HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KLIEN DIABETESB MELITUS UNTUK MELAKUKAN LATIHAN FISIK DI DINAS KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN KLATEN Romadhani Tri Purnomo,Supardi Abstrak:Dengan 8,4 juta jiwa penderita diabetes melitus pada tahun 2000,menjadikan Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara berpenduduk diabetes terbanyak di dunia.Tindakan pencegahan komplikasi diantarana adalah latihan fisik untuk mengontrol kadar glukosa darah.Diabetes merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup,maka penderita diabetes sering mengalami depresi dan kecemasan akibat perubahan pola hidup yang drastis unyuk mengelola penyakitnya,sehingga diperlikan dukungan keluarga.Diwilayah kerja DKKS Klaten ada penderita diabetes sudah mengalami komplikasi akibat kurangnya tindakan pencegahan terutama latihan fisik,padahal mereka masih bersama dengan keluarganya. Penelitian
ini
merupakan
Crossectional.Jumlah
sampel
penelitian sebanyak
diskriptif 53
korelatif
responden
dengan
rancangan
.Pengumpulandata
dengan
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahw aterdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latihan fisik dengan perhitunagn uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,6000 dan p value = 0,000. Hasil penelitian menggambarkan bahwa 56,6 % responden memiliki motivasi kuat untuk untuk melakukan latiha fisik.Faktor yang dapat meningkatkan motivasi diantaranya adalah dukungan keluarga.Penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi klien diabetes untuk melakukan latihan fisik. LATAR BELAKANG Sampai saat ini penyakit diabetes mellitus masih dianggap sebagai masalah kesehatan paling menentang bagi para ahli kesehatan dunia.Jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes makin hari makin bertambah, dan daerah penyeberannya pun semakin luas.Laporan WHO menyebutkan bahwa prevalensi diabetes di seluruh dunia yang mencapai sekitar 2,8 % pada tahun 2000, diperkirakan meningkat menjadi 4,4 % pada tahun 2030.Total penderita diabetes meningkat dari 171 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 366 juta jiwa pada tahun
2030.Jumlah wanitayang menderita diabetes lebih banyak ketimbang pria.Jmlah kasus diabetes di seluruh dunia pada tahun 2000 di antara ornag dewasa berusia 20 tahun lebih tinggi 11% dari perkiraan sebelumnya yang hanya menyebut 154 juta.WHO juga mengungajapkan bahwa pada tahun 2004,penduduk dunia menderita diabets sudah mencapai 200 juta jiwa.Secara berurutan India ( dengan penderita diabetes sudah mencapai 31,6 juta orang,Cina (20,7 juta orang),dan Amerika Serikat (17,7 juta orang ) adalah tiga negara dengan penderita diabetes terbesar.Indonesia dengan penderita diabetes sebanyak 8,4 juta orang menempatiurutan keempat sebagai negara berpenduduk diabetes terbanyak baik pada tahun 2000 maupun 2030(1).Di Idonesia juga ,DM tercantum urutan no 4 dari prioritas penelitian nasioanal untuk penyakit degeneratif ( priorits pertama adalah penyakit kardiovaskuler,kemudian disusul oleh penyakit cerebrovaskuler,geriatri,DM,Rematik dan Katarak) (2). Menurut survei 1993 , prevalensi penyakit DM di kota-kota besar : 6-20 th 0,26 % , usia diatas 20 th : 1,43 % dan usia diatas 40 th : 4,16 % , sedangkan di pedesaan , usia diatas 20 th : 1,47 % , perkiraan jumlah seluruh penderita DM di Indonesia sekitar 2,5 juta orang (1).Data dari Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten dalam 9 bulan terakhir menunjukkan rata-rata pasien DM yang kontrol rutin untuk memeriksakan kadar gula dalam darahdalam satu bulan adalah 457 orang,di luar yang kontrol di Rumah Sakit atau puskesmas di kabupaten tersebut.Hal ini menunjukkan tingginya prevelensi DM yang mengunjungi laboratorium tersebut dibanding dengan penyakit yang lain seperti asam urat atau ginjal (3). Sedangka data dari PPKKS Kalikotes dalam satu tahun terakhir bahwa pasien DM tyang berkinjung ke puskesmas tersebut rata-rata 12 orang dalam satu bulan,di luar dari puskesmas pembantu yang ada diwolayah tersebut dan diperkirakn masih banyak yang tidak terdeteksi karena ada yang berobat ke pelayanan kesehatan swasta yang lain , seperti dokter praktik atau mantri praktek dan balai pengobatan yang ad adiwilayah tersebut.Sedangkan untuk penderita DM yang telah mengalami komplikasi biasanya puskesmas akan merujuk ke rumah sakit (4). Diabetes Mellitus mengakibatkan komplikasi metabolisme akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik )NHNK).Selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata).DM
juga dapat disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard,stroke dan penyakit vaskuler perifer (5). Untuk mencegah komplikasi yang sering dilakukan adalah dengan melakukan diet,obat penurunan kadar gula dan latihan fisik untun mengontrol kenormalan kadar gula dalam darahnya.Namun demekian ,karen apenyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup , maka banyak pendrita diabetes yang mengalami depresi dan kecemasan denga gejala perubahan pola hidup yang drstis untuk mengelola penyakitnya, sehinggan di perlukan dukungan moral baik dari profesioanal ,keluarga dan sahabat (6). Dari observasi dan pengamatan di lokasi penelitian di wilayah kerja DKKS Klaten yaitu Pusat Pelayanan Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial Kaliotes di dapatkan ada 4
penderita
mengalami
DM
yang
sudah
komplikasi
diakibatkan
kurangnaya
tindakanpencegahan terutama adlah latihan fisik,komplikasi itu misalnya neuropati,gangren maupun stroke,padahal mereka masih bersama dengan keluarga nya.Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk meneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi klien DM melakukan latihan fisik. METODE PENELITIAAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif.Penelitian inimerupakan penelitian yang menggambarkan tentang hubungan antara dua variabel yaitu variabel dukungan keluarga dan variabel motivasi klien Diabetes Mellitus melakukan latihan fisik , pada suatu situasi atau sekelompok subjek (7).Sedangkan yang digunakan adalah dengan metode Crossectional,dimana penelitian melakukan pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (29).Penelitian dilakukan sewaktu klien sebelum atau sesudah melakukan kontrol kadar gula darah di laboratorium Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kltaen dimana responden deberikan kuesioner untuk diisi ditempat. Populasi dlam penelitian ini adlah seluruh pasien yang melakukan kontrol kadar gula darah di Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten pada suatu waktu.Jumlah populasi sebanyak 457 oarang setelah dilakukan prhitunagn besar sampel dengan menggunakan rumus diperoleh smapel sebesar 82 orang,dengan tarfaf kepercayaan 90%. Sampel diambil dari seluruh pasien yang melakukan kontrol kadar gula darah di Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten pada suatu waktu tertentu.
Teknik pengambilan smpel dengan teknik purposive sampling,dimana peneliti mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan kriteria inklusi (30).Pada penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah sebagai berikut : a. klien DM yang akan atau selesai melakukan cek kadar gula darah di Laboratorium Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Klaten pada suatu waktu tertentu. b. Klien DM yang mengisisurat kesediaan menjadi responden c. Klien DM dengan kadar gula darah kurang dari 250mg/dl (14 mmol/L) dengan melihat hasil kadar gula darah di Laboratorium d. Klien DM yang dapat menulis/membaca e. Klien DM yang masih memiliki keluarga Hasil Instrumen Penelitian Yang Digunakan Kuesioner untuk menggali dukungan keluarga terdiri dari 14 bitir atau item pernyataan jawaban favourable ataiu mendukung terdapat pada item1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dan 14.Bila jawaban pada sering diberi skor 3,jarang diberiakn skor 2 dan tidak pernah diberikan skor 1,sedangkan jawaban unfavourable terdapat pada item 9 saja , bila jawaban pada sering diberikan skor 1,jarang diberikan skor 2 dan tifdak prnah diberika skor 3.Dukungan keluarga dikategorikan dalam 3 tingkat yaitu : Dukungan keluarga kurang : skor 14-23 Dukungan keluarga sedang : skor 24-33 Dukungan keluarga kuat
: skor 34-42
Kuesioner untuk menggali motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latiahn fisik terdiri dari 11 butir atau item pernyataan.Jawaban favourable terdapat pada item 1,5,6,7,8,9, dan 11.Bila jawaban pada ya diberiaka skor 2 dan tidak diberikan skor 1,sedangkan unfavourable terdapat pada item 2,3,4 dan 10.Bila jawaban ya diberiaka skor 1 dan tidak diberiak skor 2.Motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latihan fisik dibagi dlam 3 tingkat yaitu : Motivasi klien kurang : skor 11-14 Motivasi klien sedang : skoer 15-18 Motivasi klien kuat
: skor 19-22
Metode Pengumpulan Data Data akan dikumpulakan dari responden sebelum atau sesudah responden melakukian cek kadar gula darah di laboratorium Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten.Data yang dilumpulakan melalui kuesioner yaitu meliputi dukungan keluarga dan motivasi klien Diabetes mellitus
untuk melakuakan latiaha fisik .Dta yang telah
dikumpulakjan kemudian disortir. Data dianggap memenuhi syarat lengkap dan jelas bilamana: 1. Seluruh data terisi lengkap dan jelas 2. Responden pengisi data terkontrol dan tidak dipengengaruhi orang lain 3. Tidak terdapat faktor perancu data : tambahan informasi dari orang lain Data yang dianggap memenuhi syarat untuk selanjutnya diberi tanda khusus (coding) untuk menghindari pencatuman identitas atau menghindari adanya kesalahan da duplikasi entri data.Kemudian diberiakan skor tiap itemnya dan di aktegorikan.
Tehnik Pengolahan Dan Analisa Data Data disajikan dalam bentuk deskriptif dalam sistematika : Gmabaran responden berdasarkan kelompok umur,pendidikan dan pekerjaan dalam bentuk tabel.Gmbaran dukungan keluarga dan motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latihan fisik yang disajikan juga dalam bentuk tabel.Dta yang terkumpul selanjutnya diolah dengan mnenggunakan uji statistik untuk penilaian hubungan dukungan keluarga dan motivasi klien Diabetes Mellitus
untuk melakukan latiahan latiahan fisik .Uji yang digunakan adalah
spearman-Rank komputerisasi dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) of windows 10.0
HASIL PENELITIAN Analisa Deskriptif 1. Karakteristik responden berdasarkan umur responden Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur responden
No
Umur
Jumlah
Prosentase
1
Kurang adari 20 tahun
0
0%
2
20 – 60 tahun
29
54,7%
3
Lebih dari 60 tahun
24
45,3%
Total
53
100,0 %
Tabel 1. menunjukkan bahwa responden yang kurang dari 20 tahun tidak ditemukan (0%),sedangkan responden yang berumur 20 tahun sampai 60 tahun ada 29 (54,7 %) hal ini lebuh banyak dibandingakan responden yang berumur lebih dari 60 tahun sebanyak 24 (45,3%). 2.
Krakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan janis kelamin responden No
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
1
Laki-laki
22
41,2%
2
Perempuan
31
58,5%
Total
53
100,0%
Tabel 2. Menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah dari jenis kelamin perempuan sebanyak 31 (58,5%),sedangkan laki-laki sebanyak 22 (41,2%).
3. Karakteristik responden berdasarakan pendidikan terakhir responden Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir resonden No
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Prosentase
Tidak lulus
6
11,3%
2
Lulus SD
11
20,8%
3
Lulus SMP
9
17,0%
4
Lulus SMA
21
39,6%
5
Lulus DIII atau PT
6
11,3%
Total
53
100,0%
Tabel 3. Menunjukan bahwa rata-rata responden berpendidikan terakhir SMA sebanyak 21 (39,6%),kemudian lulus SD sebanayak 11 (20,8%),kemudian lulus SMP
9 (17,0%) dan lulus D III atau perguruan tinggi serta tidak lulus SD masing – masing 6 (11,3%).
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan responden No
Pekerjaan
Jumlah
Prosentase
1
PNS
22
41,5%
2
Wiraswasta
14
26,4%
3
Buruh/petani
14
26,4%
4
Lain-lain
3
5,7%
Total
53
100,0%
Tabel 4. Menunjukkan bahwa pekerjaan responden rata-rata yang terbanyak adalah PNS 22(41,5%),kemudian wiraswasta dan buruh/petani masing –masing sebanayak 14(26,4%) da lain-lain sebanyak 3 (5,7%).
5. Karakteristi responden berdaasrkan penghasilan perbulan respoden Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengahasilan perbulan responden No
Penghasilan per bualn
Jumlah
Prosentase
1
Kurang dari Rp. 1.000.000
26
49,1%
2
Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000
27
50,9%
3
Lebih dari Rp. 3.000.000
0
0%
Total
53
100,0%
Tabel 5. Menunjukkan bahwa penghasilan per bulan responden antara kuarang dari Rp. 1.000.000 sampai Rp. 3.000.000 yaitu 26 (49,1%) dan 27 (50,9%).
6. Dukungan Keluarga Dukunagan keluarga responden dibedakan menjadi dukungan keluarga kuat,sedang dan kurang.Gambaran persebran responden berdasarkan dukunagan keluarga disajikan pada tabel 8. Tabel8. Distribusi frekuensi responden menurut tingkat
dukungan keluarga responden No
Dukungan keluarga
Jumlah
Prosentase
1
Kurang
4
7,5%
2
Sedang
4
7,5%
3
Kuat
45
85%
Total
53
100,0%
Tabel 6. Menunjukkan bahwa rata-rata responden mendapatkan dukungan yang kuat dan keluarga yaitu sebnayak 45(85%),sedangkan sisanya sedang dan kurang masingmasing 4 (7,5%)
7. Motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latihan fisik Motivasi responden dibedakan menjadi motivasi kuat,sednag dan kurang.Gambaran persebaran responden berdasarkan motivasi disajikan berikut ini : Tabel 7. Distribusi frekuensi responden menurut tingkat motivasi responden No
Motivasi
Jumlah
Prosentase
1
Kurang
4
7,5%
2
Sedang
19
35,9%
3
Kuat
30
56,6%
Total
53
100,0%
Tabel 7. Meneunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki motivasi kuat untuk melakukan latihan fisik yaitu sebnayak 30 (56,6%),sedangkan responden yang memeiliki motivasi yang sedang untuk melakukan latihan fisik sebnayak 19(35,9%) dan yang memiliki motivasi kurang sebnayak 4 (7,5%)
Analisa Bivariat Hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus melakukan latihan fisik Tabel 8. Hubunagn antara dukungan keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus melakukan latihan fisik
Motivasi klien DM untuk melakukan latihan fisik No
Dukungan
Kurang
Sedang
Kuat
Jumlah
keluarga
jumlah
Jumlah
Jumlah
1
Kurang
4(7,5%)
0(0%)
0(0%)
4(7,5%)
2
Sedang
0(0%)
4(7,5%)
0(0%)
4(7,5%)
3
Kuat
0(0%)
15(28,4%)
30(56,6%)
45 (85%)
Jumlah
4(7,5%)
19(35,9%)
30(56,6%)
53(100%)
R = 0,600
P = 0,000
Tabel 8. Menunjukkan bahwa responden yang mempunyai dukunagan keluarga yang kurang,juga mempunyai motivasi yang kutrang untuk melakukan latihan fisik,sementra itu responden yang mempunyai dukungan kelurga yang sedang,juga mempunyai motiyvasi yang sednag untuk melakukan latihan fisik ,sednagkan responden yang mempunyai dukunagn keluarga yang kuat latihan fisik,meskipun sebagian lagi memiliki motivasi yang sednag untuk elakukan latihan fisik. berdasarkan perhitunagn uji korelasi rank spearman diperoleh nilai r = 0,600 dan p value = 0,000.Nilai korelasinya = 0,600,artinya asosiasiantara dukunagn keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus melakukan latihan fisik searah (bila dukungan keluarga kuat maka motivasi klien diabetes mellitus melakukan latihan fisik juga kuat dan bisa sebaliknya).Hasil dari output pada sig.(2-tailed) = 0,000 (nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansi).Hasil tersebut signifikansi 5 % bahkan pada taraf signifikansi 1%.Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima .Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunagn yang signifikan antara dukunagn keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus untuk melakukan latiah fisik olah raga.
A. Karakteristik Responden Rata-rata umur responden tidak ada yang 20 tahun ke bawah dan didomonasi umur 20-6- tahun sebanyak 29 (54,7%) dan selebuhnya adalah lebih dari 60 tahun yaitu sebnayak 24 (45,3%).Hal ini sesuai dengan pernyataan dari sejumlah farmasi dan kedokteraan yang menyataknan jumlah kasus diabetes di seluruh dunia pada tahun 2000 diantaraorang dewasa berusia 20 tahun atau lebih menjadi lebih tinggi 11% dari pada perkiraan sebelumya yang hanya menyebutkan 154 juta.(1) Hal ini
diakibatkan juga karena faktor usia yang semakin bertambah yang menyebabkan resisten insulin cenderung meningkatkan terutama usia atas 65 tahun.(5) Jika dilihat jenis kelamin responden ,jumlah perempuan lebih banyak yaitu 31 (58,5%),sedangkan jumlah laki-laki yaitu 22(41,5%).Hal ini sesuai dengan pernyataan sejumlah farmasi dan kedokteran yang menyatakan bahwa jumlah wanita yang menderita diabetes lebig banyak ketimbang pria.(1) Rata-rata responden berpendidikan lulus SMA yaitu sebanyak 21(39,6%),lulus SD 11(20,8%),lulus SMP 9(17%) sedangkan yang lulus DIII atau perguruan tinggi 6(11,7%) dan tidak lulus SD 6 )(11,7%). Rata-rata pekerjaan responden yang terbanyak adalah PNS sebanyak 22(41,5%).Rata-rata PNS merupakan pekerjaan yang relative tidak membutuhkan aktyivitas fisik yang berlebihan sehingga hal inilah yang meningkatkan jumlah penderita diabetes mellitus.(1) Penghasilan respoonden per bulan rata-rata Rp. 1000.000-Rp. 3.000.000 yaitu sebanyak 27(50,9%) medskipum ada juga responden yang memiliki penghasilan prbulan kurang dari Rp. 1.000.000 yaitu sebanyak 26(49,1%).Hali ini senada denagn sejumlah farmasi dan kedokteran yang menyatakan bahwa jumlah diabetes terjadi akibat
pertuumbuhan
populasi,penuaan,urbanisasi,peningkatan
prevalensi
obesitas,berkurangnya aktivitas fisik dan perubahan gaya hidup akibat perbaikan kemakmuran.(1)
B. Gambaran Motivasi Klien DM Untuk Melakukan Latihan Fisik Berddasarkan hasil penelitiaan dapat diketahui bahwa yang memiliki motivasi untuk melakukan latihan fisik sebnayak 30 responden (56,6%),bila dilihat dari karakteristik respondennya ,maka 16(66,7%) responden berusia lebih dari 60 tahun,dimana di usia tersebut dimungkinkanorang sudah pensiun sehingga memiliki waktu sengggang untuk melakukan latihan fisik.Bila dilihat dari penghasilannya Rp. 1000.000 sampai dengan Rp. 3.000.000, sehingga mereka lebih mudah memiliki fasilitas yang menunjang latihan fisik sebagaimana pendapat Karyoso yang menyatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga yang relatif mencukupiakan mampu menyediakan fasilitas dan kebutuhan untuk keluarganya sehingga pasien yang mempunyai tingkat sosial tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda denagn pasien yang tingkat sossial rendah(22).Bila dilihat dari pendidikannya ,maka 17(63,6%) responden memiliki pendidikan di atas SMA atau sederajat sehingga sesui denagn pendapat
Karyoso bahwa inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar.Hasil dari proses belajar
mengajar
adalah
terbentuknya
seperangkat
tingkah
laku
kegiatan
atau
aktivitas.Denagn belajar baik secara formal atau informl manusia akan mempunyai pengetahuan,dengan pengetahuan yang diperoleh pasien akan mengetahui manfaat dan saran atau nasehat perawat sehingga akan Termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatannya (22). Dari 30 responden bermotivasi kuat 93 % menyatakan bahwa mereka perlu melakukanlatihan fisik untuk mengontrol kadar gula dalam darahnya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Diana Tri Lestari dan Puji
Indriyanti bahwa
motivasi terkuat yang mendasasri diabetesi melakukan olahraga adalah harpan untuk menormalkan gula darah yang didapat dari informasi. Selain itu dengan olahraga atau latihan fisik kadar gula dalam darah dapat terkontrol meskipun tanpa obat penurun gula darah (7,8). Sedangkan yang memiliki motivasi sedang sebanyak 19 responden (35,9 %). Dimana 12 (41,4 %) responden berusia 20-60 tahun, sehingga dimungkinkan responden masih diusia produktif. Dengan demikian meskupun memiliki motivasi untuk melakukan latihan fisik namun karena faktor kesibukan bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan latihan fisik. Dari 53 responden terdapat 10 responden yang menyatakan bahwa mereka tidak dapat menyempatkan waktunya untuk melakukan latihan fisik disela-sela kesibukannya. Hal ini dipengaruhi oleh sikap individu terhadap aktivitas tertentu. Sikap merupakan penilaian terhadap stimulus atau objek, sehingga seseorang tersebut akan menilai atau bersikap enggan dengan stimulus tersebut. Sikap seseorang diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain (23). Orang yang memiliki suikap mementingkan pekerjaan disuatu pihak maka latihan fisik sebagai pihak yang lain akan diabaikan sehingga motivasi melakukan latihan fisik akan menurun. Padahal sebenarnya ada juga altiha fisik yang tidak membutuhkan waktu yang banyak sebagaimana senam khusus diabetes yang dpat dilakukan sambil duduk atau berdiri (12). Namun karena diduga faktor kurangnya informasi sehingga responden tidak mengetahuinya. Sementara itu terdapat 4 responden (7,5 %) yang memiliki motivasi yang kurang, padahal latihan fisik sangat bermanfaat untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Diabetes akan terawat apabila ada keseimbangan yang baik antara latihan fisik dan diet yang teratur. Latihan ringan setiap hari akan memperbaiki metabolisme glukosa, asam lemak dan keton bodies dan merangsang sintesis glikogen. Latihan fisik juga dapat membuang kelebihan kalori, sehingga mencegah kegemukan, juga bermanfaat mengatasi adanya insulin resisten pada obesitas. Latihan juga dapat meningkatkan kadar kolestrol-HDL (normal sekitar 45-65
%) dan meningkatkan aliran darah ke otot dengan demikian penyediaan oksigen dalam jaringan semakin banyak (2). Bila dilihat dari tingkat pendidikannya, 75 % responden yang memiliki motivasi kurang, berpendidikan lulus SMP keatas. Hal ini berarti responden memiliki pendidikan yang cukup tinggi memungkinkan masih muda untuk menerima informasi tentang manfaat latihan fisik, sebagaimana 100 % responden yang bermotivasi kurang menyatakan bahwa mereka masih menganggap perlu untuk melakukan latihan fisik secara teratur untuk mengontrol kadar gula dalam darahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karyoso bahwa pendidikan dapat mempengaruhi motivasi. Inti pendidikan adalah proses belajar mengajar dan hasil proses tersebut adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku kegiatan atau aktivitas. Tanpa belajar baik secara normal maupun informal maka tidak akan mempunyai pengetahuan, dan klien DM tidak akan mengetahui manfaat dari latihan fisik tersebut, sehingga klien diabetes tidak akan termotivasi (22). Dengan demikian responden sebenarnya telah mengetahui tentang manfaat latihan fisik. Kemungkinan ada faktor-faktor yang lain lebih mempengaruhi motivasi, misalnya adalah faktor pekerjaan. Dari 50 % responden yang memiliki motivasi kurang terdapat responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS, sehingga responden kurang memiliki waktu untuk melakukan latihan fisik. Sebagaimana 75% responden yang bermotivasi kurang menyatakan bahwa mereka hanya akan melakukan latihan fisik jika tidak ada kesibukan. Hal ini dipengaruhi oleh sikap individu terhadap aktivitas tertentu. Sikap seseorang diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain (23). Orang yang memiliki sikap mementingkan pekerjaan disatu pihak, motivasi melakukan latihan fisik akan menurun padahal sebenarnya ada juga latihan fisik yang tidak membutuhkan waktu yang banyak sebagaimana senam khusus yang dapat dilakukan sambil duduk atau berdiri (12). Bila dilihat dari penghasilan responden yang bermotivasi kurang, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antar responden yang berpenghasilan lebih dari Rp 1.000.000, dan yang kurang dari Rp 1.000.000. Padahal menurut Karyoso bahwa sosial ekonomi yang tinggi akan memungkinkan memiliki fasilitas yang cukup untuk melakukan latihan fisik (22). Hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena banyak faktor yang mempengaruhi motivasi responden. Namun demikian ada juga faktor kebosanan yang mempengaruhi motivasi responden, sebgaimana pernyataan responden yang bermotivasi kurang, 100 % responden menyatakan
bahwa latihan fisik merupakan kegiatan yang membosankan karena sudah terlalu sering dilakukan. Hal ini dimungkinkan ada klien telah menderita DM dalam kurun waktu yang lama sekali sehingga mempengaruhi kepribadian mereka. Bosan merupakan salah satu sifat pada diri manusia. Kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk berinteraksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsang dari diri maupun lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia (22). Orang yang memiliki sifat kepribadian bosan akan cenderung tidak dapat melakukan kegiatan tertentu secara terus menerus, berarti orang tersebut akan memiliki motivasi yang kurang terhadap kegiatan tersebut. Hal ini bisa diakibatkan karena penyakit diabetes merupakan penyakit seumur hidup sehinga klien DM sering merasa depresi akibat perubahan pola hidupnya yang drastis untuk mengelola penyakitnya (6). Dengan berkurangnya motivasi untuk melakukan latihan fisik dikhawatirkan akan terjadi komplikasi metabolisme akut seprti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNK). Selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuleryang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada syaraf). DM juga dapat disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskular yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (5). Sehingga klien DM yang kurang memiliki motivasi perlu untuk dirangsang agar termotivasi untuk melakukan latihan fisik. C. Gambaran Dukungan Keluarga Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (17). Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan penilaian dan dukungan informasi. Dukungan sosial emosi meliputi caring, empati, cinta, perhatian dan kepercayaan. Dukungan instrumental yaitu dukungan yang bersifat nyata atau berbentuk materi yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkannya. Dukungan informasi yaitu dukungan yang dilakukan dengan memberi informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara pemecahan masalah. Dukungan penilaian yaitu komunikasi tentang informasi yang relevan untuk evaluasi diri, dapat berbentuk bimbingan dan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (14,15). Dukungan sosial pada individu dapat diperoleh dari anggota keluarga, baik saudara kandung atau keluarga besar, teman dan tetangga (16).
Rata-rata dukungan keluarga dari responden yang terbanyak adalah kuat yaitu sebanyak 45 responden (84,9 %). Dukungan emosi keluarga tampak dari pernyataan responden yang memiliki dukungan kuat, 100 % responden menyatakan keluarganya sering memberikan perhatian dan dorongan kepada responden untuk senantiasa bersabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi penyakit diabetes. Dengan adanya dukungan emosional yang kuat dari keluarga, maka responden dalam menghadapi penyakit diabetes yang merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup akan memiliki harga diri yang tinggi, sehingga motivasi responden pun meningkat. Selain dukungan emosi, keluarga juga memberikan dukungan dalam bentuk instrumental. Hal ini tampak dari pernyataan responden yang memiliki dukungan kuat dari keluarga, bahwa 100 % responden menyatakan keluarganya sering mencarikan dana dan membelikan obat serta menyediakan fasilitas terhadap responden dalam melakukan latihan fisik. Ketersediaan fasilitas akan berpengaruh ada motivasi klien. Fasilitas yang terpenuhi berarti kebutuhannya terpenuhi, sehingga ia akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi (22). Kebutuhan tersebut adalah terkontrolnya kadar gula dalam darahnya (19). Bentuk dukungan keluarga yang lain adalah dukungan penilaian. Dari 45 responden yang memiliki dukungan kuat, 93 % responden menyatakan bahwa keluarganya membantu menyelesaikan masalah sehubungan dengan penyakit yang dideritanya dan 75 % responden menyatakan keluarganya ikut serta atau berperan serta dalam latihan fisik. Dengan adanya dukungan ini, responden akan merasa bebannya terkurangi dan menjadikan latihan fisik bukanlah sebagai sebuah beban yang memberatkan. Bentuk dukungan keluarga yang lain yaitu dukungan informasi. Dari 45 responden yang memiliki dukungan kuat, 76 % responden menyatakan bahwa keluargannya sering membantu mencari informasi tentang penyakit diabetes, baik melalui buku majalah selebaran maupun mencari informasi kepada dokter, perawat atau tenaga medis yang lain, serta mencari tahu tentang terapi, latihan fisik untuk diabetes sehingg dengan adanya informasi, akan menambah pengetahuan responden. Dengan adanya pengetahuan diharapkan akan mampu merubah perilaku dan meningkatkan motivasinya dalam melakukan latihan fisik sebagaimana pernyataan Karyoso tersebut diatas Sedangkan dari 53 responden, yang memiliki dukungan keluarga sedang sebanyak 4 responden (7,5 %). Dukungan emosi keluarga tampak dari pernyataan 75 % responden yang memiliki dukungan sedang yang menyatakan bahwa keluarganya sering memberikan perhatian terhadap responden namun masih jarang memberikan dorongan bersabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi penyakit diabetes tersebut. Sementar dukungan keluarga
dalam bentuk dukungan instrumental tampak dari pernyataan 50 % responden yang memiliki dukungan keluarga yang sedang yang menyatakan bahwa keluarganya sering membelikan obat yang diresepkan dokter, namun masih jarang yang tersedia mencarikan dana untuk kesembuhannya. Hal ini bisa diakibatkan karena responden masih memiliki penghasilan yang cukup, sehingga bentuk dukungan keluarga diwujudkan dalam bentuk lainnya. Sementara itu, 50 % responden menyatakan bahwa keluarganya sering menyediakan fasilitas melakukan latihan fisik, namun 75 % responden menytakan bahwa keluarganya jarang menyiapkan makanan yang boleh dimakan responden. Hal ini bisa dikarenakan ratarata responden adalah wanita yang masih sanggup untuk menyiapkan masakan sendiri walaupun kadang-kadang ada pembantu yang menyediakannya, sehingga keluarga tidak dapat menyediakan makanan tersebut. Hal ini bisa juga diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dari keluarga tentang diet diabetes melitus. Sebagaimana bentuk dukungnan informasi dari keluarga, ternyata baru 50 % responden yang memiliki dukungan keluarga sedang menyatakan bahwa keluarganya sering mencari informasi tentang penyakit diabetes melalui buku, perawat atau tenaga medis lainnya dan mencari informasi tentang terapi dan latihan fisik untuk klien diabetes. Sehinnga klien hanya mengandalkan informasi yang didapat dari dokter pada saat bertemu untuk kontrol atau cek kesehatannya. Sehingga pengetahuannya dimungkinkan masih ada yang kurang lengkap. Namun dari 53 responden, terdapat 4 responden (7,5 %) yang memiliki dukungan keluarga yang kurang. Bentuk dukungan emosi keluarga responden tampak dari pernyataan bahwa 100 % responden menyatakan keluarganya jarang memberikan perhatian terhadap responden bahkan tidak pernah memberikan dorongan untuk bersabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi penyakit diabetes ini. Bahkan dalam dukungan penilaian, 100 % responden juga menyatakan bahwa keluarganya tidak pernah berperan serta dalam latihan fisik. Penyebabnya dimungkinkan karena kesibukan bekerja dari keluarga sehingga hubungankomunikasi keluarga yang merupakan salah satu bentuk dukungan keluarga menjadi renggang sehingga perhatian terhadap keluarga yang lain menjadi berkurang (14,15,17). Selian itu juga karena faktor kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit deabetes sehingga dianggap penyakit deabetes sama dengan penyakit lainnya yang dapat sembuh dengan pengobatan saja. Hal ini tampak dari pernyataan dari responden tentang bentuk dukungan informasi keluarga responden bahwa 75% responden menyatakan bahwa keluarganya jarang mencari informasi tentang penyakit deabetes melalui buku, majalah, selebaran atau mencari informasikepada dokter, perawat atau teenaga medis lainya. Apalagi
dilaboratorium DKKS Kabupaten Klaten jarang didapatkan leaflet atau selebaran tentang penyakit diabetes bahkan dapat dibilang tidak ada. Kalaupun ada hanya poster-poster aja tentang gejala diabetes melitus. Selain itu juga tidak adanya fasilitas untuk informasi khusus atau konsultasi tentang penyakit diabetes, sehingga responden dan keluarga hanya mengandalkan informasi dari dokter yang memeriksa dirinya saja. Keluarga dan klien yang tidak mengetahui tentang penyakit diabetes terutama adalah pengelolaannya, maka keluarga tidak dapat mewujudkan dukungannya dan klien pun tidak dapat mengetahui kebutuhannya. Tanpa mengetahui kebutuhannya maka motivasi pun juga akan berkurang sebagaimana teori motivasi yang diungkapkan oleh Maslow (20). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta memperhatikan kebudayaan (13). Sebagaimana yang telah diungkapkan Friedman, bahwa salah satu fungsi keluarga atau peran keluarga diantaranya adalah fungsi perawatan kesehatan dan salah satu tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga diantaranya adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, sehingga keluarga yang merupakan orang dekat daqn berinteraksi dengan individu senantiasa berusaha agar individu tersebut yang merupakan bagian dari keluarga terjaga kesehatannya diantaranya melalui perhatian yang merupakan wujud dukungan keluarga (16,18). Namun karena faktor pengetahuan ini sehingga keluarga tidak dapat menjalankan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan terutama dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat sebagaimana yang telah disampaikan Friedman tersebut.
D. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Klien DM untuk Melakukan Latihan Fisik Penelitian yang dilakukan oleh Diana Tri Lestari, 2003 tentang Fenomena motivasi penderita DM melakukan latihan fisik di Poliklinik RSU Unit Swadana Kabupaten Kudus didapatkan kesimpulan bahwa motivasi terkuat yang mendasari diabetesi melakukan olah raga adalahharapan untuk menormalkan gula darah yanh didapat dari informasi dan motivasi diabetesi dirasakan bertambah kuat karena ditunjang dngan dukungan keluarga dalam bentuk perhatian dan informasi mengenai olah raga (7).
Hail penelitian dari Puji Indriyani pada tahun 2005 tentang pengaruh latihan fisik : senam areobikterhadap penurunan kadar gula dalam darah pada penderita DM tipe 2 di wilayah puskesmas Buka Teja Purbalingga didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa setelah melakukan latihan fisik selama 4 minggu terjadi pemurunan kadar gula dalam darah sebesar 30,14 % (8). Ini menunjukkan bahwa dengan melakukan latihan fisik kadar gula dapat terkontrol meskipun tanpa menggunakan obat penurun kadar gula dala darah. Berdasarkan perhitungan uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,600dan p value =0,000. Nilai korelasinya =0,600; artinya asosiasi antara dukungan keluarga dengan motivasi klien diabetes melitus melakukan latihan fisik searah. Bila dukungan keluarga kuat maka motivasi klien diabetes melitus melakukan latihan fisik 67 % juga kuat dan sisanya memiliki motivasi yang sedang, sedangkan bila dukungan keluarga sedang maka motivasi klien diabetes untuk melakukan latihan fisik 100% juga sedang dan apabila dukunagn keluarga kurang maka motivasi klien diabetes untuk melakukan latihan fisik 100 % juga kurang.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diterik kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Sebanyak 30 responden (56,6 %) memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan latihan fisik dan menganggap perlu untuk melakukan latihan fisik karena didasari untuk mengontrol kadar gula dalam darahnya. 2. Sebanyak 45 responden (85%) mendapatkan dukungan yang kuat dari keluarga, dalam bentuk perhatian dan dorongan serta penyediaan dana dan fasilitas untuk melakukan latihan fisik. 3. Hail uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r =0,600 dan p value = 0,000. Nilai korelasinya = 0,600; artinya asosiasi anatara dukungan keluarga dengan motivasi klien diabetes mellitus melakukan latihan fisi searah. Bila dukungan keluarga kuat maka motivasi klien diabetes melitus melakukan latihan fisik 67 % juga kuat dan sisanya memiliki motivasi yang sedang, sedangkan bila dukungan keluarga sedang maka motivasi klien diabetes untuk melakukan latihan fisik 100% juga sedang dan
apabila dukunagn keluarga kurang maka motivasi klien diabetes untuk melakukan latihan fisik 100 % juga kurang.
B. Saran
1.
Bagi Masyarakat atau Keluarga Klien Karena penyakit diabete merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup, maka keluarga diharapkan ikut serta dalam pengelolaan penyakit diabetes terutama dalam memberi dukungan kepada klien aagar senantiasa melakukan latihan fisik misalnya dengan menemani latihan fisik dan memberikan perhatian dan dorongan kepda klien diabetes. Sedangkan untuk klien diabetes agar membentuk organisasi khusus klien diabetes agar dapat Saling memperkuat motivasinya dalam menghadapi penyakit diabetes tersebut dan dapat mengimpun informasi dari berbagai pihak yang berhubungan dengan diabetes.
2. Bagi pemberi Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian masih ada keluarga dan klien diabetes yang belum mengetahui tentang pengelolaan penyakit diabates, sehingga sebaiknya petugas
kesehatan
penyuluhankesehatan
lebih tentang
intensif
melakukan
pengelolaan
penyakit
sosialisasi diabetes
dan dengan
mengikutsertakan keluarga. Selain itu diharapkan juga melakukan skrinning untuk penyakit diabetes agar dapat diketahui lebih awal, sehingga pencegahan komplikasi dapat dilakukan lebuh dini. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya dapat meniliti tentang faktor lain yang dapat
mempengaruhi
motivasi
diantaranya
adalah
hubunganantara
tingkatpengetahuan dan motivasi klien DM untuk melakukan latihan fisik. Selain itu perlu juga penggunaan metode penelitian yang berbeda, misalnya dengan kuisioner yang bersifat semi terbuka atau perpaduan antara kuisioner dan wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Diabetes Mengancam Kita, Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest, No. 15, Tahun III, Mei 2005 Askandar Tjokroprawiro, Diabetes Mellitus, Klasifikasi Diagnosis, dan Terapi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996 Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten, Laporan Tahunan Laboratorium Klinik, 2005 PPKKS Kalikotes, Laporan tahunan Laboratorium Sederhana, 2005 Smeltzer, Suzanne C,Buku Ajar Keperawatan Madikal-Bedah Brunner & suddart, alih bahasa. Agung Waluyo, (et al.), Editor, Monica Ester, (et al.), Ed. 8, EGC,Jakarta,2001. Kompas, Strategi Koping. http://www.e-psikologi.com/keluarga/220702.htm. diakses pada tanggal 15 Agustus 2005. Diana Tri Lestari, Fenomena motivasi penderita DM melakukan latihan fisik di Poliklinik RSU Unit Swadana Kabupaten Kudus, Tidak dipublikasikan, 2003. Puji Indriyani, Pengaruh Latihan Fisik : Senam aerobik terhadap penurunan Kadar gula darah pada Penderita Diabetes Malitus tipe 2 di Wilayah Puskesmas Buka Teja Purbalingga, Tidak dipublikasikan, 2005. Sidartaman Soegondo, (et. al.), Penatalaksanaan Diabetes Militus Terpadu. Cetakan Kedua, FKUI, Jakarta, 2002. Hotma Rumahorbo, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin, Editor Yasmin Asih, ECG, Jakarta. 1999 Arif Mansjoer, (et al.), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid, Media Aesculapius, Jakarta, 2000. Lanny Sustrani, (et. al.) (Vitahealth Team), Diabetas Millitus, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Rusmun, Keperawatan Kesehatan mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Sagung Seto, Jakarta, 2001. Colien, S.,Syme,S., Sosial Support and Health, London Academic press, Inc, 1985 Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Pionerdaya, Bandung, 2003. Friedman M,M., Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 3, Alih Bahasa: Ina Debora, ECG, Jakarta, 1998
Burhan Nurgianto, (et al.), Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Ugm Press, Yogyakarta, 2002 Nasrul Effandy, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2, EGC, Jakarta, 1998 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002. Wahjoesumijo, Kepemimpinan dan Motivasi Glalia, Jakarta, 1995. Winkle WS, psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1991 Karyoso, Pengantar Komunikasi bagi Siswa Perawat, EEGC, Jakarta, 197. Ssoekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Skarsater Ingela, (et. al), Archiver of Psychiatric Nursing, Ofdisial Journal of SERPN, Vol XIII, No 2, 96, 1999. Sunaryo,
Psikologi
untuk
Keperawatan,
EGC,
Jakarta,
2004.