KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN
Muhammad Ichsan STAIN Zawiyah Cot Kala, Langsa Aceh Email:
[email protected]
ABSTRACT Al-Quran as a way of life for people in the world. It talked about many things, aqidah, syari'ah, morals, and including human life in the world that guide human lives happily not only in the world, but also in eternal life of hereafter. But sometimes people are persuaded with the life in the world so they forget the aims of their existence in the world. Though many of the verses of the Qur'an mentioned that the life in this world is as a place to grow crops temporarily for reaping the fruit (the rewards) and the true happiness in the hereafter (heaven). Kata Kunci: Kehidupan, Dunia, al-Qur’an
PENDAHULUAN Islam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada manusia berkenaan dengan kehidupan di dunia. Bimbingan dan pengarahan tersebut adalah keseimbangan antara kehidupan rohani dan jasmani, dunia dan akhirat, pribadi dan masyarakat.1 Hidup di dunia adalah jembatan untuk mencapai kehidupan di akhirat yang hakiki. Juga kehidupan di dunia yang sempit dan amat terbatas waktunya, sedangkan kehidupan akhirat luas dan kekal abadi. Hal ini sesuai dengan QS. al-Ra’d: 26;
ُ ُ َْ ُا ﱠ ْ َ ِ اﻟﺮزق َ َ وﯾﻘﺪر اﻟﺪﻧﯿﺎ َ ْ ّ ِ ﯾﺒﺴﻂ ُ ِ وﻓ ُ ِ ْ َ َ ﯾﺸﺎء َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ُ ﱡ َ َ ْ وﻣﺎ َ ْ ﺑﺎﻟﺤﯿﺎةِ ﱡ َ َ ْ ِ ﺮﺣﻮا ُ َ َ ﻟﻤﻦ َ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ َ َ اﻵﺧﺮة ِإﻻ ٌﻣﺘﺎع ِ َ ِ َ ْ ِﻓﻲ “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (QS. al-Ra’du: 26) Tujuan penciptaan manusia oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, pengabdian yang dilakukan ini akan mendapatkan ganjaran pahala di dunia dan di akhirat. Namun sebaliknya bila manusia melakukan dosa, artinya tidak mengikuti perintah Allah, maka akan menerima juga pembalasan hukuman dari apa yang telah ia lakukan di dunia. Kehidupan dunia ini sangat berharga, oleh karena itu manusia diperintahkan bekerja untuk urusan dunia dengan sungguh-sungguh, sebagai bekal di akhirat. Al-Qur’an tidak melarang manusia merasakan kenikmatan, keberuntungan dan kebahagiaan dunia. Hanya diingatkan jangan sampai melampaui batas atau _____________ 1
Facruddin HS, Ensiklopedi Al-Qur’an, Cet. I (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 331. Selanjutnya disebut Fachruddin HS, Ensiklopedi Al-Qur’an. 68
MUHAMMAD ICHSAN: KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR ‘AN
salah dalam mempergunakannya untuk yang merugikan diri sendiri dan orang lain.2 Pembatasan ini perlu, supaya manusia jangan sampai salah mempergunakan kekayaan, kekuasaan, dan pengetahuan, dengan memperturutkan hawa nafsu yang tidak mengenal puas. Kemewahan dan kemegahan yang telah dilumuri dosa dan maksiat, bisa membawa kepada keruntuhan, kehancuran, serta kekacauan dalam masyarakat dan bangsa. Dalam beberapa ayat al-Qur’an, digambarkan bahwa kehidupan dunia ini bagai tanaman yang tumbuh dan berkembang sampai ke tingkat yang menakjubkan, kemudian layu, kering dan hancur. Riwayat dunia cukup menggambarkan, bagaimana suatu bangsa bangun dan naik ke tingkat kebesaran setinggi-tingginya, kemudian meluncur turun, lemah, sengsara dan binasa, bahkan sampai hilang lenyap dari permukaan bumi, seperti bangsa Saba’ yang digambarkan dalam alQur’an. Selain itu, mengingatkan bahwa kesenangan dunia dan kemewahannya hanyalah bersifat sementara. Disebutkan pula di dalam al-Qur’an bahwa harta benda dan anak merupakan perhiasan dalam kehidupan dunia. Sedangkan amal saleh akan mendapat pahala yang lebih baik dan kekal. Adapun orang-orang yang tidak beriman, hanya merasakan kenikmatan sementara di dunia, dan di akhirat mereka akan merasakan azab dari keingkaran mereka kepada Allah. KONSEP KEHIDUPAN DUNIA Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman hidup bagi manusia di dunia untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Oleh karena itu, alQur’an di dalamnya menjelaskan berbagai hal, termasuk mengenai perumpamaan kehidupan dunia. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan kepada manusia mengenai kehidupan dunia. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk menuntun manusia kepada jalan yang diridhai Allah. Adapun dalam pembahasan ini, mengenai kehidupan dunia yang disebutkan dalam al-Qur’an mengacu kepada pokok pembahasan ayat-ayat berikut: 1. QS. al-Hadid: 20;
وﺗﻜﺎﺛﺮ ِﻓﻲ ٌ ِ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ٌ ُ َ َ َ َﻜﻢ ٌ ُ َ َ َ ٌوزﯾﻨَﺔ َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ُ ﱡ َ َ ْ أﻧﻤﺎ َُْ ٌ ْ َ َ ﻟﻌﺐ ْ ُ وﺗﻔﺎﺧﺮ َ ْﺑﯿﻨ ِ َ وﻟﮭﻮ َ اﻋﻠﻤﻮا َ ﱠ ُ ْ أﻋﺠﺐ ُ َ ﺎر ﻧ َ ْ ُ ُﻓﺘﺮاه ٍ ْ َ ﻛﻤﺜﻞ ﺛﻢ ِ ْ َ َ اﻷﻣﻮال ُ ِ َ ﺛﻢ َ َ ْ َ ﻏﯿﺚ ِ َ َ َ واﻷوﻻد ِ َ َْ ْ ﻣﺼﻔﺮا ُ ﱠ َﺒﺎﺗﮫُ ُ ﱠ َ َ َ ﯾﮭﯿﺞ َ اﻟﻜﻔﱠ ٌ َ ْ ِ َ ِ ﻣﻦ ا ﱠ ُ َُ وﻣﺎ َ ِ ٌ وﻣﻐﻔﺮة ِ َ ﻋﺬاب ٌ َ َ اﻵﺧﺮة ِ َ ﺣﻄﺎﻣﺎ ِ َ ِ َ وﻓﻲ ً َ ُ ﯾﻜﻮن َ ِ ْ َ َ ٌ ﺷﺪﯾﺪ َ َ ورﺿﻮان .اﻟﻐﺮور ُ َ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ِإﻻ َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ُ ﱡ ََ ْ ِ ُ ُ ْ ﻣﺘﺎع
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya, dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadid: 20). _____________ 2
Facruddin HS, Ensiklopedi Al-Qur’an, 331.
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
69
2. QS. Yunus: 24;
ْ َ ْ َ ﻛﻤﺎء َ َ َ ْ َ اﻟﺴﻤﺎء ُ َ ﺑﮫ ﻧ ُ َ َ إﻧﻤﺎ اﻷرض َ ِ ُأﻧﺰﻟﻨَﺎه ٍ َ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ِ َ ﻣﻦ ﱠ ِ ِ ﻓﺎﺧﺘﻠﻂ ِ َ َ ْ ﻣﺜﻞ ِ ْ َ َﺒﺎت َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ﱡ َِﱠ واﻷﻧﻌﺎم َ ﱠ َ ِ ﺣﺘﻰ زﺧﺮﻓﮭﺎ َ ﱠ َﺖ َ َ ﱠ ْ وازﯾﱠﻨ ُ ُ ْ َ ﻣﻤﺎ وظﻦ ِ َ َ َ إذا ُ ْ َ أﺧﺬت ِ ﱠ ُ ﯾﺄﻛﻞ ﱠ ُ َ ْ َ َ اﻟﻨﺎس َ َ ُ ْ ُ اﻷرض ْ َ َ َ َﮭﺎرا ْ َ َ ﺣﺼﯿﺪا ً ِ َ َﺎھﺎ ﻛﺄن َ ﻓﺠﻌﻠﻨ َ َ َ ﻋﻠﯿﮭﺎ أ َ ُ ِ َ أﻧﮭﻢ ً َ أﻣﺮﻧَﺎ َ ْﻟﯿﻼ َْأو ﻧ ُ ْ َ ﺗﺎھﺎ ْ ُ أھﻠﮭﺎ َ ﱠ َ ْ َ َ ﻗﺎدرون َُْ َ ُ ّ ِ َ ُ ﻛﺬﻟﻚ ﯾﺘﻔﻜﺮون ِ َ َ ﻧﻔﺼﻞ َ ْ َ َْﻟﻢ َ ِ َ َ ﺑﺎﻷﻣﺲ ُ ﻟﻘﻮم َ َ َ ﱠ ٍ ْ َ ِ اﻵﯾﺎت ِ ْ َ ِ ﺗﻐﻦ “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24). 3. QS. Thaha: 131;
َوﻻ َ ُ ﱠ ﱠ َﮭﻢ ْ َ ﺗﻤﺪن َ ْ ﻋﯿﻨ ِ ْ اﻟﺪﻧﯿﺎ ِﻟﻨ ِ ِ ﻣﺘﻌﻨَﺎ ِ َ َ ْ َ زھﺮة ً َ ْ َ ﺑﮫ ْ َﯿﻚ َِإﻟﻰ َﻣﺎ َ ﱠ َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ﱡ ْ ُ َﻔﺘﻨ ْ ُ ْ ِ أزواﺟﺎ َ ْ َ ﻣﻨﮭﻢ َ ْ َ َ ﺧﯿﺮ ُ ْ ِ َ ﻓﯿﮫ وأﺑﻘﻰ َ ِّ َ ورزق ِ ِ ٌ ْ َ رﺑﻚ “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami coba mereka dengannya, dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131). Arti Mufradat Sebelum mengemukakan penafsiran ayat-ayat di atas, ada beberapa makna mufradat yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu: a. Matsal ( ) ﻣﺜﻞ Quraish Shihab dalam bukunya menyebutkan bahwa kata matsal ()ﻣﺜﻞ sering kali diartikan peribahasa. Namun makna ini tidak sepenuhnya benar, peribahasa biasanya singkat dan populer. Sedang matsal al-Qur’an tidak selalu demikian, bahkan ia selalu panjang sehingga tidak sekedar “mempersamakan” satu hal dengan satu hal yang lain, tetapi mempersamakannya dengan beberapa hal yang saling berkaitan. Sebagaimana dalam QS. Yunus: 24, yang “mempersamakan” kehidupan dunia dengan keelokan dan cepat berakhirnya, bukan sekedar dengan air hujan, tetapi berlanjut dengan melukiskan apa yang dihasilkan oleh hujan itu setelah menyentuh tanah dan apa yang terjadi pada tanah dengan tumbuhnya tanaman, sejak tumbuh hingga berkembang dan berbuah. Tidak hanya sampai di sana, tetapi dilukiskan harapan pemilik tanaman dan kesudahan yang dialaminya.3 Dari sini terlihat bahwa ia bukan sekedar persamaan, ia adalah perumpamaan yang aneh dalam arti menakjubkan atau mengherankan.
_____________ 3
70
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Cet. IV (Jakarta: Lintera Hati, 2005), 58. MUHAMMAD ICHSAN: KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR ‘AN
)َُ ﱠ ﱠ b. Tamuddanna (ﺗﻤﺪن ) َ ُ ﱠ ﱠberasal dari madda ( ) َﻣﺪﱠyang secara harfiah Kata tamuddanna (ﺗﻤﺪن 4 berarti memanjangkan. Dalam tafsirnya, Quraish Shihab 5 menyebutkan bahwa memanjangkan mata terhadap sesuatu, yang pertanda perhatian yang besar serta rasa kagum dan cinta kepadanya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa larangan dari ayat di atas merupakan larangan untuk menaruh perhatian yang luar biasa dan keinginan yang mendalam serta rasa kagum terhadap hiasan dunia yang dimiliki para pendurhaka. c. Azwajan ()ازواج Kata azwajan ( )ازواجadalah bentuk jamak dari kata zawj ()زوج. Ada yang memahaminya dalam arti keragaman golongan orang-orang kafir, atau pasangan-pasangan pria atau wanita yang mereka memiliki, baik dalam arti perorangan karena kecantikan dan kemampuannya maupun dalam arti rumah tangga.6 Asbab al-Nuzul Dari ketiga ayat yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini, setelah diteliti dalam beberapa buku dan kitab tafsir, ternyata hanya satu ayat saja yang mempunyai asbab al-nuzul, yaitu pada QS. Thaha: 131. Sedangkan dua ayat lain, sepertinya tergolong dalam kelompok ayat yang tidak mempunyai asbab al-nuzul. Allah hanya menerangkan bentuk dan perumpamaan kehidupan dunia yang manusia tidak akan kekal selamanya kecuali di akhirat kelak. Allah menerangkan tentang kehidupan dunia dalam semua tingkatannya sejak dari yang kecil berupa permainan, yang kemudian berubah menjadi hiburan, lalu perhiasan kecantikan dan ketampanan, dan berbangga-banggaan, kemudian berbanyak-banyak harta dan anak. Demikian juga perumpamaan kehidupan dunia yang tidak berbeda dengan air hujan yang turun di atas ladang, kebun dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang sangat menakjubkan orang-orang yang memperhatikannya. Terutama bagi orang-orang kafir yang tidak mengenal akhirat, mereka sangat kagum melihat hasil yang di dapat dari ladang dan kebun tersebut. Akan tetapi kemudian pada waktu telah tiba saatnya tumbuh-tumbuhan itu mulai layu, daundaunnya menjadi kuning lalu berguguran menjadi sampah. Demikianlah Allah memberi perumpamaan kepada manusia mengenai kehidupan dunia, bagaimanapun indahnya pada akhirnya habis, rusak dan binasa. Sedangkan di akhirat ada siksa yang berat lagi keras, disamping ada pengampunan dan ridha Allah kepada muslim yang telah menjalani hukuman.7 Jadi sebenarnya kehidupan dunia yang dijalani ini hanyalah kesenangan sementara, sedangkan _____________ 4
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Cet. XXV (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002),
1318. 5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 401. Selanjutnya disebut Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. 6 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 401. 7 Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. VIII, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), 44. Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
71
kesenangan yang abadi adalah di surga yang disediakan oleh Allah kepada hambaNya yang beriman dan bertakwa. Hal ini sesuai dengan QS. al-Imran: 15;
ْ ِ ﺗﺠﺮي ْ ِ ﺑﺨﯿﺮ ُْ ٌ رﺑﮭﻢ َ ﱠ ﺗﺤﺘﮭﺎ َ ِ ذﻟﻜﻢ ِ ﱠ ُ َ ﻗﻞ ْ َ ﻟﻠﺬﯾﻦ ﱠ ٍ ْ َ ِ َﺒﺌﻜﻢ ْ ِ ِّ َ َاﺗﻘﻮا ِﻋ ْﻨﺪ ْ ُ ِ َ ﻣﻦ ْ ُ ُ ِّ أؤﻧ ِ ْ َ ﺟﻨﺎت َ ِ ْ َ ﻣﻦ ٌ َ ْ ِ َ ٌ ﻣﻄﮭﺮة ﺑﺼﯿﺮ َ ِ ورﺿﻮان َ ِ ِ َ اﻷﻧﮭﺎر ٌ َ ْ َ َ ﻓﯿﮭﺎ ٌ ِ َ ُ ﻣﻦ ا ﱠ ِ َوا ﱠ ُ َ َْ َ وأزواج ُ َ ﱠ َ ِ ﺧﺎﻟﺪﯾﻦ .ﺑﺎﻟﻌﺒﺎد ِ َِْ ِ “Katakanlah: "Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?.” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah, dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran: 15). Adapun mengenai asbab al-nuzul QS. Thaha: 131, disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi kedatangan seorang tamu, lalu beliau menyuruh Abi Rafi’ meminjam terigu kepada Yahudi yang akan dibayar pada bulan Rajab. Lalu Abi Rafi’ pergi menemui Yahudi tersebut untuk meminjam terigu, seperti yang telah diperintahkan. Sesampainya di sana dan menyampaikan apa yang dinginkan, Yahudi tersebut berkata: “Aku tidak dapat memberinya kecuali ada jaminan (Borg)”. Abi Rafi’ kembali kepada Nabi, dan menceritakan hal itu. Kemudian Nabi bersabdalah: “Demi Allah, aku ini dikenal sebagai orang yang jujur di jagat ini”. Dan pada saat itu turunlah QS. Thaha: 131, saat Abi Rafi’ belum meninggalkan Nabi, yang melarang Nabi mengharapkan sesuatu dari golongan luar Islam.8 Dari asbab al-nuzul ayat, dapat dipahami bahwa umat Islam dilarang berharap belas kasihan maupun meminta bantuan dari orang-orang kafir dalam urusan kehidupan dunia, karena bagi umat Islam yang beriman dan bertakwa kehidupan dunia itu adalah sementara, dan yang lebih baik dan kekal ialah kehidupan akhirat. Kemegahan dunia yang dijadikan bagi orang-orang kafir adalah sebagai cobaan dan sementara, yang pada akhirnya mereka akan merasakan kepedihan api neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka, yang mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan Kehidupan Dunia dalam al-Qur’an Dari beberapa ayat yang telah disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa Allah memberi gambaran mengenai perupamaan kehidupan yang dijalani manusia di dunia ini, yang tumbuh, berkembang dan hancur. Juga mengajarkan kepada umat Islam agar jangan kagum dan tertarik karena melihat kehidupan dunia, artinya Allah melarang hamba-Nya lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat Dalam QS. al-Hadid: 20, Allah menerangkan bentuk kehidupan dunia dalam semua tingkatannya mulai dari yang kecil berupa mainan kemudian berubah menjadi hiburan, lalu perhiasan kecantikan dan berbangga-banggaan, kemudian berlomba-lomba memperbanyak harta dan anak buah, jika telah mencapai usia cukup tua. _____________ 8
72
A.Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Cet. V (Bandung: Diponegoro, 1987), 323. MUHAMMAD ICHSAN: KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR ‘AN
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahkan hal tersebut tidak berbeda dengan air hujan yang di atas ladang, kebun dan menumbuhkan berbagai tumbuhan yang menakjubkan orang-orang yang memperhatikannya. Terutama orang-orang kafir yang tidak mengenal akhirat, mereka sangat kagum melihat hasil yang didapat dari kebun dan ladang itu, tapi kemudian tiba saatnya tumbuhtumbuhan di kebun itu mulai layu, daun-daunya menjadi kuning lalu berguguran menjadi sampah.9 Itulah contoh dunia bagaimanapun indahnya akhirnya habis, rusak dan binasa, sedangkan di akhirat ada siksa yang berat, di samping juga ada pengampunan dan ridha Allah. Ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia hanyalah bekal kesenangan sementara bagaikan menipu bagi orang yang menyangka akan dapat hidup kekal selamanya. Adapun manusia yang dapat merasakan kehidupan yang baik di dunia adalah mereka yang mengerjakan perbuatan baik dan beriman kepada Allah, baik itu laki-laki maupun perempuan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. alNahl: 97;
ًطﯿﺒﺔ َ ْ ُ ذﻛﺮ َْأو ﻣﺆﻣﻦ َ َ ُ ْ ِ َ ﱠ ْ ِ ﺻﺎﻟﺤﺎ ْ َ ٌ ِ ْ ُ وھﻮ َ ِ َ ﻣﻦ ً ِ َ ﻋﻤﻞ َ ِّ َ ً ﺣﯿﺎة َ َ ُﻓﻠﻨﺤﯿﯿﻨﮫ ٍ َ َ ﻣﻦ َ ُ َ أﻧﺜﻰ ُ َ ْ َ ﻛﺎﻧﻮا ََ ُ َ ﺑﺄﺣﺴﻦ َﻣﺎ .ﯾﻌﻤﻠﻮن ْ ُ َ ْ َ َﺠﺰﯾﻨﮭﻢ ْ ُ وﻟﻨ ْ ِ َ ﱠ ِ َ ْ َ ِ أﺟﺮھﻢ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki -laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-Nahl: 97). Jadi kehidupan dunia ini menurut QS. al-Hadid: 20, ibarat panggung sandiwara, yang setiap orang bermain sesuai perannya. Kehidupan dunia adalah permainan, bukan kehidupan yang sebenarnya. Dan jika seseorang memandang dunia ini adalah kehidupan yang sebenarnya, berarti ia mengatakan bahwa sandiwara adalah kehidupan yang sebenarnya. Sandiwara adalah sandiwara, sebuah permainan yang diatur oleh sang sutradara, babak demi babak. Ketika seluruh babak berakhir, para pemain akan memulai kehidupannya yang sebenarnya, bukan sebagai pemain sandiwara lagi. Babak terakhir kehidupan manusia adalah ketika ia menemui ajalnya; pada saat itulah dia akan memulai kehidupannya yang sebenarnya, kehidupan yang kekal abadi, sesuai dengan watak aslinya dan bukan sebagai pemain sandiwara.10 Di dalam QS. al-Ankabut: 64, Allah juga menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan belaka. Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya bagi orang-orang yang mengetahui dan mengharapkan kebahagiaan yang sebenarnya. Adapun ayat tersebut adalah;
وﻟﻌﺐ َ ِ ﱠ ُ َ َ َ ْ ﻟﮭﻲ اﻟﺤﯿﻮان َْﻟﻮ ٌ ِ َ َ ﻟﮭﻮ ِ ِ َ َوَﻣﺎ َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ُ ﱡ َ َ ْ ھﺬه ٌ ْ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ِﱠإﻻ َ ِ َ ْ اﻟﺪار َ وإن ﱠ َ ِ َ َ اﻵﺧﺮة ُ َ ﯾﻌﻠﻤﻮن َ ُ َ ْ َ ﻛﺎﻧﻮا “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan mainmain. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan sebenarnya, jika mereka mengetahui” (QS. al-Ankabut: 64). _____________ 9
Ibnu Katsir, Terjemah Singkat…, 43-44. Hilmy Bakar Al-Mascaty, Panduan Jihad, Cet. I (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 45.
10
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
73
Kehidupan dunia, termasuk harta benda yang dimiliki oleh manusia, adalah permainan, senda gurau, dan sandiwara. Ketika hidup di dunia, manusia dihiasi harta dan benda yang menyenangkan, ibarat seorang artis yang bermain di panggung dan arena yang megah, namun ketika mati, ia tidak membawa harta benda, tidak membawa rumah besar, mobil mewah dan segala harta kekayaan, yang dimilkinya di dunia. Ia mati meninggalkan semua hartanya, seperti sang pemain sandiwara yang meninggalkan panggung tanpa membawa perlengkapan permainannya karena ia hanyalah seorang pemain sandiwara, bukan sang pemilik panggung sandiwara. Manusia akan kembali dengan amalnya dan meninggalkan panggung sandiwaranya di dunia yang akan digunakan oleh artis lainnya.11 Dengan demikian, mereka yang sadar akan hakikat ini pasti akan menggunakan apa yang ada padanya di jalan Allah, agar mereka mendapat kehidupan yang bahagia. Jika kehidupan dunia ini adalah sandiwara, Allah sang Pencipta adalah sutradara yang mengatur skrip manusia. Jika manusia melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah, pasti akan mendapat kebahagiaan, namun sebaliknya jika manusia tidak mengikuti aturan dan ketentuan Allah, pasti akan mendapat kemurkaan. Allah akan membalas manusia sesuai dengan apa yang dilakukannya. Senada dengan QS. al-Hadid: 20, dalam QS. Yunus: 24 juga menjelaskan tentang kehidupan dunia yang digambarkan seperti pepohonan yang subur, indah, memberi kesenangan bagi yang memandangnya, bahkan memperdaya mereka. Akan tetapi pada suatu saat pohon itu pasti akan mati, punah dan hilanglah segala keindahannya. Demikianlah hakikat kehidupan dunia ini, sangat indah, mempesona, namun suatu saat pasti akan sirna, tidak akan kekal. Setiap orang pasti akan meninggalkan dunia yang disenanginya, karena kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat sementara, ibarat peristirahatan para pengelana. 12 Mengenai gambaran kehidupan dunia ini, Allah juga menggambarkan dalam QS. al-Kahfi: 45-46, yaitu:
ْ َ ْ َ ﻛﻤﺎء َ َ َ ْ َ اﻟﺴﻤﺎء ُ َ ﺑﮫ ﻧ َﺒﺎت َ ِ ُأﻧﺰﻟﻨَﺎه ٍ َ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ْ ِْ َ َ َ َ ﻟﮭﻢ ِ َ ﻣﻦ ﱠ ِ ِ ﻓﺎﺧﺘﻠﻂ ِ َ َ ْ ﻣﺜﻞ َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ﱡ ْ ُ َ واﺿﺮب َ َ ُ وﻛﺎن ا ﱠ ِّ ُ ﻋﻠﻰ .ﻣﻘﺘﺪرا ٍ ْ َ ﻛﻞ َ َ َ اﻟﺮﯾﺎح ُ َ ّ ِ ُﺗﺬروه ً ِ َ ْ ُ ﺷﻲء ُ ْ َ ھﺸﯿﻤﺎ ِ َْ ً ِ َ ﻓﺄﺻﺒﺢ َ َ ْ َ َ اﻷرض ْ ِ ﺧﯿﺮ ُ َ ِ واﻟﺒﺎﻗﯿﺎت ﱠ ُ َ ِ َ ْ َ اﻟﺪﻧﯿﺎ ُ َْ ﺛﻮاﺑﺎ َ ُ َ ْ َ اﻟﻤﺎل ً َ َ رﺑﻚ َ ِّ َ َﻋﻨﺪ ِ َ َ ْ ُواﻟﺒﻨﻮن ِزﯾﻨَﺔ ٌ ْ َ اﻟﺼﺎﻟﺤﺎت َ ْ اﻟﺤﯿﺎة ﱡ .أﻣﻼ ٌَْ َ َ َ وﺧﯿﺮ “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin, dan Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. al-Kahfi: 45-46). Kehidupan dunia ini sangat menyenangkan bagi orang-orang tertentu, terutama bagi mereka yang memiliki kedudukan, jabatan, dan harta yang berlimpah ruah. Dengan harta yang dimilikinya, manusia dapat mencari segala bentuk kepuasan dunia yang tidak ada batasnya. Mereka dapat membangun rumah _____________ 11 12
74
Hilmy Bakar Al-Mascaty, Panduan Jihad, 47. Hilmy Bakar Al-Mascaty, Panduan Jihad, 46.
MUHAMMAD ICHSAN: KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR ‘AN
mewah, membeli kendaraan canggih, membangun peradaban yang menyenangkan hatinya, ataupun membeli wanita-wanita pemuas kebutuhan nafsu syahwatnya. Perumpamaan terhadap harta dan dunia seperti ini adalah agar mereka yang menggenggamnya sadar akan hakikat bahwa harta yang dimilikinya akan punah, kemudian tidak ragu-ragu untuk memanfaatkannya pada kebajikan yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan. Jika dunia tidak meninggalkan mereka, mereka pasti yang akan meninggalkannya ketika mati. Terhadap sesuatu yang sudah pasti hilang, mengapa mesti berat memberikannya di jalan Allah, agar hilangnya mendatangkan kebahagiaan dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Jadi oleh karena kedurhakaan manusia di dunia ini adalah akibat keterlaluan mereka dalam mencintai dunia dan menikmati keindahannya, maka dunia ini dimisalkan oleh Allah dengan sebuah permisalan yang tersebut di atas, agar dapat membuat orang berakal tidak sampai tertipu olehnya, dan ia dapat terbimbing dalam sikap pertengahan dalam mencari dunia. Begitu pula dalam mencari kelezatan-kelezatannya, ia tidak akan menggunakan kedurhakaan, kezaliman atau kerusakan yang ia lakukan di atas permukaan bumi.13 Sedangkan dalam QS. Thaha: 131, Allah berkata kepada Nabi Muhammad, “Janganlah memandang kenikmatan yang sedang dinikmati orang-orang yang gemar bermegah-megahan, konco-konco mereka dan orang-orang yang seperti mereka, karena itu adalah bunga-bunga yang sirna dan kenikmatan yang semu supaya kami menguji mereka dengannya, dan sedikit sekali di antara hambahamba Allah yang bersyukur”. Mujahid berkata, maksud dari “golongangolongan dari mereka”, yaitu orang-orang kaya, lantaran telah datang kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang datang kepada mereka. Maka dari itu, Allah berfirman “Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal”.14 Ayat di atas melarang kaum muslimin memandang secara tajam terhadap kesenangan yang dinikmati oleh orang-orang yang melampaui batas, karena sesungguhnya kesenangan itu hanya sebagai ujian bagi mereka. Hal ini adalah agar Allah mengetahui apakah mereka menunaikan hak syukurnya atau mendapat malapetaka dengan sebab hartanya. Sedangkan Allah telah memberikan kepada orang yang beriman suatu yang lebih baik daripada apa yang telah diberikan kepada mereka. Keampunan dan keridhaan-Nya adalah lebih baik dan kekal. Nabi Muhammad adalah orang yang paling zuhud di antara manusia, meskipun beliau mampu untuk menghasilkan kekayaan, namun ketika mendapatkannya beliau langsung menafkahkannya kepada hamba-hamba Allah, dan tidak menyimpan buat dirinya sedikit pun untuk hari esok. Di dalam kitab Shahih ditulis bahwa Umar bin Khattab ketika masuk menemui Nabi dalam bilik yang agak tinggi, tempatnya mengasingkan diri dari istri-istrinya, saat beliau bersumpah tidak mau menggauli mereka selama satu bulan. Umar melihat Nabi sedang berbantal dan berbaring di atas tikar berpasir. Tidak ada apa-apa di rumah itu selain tumpukan daun salam dan beberapa lembar kulit yang belum disamak.15 _____________ 13
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Juz. X-XII, terj. Hery Noer Ali, dkk, Cet. II (Semarang: Toha Putra, 1992), 177. 14 Abu Dzar al-Qalmuni, Dunia, Neraka dan Surga Dalam Tafsir Ibnu Katsir, terj. Saefuddin Zuhri, Cet. I (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), 77. Selanjutnya disebut Abu Dzar alQalmuni, Dunia, Neraka. 15 Abu Dzar al-Qalmuni, Dunia, Neraka...., 77. Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
75
KESIMPULAN Dari beberapa penafsiran ayat di atas yang menjelaskan mengenai kehidupan dunia dalam pandangan al-Qur’an, dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa kehidupan dunia, termasuk harta yang dimiliki manusia adalah permainan, senda gurau dan sandiwara. Artinya kehidupan dunia bukan kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang akan dijalani manusia untuk selamanya adalah di akhirat kelak. Al-Qur’an menggambarkan kehidupan dunia ini bagaikan tanaman yang tumbuh dan berkembang sampai ke tingkat yang menakjubkan, kemudian layu, kering dan hancur. Ini dimisalkan sebagai bermacam-macam tanaman yang ada di atas bumi, yang dikirimi hujan oleh Allah. Maka berhimpitlah tanaman-tanaman itu satu sama lain sehingga tampak indah bagi siapapun yang memandangnya. Namun tak lama sesudah itu tiba-tiba turun bencana yang menghancurkan tanaman-tanaman itu sama sekali dan menjadikan tiada berguna lagi. Allah melarang kepada orang yang telah beriman kepada-Nya memandang kenikmatan yang sedang dinikmati oleh orang-orang yang gemar bermegahmegah, karena Allah memberikan kenikmatan tersebut hanya untuk menguji mereka, yaitu apakah mereka menjadi orang yang bersyukur atau pun sebaliknya menjadi orang yang durhaka.
76
MUHAMMAD ICHSAN: KEHIDUPAN DUNIA DALAM PANDANGAN AL-QUR ‘AN
DAFTAR PUSTAKA Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah tafsir al-Maghari, Juz. X-XII, terj. Hery Noer Ali, dkk, Cet. II, Semarang: Toha Putra, 1992. Al-Mascaty, Hilmy Bakar, Panduan Jihad, Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Al-Qalmuni, Abu Dzar, Dunia, Neraka dan Surga Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Penerj. Saefuddin Zuhri, Cet. I, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006. Facruddin, HS., Ensiklopedi Al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid. VIII, terj. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Surabaya: Bina Ilmu, 2003. Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir, Cet. XXV, Surabaya: Pustaka Progresif, 2002. Shaleh, A.Q., dkk, Asbabun Nuzul, Cet. V, Bandung: Diponegoro, 1987. Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Cet. I, IV, Jakarta: Lintera Hati, 2005.
Al-Mu‘ashirah Vol. 9, No. 1, JANUARI 2012
77