HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATIONAL CULTURE WITH NURSES’ BEHAVIOR IN IMPLEMENTING PATIENTS’ SAFETY IN INPATIENT ROOM OF HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL, MAKASSAR
1
Lusia Henny Mariati, 2Julianus Ake,2 Burhanuddin Bahar,
¹RS. Universitas Hasanuddin Makassar ² Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK- Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Lusia Henny Mariati Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP: 082194523373 Email:
[email protected]
Abstrak Faktor eksternal merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku dan salah satu faktor eksternal adalah budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya organisasi dan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien serta melihat hubungan antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Unhas. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan analitik korelasi dengan dengan metode cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 58 orang perawat pelaksana yang telah mengikuti pelatihan keselamatan pasien dan bekerja di Rumah Sakit Unhas lebih dari satu tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menggambarkan budaya organisasi yang kuat di rumah sakit unhas dan gambaran perilaku yang baik dalam melaksanakan keselamatan pasien. Hasil uji statistic analisis korelasi lambda menunjukkan adanya hubungan positif bermakna antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Unhas (p=0,018) dengan nilai kekuatan hubungan kedua variabel sedang (r=0,435). Arah hubungan positf dimana semakin baik budaya organisasi maka perilaku perawat semakin baik. Kata Kunci: Budaya organisasi, perilaku perawat, keselamatan pasien
Abstract External factors are dominant factors that influence the behavior and one of external factor is culture. The aim of the research was to find out the relationship between organizational culture and nurses’ behavior in implementing patient safety. The research used a quantitative approach and correlation analysis with crosssectional method. The subjects of the research consisted of 50 nurses who had joined training on patients’ safety in patient safety and worked in Hasanuddin University Hospital for more than one year. Data collected through questionnaires and observation. The results of this research indicate a strong organizational culture and a good behavioral description in implementing patients’ safety. The result of lamda correlation analysis statistic test indicates a significant positive relationship between organizational culture and nurses’ behavior in implementing patients’ safety in inpatient room of Hasanuddin University Hospital (p=0,018) and the strength value of the relationship between the two variables is moderate (r=0,435). The direction of positive relationship is characterized by an indication that the better organizational culture, the better nurses’ behavior. Keywords: organizational culture, nurses’ behavior, patient safety
PENDAHULUAN Dekade terakhir, kepedulian terhadap keselamatan pasien telah menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan. Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan komponen penting dari mutu layanan kesehatan. Upaya berupa strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien ditetapkan oleh Permenkes (2011) melalui enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit meliputi mengidentifikasi pasien dengan tepat, meningkatkan komunikasi efektif, meningkatkan kemanan obat yang perlu diwaspadai, memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, mengurangi risiko pasien jatuh. Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan pasien berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan dan kelainan berisiko untuk terjadinya kesalahan selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus menerapkan keselamatan pasien. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien. Perilaku perawat yang menjaga keselamatan pasien sangat berperan dalam pencegahan, pengendalian dan peningkatan keselamatan pasien (Choo et al, 2010) Perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang bersifat bawaan, yang teridentifikasi berupa tingkat kecerdasan, tingkat emosional dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat adalah lingkungan seperti lingkungan fisik, sosial, budaya. Faktor eksternal ini menjadi faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien akan dipengaruhi oleh kekhasan dari masing-masing rumah sakit dimana perawat bekerja. Hal ini karena karena ada perbedaan visi, misi, tujuan, gaya kepemimpinan, dan budaya organisasinya. Budaya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna pada perilaku anggota di dalam organisasi, karena kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan lepas dari lingkungannya (Robbins, 2011). Menurut Muchlas (1999) dikutip dalam Kio (2011) budaya menunjukkan sejumlah fungsi-fungsi dalam organisasi diantaranya adalah dapat memfasilitasi pembangunan komitmen kepada sesuatu yang lebih besar dari interes pribadi dari masing-masing orang.
Budaya juga dapat membuat dan melayani mekanisme kontrol yang memberikan petunjuk dan pembinaan sikap dan perilaku para karyawan. Pendekatan budaya organisasi digunakan untuk melihat organisasi tersebut pada sumber daya manusia (SDM) karena budaya organisasi dapat meningkatkan komitmen para karyawan sehingga diharapkan apabila komitmen tinggi maka organisasi akan lebih mudah mengendalikan karyawannya, serta memperkuat aturan formal yang telah ada. Apabila seseorang individu/karyawannya dapat memahami sasaran dan kebijaksanaan organisasi, dengan kata lain pengembangan budaya organisasi di rumah sakit diharapkan dapat menimbulkan komitmen karyawan untuk tujuan yang dimaksud. Budaya organisasi terbentuk dari karakteristik individu sebagai objek dan subjek, jika suatu instruksi sukar terlaksana atau program tertentu gagal, yang dijadikan penyebab adalah budaya (Ndraha, 2003). Penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi mempengaruhi bagaimana perawat memahami konteks pekerjaan dan sikap kerja (Mwachofi, Waltson, Stephen, AlOmar, & Badran, 2011). Penelitan yang dilakukan Chiu Chiung-Hsuan, Pan Wei-Han & Jen-Wei Chung (2009) tentang dampak budaya organisasi terhadap management patient safety menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan manajemen patient safety di rumah sakit Taiwan. Penelitian oleh Multyaningsih (2013) tentang faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit angkatan udara (RSAU) dr. Esnawan Antariksa Jakarta diketahui bahwa faktor budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang signifikan mempengaruhi persepsi perawat dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Pengambilan data awal yang diperoleh dari runah sakit Universitas Hasanuddin yang mengindikasikan adanya kasus keselamatan pasien sebagaimana dalam laporan kinerja di RS. Unhas Mei 2013- Maret 2014 menunjukkan bahwa adanya KTD sebanyak 12 kasus, kejadian nyaris cedera (KNC) sebanyak 6 kasus, kejadian tidak cedera (KTC) sebanyak 5 kasus dan kejadian potensial cedera (KPC) sebanyak 2 kasus total 25 kasus yang berhubungan dengan keselamatan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien masih cukup tinggi. Rumah sakit Universitas Hasanuddin merupakan salah satu rumah sakit unggulan di Makassar yang turut berupaya meningkatkan keselamatan pasien dan mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien. Hal ini diwujudkan dalam misi rumah sakit yang menyelenggarakan inovasi pemeliharaan kesehatan yang bertaraf international dan
perbaikan mutu pelayanan berkesinambungan. Manajemen rumah sakit menyadari bahwa organisasi pelayanan kesehatan mempunyai risiko tinggi terhaap terjadinya insiden keselamatan pasien, maka keselamatan pasien menjadi prioritas dalam layanan kesehatan termasuk layanan keperawatan. Upaya yang dilakukan yakni dengan mengaplikasikan keselamatan pasien dan mengantisipasi resiko yang menyebabkan terjadinya insiden keselamatan pasien secara khusus perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien. Perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien perlu dipelajari lebih lanjut dalam hubungannya dengan budaya organisasi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawat tersebut. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengenai “Hubungan Budaya Organisasi dengan Perilaku Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar”. Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar.
METODE Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional Study, dimana variabel dependennya adalah budaya organisasi dan variabel independennya perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien yang dilakukan observasi dan diukur sekaligus dalam waktu yang sama (Notoadmodjo, 2010). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 juni sampai dengan 19 Juli 2014 di ruang rawat inap rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan laporan. Populasi, Sampel Dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruangan rawat inap rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar yang terdiri dari rawat inap VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan III yakni sebanyak 68 orang perawat. Sedangkan sampel yang diambil dan yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden yakni 50 orang, yang berperan sebagai perawat pelaksana dengan lama kerja lebih dari satu tahun. Kriteria
eksklusi yakni perawat yang belum mengikuti pelatihan patient safety. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Teknik pengumpulan data Data primer dari penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung peneliti dengan menggunakan lembar observasi tanpa ada perlakuan terhadap responden dan penyebaran kuesioner. Analisis data Dalam penelitian ini data diolah dengan mengunakan program komputer, adapun uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji
korelasi lambda, dan tingkat
kebermaknaan data yang dipilih adalah p < 0,05.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 orang (86%) dengan status pendidikan terbanyak S1/Ners 34 orang (68%). Rentang umur responden paling banyak antara 23-25 tahun yakni 33 orang (66%). Status kepegawaian paling banyak adalah kontrak yakni sebanyak 48 orang (96%). Sebagian besar responden belum menikah yakni 40 orang (80%). Responden tersebar di lima unit ruang rawat inap yakni perawatan kelas 1 sebanyak 13 orang (26%), perawatan kelas 2&3 19 orang (38%), perawatan VIP 12 orang (24%) dan perawatan VVIP 6 orang (12%). Deskripsi Budaya Organisasi di Ruang Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi di ruang rawat inap RS. Universitas Hasanuddin mempunyai budaya organisasi baik 60%, sedangkan responden yang menunjukkan budaya organisasi kurang baik yakni 40%. Deskripsi Subvariabel Budaya Organisasidi Ruang Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Tabel 2 memberikan informasi bahwa distribusi budaya organisasi pada setiap ruangan berbeda-beda. Jika diurutkan, maka unit perawatan dengan presentasi budaya organisasi baik paling tinggi terdapat di unit VIP yakni 91,7%, disusul unit VVIP 83,3%, kelas 1 sebanyak orang 61,5% dan terakhir kelas 2 dan 3 sebanyak 5 orang 26,3%.
Deskripsi Perilaku Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien yakni sebanyak 27 orang (54%) dan yang berperilaku kurang baik dalam melaksanakan keselamatan pasien 23 orang perawat (46%). Deskripsi Perilaku Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien pada Unit Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Tabel 4 memberikan informasi mengenai perilaku perawat pada masing-masing unit rawat inap dimana diketahui bahwa perawat yang berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien paling tinggi terdapat pada ruang perawatan VIP yakni sebanyak 12 orang (91,7%) dan paling kurang terdapat pada ruangan kelas VVIP (0%) Hubungan Budaya Organisasi dengan Perilaku perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS.Universitas Hasanuddin Tabel 5 menyajikan hubungan antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien, dimana terdapat 22 orang (73,3%) memiliki budaya organisasi baik dan berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien. Nilai uji statistik menunjukkan p value 0,018 (p<0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara
budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam
keselamatan pasien.
Nilai
kekuatan korelasinya (r) didapatkan
melaksanakan sebesar 0,435
mengindikasikan bahwa budaya organisasi memiliki kekuatan hubungan yang sedang terhadap perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien. Oleh karena nilai kekuatan korelasi positif maka kekuatan hubungannya positif, dimana jika budaya organisasi semakin baik maka perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien juga semakin baik. Hubungan antara karakteristik tingkat pendidikan dengan perilaku perawat. Hasil penelitian juga menginformasikan bahwa perawat yang berpendidikan profesional dan berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien sebanyak 19 orang (55,9%). Sedangkan perawat yang berpendidikan vocasional yang memiliki berperilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien memiliki jumlah yang sama dengan perawat vocasional yang berilaku kurang baik yakni sebanyak 8 orang (50%). Uji statistis lamda menunjukkan bahwa p value
sebesar 1,00 (p>0,05) dengan demikian
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan
perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dan hubungan kekuatan yang lemah antara kedua variabel.
PEMBAHASAN Budaya organisasi terbentuk dari karakteristik individu sebagai objek dan subjek, jika suatu instruksi sukar terlaksana atau program tertentu gagal, yang dijadikan penyebab adalah budaya (Ndraha, 2003). Budaya organisasi yang kuat memberikan pemahaman yang jelas kepada karyawan tentang cara menyelesaikan urusan dalam organisasinya dan memberikan stabilitas pada organisasi (Robbins, 2011). Nilai-nilai budaya yang dianut perawat tersebut diadaptasi dari nilai-nilai menurut Potter dan Perry (2005) dimana terdapat tujuh nilai esensial yang meliputi nilai altruisme, persamaan, estetika, kebebasan, harga diri manusia, keadilan dan kebenaran. Ciri-ciri budaya organisasi yang kuat adalah mempunyai kebersamaan, komitmen, loyalitas, adanya pedoman bertingkah laku dan dilaksanakan oleh anggota organisasi adanya penghargaan, adanya ritual dan memiliki jaringan kultural (Luthan, dikutip dalam Tika 2010). Budaya Organisasi yang kuat mendorong partisipasi dan keterlibatan perawat untuk ikut membuat keputusan yang mempengaruhi kinerja organisasi secara positif (Swansburg, 2000). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh di RS. Universitas Hasanuddin mengenai gambaran budaya organisasi yang baik yang ditunjukkan oleh perawat. Meskipun diantaranya masih menunjukkan budaya organisasi yang kurang baik (40%). Cooke & Laferty (1989) dalam Marquis & Huston (2012) dan Kreitner & Kinicki (2001) dalam Wibowo (2013) menjelaskan mengenai tipe budaya organisasi salah satunya adalah budaya positif. Budaya baik mencerminkan tipe budaya yang positif
yang
merupakan budaya konstruktif yang mendorong semua anggota berinteraksi dengan yang lain dan melakukan pendekatan tugas dengan cara proaktif yang akan membantu mereka memenuhi kebutuhan kepuasan mereka. Budaya konstruktif dilandaskan pada pencapaian, pengaktualisasian diri, penguatan humanisme, dan norma keanggotaan. Budaya organisasi yang baik terjadi karena adanya dukungan manajemen rumah sakit yang mendorong perawat untuk berinovasi dalam mengupdate hal-hal baru berkaitan dengan pelayanan keperawatan. System pengarahan dari pimpinan kepada bawahan yang terjalin dengan baik dan terbuka. Adanya nilai integritas yang tinggi dari masing-masing perawat dalam melaksanakan pelayanan yang turut berpedoman pada nilai-nilai dasar
budaya rumah sakit. Budaya organisasi yang baik tidak lepas dari nilai-nilai yang di anut oleh perawat itu sendiri seperti nilai altruistik, keadilan, kebenaran, nilai menghargai martabat manusia, nilai persamaan, yang menunjang perawat sehingga terbentuk budaya organisasi yang baik. Budaya organisasi yang kurang juga masih cukup banyak hal ini disebabkan karena masih kurangnya nilai-nilai organisasi yang diyakini perawat. Perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien mengacu pada sasaran keselamatan pasien Join Commission International (JCI) tahun 2010 dan berdasarkan permenkes no 1691/Menkes/Per/VIII/2011 yakni meliputi enam sasaran keselamatan antara lain: identifikasi pasien, peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat, pengurangan risiko infeksi, tepat lokasi,, tepat prosedur, tepat pasien operasi, penguruangan risiko infeksi dan pengurangan risiko pasien jatuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran perilaku baik dalam melaksanakan keselamatan pasien di ruang rawat inap paling tinggi terjadi pada ruang rawat inap perawatan VIP (91,7%) dan paling rendah perilaku keselamatan pasiennya terjadi di ruang perawatan VVIP. Fenoma ini sangat bertentangan dengan hasil yang diharapkan. Hasil analisis menunjukkan rendahnya perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien terjadi pada kegiatan mengidentifikasi pasien seperti menyebutkan kembali nama pasien setiap akan melakukan prosedur keperawatan dan tidak menanyakan kepada keluarga jika pasien tidak dapat menyebutkan nama. Perilaku kurang teridentifikasi pada kegiatan peningkatan keamanan obat. Hal ini menunjukkan bahwa mulai menurunnya kesadaran perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di RS. Universitas Hasanuddin Makassar. Budaya organisasi menunjukkan persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi (Robbins,2011). Budaya organisasi terbentuk dari karakteristik individu sebagai objek dan subjek, jika suatu instruksi sukar terlaksana atau program tertentu gagal, yang dijadikan penyebab adalah budaya (Ndraha, 2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa jika keselamatan pasien sulit dilaksanakan dan banyak terjadi insiden keselamatan pasien maka penyebabnya adalah budaya. Sleutel dalam Marquis & Huston (2010) menjelaskan bahwa budaya organisasi berhubungan dengan perilaku manusia dalam organisasi dan bagaimana organisasi mempengaruhi anggota kelompok. Budaya membentuk persepsi, sikap, dan keyakinan serta mempengaruhi bagaimana anggota organisasi melakukan pendekatan dan melaksanakan peran serta tanggung
jawabnya. Budaya organisasi yang efektif perlu diciptakan karena sangat penting dalam organisasi untuk menghadapi masalah keselamatan pasien. Faktor budaya organisasi di rumah sakit Universitass Hasanuddin yang mempengaruhi perilaku perawat yang menjalankan pelayanan secara langsung kepada pasien berhubungan erat dengan dalam visi misi rumah sakit dan nilai-nilai dasar dan budaya kerja yang sudah ditanamkan dalam rumah sakit sebagai dasar bagi perawat dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan budaya yang telah ada membuktikan bahwa budaya tersebut mampu mempengaruhi perawat dalam berperilaku dalam melaksanakan keselamatan pasien. Hasil penelitian meunjukkan bahwa perawat dengan status pendidikan S1 Ners/Profesional berperilaku baik sebanyak 55,9 % dan perawat dengan status pendidikan D III keperawatan/Vocasional yakni sebanyak 50%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien. Variabel tingkat pendidikan merupakan variavel confounding yang dapat mempengaruhi perilaku perawat dan budaya organisasi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis peneltian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu budaya organisasi yang tersipta di rumah sakit Universitas Hasanuddin merupakan budaya organisasi yang kuat dan perilaku perawat umumnya baik dalam melakukan keselamatan pasien. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat disampaikan kepada pihak bidang keperawat dan manajemen rumah sakit dapat menggunakan hasil penelitian sebagai tolak ukur untuk meningkatkan sasaran pencapaian
keselamatan pasien. Upaya peningkatan perilaku keselamatan pasien
akan lebih optimal dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki perawat yakni nilai-nilai budaya organisasi seperti inovatif, perhatian pada hal-hal rinci, orientasi terhadap hasil memiliki nilai altruistik, estetika, dan nilai keadilan dan kebenaran yang tinggi untuk mematuhi kebijakan keselamatan pasien. Selain itu, perlu adanya penyegaran
kembali
mengenai
keselamatan
profesionalisme yang masih kurang pada perawat.
pasien
guna
meningkatakan
DAFTAR PUSTAKA Chiu, C.-S., Pan, W.-H., & Jen-Wei, C. (2009). Does organizational culture impact patient safety management? Asian Journal of Health and Information Sciences , 3, 88-100. Choo, J., Hutchinson, A., & Buknall, T. (2010). Nurse's role in medication safety. Journal of Nursing Management , 18 (5). Kio, A. L. (2011). Tipe budaya organisasi di rumah sakit Bhayangkara Kupang. Tesis , 23. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan & Aplikasi (4 ed.). (E. K. Yudha, A. O. Tampubolon, Penyunt., Widyawati, W. E. Handayani, & F. Ariani, Penerj.) Jakarta: EGC. Mwachofi, A., Waltson, Stephen, L., Al-Omar, & Badran, A. (2011). Factors affecting nurse's perception of patient safety. International Journal of Health Care Quality Assurance , 24 (4). Ndraha, T. (2003). Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoadmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dann Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Robbins, S. P. (2011). Perilaku Organisasi (12 ed.). Jakarta: Salemba empat. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Wibowo. (2013). Budaya Organisasi: Sebuah kebutuhan untuk meningkatkan kinerja jangka panjang. Jakarta: Rajawali Pers.
LAMPIRAN
Tabel 1 : Karakteristik Perawat di Ruang Di Ruang Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Makassar 2014 No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik responden Jenis Kelamin a. Laki-Laki b. Perempuan Pendidikan Terakhir a. Profesional b. Vocasional Umur a. 23-25 b. 26-29 Status kepegawaian a. Kontrak b. PNS Status Pernikahan a. Menikah b. Belum menikah Unit kerja a. Kelas 1 b. Kelas 2&3 c. VIP d. VVIP
n
%
43 7
86 14
34 16
68 32
33 17
66 34
48 2
96 4
10 40
20 80
13 19 12 6
26 38 24 12
Sumber : Data primer ,2014
Tabel 2: Distribusi Subvariabel Budaya Organisasi di Ruang Rawat Inap RS.Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2014 No.
Subvariabel
Baik
1.
Kekuatan budaya organisasi
n 31
2.
Nilai-nilai perawat
39
% 62
Kurang Baik n % 19 38
Total n % 50 100
78
11
50
22
100
Sumber : Data primer, 2014
Tabel 3: Distribusi Budaya Organisasi pada Setiap Unit Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2014
Budaya Baik Organisasi Kurang baik
Kelas 1 n % 8 61,5 5
Sumber : Data Primer, 2014
Unit Perawatan Kelas 2&3 VIP n % N % 5 26,3 11 91,7
38,5 14
73,7
8,3
12
Total
VVIP n % 5 83,3
n 29
% 58
1
21
42
16,7
Tabel 4: Distribusi Perilaku Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien pada Unit Rawat Inap RS. Universitas Hasanuddin Makassar 2014
Perilaku Perawat
Baik Kurang baik
Kelas 1 N % 11 84,6 2
Unit Perawatan Kelas 2&3 VIP n % n % 4 21,1 12 100
15,4 15
78,9
0
0
Total
VVIP n % 0 0
n 27
% 54
6
23
44
100
Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 5: Hubungan Budaya Organisasi dengan Perilaku perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap RS.Universitas Hasanuddin Makassar 2014
Budaya Organisasi
Kurang Baik
Perilaku Kurang Baik Baik n % n % 15 75 5 25
n 20
% 100
Baik
8
26,7
22
73,3
30
100
23
46
27
54
50
100
Total Analisis statistic lamda (α=0,05)
Total
r
p
0,435
0,018