Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta
RISET EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI-SWASTA DI KABUPATEN BANTUL Oleh : Supriyadi1)
T
he implementation of the 1999-Curriculum has lasted for five years so far there has not been any analysis yet; whether what the government targeted has achieved the satisfactory result: “The evaluation of TEACHING and learning of English FOR THE STATE PRIVATE VOCATIONAL Schools in Bantul. The purposes of this Scientific research are follows. 1. To allurge real teaching learning stuation of English in state privat vocational schools in Bantul. 2. To give the impact of 90 minutes interaction between students and teacher : what rea-ka used in order to create interactive Atmosphere, effective ness of his personal capability to speak Engllish fluently. 3. To provide expectation, from students point of view, about English in the future. The result of the research shows significant findings namely; the impact of upgrading for the vocational school in 1999 held in Sawangan Ciputat did not show satisfactory result.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tu j uan ut ama p emberl akuan kurikulum 1999 berbasis kompetensi di Sekolah Menengah Kejuruan yang dirangkum oleh Prof. Dr. Djemari Mardapi antara lain : 1. Persaingan pada kemampuan SDM yang bermutu dengan orientasi pasar (Market Oriented). 2. Adanya persaingan yang ketat pada lembaga pendidikan. 3. Perlunya standar kompetensi lulusan yang handal. 2 4. Standar kompetensi yang baku .
Pemerintah menetapkan Test TOEIC (Test of English for International Communication) sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Dengan pertimbangan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTANAS) hanya mengacu pada kebahasaan (structure) tanpa menyentuh fungsi bahasa sebagai alat interaksi sosial dan interpersonal. Test TOIEC diterapkan dengan pertimbangan bahwa TOIEC dirancang oleh para pakar bahasa dan pakar Pelayanan Pengujian Pendidikan (Education Testing Service), hasil TOEIC telah digunakan oleh agen pemerintah, organisasi internasional, perusahaan
1) Drs. Supriyadi Dip. TESOL, Pengawas Bidang Studi Bahasa Inggris di Kabupaten Bantul 2) Djemari Mardapi, Prof.Dr. “Pembinaan Siswa untuk Peningkatan Kemandirian dan Jiwa Profesional Dalam Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda”, (Paper) 1995. Op.Cit. Hal. 3
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
565
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta multinasional. Meskipun test TOEIC relatif baru (sekitar 1979) dua puluh negara termasuk Indonesia adalah satu diantara negara yag menggunakan TOEIC sebagai passport kerja yang diakui dunia internasional.
C.
1. Memberikan gambaran yang nyata pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan di Bantul. 2. Memberikan ilustrasi proses pembelajaran selama 90 menit di mata siswa : daya serap, pendapat siswa tentang guru mengajar dan berinteraksi dengan siswa dan harapan siswa tentang pembelajaran bahasa Inggris di masa datang.
B. Usaha untuk Perubahan Pemerintah mengundang para guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta lokakarya (PENLOK) dari tanggal 8 November 1999 sampai 7 Desember 1999 di Pusat Pengembangan Pelatihan Guru Kejuruan Sawangan Ciputat, dengan sasaran guru Bahasa Inggris se Indonesia dengan berlatar pedidikan jurusan Bahasa dan Sastra Inggris serta guru-guru yang komitmen untuk memajukan Bahasa Inggris. Pendidikan dan loka karya tersebut berlangsung selama 30 hari dengan materi pokok : TOIEC Preparation, Metode dan Strategi Pembelajaran, Language Review, Pembuatan Self Access, Micro Teaching, Praktek Industri dan Media Pengajaran. Dengan selesainya PENLOK tersebut guru-guru diharapkan dapat menerapkan mata tataran tersebut di sekolah masing-masing. Dengan paradigma baru tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Kesiapan guru-guru Bahasa Inggris di SMK di Bantul. Di sekolah-sekolah adanya perubahan cara penyajian Bahasa Inggris yang dialogis, i n t e ra k t i f, m e nye n a n g k a n s e r t a pengoptimalan sarana prasarana yang 3 ada : media pembelajaran alat bantu pengajaran sehingga daya serap siswa tinggi.
Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian Untuk menyamakan persepsi tentang pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan di Bantul tentang Test TOEIC serta mennyusun kerangka kerja (Frame Work) bagi guru bahasa Inggris, Pemerintah Kabupaten Bantul memberikan perhatian serta antisipatif memecahkan problematik yang muncul baik dari Dewan Pendidikan maupun Dewan Sekolah. II. KERANGKA TEORITIK Paparan pada bab satu menggambarkan bagaimana pembelajaran bahasa Inggris di SMK saat ini, perubahan-perubahan telah terjadi dalam era globalisasi, sehingga pemerintah harus mengadakan perombakan di bidang pendidikan, hal ini ditempuh untuk mempertajam kelulusan agar dapat bersaing dengan tenaga asing (marketable). Pelatihan, penataran, lokakarya dan seminarseminar pemenuhan sarana prasarana antara lain : Pengadaan buku pelajaran,
3) Safari, Drs.MA (2003) Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Pendidikan Nasional Direktor Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan Jakarta (2003).
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
566
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta melengkapi laboratorium Bahasa, Kimia, dan Biologi merupakan upaya untuk memenuhi tuntutan akan tenaga yang profesional. Namun kendala yang masih menghadang adalah adanya kemampuan guru-guru dengan metodik dan dikdaktik mereka yang masih memprihatinkan (Herry Sukarman, 4 2004. 2) . Pendidikan dan Pelatihan, Lokakarya (PENLOK) yang diadakan di Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Kejuruan merupakan salah satu usaha yang ditempuh untuk membekali guruguru Bahasa Inggris se-Indonesia untuk bersama menyikapi dan komitmen untuk menggalang bersama paradigma baru di dunia pendidikan di Indonesia dari Ebtanas ke TOEIC. Harapan pemerintah adalah adanya perubahan-perubahan baik cara mengajar yang inovatif, dinamis, serta interaktif menyenangkan, didukung guru-guru yang berkualitas maupun komitmen yang tinggi untuk ke depan memajukan pendidikan kita. III.METODOLOGI PENELITIAN a.
5
Arikunto sangat tepat yaitu pengambilan data diberikan saat siswa ada dalam kelas, dengan mengingat ketidaksaman setelah siswa praktik Industri dan menggunakan cara secara acak (Random sampling) karena 6 menurut Prof.DR. Sutrisno Hadi MA cara itu adalah cara yang paling baik selama ini. Dan responden penelitian ini mengambil kelas tiga dengan asumsi siswa kelas tiga telah matang untuk menentukan jawaban yang terbaik baginya. D a r i 1 9 S e ko l a h M e n e n g a h Kejuruan baik negeri maupun swasta di Kabupaten telah mewakili dari 26 sekolah, dan datanya telah mencukupi kuota penelitian yang valid. Setiap sekolah diambil satu kelas (40 siswa) akan terkumpul data kurang lebih 760. b.
Tehnis analisa data
Untuk menganalisa data yang berujud angka digunakan adalah Statistik deskriptif dengan tehnis persentse sehingga analisa/ inter prestasinya berbentuk deskripsi seperti rata-rata dan persentase (Drs. H. 7 Endang Abbularya, MBA) .
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2003 sampai dengan Februari 2004, untuk mengumpulkan data digunakan angket. Te k n i k p e n y e b a r a n a n g k e t menggunakan One Shot Model (seperti yang dikatakan Prof. DR.Suharsimi
Contoh : Jumlah responden yang menjawab satu option x 100 % Jumlah keseluruhan responden
4) Sukarman Hery, Drs.M.Si. (2004). Dasar-Dasar Pembelajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan. Jakarta (2003). 5) Arikunto Suharsimi Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek Rineka Cipta Op. Cit. Hal.81. 6) Hadi Sutrisno, Prof. Dr. MA. Metodologi Research Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1984. Op. Cit. hal. 75 7) Abbularya Endang, Drs. H. MBA Paper Strategi Kepengawasan Sekolah, Analisa Data. Hasil Belajar, Bimbingan Siswa dan Sumber Daya Pendidikan. Diterbitkan th Op. Cit, hal. 2
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
567
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta IV. HASIL PENELITIAN
grafik sederhana dan di sertai keterangan singkat agar dapat mengambil kesimpulan dengan 8 cepat (Drs. Budiyono Nugroho) .
A. Angket dirancang menjadi tiga kelompok
B. Hasil Diskusi Penelitian Pertanyaan Kelompok 1 1.
PROSENTASE GURU AKTIF MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI MEDIATOR
Kelompok 2 terdiri atas 4 pertanyaan yaitu : 1. Kepemilikan Buku Pegangan tiap siswa. 2. Ketersedianya Lembar Kerja Siswa (LKS/ Jobsheet). 3. Keberadaan Ekstra Kurikuler Conversation Club. 4. Hambatan/ kesulitan siswa dalam belajar Bahasa Inggris. Ke l o m p o k 3 t e r d i r i d a r i 2 pertanyaan tentang : 1. Pendapat siswa tetang guru yang ideal di mata siswa. 2. P e n d a p a t s i s w a t e n t a n g Pembelajaran Bahasa Inggris di mata yang akan datang.
Persentase Guru menggunakan Bahasa Inggris sebagai Mediator. A. 20 % 64 11,01 % B. 30 % 167 28,74 % C. 50 % 219 37,64 % D. 60 % 131 22,54 % Jumlah 581
RESPONDENT
Kelompok 1 Mengenai Kegiatan belajar Mengajar. Yang terdiri dari 7 pertanyaan tentang : 1. Persentase guru menggunakan Bahasa Inggris. 2. Keaktifan guru Menggunakan Bahasa Inggris selama 90 menit. 3. Kreativitas guru menggunakan alat peraga. 4. Keterlibatan sisw selama KBM. 5. Frekuensi guru memberikan Tugas di Rumah. 6. Kemampuan siswa menyerap pembelajaran selama 90 menit. 7. P e n d a p a t s i s w a t e n t a n g Pembelajaran Bahasa Inggris.
300 200 100 0 PROSENTASE
20% 11,01% 30% 28,74% 50% 37,64% 60% 22,54%
Hasil angket menunjukkan nahwa keaktifan guru menggunakan Bahasa Inggris selama pembelajaran menunjukkan presentase yang tinggi 60 % hanya 22,54 %, sedangkan presentase sepanjang KBM 77,36 campuran BI dan BE. 2.
Keaktifan guru menggunakan Bahasa Inggris selama 90 menit A. Ya 166 28,6% B. Tidak 87 15,07% C. Kadang-kadang 323 57,17 % Jumlah 576
Untuk mempermudah pembaca membaca hasil penelitian, disajikan
8) Nugroho Budiyono, Drs. “Pelajaran Statistik untuk SMEA dan Sederajat”, Direktur Jendral pendidikan dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, BPFE Yogyakarta 29 Januari 1999.
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
568
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta D. Tidak pernah Jumlah
KEAKTIFAN GURU MENGGUNAKAN
23 572
KETERLIBATAN SISWA DI DALAM KELAS SELAMA KBM 400
Ya 28,76%
200
T idak 15,07% Kadang-kadang 57,17%
0
Ya 25,21%
300
PERSENTASE
T idak 16,81%
200 Kadangkadang 53,94% T idak pernah 4,02%
100
Penilaiannya guru aktif : 28,76 %, Tidak aktif 15,07 % dan kadangkadang 57,17 %, kesimpulan sementara guru selama 90 menit mengajar dengan BI dan campuran antara BI dan BE. 3.
Kreatifitas guru menggunakan alat peraga A. Ya 44 7,70 % B. Tidak 215 37,05 % C. Kadang-kadang 221 38,70 % D. Tidak pernah 91 17,60 %
0
5.
250
Frekuensi guru memberikan tugas untuk kegiatan di rumah (PR) A. Selalu 39 6,74 % B. Kadang-kadang 376 55,50 % C. Tidak pernah 40 27,70 % Jumlah 455
200 Ya 7,70%
150
FREKWENSI GURU MEMBERI PEKERJAAN RUMAH
T idak 37,05% Kadang-kadang 38,70%
100
T idak pernah 17,60%
400
50 0
RESPONDENT
RESPONDENT
PERSENTASE
25,21 % siswa merespon positif terlibat 20,83 % menyatakan tidak terlibat dan 55,94 % menyatakan kadang-kadang terlibat, dalam kelas tidak tercipta pembelajaran yang interaktif dan dialogis.
KREATIVITAS GURU MEMBUAT ALAT PERAGA
PERSENTASE
7,70 % respondent menjawab “YA” selebihnya siswa mengatakan tidak. 37,05 % kadang-kadang 38,70 % dan tidak pernah 17,60 %, dan tidak pernah. 92,30 % siswa menilai guru tak aktif dalam menggunakan alat peraga. 4.
4,02 %
400
RESPONDEN T
RESPONDENT
BAHASA INGGRIS SELAMA KBM
Keterlibatan siswa selama kegiatan belajar mengajar A. Ya 144 25,21 % B. Tidak 97 16,81 % C. Kadang-kadang 308 53,94 %
Selalu 6,74%
300 200
Kadangkadang 55,50% T idak pernah 27,70%
100 0 PERSENTASE
Hanya 6,74 % anak mengatakan selalu mendapat tugas, respon tidak pernah dan kadang-kadang menunjukkan persentase yang tinggi yaitu 93,20 %. 6.
Kemampuan siswa menyerap pembelajaran Bahasa Inggris selama 90 menit
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
569
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta A. B. C. D.
30 % 40 % 50 % 75 % Jumlah
266 184 81 20 551
46,74 % 33,21 % 17,04 % 3,80 %
36,25 % siswa merespon Bahasa Inggris di sekolah mereka menarik. 26,52 % menyatakan bahwa Bahasa Inggris itu tidak menarik dan membosankan. Selebihnya mengatakan bahwa pembelajaran tersebut sama seperti halnya pelajaran yang lain.
KEMAMPUAN SISWA MENYERAP KBM SELAMA 90 MENIT
Pertanyaan kelompok 2 , Terdiri dari 4 pertanyaan tentang :
300
RESPONDENT
250 200 150
30% 46,74%
100
40% 55,50%
1.
50% 17,04%
50
75% 3,80%
0 PERSENTASE
75 % inti pembelajaran dapat dicapai siswa hanya 3,80 %. Untuk pencapaian 50 %, 40 % dan 30 % sejumlah 96,20 %. Maka dapat disimpulkan bahwa daya serap (yang diberikan) siswa akan pelajaran yang diberikan guru sangat rendah.
Kepemilikan buku pegangan A. Mempunyai 145 25,43 % B. Tidak mempunyai 370 64,91 % C. Pinjam di Perpustakaan 55 11,22 % Jumlah 570
RESPONDENT
PEMILIKAN BUKU PEGANGAN 400 Mempunyai 25,43%
300 200
T idak mempunyai 64,91%
100 0 PERSENTASE
Pendapat siswa tentang pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah. A. Menarik 203 36,25 % B. Tidak menarik 75 11,39 % C. Seperti yang lain 197 36,17 % D.Membosankan 85 15,13 % Jumlah 560 PENDAPAT SISWA TENTANG PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEKOLAH
Pertanyaan mengenai buku pegangan menunjukkan bahwa 25,43 % siswa memiliki dan 64,91 % responden menjawa tidak m e m p u nya i dan 11,22 % meminjam di perpustakaan sekolah. Buku merupakan sarana yang sangat penting dalam pendidikan. 2.
250
RESPONDENT
7.
200
Menarik 36,25%
150 100 50 0 PERSENTASE
Pinjam di Perpustakaan 11,22%
T idak Menarik 11,39% Seperti yang lain 36,17% Membosankan 15,13%
Ketersediannya Lembar Kerja Siswa (LKS atau Jobsheet) A. Ya 106 18,37 % B. Tidak 378 69,15 % C. Pinjam siswa 25 4,33 % D. Tersedia di Perpustakaan 47 8,14 % Jumlah 556
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
570
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta
KESULITAN SISWA DALAM BAHASA INGGRIS
KESULITAN SISWA DALAM BAHASA INGGRIS 500
400
RESPONDENT
RESPONDENT
500 Membaca text 10,74%
300
Menulis 14,03%
200 100
Berbicara 74,26%
0
400
100 PERSENTASE
Ekstra Kurikuler Conversation Club di sekolah A. Ada 66 11,53 % B. Tidak ada 492 78,95 % C. Ada tapi tidak ikut 66 11,53 % Jumlah 624
Kelompok 3 pertanyaan :
1.
200
T idak Ada 78,95%
RESPONDENT
RESPONDENT
2
SIKAP SEORANG GURU MENURUT PENDAPAT SISWA
Ada 11,53%
Ramah tamah 29,52%
150
Ada tapi tidak ikut 11,53%
T egas 18,93%
100
PERSENTASE
78,95 % siswa merespon tidak adanya conversation club di sekolah, dan walaupun ada mereka tidak berminat untuk mengikuti. 4.
dari
Sikap guru yang ideal di mata siswa Ramah tamah 62 29,52 % Tegas 81 18,93 % Berbicara 414 25,48 % Jumlah 557 26,01 %
600
0
terdiri
Pada bagian ini meneliti tentang penampilan guru kesehariannya di mata siswa serta pandangan ke depan pembelajaran Bahasa Inggris dari kaca mata siswa.
EKSTRA KURIKULER CONVERSATION DI SEKOLAH
200
Berbicara 74,26%
0
18,37 % siswa mempunyai LKS dan 69,15 % siswa tidak mempunyai LKS dan sisanya mereka meminjam baik teman maupun di Perpustakaan sekolah.
400
Menulis 14,03%
200
PERSENTASE
3.
Membaca text 10,74%
300
Kesulitan/ hambatan dalam belajar Bahasa Inggris bagi siswa SMK A. Membaca teks 62 10,74 % B. Menulis 81 14,03 % C. Berbicara 414 74,26 % Jumlah 557
Suri tauladan 26,01%
50 0
PERSENTASE
Sikap yang diberikan responden tentang sikap guru terhadap siswa menunjukkan : keramah tamahan, disiplin tinggi, dapat digunakan sebagai figur dan sikap yang tegas. Persentase dalam pertanyaan ini hampir seimbang dan hampir sama.
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
571
Disiplin tinggi 25,48%
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta 2.
Pendapat siswa pembelajaran Bahasa masa mendatang A. Pembaharuan kurikulum 85 B. Perubahan cara mengajar 244 C. Pengadaan guru yang berkualitas 256 Jumlah 585
tentang Inggris di
14,78 % 40,52 %
2.
44,70 %
PENDAPAT SISWA TENTANG PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MASA MENDATANG
3.
300
RESPONDENT
250
Pembaharuan Kurikulum 14,78%
200
4.
Perubahan Cara Mengajar 40,52%
150 100
Pengadaan Guru yang Berkualitas 44,70%
50 0
PERSENTASE
Respon yang sangat menonjol adalah pengadaan guru yang berkualitas, siswa mempunyai pemikiran dasar dengan guru yang baik akan tercipta perubahan cara mengajar mereka baik segi metodik maupun dikdaktiknya. V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian singkat yang diberikan pada grafik tersebut diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini : 1.
Pembelajaran bahasa Inggris belum mencapai tujuan utama perubahan paradikma baru. Persentase yang sangat kecil 28,76 % keaktifan guru menggunakan bahasa Inggris selama KBM dan sisanya hanyalah menggunakan bahasa Indonesia. Dimata siswa Inggris digunakan
oleh guru dengan persentase 60 % hanya mendapat respon dari siswa 22,54 % ini berarti selama pembelajaran guru menggunakan bahasa campuran sebagai mediatornya. Keterlibatan siswa selama kegiatan belajar mengajar menunjukkan persentase yang rendah, ini berarti tidak terciptanya pembelajaran yang dinamis interaktif. Kelas hanya didominasi oleh guru, siswa jarang terlihat dalam pembelajaran. Pemberian tugas untuk dikerjakan dirumah merupakan alat untuk mengkristalisasi pembelajaran yang diberikan di sekolah. Namun guru jarang memberikan dan jarang melakukan. Daya serap pembelajaran yang diberikan oleh guru menunjukkan angka yang sangat rendah. Rentang daya serap antara 30 40 50 persen mendominasi respon siswa : 96,20 %, sedagkan penyampaian 75 % hanya mencapai 3,80 %. Bila dengan standart kelulusan 60 %, mata peajaran bahasa Inggris merupakan hambatan/ sandungan yang sangat mengganjal.
Di dalam bidang sarana pendidikan hasil riset menujukkan perlunya pihak-pihak terkait memberikan perhatian masalah buku pegangan (handouts) maupun lembar kerja siswa (LKS : Jobsheet). Angka yang sangat significant dalam kepemilikan buku tersebut perlu penanganan yang serius. Ekstra kurikuler sebagai sarana wahana siswa praktek bahasa (conversation club) hampir tidak ada, kalau tih ada perlu dorongan guru/ pihak sekolah agar siswa sadar akan pentingnya mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
572
Pembelajaran Bahasa Inggris Pada SMK Negeri-Swasta Dari uraian tersebut diatas peneliti dapat menyampaikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Bantul seperti pembelajaran yang lain, kurang menarik dan membosankan. Belum ada perubahan yang signifikan TOIEC test dari tamatannya untuk dapat berkomunikasi baik lisan maupun tertulis.
Selanjutnya, perlu revitalisasi keberadaan MGMP guru bahasa Inggris agar dapat mendongkrak kompetensi baik metodik maupun dikdaktik. Pertemuan secara periodik akan dapat menambah wawasan, berbagi pengalaman (sharing ideas) ataupun perencanaan untuk menyamakan persepsi ke depan yang lebih baik. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
Abbularya Endang, Drs. MBA. Paper Strategi Kepegawaian Sekolah : Analisis Data Hasil Belajar, Bimbingan Siswa, Guru dan Sumber Daya Pendidikan. Ari Kunto Suharsimi, Prof.Dr. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Direktoran Pendidikan Umum Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Rineka Cipta Edisi kedua belas. Ari Kunto Suharsimi, Prof. Dr. (1998). “Penulisan Karya Ilmiah Hasil Penelitian”. Pusat Penelitian Pendidikan Dasar dan Menengah (Puslit Dikdasmen). Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Merdapi Djemari, Ph.D. (1995). Pembinaan Siswa Untuk Peningkatan Kemandirian dan Jiwa Profesional Dalam Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda. Gebyar Pendidikan Kanwil Depdikbud Daerah Istimewa Yogyakarta. Nugroho Budiyono, Drs. “Pelajaran Statistik untuk SMEA dan Sederajat”, Direktur Jendral pendidikan dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, BPFE Yogyakarta 29 Januari 1999. Sukarman Hery, Drs. M.Si. (2004). Dasar-Dasar Pembelajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Pendidikan. Jakarta (2003). Sutrisno Hadi, Prof. Drs. MA. Metode Research untuk Penuloisan Paper, Skripsi, Thesis dan Desertasi Yogyakarta. Yayasan Penerbitan Fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada. Jilid I Cetakan ke XVI. 1994. Sutrisno Hadi, Prof. Drs.MA. 1979 Jilid ii. Cetakan ke VII. Jurnal Riset Daerah Vol. V, No.1. April 2006
573