CEDERA OLAHRAGA PADA ATLET SOFTBALL KOTA CILEGON (SUATU SURVEY MENGENAI CEDERA OLAHRAGA) Ronald Situmeang1, dr. Ruliando Hasea Purba, MARS, SpRM2, Drs. H. Djumidar AW2 1
2
Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta, Kampus B, Jakarta
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil tentang cedera olahraga pada atlet softball kota Cilegon. Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2011 di lapangan softball Krakatau Steel, Cilegon. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah atlet softball kota Cilegon yang pernah mengalami cedera olahraga pada saat berolahraga softball. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik survey, yaitu dengan wawancara. Indikator yang diukur pada penelitian ini adalah atlet yang pernah mengalami cedera, bagian tubuh yang cedera, jenis-jenis cedera, berat ringannya cedera, sebabsebab cedera, saat terjadinya cedera dan penanganan cedera. Kata Kunci: Cedera olahraga, olahraga softball. PERBASASI) menyelenggarakan pertandingan-pertandingan baik yang bersifat Nasional maupun Internasional. Softball adalah permainan beregu yang menggunakan bola dan pemukul, dan merupakan penyederhanaan dari permainan baseball. Softball merupakan permainan gerak cepat yang menyenangkan. Olahraga ini mengutamakan kecepatan dan ketangkasan. Selain sebagai olahraga permainan, softball juga merupakan olahraga yang mengandalkan strategi bermain baik dalam hal bertahan maupun dalam menyerang. Belakangan ini kesadaran akan pentingnya olahraga meningkat pesat. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang telah menyebar di seluruh dunia. Olahraga telah menjadi tontonan, pendidikan, mata pencaharian, kesehatan, kebudayaan dan merupakan suatu obyek yang tidak pernah membosankan bagi masyarakat. Dengan olahraga dapat membangun manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani sehingga menghasilkan sumber
PENDAHULUAN Softball merupakan salah satu cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, dan cabang yang cukup populer di kalangan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan softball yang didirikan baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah. Olahraga softball tidak hanya sebagai olahraga prestasi, namun telah berkembang menjadi olahraga rekreasi, hal ini dikarenakan terdapat unsur permainan di dalamnya, sehingga dari anak-anak sampai dewasa menyukai olahraga ini. Seiring dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipungkiri telah banyak memberikan perubahan yang baik terhadap dunia olahraga terutama cabang olahraga softball. Begitu juga perkembangan softball di Indonesia. Hal ini terlihat dari makin seringnya Pengurus Besar Perserikatan Baseball dan Softball Seluruh Indonesia (PB 50
daya manusia Indonesia yang baik dan berkualitas. Namun sayangnya seiring dengan meningkatnya minat olahraga tersebut tidak disertai pengetahuan mengenai pencegahan cedera yang sangat mungkin terjadi saat berolahraga. Bahkan banyak pelaku olahraga tidak menyadari bahwa dirinya telah mengalami cedera. Beberapa penderita mengalami nyeri otot berkepanjangan yang menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, misalnya nyeri otot bahu yang menyebabkan seseorang tidak dapat mengangkat benda-benda berat. Maka dari itu sangat penting untuk melakukan sosialisasi mengenai pencegahan dan penanganan cedera olahraga yang tepat. Di cabang olahraga softball banyak hal yang memungkinkan atlet mengalami cedera, lokasi cedera yang biasanya terjadi pada cabang softball adalah di bagian lengan, jari tangan, siku, bahu, pangkal paha dan lutut. Oleh karena itu, setiap atlet sudah seharusnya mampu mengetahui serta merawat cedera-cedera yang dialaminya dan ini merupakan bagian yang penting dalam suatu kegiatan program latihan. Dengan demikian pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan cedera olahraga sangat penting untuk mempelajari sebab-sebab terjadinya cedera olahraga, cara memberikan pertolongan, pengobatan, serta tindakan pencegahan. Sehingga dengan kita mengetahui ilmu tentang pencegahan dan penatalaksanaan cedera olahraga, diharapkan para pelatih, atlet, ataupun guru olahraga dapat menangani para anak didiknya untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera. Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang termasuk dalam Pengurus Cabang PERBASASI khususnya daerah Banten. Dalam usaha meningkatkan kemajuan pembinaan prestasi, khususnya di cabang olahraga softball, kota Cilegon mendirikan
lapangan softball yang berada di kawasan perumahan Krakatau Steel. Lapangan tersebut dibentuk pada tahun 2006 yang bertujuan untuk tempat kegiatan latihan softball sehari-hari bagi anak-anak sekolah maupun sebagai pemusatan latihan bagi atlet softball kota Cilegon. Kegiatan latihan bagi atlet softball kota Cilegon dilakukan pada hari senin, rabu, jumat dengan waktu latihan jam 15.00-18.00 dan minggu jam 07.00-11.00, dan dihari tertentu ada waktu untuk istirahatnya atau libur latihan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “cedera olahraga pada atlet softball kota Cilegon” (suatu survey mengenai cedera olahraga). Tinjauan Pustaka. Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pemain yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan, keterampilan, dan kekuatan. Sedangkan menurut Poerwardarminta, atlet merupakan suatu orang yang bersungguh-sungguh gemar berolahraga terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan kecepatan berlari, berenang, melompat dan lain-lain (Poerwardarminta, 1976). Bagi seorang atlet berbakat mencapai prestasi dan mengembangkan potensi serta menguasai keterampilan yang diperlukan merupakan suatu usaha yang lama dan tidak mudah untuk dipertahankan. Untuk dapat menempuh jalan yang panjang dan sulit ini maka seorang atlet memerlukan pertolongan, keyakinan dan pengetahuan dari orang lain. Softball. Olahraga ini lahir di Amerika Serikat yang diciptakan oleh George Hancoc tahun 1887 di kota Chicago. Semula permainan ini hanya sebagai rekreasi dan dimainkan dalam ruangan tertutup. Daya tarik utama, baik pria maupun wanita. Lalu dari Amerika
51
berkembang ke Kanada, dan dari sanalah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Softball dimainkan oleh dua tim di lapangan softball. Setiap tim minimal memiliki 9 pemain dan selebihnya merupakan cadangan. Permainan terdiri dari 7 babak yang disebut inning. Di dalam satu inning, tim yang bertanding masing-masing mempunyai kesempatan memukul (batting) untuk mencetak angka (run) dan menjaga (pihak yang bertahan). Ketika tim yang menyerang mendapat giliran memukul, seorang pelempar bola (pitcher) tim bertahan melemparkan bola kearah penangkap bola (catcher) sekencang-kencangnya agar bola tidak dapat dipukul. Tim yang mendapat giliran memukul bergantian seorang demi seorang untuk memukul bola. Tim yang berjaga berusaha mematikan anggota tim yang mendapat giliran memukul. Tim yang mendapat giliran memukul mendapat kesempatan 3 kali mati (out) sebelum giliran memukul digantikan tim yang bertahan. Softball merupakan permainan gerak cepat yang menyenangkan. Olahraga ini mengutamakan kecepatan dan ketangkasan. Selain itu, permainan softball juga mengandalkan kemampuan berpikir seorang pemain dalam mengambil keputusan dengan cepat sebelum mengambil suatu tindakan. Adapun teknik dasar yang harus dikuasai dalam permainan softball adalah; Melempar, Menangkap, Memukul, Berlari, Meluncur, dan Koordinasi gerakan sebagai penjaga (Djumidar). Adapun teknik dasar yang harus dikuasai dalam permainan softball adalah: 1) Melempar 2) Menangkap 3) Memukul 4) Berlari 5) Meluncur
6) Kordinasi gerakan sebagai penjaga.
(melempar)
(menangkap)
(memukul)
(berlari)
(meluncur)
(penjaga)
Gambar 1. Menunjukkan teknik dasar dalam permainan softball
Sampai tahun 1966, di Indonesia olahraga softball masih dianggap sebagai olahraga kaum wanita. Tetapi setelah melihat Asian Games Bangkok, diketahuilah bahwa kaum pria juga bermain softball. Melihat keterbukaan ini, Indonesia mulai serius. Perkembangan tampak di Jakarta, Bandung, Palembang, Semarang dan Surabaya. Seiring dengan perkembangan zaman, permainan softball saat ini bisa diterima oleh masyarakat luas, hal ini dikarenakan permainannya yang sangat menarik dan atraktif untuk dimainkan. Selain itu terdapat unsur bermain yang terkandung dalam permainan softball, sehingga dari anak-anak sampai dewasa menyukai olahraga ini. Melihat perkembangan yang pesat itu, bahwa softball sudah menjadi olahraga masyarakat, maka dibentuklah organisasi softball yang bernama Perserikatan Baseball dan Softball Seluruh Indonesia 52
(PERBASASI), (Dinas Olahraga, 2006). Cedera menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah cacat atau luka akibat kecelakaan (Depdiknas, 2002). Sedangkan menurut Budi Rahardjo, luka adalah rusaknya keutuhan jaringan lunak oleh karena ruda paksa atau juga bisa dikatakan terputusnya jaringan tubuh karena kekerasan. Penyebab dari luka pada umumnya karena (1) benda tumpul, tajam atau mekanis, (2) benda panas atau suhu tinggi. Berdasarkan akibatnya luka dapat digolongkan menjadi luka terbuka dan luka tertutup. Luka terbuka yaitu lapisan jaringan yang paling luar tidak utuh lagi, sehingga terlihat jaringan dibawahnya, sedangkan luka tertutup yaitu jenis luka yang kerusakannya terdapat dibawah kulit (Budi Raharjo, 1992). Rasa sakit adalah tanda bahwa ada sesuatu pada tubuh, misalnya cedera. Oleh karena itu rasa sakit dimanapun tempatnya tidak boleh diabaikan. Rasa sakit ini kalau diabaikan dapat mengganggu penampilan olahragawan atau lebih parah lagi. Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, setiap orang yang melakukan kegiatan olahraga mempunyai resiko terkena cedera. Untuk itu setiap orang harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan olahraga agar terhindar dari resiko cedera tersebut. Cedera Olahraga. Pada umumnya semua kegiatan olahraga mempunyai resiko cedera baik ringan maupun berat. Kemungkinan cedera sangat beragam tergantung dari jenis olahraga itu sendiri, penggunaan alat (media), maupun kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan atletnya sendiri. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.
Menurut Hardianto Wibowo, cedera olahraga ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan (Hardianto, 1994). Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlet cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Dengan demikian setiap atlet tentunya ingin terhindar dari cedera olahraga dan lebih baik mengutamakan pencegahan dari pada pengobatan. Cedera secara praktis dapat dibagi menjadi 2 macam: a. Cedera ringan: Ialah cedera yang tidak di ikuti kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh kita. Misalnya: kekakuan dari otot dan kelelahan, lecet, memar. Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlet. Cedera ringan biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun, dan akan sembuh dengan sendirinya setelah istirahat beberapa waktu. b. Cedera berat : Ialah cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut kita jumpai adanya kerusakan jaringan pada tubuh kita. Misalnya: robeknya otot, ligamentum maupun fractur/patah tulang. Pada cedera ini atlet perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah. Bagian-bagian tubuh yang biasa terkena cedera olahraga, yaitu: 1) Jaringan lunak a. Cedera pada kulit
53
Kulit terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit bagian luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Cedera yang sering terjadi ialah: lecet, terkelupasnya kulit, terpotong maupun luka tusuk. Saat terjadi luka, sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu, karena dikuatirkan akan timbulnya infeksi. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah atau larutan betadine. b. Cedera pada pembuluh darah dan saraf Darah terdiri dari butir-butir darah dan cairan darah yang disebut plasma. Plasma darah terdiri dari 90% air dan 10% benda-benda padat, protein, garam-garam mineral dan lainlain. Bila pembuluh darah pecah akibat cedera, maka darah akan keluar membentuk bekuanbekuan darah. Bekuan-bekuan darah ini akan menutupi permukaan pembuluh darah yang robek sehingga pendarahan dapat berhenti.
Cedera pada otot/tendo dan ligament dibagi menjadi 2, yaitu: - Strain adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendo - Sprain adalah cedera yang terjadi pada ligament
Gambar 3. Menunjukkan cedera strain pada siku Sumber: http://quebecwind.com/index.php?showtopic=1 215
Gambar 4. Menunjukkan cedera sprain pada pergelangan kaki Sumber:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/en cy/imagepages/19577.htm diakses tanggal 15 Maret 2011
Cara menguji otot/tendo atau ligamen yang cedera, yaitu: a) Untuk strain menggunakan metode tahan dan palpasi (perabaan) yaitu menahan kontraksi satu/kelompok otot dengan cara menahan bagian yang dekat dengan insersio otot-otot tersebut. Cara mendiagnosa cederanya bila pada saat kontraksi otot ditahan, maka pasien akan terasa nyeri ditempat yang cedera, secara obyektif dapat juga diperiksa dengan cara palpasi (meraba) bagian yang dicurigai. Bila ditekan pada suatu tempat pasien akan terasa nyeri/sakit maka tempat inilah yang mengalami cedera atau
Gambar 2. Menunjukkan cedera pada dinding pembuluh darah Sumber: http://www.daviddarling.info/encyclopedia/B/bl ood_clotting.html
c. Cedera pada otot/tendo dan ligament
54
biasanya bila ditekan ditempat terasa nyeri sesuai dengan tempat yang dikatakan nyeri oleh pasien bila kita lakukan metode tahanan, bila perabaan terasa cekungan yang dalam berarti ada robekan otot yang besar. b) Untuk sprain menggunakan metode tarikan dan palpasi yaitu metode untuk mengetes ligamen mana yang cedera dan bagian yang cedera itu sampai derajat berapa. Metode tarikan dilakukan dengan cara menarik ligamen yang cedera, bila ligamen ini cedera maka akan terasa sakit. Untuk mengetahui dimana, bagaimana, serta derajatnya harus menggunakan metode palpasi dimana akan dijumpai ketidaksinambungan (putusnya ligamen), serta terabanya suatu lubang. Memang sedikit sulit untuk mengetahui ligamen yang terkena cedera karena pada umumnya ligamen terbungkus oleh otot maupun tendon. Bila pada metode tarikan tidak terasa sakit tapi gerakan sendi lebih luas maka berarti terjadi sprain derajat III/putus total. Pemeriksaan metode tarikan dan palpasi pada tendon dan otot akan berhasil bila dilakukan segera setelah terjadinya cedera, dimana reaksi radang setempat belum hebat. 2) Jaringan keras a. Cedera pada tulang Cedera pada tulang biasanya disebut fractur. Fractur (patah tulang) adalah suatu keadaan dimana tulang retak, pecah/patah. Bentuk dari patah tulang bisa hanya retakan saja, sampai hancur berkeping-keping. Patah tulang dapat dibagi menjadi 2 macam: 1) Simple fractur (patah tulang sederhana) yaitu patah tulang yang terjadi tidak diikuti dengan robeknya kulit.
2) Compound fractur (patah tulang kompleks) yaitu patah tulang dimana ujung tulang menonjol ke luar. Jenis patah tulang kompleks lebih berbahaya dari patah tulang sederhana, karena dengan terlukanya kulit maka ada bahaya infeksi, karena masuknya kuman-kuman penyakit ke dalam jaringan. b. Cedera pada sendi (articulation injuries) Sendi adalah hubungan di antara dua buah ujung tulang yang berfungsi seperti sebuah engsel, sehingga tulang yang satu dapat bergerak terhadap tulang yang lainnya. Cedera yang mungkin terjadi pada sendi adalah cedera pada kapsula artikularis/simpai sendi. Kapsula artikularis ini terdiri dari: 1) Lapisan luar (stratum fibrosum) 2) Lapisan dalam (stratum sinovialis), yang menghasilkan cairan sendi yang disebut sinovia.
Gambar 5. Menunjukkan cedera sendi pada lutut Sumber: http://www.drdavisdo.com/kdavis_patient_litera ture.html. diakses tanggal 15 Maret 2011
Berdasarkan macamnya cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-sebabnya cedera: (Hanny, 2010) 1) External violence (sebab-sebab yang berasal dari luar) Adalah cedera yang timbul/terjadi karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar, misalnya: a. Karena faktor karakter dari pada olahraga tersebut. Masing-masing cabang olahraga mempunyai tujuan tertentu.
55
Olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga, misalnya karena diakibatkan oleh body contact sports, seperti: sepak bola, tinju, karate dan lain-lain b. Karena peralatan olahraga: softball. c. Karena fasilitas: keadaaan sekitar yang menyebabkan cedera, misalnya lapangan yang tidak rata atau berlubang. 2) Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam) a. Umur. Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30 - 40 tahun, kekuatan otot akan relatif menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20 - 40 tahun. b. Faktor pribadi. Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman. c. Pengalaman. Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlet yang sudah berpengalaman. d. Teknik. Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera. e. Kemampuan awal. Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di
inginkan. Misalnya; terjadi sprain, strain dan lain-lain. f. Recovery period. Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organorgan itu menjadi prima lagi, dengan demikian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari. g. Kondisi tubuh yang “fit”. Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahraga, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera. h. Keseimbangan Nutrisi. Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. i. Hal-hal yang umum. Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain. 3) Over-use (pemakaian terus menerus/terlalu lelah) Cedera ini timbul karena pemakaian otot yang berlebihan atau terlalu lelah. Cedera karena over-use menempati 1/3 dari cedera olahraga yang terjadi. Biasanya cedera akibat over-use terjadinya secara perlahan-lahan (bersifat kronis). Saat tubuh mengalami cedera, maka tubuh akan menunjukkan suatu gejala atau reaksi. Reaksi tubuh terhadap cedera adalah inflamasi/peradangan setempat yang disertai dengan adanya tanda-tanda seperti; Kalor: panas, Rubor: merah, Dolor: nyeri, sakit, Tumor: bengkak, dan Fungsiolesi: tidak bisa dipergunakan lagi.
56
Pencegahan meliputi usaha mencegah terjadinya cedera pertama, kalau terjadi cedera pertama, harus dilakukan tindakan yang tepat dan cepat sehingga olahragawan yang bersangkutan dapat pulih kembali dalam waktu yang singkat dan selanjutnya dilakukan tindakan agar tidak terjadi cedera yang berikutnya. Pada hakikatnya tindakan pencegahan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu: A. Pencegahan dalam bidang fisik, terdiri atas: 1) Endogen a. Kebugaran fisik, yaitu kesiapan fisik untuk mencapai prestasi optimal. Hal ini dipengaruhi oleh gizi, waktu istirahat dan latihan teratur dan terusmenerus. b. Latihan yang meliputi pemanasan, kekuatan dan pendinginan. 2) Eksogen a. Lingkungan b. Sarana dasar c. Sarana tambahan B. Pencegahan dalam bidang psikis (kejiwaan) Pengobatan cedera olahraga dibagi menjadi empat tahap, yaitu: 1) Segera setelah terjadi cedera olahraga (0 jam-24 jam s/d 36 jam) Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu: a. R = Rest (diistirahatkan) Dalam hal ini bagian yang cedera tidak boleh dipakai atau digerakan, supaya perdarahan lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan. b. I = Ice (didinginkan, kompres dingin) Tujuannya ialah untuk menghentikan perdarahan (menyempit/vasokontriksi sehingga memperlambat aliran
darah), dengan demikian ice mempunyai tujuan: - mengurangi perdarahan, menghentikan perdarahan - mengurangi pembengkakan - mengurangi rasa sakit. c. Compression (balut tekan) Balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan yang elastis. Bahan perbannya disebut elastis perban/elastis bandage/tensiokrep atau bendabenda lain yang sejenisnya. Tujuannya untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi pergerakan. d. Elevation (ditinggikan) Mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya adalah supaya perdarahan berhenti dan pembengkakan dapat segera berkurang. 2) Setelah cedera 24 sampai dengan 36 jam Pada tahap kedua ini dilakukan dengan pemberian kompres panas atau heat treatment. Pemberian kompres panas dilakukan dalam waktu 24 sampai 36 jam setelah cedera terjadi atau bagian yang cedera sudah hampir sembuh dan dapat digerakan lagi (hampir normal). Tujuan heat treatment adalah memperlancar proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit karana kejangnya otot. 3) Jika bagian yang cedera dapat digunakan dan hampir normal Tindakannya adalah membiasakan jaringan yang cedera tanpa menggunakan alat bantu, misalnya: tanpa decker ataupun balut tekan. Pada tahap ini masase masih dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan. Otot-otot di sekitar tempat cedera,
57
harus mulai dilatih, demikian pula gerakan-gerakan pada persendian, tentu saja latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang mula-mula bersifat pasif, kemudian menjadi gerakan aktif. 4) Jika bagian cedera sudah sembuh dan latihan dapat dimulai Bagian yang cedera kita persiapkan agar supaya kuat terhadap tekanan-tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahraga si penderita tersebut. Memang kadang-kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut tekan untuk beberapa waktu lamanya. Latihan berat yang terprogram sudah dapat diterapkan.
Untuk menghindari cedera softball, atlet harus melakukan pemanasan sebelum latihan dan kompetisi. Menguatkan otot-otot dan meningkatkan fleksibilitas di sendi juga penting untuk atlet yang mengikuti kompetisi secara teratur. Meningkatkan teknik juga penting bagi pemain softball dan akan memastikan bahwa cedera bisa diminimalisir. Dengan teknik yang salah, ketegangan yang berlebihan pada otot dan sendi dapat menjurus ke masalah cedera serius. Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, segala aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seorang atlet mempunyai faktor resiko terkena cedera. Untuk itu bagi atlet yang mengalami cedera harus segera diberikan penanganan dengan cepat dan benar. Sebab cedera dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga. Bahkan bagi atlet, cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Bagaimanapun, cedera olahraga merupakan salah satu faktor penyebab jatuhnya prestasi dan keberhasilan seorang atlet.
Cedera Pada Permainan Softball. Permainan softball memiliki karakteristik permainan yang cepat dan tepat. Gerakan yang ada dalam permainan softball pada umumnya melibatkan seluruh anggota dan organ tubuh. Gerakan-gerakannya pun bervariasi, dan masing-masing mempunyai resiko terkena cedera. Menurut Hardianto Wibowo, cedera yang sering terjadi pada permainan softball adalah: 1) Lecet pada pangkal paha, bahu, dan siku pada waktu melakukan gerakan meluncur (luka memar). 2) Jari tangan bengkak pada persendian waktu menangkap bola. 3) Keseleo pada pergelangan kaki dan lutut pada waktu gerakan meluncur. 4) Bagi pitcher sering nyeri pada bahu, lengan dan otot paha bagian belakang. 5) Bagi pemukul sering nyeri pada pinggang dan memar akibat terkena bola yang dilempar dari pitcher. 6) Patah tulang akibat saling bertabrakan antar pemain dan jatuh ke permukaan lapangan yang keras.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik survey yaitu dengan wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta yang mengikuti latihan softball di kota Cilegon yang berjumlah 70 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi, 2006). Sampel ini diambil dengan
58
kompleks
kriteria sebagai berikut; pernah mengikuti kejuaraan softball baik tingkat daerah, provinsi, nasional atau antar club. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan memberikan kuisioner atau pertanyaan-pertanyaan yang berupa pertanyaan bervariasi jawabannya yang sudah ditentukan terlebih dahulu, sehingga responden bebas menjawab dari pertanyaan yang diajukan, serta mengumpulkan foto-foto untuk dokumentasi dari hasil wawancara saat proses berlangsung. Instrumen ini disajikan untuk memberikan informasi mengenai butir-butir yang diberikan untuk dilakukan validasi oleh dosen ahli atau dosen pembimbing sebagai berikut:
• Cedera ringan • Cedera Sedang 3
Dimensi
Aspek • Kepala & Leher
• Batang Tubuh
1
Bagian tubuh cedera
• Tubuh bagian atas
• Tubuh bagian bawah
• Kulit
▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
2
Jenisjenis cedera
• Otot dan tendo • Ligamen • Sendi • Tulang
▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
• Cedera berat
• Eksternal violence Sebab – sebab terjadiny a cedera
• Internal violence
5
Kapan saat terjadiny a cedera
• Pada saat berolahraga softball
▪ Saat latihan ▪ Saat bertanding
6
Penanga nan cedera
• Modern • Tradisional • Penanganan sendiri
▪ Medis/Dokter ▪ Non medis/tukang pijit ▪ Lakukan sendiri
4
Tabel 1. Kisi-Kisi No
Derajat Cedera
Indikator Kepala Mata Hidung Mulut Telinga Leher Tulang iga (kosta) Tulang belakang Pinggang Badan Bahu Punggung Lengan Siku Tangan dan pergelangan tangan Jari Paha Lutut Betis Tumit Telapak kaki Jari kaki Lecet Terkelupasnya kulit Terpotongnya kulit Luka tusuk Strain Sprain Articulation injuries Fractur sederhana Fractur
▪ Tidak adanya kerusakan pada jaringan ▪ Sebagian kerusakan pada jaringan (< 50%) ▪ Adanya kerusakan pada jaringan (> 50%) ▪ Sebab cedera berasal dari luar tubuh ▪ Sebab cedera berasal dari dalam tubuh ▪ Karena pemakaian terus menerus/terlalu lelah
• Over-use
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh data mengenai profil responden tentang cedera olahraga. Dari hasil penelitian tentang cedera olahraga pada atlet softball di kota Cilegon, berdasarkan aspek-aspek yang prosentasenya terbesar seperti sebanyak 25 atlet pernah mengalami cedera, sebanyak 25 atlet mengalami cedera pada bagian tubuh ekstremitas atas, sebanyak 24 atlet mengalami cedera strain, sebanyak 25 atlet mengalami cedera ringan, sebanyak 19 atlet mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor internal violence, sebanyak 24 atlet mengalami cedera pada saat latihan dan sebanyak 20 atlet melakukan penanganan cedera secara non medis. Sedangkan dari hasil penelitian berdasarkan posisi battery (pitcher,
59
catcher), infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan outfiled (right fielder, center fielder, left fielder) terdapat persamaan dan perbedaan yang signifikan. Berikut persamaan prosentase terbesar dari 9 posisi pemain, sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher), 11 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) pernah mengalami cedera. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher), 11 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) mengalami cedera pada bagian tubuh ekstremitas atas. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher), 10 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) mengalami cedera strain. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher), 11 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) mengalami cedera ringan. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher) mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor over-use, sedangkan 10 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 6 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor internal violence. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 2 atlet battery (catcher), 10 atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop) dan 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) mengalami cedera pada saat latihan. Sebanyak 4 atlet battery (pitcher), 1 atlet battery (catcher), 7
atlet infield (1st base, 2nd base, 3rd base, shortstop), 8 atlet outfield (right fielder, center fielder, left fielder) melakukan penanganan cedera secara non medis, sedangkan 1 atlet battery (catcher) melakukan penanganan cedera secara medis. Dari hasil penelitian ini berdasarkan posisi pemain terdapat adanya perbedaan karakteristik yang memungkinkan mempengaruhi aspekaspek yang telah diteliti.
PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian tentang cedera olahraga pada atlet softball kota Cilegon, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Seluruh atlet softball kota Cilegon pernah mengalami cedera olahraga pada saat berolahraga softball sebanyak 25 atlet. 2. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 25 atlet (100%) mengalami cedera pada bagian tubuh ekstremitas atas (bahu, lengan, siku, tangan dan pergelangan tangan, dan jari tangan), sebanyak 14 atlet (56%) mengalami cedera pada bagian tubuh ekstremitas bawah (paha, lutut, betis, dan pergelangan kaki) dan sebanyak 5 atlet (20%) mengalami cedera pada bagian batang tubuh (pinggang). 3. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 24 atlet (96%) mengalami cedera strain, sebanyak 8 atlet (32%) mengalami cedera luka, sebanyak 4 atlet (16%) mengalami cedera articulation injuries dan sebanyak 3 atlet (12%) mengalami cedera sprain. 4. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 25 atlet (100%) mengalami cedera ringan dan sebanyak 12 atlet (48%) mengalami cedera sedang.
60
5. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 19 atlet (76%) mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor internal violence, sebanyak 15 atlet (60%) mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor eksternal violence dan sebanyak 13 atlet (52%) mengalami cedera yang disebabkan oleh faktor over-use. 6. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 24 atlet (96%) mengalami cedera pada saat latihan dan sebanyak 18 atlet (72%) mengalami cedera pada saat bertanding. 7. Atlet softball kota Cilegon sebanyak 20 atlet (80%) melakukan penanganan cedera secara non medis, sebanyak 12 atlet (48%) melakukan penanganan cedera secara sendiri dan sebanyak 3 atlet (12%) melakukan penanganan cedera secara medis.
4.
5.
6.
Saran. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi olahraga softball di kota Cilegon, yaitu: 1. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon untuk memberikan penyuluhan tentang cedera olahraga, khususnya olahraga softball, kepada para atletnya. 2. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon lebih memperluas ilmu tentang cedera olahraga, khususnya olahraga softball. 3. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon untuk meningkatkan mutu kualitas kepelatihannya agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas para atlet yang akan dibinanya,
7.
8.
9.
sehingga atlet dapat melakukan latihan dengan baik. Diharapkan kepada pelatih yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon untuk lebih memperhatikan para atlet pada saat melakukan pemanasan dan pendinginan agar terhindar dari kekakuan otot. Diharapkan kepada pelatih, atlet, dan semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon mengetahui kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya cedera olahraga, khususnya olahraga softball. Diharapkan kepada pelatih, atlet, dan semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon mengetahui penanganan pertama terhadap cedera olahraga baik dalam latihan maupun bertanding. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon untuk memperhatikan sarana dan prasarana saat latihan. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon menyediakan sarana dan prasarana kebugaran untuk atlet agar kondisinya tetap terawasi dengan baik. Diharapkan kepada semua pihak yang ada di kepengurusan olahraga softball di kota Cilegon menyediakan sarana pemulihan cedera olahraga dengan dilengkapi alat-alat pemulihan cedera olahraga.
DAFTAR RUJUKAN Rahardjo, Budi. (1992). Pencegahan Cedera Dan Pertolongan
61
Pertama Pada Kecelakaan. DEPDIKBUD. _____(2006). Petunjuk Permainan Softball. Jakarta: Dinas Olahraga. A. Widya, Djumidar. (2001). Teknik dan Taktik Permainan Softball. Jakarta: FIK UNJ. Wibowo, Hardianto. (1994). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (2002). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Singarimbun, Masri. (1989). Metode Peneltian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES. Poerwardarminta. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Lutan, Rusli. (2000). Filsafat Olahraga. DEPDIKBUD. Gunarsa, Singgih D. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Subroto. (1974). Cedera Olahraga. Dep. Pendidikan dan Kesehatan. Tim Reality. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. http://azzatnazuri.blogspot.com/p/lukapendarahan.html. http://hannythinkabout.blogspot.com/20 10/02/mengenal-cedera-dancara mengatasinya.html. http://pesmanitra.blogspot.com/p/senam -uji-diri.html. http://quebecwind.com/index.php?showt opic=1215. http://www.daviddarling.info/encyclope dia/B/blood_clotting.html.
http://www.drdavisdo.com/kdavis_patie nt_literature.html. http://www.healthline.com/adamimage? contentId=1-000001&id=1096. http://www.kaskus.us/showthread.php?t =946191. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/enc y/imagepages/19577.htm. http://www.sportsinjurybulletin.com/arc hive/softball.php.
62