EVALUA ASI RENCA ANA TATA A RUANG WILAYAH H (RTRW)) KABUPA ATEN SL LEMAN BERDASAR B RKAN ANA ALISIS RIISIKO BEN NCANA GUNUNG MERAPI M
PU UBLIKASI ILMIAH
Disusun Oleh O : TERESIITA OKTA AVIA ROSA ARI N : E100130079 NIM
FAK KULTAS GEOGRAFII UNIVER RSITAS MUHAMMA M ADIYAH SURAKAR S RTA 2014 4
EVALUA ASI RENCA ANA TATA A RUANG WILAYAH H (RTRW)) KABUPA ATEN SL LEMAN BERDASAR B RKAN ANA ALISIS RIISIKO BEN NCANA GUNUNG MERAPI M
PU UBLIKASI ILMIAH
Diajukkan untuk Memenuhi M Salah S Satu Persyaratan P Mencappai Derajat Sarjana S-11
Disusun Oleh O : TERESIITA OKTA AVIA ROSA ARI N : E100130079 NIM
FAK KULTAS GEOGRAFII UNIVER RSITAS MUHAMMA M ADIYAH SURAKAR S RTA 2014 4
i
ii
EVALUATION OF SLEMAN DISTRICT SPATIAL PLAN BASED RISK DISASTER MERAPI VOLCANO ANALYSIS
Teresita Oktavia Rosari1 , Kuswaji Dwi Priyono2 , Jumadi3 1
Student Faculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University
2,3
Lecture Faculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University
[email protected] E 100130079
ABSTRACT
Research entitled Evaluation of Sleman District Spatial Plan Based Risk Disaster Merapi Volcano Analysis aims to : (1) determine the distribution of disaster risk level of Mount Merapi in Sleman; (2) evaluate Regional Spatial Layout Plan Sleman district by planning based disaster area; and (3) determine the application of spatial planning aspects of the disaster in Sleman. Method used in this research is the overlay method to determine the distribution of rate risk Merapi disaster in Sleman. The distribution map of the level of risk of Merapi disaster in Sleman generated from the overlay of two components, namely the components of hazard and vulnerabilities. Merapi disaster risk maps in Sleman is a reference to evaluate the spatial plan Sleman District. Evaluation regional spatial planning in this research focused on the planning of cultivated area. Cultivated area is an area used by residents to perform activities of daily socioeconomic so the plans must be based on disaster region, hence evaluation is needed to determine appropriateness of the information about each cultivated area. Information regarding to the conformance cultivation planning area overlay map obtained by the method of Merapi disaster level of risk maps, Sleman Regency, Sleman district plans cultivated area. The results of the conformity map plan overlay produces cultivated area. Based on the analysis, planning mostly cultivated area in Sleman district is in conformity with the area-based planning for disaster, as is evident by the cultivation area, mostly built in the area of very low disaster risk level. Regions that does not fit with area-based planning for disaster is holticulture and settlements area located in areas of high levels disaster risk. Settlements that does not fit are the Glagaharjo village, Kepuharjo, and the northern Umbulharjo village.
Keywords: Regional Spatial Plan, Cultivation Area Plan, Disaster Risk.
iii
EVALUASI RENCANA TATA RUANG KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN ANALISIS RISIKO BENCANA GUNUNG MERAPI Teresita Oktavia Rosari1 , Kuswaji Dwi Priyono2 , Jumadi3 1
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2,3
Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] E 100130079
ABSTRAK Penelitian berjudul Evaluasi Rencana Tata Ruang Kabupaten Sleman Berdasarkan Analisis Risiko Bencana Merapi ini bertujuan untuk : (1) mengetahui sebaran tingkat risiko bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman; (2) mengevaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman berdasarkan perencanaan kawasan berbasis kebencanaan; dan (3) mengetahui penerapan aspek kebencanaan dalam penataan ruang di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode overlay untuk mengetahui sebaran tingkat risiko bencana Merapi di Kabupaten Sleman. Peta sebaran tingkat risiko bencana Merapi di Kabupaten Sleman dihasilkan dari overlay dua komponen bencana yaitu komponen ancaman dan kerentanan. Peta tingkat risiko bencana Merapi di Kabupaten Sleman merupakan acuan untuk mengevaluasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sleman. Evaluasi rencana tata ruang wilayah dalam penelitian ini difokuskan pada perencanaan kawasan budidaya. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang digunakan oleh penduduk untuk melakukan aktivitas sosial ekonominya sehari-hari sehingga perencanaan kawasannya harus berbasis kebencanaan, oleh karena itu dibutuhkan evaluasi untuk mengetahui informasi mengenai kesesuaian masing-masing kawasan budidaya. Informasi mengenai kesesuaian kawasan perencanaan budidaya diperoleh melalui metode overlay peta tingkat risiko bencana Merapi Kabupaten Sleman dengan peta rencana kawasan budidaya Kabupaten Sleman. Hasil overlay menghasilkan peta kesesuaian rencana kawasan budidaya. Berdasarkan hasil analisis, sebagian besar perencanaan kawasan budidaya di Kabupaten Sleman sudah sesuai dengan perencanaan kawasan berbasis kebencanaan, ini terbukti dengan kawasan budidaya yang sebagian besar dibangun pada kawasan tingkat risiko bencana sangat rendah. Kawasan yang tidak sesuai dengan perencanaan kawasan berbasis kebencanaan adalah kawasan pertanian holtikultura dan permukiman yang berada pada kawasan risiko bencana tingkat tinggi. Kawasan permukiman yang tidak sesuai yaitu permukiman di Desa Glagaharjo, Kepuharjo, dan bagian utara Desa Umbulharjo. Kata kunci : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Kawasan Budidaya, Risiko Bencana. iv
1.
ruang kabupaten yang tanggap terhadap
Pendahuluan
bencana dan berwawasan lingkungan
1.1. Latar Belakang Fungsi rencana tata ruang
dalam rangka menciptakan masyarakat
pada daerah rawan bencana sejatinya
yang sejahtera, demokratis, dan berdaya
adalah sebagai instrumen pengurangan
saing. Sedangkan permasalahan penting
risiko bencana, karena perencanaan tata
yang sedang dihadapi oleh Kabupaten
ruang dilakukan pada saat bencana
Sleman yang dimasukkan dalam agenda
tidak/belum terjadi. Menurut Brody,
riset daerah tahun 2011-2015 pada point
2004 dalam Sagala dan Bisri, 2011,
14 tentang kebencanaan dan masalah
keputusan
lingkungan
dalam
bentuk
kebijakan
adalah
“kegiatan
pembangunan dapat diarahkan untuk
penanggulangan bencana masih pada
mengurangi
tahapan tanggap darurat dan rehabilitasi
komponen
pembentuk
risiko, baik menghindari lokasi bahaya,
rekonstruksi
mengeliminasi
menjadikan
kerentanan,
dan
memperkuat kapasitas. Tujuan
risiko
perencanaan
ruang
sehingga kegiatan
bencana
belum
pengurangan
sebagai
prioritas”.
Konsep tujuan penataan ruang tersebut
pada daerah rawan bencana adalah
apabila
untuk mengendalikan pengembangan
permasalahan
dan pembangunan di daerah-daerah
rendahnya kegiatan pengurangan risiko
yang rawan terhadap bahaya bencana.
bencana maka permasalahan baru yang
Dampak
pembatasan
muncul
adalah
pembangunan pada daerah yang rawan
Sleman
yang
terhadap bencana akan meminimasi
mewujudkan tujuan utamanya yaitu
potensi
untuk mewujudkan ruang kabupaten
positif
dari
paparan
(exposure)
dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian jiwa serta kerusakan harta
diintegrasikan
dengan
kebencanaan
RTRW
tentang
Kabupaten
belum
mampu
yang tanggap terhadap bencana. Untuk
mencapai
tujuan
benda di daerah-daerah rawan bencana.
penataan ruang Kabupaten Sleman
Pembangunan
tidak
yaitu ruang kabupaten yang tanggap
kebencanaan
bencana dapat diwujudkan melalui
dapat berakibat pada besarnya risiko
penataan kawasan, khususnya penataan
bencana yang timbul (Sagala dan Bisri,
kawasan budidaya karena kawasan
2011).
budidaya
mengindahkan
Tujuan
yang aspek
penataan
ruang
Kabupaten Sleman adalah mewujudkan
pembangunan
merupakan dan
kawasan ruang
bagi
masyarakat untuk melakukan aktivitas 1
sosial ekonominya sehari-hari. Selain
diketahui
itu upaya yang dapat dilakukan adalah
perencanaan yang sesuai dan tidak
pembatasan pembangunan di kawasan
sesuai dengan perencanaan kawasan
budidaya.
berbasis
Penataan kawasan budidaya
daerah-daerah
kebencanaan;
mengetahui
kawasan
dan
penerapan
(3) aspek
dapat dilakukan dengan mengevaluasi
kebencanaan dalam penataan ruang di
RTRW
Kabupaten Sleman.
Kabupaten
Sleman.
Hasil
evaluasi RTRW dapat menghasilkan informasi terkait tingkat risiko pada
2.
Dasar Teori
masing-masing
a.
Tata Ruang Berbasis Bencana
kawasan
budidaya
sehingga dapat dilakukan pembatasan
Berdasarkan UU No. 26
pembangunan ataupun relokasi pada
Tahun 2007 pengertian penataan ruang
daerah yang memiliki risiko tinggi.
tidak hanya berdimensi perencanaan
Hasil evaluasi RTRW juga dapat
pemanfaatan
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
termasuk dimensi pemanfaatan dan
untuk menyusun rencana tata ruang
pengendalian pemanfaatan ruang. Tata
yang baru sebagai upaya pengurangan
ruang
risiko bencana, karena pengurangan
mengurangi dampak dari suatu risiko
risiko bencana dapat dilakukan salah
bencana alam, seperti gempa, tsunami,
satunya melalui rencana tata ruang
banjir, letusan gunungapi dan bencana
wilayah.
alam lainnya.
ruang,
diharapkan
tetapi
dapat
juga
membantu
faktor-faktor
Perencanaan, pemanfaatan, dan
tersebut, maka penulis tertarik untuk
pengendalian tata ruang wilayah dan
melakukan penelitian dengan judul
kota atau kawasan semestinya harus
“Evaluasi RTRW Kabupaten Sleman
mempertimbangkan
Berdasarkan Analisis Risiko Bencana
alam,
Gunung Merapi”.
kawasan yang berlokasi pada wilayah
1.2. Tujuan
rawan bencana alam, hal ini bertujuan
Berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui sebaran tingkat risiko
khususnya
faktor pada
bencana kota
dan
agar dampak negatif akibat bencana dapat diminimalkan.
bencana Merapi di Kabupaten Sleman;
Hyogo Framework for Action
(2) mengevaluasi Rencana Tata Ruang
(HFA Kerangka Aksi Hyogo) dan
Wilayah (RTRW) peruntukan kawasan
UNISDR tahun 2005, dalam Sagala dan
budidaya di Kabupaten Sleman agar
Bisri, 2011, juga mengamanatkan peran 2
tata ruang (land use planning) dalam
penduduk,
pengurangan risiko bencana termasuk
infrastruktur, dan lain-lain. Lokasi
melakukan pembatasan pembangunan
ini
di kawasan rawan bencana.
tinggi;
b.
Kawasan Rawan Bencana dan
aset
memiliki
masyarakat,
tingkat
kerentanan
2. Risiko sedang, diprediksi terjadi pada kawasan rawan bencana yang
Risiko Bencana Kawasan
rawan
bencana
alokasi peruntukan ruangnya untuk
bukan sebuah kawasan yang steril dan
kegiatan-kegiatan pertanian, seperti
bersih dari berbagai macam kegiatan
pertanian lahan basah, perkebunan,
manusia
perikanan,
termasuk
peruntukannya.
peternakan
Banyak dijumpai kasus, areal yang
pertambangan.
ditetapkan
Lokasi
tersebut
kawasan
rawan
dicirikan
dipergunakan
untuk
penduduk yang sedang dan jumlah
permukiman, industri dan pertanian.
aset serta infrastruktur yang lebih
Kawasan rawan bencana gunungapi
rendah
dimanfaatkan
peruntukan
banjir,
sebagai
dan
namun
untuk
pertanian
dan
dengan
kepadatan
dibandingkan
dengan
permukiman,
industri
permukiman serta pariwisata, bahkan di
dan perdagangan jasa. Lokasi ini
zona
memiliki tingkat kerentanan bencana
patahan
penduduk
dan
aktif
berkonsterasi
perkotaan.
Terkait
dengan prediksi tingkat risiko bencana di
masing-masing
bencana
jika
yang relatif menengah (sedang); 3. Risiko rendah, diprediksi terjadi
kawasan
rawan
pada kawasan rawan bencana yang
peruntukan
ruang
alokasi peruntukan ruangnya untuk
(khususnya kawasan budidaya) untuk
kegiatan
pertanian,
kegiatan
dapat
pertanian
lahan
dikelompokkan beberapa tipe risiko
umumnya
yang akan dihadapi yaitu :
kepadatan rendah dan produktivitas
1. Risiko tinggi, diprediksi terjadi pada
lahan yang rendah pula, sehingga
lain,
maka
khusunya
kering
dicirikan
yang dengan
kawasan rawan bencana yang alokasi
tingkat
peruntukan
untuk
rendah. Pada wilayah tipe ini tingkat
industri,
ancaman yang paling tinggi adalah
ruangnya
kegiatan-kegiatan permukiman, perdagangan
pariwisata, jasa.
Pada
dan
kerentanan
bahaya
juga
bahaya kekeringan;
lokasi
4. Risiko sangat rendah, diprediksi
tersebut terdapat konsentrasi elemen
terjadi pada kawasan rawan bencana
terdampak
yang alokasi perutukan ruangnya
bencana
seperti
3
untuk
kegiatan
hutan
produksi,
sebagai metodologi dalam menentukan
dimana pada areal hutan umumnya
risiko melalui suatu analisis ancaman
tidak berpenghuni atau sangat rendah
bencana dan evaluasi terhadap kondisi
jumlah penduduk didalamnya. Jika
eksisting.
terdapat penduduk umumnya di areal
Langkah awal dalam analisis
sekitar hutan yang jumlahnya sedikit
risiko adalah menetapkan konsep dan
dan
formula
terpencar.
Selain
itu
aset
risiko
yang
digunakan.
produksi hutan tidak rusak akibat
Terdapat banyak formula perhitungan
bencana
dapat
risiko bencana, namun dalam bagian ini
dimanfaatkan, kecuali jika yang
konsep risiko yang ditulis adalah
terjadi adalah bencana kebakaran
konsep risiko yang digunakan dalam
hutan. Dengan kata lain di luar
Peraturan Kepala BNBP Nomor 4
bencana kebakaran hutan, tingkat
Tahun
risiko bencana (lainnya) pada lokasi
Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana
ini dapat digolongkan tingkat sangat
dalam Muta’ali, 2014, yaitu :
atau
masih
2008
rendah. c.
tentang
Pedoman
R=HxV/C Keterangan : R = Risk (Risiko)
Analisis Risiko Risiko
bencana
adalah
H = Hazard Threat (Ancaman)
potensi kerugian yang ditimbulkan
V = Vulnerability (Kerentanan)
akibat bencana pada suatu wilayah dan
C = Capacity (Kapasitas)
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, ancaman, kerusakan atau kehilangan
harta,
dan
3.
Metode Penelitian Metode
gangguan
yang
digunakan
kegiatan masyarakat (Muta’ali, 2014).
dalam penelitian ini adalah metode
Risiko dapat dinilai secara kuantitatif
kuantitatif berjenjang dengan teknik
dan
pengharkatan/skoring.
merupakan
probabilitas
dari
Pengharkatan/skoring dilakukan
dampak atau konsekuensi suatu bahaya. Indikator risiko merupakan komposit
pada
(gabungan) dari indikator ancaman,
komponen yang mempengaruhi tingkat
kerentanan,
risiko bencana. Proses yang digunakan
dam
kapasitas
sesuai
setiap
indikator
pada
tiap
untuk memperoleh peta tingkat risiko
dengan formula risiko bencana. for
bencana Merapi adalah dengan proses
Disaster Reduction (ISDR) memberikan
analisis data sekunder berupa overlay
pengertian
atau penggabungan peta-peta tematik
International
analisis
Strategy
risiko
bencana
4
yang
menjadi
komponen
dalam
kawasan puncak Gunung Merapi. Lahar
penentuan tingkat risiko bencana, yaitu
tersebut kemudian akan terbawa air dan
peta kerentanan dan peta ancaman. Peta
dialirkan ke sungai-sungai besar yang
tingkat risiko bencana yang menyajikan
berhulu di puncak Gunung Merapi,
informasi mengenai sebaran tingkat
diantaranya pada sungai-sungai besar
risiko bencana Merapi di Kabupaten
yang melintas di Kabupaten Sleman
Sleman
yaitu Sungai Opak, Sungai Krasak,
digunakan
pertimbangan Rencana
untuk
mengevaluasi
Ruang
Sungai Kuning, dan Sungai Boyong.
Wilayah
Bahaya yang ditimbulkan akibat
proses
lahar dapat berupa meluapnya lahar dari
dilakukan dengan bantuan software
tanggul sungai yang dapat meluas
berbasis Sistem Informasi Geografis
sampai ke kawasan pertanian dan
(SIG) yaitu ArcGIS 9.3.
permukiman penduduk.
Kabupaten
Tata
sebagai
Sleman.
Semua
Ancaman bencana Merapi tingkat 4.
rendah tersebar di beberapa desa di
Hasil dan Pembahasan Ancaman
beberapa kecamatan Kabupaten Sleman
Bencana Merapi di Kabupaten
yang berada dalam kawasan rawan
Sleman
bencana zone I dan berlokasi di daerah
4.1. Analisis
Sebaran
Tingkat ancaman bencana
sekitar bantaran sungai yang dilalui
Merapi didasarkan pada peta kawasan
oleh Sungai Opak, Sungai Krasak,
rawan bencana Merapi di Kabupaten
Sungai Kuning, dan Sungai Boyong.
Sleman yang diterbitkan oleh Pusat
Batas kawasan rawan bencana
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
zone II yang juga terklasifikasi dalam
Geologi (PVMBG).
area yang termasuk dalam kategori
Kawasan rawan bencana zone I
tingkat
ancaman
sedang,
untuk
adalah kawasan rawan bencana yang
ancaman aliran awan panas adalah
memiliki tingkat ancaman bencana
sejauh 17km atau lebih dari puncak
rendah. Potensi bahaya pada kawasan
Merapi.
rawan bencana zone I adalah lahar/
Ancaman bencana Merapi tingkat
banjir dan kemungkinan dapat terkena
tinggi terdapat pada beberapa desa yang
perluasan awan panas dan aliran lava.
termasuk
Endapan material hasil erupsi tersebut
bencana Merapi zone III. Desa-desa
berpotensi menjadi lahar apabila terjadi
yang memiliki tingkat ancaman tinggi
hujan
adalah desa-desa yang berlokasi di
dengan
intensitas
tinggi
di
dalam
kawasan
rawan
5
wilayah lereng Merapi atas dan berada
Informasi
mengenai
kerentanan
sangat dekat dengan puncak Gunung
bencana dapat membantu dalam usaha
Merapi.
pengurangan risiko bencana dengan mengidentifikasi masing-masing tingkat kerentanan bencana di suatu wilayah. Tingkat kerentanan bencana di Kabupaten Sleman terbagi menjadi tiga klasifikasi yaitu, kerentanan rendah, kerentanan sedang, dan kerentanan tinggi.
Gambar 4.1. Peta Sebaran Tingkat Risiko
Kabupaten Sleman bagian utara
4.2. Analisis Sebaran Kerentanan Sosial
Bencana
Merapi
di
Kabupaten Sleman
didominasi
daerah
dengan
tingkat
kerentanan bencana rendah, karena Sleman bagian utara adalah kawasan
Kerentanan sosial menurut
perdesaan yang cenderung memiliki
Birkmann & Wisner, 2006; Ebert, et al.,
jumlah penduduk yang sedikit sehingga
2007 dalam Hizbaron dkk, 2010,
kepadatan penduduknya jarang dan
menunjukkan potensi kehilangan pada
jumlah penduduk usia rentan juga
elemen risiko khusus yang merujuk
sedikit. Walaupun memiliki tingkat
pada keadaan manusia, disertai kondisi
kerentanan sosial rendah, daerah di
yang menyertainya seperti usia, jenis
Kabupaten
kelamin, latar belakang pendidikan,
merupakan wilayah yang memiliki
latar belakang ekonomi atau faktor lain
ancaman
yang
mereka
khususnya desa-desa yang berada pada
rentan.
kawasan lereng atas Merapi karena
Penggunaan indikator kerentanan sosial
kawasan tersebut sangat dekat dengan
untuk
risiko
sumber bahaya bencana Merapi yaitu
didasarkan atas kepentingan penelitian
puncak Gunung Merapi. Wilayah yang
yaitu difokuskan untuk mengurangi
memiliki tingkat kerentanan rendah
risiko jatuhnya korban jiwa.
tetapi
berada
dapat
menyebabkan
dalam
kondisi
menghitung
Informasi
tingkat
kerentanan
bencana
Sleman
bencana
memiliki
gunung
berapi
bagian
utara
Merapi
ancaman tinggi
tinggi,
bencana
sebenarnya
sangat dibutuhkan pada daerah-daerah
memiliki
yang
ancaman
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada
bencana seperti Kabupaten Sleman.
bencana tertentu, khususnya bencana
memiliki
potensi
tingkat
kerentanan
yang
6
letusan
gunung
berapi,
terdapat
berada
pada
kawasan
non
rawan
ancaman yang menyebabkan semua
bencana yang tidak memiliki ancaman
penduduk
bencana Merapi.
tersebut
yang
berada
dimungkinkan
di
daerah
tidak
dapat
menyelamatkan dirinya saat bencana tiba-tiba terjadi. Ancaman bencana tersebut terdapat pada kawasan rawan bencana Gunung Merapi zone II dan III yaitu berupa ancaman awan panas dan lontaran abu vulkanik. Wilayah yang secara
kerentanan
sosial
dianggap
memiliki kerentanan rendah akan tetapi sebenarnya memiliki kerentanan tinggi terhadap
bencana
Merapi
karena
memiliki
ancaman
bencana
tinggi
akibat letaknya yang termasuk dalam kawasan rawan bencana Merapi zone II dan III adalah desa-desa yang berada di lereng atas Gunung Merapi.
kerentanan tinggi adalah wilayah yang langsung
4.3. Analisis
dengan
Kota
dan
Kecamatan
Ngaglik.
Wilayah-
wilayah tersebut merupakan wilayah yang memiliki kerentanan sosial tinggi karena jumlah penduduknya tinggi sehingga tingkat kepadatan penduduk tinggi.
Walaupun
kerentanan
memiliki
tingkat
tetapi
wilayah
tinggi
tersebut tidak terlalu berisiko terhadap bencana tersebut
Merapi merupakan
karena
wilayah
wilayah
Risiko
Sleman Risiko
adalah
potensi
yang
ditimbulkan
akibat
kerugian
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, rasa
aman,
mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan
masyarakat
(Muta’ali, 2014).
Yogyakarta, yaitu Kecamatan Depok, Kecamatan Gamping, Kecamatan Mlati,
Sebaran
Bencana Merapi di Kabupaten
hilangnya
Wilayah yang memiliki tingkat
berbatasan
Gambar 4.2. Peta Sebaran Tingkat Kerentanan
Tingkat risiko bencana Merapi pada penelitian ini dinilai melalui dua elemen bencana yaitu ancaman dan kerentanan. Risiko bencana dituangkan dalam
formulasi
sederhana
seperti
berikut (ISDR, 2004 dalam Hizbaron dkk, 2010). R=HxV Keterangan : R = Tingkat Risiko H= Tingkat Ancaman/Bahaya (Hazard)
yang 7
V = Tingkat Kerentanan (Vulnerability) Formulasi ini digunakan untuk mempermudah risiko,
logika
dimana
perhitungan
jika
dijumpai
kawasan budidaya apapun khususnya peruntukan permukiman dan industri. Wilayah risiko rendah adalah wilayah
yang
memiliki
kerentanan
ancaman/bahaya dan kerentanan maka
rendah sampai sedang dan memiliki
akan menimbulkan risiko.
tingkat
ancaman
bencana
rendah.
Tingkat risiko bencana Merapi di
Wilayah dengan tingkat risiko bencana
Kabupaten Sleman dibagi dalam empat
rendah tersebar di beberapa daerah di
tingkatan kelas risiko yaitu risiko
Kabupaten Sleman yang berada pada
sangat rendah, rendah, risiko sedang,
kawasan bantaran sungai-sungai besar
dan risiko tinggi.
yang berhulu di puncak Merapi dan
Wilayah di Kabupaten Sleman
berpotensi dilalui aliran banjir lahar.
didominasi oleh tingkat risiko bencana
Daerah yang memiliki tingkat risiko
Merapi sangat rendah. Wilayah risiko
rendah adalah kawasan bantaran sungai
sangat rendah adalah wilayah yang
di desa-desa yang berada di sepanjang
memiliki
kerentanan
ancaman/bahaya rendah.
tinggi
tetapi
jalur Sungai Boyong di Kecamatan
bencananya
sangat
Tempel, kawasan bantaran sungai di
memiliki
desa-desa yang berada di sepanjang
Daerah
yang
kerentanan tinggi apabila tidak terdapat
jalur Sungai
ancaman di daerah tersebut maka
Pakem, kawasan bantaran sungai di
daerah tersebut akan memiliki risiko
desa-desa yang berada di sepanjang
sangat rendah terhadap bencana, karena
jalur Sungai
tidak
Ngemplak,
ada
bahaya
yang
dapat
Kuning di Kecamatan
Krasak di Kecamatan dan
kawasan
bantaran
menyebabkan risiko di daerah tersebut.
sungai di desa-desa yang berada di
Adapun ancaman pada wilayah tingkat
sepanjang
risiko sangat rendah yaitu hujan abu
Kecamatan Kalasan dan Prambanan.
vulkanik tipis.
jalur
Sungai
Opak
di
Wilayah risiko bencana sedang
Perencanaan kawasan budidaya
adalah
wilayah
yang
memiliki
peruntukan lahan jenis apapun aman
kerentanan tinggi dan ancaman rendah;
untuk dikembangkan pada daerah ini,
dan wilayah yang memiliki kerentanan
karena memiliki risiko bahaya bencana
rendah dan ancaman sedang. Tingkat
yang sangat rendah sehingga daerah ini
risiko bencana sedang tersebar di
sangat
untuk
bagian utara Kabupaten Sleman pada
pengembangan
bagian lereng bawah Merapi dan pada
direkomendasikan
pembangunan
dan
8
beberapa daerah di Kabupaten Sleman
dengan risiko tinggi. Hal ini disebabkan
bagian selatan yang berada pada pada
karena pada penelitian ini penilaian
kawasan tingkat ancaman rendah, yaitu
tingkat
di daerah sekitar bantaran Sungai
pengharkatan.
Krasak dan Sungai Kuning. Wilayah
didasarkan
pada
Tingkat risiko tinggi tersebar dalam
dibeberapa wilayah yaitu di Sleman
bencana
bagian utara yaitu daerah lereng atas
sedang sebaiknya tidak dikembangkan
Merapi yang sangat dekat dengan
untuk
permukiman
puncak Merapi dan Kabupaten Sleman
ataupun industri, jika dibangun untuk
bagian selatan yaitu pada daerah yang
lahan permukiman ataupun industri
berada di sekitar bantaran sungai-
maka dibutuhkan persyaratan tertentu
sungai besar yang berpotensi dilanda
yang berkaitan dengan pengurangan
banjir lahar.
klasifikasi
yang
risiko
tingkat
menjadi
masuk risiko
lahan
risiko bencana agar dapat menjamin
Wilayah yang termasuk dalam
keberlangsungan kegiatan dan aktivitas
klasifikasi risiko bencana tingkat tinggi
di daerah tersebut. Wilayah dengan
sebaiknya
tingkat risiko bencana sedang sangat
dikembangkan
sesuai untuk dikembangkan sebagai
permukiman
kawasan budidaya peruntukan lahan
wilayah ini memiliki risiko tinggi.
pertanian tanaman pangan, holtikultura
Wilayah
dan hutan rakyat.
diperuntukkan sebagai kawasan lindung
Wilayah wilayah rendah
yang dan
wilayah
yang
risiko
tinggi
memiliki ancaman memiliki
dihindari sebagai dan
ini
industri,
sebaiknya
untuk lahan karena
hanya
adalah
ataupun kawasan budidaya terbatas dan
kerentanan
dikembangkan sebagai lahan kehutanan
tinggi;
dan
ataupun kawasan pariwisata dengan
kerentanan
jenis wisata geofisik (pada kawasan
tinggi tetapi memiliki ancaman rendah.
puncak Gunung Merapi).
Dalam konteks bencana secara umum, risiko bencana akan meningkat apabila tingkat kerentanan dan ancaman tinggi terjadi di suatu daerah rawan bencana. Tetapi dalam penelitian ini jika salah satu elemen tinggi walaupun elemen lainnya rendah maka daerah tersebut akan
dikategorikan
sebagai
daerah
Gambar 4.3. Peta Sebaran Tingkat Risiko
9
Kesesuaian
Kawasan pertanian di Kabupaten
Kawasan
Sleman dominan berada pada wilayah
Budidaya di Kabupaten Sleman
perencanaan yang sesuai untuk kawasan
Kawasan permukiman di
pertanian. Wilayah perencanaan yang
Kabupaten Sleman terbagi menjadi dua
sesuai adalah wilayah yang dalam
yaitu,
perencanaan
4.4. Analisis Perencanaan
permukiman
perkotaan
dan
kawasannya
permukiman perdesaan. Sebagian besar
memperhitungkan aspek kebencanaan,
kawasan permukiman di Kabupaten
yaitu
Sleman
dengan
ancaman bencana sangat rendah, rendah
berbasis
dan sedang, walaupun ada kawasan
sudah
perencanaan kebencanaan
sesuai kawasan
karena
berada
yang
berada
pada
kawasan
pada
pertanian yang masih berada pada area
wilayah kawasan tingkat risiko sangat
ancaman bencana tingkat tinggi yang
rendah yang memiliki ancaman bencana
seharusnya pada area tersebut tidak
sangat rendah, namun terdapat beberapa
diperbolehkan
permukiman
sebagai
penduduk
yang
untuk
kawasan
pertanian
belum/tidak sesuai yaitu permukiman
kawasan
yang berada pada sekitar kawasan yang
kawasan risiko tinggi.
memiliki ancaman bencana.
pertanian
Kawasan
Kawasan industri di Kabupatan
keamanan
di
dikembangkan yaitu
holtikultura
pertahanan Kabupaten
di
dan Sleman
Sleman tersebar di beberapa tempat
berdasarkan peta rencana tata ruang
yaitu, di Desa Balecatur, Kecamatan
wilayahnya tersebar di tiga daerah
Gamping; Desa Madurejo, Kecamatan
yaitu, di Desa Banyuraden, Kecamatan
Prambanan; Desa Kalitirto, Kecamatan
Gamping; di Desa Condongcatur dan
Berbah; dan Desa Purwomartani dan
Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok.
Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan.
Tiga daerah tersebut berada pada
Kawasan industri di Kabupaten
kawasan
ancaman
Sleman sebagaimana yang telah diatur
rendah.
Kawasan
dalam peta rencana tata ruang wilayah
keamanan di Kabupaten Sleman sudah
Kabupaten Sleman sudah sesuai dengan
sesuai dengan perencanaan kawasan
perencanaan
berbasis
berbasis kebencanaan karena berada
kebencanaan, karena kawasan industri
pada kawasan risiko sangat rendah yang
ditempatkan
memiliki
kawasan
pada
kawasan
risiko
sangar rendah yang memiliki ancaman
ancaman
bencana pertahanan
bencana
sangat dan
sangat
rendah.
bencana sangat rendah. 10
Hutan rakyat adalah kawasan
karena itu hutan rakyat yang berada
hutan yang dapat dibudidayakan oleh
pada kawasan risiko tingkat tinggi tidak
masyarakat
dipermasalahkan keberadaannya.
sekitarnya
dengan
mengikuti ketentuan yang ditetapkan
4.5. Evaluasi Rencana Tata Ruang
oleh pemerintah setempat (Muta’ali,
Wilayah (Kawasan Budidaya)
2014).
di Kabupaten Sleman
Kawasan
hutan
rakyat
di
Kabupaten Sleman berdasarkan peta
Hasil
evaluasi
RTRW
rencana tata ruang wilayahnya tersebar
peruntukan
di dua daerah yaitu di Kecamatan
Kabupaten Sleman dapat dilihat pada
Prambanan
tabel 4.1 di bawah ini.
dan
di
Kecamatan
Cangkringan.
di
hutan
rakyat
Kecamatan
termasuk
dalam
ancaman
bencana
yang
dalam
di
Prambanan
kawasan
dengan
sangat
rendah,
Ruang (RTRW) Peruntukan Kawasan Budidaya Di Kabupaten Sleman Kawasan Rencana Budidaya Permukiman Industri Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Pertahanan dan Keamanan Hutan Rakyat
sedangkan hutan rakyat yang berada di Kecamatan
budidaya
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Rencana Tata
Kawasan berada
kawasan
Cangkringan
kawasan
dengan
termasuk ancaman
Tidak Sesuai
Kesesuaian Kawasan Kurang Sesuai Sesuai
bencana tingkat tinggi. Berdasarkan
Kawasan peruntukan hutan rakyat
tabel
tersebut
aman untuk dikembangkan di kawasan
diketahui bahwa kawasan budidaya di
dengan tingkat ancaman apapun, baik
Kabupaten Sleman secara keseluruan
itu pada kawasan ancaman bencana
sudah
tingkat sangat rendah, rendah, sedang
kawasan berbasis kebencanaan, namun
ataupun tinggi, karena hutan rakyat
ada dua kawasan yang masih berada
merupakan
yang
pada wilayah yang kurang sesuai dan
diperuntukkan sebagai kawasan hutan
tidak sesuai yaitu kawasan permukiman
sehingga
dan pertanian holtikultura.
kawasan
tidak
terdapat
aktivitas
sesuai
dengan
perencanaan
penduduk pada kawasan ini. Kawasan Kesimpulan dan Saran
yang tidak memiliki aktivitas penduduk
5.
secara otomatis tidak memiliki risiko
5.1. Kesimpulan
bencana bencana yang tinggi, karena
1. Tingkat risiko bencana Merapi di
ataupun
Kabupaten Sleman dibagi menjadi
bangunan di kawasan tersebut. Oleh
empat kelas yaitu, tingkat risiko
tidak
terdapat
penduduk
11
bencana
sangat
rendah,
risiko
sangat rendah yang risikonya sangat
bencana
rendah,
tingkat
risiko
rendah, tetapi ada dua kawasan yang
bencana sedang, dan tingkat risiko
tidak
bencana
permukiman
tinggi.
Tingkat
risiko
bencana sangat rendah tersebar di
sesuai
yaitu
dan
kawasan
holtikultura
di
wilayah ancaman tingkat tinggi.
semua daerah yang masuk dalam
3. Disimpulkan
kawasan non rawan bencana. Daerah
kebencanaan
yang memiliki tingkat risiko rendah
wilayah
adalah daerah bantaran sungai di
dilaksanakan dengan baik karena
sepanjang jalur Sungai Boyong di
sudah
Kecamatan Tempel, sepanjang jalur
risiko bencana dalam penempatan
Sungai
kawasan budidaya, terbukti dengan
Pakem,
Kuning di Kecamatan sepanjang
dalam
aspek
tata
Kabupaten
ruang Sleman
mempertimbangkan
aspek
Sungai
penataan kawasan budidaya yang
Krasak di Kecamatan Ngemplak,
sebagian besar ditempatkan pada
dan sepanjang jalur Sungai Opak di
kawasan
Kecamatan Kalasan dan Prambanan.
rendah
Wilayah
ancaman/bahaya
yang
jalur
penerapan
memiliki
tingkat
risiko sedang adalah desa-desa di
risiko
bencana
yang
sangat memiliki
bencana
sangat
rendah.
lereng Merapi bawah dan beberapa daerah di sekitar tepi sungai yang
5.2. Saran
dialiri oleh Sungai Krasak dan
1.
Kawasan
dengan
ancaman
Sungai Kuning yang berada di
bencana tingkat tinggi sebaiknya
Kecamatan Kalasan dan Berbah.
hanya
Tingkat
tinggi
kawasan budidaya terbatas, dan
tersebar di daerah lereng Merapi atas
sangat tidak direkomendasikan
dan beberapa daerah di sekitar tepi
untuk kawasan permukiman.
risiko
bencana
Sungai Kuning yang berada di Kecamatan Ngaglik dan Depok. 2. Berdasarkan hasil evaluasi, kawasan budidaya
di
Kabupaten
Sleman
2.
diperuntukkan
Pemerintah
daerah
budidaya
harus
benar-benar
memhatikan aspek kebencanaan, khususnya
berbasis
permukiman dan industri.
dominan
berada
pada
karena
dalam
menyusun perencanaan kawasan
sesuai dengan perencanaan kawasan kebencanaan
untuk
untuk
kawasan
kawasan
dengan tingkat ancaman bencana 12
6.
Daftar Pustaka
Hizbaron. D. R. et al. 2010. Tinjauan Kerentanan, Risiko, Dan Zonasi Bahaya Rockfall di Kulonprogo Yogyakarta. Jurnal Forum Geografi. 24 (2): 119-136. http://publikasiilmiah.ums.a c.id/bitstream/handle/12345 6789/1212/fg-24-02-3hizbaron.pdf. diakses 23 Oktober 2014. Keputusan Bupati. 2011. Keputusan Bupati Sleman Nomor 400/Kep.KDH/A/2011 tentang Agenda Riset Tahun 2011-2015. Yogyakarta. Muta’ali, Lutfi. 2014. Perencanaan Pengembangan Wilayah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana. Yogyakarta: BPFG UGM. Pemerintah Kabupaten Sleman. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031. Yogyakarta. Republik Indonesia. 2007. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta. Sagala,
S. dan Bisri, M. 2011. Perencanaan Tata Ruang Berbasis Kebencanaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
13