RUANG KAJIAN
PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries
Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So “Social Changing and Development” that explains about their perspective above modernization theory development, dependency and backwardness, and the theory of world-economic system. In discussing these paradigms, the writers try to cover systematically pervading the birth history, the development, until the theoretical transformation process from these paradigms. Keywords: Modernization theory, dependency and backwardness theory, and worldeconomic system theory
Pendahuluan Buku berjudul “Perubahan Sosial dan Pembangunan” ini mencoba untuk menjelaskan perspektif para penulis dalam hal
perkembangan teori modernisasi, teori ketergantungan dan keterbelakangan (dependensi), serta teori sistem ekonomi-dunia. Pembahasan
mengenai ketiga teori ini berangkat dari perkembangan sejarah yang melingkupi teori tersebut dimana pada akhir tahun 1950-an teori modernisasi merupakan paradigma utama dalam tatanan sosial dan pembangunan. Pada akhir tahun 1960-an, aliran ini mendapat tantangan dari paradigma baru yaitu teori ketergantungan dan keterbelakangan (dependensi). Kemudian dilanjutkan pada pertengahan tahun 1970-an muncul paradigma baru yaitu teori sistem ekonomi-dunia untuk menguji isu-isu pembangunan. Dalam menjelaskan ketiga paradigma ini, para penulis mencoba untuk mengupas secara sistematis meliputi sejarah kelahiran, perkembangan, dan transformasi teoritis dari ketiga paradigma tersebut.
Korea. Kondisi ini mendorong AS untuk semakin memperluas pengaruh politiknya untuk membendung ideologi komunisme. 3. Lahirnya negara-negara merdeka baru di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara yang baru merdeka ini secara serempak berupaya mencari model-model pembangunan untuk negaranya. Perkembangan Dunia Ketiga ini mendapat perhatian dari AS sebagai bagian dari perluasan pengaruh politik sekaligus menghadang mereka dari pengaruh komunis. Penjelasan
Pembahasan I.
Teori modernisasi menyoroti bahwa negara Dunia Ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara modern. Dalam perkembangannya, pendukung teori modernisasi seperti Daniel Lamer, Marion Levy, Neil Smelser, dan lainnya banyak dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan masing-masing sehingga banyak menimbulkan pemikiran-pemikiran yang mendukung perkembangan teori modernisasi ini. Namun demikian secara garis besar Samuel Huntingthon merangkum berbagai pemikiran dan gambaran dari teoritisi perspektif modernisasi ke dalam beberapa ciri pokok sebagai berikut :
Teori Modernisasi Sejarah lahirnya teori modernisasi diawali dari tiga peristiwa pasca berakhirnya Perang Dunia II tahun 1945. Peristiwa tersebut adalah : 1. Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan dominan di dunia. Disaat negara-negara lain yang terlibat peperangan melemah, AS muncul mengambil peran sebagai pengendali percaturan dunia. 2. Terjadi perluasan gerakan komunis dunia oleh Uni Soviet. Gerakan ini meluas tidak saja di Eropa Timur tetapi juga sampai di Cina dan
52 Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
1. Modernisasi merupakan proses bertahap. Hal ini dapat dilihat dari teori Rostow mengenai fase pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. 2. Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini Lvy menyatakan bahwa sesuai dengan perkembangan waktu setiap manusia akan memiliki kemiripan satu dengan lain. 3. Modernisasi terkadang terwujud dalam bentuk aslinya yaitu Eropanisasi atau Amerikanisasi. Ini terlihat dari sikap berlebihan yang selalu memuji keberhasilan dan segala sesuatu dari Eropa dan AS, sehingga timbul juga istilah bahwa modernisasi sama dengan Barat. 4. Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur. Ketika sudah terjadi kontak antara negara Barat, negara Dunia Ketiga tidak akan mampu menolak upaya modernisasi. 5. Modernisasi merupakan perubahan progresif. Dalam jangka panjang modernisasi dilihat sebagai sesuatu yang diperlukan dan diinginkan. 6. Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evalusioner dan bukan perubahan revolusioner sehingga diperlukan waktu sangat lama untuk sampai pada tahapan akhir.
negara Dunia Ketiga dalam upaya memodernisasikan dirinya. Pertama, teori ini memberikan pembenaran secara implisit hubungan bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Kedua, teori modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai ancaman pembangunan negara Dunia Ketiga. Ketiga, teori modernisasi memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari AS. II.
Teori Dependensi
Teori dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga, oleh karena itu teori ini dapat dikatakan mewakili suara negara-negara pinggiran untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. sejarah kelahirannya diawali oleh kegagalan program dari Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL) pada awal 1960-an. Program ini dimulai tahun 1950-an saat banyak negara Amerika Latin menerapkan strategi pembangunan yang menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program Industrialisasi Substitusi Import (ISI) dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan hasil pembangunan. Namun yang muncul kemudian adalah terjadinya stagnasi ekonomi yang ditandai pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai perdagangan, dan lainnya. Kondisi ini menimbulkan gerakan perlawanan dari rakyat dan tumbangnya pemerintahan di
Dengan mendasarkan pada teori dan metode pengkajiannya, teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebijaksanaan pembangunan yang perlu diikuti
53 Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
beberapa negara. Selain kegagalan program KEPBBAL yang sekaligus dianggap sebagai kegagalan teori modernisasi, munculnya teori dependensi juga dipengaruhi oleh teori Marxis di Amerika Latin mengenai pertentangan kelas sosial. Teori dependensi segera menyebar ke belahan Amerika Utara di tahun 1960-an oleh Andre Gunder Frank, khususnya pada masyarakat intelektual internaional. Di Amerika Serikat teori ini mendapat sambutan hangat dari kelompok intelektual muda radikal yang tumbuh dan berkembang pada masa revolusi kampus. Kondisi di AS yang “kronis” akibat gerakan protes antiperang, gerakan kebebasan wanita, kerusuhan sosial dan perasaan kehilangan kepercayaan diri pada masa awal tahun 1970-an semakin membuat teori ini berkembang sekaligus menghilangkan keyakinan akan teori modernisasi.
karena kekurangan modal atau faktor manusia melainkan karena berada di luar jangkauan politik ekonomi suatu negara. 3. Permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi. Hal ini akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. 4. Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global. 5. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Secara filosofis, teori dependensi menghendaki untuk meninjau kembali pengertian pembangunan. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar proses industrialisasi, peningkatan output, dan peningkatan produktivitas. Bagi teori dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elit dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari kerja, dan kelas sosial lain yang membutuhkan bantuan.
Penjelasan Sama halnya dengan teori modernisasi, pada teori dependensi juga terdapat banyak varian yang dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu sosial. Namun demikian, para penganut aliran dependensi cenderung memiliki asumsi dasar sebagai berikut : 1. Keadaan ketergantungan merupakan gejala umum yang berlaku di seluruh negara Dunia Ketiga 2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”. Sebab utama yang menghambat pembangunan bukan
54 Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
III.
Teori Sistem Dunia
pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas. Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia dan sarana
Munculnya dua paradigma mengenai pembangunan yang saling bertentangan di tahun 1960-an memunculkan kondisi “perang dingin” antara kedua pendukung teori ini. Akibat dari suasana ini, lahir kembali suatu pemikiran kritis di tahun 1970-an mengenai pembangunan yang dipimpin oleh Immanuel Wallerstein. Dia muncul dengan gagasan baru yang radikal dengan menyatakan bahwa banyak peristiwa sejarah di dalam tatanan ekonomi kapitalis dunia (TEKD) ini yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif sebelumnya. Pernyataan tersebut dilatar belakangi beberapa hal, yaitu : 1. Negara-negara di Asia Timur terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Hal ini membuktikan bahwa ketergantungan dengan negara maju bukan segalanya dalam pembangunan suatu negara. 2. Adanya krisis di negara sosialis seperti RRC dan Uni Soviet 3. Munculnya krisis di AS, perang Vietnam, krisis watergate, embargo minyak, dan lainnya pada dekade 1970-an menjadi tanda rubuhnya hegemoni AS di bidang ekonomi politik Penjelasan Tesis yang disampaikan oleh teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara
55 Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009
pengembangan modal untuk industri dari negara sentral. Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain : 1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak negara 2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia 3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan perjuangan kelas berskala nasional.
ketiga yang berada dalam posisi tergantung terhadap negara-negara maju. Terakhir, untuk cara pandang yang lebih sempurna, lahir teori sistem dunia (the world system theory), dimana dunia dipandang sebagai sebuah sistem yang sangat kuat yang mencakup seluruh negara di dunia, yaitu sistem kapitalisme. Dalam perkembangannya kemudian, masing-masing teori ini melakukan modifikasi terhadap asumsi dan penjelasan pokoknya, dan kemudian melakukan penelitian baru untuk menjawab berbagai kritik yang telah diterimanya. Daftar Pustaka : Suwarsono, Alvyn Y. So. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : Pustaka LP3ES.
Kesimpulan Teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang berkembang secara tesis dan antitesis yang perkembangannya mengikuti wacana teori dan aksi secara berulang-ulang. Pada tahap pertama muncul teori modernisasi yang berada dalam kerangka teori evolusi. Teori ini muncul di Amerika Serikat yang mengaplikasikannya dalam program Marshal Plan. Karena ada ketidakpuasan terhadap pola pembangunan ini, maka kemudian lahir teori ketergantungan (dependency theory) yang memiliki sisi pandang dari negara-negara dunia
56 Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2009