RSON MEDIA INFORMASI
ISSN: 2407-1579
RUMAH SAKIT OLAHRAGA NASIONAL Edisi Kelima - Tahun II
Kaleidoskop RSON Tahun 2015 LIPUTAN KHUSUS
SAJIAN UTAMA
RSON Berpartisipasi Pada Hospital Expo ke 28 Tahun 2015
PENATALAKSANAAN CEDERA DI KEJUARAAN OLAHRAGA
Pengantar Redaksi
RSON PENASEHAT Menpora R.I. (H. Imam Nahrawi, S.Ag.) DEWAN REDAKSI Dr. H. Alfitra Salamm, APU Dr. dr. Basuki Supartono, Sp. OT, FICS, MARS Dr. Ismun Dwi Karyatiningsih, M.Pd dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG dr. Erni Yustisiani, MH.Kes PEMIMPIN REDAKSI drg. Afrida Aryani, MPH WAKIL PEMIMPIN REDAKSI drg. Esti Cahyani Adiati REDAKTUR PELAKSANA Dra. Ratih Sayidun STAF REDAKSI dr. Danarto Hari Adhimukti drg. Sri Maryani dr. Yasmien Anis Rini Nur Ayu Ningtyas, AMK FOTOGRAFER Muh Aria Bangun, S.iKOM ARTISTIK drg. Esti Cahyani Adiati Muh Aria Bangun, S.iKOM
Salam Olahraga... P
uji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan pertolongan-Nya kami dapat menerbitkan Media Informasi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) edisi ke-5. Setahun telah berlalu, tibalah kita di penghujung Tahun 2015. Media Informasi RSON Edisi Kelima ini akan membahas jejak perjalanan dunia Pemuda dan Olahraga serta Rumah Sakit Olahraga Nasional selama tahun 2015 ini. Jejak sejarah yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita kini dan yang dimasa yang akan datang. Edisi Kelima kali ini juga akan membahas mengenai keikutsertaan RSON pada ajang Hospital Expo dalam rubrik Liputan Khusus. Berbagai Tips Sehat tak lupa kami sajikan untuk menambah pengetahuan anda. Tak ketinggalan, Kilas Peristiwa menginformasikan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh RSON. Bersama edisi ini kami melampirkan “Angket Pembaca” sebagai umpan balik dari pembaca Media Informasi RSON ini. Kami menyediakan hadiah 10 voucher member Fitness selama 1 bulan di RS Olahraga Nasional, bagi 10 orang pengirim angket terbaik. Kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan penyajian Media Informasi RSON pada edisi selanjutnya. Terima Kasih.
EDITOR Muh Aria Bangun, S.iKOM SIRKULASI Sri Soendari, S.E. Yuliyanti Setiyorini, AMK. Nurmadinah, AMK. Yanti A.Md.Kep Efika Ambar Utari ALAMAT REDAKSI Jl. Jambore Raya No. 1, Cibubur, Jakarta Timur Telp/Fax: (021) 87753977 Pendaftaran: (021) 87753975 Email:
[email protected]
Redaksi Menerima sumbangan tulisan dan foto. Tulisan dikirim ke alamat redaksi melalui pos atau email. Tulisan atau foto yang tidak dimuat akan dikembalikan jika disertai perangko balasan (untuk yang dikirimkan melalui surat). Redaksi berhak mengedit atau mengubah tulisan jika dianggap perlu, dan tidak mengubah esensi isi. Edisi kelima Tahun II
3
Daftar Isi
PENGANTAR REDAKSI
3
DAFTAR ISI
4
SURAT PEMBACA
5
PROFIL RSON Berjuang Mendapatkan Status BLU
6
TAMU KITA
9
ARTIKEL UTAMA • Penatalaksanaan Cedera di Kejuaraan Olahraga 11 • Karakteristik Cedera Pada Kompetisi Olahraga Cabor Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate 20 ARTIKEL ILMIAH • Nyeri Haid Pada Atlet, Kapan Harus Ke Dokter? • Penanganan Dislokasi Jari Tangan • Gambaran Cedera Olahraga Atlet Taekwondo Pada Kompetisi Pra PON 2015 • Gambaran Cedera Olahraga Atlet Karate pada Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship 2015 • Penatalaksanaan Cedera Kepala pada Atlet
26 28 30 33 36
KALEIDOSKOP 39 LIPUTAN KHUSUS: RSON Berpartisipasi Pada Hospital Expo ke 28 Tahun 2015
48
SOSOK 51
4
Media Informasi RSON
TIPS SEHAT • CURCUMIN: suplemen pencegah cedera otot pada atlet? • Melindungi Diri Dengan Cuci Tangan
55 57
GALERI FOTO
58
KILAS PERISTIWA
64
UNGGULAN RSON
67
KATA MEREKA
69
CERPEN
73
Edisi kelima Tahun II
Surat Pembaca
Artikel yang Bermanfaat Di rubrik surat pembaca ini saya ingin menyampaikan terima kasih karena RSON telah mempunyai sarana informasi yang bagus, yaitu Media Informasi RSON yang dapat menambah ilmu pengetahuan kami tentang berbagai macam penyakit. Khususnya pada Media Informasi RSON edisi pertama, artikel mengenai penatalaksanaan cedera pada olahraga. Artikel ini sangat bermanfaat bagi kami masyarakat awam yang membutuhkan penjelasan tentang penyembuhan ketika kami mengalami cedera sewaktu berolahraga. Terima kasih. (Putra – Cinere)
Jawab: Terima kasih atas kesediaan Anda membaca Media Informasi RSON, kami akan selalu berusaha untuk menampilkan artikel yang bermanfaat pada seiap edisi.
KIRIM ARTIKEL KE MEDIA INFORMASI RSON Perkenalkan nama saya Rezki, mahasiswi kedokteran. Saya pembaca setia Media Informasi RSON. Karena di media ini saya banyak mendapatkan artikel-artikel kesehatan yang bemanfaat. Apakah saya bisa ikut berpartisipasi atau mengisi salah satu di rubrik Media Informasi RSON dan bagaimana cara nya. Terima kasih. ( Rezki – Bintaro ) Jawab Salam kenal Rezki. Tentu saja Anda boleh menulis artikel tentang kesehatan di salah satu rubrik Media Informasi RSON. Silakan anda kirim tulisan melalui email kami
[email protected] atau medinforson@ gmail.com dan jangan lupa sertakan foto atau gambar pendukungnya. Terima kasih.
PEMERIKSAAN BMD Saya salah satu pasien RSON. Saya mendapat informasi bahwa di RSON akan ada pemeriksaan kepadatan tulang. Kapan pemeriksaan BMD itu bisa di lakukan dan berapa biaya nya? (Angraini – Cileungsi) Jawab Terima kasih atas perhatiaan Saudara. Memang benar di RSON akan diadakan pelayanan pemeriksaan BMD (Bone Mineral Densitometry), untuk informasi selanjutnya silakan Anda menghubungi customer service kami di no.telp 021-87753975atau melalui email
[email protected]. Terima kasih.
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
5
Profil
DR. H. Alfitra Salamm, APU
*Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
RSON Berjuang Mendapatkan Status BLU
T
erpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, menjadi momentum
penting untuk kebangkitan olahraga di Indonesia. Antara lain ditandai dengan
pengembangan
banyak
infrastruktur dan pengembangan potensi atlet yang semakin kuat. Termasuk
memperkuat
wasit,
pelatih, dan tim medis. Apalagi Kemenpora dipercaya oleh Presiden RI untuk menjadi penanggungjawab pelaksanaan Asian Games 2018. Inilah hal penting yang terjadi di dunia olahraga sepanjang tahun 2015. Sesmenpora DR. H. Alfitra Salamm, APU mengingatkan, salah satu institusi pemerintah yang ikut berperan
dalam
pengembangan
olahraga di Indonesia adalah Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Rumah sakit ini adalah institusi rumah
sakit
yang
pertama
di
Indonesia, yang khusus menangani kesehatan atlet. Mudah - mudahan dua
atau
tiga
tahun
kedepan
bisa membangun cabang RSON
6
Edisi kelima Tahun II
DR. H. Alfitra Salamm, APU *Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
Profil di beberapa propinsi. Mengingat cara-cara mencegah atlet supaya kesehatan atlet ini juga bisa menjadi kebutuhan
pelayanan
acuan untuk menilai layak atau
kesehatan tidak cedera atau sakit.
Mungkin sesekali rumah sakit tidaknya atlet mengikuti kejuaraan
khusus untuk atlet,pelatih, wasit
serta kalangan olahraga, cukup bisa mendatangi pelatnas-pelatnas, internasional. untuk melihat langsung kondisi
besar.
Karenanya, eksistensi rumah kesehatan atlet. Kondisi tempat Berjuang sakit sangat strategis dan prospektif. tinggal atlet selama pelatnas. Jangan
RSON harus giat berbenah
Apalagi sebagian besar kejadian sampai kamar atlet berantakan. diri di tahun 2016. Alfitra Salamm kecelakaan yang menyebabkan atlet Belum lagi makanannya, misalnya menyarankan, pertama membenahi cedera justru terjadi ketika atlet yang
kurang
sesuai
dengan kelembagaan RSON. Visinya RSON
latihan. Sangat kecil cedera saat kebutuhan atlet. pertandingan. Dengan demikian, keberadaan RSON sangat strategis.
RSON
bisa
harus
memiliki
status
Badan
ikut
berperan Layanan Umum (BLU). Harus serius dalam pembiayaan kesehatan atlet. berjuang untuk mendapatkan Yaitu
RSON memfasilitasi BPJS, status BLU. Tanpa status BLU, bekerjasama dengan Satlakprima, RSON dikhawatirkan akan sulit Persiapan RSON ikut mendukung menyediakan asuransi kesehatan berkembang. Sesmenpora memberitahukan, keberhasilan penyelenggaraan Asian untuk semua atlet. Asuransi
Games tahun 2018. Ada tiga upaya kesehatan bukan hanya untuk ketika untuk itu, pertama kita akan yang perlu dilaksanakan oleh RSON. jadi atlet, tapi juga setelah tidak mengirim surat ke Menteri Keuangan Pertama, Sebagai Sesmenpora, menjadi atlet lagi. Bukan hanya untuk minta ijin menggunakan dana agar atlet, termasuk pula pelatih dan PNBP ( Penerimaan Negara Bukan Pajak) untuk mengembangkan RSON punya data lengkap tentang wasit. Untuk itu RSON perlu SDM rumah sakit. Kedua, bagaimana kesehatan setiap atlet. Punya laporan lengkap tentang kesehatan yang kuat. Karena jangkauan menciptakan suasana kekeluarga Alfitra
Salamm
berharap
atlet, khususnya atlet di prima. kerjanya luas. Artinya RSON harus bagi para dokter yang praktek di Supaya tahu secara jelas atlet sudah bekerjasama dengan Satlakprima RSON. Supaya nyaman memberikan pernah sakit apa. Atau gangguan dan KONI. Ketika RSON punya pelayanan kesehatan di rumah sakit
kesehatan apa saja yang berpotensi track record kesehatan semua tersebut. Ketiga, yang tak kalah atlet, ini bisa menjadi acuan untuk penting adalah publikasi. Supaya menyebabkan atlet sakit. Kedua, bukan hanya mendata mengawasi kesehatan atlet atau semakin banyak orang yang berobat
penyakit, juga mempunyai laporan saat mengobati atlet. Atlet juga ke RSON. Kita memberitahukan lengkap tentang asupan nutrisi harus bisa online dengan RSON, bahwa RSON memiliki keunggulan dalam penanganan cedera. yang sesuai dengan kebutuhan ketika sakit atau cedera. Sesmenpora berharap RSON
Juga melakukan kerjasama proaktif menjaga kesehatan atlet, dengan rumah sakit lain. Selain menyusun nutrisi yang tepat untuk atlet, supaya mereka tidak mudah pelatih dan wasit. Pekerjaan itu, memperkuat tim work RSON. sakit. Ketiga, RSON diharapkan bisa Rumah (PR) RSON pada tahun Karena pimpinan RSON tidak bisa setiap atlet. RSON harus dapat
melakukan bimbingan teknis untuk 2016 adalah mengumpulkan data bekerja sendiri. Jadi team work atlet, supaya jangan cedera. Perlu kesehatan setiap atlet. RSON harus RSON harus diperkuat. Plus harus dimonitor apakah sudah memadai punya data tersebut. Track record terwujud sikap toleransi dan ramah Edisi kelima Tahun II
7
Profil tamah di rumah sakit. Rumah sakit bukan hanya menyehatkan orang sakit, tapi birokrasi rumah sakit juga harus sehat. RSON dari segala aspek harus sudah siap untuk mengelola rumah sakit secara mandiri. Inilah kuncinya untuk mendapatkan status BLU. Kesiapan SDM, tim medis dan infrastruktur. Kunci BLU adalah kemampuan secara mandiri untuk mengelola secara optimal. Makanya harus berbenah. Apalagi kelak RSON bukan khusus untuk atlet, tapi juga untuk masyarakat umum. Sehingga, tim medis harus dilengkapi sesuai kebutuhan rumah sakit umum. Senam 3 menit Alfitra Salamm berharap mulai tahun 2016 semua pihak dengan giat memperkuat proses pembudayaan olahraga
dikalangan
masyarakat.
Melalui
regulasi
pemerintah,
olahraga diharapkan menjadi bagian dari aktivitas masyarakat sehari hari. Untuk itu, awal tahun 2016, Menpora Imam Nahrawi, sudah mulai melaksanakan program senam 3 menit di semua kantor. Selama 3 menit, orang bisa senam di kantor. Disamping juga mensosialisasikan pentingnya olahraga sebagai bagian dari pembangunan nasional. Melalui Asian Games 2018, olahraga semakin dianggap penting oleh semua pihak. Sesmenpora mengimbau agar minat olahraga harus diperkuat. Perlu sosialisasi
untuk
membangkitkan
minat olahraga. Atlet diminta untuk 8
DR. H. Alfitra Salamm, APU
ikut
membudayakan
olahraga.
Untuk lebih memasyarakat kan
Karenanya atlet dimanapun berada olahraga dan menemukan atlet ikut membudayakan olahraga mulai atlet yunior, Kemenpora juga sudah dari tingkat RT dan RW, dilingkungan melaksanakan program membuat rumahnya. Atlet bisa bekerjasama 1 lapangan olahraga di 1 desa, di dengan untuk
organisasi
kepemudaan seluruh Indonesia. Tahun 2015 telah
mensosialisasikan
minat berhasil dibangun 470 lapangan
olahraga. Atlet diharapkan , ketika olahraga, 80 persen diantaranya tidak sedang di Pelatnas, bisa lapangan
sepakbola.
menjadi ujung tombak di daerahnya, program
ini,
untuk mengajak masyarakat agar olahraga
dikalangan
rajin berolahraga.
Edisi kelima Tahun II
Melalui
diharapkan
minat
masyarakat
semakin tumbuh. (Ratih Sayidun)
Tamu Kita
Doping Menghancurkan Prestasi Atlet D
Marsekal TNI (Purn) Kamil Husni, SE
Marsekal TNI (Purn) Kamil Husni, SE., Dewan Pembina Ladi Periode 2015-2019
oping akan menghancurkan prestasi atlet. Juga merusak nama baik negara. Inilah dampak negatif dari penggunaan doping. Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) harus bekerja keras untuk mencegah atlet agar tidak menggunakan doping. Adalah anggota Dewan Pembina LADI periode kepengurusan 2015 - 2019, Kamil Husni. SE, yang ikut serta mendirikan LADI sekitar tahun 2002. Kamil Husni kemudian bercerita. Bahwa anti doping dunia awalnya dikelola oleh International Olympic Commitee (IOC). Kemudian di dunia muncul ide untuk mendirikan lembaga anti doping namanya world anti doping agency (WADA). WADA lalu mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh negara harus mendirikan lembaga anti doping di negaranya atau National Anti Doping Organization (NADO). Kamil Husni kemudian diminta untuk ikut mendirikan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) sekitar tahun 2002. Tidak sulit mendirikan LADI. Karena organisasi ini amat dibutuhkan oleh kalangan olahraga. Meskipun Kamil Husni, yang sejak kecil akrab dengan olahraga ini tidak ikut
dalam kepengurusan LADI. Sebab kakek 11 cucu ini kemudian menjadi Sekjen Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), saat LADI terbentuk. Meskipun ikut membidani pendirian LADI. Tadinya LADI dikelola secara insidental oleh KONI. Misalnya saat akan berlangsung PON, baru KONI mendirikan LADI. Peran Sebagai lembaga yang mengorganisir anti doping di Indonesia, LADI harus berperan aktif. Bagaimana LADI berusaha agar atlet tidak terkena doping. Melalui sosialisasi. Memberi penjelasan. Untuk itu, setiap tahun LADI bikin sosialisasi. Selain itu, LADI juga membentuk Doping Control Officer (DCO) untuk kalangan PB (Pengurus Besar). Setiap menjelang PON (Pekan Olahraga Nasional), LADI menyelenggarakan pelatihan untuk menjadi DCO. Tugas DCO sebagai pengawas atau pelaksana dari pengambilan sample urine. Kemudian, pelatihan untuk menjadi DCO ini dilakukan secara rutin. Setelah pelatihan, diberikan sertifikat DCO yang berlaku 4 - 5 tahun. Edisi kelima Tahun II
9
Tamu Kita Kesulitannya? Menyadarkan atlet, pelatih maupun pengurus PB bahwa pencegahan doping itu penting. Olahraga prestasi tujuannya untuk menjadi juara. Keadaan ini berisiko menimbulkan kecurangan menggunakan doping supaya menang. Ini tidak benar. Tidak jujur. LADI harus memberitahu bahwa ini salah. Atlet tergantung pelatih dan pengurus PB nya dan paramedis. Mereka ini yang berperan penting untuk memberitahu bahaya doping. Jadi targetnya mereka ini, yang harus tahu segala hal mengenai betapa doping dapat menghancurkan prestasi atlet. Kamil Husni mengakui banyak mengalami suka duka selama di LADI. Senangnya bisa memberi manfaat bagi kalangan olahraga di Indonesia. Saat prestasi atlet semakin bagus, seandainya kena doping, hancurlah prestasinya. Medali ditarik, nama negara kitapun tercemar. Pertama kali kena doping, kena sanksi 2 tahun. Sia sia pekerjaan dan latihan keras atlet. Sia sia pula pembinaan atlet. Doping adalah stimulan. Olahraga binaraga, angkat besi, balap sepeda dan atletik, berisiko tinggi kena doping. Karena membutuhkan tambahan energi. Bisa jadi atlet tanpa sengaja menggunakan doping. Seringkali karena ketidaktahuannya, atlet kena doping. Misalnya minum obat yang mengandung zat doping. Kalau misalnya atlet minum obat yang terbukti mengandung doping. Contohnya obat asma. Seharusnya jauh sebelum bertanding, atlet harus memberitahukan bahwa sedang minum obat asma. Misalnya lapor ke LADI, supaya atlet itu bisa bertanding. Kesulitan Memang dunia saja mengalami kesulitan untuk membuat semua pihak memperhatikan bahaya doping. Sama halnya dengan kalangan olahraga di Indonesia. Kamil husni cukup sering ngobrol dengan atlet - atlet tentang doping. Umumnya atlet tidak tahu tentang doping. Terutama atlet yunior. Pelatih dan pengurus PB masih kurang memberi penjelasan mengenai doping. Makanya target sosialisasi LADI adalah pelatih dan pengurus PB. Selain itu, pemeriksaan doping di Indonesia belum dilakukan di laboratorium yang terakreditasi oleh WADA. Memang belum semua negara memiliki laboratorium yang terakreditasi untuk pemeriksaan doping. Bahkan di kawasan Asia Tenggara saja baru ada di Thailand, India, Beijing, Jepang, Korea dan Australia. Karenanya, Indonesia harus mengirim sampel
10
Edisi kelima Tahun II
urin untuk pemeriksaan doping diluar negeri. Biayanya mahal. Per orang biayanya Rp. 5 - 6 juta. Satu botol tempat penyimpanan sampel urine saja harganya Rp. 1.500.000. Sekarang sudah ada perkembangan pemeriksaan doping melalui pemeriksaan darah. Bukan melalui urine saja. Meski di Indonesia belum pernah dilakukan pemeriksaan doping melalui darah. Karena membutuhkan keahlian khusus. Kalau hasil pemeriksaan doping perlu disahkan oleh WADA, harus diperiksa oleh laboratorium yang terakreditasi. Selama Indonesia mengirim ke laboratorium di India dan Thailand. Biayanya kadang - kadang dari PB dan kebanyakan dari pemerintah. Disinilah kesulitannya. Yaitu biaya untuk pemeriksaan doping keluar negeri. Menjelang Asian Games tahun 2018 di Indonesia, LADI sedang berusaha agar Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI itu bisa menjadi laboratorium yang terakreditasi. Syaratnya, setiap tahun harus memeriksa 3000 sampel. Syarat ini belum dapat terpenuhi. Sejauh ini Labkesda DKI baru memeriksa kurang dari seribu sampel. Ini tantangan untuk kepengurusan baru LADI. Selama ini labkesda DKI bukan laboratorium khusus doping saja. Pesan Kamil husni menjadi koordinator tim ahli di LADI sejak LADI dibentuk. Bisa dikatakan bapak 5 anak ini telah melahirkan sejumlah ahli doping. Ini karena kecintaannya terhadap olahraga. Kesibukannya di LADI membahagiakan hatinya karena jadi banyak teman. Ahli doping ini berpesan agar atlet mulai belajar apa itu doping. Masalahnya, atlet tidak akan tahu doping kalau tidak diberitahu pelatih. Untuk itu, atlet, pelatih dan pengurus PB harus lebih dulu memahami doping. Sekarang ini, pada level nasional mereka sudah banyak tahu tentang doping. Sebaliknya pada tingkat daerah, belum banyak yang tahu mengenai doping. Sebelum ikut membidani pendirian LADI, Kamil husni selama 5 tahun ikut dalam tim penyusunan UU Olahraga. Pengalamannya sejak kecil akrab dengan olahraga. Maklum saja, ayahnya adalah atlet sepakbola. Ahli doping ini pernah menjadi pengurus PSSI akhir tahun 1980 an. Lalu aktif di Biro Hukum KONI. Saat itulah Kamil husni menjadi ketua tim penyusun UU olahraga. Mulai disusun tahun 1999 dan tahun 2005 UU Olahraga disahkan. (Ratih Sayidun)
Artikel Utama
PENATALAKSANAAN CEDERA DI KEJUARAAN OLAHRAGA Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, MARS PENDAHULUAN “Olahragawan adalah manusia langka. Tidak gampang mencetak olahragawan berprestasi. Makanya, kesehatan olahragawan, apalagi yang sudah berprestasi harus dijaga. Jangan sampai karena kesalahan penanganan olahragawan kehilangan masa depan di usia emasnya.” 1 (dr. Basuki Supartono, Staf Ahli Menpora, Kompas 7 Mei 2007) Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan, saat pertandingan, dan sesudah pertandingan.2 Cedera adalah kerusakan kulit, jaringan lunak, tulang rawan, tulang, dan atau organ tubuh lainnya akibat adanya kontak atau datangnya energi dari luar; yang menganggu fungsi tubuh. 3-5
Respon Atlet Terhadap Cedera
dan penyerapan sel sampai pada kegagalan mekanik
Atlet yang mengalami cedera memberikan respons
yaitu patah tulang. Cedera otot menimbulkan kerusakan
psikologis dan fisiologis. Secara psikologis olahragawan
struktur seperti robek, putus, atrofi, hipertrofi, nekrosis,
merasa bahwa dirinya berada dalam kondisi kesehatan
sampai dengan kontraktur otot.
yang optimal sehingga mampu (ingin) pulih segera dan secepat mungkin bertanding lagi. Bagi atlet profesional cedera ringan saja, sangat berarti
Epidemiologi Cedera Olahraga
karena cedera
Data di Amerika Serikat menyebutkan tingginya
berpotensi menurunkan peluang untuk menang. Atlet
angka kejadian cedera olahraga baik pada orang dewasa
setiap saat mempunyai risiko cedera. Atlet yang cedera,
dan anak-anak. Pada orang dewasa mencapai angka
cenderung bersifat neurotik, apalagi bila cederanya tidak
1,5 juta kali pertahun, dan setengahnya adalah cedera
ditangani secara serius, atau dokternya tidak ahli, karena
serius, pada anak dan remaja angkanya lebih tinggi yaitu
hal itu dapat berimplikasi kepada prestasi dan kelanjutan
3-4, 3 juta kali pertahun. Angka kejadiannya sama antara
karirnya sebagai atlet. Respon fisiologis atlet sesuai
pria dan wanita, namun lebih tinggi dua kali lipat pada
jenis jaringan tubuh yang cedera. Cedera tulang dapat
olahraga kontak dibanding olahraga non kontak. Bagian
menimbulkan kematian sel, gangguan penyimpanan
tubuh yang sering cedera adalah lutut.6
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
11
Artikel Utama Derajat Cedera Olahraga Cedera
olahraga
dikelompokkan
emboli lemak yang sangat berbahaya dan mematikan. berdasarkan
Cedera pada ligament dapat menimbulkan sprain, pada
penatalaksanaannya menjadi lima derajat 1) cedera
tendon menimbulkan strain atau bahkan ruptur. Cedera
yang mengancam nyawa, 2) cedera yang mengancam
meniskus menimbulkan robekan (tear) yang dapat
anggota tubuh, 3) cedera berat, 4) cedera sedang,
mengganggu fungsi dan gerakan lutut. Cedera syaraf
dan 5) cedera ringan. Cedera yang mengancam nyawa
menimbulkan degenerasi sel dan ruptur syaraf. Cedera
adalah semua cedera yang mengakibatkan sumbatan
pembuluh darah menimbulkan putusnya pembuluh
jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan (hematotoraks,
darah (ruptur) sehingga menimbulkan perdarahan dan
pneumotoraks), gangguan fungsi jantung (tamponade
syok. Cedera tulang rawan menimbulkan kerusakan
jantung), penurunan perfusi darah (syok) dan penurunan
sel atau defek yang akan berakhir dengan pengapuran
kesadaran. Cedera yang mengancam anggota tubuh
sendi. Cedera sendi dapat menyebabkan cerai sendi
adalah patah tulang terbuka, sindroma kompartemen,
dengan atau tanpa kerusakan pembuluh darah dan
dan dislokasi. Cedera berat bila jaringan tubuh putus
syaraf. Cedera sendi sangat berbahaya dan harus
sehingga mengganggu fungsi misalnya patah tulang
segera ditangani dalam waktu kurang dari enam jam,
tertutup, ruptur ligamentum, ruptur tendon, ruptur
bila tidak maka akan menimbulkan kecacatan. Cedera
pembuluh darah, dan ruptur syaraf. Cedera sedang bila
lempeng pertumbuhan, harus segera ditangani secara
jaringan yang terkena cedera tidak putus total hanya
akurat karena bila tidak akan menyebabkan gangguan
ruptur sebagian atau robek (partial ruptur,tear). Cedera
pertumbuhan tulang dan kecacatan.
ringan adalah bila jaringan tubuh tidak putus, tidak
Bagian Tubuh. Cedera olahraga dapat mengenai
robek atau tidak menimbulkan kerusakan struktur dan
berbagai bagian tubuh seperti kepala, muka, leher,
tidak mengganggu fungsi tubuh. Penyebab cidera ringan
tulang belakang, lutut dan pergelangan kaki. Cedera
yang tersering adalah kelelahan dan kekakuan. Cedera
kepala termasuk di dalamnya cedera kuping, hidung,
ini biasanya sembuh dengan istirahat. Cedera sedang
telinga dan mulut menimbulkan kerusakan otak,
dan berat tidak sembuh dengan istirahat saja namun
gangguan kesadaran, ingatan dan perilaku. Cedera muka
memerlukan tindakan medis. Cedera yang mengancam
menimbulkan lecet, luka, kerusakan jaringan lunak,
nyawa dan anggota tubuh memerlukan tindakan medis
patah tulang hidung, tulang geraham dan dislokasi
sesegera mungkin.
rahang. Cedera leher dan tulang belakang
dapat
menyebabkan kerusakan otot, diskus, patah tulang, Jenis Cedera Olahraga Cedera olahraga dikelompokkan berdasarkan jenis jaringan tubuh dan bagian tubuh yang terkena. Jaringan tubuh. Cedera olahraga dapat menimpa jaringan tulang atau jaringan lunak. Cedera tulang dapat menimbulkan patah tulang dan dislokasi (cerai sendi). Cedera jaringan lunak dapat menimpa berbagai jaringan seperti kulit, lemak, fascia, otot, bursa, ligamen, meniscus, syaraf atau pembuluh darah. Cedera tersebut dapat menimpa satu jaringan saja atau beberapa jaringan sekaligus. Cedera kulit dapat menimbulkan abrasi, laserasi, tato, luka. Cedera lemak dapat menimbulkan 12
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
pergeseran dan dislokasi dengan atau tanpa defisit syaraf seperti kesemutan atau kelumpuhan. Cedera lutut dapat menimbulkan masalah serius, yaitu kerusakan meniskus dan ligamen. Cedera ini sering terjadi pada olahraga kontak, dan olahraga yang menggunakan lutut sebagai titik tumpu gerakan, serta olahraga yang membutuhkan kecepatan seperti sepakbola, futsal, beladiri, bulutangkis, bola voli. Cedera pergelangan kaki. Pergelangan kaki seperti halnya lutut adalah sendi gerak dan sendi penyangga dan keseimbangan tubuh sehingga rentan cedera. Cedera pergelangan kaki dapat menyebabkan strain dan sprain. Strain terjadi karena
Artikel Utama arah tarikan otot yang salah, kontraksi otot berlebihan atau ketidaksiapan otot ketika kontraksi. Sprain terjadi karena kurangnya pemanasan dan peregangan yang kurang tepat. Seperti halnya lutut cedera ini sering terjadi pada olahraga kontak dan olahraga yang membutuhkan kecepatan. Cedera siku dapat menyebabkan kerusakan kulit jaringan lunak otot, tendon, ligament, dan tulang. Cedera yang sering terjadi di siku diantaranya medial epycondilitis (golfer’s elbow), lateral epicondilitis (tennis’s elbow), dislokasi dan patah tulang. Etiologi Cedera Olahraga Cedera olahraga dapat terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Gb.1: Komplikasi Dislokasi Siku kanan (koleksi pribadi)
Faktor intrinsik bersumber dari kondisi atlet di antaranya kelainanan struktur jaringan, kelemahan jaringan, postur tubuh, aktifitas, kelemahan skill, kurangnya kesiapan fisik, mental, pemanasan dan konsentrasi. Cedera ini dapat dicegah atau diminimalisir. Kelainan struktur. Kelainan tulang,
sendi dan
jaringan lunak menimbulkan kelainan bentuk tubuh dan anggota gerak sehingga menyebabkan gangguan fungsi, stabilitas, koordinasi, dan kekakuan sehingga meningkatkan potensi cedera ketika atlet berlatih atau bertanding. Kelainan bentuk tulang
terjadi
karena kelainaan bawaan sejak lahir atau dari cedera sebelumnya misalnya patah tulang, gangguan lempeng pertumbuhan dan lainnya. Beberapa kelainan bentuk tulang di antaranya yaitu a) Loss of allignment (ketidaksegarisan) b) Abnormal Length / Limb length discrepancy (perbedaan panjang) c) Bony outgrowth (tulang tumbuh). Beberapa kelainan bentuk sendi yaitu a) Displacement of the Joint (cerai sendi) b) Hypermobility of the Joint c) Restricted Mobility of the Joint. Kelainan bentuk sendi terjadi karena beberapa sebab di antaranya ketidaknormalan sendi, perlengketan sendi, kontraktur sendi, gangguan keseimbangan otot, dislokasi. Kelemahan struktur. Kelemahan jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, meniscus) menyebabkan penurunan
kemampuan
tubuh
menahan
sehingga meningkatkan risiko terjadinya cedera pada atlet. Faktor ekstrinsik. Faktor ini bukan dari diri atlet namun dari luar seperti jatuh, atau terkena hantaman, peralatan yang sub standar, prasarana, lapangan, atau metode latihan yang salah. Cedera ini sering terjadi pada olahraga kontak karena itu atlet disarankan menggunakan alat pelindung (proteksi) untuk mencegah terjadinya cedera. Komplikasi cedera olahraga Sebagian besar cedera bila ditangani cepat, tepat dan oleh ahlinya berakhir dengan sembuh tanpa komplikasi, namun sebaliknya bila tidak ditangani dengan baik akan meninggalkan komplikasi kecacatan atau kematian. Beberapa komplikasi tersebut dapat bersifat akut, dan lambat. Komplikasi akut di antaranya cedera kulit, pembuluh darah, syaraf, otot, organ tubuh, perdarahan, syok. Komplikasi lambat diantaranya, kaku sendi, pengapuran sendi, gangguan penyembuhan tulang,
gangguan
pertumbuhan
tulang,
infeksi,
osteoporosis, miositis osifikan, kelumpuhan, neurosis.
beban Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
13
Artikel Utama PENATALAKSANAAN CEDERA DI
dan
KEJUARAAN OLAHRAGA
bertujuan menentukan kegawatdaruratan dan indikasi
pengelolaan
rujukan.
Penegakkan
diagnosis
Penatalaksanaan cedera olahraga di kejuaraan
rujukan. Pemeriksaan dilakukan dalam dua tahap
olahraga fokus pada diagnosis dan terapi. Tujuan
secara berurutan dan hirarkis Tahap pertama bertujuan
diagnosis
dan
menentukan apakah ada ancaman nyawa. Ancaman
rekomendasi kondisi atlet mengenai: (1) life threathening
nyawa dapat disebabkan oleh beberapa sebab di
(ancaman kematian/nyawa), (2) limb threathening
antaranya sumbatan jalan nafas, trauma paru, trauma
(ancaman kematian anggota tubuh (organ) dan (3)
jantung, kehilangan darah, perdarahan otak, patah
kerusakan struktur dan atau gangguan fungsi anggota
tulang leher dan lainnya. Tim medis memeriksa tingkat
tubuh (organ).
kesadaran, patensi jalan nafas, gerakan dan frekuensi
adalah
menghasilkan
kesimpulan
Diagnosis dan terapi dimulai sejak di lokasi kejadian
pernafasan, frekuensi nadi, dan kondisi permukaan
yaitu di tempat latihan atau di arena pertandingan dan
tubuh. Bila ada ancaman nyawa maka atlet seketika
berlanjut di rumah sakit yaitu di ruang gawat darurat
diberikan terapi (life saving). Terapi tersebut diantaranya
atau ruang rawat inap. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pembebasan jalan nafas, pemberian oksigen, stabilisasi
keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
tulang leher dan pemberian cairan resusitasi sampai
pemeriksaan
bersifat
tercapai stabilitas, dan di rujuk dengan ambulans medik
sementara bila masih membutuhkan pemeriksaan
(siaga di lokasi) ke Rumah Sakit Olahraga Nasional
lanjutan dan bersifat definitif bila telah menghasilkan
(RSON).
radiologi.
Hasilnya
dapat
kesimpulan pasti. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter
Bila tidak ada ancaman nyawa, dan kondisi atlet
ahli bedah ortopedi dan traumatologi dan dokter
stabil maka pemeriksaan dilanjutkan dengan tahap ke
umum terlatih yang memiliki sertifikat penatalaksanaan
dua untuk mencari adanya ancaman kematian anggota
trauma, jantung dan cedera olahraga.
tubuh, kerusakan struktur dan gangguan fungsi anggota tubuh. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh dan
Penataksanaan di Lokasi Kejadian
anggota gerak terutama kepala, wajah, leher, tulang
Cedera
belakang, panggul, tangan, lutut dan kaki. Pemeriksaan
Penatalaksanaan
di
lokasi
kejadian
meliputi
penegakkan diagnosis, pemberian terapi sementara
dilakukan dengan melihat, meraba dan menggerakkan anggota tubuh, sendi, jaringan lunak, dan tulang.
Gb.2: Alat Pengukur Saturasi Oksigen (Oksimetri) (a): sebelum dipasang (b) sesudah dipasang (koleksi pribadi)
14
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Artikel Utama
Gb.4: Penatalaksanaan Cedera pada Kejuaraan Down Hill (koleksi pribadi) Gb.3: Hard Collar (koleksi pribadi)
Selain itu pemeriksa juga memastikan fungsi syaraf tepi dan pembuluh darah. Tim medis memeriksa anggota tubuh kiri dan kanan, memperhatikan bentuk, dan panjang anggota tubuh. Selanjutnya diperiksa kondisi permukaan anggota tubuh apakah ada luka dan aliran darah. Pemeriksa memastikan kemampuan gerak sendi dan anggota tubuh. Selain itu frekuensi nadi, tekanan nadi, dan fungsi syaraf tepi. Bila ada ancaman kematian anggota tubuh maka segera diberikan terapi penyelamatan anggota tubuh (limb saving). Ancaman
Gb.5: Penatalaksanaan Cedera pada kejuaraan Taekwondo (koleksi pribadi)
kematian anggota tubuh diantaranya a) patah tulang terbuka dengan atau tanpa ruptur pembuluh darah dan b) sindroma kompartemen. Terapi penyelamatan diantaranya
pembebasan
tekanan,
balut
tekan,
rawat luka, stabilisasi sementara dan resusitasi cairan selanjutnya di rujuk ke RSON. Bila tidak ada ancaman nyawa, ancaman anggota tubuh
dan kondisi atlet stabil maka pemeriksaan
dilanjutkan untuk mencari adanya kerusakan berat dari struktur jaringan dan gangguan fungsi anggota tubuh. Kondisi ini di antaranya adalah patah tulang tertutup,
Gb.6: Penatalaksanaan Cedera pada kejuaraan Karate (koleksi pribadi)
dislokasi sendi, cedera syaraf tepi, otot, ligamen dan meniskus. Bila hal tersebut terjadi maka diberikan
masing-masing tahapan tersebut dianalisa ulang dan
terapi sementara. Terapi tersebut diantaranya stabilisasi
menyeluruh untuk menentukan diagnosis dan terapi
sementara anggota tubuh (organ) dan resusitasi cairan
definitif, dan pengelolaan rujukan.2
dan selanjutnya di rujuk ke RSON. Hasil pemeriksaan Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
15
Artikel Utama Bila tidak ada ancaman nyawa, tidak ada ancaman anggota tubuh, dan tidak ada kerusakan anggota tubuh hanya gangguan fungsi minimal maka atlet diberikan terapi di lapangan dan tidak dirujuk hanya diminta kontrol ke poli ortopedi RSON. Tim medis memberikan terapi ICRE (Ice, Compression, Rest. Elevation) dan tidak memberikan atau melakukan HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage). Pengelolaan
Rujukan.
Pengelolaan
rujukan
meliputi beberapa aspek penting di antaranya stabilisasi pasien, transportasi pasien, komunikasi. Stabilisasi dan transportasi pasien meliputi pengamanan jalan nafas, pernafasan sirkulasi darah, tulang leher, tulang belakang dan anggota gerak. Komunikasi meliputi pemberian Gb.7: Pemasangan Back Slab untuk patah tulang humerus (koleksi pribadi)
HARM adalah singkatan dari Heat, Alcohol, Running dan Massage. Jangan memberikan panas, alkohol dan jangan melakukan gerakan dan pijat, karena : 1) Panas
bersifat
melebarkan
jaringan.
Pemberian panas diberikan sesudah fase akut terlewati yaitu setelah 48 jam. 2) Alkohol termasuk
bersifat
melebarkan
pembuluh
darah
jaringan sehingga
meningkatkan perdarahan yang terjadi. Selain itu alkohol bersifat mengurangi nyeri sehingga Gb.8: Pemasangan Arm Sling untuk cedera anggota tubuh bagian atas (koleksi pribadi)
olahrgawan tidak merasakan nyeri dan terus menggunakan anggota tubuh yang cedera sehingga dapat memparah cedera. 3) Gerakan meningkatkan pembengkakan dan nyeri. Pemijatan merusak pembuluh darah sehingga menambah perdarahan dan pembengkakan serta kerusakan syaraf yang
dapat memperparah
cedera.
Gb.9: Pemasangan Thomas Splint untuk patah tulang paha (koleksi pribadi)
16
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Gb. 10: Tips: HARM
Artikel Utama informasi dan koordinasi tim medis lapangan kepada pihak rumah sakit rujukan (supervisor harian, supevisor medik, kepala instalasi, dan direktur rs) dengan tujuan agar rumah sakit siap dan mampu menangani pasien
TIPS ICRE •
Pemberian es atau kompres dingin. Bagian yang cedera diberikan es yang dibungkus kain untuk waktu 1-2 hari kemudian selanjutnya bagian tubuh diberi kompres hangat. Pemberian dingin ini sangat menolong karena akan membuat pembuluh darah mengkerut, menghentikan perdarahan, cairan yang keluar sehingga mengurangi pembengkakan sekaligus mengurasi nyeri dan kan mempercepat penyembuhan.
•
Pemberian tekanan Tindakan ini dilakukan setelah pemberian dingin, dengan memberikan tekanan yang lembut melalui pemasangan softband dan elastic verban, secukupnya sesuai kebutuhan dengan tekanan yang pas tidak terlalu menekan karena akan membahayakan aliran darah dan juga tidak terlalu longgar sehingga tidak bermanfaat.
•
Istirahat bagian tubuh yang cedera. Bagian tubuh, sendi, anggota gerak yang cedera harus diistirahatkan agar sel dan jaringan yang cedera mempunyai kesempatan untuk sembuh sesuai dengan kondisi sebelumnya berdasarkan sifat dasar tubuh manusia. Apabila tidak dilakukan dengan baik akan memperlama waktu penyembuhan, menimbulkan gejala sisa berulang bahkan kecacatan. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera dengan melakukan immobilisasi sendi atau anggota gerak sehingga tidak bergerak dengan memasang penyangga bonce atau cast bila diperlukan sesuai derajat cederanya.
•
Elevation. Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat bagian tubuh yang cedera sedemikian rupa se hingga lebih tinggi dari jantung. Hal ini dilakukan untuk untuk mengurangi pembengkakan dengan cara membantu aliran balik cairan dari bagian yang bengkak agar mudah dan cepat ke jantung sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan melalui ginjal dan menjadi air seni sehingga bagian tubuh yang cedera lebih cepat kempes.
rujukan dengan baik. Penatalaksanaan di RSON Penatalaksanaan di RSON meliputi penyiapan rumah sakit, review pasien, diagnosis definitif dan terapi definitif. Penyiapan Rumah Sakit bertujuan agar RSON dapat memberikan layanan yang aman, nyaman dan berkualitas. Kegiatan penyiapan meliputi penyiapan personil, alat kesehatan, bahan habis pakai, listrik, air, AC dan memastikan semuanya tersedia dan berfungsi dngan baik. Penyiapan dilakukan di berbagai unit di antaranya instalasi gawat darurat, instalasi penunjang seperti laboratorium dan radiologi, rawat inap, kamar bedah, Intensive Care Unit (ICU) dan lainnya. Kegiatan di instalasi gawat darurat bertujuan memastikan kondisi atlet pasca rujukan, kegiatan utamanya di antaranya adalah pemeriksaan ulang, stabilisasi dan pemantauan kondisi, diagnosis definitif, terapi pra operasi dan penyiapan operasi. Pemantauan kondisi atlet dilakukan secara manual atau dengan bantuan mesin pemantau. Variabel yang dipantau di antaranya adalah tingkat kesadaran, saturasi oksigen, kondisi pernafasan, sirkulasi darah, pembuluh darah dan saraf tepi anggota tubuh. Selain itu atlet diberikan tindakan medis di antaranya pemberian oksigen, pemasangan hard collar, pemasangan kateter saluran kencing, pengambilan sampel darah dan ronsen. Penegakkan diagnosis definitif dilakukan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan laboratorium bertujuan menentukan beberapa hal di antaranya status kecukupan darah, risiko infeksi, kemungkinan operasi, toleransi operasi dan kemungkinan perawatan intensif di ruang
Gb. 11: Tips ICRE
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
17
Artikel Utama
Gb.12: Rujukan Pasien ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (koleksi pribadi)
appliances, terapi fisik dan okupasi.
ICU. Pemeriksaan radiologi bertujuan
tetap
untuk menentukan kondisi organ
fungsi sendi, mencegah kecacatan,
Terapi
penting di antaranya paru-paru,
mengoreksi
beberapa metode di antaranya
tulang leher, tulang pelvis, organ
memulihkan atlet. Terapi definitif
debridemant,
dan anggota tubuh lainnya untuk
dilakukan
konservatif
release, resection, reconstruction,
menentukan kemungkinan operasi,
(tanpa operasi) atau operasi sesuai
dan replacement. Terapi operatif
dan toleransi operasi. Pemeriksaan
indikasi dan kebutuhan pasien.
menggunakan prosedur pembiusan
dapat dilakukan dengan foto ronsen
Terapi
menggunakan
secara lokal, regional dan umum,
untuk cedera tulang sedangkan
beberapa metoda di antaranya
menggunakan teknik bedah biasa
untuk
terapi
atau minimal (minimal invasive
cedera
jaringan
lunak
digunakan ultrasonografi (usg) atau
aktif
mempertahankan kecacatan, secara
konservatif psikologis,
terapi
dan
obat,
terapi orthopaedic apparatus dan
surgery).
operasi
evacuation,
Terapi definitif mempunyai be berapa tujuan di antaranya menyel amatkan nyawa, menyelamatkan bagian tubuh, memperbaiki fungsi kemampuan,
kecacatan,
memperbaiki
menghilangkan
nyeri,
menekan reaksi tubuh, membantu atlet
memahami
kondisinya,
memberikan dukungan psikologis, memberikan semangat agar atlet 18
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
repair,
Terapi definitif lainnya
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
dan
menggunakan
Gb.13. Pemeriksaan Atlet di IGD RSON (koleksi pribadi)
Artikel Utama
Gb.16. Perawatan Atlet di ruang rawat RSON
Gb.14: Pemeriksaan MRI di ruang radiologi RSON (koleksi pribadi)
adalah teknik rekayasa jaringan
3-5, 9,11, 12 (koleksi pribadi)
PENUTUP
Daftar Pustaka
dengan menggunakan sel punca,
Tulisan di atas telah mengulas
faktor pertumbuhan dan perancah.11
mengenai penatalaksanaan cedera
Dokter
rencana
olahraga pada atlet, gambaran cedera
beberapa
olahraga secara umum, secara khusus
hal di antaranya urgensi tindakan,
di rumah sakit olahraga nasional,
proses pelaksanaaan, manfaat dan
Jakarta,
risiko. Setelah atlet memahami,
dan
mempertimbangkan, memutuskan
Semoga tulisan singkat ini dapat
dan
persetujuan,
memberikan inspirasi dan motivasi
tindakan dilakukan. Atlet berhak
bagi kita semua khususnya para atlet
mencari second opinion.
dan insan olahraga dalam upaya
terapi
menjelaskan atlet,
meliputi
memberikan
bagaimana mengenalnya bagaiman
meningkatkan
mensikapinya.
prestasi
olahraga
Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan haturkan
terima kepada
kasih staff
kami RSON,
Kemenpora yang telah memban tu nya
penulisan tulisan ini khusus kepada
dr.
Muhammad
Abdurrahman, dr. Danarto Hadi, drg. Esti Cahyani Adiati, Ns. Yulianti, Shofwatun Nida. Gb.15: Tindakan bedah di kamar operasi RSON (koleksi pribadi)
1. Harian Kompas; 7 Mei 2010 2. Walker B. The Anatomy of Sports Injuries. England: Lotus Publishing; 2007. 3. Badudu Y, Zain SM. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar Harapan; 1994. 4. Kamus Istilah Kedokteran Indonesia. Universitas Indonesia. 5. Hoppenfeld S, Zeide MS. Orthopaedic Dictionary. Philadelphia: LippincottRaven Publisher; 1994. 6. Caine DJ, Caine CG, Lindner KJ. Epidemiology of Sports Injuries. Human Kinetics; 1996. 7. Supartono B. Kajian Kebijakan Penatalaksanaan Cedera Olahraga pada Olahragawan. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga RI; 2010. 8. Supartono B. Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan?. Majalah Media Informasi RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21 9. Supartono B. Peranan Postur Tubuh Terhadap Prestasi Atlet. Majalah Media Informasi RSON. Edisi Keempat Tahun II. 2015. 13-21 10. Supartono B. Buku Saku, Pengapuran Sendi Lutut Dapatkah Disembuhkan? Jakarta: Majalah Media Informasi RSON. Edisi Ketiga Tahun II. 2015. 13-21 11. Supartono B. Teknik Rekayasa Jaringan Untuk Penyembuhan Cedera Olahraga. Majalah Media Informasi RSON. Edisi Kedua Tahun II. 2015. 9-18 12. Khodaee M, Madden CC, Putukian M. The Preparticipation Physical Evaluation. In: Madden CC, Putukian M, Young CC, McCarty E, editors. Netter’s Sports Medicine. Philadelphia: Saunders Elsevie; 2010. p.10
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
19
Artikel Utama
KARAKTERISTIK CEDERA PADA KOMPETISI OLAHRAGA CABOR TENIS, SEPEDA GUNUNG, SEPAKBOLA, TAEKWONDO DAN KARATE Basuki Supartono
ABSTRAK Pendahuluan. Penyelenggaraan kompetisi olahraga berpotensi menimbulkan cedera pada berbagai bagian tubuh olahragawan dengan berbagai derajat keparahan dan dapat mengancam keselamatan dan kesehatan olahragawan. Selama ini belum ada data mengenai karakteristik cedera pada kompetisi olahraga di Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan data tersebut dalam rangka peningkatan kualitas penatalaksanaan cedera olahraga. Metoda. Analisis deskriptif. Hasil. Selama tahun 2015, RSON menjadi tim medis pada penyelenggaraan lima kompetisi olahraga yaitu Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Karate dan Taekwondo. Jenjang kompetisi adalah nasional dan internasional. Jumlah keseluruhan peserta 1390, yang cedera 87 orang. Angka kejadian cedera rata-rata 6,3 %, terendah Sepeda Gunung (3%) dan tertinggi Karate (7,1%). Tidak didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh. Cedera ringan terjadi di semua cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan berat hanya terjadi pada Taekwondo dan Karate. Jumlah cedera berat 8 kasus (0,6 %), cedera sedang 45 kasus (3,2 %) sedangkan cedera ringan 34 kasus (2,5%). Jenis cedera berat adalah dislokasi jari tangan dan patah tulang hidung. Cedera terjadi pada semua regio tubuh, terbanyak pada anggota tubuh bagian bawah yaitu 47 dari 87 kasus (54 %), berdasarkan sendi/ tulang yaitu tulang hidung yaitu 14 kasus (16 %). Cedera kepala, tulang belakang dan perut hanya terjadi pada olahraga Taekwondo dan Karate. Taekwondo banyak menciderai lutut, karate tulang hidung. Cedera selama kompetisi berlangsung dirujuk ke RSON kecuali cedera ringan. Pembahasan. Kejadian cedera pada kompetisi olahraga cukup tinggi, dan berpotensi menciderai seluruh tubuh. Dibandingkan olahraga non kontak, Olahraga kontak mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dengan derajat cedera yang lebih berat. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan olahragawan maka perlu dihadirkan tim medis dan rumah sakit rujukan sebagai satu kesatuan sistem pelayanan.Tim medis yang bersertifikat, kompeten dan cekatan. Rumah Sakit yang dekat (di dalam) kawasan pertandingan dengan fasilitas yang memadai dan tenaga medis yang kompeten, Kesimpulan. Angka kejadian cedera rata-rata pada kompetisi Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola, Taekwondo dan Karate mencapai 6,3 %. Cedera menimpa seluruh bagian tubuh dengan distribusi terbanyak anggota tubuh bagian bawah. Dibanding olahraga non kontak, olahraga kontak menghasilkan angka kejadian cedera yang lebih tinggi, menimbulkan derajat cedera yang lebih parah dan mencederai seluruh bagian tubuh. Seluruh cedera dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh tim medis lapangan dan rumah sakit olahraga nasional (RSON). Saran. Perlu penelitian lanjutan dengan memperbanyak cabang olahraga. Pengurus cabang olahraga di Indonesia perlu memnfaatkan RSON sebagai tim medis dalam setiap penyelenggaraan kompetisi. Kata Kunci: Kompetisi Olahraga, Karakteristik Cedera, Cedera Olahraga, RSON
20
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Artikel Utama Pendahuluan Pembinaan dan pengembangan olahraga di
derajat keparahan. Semua jenis cedera tersebut harus
Indonesia, diseleng garakan di antaranya melalui
ditangani dengan baik, agar tidak membahayakan
penye lenggaraan kompetisi cabang olah raga pada
keselamatan dan kesehatan atlet.2 Tingkat bahaya
berbagai jenjang baik lokal nasional dan inter
dan penatalaksanaannya ditentukan berdasarkan jenis
nasional. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan
cedera dan bagian tubuh yang terkena (Tabel 1) .
1
cedera di berbagai bagian tubuh dengan berbagai TABEL 1: Derajat, Jenis Dan Penatatalaksanaan Cedera Pada Kompetisi Olahraga
NO
1
2
3
DERAJAT CEDERA
JENIS CEDERA
Penatalaksanaan
Sumbatan Jalan Nafas, Patah Tulang Leher dengan gangguan syaraf, Kontusio Paru, Mengancam Nyawa Hemotoraks, Pneumotoraks, Tamponad Jantung, Infark Syok, dan Cedera Kepala Berat (Koma) Patah Tulang Terbuka Mengancam anggota Dislokasi sendi anggota tubuh tubuh Sindroma Kompartemen Patah Tulang dengan gangguan syaraf Patah Tulang Tertutup, Dislokasi Jari, Cedera Berat Ruptur Organ, Ruptur Total Pembuluh Darah, Syaraf, Otot dan Ligamen
4
Cedera Sedang
Ruptur Parsial Pembuluh Darah, Syaraf, Otot dan Ligamen
5
Cedera ringan
Kontusio Otot, Strain, Sprain
Life Saving: Terapi awal 15 - 30 mt Rujuk RS Terapi definitif < 3 jam Limb Saving: Stabilisasi Rujuk RS Terapi definitif < 6 jam Stabilisasi Rujuk RS Terapi definitif terencana StabilisasisdxcTRF Rujuk RS Terapi definitif terencana RICE di lokasi Kontrol Poli Spesialis
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu di jaga
(Menpora) Adhyaksa Dault melaksanakan amanat
keselamatan dan kesehatan atlet. Untuk menjaga hal
undang-undang tersebut dengan membangun Rumah
tersebut maka pada setiap penyelenggaraannya, maka
Sakit Olahraga di kawasan olimpik, Cibubur Jakarta..
penyelenggara wajib menghadirkan tim medis dan
Pada tanggal 20 Agustus 2013, Menpora Roy Suryo
rumah sakit rujukan. Tim medis tersebut hendaknya
meresmikan berdirinya rumah sakit olahraga dan
bersertifikat, kompeten dan cekatan. Rumah Sakit
melantik direkturnya pada tanggal 11 Februari 2014.4
tersebut hendaknya dekat (berada dalam) dengan
Selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri untuk
kawasan pertandingan dengan fasilitas yang mumpuni
mengatur struktur organisasi dan tata kelola rumah
untuk penatalaksanaan cedera olahraga. Fasilitas
sakit olahraga nasional (RSON). 5 Saat ini RSON telah
rumah sakit yang berkualitas untuk diagnostik cedera
mendapatkan penetapan kelas rumah sakit dan ijin
olahraga, tindakan, perawatan dan perawatan intensif
tetap.6 RSON merespon tugas tersebut di atas dengan
serta pemulihan olahragawan (return to competition).
membentuk Tim Medis Kompetisi Olahraga dan
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda
menyiapkan pelayan rumah sakit yang berkualitas,
3
dan
Olahraga
(Kemenpora)
di
masa
Menteri
aman, nyaman dan terakreditasi.
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
21
Artikel Utama Selama tahun 2015 tim medis Rumah Sakit Olahraga,
Hasil
Kemenpora (RSON) memenuhi undangan beberapa panitia penyelenggara kompetisi cabang
Selama tahun 2015, RSON menjadi tim medis
olahraga,
pada penyelenggaraan lima kompetisi olahraga yaitu
yaitu kualifikasi Tenis Zona Asia (Davis Cup), Down
cabang olahraga Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola,
Hill (Sepeda Gunung) tingkat Provinsi, Kompetisi
Karate dan Taekwondo. Jenjang kompetisi yang
Sepak Bola Tingkat Nasional Antar Pesantren (Liga
diselenggarakan bersifat nasional dan internasional.
Santri), Seleksi Pra-Pon 2017 Taekwondo, dan
Jenjang kompetisi nasional pada tiga cabang olahraga
Kompetisi Karate Asia Pasifik. Data epidemiologis
yaitu Sepeda Gunung, Sepak Bola dan Taekwondo
Amerika Serikat menyebutkan tingginya angka
sedangkan jenjang kompetisi internasional pada dua
kejadian olahraga terutama pada olahraga kontak, dan
cabang olahraga yaitu Tennis dan Karate. Cabang
cedera tersebut sering mengenai lutut. Sampai saat ini
olahraga yang dipertandingkan bersifat non kontak
belum terdapat data cedera pada kompetisi olahraga
dan kontak. Olahraga non kontak adalah tenis, sepeda
di Indonesia. Mengingat hal tersebut maka penulis
gunung dan sepak bola sedangkan olahraga kontak
membuat penelitian mengenai karakteristik cedera
adalah taekwondo dan karate. Jumlah seluruh peserta
pada kompetisi olahraga di Indonesia.
kompetisi dari kesemua cabang olahraga adalah 1390
2
orang, dan peserta yang cedera sekuruhnya berjumlah Metoda
87 orang. Angka kejadian cedera rata-rata 6,3 %,
Analisis deskriptif. Penelitian menggunakan data
terendah
pada cabang olahraga non kontak yaitu
laporan kegiatan Tim Medis RSON pada beberapa
Sepeda Gunung (3%) dan tertinggi
pada cabang
kompetisi olahraga selama tahun 2015. Data dianalisis
olahraga kontak yaitu Karate (7,1%). Angka kejadian
secara deskriptif dan diolah menjadi tulisan.
cedera pada olahraga kontak lebih tinggi dua kali lipat dari olahraga non kontak. (Tabel 2).
Tabel 2. Kejadian Cedera Pada Beberapa Kompetisi Olahraga Tenis
Sepeda Gunung
Sepak Bola
Taekwondo
Karate
Jenjang Kompetisi
Asia
Provinsi
Nasional
Nasional
Asia-Pasifik
Peserta
50
100
320
500
420
Jumlah Cedera
3
3
17
34
30
87
Angka Kejadian
6%
3%
5.3 %
6,8 %
7.1 %
6,3 %
Tidak didapatkan cedera yang mengancam nyawa dan anggota tubuh atlet. Cedera ringan terjadi di semua
22
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Total
1390
cabang olahraga, sedangkan cedera sedang dan cedera berat terjadi pada Taekwondo dan Karate (Tabel 3).
Artikel Utama Tabel 3. Derajat Cedera Pada Beberapa Kompetisi Olahraga Tenis
Sepeda Gunung
Sepak Bola
Taekwondo
Karate
Total
Ancaman Nyawa
0
0
0
0
0
0
Ancaman Anggota Tubuh
0
0
0
0
0
0
Cedera Berat
0
0
0
6
2
8
Cedera Sedang
0
0
0
18
27
79
Cedera ringan
3
3
17
10
1
34
Jumlah
3
3
17
34
30
87
Cedera berat terjadi sebanyak 8 kasus (0,6 %), cedera sedang 45 kasus (3,2 %) sedangkan cedera ringan
34 kasus (2,5%). Jenis cedera berat adalah dislokasi jari tangan dan patah tulang hidung (Tabel 4).
Tabel 4: Diagnosis Cedera Berat dan Angka Kejadian pada Taekwondo dan Karate Diagnosis
Taekwondo
Karate
Jumlah
Patah Tulang Hidung
2
2
4
Dislokasi Jari Tangan
4
0
4
Jumlah
6
2
8
Peserta
500
420
920
Angka Kejadian
1,2 %
0,5 %
0,9 %
Cedera terjadi pada semua regio tubuh, terbanyak
13 kasus (15 %). Cedera kepala, hidung, mata, rahang,
pada anggota tubuh bagian bawah yaitu sejumlah 47
gigi, leher, tulang belakang dan perut tidak terjadi pada
kasus (54 %). Dilihat berdasarkan sendi / tulang maka
olahraga non kontak namun hanya terjadi pada olahraga
cedera tulang hidung berada di peringkat teratas yaitu 14
Taekwondo dan Karate. Taekwondo banyak menciderai
kasus (16 %) dan sendi lutut berada di bawahnya dengan
lutut, karate mematahkan tulang hidung (Tabel 5-6).
Tabel 5: Distribusi Cedera berdasarkan regio pada beberapa Kompetisi Olahraga Tenis Kepala Tulang Belakang Perut Anggota Tubuh Atas Anggota Tubuh Bawah Total
0 0 0 1 2 3
Sepeda Gunung 0 0 0 1 2 3
Sepak Bola
Taekwondo
Karate
Total
0 0 0 1 16 17
7 1 0 5 21 34
21 1 1 1 6 30
28 2 1 9 47 87
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
23
Artikel Utama Tabel 6: Distribusi Cedera pada bagian Tubuh pada beberapa Kompetisi Olahraga Tenis No Bagian Tubuh Sepeda Liga Santri Taekwondo Karate Gunung 1 Kepala 0 0 0 0 5
5
2
Hidung
0
0
0
5
9
14
3
Mata
0
0
0
2
3
5
4
Rahang
0
0
0
0
3
3
5
Gigi
0
0
0
0
1
1
6
Leher
0
0
0
0
1
1
7
Tulang Belakang
0
0
0
1
0
1
8
Bahu
0
1
0
0
0
1
9
Perut
0
0
0
0
1
1
10 Tangan
1
0
1
5
0
7
11 Pergelangan Tangan
0
0
0
0
1
1
12 Paha
1
0
2
4
0
7
13 Lutut
0
1
0
10
2
13
14 Betis
0
0
11
0
0
11
15 Pergelangan Kaki
0
0
3
4
3
10
16 Kaki
1
1
0
3
1
6
3
3
17
34
30
87
Jumlah
PEMBAHASAN Kompetisi olahraga menim bulkan cedera dengan angka yang cukup tinggi (6,3 %), hal ini menunjukkan bahwa setiap penyelenggaraan kejuaraan cabang olahraga berpotensi menimbulkan cedera. Cedera terjadi pada semua cabang olahraga baik yang non kontak seperti Tenis, Sepak bola dan Sepeda Gunung, maupun kontak seperti Taekwondo dan Karate. Perbedaan keduanya terletak pada angka kejadian, derajat keparahan dan bagian tubuh yang terkena. Angka kejadian cedera olahraga kontak lebih tinggi dari olahraga non kontak, hal ini sesuai dengan literatur dan data epidemiologis di Amerika Serikat.2 Pada olahraga kontak nilai kemenangan dihitung dari jumlah kontak ke tubuh lawan, hal ini meyebabkan tingginya angka kejadian cedera. Pada cabor tenis tingkat kejadian cedera lebih tinggi dibandingkan sepeda gunung hal ini disebabkan beberapa faktor di antaranya, jenjang, sifat, dan cuaca
24
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Jumlah
pertandingan. Kompetisi Tenis diselenggarakan untuk menentukan negara yang mewakili Asia dalam kompetisi Davis Cup (dunia) sehingga sifat pertandingannya sangat kompetitif dan kompetisi diselenggarakan dalam cuaca panas kota Jakarta. Kompetisi sepeda gunung walaupun diselenggarakan di gunung dengan medan ekstrem namun cederanya sedikit karena peserta menggunakan alat pelindung diri pada beberapa bagian tubuh seperti kepala, siku dan lutut. Pengunaan alat pelindung ini terbukti menekan kejadian cedera pada olahraga non kontak. Kompetisi olahraga menim bulkan derajat keparahan yang bervariasi namun tingkat kepa rahannya lebih berat pada olahraga kontak. Peserta kompetisi taekwondo dan karate walaupun sudah menggunakan alat pelindung diri namun masih mengalami cedera berat. Hal ini membuktikan potensi cedera yang lebih berbahaya dari olahraga kontak (Taekwondo dan Karate). Cedera berat
Artikel Utama tersebut membutuhkan penatalaksanaan rumah sakit.8 Risiko cedera berat seperti ini (dislokasi dan patah tulang) perlu di antisipasi penyelenggara dan tim medis dengan menyiapkan rumah sakit rujukan yang mempunyai kapasitas penatalaksanaan cedera olahraga yang memadai. Distribusi cedera pada bagian tubuh berbeda sesuai dengan sifat cabang olahraganya, pada olahraga kontak cedera menimpa seluruh bagian tubuh karena target kemenangan adalah jumlah kontak ke tubuh atlet sendiri. Penggunaan pelindung bermanfaat mengurangi derajat keparahan namun alat pelindung tidak melindungi wajah sehingga masih terjadi cedera di bagian hidung, mata, rahang, gigi bahkan kepala dan leher. Cedera ini dapat menimbulkan ancaman nyawa pada atlet. Hal ini perlu dicegah dengan meningkatkan disiplin terhadap aturan pertandingan untuk menghindari hal tersebut di atas. Sedangkan olahraga non kontak seperti tenis, sepeda gunung hanya menimbulkan cedera ringan pada anggota tubuh atas atau bawah. Tulisan ini merupakan laporan pertama kali mengenai angka kejadian cedera pada kompetisi olahraga di Indonesia. Hal ini bermanfaat karena memberikan data angka kejadian, distribusi dan tingkat keparahan cedera pada kompetisi berbagai cabang olahraga olahraga. Laporan ini membuktikan bahwa tidak ada kompetisi olahraga yang bebas cedera. Laporan ini bermanfaat sebagai sumber informasi dan bahan perbaikan untuk peningkatan kualitas penatalaksanaan cedera olahraga di Indonesia. Penelitian ini hanya berbasis data dari lima cabor sehingga perlu dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah cabang olahraga. Penelitian ini juga tidak melaporkan karakteristik jenis kelamin dan umur peserta mengingat keterbatasan data yang ada.
Taekwondo dan Karate mencapai 6,3 %. Cedera menimpa seluruh bagian tubuh dengan distribusi terbanyak anggota tubuh bagian bawah. Dibanding olahraga non kontak, olahraga kontak menghasilkan angka kejadian cedera yang lebih tinggi, menimbulkan derajat cedera yang lebih parah dan mencederai seluruh bagian tubuh dari kepala sampai kaki. Seluruh cedera dapat ditangani dengan cepat dan tepat oleh tim medis lapangan dan rumah sakit olahraga nasional (RSON). SARAN Perlu penelitian lanjutan dengan memperbanyak subjek dan jumlah cabor. Para pengurus cabor di Indonesia perlu memanfaatkan RSON sebagi tim medis dalam setiap penyelenggaraan kompetisinya . UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami haturkan kepada staff RSON, Kemenpora yang telah membamtu penulisan tulisan ini khususnya kepada dr. Muhammad Abdurrahman, dr. Danarto Hadi, dr. Anang Basuki, drg. Esti Cahyani Adiati, Ns. Yulianti, Shofwatun Nida.
Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4.
5. 6.
KESIMPULAN
7.
Angka kejadian cedera rata-rata pada kompetisi cabang olahraga Tenis, Sepeda Gunung, Sepakbola,
8.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 27 ayat 4. Supartono B. Kajian Kebijakan Pena talaksanaan Cedera Olahraga pada Olahragawan. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga RI; 2010. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 20 ayat 6. Surat Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia No. 0015 Tahun 2014 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) Sentra Pelayanan Rehabilitasi Cidera Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga. Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0524 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Olahraga Nasional. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 1759 Tahun 2015 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Olahraga Nasional. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 059/2.5/31/-1.77/2015 Tentang Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Umum Olahraga Nasional. Supartono B. Penatalaksanaan Cedera pada Kompetisi Olahraga. Majalah Media Informasi RSON. Edisi Kelima Tahun II. 2015. 13-21
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
25
Artikel Ilmiah
NYERI HAID PADA ATLET, KAPAN HARUS KE DOKTER? dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Olahraga Nasional
H
aid yang sering diibaratkan
pekerjaan atau sekolahnya.
Di
Derajat nyeri bisa berbeda antar
sebagai
bulanan,
Swedia, sebanyak 72,42% wanita
satu wanita dengan wanita lain.
kehadirannya
usia19 tahun mengalami nyeri haid.
Bila nyeri haid yang digambarkan
membawa penderitaan. Meskipun
Bagaimana dengan di Indonesia?
di atas tersebut dibarengi dengan
bagi sebagian besar wanita tidak
Sebuah penelitian yang melibatkan
mual, muntah, diare, bahkan ada
merasa
733 orang siswi SMP di Jakarta,
yang sampai pingsan, maka nyeri
yang
ternyata 74,1% mengalami nyeri
tersebut digolongkan sebagai nyeri
bagaikan
haid derajat ringan sampai berat.
haid berat.
Horor tersebut berwujud
Para siswi tersebut juga mengeluh
namun lain
tamu
terkadang
terganggu untuk
sebahagian
datangnya
horor.
karenanya,
haid
Dalam dunia medis, nyeri haid
Dalam
pusing, sakit kepala, dan mual
disebut
menghadapi nyeri haid dengan
sebagai gejala yang menyertai nyeri
kata “dis” (sulit, nyeri, abnormal),
berbagai bentuknya tak sedikit yang
haid.
“meno” (haid) dan “rhea” (aliran).
siap tempur bersenjatakan macam-
Amerika
macam jenis ramuan dan obat-
nyeri haid dialami oleh 20% - 90%
primer dan sekunder.
obatan.
wanita di usia reproduksi
dismenore primer apabila tidak
nyeri haid (dismenore).
Yang tumbang, terpaksa
Sebuah penelitian lain di mengungkapkan
bahwa
dismenore, berasal dari
Ada dua jenis dismenore, yakni Disebut
diketemukan kelainan organik. Sifat
harus meringkuk di tempat tidur dan aktivitas harian pun terpaksa
Mengapa Bisa Timbul
nyerinya, timbul sejak hari pertama
diurungkan.
Nyeri Haid?
haid dan menghilang atau berkurang
yang
Nyeri haid digambarkan dengan
banyak di hari kedua. Penyebabnya
mengalami nyeri haid sebetulnya
nyeri yang ringan sampai berat di
adalah kontraksi rahim ditambah
cukup besar, namun jarang di antara
area perut bagian bawah.
Nyeri
dengan pengaruh beberapa hormon.
mereka yang datang berobat ke
tersebut bersifat spasmodik yaitu
Meskipun mekanisme bagaimana
dokter dikarenakan nyerinya.
nyeri mirip kram dan berdenyut-
terjadinya dismenore primer ini
Amerika, 30-50% wanita mengalami
denyut.
Dari perut bagian bawah,
belum jelas benar, namun diduga
nyeri haid, bahkan 10-30% di
nyeri bisa menjalar sampai ke paha
nyeri timbul akibat keluarnya hormon
antaranya
bagian dalam atau ke area bokong.
prostaglandin
yang
Prostaglandin
ini
Prosentase
harus
wanita
Di
meninggalkan
“Olahraga teratur dapat meringankan nyeri haid” 26
Edisi kelima Tahun II
berlebihan. menyebabkan
kontraksi rahim sehingga timbul nyeri.
Kadar Prostaglandin yang
tinggi diakibatkan oleh rendahnya
Artikel Ilmiah hormon Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum. Berkebalikan
dengan
yang
primer, pada dismenore sekunder, nyeri haid yang timbul diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ reproduksi.
Sifat nyerinya juga
berbeda, yaitu: 1. Baru timbul di usia dewasa, dimana
sebelumnya
tidak
pernah mengalami nyeri haid. 2. Nyeri mulai timbul di hari
Kelainan yang sering menyebabkan dismenore sekunder 1. Endometriosis 2. Mioma uterus (tumor jinak rahim) 3. Penyakit Radang Panggul 4. Tumor Indung Telur, terutama kista endometriosis 5. Kelainan letak rahim 6. Kelainan bawaan saluran genitalia 7. Penyempitan atau striktura 8. Penggunaan AKDR 9. Faktor psikis
pertama haid, namun semakin lama semakin meningkat sejalan dengan makin banyaknya darah
mengalami kurang gizi ternyata
dengan dosis yang dianjurkan dan
haid yang keluar. Bahkan bisa
lebih sering menderita akibat nyeri
tidak
saja nyeri haid bertahan sampai
haid.
sembarangan
nyeri
juga
dan
secara
berlebihan.
Akan lebih baik lagi bila dilakukan
dengan haid berakhir! 3. Derajat
menggunakannya
lebih
Kapan Harus ke Dokter?
perubahan pola hidup dan pola
Nyeri haid tak selalu harus
makan agar nyeri haid tidak terlalu
diobati, namun apabila dirasakan
menganggu. Misalnya bisa dicoba
perlu,
untuk
beberapa alternatif berikut ini:
berkonsultasi ke dokter. Pengobatan
1. Berolahraga secara teratur
Olahraga Bisa Ringankan
medis
ada
2. Makan makanan yang sehat dan
Nyeri Haid
kecurigaan nyeri haid sekunder.
diperbanyak sayur dan buah-
Untuk nyeri haid primer namun
buahan
berat sehingga hampir selalu dibutuhkan
obat
penghilang
nyeri
Yang menarik adalah bahwa
jangan
dianjurkan
nyeri haid ternyata berkaitan juga
membuat
dengan kondisi psikologis seseorang.
beraktivitas
Hasil
obat
penelitian
menunjukkan
ragu-ragu
tidak bisa
penghilang
apabila
nyaman
dalam
mengonsumsi nyeri
yang
bahwa wanita yang kepribadiannya
beredar bebas. Namun hendaknya
belum matang, yang merasa tidak
mengonsumsi obat tersebut sesuai
3. Mengurangi konsumsi garam, gula, dan lemak 4. Kompres hangat di bagian perut yang terasa nyeri
nyaman saat dirinya sedang haid, yang mengalami konflik berkaitan dengan kewanitaannya, kebanyakan mengalami nyeri haid yang lebih berat. Demikian juga, wanita yang kurang
berolahraga,
atau
yang
Daftar Pustaka
• Astarto, NW, Djuwantono,T, Permadi,W et al. (ed). Kupas Tuntas Kelainan Haid, Sagung Seto, 2011, Jakarta • Jones, Llewellyn. Fundamentals of Obstetric and Gynaecology, Mosby Elsevier, 2010 • Osayande, AS; Mehulic, S (1 March 2014). “Diagnosis and initial management of dysmenorrhea.”. American family physician 89 (5): 341–6. PMID 24695505. • Stanway, P. Natural Guide to Women’s Health, Kyle Cathy Limited, Great Britain, 2003
Edisi kelima Tahun II
27
Artikel Ilmiah
Penanganan Dislokasi Jari Tangan Muhammad Abdurrahman, Basuki Supartono
T
Dokter Umum Rumah Sakit Olahraga Nasional
angan kita mempunyai 5 jari dan 14 tulang jari tangan. Masing masing jari terdiri dari 3 ruas tulang jari yaitu tulang jari proksimal, medial dan distal kecuali jempol tangan yang hanya tersusun dari 2 tulang jari yaitu proksimal dan distal dan juga setiap jari terdiri dari dua persendian yaitu sendi proksimal inter phalang (PIP) dan sendi distal inter phalang (DIP) Dislokasi jari tangan adalah tulang jari yang bergeser atau mengalami perpindahan lokasi dari tempatnya yang normal. Dislokasi ini dapat terjadi pada ruas tulang jari proksimal, medial ataupun distal. Berpindahnya tulang jari ini dapat disertai dengan patah tulang jari maupun tidak. Dislokasi ini disebabkan
karena ada tekanan hiperektensi besar yang dialami oleh jari sehingga mengakibatkan tulang jari bergeser atau keluar dari tempat persendiannya . Dislokasi jari merupakan cedera yang umum terjadi pada atlet olahraga, jari yang paling sering terkena adalah jari kelingking tangan yang dominan. Gejala, Tanda dan Diagnosis Gejala dan tanda pasien yang mengalami dislokasi jari tangan adalah nyeri, bengkak dan adanya deformitas pada jari nya dan tentu ada riwayat benturan keras pada jarinya bisa ketika pasien sedang berolahraga ataupun karena pasien mengalami kecelakaan. (Gambar 1-3) Kita perlu melakukan pemeriksaan radiologis dengan proyeksi AP dan Lateral pada jari tangan pasien, tentunya untuk mengkonfirmasi apakah benar ini dislokasi jari tangan atau bukan, jika benar apakah dislokasi nya disertai patah tulang atau tidak (Gambar 4-6)
Gb.4: Tampak rontgen ap lateral yang menunjukkan dislokasi PIP jari kelingking Nn.A yang mengarah ke dorsomedial (pribadi)
Gb.5: Tampak rontgen ap lateral Tn.O menunjukkan dislokasi pip jari manis yang mengarah ke dorsolateral (pribadi)
Gb.1: Dislokasi PIP Jari Kelingking Nn.A (pribadi) Gb.6: Tampak rontgen ap lateral Tn.B menunjukkan dislokasi jari manis yang mengarah ke inferiomedial (pribadi)
Penanganan
Gb.2: Dislokasi PIP jari manis Tn.O (pribadi)
28
Gb.3: dislokasi PIP jari kelingking Tn .B (pribadi)
Edisi kelima Tahun II
Sesudah terkonfirmasi oleh pe meriksaan radiologis, tentunya jari yang mengalami dislokasi harus kita kembalikan ke posisi yang normal dengan cara close reduksi dengan bius
Artikel Ilmiah
Gb.7: Wrist Block untuk memblock nerve medianus (pribadi)
Gb.11: Tes Stabilitas Flexor Digitorum Superficialis
Gb.8: Metacarpal block untuk memblock palmar digital nerve (pribadi)
Gb.10: Penulis sedang melakukan reduksi pada jari tangan Tn.O (pribadi)
Gb.9: Digital block di pangkal jari untuk memblock digital palmar nerve (http://www.doomandbloom.net/wp-content/ uploads/2012/04/DigitalBlock2.jpg) (http://murtagh.fhost.com.au/html/practice_tips/ picspt/9780070158986_001_033.jpg )
lokal dengan menggunakan lidokain 2% didalam spuit 3 cc dengan jarum no 24. Adapun teknik bius lokal untuk jari ada beberapa macam diantaranya (Gambar 7-9) 1. Wrist Block 2. Metacarpal Block 3. Digital Block
bius dengan menggunakan block membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk mulai bekerja, kita dapat mulai melakukan close reduction pada jari yang terdislokasi yaitu dengan cara kita fiksasi bagian proksimal jari dan kita lakukan traksi longitudinal gentle pada bagian distal jari sampai terdengar bunyi klik. (Gambar 10) Setelah itu kita perlu melakukan tes stabilitas pada jari yang sudah di reduksi, disini kita melakukan test stabilitas pada tendon Fleksor Digitorum Superficialis dan Fleksor Digitorum Profundus pasien (Gambar 11-12). Sesudah dilakukan test dan hasilnya stabil, lakukan pemeriksaan radiologi ulang untuk mengkonfirmasi secara radiologis apakah reduksi kita berhasil atau tidak. (Gambar 13-14) Sebelum pasien pulang kita lakukan pemasangan splint pada jari yang sudah di reduksi (Gambar 15) dan kita berikan obat pengurang nyeri dan penghilang bengkak. Pasien lalu dijadwalkan kontrol poli orthopaedi tiap 2 minggu sekali selama 3 kali sampai minggu ke 6 setelah kejadian untuk memantau perkembangan jari pasien.
Gb.12: Tes Stabilitas Flexor Digitorum Profundus
Gb.13: Roentgen Ap Lateral Nn.A post reduksi
Gb.14: Roentgen Ap Lateral Post reduksi Tn O
Gb.15: Contoh Splint pada jari (pribadi)
Daftar Pustaka Kita dapat menggunakan salah satu dari ketiga jenis bius lokal diatas ataupun mengkombinasikannya. Setelah pasien dibius lokal, biasanya
1. 2. 3. 4.
Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System 3rd Ed. Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins. 1999 Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th ed. Bristol. 2010 Hoshino Max, Tiberi III John, Harris G. Thomas. Orthopaedic Offices and Emergency Procedures. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins. 2014 Tobing S. Dohar. Pemeriksaan Fisik Orthopaedi . Jakarta : Sagung Seto 2015.
Edisi kelima Tahun II
29
Artikel Ilmiah
Gambaran Cedera Olahraga Atlet Taekwondo Pada Kompetisi Pra PON 2015 dr. Muhammad Abdurrahman Abstraksi
Pekan Olahraga Nasional 2016 di Bandung. 8 besar atlet
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak terjadi pada atlet atekwondo saat kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) 2015 berlangsung serta cedera yang paling banyak dirujuk ke
dari tiap tiap kelas yang dapat lolos ke Pekan Olahraga Nasional 2016. Cara Kerja
Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) dan pembagian
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis
cedera yang dirujuk ke Rumah Sakit Olahraga Nasional
Pertandingan yang beranggotakan 1 dokter Spesialis
berdasarkan anggota gerak tubuh dan jenis kelamin
Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter umum dan 3 paramedis pada event Kompetisi Pra Pekan Olahraga
Pendahuluan
Nasional cabang olahraga Taekwondo yang berlangsung
Taekwondo adalah olahraga beladiri yang berasal dari Korea dan akhirnya berkembang ke seluruh dunia dengan lebih dari 80 juta praktisinya di lebih dari 184 negara di dunia saat ini (1). Taekwondo merupakan
selama 3 hari pada tanggal 17 Nopember – 19 Nopember di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Hasil
olahraga full body contact yang banyak menggunakan
Selama 3 hari kompetisi berlangsung terdapat 37
kaki untuk menyerang lawan dan mendapatkan point.
atlet yang mengalami cedera dan ditangani oleh tim
Point didapat ketika menyerang badan dan kepala.
medis RS Olahraga Nasional (tabel 3). Dari 37 orang yang
1 Point dihasilkan ketika mengenai badan dan 3
ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, 3 kasus
point ketika mengenai kepala. Setiap pertandingan
terbanyak adalah cedera lutut (ankle sprain) sebanyak
berlangsung dalam 3 ronde. Tiap ronde berlangsung
10 kasus (27%), cedera ankle (ankle sprain) sebanyak
selama 2 menit (2). Untuk menjadi juara di final setiap
7 kasus (18%) dan cedera hamstring sebanyak 4 kasus
atlet harus memenangkan 5-6 pertandingan dalam 1
(10%) .
hari . Oleh karenanya Atlet Taekwondo sangat rentan dalam mendapat cedera (3).
Dari 37 atlet, terdapat 10 atlet (27%) yang dirujuk ke UGD RSON karena membutuhkan penanganan lebih
Kompetisi Pra Pekan Olahraga Nasional ini diikuti
lanjut (tabel 4). 3 Kasus terbanyak yang dirujuk adalah
oleh 365 atlet dari 34 Propinsi se Indonesia. Kompetisi ini
dislokasi jari sebanyak 3 kasus (30%) diikuti Mild Head
bertujuan untuk menyaring atlet yang dapat mengikuti
Injury beserta Trauma Nasal sebanyak 2 kasus (20%) dan
30
Edisi kelima Tahun II
Artikel Ilmiah Cedera Ankle (Ankle Sprain) sebanyak 2 kasus (20%) Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan adalah Anggota gerak bawah sebanyak 22 kasus (59%), Anggota Gerak Atas sebanyak 6 kasus (16%), Kepala dan leher sebanyak 9 kasus (24 %) Berdasarkan yang
pembagian
regio
tubuh
cedera
dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasioanal
adalah Anggota gerak bawah sebanyak 4 kasus (40 %), Anggota Gerak Atas sebanyak 4 kasus (40%), Kepala dan leher sebanyak 2 kasus (20 %) Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera dan dirujuk ke RS Olahraga Nasional ialah kasus pada Atlet Laki laki sebanyak 8 kasus (80%) dan kasus pada
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kasus Knee Sprain Ankle sprain Hamstring injury Trauma nasal Dislokasi digiti Trauma okuli Mild Head Injury Fraktur Nasal Dislokasi distal radius ulnar joint Susp. Fraktur Metacarpal II Sinistra Contusio musculorum at regio vertebrae Epistaksis Vulnus Ekskoriasi at regio genu
Jumlah 10 7 4 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1
Gb.2: Cedera Berdasarkan Regio Badan di Lokasi Pertandingan
Atlet perempuan sebanyak 2 Kasus (20%). Persen 27 % 18 % 10 % 8% 8% 5% 5% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
Tabel 1. Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan
Tabel 2. Cedera yang dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional No Identitas
Jenis kelamin Diagnosis
1 Nn. A
P
Dislokasi digiti V manus sinistra
2 Tn.O
L
Dislokasi digiti IV manus sinistra
3 Tn. A
L
Knee Sprain susp.ligament injury
4 Tn. E
L
Ankle Sprain
5 Nn.Y
P
Dislokasi Distal Radio Ulnar Joint dextra
6 Tn. E
L
Mild Head Injury fraktur os.nasal
7 Tn. H
L
Ankle Sprain
8 Tn.R
L
Dislokasi digiti V manus sinistra
9 Tn. A
L
Harmstring injury dextra
10 Tn. A
L
Mild Head Injury (Trauma nasal)
Tabel 3. Jumlah cedera yg dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional No Kasus
Jumlah
Persen
1
Dislokasi Digiti
3
30%
2
Ankle Sprain
2
20%
3
Mild Head Injury
2
20%
4
Sprain
1
10%
5
Hamstring Injury
1
10%
6
Dislokasi Wrist Joint
1
10%
Gb.1: Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan
Edisi kelima Tahun II
31
Artikel Ilmiah
Gb.3: Cedera Berdasarkan Regio Badan yang dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional
Kasus yang paling banyak dirujuk adalah kasus dislokasi jari tangan hal ini cukup mengejutkan karena dari beberapa literatur yang penulis baca, penulis tidak mendapatkan adanya data tentang dislokasi jari tangan pada atlet taekwondo . menurut penulis cedera ini disebabkan oleh kesalahan posisi tangan atlet pada pertandingan yang menyebabkan terjadinya dislokasi akibat ditendang oleh kaki lawan . Jumlah atlet pria lebih banyak mengalami cedera dibanding atlet perempuan, mengingat jumlah massa otot pria tentu lebih besar daripada wanita sehingga energi yang dihasilkan tentu lebih besar dan juga atlet pria lebih aggresif ketika sedang bertanding (5)(6)(7) Jumlah pertandingan yang banyak dalam sehari juga berperan mengingat ketika atlet sudah lelah dan tidak fokus sangat gampang untuk mengalami cedera Kesimpulan Berdasarkan studi diatas cedera yang paling sering terjadi pada saat kompetisi berlangsung adalah cedera lutut tetapi cedera yang paling banyak dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional adalah dislokasi jari tangan. Maka dari itu perlu dipertimbangkan untuk mengurangi jadwal pertandingan dalam sehari dan penggunaan pelindung tangan untuk mengurangi resiko terjadinya cedera Daftar Pustaka 1. 2.
Gb.4: Cedera berdasarkan jenis kelamin yang dirujuk ke RS Olahraga Nasional
3. 4.
Pembahasan Seperti yang sudah ditampilkan pada hasil bahwa cedera yang paling banyak ditemukan di lokasi pertandingan adalah knee sprain dan ankle sprain hal ini tidak mengejutkan mengingat taekwondo adalah olahraga yang lebih banyak menggunakan kaki sebagai senjata untuk menyerang lawan dan mendapatkan point (4). 32
Edisi kelima Tahun II
5. 6. 7.
World Taekwondo Federation (WTF) website, http://wtf.org/ (Date accessed: Nopember 2015). Kazemi M, Shearer H, Choung YS (2005) Pre-competition habits and injuries in Taekwondo athletes. BMC Musculoskelet Disord 6: 26. Kazemi M (2009) Nine year longitudinal retrospective study of Taekwondo Injuries . JCCA 53:4 Comparison of Children and Youth Taekwondo Injuries Via Sport Medicine Federation Injury Surveillance System in Iran, 2009-2010 Zemper ED, Pieter W (1989) Injury Rates During the 1988 US Olympic Team Trials For Taekwondo. Br J Sports Med 23:161164 Pieter W, van Ryssegem G, Lutfing R, Heijmans J (1995) Injury Situation and And Injury Mechanisme at the 1993 European Taekwondo Cup . J Hum Movem Stud 28 : 1-24 Pieter W, Zairatulnas W, Thung JS (2005) Competition Injuries and Their Mechanisms in Malaysian Taekwondo Athletes. First Asia Pacific Sports Science Conference, Kota Kinabalu, Malaysia
Artikel Ilmiah
Gambaran Cedera Olahraga Atlet Karate Pada Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship 2015 Muhammad Abdurrahman, Basuki Supartono
Abstraksi
Cara Kerja
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cedera yang paling banyak terjadi pada atlet karate saat kompetisi Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship 2015 berlangsung.
Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Medis Pertandingan yang beranggotakan 1 dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, 2 dokter umum dan 2 paramedis pada event Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship 2015 yang berlangsung selama 3 hari pada tanggal 27-29 Nopember di GOR POPKI Cibubur, Jakarta Kami urutkan cedera yang terbanyak kami tangani dan kami bagi berdasarkan 3 regional tubuh dan juga berdasarkan jenis kelamin . 3 regional tubuh yang kami bagi adalah : 1. Upper Extremity and Abdomen (lengan atas, lengan bawah, tangan dan perut), 2. Lower Extremity (tungkai atas, lutut, tungkai bawah, kaki ) serta 3. Head and Neck (kepala dan leher)
Pendahuluan Karate secara kata berarti tangan kosong, secara harfiah berarti seni beladiri untuk menaklukan lawan dengan menggunakan tangan kosong. Olahraga beladiri ini berasal dari Jepang dan mempunyai banyak aliran diantaranya Shotokan, Gojuryu, Shitoryu, Wadaryu dan Kyokushin . Karate merupakan olahraga full body contact yang menggunakan kaki dan tangan untuk menyerang lawan dan mendapatkan point. Point didapat ketika menyerang badan dan kepala. 1 Point dihasilkan ketika mengenai badan dan 3 point ketika mengenai kepala. Setiap pertandingan berlangsung dalam 1 ronde. Tiap ronde berlangsung selama 3 menit (1). Maka dari itu karate merupakan salah satu olahraga beladiri yang rawan terhadap cedera (2) Asian Pacifics Karate-Do Gojukai Championship adalah event 4 tahunan yang diadakan oleh International Karatedo Gojukai Association yang pada tahun 2015 ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Event diikuti oleh 365 atlet dari 18 Negara se Asia Pasifik.
dr. Muhammad Abdurrahman melakukan penanganan cedera pada atlet Karate.
Edisi kelima Tahun II
33
Hasil Selama 3 hari kompetisi berlangsung terdapat 30 atlet yang mengalami cedera dan ditangani oleh tim medis RS Olahraga Nasional (tabel 1). Dari 30 orang yang ditangani oleh tim medis di tempat kejadian, kasus terbanyak adalah epistaxis sebanyak 9 kasus (27%). Dari 30 atlet, terdapat 1 atlet (3 %) yang dirujuk ke UGD RSON karena membutuhkan penanganan lebih lanjut (tabel 2) . Berdasarkan pembagian regio tubuh cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan adalah Kepala dan Leher sebanyak 20 kasus (67%), Anggota Gerak Bawah sebanyak 7 kasus (23%), Anggota Gerak Atas sebanyak 3 kasus (10 %). Berdasarkan Jenis Kelamin Atlet yang mengalami cedera Atlet Laki laki sebanyak 21 kasus (80%) dan kasus pada Atlet perempuan sebanyak 9 Kasus (20%).
Abdominal Trauma 3% Foot Soft Tissue Injury Wrist Sprain 3% 3% Neck Soft Tissue Injury 3% TMJ Dislocations 3%
Oculi Trauma 3%
Epistaxis 32%
Broken Tooth 3% Vulnus Excoriatum 6%
Mandible Soft Tissue Injury 6%
Mild Head Injury 17%
Knee Sprain 7%
Ankle Sprain 11%
Gb.1: Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan
Tabel 1. Cedera yang ditangani tim medis di lokasi pertandingan No Nama Penyakit
Jumlah Persen
1
Epistaxsis
9
30%
2
Mild Head Injury
5
16%
3
Ankle sprain
3
10%
4
Knee sprain
2
6%
5
Soft Tissue Injury (mandibula)
2
6%
6
V eskoriatum (genu ; manus)
2
6%
7
Broken Tooth
1
3%
8
Dislokasi Temporo Mandibular Joint
1
3%
9
Soft Tissue Injury (neck)
1
3%
10 Soft Tissue Injury pedis
1
3%
11 Wrist sprain
1
3%
12 Vomitus ec Abdominal Trauma
1
3%
13 Oculi Trauma
1
3%
30
100%
Total
`
Gambar 2. Cedera Berdasarkan Regio Badan
Gb.3: Cedera Berdasarkan Umur
34
Edisi kelima Tahun II
Artikel Ilmiah
Artikel Ilmiah
Tabel 2. Cedera yang dirujuk ke IGD RS Olahraga Nasional No 1
Identitas Nn. Z
Jenis kelamin P
Diagnosis Close Fraktur Tip Maleollus
Pembahasan Hasil dari studi ini cedera yang paling banyak terjadi ialah epistaksis. Hal ini sesuai dengan beberapa studi yang menyatakan epsitaksis sebagai salah satu cedera yang paling sering terjadi pada atlet karate (3) (4), Meskipun begitu tetap ada beberapa penelitian yang tidak sesuai dengan studi ini. Karena mereka menyatakan cedera yang paling sering terjadi adalah bruises, dislocation kemudian strain (5)(6). Cedera yang paling sering adalah cedera di bagian head and neck. Hal ini sesuai dengan beberapa studi yang menyatakan bahwa daerah head and neck merupakan daerah yang paling sering terjadinya cedera pada atlet karate (3)(4)(7) Epistaxis dan Cedera di bagian head and neck merupakan cedera yang tersering dan terbanyak. Hal ini dapat dipahami karena, karate tidak menggunakan helm pelindung kepala sehingga penggunaan helm Daftar Pustaka 1. Rahimi M, Halabachi F, Alibakshi F, Kalali N (2012) Sport Injuries of Karatekas at International Competition . IJMM Volume 13 Issue 4 ; 1-6 2. Bebary M (2009) Injury Profile in Competition of Non Contact Karate. 12 th Asian Federation of Sport Medicine Congress, Amritsar, India 3. Halabachi F, Ziaee V, Lotfian S. (2007) Injury Profile in Woman Shotokan Karate Championship in Iran 2005 . J Sportcs Sci Med 2007;6(2):5 2-7 4. Arriaza R, Leyes M (2005) Injury Profile in Competitive Karate: Prospective Analysis of Three Consecutive World Karate Championships. Knee Surg Sports Traumatolo Arthrosc 2005;13(7):603-7 5. Daneshjoo A, Rahmana N, Bambaee E. Epidemic, Typeand Mechanisme of Injuries in Women Professional Karate in Shotokan Style . Pakistan ; National Congress of Sports Science 2008
sebagai pelindung kepala tentu akan mengurangi angka cedera di masa depan (9)(10). Meskipun begitu ada juga penelitian yang hasilnya berlawanan, diantaranya studi yang mengatakan bahwa daerah yang paling banyak terjadi cedera adalah daerah lower extremity (5)(8) Jumlah atlet pria lebih banyak mengalami cedera dibanding atlet perempuan. Penulis tidak mendapatkan penelitian cedera karate yang berkaitan dengan ini. Menurut penulis ini mengingat jumlah massa otot pria tentu lebih besar daripada wanita sehingga energi yang dihasilkan tentu lebih besar dan juga lebih aggresif ketika sedang bertanding. Kesimpulan Berdasarkan studi ini cedera yang paling sering terjadi pada saat kompetisi berlangsung adalah epistaksis dan cedera di bagian kepala dan leher. Perlu dipertimbangkan kedepannya untuk menggunakan helm sebagai salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya cedera di bagian kepala dan leher
6. Rahimi M, Halabachi F, Ghasemi GH, Zolaktaf V. (2009). Prevalence of Karate Injuries in Professional Karate Athletes in Isfahan . J Mil Med Sci Univ Iran . 2009;3(7):201-7[Persian] 7. Pieter W,. 2009 Competition Injury Rates in Young karate Athletes. Science and Sport Sci 25(1): 32-28 8. Deshtombe C, Lejeune L, Guillodo Y, Roudaut A, Jousse S, Devauchelle V, et al . Incidence and Nature of Karate Injuries. Joint Bone Spine . 2006;73(2):182-8 9. Peeri M, Boostani MH, Boostani MA, Kohanpur A, Mirsepasi M. The Rate of Prevalence and causes of Sport Injuries in Males karate Kumite Players. World Applied Sciences Journal . 2011. 15 (5) : 660-666 10. Boostani MH, Erfani M, Boostani MA, Zare N, Faghihi H, Rezaei AM. Sport Injuries in Karate Competition. J Am Sci 2012;8 (12):637-639
Edisi kelima Tahun II
35
Artikel Ilmiah
PENATALAKSANAAN
CEDERA KEPALA PADA ATLET dr. Otin Rochyatin, Sp.S,
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Olahraga Nasional I. Pendahuluan
Evaluasi dan tatalaksana cedera otak pada atlet
Cedera olahraga (sport injury) adalah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun
sesudah
pertandingan1.
Cedera
kepala
termasuk : penilaian gejala, pemeriksaan medis dan tes neurokognitif dengan evaluasi yang berkelanjutan dalam beberapa hari, minggu, sampai bulan setelah kejadian3.
pada atlet memang tidak sebanyak cedera olahraga
II. Penilaian cedera kepala yang Tetapi cedera kepala ini bersifat fatal karena dapat berhubungan dengan olahraga dan menyebabkan kematian ataupun kecacatan fisik atau penatalaksanaannya yang mengenai tulang, otot, tendo serta ligamen.
mental yang menetap. Cedera kepala yang disebabkan
Cedera kepala ringan yang berhubungan dengan
olahraga dan aktivitas rekreasi berjumlah sekitar 21%
aktivitas olahraga sering terjadi dengan tanda dan gejala
dari seluruh kasus cedera kepala karena trauma pada
yang dapat mengalami progresivitas dalam jam atau
anak-anak dan dewasa muda di Amerika Serikat .
hari setelah terjadinya trauma. Evaluasi cedera kepala
2
Cedera kepala akibat trauma didefinisikan sebagai
akibat trauma harus dimulai dengan evaluasi tulang
: pukulan atau benturan pada kepala, atau cedera
belakang bagian leher. Sangat penting diperhatikan,
akibat luka tembus kepala yang mengganggu fungsi
bila seorang atlet mengalami cedera kepala dengan
otak normal. Cedera kepala akibat trauma dapat
disertai penurunan kesadaran, harus dinilai tentang
ditimbulkan karena pukulan atau benturan kepala
patensi jalan nafas (airway), pernafasan (breathing),
terhadap suatu benda yang terjadi tiba-tiba, atau
sirkulasi pembuluh darah (circulation) dan stabilisasi
adanya suatu benda yang menembus tengkorak kepala
tulang leher. Penilaian ini harus dilakukan saat kejadian
dan masuk ke jaringan otak. Gejala cedera kepala akibat
di lapangan. Jika penurunan atau perubahan kesadaran
trauma dapat ringan, sedang atau berat, tergantung
menetap, harus dijaga agar tetap dalam kondisi stabil
luasnya kerusakan pada otak. Pada kasus yang ringan
dan ditransportasikan menggunakan backboard dan
(mild traumatic brain injury atau mTBI) mungkin
ambulan untuk segera dirujuk ke unit gawat darurat
menyebabkan perubahan singkat status mental atau
rumah sakit3.
kesadaran, sedangkan kasus berat dapat menyebabkan
Atlet yang dicurigai mengalami cedera kepala
penurunan kesadaran yang memanjang, koma atau
akibat trauma harus segera dipindahkan dari lapangan
bahkan kematian .
untuk evaluasi semestinya. Hal yang sangat penting
2
36
Edisi kelima Tahun II
Artikel Ilmiah untuk dinilai pertama kali adalah tingkat kesadaran. Mungkin juga dapat terjadi gejala lanjut yang muncul setelah terjadinya trauma (delayed symptoms) ataupun terjadinya gangguan neurologis lanjut. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk pemeriksaan serial, baik pemeriksaan neurologis maupun neuropsikologis4. Setelah diagnosis cedera kepala akibat trauma ditegakkan, atlet tersebut harus dibawa keluar lapangan pertandingan dan ditempatkan di ruangan yang tenang. Penilaian awal yang digunakan saat ini di bidang kedokteran olahraga adalah menggunakan instrumen the SCAT-2 (Sport Concussion Assessment Tool-2), yang merupakan panduan/pedoman yang pertama kali diterbitkan di Zurich pada tahun 2008 saat berlangsungnya konferensi internasional ke-3 tentang cedera kepala pada olahraga. SCAT-2 merupakan suatu instrumen yang sudah terstandardisasi dan digunakan untuk mengevaluasi atlet yang mengalami cedera kepala, berumur 10 tahun atau lebih5 (Formulir penilaian SCAT-2 dalam versi asli bahasa Inggris terlampir). Beberapa komponen yang ada pada SCAT-2 yaitu tinjauan tentang gejala subjektif, skala GCS (Glasgow Coma Scale), penilaian fungsi kognitif menggunakan instrumen Standardized Assessment of Concussion (SAC), Maddocks score dan evaluasi mengenai keseimbangan dan kordinasi. Skor total SCAT-2 dapat dihitung. Tetapi harus diingat bahwa tidak ada “skor normal” atau skor cut off, karena sebaiknya nilai SCAT-2 harus dibandingkan dengan keadaan pemeriksaan skrining pertama kali atau pemeriksaan
Penatalaksanaan konservatif cedera kepala6 1. Simple Head Injury • Tanpa penurunan kesadaran (GCS 15) Perawatan luka, pemberian obat penghilang nyeri (analgetik) jika diperlukan3,6 Pemeriksaan radiologi hanya atas dasar indikasi Tidak perlu dirawat Pesan kepada keluarga : observasi kesadaran • Kesadaran terganggu sesaat Penderita sadar saat diperiksa, tidak ditemukan amnesia Buat foto kepala Penatalaksanaan selanjutnya sesuai simple head injury Pasien diobservasi di rumah sakit selama 6-8 jam 2. Cedera Kepala Ringan (GCS 13-15) • Pasien mengalami disorientasi atau tidak mematuhi perintah. Pada pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pemeriksaan neurologis. • Setelah pemeriksaan fisik, dilakukan perawatan luka, baru diperiksa ronsen kepala • Observasi adanya lucid interval, dimana kesadaran pada awalnya baik, tetapi kemudian mengalami penurunan kesadaran atau adanya kelainan pemeriksaan neurologis. • Pemeriksaan CT scan kepala harus dikerjakan • Penderita harus dirawat • Follow up tingkat kesadaran, pupil dan kelainan pemeriksaan neurologis.
serial yang dilakukan pada atlet yang mengalami cedera Pembagian Cedera Kepala Ringan dalam Trauma
kepala akibat trauma3.
Olahraga7 Penatalaksanaan
terapi
konservatif
(non-bedah)
bertujuan untuk6 : •
Pasien yang tidak memiliki indikasi operasi
•
Pasien post operatif, untuk mengoptimalkan kemampuan jaringan otak yang masih normal
•
Melindungi/mencegah kerusakan sekunder
Ringan/ grade I concussion Sedang/ grade II concussion Berat/ grade III concussion
Kehilangan kesadaran Tidak; bingung; disorientasi Tidak atau singkat (1-5 menit) Ada (> 5 menit)
Edisi kelima Tahun II
Lamanya amnesia 5-15 menit 15-30 menit) >1 jam
37
Artikel Ilmiah b. Perdarahan lebih dari 30 cc pada daerah fossa
3. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12) • Biasanya disertai gangguan kardiopulmonal
posterior dengan tanda-tanda penekanan
• Periksa dan atasi gangguan pada jalan nafas,
batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik
gangguan pernafasan dan gangguan sirkulasi • Perbaiki keadaan gangguan sirkulasi, sebaiknya dengan memasang infus • Fiksasi leher dan fraktur di tempat lain
c. EDH progresif 2. SDH (subdural hematoma) a. SDH luas (lebih dari 40 cc/lebih dari 5 mm)
• Lakukan pemeriksaan Schedel foto dan apabila
dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik
diperlukan foto bagian tubuh lainnya
b. SDH dengan edema serebri/kontusio serebri
• CT scan kepala
disertai midline shift dengan fungsi batang otak
• Pasien harus dirawat, lakukan observasi ketat : GCS, pupil dan kelainan neurologis
masih baik 3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma dengan :
4. Cedera Kepala Berat (GCS<8 yang menetap dalam
a. Penurunan kesadaran progresif
48 jam sesudah trauma, pingsan > 24 jam, amnesia
b. Hipertensi,
pasca trauma > 7 hari)
dalam perjalanan ke rumah sakit6,7
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe 5. Fraktur kranium dengan laserasi serebri 6. Fraktur kranium terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial)
Indikasi operasi pasien cedera kepala7 : 1. EDH (epidural hematoma)
tanda-tanda
c. Perburukan defisit neurologi fokal
• Kelainan serebral diikuti kelainan sistemik • Hampir 20% kematian di tempat kejadian atau
dan
gangguan nafas (Cushing reflex)
• Biasanya disertai cedera multipel • Harus dilakukan CT scan kepala
bradikardi,
7. Edema
serebri
berat
yang
disertai
tanda
peningkatan tekanan intrakranial, dipertimbangkan
a. Perdarahan lebih dari 40 cc dengan midline
operasi dekompresi
shifting pada daerah temporal/frontal/parietal dengan fungsi batang otak masih baik
DAFTAR PUSTAKA 1. Wibowo H. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.
2.
3.
4.
38
American Association of Neurological Surgeons. Sportsrelated Head Injury. Updated August 2014. (diunduh 13 Desember 2015). Tersedia dari: http://www.aans.org. Sahler CS, Greenwald BD. Traumatic Brain Injury in Sports: A Review. Hindawi Publishing Corporation. Rehabilitation Research and Practice. Volume 2012. Article ID 659652. doi:10.1155/2012/659652. Guskiewicz KM, McCrea M, Marshall SW et al. Cumulative Effects Associated with Recurrent Concussion in Collegiate Football Players: the NCAA Concussion Study. Journal of The
Edisi kelima Tahun II
American Medical Association. 2003;290(19):2549-2555. 5.
Dvorak J, McCrory P, Aubry M, Molloy M, Engebretsen L. Concussion in Sport. British Journal of Sports Medicine. 2009;43(1).
6. Alfa AY, Penatalaksanaan Medis (non bedah) Cedera Kepala: Kegawatdaruratan Neurologi. Edisi ke-1. Bandung: Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf FK Unpad/RSHS; 2009. 7.
Soertidewi L, dkk. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Jakarta: Bagian Neurologi FKUI/RSCM; 2006.
Kaleidoskop
RSON dalam KALEIDOSKOP Tahun 2015 akan segera berakhir. Begitu banyak peristiwa yang telah kami lewati semenjak awal berdirinya Rumah Sakit Olahraga Nasional hingga saat ini. Peristiwa yang menjadi rekam jejak perjalanan Rumah Sakit Olahraga Nasional dalam berkontribusi di bidang kesehatan dan olahraga. Rangkaian peristiwa tersebut akan kami rangkum dalam sebuah kaleidoskop.
Kinerja RSON Sudah Bagus S epanjang tahun 2015 Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) telah mengalami banyak kemajuan. Diantaranya telah mendapatkan ijin operasional tetap untuk 5 tahun kedepan. Dengan klasifikasi rumah sakit tipe C. Meskipun rumah sakit ini masih harus berjuang agar RSON secara kelembagaan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS mengakui, dalam dua tahun ini, kinerja rumah sakit ini sudah bagus. Meskipun kesulitan terbesar adalah membangun sistem dan budaya kerja di RSON. Kalau ingin sukses, maka rumah sakit ini harus bisa menciptakan sistem dan budaya kerja yang mampu mendorong kinerja dan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Sistem dibangun berdasarkan Standard Operational Procedure (SOP). Sedangkan budaya kerja diukur dari prestasi kerja. Memang diakui bahwa dua tahun terakhir ini, prestasi kerja seluruh jajaran RSON sudah bagus. Direktur RSON terus berkoordinasi dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi serta Sesmenpora DR. H. Alfitra Salamm, APU, untuk mendorong kinerja RSON. Selain itu, staf RSON yang sudah lama mengabdi di rumah sakit ini, diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau mengambil spesialis. Tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan kerja
Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS serta menambah wawasan pengetahuannya. Meski usia masih muda tapi berkualitas dalam berkarya. (Ratih Sayidun) Edisi kelima Tahun II
39
Kaleidoskop
2013 Terbitnya Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 2028 Tahun 2013 Tentang Ijin Operasional Sementara Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga).
9 Juli 2013
20 Agustus 2013
Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) diresmikan oleh KRMT. Roy Suryo Notodiprojo (Menteri Pemuda dan Olahraga RI Periode 2013-2014)
40
Edisi kelima Tahun II
2014
Kaleidoskop
11 Februari 2014
Pelantikan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga) oleh KRMT. Roy Suryo Notodiprojo (Menteri Pemuda dan Olahraga RI Periode 2013-2014).
29-31 JuliAgustus 2014
Rumah Sakit Olahraga Nasional dipercaya menjadi tim seleksi kesehatan dan Tim Medis Paskibraka Nasional 2014.
Edisi kelima Tahun II
41
Kaleidoskop
5 September 2014
Rumah Sakit Olahraga Nasional resmi terdaftar sebagai anggota PERSI dan mendapatkan sertifikat keanggotaan PERSI No. Registrasi 10.A.131636
11 September 2014
Terbitnya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor 0524 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Olahraga Nasional. 42
Edisi kelima Tahun II
Kaleidoskop 13 Oktober 2014
Terbitnya Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 3593 Tahun 2014 Tentang Ijin Operasional Sementara Rumah Sakit Khusus Rehabilitasi Medik (Olahraga).
2015 17 Februari 2015
Aktivasi Magnetic Resonance Imaging (MRI) Genu dengan pasien Atlet Atletik PPLPD Bogor
24 Februari 2015 Terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.8 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Edisi kelima Tahun II
43
Kaleidoskop Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS melakukan operasi pertama di Kamar Operasi Rumah Sakit Olahraga Nasional dengan tindakan Mobilisasi dengan Narkose.
3 Maret 2015
April 2015
Penetapan CPNS Rumah Sakit Olahraga Nasional berjumlah 89 orang.
13 April 2015
Perawatan pasien pertama di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Olahraga Nasional.
28 Mei 2015 Terbitnya Sertifikat Penetapan Kelas Rumah Sakit No.1759 Tahun 2015.
44
Edisi kelima Tahun II
Kaleidoskop
7-8 Juni 2015
28 Juli -31 Agustus 2015
Rumah Sakit Olahraga Nasional dipercaya menjadi tim seleksi kesehatan Paskibraka Nasional 2015.
Rumah Sakit Olahraga Nasional mengirimkan Tim Medis untuk mendampingi Paskibraka Nasional 2015.
28 Oktober 2015
Terbitnya Surat Rekomendasi Izin Operasional Nomor 7491/-1.778.11 dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
3 Desember 2015
Terbitnya Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 59/2.5/31/-1.77/2015 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Olahraga Nasional (drg.Esti Cahyani Adiati)
Edisi kelima Tahun II
45
Kaleidoskop
Rahmi Kurnia
Kabid Pendidikan & Prestasi PB Taekwondo (2015-2019)
Sinergi Menghasilkan Prestasi Atlet
K
erja keras selama setahun ini tidaklah sia - sia. Patut bersyukur. Begitu perasaan Rahmi Kurnia, pelatih taekwondo yang juga menjadi Kabid
Pendidikan dan Prestasi di Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Periode 2015 - 2019. Dengan wajah sumringah pelatih taekwondo ini memberitahukan, bahwa sepanjang tahun 2015 ini ada peningkatan prestasi atlet taekwondo di pelatnas. Di Sea Games 2015 meraih 2 emas, 3 perunggu dan 1 perak. Kesuksesan ini memang hasil kerja keras tim, antara manajemen pelatnas, atlet dan pelatih, yang terjalin bagus. Sehingga tercipta suasana yang baik di pelatnas. Atlet pun bisa fokus berlatih. Sinergi ini menghasilkan prestasi atlet yang bagus juga. Selain Sea Games 2015, atlet taekwondo juga berjaya di kejuaraan Universiade (kejuaraan khusus untuk mahasiswa sedunia), dengan meraih 1 perak dan 2 perunggu. Indonesia pada kejuaraan itu hanya mendapat 1 perak dan 3 perunggu. Jadi taekwondo penyumbang medali terbanyak yaitu 1 perak dan 2 perunggu. Ini prestasi besar karena kejuaraan ini adalah kejuaraan dunia.
Rahmi Kurnia
pelatnas taekwondo. Di tahun 2016, target terdekat adalah menyiapkan atlet untuk bisa mengikuti
Target
kejuaraan Pra Olympic, yang berlangsung April 2016.
Rahmi mengakui tahun 2016 adalah tahun yang
Kami berharap ada atlet taekwondo yang bisa lolos
semakin sibuk untuk dirinya dan jajaranan manajemen
mengikuti Kejuaraan Pra Olympic ini. Kalau pun belum
46
Edisi kelima Tahun II
Kaleidoskop bisa lolos, maka target utamanya adalah menyiapkan
selalu dijaga. Supaya atlet tidak tergoda memanfaatkan
atlet taekwondo untuk berjaya di Asian Games 2018.
suplemen.
Rahmi menegaskan, kalangan olahraga di Indonesia harus sukses sebagai penyelenggara dan harus pula berhasil meraih prestasi di Asian Games 2018.
Sangat Terbantu Keberadaan Rumah Sakit Olahraga Nasional
Kebetulan atlet yang sekarang dibina di pelatnas
(RSON) di Cibubur, sangat menguntungkan bagi atlet
adalah atlet - atlet berusia muda dibawah 20 tahun.
taekwondo. Kata rahmi, sangat terbantu sekali dengan
Harapan kami, dengan usia muda plus latihan jangka
adanya RSON yang lokasinya dekat dengan pelatnas
panjang, kelak di 2018 sudah siap mengumpulkan
taekwondo. 24 jam dokter dan tim medisnya siap
medali di Asian Games 2018. Tahun ini atlet - atlet
menerima pasien. Rahmi bercerita, pernah dirinya
kami bisa kompak dan sudah seperti keluarga.
terpaksa jam 11 malam membawa atletnya yang sakit,
Jajaran manajemen pelatnas berusaha menciptakan
untuk berobat ke RSON. Dokter di RSON dengan cepat
suasana kekeluargaan di pelatnas. Karena atlet - atlet
menangani atlet yang sakit itu.
sama usianya, jadi tidak ada atlet junior dan senior. Perbedaan usia hanya satu atau dua tahun saja. Tiada prestasi tanpa rintangan. Kendalanya? Peralatan.
Apalagi RSON telah dilengkapi dengan fisioterapi dan dokter spesialis orthopedi,
sangat membantu
kelancara latihan para atlet taekwondo. Maklum saja,
Kami membutuhkan peralatan. Bagai
taekwondo berisiko tinggi mengalami cedera. Misalnya
mana tidak. Sejak 2013 sampai sekarang belum
patah tulang atau dislokasi tulang atau sendi. Setahun
menerima peralatan lagi. Harusnya pemerintah yang
terakhir ini sangat terbantu dengan adanya RSON.
memberikan peralatan itu. Sedangkan atlet taekwondo
Semoga kedepanya, selain atlet, para pelatih juga bisa
membutuhkan peralatan untuk latihan. Untuk itu,
di cover biaya pengobatannya.
pelatih harus membiasakan atlet untuk mengenal
Sejak
tahun
2000,
rahmi
sudah
menjadi
peralatan itu selama latihan. Pihak PBTI sudah
pelatih. Sebelumnya, ibu dua anak ini menjadi atlet
mengajukan permintaan peralatan kepada pemerintah
taekwondo sampai tahun 1996. Keinginannya untuk
sejak 2013. Semoga saja pemerintah secepatnya bisa
terus mengembangkan keahliannya, membuat Rahmi
menyediakan peralatan tersebut. Bukankah peralatan
Kemudian mengikuti pendidikan untuk menjadi pelatih
untuk latihan itu bertujuan untuk meningkatkan
taekwondo. Belajar mulai dari tahap awal hingga
prestasi atlet.
menjadi pelatih profesional. Hingga sekarang menjadi
Pelatih taekwondo ini juga mewaspadai doping.
pelatih nasional.
Penggunaan doping dapat menghancurkan prestasi
Banyak sukanya jadi pelatih. Sukanya, bisa
atlet. Karenanya pelatih harus sering konsultasi dengan
menularkan ilmu kepada atlet - atlet. Itu sudah menjadi
dokter, mengenai bagaimana menjauhkan atlet dari
kebahagian tak terhingga. Juga bahagia sekali ketika
doping. Antara lain, atlet dilarang sembarangan
atlet bisa jadi juara. Dukanya, jauh dari keluarga. Rahmi
minum obat. Alias tidak boleh minum obat yang tidak
di Jakarta, sedangkan keluarga di Yogyakarta. Memang
direkomendasikan oleh dokter. Termasuk juga tidak
sudah ada komitmen dengan keluarga. Bahwa menjadi
boleh menggunakan suplemen sembarangan. Lebih
pelatih nasional berarti harus 24 jam mendampingi atlet.
baik mencukupi kebutuhan gizi melalui asupan gizi
Menjadi pelatih sekaligus menjadi orangtua dan teman
seimbang saja. Menjaga kecukupan gizi inilah yang
dan untuk atlet selama di Pelatnas. (Ratih Sayidun) Edisi kelima Tahun II
47
Liputan Khusus
R
RSON Berpartisipasi Pada Hospital Expo ke 28 Tahun 2015
umah Sakit Olahraga Nasional ( RSON ) ikut
Pada pameran ini RSON menampilkan beberapa
berpartisipasi dalam pameran 28th Indonesian
alat kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan
International
Jakarta
kesehatan olahragawan. Antara lain Ergomedic untuk
Convention Center, Jakarta, 21 Oktober - 24 Oktober
mengukur tingkat kebugaran (mengukur VO2 MAX),
2015. Stand RSON menampilkan beragam alat kesehatan
Vaccusport untuk pemulihan dan rehabilitasi paska
yang berkaitan dengan sport science, seperti Push
trauma dan paska operasi. Peralatan sport science
and Pull Dynamometer, Back and Leg Dynamometer,
yang ditampilkan oleh RSON pada pameran ini menarik
Lafayete Skinfold, Handgrip, Sit and Reach, Vaccusport
perhatian para pengunjung. Banyak diantara mereka
dan Ergocycle VO2 Max. Semua alat medis itu berkaitan
yang bertanya bahkan ikut mencoba peralatan tersebut.
dengan terapi rehabilitasi dan tes kekuatan otot.
Terutama Vaccusport dan Ergocycle VO2 Max. Mereka
Hospital
Expo
di
Pemeran ini merupakan sarana bagi RSON untuk memperkenalkan rumah sakit ini kepada masyarakat
begitu antusias ingin mengetahui fasilitas dan peralatan sport science yang ada di RSON.
luas pada umumnya dan khususnya kalangan olahraga.
Pada Hospital Expo 2015, pengunjung booth Rumah
RSON didirikan oleh Kementerian Olahraga Nasional,
Sakit Olahraga Nasional diminta mengisi kuisioner
sebagai apresiasi kepada atlet dan kalangan olahraga.
tentang informasi apa saja yang sudah diketahui
Atlet perlu rumah sakit khusus untuk menangani
mengenai keberadaan Rumah Sakit Olahraga Nasional.
segala gangguan kesehatan mereka. Terutama cedera
Begitu juga tentang pelayanan apa saja yang sudah
yang sering dialami oleh atlet saat latihan maupun
tersedia di Rumah Sakit Olahraga Nasional.
pertandingan.
1. Pernahkah Anda mendengar Rumah Sakit Olahraga Nasional sebelumnya?
Direktur Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS, pada pembukaan pameran ini, di Jakarta, Rabu 21/10 2015, mengutarakan harapannya agar pameran ini
40%
Pernah
menjadi ajang promosi RSON. Kementerian Pemuda dan Olahraga mendirikan RSON sebagai rumah sakit
60%
Belum pernah
khusus untuk atlet dan kalangan olahraga. Tujuannya untuk mendukung prestasi atlet. Atlet sering mengalami gangguan kesehatan khusus, terutama cedera. Untuk itu, melalui Hospital Expo ini, RSON kian dikenal masyarakat luas.
48
Edisi kelima Tahun II
Diagram 1. Pengetahuan pengunjung mengenai keberadaan RSON Gb.1: Diagram Presentase Pengetahuan Pengunjung Hospital Expo mengenai Keberadaan RSON
Liputan Khusus Kuisioner dibagikan kepada kurang lebih 88 orang dengan 8 pertanyaan berbentuk open and close question. Dari kuisioner yang dibagikan, baru 40% pengunjung stand yang pernah mengetahui atau mendengar tentang keberadaan RSON, sedangkan 60% diantaranya belum pernah mengetahuinya (Gb 1). Jika pernah, darimana Anda mengetahui tentang Rumah Sakit Olahraga Nasional? Teman 3%
3%
3% 3% 3% 0% 21%
3% 3% 3% 3%
18%
6% 3%
9%
15%
Sering lewat Pameran tahun lalu Internet/Medsos Pertandingan Kemenpora Lupa MCU atlet Anggota DPR Supplier alkes TV Saudara/Ortu Kerjasama Seminar di RSON Informasi IDI
Gb.4: Diagram Presentase Pengetahuan Pengunjung Hospital Expo mengenai Istilah Sport Science
Gb.2: Diagram Presentase Sumber Informasi tentang Keberadaan RSON
Pengunjung yang mengetahui keberadaan RSON kebanyakan mendapatkan informasi dari teman mereka (21%), 18% mengetahui RSON karena pernah melewati lokasi RSON (18%), 15% mengetahui RSON dari pameran tahun lalu, dan sisanya mendapatkan informasi dari sumber yang lain (Gb.2) 2. Apa yang Anda ketahui tentang Rumah Sakit Olahraga Nasional? Khusus Atlet
6%
45% 49%
Gb.5: Diagram Presentase Pengetahuan Pengunjung Hospital Expo mengenai Sport Science
Dari kuisioner tersebut juga diketahui bahwa 60% pengunjung belum pernah mendengar istilah sport science dan baru 34% yang pernah mendengarnya sedangkan 6% menjawab ragu-ragu (Gb.4). Namun saat ditanya lebih jauh mengenai apa itu sport science, 61% pengunjung tidak mengetahuinya (Gb.5).
Tidak Tahu
RS Kemenpora
Gb.3: Diagram Presentase Pengetahuan Pengunjung Hospital Expo mengenai RSON
Ketika ditanya mengenai RSON, 49% pengunjung stand RSON masih belum mengetahui informasi menge nai RSON, 45% diantaranya mengenal RSON sebagai rumah sakit khusus atlet, dan 6% mengetahui bahwa RSON merupakan rumah sakit milik Kemenpora (Gb.3).
Gb.6: Diagram Presentase Pengetahuan Pengunjung Hospital Expo mengenai Pelayanan RSON
Edisi kelima Tahun II
49
Liputan Khusus
Gb.7: Diagram Presentase Saran dan Krinik Pengunjung Hospital Expo untuk RSON
Gb.8: Salah satu pengunjung sedang mencoba fisioterapi menggunakan alat Vaccusport di booth RSON
Gb.10:Seorang pengunjung sedang mengukur kekuatan otot punggung dan kakinya menggunakan alat Back and Leg Dynamomter di booth RSON
50
Saat menjawab pertanyaan mengenai apa yang diharapkan pengunjung dari pelayanan RSON, 32% pengunjung mengharapkan adanya pelayanan RSON untuk umum (Gb.6). Pengunjung juga memberikan saran dan kritik untuk RSON, 33% menjawab tidak tahu, 28% diantaranya menyarankan RSON untuk terus melakukan kegiatan promosi, 18 % mengharapkan RSON semakin baik kedepannya. Pengunjung lain berharap agar RSON meningkatkan pelayanan, meningkatkan sarana dan prasarana, tidak menghilangkan tujuan utama sebagai RS olahraga dan meningkatkan kerjasama (Gb.7).
Gb.9: Seorang pengunjung sedang mengukur kekuatan otot lengannya menggunakan alat Push and Pull Dynamomter di booth RSON
Gb.11: Seorang pengunjung sedang mengukur Volume Oksigen Maksimal (VO2 Max) menggunakan alat Ergocycle di booth RSON
Edisi kelima Tahun II
Gb.12: Direktur RSON, Dr.dr.Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS saat diwawancari media mengenai keikutsertaan RSON pada Hospital Expo kali ini
Sosok
Pasien Paru Semakin Banyak dr. Erna Juniety, Sp.P
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Olahraga Nasional
dr. Erna Juniety, Sp.P
J
umlah pasien paru masih banyak di Indonesia. Penderitanya pun semakin merata. Mulai dari masyarakat bawah hingga kelompok masyarakat atas. Selama ini ada anggapan penyakit TBC hanya diderita oleh masyarakat miskin saja. TBC hanya salah satu jenis penyakit paru. Gangguan paru lain yang juga banyak penderitanya adalah bronkhitis, alergi, pneumonia dan PPOK (Penyakit Paru Obsesif Kronik). Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON), dr. Erna Juniety, Sp.P mengingatkan, atlet pun tak luput dari sakit paru. Selama praktek di RSON sejak Januari 2014, dokter ini pernah mengobati atlet yang menderita bronchus spasme akibat latihan yang berlebihan. Penyakit paru ini menyebabkan lubang - lubang di organ paru - parunya menyempit. Selama praktek di RSON, sekitar 60 persen pasien adalah atlet. Selebihnya adalah masyarakat umum. Penyakitnya mulai dari bronkhitis, alergi, pneumonia, dicurigai TBC, asma dan PPOK.
Penyebab Utama Dokter yang mengambil spesialis paru di FK UI ini mengingatkan, penyakit paru masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Bagaimana tidak. Jakarta serta kota - kota besar di Indonesia masih banyak polusi. Belum lagi setahun terakhir ini, pasien paru semakin merata status sosialnya. Infeksi paru akibat lingkungan kurang bersih dan daya tahan menurun, menyerang masyarakat miskin.
Namun semakin merajalelanya infeksi HIV menyebabkan para eksekutif muda pun menderita infeksi paru. Infeksi HIV meningkatkan kasus TBC. Sekitar 80 persen masyarakat Indonesia memang sudah ada kuman TBC di dalam tubuhnya. Tapi kuman itu belum tentu memicu terjadinya penyakit TBC. Tergantung dari daya tahan tubuh dan kebersihan lingkungan. Ironisnya, penderita TBC seringkali tidak disiplin berobat. Pengobatan TBC seharusnya minimal 6 bulan. Namun, rata - rata setelah 2 bulan atau bahkan 1 bulan minum obat, sudah merasa membaik. Artinya tidak ada keluhan lagi. Karena merasa sudah sembuh jadi tidak berobat lagi ke dokter. TBC kalau belum terjadi komplikasi bisa diobati di Puskesmas saja. Tapi kalau sudah ada komplikasi harus berobat ke rumah sakit. Itu baru penyakit TBC. Belum lagi PPOK. Ini juga penyakit paru yang berbahaya bagi kesehatan. Penyakit ini menyerang kalangan menengah keatas yang gemar merokok. Plus udara yang sarat dengan polusi. Meski bekerja di ruangan berpendingin ruangan, masih ada juga yang berani merokok. Kalau sudah begini, bagaimana tubuh menghirup oksigen yang bersih. Belum lagi di luar gedung, udara sudah tercemar polusi kendaraan, asap dari pembakaran sampah ataupun asap pabrik. Semua itu membuat kita sulit mendapatkan oksigen yang bersih. Akibatnya, kondisi paru-paru terganggu kesehatannya. Bagaimana mencegah penyakit paru? Caranya, jaga kebersihan diri dan lingkungan, perhatikan kondisi daya tahan tubuh dan cuci tangan yg benar. Kebiasaan cuci tangan mencegah banyak virus masuk kedalam tubuh. Sedangkan kebersihan lingkungan mencegah asma. Harus selalu diingat
bahwa polusi udara dan asap rokok berisiko tinggi menyebabkan penyakit paru. Suka Duka Banyak suka duka yang dialami Dr. Erna, yang sehari - harinya mengurusi pasien paru. Semula lulusan dokter umum dari FK Undip Semarang tahun 1984 ini, berniat mengambil spesialis obstetry ginekolog. Saat praktek di RSUD Budi Asih Jakarta, hatinya tersentuh melihat pasien paru yang sama sekali tidak mengerti akan bahaya penyakitnya itu. Ketidaktahuan pasien paru ini sering menghambat proses pengobatan. Keadaan ini mengubah niatnya, untuk mengambil spesialis paru saja. Lulusan spesialis paru dari FK UI tahun 2009 ini merasa amat bahagia kalau pasiennya rajin atau teratur berobat. Rutin berobat berarti mempercepat proses penyembuhan. Sebaliknya, dukanya bila menemui pasien yang bandel. Karena pasien tidak mengerti. Padahal untuk penyakit paru, dokter mengobati bukan hanya pasien saja. Tapi juga keluarga di rumah harus diberi penjelasan bahwa rumah harus bersih, lingkungan juga harus dijaga kebersihannya dan diberitahu bagaimana agar anggota keluarga tidak tertular. Dr. Erna merasakan adanya suasana kekeluargaan di RSON. Plus, peralatan medisnya sangat lengkap. Pasien yang berobat ke rumah sakit ini kebanyakan sakit asma dan alergi. Tidak ada penderita TBC. Menurutnya, perlu ada rumah sakit khusus untuk atlet. Untuk mendukung pembinaan dan meningkatkan prestasi atlet. Saat ini RSON perlu melakukan banyak promosi untuk memperkenalkan rumah sakit ini. (Ratih Sayidun)
Edisi kelima Tahun II
51
Sosok
Budi Mega Prahara
Bekerja Sebagai Satpam Rumah Sakit, Banyak Sukanya
A
papun kerjanya jika dijalani dengan senang hati hidup akan terasa nyaman. Hal itu dikatakan Budi Mega Prahara security Rumah Sakit Olahraga Nasional. Meskipun harus kerja 8-9 jam sehari namun hal itu tidak menjadi halangan. Setiap hari ia rajin datang ke rumah sakit sesuai jadwal yang telah ditugaskan kepadanya. Security itu sendiri adalah satuan kelompok petugas yang di bentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik (phycical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya. Satuan Pengaman atau lebih dikenal dengan Satpam atau Security merupakan suatu profesi yang masih dianggap kecil dan dilakukan orang-orang yang dianggap ‘low level’ saja. Security selalu identik dengan ‘penjaga malam’ yang konon bisa dilakukan siapa saja asal berbadan tegap, sangar dan berani. Padahal tidak semua anggapan demikian benar, Security dapat dikatagorikan dengan suatu pekerjaan yang tidak hanya dilakukan kalangan tertentu saja tapi tergantung dimana dan perusahaan apa dia ditempatkan. Begitu juga Security di rumah sakit, dia juga akan selalu dituntut untuk sigap dalam berkomunikasi dengan para pasien dan keluarga yang sering membezuk ke rumah sakit dengan segala permasalah
52
Edisi kelima Tahun II
Budi Mega Prahara
di rumah sakit. Selama
menjadi
Security
di
RSON,
Budi
mengungkapkan pengalaman yang dia peroleh di antaranya banyak kenalan, baik para staf RSON maupun para tamu dan pasien. Kerja sebagai Security menurut Budi banyak senang daripada susahnya. Ada kisah atau cerita menarik yang bisa dijadikan sebagai pengalaman. Selain itu juga bisa membantu banyak orang. Kebanyakan yang di rumah sakit adalah orang yang ditimpa kesusahan karena keluarganya sedang menderita sakit. Oleh karena itu ia kadang menghibur para penunggu yang sedang susah. Selain itu juga membantu crew ruangan dimana ia bekerja. “Semoga nasib para Security lebih terjamin kehidupannya dan dapat mensejahterakan keluarga” ungkapnya penuh harap. (Rini Nur)
Sosok
Yuliyanti Setyorini
Menjalani Profesi Perawat di RSON
B
Yuliyanti Setyorini
ekerja sebagai perawat di rumah sakit menciptakan pengalaman hidup yang menarik. Seperti yang dialami oleh Yuliyanti Setyorini, AMK yang bekerja sebagai Perawat Poli Orthopaedi Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sejak 2013. Untuk menjadi rumah sakit yang berkualitas, ada banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah kualitas pelayanan. Hal ini menjadi sangat penting, karena kualitas pelayanan menjadi indikator bagi kinerja rumah sakit dalam menjalankan fungsinya. Dalam upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak lepas dari peran profesi keperawatan. Berdasarkan standar evaluasi dan pengendalian kualitas, pelayanan keperawatan akan menjamin adanya asuhan keperawatan bermutu tinggi, dengan cara terus menerus melibatkan diri dalam setiap program pengendalian kualitas yang diselenggarakan oleh rumah sakit. Rumah Sakit Olahraga Nasional ini diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2013. Saat itu jumlah staf masih berjumlah 5 tenaga ahli dan 50 staf umum. Itu menjadikan tantangan tersendiri pada Yuli. Penggemar olahraga tenis meja ini banyak sekali menceritakan pengalamannya selama bekerja di RSON. Rasanya sedih saat pertama kali datang ke RSON, staf di RSON
masih sedikit jumlahnya seperti perawat. Sehingga masih banyak ruangan yang aktifitasnya belum efektif misal ruang OK, ICU, CSSD. Dikarenakan jumlah SDM perawat yang belum banyak, tanggung jawab yang di bebankan pada Bu Yuli juga banyak. Tapi karena kerja keras dan ikhlas demi meningkatkan pelayanan dan kualitas RSON, dia selalu semangat dalam menjalankan tanggung jawab sebagai perawat di RSON tutur penyuka olahraga aerobic ini. Dan pada tahun 2015 ini sudah mulai ada perubahan dengan adanya tambahan staf cpns yang diterima pada Juni 2015 lalu. Dengan tambahan 35 tenaga perawat, Nurse Yuli berharap RSON dapat memberikan servis yang bagus untuk masyarakat dan kualitas RSON semakin meningkat. Sekarang Yuliyanti bertugas di Poli Orthopaedi sebagai perawat asisten Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS. Selama bekerja di Poli Orthopaedi, ibu 2 anak ini mengungkapkan banyak ilmu yang di dapat selama bekerja di RSON dan semakin mengerti tentang cara menangani pasien cedera pada atlet yang mendukung proses penyembuhan pada atlet. Perawat adalah sebuah istilah untuk profesi bagi seseorang yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dalam bentuk pelayanan biologis, psikologis sosial, bahkan juga spiritual yang ditujukan kepada pasien, baik individu, keluarga dan masyarakat. Sehingga perawat ditutut harus smart. Itulah diantaranya tugas perawat yang memiliki peran penting bagi kualitas pelayanan di rumah sakit. Dari tingkat kepuasan pasien yang mendapatkan layanan itulah, yang dijadikan sebagai indikator bagi tingkat kualitas pelayanan rumah sakit. (Rini Nur)
Edisi kelima Tahun II
53
Sosok Dr. Dini Wulan Sari
Langkah Awal yang Menggembirakan
S
ungguh - sungguh. Gesit. Cekatan. Serius mendapatkan ijin operasional sementara dari Dinas bekerja. Hingga bisa lupa makan. Itulah Kesehatan DKI Jakarta. Keberhasilan ini merupakan dr. Dini Wulan Sari, PJ Kepegawaian, langkah awal yang menggembirakan. Rumah Sakit
Administrasi dan Umum Rumah Sakit Olahraga akhirnya sudah dapat melaksanakan kegiatan Nasional (RSON). Inilah salah satu dokter yang pelayanan kesehatan secara legal. turut sibuk ikut berjuang untuk menjadikan RSON
Ijin sementara itu hanya berlaku selama
seperti sekarang ini. Salah satu keberhasilan ibu 1 tahun. Sehingga di tahun 2014 dibawah satu anak ini adalah ikut membantu RSON untuk kepemimpinan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, mendapatkan ijin tetap 5 tahun.
FICS, MARS, proses pengurusan ijin kembali
Dr. Dini mulai bertugas di RSON sejak dilakukan. Di tahun 2014, ijin yang didapatkan tahun 2012. Sebelum RSON di Resmikan. Saat adalah perpanjangan ijin sementara selama 1 tahun itu masih menggunakan nama Sentra Pelayanan kembali. Pada tahun 2014 ini pula nama rumah sakit Rehabilitasi Cedera Olahraga Nasional (SPRCON). berganti menjadi RS Olahraga Nasional (RSON). Awalnya, dokter lulusan FK Universitas Sriwijaya Palembang ini, sebagai CPNS di tahun 2011, Terus Berjuang ditugaskan di Poliklinik PPITKON Kemenpora,
Walaupun kecewa karena belum berhasil
Senayan. Selanjutnya bersama beberapa teman mendapatkan ijin tetap. Kami terus berjuang. Sesuai melakukan tugas ke SPRCON, selain tetap bekerja arahan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, di poliklinik PPITKON. SPRCON mulai berkembang dr. Dini bersama - sama jajaran manajemen RSON dan diresmikan oleh Menpora pada Agustus 2013. secara bertahap mulai mempersiapkan untuk Lalu di tahun 2014, Dr. dr. Basuki Supartono, pengurusan ijin operasional tetap. Di penghujung Sp.OT, FICS, MARS dilantik sebagai Direktur RSON tahun 2015, setelah melalui proses panjang dan oleh Menpora.
melelahkan, akhirnya RSON mendapatkan ijin
Dr.Dini menjadi salah satu dokter yang operasional tetap selama 5 tahun dari BPTSP DKI menjadi saksi mata mulai berfungsinya RSON Jakarta. Sebelumnya di pertengan tahun 2015 sebagai rumah sakit. Menurut ceritanya, pertama RSON telah mendapatkan penetapan sebagai RS kali dirinya bekerja di RSON, yang kala ini masih Umum kelas C dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. bernama SPRCON, belum belum ada pelayanan Segenap manajemen RSON mengucap syukur tak medis. Karena SPRCON saat itu belum memiliki ijin terhingga kepada Allah SWT atas keberhasilan ini. operasional. sehingga belum banyak yang bisa kami
Pekerjaan belum selesai sampai disana.
kerjakan dalam hal pelayanan. Kegiatannya saat itu Masih ada tugas besar lagi. Yaitu mempersiapkan kebanyakan adalah mengurus legalitas SPRCON. akreditasi rumah sakit, merintis kerjasama dengan Suasana rumah sakit ketika itu juga masih sangat BPJS, dan mempersiapkan kelembagaan rumah sepi. Jumlah staf nya masih sangat terbatas.
sakit untuk menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
Akhirnya pada tahun 2013, SPRCON Dan yang tak kalah pentingnya, mempersiapkan
54
Edisi kelima Tahun II
RSON sebagai rumah sakit rujukan dalam perhelatan Asian Games 2018 yang akan dilaksanakan di Indonesia. Ibu dari Muhammad Arfa Malik ini bersyukur dapat bekerja di RSON. Bagaimana tidak. Pimpinan RSON tak kenal lelah mendidik stafnya untuk bekerja secara sungguh - sungguh, disiplin, jujur dan memberikan yang terbaik dalam bekerja. Sebagai rumah sakit yang baru, tentunya banyak hal yang harus dibenahi. Terutama untuk membangun sistem dan budaya kerjanya. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri. Kami harus siap dengan kondisi yang mungkin tidak sesuai dengan harapan. Kondisi tersebut sekaligus juga membangun rasa saling membutuhkan dan tolong menolong diantara rekan -rekan di RSON. Sehingga kami bisa melewati bersama segala halangan dan rintangan. Dr. Dini masih menyimpan satu keinginan, yang semoga selekasnya dapat terlaksana. Yaitu melanjutkan pendidikan dokter spesialis. Ibu satu anak ini masih mempertimbangkan kesempatan, tenaga, pikiran serta kesibukannya di RSON. Sebelum memutuskan untuk kembali ke kampus. Untuk saat ini, dokter lulusan FK Universitas Sriwijaya ini memilih fokus menyelesaikan berbagai pekerjaannya. Jenuh ? Tidak dapat dielakkan setelah menjalani rutinitas pekerjaan. Obat penghilang kejenuhan yang paling mujarab, adalah liburan bersama keluarga. Juga membaca novel serta menonton film detektif. (Ratih Sayidun)
CURCUMIN:
Tips Sehat
suplemen pencegah cedera otot pada atlet?
L
atihan fisik yang berat dapat menyebabkan hipoksia. Keadaan hipoksia akan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan metabolisme aerob melalui fosforilasi oksidatif menjadi metabolisme anaerob melalui jalur glikosis dengan meng gunakan cadangan glikogen untuk menghasilkan glukosa. Cadangan glikogen akan menurun dan berakibat penumpukan asam laktat. Latihan berat juga dapat meningkatkan radikal bebas. Hal ini karena dalam keadaan normal dapat terjadi
kebocoran elektron sepanjang rantai pernafasan sel dan menghasilkan radikal bebas yang masih bisa dilawan dengan antioksidan endogen tubuh. Namun dalam keadaan hipoksia, terjadi peningkatan proses respirasi sel karena energi (ATP) berkurang dan jumlah radikal bebas yang terbentuk meningkat. Ketidakseimbangan ke mampuan antioksidan alami tubuh menyebabkan stress oksidatif, sehingga tubuh memerlukan antio ksidan eksogen dari luar tubuh untuk mencukupi kebutuhan antioksidan melawan radikal bebas, agar tidak terjadi cedera otot.
Pencegahan cedera otot saat ini masih bertumpu pada upaya conditioning pre exercise . Conditioning meningkatkan kapasitas otot secara bertahap untuk menahan beban stress fisik setinggi mungkin dan selama mungkin. Namun conditioning tidak melindungi otot dari kerusakan. Conditioning dilakukan dalam berbagai bentuk aktivitas seperti trapping, rolling, dan warming up. Kelemahan dari konsep conditioning adalah cadangan energi yang dibutuhkan saat bertanding terkuras lebih dini dan bila tidak dilakukan dengan metode yang tepat, conditioning berpotensi
Edisi kelima Tahun II
55
Tips Sehat
menyebabkan cedera otot pra pertandingan. Melakukan pemanasan atau conditioning sebelum berolahraga sebenarnya penting dilakukan. Dengan begitu otot tidak sampai mengalami kerusakan. Sayangnya tak sedikit dari kita bahkan setingkat atlet profesional di Indonesia yang ternyata mengabaikan hal ini. Mereka tahu resikonya, namun enggan melakukannya. Ekstrak curcumin pada kunyit dan temulawak ternyata berpotensi melindungi otot dari kerusakan akibat radikal bebas. Tanaman temulawak dan kunyit mengandung curcumin yang merupakan tanaman herbal yang mempunyai efek antioksidan. Curcumin diusulkan sebagai pelindung otot dari kerusakan (muscle protector), diberikan melalui suplemen sebelum olahraga. Curcumin merupakan herbal asli orang Indonesia yang mudah ditemukan, dikonsumsi dari generasi ke generasi, aman dan tidak termasuk bahan yang dilarang dikonsumsi oleh LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia).
56
Aspek hayati curcumin telah lama diketahui kinerjanya sebagai anti inflamasi, antimikroba, dan antihepato toksik. Dan saat ini penelitian terha dap manfaat penggunaan curcumin terus berkembang. Bahkan tidak hanya pada atlet saja namun juga penggunaanya sebagai anti kanker memberi pandangan baru untuk terus diteliti. Dari suatu penelitian terhadap atlet sepak bola didapatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dengan kadar cucurmin 750mg terbaik dalam menurunkan kadar asam laktat secara signifikan pada atlet. Sedangkan dari penelitian berbeda yang dilakukan terhadap atlet balap sepeda didapatkan hasil yang sama yaitu performa atlet meningkat karena curcumin melindungi otot dari kerusakan akibat radikal bebas. Curcumin yang diberikan 24 jam sebelum olahraga dapat melindungi protein otot dari aktivitas oksidasi protein yang dekstruktif melalui mekanisme inhibisi oksidasi protein. Dari aspek farmakologinya,
Edisi kelima Tahun II
curcumin, apabila diberikan secara oral, maka didalam tubuh dia akan mencapai dosis puncak dalam waktu 1-2 jam, kemudian turun drastis kadarnya dalam darah dengan distribusi ke jaringan sangat sedikit. Namun curcumin terakumulasi banyak dalam mukosa usus dan ini menjadi keuntungan bagi atlet dengan masalah radang pada saluran cerna. Untuk menghindari penurunan kadar drastis, ini maka dalam prosesnya, ekstrak curcumin dimurnikan menggunakan pelarut khusus, kemudian dikeringkan sampai menjadi bubuk. Minuman ini disajikan dengan cara menggunakan pelarut dari minyak jagung. Apabila mengkonsumsi kunyit atau temulawak langsung, maka kandungan curcumin adalah sekitar 2% dari berat kunyit atau temulawak tersebut. Jadi misalnya dalam 1sendok makan kunyit atau temulawak (6,8gr) maka terdapat 136mg curcumin. Zat curcumin tidak beracun dan dapat dikonsumsi hingga 12gr/hari secara aman. Namun perlu diingat bahwa zat ini juga merupakan antikoagulan potensial sehingga orang dalam pemakaian obat antikoagulan perlu berhati-hati dan konsultasi dengan dokter sebelum menggunakan suplemen curcumin. Sampai saat ini telah banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari zat curcumin yang telah diketahui dari dulu ataupun dari berbagai banyaknya penelitian yang masih terus berkembang. Oleh karena itu sangatlah perlu untuk menjadikan curcumin dalam kunyit dan temulawak sebagai suplemen wajib yang dikonsumsi pada pusat pelatihan atau klub olahraga dan masyarakat luas. (dr. Lastri Diyani Siregar)
Tips Sehat
Melindungi Diri Dengan Cuci Tangan
K
ebersihan tangan merupakan hal yang paling mendasar dalam pemeliharaan kese hatan diri. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir sangat disarankan jika tangan dalam keadaan kotor. Air yang mengalir akan membilas kotoran dan mikroorganisme dari tangan. Sabun berfungsi untuk menghambat dan mengurangi jumlah mikroognasime pathogen World Health Organization (WHO) telah membuat panduan cuci tangan yang baik untuk memaksimalkan area tangan yang dibersihkan. Tahapan itu adalah: 1. Basahi kedua telapak tangan hingga pergelangan tangan dengan air yang mengalir. Gunakan sabun sebagai penyertanya;
2. Usap dan gosok bagian punggung tangan secara bergantian; 3. Usap juga sela-sela jari tangan kemudian jari tangan sehingga terkena sabun; 4. Bersihkan ujung jari dengan cara mengatupkannya; 5. Gosok ibu jari dalam genggaman tangan dengan arah memutari kedua ibu jari secara bergantian; 6. Letakkan ujung jari ketelapak tangan kemudian gosok perlahan hingga kotoran yang berada diujung jari dan kuku hilang; 7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan memutar; 8. Bilas dengan air mengalir hingga tidak tersisa sisa sabun dan kotoran ditangan lalu keringkn dengan menggunakan handuk ataupun tissue kering. Langkah cuci tangan tersebut akan efektif dilakukan dengan waktu 5-10 menit.Pada dasarnya, waktu tepat untuk mencuci tangan didasarkan kepada aktivitas yang dilakukan. Namun, lazimnya, cuci tangan dilakukan pada saat sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah kekamar kecil, setelah batuk ataupun bersin, setelah memegang binatang, setelah membuang sampah, setelah terkena kotoran. Dan bagi tenanga medis waktu mencuci tangan ditambah pada saat hendak interaksi kepada pasien, memberikan terapi, dan sesudah interaksi kepada pasien dan setelah memakai sarung tangan. (Lita Novitasari,AMK) Edisi kelima Tahun II
57
Galeri Foto
Galeri Fot Dr. dr. Basuki Supartono Sp.OT, FICS, MARS sedang melakukan pemeriksaan fisik postur tubuh pada acara ilmiah rutin di RSON
Menteri PAN -RB Yuddy Chrisnandi sedang mencoba Centaur (alat rehabilitasi medik untuk mengetes keseimbangan) dalam rangka visitasi ke RSON 19 Oktober 2015 58
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Galeri Foto
Foto bersama Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi, Sesmenpora Alfitra Salamm, Direktur RSON dr Basuki Supartono Sp.OT beserta staf Kemenpora, Kemenpan-RB dan RSON tanggal 19 Oktober 2015
Opening ceremony pra-PON Taekwondo 2015
Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MME periode 20092014 Kabinet Indonesia Bersatu II sedang berkonsultasi kesehatan dengan dokter orthopedi RSON Dr. dr Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
59
Galeri Foto
Studi banding mahasiswa Magister Ilmu Keolahragaan Universitas Airlangga ke RSON 28 Oktober 2015
Staf Rumah Sakit Olahraga Nasional sedang melakukan konsultasi kesehatan pada puncak acara Hari Olahraga Nasional di Gelora Bung Karno tanggal 9 September 2015;
Pemeriksaan Fisik Kekuatan Otot pada acara Hari Olahraga Nasional di GBK 9 September 2015
60
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Galeri Foto
Tim Medis RSON memberikan pertolongan kepada atlet taekwondo peserta pra-PON Taekwondo 2015
Pemeriksaan Gigi Atlet Liga Santri 2015 Oleh Dokter RSON
Tim Medis RSON memberikan pertolongan kepada atlet karate peserta kejuaraan Karate Gojukai ke-6 Se Asia Pasifik Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
61
Galeri Foto
Tim Medis dari RSON pada acara Hari Lansia 14 November 2015 di The Breeze BSD Tangerang
Tim visitasi Dinkes Jakarta Timur sedang berfoto bersama dengan staf RSON di ruang auditorium 5 November 2015
62
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
Galeri Foto
Direktur RSON Dr. dr. Basuki Supartono sedang diwawancarai oleh media elektronik dalam kegiatan HOspital Expo 2015 di JCC Senayan Jakarta 22 Oktober 2015
Pengunjung sedang mencoba Push and Pull Dynamometer (alat untuk mengetahui kekuatan otot tangan) di stand RSON Hospital Expo 2015
Stand RSON pada acara Hospital Expo 2015 sedang dipenuhi oleh pengunjung
Edisi kelima Tahun II
Media Informasi RSON
63
Kilas Peristiwa
Kunjungan Menpan RB ke RSON
R
umah Sakit Olahraga Nasional (RSON) kedatangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME, di Cibubur, Senin 19/10 2015. Menpan RB didampingi oleh Rini Widyantini, SH, MPM, Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana serta Drs. Adi Kresno, M.A, Asisten Deputi Asesmen dan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Kelembagaan III. Kedatangan beliau untuk melakukan kunjungan guna menilai kelayakan RSON sebagai rumah sakit khusus olahraga berskala nasional. Kehadiran Menpan RB beserta tim nya itu disambut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan oleh Direktur Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) RB), Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME bersama Direktur Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS beserta jajaran manajemen RSON. Pada kesempatan itu, hadir Menpora mengimbau agar Menpan RB dapat segera pula Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, mengesahkan kelembagaan RSON dibawah Kemenpora. Dr. H. Alfitra Salamm, APU, didampingi oleh H. Suryati, Sebelumnya Kemenkes telah mengirim tim untuk S.Sos, M.Si, Kepala Bagian Organisasi, Tatalaksana dan melakukan kunjungan ke RSON. Tujuannya, melakukan Kerjasama Antar Lembaga, pada Biro Perencanaan dan assessmen kelembagaan RSON. Hari ini, Senin 19/10 Organisasi Kemenpora. 2015 Menpan RB dan tim yang melakukan visit serupa Kunjungan ini dilakukan untuk menindaklanjuti ke RSON. Pelaksanaan kunjungan ini bertujuan untuk permintaan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam menilai kelayakan RSON sebagai rumah sakit khusus Nahrawi, untuk dapat mengesahkan kelembagaan RSON olahraga berskala nasional. Sehingga Kementerian dibawah Kemenpora. Sebelumnya Menpora Imam Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nahrawi, didampingi Sekretaris Kementerian Pemuda Birokrasi kemudian dapat mensahkan kelembagaan dan Olahraga Alfitra Salamm dan Direktur Rumah Sakit RSON. Olahraga Nasional (RSON) Dr.dr. Basuki Supartono, Kemenpora mendirikan RSON ini sebagai apresiasi Sp.OT. FICS.MARS, menghadiri rapat bersama Menteri kepada atlet dan kalangan olahraga. Rumah sakit ini Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi sangat dibutuhkan oleh atlet dan insan olahraga. Untuk Birokrasi, Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME dan Menteri itu, RSON telah dilengkapi dengan beragam peralatan Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM kesehatan sport science guna mendukung prestasi atlet. (K), guna membahas masalah kelembagaan RSON, di (Ratih Sayidun) Jakarta, Selasa, 6/10 2015. Pada kesempatan tersebut, 64
Edisi kelima Tahun II
Kilas Peristiwa
Kunjungan Tim Kementerian Kesehatan RI ke Rumah Sakit Olahraga Nasional, Kemenpora
Tim Kemenkes Melakukan Kunjungan ke RSON
R
umah Sakit Olahraga Nasional (RSON) kedatangan tim Kemenkes pada Jumat 9 Oktober 2015, untuk melakukan visitasi guna menilai kelayakan RSON sebagai rumah sakit khusus olahraga berskala nasional. Tim Kemenkes terdiri dari dr. Tri Hesty Widyastoeti, Sp.M, MPH, Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan beserta staf dan dr. Azmi, perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Tim Kemenpora dipimpin oleh Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Dr. H. Alfitra Salamm, APU, H. Suryati, S.Sos, M.Si, Kepala Bagian Organisasi, Tatalaksana dan Kerjasama Antar Lembaga, pada Biro Perencanaan dan Organisasi Kemenpora serta Yusup Suparman, SH, LLM, Kepala Sub Bagian Perjanjian Hukum pada Bagian Hukum, Biro Humas, Hukum dan Kepegawaian, Kemenpora. Tim visitasi langsung berkeliling meninjau seluruh fasilitas yang ada di RSON. Mereka juga memberi saran - saran untuk lebih mengoptimalkan fungsi dan kinerja RSON. Visitasi ini dilakukan berkaitan dengan permintaan
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, untuk dapat mengesahkan kelembagaan RSON dibawah Kemenpora. Sebelumnya Menpora Imam Nahrawi, didampingi Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Alfitra Salamm dan Direktur Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) Dr.dr. Basuki Supartono, Sp.OT. FICS.MARS, menghadiri rapat bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME dan Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K), guna membahas masalah kelembagaan RSON, di Jakarta, Selasa, 6/10 2015. Pada kesempatan tersebut, Menpora mengimbau agar Menpan RB segera mengesahkan kelembagaan RSON dibawah Kemenpora. Untuk itu, Menpan RB meminta bantuan Menkes untuk menilai kelayakan RSON sebagai rumah sakit khusus olahraga berskala nasional. Mengingat RSON sangat dibutuhkan oleh atlet dan insan olahraga. Untuk itu, Menkes kemudian mengirim tim untuk melakukan visitasi ke RSON. Tujuannya, melakukan assessmen kelembagaan RSON.(Ratih Sayidun) Edisi kelima Tahun II
65
Kilas Peristiwa
Tim Medis RSON Mengawal Final Piala Presiden antara Persib - Sriwijaya FC
18 Oktober 2015. Rumah Sakit yang didirikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga ini, mengirim tim medisnya, yang beranggotakan dr.Gunawan Sukoco, perawat Aang Luthfi Hakim dan perawat Nunuk Anugerah. RSON, yang berlokasi di Cibubur, sejak hari Minggu pagi sudah bersiap siaga 1 untuk mengantisipasi dari segala kemungkinan buruk yang terjadi. Kemudian ambulance RSON dari Cibubur meluncur ke Senayan, Jakarta, persisnya ke depan kantor Kemenpora bergabung bersama tim medis dari Sudinkes Jakarta Timur, PMI, Puskesmas Kecamatan Taman Tim Medis RSON saat Final Piala Presiden antara Persib - Sriwijaya FC Sari dan Sudinkes Jakarta Barat. Rumah Sakit Olahraga Presiden antara Persib - Sriwijaya Ambulance RSON tiba kembali di Nasional (RSON) ikut mengawal FC yang berlangsung di stadion RSON, Cibubur,pada pukul 23.45 final pertandingan sepakbola Piala Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu WIB. (Ratih Sayidun)
RSON Memeriahkan Lomba Paduan Suara
Tim Paduan Suara RSON
T
im Paduan Suara Rumah Sakit September 2015. Rumah sakit yang Olahraga Nasional (RSON) berpartipasi sebanyak 18 rumah mengikuti lomba paduan suara sakit. RSON tampil membawakan yang diselenggarakan Ikatan Rumah lagu wajib Mars PERSI dan lagu Sakit Jakarta Metropolitan (IRSJAM) daerah Yamko Rambe Yamko. di RS MMC Kuningan, Selasa 22 Direktur RSON Dr.dr. Basuki
66
Edisi kelima Tahun II
Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, sebelum melepas keberangkatan Tim Paduan Suara RSON menga takan, lomba paduan suara merupakan ajang silaturahmi antar sesama petugas medis dari seluruh rumah sakit di Jakarta. Kegiatan ini harus pula dimanfaatkan untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang kasus - kasus penyakit maupun manajemen rumah sakit. Pada kesempatan ini, Tim Paduan Suara RSON hanya bisa ber partisipasi saja. Ini adalah penam pilan perdana mereka. Adapun RS yg memenangkan perlombaan adalah: Juara 1: RS Kedoya Juara 2: RS MMC Juara 3: RS Mitra Keluarga Harapan 1: RS Pondok Indah Harapan 2: RS Medistra Juara Favorit: RS MMC (dr.Yasmin Anies)
Unggulan RSON
Terapi Modern Pada Masalah Punggung
dengan CTT Centaur dan CTT Pegasus di RSON
R
umah Nasional
Sakit (RSON)
Olahraga sebagai
rumah sakit yang menangani
cedera olahraga, mempunyai fasilitas rehabilitasi yang modern. Berada di gedung RSON lantai 4 ruang balancing, CTT Centaur dan Pegasus merupakan dua alat rehabilitasi pada kasus-kasus masalah punggung dan tulang belakang. Kedua alat ini terintegrasi komputer dan saling melengkapi, akan tetapi bisa juga digunakan secara terpisah. Berikut ini ulasan tentang CTT Centaur dan CTT Pegasus. 1. BFMC Centaur 3D BFMC (Biofeedback Motor Control) Centaur 3D merupakan salah satu alat rehabilitasi yang dimiliki RSON. Alat ini berdimensi berat 550 kg, tinggi 160 cm, lebar 120 cm dengan beban maksimum 135 kg. BFMC Centaur 3D adalah
alat latihan rehabilitasi terintegrasi komputer yang melatih otot-otot punggung. Kebanyakan masalah pada otot punggung merupakan hasil dari ketidakseimbangan neuromuskuler dan berkurangnya fungsi sensomotor batang tubuh. Ketidakseimbangan neuromuskular adalah keadaan dimana terjadi asimetri dalam kinerja otot, terutama di batang tubuh, ketidakseimbangan tersebut sering menyebabkan ketahanan tulang belakang berkurang dan biasanya menyebabkan nyeri. Defisit neuromuskuler merupakan keadaan dimana kinerja dari otot-otot berkurang. Karena otototot batang tubuh sangat penting untuk stabilisasi tulang belakang, defisit yang ada menyebabkan kelebihan beban tulang belakang dan dengan demikian menjadi penyebab lebih lanjut dari munculnya masalah otot punggung. Ketidakseimbangan dan defisit neuromuskular tidak hanya timbul karena kurang olahraga, tetapi juga karena postur tubuh yang salah, kelainan morfologi (misalnya kelainan pada kelengkungan tulang belakang) atau strain satu sisi di tempat kerja atau di olahraga. Dengan alat ini, seluruh otot-otot batang tubuh dapat dikuatkan dan koordinasinya bisa dilatih, bahkan alat ini memungkinkan kita untuk melatih otot tertentu secara khusus. Berikut prinsip kerja dari BFMC Centaur 3D: - Memiringkan tubuh secara terkoordinasi sehingga otot-otot batang tubuh menyesuaikan gaya gravitasi - Melalui mekanisme rotasi dan pemiringan tubuh sehingga tubuh dalam posisi yang tidak stabil, untuk merangsang impuls ke otot dalam - Melalui posisi berdiri tegak lurus untuk melatih otot-otot penyangga tubuh - Melalui penerapan latihan tegangan otot secara tepat dan terdokumentasi Fungsi rehabilitasi dan latihan pada alat BFMC centaur 3D ini terintegrasi Edisi kelima Tahun II
67
Unggulan RSON dengan komputer dan berfokus pada otot-otot di lumbal serta abdomen (perut) bagian samping. Berikut ini fungsi rehabilitasi dan latihan dari BFMC Centaur 3D: - Determinasi pada ketidakseim bangan neuromuscular dan defisit pada segmen lumbal - Latihan untuk meng-eradikasi ketidakseimbangan dan defisit neuromuscular - Latihan untuk mengkondisikan dan menstabilkan otot-otot punggung sebelum melakukan latihan penguatan otot-otot punggung - Latihan isokinetik - Latihan Cardio-pulmonar melalui straining dan relieving pembuluh darah Adapun indikasi penggunaan alat Centaur 3D sebagai berikut: - Vertebral syndrome dengan gejala lebih lanjut berupa prolaps discus vertebralis (termasuk paska operasi) dan protrusi paska fase akut - Spondylithis dan spondyloli thesis - Sebagai treatment pada cedera vertebra (paska operasi) - Nyeri punggung fungsional dengan atau tanpa perubahan degeneratif - Defisit dan atau ketidak seimbangan otot-otot spinal
tulang belakang. Alat ini berdimensi berat 330 kg, tinggi 1.8 m, lebar 0.6 m dan berat maksimum 135 kg. Pegasus dapat mengukur rentang gerak / ROM (Range of motion) dari tulang belakang dan pola kekuatan otot-otot tulang belakang, sehingga bisa mengidentifikasi ketidakseimbangan dan defisit neuromuskuler tulang belakang. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut maka dapat dibuat latihan yang efisien dan spesifik (latihan kekuatan otot maksimal, endurance, koordinasi dan mobilitas) untuk sistem sensomotor pada area tulang belakang. Fungsi Pegasus yang lain yaitu: - Pengukur rentang gerak / ROM tulang belakang, terutama di segmen toraks dan lumbar. Pengukuran dapat dilakukan secara bersamaan atau berturutturut yang memungkinkan untuk mengidentifikasi defisit yang ada dari berbagai gerak, menentukan target pengobatan dan mendokumentasikan kemajuan latihan. - Rehabilitasi dan latihan isometrik pada sistem sensorimotor tulang belakang. Latihan ini bertujuan mengurangi defisit dan ketidakseimbangan otot tulang belakang, memulihkan dan meningkatkan gerakan alami dan ketahanan tulang belakang di segmen tertentu.
sama dengan Centaur 3D yaitu: - Vertebral syndrome dengan gejala lebih lanjut berupa prolaps discus vertebralis (termasuk paska operasi) dan protrusi paska fase akut - Spondylithis dan spondylolithesis - Sebagai treatment pada cedera vertebra (paska operasi) - Nyeri punggung fungsional dengan atau tanpa perubahan degeneratif - Defisit dan atau ketidakseimbangan otot-otot spinal
Sewajarnya terapi rehabilitasi yang lain, maka modalitas terapi rehabilitasi menggunakan CTT Centaur 3D dan Pegasus ini juga perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mencapai hasil yang optimal. (dr.Anang Basuki 2. Pegasus Pegasus merupakan alat yang Maharjito) Pegasus merupakan alat Sumber: bfmc.info pengukur dan simulator gerak untuk melengkapi centaur 3D, oleh karena pemeriksaan dan latihan otot-otot itu indikasi penggunaan Pegasus
68
Edisi kelima Tahun II
Kata Mereka
Akhirnya Berobat ke RSON Ir. H. Suswono, MMA,
Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu II, Periode 2009-2014
Ir. H. Suswono, MMA,
K
egemarannya berolahraga membuat Ir. H. Suswono, MMA, mengalami cedera. Kali ini rasa nyeri di ligamen kaki kiri membawa mantan Menteri Pertanian ini berobat ke Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON). Meski sudah menjalani operasi ligamen kaki kiri November 2014 lalu, rupanya rasa nyeri nya itu belum hilang. Sekitar tiga bulan lalu, Suswono bertemu dengan Direktur RSON, Dr. dr. Basuki Supartono,Sp.OT, FICS, MARS. Lalu berceritalah mantan Menteri Pertanian ini tentang cedera yang masih terasa nyeri itu. Sebaliknya dr.Basuki menjelaskan mengenai keberadaan RSON. Kemudian politikus yang pernah menjabat Menteri Pertanian Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, akhirnya berobat ke RSON. Kebetulan pula rumahnya di Bogor. Tidak terlalu jauh dengan RSON yang berlokasi di cibubur. Kesannya terhadap RSON? Menurut Suswono, peralatan medisnya sudah lengkap untuk mendukung pengobatan terutama untuk atlet. Hanya perlu lebih dipromosikan. Tampaknya belum optimal pengenalan rumah sakit ini kepada masyarakat luas. Supaya semakin banyak pasien yang memanfaatkan rumah sakit ini. Ayah 4 anak dan kakek 5 cucu ini menegaskan pentingnya keberadaan RSON. RS olahraga terutama untuk pasien yang menderita cedera. Apalagi cedera akhir - akhir ini meningkat jumlah penderitanya. Seiring dengan semakin banyak orang yang senang berolahraga yang rutin. Atau olahraga sudah menjadi kebiasaan. Tentunya kebiasaan ini meningkatkan risiko cedera. Sehingga dibutuhkan rumah sakit khusus yang
mengobati cedera karena olahraga . Bukan hanya cedera karena olahraga, cedera juga bisa terjadi karena osteoporosis (kerapuhan tulang). Proses penuaan usia menimbulkan gangguan osteoporosis. Tentu RSON bisa menjadi rujukan pasien osteoporosis. Apalagi gedung, sarana dan prasarananya sudah representatif untuk jadi rumah sakit olahraga, yang menjadi rujukan untuk para atlet dan masyarakat umum. Hanya perlu promosi lebih optimal lagi. Mengingat masyarakat belum banyak mengenal RSON ini. Suswono menderita nyeri di ligamen kaki kirinya ini karena cedera olahraga. Waktu itu semasa masih menjadi menteri, dosen tetap di Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini, main bulutangkis pada pertandingan, berpasangan dengan atlet senior Icuk Sugiarto. Tinggal 1 poin mau menang, tambah semangat main ingin lekas menang. Yang terjadi malah terkilir. Ternyata ligamen kaki kiri putus. Ligamen kaki kanan juga pernah putus akibat mendaki gunung Halimun di sukabumi. Sudah dioperasi tahun 2008. Waktu itu jatuh terpeleset saat mendaki gunung Halimun. Mantan Menteri pertanian ini, sejak kecil hobi olahraga. Sewaktu masih remaja aktif latihan karate dan silat. Saat kuliah di IPB, lebih banyak main bulutangkis. Politikus kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 20 April 1959 ini, menyelesaikan kuliah S1, S2 dan S3 nya di IPB. Sekarang Suswono aktif kembali sebagai dosen tetap di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Juga sibuk mengolah limbah singkong menjadi pakan ternak. Misalnya untuk pakan sapi. Sekarang ini sudah tidak boleh main batminton akibat cedera ini. Diganti berenang. Olahraga harus jadi bagian dari aktivitas sehari hari. Untuk hidup sehat, olahraga perlu rutin. Olahraga mencegah penyakit serius. Rutinitas olahraga menyehatkan jantung dan tekanan darah. Olahraga harus dibiasakan. Bulutangkis adalah olahraga yang paling disukainya. (Ratih Sayidun) Edisi kelima Tahun II
69
Kata Mereka
ATLET WAJIB MEMPUNYAI RUMAH SAKIT KHUSUS Ingin sehat? Mudah saja. Banyak bergerak, tutur Drs. Imam Gunawan Asisten Deputi
Peningkatan
Sumber Daya Pemuda, Kemenpora RI.
Daya Pemuda ini mengalami banyak kemajuan. Nyeri yang dirasakan sudah berkurang banyak sehingga bisa melanjutkan aktifitasnya kembali seperti menjadi
Badminton, Hiking, Joging, tenis adalah hobi beliau,
narasumber motivasi dengan tema kepemudaan dan
tetapi untuk sementara beliau tidak dapat melanjutkan
menyiapkan pertukaran pemuda dengan sebaik-baiknya.
hobi nya itu dikarenakan beberapa waktu yang lalu pria kelahiran Kendal ini harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Olahraga Nasional karena keluhan nyeri di pinggang. Dibawah perawatan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS kondisi Asdep Peningkatan Sumber
Selama proses perawatan, Drs. Imam Gunawan terkesan dengan kondisi RSON yang bersih, terawat dan nyaman, lokasi nya pun strategis, dekat pintu tol serta tenaga medis yang ramah dan jelas dalam memberikan informasi dan memberikan pelayanan. Ayah dari 2 orang anak ini juga mengatakan keberadaan RSON sangat penting dan wajib dimiliki oleh atlet karena banyak hal yang berkaitan dengan atlet yang tidak bisa diurus sembarangan oleh rumah sakit umum. Untuk atlet harus ada Rumah Sakit khusus agar penanganan dan informasi yang diterima tidak bersifat umum sehingga penangannya sesuai dan spesifik dengan kondisi atlet. Pak
Imam
mempunyai
kiat
khusus
dalam
menjaga kesehatan, seperti rutin berolahraga tetapi tidak memaksakan diri saat berolahraga, memilih peralatan yang tepat dalam berolahraga misal jogging menggunakan sepatu yang tepat sehingga tidak mengalami cedera, dilakukan dengan riang gembira, menampilkan semangat berbagi suasana ceria agar dapat mengajak orang lain untuk bisa merasakan efek positif dalam berolahraga. (Rini Nur) Nama : Drs. Imam Gunawan Status : Asisten Deputi Peningkatan Sumber Daya Pemuda, Kemenpora RI TTL : Kendal 7 Februari 1962
Drs. Imam Gunawan
70
Edisi kelima Tahun II
H
Kata Mereka arus menjalani perawatan di Rumah Sakit adalah pengalaman yang sangat
berharga bagi atlet Karate ini. Caesar George Issac Hutagalung yang biasa di panggil Caesar harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Olahraga
Rumah Bagi Atlet Yang Cidera
Nasional. Caesar di rujuk oleh KONI Pusat ke Rumah Sakit Olahraga Nasional setelah mengalami cedera di tulang kering kaki kanannya yang didapat saat Kejurnas Kualifikasi PON 2015. Atlet peraih Best Of The Best Piala Kasad 2014 ini, mengatakan Rumah Sakit Olahraga Nasional adalah rumah bagi atlet yang cidera. Disinilah atlet mendapatkan penanganan yang tepat dan terbaik apabila
mengalami
cedera
dan
melakukan pemeriksaan kesehatan. Apalagi peralatan kesehatan yang dimiliki sudah sangat lengkap untuk mendukung proses penyembuhan dan pemeriksaan kesehatan lain. Saat ini Caesar sedang menjalani perawatan dan pemeriksaan oleh Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS untuk mengatasi cedera di tulang kering kaki kanannya. Sejauh ini prestasi yang diraihnya adalah Best Of The Best Piala Kasad 2014, Medali Emas di PON XVIII 2012 dan Medali Emas Asian Karate-Do Championships 2012 Bangkok. (Rini
Caesar George Issac Hutagalung Nama : Caesar George Issac Hutagalung TTL : Jakarta 2 November 1990 Cabor : Karate
Nur) Edisi kelima Tahun II
71
Kata Mereka
BEROBAT DI RSON SANGAT NYAMAN
Jeanned Alfrida N
Nama : Jeanned Alfrida N TTL : Palembang, 10 Januari 1992 Cabor : Anggar
72
Edisi kelima Tahun II
D
ara kelahiran Palembang, Jeanned Alfrida N adalah seorang atlet Anggar yang sudah memiliki banyak prestasi. Prestasi yang pernah Jea raih adalah Medali Perunggu Sea Games 2015 Singapore, Medali Perunggu SEAFR 2012 Vietnam, Medali Perak Individual PON 2012 Riau, Medali Perak Beregu PON 2012 Riau, Medali Perunggu Kejurnas 2013, Medali Perunggu Kejurnas 2013 dan Medali Emas Kejurnas Senior 2011. Saat ini Jeanned sedang melakukan perawatan dan pemulihan di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) sejak Februari 2015 akibat cedera pada lutut. Dibawah penanganan Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, kondisi atlet yang berasal dari Palembang ini mengalami banyak kemajuan. Kata Jean, RSON sangat nyaman lingkungannya. Para pegawai, dokter dan perawatnya ramah dan sabar dalam memberikan pelayanan. RSON juga mempunyai alat-alat pemeriksaan yang lengkap seperti MRI yang belum tentu dimiliki oleh semua rumah sakit, tutur Jean. Selama perawatan di RSON, atlet Anggar ini menyatakan kepuasannya karena nyeri yang dirasakan sudah semakin berkurang. Jea juga mengatakan Atlet memang perlu Rumah Sakit khusus, sebab pengobatan kepada atlet bukan hanya supaya sembuh saja. Tapi sembuh dan bisa berlatih serta bertanding untuk meningkatkan prestasinya. (Rini Nur)
D
ear diary, what a day? Antara malu, sedih, ingin teriak sekeras-kerasnya, dan nulis sebanyak-banyaknya. Hari ini poli lansia meng adakan kunjungan ke salah satu panti werdha dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI. Kebetulan aku ditunjuk menjadi ketua panitia. Di sana kami bertemu dengan para lansia terutama dari veteran. Para pejuang yang dulu ikut berperang membantu kemerdekaan Indonesia. Acara berlangsung lancar dan meriah walaupun terbilang cukup sederhana. Selepas sambutan kami bergiliran bersalaman dan menyerahkan bingkisan, kemudian berkeliling ke masing-masing kamar. Dalam hati aku bersyukur panti masih terbilang layak untuk mereka tempati. Ruangan masih tampak rapi walau perabotan sedikit berdebu, temboknya sudah terlihat kusam dan mengelupas di beberapa bagian. Aku masih belum bisa mema hami apa yang mereka rasakan saat itu. Ada yang bermimik ceria tapi tak sedikit juga yang murung dan merenung. Bagiku masa senja adalah saat yang mungkin sangat mereka rindukan berkumpul dengan keluarga di rumah. Menimang cucu, bersenda gurau, dan menceritakan manis pahitnya kisah perjuangan. Ya, setelah masa muda mereka habiskan berlelah payah di medan perang. Pandanganku tertumbuk
Cerpen
Kenangan Seraut Wajah Oleh. Najwa Fahrini pada salah seorang veteran yang sedang membaca secarik kertas sambil tersenyum, duduk menyendiri di pojok kamar. Aku menepi dan mendekatinya. “Assalamualaykum, Kek. Maaf permisi menganggu.” Aku membuatnya terkejut, tapi si kakek tetap melempar senyum menampakkan barisan gigi depannya yang masih utuh. “Silahkan, dokter,” beliau mempersilahkanku duduk. Aku bersalaman dan berkenalan. “Mau wawancara sebentar untuk majalah boleh, Kek?” Namanya Mbah Adenan. Seorang veteran yang sudah berperan aktif sejak Ratu Wihelmina datang ke Indonesia. Kulitnya legam tersengat terik matahari. Waktu telah menggilas semua keperkasaannya. Tapi karisma Mbah Adenan masih terbaca dari garis wajahnya yang tegas. Mungkin dulu bertugas sebagai komandan pasukan ya. Selintas mirip seperti foto Kung di kamar mbah putriku. Foto yang selalu menyimpan Edisi kelima Tahun II
73
Cerpen cerita yang tak pernah habis. Membuat kerinduan akan sosoknya semakin membuncah meskipun kami tak pernah bertemu muka. “Kami bersepuluh waktu itu. Kakek maju berperang atas keinginan sendiri. Berjanji akan melindungi negeri ini karena sudah muak dengan ulah kompeni dan Nippon. Jangankan tangan dan kaki, hidup mati pun sudah kami serahkan. Kakek tinggalkan istri dan 3 orang anak. Kami berpisah dan tak pernah berjanji kapan dan dimana akan bertemu lagi. Semua kakek serahkan sama Allah karena mereka juga harus bersembunyi agar tidak ditangkap,” kakek menghela napas dan melipat secarik kertas yang digenggamnya. “Urusan makan sudah kakek serahkan kepada ibunya. Dia wanita yang tak pernah mengeluh dan selalu tegar mendukung perjuangan. Saking kepinginnya merdeka, Neng. Dulu jaman susah tapi yang dimakan serba mudah. Tidak seperti sekarang. Pilihannya banyak sampai bingung,” katanya sambil terkekeh. “Biasanya kami baru bisa pulang 3 bulan berikutnya saat situasi sudah aman. Waktu pulang kami hanya tinggal berlima dari satu desa. Sisanya sudah tertembak atau ditangkap.” Cerita yang sama pernah dikisahkan oleh mbah putri. Alhamdulillah, sampai saat ini semuanya sehat, hanya penglihatan yang sedikit demi sedikit mulai berkurang. Untuk berjalan pun harus dipapah. Wajar, menginjak 88 tahun usianya kini, hmm bahkan lebih tua dari usianya negara kita ya... Asam garam? Jangan tanya. Hanya sebentar mengenyam pendidikan sekolah formal tak membuat beliau lantas berputus asa. Mbah putri hidup dengan pengalaman dan dewasa bersamanya. Ilmunya didapat dari segala kesulitan dan kemudahan yang membersamainya. Nampak dari cerita-cerita yang beliau sampaikan, mengalir cerdas dan faktual. Tanpa topeng kemolekan katakata sebagaimana banyak sejarah telah diubah. Mbah putri hidup benar-benar dari jaman gelap hingga terbit terang. Resiko sebagai istri tentara di zaman ketika Ratu Yuliana bahkan Wihelmina masih
74
Media Informasi RSON
Edisi kelima Tahun II
hidup adalah zaman terberat yang pernah beliau lalui. Berlalu Belanda, datanglah Jepang dengan penindasan singkat namun kejam, pun kepada para tentara Indonesia kala itu. Mbah putri rela hidup nomaden, tanpa rumah. Berlari dan terus berlari. This is real girl power, isn’t? Tak pernah menulis, tapi beliau sanggup menorehkan segala cerita suka dan duka yang telah dilalui dari zaman batu sabak hingga berganti jadi ipad. Dari mulai berpakaian dengan karung goni hingga kini banyak muncul sutra impor. Dari mulai alas kaki tanpa merek, hingga kini bermunculan sepatu impor dari luar negeri. Negara penjajah yang dulu terusir tapi kini justru digandrungi. Sebagai cucu dengan darah pahlawan yang mengalir aku merasa malu karena belum berkontribusi banyak. “Menjadi tentara, kami tak pernah dibayar atau butuh mengukir nama seperti punya Neng,” dia menunjuk nama dadaku. “Demi langit, bumi, dan untuk negeri ini.” “Lalu kenapa Kakek memilih tinggal di panti?” “Di rumah malah menyusahkan. Kakek susah tak boleh melakukan apa-apa, mereka juga susah kalau harus mengurus Kakek. Badan capek semua kalau nggak nguli, Neng,” beliau tertawa lagi. Adzan dhuhur berkumandang. Aku mengucapkan terima kasih dan segera pamit karena beliau juga ikut sholat jamaah. “Rin, dipanggil dr Buana,” tiba-tiba ada yang menepuk pundakku,” Arrrrggggh!!! Aku di posisi sulit. Ini senior idola kenapa harus muncul di saat wajahku sudah tak rata? Ya Allah diri ini hanya dokter muda dengan selemah-lemah iman dan hobi mendengarkan lagu balada. Semoga pengorbanan kakek dan para pahlawan yang telah mendahului kita tak sia-sia. Aku tahu mereka tak pernah mewariskan kemewahan, tapi kecerdasan. Apalagi harta untuk berfoya-foya. Mulai sekarang, aku berjanji, untuk membuat mereka bangga dengan sederet prestasi dan bait-bait perjuangan untuk negeri yang dicintai dan dikasihi. Nusantara raya. [NF]
Jl. Jambore Raya No. 1, Cibubur, Jakarta Timur Pendaftaran: (021) 87753975