dan keluarga
Alhamdulillah target ini tercapai dengan ijin Allah SWT dan doa orang tua. Pada poin ini sangat menarik. Pemahaman berprestasi harus dilihat dari berbagai aspek. Ada prestasi dalam aspek akademis dan ada juga prestasi dalam aspek non-akademis yang kerangka dasarnya adalah pembelajaran dalam organisasi. Aktivitas organisasi sangat bermanfaat dalam mengembangkan softskill, sesuatu yang sulit dipelajari dengan diktat dan kamus ilmiah. Tetapi sebenarnya aktivitas organisasi akan sangat signifikan menentukan arah keberhasilan kehidupan, karena memuat kecerdasan sosial, keluwesan pergaulan, mengasah manajerial, membantu menyusun kerangka strategi, latihan kepemimpinan, ketangkasan komunikasi, berlatih bertanggung jawab, mengembangkan jaringan, dan melatih kecerdasan emosi. Pada kehidupan pasca kampus, softskills inilah faktor utama penunjang prestasi kerja maupun segmen kehidupan lainnya selain kompetensi inti yang dimiliki para pemuda.” (Ghofar Rozaq Nazila)
Lampaui Batas Diri! Prestasi diraih saat seseorang memperoleh sesuatu yang baik yang tidak diperoleh orang lain. Prestasi juga diraih saat seseorang melakukan sesuatu kebaikan yang tidak dilakukan oleh orang lain.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Dalam kata lain, prestasi adalah mencapai sesuatu yang tidak dicapai orang lain, atau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain. Dengan pengertian ini, untuk dapat disebut berprestasi, maka mahasiswa harus memiliki target-target pencapaian yang melebihi target-target yang ditetapkan oleh mahasiswa lain. Target yang biasa saja
sudah
pasti
tidak
akan
menghasilkan
prestasi,
kecuali
menghasilkan pencapaian-pencapaian umum yang juga akan banyak dimiliki oleh mahasiswa lain. Lalu bagaimana kita bisa tahu
Mahasiswa harus berani untuk menetapkan target prestasi setingginya.
bahwa target kita sudah melebihi target orang lain? Kita tidak akan tahu
itu
kecuali
kita
Target tinggi mengawali prestasi tinggi. Target yang biasa hanya menghasilkan mahasiswa yang biasa saja, mungkin lebih jelek.
sendiri
menetapkan sasaran tertinggi dari proses yang sedang kita jalani. Misalnya,
dalam
wilayah
akademik, sasaran tertinggi adalah summa cumlaude atau cumlaude; dalam ketrampilan berbahasa Inggris, sasaran tertinggi bisa berupa skor TOEFL di atas 100; atau dalam kompetisi karya tulis, sasaran tertinggi adalah Juara Pertama. Penentuan target adalah awal dari perjalanan untuk mencapai prestasi tinggi. Sayangnya, banyak dari mahasiswa gagal merencanakan targetnya dengan baik, sehingga alih-alih merencanakan prestasi mereka justru merencakan kehidupan yang biasa saja. Sebagai contoh, karena rasa percaya diri yang rendah, banyak mahasiswa hanya menargetkan IPK di atas 3, atau bahkan sekadar lulus tepat waktu saja dengan berapapun nilai yang dapat raih. Tidak jarang juga
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
mahasiswa tidak memiliki target sama sekali. Mereka melalui fase mahasiswa dengan mengalir begitu saja mengikuti proses-proses yang ada tanpa adanya keinginan, target, atau sasaran prestasi yang hendak diraih. Penentuan target ini banyak dipengaruhi oleh keyakinan atas kemampuan diri sendiri untuk bersaing dengan mahasiswa lain. Pada awalnya, beberapa Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami juga memiliki rasa percaya diri yang rendah, terutama karena mereka merasa berasal dari latar belakang yang tidak kompetitif, misalnya SMA kota kecil atau orang tua tidak berada. Untungnya, mereka mampu mengelola perasaannya dan tetap mampu membangun keyakinan diri yang kuat untuk bersaing dengan mahasiswamahasiswa lainnya. M. Fajrin Rasyid (Fajrin) kembali memberikan pelajaran yang baik. Saat datang sebagai mahasiswa baru ITB tahun 2004, Fajrin dan teman-teman seangkatannya disambut oleh Rektor ITB saat itu, Prof. Kusmayanto Kadiman, dengan sebuah tantangan dan harapan. ”Saya tantang kalian untuk menjadi mahasiswa ABG, yaitu mahasiswa yang A-kademisnya oke (cumlaude), B-erorganisasi dengan baik, dan G-aul (kenal lebih dari 1000 orang mahasiswa lain),“ kata Pak Kusmayanto. Sambutan Rektor ITB ini ternyata sangat mengesankan bagi Fajrin. Seketika itu dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan mengejar tantangan Rektor tersebut. Pada momen penerimaan mahasiswa baru tahun 2004 itu, Fajrin juga berharap dapat menjuarai Ganesha Prize suatu hari nanti. Keinginan Fajrin muncul setelah dia menyaksikan seremoni penganugerahan Ganesha Prize yang membanggakan dan penuh inspirasi.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Karena sifatnya yang sangat spontan, Fajrin jelas berani menetapkan target tinggi, seperti tantangan Rektor ITB dan Ganesha Prize tadi, tanpa dia peduli siapa mahasiswa lain yang akan menjadi pesaingnya nanti, dan tanpa dia peduli apakah kemampuannya sanggup mencapai itu semua. Reaksi Fajrin inilah contoh yang sempurna mengenai bagaimana seharusnya
mahasiswa memandang dirinya sendiri
dengan optimis dan penuh keberanian untuk mencapai prestasi tertinggi. Hal yang sama juga diyakini oleh Shofwan Bagi
Albanna
(Shofwan).
Shofwan,
prestasi
Perjuangan itu ibarat pegas. Jangan berhenti menariknya sampai dia benar-benar akan putus!
mensyaratkan kerja yang lebih
Jangan berhenti berjuang sampai kita tidak sanggup lagi menanggungnya!
keras dibandingkan orang lain, tindakan
yang
lebih
unggul
dibanding orang lain, atau juga aksi-aksi yang tidak dilakukan oleh orang lain. Perjuangan itu ibarat menarik pegas. Tariklah pegas sampai pada titik maksimalnya untuk tidak bisa ditarik lagi. Berusahalah sekerasnya sampai tenaga itu benar-benar tiada, waktu benar-benar habis, dan kesabaran telah pada batas ujungnya. Pada kesimpulannya, mahasiswa harus meninggikan standar prestasi melebihi standar prestasi kebanyakan. Mahasiswa harus berani menetapkan target prestasi yang tinggi dan yakin bahwa mereka mampu mencapainya. Target-target yang tinggi itu harus direalisasikan bahkan jika harus dibayar dengan usaha yang menemui puncaknya.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Mulai dari yang Kecil! Dari ragam prestasi yang sudah diraih, Shofwan barangkali adalah kandidat kuat pemimpin Indonesia di masa depan. Salah satu kemampuan Shofwan yang menonjol adalah ketrampilan menulisnya. Sejauh ini prestasi tertingginya adalah St.Gallen Wings of Excellence Award 2009 dengan judul makalah “Revival of Economic and Political Boundaries”, yang juga dipresentasikannya di hadapan para pemimpin negara dan tokoh-tokoh dunia dalam St. Gallen Symposium 2010. Dalam kompetisi ini Shofwan mampu mengalahkan 2 kandidat terkuat lainnya dari Harvard University dan London School of Economics. Tapi apakah anugerah St. Gallen Wings of Excellence Award didapatnya dengan begitu saja? Seperti orang yang iseng-iseng menulis dan kemudian tiba-tiba juri memenangkannya? Jelas tidak. Kompetisi ini sangat prestisius dan diikuti oleh pemakalah-pemakalah dari
berbagai
universitas
memenangkannya
dengan
ternama
makalah
yang
di
dunia. memang
Shofwan berkualitas
dibanding pesaingnya. Untuk menuju kesana, Shofwan sebenarnya
telah
Prestasi besar dimulai dari prestasi kecil. Prestasi internasional dimulai dari prestasi nasional atau lokal. Prestasi juga diawali oleh kegagalan-kegagalan.
mengawali
kemampuan menulisnya sejak dia masih di bangku sekolah, yang kemudian dia pertajam lagi pada
masa mahasiswa. Ketrampilan menulisnya juga dia uji dengan berbagai lomba menulis yang dia ikuti. Shofwan juga mengalami kegagalan-kegagalan, tetapi kegagalan memenangkan kompetisi
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
memberikan umpan balik baginya untuk mengatasi kekurangankekurangan yang ada dalam tulisannya. Demikian pula dengan Mahasiswa Berprestasi yang lain, Awidya Santikajaya (Awid). Awid memang tercatat memiliki 30 artikel lebih yang telah dimuat di berbagai media massa. Tapi itu semua tidak diperoleh Awid dengan cara yang mudah. Tidak terhitung berapa banyak artikelnya yang ditolak oleh redaksi media massa. Bahkan, pada
awal-awal
keberhasilannya,
artikel
Awid
hanya
mampu
menembus media messa ”kelas 2”. Tetapi, kegagalan-kegagalan yang dialaminya justru menempa Awid untuk semakin mahir dalam menulis. Tulisan Awid akhirnya mampu menembus media massa besar, bahkan juga media berbahasa asing. Awid juga tercatat pernah menjuarai berbagai lomba karya ilmiah nasional. Itu juga tidak dimenangkannya dengan cara yang mudah. Juara pertama-nya dia raih setelah Awid mencoba jenis lomba yang sama sebanyak lima kali, yang kesemuanya gagal meraih juara. Ghofar Rozaq Nazila sekarang ini adalah pengusaha muda yang sukses, dengan sejumlah proyek properti yang bernilai ratusan milyar. Tetapi, itu semua juga tidak dicapai dengan ujug-ujug oleh Ghofar. ”Pada fase pasca kampus, saya berkeluarga dalam kondisi paspasan dan seadanya. Mengontrak rumah petak pun harus kami jalani dengan enjoy. Dalam dunia bisnis, saya cukup menikmati berkeliling menjual voucher pulsa ke outlet-outlet HP. Bisnis ini akhirnya saya tinggalkan karena tidak mampu bersaing dengan pemain lebih
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
besar. Saya juga sempat mencoba jadi broker trading walaupun akhirnya gagal juga. Berikutnya saya mencoba menjual jasa desain rumah, termasuk jasa pembangunan yang menggunakan modal dari owner. Dalam aktivitas yang terakhir ini, yang merupakan cikal bakal Relife Property Group yang saya miliki sekarang, saya sempat gagal juga saat kongsi dengan 2 rekan saya. Kegagalan-kegagalan ini memberi pelajaran yang berharga bagi saya. Dalam memulai bisnis properti itu, saya mengelola para tukang, membelanjakan mereka, menyiapkan alat masaknya, belanja material bangunan, semua itu saya lakukan dalam kondisi keuangan yang serba terbatas dan dimulai dari modal nol. Saat itu prinsip saya sederhana, karena modal saya adalah kepercayaan maka saya akan jaga semua komitmen yang ada di saya. Modal saya yang lain adalah keyakinan rizki sudah diatur oleh Allah SWT. Pada saat saya mengalami kegagalan, maka saya hanya perlu menunggu waktu untuk sukses. Selebihnya adalah kerja keras dan kerja cerdas.” (Ghofar Rozaq Nazila) Dari
pengalaman
mereka,
kita
Prestasi mensyaratkan ketelatenan mahasiswa, yaitu dengan menetapkan target yang bertahap dan menjalaninya dengan penuh kesabaran.
dapat menarik kesimpulan akan pentingnya pencapaian
”proses” prestasi.
dalam Prestasi-
prestasi besar biasanya diawali
dengan prestasi-prestasi kecil, prestasi internasional seringnya juga diawali dengan prestasi di tingkat kampus, lokal, maupun nasional,
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
bahkan prestasi itu sendiri lazimnya juga diawali dengan kegagalankegagalan. Mahasiswa harus menyadari bahwa proses adalah keniscayaan yang harus dilalui untuk mencapai prestasi. Mahasiswa dituntut untuk telaten
menjalani
proses-proses
menuju
prestasi-prestasi
itu.
Mahasiswa dapat mencipta prestasinya mulai dari yang terkecil atau terbawah, kemudian beranjak menuju yang lebih besar atau lebih tinggi, dan terus bergerak menuju yang lebih besar atau lebih tinggi lagi. Beginilah mekanisme pencapaian prestasi itu bekerja. Sehingga berbicara penetapan tujuan, mahasiswa juga harus menyusun target-target secara bertahap. Mulai dari target berani mencoba, berlatih, kemudian target akan prestasi kecil, prestasi lokal, sampai kemudian menargetkan prestasi-prestasi lain yang lebih besar atau lebih tinggi. Dari semua proses ini, yang diperlukan oleh mahasiswa adalah ketekunan, ketelatenan, dan kesabaran untuk menjalani proses secara bertahap, yang seringkali juga tidak berjalan dengan lancar atau mudah.
Bagaimana Menjaga Semangat? Mahasiswa bukan manusia super yang tidak mengenal rasa lelah, kecewa, sakit, atau tidak semangat untuk mengejar target-target prestasi yang telah mereka tentukan. Demikian pula dengan Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini. Mereka juga mengalami perasaan-perasaan itu semua.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Rasa lelah dan tidak bersemangat adalah
lazim
siapapun. adalah yang
saja
Bagian
pentingnya
bagaimana
orang-orang
didera
Mahasiswa bukan manusia super. Mahasiswa bisa lelah dan tidak bersemangat. Yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa mampu bangkit dari rasa lelah dan jenuh mereka.
menerpa
perasaan
tidak
bersemangat dan lelah ini mampu mengelola masa sulit ini sehingga tidak sampai membuat mereka jatuh terpuruk dan tidak pernah bangkit kembali menyongsong prestasi. Mahasiswa Berprestasi memiliki cara yang beragam untuk mengelola perasaan tidak bersemangat. Berikut ini kami kutipkan bagaimana mereka menjaga motivasi untuk tetap berprestasi pada masa perkuliahan.
Carilah Makna Kehidupan Itu! “Setelah saya banyak merenungkan, ternyata saya model pribadi yang mampu melakukan self-activation atau self-motivation, tidak perlu orang lain untuk memotivasi saya. Saya tipe yang ambisius dan idealis. Jika orang lain bisa berbuat, apalagi saya. Semangat berkompetisi dalam kebaikan mendorong munculnya motivasi tersebut. Mengapa bisa demikian? Saya menjalani sesuatu atas dasar pemahaman yang kuat. Setiap mengikuti perkuliahan dan kegiatan-kegiatan lain, biasanya saya akan bertanya ke diri saya, ini apa, untuk apa, apa manfaatnya, kenapa, dan seterusnya, sampai saya puas dan menemukan jawaban atau keyakinan bahwa apa yang saya jalani itu memang penting.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Pada dasarnya, setiap hal yang kita lakukan tanpa adanya dasar pemahaman akan memunculkan kejenuhan dan kemalasan, kita cenderung kurang semangat.” (Ghofar Rozaq Nazila)
Siapkan target prestasi untuk setiap periode tertentu! “Saya selalu punya target prestasi untuk diraih, minimal 1 bulan 1 lomba harus saya ikuti. Dengan cara ini, saya menempa diri agar terus belajar dan berkarya. Pola pikir yang saya bangun adalah bahwa prestasi adalah sebuah keharusan bagi saya. Untuk menjaga semangat, saya memiliki komunitas antar temanteman, yang saya buat untuk bekerjasama dalam berbagai kompetisi yang akan kami ikuti. Dalam kelompok ini, kami saling mendukung, saling memotivasi, dan tentu saja saling memberikan masukan.” (Achmad Ferdiansyah Pradana Putra)
Raih prestasi-prestasi kecil dan sederhana setiap harinya! “Untuk menjaga tetap termotivasi, saya berusaha membuat pencapaian-pencapaian kecil setiap hari diluar pencapaianpencapaian besar yang ingin saya raih sejak awalnya. Setiap hari harus ada satu hal yang beda dan unik atau prestasi kecil yang harus saya lakukan. Prestasi kecil itu bisa berupa membaca buku, mendesain sesuatu, membuat tulisan, atau menemukan lokasi yang bagus dan unik untuk fotografi. Cara ini membantu saya mengatasi kejenuhan dan tetap terjaga untuk terus mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.” (Andy Tirta)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Ingatlah keluarga yang sudah mengharap kesuksesan kita! ”Semester pertama adalah yang masa yang paling menentukan bagi saya. Setelah saya sukses di semester pertama, saya mulai mendapatkan kepercayaan diri bahwa saya dapat bersaing dengan teman-teman yang lain. Kepercayaan diri ini yang kemudian mendorong saya untuk mencoba lebih tinggi lagi. Motivasi terbaik buat saya adalah berusaha menjadi tauladan yang baik untuk adik-adik saya. It is not easy to become the first child in the family. Saya memiliki tanggung jawab untuk memberi contoh yang baik buat adik-adik saya. Mengingat mereka membuat saya termotivasi untuk selalu berbuat dan berkarya dengan baik.” (Kurnia Fitra Utama)
”Saya selalu teringat dengan orang tua dan keluarga, yang memiliki harapan besar terhadap saya. Salah satu motivasi yang saya jaga adalah keinginan untuk tidak mengecewakan mereka.” (Achmad Zaky Syaifudin)
“Saya meyakini bahwa apa yang saya perjuangkan selama kuliah, dengan mencapai prestasi yang optimal tentunya, bukan hanya akan mampu mendekatkan saya terhadap cita-cita setelah masa perkuliahan, tetapi juga menunjukkan kepada orang tua saya kalau perjuangan beliau dalam menyekolahkan anaknya tidak siasia. Keyakinan ini yang menjaga saya untuk kembali dan terus bersemangat.” (Dian IKS)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
“Sepeninggal ayah saya, ibu sayalah yang harus membiayai saya dan adik untuk tetap melanjutkan pendidikan dan menikmati pendidikan di luar sekolah, seperti les musik, les bahasa inggris, dan les renang. Ibu saya tadinya hanya seorang ibu rumah tangga. Kemudian beliau harus berjuang keras untuk melanjutkan hidup kami bertiga. Beliau tetap berusaha bagaimanapun caranya agar saya dan adik tetap bisa menikmati pendidikan baik di sekolah dan di luar sekolah seperti pada saat ayah saya masih ada. Beliau melakukannya dengan cara apapun yang halal, seperti menjual makanan dan menitipkannya di sekolah dan tempat kursus, atau berjualan baju secara kredit. Ketika semangat saya sedang kendur, saya selalu teringat perjuangan ibu dalam membiayai kami. Hal ini juga memacu saya untuk terus berprestasi dan mempertahankan prestasi yang telah saya dapat. Alhamdulillah, sejak SLTP, secara akademik, saya selalu berada di ranking 10 besar. Pun di luar sekolah, prestasi dalam bidang musik dan bahasa Inggris juga menonjol dengan menjuarai berbagai kompetisi musik dan menjadi best student di lembaga kursus bahasa. Keinginan untuk membawa keluarga ke kehidupan yang lebih baik selalu tertanam di hati saya. Hal-hal itulah yang membuat saya terus termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi di setiap fase kehidupan.” (Deviana Octavira).
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Ambil inspirasi dari teman-teman, kenalan, dan orang-orang yang anda temui! “Bagi saya, motivasi biasanya akan muncul kembali setelah bertemu dan berkumpul bersama sahabat yang memiliki motivasi juga untuk maju dan berkembang. Dari mereka kita dapat mengambil
inspirasi,
teladan,
dan
semangat.”
(Awidya
Santikajaya)
“Untuk menjaga semangat berkarya dan berprestasi, saya mendapatkannya
dari
diskusi
dengan
orang-orang
yang
berprestasi, yang saya dapat mengembil teladan dari mereka. Saya juga senang bertemu orang-orang besar yang menginspirasi dalam berbagai forum, misalnya adalah pengusaha atau pejabat pemerintahan. Selain mencari inspirasi dari luar, saya juga suka mengingat kembali visi dan mimpi hidup yang ingin saya raih. Seperti pengingatan
kembali
bahwa
ada
cita-cita
yang
mesti
diperjuangkan.” (Goris Mustaqim)
“Mengunjungi orang-orang terdekat adalah cara yang baik juga bagi saya untuk membangun dan menjaga semangat.” (Achmad Zaky Syaifudin)
“Selama semester-semester awal, motivasi saya dapatkan dari halaman akhir buku pengenalan fakultas yang berisi nama-nama dosen FEUI. Hampir seluruh dosen di Departemen IE FEUI
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
bergelar PhD dari sekolah masyhur dunia. Saya juga bangga dengan nama-nama alumni FEUI yang berada di institusi penting negera ini. Dan juga kebanggan kecil karena sedikit demi sedikit saya mulai paham beberapa analisis ekonomi di koran dan TV. Sederhanya, kalau saya jalani dengan sungguh-sungguh, saya minimal bisa seperti „orang-orang itu‟.” (Alief Aulia Rezza)
Perjuangan ini adalah untuk masa depan kita dan orang lain “Jika orang lain bisa melakukannya, Insya Allah saya juga bisa. Tidak ada hal yang tidak mungkin. Selain itu, latar belakang keluarga saya yang dari kalangan menengah ke bawah, menjadikan diri saya cukup banyak mengalami kesulitan hidup. Hampir 12 tahun, bersekolah SD hingga lulus SMU, saya lalui tanpa penerangan listrik. Pulang sekolah saya harus membantu orang tua. Hal-hal seperti inilah yang memacu semangat saya agar suatu saat, generasi-generasi penerus saya tidak mengalami hal-hal suram yang pernah saya alami. Kondisi ini jugalah yang membuat saya pantang menyerah, apalagi dengan tantangan-tantangan yang remeh. Itulah kenapa moto saya „Born for fighting, impossible is nothing, share for everything‟. Kita hidup untuk selalu berjuang karena tidak ada yg tak mungkin, namun jangan lupa untuk berbagi dengan sesama dalam hal apapun.” (Purba Purnama)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Bersabar dengan Jurusan yang “Salah” Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dikenal sebagai salah satu fakultas ekonomi terbaik di Indonesia. Tetapi itu tetap tidak membuat Alief Auilia Rezza (Alief) menjadi tenang dan yakin dengan masa depannya sebagai insan FEUI. ”Saya memulai kuliah saya di FEUI dengan perasaan ‟gamang‟, ragu-ragu, dan tidak percaya diri. Perasaan gamang ini muncul karena 2 (dua) alasan. Alasan yang pertama, sebenarnya saya tidak berminat sama sekali masuk ke jurusan ilmu ekonomi. Tawaran
Program
Pemerataan
Kesempatan
Belajar-PPKB
(program penerimaan UI untuk pelajar berprestasi) memberikan peluang bagi saya untuk masuk ke UI tanpa tes tetapi sekaligus juga tekanan untuk melepas keinginan saya berkuliah di Ilmu Komputer yang saat itu sedang booming. Saat itu sekolah saya hanya menerima 3 formulir undangan PPKB, 2 teman saya memiliki nilai yang lebih baik dari saya, karenanya mereka mendapat prioritas dari sekolah untuk menentukan jurusan yang mereka ambil. Sedangkan saya akhirnya harus berkompromi dengan mengambil jurusan ilmu ekonomi, yang bagi anak jurusan IPA seperti saya, biasanya bukan pilihan utama. Alasan yang kedua, yang merupakan faktor kebimbangan terbesar,
adalah
ketidakmampuan
saya
untuk
menjawab
pertanyaan mendasar, yang harusnya sudah saya punyai sebelum saya memilih jurusan. Yaitu mau jadi apa saya nanti setelah lulus. Iming-iming menjadi peneliti ekonomi atau dosen, karir ‟standar‟ lulusan Departemen Ilmu Ekonomi, terlalu abstrak untuk saya
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
cerna. Padahal teman-teman dari fakultas atau jurusan lain seperti FK, FKG, FT atau bahkan di lingkup paling dekat kampus FEUI, misalnya jurusan Akuntansi, sudah punya gambaran dasar masa depan pasca kampus, misalnya jadi dokter, dokter gigi, insinyur, atau akuntan.” Akibat perasaan gamang ini, Alief sempat berkeinginan untuk mengambil kembali Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (sekarang SNMPTN), dan mencoba masuk ke jurusan-jurusan kuliah yang dianggapnya lebih menjanjikan masa depan. Menjelang semester kedua, Alief sebenarnya juga memiliki keinginan dan kesempatan yang besar untuk pindah ke jurusan Akuntansi. Memang di FEUI, pada zaman itu, mahasiswa tingkat satu masih diberi kesempatan untuk berpindah jurusan dalam lingkungan FEUI. Akan tetapi, niat Alief untuk pindah ke jurusan Akuntansi tersebut dibatalkannya karena dia sadar telah mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi 2. Mata kuliah dasar yang seharusnya dia kuasai baik jika ingin menjadi Mahasiswa Jurusan Akuntansi. Menjalani segala sesuatu dengan kecintaan itu penting. Demikian pula dengan masa kuliah. Tidak menyukai jurusan kuliah yang terpaksa diambil biasanya memberi tekanan yang sulit bagi setiap pemuda. Apalagi jika dihantui perasaan tidak yakin akan masa depan setelah masa perkuliahan berakhir, persis seperti yang dialami oleh Alief di atas. Bagaimana Alief mengatasi rasa gamang ini?. Alief memberikan pengalaman yang baik. Saat memiliki rasa gamang atas studi yang
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
dipilih, Alief sesuai nasihat orang tuanya cenderung bersikap sabar dengan apa yang sedang dijalaninya. Sabar dilakukan dengan tetap menjalani proses perkuliahan sebaik mungkin, menargetkan prestasi setinggi mungkin, dan belajar dan berkarya sekeras mungkin, walaupun dengan perasaan yang masih gamang. Ada dua alasan mengapa Alief mencoba bersikap sabar dalam mengelola rasa gamang. Alasan pertama adalah karena dia mungkin saja belum memiliki pandangan yang utuh atau menyeluruh tentang jurusan yang diambilnya. Memandang suatu jurusan itu favorit atau tidak biasanya diputuskan oleh anak muda dengan basis yang subyektif dan emosional saja. Alief mencoba membuka pikiran pada tahun pertama perkuliahannya. Dalam perjalanan satu tahun pertama, ada kemungkinan besar para mahasiswa menemukan jawaban yang lebih baik tentang rasa gamang mereka, terutama setelah bertemu dengan senior, dosen, dan juga alumni-alumni jurusan tersebut yang telah sukses dalam berkarya. Pada alasan pertama ini, Alief masih berharap rasa gamang itu terjawab. Alasan yang kedua adalah berkaitan dengan kepastian masa depan. Alief sadar bahwa dia telah memiliki status sebagai mahasiswa FEUI. Sebaliknya, tidak ada jaminan sama sekali bahwa dia akan lulus saat mengambil ujian UMPTN (SNMPTN) tahun berikutnya. Alief tidak ingin melakoni pepatah ”mengharap hujan, air di cawan ditumpahkan”. Pada alasan kedua ini, sikap sabar Alief untuk tetap berprestasi pada tahun pertama perkuliahan di FEUI adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi jika ternyata dia gagal lulus dalam UMPTN (SNMPTN)
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
tahun berikutnya. Dengan tetap memiliki prestasi yang baik di FEUI, dia tetap bisa melanjutkan perkuliahannya di FEUI dengan awalan yang baik jika ternyata ujian SNMPTN-nya gagal. Perjalanan satu tahunnya sebagai mahasiswa tidak akan menyisakan beban bagi kuliahnya pada tahun-tahun berikutnya. Cerita Alief akhirnya justru berakhir dengan tumbuhnya rasa cinta dan rasa bangga dia sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FEUI. Alief bangga dapat mempelajari perangkatperangkat pengetahuan yang dapat menjadi basis dalam pengambilan kebijakan perekonomian.
Kata Alief ”Dokter
yang gagal bisa
mengakibatkan kematian seorang anak manusia. Tapi Ekonom yang tidak becus dengan menelurkan kebijakan ekonomi yang salah, dapat mengakibatkan kemiskinan dan penderitaan masyarakat luas, bahkan juga kegagalan negara. Kiprah Ekonom memberikan pengaruh yang luas bagi masyarakat.” Selain Alief, Kurnia Fitra Utama (Fitra) juga mengalami perasaan yang sama terhadap jurusan kuliah yang dia ambil. Dari cerita Bab 3 sebelumnya, jelas Jurusan Sosiologi UI adalah pilihan paling realistis yang dimiliki oleh Fitra walaupun dia menganggapnya tidak ideal jika dibandingkan beragam jurusan perkuliahan lain yang lebih mentereng. ”Jangankan orang lain, mahasiswa Jurusan Sosiologi pun juga tidak tahu akan menjadi apa mereka setelah lulus menjadi sarjana,” kata Fitra untuk menggambarkan bagaimana butanya dia saat memandang masa depannya sendiri. Meskipun demikian, sebagaimana pendekatan Alief, Fitra juga mengambil pendekatan sabar dalam menjalani perkuliahan.
-
-
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
Kata Fitra, ”Prinsip saya dalam hidup adalah menjalani dan mensyukuri apa yang kita punya dan miliki. Jika orang lain cenderung mencari dan hanya menjalani hal-hal yang disukainya, saya justru memiliki prinsip ‟Sukai apa yang anda lakukan, Bukan hanya melakukan apa yang anda sukai‟. Ini adalah moto hidup ala falsafah ‟nrimo‟nya orang Jawa yang saya pegang dalam hidup. Moto ini saya pegang karena sejak awalnya saya bukan orang dengan latar belakang yang memiliki banyak pilihan”. (Kurnia Fitra Utama) Berangkat dari prinsip hidupnya yang penuh syukur, Fitra kemudian mencoba menjalani proses perkuliahan di Jurusan Sosiologi UI dengan semangat dan kesungguhan. Dia mencoba berprestasi dalam proses perkuliahan ini karena dia yakin bahwa prestasi, apapun itu, sebesar apapun itu, dimanapun itu, akan selalu berarti kebaikan bagi masa depannya di kemudian hari. Alief dan Fitra membuktikan bahwa jurusan yang ”tidak diinginkan” pun dapat dikelola dengan baik, bahkan juga mengantarkan mereka pada prestasi-prestasi penting pasca perkuliahan saat ini. Pelajaran utamanya, mahasiswa bisa saja memutuskan untuk mengambil ulang ujian masuk perguruan tinggi, tapi itu harus dilakukannya dengan penuh pertimbangan yang obyektif dan tidak emosional. Mengambil sikap sabar untuk tetap berprestasi dalam tahun pertama, seperti pengalaman Alief, adalah strategi terbaik sebelum mahasiswa benar-benar menemukan alasan kenapa dia harus tinggal dan kenapa dia harus pergi dari apa yang sudah dimilikinya.
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Menggambar Keinginan, Menatap Kesuksesan
V Bagaimanapun Caranya, Belajarlah! Hasil studi kami atas 17 Mahasiswa Berprestasi mendapati mereka memberikan
perhatian
yang
besar
terhadap
proses
akuisisi
pengetahuan formal di bidang dimana mereka berkuliah. Mereka juga bukan orang yang jenius atau kelewat sakti untuk tidak perlu belajar sama sekali. Mereka menjalani proses yang disebut belajar untuk menyerap ilmu pengetahuan itu. Studi kami juga membantah anggapan umum yang menyimpulkan mahasiswa-mahasiswa dengan prestasi akademik tinggi cenderung memiliki kebiasaan belajar yang sama, yaitu rajin membaca, mengulang pelajaran di rumah, belajar sampai dini hari, atau serius di kelas. Faktanya, mereka memang sama-sama belajar, tetapi cara mereka berbeda-beda.
Ini Bukan Ilmu Laduni Sewaktu tinggal di Asrama PPSDMS Nurul Fikir dulu, Kurnia Fitra Utama (Fitra) kami kenal sebagai teman yang periang, suka mengoper guyonan cerdas, dan juga gemar mencela-cela temannya dengan maksud bercanda. Fitra juga memiliki hobi menonton film berkualitas, tentu saja melalui DVD bajakan atau DVD asli tapi pinjaman. Lebih dari itu, dari 20 orang yang tinggal di Asrama PPSDMS ini, Fitra sepertinya memiliki jam tidur yang paling disiplin di antara yang lain. Jika teman-teman lain sanggup ngobrol dan diskusi kesana kemari
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
sampai dini hari, Fitra biasanya akan menyudahinya dan menuju peraduannya lebih awal dibanding yang lain. Terkadang kami berpikir Fitra ini jenis orang yang menguasai ilmu laduni, ilmu yang langsung diturunkan Tuhan kepada hambanya yang istimewa tanpa melalui usaha belajar yang lazim. Ini karena Fitra terlihat santai sekali dalam kesehariannya tetapi prestasi akademiknya terus terjaga dengan baik. Jarang sekali Fitra terlihat membaca buku pelajaran. Kalaupun dia membaca, biasanya dilakukannya di atas kasur dan beberapa waktu kemudian kamar pun sudah gelap. Tidak ada orang yang bisa membaca dalam kegelapan bukan? Ternyata anggapan tentang ilmu laduni itu terlalu berlebihan. Dalam pengakuannya untuk merespon studi buku ini, Fitra menganggap dirinya memang bukan jenis orang yang rajin dan dapat membaca materi pelajaran selama berjam-jam. Tetapi, Fitra tahu persis bahwa dia adalah jenis orang yang dapat mendengar dan menyaksikan sesuatu dengan baik. Karenanya, bagi Fitra, belajar materi kuliah adalah pada saat dia mendengar dan menyimak penjelasan dari dosen di depan kelas. Tidak lebih dari itu. ”Gaya belajar saya memang terkesan santai dan malas-malasan. Sejak SD saya memang jarang sekali belajar di luar kelas apalagi belajar di rumah. Saya tipe pembelajar yang menangkap semua informasi di ruang kelas. Akan sangat sulit bagi saya untuk memotivasi belajar sendiri di rumah. Bahkan sampai sekarang, aktivitas membaca buku selalu membuat saya mengantuk.” (Kurnia Fitra Utama)
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Karena tahu bahwa pemahaman kuliah lebih banyak dia dapat dalam kelas, bukan dalam aktivitas belajar di rumah atau luar kelas lainnya, Fitra mengaku hampir tidak pernah absen dari sesi perkuliahan. ”Kalau boleh berbangga diri, saya nyaris tidak pernah bolos kelas kuliah. Seingat saya cuma sekali bolos karena diajak ‟madol‟ berjamaah oleh teman satu departemen dan kita kemudian jalanjalan ke Dufan. Bahkan ditengah tuntutan sebagai salah satu ketua departemen di BEM UI, saya tetap tidak bolos kuliah. Karenanya, mungkin saya Kadep paling buruk dalam sejarah BEM UI, hehehe.” (Kurnia Fitra Utama) Dari
cerita
menemukan
ini,
jika
pemuda
kita yang
Semua Mahasiswa Berprestasi melakukan aktivitas “belajar”.
nilainya selalu bagus dan pintar,
Nilai akademik mereka yang baik adalah buah dari proses “belajar”.
tapi terlihat tidak pernah belajar, jangan buru-buru beranggapan
bahwa mereka didukung oleh otak yang encer atau jampi-jampi mujarab sehingga mereka tidak perlu belajar lagi. Anggapan itu hanyalah mitos belaka. Kenyataannya, mereka yang berprestasi secara akademik juga melakukan usaha dalam bentuk belajar, bagaimanapun caranya itu. Pada kasus Fitra ini, dia belajar langsung pada saat dosen mengajarkan. Keseluruhan Mahasiswa Berprestasi dalam studi ini juga melakukan proses yang disebut ”belajar” untuk perkuliahan. Mereka bukan orangorang dengan otak super genius dan bukan pula orang sakti yang tidak memerlukan belajar. Prestasi akademik yang mereka raih dan pertahankan adalah buah dari usaha belajar.
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Kuliah: Urusan yang Paling Utama Selalu ada diskusi yang berulang dalam dunia mahasiswa, tentang konflik yang biasa terjadi antara keinginan untuk aktif berorganisasi dan keinginan untuk berprestasi secara akademik. Idealnya, mahasiswa yang jagoan adalah mahasiswa yang aktif berorganisasi dan juga memiliki prestasi akademik yang cemerlang. Tetapi menselaraskan aktivitas akademik dan non-akademik memang tidak mudah. Beberapa fakta menunjukkan banyak aktivis kampus dalam berbagai organisasi mengakhiri masa kuliahnya dengan IPK dibawah 2,75. Angka yang agak disayangkan. Sebaliknya,
tidak
sedikit
para
lulusan
cumlaude
yang
gagal
memanfaatkan organisasi atau pergaulan kampus sebagai ajang pengembangan diri mereka. Kami memiliki kenalan yang dulu pintar di kelas tapi jarang beraktivitas lain di luar belajar kuliahnya. Setelah lulus, terkabar dia dikeluarkan oleh tempat kerjanya karena dianggap tidak mampu bekerja baik dalam tim. Sayang sekali, kerja sama tim adalah suatu ketrampilan yang sebenarnya bisa dipelajari dalam organisasi atau kegiatan non-akademik kampus. Pengalaman kami dulu, kewajiban kuliah selalu lebih mudah untuk dikalahkan, baik dengan cara bodoh seperti bermalas-malasan maupun dengan cara yang agak serius seperti berorganisasi atau beraktivitas
sosial
non-akademik.
Organisasi
memang
lebih
menyenangkan, bertemu dengan banyak orang, bercengkarama, dan berdiskusi. Sedangkan kuliah terkadang membosankan, penuh beban, dan juga ujian-ujian.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Menjadi seimbang memang tidak gampang. Keinginan untuk memiliki pengalaman
non-akademik
berharga
dan
prestasi
akademik
cemerlang secara bersamaan menuntut pengelolaan diri yang memadai. Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini juga memiliki dilema yang sama pada episode-episode kehidupan mereka di kampus, kapan harus mendahulukan kuliah dan kapan harus menjalani aktivitas nonperkuliahan. Mereka juga sadar bahwa mereka bukan manusia serba bisa. Pilihan-pilihan prioritas memang harus disusun dan diputuskan dalam proses-proses selama di kampus ini. Lalu pertanyaannya, bagaimana sebenarnya mengelola prioritasprioritas dalam kehidupan kampus? Hasil studi kami menggarisbawahi satu prinsip dasar bahwa prioritas utama seorang mahasiswa tetaplah aktivitas kuliah untuk akuisisi ilmu pengetahuan. mahasiswa
Meskipun
tidak
masuk
dalam kelas
perjalanannya, perkuliahan
mungkin
dosen
dan
saja justru
memprioritaskan kegiatan non-akademik, tetapi secara keseluruhan, mahasiswa tetap tidak boleh mengorbankan pencapaian akademiknya sampai di bawah tingkat yang bisa diterima oleh khalayak umum.
Kampus Didirikan dengan Alasan Utama Kampus
didirikan
oleh
pemerintah
atau
masyarakat
untuk
memfasilitasi pendidikan. Biaya kuliah dibayarkan untuk membiayai sarana
dan
prasarana
perkuliahan.
Dosen
dihadirkan
untuk
memberikan pengajaran materi kuliah. Kurikulum disusun untuk menghasilkan
program
perkuliahan
-
-
yang
sistematis.
Dan
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
perpustakaan diisi dengan buku-buku perkuliahan, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Semua menjawab
argumentasi kenapa
di
atas
Kehadiran kampus dan keberadaan mahasiswa adalah untuk satu alasan utama, yaitu menuntut ilmu pengetahuan, khususnya yang disediakan dalam bangku perkuliahan.
perkuliahan
adalah prioritas utama dalam dunia kampus. Kehadiran kampus dan keberadaan mahasiswa dalamnya adalah untuk satu alasan yang kuat
dan utama, yaitu menuntut ilmu, khususnya yang disediakan dalam bangku perkuliahan. Baru-baru ini, melalui akun jejaring sosialnya, Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Abdul Rozak, dengan bangga mempublikasikan bahwa Malaysia telah bekerja sama dengan John Hopkins University dari Amerika Serikat, sebagai salah satu universitas terbaik dunia dalam program kedokteran, untuk mereka membuka program pendidikan 22
kedokterannya di Malaysia . Apa yang dilakukan Malaysia semata-mata untuk memfasilitasi pemuda-pemudinya agar mereka memiliki kesempatan memperoleh pendidikan berkelas dunia. “World-class education on home soil,” kata PM Najib. Tentu saja, Malaysia tidak akan bersusah payah melobi dan bekerja sama dengan John Hopkins University tanpa adanya alasan untuk menghadirkan kesempatan perkuliahan yang langka ini. Perkuliahan-perkuliahan ini dijalankan untuk alasan yang penting. Mahasiswa kedokteran mendapat ilmu kedokteran agar dirinya mampu mengobati masyarakat yang sakit. Mahasiswa ilmu hukum mendapat ilmu pidana agar dirinya mampu memperjuangkan keadilan bagi
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
masyarakat. Mahasiswa teknik mendapat ilmu teknik agar dirinya mampu menciptakan teknologi baru yang mengembangkan peradaban manusia. Ilmu-ilmu itu adalah pengetahuan yang akan mengantarkan pemuda menjadi figur bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat. Terlepas apapun profesi yang ingin dijalani oleh pemuda setelah lulus perkuliahan, perkuliahan adalah peluang terbaik baginya untuk mengakuisisi ilmu pengetahuan yang lebih maju melebihi pendidikan dasar dan menengah yang telah diselesaikannya. Sebuah peluang yang tidak dimiliki kebanyakan pemuda di Indonesia saat ini. Sebaliknya, memang aktivitas
non-akademik
seperti organisasi
mahasiswa adalah pilihan yang menjadi pendukung bagi mahasiswa untuk pengembangan dirinya. Sebagaimana telah kita bahas dalam bab sebelumnya, prestasi yang diyakini membentuk kebaikankebaikan pada masa depan bukan hanya prestasi akademik, tetapi dalamnya terdapat kombinasi denga prestasi yang bersifat nonakademik. Jika keduanya, akademik dan non-akademik, dapat memberikan pengaruh bagi masa depan pemuda, maka satu-satunya cara adalah dengan
mengelolanya,
bukan
mengutamakan
yang
satu
dan
meninggalkan yang lain.
Prestasi Akademik adalah Kredibilitas Mahasiswa Bagi mahasiswa, karena kuliah adalah tugas utamanya, maka kompetensi
akademik
adalah
kredibilitas
pribadinya.
Karena
kredibilitas pribadi terkait dengan kepercayaan masyarakat, maka
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
kredibilitas kita akan menentukan seberapa luas pengaruh kebaikankebaikan yang kita perjuangkan bagi masyarakat itu. Dalam kantor kerja kami, prestasi pekerja di perusahaan akan dinilai setiap periode tertentu, terkadang setelah proyek selesai atau setiap akhir tahun. Pekerja yang berprestasi biasanya akan mendapat promosi jabatan, kenaikan gaji, atau bonus kinerja yang lebih tinggi, dan kemudian juga memiliki portofolio yang lebih istimewa untuk berkontribusi di dunia kerja secara lebih luas. Perusahaan akan menilai pekerja dari kemampuannya menyelesaikan tugas utama. Seorang Akuntan akan dinilai dari laporan keuangan yang dihasilkannya. Dan seorang Mekanik akan dinilai dari kehandalan mesin produksi yang dirawatnya. Apa yang dikerjakan oleh pekerja diluar pekerjaan utamanya hanya akan menambah penilaian saja, itupun kalau memberikan manfaat positif bagi perusahaan, dan tugas utamanya tetap terselesaikan dengan baik. Pekerja yang tidak mampu menyelesaikan tugas utamanya dengan baik akan turun kredibilitas personalnya, walaupun dia mengerjakan banyak hal lain. Analog dengan cerita di atas, mahasiswa juga akan mengalami masalah kredibilitas jika gagal memenuhi tugas utamanya untuk mencapai prestasi dalam bidang akademik atau perkuliahan. Salah satu bukti yang paling relevan atas kemampuan akademik sebagai sumber kredibilitas adalah pada masa pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), baik di tingkat universitas maupun fakultas, maupun pada organisasi-organisasi mahasiswa lainnya.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Kandidat Ketua BEM yang IPK-nya dibawah 2,75 biasanya paling gampang “dihabisi” oleh mahasiswa pemilih dan kandidat lainnya, walaupun
dia
memiliki
sederet
pengalaman
organisasi
yang
mentereng. Kecuali, tentu saja kalau pesaingnya juga memiliki IPK yang tidak lebih baik darinya. “Jika untuk urusan pribadinya saja dia tidak mampu menjadi baik, bagaimana dia mengelola orang lain,” begitulah kata orang-orang. Para pemilih memiliki logika yang sama
dalam
menilai
Bagi mahasiswa, kemampuan akademik adalah kredibilitasnya.
kandidat
Ketua BEM. Menjadi Ketua BEM akan
sangat
banyak
sibuk
menyita
dan
lebih
waktu
dari
Kredibilitas akan menentukan seberapa luas dia akan diterima masyarakat.
sebelumnya. Modal IPK yang paspasan pasti akan menganggu kinerjanya sebagai ketua BEM. Sebaliknya, posisi sebagai Ketua BEM juga akan menganggu konsentrasi pribadinya untuk meluluskan diri dari bangku perkuliahan, sesuatu yang sebelumnya sudah sulit dilakukan. Dari cerita ini, kita mendapat pelajaran bahwa, bahkan untuk menjadi seorang petinggi aktivis pun, seorang mahasiswa tetap harus memiliki kinerja akademik yang baik, bukan hanya pengalaman organisasi yang banyak. Berbagai pengalaman mahasiswa dalam organisasi akan langsung turun kreditnya tatkala didapati mahasiswa itu memiliki IPK yang jelek. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah bahwa apapun cita-cita yang ingin kita raih pasca kuliah, apapun target yang ingin kita capai saat masa perkuliahan, apapun manfaat yang ingin anda berikan bagi
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
dunia, belajarlah dan kuliahlah!, bagamanapun caranya itu. Kuliah adalah tanggung jawab
tertinggi
yang
sedang
diemban oleh
mahasiswa dan menawarkan pembentukan kredibilitas personal yang penting untuk masa depan yang lebih panjang.
Ini bukan tentang IPK Cumlaude Di atas semua alasan penting untuk memprioritaskan kuliah atau untuk mencapai target IPK Cumlaude, kita tetap tidak boleh lupa bahwa segala macam kerja keras kita ini tidak untuk mengejar prestasi dalam bentuk eksistensi atau penonjolan diri. Predikat cumlaude hanya akan digunakan saat seremoni wisuda dan saat ditanya orang. Tetapi setelah itu siapapun tidak ada yang peduli. Yang mereka pedulikan adalah kemampuan kita yang sebenarnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan itu. Eksistensi dalam bentuk titel tidak akan memberi banyak kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Yang kita perlukan adalah kemampuan diri yang terus berkembang sehingga kemanfaatan diri kita dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Tidak sedikit mahasiswa-mahasiswa yang bertitel IPK cumlaude justru tidak mampu menunjukkan kemampuan nyatanya dalam bidang akademik yang ditekuninya. Ini memang agak ironis, dan bukan demikin profil yang ideal bagi seorang mahasiswa atau pemuda. Mari kita simak pernyataan Purba tentang substansi perjuangan dalam dunia kampus.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
“Kuliah merupakan suatu proses pendewasaan diri. Kuliah bukan sekedar untuk mendapatkan IPK 4 atau cumlaude. Tetapi, kuliah merupakan sebuah proses untuk mendapatkan bekal kita di masa mendatang baik di dunia dan di akhirat. Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu teman kita di akhirat nanti. Kejarlah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat tersebut, bukan untuk mengejar IPK 4 saja. Status mahasiswa berprestasi bukanlah target yang prioritas, pemahaman tentang bidang ilmu yang kita pelajari, hubungan dengan lingkungan, manfaat dari ilmu kita, hal-hal itulah yang perlu dijadikan prioritas. Status mahasiswa berprestasi hanyalah efek samping dari apa yang kita lakukan selama perkuliahan.” (Purba Purnama) Untuk memahami bagaimana substansi ilmu pengetahuan lebih penting dari sekadar titel, mari kita belajar dari tokoh-tokoh dunia yang mampu merubah dunia walaupun mereka tidak memiliki titel sarjana. Soichiro Honda, pendiri perusahaan otomotif Honda, sudah menguasai ilmu teknik permesinan sejak masih di rumah karena ayahnya adalah pemilik bengkel reparasi mesin pertanian di sebuah desa di Jepang. Honda semakin pintar dengan pengalaman-pengalaman kerja yang dia dapat, sampai kemudian dia terbentur pada tidak kemampuannya membuat “piston mesin” yang baik. Tahukah anda apa yang dilakukannya? Honda pergi ke kampus Hamamatsu School of Technology, mengikuti kuliah tentang piston tanpa dia peduli dengan gelar akademik dan juga tanpa peduli dengan kuliah-kuliah yang tidak ada kaitannya dengan piston.
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Begitu pula dengan tokoh-tokoh penemu modern seperti Steve Jobs (pendiri Apple dengan produknya iMac, iPhone, iPad, iPod) dan Bill Gates (pendiri Microsoft), mereka semua sempat mengenyam pendidikan perkuliahan walaupun tidak sampai lulus dan mendapatkan gelar akademiknya. Meskipun demikian, pemahaman mereka atas bidang yang mereka tekuni adalah kekuatan sebenarnya yang akhirnya mampu merubah budaya dunia modern. Cerita Honda, Steve Jobs, dan Bill Gates memberikan gambaran bahwa substansi ilmu pengetahuanlah yang akan merubah dunia, bukan
titel
sarjana.
Tetapi
lagi-lagi
kita
tidak
sedang
mempertentangkan perlu menjadi sarjana atau tidak. Kita sedang membicarakan bagaimana menjadi sarjana yang memiliki ilmu pengetahuan mendalam untuk mampu merubah dunia dengan nyata.
Bagaimana Mereka Mengelola Prioritas? Jika melihat profil para Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini, kita menemukan mereka mampu mengkombinasikan prestasi akademik, prestasi non-akademik, dan kesempatan untuk berkarya dalam hal-hal penting selama masa mahasiswa mereka. Pertanyaannya, bagaimana mereka mengelola kewajiban akademik dan kesempatan non-akademik sehingga keduanya berjalan secara selaras? Ini merupakan pertanyaan yang ingin kita cari jawabannya.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Pentingnya Memahami Cara Belajar Pernahkah anda menonton film berjudul “Gifted Hands”? Film ini diangkat dari kisah nyata Benjamin S. Carson (Ben Carson), ahli bedah syaraf Amerika Serikat. Film ini dikeluarkan Februari 2009 dan dianggap sebagai salah satu film inspiratif bagi masyarakat Amerika Serikat untuk bekerja lebih keras terutama setelah krisis keuangan 2008 – 2009 yang mereka hadapi. Ben Carson adalah ahli bedah syaraf yang mengukir sejarah sebagai dokter pertama dunia yang mampu memisahkan kembar dempet kepala pada tahun 1987. Karena kontribusinya bagi kemanusiaan, Ben Carson menerima penghargaan Presidential Medal of Freedom, penghargaan tertinggi bagi kalangan sipil, dari Presiden Amerika Serikat. Walaupun berangkat dari keluarga miskin dan orang tua yang bercerai, Ben Carson mampu berprestasi di sekolahnya dan melanjutkan kuliahnya di Yale University dan University of Michigan Medical School. Diceritakan dalam “Gifted Hands”, Ben sempat mengalami kesulitan untuk
mencapai
prestasi
akademik
yang
ditetapkan
sehingga
beasiswa yang membiayai kuliahnya terancam dicabut. Pacarnya, yang kemudian menjadi istrinya, memberi saran untuk mengevaluasi cara belajarnya. “Cara belajar apa yang paling efektif bagi kamu?” tanya pacarnya. “Aku adalah pembaca buku yang baik,” Jawab Ben. “Ya sudah, belajar saja kamu dengan membaca buku di rumah. Tidak perlu khawatir, dosen tidak peduli dengan kehadiranmu
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
asal kamu memperoleh nilai yang bagus pada ujian,” kata pacarnya. Kira-kira begitulah percakapan antar mereka. Akhirnya Ben Carson mencoba usulan pacarnya ini dan memfokuskan cara belajarnya dengan membaca buku sendiri. Strategi Ben berhasil, dia tetap mendapatkan beasiswanya dan bahkan pada akhir studinya dia adalah salah satu dari sedikit mahasiswa yang mendapat kesempatan magang di John Hopkins Hospital, salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Saat ini, Ben Carson adalah Direktur Rumah Sakit 23
John Hopkins tersebut . Kami telah menonton film “Gifted Hands” ini beberapa kali, isinya memang sangat inspiratif untuk dilihat berulang-ulang. Tetapi cerita tentang perubahan strategi belajar Ben Carson pada awalnya tidak pernah menarik perhatian kami karena itu hanya sepenggal adegan saja dari film yang berdurasi 86 menit ini. Sampai kemudian kami mendapati hasil studi yang mengejutkan atas perilaku Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami ini. Mahasiswa Berprestasi ternyata tidak memiliki pola belajar yang sama. Mereka memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, bahkan juga sangat diametral berbeda. Tetapi kenyataannya, cara yang berbeda-beda itu tetap memberikan pencapaian akademik yang sama tinggi bagi masing-masing orang. Temuan kami mendekati pengalaman yang diungkap Ben Carson. Cara belajar yang efektif bisa berbeda-beda, bisa dengan mendengar dosen, membaca buku sendiri, atau cara lainnya. Mahasiswamahasiswa mungkin berbeda satu sama lain saat menyebut cara
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
belajar mana yang membuat mereka mudah memahami materi perkuliahan. Temuan ini membantah argumen
Cara belajar yang berbedabeda diambil oleh Mahasiswa Berprestasi sesuai dengan evaluasi diri dan kebutuhan masing-masing.
umum yang menyatakan bahwa mahasiswa
-
mahasiswa
yang
memiliki prestasi akademik tinggi cenderung
memiliki
kebiasaan
belajar yang sama, antara lain kebiasaan rajin membaca, mengulang pelajaran di rumah, atau belajar sampai dini hari. Cara belajar yang berbeda-beda ini diambil secara sadar oleh para Mahasiswa Berprestasi sesuai dengan evaluasi diri dan kebutuhan masing-masing. Seperti kata Fitra di atas “...aktivitas membaca buku selalu membuat saya mengantuk”, sehingga percuma saja buat Fitra untuk
memaksakan
diri
membaca
buku
di
rumah
kalau
itu
membuatnya selalu tertidur. Fitra memilih memaksakan diri untuk datang ke kelas dan memperhatikan kuliah dosen karena cara itu paling efektif baginya untuk menyerap dan memahami materi kuliah. Sesi kelas sangat efektif dan efisien bagi Fitra, tetapi membaca buku tidak terlalu berkontribusi baginya. Strategi belajar yang berbeda sekali dengan Ben Carson.
Efektif dan Efisien: Menuju Pemuda yang Produktif Cara belajar yang dicari adalah cara belajar yang paling efektif dan efisien bagi masing-masing orang. Efektif mengandung pengertian bahwa dengan cara belajar itu mahasiswa dapat memahami ilmu yang
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
dipelajarinya
secara
akurat,
sedangkan
efisien
mengandung
pengertian belajar itu dilakukan dengan cepat, tidak bertele-tele. Selama bekerja di firma konsultan asing, PricewaterhouseCoopers (PwC), kami banyak diajarkan arti produktivitas ini, dan kami bagi disini sebagai analogi bagaimana seharusnya mahasiswa bekerja. Pekerjaan kami di PwC adalah memberikan konsultasi kepada perusahaan tentang berbagai hal, utamanya tentang bagaimana proses bisnis dikelola dengan efektif dan efisien. Pendapatan perusahaan
diperoleh
dari
perusahaan-perusahaan
yang
memanfaatkan jasa konsultasi kami. Alhasil, para pimpinan kami akan berusaha keras untuk mencari pelanggan, kami menyebutnya klien, sebanyaknya-banyaknya. Makin banyak klien berarti makin banyak penghasilan tentunya. Kami, konsultan lapanganlah yang mengerjakan jasa itu. Cara kerja yang dibangun adalah kami harus mampu menyelesaikan satu pekerjaan dengan cepat agar kemudian dapat segera berpindah ke pekerjaan klien lain. Semakin cepat kami menyelesaikan pekerjaan itu maka semakin banyak kesempatan bagi perusahaan untuk mencari klien-klien baru. Kinerja kami dinilai tidak hanya berdasar kualitas tapi juga seberapa cepat menyelesaikan pekerjaan dan seberapa banyak klien yang kami tangani. Perpaduan kualitas dan kecepatan ini adalah contoh dari konsep produktivitas. Dan semakin produktif kami dalam satu tahun, berarti semakin tinggi prestasi kerja kami. Pentingnya produktivitas ini dapat pula dibawa dalam berbagai aspek dan peran kehidupan. Para petani dapat lebih produktif dengan
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
bercocok tanam sekaligus memelihara hewan ternak. Dosen dapat lebih produktif dengan mengajar sekaligus membuat buku, paper, atau karya ilmiah lainnya. Tukang ojeg dapat lebih produktif dengan mengojeg
sekaligus
berjualan
asongan
di
pangkalan
ojeg.
Produktivitas yang tinggi akan menawarkan penghargaan yang lebih tinggi pula bagi mereka. Produktivitas menjadi kata kunci bagi Mahasiswa Berprestasi. Dengan menemukan cara belajar materi perkuliahan yang paling efektif, maka mahasiswa memiliki kesempatan untuk menghemat waktu dalam belajar, sehingga dia dapat menggunakan waktunya yang tersisa untuk melakukan aktivitas lain, seperti mengikuti kompetisi tertentu, menulis opini di media massa, melakukan kegiatan sosial di sekitar kampus, bersosialisasi dengan teman, maupun mengikuti organisasi kemahasiswaan.
Ini
adalah
bentuk
produktivitas
dalam
dunia
mahasiswa. Efektivitas belajar yang berpadu dengan efisiensi waktu akan menciptakan produktivitas hidup bagi mahasiswa. Produktivitas inilah yang akan membawanya pada kesempatan untuk melakukan banyak hal penting selain kegiatan perkuliahan di kelas.
Ragam Cara Belajar Mahasiswa Berprestasi Tentu kita semua sangat penasaran, bagaimana para Mahasiswa Berprestasi mampu memiliki IPK cumlaude tetapi pada saat yang sama dia adalah anggota Majelis Wali Amanat, atau Ketua Badan
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Perwakilan Mahasiswa, atau Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, atau penjabat posisi penting lainnnya dalam organisasi kemahasiswaan. Dari studi ini, kami berkeyakinan bahwa produktivitas yang dimiliki para Mahasiswa Berprestasi dapat diperoleh salah satunya dengan mengevaluasi cara belajar yang tepat bagi pribadi mereka. Mereka mencari cara belajar yang efektif dan efisien sehingga memberikan peluang bagi mereka untuk berkarya pada banyak hal lainnya.
Alief Aulia Rezza: Belajar dengan segala Cara Salah satu tantangan terberat Alief Aulia Rezza saat semester satu adalah belajar dengan materi-materi berbahasa inggris, padahal pada titik itu, kemampuan bahasa inggrisnya belum memadai untuk mendukung pencapaian prestasi akademik. “Untuk menyelesaikan satu halaman buku berbahasa inggris saja saya membutuhkan waktu yang cukup lama, saya harus bolak balik baca kamus. Tapi mungkin karena itu juga saya jadi berusaha lebih keras. Saya jadi lebih memperhatikan dosen, karena membaca sendiri materi bakal lebih susah buat saya. Saya juga mencoba belajar dari banyak
buku,
menjelaskan
setidaknya
materi
berharap
dengan
lebih
ada
buku
mudah,
yang
mencari
bisa buku
terjemahan, mendatangi Asisten Dosen untuk minta diajarin langsung,
mengikuti
program
mentoring
pendidikan
yang
diselenggarakan para senior, dan saya juga pernah mentraktir teman di kantin buat bantu menerjemahkan buku mikroekonomi.” (Alief Aulia Rezza)
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Alief juga menyukai belajar kelompok. Baginya, kerjasama antar mahasiswa akan memberikan kemudahan-kemudahan yang berasal dari sinergi yang terjadi. Kepala banyak orang tentu lebih baik daripada
kepala
satu
orang
untuk
menyelesaikan
masalah
perkuliahan. “Di kasus belajar untuk ujian, misalkan mata kuliah ini mempunyai 10 bab bahan ujian, berbagi tugas dengan 4 teman lain, dimana 1 orang mempelajari 2 bab, mungkin akan lebih memudahkan. Setelah masing-masing belajar, sharing kemudian dilakukan antar kita. Dengan cara ini, kita memiliki kecepatan yang lebih tinggi jika diperlukan untuk belajar lebih lanjut atas materi tersebut.” (Alief Aulia Rezza) Pada beberapa kasus, Alief juga bisa meninggalkan sesi perkuliahan dosen, terutama dengan menimbang kemanfaatan sesi saat itu. Alief cenderung tidak memiliki pola strategi yang konsisten. Dia justru cenderung menggunakan pendekatan yang berbeda untuk situasi yang berbeda. Jika diperlukan, dia akan mendengar dosen lebih tekun, membaca buku lebih keras, belajar berkelompok, atau meminta bantuan para senior. Segala strategi akan digunakannya untuk membuat dia merasa yakin dengan pemahaman materi kuliah yang dihadapinya.
Purba Purnama: Tidur saat Orang lain Belajar Dari cerita-cerita sebelumnya, Purba jelas mahasiswa yang dituntut untuk
melakukan
banyak
hal.
Selain
kuliah,
Purba
harus
mengalokasikan waktunya untuk mencari tambahan uang saku dan
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
kegiatan non-akademik yang diikutinya. Karenanya, tidak jarang Purba harus meninggalkan sesi perkuliahan dosen di kelas. “Teman aku sering heran melihat kebiasaanku. „Pur, loe kan sering pulang malem dan cape habis ngajar privat. Sampe jam 12 malem juga. Gue gak pernah liat loe nyentuh buku kuliah. Yang gue liat kerjaan loe Cuma molor habis ngajar. Tapi IP loe kok bisa gede gitu. Pake ilmu apa sih?‟. Alhamdulillah, sejak masa kecil aku selalu diajarkan untuk bangun sekitar pukul 3 pagi untuk shalat tahajud dan dilanjutkan belajar. Jadi pertanyaan teman kost hanya aku jawab dengan kalimat: „Tidurlah di saat orang lain belajar dan belajarlah di saat orang lain tidur‟. Temanku hanya terbengong-bengong memahami kalimat itu. Ya, kebanyakan orang belajar hingga lembur sampai jam 2 pagi demi mempersiapkan ujian. Itu pemaksaan kapasitas otak yang justru membuat otak menjadi jenuh dan sulit memahami materi kuliah. Bagiku, ketika kita bangun pagi pukul 3 atau 4 pagi, setelah shalat tahajud, hati sudah tenang dan kondisi lingkungan juga tenang, itu suasana yang sangat mendukung untuk memahami materi kuliah. Itu adalah waktu yang paling efektif buatku untuk belajar. Temanteman sedang tidur aku justru belajar.” (Purba Purnama) Purba juga menganggap proses paling efektif untuk belajar adalah saat dia dipaksa teman-temannya membantu mereka memahami materi kuliah. Dengan mengajarkan kembali apa yang sudah dipelajari, Purba memiliki kesempatan untuk mengulang dan mempertajam
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
pemahamannya. Bahkan jika dia menemui teman yang kritis, pemahamannya justru akan semakin teruji. “Ada hikmah ketika kita menyanggupi untuk mengajari orang tentang ilmu, „Mengajar adalah cara belajar yang efektif‟. Dengan adanya tuntutan mengajari teman-teman, mau tidak mau aku harus belajar lebih dulu. Sering kali ketika belajar, aku sama sekali tidak mengerti atau memahami. Tapi dengan niatan tulus, ajarkan saja seperti apa yang aku baca. Dan hikmahnya, Allah memudahkan hamba-Nya yang mau berusaha memudahkan kesulitan hamba-Nya yang lain.” (Purba Purnama)
Rangga Handika: Konsisten dan Disiplin Rangga
Handika
menganggap
konsisten
dan
disiplin
dengan
komitmen yang dibuat adalah kunci dalam perkuliahan. “Konsisten dan Disiplin ala „Einstein‟. Tidak „kaku‟ pada jam kerja, tetapi konsekuen jika tidak belajar pada jam pagi atau siang, dengan menggantinya belajar pada malam hari atau akhir pekan. Juga jika ada hari-hari dimana saya sakit, saya akan belajar pada lain waktu. Intinya fleksibel tetapi pastikan setiap minggu atau dua minggu, materi kuliah yang harus dikuasai telah dipelajari dan dikuasai dengan baik.” (Rangga Handika) Prinsipnya, Rangga berdisiplin dengan komitmen yang telah dibuat, tetapi Rangga memiliki cara belajar yang fleksibel, bisa berupa membaca bahan perkuliahan, berlatih soal yang banyak, mulai dari soal-soal yang mudah, sedang, hingga soal tersulit, dan bertanya ke dosen atau asisten dosen jika ada masalah. Rangga cenderung tidak
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
menggunakan metode diskusi dengan teman kuliah karena tipe belajar dia lebih cocok untuk studi mandiri daripada berkelompok.
M. Fajrin Rasyid: Mengenali Kebutuhan Waktu M. Fajrin Rasyid untuk belajar adalah dengan berusaha untuk mengenali diri dan kebutuhan yang dihadapi dalam masa perkuliahan. Bagian paling pentingnya adalah mengetahui berapa waktu yang harus dialokasikan untuk masing-masing mata kuliah. Bagi Fajrin, asalkan dia dapat bertanggung jawab terhadap alokasi waktu ini, maka berbagai aktivitas non-akademik dapat dilakukan tanpa
menganggu
prestasi
akademik.
Kata
kuncinya
adalah
bertanggung jawab dengan beban dan target yang dimiliki.
Cerita Dian IKS: Belajar dengan Rutin Dian menganggap belajar dengan rutin menjadi cara terbaiknya untuk meraih prestasi. “Saya mempunyai jadwal belajar yang rutin sekian jam setiap harinya, terutama untuk membaca materi kuliah besok hari dan mereview materi perkuliahan yang telah disampaikan dosen hari itu. Durasinya tidak perlu lama, yang penting kedisiplinan untuk meluangkan waktu setiap harinya. Intensitas belajar akan saya tingkatkan saat musim ujian. Membuat ringkasan materi kuliah membuat kita bisa lebih fokus dalam belajar karena kita telah mengidentifikasi inti-inti materi masing-masing bab. Ringkasan ini akan menjadikan proses
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
belajar menjadi lebih efektif dan efisien, terutama saat menjelang ujian. Pada banyak kasus, penjelasan dari dosen akan membantu kita lebih memahami suatu materi, dibandingkan jika kita hanya membaca buku. Seringkali penjelasan dari dosen menjadi lebih hidup karena disertai dengan contoh yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, dibandingkan dengan ilustrasi yang disampaikan di textbook yang lebih sering berkiblat pada dunia barat.” (Dian IKS).
Shofwan Al Banna dan Deviana Octavira: Pentingnya Alokasi Waktu Baca Shofwan Al Banna (Shofwan) berusaha mengatur waktu dan berdisiplin dalam menjalankannya. Sofwan membagi waktunya untuk aktivitas dan membaca buku yang beragam. Misalnya, Shofwan mengalokasikan waktu baca buku-buku kuliah di hari Senin dan Selasa, buku-buku di luar kuliah dibaca pada hari Rabu dan Kamis. Sedangkan pada hari Jum‟at dan Sabtu, Shofwan mengkhususkan diri untuk membaca buku-buku agama. Sedangkan hari Minggu, Shofwan membebaskan untuk membaca buku apa saja. Shofwan menjaga komitmen ini sehingga pengetahuannya terjaga tetap komprehensif. Hal senada juga disampaikan Deviana Octavira,
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
“Satu hal yang menjadi kunci pokok keberhasilan saya semasa kuliah adalah saya tetap meluangkan waktu paling tidak setengah jam untuk mempelajari atau membaca apa yang akan saya pelajari di kuliah keesokan harinya, sepadat apapun kegiatan saya saat itu. Dengan demikian, pada saat menghadiri perkuliahan keesokan harinya, paling tidak saya sudah mendapatkan gambaran seperti apa materi kuliah yang akan diajarkan pada hari itu. Ditambah lagi, apabila ada sesuatu yang kira-kira saya belum paham dengan membaca sendiri, di kuliah keesokan harinya saya dapat langsung menanyakan kepada dosen. Dengan cara seperti itu, saya seperti „diingatkan kembali‟ tentang apa yang saya baca pada malam sebelumnya, dan hal ini efektif dalam meningkatkan pemahaman saya terhadap mata kuliah yang diberikan.” (Deviana Octavira)
Achmad Ferdiansyah: Empat Tips Sukses Ada empat tips yang digunakan oleh Achmad Ferdiansyah dalam menjalani perkuliahan, terutama kaitannya dengan pengelolaan waktu dan prioritas. Pertama, mahasiswa perlu memiliki perencanaan harian mengenai apa-apa yang akan dia kerjakan pada tiap-tiap hari itu. Kedua, Mahasiswa juga perlu waktu untuk beristirahat, terutama untuk menghidari
kebosanan.
mengatakan tidak
Ketiga,
Mahasiswa
untuk
tidak
takut
pada ajakan-ajakan yang tidak mendukung
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
pencapaian yang direncanakan. Dan keempat, mahasiswa tidak boleh menunda-nunda pekerjaan yang telah direncanakan.
Ghofar Rozaq Nazila: Perlu Mengatur Prioritas dan Memahami Substansi Bagi Ghofar, memahami prioritas dan sumber daya adalah kunci sukses dalam pengelolaan aktivitas. “Mudahnya, kita harus memahami prioritas dan sumber daya. Kita perlu disiplin dan tegas pada diri sendiri, walaupun luwes dalam kondisi yang mudah berubah keadaannya. Terkadang dibutuhkan juga product oriented walaupun proses juga penting, terutama jika kita memiliki waktu yang terbatas. Saya terus memahami dan merenungkan potensi dan kelebihan serta kelemahan dan kekurangan yang saya miliki. Kesimpulannya, pertama, saya adalah tipe elaborator, artinya lebih mudah belajar dengan menggabungkan informasi dari temanteman dan pengalaman orang lain. Kedua, saya harus memahami filosofi dasar sebuah isu atau masalah, kemudian diturunkan ke dalam point kunci dan ditetapkan target waktu dan ukuran hasilnya. Ketiga, dalam perkuliahan, saya harus memiliki sikap enjoy dan antusias. Sedangkan cara belajar yang lebih optimal adalah jika saya dapat memahami arah dan inti materi, mengenali karakter dan kemauan pengajar, menjaga hubungan baik dengan pengajar, serta memanfaatkan belajar bersama dengan temanteman.” (Ghofar Rozaq Nazila)
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Dari cerita di atas, ada banyak poin yang bisa diambil sebagai cara belajar: -
Mendengar penjelasan dosen dalam kelas
-
Belajar sendiri di rumah
-
Belajar kelompok bersama teman-teman yang lain
-
Belajar pada dini hari
-
Belajar rutin dengan alokasi jam-jam tertentu
-
atau cara-cara yang lain.
Apa yang didemonstrasikan oleh Mahasiswa
Berprestasi
Pemilihan strategi belajar harus diambil berdasarkan evaluasi kebutuhan, kemampuan, dan lingkungan yang dihadapi.
hanyalah
bagian dari strategi belajar yang mereka ambil. Tetapi, penggunaan masing-masing
strategi
harus
diambil berdasarkan evaluasi kebutuhan dan kemampuan masingmasing
orang,
termasuk
kondisi
lingkungan
yang
dihadapi.
Meninggalkan sesi kuliah seperti yang dilakukan oleh Alief dan Purba mungkin sudah tidak mungkin dilakukan sekarang, terutama tatkala didapati dosen yang menggunakan metode partisipasi kelas sebagai metode pengajarannya. Sebaliknya, mengandalkan penjelasan dari dosen saja, seperti yang dilakukan Fitra, mungkin tidak mencukupi tatkala dosen kurang baik dalam menjelaskan, dan ujian semester dilakukan secara paralel dengan semua kelas yang dosennya berbeda-beda.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Mendengarkan penjelasan dosen saja mungkin hanya cocok bagi mahasiswa di jurusan sosial, tetapi akan sangat kurang bagi mahasiswa dengan jurusan seperti akuntansi, teknik, matematika, atau kedokteran. Mahasiswa-mahasiswa dengan jurusan ini lebih banyak membutuhkan latihan dan ketrampilan yang harus dipelajari lagi diluar jam perkuliahan.
Kita juga perlu Bersantai Mahasiswa Berprestasi bukan orang-orang yang terlalu serius dengan kuliah atau kegiatan-kegiatan organisasi. Mereka juga bersantai, berolah raga, dan bercengkerama dengan teman-teman mereka. Justru aktivitas-aktivitas inilah yang membuat stamina fisik dan mental mereka tetap terjaga untuk mengejar target-target yang ingin mereka capai. Purba Purnama menceritakan pengalamannya. “Aku juga mengalami kejenuhan-kejenuhan dengan perkuliahan. Ini situasi yang normal saja. Dalam keadaan seperti itu, aku melakukan hal-hal lain yang menarik seperti bermain sepakbola, fitness, nonton video, atau film kartun. Hal-hal tersebut akan membuat kita fresh kembali. Ada kalanya pula ketika jenuh, melakukan hal-hal yang menarik pun bisa jadi malas. Jadi, jalan-jalan keluar, melihat kondisi lingkungan, shalat , maupun tidur pun bisa mengurangi kejenuhan.” (Purba Purnama)
-
-
Bagaimanapun Caranya, Belajarlah!
Bagi
Alief
Aulia
Rezza,
perkuliahan
harus
dijalani
dengan
menyenangkan: “Kuliah tentu bukan melulu urusan di kelas. Selalu ada sesuatu di antaranya. Hiburan tentu juga perlu untuk dilakukan. Intinya sih berusaha senang dan
menikmati
saja
“Kita memiliki pilihan untuk menjalani kuliah dengan enjoy, nikmat, dan menyenangkan”
semua
perjalanan dan perjuangan di kampus itu. Seperti penjaga tol
saja, ada yang senyum dan mengucap salam, tapi ada yang jutek luar biasa. Padahal keduanya mengerjakan pekerjaan yang sama. Kita memiliki pilihan untuk menjalani kuliah dengan enjoy, nikmat, dan menyenangkan.” (Alief Aulia Rezza)
Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami adalah pemudapemudi yang relaks dan menikmati proses pembelajaran yang mereka jalani. Kami mendapati justru mahasiswa-mahasiswa yang relaks inilah yang mampu berprestasi. Ujian, tugas, ataupun masalah-masalah lain tidak dianggap sebagai beban yang berlebihan. Mereka mencoba menjalani tekanan-tekanan dalam perkuliahan sesantai mungkin.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Menciptakan Dukungan Sekitar
VI
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan Hasil studi kami atas 17 Mahasiswa Berprestasi mendapati bahwa mereka
menyadari
pentingnya
jaringan
sosial
bagi
proses
pengembangan diri yang sedang mereka jalani di dunia kampus. Jaringan sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan persahabatan, pertemanan, atau perkenalan yang mereka bangun. Karena memahami pentingnya jaringan sosial, Mahasiswa Berprestasi secara sadar membangun jaringan sosial yang luas dan berkualitas selama menjalani masa mahasiswa.
Mengapa Mereka Butuh Jaringan Sosial? Sebenarnya mungkin sudah ribuan buku dan bab buku yang membahas pentingnya jaringan sosial ini. Beberapa buku disajikan dengan sangat baik oleh penulisnya, sehingga terus dibaca sebagai buku klasik dan rujukan utama dalam topik jaringan sosial. Salah satu yang terbaik dan terkenal dalam topik ini adalah buku karangan Dale Carnegie, berjudul “How to Win Friends and Influence People”, yang ditulis pada tahun 1936. Kami tidak akan “menggarami lautan” dengan mendaftar kembali berbagai teori tentang pentingnya jaringan sosial. Semua teori dapat kita temukan dalam buku-buku klasik itu maupun dalam buku-buku
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
kontemporer dengan topik yang sama. Agar lebih relevan dan memfokus, kami justru akan menyajikan bagaimana Mahasiswa Berprestasi memandang pentingnya jaringan sosial, membangun, mengelola, dan kemudian saling memberikan manfaat dalamnya.
Alief: Prestasi Saya Didukung Jaringan Sosial Menurut Alief Aulia Rezza (Alief), yang saat ini seorang kandidat Doktor Ekonomi dari Universitas di luar negeri, kontributor terbesar atas prestasi yang dia raih saat masih di bangku perkuliahan S-1 dulu maupun setelah lulus kuliah saat ini adalah jaringan sosial yang dia miliki. “Saya memperoleh pinjaman semua buku yang saya butuhkan untuk tiap semester dari senior kuliah. Saya mendapatkannya dari senior-senior yang kamar kos-nya bertetanggaan dengan kos saya. Memiliki buku lebih cepat memberi tambahan keyakinan dan persiapan lebih cepat untuk semester yang akan datang.” Lebih lanjut Alief mengatakan, “Saya menjalani masa-masa sulit belajar mata kuliah pada tahun awal juga dibantu senior-senior. Saya mendapatkan topik untuk skripsi juga dari senior. Saya mendapat pekerjaan sambilan pertama, mengajar kursus privat, juga dari senior. Saya mendapat pekerjaan sambilan yang agak serius, sebagai konsultan bisnis, juga dari senior. Dan, saya mendapat pekerjaan pertama pasca lulus juga dari senior.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Yang paling saya ingat, senior saya jugalah yang membantu melobi dosen di University of Life Sciences, Norwegia, sehingga jalan saya memasukkan aplikasi beasiswa ke sana jadi lebih lancar. Oh ya, materi aplikasi beasiswa seperti letter of motivation, juga saya dapat dari senior. Intinya, banyak ngobrol-lah dengan para senior kita. Mereka dapat memberikan banyak hal kepada kita karena pada prinsipnya senior senang berbagi kepada junior karena kita tidak dianggap sebagai saingan mereka.” Dengan usahanya, senior-senior dirubah menjadi teman bagi Alief, sehingga senior-senior itu masuk dalam jaringan sosial yang siap membantu Alief dan juga sebaliknya. Bagi Alief, teman yang baik juga merupakan motivator yang efektif. Kalau kita berkumpul dan bergaul dengan teman-teman yang punya semangat tinggi, sedikit banyak kita juga akan tertular dengan semangat berprestasinya. “Saya beruntung punya banyak teman yang selalu bersemangat untuk menjadi orang yang bermanfaat”, kata Alief. Karena sangat pentingnya, Alief menyarankan mahasiswa untuk tidak melupakan aspek jaringan sosial ini. Menurutnya, jika sampai semester 6 seorang mahasiswa sudah sulit untuk menaikkan IPK secara signifikan lagi, ada baiknya dia “berkonsentrasi” pada area jaringan sosial ini. Kenyataannya, jaringan sosial bekerja dengan baik dalam perjalanan hidup Alief.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Ghofar: Teman adalah Inspirasi, Guru, dan Tolok Ukur Bagi Ghofar Rozak Nazila (Ghofar), jaringan pertemanan yang dibangun dan dimilikinya semasa perkuliahan memberikan pengaruh besar dalam 3 (tiga) bentuk: Teman-teman
dimana
bergaul
berdiskusi
dan
membantu
Ghofar telah
mengembangkan
paradigma, cara berfikir, dan sikap idealis Ghofar. Teman-temannya dalam satu kegiatan keagamaan membantu merubah pola pikirnya
#21: Ghofar saat diwawancara Metro TV
untuk bervisi lebih idealis, tidak pragmatis, apalagi mementingkan diri sendiri. Bentukan ini tercermin betul dalam visi Ghofar sekarang ini. Bersama teman-temannya, Ghofar membesarkan perusahaan propertinya termasuk
dengan dengan
penuh
kebersamaan
menerapkan
konsep
dan
kepedulian,
perumahan
ramah
lingkungan (Green Development Projects). Atas kiprahnya dalam mengembangkan perumahan ramah lingkungan, Ghofar dan timnya mendapat penghargaan “Green Property Award” Tahun 2010. Ghofar dan tim juga sempat dianugerahi “Indocement Award 2010: The Best Marketing Strategy and Customer Satisfaction”, sebuah pengakuan terbaik dari stakeholders kepada sebuah perusahaan yang baru berdiri tahun 2005. Pada aspek ini, teman-nya pula, Prima Kumara, yang tetap mendukungnya untuk bangkit dari kegagalan bisnis pada awal-
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
awal usaha bisnisnya, termasuk memberikan bantuan materi dan semangat untuk tetap memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para pelanggan dan pemasok walaupun dalam keadaan yang berat pada saat itu. Dari sini, Ghofar teruji menjadi sosok pemuda yang bertanggung jawab dan berintegritas dalam berbisnis. Ghofar juga menganggap teman-temannya turut memberikan pengaruh yang signifikan selama dia kuliah, dengan berbagi informasi-informasi penting, membantu belajar, menyelesaikan tugas kuliah, dan meminjamkan catatan kuliah sewaktu Ghofar harus
banyak
meninggalkan
perkuliahan
karena
aktivitas
organisasi. Sikap baik dan santun Ghofar menempatkan Ghofar sebagai pribadi yang bisa diterima oleh teman-temannya. Kebiasaan saling berbagi ilmu, pengetahuan, dan pemahaman pada akhirnya akan membangun sinergi yang bermanfaat bagi semua mahasiswa yang terlibat dalamnya. Yang
terakhir,
Ghofar
menganggap teman - temannya adalah
parameter
yang
baik
untuk
mengukur
pencapaian
prestasinya. Apakah prestasinya
Teman adalah paramater yang baik untuk mengukur pencapaian prestasi kita. Teman yang baik adalah yang menjadi alat ukur
berstandar tinggi.
sudah lebih baik dibandingkan yang lain. Apakah teman-temannya memiliki
prestasi
yang
lebih
tinggi.
Apakah
dia
sudah
mengoptimalkan waktu yang dimilikinya. Apakah agenda-agenda hariannya sudah teratur. Atau sudah sejauh mana dia melangkah. Semua pertanyaan ini dapat diukur dengan baik saat dia memiliki teman yang juga berprestasi dan bersemangat untuk berkarya.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Achmad Zaky Syaifudin: Teman adalah Guru Achmad Zaky Syaifudin (Zaky) adalah sosok pemuda yang rendah hati. Walaupun dia sendiri adalah seorang alumni mahasiswa ITB dengan IPK cumlaude (3,72 dari skala 4), Zaky justru menganggap prestasinya ini banyak didukung oleh teman-temannya di kampus. “Saya punya teman dekat namanya Fajrin Rasyid, dia IPK-nya 4 persis. Fajrin ini unik. Saya dan teman-teman yang lain kadangkadang merasa dialah dosen yang sesungguhnya. Cara dia menjelaskan materi kuliah kepada kami terkadang lebih jelas daripada beberapa dosennya sendiri. Sedikit banyak saya diuntungkan juga dengan hadirnya Fajrin dalam kehidupan belajar saya di ITB.” (Achmad Zaky Syaifudin) Fajrin, teman Zaky, ini adalah Fajrin Rasyid yang juga salah satu Mahasiswa Berprestasi dalam studi kami untuk penulisan buku ini. Zaky saat ini adalah pemilik dan Managing Director Suitmedia, sebuah perusahaan penyedia jasa teknologi informasi yang didirikannya pada tahun 2009 lalu. Saat ini
#22: Logo Suitmedia
Suitmedia menyediakan 4 jasa inti, yaitu Technology Service, Web Interactive, Mobile Platform, dan Digital Strategy. Dalam Technology Service, Suitmedia telah menangani masalahmasalah teknis teknologi informasi di berbagai perusahaan besar, misalnya dalam pengembangan arsitektur software atau peningkatan kinerja software.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Dalam Web Interactive, Suitmedia mengembangkan web-web interaktif bagi perusahaan-perusahaan, dengan memadukan aspek teknologi dan visual art. Dalam Mobile Platform, Suitmedia mengembangkan aplikasi-aplikasi yang digunakan dalam platform mobile devices (mobile phone). Sedangkan dalam Digital Strategy, Suitmedia memberikan jasa konsultasi pengembangan dan penerapan strategi perusahaan yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan media sosial. Dari jasa-jasa yang mereka sediakan ini, tercatat Suitmedia telah memberikan jasa kepada berbagai perusahaan besar di Indonesia, seperti Bank Mandiri, Samsung, Telkomsel, Bakrie Telecom, Bisnis Indonesia, dan Recapital. Salah satu karya Suitmedia, www.bukalapak.com, tercatat menjadi situs e-commerce Indonesia dengan pertumbuhan yang signifikan. Karena prestasinya, www.bukalapak.com mendapat suntikan modal dari Batavia Incubator, sebuah perusahaan yang memberikan fasilitas pendanaan
dan
bimbingan
manajemen
kepada
perusahaan-
perusahaan baru. Investasi ini adalah pengakuan pihak luar atas 24
kinerja Zaky dan teman-temannya yang cemerlang dalam suitmedia . Hasil kerja terbaru Zaky dan tim-nya dalam Suitmedia adalah www.hijup.com, sebuah online mall yang mengkhususkan dirinya pada produk-produk busana muslimah. Saat ini, bisa dibilang, HijUp.com adalah online mall terbesar untuk busana muslimah dilihat dari koleksi produk dan hasil penjualan bulanan-nya. Visi HijUp.com adalah menjadi online all busana muslim terbesar di dunia.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Dalam membangun dan mengembangkan perusahaannya, Zaky menemukan “mutiara-mutiara” pengalaman yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kesuksesan berwirausaha dan jaringan pertemanan yang dimilikinya. Wirausahawan pemula biasanya cenderung melakukan segalanya sendirian (single fighter), beberapa dari mereka berhasil tetapi tidak sedikit
yang
mengalami
kegagalan.
Zaky
menyimpulkan,
wirausahawan yang gagal biasanya cenderung jarang melihat sudut pandang
orang
lain.
Setiap
mengambil
keputusan
mereka
menggunakan sudut pandang pribadi. Padahal kalau masih pemula, ilmu masih dangkal, keputusan mereka cenderung salah. Sebaliknya, wirausahawan pemula yang berhasil umumnya memiliki sifat supel, ramah, dan rendah hati. Dengan sifat ini, para wirausahawan pemula dapat memiliki banyak teman dan jaringan perkenalan yang meluas. Jaringan pertemanan akan turut membantu mereka mendapatkan banyak masukan atau sudut pandang lain sehingga keputusan-keputusan bisnisnya kemungkinan besar tepat. Jaringan sosial terbukti bekerja bagi Zaky. Dia lulus dengan predikat cumlaude dan bisnis yang dirintisnya sejak lulus mulai terlihat tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan IT kelas menengah di Indonesia.
Purba Purnama: Teman itu Wajib Menjawab pertanyaan kami mengenai jaringan sosial, “Tidak ada jawaban lain selain WAJIB”, kata Purba Purnama (Purba).
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Kata Purba lebih lanjut, “Pengalamanku, teman sangat mendukung prestasi selama kuliah. Bagaimana tidak? Sebagai perantau dari kampung dengan kondisi ekonomi yang bisa dibilang sulit, tanpa bantuan senior, susah bagiku untuk memiliki buku. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan senior, aku bisa mendapat warisan atau pinjaman bukubuku mereka.” (Purba Purnama) Bagi mahasiswa dari keluarga berada, buku-buku kuliah barangkali adalah barang yang mudah terbeli, walaupun itu buku terbitan luar negeri sekalipun. Tetapi bagi Purba yang makan saja susah, membeli buku-buku kuliah adalah kemewahan yang sudah pasti sulit dia dapat. Tetapi Purba bukanlah mahasiswa oportunis. Purba bukanlah benalu dalam jaringan sosial yang hanya mencoba mengambil manfaatmanfaat pribadi dari
teman-temannya.
Jaringan
sosial
adalah
hubungan timbal balik. Itulah yang dilakukan oleh Purba, yang akan kami bahas lebih jauh di bagian “Bagaimana Mencari Teman?” dalam bab ini juga.
Achmad Ferdiansyah: Teman untuk Kolaborasi Prestasi Achmad Ferdiansyah (Ferdi) adalah contoh mahasiswa yang mampu mengkolaborasikan teman-teman di sekitarnya untuk sama-sama meraih prestasi yang diinginkan. Saat mahasiswa dulu, Ferdi mengembangkan kelompok-kelompok belajar atau penelitian dalam kampus untuk saling bekerja sama mencapai prestasi. Kelompokkelompok ini juga dikembangkan dengan pola kakak asuh dan adik
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
asuh sehingga menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman yang efektif bagi senior dan junior di ITS. Kolaborasi Ferdi dan teman-temannya nampak dari apa yang diraihnya. Sesaat setelah lulus, Ferdi memenangkan lomba Businness Start-Up Awards Shell liveWIRE 2010, sebuah kompetisi berskala nasional bagi para pebisnis pemula. Kompetisi ini dimenanginya dengan
bendera
Hetric
Indonesia,
yang
menciptakan
dan
memproduksi sebuah lampu unik dengan lima fungsi sekaligus: pengharum ruangan, pengusir nyamuk, interior rumah, penerang ruangan dan elemen interior. Produk ini disebutnya Lampu “Hetric” yang merupakan kependekan dari Lampu “Herbal Electric”, sesuai dengan bahannya yang menggunakan bahan herbal.
#23: Lampu Hetric, produk kreatif Ferdi bersama temantemannya
Kenyatannya,
Ferdi
tidak
bekerja
sendiri.
Ada
empat
teman
mahasiswa lainnya yang mendukung penciptaan Hetric ini, yaitu Jaka Abdillah, Agung Kurniawan, M. Ichwan Qodrian, dan Azmy Suhartono. Uniknya, jika Achmad Ferdiansyah berlatar
belakang sebagai
mahasiswa jurusan Teknik Kimia, Ichwan dan Azmy justru berasal dari Program
Studi
Desain
Produk.
Achmad
Ferdiansyah
sengaja
melibatkan mereka agar ide untuk menciptakan inovasi produk ini
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
dapat semakin sempurna dengan bentuk atau desain produk lampu yang ekselen dan diterima pasar. Karena dia memiliki jaringan sosial yang luas, termasuk teman-teman lintas jurusan atau fakultas, mimpi dan idenya dapat terfasilitasi dengan baik. Sebelum
memenangkan
Businness Start-Up Awards Shell liveWIRE 2010, Ferdi juga sempat diundang acara
untuk Kick
tampil Andy
dalam pada #24: Ferdi dan teman-teman saat menghadiri Kick Andy
pertengahan 2010. Bukan Hetric
yang dipaparkan Achmad Ferdiansyah, tapi adalah temuannya yang lain yang berupa “sumber energi listrik dari limbah kulit pisang”. Limbah pisang diolah dalam sebuah alat yang disebutnya “Banana Natural Energizer” (Ba-Na Gyzer). Inovasi ini dianggap “Kick Andy” sebagai karya kreatif yang membangun optimisme masyarakat akan pemuda-pemuda Indonesia pada masa depan. Menariknya, pada inovasi Ba-Na Gyzer ini, Ferdi juga tidak sendiri. Inovasi ini diciptakan dengan dua teman kuliahnya, Hita Hamastuti dan Zulfikar. Dua nama yang berbeda sama sekali dengan empat nama yang menemani Ferdi dalam penciptaan Hetric. Sekali lagi ini memberikan gambaran bagaimana Ferdi memiliki banyak teman, yang juga sama-sama berprestasi, dan mampu bekerja bersama dengan teman-temannya. Apa yang dilakukan oleh Ferdi ini adalah contoh bagaimana kolaborasi teman, bahkan juga teman lintas jurusan/studi, mampu menghasilkan sinergi yang positif bagi pencapaian prestasi mereka.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Dengan semangat yang sama, kita seharusnya dapat meneladani apa yang sudah dilakukan oleh Ferdi dalam membangun kolaborasi antar
Sinergi akan lebih kaya dengan teman yang beragam, beda jurusan, beda ketrampilan, atau beda kelebihan.
mahasiswa. Sebagai contoh, tentu akan menarik jika mahasiswa jurusan akuntansi bekerja sama dengan mahasiswa
teknik
informatika
atau
ilmu
komputer
untuk
mengembangkan perangkat lunak sistem akuntansi yang mudah dan murah bagi para usaha kecil dan mikro di Indonesia. Atau mahasiswa kedokteran berkolaborasi dengan mahasiswa ilmu sosial atau ilmu psikologi untuk mengidentifikasi perilaku sehat masyarakat yang murah. Atau mahasiswa ilmu keguruan berkolaborasi dengan mahasiwa teknik untuk mendesain atau mengembangkan alat peraga sekolah yang murah. Sebelum kesana, tentu saja yang kita perlukan adalah mengenal mahasiswa lain dari jurusan yang berbeda. Disinilah tuntutan untuk mengembangkan dan memperluas jaringan sosial menjadi semakin penting.
Dian IKS: Teman Membantu Belajar Dian juga menganggap teman-temannya memiliki kontribusi yang besar bagi pencapaian prestasinya. “Saya percaya bahwa lingkungan yang kondusif, terutama dari teman-teman di kampus, sangat berperan bagi kita untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Kerja sama yang dilakukan dapat berupa belajar bersama atau mengerjakan tugas kuliah
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
secara kolektif. Dengan adanya interaksi dan tukar pikiran ini, biasanya proses
pemahaman terhadap materi kuliah bisa
berlangsung lebih efektif dan efisien.” (Dian IKS)
Siapa yang harus Dikenal? Bagi seorang mahasiswa, membangun jaringan sosial dengan sesama mahasiswa, baik satu angkatan maupun beda angkatan (senior maupun junior angkatan) adalah sebuah keniscayaan. Keberadaan mereka
akan
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
bagi
perkembangan perkuliahan dan pencapaian prestasi mahasiswa, sebagaimana yang sudah diceritakan oleh Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi di atas. Siapa saja dapat dijadikan teman? Tidak perlu memilih-milih, walaupun kadar persahabatannya tentu akan berbeda-beda antara satu teman dengan teman yang lain. Teman yang baik, bersemangat, prestatif, dan supportif adalah teman yang dapat menjadi sahabat baik. Tetapi ini tidak berlaku sebaliknya, teman yang tidak bersemangat, suka malas-malasan, tetaplah teman yang harus kita hormati dan hargai. Memilih-milih teman adalah sikap yang tidak bijak yang mungkin merugikan para mahasiswa di kemudian hari. Di FEUI, dan mungkin juga kampuskampus lain, kami mengenal satu kredo yang harus difahami oleh setiap mahasiswa baru, mahasiswa lama, maupun para alumni. “Jangan pernah
-
-
Jangan pernah meremehkan, menyakiti, atau memusuhi siapapun, termasuk kepada junior angkatan, figur paling lemah di Kampus.
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
meremehkan, menyakiti, atau memusuhi siapapun, termasuk junior angkatan di kampus.” Walaupun menyakiti siapapun tidak boleh dilakukan, sayangnya memang di dunia kampus ini para mahasiswa senior sering lupa akan norma yang umum ini. Karena merasa lebih tua, datang lebih dahulu, dan menguasai situasi kampus dengan lebih baik, sifat buruk untuk “memperdaya” adik-adik junior mahasiswa muncul, terlebih para mahasiswa baru itu biasanya datang ke kampus dengan rasa tidak percaya diri, malu-malu, dan juga takut dengan lingkungan yang baru. Padahal, seperti kata orang-orang tua, roda hidup ini berputar. Kita tidak pernah tahu sesukses apa masing-masing kita di kemudian hari, termasuk para junior di kampus. Mereka memiliki peluang yang sama, bahkan mungkin lebih baik, untuk menjadi pribadi yang sukses di kemudian hari. Lebih dari itu, jangan pernah menilai manusia sampai pada akhir harinya di dunia. Manusia masih bisa berubah sampai pada batas waktu yang tidak mengizinkannya. Kenyataannya, Firmansyah, Phd. adalah Dekan FEUI termuda dalam sejarah. Saat dilantik, beliau baru berusia 32 tahun. Pemuda yang baru masuk kuliah S-1 tahun 1994 itu tahun akhirnya justru berada di puncak dan memimpin orang-orang yang dulu adalah seniornya bahkan juga dosen maupun asisten dosennya. Ghofar, Direktur Utama dan Pemilik Relife, saat ini baru berusia 29 tahun, tetapi sudah memimpin 4 direktur Relife lainnya, dan sekitar 30 staff di perusahaannya, yang beberapa dari mereka adalah senior dan teman seangkatan Ghofar semasa kuliah di UI. Kolaborasi anak-anak
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
muda ini berhasil mengangkat Relife menjadi perusahaan properti dengan omset mencapai Rp. 90 milyar pada tahun 2010 lalu. Tentu saja ini sebenarnya bukan mengenai siapa memanfaatkan siapa atau siapa mengharap bantuan siapa. Membangun hubungan jaringan sosial yang baik adalah kebutuhan dan tuntutan dasar manusia. Kita berteman baik dengan teman sekelas, atau senior, atau junior bukan
karena
kita
mengharap
kebaikan
mereka.
Tapi
kita
melakukannya karena kita adalah manusia yang baik. Manusia yang normal
untuk
melakukan
perbuatan-perbuatan
baik,
termasuk
memperlakukan sesama dengan sikap baik tanpa pandang bulu.
Dosen; Figur yang Terlupakan Entah siapa yang memulai kesalahan ini? Hubungan mahasiswa dengan dosen di kampus-kampus seringkali berbentuk hubungan formal, seperti pada hubungan penjual dengan pembeli, pengawas dengan pekerja, atau sopir angkutan dengan penumpangnya. Proses belajar-mengajar dalam kelas tak jarang berubah menjadi sebuah seremoni 2 sampai 2,5 jam, membahas satu materi yang dilakukan tanpa ruh. Ruang kelas berubah menjadi ruang pabrik dimana dosen adalah pekerja yang memproduksi “pelajaran”, dan mahasiswa adalah pelanggan “pelajaran”. Ruang kelas juga bisa berubah menjadi ruang penjara dimana dosen adalah sipirnya dan mahasiswa adalah pesakitannya. Hubungan formal semacam ini tidak melibatkan keterikatan emosional antar pelakunya kecuali hitung-hitungan antara untung dan rugi, gaji
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
dan kontribusi, atau antara upah dan hasil. Hubungan antara dosen dengan mahasiswa yang berdasar hitungan untung – rugi jelas tidak memberikan manfaat yang berarti, baik bagi mahasiswa maupun dosen sendiri. Akan tetapi, dari hubungan ini, yang paling berkepentingan adalah mahasiswa,
bukan
dosen.
Mahasiswa
sedang
dalam
proses
mengakuisisi pengetahuan, segala macam pengetahuan, termasuk pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan oleh dosen. Oleh karenanya, mahasiswa memerlukan hubungan dengan dosen secara lebih berkualitas agar akuisisi pengetahuan berjalan secara lebih berkualitas juga. Jika jaringan sosial dianggap mampu memberikan sumber inspirasi, semangat, keteladanan, maupun sumber asistensi, sebagaimana yang diakui
oleh
para
Mahasiswa
Berprestasi
sebelumnya,
maka
sebenarnya mahasiswa sering tidak menyadari bahwa dosen-dosen mereka sendiri adalah sumber inspirasi dan pengetahuan yang penting dan bahkan dekat keberadaannya. Mahasiswa mengikuti seminar motivasi, membaca biografi orangorang sukses, mengundang pembicara-pembicara dari luar. Tetapi mereka justru sering lupa bahwa dosen yang sedang mengajarnya dalam kelas adalah tokoh nasional, tokoh daerah, ataupun tokoh dalam bidang ilmu pengetahuan yang digelutinya. Jika mahasiswa memerlukan sumber inspirasi, ternyata sumber itu sudah sangat dekat, dalam ruangan kelas yang sama. Kebanyakan, dosen–dosen sekarang ini sudah diwajibkan untuk minimal berpendidikan Strata-2, banyak dari mereka bahkan juga
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
sudah bergelar Doktor, Phd, dan juga
Guru
Besar
Sering tidak disadari jika dosen-dosen adalah sumber inspirasi, teladan, dan pengetahuan, yang keberadaannya justru sangat dekat bagi mahasiswa.
(Profesor).
Mahasiswa luput memperhatikan bahwa dosen mendapatkan itu semua
dengan
tidak
mudah,
termasuk banyak dari mereka mendapatkan pendidikan lanjutannya di universitas luar negeri. Karenanya, mereka sebenarnya adalah orangorang yang berprestasi dan sumber inspirasi yang sangat berharga. Semua inspirasi, teladan, dan asistensi dari dosen-dosen berprestasi dapat diperoleh mahasiswa jika mahasiswa memiliki hubungan emosional yang lebih baik dengan dosen, lebih dari sekadar hubungan formalitas. M. Nuryazidi (Didi) memiliki pengalaman baik yang dapat menjadi gambaran bagaimana seharusnya hubungan mahasiswa dan dosen itu dibangun. Didi sendiri mengaku hubungan yang baik dengan dosen membuat dirinya merasa nyaman di kampus, tidak terintimidasi oleh tekanantekanan perkuliahan, percaya diri, mendekati perasaannya saat di rumah, di bawah bimbingan Bapak dan Ibunya. Perasaan yang nyaman ini membantu Didi mengatasi tantangantantangan dalam perkuliahan termasuk keberanian dan rasa percaya diri untuk mengambil kesempatan-kesempatan yang ada di kampus, terlebih saat itu Didi memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang tidak terlalu mendukung. Didi ini memiliki hubungan yang sangat dekat dengan beberapa dosen, seperti Ade Armando dan Ibnu Hamad, yang keduanya adalah
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
tokoh ilmu komunikasi di FISIP UI dan Indonesia. Saat lebaran Idul Fitri, penulis sempat ikut menemani Didi bersilaturahim ke rumah
dosennya
ini.
Didi
“Hubungan yang dekat dengan Dosen membuat diri merasa nyaman di kampus, tidak terintimidasi oleh tekanantekanan perkuliahan, percaya diri, mendekati perasaan saat di rumah.”
menghormati dosennya, bertamu ke rumahnya, dan bercakap-cakap dengan penuh kerendahan kepada mereka. Dosen mana yang tidak suka dengan perlakuan mahasiswa seperti ini. Pada cerita lain, keakrabannya dengan seorang Ibu Dosen paruh baya dimulai saat Didi dengan ringan mengantar Ibu Dosen-nya itu berjalan menuju satu ruang dosen di kampus yang jaraknya agak jauh dan sepi. Dari sini, sang Ibu Dosen merasa sangat tersentuh dengan keringanan mahasiswanya itu, terlebih Didi juga jenis anak yang mudah sekali mengisi percakapan. Alhasil, Ibu Dosen
memberikan perhatian
yang
baik
kepada
perkuliahan Didi sampai dia lulus, seperti layaknya memperhatikan anaknya sendiri. Saat Didi menghadapi sidang skripsi pun, sang Ibu Dosen sempat memberikan dana untuk penyelenggaraan sidang itu. Balasan Didi terhadap kebaikan dosen ini semakin meyakinkan kita bagaimana Didi menempatkan figur dosen sebagai sosok penting baginya. Saat wisuda, Didi mengajak ibunya yang datang dari Brebes, Jawa Tengah, untuk bersilaturahim ke rumah Ibu Dosen itu, di daerah Jakarta Selatan. Cerita tentang hubungan baik antara mahasiswa dan dosen juga ditunjukkan oleh Purba.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Berlama-lama kuliah hanya akan membuat hidup Purba semakin sulit. Kebutuhan biaya kuliah dan biaya hidup masih menjadi masalah yang harus diselesaikannya dengan bantuan pihak lain. Oleh karenanya, adanya kesempatan untuk lulus lebih cepat tentu akan menghentikan semua masalah ini, dan dia bisa menatap fase baru yang lebih mandiri. Sayangnya, keinginannya untuk lulus 3,5 tahun (7 semester) juga tidak direstui oleh Ketua Jurusannya. Memang saat itu, mahasiswa lulus cepat, kurang dari 8 semester, masih agak langka keberadaannya. Kurikulum perkuliahan juga didesain untuk masa studi delapan semester. Keinginan Purba untuk lulus lebih cepat berarti menuntut Purba untuk mengambil 12 sks mata kuliah tersisa dan menyusun skripsi secara bersamaan pada Semester 7. Keinginan yang menuntut usaha keras dan kedisiplinan tinggi agar berhasil. Karenanya, Ketua Jurusan Departemen Kimia pun meragukan keinginan ini. Purba tetap meyakini bahwa Semester 8, jika dia harus ambil, hanya akan
memberikan tambahan waktu yang terlalu banyak baginya.
Padahal, tambahan semester berarti dia harus mencari lagi biaya kuliah dan biaya hidup untuk 6 bulan itu. Keyakinannya ini mendorong dia untuk kembali melakukan negosiasi dengan Ketua Jurusannya. Dukungan dari dosen-dosen yang dia kenal dengan baik juga dikumpulkannya. “Akhirnya aku mendapat ide untuk diskusi dengan Bidang Penelitian. Beliau akhirnya menyarankan untuk meminta diadakan sidang atau rapat antara Kepala Jurusan dengan Kepala-Kepala Laboratorium.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Aku juga tak lupa meminta pendapat Koordinator Bidang Penelitian. Setelah melihat daftar nilaiku dari semester 1 hingga 6, beliau pun yakin kalau aku bisa menyelesaikannya walaupun terlihat berat. Akhirnya, aku mencoba mencari dukungan dari beberapa Kepala Laboratorium yang aku kenal baik dan juga Koordinator Bidang Kemahasiswaan. Pada
hari
keputusan
tersebut,
aku
dipanggil
Koordinator.
Penelitian. Beliau menyatakan, dari rapat tersebut disetujui bahwa aku boleh menyusun skripsi dan juga mengambil sisa mata kuliah 12 sks pada Semester 7, dengan catatan jika ada 1 mata kuliah yang tidak lulus, maka aku tidak dapat lulus pada Semester 7 atau 8 karena harus mengulang mata kuliah yang belum lulus di Semester 9.” (Purba Purnama) Bagaimana Purba mendapat persetujuan untuk mengambil skripsi pada Semester 7? Selain karena dia memiliki catatan akademik yang baik, tentu saja yang pertama adalah karena Purba mendapat dukungan dari dosen-dosen penting di jurusannya. Dukungan ini salah satunya adalah buah dari hubungan baik yang dikelola Purba dengan dosen-dosennya itu. Karena adanya hubungan baik, para dosen mengenal Purba dengan baik pula, termasuk akan kemampuan akademis, disiplin, dan kerja keras Purba. Hubungan yang baik pula yang
mendasari
kenapa
para
dosen
bersedia
susah
payah
memperjuangkan keinginan Purba yang agak tidak lazim saat itu.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Bagaimana Mencari Teman? Mari kita tengok apa yang dikatakan Dale Carnegie, dalam bukunya “How to Friends and Influence People”, tentang pertemanan. Ini adalah buku klasik yang layak dibaca oleh para pemuda yang ingin membangun pertemanan secara lebih luas dan berkualitas, seperti kata Carnegie, “Dia yang mampu menjalin pertemanan memiliki dunia di sampingnya. Dia yang tidak mampu, akan berjalan sendirian.” Ada tiga fundamental yang dianggap penting oleh Dale Carnegie dalam membangun pertemanan yang sukses. Pertama, jangan menyerang orang, jangan mengkritik orang, jangan menghakimi orang, jangan mengeluhkan seseorang, bahkan jika mereka memang salah sekalipun. Memang menyerang orang seringkali menjadi pelampiasan yang
sangat
memuaskan
atas
orang-orang
yang
melakukan
kebodohan. Akan tetapi, setiap diserang, manusia justru selalu mengeluarkan mekanisme mempertahankan diri terlebih dahulu, tanpa peduli bahwa sebenarnya dia memang salah. Serangan/Penghakiman seseorang
melawan
kemudian
akan
Pertahanan/Pembelaan
menempatkan
mereka
seseorang pada
justru
permusuhan,
perselisihan, dan percekcokan. Menyerang, mengkritik, menghakimi, dan mengeluh akhirnya selalu berujung pada kesia-siaan. Kata Carnegie, daripada menyerang, sebaiknya kita mencoba memahami orang lain, mengapa mereka seperti
itu,
mengapa
mereka melakukan
itu.
Cara
ini
akan
membangkitkan simpati, toleransi, dan juga solusi yang lebih efekif. Kedua, cara terbaik untuk membangun jaringan pertemanan yang berkualitas adalah memberikan apa yang orang lain inginkan. Ada
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
bermacam-macam keinginan orang, mulai dari makan, istirahat, tidur, harta kekayaan, jabatan, kesuksesan, atau kesenangan, sampai pada keinginan yang paling mendasar yaitu keinginan untuk dihargai orang lain dengan tulus. Jika anda tidak mampu memberikan keinginan materi seseorang, maka memberikan antusiasme dan penghargaan yang tulus kepada orang lain sudah cukup untuk membangun hubungan pertemanan yang berkualitas. Ketiga, berikan perhatian pada lawan bicara bukan pada diri sendiri. Sayangnya, kita memang lebih senang membicarakan diri sendiri saat bertemu orang lain daripada antusias mendengar cerita mereka yang menyala-nyala. Ekspresi diri merupakan kebutuhan penting manusia. Keberhasilan kita mendengar ekspresi orang lain membuka pintu hubungan pertemanan yang kuat. “Mendengar untuk menang” adalah istilah yang tepat untuk strategi ini. Pandangan Dale Carnegie tentang cara membangun hubungan pertemanan yang berkualitas ini akhirnya juga selaras dengan studi kami atas Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi. Beberapa temuan kami juga menambah apa yang diajukan oleh Carnegie, terutama berkaitan dengan jaringan sosial yang dibutuhkan oleh seorang mahasiswa. Dari rangkaian pengalaman dan penuturan mereka, kami membagi cara-cara membangun hubungan pertemanan ini dalam 2 kategori besar,
yaitu
Pengelolaan
Perilaku
Internal
dan
Pemanfaatan
Momentum. Pengelolaan Perilaku Internal menyoroti bagaimana perilaku-perilaku mahasiswa yang mendukung penciptaan jaringan sosial
yang
berkualitas.
Sedangkan
Pemanfaatan
Momentum
menyoroti waktu, tempat, dan bagaimana cara memanfaatkan momentum dalam penciptaan jaringan pertemanan yang luas.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Pengelolaan Perilaku Internal: Bangun Sikap Keterbukaan Syarat paling mendasar untuk dimiliki oleh orang yang menghendaki pertemanan luas adalah jiwa yang bersih dari sifat mengkotak-kotak orang, membeda-bedakan teman, termasuk memberikan penilaian final kepada seseorang. Pertemanan yang luas dan berkualitas akan dimiliki oleh mahasiswamahasiswa dengan jiwa bersih, tidak tinggi hati, dan pikiran terbuka untuk menerima orang baru dan lingkungkan baru. Hal ini diyakini dan diterapkan oleh Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi yang karenanya mereka memiliki pergaulan yang luas dan beragam. M. Faisal Karim (Ical) memiliki teman yang beragam, mulai dari kelompok mahasiswa yang suka berpolitik, kelompok mahasiswa kaya atau biasa, kelompok mahasiswa “liberal”, dan juga kelompok mahasiswa berbasis keagamaan. Ini direpresentasikan dengan penerimaan Ical sebagai pemimpin di organisasi yang berbeda-beda. Ical adalah Ketua KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia, tahun 2008, salah satu organisasi mahasiswa prestisius di Universitas Indonesia yang berkecimpung dalam bidang kajian keilmuan sosial. Ical juga merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), FISIP, Universitas Indonesia, periode 2008 – 2009, sebuah organisasi mahasiswa berbasis keIslaman yang banyak melahirkan alumnialumni
sukses
di
dunia
politik
nasional
dan
pemerintahan.
Sebelumnya, Ical aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa UI, dan dikenal dekat juga dengan mahasiswa-mahasiswa dari kalangan “Rohis – Kerohanian Islam”, Universitas Indonesia. Semua organisasi yang
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
dijalani oleh Faisal memiliki basis keanggotaan yang berbeda-beda, bahkan HMI dan Kerohanian Islam sebelumnya dikenal saling bersaing untuk memperebutkan pengaruh di kampus, tapi tetap saja Ical mampu bergaul dengan baik di semua organisasi tersebut. Ical memiliki pergaulan yang sangat beragam. Ini sesuai dengan prinsipnya, “Berteman dengan siapa tanpa harus melihat-lihat terlebih dahulu”. Mengarahkan pergaulan pada target-target tertentu, misalnya mencari teman yang pintar saja, yang kaya saja, yang ganteng atau cantik saja, atau dari kelompok tertentu saja hanya akan menghasilkan kesia-siaan saja. Inti pertemanan bukan pada mencari manfaat atas teman yang berhasil dikenal, karena teman yang pintar bisa saja terpeleset, teman yang kaya bisa saja jatuh miskin, teman yang sukses bisa saja mengalami kegagalan. Inti pertemanan adalah mengenal saja, sebagaimana manusia telah diciptakan oleh Allah SWT dengan berbeda-beda agar manusia saling mengenal. Akan halnya kemudian perkenalan mendatangkan manfaat, disitulah kenapa pertemanan sangat dianjurkan oleh siapapun. Meskipun kita tidak mampu mengenali manfaat apa yang bisa kita dapat dari teman, itu tidak penting, kita harus tetap berusaha mengenal banyak orang. Kesimpulan senada juga diutarakan oleh Deviana Octavira dalam upayanya membangun jaringan sosial yang luas dan berkualitas. “Kita harus menjadi mahasiswa yang jujur dan positif. Dengan mengedepankan „kejujuran‟, kita membuat orang lain menjadi lebih
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
respek terhadap kita, dan Insya Allah juga mendapatkan keberkahan yang melimpah dari-Nya. Sedangkan „positif‟ adalah kemampuan kita untuk selalu melihat sisi positif terhadap keadaan apapun yang kita hadapi. Apakah dalam keadaan kesal karena nilai ujian tidak seperti yang diharapkan, acara kemahasiswaan tidak berjalan lancar, atau berbagai masalah lain. Berpikir positif akan membangun energi yang besar di dalam diri kita untuk menjadi individu yang tidak mudah tertekan. Dengan berpikiran positif pula, orang akan senang dekat dengan kita karena energi positif sebenarnya bisa menular pada orang lain.” (Deviana Octavira)
Pengelolaan Perilaku Internal: Kadang-Kadang Kita Perlu Meninggalkan Rasionalitas Setelah berjalan lebih dari satu tahun, seorang saudara jauh dari Ibu kami memutuskan untuk keluar dari perkumpulan arisan keluarga yang biasa kami adakan setiap 3 bulan sekali. Menurutnya, arisan keluarga ini tidak banyak memberi manfaat baginya, malah cenderung dianggap menghabiskan waktu saja. Baginya, arisan keluarga haruslah memberikan manfaat yang saling menguntungkan, misalnya dengan penyediaan kredit antar keluarga atau kerja sama bisnis yang terealisasi. Memang arisan keluarga ini biasanya hanya diisi dengan pembacaan doa-doa untuk leluhur keluarga dan arisan kecil-kecilan. Tidak ada pembicaraan-pembicaraan bisnis yang kami adakan. Setelah waktu yang agak lama, ternyata dia kembali datang pada perkumpulan keluarga yang dihadiri banyak orang. Kali ini, dia
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
mengutarakan
kepada
saudara-sudara
bahwa
dia
sedang
membutuhkan dana untuk membayar pemasok agen distribusi gas LPG yang dia miliki. Jika tidak ada yang bersedia meminjamkan, dia pun menawarkan untuk menjual keagenannya itu. Saudara kami ini lupa bahwa jaringan persaudaraan ataupun pertemanan memang seringkali bekerja diluar perhitungan rasional. Mendatangi arisan keluarga pada hari Sabtu atau Minggu memang terkesan membuang-buang waktu, terlebih tidak ada manfaat materi yang bisa diharapkan untuk didapat disana. Tapi kenyataannya, cepat atau lambat, hubungan pertemanan atau persaudaraanlah yang pada akhirnya menyelamatkan kondisi krisis yang mungkin kita hadapi, termasuk kebangkrutan yang sedang dihadapi saudara kami itu. Kita bisa saja tidak tahu manfaat apa yang bisa kita peroleh dari mengenal dan menjaga hubungan pertemanan atau persaudaraan dengan seseorang. Tetapi jika pun anda ingin mengharapkan manfaat dari hubungan pertemanan, yang anda perlukan tetap mengawalinya dengan memiliki hubungan pertemanan yang berkualitas. Hubungan pertemanan yang berkualitas tentu saja tidak diawali dari hitunghitungan untung rugi, tetapi lebih kepada membangun hubungan emosional yang lebih dekat. Pentingnya hubungan yang lebih emosional, tanpa mengedepankan hitung-hitungan rasionalitas atau untung rugi, disadari betul oleh Achmad Zaky Syaifudin. “Tidak sedikit saya melihat teman-teman yang lebih banyak menggunakan ukuran rasionalitas dalam hubungan pertemanan di kampus. Mereka biasanya cenderung menghindar dari acara-
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
acara kumpul-kumpul, seperti temu akrab, band, makan-makan, nonton bersama, atau acara sejenis lainnya. Berdasarkan ukuran rasionalitas, mereka menganggap kegiatan seperti ini tidak penting, buang-buang waktu, bahkan kelompok mahasiswa tertentu menyebutnya sebagai kegiatan hedonisme. Menurut saya, cara pandang seperti ini cenderung kurang proporsional dan destruktif. Pada sudut pandang yang berbeda, sebenarnya kegiatan-kegiatan itu banyak melatih dan melibatkan hubungan emosional kita dengan teman-teman. Dengan sering berkumpul, terbangun ikatan emosional yang lebih kuat, yang Insya Allah sampai tua nanti. Saya justru percaya hubungan atau ikatan pertemanan yang emosional ini yang akan banyak menentukan kesuksesan kita di kemudian hari, walaupun kita tidak bisa merasionalisasikan hitunghitungan itu sekarang ini. Jelas bermasalah dan salah apabila ada mahasiswa yang cenderung
menghindar
dari
kegiatan-kegiatan
seperti
ini.”
(Achmad Zaky Syaifudin) Mahasiswa dalam kehidupan kampus akan dihadapkan pada pilihanpilihan. Mahasiswa harus pintar-pintar memilah mana aktivitas yang memberikan manfaat dan mana yang hanya kesiaan saja. Aktivitas untuk membangun jaringan sosial bukan aktivitas yang sia-sia, hanya memang diperlukan penyusunan skala prioritas dalamnya.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Pengelolaan Perilaku Internal: Beri Dulu, Tak Usah Mengharap Balasan Semua Mahasiswa Berprestasi mengaku mengambil banyak manfaat dari hubungan pertemanan yang mereka bina. Mulai dari kebutuhan dasar seperti catatan kuliah, buku diktat, pinjaman uang, hingga kebutuhan non materi seperi nasihat, teladan, inspirasi, dan juga sparing partner dalam prestasi. Tetapi, manfaat yang diterima dari hubungan pertemanan ini sebenarnya hanyalah efek lanjutan dari sikap para mahasiswa berprestasi
yang
sejak
awal
berusaha
membina
hubungan
pertemanan yang berkualitas. Selaras dengan kesimpulan Dale Carnegie, dalam hubungan pertemanan, mereka adalah mahasiswamahasiswa
yang
juga
tanpa pamrih membantu
teman-teman,
mahasiswa yang lain. Hubungan pertemanan yang berkualitas dibangun dengan semangat membantu dan mengutamakan orang lain, bukan sebaliknya mengambil manfaat dari orang lain. Karena sebagian besar Mahasiswa Berprestasi memiliki prestasi akademik di atas rata-rata, studi kami mendapati MahasiswaMahasiswa Berprestasi ini adalah figur-figur andalan di kelas untuk membantu teman-temannya memahami mata kuliah yang diajarkan dosen. Seperti kata Zaky, Fajrin justru dianggap sebagai dosen sebenarnya untuk mata kuliah yang gagal diajarkan dengan baik oleh dosen. Fajrin ringan tangan saja membantu teman-temannya untuk memahami mata kuliah. Dengan sikap positif Fajrin ini, teman-teman pada akhirnya juga
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
memberikan perhatian yang tulus terhadap kebutuhan Fajrin selama perkuliahan. Dengan latar belakang dirinya yang kurang beruntung, Purba harus menggunakan sebagian waktunya untuk mencari “nafkah” demi menyambung biaya hidup selama kuliah di UI. Tidak jarang, tuntutan kebutuhan ini membuat Purba harus meninggalkan kelas perkuliahan. Dengan kondisi demikian, Purba juga mengakui bahwa prestasinya selama di bangku perkuliahan sangat dibantu oleh teman-temannya satu angkatan. Jika tidak, dia tidak akan mampu mengejar materimateri yang diajarkan oleh Dosen di kelas. “Dulu, walaupun sering absen kuliah, Alhamdulillah teman-teman tetap menganggap saya sebagai anak pintar. Masih saja temanteman meminta saya mengajarkan kembali kuliah dari dosen menjelang ujian. Dengan cara ini, saya akhirnya dapat meminjam catatan perkuliahan mereka. Dari catatan kuliah ini saya coba pelajari apa yang diajarkan dosen di kelas. Lebih dari itu, karena dituntut untuk mengerti sebelum mengajari teman-teman,
saya
berusaha
lebih
keras
untuk
belajar,
pertanyaan dari teman-teman juga membuat pemahaman saya semakin teruji. Seringkali, teman-teman juga memberi masukan tentang penjelasan yang mereka dapat di kelas. Karena inilah, saya dapat mencapai prestasi akademik yang cukup baik walaupun saat itu saya bukan mahasiswa yang rajin masuk kelas.” (Purba Purnama) Purba menyadari bahwa dalam hubungan pertemanan ini dia tidak boleh menjadi parasit lingkungan yang hanya memanfaatkan teman.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Oleh karena itu, Purba tidak segan hati membantu teman-teman kuliahnya dan tidak menganggap upaya itu akan menyaingi prestasi akademiknya, malah sebaliknya, justru mendukung prestasi yang lebih tinggi lagi. Membantu orang lain untuk berprestasi justru akan meningkatkan prestasi kita. Sikap peduli, membantu, dan mengutamakan
teman
Membantu orang lain untuk berprestasi justru akan meningkatkan prestasi kita.
tidak
hanya tercermin pada proses
belajar untuk memahami materi perkuliahan. Tetapi sikap itu juga tercermin dari bentuk-bentuk kebaikan lainnya. Pada awal tahun 2000-an, komputer memang sudah banyak dan mulai dapat diandalkan oleh pengguna individual. Tetapi harga komputer masih belum terlalu murah bagi kebanyakan mahasiswa, terlebih komputer jinjing, lebih jauh lagi dari jangkauan mahasiswa luas. Alief cukup beruntung dibanding kami. Saat kuliah, Alief mendapat fasilitas laptop dari orang tuanya. Selain laptop, Alief juga membawa motor untuk fasilitas transportasi. Ternyata tidak hanya Alief yang beruntung, kami sebagai teman-teman Alief di Asrama PPSDMS Nurul Fikri ikut merasakan keberuntungan itu. Semua fasilitas laptop dan motor, yang kami menyebutnya sebagai fasilitas mewah saat itu, dapat pula kami nikmati. Alief merelakan fasilitas pribadinya itu digunakan sebagai fasilitas publik. Kebaikan-kebaikan dalam hubungan pertemanan tentu saja tidak selalu terkait dengan berbagi pengetahuan atau fasilitas perkuliahan, kebaikan-kebaikan itu dapat mewujud dalam sikap ramah, santun, setia,
saling
bercerita,
bertukar
-
pikiran
-
maupun
beban,
atau
Menciptakan Dukungan Sekitar
mengutamakan kebutuhan orang lain. Untuk bergaul dengan orang yang lebih senior, seperti dosen, maka mahasiswa tentu akan lebih membutuhkan sikap penghormatan kepada mereka. Dan kebaikan-kebaikan itu berdaya pengaruh tinggi saat dilakukan lebih dahulu, tanpa pamrih, bukan hanya dikerjakan untuk membalas kebaikan orang lain. Faktor yang mempengaruhi prestasi adalah sebanyak apa kita bisa menularkan kemampuan berprestasi kita kepada orang lain. Semakin banyak orang berprestasi karena kita maka prestasi kita akan terus bertambah olehnya.
Pemanfaatan Momentum: Sapa, Kenal, dan Kunjungilah! Sikap mental dalam pengembangan jaringan sosial di atas harus dilatih dalam aksi nyata. Dan satu-satunya cara untuk berlatih dan sekaligus membangun hubungan adalah dengan aksi “silaturahim”, yaitu kegiatan menyapa, mengenal, atau mengunjungi orang lain. Jika
kita
ingin
memiliki
banyak
kenalan, maka kita harus mengajak orang-orang
untuk
berkenalan
dengan kita. Itu adalah satu-satunya
Bersilaturahim adalah cara terbaik untuk menciptakan jaringan baru atau untuk meningkatkan kualitas jaringan yang sudah ada.
cara untuk menciptakan perkenalan. Jika kita menghendaki orang-orang menjadi teman baik, maka kita harus mengunjungi mereka dengan tulus. Ini adalah cara terbaik
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
mengembangkan hubungan pertemanan menjadi lebih berkualitas. Mengenal atau mengunjungi adalah bentuk “silaturahim”. Shofwan memiliki kegiatan untuk mengunjungi teman-temannya, menginap di kost atau rumah mereka, bercanda, bercengkerama ringan, atau berdiskusi hal-hal yang agak berat. Menurut Shofwan, dengan silaturahim seperti ini, dia dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya. Untuk
membangun
hubungan
baik
dengan
dosen,
Didi
juga
bersilaturrahim ke tempat atau rumah mereka. Bertemu mereka walaupun hanya untuk menyapa dan menanyakan kabar. Didi hanya akan dikenal sebagai mahasiswa biasa saja, seperti mahasiswa yang lain, jika dia hanya mengandalkan pertemuan kelas untuk mengenal dosennya. Ghofar juga memandang pentingnya silaturahim dan memiliki strategi dalam memulai silaturahim ini. “Untuk
memulai silaturahim, awalnya
saya
harus
mencari
lingkungan dan teman-teman kampus yang latar belakangnya paling dekat dengan lingkungan saya sebelumnya, seperti dari daerah yang sama, propinsi yang sama, atau jurusan yang sama. Kemudian silaturahim harus bergerak ke fase berikutnya dengan bergaul dalam lingkungan yang lebih beragam. Untuk fase ini, diperlukan kepercayaan diri yang tinggi. Awal-awal akan merasa canggung, aneh, takut, tapi lambat laun menjadi biasa, dengan tetap menjaga prinsip dan tidak larut pada budaya negatif yang mungkin akan kita temui dalam pergaulan itu.” (Ghofar Rozaq Nazilla)
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Pemanfaatan Momentum: Organisasi adalah Tempat Subur untuk Jaringan Sosial Sejak mengenal istri saya dan membangun sebuah ikatan keluarga, tidak terhitung berapa banyak orang baru yang saya kenal, diluar keluarga dekat istri dan mertua saya tentu saja. Misalnya, tiba-tiba saya jadi mengenal para pengusaha kulit di daerah Tanggulangin Sidoarjo, dan pengusaha alas kaki di daerah Bandung dan Tangerang, bahkan beberapa dari mereka adalah pemasok merek-merek sepatu terkenal di Indonesia. Saya juga diperkenalkan dengan Yongki Kumaladi, pemiliki merek alas kaki “Yongki Komaladi” itu. Ini semua berkat Bapak mertua saya yang mantan Kepala Dinas Perindustrian Kota Sidoarjo dan masih aktif di Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo). Memasuki ikatan pernikahan adalah memasuki dunia dan orang-orang baru. Pasangan dan keluarga pasangan kita sudah pasti memiliki jaringan kekeluargaan dan pertemanan yang berada di luar jaringan kekeluargaan dan pertemanan kita. Dari sinilah, ikatan pernikahan menawarkan persaudaraan dan pertemanan yang lebih luas lagi. Analog dengan cerita di atas, cara lain yang bisa kita gunakan sebagai mahasiswa
untuk
membangun jaringan sosial
adalah
dengan
memasuki sebuah ikatan yang disebut ikatan organisasi. Karena organisasi, seperti sebuah keluarga,
mengharuskan
Ikatan organisasi memungkinkan kita membangun jaringan sosial yang lebih dalam dan lebih luas.
ikatan
yang kukuh, abadi, dan komitmen anggota-anggotanya, maka secara
alamiah organisasi menawarkan momentum bagi anggotanya untuk
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
berinteraksi
secara
berulang-berulang.
Dari
sinilah
muncul
kesempatan bagi para pelakunya untuk mengenal lebih jauh para kolega dalam organisasi tersebut, termasuk untuk mengenal jaringan apa saja yang dimiliki oleh mereka dan berpotensi untuk kita kenal juga. Organisasi sendiri seringkali juga membawa jaringan yang sudah sejak awalnya dibangun oleh orang-orang pendahulunya. Beberapa organisasi prestisius di kampus bahkan memiliki jaringan yang bernilai mahal. Organisasi seperti AIESEC memiliki jaringan antar kampus di seluruh dunia. Jaringan antar kampus yang mereka miliki biasanya dimanfaatkan dalam bentuk program pertukaran mahasiswa antar kampus seluruh dunia, yang memungkinkan mahasiswa-mahasiswa memiliki pengalaman hidup di luar negeri, berinteraksi dengan orang-orang baru, dan membuka pikiran akan lingkungan luar yang lebih maju. Organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah agak “berumur” tua biasanya juga memiliki jaringan alumni yang membanggakan. Karena organisasi mahasiswa itu sudah tua, maka bisa dipastikan alumnialumninya juga telah menginjak usia matang yang memungkinkan mereka menduduki posisi-posisi penting di tempat mereka berkiprah. Organisasi mahasiswa yang terbuka, seperti Senat Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Media Kampus, membuka kesempatan untuk keanggotaan yang beragam, tanpa memandang syarat jurusan, agama, daerah, atau syarat tertentu lainya. Organisasi mahasiswa seperti ini menawarkan pergaulan yang sangat luas, interaksi dengan orang-orang yang sangat beragam, yang akan bagus bagi mahasiswa
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
baik untuk melatih keluwesan dalam bergaul maupun untuk penguatan jaringan pertemanan. Mahasiswa Berprestasi dalam studi ini juga secara sadar melibatkan diri dalam berbagai organisasi dalam kampus. Salah satu yang ingin mereka bangun, diluar motif pengembangan diri lainnya, adalah perkenalan yang lebih berkualitas dengan kolega-kolega mereka dan pengembangan jaringan yang lebih luas yang mungkin ditawarkan dalam organisasi tersebut.
Pemanfaatan Momentum: Ikuti Seminar, Kompetisi, Forum-Forum Prestasi, Magang Mahasiswa memiliki banyak sekali peluang untuk pengembangan diri dan perluasan jaringan pertemanan. Tantangannya adalah apakah mahasiswa
mampu
mengidentifikasi
peluang-peluang
ini
dan
kemudian secara efektif memanfaatkannya. Jika mahasiswa sadar akan pentingnya jaringan pertemanan yang luas dan berkualitas, maka setiap momentum dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan pertemanan ini, seperti mengikuti seminar yang sesuai dengan bidang ketertarikan, mengikuti kompetisi, mengikuti diskusi, baik yang diadakan dalam kampus maupun luar kampus. Dengan semakin berkembangnya media internet, berbagai informasi tentang forum-forum penting, seminar, atau kompetisi dapat dicari dengan mudah. Media-media sosial seperti Facebook, Tweeter, dan entah apa lagi nanti, juga menyediakan “papan informasi” yang efektif.
-
-
Merekat Pertemanan, Merajut Kesuksesan
Salah satu motif yang tidak boleh dilupakan oleh mahasiswa saat menghadiri forum-forum ini adalah untuk mengembangkan jaringan dari orang-orang baru yang ditemuinya. Karena adanya motif ini, maka persiapan-persiapan juga harus dilakukan agar sebisa mungkin dapat mengenal
orang
lebih
banyak
dan
lebih
berkualitas.
Seperti
mengidentifikasi latar belakang tamu-tamu atau peserta lain, mencari tempat duduk yang strategis, atau membawa kartu nama. Sudah banyak buku-buku atau website yang membagi cara-cara praktis dan efektif untuk mengenal orang baru. Anda dapat mempelajarinya lebih detil di sana. Jika sedang berada dalam tingkat akhir dan berniat untuk bekerja setelah lulus, mengambil program magang dapat menjadi salah satu sarana yang sangat efektif untuk belajar mengenal orang baru di dunia kerja dan tentu saja mengembangkan jaringan perkenalan agar lebih luas.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Strategi Sukses 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia
Menciptakan Dukungan Sekitar
VII Menciptakan Dukungan Sekitar Jika pada bab sebelumnya kita membahas pentingnya jaringan sosial bagi seorang mahasiswa, maka kami juga mendapati bahwa 17 Mahasiswa Berprestasi memiliki dan memanfaatkan lingkunganlingkungan eksternal lain untuk mendukung pencapaian prestasi yang mereka inginkan. Lingkungan eksternal lain yang berkontribusi penting bagi mereka adalah kekuatan spiritual, dukungan keluarga, dan institusi formal lainnya.
Tuhan adalah Penguasa segalanya Mengapa Purba begitu yakin bahwa nasibnya akan berubah menjadi lebih baik? Padahal segala latar belakangnya sungguh tidak mendukungnya untuk dapat bersaing dalam lingkungan perkuliahan. Mengapa Didi juga sangat percaya diri untuk menjalani proses perkuliahan di kampus? Padahal Didi juga tidak lebih beruntung dibanding Purba. Secara umum, mengapa Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi memiliki keinginan dan keberanian yang besar untuk berkompetisi pada level yang tinggi?. Studi kami mendapati bahwa keyakinan yang dimiliki oleh para Mahasiswa Berprestasi didapat dari keyakinan yang kuat atas kuasa Allah SWT, Tuhan YME. Mereka yakin bahwa usaha mereka didukung
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
oleh Allah SWT yang telah menjanjikan balasan bagi orang-orang yang sudah berusaha dengan keras, meminta doa kepada-Nya, dan dekat pula dengan-Nya. Mereka yakin bahwa Allah SWT tidak akan memilih-milih orang untuk dilimpahi karunianya, kecuali atas dasar kepantasan untuk menerima karunia itu. Allah SWT tidak akan memberi nikmat atas dasar latar belakang bawaan tertentu, kecuali atas dasar usaha dan do‟a yang dilakukan. Kepasrahan kepada Tuhan memberikan hati yang lebih tenang dan rasa percaya diri yang lebih tinggi saat menjalani berbagai proses pembelajaran. Memang mahasiswa akan menemukan masalahmasalah, kesulitan-kesulitan, atau tantangan-tantangan saat menjalani perkuliahan maupun berbagai proses lainnya. Pada situasi demikian, satu-satunya tempat berkeluh kesah dan berharap yang tepat adalah kepada Allah SWT, Tuhan yang berkuasa atas segala hal. Kami
mendapati
temuan
lain
yang
menarik.
Secara
umum,
Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi itu adalah pemuda-pemudi yang rendah hati. Mereka tidak congkak, sombong, atau mengunggulunggulkan dirinya sendiri. Kami justru mencatat bahwa mereka selalu melabelkan prestasi mereka sebagai sebuah “keberuntungan” saja. Mereka menganggap bahwa Allah SWT terlalu baik kepada mereka, sehingga mereka mendapatkan lebih banyak kemudahan atau prestasi daripada orang lain. Memang, beberapa mahasiswa mampu mendapatkan nilai A pada banyak mata kuliah sulit. Diluar dia memang rajin belajar, ternyata dia cukup beruntung, karena selama berkuliah dia sering mendapatkan dosen yang murah memberikan nilai. Sebaliknya, ada mahasiswa
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
yang lebih pintar tetapi gagal mendapatkan nilai terbaik karena dia mendapatkan kelas dengan dosen yang terlalu perfeksionis. Seorang alumni mahasiswa justru mampu menembus perguruan tinggi luar
negeri terbaik, mengalahkan teman-temannya
yang
lebih
cemerlang. Diluar dia memang memenuhi persyaratan masuk ke sana, ternyata beberapa temannya yang sebenarnya memiliki portofolio prestasi lebih baik justru tidak mengambil kesempatan beasiswa di perguruan tinggi luar negeri tersebut. Seorang alumni mahasiswa dari
Mahasiswa Berprestasi adalah pemuda-pemudi yang rendah hati dan tidak congkat.
jurusan yang “tidak favorit” justru sukses bekerja di tempat terbaik atau menerima beasiswa S-2 luar
Mereka menganggap prestasi yang mereka raih adalah buah keberuntungan yang mereka miliki.
negeri. Diluar dia memang cakap secara
individual,
dia
cukup
beruntung karena pada saat itu institusi-institusi yang merekrut atau menganugerahi mereka memang sedang mencari pemuda-pemuda dari jurusan yang tidak favorit itu. Untuk tidak menyebut nama, fragmen-fragmen kejadian di atas sebenarnya dialami oleh Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi dalam buku ini. Mereka mengakui ada fragmen kehidupan mereka yang menunjukkan adanya keberuntungan, keberkahan, atau kemujuran, yang kemunculannya itu seringkali sulit dirasionalisasi dengan akal. Perasaan inilah yang ada di benak dan pikiran para Mahasiswa Berprestasi. Lalu
bagaimana
mereka
mendapatkan
itu
semua?
Mereka
mendapatkannya karena mereka dekat dengan Tuhan mereka.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Seorang Mahasiswa Berprestasi memiliki kebiasaan yang ketat untuk berzikir pada sepertiga malam terakhir. Dia memohon kepada Allah SWT. Salah satu pernyataan dia yang paling menarik untuk kami catat adalah “Kita harus menjadi orang yang disayang Allah. Saat disayang, Allah SWT akan memberikan apa yang kita inginkan, bahkan saat keinginan itu masih ada dalam hati dan belum kita ungkapkan dalam sebuah do’a”. Mahasiswa Berprestasi yang lain sangat sayang kepada kedua orang tuanya. Hubungan anak dan orang tua sangat mesra dan penuh greget. Karena bakti anak kepada orang tuanya ini, Mahasiswa Berprestasi yakin telah mendapatkan keridaan dari Allah SWT sehingga mendapatkan kemudahan dalam menjalani kehidupan. Temuan ini terasa abstrak, memang begitulah saat kita membicarakan eksistensi Tuhan. Tetapi eksistensi yang tidak terlihat mata ini justru dirasakan oleh jiwa-jiwa
yang merasa lemah, dan kemudian
mengharap betul-betul pertolongan-Nya, seperti jiwa mereka yang berprestasi ini.
“Saya hanya Beruntung Saja” Pandangan Ari Try Purbayanto Saya rasa jelas bahwa semua prestasi yang dapat saya raih adalah pemberian Tuhan. Saya bukan siapa-siapa, karenanya hanya Tuhan yang dapat memberikan segalanya kepada saya. Saya selalu mensyukuri apa yang telah saya raih, karena itu semua datangnya dari Dia. Setiap kesuksesan dan kegagalan
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
selalu saya evaluasi karena dalamnya ada hikmah yang bisa saya petik untuk kebaikan hidup di dunia ini.” (Ari Try P.)
Pandangan Ghofar Rozaq Nazila “Saya meyakini, semua yang dianggap prestasi atas apa yang saya kerjakan adalah bersumber dari Allah SWT. Faktor kedua adalah doa dan ridha orang tua, dan faktor ketiga baru usaha yang saya lakukan Saya upayakan untuk selalu beribadah sebaik mungkin yang saya bisa. Manajemen waktu menjadi kunci atas upaya ini. Jika ratarata malam hari bagi mahasiswa arsitektur adalah begadang kadang tidak tidur, maka saat itu saya punya prinsip untuk tetap dan harus tidur di malam hari, sehingga bisa beribadah di malam hari. Alhamdulillah ini berjalan selama saya kuliah.” (Ghofar Rozaq Nazila)
Pandangan Deviana Octavira “Tentu saja. Saya menganggap semua yang saya raih adalah berkat Allah SWT. Saya percaya Allah SWT tau yang terbaik untuk hambaNya. Saya hanya bisa berdoa dan berusaha, namun untuk hasil akhir, tetap saya serahkan padaNya. Tidak semua hal yang saya lalui dalam hidup ini mulus. Tidak semua hal yang saya inginkan bisa saya raih. Namun saya percaya, setiap yang saya dapat adalah yang terbaik.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Menjalankan ibadah sholat lima waktu adalah salah satu cara saya mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketika masih sekolah/kuliah, saya juga rajin menjalankan sholat Tahajud. Tahajud adalah seperti sebuah media untuk bisa me-refresh kembali pikiran karena ketika itulah saya bisa merenungi apa yang telah saya lakukan dan apa yang ingin saya lakukan.” (Deviana Octavira)
Pandangan Kurnia Fitra Utama “Saya rasa faktor doa kepada Tuhan dan restu orang tua atas jurusan yang saya pilihlah yang memberi saya banyak kemudahan dalam mencapai prestasi saya hingga saat ini. Saya percaya factor x sangat berpengaruh dalam prestasi dan karir seseorang. Pada tingkat dasar, saya percaya kecerdasan adalah anugerah dari Tuhan yang harus disyukuri dengan menjadi yang terbaik untuk diri kita dan orang lain. Alhamdulilah saya diberi pemahaman dan pendidikan yang cukup oleh orang tua mengenai agama walaupun saya bukan seorang yang sangat baik dalam pengamalannya. Jika iman sering dikatakan naik dan turun, mungkin dalam kasus saya lebih banyak turunnya.” (Kurnia Fitra Utama)
Pandangan Alief Aulia Rezza “Buat saya, kedekatan dengan Tuhan banyak berpengaruh kepada ketenangan hati dan pikiran, dua hal yang amat penting
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
untuk mencapai sukses di mana saja kita berada, setidaknya menurut saya begitu. Ketenangan hati dan pikiran memudahkan saya mencari jalan keluar di setiap permasalahan. Tuntunan agama saya mengajarkan, kita tidak pernah dibebani sesuatu melebihi kapasitas kita. Implikasinya, jika kita merasa semua terlalu berat, kemungkinannya cuma dua; kita pasti bisa melewati beban itu atau ada orang lain yang diskenariokan akan membantu kita. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.” (Alief Aulia Rezza)
Pandangan Purba Purnama “Semua yang saya peroleh adalah karunia terbaik dari Allah SWT. Walaupun kita tahu bahwa Allah “Maha Pengasih” yang akan selalu memberi kepada semua makhluknya yang beriman atau tidak. Tapi kan berbeda rasanya jika kita mendapatkan “kasih sayang” Allah. Ketika kita disayang oleh-Nya, tidak semua yg kita minta akan dikabulkan tetapi, akan diberikan semua yang terbaik untuk kita. Mohon maaf, tidak untuk menyombongkan diri, hanya untuk berbagi, sejak SD (sekitar kelas 5 atau 6), Kakek, Ibu, dan Ayah saya sering kali mengajarkan untuk bangun di sepertiga malam terakhir. Pada waktu tersebut, semua doa akan dikabulkan oleh Allah SWT. Jadi, itu adalah waktu yang paling tepat untuk memohon. Sampaikanlah segala kegundahan/kegelisahan hati hanya pada-Nya. Karena Dia lah yang Maha Tahu. Mohonlah
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
kepadanya sesuatu yang kita harapkan menjadi yang terbaik bagi kita menurut-Nya, bukan menurut pandangan kita. Jujur, ketika menghadapi ujian, saya akan merasa lebih tenang jika masih bisa shalat malam dan shalat dhuha walaupun belum selesai belajar materi ujian. Dibandingkan selesai mempelajari materi ujian, tapi tanpa sempat shalat malam atau sholat dhuha. Kedekatan
dengan
Tuhan
juga
direpresentasikan
dengan
kedekatan kita dengan sesama manusia. Hubungan horizontal dilakukan tidak hanya dengan manusia yang di atas kita, tapi juga dengan manusia yang ada dibawah kita, agar kita tidak lupa akan nikmat yang harus kita syukuri. Ini yang Allah SWT sukai dan dijanjikan akan diberi tambahan nikmat atas syukur yang kita panjatkan.” (Purba Purnama)
Ajaran Tuhan dalam Agama adalah sumber ilmu yang tidak pernah kering. Karenanya, bagi siapapun, termasuk mahasiswa, mempelajari agama
adalah
cara
terbaik
untuk
membangkitkan
semangat
berprestasi dan untuk memberikan perangkat-perangkat lunak dalam pencapaian prestasi yang diinginkan. Agama sudah mengajarkan tentang pentingnya masa depan dan cita-cita. Agama mengajarkan kesetaraan hak manusia untuk sukses dunia dan akhirat. Agama mengajarkan pentingnya persaudaraan dan perkenalan. Semuanya ada di sana.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Jasa Orang Tua Tidak Ternilai Besarnya Kesuksesan tidak datang dari usaha kita sendiri, tapi dalamnya ada dukungan, pencerahan, dan do‟a orang-orang yang mencintai kita. Begitulah Mahasiswa Berprestasi merefleksikan perjuangan hidupnya dan prestasi-prestasi yang berhasil diraihnya. Demikian pula inti refleksi yang diungkapkan oleh M. Nuryazidi (Didi). “Sebagai anak, aku mengenal Bapak sebagi seorang pekerja keras. Lepas dari pesantren, Bapak merantau ke Cirebon sebagai tukang becak. Dari Cirebon, Bapak pindah ke Jakarta, tetap sebagai tukang becak. Dan sebagai tukang becaklah Bapak menikahi ibuku, gadis yang ditemuinya di Bis Antar Kota Antar Provinsi Jurusan Purwokerto. Sampai aku lahir, Bapak masih menjadi tukang becak. Kemudian baru setelah adikku Halimah lahir, Bapak belajar menjadi sopir taksi. Kuakui, aku anak yang susah diatur. Perintah atau larangan dari Bapak harus didahului perdebatan panjang untuk aku turuti. Tapi kesabaran Bapak selalu memenangkan perdebatan antara kami. Menjelang lulus SMP, aku ngotot masuk pesantren salaf tanpa sekolah formal. Aku mau jadi kyai, „Mau seperti Al Mukarrom K.H. Zainuddin MZ‟, kataku penuh semangat waktu itu. Tapi kemudian Bapak menjelaskan pentingnya pendidikan formal, terlebih di jaman modern, jaman yang akan aku hadapi. Setelah berdebat selama satu minggu, aku kalah, bukan mengalah. Aku pergi ke Jombang untuk melanjutkan ke SMU sekaligus menjadi santri di Darul Ulum.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Perdebatan yang lain terjadi ketika Bapak mengultimatum aku untuk masuk UI. „Kampusnya gede‟, katanya enteng. Tentu saja aku tidak terima begitu saja perintah otoriter semacam itu. Mulailah aku berceramah bagaimana sulitnya masuk UI. Tementemen atau senior-senior yang belajar mati-matian dan ikut bimbingan belajar saja tetap gagal masuk UI. Belum lagi nanti biaya kuliah yang mahal. Dan seterusnya dan seterusnya. Seperti biasa Bapak hanya diam dan dengan sabar mendengarkan anak sulungnya berorasi. Berikutnya Bapak hanya berujar pendek, „Daftar saja sana, masalah hasil nanti Allah yang menentukan‟. Aku mengalah yang berarti tetap saja kalah. Aku mendaftar ke UI, dan diterima.” (M. Nuryazidi, dalam catatan harian - dokumen pribadi) Didi, sebagaimana umumnya anak muda, belum mampu menangkap gambaran-gambaran masa depan yang akan dihadapinya. Ayah yang baik telah membantu Didi mengarahkan jalan hidup, meskipun itu harus beliau lakukan dengan susah payah untuk meyakinkan anak lelakinya itu. Ayah Didi memang orang yang sederhana, tapi beliau memiliki visi yang besar. Peran Orang Tua Didi tidak hanya sampai disini, dalam perjalanannya, Ayahnya lah yang justru banyak menginspirasi Didi tentang sikap hidup yang berintegritas dan bekerja keras. “Salah satu larangan legendaris beliau yang akan selalu kuingat sampai mati adalah ketika aku ketahuan sering berangkat ke kampus dengan kereta api tanpa membeli tiket. Karena jarak Lenteng Agung ke Stasiun UI cuma berjarak dua stasiun, aku berpikir buat apa beli tiket, wong deket, wong harganya cuma Rp.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
800, wong ga ada yang ngecek juga. Tapi apa yang Bapak bilang, „Kamu itu cari ilmu caranya harus baik, walau cuma dekat tetap kamu harus bayar‟. Sejak saat itu, kemanapun naik angkutan umum aku selalu bayar, baik kereta, angkot, kopaja, metromini, selalu aku bayar. Walaupun kadang-kadang kondekturnya suka lupa nagih atau tidak sempat nagih karena jaraknya terlalu dekat, aku akan berinisiatif untuk membayar. Dengan caranya, Bapak mengajariku tentang kejujuran.” (M. Nuryazidi) Bapak Didi memang tidak pernah membicarakan masalah-masalah kuliah dengan anaknya. Bapaknya jelas tidak faham hal-hal mengenai kampus itu. Tetapi bagi Didi, Bapak-nya lah sebenarnya yang mendorong dia untuk berusaha keras di dunia perkuliahan, dengan sikap dan keteladanan yang beliau contohkan sehari-hari. Cerita Didi adalah salah satu cerita tentang bagaimana vitalnya peran orang tua dalam perjalanan hidup anak muda. Beberapa Mahasiswa Berprestasi lain juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam kiprah mereka di bangku perkuliahan. Peran orang tua mereka muncul dalam bentuk yang beragam, mulai dari motivator, perantara doa kepada Allah SWT, hingga penyandang kebutuhan materi. Kurnia Fitra Utama (Fitra) juga mengaku orang tua-nya tidak mengenyam pendidikan kuliah, karenanya kadang sangat sulit untuk menyamakan bahasa yang dapat dengan mudah mereka pahami. Akan tetapi, meskipun dengan keterbatasan ini, mereka tetap mendukung Fitra dengan caranya sendiri. Orang tua banyak memberi
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
motivasi dan secara rutin menanyakan perkembangan kuliah dan apa yang sedang Fitra alami atau dapati di kampus. Dan ini adalah dukungan moril yang luar biasa bagi Fitra. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi yang lain juga mengaku mendapat masukan semangat dari orang tua mereka, seperti halnya yang dirasakan oleh Fitra. Doa-doa yang dipanjatkan orang tua memberikan suntikan kekuatan moral yang kuat bagi mereka semasa menjalani perkuliahan dan menghadapi tantangan-tantangannya. Beberapa orang tua mampu memberikan dukungan materi yang lebih baik. “Orang tua saya selalu berusaha menyediakan fasilitas untuk memudahkan saya belajar. Saya beruntung bisa mempunyai komputer pribadi dan dana lebih untuk mengcopy buku referensi. Saya juga beruntung bisa membawa motor dari kampung halaman,” kata Alief. Segala fasilitas ini dirasakan Alief cukup memberikan kemudahan baginya saat menjalani proses perkuliahan. Tentu saja, bagi Alief, selain dukungan materi, orang tuanya juga merupakan pendukung utama dari aktivitas yang sedang dijalaninya, baik dalam bentuk motivasi, doa-doa, hingga perhatian atas hal-hal yang kecil dan manusiawi, seperti apa anaknya tidak lupa makan? Apa baju kamar sudah dibersihkan? Apa pakain kotor sudah dicuci? Perhatian yang sederhana ini pun sudah sangat membahagiakan bagi Alief dan mendukung mentalnya secara kokoh.
“Dapatkan Restu Orang Tuamu!” Walaupun
orang
tua
memiliki
kewajiban
untuk
menghidupi,
memelihara, dan mendidik anak-anaknya, dukungan terbaik dari orang
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
tua tidak akan berangkat karena tuntutan kewajiban ini. Apalagi kita sedang bicara anak yang sudah menginjak fase mahasiswa, sudah cukup umur untuk dibiarkan mandiri jika orang tua menghendaki demikian. Orang tua akan tetap menanggung kebutuhan anak-anaknya sesuai kewajiban mereka, tetapi sebenarnya do‟a yang greget, motivasi yang tulus, dan dukungan yang maksimal dari orang tua justru akan berangkat dari rasa sayang, rasa kasihan, dan rasa bangga yang mewujud melebihi tuntutan kewajiban mereka sebagai orang tua tersebut. Perhatian orang tua yang melebihi kewajiban ini biasanya kita sebut sebagai
“restu”.
Restu
yang
kemudian
ditindaklanjuti
dengan
dukungan yang maksimal, do‟a yang penuh greget, dan motivasi yang tulus dan menguatkan. Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi menerima restu dari orang tua mereka. Restu orang tua untuk kiprah-kiprah yang sedang mereka jalani. Orang tua Alief tidak akan memberikan fasilitas kuliah yang lebih baik jika mereka tidak merestui anaknya. Orang tua Fitra, Alief, dan mahasiswa-mahasiswa yang lain tidak akan memberikan dukungan, doa, atau motivasi jika mereka tidak merestui apa yang sedang dikerjakan anak-anaknya. Restu mendapat tempat yang penting dalam hubungan orang tua dan anak.
Disinilah
kemudian
mahasiswa,
sebagai
tantangan untuk bagaimana mendapat restu orang tua.
-
-
anak,
memiliki
Menciptakan Dukungan Sekitar
Restu tidak datang sekonyong-konyong, restu datang dari suatu hubungan timbal balik anak-orang tua yang berlangsung dengan berkualitas. Hubungan anak kepada orang tuanya yang berkualitas dilakukan dengan cara-cara berbakti yang umum, seperti menghormati, tidak membentak, membantu, atau mendo‟akan. Kesimpulan tentang restu ini
Restu Orang Tua adalah tiket kemudahan bagi perjuangan yang sedang dijalani oleh mahasiswa.
juga memberi kabar gembira bagi
mahasiswa-mahasiswa
Dapatkan restu orang tua agar ringan beban-beban itu!
yang sudah tidak memiliki orang tua. Mereka boleh saja
tidak menerima dukungan materi atau moral dari orang tua mereka, tetapi restu orang tua melebihi ukuran-ukuran ini. Tetapi memang pada masa mahasiswa ini, ada beberapa situasi tipikal yang menjadi tantangan bagi mahasiswa dalam interaksinya dengan Ayah-Ibu mereka. Pertama, mahasiswa akan mendapati dirinya berada dalam kesibukan yang lebih padat dibanding masa sekolahnya, baik karena perkuliahan maupun perhatian
karena kepada
aktivitas-aktivitas keluarga
juga
non-perkuliahan. menjadi
banyak
Akibatnya, berkurang.
Mahasiswa mungkin lelah, tetapi orang tua mungkin juga mulai sensitif karena anak yang kemarin dibesarkan sudah mulai meninggalkan mereka. Dalam perkembangan demikian, mahasiswa harus mampu mengelola perhatiannya dengan baik. Jika mahasiswa tinggal satu rumah dengan orang tua, maka aktivitas membantu pekerjaan rumah atau mengobrol dengan orang tua, adalah
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
sebagian aktivitas yang harus tetap dikerjakan. Jika mahasiswa tinggal jauh dari orang tua, maka mahasiswa sebaiknya mendahului untuk berkomunikasi dengan orang tua mereka. Jika memungkinkan, mahasiswa pun harus lebih sering pulang ke rumah orang tua. Ini semua akan membuat Ayah-Ibu merasa menjadi bagian terpenting dalam hidup anak-anaknya. Kedua, mahasiswa mungkin mendapati situasi dimana orang tua tidak cukup faham akan kiprah-kiprah yang sedang dijalani anaknya, situasi yang membuat mahasiswa cukup sulit membicarakan apa yang mereka alami di kampus. Ini mungkin terjadi karena pendidikan Ayah – Ibu yang lebih rendah, atau lingkungan anak muda yang sudah berubah cepat dibanding masa mereka dulu. Situasi ini menuntut mahasiswa untuk sabar dan menempatkan penghormatan pada orang tua melebihi apapun. Ketiga,
mahasiswa
berada
dalam
masa
kemandirian
yang
memungkinkan dia tidak melibatkan orang tua sama sekali. Disinilah tantangannya bagaimana mahasiswa mampu tetap menempatkan orang tua pada tempat termulia. Agar restu orang itu datang, mahasiswa harus menempatkan orang tua sebagai bagian dari “cita-cita” yang sedang kita kejar, misalnya dengan memberitahukan mereka saat kita mendapat nilai bagus, saat menjuarai lomba, atau saat mencapai prestasi tertentu lainnya, atau meminta doa. Strategi ini dipraktikkan oleh Mahasiswa Berprestasi, seperti kata Alief Aulia Rezza,
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
“Tidak lupa saya selalu minta doa kepada orang tua ketika akan menghadapi ujian. Ibu saya, jika tidak ada halangan, selalu menyempatkan untuk sholat ketika saya sedang ujian. Jika beliau misalnya sedang dalam perjalanan, beliau menyempatkan diri untuk berhenti di masjid. Setelah selesai ujian (5-10 menit) biasanya Ibu atau Ayah mengirimkan SMS menanyakan performance saya waktu ujian. Pernah ibu saya secara khusus minta maaf hanya karena ”lupa” tidak shalat ketika saya ujian.” (Alief Aulia Rezza)
Hal senada juga diutarakan oleh Purba Purnama, “Buatlah mereka untuk selalu tersenyum! Jika kita mendapatkan sesuatu
yang
baik
dan
bisa
membahagiakan
mereka,
sampaikanlah! Jika ada kesulitan hidup, jangan pernah sampaikan kepada
mereka!
Tersenyumlah
didepan
kedua
orang
tua
walaupun hati kita menangis dengan kondisi kita sendiri! Jalin komunikasi yang baik walaupun jauh dari orang tua! Jangan pernah menunggu telepon dari orang tua! Berusahalah untuk mendahului menelepon, karena dengan itu, mereka akan merasa menjadi bagian terpenting dalam hidup kita dan merasa kita juga selalu memberi perhatian kepada mereka.” (Purba Purnama)
Dengan cara ini, orang tua akan merasa bahwa kesuksesan anakanaknya adalah kesuksesan mereka juga. Kebahagiaan mereka ini yang akan mendorong restu mereka kepada anak-anaknya.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Menikmati “Bantuan” Orang Lain Proses-proses dalam bangku kelas perkuliahan adalah proses formal dalam menyerap ilmu pengetahuan. Tetapi Mahasiswa Berprestasi tidak hanya membatasi pengembangan diri dan ilmu pengetahuannya melalui proses formal dalam kelas perkuliahan saja. Ini selaras dengan temuan-temuan kita sebelumnya dimana mereka menekankan pentingnya kemampuan non-akademis untuk melengkapi pengetahuan akademis yang mereka dapatkan, seperti kemampuan menulis, berbicara di depan publik, kemampuan bahasa asing, pentingnya jaringan sosial, hingga perkembangan pola pikir. Kami mendapati bahwa para Mahasiswa
Mahasiswa Berprestasi memanfaatkan lembaga di sekitar mereka untuk pengembangan diri.
Berprestasi
mengembangkan kemampuan non-akademiknya
dengan
memanfaatkan lembaga, organisasi, atau institusi yang ada di sekitar mereka.
Mereka
mengakui,
bahwa
secara
sadar
mereka
memanfaatkan berbagai “fasilitas” yang ada di sekitar mereka untuk mengembangkan diri secara lebih utuh. Dari Mahasiswa-Mahasiswa Berprestasi yang kami pelajari, ada banyak
“tempat”
yang dapat memberikan peluang bagi para
mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan lebih paripurna. Beberapa di antaranya kami ulas di bawah ini.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Mereka Peduli dengan Kita Sebagian besar mahasiswa berprestasi yang kami pelajari adalah alumni
Program
Pembinaan
Sumber
Daya
Manusia
Strategis
(PPSDMS) Nurul Fikri. Ini bukan kesengajaan jika kemudian semua mahasiswa
berprestasi
merasakan
manfaat
besar
keberadaan
lembaga pembinaan seperti PPSDMS Nurul Fikri bagi pengembangan pribadi mereka. PPSDMS
Nurul
Fikri
adalah
sebuah
program
pembinaan
kepemimpinan yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Nurul Fikri. PPSDMS menyeleksi mahasiswa tingkat ke-2 atau ke-3, yang akan diberi kesempatan untuk program pembinaan kepemimpinan dalam asrama PPSDMS. Saat ini, Asrama PPSDMS Nurul Fikri telah tersebar di 6 lokasi, yaitu: -
Asrama PPSDMS Jakarta 1, saat ini dibuka untuk mahasiswa Universitas Indonesia, Depok.
-
Asrama PPSDMS Jakarta 2, saat ini dibuka untuk mahasiswi (putri), Universitas Indonesia, Depok
-
Asrama PPSDMS Bandung, saat ini dibuka untuk mahasiswa ITB dan Unpad
-
Asrama PPSDMS Yogyakarta, saat ini dibuka untuk mahasiswa UGM
-
Asrama PPSDMS Surabaya, saat ini dibuka untuk mahasiswa ITS dan UNAIR
-
Asrama PPSDMS Bogor, saat ini dibuka untuk mahasiswa IPB
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Mahasiswa binaan Asrama PPSDMS Nurul Fikri mendapatkan berbagai program pembinaan non-akademik secara rutin selama 2 tahun, seperti latihan kepemimpinan, pelatihan bahasa asing, olah raga, latihan menulis, public speaking, dan pengembangan jaringan sosial, termasuk juga forum-forum rutin dengan banyak tokoh nasional dan tokoh pembangun kerohanian. Tercatat beberapa menteri Republik Indonesia, pemimpin TNI, politisi, pengusaha, dan tokohtokoh nasional lain dalam berbagai bidang pernah menjadi pembicara dalam forum yang diadakan
PPSDMS,
untuk
membantu
memberikan inspirasi dan semangat bagi para mahasiswa
peserta
PPSDMS.
Suatu
#25: Logo PPSDMS
kesempatan langka yang tidak dimiliki oleh semua anak muda di 25
Republik ini . PPSDMS bervisi mencetak atau mengarahkan calon-calon pemimpin bangsa masa depan. Karenanya, para peserta PPSDMS akan terus didorong untuk berprestasi secara akademik, melengkapi diri dengan ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan, dan saat yang sama menjaga integritas dan akhlak keseharian. Berbagai latihan ketrampilan seperti yang disediakan PPSDMS memang dapat diperoleh dari forum-forum lain. Tetapi bagi para pesertanya,
PPSDMS
lebih
dari
sekadar
lembaga
pelatihan
ketrampilan, PPSDMS lebih merupakan institusi pembangun pola pikir, sumber inspirasi, dan penular idealisme. Dari pembinaan PPSDMS lah beberapa Mahasiswa Berprestasi mengaku mendapatkan pencerahan hidup yang lebih memuaskan.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
“Saat SD, aku hidup dalam lingkungan desa. Pemikiranpemikiranku otomatis cenderung tertutup sebatas pada lingkungan desa itu saja. Kemudian datanglah masa SMP dan SMA, dimana aku tinggal di Kota Solo. Paradigmaku terbuka lebih luas dalam memandang kehidupan ini, ternyata hidup ini tidak sekecil yang kita bayangkan. Saat kuliah di ITB, lagi-lagi pemikiranku berubah menjadi lebih luas lagi. Sampai kemudian aku diterima di PPSDMS Nurul Fikri, mereka lebih luas lagi membangun cara berpikirku, bahwa kita memiliki
tanggung
jawab
sosial
untuk
berkontribusi
bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia. PPSDMS telah mengajak aku berpikir lebih dalam tentang bagaimana memandang berbagai persoalan bangsa ini, mulai dari pendidikan, sosial, budaya, teknologi, dan politik.” (Achmad Zaky Syaifudin) Dari PPSDMS Nurul Fikri, Zaky menemukan pencerahan tentang betapa besar potensi manfaat dirinya bagi orang lain. Terlebih dia sudah dianugerahi banyak kelebihan dari Allah SWT dalam bentuk kecerdasan
dan
pendidikan
terbaik
di
negeri
ini.
PPSDMS
membangun pola pikir Zaky agar bersikap lebih idealis, tidak pragmatis, tidak egois, dan mengarahkan visi hidupnya menuju kepada hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Mengenali visi hidup, sebagaimana yang disampaikan Zaky, adalah modal yang sangat berharga bagi anak muda. Mengenali visi hidup berarti mengenali arah-arah yang harus dijalani dalam kehidupan, sebagaimana yang sudah kami bahas panjang lebar dalam Bab 3.
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
Bagi kami alumni PPSDMS, M. Nuryazidi (Didi) kami anggap sebagai salah satu “produk” terbaik PPSDMS. Dulunya Didi adalah anak muda yang cenderung “urakan”, semaunya, dan punya kebiasaan merokok yang buruk. Mungkin kebiasaan ini bawaan Didi yang pernah hidup di jalanan Ibukota Jakarta. Kebiasaan ini kemudian terus terbawa sampai awal-awal kami tinggal di Asrama PPSDMS. Karenanya, saat itu Didi adalah salah satu peserta yang sering mendapat teguran dari pembina. Tetapi itu dulu. Nasihat dari para guru dan ustadz, inspirasi dari para tokoh yang dihadirkan, dan latihan kedisiplinan yang dikembangkan ternyata mampu merubah secara pelan dan pasti sikap-sikap “urakan” yang dimiliki Didi. Teman kami yang satu ini adalah figur yang paling sukses merubah dirinya sejak diterima dan keluar Asrama PPSDMS Nurul Fikri. Sekarang Didi bekerja sebagai pegawai Bank Indonesia, telah pula dikaruniai istri dan anak yang cantik. Pengalaman Didi ini menggambarkan bagaimana suatu sistem atau institusi dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk membantu pengembangan dirinya kepada pribadi yang lebih baik. Terkadang motivasi internal memang tidak cukup kuat untuk melawan kemalasan atau ketidaktahuan kita. Pada keadaan demikian, faktor eksternal mungkin akan sangat membantu untuk membangun semangat, memberi inspirasi, meningkatkan pengetahuan, dan memfasilitasi berbagai pelatihan ketrampilan yang penting bagi pengembangan individu. Anda tidak perlu khawatir, selain PPSDMS, beberapa institusi juga memberikan program pembinaan mahasiswa yang tidak kalah bagusnya. Mereka juga menyediakan berbagai pelatihan, forum
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
diskusi, dan pengembangan jaringan-jaringan yang akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Lembaga Dhuafa
Pengembangan Republika
Insani
memiliki
Dompet
program
yang
serupa dengan PPSDMS Nurul Fikri, dengan nama
program
Beastudi asrama
Beastudi
ETOS
juga
kepada
ETOS.
Program
memberikan fasilitas mahasiswa-mahasiswa
#26: Logo ETOS
berprestasi, sekaligus memberikan program-program pembinaan 26
pengembangan diri bagi para pesertanya . Yayasan
Karya
Salemba
Empat
(KSE)
biasanya juga memberikan pelatihan-pelatihan bagi para penerima beasiswanya. Sehingga, selain mendapatkan dana pendidikan, para penerima beasiswa juga mendapatkan program
#27: Logo KSE
27
- program pengembangan diri yang penting . Mien
R.
Uno
Foundation
mengeluarkan Entrepreneur”, beasiswa
baru-baru
“Beasiswa
program yaitu
kepada
ini
program
pemberian
mahasiswa-mahasiswa
berprestasi, sekaligus melengkapinya dengan pelatihan dan pembinaan kewirausahaan bagi
#28: Logo MRU Foundation
28
para pesertanya . Yayasan Goodwill, yang memberikan beasiswa pendidikan bagi para mahasiswa S-1, juga memiliki program latihan kepemimpinan bagi #29: Logo Goodwill
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
para penerima beasiswanya. Latihan kepemimpinan Goodwill ini biasanya diisi dengan materi-materi public speaking, team building, leadership style, ketrampilan berbahasa inggris, dan berbagai materi 29
lain yang sangat relevan bagi pengembangan diri para mahasiswa . Para penggagas, pengelola, dan penyantun lembaga-lembaga yang kami sebut di atas menyadari betul arti pentingnya mahasiswa bagi masa depan Republik Indonesia. Oleh karenanya, mereka memiliki perhatian yang serius terhadap upaya-upaya untuk memberikan pembinaan
dan
pengembangan
kepribadian
pemuda,
agar
di
kemudian hari para pemuda itu mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinan negara dengan lebih berkapabilitas dan berintegritas. Ada banyak program-program pengembangan diri yang tersedia bagi mahasiswa.
Beberapa yang kami sebut di atas adalah contoh-contoh saja tentang betapa
banyaknya
program
program-
pembinaan
Pertanyaannya, apakah mahasiswa memiliki kemauan untuk memanfaatkan itu semua.
yang
sistematis yang bisa dimanfaatkan oleh
para
mahasiswa
untuk
pengembangan dirinya. Barangkali akan ada banyak lagi programprogram serupa diadakan oleh lembaga-lembaga lain. Akhirnya, semua kembali berpulang kepada para mahasiswa apakah mereka berani dan berkeinginan untuk memanfaatkan program-program ini bagi pengembangan dirinya menuju ke yang lebih baik lagi.
Program Ini memerlukan Motivasi Internal Karena program-program di atas diselenggarakan secara sistematis oleh lembaga resmi dengan tujuan yang spesifik, biasanya program tersebut juga menyeleksi para pesertanya berdasarkan kriteria-kriteria
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
seleksi yang sudah ditentukan. Karenanya, para peserta program di atas juga terbatas sampai pada jumlah tertentu. Anda yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti programprogram di atas tidak perlu berkecil hati. Kenyataannya, programprogram pengembangan diri sebenarnya juga ada dalam banyak momen, tempat, atau institusi, baik itu yang mensyaratkan biaya maupun yang gratis saja. Salah satu tempat yang baik bagi program pengembangan diri adalah “Organisasi Mahasiswa/Pemuda”. Organisasi biasanya memiliki forumforum
pelatihan
atau
seminar
bagi
pengembangan
anggota-
anggotanya. Dulu Badan Eksektuf Mahasiswa FEUI memiliki program Latihan Kepemimpinan setiap setahun sekali. Latihan Kepemimpinan biasanya diisi oleh tokoh-tokoh nasional untuk memberikan pandangan mereka atas berbagai topik. Organisasi Jurnalistik sudah barang tentu akan memberikan pelatihan mengenai jurnalistik. Selain dalam bentuk pelatihan atau seminar, Organisasi mahasiswa itu sendiri menawarkan program pengembangan diri dengan praktik langsung. Dalam organisasi, mahasiswa biasanya dituntut untuk mampu berbicara di depan publik dengan baik, mengenal orang, mengelola waktu dengan rapi, atau mengelola organisasi. Tentu ada bedanya Goris Mustaqim dengan mahasiswa kebanyakan. Sebagai mantan Sekjen KM ITB, jelas Goris terlatih dan percaya diri untuk berbicara di depan orang banyak, untuk berdiskusi dengan
-
-
Menciptakan Dukungan Sekitar
orang-orang baru, Berangkat dari pengalaman ini pula, Goris pada akhirnya berkembang menjadi pemuda yang sangat luwes dalam bergaul. Di bagian sebelumnya kita sempat menyebut organisasi mahasiswa “AIESEC”.
Organisasi
pengembangan
diri
mahasiswa yang
baik,
ini mulai
jelas dari
menawarkan kesempatan
mengembangkan jaringan, belajar bahasa inggris, hingga pengalaman magang atau exchange di berbagai tempat baru atau negara lain. Dari studi ini, kami mendapati bahwa keterlibatan mahasiswa dalam organisasi seharusnya bukan keterlibatan formalitas belaka, yang biasanya ditujukan untuk menambah daftar pengalaman organisasi dalam biodata. Organisasi lebih dari masalah formalitas itu. Organisasi seharusnya
dapat
menjadi
tempat
latihan
yang
baik
bagi
pengembangan diri mahasiswa. Dewasa ini, banyak lembaga mengadakan berbagai forum diskusi, seminar, atau workshop untuk pengembangan diri masyarakat Indonesia. Tidak sedikit dari mereka disiapkan dengan cuma-cuma. Sebagian dari itu adalah Diskusi Lentera 20, TED Indonesia, Akademi Berbagai, dan banyak forum-forum lain di daerah-daerah. Semuanya menawarkan fasilitas pengembangan diri bagi pemuda. Di tengah-tengah kebangkitan masyarakat sipil yang mandiri, pemuda juga harus melangkah maju untuk membangun dirinya secara mandiri pula. Pada prinsipnya, mahasiswa harus mampu mengidentifikasi berbagai hal yang dapat membantu pengembangan dirinya dan pencapaian apa yang dicita-citakannya.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
X Bergegaslah! – Penutup
Periode kuliah kenyataannya berlangsung sanget singkat sekali, biasanya 3 tahun dan paling lama sekarang 6 tahun saja. Sungguh waktu yang pendek. Karena periode yang pendek ini, yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah bergegas-gegas mengejar prestasi, berbuat yang terbaik, dan belajar sekerasnya. Tidak perlu menunggu apapun. Oleh karena itu, penutup buku ini kami buat singkat saja, agar anda bergegas meneladani para Mahasiswa Berprestasi, dan bahkan melebihi apa yang sudah mereka capai.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #1:
Achmad Ferdiansyah Pradana Putra
Tempat/Tanggal Lahir Blitar, 17 Juni 1988
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Taruna Nusantara Magelang, Tahun 2003 – 2006.
-
Strata-1 (S-1) Teknik Kimia,
-
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Tahun 2006 – 2010.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari ITS dengan IPK 3,66 (dari skala 4).
2.
Juara Businness Start-Up Awards Shell liveWIRE 2010.
3.
Juara 1 ”Kompetisi Celah Bisnis 2010” Dare To Innovate oleh Universitas Ciputra.
4.
Medali Perunggu Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIII – Denpasar 2010.
5.
Medali Emas Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Masyarakat Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXII – Malang 2009. 6.
Medali Perak Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXII – Malang 2009.
7.
The Best Inovation Kaizen Idea Tingkat Nasional Daihatsu Astra Motor 2009.
8.
Mahasiswa Berprestasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009.
9.
Juara 1 Lomba Cipta Bahan Bakar Alternatif Tingkat Nasional 2010.
10. Juara 1 Agroindustrial Paper Competition Tingkat Nasional 2008. 11. Juara 1 Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Tingkat Nasional 2009. 12. Juara 2 Alternative Energy Competition (AEC) Tingkat Nasional 2009. 13. Juara 3 Lomba Karya Tulis Remaja Departemen Dalam Negeri Republik IndonesiaTahun 2008. 14. Juara 3 Lomba Karya Tulis Nasional Agricultural Conference And Writing Competion 2007. 15. Penemu berbagai produk teknologi, seperti lampu aroma terapi multifungsi, spa shower (shower untuk mandi spa), transoap (sabun unik untuk souvenir), santanku (santan pasta), dan ideaspack (usaha packaging kreatif). 16. Menteri Riset dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa ITS, periode 2009-2010. Prestasi: Gerakan 1000 proposal PKM dan 500 PKM-GT membawa ITS Juara 2 PIMNAS XXIII. 17. Penerima beasiswa Total Scholarship E&P (2008 – 2010),
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Daihatsu Scholarship “My Innovation for Tomorrow 2009” (2009). 18. Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2008 – 2010.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa Program Master Teknik, Fakultas Teknologi Industri, ITS, 2010 – 2012, dengan beasiswa dari Fresh Trac 2010. Saat ini masih meraih IPK 4.00 dari skala 4.00.
2.
Pemilik dan Pengelola Hetric Indonesia, sebuah perusahaan yang
memproduksi
lampu
aroma
terapi
serba
guna
(www.hetric.com). 3.
Pemilik dan Pengelola Sang Juara School. Sebuah sekolah softskills Motivation,
dengan
basis
Entrepreneurship,
Leadership,
Presentation
Skills
dan
(www.sangjuaraschool.com). 4.
Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Inovasi Bahan Bakar untuk Industri Konstruksi Hutama Karya 2011.
5.
Trainer dan pembicara dalam berbagai even lokal dan nasional seperti technopreneur, keilmiahan (karya tulis), teknik presentasi, leadership, dan motivasi berprestasi.
Catatan: - Data per 13 April 2011 Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #2:
Achmad Zaky Syaifudin
Tempat/Tanggal Lahir Sragen, 24 Agustus 1986
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 1 Solo, Tahun 2001 – 2004.
-
Strata-1 (S-1) Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB), Tahun 2004 – 2009.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari ITB dengan IPK 3,72 (dari skala 4).
2.
Juara 3 Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Jurusan Teknik Informatika ITB, Tahun 2008.
3.
Pendiri dan Pengelola Perusahaan Deft Technlogy, yang telah mengembangkan perangkat lunak SMS/Mobile bagi berbagai
perusahaan
mengembangkan
di
Indonesia,
perangkat
lunak
termasuk
berhasil
Quickcount
Election
System. Tahun 2007 – 2009. 4.
Delegasi Indonesia dalam “Harvard National Model United Nations”, Tahun 2008
5.
Juara, Merit Indonesia ICT Award, Tahun 2008.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
6.
Juara, Indosat Wireless Innovation Contest, Tahun 2007.
7.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2006 – 2008.
8.
Pendiri Klub Kewirausahaan ITB.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Pendiri
dan
Managing
Director
di
Suitmedia,
sebuah
perusahaan yang menyediakan jasa pengembangan strategi dan eksekusi media berbasis teknologi informasi. Suitmedia telah menyediakan solusi media internet pada perusahaanperusahaan seperti Bisnis Indonesia, Bakrie & Brothers, Telkomsel, Samsung, Recapital, dll. Omzet Suitmedia telah mencapai hampir Rp. 1 milyar pada tahun 2010. Tahun 2009 – Sekarang. 2.
www.bukalapak.com sebagai salah satu produk Suitmedia telah dikunjungi oleh 11.000 orang dengan page view mencapai 200.000 kali. Bukalapak.com adalah sebuah portal online untuk perniagaan seperti layaknya pasar. Penjual dan pembeli berbagai produk dapat bertemu di www.bukalapak.com ini.
3.
Narasumber
di
berbagai
media
tentang
berwirausaha dalam industri teknologi informasi.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
kesuksesan
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #3:
Alief Aulia Rezza
Tempat/Tanggal Lahir Surabaya, 9 Februari 1983
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 2 Jombang, Tahun 1997 – 2000.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi (FE), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2000 – 2004.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FE UI dengan IPK 3,66 (dari skala 4).
2.
Finalis Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Utama Nasional, Tahun 2003.
3.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UI, Tahun 2003.
4.
Asisten Pengajar FEUI, Tahun 2004 – 2005.
5.
Peserta “Fellowship Project for Future Asia Leadership”, the National Institute for International Development (NIIED), Republik Korea, Tahun 2004.
6.
Ketua Kajian Ekonomi Islam, Forum Studi Islam, FEUI, Tahun 2003-2004.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Aktivis dalam berbagai kegiatan kampus di FEUI.
8.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2002 – 2004.
9.
Penerima Beasiswa Prestasi, Hagabank, Tahun 2003 – 2004.
10. Penerima Beasiswa Prestasi, HP-Compaq, Tahun 2003.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Doktoral (S-3) di Norwegian School of Economics and Business Administration (NHH), Norwegia, Tahun 2007 – sekarang. Dengan program beasiswa dari NHH.
2.
Lulusan Program Master (S-2) dari Norwegian University of Life Sciences (UMB), Norwegia, tahun 2005 – 2007. Dengan beasiswa dari program Quota Scholarship, Kingdom of Norway.
3.
Staff Pengajar di FEUI.
4.
Penulis artikel di berbagai surat kabar nasional, seperti Koran Tempo, Media Indonesia, dan Jurnal Nasional.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #4:
Andy Tirta
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 12 April 1985
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 78 Jakarta Barat, Tahun 2000 – 2003.
-
Strata-1 (S-1) Material dan Metalurgi, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2003 – 2007.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan dari FT UI dengan IPK 3,06 (dari skala 4).
2.
Peraih Medali Emas, cabang Taekwondo, Teknik Cup, Tahun 2007.
3.
Peraih
Medali
Perunggu,
cabang
Taekwondo,
Olimpiade
Mahasiswa UI, Tahun 2006. 4.
Termasuk dalam 10 Besar Mahasiswa Terbaik dan Teraktif, FT UI, Tahun 2007.
5.
Termasuk dalam 10 Besar Mahasiswa Terbaik dan Teraktif, FT UI, Tahun 2006.
6.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), FT UI, Tahun 2006 – 2007.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Material dan Metalurgi, Tahun 2005 – 2006.
8.
Penerima Beasiswa Pengembangan Potensi Akademik, Dekan FT UI, Tahun 2005.
9.
Penerima Beasiswa Goodwill International Foundation, Tahun 2006 – 2007.
10. Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2004 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Doktoral (S-3), dalam Advanced Material Science
and
Engineering,
Yeungnam
University,
Korea
Selatan, Tahun 2009 – sekarang. Dengan beasiswa dari Yeungnam University dan Green Car Research Academic Fund (Korea Government). 2.
Lulusan program Master (S-2), dalam Advanced Material Science
and
Engineering,
Yeungnam
University,
Korea
Selatan, Tahun 2007 – 2009. Dengan beasiswa dari Yeungnam University dan Korea Government Scholarship (NURI). 3.
Peneliti dalam berbagai penelitian mengenai material dan metalurgi.
4.
Pembicara/Pemateri dalam berbagai seminar dan konferensi mengenai topik material dan metalurgi, di berbagai Negara, seperti Korea, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
5.
Ketua Wilayah III, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Korea Selatan, Tahun 2007 – 2008.
6.
Direktur Radio PPI Dunia, Tahun 2009 – 2010.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Sekretaris Jenderal, Lingkar Wirausaha Indonesia, Tahun 2010 – sekarang.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #5:
Ari Try Purbayanto
Tempat/Tanggal Lahir Surabaya, 8 Mei 1987
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 5 Surabaya, Tahun 2002 – 2005.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Tahun 2005 – 2010.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan dari IPB dengan IPK 3,40 (dari skala 4).
2.
Juara 2 Presentasi dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Bidang Penelitian, Tahun 2009.
3.
Juara 3 Poster dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Bidang Penelitian, Tahun 2009.
4.
Juara 3 Kompetisi Teknologi Pangan Internasional Developing Solution for Developing Country IFT , California, Amerika Serikat, Tahun 2009.
5.
Juara 2, Business Report Award dari Bisnis Indonesia, Tahun 2007.
6.
Pemenang Lomba Penulisan BBC Kategori Gagasan Menarik, Tahun 2007.
7.
Peserta Terbaik dalam Program Mahasiswa Wirausaha Bidang
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Usaha Minuman, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan Nasionak (Kemendiknas), Tahun 2009. 8.
Penerima
hibah
DIKTI
untuk
program
pengembangan
kewirusahaan mahasiswa dengan judul ”Pengembangan Bisnis Minuman Ready To Drink Teh Merah Rosella ‟Rozelt‟ dan Penjualan Berbagai Produk Olahan Rosela”, Tahun 2009. 9.
Penerima hibah DIKTI untuk program kreativitas mahasiswa penelitian
dengan
judul
”Teknik
Mikroenkapsulasi
Mempertahankan Kapasitas Antioksidan dalam
untuk
Pembuatan
Minuman Instan Teh Rosela”, Tahun 2009. 10. Penerima beasiswa prestasi dari berbagai program, yaitu Beasiswa Yayasan KSE dan MRUF, Beasiswa Jasa Marga, Beasiswa Kelola Mina Laut. 11. Koordinator
Nasional
Hubungan
Masyarakat,
Himpunan
Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia, Tahun 2007 – 2009. 12. Pimpinan Umum, Majalah Nasional Peduli Pangan dan Gizi Emulsi, Tahun 2007 – 2008. 13. Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2006 – 2008.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Direktur CV. Rozelt Mulia Abadi, Tahun 2009 – sekarang. CV. Rozelt Mulia Abadi adalah perusahaan yang memproduksi produk makanan dan minuman olahan berbahan baku tanaman rosela. Produk Rozelt antara lain meliputi sirup, manisan, daun dan kelopak rosela kering yang dapat diseduh untuk minuman.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
2.
Pemateri pada seminar kewirausahaan di berbagai universitas dan forum lain.
Catatan: -
Data per 13 April 2011 Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #6:
Awidya Santikajaya
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 29 Juni 1982
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 1 Blitar, Tahun 1998 – 2001.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi (FE), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2002 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FE UI dengan IPK 3,62 (dari skala 4).
2.
Penerima Anugerah
Alumni FEUI Terbaik
dalam
bidang
penulisan akademik, Tahun 2007. 3.
Asisten Pengajar FEUI, Tahun 2005 – 2006.
4.
Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), FEUI, 2005 – 2006.
5.
Juara
Kompetisi
Penulisan
Ilmiah
Nasional,
Kementerian
Koperasi dan UKM, Tahun 2007. 6.
Juara Kompetisi Penulisan Ilmiah Nasional, mengenai Isu Tambang dan Lingkungan, Jaringan Tambang (JATAM), Tahun 2007.
7.
Juara Kompetisi Penulisan Ilmiah Nasional, mengenai Isu Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Tahun 2007.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
8.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2004 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Departemen Luar Negeri. Tahun 2006 – sekarang. Pada Desember 2006 – May 2009, Awidya sebagai Junior Deputy, Directorate of North and Central American Affais, dan telah terlibat dalam berbagai negosiasi internasional dengan negara-negara asing.
2.
Mahasiswa program Master (S-2) di International Relations, The Paul H Nitze School of Advanced International Studies (SAIS) Johns Hopkins University, Amerika Serikat, Tahun 2009 – sekarang (Cuti Studi dari Departemen Luar Negeri). Dengan beasiswa dari USINDO.
3.
Pemateri dalam seminar dan konferensi, mengenai topik politik dan Islam di kawasan Asia Tenggara, di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Thailand, Austria.
4.
Penulis lebih dari 30 artikel tentang ekonomi dan politik di berbagai media massa, seperti di Jakarta Post, Media Indonesia, Jawa Pos, dll.
5.
Juara Kompetisi Penulisan Ilmiah, Angkatan Laut Indonesia, Tahun 2008.
6.
Juara Kompetisi Penulisan Ilmiah, Departemen Luar Negeri Indonesia, Tahun 2010.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #7:
Deviana Octavira
Tempat/Tanggal Lahir Yogyakarta, 21 Oktober 1986
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 3 Yogyakarta, Tahun 2001 – 2003.
-
Strata-1 (S-1) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi (FE), Universitas Gajah Mada (UGM), Tahun 2003 – 2007.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FE UGM dengan IPK 3,76 (dari skala 4).
2.
Sepuluh besar Lulusan Terbaik FE UGM, Tahun 2007.
3.
Lulusan tercepat wisuda UGM Periode Mei 2007 (3 tahun 19 hari).
4.
Peserta program pertukaran mahasiswa ke Jepang, Asia Pacific University selama 1 semester (2005-2006) yang disponsori oleh JASSO.
5.
Asisten Dosen, Pengantar Akuntansi, FE UGM, 2006-2007.
6.
Penerima beasiswa dari PricewaterhouseCoopers dan SCTV.
7.
Pendiri Economic Session Band (ESB), sebuah klub musik mahasiswa, FE UGM, 2004-2006.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
8.
Wakil
Ketua
Departemen
Kecendekiawanan,
Himpunan
Mahasiswa Akuntansi, FE UGM, 2004-2005. 9.
Penyiar dan Programmer Radio, PT. Radio Prima Unisi, Tahun 2004-2006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Reporting Analyst, Total E&P Indonesie, 2010 – sekarang.
2.
Business
Excellence
External
Analyst,
ConocoPhillips
Business
School, Nice,
Indonesia, 2007 – 2008. 3.
Lulusan Program
S-2, EDHEC
Perancis, Tahun 2009. Dengan beasiswa dari Total E&P.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #8:
Dian Indah Kencana Sari
Tempat/Tanggal Lahir Salatiga, 8 Januari 1984 Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 1 Salatiga, Tahun 1999 – 2002.
-
Strata-1 (S-1) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi (FE), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2002 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FE UI dengan IPK 3,75 (dari skala 4).
2.
Lulusan Terbaik Departemen Akuntansi, FEUI, untuk Wisuda Februari 2006.
3.
Mahasiswa Terbaik Departemen Akuntansi, FEUI, Semester 3 dan 4, 2003/2004
4.
Penerima beasiswa prestasi dari PricewaterhouseCoopers.
5.
Ketua Divisi Akuntansi, Studi Profesionalisme Akuntansi, 20052006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Investor Relations Manager, PT Bakrie Sumatera Plantations, 2008 – sekarang.
2.
Research Analyst, Bahana TCW Investment Management, Jakarta, 2007 – 2008.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
3.
Auditor, KAP PriceWaterhouseCoopers, Indonesia, April – Agustus 2006.
4.
Lulusan Program S-2, CERAM, European School of Business, Sophia Antipolis, Perancis, Tahun 2006 – 2007. Dengan beasiswa dari Total E&P.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #9:
Ghofar Rozaq Nazila
Tempat/Tanggal Lahir Jepara, 3 Februari 1982
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 1 Jepara, Tahun 1997 – 2000.
-
Strata-1 (S-1) Arsitektur, Fakultas Teknik (FT), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2000 – 2005.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FT UI dengan IPK 3,59 (dari skala 4). Ghofar adalah mahasiswa (putra) pertama dalam sejarah Departemen Arsitektur FT UI yang meraih predikat kelulusan dengan cumlaude.
2.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Departemen Arsitektur, FT UI, Tahun 2003.
3.
Penerima
beasiswa
penelitian
di
International
Internship
Program, UTM, Malaysia, Tahun 2004. 4.
Penerima beasiswa prestasi dari berbagai program, yaitu: Beasiswa Mahasiswa Berprestasi UI, Beasiswa Shell, Beasis Goodwill/ICAC.
5.
Penulis, bersama Prof. Tajuddin, Buku berjudul ”Housing in
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Malaysia: Back to a Humanistic Agenda”, diterbitkan di Malaysia, Tahun 2003. 6.
Wakil Ketua, Ikatan Mahasiswa Arsitektur, FT UI, Tahun 2002 – 2003.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Pemilik dan Direktur Utama (CEO), PT. Relife Property (Relife Property Group), Tahun 2010 – sekarang. Relife Property Group adalah Group Perusahaan (Holding Company) yang menaungi semua bisnis dan perusahaan Relife secara keseluruhan, yang berjumlah 6 perusahaan, dan tahun 2011 akan berkembang menjadi 9 perusahaan. Relife sendiri banyak bergerak dalam industri properti, dengan pengembangan perumahan, pendirian Office Tower, pembangunan resort/hotel di Lombok (NTB) dan arena rekreasi keluarga di Lombok (NTB). Saat ini omzet Relife telah mencapai Rp. 95 milyar.
2.
Pendiri dan Pemilik Realife Realty, cikal bakal PT. Relife Property, Tahun 2005 – 2010.
3.
Relife mendapat penghargaan “Indocement Award 2010: The Best Marketing Strategy and Customer Satisfaction”, dan “Green Property Award 2010”.
4.
Dosen Tamu di Program Strata-1 dan Strata-2, Departemen Arsitektur, FT UI, Tahun 2010 – sekarang. Ghofar adalah lulusan Strata-1 yang diberi kepercayaan untuk mengajar di program Strata-2.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #10:
Goris Mustaqim
Tempat/Tanggal Lahir Garut, 14 Maret 1983
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 1 Tarogong Kidul (sekarang SMA 1 Garut), Tahun 1998 – 2001.
-
Strata-1 (S-1) Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung (ITB), Tahun 2001 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan ITB dengan IPK 3,10 (dari skala 4).
2.
Sekretaris Jenderal, Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, Tahun 2005 – 2006.
3.
Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil ITB, Tahun 2004 – 2005.
4.
Penulis buku ”Satu Dekade KM ITB”, Tahun 2006.
5.
Penerima beasiswa prestasi dari berbagai pihak.
6.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2004 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Pemilik dan Direktur PT Resultan Nusantara (sekarang PT.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Barapraja Indonesia).
Barapraja adalah perusahaan
yang
bergerak dalam bidang teknologi informasi sejak tahun 2007 hingga sekarang. 2.
Pendiri
Yayasan
Asgar
Muda,
sebuah
yayasan
untuk
mengembangkan kewirausahaan sosial di daerah Garut sejak tahun 2007 hingga sekarang. 3.
Peserta Presidential Summit on Entrepreneurship
dengan
pemangku acara adalah Presiden Amerika Serikat, Barrack H. Obama, Washington DC, April 2010. 4.
Ikon Tahun 2010, dinobatkan oleh Majalah Gatra.
5.
Nominasi Asia’s Best Young Entrepreneurship, Majalah Business Week, Tahun 2009.
6.
Delegasi Indonesia (Indonesian Climate Champions) dalam COP 15 tentang Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, yang diselenggarakan oleh UNFCCC, December 2009.
7.
Penerima Anugerah XL Indonesia Berprestasi, Tahun 2009.
8.
Penerima Anugerah “Community Entrepreneur Award”, British Council, Tahun 2009.
9.
Peserta “Project Management and Leadership Skills on Climate Change Program”, oleh British Council, Jepang, Maret 2009.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi http://adoptanegotiator.org
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #11:
Kurnia Fitra Utama
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 19 November 1982
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
Madrasah Aliyyah Persatuan Islam, Garut, Tahun 1997 – 2000
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Sosiologi,
-
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas
Indonesia (UI), Tahun 2000 – 2004
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FISIP UI dengan IPK 3,65 (dari skala 4).
2.
Anugerah Mahasiswa Terbaik Sosiologi, Departmen Sosiologi, FISIP UI, Tahun 2001.
3.
Anugerah Mahasiswa Terbaik, Senat Mahasiswa FISIP UI, Tahun 2003.
4.
Student Achievement Award, FISIP UI, Tahun 2003.
5.
Penerima beasiswa kunjungan studi ke Jerman, dari DAAD, Tahun 2003.
6.
Penerima berbagai beasiswa prestasi, seperti Beasiswa Ikatan Alumni UI (ILUNI), dan Beasiswa Supersemar.
7.
Ketua Divisi Pendidikan dan Riset, Badan Eksekutif Mahasiswa
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
(BEM) UI, Tahun 2003-2004. 8.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2002 – 2004.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan Program Master (S-2), Human Resource Management, dari University of Melbourne, Australia, Tahun 2007 – 2008. Dengan beasiswa dari program Ausaid Scholarship, dari Pemerintah Australia.
2.
Asisten
Manager
Training
dan
Pengembangan,
Minamas
Plantation, a subsidiary of Sime Darby Berhad, Tahun 2008 – sekarang. 3.
Manajer
Proyek
pada
Yayasan
Sime Darby
Scholarship
Indonesia, yang menyediakan beasiswa bagi pemuda-pemudi Indonesia yang menonjol untuk studi di berbagai universitas terbaik di Indonesia dan di dunia. Tahun 2008 – sekarang. 4.
Manajer Hubungan Industrial, Charoen Pokphand Indonesia, Juni – November 2006.
5.
Management Trainee, Charoen Pokphand Indonesia, Juni 2004 – Mei 2006.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #12:
Mochammad Faisal Karim
Tempat/Tanggal Lahir Padang, 13 November 1987
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 54 Jakarta, Tahun 2003 – 2005.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2005 – 2009.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan FISIP UI dengan IPK 3,45 (dari skala 4).
2.
Juara 3, Mahasiswa Berprestasi (Mapres), UI, Tahun 2009.
3.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres), FISIP UI, Tahun 2009.
4.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres), Departemen Hubungan Internasional, FISIP UI, Tahun 2008.
5.
Asisten Dosen dan Asisten Peneliti, Departemen Hubungan Internasional, FISIP UI, Tahun 2008 – 2009.
6.
Peraih predikat “Pembicara Terbaik” dalam
International
Indonesian Students Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, Tahun 2008. 7.
Juara 2, Kompetisi Esai, Japan Foundation, Tahun 2007.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
8.
Presiden (Ketua) KSM Eka Prasetya, Universitas Indonesia, Tahun 2008. KSM Eka Prasetya adalah organisasi mahasiswa UI yang berfokus pada bidang penalaran dan keilmuan.
9.
Presiden (Ketua) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), FISIP UI, Tahun 2008 – 2009.
10. Penulis artikel tentang politik di berbagai media kampus dan media nasional (Koran Tempo). 11. Pemateri pada berbagai seminar dan pelatihan kepemudaan yang diadakan di kampus baik dalam negeri maupun luar negeri (IIUM, Malaysia, 2008). 12. Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2006 – 2008.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Master (S-2), dalam International Security and Terrorism, School of Politics and International Relations, University of Nottingham, Inggris, Tahun 2010 – sekarang. Dengan beasiswa dari Open Society Institute (OSI)/Chevening Scholarship.
2.
Pemenang The Institute of Asia Pacific Studies Postgraduate Writing Prize, Tahun 2011
3.
Penerima anugerah “Peserta Menonjol” dalam Open Society Institute (OSI) Summer School, di Istanbul, Turki, Agustus 2010.
4.
Staf Ahli Ketua Komisi I, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), RI, Bapak Kemal Azis Stamboel, Tahun 2009 – 2010.
5.
Asisten Peneliti di Freedom Institute, Tahun 2009.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
6.
Penulis Buku berjudul “The End of Future: Secret beyond war, destruction, and doomsday in the future” diterbitkan oleh NF Publishing, April 2010.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #13:
Mohammad Nuryazidi
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 29 Juni 1982
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Darul Ulum Jombang, Tahun 1997 – 2000.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2001 – 2005.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FISIP UI dengan IPK 3,56 (dari skala 4).
2.
Lulusan Terbaik FISIP UI, Tahun 2005.
3.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP UI, Tahun 2004.
4.
Asisten
Dosen
dan
Asisten
Peneliti
Departemen
Ilmu
Komunikasi, FISIP UI, Tahun 2004. 5.
Aktivis Senat Mahasiswa FISIP UI dan SALAM UI.
6.
Penerima beasiswa prestasi dari berbagai pihak, seperti:
7.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2002 – 2004.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Pegawai Bank Indonesia (BI), Tahun 2006 – sekarang.
2.
Termasuk dalam 25 Besar ”Bank Indonesia Star”, Tahun 2010.
3.
Media Executive di Starcomm Media Indonesia dan Initiative Media Indonesia, Tahun 2005.
4.
Penulis artikel di berbagai surat kabar tentang topik ekonomi dan perbankan.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #14:
Muhamad Fajrin Rasyid
Tempat/Tanggal Lahir Jakarta, 11 September 1986
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 1 Pekalongan, Tahun 2001 – 2004.
-
Strata-1 (S-1) Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung (ITB), Tahun 2004 – 2009.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari ITB dengan IPK 4,00 (dari skala 4).
2.
Juara 2, Ganesha Prize (Kompetisi Mahasiswa Terbaik ITB), Tahun 2008.
3.
Peraih Honorable Mention
dalam Kompetisi Matematika
Internasional ke-13, diadakan oleh University College London dan Odessa National University, Ukraina, Tahun 2006. 4.
Wakil Menteri Departemen Profesi dan Teknologi, Keluarga Mahasiswa (KM), ITB, Tahun 2007 – 2008.
5.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2006 – 2008.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Peserta Program Pertukaran Mahasiswa ke Daejeon University, dan meraih IPK 4.44 (dari skala 4.50), Tahun 2008 – 2009. Dalam
program
ini,
Fajrin
banyak
berinteraksi
dengan
mahasiswa dari berbagai universitas besar di ASEAN, Cina, Jepang, Selandia Baru, dan Eropa. 2.
Kapten Tim Pertukaran Mahasiswa ASEAN, Daejeon University, Tahun 2008 – 2009.
3.
Business Director, Suitmedia, Tahun 2011 – sekarang. Suitmedia adalah
sebuah
perusahaan
yang
menyediakan
jasa
pengembangan strategi dan eksekusi media berbasis teknologi informasi. Suitmedia telah menyediakan solusi media internet pada perusahaan-perusahaan seperti Bisnis Indonesia, Bakrie & Brothers, Telkomsel, Samsung, Recapital, dll. 4.
Konsultan Boston Consulting Group (BCG), Tahun 2009 – 2011. BCG adalah salah satu perusahaan konsultan manajemen terbaik di dunia.
5.
Pengembang Web untuk United Nations (UN) – Asian and Pacific Training Centre for Information and Communication Technology for Development (APCICT), Incheon, Korea Selatan.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #15:
Purba Purnama
Tempat/Tanggal Lahir Tegal, 10 Juni 1982
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 1 Slawi, Tahun 1997 – 2000.
-
Strata-1 (S-1) Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2000 – 2004.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FMIPA UI dengan IPK 3,65 (dari skala 4).
2.
Wisudawan Terbaik FMIPA UI, Tahun 2004.
3.
Mahasiswa Terbaik Departemen Kimia, FMIPA UI, di angkatannya, pada Semester 1 – 7, Tahun 2000 – 2004.
4.
Asisten Laboratorium Departemen Kimia, FMIPA UI, Tahun 2003 – 2004.
5.
Penerima beasiswa prestasi dari berbagai program, seperti: Beasiswa Bank Mandiri (Tahun 2000 – 2001), Beasiswa ETOS, Dompet Dhuafa, Republika (Tahun 2001 – 2002), Beasiswa Indofood (Tahun 2003), dan Beasiswa PPA (Tahun 2003 – 2004).
6.
Sekretaris Umum Komisi I Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), FMIPA UI, Tahun 2003 – 2004.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Aktivis dalam berbagai kegiatan kampus di FMIPA UI.
8.
Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2002 – 2004.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Doktoral (S-3) dan Master (S-2), program integrasi, di Biomaterial Research Center, Korea Institute of Science and Technology (KIST) – University of Science and Technology (UST). Tahun 2009 – sekarang. Dengan beasiswa dari program International Research and Development Academy (IRDA).
2.
Pemegang 1 hak paten terdaftar di Amerika Serikat dan 2 hak paten
terdaftar
di
Korea
Selatan,
dari
hasil
penelitian-
penelitiannya tentang modifikasi biopolymer polilaktida dan pemanfaatan teknologi superkritis karbon dioksida. 3.
Pemenang Anugerah KIST Korea atas Pencapaian Akademik Menonjol, Tahun 2011.
4.
Pemenang Anugerah UST Korea atas Pencapaian Penelitian Menonjol, Tahun 2010.
5.
Pemateri berbagai seminar dan konferensi dalam bidang kimia di Korea dan Paris.
6.
QA Manager (temporary) dan QA Laboratory Supervisor, PT Kalbe Morinaga Indonesia, Tahun 2007 – 2009.
7.
Staff di beberapa perusahaan, Tahun 2004 – 2007.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #16:
Rangga Handika
Tempat/Tanggal Lahir Blitar, 4 Juli 1983
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMU Negeri 1 Blitar, Tahun 1998 – 2001.
-
Strata-1 (S-1) Akuntansi, Fakultas Ekonomi (FE), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2001 – 2005.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FEUI dengan IPK 3,88 (dari skala 4).
2.
Lulusan Terbaik FEUI, Tahun 2005.
3.
Juara 2, Kompetisi Esai, Bursa Efek Jakarta (BEJ), Tahun 2004.
4.
Juara 1, Kompetisi Akuntansi Nasional, Universitas Atmajaya, Tahun 2004.
5.
Juara 2, National Accounting Challenge, Universitas Parahyangan, Bandung, Tahun 2003.
6.
Asisten Pengajar, Departemen Akuntansi, FEUI, Tahun 2004 – 2009.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Runner-Up Asisten Pengajar Terbaik, Departemen Akuntansi, FEUI, Tahun 2005.
8.
Ketua Umum Studi Profesionalisme Akuntansi (SPA), FEUI, Tahun 2004 – 2005. Sebuah organisasi setingkat himpunan mahasiswa departemen.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Doktoral (S-3), Doctor of Philosophy in Economics, Macquarie University, Sidney, Australia, Tahun 2010 – sekarang.
Dengan beasiswa International Macquarie University
Research Excellence Scholarship (iMQRES). 2.
Lulusan summa cumlaude (sempurna) dari program Master (S2) bidang Akuntansi dan Keuangan, Macquarie University, Sidney, Australia, dengan IPK 4.00 (dari skala 4.00), Tahun 2008 – 2009. Dengan beasiswa Macquarie University International Scholarship (MUIS).
3.
Lulusan cumlaude dari Program Profesi Akuntansi (PPAk), FEUI, dengan IPK 3,89 (dari skala 4.00), Tahun 2007.
4.
Penerima Vice-Chancellor’s Commendation for Academic Excellence, Macquarie University, Tahun 2009.
5.
Penerima Macquarie University Alumni Raymond Powys Memorial Prize, Macquarie University, Tahun 2010.
6.
Staff Pengajar, FEUI, Tahun 2009 – 2010.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
7.
Peneliti
dalam
berbagai
penelitian
bidang
akuntansi
dan
keuangan. 8.
Konsultan
manajemen
Pengembangan
dan
Akuntansi
akuntansi,
(PPA),
FEUI,
dibawah untuk
Pusat berbagai
perusahaan di Indonesia. Tahun 2007 – 2010. 9.
Official Assistant, Citibank, N.A. Jakarta, Tahun 2005 – 2006.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi http://www.international.mq.edu.au/globe/default.aspx?id=240&Editi onID=240
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Profil Mahasiswa Berprestasi #17:
Shofwan Al Banna Choiruzzad
Tempat/Tanggal Lahir Yogyakarta, 14 Juli 1985
Pendidikan SLTA dan Strata-1 -
SMA Negeri 1 Yogyakarta, Tahun 2000 – 2003.
-
Strata-1 (S-1) Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI), Tahun 2003 – 2007.
Aktivitas dan Prestasi pada Masa Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Lulusan cumlaude dari FISIP UI dengan IPK 3,72 (dari skala 4).
2.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Utama Nasional, Tahun 2006.
3.
Mahasiswa Berprestasi (Mapres) UI, Tahun 2006.
4.
Penerima FISIP UI Star, Mahasiswa Favorit, anugerah dari Dekan FISIP UI, Tahun 2005.
5.
Penerima FISIP UI Award, Kategori Penulis Terbaik, anugerah dari Dekan FISIP UI, Tahun 2005.
6.
Majelis Wali Amanat (MWA) UI, perwakilan unsur Mahasiswa, Tahun 2007.
7.
Aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, 2006-2007.
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
8.
Sekretaris Jenderal, Forum Studi Islam, FISIP UI, Periode 2004 – 2005.
9.
Perwakilan
mahasiswa
Indonesia
dalam
ASEAN-China
Conference, ASEAN-China Lecture series, May 2006. 10. Perwakilan Indonesia dalam Kongres Pemuda Asia Tahun 2006, di Thailand. 11. Penulis artikel di berbagai surat kabar nasional, seperti Kompas, Republika, dan Tempo. 12. Penulis sejumlah buku tentang Kepemudaan, Islam, dan Indonesia. Antara lain: “Ramadhan is Dead”; “Palestine: EGP”; “Ramadhan Returns”; “100% Dakwah Keren”; “Menggenggam Televisi: Peran Televisi dalam Mewujudkan Masyarakat Madani” (SUI Press); “Jakarta Recovery” (UI Press and Frederich Ebert Stiftung); “Indonesia Recovery” (UI Press); dan "Membentangkan Ketakutan: Jejak Berdarah Perang Global Melawan Terorisme" (Pro-U Media). 13. Pemenang berbagai lomba essay dan karya tulis ilmiah. 14. Peserta Program Pembinaan SDM Strategis (PPSDMS), Nurul Fikri, Tahun 2004 – 2006.
Aktivitas dan Prestasi Pasca Perkuliahan Strata-1 (S-1) 1.
Mahasiswa program Doktoral (S-3) di Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang, dengan IP sementara 4.96 (dari skala 5), tahun 2009 – sekarang. Dengan program beasiswa dari Ritsumeikan University.
2.
Lulus cumlaude Program (S-2) Master of Arts (MA) in International Relations, Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang, dengan IPK 4.91 (dari skala 5), tahun 2007 – 2009. Dengan
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
beasiswa dari program Monbugakusho. 3.
Peneliti di Ritsumeikan University, Tahun 2010 – sekarang.
4.
Pelaksana program di “Indonesia Mengajar”, Tahun 2009–2010.
5.
Pemenang, St.Gallen Wings of Excellence Award 2009, Swiss (Topik makalah: “Revival of Economic and Political Boundaries”).
6.
Juara 2, Lomba Esai Kepemudaan, Center for International Private Enterprise, Tahun 2010.
7.
Juara 1, Lomba Esai, yang diselenggarakan Modernisator, Tahun 2009.
8.
Salah satu dari 100 Pemimpin Masa Depan, dalam St.Gallen Symposium, Swiss, Tahun 2010.
9.
Satu dari 22 Indonesia’s Youth Champion, MarkPlus Inc., Tahun 2010.
10. Indonesia Young Leaders Award (Anugerah Pemimpin Muda Indonesia), Tahun 2008 – PPSDMS Nurul Fikri. 11. Pembicara dalam Malay Youth Symposium, Brunei Darussalan, Tahun 2010. 12. Penyaji dalam
Asia-Europe Young
Academics
Workshop,
Bruges-Brussels, Tahun 2008. 13. Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kyoto, Periode 20072008.
Catatan: -
Data per 13 April 2011
-
Foto koleksi pribadi
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Sumber Bacaan
Sebelum memulai studi atas Mahasiswa Berprestasi dan kemudian menuliskan hasilnya dalam sebuah buku, kami membangun kerangka konsep dari berbagai buku dan bahan bacaan di bawah ini. Lebih dari itu, buku-buku atau bahan bacaan ini turut memberikan tambahan input pengetahuan, inspirasi, dan semangat bagi kami, dan seharusnya
juga bagi anda jika anda mau mencoba membacanya
sendiri.
Agustian, Ary Ginanjar (2005). ESQ: Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Penerbit ARGA. (Psikologi) Blanchard, Ken (2003). Tancap Gas: Menciptakan Visi Sukses untuk Melejitkan Bisnis dan Hidup Anda. Indonesia: Kaifa. (Self-Help) Blanchard, Ken (2006). Self Leadership and the One Minute Manager. Jakarta: Gramedia. (Self-Help) Blanchard, Ken (2008). The One Minute Manager-Entrepreneur. Jakarta: Gramedia. (Self-Help) Carey, Jr, Charles W. (2002). American Inventors, Entrepreneurs, and Business Visionaries. New York: Facts on File. (Biografi) Carnegie, Dale (2011). Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan. Jakarta: Gramedia. (Self-Help) Carnegie, Dale (1981). How to Win Friends and Influence People. Adelaide: Angus&Robertson. (Self-Help)
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Carnegie, Dale (1958). How to Stop Worrying and Start Living. (SelfHelp) Cohen, William A. (2006). Secrets of Special Ops Leadership: Dare the Impossible Achieve the Extraordinary. Amerika Serikat: Amacom. (SelfHelp) Emirianti, Prima (2005). Pengaruh Sikap Ilmiah dan Konstruktif Mahasiswa pada Waktu Perkuliahan terhadap Prestasi Belajar Struktur Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Tahun Akademik 2002/2003 Universitas Negeri Semarang. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. (Skripsi) Ferrazzi, Keith dan Raz, Tahl (2011). Never Eat Alone: Bermacam Rahasia Sukses dan Kiat Menjalin Jejaring. Jakarta: GagasMedia. (SelfHelp) Galdwell, Malcolm (2008). Outliers: The Story of Success. New York: Little, Brown and Company. (Manajemen alternatif) Jakob Utama, dkk.(2003). Bung Hatta. Jakarta: Kompas. (Biografi) Merrill, Mike (2004). Dare to Lead: Strategi Kreatif 50 Top CEO untuk Meraih Kesuksesan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. (Manajemen) Murray, David Kord (2009). Borrowing Brilliance: Rahasia Sukses dengan Meminjam Gagasan Orang Lain. Jakarta: Kaifa. (Self-Help) Ramadhan K.H. (1993). Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. (Biografi) Robbins, Anthony (1991). Awaken the Giant Within. New York: Free Press. (Self-Help) Ruslim, Micahel D. (2011). Lead by Heart. Jakarta: Gramedia. (Biografi)
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Schwartz, David J.(1996). Berpikir dan Berjiwa Besar. Jakarta Barat: Binarupa Aksara. (Self-Help) Shell, G. Richard dan Moussa, Mario (2010). The Art of Woo: Seni Menjual Gagasan dengan Persuasi Strategis. Jakarta: Gemilang. (SelfHelp) Soetomo, Sulistina (1995). Bung Tomo Suamiku. Jakarta: Sinar Harapan. (Biografi) Suradi (2004). Bintang dari Timur: Biografi Politik Marwah Daud Ibrahim. Jakarta: Penerbit Suara Bebas. (Biografi) Tracy, Brian (2009). Reinvention: How to Make the Rest of Your Life the Best of Your Life. Amerika Serikat: Amacom. (Self-Help) Waringin, Tung Desem (2006). Financial Revolution. Jakarta: Gramedia. (Self-Help) Warrell, Margie (2009). Find Your Courage. Amerika Serikat: McGrawHill. (Self-Help) Watson, Lucinda (2001). How They Achieved: Stories of Personal Achievement and Business Success. New York: John Wiley & Sons. (Biografi) Y.W. Junardy (2008). Full Circle: Pengalaman 35 Tahun dalam Kepemimpinan Korporasi di IBM, Bank Universal, Excelcomindo, Bentoel, dan Grup Rajawali. Jakarta: Mizan. (Biografi)
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Daftar Foto
Referensi Gambar #1
Label M Fajrin Rasyid
Gambar #2 Gambar #3
Awidya Santikajaya Ghofar Rozaq Nazila Kondisi penderita TBC
Gambar #4
Gambar #5 Gambar #6
Gambar #7 Gambar #8 Gambar #9 Gambar #10
Gambar #11
Gambar #12 Gambar #13 Gambar #14
Gambar #15
Sampul Depan Buku “Ini Budi” John Wood di depan sekolah yang dibantunya Logo Room to Read Logo Asgar Muda
Sumber Dokumen Suitmedia dalam www.suitmedia.com Dokumen pribadi Dokumen Relife Group http://atikusinformationofdisease.blogspot .com/2010/01/tuberkulosisatau-tbtbc-adalah-suatu.html http://blogs.phys.unpad.ac.id/ sahrul/tag/ini-budi/ www.roomtoread.com
www.roomtoread.com
Goris Mustaqim Bapak Sugiharto, Mantan Menteri BUMN RI Purba saat menerima anugerah “Outstanding Researcher” dari UST, Korea Selatan Didi dan Istri saat di Singapura Fitra dan Istri saat kuliah di Australia Komando Pasukan Khusus, TNI AD Gubernur Ali Sadikin
-
http://asgarmuda.blogspot.co m/ Dokumen pribadi http://matanews.com/2010/05 /06/sugiharto-jadi-komutpertamina/ Dokumen pribadi
Dokumen pribadi Dokumen pribadi http://www.kopassus.mil.id/ko passus/single/home/24/Visi+d an+Misi.html http://jakartapunyasouvenir.bl ogspot.com/2011/04/alisadikin.html
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Gambar #16
Gambar #17
Gambar #18
Gambar #19
Gambar #20
Gambar #21
Gambar #22 Gambar #23
Gambar #24
Gambar #25 Gambar #26 Gambar #27 Gambar #28 Gambar #29
Goris bersama Presiden AS, Barack Obama Ari saat mengunjungi Amerika Serikat Rangga menerima penghargaan dari Macquarie University Alief saat mengajar di Kampus NHH, Norwegia Ical dan temantemannya saat studi di Inggris Ghofar saat diwawancara Metro TV Logo Suitmedia Lampu Hetric, produk kreatif Ferdi bersama temantemannya Ferdi dan temanteman saat menghadiri Kick Andy Logo PPSDMS Logo ETOS Logo KSE Logo MRU Foundation Logo Goodwill
-
Dokumen US Embassy
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen Relife Group
Dokumen Suitmedia Dokumen Hetric
Dokumen pribadi
www.ppsdms.org www.lpi-dd.net http://www.karyasalemba4.or g/ http://mruf.org/ www.yayasan.info
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
Catatan Kaki 1
Keputusan Dewan Juri Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional, Nomor : 02/SK/PIMNAS XXIII/2010 Tentang Hasil Penilaian Presentasi, Lomba Poster Ilmiah Program Kreativitas Mahasiswa Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIII 2010 2 Pengetahuan mengenai Wong Fei Hung dan “tendangan tanpa bayangan” didapat dari film berjudul “Once upon a Time in China” dan dari artikel Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Wong_Fei_Hung, diakses pada 11 Oktober 2011) 3 diambil dari http://arsip.bandungkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id =100:toha&catid=59:tokoh&Itemid=92, diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 05.20 4 Data Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) untuk Angka Partisipasi Murni Pendidikan Tinggi Tahun 2009, 10.3% 5 Data US Census Bureau (www.census.gov) dan Uni Eropa Statistic (http://epp.eurostat.ec.europa.eu/portal/page/portal/statistics/) 6 Angka prediksi WHO https://extranet.who.int/sree/Reports?op=Replet&name=/WHO_HQ_Reports/G 2/PROD/EXT/TBCountryProfile&ISO2=ID&outtype=html, diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 16.49 7 WHO Report 2010, Global Tuberculosis Control 8 Data WHO https://extranet.who.int/sree/Reports?op=Replet&name=/WHO_HQ_Reports/G 2/PROD/EXT/TBCountryProfile&ISO2=ID&outtype=html, diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 16.49 9 http://portfolio.theglobalfund.org/Country/Index/IND?lang=en, diakses pada 6 Juni 2011, pukul 16.45 10 http://portfolio.theglobalfund.org/Country/Index/IND?lang=en , diakses pada 6 Juni 2011, pukul 16.46 11 http://www.theglobalfund.org/en/privatesector/gatesfoundation/ , diakses pada 6 Juni 2011, pukul 17.06 12 Cerita terperinci tentang Ibu Siti Rahmani Rauf ini merujuk pada http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/jangan-cuma-kenal-ini-budi-kenalijuga-penulisnya/, oleh Rachmawan, juga telah diterbitkan di harian Tribun Jambi; Diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 06.03 13 http://www.roomtoread.org/page.aspx?pid=209, diakses pada 10 Oktober 2011, pukul 06.22 14 Dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dalam Kitab Riyadush Sholihin, Bab ”Keutamaan Orang Kaya yang Bersyukur”, karya Imam Nawawi 15 P.T. Bauer. “The Vicicous Circle of Poverty”. 16 Ibid 17 Ibid
-
-
Profil Mahasiswa Berprestasi
18
www.purbapurnama.com, diakses pada 11 Maret 2011 http://www.embassyofindonesia.org/news/2010/04/news043.htm, diakses pada 13 Oktober 2011, pukul 13.31 20 http://www.tempointeraktif.com/hg/Wawancara/2011/03/27/brk,20110327323208,id.html, diakses pada 13 Oktober 2011, pukul 13.40 21 http://www.britannica.com/EBchecked/topic/416842/Alfred-Bernhard-Nobel, diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 18.26 http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_nobel, diakses pada 11 Oktober 2011, pukul 18.30 22 Dalam akun twitter @najibrazak, tanggal 20 Mei 2011 23 http://en.wikipedia.org/wiki/Ben_Carson, diakses pada 14 Oktober 2011, pukul 06.38 24 Data tentang Suitmedia didapat dari http://www.suitmedia.com/, diakses pada 16 Oktober 2011, pukul 16.00 25 Detail tentang ppsdms dapat dilihat di www.ppsdms.org 26 Detail tentang etos dapat dilihat di www.lpi-dd.net 27 Detail tentang Karya Salemba Empat dapat dilihat di http://www.karyasalemba4.org/ 28 Detail tentang Mien R. Uno Foundation dapat dilihat di http://mruf.org/ 29 Detail tentang Goodwill dapat dilihat di http://www.yayasan.info 19
-
-
"Coba sewaktu saya kuliah dulu buku ini sudah ada. Buku ini memberikan panduan komprehensif yang sangat dapat diterapkan untuk sukses di berbagai aspek selama masa kuliah. Kemampuan buku ini untuk menginspirasi juga luar biasa. Membacanya membuat saya ikut merasa harus bangkit dan menyelesaikan tugas-tugas saya saat itu juga." — Donny Eryastha, Mahasiswa Berprestasi Nasional Indonesia 2005, sekarang Mahasiswa Program Master di Harvard University, Kennedy School of Government Buku ini menjawab tuntas atas pertanyaan mendasar yang dimiliki setiap mahasiswa, “Bagaimana strategi meraih kesuksesan pada masa perkuliahan?”. Yang membuat buku ini berbeda, penyusunan buku ini diawali dengan sebuah studi empiris atas 17 Mahasiswa Berprestasi Indonesia. Karenanya, buku ini akan menyajikan inspirasi, teladan, dan pengetahuan yang empiris pula, yang pernah dialami oleh para Mahasiswa Berprestasi itu. Buku ini akan memotivasi dan mengedukasi pembaca melalui fakta-fakta, bukan dengan bahasan yang normatif saja. Hasil studi dalam buku ini adalah temuan penting bagi mahasiswa yang peduli dengan masa depannya. Buku ini menjawab mahasiswa tentang bagaimana mereka seharusnya merencanakan, mengelola, dan menjalani masa-masa perkuliahan, agar masa kuliah tidak menjadi sia-sia, lebih bermanfaat, dan memang menyiapkan para pemuda menjadi figur yang siap mandiri dan berkarya dalam masyarakat.
M. Iffan Fanani adalah alumni Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (FEUI) dan alumni Asrama PPSDMS Nurul Fikri. Saat ini Iffan bekerja sebagai Internal Auditor di PT. BUMI Resources, Tbk. Sebelumnya dia pernah berkarier sebagai Asisten Pengajar di FEUI, Senior Konsultan di PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia, dan juga Manajer Akuntansi di PT KA Commuter Jabodetabek. Iffan mendapatkan Certified Internal Auditor (CIA) dari the Institute of Internal Auditor (The IIA), Amerika Serikat. Berbagai pelatihan audit internal dia dapatkan dari PwC, IIA Singapura, dan IIA Malaysia. Topik tentang Bisnis dan Manajemen Stratejik adalah kegemarannya. Buku ini adalah salah satu bentuk antusiasmenya dalam topik ini.
Muhammad Ichsan adalah alumni Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FEUI. Saat ini dia adalah salah satu Pengasuh PPSDMS Nurul Fikri, sebuah program pembinaan kepemimpinan berbasis asrama untuk mahasiswa-mahasiswa berprestasi di seluruh Indonesia. Ichsan banyak memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para mahasiswa-mahasiswa di berbagai kampus, seperti UI, ITB, UNPAD, IPB, UGM, ITS, UNAIR. Ichsan sempat mengikuti pelatihan-pelatihan kepemudaan di Inggris dan Cina. Buku ini adalah saripati pengalamannya dalam membina para pemuda.
Diterbitkan:
rumah pembelajar PUBLISH AND EDUCATE
Didukung: